LAPORAN AKHIR
Hibah Kompetensi
KAJIAN STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI (TI) Oleh:
Dr. Ir. Lasmono Tri Sunaryanto, MSc. Angkatan Tahun 2010 (Tahun ke-1)
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA, SALATIGA Nopember 2010 i
HIB BAH KOM MPETENSII 1. Judul Peneliitian
2. 3. 4. 5.
Kata Kunci K Jenis Kegiattan N Nama Ketua Tim Pengussul J Jurusan F Fakultas P Perguruan Tiinggi 6. Alamat A N Telepon//Faks No. E E-mail N Telepon (HP) No. 7. Lamanya L Kegiatan 8. Nama N dan alaamat lengkap p peers - dari dalam negeri n
- dari luar neggeri
9.
Biaya yang diajukan Biaya keseluruhan yangg diajukan Biaya yang disetujui (taahun 2010)
: KA AJIAN STRA ATEGI PENG GEMBANGA AN KLASTE ER USA AHA MIKR RO, KECIL D DAN MENEN NGAH (UM MKM) BERB BASIS TEKN NOLOGI IN NFORMASI (TI) : UM MKM, klasterr, Teknologi Informasi, sttrategi : Pennelitian : Dr. Ir. Lasmonoo Tri Sunaryaanto, MSc : Agrribisnis : Perttanian : Uniiversitas Krissten Satya W Wacana (UKS SW) : Jl. D Diponegoro 52-60, 5 Salatiiga 02998-321212 ext 340 / 02998-326364 :
[email protected] : 08180.244.16166 : 3 (tiiga) tahun : 1. P Prof. Dr. Manngara Tambuunan : C Center for Ecconomic and Social Studiies (CESS) JJl. Tebet Tim mur Dalam VIIII-x No. 2, Jakarta Agus Suryanaa, SP., MSi. 2. A K Kepala Balitbbang Provinssi Jateng JJalan Imam Bonjol B 190, S Semarang 3. P Prof. Daniel D. D Kameo. P PhD K Ketua Dewan n Riset Daeraah Prov. Jateeng JJl. Imam Bonnjol 185 ,Sem marang : Prof. Dr. T. Hiraamatsu Kw wansei Gakuinn University Nishinomiya, OSAKA, O JEPANG : Rp. 294.550.000 0,Rp. 80.000.000 0,-
Menngetahui, Pem mbantu Rekttor V Bidang Penelitiian dan Penngabdian Masyarakat
, SP.,MSc.)) R (Dr. Ferdy S. Rondonuwu PS. 1985017 NIP
(Dr. Ir. Lasmono Tri T Sunaryaanto, MSc.) NIPS. 1985017
ii
Salatiga, 200 Nopembeer 2010 Ketua Tim Pelaksana,
KATA PENGANTAR
Kegiatan program penelitian Hibah Kompetensi ini diterima oleh Tim Peneliti UKSW dari Dirjen Dikti (Direktorat P2M) sebagai suatu bentuk upaya Dikti untuk mendukung para dosen/ilmuwan/peneliti untuk meningkatkan kompetensinya dalam bidang ilmu tertentu yang menjadi tanggung jawabnya. Dosen sebagai pendidik profesional dan ilmuwan mempunyai tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ipteks melalui Tridarma perguruan tinggi.
Dosen dituntut untuk senantiasa melakukan upaya-upaya
inovatif dan inventif dalam bidang ilmu yang menjadi tanggung jawabnya. Karya-karya inovatif dan inventif tersebut dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat yang terfokus dan dapat pula berasal dari umpan balik penerapan hasil penelitiannya kepada masyarakat. Dengan pemahaman itulah maka Hibah Kompetensi ini diluncurkan agar para penerima hibah mampu mencapai tingkatan kompetensi dalam bidang ilmu yang menjadi tanggung jawabnya. Meskipun pelaksanaan program agak terlambat, karena tidak adanya pemberitahuan tentang realisasi dukungan pendanaannya, secara keseluruhan kegiatan dapat dilaksanakan dan hasil yang diperoleh sangat menggembirakan. Tahapan hasil yang dicapai tahun ini kiranya dapat mendapatkan dukungan dilanjutkan pada tahapan berikutnya di tahun mendatang.
Akhir kata, kiranya laporan ini dapat dimanfaatkan sebagai media
pembelajaran dan sharing of knowledge tentang hasil pencapaian kegiatan penelitian tentang upaya pengembangan klaster UMKM berbasis teknologi informasi.
Salatiga, akhir Nopember 2010 Tim Peneliti
Dr. Ir. Lasmono Tri Sunaryanto, MSc.
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................
iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL ..........................................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................
vii
RINGKASAN ................................................................................................................ viii 1. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1.1. 1.2. 1.3. 1.4.
1
Latar Belakang .............................................................................................. Permasalahan ................................................................................................. Tujuan ............................................................................................................ Penerapan Hasil Kegiatan .............................................................................
1 2 3 4
2. KERANGKA TEORITIS ........................................................................................
6
2.1. 2.2.
Peranan UMKM ............................................................................................ Pengembangan UMKM Berbasis Klaster .....................................................
6 9
3. METODE PELAKSANAAN DAN KELUARAN ..................................................
12
3.1. 3.2.
Metode Pelaksanaan ...................................................................................... Luaran Kegiatan ............................................................................................
12 16
4. HASIL KEGIATAN ................................................................................................
17
4.1. 4.2.
Kondisi Klaster UMKM di Jawa Tengah ...................................................... Kondisi Keberadaan TI pada UMKM ...........................................................
17 20
5. PENUTUP..................................................................................................................
26
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................
27
LAMPIRAN ...................................................................................................................
30
iv
DAFTAR TABEL
1. Kontribusi Industri Kecil dan Menengah di Beberapa Negara .................................
7
2. Implementasi Teknologi Informasi pada UKM Eksportir (2001) ...........................
25
v
DAFTAR GAMBAR
1. Roadmap Pengembangan Klaster UMKM Berbasis TI ...........................................
3
2. Sumbangan UMKM pada Total Ekspor Beberapa Negara Asia (2000) ..................
8
3. Komponen Suatu Klaster .........................................................................................
10
4. Tahapan Metode Penelitian ......................................................................................
15
5. Kepemilikan Komputer dan Akses Internet .............................................................
20
6. Penggunaan Program Aplikasi .................................................................................
23
7. Alasan Untuk Tidak Menggunakan TI ....................................................................
24
vi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Penelitian ................................................................................................
30
2. Dokumentasi Kegiatan FGD dan Survey .................................................................
36
vii
RINGKASAN
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) perlu dikembangkan terus-menerus sebagai potensi ekonomi lokal. Berbagai upaya pengembangan UMKM telah dilaksanakan, dengan hasil yang belum maksimal. Penelitian ini ingin menghasilkan strategi pengembangan UMKM berbasis klaster (cluster) yang memanfaatkan teknologi informasi (TI), yaitu suatu bentuk strategi pengembangan UMKM dengan memperhatikan dan memanfaatkan keunggulan konsep klaster. Tujuannya untuk lebih meningkatkan efisiensi dan kinerja UMKM melalui pemanfaatan klaster. UMKM yang dibina dengan basis klaster juga diharapkan akan lebih bertumbuh. Target penelitian: 1) terdiskripsikannya strategi-strategi pengembangan UMKM yang telah dilaksanakan, sebagai satu gambaran tentang arah dan tujuan pengembangan UMKM, dengan studi kasus di Jawa Tengah, 2) tersusunnya suatu strategi pengembangan UMKM berbasis
klaster
yang
dapat
dilaksanakan
dan
diaplikasikan
secara
praktis,
3)
teraplikasikannya strategi pengembangan kalster UMKM secara empirik, serta 4) terujinya aplikasi strategi pengembangan klaster UMKM berbasis teknologi informasi (TI). Untuk mencapai tujuan tersebut, dilaksanakan metode pendekatan action research, yakni kegiatan penelitian yang dilanjutkan dengan aksi/implementasi. Tahapan kegiatan yang dilaksanakan adalah, tahun pertama: 1) melakukan identifikasi dan pemetaan keberadaan UMKM Jateng, dengan metode survei, desk analysis dan FGD, 2) menyusun arah strategi pengembangan klaster UMKM berbasis
TI, dengan metode deskriptif dan logistic
regression. Dilanjutkan pada tahun kedua dengan: 3) merumuskan dan mengaplikasikan strategi pengembangan klaster UMKM berbasis TI, sekaligus dengan acuan/panduan implementasinya, 4) menguji implementasi strategi pengembangan klaster UMKM berbasis TI dan melakukan merevisi strategi akhir pengembangan klaster UMKM berbasis TI. Pada tahun ketiga diuji impelementasi TI pada strategi pengembangan UMKM berbasis klaster, meliputi: 5) analisis implementasi TI pada klaster UMKM, dan 6) verifikasi strategi pengembangan klaster UMKM berbasis TI.
viii
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Pada awal pembangunan ekonomi, perhatian pemerintah lebih mengutamakan usaha besar (UB), karena UB dipercaya mampu menjadi penggerak/penghela perekonomian negara.Ttetapi mulai pertengahan tahun 1980-an usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) juga mulai diperhatikan. Saat ini, hampir tidak ada lagi yang menyangsikan bahwa UMKM memiliki peranan yang penting dalam perekonomian suatu negara, memiliki posisi sentral dalam penciptaan sistem industri yang kokoh, serta menjadi tulang punggung perekonomian yang kuat. Tiga alasan utama tentang pentingnya UMKM adalah: (a) kemampuannya dalam penyerapan tenaga kerja, (b) sumbangannya pada Produk Domestik Bruto (PDB), serta (c) kecepatannya dalam melakukan perubahan dan inovasi. Pada tahun 2005 sumbangan UMKM pada PDB adalah sekitar 55% dari total sumbangan sektor industri dan terhadap lapangan pekerjaan UMKM menyerap sekitar 98% tenaga kerja sektor industri (BPS, 2006). UMKM juga dipercaya lebih ‘liat’ dan ‘tahan’ dalam menghadapi goncangan dan krisis jika dibandingkan dengan usaha besar (UB) (Berry, Rodriguez dan Sandee, 2001). Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 telah membuktikan bahwa UMKM tetap bisa survive dan bahkan menjadi safety valve dari kemungkinan hancurnya sistem perekonomian Indonesia, yang lebih berbasiskan pada UB. Karena prestasinya dalam menyelamatkan perekonomian dari krisis, layak kiranya kalau UMKM diusulkan sebagai ’Pahlawan Ekonomi’. Keberadaan UMKM yang sehat, bersama-sama dengan UB yang kuat, akan menciptakan struktur industri yang kokoh. Sampai saat ini, yang menjadi permasalahan adalah bahwa peranan UMKM masih lemah sehingga belum sepenuhnya mampu menjadi pendukung utama perekonomian. Hal ini antara lain dikarenakan program pengembangan selama ini masih terpisah-pisah dan parsial, sehingga upaya pengembangan yang dilakukan tidak satu dan fokus.
