LAPORAN AKHIR
PENDAMPINGAN SL-PTT PADI SAWAH DI KABUPATEN LIMAPULUH KOTA DAN KOTA PAYAKUMBUH
IRMANSYAH RUSLI NURHAYATI ERMIDIAS
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA BARAT BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2013
PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam upaya peningkatan produksi padi sawah atau pangan secara umumnya program PTT telah menjadi program nasional sejak tahun 2003, dan dijadikan sebagai landmark pangan nasional oleh Kementrian Riset dan Teknologi dan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Untuk mendukung pengembangan Program PTT secara nasional, Departemen Pertanian meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT. SL-PTT adalah sekolah yang seluruh proses belajar mengajarnya dilakukan di lapangan. Tujuan utama SL-PTT adalah mempercepat alih teknologi melalui pelatihan dari peneliti atau narasumber lainnya. Melalui SL-PTT diharapkan terjadi percepatan penyebaran teknologi PTT dari peneliti ke petani peserta dan kemudian berlangsung difusi secara alamiah dari alumni SL-PTT kepada petani di sekitarnya. Seiring dengan perjalanan waktu dan tahapan SL-PTT, petani diharapkan merasa memiliki PTT padi sawah yang dikembangkan (Deptan, 2008). Kegiatan SL-PTT padi sawah telah dimulai sejak tahun 2008 di seluruh Indonesia, untuk mempercepat pelaksanaan dan pengembangan SL-PTT padi sawah tersebut, perlu dilakukan percepatan diseminasi inovasi teknologi dalam mendukung program SL-PTT padi sawah tersebut. PTT diterapkan dengan prinsip utama antara lain: 1) Partispatif, petani berperan aktif dalam pemilihan dan pengujian teknologi; 2) Spesifik lokasi, memperhatikan keseuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial-budaya, dan ekeonomi stempat; 3) Terpadu, sumberdaya tanaman, tanah dan air dikelola dengan baik secara terpadu; 4) Sinergis atau Serasi, pemenfaatan teknologi terbaik, memperhatikan keterkaitan antar komponen teknologi yang saling mendukung; dan 5) Dinamis, penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan IPTEK serta kondisi sosial ekonomi setempat (Badan Litbang, 2009). Anjuran teknologi produksi padi yang dilaksanakan dalam program PTT adalah: 1) Penggunaan varietas padi unggul atau berdaya hasil tinggi dan atau bernilai ekonomi tinggi; 2) Penggunaan benih bersertifikat dengan mutu bibit tinggi; 3) Penggunaan pupuk berimbang spesifik lokasi; 4) Penggunaan kompos bahan organik dan atau pupuk kandang sebagai pupuk dan pembenah tanah (soil amandement); 5) Pengelolaan bibit dan tanaman padi sehat melalui: a) Pengaturan tanam, sistem legowo, tegel maupun sistem tebar benih langsung, dengan tetap mempertahankan populasi minimum, b) Penggunaan bibit dengan daya tumbuh tinggi, cepat
dan serempak yang diperoleh melalui pemisahan benih padi bernas (berisi penuh); c) Penanaman bibit umur muda (<21 hari setelah semai) dengan jumlah bibit terbatas antara 1-3 bibit per lubang; d) Pengaturan pengairan dan pengeringan berselang, dan e) Pengendalian gulma; 6) Pengendalian hama dan penyakit dengan pendekatan PHT, 7) Penggunaan alat perontok gabah mekanis atau mesin perontok (Abdullah dkk, 2008). Berdasarkan anjuran teknologi produksi padi model PTT, maka alternatif komponen teknologi yang dapat diintroduksikan dalam pengembangan model PTT dalam teknologi dasar yang meliputi antara lain: 1) Varietas unggul baru inbrida atau hibrida sesuai karakteristik lahan, lingkungan dan keinginan petani setempat; 2) Benih bermutu (kemurnian dan daya kecambah tinggi) dan berlabel; 3) Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos atau pupuk kandang; 4) Pengaturan populasi tanaman secara optimum; 5) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah; 6) Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT (pengendalian hama terpadu). Sedangkan teknologi pilihan antara lain: 1) Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam; 2) Penggunaan bibit muda (umur <21 hari setelah semai); 3) Tanam bibit 1-3 batang per rumpun dengan sistem tanam jajar legowo 6:1 atau 4:1; 4) Pengairan secara efektif dan efisien; 5) Penyiangan dengan landak atau gasrok, dan 6) Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok (Badan Litbang, 2009). Penerapan PTT di Sumatera Barat dimulai pada tahun 2001 di Kabupaten Padang Pariaman, Agam dan Tanah Datar, dimana penerapan PTT dapat meningkatkan produktivitas padi 12,3-21,0%. Pada tahun 2004-2006 dilakukan PTT dengan penggunaan varietas Batang Piaman di Kabupaten Padang Pariaman, Tanah Datar, Agam, Sijunjung, Kota Padang, Solok, program PTT ini dapat meningkatkan produksi serta keuntungan bagi petani. Pelaksanaan SLPTT di Kabupaten Limapuluh Kota melalui pendampingan teknologi dengan melakukan petak percontohan varietas unggul baru telah memperlihatkan peningkatan hasil padi dibanding musim yang lalu (Rusli, et. al., 2010). Berpedoman dengan keberhasilan SL-PTT di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh pada tahun yang lalu, maka tahun anggaran 2013 perlu diadakan kembali kegiatan SL-PTT padi sawah.
