7 BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori–Teori Yang Mendukung Ketepatan Waktu Ada beberapa teori yang berhubungan dengan kepatuhan perusahaan dalam melaporkan laporan keuangannya dengan tepat waktu antara lain:
2.1.2 Teori Keagenan Teori keagenan menjelaskan hubungan antara agent (manajemen suatu usaha) dengan principal (pemilik usaha). Didalam hubungan keagenan (agency relationship) terdapat suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama principal dan memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi principal. Dalam hal penyampaian laporan keuangan ke publik, agen bertanggung jawab untuk secara tepat waktu atau tidak melakukan hak dan kewajibannya ke publik yaitu menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan principal ke publik karena tepat waktu atau tidaknya penyampaian laporan keuangan tahunan tersebut juga ditentukan oleh kinerja dan operasional perusahaan principal yang dijalankan agen (manajemen perusahaan) Laporan keuangan yang disampaikan dengan tepat waktu akan memberi dampak yang baik bagi principal sebagai pemilik perusahaan dan sebaliknya laporan keuangan yang disampaikan terlambat ke publik akan memberi dampak yang tidak baik bagi principal karena jelas bahwa agen memiliki tanggung jawab kepada principal untuk membuat keputusan yang terbaik bagi principal.
8
Teori keagenan memberi tiang pokok bagi peranan akuntansi dalam menyediakan informasi dan sering kali diasosiasikan dengan peran stewardship akuntansi, sehingga hal ini memberikan akuntansi sebagai nilai umpan balik antara agen dan principal selain nilai produktifnya.
2.1.3 Teori Kepatuhan Teori kepatuhan lebih menekankan kepada pentingnya proses sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu. Terdapat dua perspektif dasar dalam literatur sosiologi mengenai kepatuhan hukum yang disebut instrumental dan normatif. Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap perubahan–perubahan dalam tangible, insentif dan penalti yang berhubungan dengan perilaku. Dalam hal penyampaian laporan keuangan ke publik, perspektif ini menggambarkan
bahwa
insentif
yang
diperoleh
perusahaan
bila
menyampaikan laporan keuangannya dengan tepat waktu yaitu respon baik publik terhadap perusahaan itu sendiri dan sebaliknya. Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka. Jadi, untuk perspektif yang kedua, seorang individu cenderung untuk mematuhi ketentuan dalam hal ini ketepatan waktu pelaporan keuangan karena dianggap sebagai suatu keharusan (normative commitment through morality) dan karena otoritas penyusun ketentuan tersebut memiliki hak untuk mendikte perilaku untuk melaporkan keuangannya tepat pada waktu yang telah ditentukan (normative commitment through legitimacy) dalam hal ini adalah Bapepam.
9 2.2 Laporan Keuangan Pertanggung jawaban perusahaan terhadap kinerja yang dicapainya dalam suatu tahun buku harus dilaporkan kepada pihak–pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Laporan keuangan merupakan elemen penting dari hubungan antara investor dan perusahaan, melalui laporan keuangan inilah suatu perusahaan dapat dinilai kinerjanya sehingga investor dapat segera mengambil keputusan tentang investasi yang berhubungan dengan perusahaan tersebut dan laporan keuangan merupakan wahana bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan berbagai informasi dan pengukuran secara ekonomi mengenai sumber daya yang dimiliki serta kinerja kepada berbagai pihak yang mempunyai kepentingan atas informasi tersebut yaitu para pemakai laporan keuangan. Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman dan lain–lain. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa diantara pemakai ini memerlukan dan berhak untuk memperoleh informasi tambahan disamping yang tercakup dalam laporan keuangan. Namun demikian, banyak pemakai sangat tergantung pada laporan keuangan sebagai sumber utama informasi keuangan dan karena itu laporan keuangan tersebut seharusnya disusun dan disajikan dengan mempertimbangkan kebutuhan mereka. Dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan, manajemen perusahaan memikul tanggung jawab utama. Manajemen juga berkepentingan dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan meskipun memiliki akses terhadap informasi manajemen dan keuangan tambahan yang membantu dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Manajemen memiliki kemampuan untuk menentukan bentuk dan isi informasi tambahan tersebut untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mencakup misalnya : keputusan untuk menahan
10 atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Berikut ini beberapa pengertian laporan keuangan yang diungkapkan oleh beberapa ahli dan sumber penulisannya : a.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2006 :2) “Laporan Keuangan merupakan rangkuman data akuntansi dan kondisi keuangan suatu perusahaan yang terdiri dari laporan laba rugi / laporan perubahan modal, neraca dan laporan perubahan dana atau arus kas pada suatu waktu tertentu yang dikomunikasikan secara periodik kepada pemakainya untuk memenuhi berbagai kebutuhan informasi”. “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga“.
b.
