Landasan untuk Berbuat Kebajikan (Puñña,kiriya,vatthu) Definisi: (It.A. 2:23) Puñña (kebajikan): disebut demikian karena memperpanjang ‘kesinambungan-seseorang’ (Attano santānaṃ punanti).
Tattha punāti attano kārakaṃ, pūreti cassa ajjhāsayaṃ, pujjañca bhavaṃ nibbattetīti puñño . Disebut sebagai ‘kebajikan’ karena ‘memurnikan (batin) seseorang yang melakukannya, menyempurnakan kecenderungannya dan menghasilkan kelahiran yang baik’ (Vibh. A 142) Puñña,kiriya (berbuat kebajikan) adalah suatu perbuatan untuk menciptakan atau menjaga faktor-faktor pendukung untuk ‘kebajikan’. Puñña,kiriya,vatthu (landasan untuk berbuat kebajikan) adalah manfaat yang timbul dari Puñña,kiriya sumber kebajikan.
Apakah “Kebajikan” (puñña) sama dengan “kebaikan” (kusala)? o Kadang diartikan sama. o Sebenarnya keduanya berbeda karena “kebajikan”, sebaik apapun itu, akan tetap saja mengikat kita ke Saṃsāra, sementara ‘kusala’ akan membawa kita keluar dari Saṃsāra.
Sutta tentang Landasan untuk Berbuat Kebajikan Puñña,kiriya,vatthu Sutta (It.3.2.1/60) Demikian telah dikatakan oleh Buddha: “Wahai para bhikkhu, ada tiga landasan untuk membuat kebajikan.” “Apakah ke-3 landasan itu?”
1) Landasan untuk berbuat kebajikan melalui ‘memberi’ (Dāna mayaṃ), 2) Landasan untuk berbuat kebajikan melalui moralitas (Sīla mayaṃ), 3) Landasan untuk menanam kebajikan melalui pengembangan-batin (Bhāvanā mayaṃ). Seseorang harus benar-benar melatih diri dalam kebajikan – Yang membuahkan kebahagiaan yang berlangsung lama – (yakni) memberi (dāna), perilaku yang harmonis dan mengembangkan batin yang penuh cintakasih. (dānañ ca sama,cariyañ ca metta,cittañ ca bhāvaye) Setelah mengembangkan tiga hal ini, kebahagiaan muncul. Seorang bijaksana terlahir di alam kebahagiaan yang bebas dari penderitaan batin.
Renungan I: Nidhikaṇḍa Sutta (Khp. 8) Serapi dan seaman apapun harta yang dipendam (memendamnya di dalam sumur) dengan tujuan untuk masa depan kehidupannya (tebusan, kemarahan raja, membayar hutang, sakit dll), tetap saja tidak bisa menjamin kebahagiaannya. Hartanya akan habis apabila: berpindah tempat, lupa meletakkannya, naga dan yakkha mengambilnya, dicuri oleh sanak keluarga, tidak dijaga dg baik, atau buah kamma baiknya telah habis. Cara memendam harta yang terbaik : gemar berdana dan memiliki moral yang baik, dapat menahan nafsu serta mempunyai pengendalian diri. (Dānena sīlena saṃyamena damena ca)
Inilah "Harta" yang dipendam paling sempurna, tidak mungkin hilang, tidak mungkin ditinggalkan, walaupun suatu saat akan meninggal, ia tetap akan membawanya. Tak seorangpun yang dapat mengambil "Harta" itu, perampok-perampokpun tidak dapat merampasnya. Oleh karena itu, lakukanlah perbuatan-perbuatan bajik karena inilah "Harta" yang paling baik. Buah dari kebajikan ini: • Wajah cantik dan suara merdu, kemolekan dan kejelitaan, kekuasaan dan pengikut, kedaulatan dan kekuasaan kerajaan besar, kebahagiaan seorang raja Cakkavati, atau kekuasaan dewa di alam surga. • Kejayaan manusia, kebahagiaan surga, kesempurnaan Nibbana, memiliki sahabat-sahabat sejati, memiliki kebijaksanaan dan mencapai pembebasan, memiliki pengetahuan untuk mencapai pembebasan, mencapai kesempurnaan sebagai seorang siswa, menjadi Pacceka Buddha atau Samma Sambuddha.