1.2. DASAR PERTIMBANGAN Beras adalah makanan pokok yang sangat strategis baik dari segi konsumsi maupun produksi. Sekitar 54% dari total konsumsi kalori dan 46% dari total konsumsi protein penduduk berasal dari beras. Selain itu beras juga menyumbang 33% dari pendapatan kotor yang diperoleh dari sektor pertanian (Fagi, 1999). Oleh karena itu beras telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa komoditas ini telah turut mempengaruhi tatanan politik dan stabilitas nasional. Selain sebagai makanan pokok lebih dari 95% penduduk, padi juga telah menjadi sumber mata pencarian sebagian besar petani di pedesaan. Dewasa ini usahatani padi mampu menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 20 juta rumah tangga petani. Produksi padi perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang terus bertambah. Kebutuhan beras nasional dewasa ini telah menyentuh angka lebih dari 30 juta ton per tahun. Di sisi lain, tantangan yang dihadapi dalam pengadaan produksi padi semakin berat. Laju pertumbuhan penduduk dan tingkat konsumsi beras yang relatif masih tinggi menuntut peningkatan produksi yang sinambung, sementara sebagian lahan sawah yang subur telah beralih fungsi untuk usaha lainnya. Rata-rata laju pertambahan penduduk Indonesia sekitar 1,27-1,29 % per tahun, dengan laju pertumbuhan tersebut pada tahun 2025 jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan mencapai 296 juta jiwa dengan kebutuhan beras sekitar 41,5 juta ton atau setara dengan 78,3 juta ton GKG (Las. et al., 2008; Simamarta dan Yuwariah, 2008). Oleh karena itu perlu upaya peningkatan produksi padi baik melalui peningkatan produktivitas, pembukaan sawah bukaan baru, maupun melalui peningkatan luas panen, yaitu melalui pertambahan luas tanam dengan meningkatkan indek pertanaman (IP) padi sawah. Salah satu komponen teknologi adalah melalui penggunaan varietas unggul baru (Purwanto, 2008; Suryana et al., 2008). Usaha peningkatan produksi beras telah dilakukan sejak lama, antara lain melalui program intensifikasi pada lahan sawah irigasi. Program intensifikasi dimulai tahun 1968/69 yang dikenal dengan program Bimas dan Inmas, dan program ini terus berkembang sesuai dengan kermajuan teknologi. Terakhir dikenal dengan Program Supra Intensifikasi Khusus (Supra Insus). Dengan program ini produktivitas padi sawah dapat ditingkatkan dari 2,44-2,80 t/ha pada periode 1969/73 menjadi 4,52-4,65 t/ha pada periode 1989/93 (Jatileksono Dalam Fagi. 1999), sehingga pada tahun 1984 Indonesia telah mencapai taraf swasembada beras.
Dewasa ini, secara nasional Indenesia kembali mengalami defisit, dimana kebutuhan beras nasional tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan beras penduduk. Pada tahun 1998 Indonesia harus mengimpor beras sebanyak 4 juta ton, sehingga Indonesia kembali menjadi negara pengimpor beras terbesar di Dunia (Fagi, 1999). Untuk mengatasi kendala ini pemerintah melakukan terobosan baru dengan proyek yang dikenal dengan Gema Palagung 2001, namun demikian produksi padi nasional masih defisit. Untuk mempertahankan produksi padi pemerintah melakukan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dengan target peningkatan produksi padi sebesar 5% per tahun pada tahun 2008-2009 (Purwanto, 2008) dan tahun 2014 mencapai surplus 10 juta ton beras. Untuk mencapai target tersebut perlu diimplementasikan beberapa strategi,
ada tiga strategi utama,
yaitu: (1) perluasan areal tanam dengan mencetak sawah baru, (2) peningkatan produktivitas dengan menerapkan budidaya padi sawah sesuai konsep PTT padi sawah, antara lain penggunaan; varietas unggul baru (VUB), benih bermutu, bibit umur muda, pengaturan sistem tanam, pengelolaan lahan dan air yang tepat, pemupukan lengkap yang rasional, pengendalian organisme pengganggu tanamam (OPT) sesuai konsep pengendalian hama/penyakit terpadu (PHT), dan (3) perluasan areal panen melalui peningkatan indeks pertanaman (IP). 1.3. TUJUAN Mempercepat diseminasi inovasi teknologi padi sawah melalui demplot varietas unggul baru (VUB) padi sawah, pelatihan, temu lapang dan penyebaran media cetak teknologi padi sawah dalam mendukung program SL-PTT padi sawah, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan petani dan produksi padi sawah di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh. 1.4. KELUARAN YANG DIHARAPKAN Terlaksananya percepatan diseminasi inovasi teknologi padi sawah melalui, demplot varietas unggul baru (VUB), pelatihan, temu lapang dan penyebaran media cetak teknologi padi sawah dalam mendukung program SL-PTT padi sawah, sehingga dapat meningkatkan produksi padi sawah 0,25 s/d 0,50 t/ha. di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh.