Menurut Baridwan (1997 :17) “Laporan Keuangan merupakan ringkasan dari proses pencatatan yang merupakan ringkasan dari transaksi–transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh pihak manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas– tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik perusahaan“.
11 c.
Menurut Budi Raharja (2001 : 45) “Laporan keuangan adalah laporan yang pertanggungjawaban yang dibuat oleh manajer atau pemimpin perusahaan atas pengolahan perusahaan yang dipercayakan kepadanya kepada pemilik, pemerintah (kantor pajak), kreditur (bank dan lembaga keuangan lainnya), dan pihak- pihak yang berkepentingan lainnya“.
d.
Menurut Kieso dan Weiygandt ( 2001: 69) Statement
that
reflect
the
collection,
tabulation
and
final
summarization of accounting data. Financial statement are involved income statement, owner equity statement, balance sheet, and statement of cashflow.
2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan menurut ikatan akuntan indonesia adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Tujuan umum laporan keuangan menurut APB statement no 4 adalah : a.
Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang sumber daya ekonomi dan kewajiban suatu usaha bisnis dengan tujuan untuk mengevaluasi kekuatan
dan
mengevaluasi
kelemahan, kemampuan
menunjukan perusahaan
pendanaan memenuhi
dan
investasi,
komitmen,
dan
menunjukan basis sumber daya untuk pertumbuhan. b.
Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang perubahan sumber daya bersih sebagai hasil dari aktivitas–aktivitas perusahaan yang menghasilkan profit.
c.
Menyediakan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk mengestimasi earning potensial perusahaan.
12 d.
Menyediakan informasi lain yang dibutuhkan tentang perubahan sumber daya ekonomi kewajiban.
e.
Mengungkapkan informasi lain yang relevan dengan kebutuhan pemakai. Dari uraian mengenai berbagai tujuan laporan keuangan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2.2.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karateristik kualitatif pokok yaitu: dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan.
Dapat Dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu . Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa
13 depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu. Informasi yang relevan harus memenuhi tiga syarat berikut ini : 1. Dapat meramalkan nilai dimasa yang akan datang. 2. Dapat memberikan umpan balik yang berguna bagi pengambilan keputusan. 3. Tepat Waktu (timeliness). Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Dapat Dibandingkan Pemakai
harus
dapat
memperbandingkan
laporan
keuangan
perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
2.3 Variabel Independen 2.3.1 Profitabilitas Analisis profitability sangat penting, khususnya bagi investor atau kreditor. Bagi kreditor penting karena menyangkut pembayaran kembali pokok pinjaman, sedang bagi investor menjadi penting karena terkait saham yang dimiliknya.
14 Profitability menunjukan keberhasilan perusahaan didalam menghasilkan keuntungan atau tingkat kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau profit. Profitabilitas (laba/rugi) sering digunakan sebagai pengukur kinerja manajemen perusahaan. Selain itu, laba/rugi juga sebagai pengukur efisiensi penggunaan modal. Santoso (1995) dalam Ukago (2005) menyatakan bahwa profitabilitas suatu perusahaan mencerminkan tingkat efektivitas yang dicapai oleh suatu operasional perusahaan dasar pemikiran bahwa tingkat keuntungan dipakai sebagai salah satu cara untuk menilai keberhasilan efektivitas perusahaan tentu saja berkaitan dengan hasil akhir berbagai kebijakan dan keputusan perusahaan yang telah dilaksanakan oleh perusahaan dalam periode berjalan. Dyer dan McHugh (1975) dalam Ukago (2005) berpendapat bahwa ada kecenderungan bagi perusahaan yang mengalami keuntungan untuk menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu dan sebaliknya, perusahaan yang mengalami kerugian akan melaporkan terlambat. Givoly dan Palmon serta Dyer dan Sridhar (1995) dalam Anastasia dan mukhlasin (2003) menyatakan bahwa ketepatan waktu dan keterlambatan pengumuman laba tahunan dipengaruhi oleh isi laporan keuangan. Jika pengumuman laba di isi oleh berita baik yaitu perusahaan yang mencapai hasil gemilang (good news) maka pihak manajemen akan cenderung melaporkan tepat waktu dan sebaliknya. Lawrence (1983) dalam Ukago (2005) menemukan bukti yang menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami financial distress di amerika serikat telah menunda penerbitan laporan keuangan mereka. Hal serupa ditemukan oleh Carslaw dan Kaplan (1975) dalam Ukago (2005) dimana perusahaan yang mengalami rugi operasional telah meminta auditornya untuk menjadualkan pengauditan lebih lambat dari biasanya, sementara bagi perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung mengharapkan penyelesaian audit secepat mungkin sehingga mampu mengumumkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit ke publik lebih awal. Didalam penelitian ini, profitabilitas diukur dengan ROA (Return On Asset). Return On Asset (ROA) biasanya disebut sebagai hasil pengembalian atas total aktiva. Rasio ini mencoba untuk mengukur efektivitas pemakaian total sumber daya