Upaya
pengembangan juga tidak hanya dilaksanakan oleh satu dinas/instansi saja, misalnya dinas koperasi dan UMKM, tetapi semua dinas seolah-olah berlomba-lomba untuk melakukan kegiatan pengembangan UMKM. Tetapi pada kenyataannya UMKM masih menjadi unit 1
usaha yang ’kecil’, ’lemah’ dan belum mampu menjadi satu kekuatan ekonomi yang ’sehat’ dan ’mandiri’. Kegagalan untuk mengangkat UMKM tersebut diduga karena pendekatan unit analisis yang digunakan. Setiap UMKM dibina, tetapi kemudian dibiarkan untuk berkompetisi secara sendiri-sendiri, sehingga akhirnya mengalami kegagalan. Ini terjadi karena tidak adanya arah pengembangan UMKM yang dapat menyatukan upaya-upaya pengembangan
yang ada.
Pengembangan berbasis klaster diharapkan akan dapat
mengatasi permasalahan pengembangan yang dilaksanakan secara parsial ini.
1.2. Permasalahan
Dari berbagai pengalaman/penelitian dan telaah pustaka terhadap UMKM disadari bahwa pengembangan berbasis klaster memiliki peluang dan potensi untuk membawa UMKM menjadi suatu unit usaha yang maju, sehat dan mandiri. Strategi pengembangan UMKM berbasis klaster diharapkan dapat menyatupadukan berbagai upaya pengembangan sehingga UMKM dapat lebih bertumbuh. Pertanyaan penelitian yang akan dijawab pada tahun pertama adalah: (1) bagaimanakah kondisi dan peta keberadaan UMKM Jateng dan (2) faktor-faktor apa sajakah yang dapat berpengaruh dan menjadi penunjang keberhasilan perumusan dan penyusunan strategi awal pengembangan UMKM berbasis klaster. Strategi awal tersebut, selanjutnya akan diperjelas pada tahun kedua dengan: (3) bagaimana strategi awal tersebut dapat dilaksanakan/diimplemantasikan dan diuji hasilnya untuk menjadi hasil akhir strategi pengembangan UMKM berbasis klaster.
Pada
akhirnya, di tahun ketiga akan diimplementasikan teknologi informasi (TI) guna menjawab pertanyaan: (4) bagaimanakah kondisi kesiapan klaster UMKM untuk menerapkan TI, dan (5) bagaimanakah strategi implementasi TI dalam klaster UMKM. Kegiatan pengembangan UMKM berbasis klaster ini direncanakan dalam waktu 3 tahun dengan roadmap penelitian sebagai berikut:
2
Gambar 1. Roadmap Pengembangan Klaster UMKM Berbasis TI
1.3. Tujuan Sejalan upaya menyatupadukan setiap aktifitas pengembangan UMKM, proposal tahun pertama ini secara khusus diajukan untuk mengkaji optimalisasi pengembangan potensi usaha kecil dan menengah (UMKM) dengan strategi pengembangan klaster UMKM berbasis TI. Optimalisasi strategi pengembangan klaster UMKM berbasis TI ini memiliki tujuan khusus sebagai berikut: 1) melakukan identifikasi dan pemetaan keberadaan UMKM, dengan studi kasus Jateng 2) menyusun arah strategi pengembangan klaster UMKM 3) merumuskan strategi pengembangan klaster UMKM berbasis TI, sekaligus dengan acuan/panduan implementasinya 4) menguji implementasi strategi pengembangan klaster UMKM berbasis TI dan melakukan revisi strategi akhir pengembangan klaster UMKM berbasis TI. Keseluruhan tujuan tersebut diharapkan akan dapat dilaksanakan selama tiga kali (3 tahun) pelaksanaan kegiatan penelitian. Pada tahap pertama (tahun pertama ini) secara khusus tujuan yang akan dicapai adalah: 1) mempelajari keberadaan klaster UMKM di Jawa Tengah. 2) mempelajari keberadaan implementasi sistem dan teknologi informasi di klaster UMKM. 3
1.4. Penerapan Hasil Kegiatan
Hasil dari penelitian ini akan diterapkan pada sentra-sentra UMKM, dengan studi kasus yang ada di Jawa Tengah. Pada tahap awal, hasil penelitian akan diterapkan pada sentra UMKM yang ada di Kabupaten Semarang dan Kotamadya Salatiga, masing-masing untuk sentra industri makanan (krupuk) dan sentra industri pakaian (TPT).
Diantara
berbagai upaya tersebut, penelitian ini diajukan sebagai satu upaya peningkatan kapasitas dan kinerja masing-masing pihak dalam upaya memperbaiki nasib dan kondisi UMKM di Indonesia. Melalui pendekatan strategi pengembangan UMKM berbasiskan klaster dengan memanfaatkan teknologi informasi (TI), penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan terobosan baru guna mengatasi permasalahan-permasalahan yang selama ini masih dihadapi oleh UMKM. Meskipun mungkin terasa sudah terlalu banyak penelitian tentang UMKM, penelitan yang kami ajukan ini memiliki kebaharuan sebagai berikut: 1.
Penelitian ini akan melihat pengaruh lokasi geografis terhadap keberhasilan pengembangan UMKM di suatu daerah/wilayah, sehingga UMKM mampu menjadi penghela ekonomi lokal yang potensial. Pelibatan aspek geografi dan lokasi dalam upaya mengevaluasi perkembangan UMKM masih menjadi hal yang baru, atau bahkan belum pernah dilaksanakan secara intensif di Indonesia.
2.
Keutamaan kedua adalah bahwa penelitian ini mencoba untuk membangun strategi UMKM
yang
berbasis klaster.
Basis
klaster dimaksudkan
untuk
dapat
menyatupadukan semua aktifitas, perkembangan dan kondisi masing-masing UMKM dan keterlibatan berbagai pihak terkait/pendukung yang ada. Meskipun konsep klaster sudah cukup berkembang di negara-negara maju, pengembangannya di Indonesia masih belum dilakukan secara maksimal sebagaimana dikemukakan oleh Porter. 3.
Secara khusus, belum ada dokumen ilmiah tentang strategi pengembangan UMKM berbasis klaster, yang kemudian dapat diterapkan sebagai upaya pengembangan UMKM yang lebih optimal.
Meskipun beberapa pihak, seperti Dinas Koperasi
Kabupaten Semarang dan Bappeda Provinsi Jawa Tengah, seringkali menyatakan sudah menerapkan konsep klaster tersebut tetapi masih belum jelas apakah konsep yang diterapkan tersebut adalah konsep yang ’benar’ atau hanya semacam sentra UMKM, perwilayahan UMKM, networking dan sebagainya. 4
4.
Terlebih
dengan
masalah
pemanfaatan
TI,
belum
ada
yang
mencoba
mengembangkannya untuk UMKM. Kegiatan ini pada akhir tahun ketiga diharapkan akan melahirkan konsep/strategi pengembangan klaster UMKM berbasis TI yang semaksimal mungkin akan memanfaatkan kemampuan dan keunggulan TI untuk menerapkan konsep pengembangan klaster secara lengkap dan benar.
5
II. KERANGKA TEORITIS 2.1. Peranan UMKM
Sejak liberalisasi ekonomi dan globalisasi perdagangan dilaksanakan di tahun 1980an dibawah jargon global market for better future, kondisi perekonomian global masih belum membaik. Sebagian pihak bahkan menentang dan mengatakan bahwa: (1) pasar global tersebut hanya mendatangkan keuntungan kecil bagi negara berkembang tetapi sebaliknya keuntungan yang lebih besar dinUMKMati oleh negara maju, (2) jumlah negara miskin dan penduduk miskin bahkan semakin meningkat, dan (3) keberadaan industri kecil dan menengah (UMKM) semakin terpinggirkan oleh industri besar (IB) yang memperoleh keuntungan maksimal dari global market tersebut. Kondisi perekonomian nasional sesudah 1980-an bukannya menjadi semakin baik, tetapi justeru semakin buruk1 dan memuncak sehingga menimbulkan ledakan krisis ekonomi di tahun 1997. Pada saat terjadinya krisis ekonomi itulah keberadaan UMKM benar-benar diuji dan kemudian terbukti bahwa UMKM tetap bisa survive dan bahkan menjadi safety valve dari hancurnya sistem perekonomian yang berbasiskan IB. Secara riil, jika diukur dengan nilai tambah sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi, peranan UMKM masih berada di bawah peranan IB. Peranan IK sendiri juga masih sangat kecil.