1.5. HASIL YANG DIHARAPKAN Penerapan inovasi teknologi varietas unggul baru (VUB) padi sawah melalui demfarm, display VUB, pelatihan dan temu lapang sebagai upaya mendapatkan varietas yang beradaptasi baik, berproduksi tinggi dan teknologi budidaya tepat untuk mendukung pelaksanaan program SL-PTT pada lokasi spesifik yang diikuti dengan tersebarnya media cetak di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh. 1.6. MANFAAT YANG DIHARAPKAN Pengembangan dan percepatan adopsi inovasi teknologi VUB padi sawah yang dapat menekan gangguan cekaman lingkungan dengan teknologi budidaya yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian untuk mendukung program SL-PTT pada lokasi spesifik di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh. 1.7. DAMPAK YANG DIHARAPKAN Berkembang dan tersebarnya inovasi teknologi VUB padi sawah dengan teknologi budidaya untuk mendukung program SL-PTT pada lokasi spesifik yang dapat meningkatkan hasil padi sawah 0,25 sampai 0,50 t/ha di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh.
II. TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah dan jagung bukanlah merupakan suatu paket teknologi, tetapi lebih merupakan suatu metodologi yang mengandung prinsipprinsip dasar yang dapat membantu petani untuk mengerti dan menciptakan kondisi yang optimal untuk pertanaman padi sesuai dengan tanah, air, iklim, topografi dan hal-hal lain yang berhubungan dengan sistem produksi padi. Lebih lanjut PTT padi sawah jagung adalah suatu pendekatan usahatani
dengan mempertimbangkan keserasian penerapan komponen-
komponen teknologi berdasarkan kesesuaian dengan kondisi lingkungan setempat serta mempunyai keterkaitan yang sinergis antara komponen-komponen teknologi yang digunakan. Menurut Kartaatmadja et al. (1999) pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT) merupakan suatu upaya melumintukan produksi tanaman.
Selain produksi yang lumintu,
pendekatan PTT mampu meningkatkan produktivitas tanaman dengan biaya produksi yang lebih efisien, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu (PTT) yang merupakan pendekatan dalam budidaya tanaman padi sawah dan jagung adalah salah satu bentuk implementasi dari revolusi hijau lestari. Berbeda dengan revolusi hijau generasi pertama yang lebih mengutamakan peningkatan produksi pada lahan sawah irigasi, revolusi hijau lestari mencakup semua agroekosistem padi dan jagung, yaitu lahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan, lahan kering, lahan pasang surut dan lahan rawa lebak. PTT padi sawah dan jagung merupakan suatu usaha untuk meningkatkan hasil padi dan jagung dengan efisiensi masukan (input) produksi yang memperhatikan penggunaan sumber daya alam yang bijak dengan melalui keterpaduan (integrasi) berbagai komponen teknologi yang saling menunjang (sinergis) dengan sumberdaya setempat (spesifik lokasi), dan partisipasi petani sejak awal pelaksanaan kegiatan (partisipatif). Melalui PTT diharapkan kebutuhan beras dan jagung nasional dapat dipenuhi, pendapatan petani dapat ditingkatkan, dan usaha pertanian padi sawah dan jagung dapat menjadi usahatani berkelanjutan. Pada tahun 2001/2002, PTT telah diterapkan di lahan sawah irigasi pada skala pilot produksi di beberapa propvinsi. Pada tahun 2003 PTT dicoba pula pengembangannya pada lahan sawah tadah hujan, lahan kering, dan lahan rawa pasang surut. Dalam upaya peningkatan produksi padi nasional, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mengadopsi PTT padi sawah sebagai pendekatan dalam perbaikan mutu intensifikasi (PMI). Dalam berbagai
pengujian dan evaluasi tersebut diketahui penerapan pendekatan PTT mampu meningkatkan produksi padi antara 15-35% dibandingkan dengan praktek budidaya petani selama ini. Pendekatan yang ditempuh dalam pengembangan PTT adalah: 1) Pemecahan masalah prioritas, baik kebijakan maupun teknis; 2) Optimalisasi pemanfaatan sumber daya, mencakup lahan, air irigasi, bahan organik, tenaga kerja, dan kemampuan petani; 3) Pendayagunaan efek sinergis dari perpaduan komponen teknologi produksi; 4) Efsiensi penggunaan faktor produksi dalam upaya peningkatan pendapatan dan kelestarian lingkungan produksi; 5) Peningkatan dan pemeliharaan kesuburan tanah untuk kelestarian produktivitas; 6) Pendayagunaan partisipasi petani, karena pengembangan PTT dilakukan di lahan petani dan untuk petani, dan 7) Pendayagunaan institusi terkait seperti perangkat desa, penyuluh pertanian, peneliti dan koperasi. Dalam upaya peningkatan produksi padi sawah program PTT telah menjadi program nasional sejak tahun 2003, dan