15 oleh perusahaan. Menurut Weston dan Copeland (1995) dalam Anastasia dan mukhlasin (2003) kadang– kadang rasio ini disebut hasil pengembalian atas investasi return on investment (ROI). Return On Asset (ROA) dihitung dengan membagi laba bersih atau EAT (earning after tax) dengan total aktiva. Formula yang digunakan untuk menghitung Return On Asset (ROA) ROA =
adalah :
2.3.2 Opini Audit Opini audit adalah pendapat akuntan independen atas laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diaudit. Auditor sebagai pihak yang independen di dalam pemeriksaan laporan keuangan suatu perusahaan akan memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) mengharuskan pembuatan laporan setiap kali kantor akuntan publik dikaitkan dengan laporan keuangan. Laporan audit hanya dibuat jika audit benar– benar dilakukan. Bagian dari laporan audit yang merupakan informasi utama dari laporan audit adalah opini audit. Opini audit yang diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit yang dilakukan dapat memberi simpulan atas opini yang harus diberikan terhadap laporan keuangan yang diauditnya. Arens (1995:36) mengemukakan bahwa laporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit. Dengan demikian auditor didalam memberikan opini sudah didasarkan pada keyakinan profesionalnya. Menurut Arens dan Loebbecke (1997:39) terdapat 5 jenis opini audit yang dapat diberikan oleh auditor atas laporan keuangan yang diauditnya. Opini audit tersebut dibedakan menjadi unqualified opinion (wajar tanpa pengecualian), qualified opinion (wajar dengan pengecualian), adverse opinion (tidak wajar), disclaimer opinion (tidak memberikan pendapat), dan unqualified opinion with explanatory paragraph or modified working (wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan).
16 1.
Unqualified opinion (wajar tanpa pengecualian) Auditor memberikan opini unqualified opinion (wajar tanpa pengecualian), jika menyimpulkan bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Laporan audit standar dengan opini wajar tanpa pengecualian dapat digunakan apabila kondisi–kondisi berikut terpenuhi : semua laporan keuangan (neraca yang mencerminkan posisi aktiva, kewajiban dan ekuitas, laporan laba rugi, laporan perubahan saldo laba, dan laporan arus kas serta pelengkapnya yang memadai), sudah tercakup dalam laporan keuangan, ketiga standar umum auditing telah diikuti dengan sepenuhnya dalam penugasan, bahan bukti yang cukup dan memadai telah dikumpulkan, laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, tidak terdapat situasi–situasi yang memerlukan penambahan paragraf penjelasan atau modifikasi kata–kata dalam laporan audit (Arens dan Loebbecke, 1997:39).
2.
Qualified opinion (wajar dengan pengecualian) Auditor memberikan kesimpulan bahwa laporan keuangan disajikan wajar dengan pengecualian untuk pos–pos tertentu. Pendapat ini hanya dapat diberikan oleh auditor jika auditor merasa bahwa kondisi yang dilaporkannya sangat material maka pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion) atau opini tidak wajar (adverse opinion) harus dibuat. Pada saat auditor menerbitkan laporan wajar dengan pengecualian, auditor harus menggunakan istilah “kecuali untuk” dalam paragraf pendapat. Dalam hal ini harus tersirat bahwa laporan auditor tersebut merasa puas bahwa keseluruhan laporan keuangan adalah wajar “kecuali untuk” aspek tertentu. Tidaklah dibenarkan menggunakan ungkapan kecuali untuk pada semua jenis pendapat auditor selain pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion).
17 Pendapat
wajar
dengan
pengecualian
diberikan
jika
auditor
menjumpai kondisi–kondisi berikut (Mulyadi dan Kanaka, 1997:22) : a.
Lingkup audit dibatasi oleh klien.
b.
Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi–kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor.
c.
Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
d.
Prinsip akuntansi yang berlaku umum yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
3.