Meskipun demikian jika dilihat dari berbagai sisi lainnya, misalnya dalam hal
penciptaan lapangan kerja dan inovasi, peranan UMKM sangatlah besar (Audretsch, 2001). Artikel dari Eropa Bersatu (European Union) (1998) menunjukkan adanya pengakuan bahwa peranan UMKM dalam Pasar Eropa Bersatu tetap besar. Secara berencana peranan itu bahkan akan diperbesar dengan: (1) memberi perlindungan yang lebih baik, (2) menghapuskan hambatan, dan (3) mendirikan berbagai kelembagaan untuk pendidikan dan pelatihan manajemen dan enterpreneurship. APEC (2002) juga mengakui bawa secara struktural peranan UMKM sangat penting karena: 1
Beberapa penulis bahkan mengatakan kemajuan perekonomian yang terlihat di era 1980-an sungguh begitu luar biasa, khususnya di kawasan ASIA sehingga mendapat julukan Miracle Asia, sebenarnya hanya semu seperti suatu bubble economy yang setiap saat bisa dengan mudah meletus dan hancur berkeping-keping (Stiglitz dan Yusuf, 2001).
6
1. merupakan 98 persen dari total unit usaha yang ada, 2. menyediakan 60 persen kesempatan kerja dari sektor swasta (atau 30 persen dari total angkatan kerja), 3. menghasilkan 50 persen dari nilai tambah dan 30 persen dari ekspor, serta 4. menarik sekitar 10 persen dari nilai foreign direct investment (FDI) (atau 50 persen dari jumlah unit FDI). Tabel 1 menunjukkan konstribusi UMKM dalam PDB, tenaga kerja, ekspor dan unit usaha di beberapa negara. Tabel 1. Kontribusi Industri Kecil dan Menengah di Beberapa Negara
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Negara
Amerika Serikat Jepang Korea Hongkong Taiwan Singapura Malaysia Muangthai Indonesia Filipina Cina
Tahun
1985 1985 1981 2000 1986 1992
Kontribusi UMKM dlm. PDB (%)
Kontribusi UMKM dlm. Thd. TK (%)
50.0 57.0 38.0 57.0 55.0 22.6 28.9
40.0 79.0 66.0 62.0 70.0 52.2 41.2 49.8 75.0 52.2
30.0 22.6 63.6
Kontribusi UMKM dlm. Ekspor (%) 7.0 52.0 32.0 17.0 66.0 15.9
28.0
Kontribusi UMKM thd. Jml Usaha (%) 95.0 99.3 97.5 98.0 90.0 98.0 99.0 98.6 99.9
Sumber: Tambunan (2003).
Pelajaran yang dapat ditarik dari data pada Tabel 5 tersebut adalah bahwa untuk mengejar petumbuhan ekonomi yang tinggi, diperlukan perluasan peranan UMKM. Peranan tersebut terutama dalam hal kemampuan UMKM untuk penciptaan lapangan kerja. Data BPS (1993) menunjukkan angkatan kerja industri dalam jumlah dominan (80 persen) bekerja pada UMKM. Oleh karena itu, usaha penciptaan lapangan kerja akan lebih berhasil apabila pemerintah tidak hanya memfokuskan harapannya pada pengembangan industri besar saja. Salah satu sifat dari UMKM adalah naluri untuk survive dan sifat easy market entry and out of market dalam dunia ekonomi, sehingga membuat produktivitas usaha ini sukar ditingkatkan. Bahkan menurut Urata (2003) UMKM memiliki lack of managerial skill serta 7
lemah penguasaan pasar dan teknologi. Survei pada industri kecil dan rumah tangga (IKRT) oleh BPS antara lain menemukan bahwa manajer dan pemilik IKRT kebanyakan hanya tamatan SD, bahkan jarang yang melebihi SD 6 tahun. Kondisi ini sungguh jauh berbeda dengan kondisi industri menengah (IM) yang pada umumnya sudah dikelola oleh manajer profesional dengan pendidikan SMA ataupun Sarjana (Tambunan, 2003). Keberadaan UMKM yang kuat ternyata yang menjadi sumber utama kekuatan ekonomi negara maju, misalnya Jepang, Taiwan dan Korea Selatan. Di Jepang, keberadaan UMKM-nya diakui telah memperkokoh perekonomian Jepang dan membawanya menjadi negara industri. Taiwan yang pada awal proses industrialisasinya masih mengandalkan pada IB, kemudian juga berubah dan lebih mengandalkan pada UMKM. Sejak UMKM-nya lebih diperhatikan, proses industrialisasi Taiwan berkembang dengan jauh lebih pesat. Korea Selatan pada awalnya juga mengandalkan pengembangan ekonominya pada IB, tetapi kemudian menyusun ulang rencana industrialisasinya dan berupaya membuat konsep pengembangan industri yang berpola pada pengembangan IB dan UMKM secara seimbang/bersama.
Gambar berikut menunjukkan peranan UMKM-ekspor di beberapa
negara Asia.
Gambar 2. Sumbangan UMKM pada Total Ekspor Beberapa Negara Asia (2000)
Studi tentang UMKM sebenarnya sudah sangat sering dilakukan karena hampir semua pihak dan kalangan sudah memiliki pemahaman yang sama tentang pentingnya peranan UMKM di masyarakat (Tambunan, et.al., 2002). UMKM disadari memiliki potensi dalam penyerapan tenaga kerja, penyumbang APBN pada skala nasional dan APBD atau PAD pada skala regional dan lokal, serta menjadi safety valve ketika krisis ekonomi. Hampir semua aspek yang berkaitan dengan perkembangan UMKM sudah diteliti, misalnya
8
aspek permodalannya, kegiatan produksi dan ekspornya, serta peningkatan kapasitas SDMnya. Sayangnya semua upaya tersebut masih belum mampu mengangkat keberadaan UMKM yang masih ’kecil’, ’lemah’ dan ’menyedihkan’.
2.2. Pengembangan UMKM Berbasis Klaster
Salah satu dugaan atas ’kegagalan’ dari berbagai usaha untuk mengangkat UMKM tersebut adalah karena pendekatan unit analisis yang digunakan. Berbagai upaya pembinaan tersebut hanya ditujukan terhadap masing-masing UMKM yang dilihat sebagai satuan unit usaha yang mandiri.
Masing-masing UMKM dibina, diberi tambahan modal dan
ditingkatkan SDM-nya, tetapi kemudian dibiarkan untuk berkompetisi secara sendirisendiri, sehingga akhirnya mengalami kegagalan. Mungkin kunci permasalahannya adalah tidak membiarkan masing-masing unit UMKM tersebut untuk berkembang secara sendirisendiri, sehingga mengakibatkan peranan UMKM masih lemah dan belum menjadi pendukung utama perekonomian. Selain itu, kondisi ini diduga juga muncul karena tidak adanya arah pengembangan UMKM yang dapat menyatukan upaya-upaya pengembangan yang telah dilakukan oleh setiap pihak yang berkepentingan tersebut, sehingga upaya pengembangan yang dilaksanakan tidak lagi dilaksanakan secara parsial. Salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah melalui pengembangan klaster industri kecil dan (klaster UMKM). Klaster adalah konsentrasi geografis antara perusahaan-perusahaan yang saling terkait dan bekerjasama, yang diantaranya melibatkan pemasok barang, penyedia jasa, industri yang terkait, serta sejumlah lembaga yang secara khusus berfungsi sebagai penunjang dan/atau pelengkap. Hubungan antar perusahaan dalam klaster dapat bersifat horisontal atau vertikal. Bersifat horisontal melalui mekanisme produk jasa komplementer, penggunaan berbagai input khusus, teknologi atau institusi. Sedangkan sifat kerjasama vertikalnya antara lain dapat dilakukan melalui rantai pembelian dan penjualan. Pendekatan pengembangan melalui klaster industri akan meningkatkan produktivitas karena kebutuhan UMKM dalam mengakses atau memperoleh sumber daya dapat terkonsentrasi di satu tempat. Hal ini membantu meringankan biaya transaksi (transaction costs). Sumberdaya produktif yang dimaksud dapat berupa teknologi, informasi, 9
sum mberdaya m manusia, kaapital, atau sumber daaya lainnyaa.
Selain itu, konseentrasi dan
inteeraksi yang g tinggi an ntar sesamaa UMKM dalam klasster akan m memperlanccar proses peny yebaran dan n pertukaran n informasii, pertukaran n pengalam man dan sebagainya. Ide-ide I dan prak ktek-praktek k terbaik yaang ada dan n dimiliki an nggota klastter segera akkan menyeb bar dengan cepaat dalam kllaster. Di samping s itu, ada peninggkatan paraameter kineerja baru yan ng muncul sehiingga semaakin menum mbuhkan su uasana berrkompetisi diantara U UMKM dalaam klaster tersebut. Alasaan inilah yang y menjaadikan klastter industrii seperti Siilicon Valleey mampu men nelurkan karrya-karya in novatif tanp pa henti. Menuru ut Bappenass (2006), yang y dimakssud dengan n klaster addalah kelom mpok usaha indu ustri yang ssaling terkaait. Klasterr mempunyai dua elem men kunci, yaitu: (1) perusahaan p dalaam harus saaling berhu ubungan, dan n (2) berlokkasi di suatu u tempat yaang saling berdekatan, b yang mudah dikenali d sebagai suatu kawasan in ndustri. Seebagian besaar hubungaan meliputi hub bungan atau jaringan so osial yang menghasilka m an manfaat bagi perusaahaan yang g terlibat di dalaamnya. Sem mentara itu,, kedekatan n lokasi dim maksudkan untuk u meninngkatkan ko ontak antar peru usahaan daan meningk katkan nilaai tambah ppada pelak ku yang teerlibat dalaam klaster. Ked dekatan lok kasi juga beerperan dallam mencipptakan efisiiensi waktu u dan biayaa. Gambar beriikut menunjjukkan conttoh suatu klaster.