dijadikan sebagai landmark pangan nasional oleh Kementrian Riset dan Teknologi dan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Untuk mendukung pengembangan Program PTT secara nasional, Departemen Pertanian meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT. SL-PTT adalah sekolah yang seluruh proses belajar mengajarnya dilakukan di lapangan. Tujuan utama SL-PTT adalah mempercepat alih teknologi melalui pelatihan dari peneliti atau narasumber lainnya. Melalui SL-PTT diharapkan terjadi percepatan penyebaran teknologi PTT dari peneliti ke petani peserta dan kemudian berlangsung difusi secara alamiah dari alumni SL-PTT kepada petani di sekitarnya. Seiring dengan perjalanan waktu dan tahapan SL-PTT, petani diharapkan merasa memiliki PTT padi sawah yang dikembangkan (Deptan, 2008a). Kegiatan SL-PTT padi sawah telah dimulai sejak tahun 2008 di seluruh Indonesia, untuk mempercepat pelaksanaan dan pengembangan SL-PTT padi sawah tersebut, perlu dilakukan percepatan diseminasi inovasi teknologi dalam mendukung program SL-PTT padi sawah tersebut. Pada tahun 2007 produksi padi meningkat secara meyakinkan, 4,96% lebih tinggi dibandingkan produksi tahun 2006, angka yang belum pernah dicapai sebelumnya, kecuali pada era revolusi hijau (1970-1990). Peningkatan produksi padi pada tahun 2007 dengan luas panen 12,15 juta ha dengan produktivitas 4,71 ton/ha, sehingga produksi padi sebesar 57,16 juta ton dengan ekuivalen 32,41 juta ton beras (Deptan, 2008b). Di Provinsi Sumatera Barat produksi padi tahun 2007 tercatat sebesar 1.938.120 ton atau mengalami peningkatan sebesar 2,57%
(48.631 ton) dibanding tahun 2006 mencapai sebesar 1.889.489 ton. Peningkatan produksi tersebut disebabkan oleh bertambahnya luas panen (5.809 Ha) dan meningkatnya produktivitas tanaman atau hasil per hektar sebesar 0,53 Kw/Ha (Bappeda dan BPS Sumbar, 2008). PTT diterapkan dengan prinsip utama antara lain: 1) Partispatif, petani berperan aktif dalam pemilihan dan pengujian teknologi; 2) Spesifik lokasi, memperhatikan keseuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial-budaya, dan ekeonomi stempat; 3) Terpadu, sumberdaya tanaman, tanah dan air dikelola dengan baik secara terpadu; 4) Sinergis atau Serasi, pemenfaatan teknologi terbaik, memperhatikan keterkaitan antar komponen teknologi yang saling mendukung; dan 5) Dinamis, penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan IPTEK serta kondisi sosial ekonomi setempat (Badan Litbang, 2009). Anjuran teknologi produksi padi yang dilaksanakan dalam program PTT adalah: 1) Penggunaan varietas padi unggul atau berdaya hasil tinggi dan atau bernilai ekonomi tinggi; 2) Penggunaan benih bersertifikat dengan mutu bibit tinggi; 3) Penggunaan pupuk berimbang spesifik lokasi; 4) Penggunaan kompos bahan organik dan atau pupuk kandang sebagai pupuk dan pembenah tanah (soil amandement); 5) Pengelolaan bibit dan tanaman padi sehat melalui: a) Pengaturan tanam, sistem legowo, tegel maupun sistem tebar benih langsung, dengan tetap mempertahankan populasi minimum, b) Penggunaan bibit dengan daya tumbuh tinggi, cepat dan serempak yang diperoleh melalui pemisahan benih padi bernas (berisi penuh); c) Penanaman bibit umur muda (<21 hari setelah semai) dengan jumlah bibit terbatas antara 1-3 bibit per lubang; d) Pengaturan pengairan dan pengeringan berselang, dan e) Pengendalian gulma; 6) Pengendalian hama dan penyakit dengan pendekatan PHT, 7) Penggunaan alat perontok gabah mekanis atau mesin perontok (Abdullah dkk, 2008). Berdasarkan anjuran teknologi produksi padi model PTT, maka alternatif komponen teknologi yang dapat diintroduksikan dalam pengembangan Model PTT dalam teknologi dasar yang meliputi antara lain: 1) Varietas unggul baru inbrida atau hibrida sesuai karakteristik lahan, lingkungan dan keinginan petani setempat; 2) Benih bermutu (kemurnian dan daya kecambah tinggi) dan berlabel; 3) Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos atau pupuk kandang; 4) Pengaturan populasi tanaman secara optimum; 5) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah; 6) Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT (pengendalian hama terpadu). Sedangkan teknologi
pilihan antara lain: 1) Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam; 2) Penggunaan bibit muda (umur <21 hari setelah semai); 3) Tanam bibit 1-3 batang per rumpun dengan sistem tanam jajar legowo 6:1 atau 4:1; 4) Pengairan secara efektif dan efisien; 5) Penyiangan dengan landak atau gasrok, dan 6) Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok (Badan Litbang, 2009).