Renungan II: Āditta Sutta (S. 1.31) Ketika rumah terbakar, tempayan yang diselamatkanlah yang masih bermanfaat, bukan yang sudah terbakar. Demikian pula, dunia ini terbakar oleh usia-tua dan kematian. Oleh karena itu, seseorang harus menyimpan kekayaannya dengan cara berdana. Apapun yang telah dipersembahkan, aman tersimpan. Catatan: Di Kehidupan-kehidupan sebelumnya, kita telah banyak bekerja dan mengumpulkan kekayaan. o Hanya kekayaan yang telah di ‘dirubah’ menjadi “kebajikan” lah yang masih mengikuti kita dengan terus menerus memberikan Āyu, vaṇṇa, sukha, bala (panjang umur, wajah menarik, kebahagiaan dan kekuatan). o Kekayaan yang tidak sempat ’dirubah’ menjadi “kebajikan” telah terbakar oleh ‘api kematian’ di kehidupan lampau.
Puñña,kiriya,vatthu Sutta (A. 8.4.6) Dāna, maya
Jarang berlatih
Sering sekali berlatih
√
Sīla, maya
Bhāvanā, 4 Apāya (alam maya
Manussa
6 Deva
Kehidupan tidak menyenangkan*
Deva biasa
Kehidupan menyenangkan
Deva yg melampaui deva lain**
Brahmā
menyedihkan)
X X
Keterangan: * Dia akan terlahir di keluarga yang rendah status sosialnya dan tidak akan berhasil di kehidupannya. ** Melampaui dalam 10 hal: umur, keindahan surgawi, kebahagiaan-, ketenaran-, kekuatan-, penglihatan, suara-, bau-, citarasa- dan sentuhan surgawi.
Di sutta, hanya bisa ditemukan tiga landasan untuk kebajikan. Kebajikan telah diperbuat pada saat setelah melakukannya kita merenungkan: “’memberi’ telah dilakukan, moralitas telah dipraktikkan, meditasi telah dikembangkan.” (AA. 1:26) Kitab-kitab komentar menambahkannya menjadi sepuluh Landasan untuk Kebajikan (Dasa Puñña,kiriya,vatthu). Kitab Atthasālinī (hal 157, CSCD) menguraikan dengan detil kesepuluh Landasan untuk Kebajikan berdasarkan jenis-jenis kesadaran yang memunculkannya. Kesemuanya bisa muncul melalui satu atau semua pintu kamma; pintu-tubuh, -ucapan dan –pikiran.
1. Dāna (Memberi)
Kelompok Dāna
2. Sīla (Moralitas)
Kelompok Sīla
3. Bhāvanā (Pengolahan-Batin)
Kelompok Bhāvanā
4. Apacāyana (Rasa hormat)
Kelompok Sīla
5. Veyyāvacca (Pelayanan)
Kelompok Sīla
6. Pattidāna (Melimpahkan Kebajikan)
Kelompok Dāna
7. Pattānumodanā (Bersuka-cita atas kebajikan orang lain)
Kelompok Dāna
8. Dhammasavana (Mendengarkan Dhamma)
Kelompok Bhāvanā
9. Dhammadesanā (Membabarkan Dhamma)
Kelompok Bhāvanā
10. Diṭṭhijukamma (Meluruskan Pandangan-pandangan)
Kelompok Bhāvanā
1) Dāna (memberi) o “Kemurahan-hati”. o “Disebut dāna karena disebabkan olehnya seseorang memberi” (dīyati etenâ ti dānaṁ). o Yang disebut Dāna adalah kehendak untuk beramal atau berderma. (pariccāga,-cetanā).
o Sebagai landasan untuk kebajikan, “memberi” ( sebagai suatu tindakan bermurah-hati) termasuk perbuatan2 memberi sesuatu untuk mendukung (paccaya), misalnya, pakaian (jubah), makanan, tempat-tinggal dan obat-obatan yang dipersembahkan dengan cara yang benar. o Buah dari kamma ini akan bisa dinikmati di kehidupan sekarang maupun yang akan datang. Apapun yang telah dipersembahkan, aman tersimpan.
2. Sīla (moralitas) o Merujuk pada apa yang kita latih (Sīlati). Sīla memperbaiki dan mengokohkan kamma tubuh dan ucapan menjadi baik. o Moralitas adalah apa yang dilatih dan ditegakkan suatu keadaan yang teguh pada kebaikan. o Mengembangkan ‘moralitas’ bisa melalui: 5, 8, 10 Sīla. o Atau berpikir, “saya akan meninggalkan dunia,” dan setelah pergi ke vihāra dan menjadi seorang pertapa, dia merenungkan: “Keinginan saya sudah tercapai; saya sekarang telah menjadi seorang bhikkhu. Hal ini adalah sangat bagus sekali.” Kemudian dia menjaga aturan disiplin monastik, merenungkan dengan penuh kehati-hatian empat kebutuhan pokok, menjaga pintu-indera, dan menghindari bahkan pelanggaran yang terkecil pun.