Gambar 3. 3 Kompon nen Suatu Klaster K 10
Seiring dengan perkembangan teknologi transportasi dan komunikasi, permasalahan jarak menjadi bisa teratasi. Cakupan klaster tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. Suatu klaster bisa meliputi satu kota atau lebih, bahkan nasional. Dengan perkembangan yang ada, suatu klaster dapat berubah dengan cepat dan mengalami pelipatgandaan skala operasi secara nasional maupun internasional. Namun jika klaster yang berada dalam satu wilayah administratif tentu dapat memudahkan pemerintah dalam menentukan kebijakan yang berguna dalam mengembangkan klaster UMKM, karena keberadaan klaster industri akan meningkatkan produktivitas karena kebutuhan UMKM dalam mengakses atau memperoleh sumber daya dapat terkonsentrasi di satu tempat. Manfaat pengembangan klaster selanjutnya adalah untuk mendorong spesialisasi produksi pada suatu daerah/wilayah dan mendorong keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif. Keunggulan dibentuknya klaster industri adalah meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya transpotasi dan transaksi, mengurangi biaya sosial, menciptakan asset secara kolektif, dan meningkatkan terciptanya inovasi (Bappenas, 2006).
11
III. METODE PELAKSANAAN DAN LUARAN
3.1. Metode Pelaksanaan
Sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam keseluruhan tahapan penelitian ini, yakni penyusunan strategi pengembangan klaster UMKM berbasis TI dan kemudian mengoptimalkan aplikasinya, maka penelitian ini menggunakan metode action research. Metode ini dipilih karena pada tahun pertama akan dilakukan kajian (research) terhadap strategi-strategi pengembangan yang sudah dilaksanakan dan kemudian berdasarkan hasil kajian itu merumuskan satu strategi pengembangan klaster UMKM. Kemudian pada tahun kedua akan dikembangkan peranan TI sehingga menjadi strategi pengembangan klaster UMKM berbasis TI. Pada tahun ketiga akan dilaksanakan implementasi/tindakan (action) untuk menerapkan strategi yang sudah diperoleh pada tahun kedua, diikuti dengan revisi untuk menghasilkan strategi terakhir. Secara keseluruhan tahapan kegiatan penelitian akan diselesaikan dalam tiga tahap (tiga tahun), dengan metode pelaksanaan dan pendekatan teoritik pada masing-masing tahap sebagai berikut: Tahap Pertama (tahun pertama): Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan pada tahap pertama adalah untuk menghasilkan satu strategi pengembangan klaster UMKM. Untuk mewujudkan hasil tersebut maka kegiatan utama akan dilaksanakan dalam dua langkah yakni; 1) identifikasi keberadaan strategi pengembangan UMKM yang sudah ada, dan 2) penyusunan strategi pengembangan klaster UMKM. Pada langkah pertama, kegiatan yang akan dilaksanakan adalah untuk mengumpulkan informasi awal tentang keberadaan strategi pengembangan UMKM berbasis klaster yang sudah ada. Metode yang digunakan adalah metode studi pustaka, untuk mengumpulkan data sekunder, dan metode survei dengan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data primer. Sebelum dilakukan survei, dilaksanakan kegiatan penyusunan kuesioner dan prasurvei untuk pemantapan kuesioner.
Sesudah kuesioner disempurnakan, kemudian
dilakukan kegiatan pengumpulan data primer dengan metode survei pada sentra-sentra atau 12
’klaster’ UMKM yang ada.
Perolehan data primer dan sekunder dilakukan melalui
pengamatan langsung ke lapangan dan wawancara dengan responden. Data primer diperoleh dari sentra, UMKM, koperasi, dan BDS, sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Koperasi dan UMKM, baik tingkat provinsi maupun kabupaten, instansi terkait, serta laporan/monitoring perkembangan sentra/BDS-P Kementerian Koperasi dan UMKM. Selain dengan teknik wawancara dengan kuesioner, untuk memperoleh data tertentu seperti permasalah-permasalahan yang dihadapi digunakan metode diskusi kelompok terarah (focus group discussion/FGD). Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode desk analysis menggunakan metode analisa faktor (factor analysis) dan regresi logistik (logistic regression) (Gujarati, 1995) dengan program SPSS. Dari hasil analisis dengan metode analisa faktor dan regresi logistik tersebut kemudian disusun ’pra-strategi’ sebagai strategi awal. Strategi awal ini kemudian dimantapkan dengan metode diskusi terarah (focus group discusion/FGD) yang akan melibatkan pihak-pihak yang memiliki kepentingan dan kepedulian (stakeholders) dalam pengembangan UMKM. Hasil FGD akan dipergunakan
untuk
melakukan
finalisasi
strategi
sehingga
dihasilkan
strategi
pengembangan klaster UMKM sebagai output kegiatan tahap pertama.
Tahap Kedua: Tahap kedua adalah kegiatan lanjutan dari tahap pertama dan ditujukan untuk mengimplemantasikan pemanfaatan teknologi informasi (TI) sehingga dapat diperoleh strategi pengembangan klaster UMKM berbasis TI yang telah dihasilkan dari kegiatan tahap pertama. Kegiatan pada tahap kedua ini juga akan dilaksanakan dalam dua langkah sebagai kelanjutan langkah satu dan dua, meliputi langkah: 3) analisis peta potensi dan kendala implementasi TI ke dalam strategi pengembangan klaster UMKM, dan 4) perumusan strategi pengembangan klaster UMKM berbasis. Untuk langkah ketiga ini akan dilaksanakan analisis terhadap peluang/potensi dan kendala/hambatan implementasi TI ke dalam strategi pengembangan klaster UMKM yang sudah dihasilkan pada tahap pertama. Hasil analisis pada langkah ketiga tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai acuan dalam merumuskan dan menerapkan langkah-langkah sosialisasi strategi, persiapan dan implementasi strategi pengembangan klaster UMKM berbasis TI.
13
Kegiatan pada langkah ketiga ini dilaksanakan dengan metode aksi dan pendampingan (action research). Setelah analisis peta potensi diperoleh, kemudian akan dilaksanakan langkah keempat yakni penyempurnaan
dan implementasi strategi, yang
dilaksanakan dengan metode diskusi terarah (FGD) dan action research. Dari seluruh kegiatan yang dilaksanakan pada tahap kedua ini akan dihasilkan hasil model dan metode impelementasi strategi pengembangan klaster UMKM berbasis TI.
Tahap Ketiga: Tahap ketiga adalah kegiatan lanjutan dari tahap kedua dan secara khusus ditujukan untuk mengimplementasikan teknologi informasi (TI) dalam strategi pengembangan klaster UMKM yang telah dihasilkan dari kegiatan tahap pertama dan kedua. Kegiatan pada tahap ketiga ini juga akan dilaksanakan dalam dua langkah sebagai kelanjutan langkah ketiga dan keempat, meliputi langkah: 5) identifikasi pra kondisi penguasaan TI pada klaster UMKM, dan 6) implementasi TI dalam strategi pengembangan UMKM berbasis klaster. Untuk langkah kelima ini akan dilaksanakan analisis terhadap kondisi awal penerapan TI dalam klaster UMKIM dengan metode wawancara (dengan kuesioner) dan diskusi terfokus (FGD). Setelah kondisi penerapan TI diperoleh dan strategi pengembangan disemprnakan menjadi berbasis TI, maka pada langkah keenam selanjutnya akan diimplementasikan unsur-unsur teknologi informasi (TI) dalam aplikasi strategi pengembangan klaster UMKM, dengan metode diskusi terarah (FGD) dan action research. Dari seluruh kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ketiga ini akan dihasilkan strategi pengembangan klaster UMKM dengan basis TI. Secara ringkas, langkah dan target dari masing-masing tahapan dan setiap kegiatan yang akan dilaksanakan dapat digambarkan dengan diagram pada halaman berikut:
14
LANGKAH 1 Identifikasi kondisi/ keberadaan sentra/ Klaster UKM di Jawa Tengah
Studi Pustaka Penyusunan Kuesioner Pra Survei
LANGKAH 2 Perumusan dan penyusunan strategi pengembangan UKM berbasis klaster
Survei Desk Analsysis dan FGD
Analisis Data Penyusunan Strategi Pengembangan
Masalah Penelitian
FGD Model Awal Finalisasi Strategi Pengembangan
Luaran Penelitian
UKM memiliki peranan yang strategis Pengembangan UKM masih bersifat parsial Basis klaster dapat menyatupadukan upaya pengembangan dari setiap pihak yang terlibat Belum adanya model pengembangan UKM berbasis klaster yang ‘benar’
TAHUN PERTAMA
Peta model pengembangan UKM di Jawa Tengah Faktor-faktor pendorong optimalisasi keberhasilan pengembangan UKM berbasis klaster STRATEGI PENGEMBANGAN UKM BERBASIS KLASTER
LANGKAH 3 Identifikasi pra kondisi implementasi TI dalam pengembangan UKM berbasis klaster
Sosialisasi Model Persiapan Implementasi Strategi Pengembangan
Masalah Penelitian
LANGKAH 4 Implementasi strategi pengembangan klaster UKM berbasis TI
LANGKAH 5 Identifikasi pra kondisi implementasi strategi pengembangan klaster UKM berbasis TI
LANGKAH 6 Implementasi strategi pengembangan klaster UKM berbasis TI
Verifikasi (FGD) Penyempurnaan Strategi Pengembangan
Analisis Impelemantasi TI dalam Strategi Pengembangan Klaster UKM
Verifikasi (FGD) Impelentasi TI dalam Strategi Pengembangan UKM
Luaran Penelitian
Konsep pengembangan klaster UKM masih relatif baru Implementasi TI dalam pengembangan klaster UKM memerlukan partisipasi yang lengkap diantara para stakeholders Perlu adanya sosialiasi yang mendalam terhadap strategi implementasi TI dalam pengembangan klaster UKM
Peta potensi permasalahan dan peluang keberhasilan implementasi TI dalam strategi pengembangan klaster UKM IMPLEMENTASI TI DALAM STRATEGI PENGEMBANGAN UKM BERBASIS KLASTER
TAHUN KEDUA
Gambar 4. Tahapan Metode Penelitian 15
Masalah Penelitian Pengembangan klaster UKM memerlukan kerjasama dan sinergi diantara para pelaku (UKM) dengan unsurunsur pendukungnya Keterandalan informasi menjadi faktor kunci keberhasilan pengembangan klaster UKM Teknologi informasi (TI) memberi peluang meningkatkan pengembangan klaster UKM
Luaran Penelitian Peta model pengembangan UKM di Jawa Tengah Potensi implementasi TI dalam klaster UMKM IMPLEMENTASI TI DALAM STRATEGI PENGEMBANGAN UKM BERBASIS KLASTER
TAHUN KETIGA
3.2. Luaran Kegiatan Penelitian ini diharapkan akan dapat diselesaikan selama 3 (tiga) tahun dengan capaian akhir terbentuknya klaster-klaster UMKM yang memanfaatkan teknologi informasi, dengan studi kasus
di Jawa Tengah.