Adverse Opinion (tidak wajar) Auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar. Pendapat tidak wajar hanya diberikan jika auditor merasa yakin bahwa secara keseluruhan laporan keuangan yang disajikan memuat salah saji yang material atau menyesatkan dan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pendapat tidak wajar ini hanya dibuat jika auditor telah memiliki bahan bukti audit (audit evidence) yang cukup. Hal ini bukanlah hal yang lazim sehingga pendapat tidak wajar (qualified opinion) sangat jarang diberikan.
4.
Disclaimer opinion (tidak memberikan pendapat) Disclaimer opinion atau pendapat tidak memberikan pendapat diberikan oleh auditor jika auditor tidak dapat menyimpulkan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar atau tidak. Pernyataan pendapat tidak memberikan pendapat dilakukan auditor jika auditor tidak berhasil meyakinkan dirinya bahwa keseluruhan laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Pernyataan pendapat tidak memberikan pendapat ini timbul karena banyak pembatasan lingkungan audit atau hubungan yang tidak
18 independen antara auditor dengan klien menurut kode etik profesional. Masing–masing situasi tersebut tidak memungkinkan auditor untuk dapat memutuskan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan.
Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion) dengan pernyataan pendapat tidak wajar (adverse opinion) adalah pendapat tidak wajar ini diberikan dalam keadaan auditor tidak mengetahui adanya ketidakwajaran laporan keuangan yang disusun klien, sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion) karena auditor tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan laporan auditan atau auditor tidak independen. 5.
Unqualified opinion with explanatory paragraph and modified wording (wajar tanpa pengecualian dengan paragaraf panjelasan) Auditor memberikan opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan dalam laporan auditnya karena audit yang dilakukannya telah memenuhi kriteria suatu proses audit yang lengkap dengan hasil–hasil yang memuaskan dan laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Tetapi auditor merasa perlu untuk memberikan sejumlah informasi tambahan dalam laporan auditnya. Berikut ini adalah beberapa penyebab paling penting dari penambahan paragraf penjelasan dalam laporan audit wajar tanpa pengecualian : tidak ada konsistensi, keraguan atas kelangsungan hidup perusahaan (going concern), penekanan atas suatu hal dan laporan yang melibatkan auditor lain. Dengan kata lain, opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan diberikan jika terdapat hal–hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien.
19 2.3.3 Kualitas Auditor Deangelo (1981) dalam Anissa (2004) mendefinisikan kualitas audit sebagai gabungan probabilitas pendeteksian dan pelaporan kesalahan laporan keuangan yang material dan menyimpulkan bahwa kantor akuntan publik yang lebih besar, kualitas audit yang dihasilkan juga lebih baik. Perbedaan kualitas jasa yang ditawarkan kantor akuntan publik menunjukan identitas kantor akuntan publik tersebut. Sementara itu, Product Base Approach menganggap bahwa kualitas merupakan karakteristik atau atribut yang dapat di kuantitatifkan dan dapat di ukur (Gravin 1990) dalam Anissa (2004). Klein dan Leffer’s (1981) dalam Anissa (2004) mengklaim bahwa harga adalah indikator kualitas. Simunic (1980) dalam Anissa (2004) menyatakan bahwa perbedaan karakteristik jasa audit adalah identik dengan penawaran. Perbedaan karakteristik jasa audit tercermin dalam perbedaan kualitas audit. Hal ini menunjukan bahwa makin besar fee audit, mengindikasikan bahwa kualitas audit makin baik. Dopuch dan Simunic (1982) dalam Anissa (2004) memproksi kualitas audit berdasarkan reputasi kantor akuntan publik. Menurut Franciss dan Wilson (1988) dalam Anissa (2004), kualitas audit diproksi dengan reputasi (brand name) dan banyaknya klien yang dimiliki kantor akuntan publik. Audit dilakukan sebagai wujud dari adanya hubungan kontrak antara pihak pemberi dan penerima dalam konsep agensi (Mesier, 2003) dalam Anissa (2004). Sehubungan dengan hal tersebut, kualitas auditor yang mengaudit perusahaan sangat penting. Auditor yang berkualitas merupakan informasi baik sehingga manajemen akan segera menyampaikan laporan keuangan yang diaudit oleh kantor akuntan publik yang memiliki reputasi baik.
20 2.4 Variabel Dependen 2.4.1 Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Scott (1997) dalam Anastasia dan Mukhlisin (2003) mendefinisikan “informasi sebagai bukti yang mempunyai potensi untuk mempengaruhi keutusan individual” laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang akan dicerna oleh investor untuk mengambil keputusan atas investasinya. Namun demikian, informasi baru akan bermanfaat bagi pemakainya apabila informasi tersebut tepat waktu.