o Kebiasaan untuk menjaga moralitas dengan cara yang mulia menghasilkan buah kamma berupa kelahiran di keluarga yang mulia serta mendapatkan kehidupan yang penuh kebahagiaan. o Pañca sīla adalah latihan sīla alamiah yang berlaku untuk semua mahluk “tubuh” dan “ucapan” terkendali kehidupan di bumi menjadi damai. o Aturan sīla yang lain adalah sīla yang telah ditentukan, seperti yang telah diajarkan oleh Buddha, dan bersifat tidak mengikat buat para umat-awam. o Aturan monastik, juga, merupakan sīla yang ditentukan. Tetapi para monastik harus mematuhinya sepanjang waktu, karena aturanaturan inilah yang membuat mereka berbeda dengan umat awam.
3. Bhāvanā (Pengolahan-batin) • Pengolahan-batin adalah alat untuk memunculkan keadaankeadaan baik (kusala), melatihnya dan menyebabkannya untuk tumbuh.*
• Pengolahan batin bisa dilakukan dengan terus menerus menyadari pengalaman yang datang melalui indera-indera; kontak; persepsi; perasaan; nafsu-keinginan, kemelekatan, usia-tua, sakit dan kematian sebagai anicca, dukkha dan anattā. • Apabila di praktikkan sampai pencapaian jhāna (Rūpa dan arūpajjhāna) maka akan menyebabkan kelahiran di alam-alam brahmā yang terkait.
• Jhāna bermanfaat untuk mendapatkan konsentrasi-benar (sammā samādhi) pengetahuan-langsung (abhiññā) dan pembebasan.** * Bhāveti kusale dhamme āsevati vaḍḍhesi etāyati bhāvanā (Abhds 135) ** DhsA 157
4. Apacāyana (Rasa hormat) • Perbuatan yang menunjukkan rasa hormat (apacayati), berperilaku-pantas, ramah dengan penuh rasa hormat.* • Ber-anjali ketika bertemu dengan anggota Saṅgha, membawakan mangkuk-makan dan jubahnya, menyediakan tempat duduk dan air; memberi jalan ketika berpapasan dg orang yg lebih tua. • Hormat-thd-diri-sendiri: berpantang untuk tidak melakukan kejahatan atau perbuatan tidak-baik karena ‘rasa-malu-utk-melakukan-kejahatan’ (ottappa).** * Abhds 135 ** DhsA 157
5. Veyyāvacca (Pelayanan) • Veyyāvacca adalah keadaan dimana seseorang aktif mengerjakan berbagai tugas.*
• Melayani kebutuhan anggota Saṅgha demi menunjang latihan-latihan mereka: lingkungan yang kondusif, makanan, buku, beasiswa dll. • Menyediakan air minum utk guru, aktif di kepanitiaan2 sosial (organisasi Buddhis). *Taṁ,taṁ,kicca,karaṇe vyāvaṭassa bhāvo veyyāvaccaṁ (Abhds 135)
6. Pattidāna (Pelimpahan Kebajikan) • Melimpahkan sesuatu yang sudah muncul di kesinambungan arus kesadaran seseorang.* • Setelah memberikan 4 kebutuhan pokok sangha, kemudian seseorang menghormat kepada 3 permata dengan mempersembahkan bunga ataupun dupa; dan setelah mengerjakan hal tsb. dia berkata: “Semoga kebajikan ini untuk semua mahluk” (sabba,sattānaṁ patti hotu) (ItA 2:25). * Abhds 135 ** Untuk detil lebih lanjut silakan lihat Jāṇussoṇī Sutta dan Tirokuḍda Sutta
Tirokuḍḍa sutta (Khp. 6) Makanan dan minuman berlimpah, makanan keras maupun lunak dihidangkan, tetapi tidak ada seorangpun yang mengingat mereka, Mahluk-mahluk terkondisi oleh kamma.
Mereka yang penuh kasih, tulus, luhur dan tepat-waktu, mempersiapkan minuman dan makanan: “ Semoga ini untuk saudara-saudaraku. Semoga saudara- saudaraku berbahagia.” (Idaṃ vo ñātīnaṃ hotu Sukhitā hontu ñātayo)
Tirokuḍḍa sutta (lanjutan 1)
Dengan berlimpahnya makanan dan minuman, Mereka bersukacita sepenuh hati:* “Semoga saudara-saudaraku berumur panjang, dikarenakan mereka kami mendapatkan semua ini!” Menghormati kami telah dilakukan, para pemberi tidaklah sia-sia. * ‘Yang telah-pergi’ tidak mendapatkan benda sama persis seperti yang dipersembahkan. Mereka hanya akan mengalami perubahan spiritual pada saat ikut bersukacitta atas persembahan yang dilakukan oleh para sanak saudara untuk mereka. (Kvu. 7.6).