Secara bertahap luaran yang akan
dihasilkan pada setiap akhir tahun pelaksanaan adalah sebagai berikut: a) Luaran tahun pertama: •
Publikasi ilmiah tentang peta strategi pengembangan UMKM (disampaikan dalam jurnal ilmiah terakreditasi)
•
Faktor-faktor pendorong optimalisasi keberhasilan pengembangan UMKM berbasis klaster (disampaikan dalam jurnal ilmiah terakreditasi)
•
Model Strategi Pengembangan UMKM Berbasis Klaster (disampaikan dalam jurnal ilmiah terakreditasi dan diajukan untuk memperoleh HKI)
b) Luaran tahun kedua: •
Peta potensi permasalahan dan peluang keberhasilan implementasi strategi pengembangan klaster UMKM (disampaikan dalam jurnal ilmiah terakreditasi)
•
Implementasi Strategi Pengembangan UMKM Berbasis Klaster (disampaikan dalam jurnal ilmiah terakreditasi)
c) Luaran tahun ketiga: •
Kajian kondisi dan potensi kesiapan klaster-klaster UMKM untuk mengimplemntasikan TI, dengan studi kasus di Jawa Tengah (disampaikan dalam jurnal ilmiah terakreditasi)
•
Implementasi TI dalam Strategi Pengembangan UMKM berbasis klaster (disampaikan dalam jurnal ilmiah terakreditasi dan diusulkan untuk memperoleh HKI)
16
IV. HASIL KEGIATAN
4.1. Kondisi Klaster UMKM di Jawa Tengah
Komponen penyusun/anggota dari suatu klaster di Indonesia sebagian besar adalah industri usaha mikro, kecil dan menengah (IMKM). Sebagian besar UMKM anggota klaster hanya memproduksi barang-barang untuk pasar lokal dan sekitarnya, menggunakan tenaga kerja keluarga dan terkadang hanya pada saat-saat tertentu saja menggunakan tenaga kerja dari luar yang dibayar. Dengan kondisi tersebut, maka jika menggunakan definisi yang digunakan Porter (1998), yaitu adanya keterkaitan industri dari mulai pengadaan dan penggunaan bahan baku sampai dengan pemasaran hasil produksinya, maka lebih dari 90 % sentra industri yang ada di Indonesia selama ini masih belum dapat dikatagorikan sebagai klaster (DEPERINDAG, 2002). Klaster yang lengkap akan membentuk rantai nilai (value chain) antar perusahaan dengan berbagai besaran, maupun antar industri yang berkaitan, sehingga memiliki efek nilai tambah melalui peningkatan produktivitas yang diperoleh karena adanya spesialisasi produk. Sistem klaster mempunyai manfaat berupa effisiensi kolektif dan kerjasama kegiatan (Porter, 1998).
Kerjasama tersebut dapat terjadi dan dilaksanakan, misalnya
dalam hal pembelian bahan baku, pemasaran, pembuatan produk bersama, serta dalam memanfaatkan jasa-jasa pihak ketiga.
Disamping itu, pengembangan klaster juga
bermanfaat dalam penekanan biaya transaksi dan tumbuhnya kewirausahaan, melalui proses saling tukar informasi, saling membandingkan pekerjaan dan sebagainya. Kebijakan pengembangan klaster di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 2000-an (Bappenas, 2006). Dalam dokumen PROPENAS (Program Pembangunan Nasional) tahun 2000-2004, pendekatan klaster industri juga telah dinyatakan dan dituangkan secara eksplisit.
Pencantuman masalah pengembangan klaster tersebut dalam dokumen
PROPEAS rupanya telah memicu dinas dan departemen yang ada untuk berlomba-lomba melakukan pendekatan dan pembinaan terhadap klaster UMKM.
Beberapa institusi
Pemerintah Pusat juga memiliki program yang berkaitan dengan upaya pengembangan klaster UMKM, antara lain adalah: 17
a. Badan Perencanan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), bekerjasama dengan UNDP dan UNCHS berinisiasi terhadap proyek Poverty Alleviation through Rural-Urban Lingkages (PARUL) sebagai upaya untuk meningkatkan keterkaitan desa dan kota di suatu Provinsi ataupun Kabupaten yang dipilih. Pada tahun 2000, program ini berganti menjadi KPEL (Kemitraan Pengembangan Ekonomi Lokal) di 19 Kabupaten/Kota di 6 Provinsi sebagai pilot project. b. Departemen Perindustrian dan Perdagangan, pendekatan klaster tertuang dalam Kebijakan Pembangunan Industri dan Perdagangan tahun 2001, yaitu kebijakan pembangunan industri jangka panjang diarahkan untuk pembentukan industri klaster dengan memperkuat industri-industri yang terdapat dalam mata rantai (value chain) yang mendorong keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif. Sehubungan dengan itu, kebijakan dasar yang menjadi perhatian adalah membentuk hubungan antara industri pendukung dan terkait di bagian hulu maupun di hilir. Selain itu, Deperindag juga memprakarsai proyek pembentukan klaster industri tertentu di beberapa daerah. c. Kementrian Koperasi dan Industri Kecil dan Menengah (KUMKM), menggunakan pendekatan klaster sebagai kebijakan pemberdayaan UMKM yang meliputi program pengembangan
sentra/klaster
UMKM,
fasilitasi
penguatan
lembaga
bantuan
pengembangan bisnis (BDS) , dan pemberian modal awal padanan (MAP). Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan kinerja UMKM, peningkatan lapangan kerja, serta peningkatan pendapatan masyarakat. Dana yang disediakan sebesar Rp.200 juta yang disalurkan melalui koperasi atau unit simpan pinjam. d. Kementerian Riset dan Teknologi, pendekatan klaster telah menjadi landasan kebijakan di bidang riset dan teknologi, khususnya terkait dengan pengembangan technoindustrial dan aliansi strategis. e. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), telah memprakarsai percontohan klaster industri daerah dalam rangka pengembangan unggulan daerah. Guna mendukung hal tersebut, BPPT juga melakukan kegiatan eksplorasi, sinkronisasi dan sinergi program antar stakeholder, terutama Kementerian KUMKM, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Pertanian, Kementerian Riset dan Teknologi, dan daerah setempat yang menjadi lokasi studi. 18
Perkembangan klaster di Jawa Tengah, hampir sama dengan klaster di Indonesia yang didominasi oleh UMKM yang memberikan kontribusi sebesar 30 % dari seluruh jumlah UMKM Nasional. Presentasi yang besar dari klaster yang terdiri dari usaha UMKM ini belum secara optimal dikembangkan, padahal sektor UMKM memiliki kemampuan daya ungkit tinggi terhadap pembangunan dan kesempatan kerja kepada masyarakat. UMKM dengan karakternya yang fleksibel dengan teknologi perpaduan antara padat modal dan padat karya dalam memanfaatkan sumber daya lokal telah terbukti lebih mampu bertahan terhadap krisis ekonomi dan perubahan-perubahan yang terjadi sebagai konsekuensi globalisasi. Ukurannya yang relatif mikro-kecil-menengah, menjadikan kelompok usaha ini lebih mudah untuk melakukan penyesuaian terhadap pengembangan teknologi dan tuntutan pasar yang dinamis. Model pengembangan klaster industri di Jawa Tengah, selama ini telah diarahkan pada produk unggulan daerah seperti klaster mebel, klaster makanan, klaster tekstil dan produk tekstil dan klaster logam. Penyebaran klaster logam di Jawa Tengah terdapat di Kabupaten Tegal, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Pati dan Kabupaten Purbalingga. Masing-masing daerah tersebut mempunyai spesifikasi pengembangan produk logam. Misalnya Kab. Tegal terkenal dengan industri rekayasa mesin, Klaten terkenal dengan cor logamnya, Boyolali terkenal dengan kerajinan logam, Pati dengan kerajinan logam dan kuningan dan Purbalingga dengan kerajinan knalpot. Perbedaaan Pati dan Boyolali adalah terletak pada proses pembuatan kerajinan tersebut, untuk Pati dengan proses cor sedangkan Boyolali dengan model tempa dan ukir. Selain perbedaan dalam spesifik pengembangannya, kelima klaster tersebut mempunyai persamaan, antara lain dalam hal sejarah terjadinya industri klaster logam tersebut, yang rata-rata cukup lama baik pada jaman kolonial maupun pra kolonial. Disamping sejarah terbentuknya klaster, umumnya keterampilan industri tersebut diberikan secara turun temurun. dengan menggunakan teknologi yang masih tradisional. Kelebihan klaster logam di Jawa Tengah adalah kemampuannya dalam menyokong perekonomian daerah dengan usaha kecil dan menengahnya.