III. METODOLOGI Kegiatan Pendampingan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh ini merupakan salah satu lokasi dari kegiatan Pendampingan Program SL-PTT padi sawah BPTP Sumatera Barat yang tersebar pada 16 Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. Kegiatan yang akan dilakukan dalam pendampingan pelaksanaan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh adalah: Kegiatan ini dalam bentuk koordinasi, sosialisasi dan nara sumber dalam pelatihan komponen/paket teknologi yang berkaitan dengan pelaksanaan SL-PTT padi sawah, dan temu lapang, kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: a. Koordinasi dengan Dinas pertanian tanaman pangan Provinsi Sumatera Barat dengan Dinas Pertanian Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh (baik dalam bentuk kebijakan dan teknis). b. Melakukan sosialisasi dan koordinasi pelaksanaan pendampingan kegiatan SL-PTT padi sawah dengan institusi terkait yang dilaksanakan di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh. c. Membantu mekanisme distribusi benih dari Balai Besar Padi/BPTP Sumatera Barat untuk displai VUB ke lokasi pelaksanaan SL-PTT. A. Displai VUB (varietas unggul baru) padi sawah. Displai VUB padi sawah dilakukan dengan menguji 2 varietas unggul baru padi sawah dan satu varietas unggul padi yang telah/umum digunakan petani secara luas di lokasi pelaksanaan SL-PTT padi sawah (sebagai pembanding). VUB yang digunakan adalah 2 VUB yang dipilih dari beberapa VUB yang tersedia seperti: Inpari-21, Junjuang, Saganggam Panuah dan Ceredek. Sedangkan varietas yang banyak berkembang di kabupaten/kota pelaksana SL-PTT antara lain: Anak Daro, IR42 dan Cisokan. Displai VUB akan dilaksanakan berdampingan dengan lokasi SLPTT di luar Labor Lapang (LL) dengan ukuran plot 0,50 s/d 1 ha. Inovasi teknologi yang digunakan adalah PTT padi sawah dengan pilihan teknologi dasar seperti: benih bermutu, pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah, pengaturan populasi tanam secara optimum (sistem tanam legowo 6:1), pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara dengan penggunaan PUTS dan BWD, secara umum pupuk yang digunakan dengan takaran 300 kg NPK Phonska + 100 kg Urea/ha + 30 kg KCl/ha, pengendalian OPT dengan
pendekatan PHT. Teknologi pilihan disesuaikan dengan kondisi setempat seperti: pengolahan tanah sesuai musim, penggunaan bibit muda (<21 hari), tanam bibit 1-3 batang per rumpun, pengairan secara efektif dan efisien, penyiangan dengan gasrok, dan panen tepat waktu dan gabah segera dirontok. Pelaksanaan di lapangan display VUB dilaksanakan oleh peneliti, penyuluh bekerja sama dengan PPL/THL/POPT dan petugas pertanian lainnya. B. Pelatihan: Untuk mendukung kegiatan SL-PTT padi sawah di kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh, juga dilakukan kegiatan pelatihan teknis. Kegiatan pelatihan dilaksanakan di Tingkat Kabupaten/Kota (PL-2) atau di kecamatan (PL-3) dengan peserta terdiri dari penyuluh, POPT dan petugas lainnya dalam pelaksanaan SL-PTT padi sawah. Pelatihan tingkat petani dengan peserta perwakilan petani dari beberapa kelompok tani pelaksana SL-PTT padi sawah. Pada kegiatan pelatihan tersebut peneliti/penyuluh BPTP bertindak sebagai narasumber untuk komponen/paket teknologi yang berkaitan dengan pelaksanaan SL-PTT padi sawah. C. Temu Lapang: Temu lapang dilaksanakan pada salah satu lokasi terpilih pada kegiatan displai VUB di lokasi SL-PTT padi sawah, kegiatan temu lapang dilaksanakan pada saat panen dengan melibatkan petani/kelompok tani pelaksana, penyuluh, petugas POPT, peneliti dan pengambil kebijakan. Media cetak yang akan didistribusikan kepada penyuluh lapang di lokasi kegiatan pelaksanaan SL-PTT padi sawah adalah media cetak yang telah diterbitkan (baik dalam bentuk asli atau foto copy materi tersebut) yang meliputi petunjuk teknis, atau leaflet inovasi teknologi yang mendukung kegiatan pendampingan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sosialisasi dan Koordinasi dengan Dinas Terkait Sebelum pelaksanaan kegiatan pendampingan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh terlebih dahulu dilakukan sosialisasi dan koordinasi dengan Institusi terkait.