Tirokuḍḍa sutta (lanjutan 2) Seperti halnya air jatuh dari ketinggian menuju ke bawah, demikian pula apa yang telah diberikan, bermanfaat untuk ‘yang telah-pergi’
Seperti halnya sungai-sungai yang meluap mengisi samudera, demikian pula apa yang telah diberikan disini bermanfaat untuk ‘yang telah-pergi’. “Dia telah memberi saya, dia telah bekerja untuk saya: saudara, teman dan sahabat buat saya. Berikanlah persembahan untuk ‘yang telah-pergi’ mengingat apa yang telah lakukan sebelumnya. Bukan air mata ataupun kesedihan, atau dukacita apapun; kesemuanya tidak membantu ‘yang telah-pergi’, saudarasaudara (yang telah pergi) tidak mendapatkan apapun.
Tirokuḍḍa sutta (lanjutan 3)
Tetapi ketika persembahan dilakukan, disusun dengan rapi, diberikan kepada Saṅgha, akan menghasilkan kebaikan buat mereka untuk jangka waktu yang panjang, dan bermanfaat buat mereka sekarang juga. Tugas untuk para saudara telah ditunjukkan, tentang bagaimana cara terbaik menghormati ‘yang-telahpergi’; kekuatan, juga, telah diberikan buat para bhikkhu, tidak lah kecil kebajikan yang menjadi milik kamu!”
Arti Peta: hantu-kelaparan, yang telah-pergi. Penderitaan yang dialami oleh para Peta: (Ref: Lakkhaṇa Saṃyutta, SN) o Hantu kerangka yang terbang dan dicabik-cabik burung pemakan bangkai, gagak dan elang. (Ex-penjagal). o Segumpal daging yang terbang dan dicabik-cabik burung pemakan bangkai, gagak dan elang. (Ex-penjagal). o Seseorang dengan rambut-jarum di tubuh dan menusuk sekujur tubuhnya. (Ex-pemfitnah). o Seseorang dengan testis sebesar kuali dikejar-kejar burung pemakan bangkai, gagak dan elang. (ex-hakim yang korup). o Pemakan kotoran, memakannya dengan kedua tangan. (Dia dulu mempersembahkan mangkuk makanan berisi kotoran kepada anggota sangha.) o Seorang bhikkhu terbang kesana-kemari dengan jubah, mangkuk makanan, pinggang dan seluruh tubuh terbakar. (ex-bhikkhu yang jahat).
o Para peta tidak memperoleh materi yang dipersembahkan. (Kathāvatthu. 7.6) o Transformasi spiritual akan terjadi ketika mereka bersukacitta pada saat melihat para saudara melakukan persembahan buat mereka. “Semoga saudara-saudaraku berumur panjang, dikarenakan mereka kami mendapatkan semua ini!”
o Jāṇussoṇi Sutta (A.10.77): alam ‘yang telah-pergi’ tidak mungkin kosong dari para sanak saudara.* *Anamatagga Saṃyutta ( S. 15.1) menyatakan bahwa Saṃsāra adalah tanpa-awal sehingga tidak ada mahluk satupun yang belum pernah menjadi orang tua ataupun saudara kita.
Saddhā Jāṇussoṇi Brahmana Jāṇussoṇi:
(A.10.17.2)
Idaṃ dānaṃ petānaṃ ñāti,sālohitānaṃ upakappatu, idaṃ dānā petā ñāti,sālohitā paribhuñjantu (Semoga dana ini bermanfaat untuk para peta saudara dan saudara kandung, semoga para peta saudara dan saudara kandung memakan dana ini) Kacci taṁ, bho gotama, dānaṁ petānaṁ ñāti,sālohitānaṁ upakappati; kacci te petā ñāti,sālohitā taṁ dānaṁ paribhuñjantī ti? (Benarkah, kawan Gotama, dana ini bermanfaat untuk para peta saudara dan saudara kandung, benarkah para peta saudara dan saudara kandung memakan dana ini) Buddha: Ṭhāne kho, brāhmaṇa, upakappati, no aṭṭhānê ’ti
(Pada tempat-yang-tepat, brahmana, bermanfaat; bukan pada tempat-yang tidak-tepat).
Tempat-yang-tepat dan Tidak-tepat (A.10.17.2) Alam Kelahiran
Tempat-yang-tidak-tepat 10 Kamma Buruk
Terlahir di Neraka Terlahir di kandungan binatang Terlahir di alam manusia Terlahir menjadi deva Terlahir menjadi Peta
Tempat-yangtepat
10 Kamma Baik 10 Kamma Buruk
√ √ √ √ √