Sejauh ini proses
pengembangan klaster masih berlangsung di beberapa wilayah di Jawa Tengah. positif yang telah dicapai pada proses tersebut antara lain: a. Tumbuhnya kembali modal sosial di masyarakat 19
Hasil
b. Meningkatnya keterampilan teknis produksi dan manajemen usaha c. Berkembangnya proses prencanaan yang partisipatif dan bottom-up d. Beberapa klaster telah menunjukkan peningkatan pendapatan e. Beberapa klaster mulai memperoleh kepercayaan dari industri terkait Meskipun klaster yang ada di Jawa Tengah sangat dimungkinkan sudah dewasa dari sudut usia klaster tersebut, namun pada umumnya kondisinya masih belum terorganisir dengan baik sehingga jalinan kerjasama antar pelaku usaha tidak ada, bahkan mengarah pada kondisi lingkungan persaingan yang tidak kondusif. Padahal keterkaitan antar perusahaan, bauran antara persaingan dan kerjasama, eksternalitas aglomerasi dan sebaran pengetahuan antara perusahaan-perusahaan dalam suatu klaster menjadi pilar pertumbuhan klaster. Permasalahan yang dihadapi pada klaster di Jawa Tengah, lebih banyak mengarah kepada ketidakmampuan klaster dalam membuka atmosfir sehingga menghambat dalam proses spesialisasi.
4.2. Kondisi Keberadaan TI pada UMKM
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa secara keseluruhan terdapat 90 orang UMKM yang berhasil ditemukan dan diamati, yang tersebar pada tiga kabupaten yaitu Kabupaten Semarang, Demak dan Sragen. Dari 90 UMKM yang diamati, hanya ada 17 unit usaha (18,9 persen) yang memiliki 19 komputer PC. Berarti ada 2 unit punya 2 PC dan 15 lainnya hanya memiliki 1 PC per unit. Gambaran kepemilikan PC dan akses internet tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 5. Kepemilikan Komputer dan Akses Internet 20
Kondisi ini menunjukkan bahwa kemajuan teknologi informasi (komputer) masih belum menyentuh UMKM sehingga mereka sama sekali belum mampu memanfaatkan potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh teknologi informasi untuk mendukung aktivitas mereka.
UMKM masih melaksanakan aktivitas, baik aktivitas produksi maupun
manajerial, secara tradisional, tanpa didukung dengan kemajuan teknologi informasi yang saat ini sebenarnya sudah berkembang dengan sangat pesat. Dari 17 unit usaha uang menyatakan sudah memiliki komputer PC ternyata tidak ada yang mempunyai fasilitas server/jaringan. Hal ini dapat dimaklumi karena mereka yang menyatakan memiliki komputer rata-rata hanya memiliki 1 unit PC saja, sehingga tidak perlu dijadikan server. Komputer yang dimiliki pada umumnya hanya dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan administrasi yang sederhana saja dan belum dimanfaatkan secara maksimal untuk mendukung keseluruhan kegiatan manajerial, misalnya untuk sistem manajemen data, dan pemasaran produk UMKM.
Kondisi ini cukup
memprihatinkan, karena keberadaan teknologi dan sistem informasi yang sudah sedemikian pesat belum menyentuh dan dimanfaatkan secara penuh oleh UMKM. Telaah
selanjutnya
terhadap
kepemilikan
dan
penggunaan
PC
tersebut
menunjukkan bahwa dari 19 PC yang ada, hanya ada 4 unit (atau berarti hanya 21,1% dari jumlah PC yang ada) yang mempunyai koneksi internet. Keberadaan koneksi internet dapat digunakan sebagai salah satu indikator kemajuan dan tingkat pemanfaatan teknologi dan sistem informasi yang ada saat ini. Melalui koneksi internet yang ada, UMKM dapat mengakses berbagai informasi yang ada di dunia maya yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk mendukung usahanya. Akses internet juga dapat dimanfaatkan untuk memperluas jangkauan pemasaran produk UMKM. Sayangnya dari UMKM yang memiliki komputer hanya sekitar 21% saja yang memiliki koneksi internet, sedangkan sebagian besar lainnya (80%) sama sekali belum memiliki koneksi ke internet. Jika data koneksi internet ini dilihat untuk seluruh UMKM yang diamati (90 unit UMKM) maka kondisinya lebioh memprihatinkan lagi, yakni hanya ada 5% (4 unit usaha) yang memiliki akses internet sehingga ada 95% dari seluruh UMKM yang sama sekali tidak memiliki akses internet. Jumlah ini baru mengidentifitasi keberadaan ases internetnya dan belum melihat lebih mendalam bagaimanakah pemanfaatan akses internet tersebut untuk mendukung kemajuan usahanya. 21
Selain akses internet, indikator lain yang dapat dipergunakan untuk mengukur kemajuan pemanfaatan teknologi dan sistem informasi adalah kepemilikan website. Dengan memiliki website maka UMKM dapat menginformasikan keberadaan usahanya dan menginformasikan seluruh produk yang dihasilkannya. Website yang baik juga dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai media komunikasi antara UMKM dengan pelanggan atau calon pelanggan/buyer tentang produk yang ditawarkan, sekaligus menjadi media transaksi jika kesepakan transaksi sudah dicapai.
Sayangnya data yang diperoleh
menunjukkan bahwa dari ke-90 UMKM yang diteliti, sama sekali tidak ada UMKM yang mempunyai website. Bahkan jika dilakukan penjelajahan ke dunia maya, memang hanya ditemukan cuma ada beberapa website UMKM, itupun sebagian besar datanya tidak diupdate dan sarana komunikasinya (chatting) tidak aktif. Kepemilikan dan kemajuan penggunaan sarana teknologi informasi memang harus menjadi keinginan yang kuat dan mendapat dukungan sepenuhnya dari pihak manajemen/pimpinan yang ada. Dukungan tersebut selain dapat dilihat dari antusiasme pimpinan terhadap kemajuan sistem informasi, juga dapat dilihat dari kemauan pimpinan untuk mengalokasikan sejumlah dana menjadi komponen anggaran/pengeluan yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan sistem informasi. Dari keseluruhan UMKM yang diteliti, ternyata hanya ada 1 UMKM yang memiliki anggaran pengembangan teknologi informasi. Satu UMKM ini adalah yang memiliki PC dan akses internet, nsehingga dapat diduga bahwa anggaran tersebut sebenarnya hanyalah anggaran yang disediakan untuk membayar akses internetnya saja dan belum menjadi anggaran untuk sepenuhnya dipergunakan untuk mengembangkan secara penuh dan memanfaatkan sistem informasi yang ada. Kepemilikan komputer seharusnya dapat dimanfaatkan oleh UMKM secara maksimal untuk menudukung aktifitas usahanya. Misalnya untuk mendukung kegiatan administrasi surat menyurat, manajemen data karyawan, manajemen data produk, disain pengembangan produk, akuntansi dan keuangan, pemasaran dan sebagainya. Pemanfaatan tersebut akan dapat dilaksanakan secara maksimal melalui program-program aplikasi yang saat ini sudah banyak beredar di pasaran dan dapat dimanfaatkan dengan mudah dan murah. Dari hasil survey menunjukkan bahwa dari segi penggunaan program aplikasi, belum ada satupun yang menggunakan aplikasi bisnis dan sebagian besar hanya 22
men nggunakan aplikasi daari MS Offfice khusuusnya Word d dan Exccel.
Hal in ni berarti
men nunjukkan bahwa keepemilikan komputer PC masih h hanya dimanfaatka d an untuk men ndukung keegiatan adm ministrasi saaja dan bellum secara maksimal dimanfaatk kan untuk men ndukung akktifitas bisn nis, pengem mbangan prooduk dan pemasaran. p kom mputer yang g memilikii program aplikasi SP PSS, men nggunakan program ‘lainnya’.
Hanya ada 6,3%
dan ada 16,6% % yang meenyatakan
Empat pelaku UMKM M yang menggunakan n internet
keseemuanya menggunakan m n program IE (internett explorer). Gambar bberikut men nunjukkan keberadaan pro ogram aplik kasi yang dig gunakan oleeh UMKM yang y memiliki PC.
6 6.3%
16.7% 35.4%
6.3 3%
WORD EXCEL POWER R POINT
35.4% %
SPSS Lainnyaa
G Gambar 6. Penggunaan P n Program Aplikasi A
Aplikassi teknolog gi informaasi dipercaaya akan dapat meeningkatkan n kinerja klassterUMKM, khususny ya dalam hal h efisienssi produksii dan mannajemen, yaang pada akhirnya akan m meningkatk kan produkttivitas. Pad da umumnyaa para pelakku UMKM sadar atas b tetap masih tidak mengap plikasikan sistim s dan teknologi hal itu, tetapi sebagian besar ormasi padaa kegiatan usahanya. info
Ketidakm mampuan UMKM U unttuk mengap plikasikan
sistiim dan tekknologi info ormasi dalaam menduk kung aktifiitas bisnisnnya ternyataa didasari dengan berbag gai alasan yang y beragaam. Dari data d yang diiperoleh daapat diketah hui bahwa alassan utama untuk u tidak k mengaplik kasikan sistim dan tek knologi infformasi adaalah tidak adan nya SDM yyang mendu ukung. Alaasan kedua adalah a bahw wa aplikasi sistim dan teknologi info ormasi masiih dianggap suatu peng geluaran yan ng boros dan n mahal sehhingga mereeka belum mam mpu mengaadakan dan mempunyaai sarana peemanfaatan sistim dann teknologi informasi 23
tersebut. Gambar berikut menunjukkan adanya berbagai alasan bagi UMKM sehingga mereka tidak mau/tidak mampu menyediakan peralatan yang dapat mendukung penerapan sistim dan teknologi informasi bagi aktifitas usahanya.