Gambar 1: Sosialisasi dan Koordinasi kegiatan tahun anggaran 2013 di Kantor BP4K Kabupaten Limapuluh Kota Koordinasi
dan
sosialisasi
terhadap
pelaksanaan
Pendampingan
SL-PTT
telah
dilaksanakan ditingkat Kabupaten dan Kota Payakumbuh pada tanggal 23 April 2013. Pelaksanaan kegiatan ini dihadari oleh Kepala BPTP yang diwakili oleh Koordinator PTT dan tim pelaksana Pendamping SL-PTT, Dunas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi, Dinas Pertanian Tanaman Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Limapuluh Kota, Kepala Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Limapuluh Kota, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura Kota Payakumbuh dan Koordinator Penyuluh di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh (Gambar 1.). B. Display VUB Padi Sawah Pelaksanaan kegiatan display VUB padi sawah untuk Kota Payakumbuh telah dilakukan pada tiga kelompok tani yaitu Kelompok Tani Sungai Durian Ilir di Kecamatan Limpasi Tigo Nagari (LATINA), Kelompok Tani Serbaguna di Kecamatan Payakumbuh Timur dan Kelompok Tani Tangah Tambago. Pada ketiga lokasi ini, teknologi yang diterapkan adalah penggunaan
varietas unggul baru, benih bermutu, pengolahan tanah sempurna, penggunaan bahan organik (pupuk kandang kotoran ayam) 1 t/ha, sistim tanam legowo, bibit umur muda, 1-3 batang per rumpun, teknologi P stater dan penggunaan BWD serta pengendalian OPT berdasarkan PHT. Di Kelompok Tani Sungai Durian varietas yang ditanam adalah Inpari-21, Junjuang dan Ceredek, dengan total luas 1,5 ha. Penyemaian benih dilakukan tanggal 7 Februari 2013 dan tanam 20 Februari 2013. Pada kelompok tani ini varietas Junjuang dan Inpari-21 telah dipanen pada tanggal 3 Juni 2013. Hasil ubinan dari varietas Junjuang adalah 8,96 t/ha gabah kering panen dan varietas Inpari-21 8,64 t/ha serta varietas pembanding Inpari-12 yang dipanen tanggal 9 Juni memberikan hasil ubinan 5,68 t/ha gabah kering panen. Panen perdana ini dihadiri oleh Walikota Payakumbuh, Riza Palefi serta jajaran BP3K di kecamatan Kota Payakumbuh, Dinas Pertanian dan Peternakan serta Ketahanan Pangan Kota Payakumbuh. Varietas Ceredek yang memiliki umur lebih panjang dari kedua varietas, Junjuang dan Inpari-21 dipanen pada 19 Juni 2013, hasil ubinan yang diperoleh adalah 7,85 t/ha kering panen. Display VUB padi sawah di Kelompok Tani Serbaguna yang menanam varietas Inpari-21, Junjuang dan Saganggam Panuah dengan total luas 1,5 ha. Benih disemai pada tanggal 22 Maret 2013 dan tanam tanggal 3 April 2013. Panen dilakukan pada tanggal 11 Juli 2013. Hasil ubinan dari varietas Inpari-21 5,50 t/ha, Junjuang 4,50 t/ha dan
Gambar 2: Penampilan varietas Inpari-21 (Kiri) dan Junjuang (Kanan) pada lahan sawah Kelompok Tani Sungai Durian Ilir di Kecamatan Limpasi Tigo Nagari (Latina) Kota Payakumbuh, Mei 2013
Gambar 3: Penampilan varietas Ceredek pada lahan sawah Kelompok Tani Sungai Durian Ilir di Kecamatan Limpasi Tigo Nagari (Latina) Kota Payakumbuh, Mei 2013 Saganggam Panuah 5,50 t/ha, sedangkan varietas junjuang sebagai pembanding yang berada diluar petak percontohan memperoleh hasil ubinan 4,82 t/ha gabah kering panen. Kelompok Tani Tangah Tambago menanam varietas Inpari-21 dan Ceredek, pada tanggal 20 Mei 2013 (Tabel 1). Panen dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus 2013 untuk varietas Inpari-21 dengan hasil ubinan 5,12 t/ha gabah kering panen. Pada tanggal 20 September dilakukan panen varietas Ceredek, hasil ubinan 5,60 t/ha gabah kering panen. Varietas Inpari-12 sebagai pembanding yang dipanen tanggal 2 September memperoleh hasil ubinan 5,10 t/ha gabah kering panen. Semua petak VUB padi sawah menggunakan sistim tanam jajar legowo 6:1 dengan P Stater.