Gambar 7. Alasan Untuk Tidak Menggunakan TI
Seluruh gambaran di atas sangat jauh berbeda dengan kondisi pemanfaatan komputer dan internet pada UKM Eksportir yang telah disurvei oleh USAID/PEG melalui kegiatan Penelitian Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi Oleh UKM Eksportir di Indonesia pada tahun 2001 yang sebagian hasilnya menunjukkan data sebagai berikut. Tabel 2. Implementasi Teknologi Informasi pada UKM Eksportir (2001)
Sumber: Suriadinata (2001).
24
Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar (84,7%) UKM Eksportir sudah menggunakan komputer dan hanya sebagian kecil (14,4 persen) yang tidak menggunakan komputer. Kondisi ini memang berbeda, karena suatu UKM Eksportir pasti memerlukan sarana teknologi informasi yang cukup baik dan handal yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitasnya. Sementara itu untuk UMKM yang diteliti menunjukkan kondisi yang sebaliknya, yakni sebagian besar masih belum dapat memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Data penggunaan komputer pada tabel di atas juga menunjukkan bahwa sebagian besar (60%) keberadaan komputer dimanfaatkan untuk kepentingan manajemen dan akses internet, kemudian untuk kepentingan administrasi dan manajemen (20,1%) sedangkan yang dipergunakan untuk surat-menyurat hanya sebesar 4,1 persen. Kondisi ini sudah jauh lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi UMKM di Jawa Tengah. Sedangkan jika dilihat dari kepemelikan jaringan jaringan (LAN) terlihat kondisi yang relatif sama, yaitu hanya sebagian (30%) saja UKM Eksportir yang memiliki jaringan LAN, meskipun sebagian besar UKM tersebut memiliki jumlah PC 2-3 buah tetapi masingmasing PC belum terhubung satu dengan yang lainnya dalam suatu sistem jaringan terintegrasi, misalnya dengan sistem LAN.
25
V. PENUTUP
Hasil penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Konsep klaster telah mulai dipakai oleh banyak pihak di Jawa Tengah sebagai salah satu metode pembinaan dan pengembangan UMKM secara lebih terfokus dan dianggap yang paling dapat menyatukan berbagai kepentingan dalam upaya pengembangan peranan UMKM. 2) Sebagian besar UMKM di Jawa Tengah tidak memiliki sarana, khususnya PC dan/atau koneksi internet, yang dapat dipergunakan untuk mengimplementasikan sistem dan teknologi informasi bagi peningkatan produktivitas usahanya. 3) Hanya 5 persen UMKM di Jawa Tengah yang memiliki akses internet, tetapi tidak ada yang memanfaatkannya untuk membangun website. 4) Perlu dilakukan upaya pengembangan klaster yang strategis, terarah dengan satu pola pengembangan yang sama, serta dilaksanakan secara sinergis diantara pihak-pihak yang berkepentingan dalam upaya pengembangan tersebut. 5) Pemanfaatan teknologi informasi perlu ditingkatkan khususnya dalam meningkatkan efektivitas kerjasama antara UMKM yang menjadi anggota klaster
26
PUSTAKA Bair J, Gereffi G (2001) Local Clusters in Global Chains: The Causes and Consequences of Export Dynamism in Torreon Blue Jeans Industry. World Development 29 (11): 1885–1903. Bappenas, 2006, Panduan Pembangunan Industri: Untuk Pengembangan Ekonomi Daerah Berdaya Saing Tinggi, Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal, Bappenas, Jakarta. Berry, A., E. Rodriguez and H. Sandee, 2001, Firm and Group Dynamics in the Small and Medium Enterprise Sector in Indonesia. The International Bank for Reconstruction and Development, The World Bank, Washington, D.C. BPS, 2006, Statistik Indonesia 2005. Badan Pusat Statistika, Jakarta. David W. Edgington (2004) “Japanese Approaches to Technology Clusters: Implications for British Columbia”. Canada-Asia Commentary, Number 48 (Feb) Giuliani E, Pietrobelli C, Rabellotti R (2005) Upgrading in Global Value Chains: Lessons from Latin America Clusters. World Development 33 (4): 549–73. Harayama, Yuko (2008). Innovation and Cluster Policy in Japan. Competitiveness Clusters Forum, November. Hill, H., 2001, Small and Medium Enterprises in Indonesia: Old Policy Challenges for a New Administration. Asian Survey, 41(2): 248-70. Hosoya, Yuji (2009). Japanese Cluster Policy and Recent Development in the Global Perspective. Paper Presented in the Seminar on Innovation and Prosperity in the Baltic Sea Region. New Tools for Transnational Collaboration, Copenhagen, Denmark. Junichi Nishimura & Hiroyuki Okamuro (2008) “Has the industrial cluster project improved the R&D efficiency of industry-university partnership in Japan?”. CCES Discussion Paper Series, No.4 November Kentaro Yoshida & Machiko Nakanishi (2005) “Factors underlying the Formation of Industrial Clusters in Japan and Industrial”. Cluster Policy: A Quantitative Survey. Institute of Developing Economies Discussion Paper No. 45 (December) Kiyoshi Hori (2004) “Small and Medium-sized Enterprises in Japan in 1990s: Recent trends of SME’s, entrepreneurship, and industrial clusters”. Annual Bulletin of The institute for Industrial Research of Obirin University, No.22 (March) pp.81109
27
Masayuki Kondo (2005) “Networking for technology acquisition and transfer”. International Journal of Technology Management Volume 32, Number 1-2 / pp. 154 – 175 Masayuki Kondo (2006) “Regional Innovation Policy and Venturing Clusters in Japan”. Nishimura,
Junichi and Okamuro, Hiroyuki (2008) Has the industrial cluster project improved the R&D efficiency of industry-university partnership in Japan? CCES Discussion Paper Series No.4.
Nobutaka Odake (2007) Innovation cluster approach for establishing SIS in Japan; sub national innovation system (SIS) and technology capacity building policies to enhance competitiveness of SMEs. SIS national workshop in Jakarta, Indonesia (april) Pellenbarg P.H., L.J.G. van Wissen1, J. van Dijk , 2002, “Firm Relocation: State of the Art and Research Prospects” University of Groningen, Research Institute SOM (Systems, Organisations and Management) Research Report #02D31. Porter, M. E., 1998, Clusters and the New Economics of Competition. Harvard Business Review, November-December(6), 77-91. Shinya Okuda (2006) “The Japan Industrial Cluster” Regional Economic and Industrial Policy Group (METI), April. Simmie J (2004) Innovation and clustering in the globalised international economy. Urban Studies 41: 1095–112. Sunaryanto, L.T. dan M Tambunan, 2004, Industri Skala Menengah: Potensi dan Peluang Pengembangannya, Dian Ekonomi, Fakultas Ekonomi UKSW, Salatiga.Tambunan, T. (1999). Perkembangan Industri Skala Kecil Di Indonesia. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya. Sunaryanto, L.T., 1984, Kinerja Industri Kecil Kerajinan Genting di Maospati, Jawa Timur, Skripsi, IPB, Bogor. Sunaryanto, L.T., 1996, Kinerja UMKM Pertanian, Baseline Survey Sektor Pertanian, FP UKSW dan World Vision Internasional (WVI), Jakarta. Sunaryanto, L.T., 2006, Dinamika Industri Skala Menengah, Gejala Missing of the Middle dan Sumber-Sumber Pertumbuhan Industri, Disertasi, IPB, Bogor. Suriadinata, Y.S.A., 2001, Penelitian Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi Oleh UKM Eksportir di Indonesia, Studi Kasus di Medan, Bandar Lampung, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makassar. USAID/PEG, Jakarta. Tambunan, M., 2003, Strategi Industrialisasi Berbasis Usaha Kecil dan Menengah: Sebuah Rekonstruksi pada Masa Pemulihan dan Pasca Krisis Ekonomi. Orasi Ilmiah
28
Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tambunan, M., A. Ikhwan, L.T. Sunaryanto, Ubaidillah, 2002, The Great Vertical Immobility of Smaller Enterprises in Indonesia. Paper on The First International Conference on Medium Sized: The Missing Middle. Durham University, Durham. Toshihiro Kodama (2007) “Industrial Cluster Policy in Japan - Its Concept, Origins, Development and Implications“. Presentation for Workshop on Japanese Approaches to Local Development, Clusters, Industry -University Linkages and Implications for British Columbia UBC, Vancouver, March 8-9. van Dijk, M and Sandee, H (2002). Innovation and Small Enterprise in the Third World. Edward Elgar Publishing Limited. World Economic Forum (2009). The Global Competitiveness Report 2009-2010. Geneva Switzerland. Yuko Hirayama (2008) “Innovation and Cluster Policy in Japan”. Competitiveness Clusters Forum November. Yumiko Okamoto (2008) “Paradox of Japanese Biotechnology: Can the Regional Cluster Development Approach be a Solution?”. Department of Policy Studies, Doshisha University, Imadegawa-Dori, Kamigyo-ku, Kyoto, Japan. Yuya Kajikawa, Yoshiyuki Takeda, Ichiro Sakata, and Katsumori Matsushima (2006) “Interfirm networks of regional clusters in Japan”. Graduate School of Engineering, The University of Tokyo, Tokyo, Japan
29
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
KUESIONER KAJIAN STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER USAHA KECIL DAN MENENGAH (UMKM) BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI (TI)
Pengantar: Peneltian ini bertujuan untuk melihat dan memotret keberadaan klaster UMKM di Jawa Tengah dan penggunaan teknologi informasi (ICT) dalam menunjang strategi pengembangan UMKM di Jawa Tengah. Informasi tersebut selanjutnya akan diolah dan dimanfaatkan untuk menyusun model strategi pengembangan UMKM berbasiskan TI yang akan memanfaatkan sistem informasi dan teknologi yang diharapkan benar‐benar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan UMKM di Jawa Tengah. Semua informasi yang diberikan akan dipergunakan hanya untuk mendukung pencapaian tujuan dari penelitian ini dan tidak akan dipergunakan diluar kepentingan penelitian ini. Atas segala bantuan dan informasinya, kami sampaikan banyak terima kasih. 1. Enumerator
:
2. Kabupaten
:
3. Kecamatan
4. Nomer urut
Diisi oleh Petugas Koding
:
:
BAGIAN I: KETERANGAN UMUM 1.
Nama Responden
: .............................................................................................................
2.
Kedudukan/Jabatan di perusahaan
: .............................................................................................................
3.
Nomer telp/HP
: .............................................................................................................
BAGIAN II: TENTANG INDUSTRI/UMKM 4.
Nama Industri
: .............................................................................................................
5.
Alamat
: .............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
30
6.
Jenis usaha yang utama: a. Produsen/pabrik pembuatan ................................................................................................. b.
Asal bahan baku utama: a. Lokal ......... %, b. Antar pulau .........%, c. Ekspor ............%
c.
Tujuan utama pemasaran: a. Lokal ......... %, b. Antar pulau .........%, c. Ekspor ............%
d.
Omset tahunan:
7.
Jumlah pegawai/karyawan:
a. Dibawah 100 juta,
b. Antara 100‐500 juta,
c. Antara 500‐1 M,
d. Diatas 1M
a. Sarjana ...... org,
b. SMA ........ org,
c. SMP ........ org,
d. SD/Tdk Sklh .......org
BAGIAN III: Ketersediaan Perangkat Keras dan Pendukung (ISI atau SILANG pada jawaban Anda) 8.
Berapakah jumlah komputer/PC yang dimiliki perusahaan anda?
........... unit
9.
Berapa jumlah server yang dimiliki perusahaan anda?
........... unit
10. Apakah semua komputer tergabung ke jaringan server?
YA
TDK
TDKTH
11. Apakah seluruh komputer dan perangkat keras pendukung lainnya sudah terhubung pada jaringan Internet?
YA
TDK
TDKTH
12. Apakah ada anggaran khusus untuk biaya perawatan perangkat keras yang terkait dengan teknologi informasi?
YA
TDK
TDKTH
BAGIAN IV: Ketersediaan Perangkat Lunak 13. Jenis aplikasi komputer (program) apa yang sering Anda gunakan: a.
Administrasi Perperusahaanan
YA
TDK
TDKTH
b.
Manajemen Keuangan
YA
TDK
TDKTH
c.
Manajemen Usaha
YA
TDK
TDKTH
d.
Manajemen Sumber Daya Manusia
YA
TDK
TDKTH
e.
Manajemen Sarana dan prasarana
YA
TDK
TDKTH
f.
Manajemen Stok Barang
YA
TDK
TDKTH
g.
Manajemen Kesehatan/Jamsostek
YA
TDK
TDKTH
h.
Lainnya: ........................................................................................
14. Nama aplikasi komputer (program) apa yang sering Anda gunakan: i.
WORD
YA
TDK
TDKTH
j.
EXCEL
YA
TDK
TDKTH
31
k.
POWER POINT
YA
TDK
TDKTH
l.
ACCESS
YA
TDK
TDKTH
m. VISIO
YA
TDK
TDKTH
n.
SPSS
YA
TDK
TDKTH
o.
Lainnya: ........................................................................................
p.
Lainnya: ........................................................................................
q.
Lainnya: ........................................................................................
15. Apakah ada perangkat lunak yang dikembangkan oleh perusahaan anda sendiri?
ADA
TDK
TDKTH
16. Apakah anda merasakan manfaat dari perangkat lunak yang anda gunakan?
YA
TDK
TDKTH
SDH
BLM
TDKTH
17. Apakah pemanfaatan perangkat lunak sudah maksimal? BAGIAN V: Penggunaan dan Manfaat dari Teknologi Informasi 18. Apakah perusahaan anda memiliki situs/WEBSITE resmi?
YA
TDK
TDK TH
19. Sebutkan alamat dari situs resmi tersebut? www................................................................................... 20. Sebutkan tipe web Hosting dari situs anda? ........................................................................................... 21. Berapakah ukuran kapasitas dari web hosting situs anda? 22. Apa saja fasilitas yang ada di web yang anda miliki?
YA
TDK
TDKTH
a.
SMS
YA
TDK
TDKTH
b.
Transaksi
YA
TDK
TDKTH
c.
Download
YA
TDK
TDKTH
d.
Lainnya .....................................................................
YA
TDK
TDKTH
23. Apakah anda sudah memanfaatkan seluruh fasilitas dari web hosting tersebut?
24. Apa manfaat yang paling anda rasakan dari teknologi informasi untuk perusahaan anda?
............................................................................................................................................... ...............................................................................................................................................
25. Apakah pemanfaatan teknologi informasi pada perusahaan anda sudah maksimal?
32
SDH
BLM
TDKTH
26. Apakah banyak kegiatan‐kegiatan di perusahaan anda yang terkait dengan teknologi informasi?
YA
TDK
TDKTH
27. Apakah perusahaan anda pernah melakukan transaksi bisnin menggunakan jasa teknologi informasi?
YA
TDK
TDKTH
BAGIAN VI: Promosi Online 28. Apakah anda membutuhkan teknologi informasi untuk menunjang kegiatan anda? 29. Apakah anda pernah mempromosikan produk anda secara online?
YA
TDK
TDKTH
YA
TDK
TDKTH
30. Apakah anda pernah mempromosikan nama perusahaan secara online?
YA
TDK
TDKTH
31. Apakah menurut anda teknologi informasi dapat membantu YA TDK TDKTH mempromosikan produk dan perusahaan anda? 32. Menurut anda hal lain apa yang dapat anda lakukan agar dapat memanfaatkan teknologi informasi guna mempromosikan produk dan perusahaan anda? ........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
33. Apakah alasan anda tidak menggunakan teknologi informasi dalam mempromosikan perusahaan dan produk anda? ........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
34. Manfaat apa yang paling yang anda rasakan dengan mempromosikan produk dan perusahaan anda secara online? ........................................................................................................................................................................................ ........................................................................................................................................................................................ ........................................................................................................................................................................................ 35. Bantuan apakah yang anda butuhkan dari pemerintah untuk mempromosikan produk dan perusahaan anda terkait dengan teknologi informasi? ........................................................................................................................................................................................ ........................................................................................................................................................................................ ........................................................................................................................................................................................
33
36. Menurut anda apakah perlu dibentuk unit khusus untuk mempromosikan, melalui penerapan teknologi informasi, hal‐hal yang terkait dengan usaha kelompok kecil menengah. a. Tidak Perlu .................................................................................................................................................................. b. Perlu, dibawah koordinasi kantor ........................................................ 37. Bidang apa saja yang membutuhkan teknologi informasi di perusahaan anda? .......................................... ............................................................................................................................................... .................................................. ............................................................................................................................................... BAGIAN VIII: Ketersediaan Sumber Daya dibidang Teknologi Informasi 38. Apakah ada unit khusus yang menangani bidang teknologi informasi?
ADA
TDK
TDKTH
TDK
TDKTH
39. Sebutkan nama dari unit khusus tersebut? ................................................................................ 40. Apakah latar belakang pendidikan karyawaan di unit yang menangani teknologi informasi sudah sesuai dengan bidang yang digeluti mereka? 41. Berapa jumlah karyawan yang khusus menangani dan bertanggung jawab menangani teknologi informasi pada perusahaan anda?
YA
......... orang
42. Apakah ada pelatihan rutin terkait peningkatan SDM dibidang teknologi informasi?
ADA
TDK
TDKTH
43. Apakah ada pelatihan yang bersifat eksternal dan internal?
ADA
TDK
TDKTH
44. Apa saja jenis pelatihan yang diikuti terkait dengan peningkatan SDM dibidang teknologi informasi? ............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
45. Apakah ada tenaga khusus dibidang perawatan dan pengembangan perangkat keras?
ADA
TDK
TDKTH
46. Apakah ada tenaga khusus dibidang perawatan dan pengembangan perangkat lunak?
ADA
TDK
TDKTH
47. Apakah anda membutuhkan jasa perusahaan lain untuk mendukung penerapan teknologi informasi?
YA
TDK
TDKTH
48. Apakah anda menggunakan jasa pihak lain untuk mendukung perawatan dan pengembangan teknologi informasi?
YA
TDK
TDKTH
BAGIAN IX: Aturan Penggunaan Teknologi Informasi 49. Apakah ada aturan yang digunakan sebagai acuan dari penggunaan teknologi informasi?
34
ADA
TDK
TDK TH
50. Apakah menurut anda aturan tersebut sudah memenuhi standar dari penggunaan teknologi informasi? 51. Apakah ada aturan yang terkait dengan pengadaan teknologi informasi? Terima Kasih.
35
YA
TDK
TDK TH
ADA
TDK
TDK TH
Lampiran 2: Dokumentasi Kegiatan FGD dan Survey
36
37