Tabel 2. Petani pelaksana display VUB padi sawah di Kota Payakumbuh. TA.2013 No.
Nama Petani/ Kecamatan
Nama Kelompok Tani
Luas (ha)
S. Durian Hilir
1,5
1
Furkan Latina
2
Nurmuhammad Serbaguna Payakumbuh Timur
1,5
Varietas
Hasil Ubinan (t/ha kering panen)
Inpari-21 Junjuang Ceredek Inpari-21 Junjuang Saganggam panuah
8,64 8,96 7,85 5,50 4,50 5,50
Hasil Ubinan pemban ding (t/ha kering panen) 5,68 *) 4,82 **)
3
Trinaldi Payakumbuh Utara
Tangah Tambago
1,5
Inpari-21 Ceredek
5,12 5,60
5,10***)
Catatan: *) Inpari-12 **) Junjuang ***) Inpari-12
Gambar 4: Pertemuan ramah tamah dengan Walikota dan sejumlah SKPD lingkup Kota Payakumbuh pada Temu Lapang (Kiri) dan Panen Perdana VUB Padi Sawah (Kanan) di Kelompok Tani Sungai Durian Ilir,Kota Payakumbuh, Juni 2013
C. Pelatihan Untuk meningkatkan pengetahuan tenaga penyuluh pertanian di lapangan telah diadakan pelatiahan di BP3K Kecamatan Mungka pada Mei 2013 . Dalam pelatihan ini diberikan materi Inovasi Teknologi PTT Mendukung P2BN di Sumatera Barat. Narasumber berasal dari BPTP Sumatera Barat. Peserta berjumlah 20 orang yang terdiri dari penyuluh pertanian lapangan dan petani
di Kecamatan Mungka. Kegiatan ini dihadiri juga oleh Staf BP4K
Kabupaten Limapuluh Kota.
Gambar 5: Sebagai narasumber pada Rapat Teknis di BP3K Kecamatan Mungka, Kabupaten Limapuluh Kota. Mei 2013
Gambar 6: Penyuluh Kabupaten Limapuluh Kota dalam pertemuan koordinasi dan penyampaian Inovasi Teknologi PTT Mendukung P2BN di Sumatera Barat oleh LO. Juni 2013
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Untuk sementara kegiatan pendampingan SL-PTT Padi Sawah di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota dapat disimpulkan: -. Koordinasi dan sosialisasi terhadap pelaksanaan Pendampingan SL-PTT telah dilaksanakan ditingkat Kabupaten dan Kota Payakumbuh pada tanggal 23 April 2013. -. Display VUB padi sawah Sungai Durian Ilir di
telah ditanam pada tiga lokasi yaitu pada Kelompok Tani
Kecamatan Limpasi Tigo Nagari, yang menanam varietas Inpari-21,
Junjuang dan Ceredek, Kelompok Tani Tangah Timbago di Kecamatan Payakumbuh Utara yang menanam varietas Inpari-21 dan Ceredek dan Kelompok Tani Serbaguna di Kecamatan Payakumbuh Timur menanam varietas Inpari-21, Junjuang dan Saganggam Panuah masing-masingnya luasnya berkisar 1 ha sampai 1,5 ha. -. Display VUB di Kelompok Tani Sungai Durian Ilir telah dipanen pada tanggal 3 Juni 2013 dengan hasil ubinan sebagai berikut: varietas Junjuang 8,96 t/ha, Inpari-21 8,64 t/ha dan Ceredek yang dipanen pada tanggal 19 Juni hasil ubinannya 7,85 t/ha, varietas pembanding Inpari-12 yang dipanen tanggal 9 Juni memberikan hasil ubinan 5,68 t/ha gabah kering panen. Display VUB padi sawah di Kelompok Tani Serbaguna yang menanam varietas Inpari-21, Junjuang dan Saganggam Panuah dengan total luas 1,5 ha. Benih disemai pada tanggal 22 Maret 2013 dan tanam tanggal 3 April 2013. Panen dilakukan pada tanggal 11 Juli 2013. Hasil ubinan dari varietas Inpari-21 5,50 t/ha, Junjuang 4,50 t/ha dan Saganggam Panuah 5,50 t/ha, sedangkan varietas junjuang sebagai pembanding yang berada diluar petak percontohan memperoleh hasil ubinan 4,82 t/ha gabah kering panen. Kelompok Tani Tangah Tambago menanam varietas Inpari-21 dan Ceredek, pada tanggal 20 Mei 2013 (Tabel 1). Panen dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus 2013 untuk varietas Inpari-21 dengan hasil ubinan 5,12 t/ha gabah kering panen. Pada tanggal 20 September dilakukan panen varietas Ceredek, hasil ubinan 5,60 t/ha gabah kering panen. Varietas Inpari-12 sebagai pembanding yang dipanen tanggal 2 September memperoleh hasil ubinan 5,10 t/ha gabah kering panen.
-. Untuk meningkatkan pengetahuan petugas penyuluh dan petani pelaksana PTT telah diadakan pelatihan pada pertemuan temu teknis di BP3K Kecamatan Mungka dan di tingkat Kabupaten di Hotel Plamboyan pada tanggal 10 Juni 2013. -. Media cetak berupa buku saku petunjuk lapangan (Hama, Penyakit dan Hara Jagung) dan Rekomendasi Inovasi Teknologi Spesifik Lokasi PTT Padi Sawah Mendukung P2BN Di Sumatera Barat telah didistribusikan kepada penyuluh pertanian lapangan. B. Saran Penggunaan varietas unggul yang diikuti dengan penggunaan system tanam jajar legowo dan pemupukan yang berimbang dapat meningkatkan hasil padi sawah 0,25 sampai 0,50 t/ha.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S., R. Roswita, N. Hasan, Ismon L., dan Z. Irfan. 2008. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Lahan Irigasi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. 51 hal. Badan Litbang. 2009. Pedoman Umum PTT Padi Sawah. Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 20 hal
Badan Penelitian dan
Deptan, 2008. Panduan Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi. Departemen Pertanian. 38 hal. Rusli, I. Len Bahri, Sofial, dan Nurhayati. 2010. Diseminasi inovasi teknologi melalui program SL-PTT padi sawah dan jagung di Kabupaten Limapuluh Kota. Laporan Akhir. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat.
VII. KINERJA KEGIATAN 7.1. KELUARAN YANG DICAPAI Dari kegiatan display VUB padi sawah, telah tersebar varietas unggul baru padi sawah Inpari-21 dan Saganggam panuah di Kota Payakumbuh.
7.2. HASIL YANG DICAPAI Untuk sementara, panen VUB padi sawah di Kelompok Tani Sungai Durian Ilir Kecamatan Limpasi Tigo Nagari varietas Inpari-21 mengahasilkan 8,64 t/ha, Junjuang 8,96 t/ha dan Ceredek 7,85 t/ha. Saganggam Panuah 5,50 t/ha, serta varietas pembanding Inpari-12 yang dipanen tanggal 9 Juni memberikan hasil ubinan 5,68 t/ha gabah kering panen. Varietas Ceredek memperoleh hasil ubinan 7,85 t/ha kering panen. Display VUB padi sawah di Kelompok Tani Serbaguna yang menanam varietas Inpari-21, Junjuang dan Saganggam memberikan hasil ubinan dari varietas Inpari-21 5,50 t/ha, Junjuang 4,50 t/ha dan Saganggam Panuah 5,50 t/ha, sedangkan varietas junjuang sebagai pembanding yang berada diluar petak percontohan memperoleh hasil ubinan 4,82 t/ha gabah kering panen. Kelompok Tani Tangah Tambago menanam varietas Inpari-21 dan Ceredek, varietas Inpari-21 dengan hasil ubinan 5,12 t/ha gabah kering panen, varietas Ceredek, 5,60 t/ha gabah kering panen. Varietas Inpari-12 sebagai pembanding yang dipanen tanggal 2 September memperoleh hasil ubinan 5,10 t/ha gabah kering panen. 7.3. MANFAAT YANG DICAPAI Penyebaran varietas unggul baru melalui kegiatan display telah memberi keragaman genetik padi sawah di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh. Dengan adanya keragaman genetik ini dapat menekan perkembangan hama dan penyakit, sehingga kegagalan hasil padi dapat diatasi. Disamping itu, varietas unggul baru yang diikuti dengan teknologi budidaya yang baik telah memberikan peningkatan hasil padi sawah. Pelatihan dan pendistribusian lmedia cetak telah meningkatkan pengetahuan penyuluh pertanian terhadap budidaya padi sawah secara baik. 7.4. DAMPAK YANG DICAPAI
Penyebaran varietas unggul baru melalui display akan meningkatkan jumlah varietas padi sawah di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh. Keadaan ini memberikan alternatif pilihan varietas padi sawah yang sesuai menurut petani dengan keadaan yang spesifik lokasi, harga dan rasa yang disukai. Peningkatan hasil panen padi varietas unggul baru telah memberikan peningkatan pendapatan petani padi sawah di kabupaten Limapuluh Kota. 7.5. KISAH SUKSES Pendekatan yang telah dilakukan berupa temu lapang, pelatihan, media cetak
dan
display VUB padi sawah telah meningkat pengetahuan petani dan memberikan peningkatan hasil padi sawah.