Definisi ketepatan waktu (timeliness) menurut Chairil dan Ghozali (2001) dalam Ukago (2005) adalah “timeliness adalah suatu pemanfaatan informasi oleh pengambil keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitas atas kemampuannya untuk mengambil keputusan”. Ketepatan waktu bagi pemakai informasi sangat penting, informasi yang tepat waktu berarti jangan sampai informasi yang disampaikan sudah basi atau sudah menjadi rahasia umum. Definisi tepat waktu menurut Baridwan (1997) dalam Anastasia dan Mukhlisin (2003) “informasi harus disampaikan sedini mungkin agar dapat digunakan sebagai dasar didalam pengambilan keputusan– keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut”. Informasi tidak dapat dikatakan relevan jika tidak tepat waktu. Sebelum informasi kehilangan kesempatan untuk mempengaruhi keputusan maka sebaiknya informasi harus sudah tersedia pada saat pengambilan keputusan. Ketepatan waktu tidak menjamin relevansi tetapi relevansi informasi tidak dimungkinkan tanpa ketepatan waktu. Informasi mengenai kondisi dan posisi perusahaan harus secara cepat dan tepat waktu sampai ke pemakai laporan keuangan. Dyer dan McHugh (1975) dalam Anissa (2004) menyimpulkan bahwa “ketepatan waktu pelaporan merupakan elemen pokok bagi catatan laporan
21 keuangan yang memadai” para pemakai informasi akuntansi tidak hanya perlu memiliki informasi keuangan yang relevan dengan prediksi dan pembuatan keputusannya, tetapi informasi harus bersifat baru. Menurut Hendriksen (1992) dalam Anastasia dan Mukhlisin (2003) ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa : laporan keuangan seharusnya disajikan pada suatu interval waktu. Maksudnya untuk menjelaskan perubahan didalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakai informasi pada waktu membuat prediksi dan keputusan. Ketepatan waktu menunjukan rentang waktu antara penyajian informasi yang diinginkan dengan frekuensi pelaporan informasi. Informasi tepat waktu akan mempengaruhi kemampuan manajer didalam merespon setiap kejadian atau masalah. Apabila informasi itu tidak disampaikan tepat waktu atau menyebabkan informasi tersebut kehilangan nilainya didalam mempengaruhi kualitas
keputusan. Menurut Amey (1979),
Gordon
Narayanan (1984) dalam Anastasia dan Mukhlisin (2003) “informasi tepat waktu juga akan mendukung manajer menghadapi ketidakpastian yang terjadi di lingkungan kerja mereka”. Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan diatur dalam UU no 8 tahun 1995 tentang pasar modal. Dalam undang–undang tersebut dinyatakan bahwa perusahaan publik diwajibkan menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan yang terdaftar di Bapepam, Bursa Efek Indonesia (BEI) dan publik selambat–lambatnya 120 hari terhitung sejak tanggal berakhirnya tahun buku. Untuk laporan keuangan tengah tahunan :(1) Selambat-lambatnya 60 hari setelah tengah tahun buku berakhir jika tidak disertai laporan akuntan, (2) Selambat–lambatnya 90 hari setelah tengah tahun buku berakhir jika disertai dengan laporan akuntan dalam rangka penelaahan terbatas, (3) Selambat– lambatnya 120 hari setelah tengah tahun buku perusahaan berakhir jika disertai laporan akuntan yang memberikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan. Untuk laporan keuangan triwulanan selamba–lambatnya 60 hari setelah triwulan buku perusahaan berakhir.
22 Chamber dan Penman (1984) dalam Anissa (2004) mendefinisikan ketepatan waktu ke dalam dua cara “pertama, ketepatan waktu didefinisikan sebagai keterlambatan waktu pelaporan dari tanggal laporan keuangan sampai tanggal melaporkan. Kedua ketepatan waktu ditentukan dengan ketepatan waktu pelaporan relatif atas tanggal pelaporan yang diharapkan”. Menurut Dyer dan McHugh (1975) dalam Anissa (2004) untuk melihat
ketepatan
waktu
biasanya
suatu
penelitian
melihat
suatu
keterlambatan pelaporan keuangan menggunakan tiga kriteria keterlambatan dalam penelitiannya antara lain: 1.
Preliminary lag, adalah interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa.
2.
Auditor report lag, adalah interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.
3.
Total lag, adalah interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ainun Naim (1998) dalam
Anissa
(2004)
menyatakan
bahwa
“ketepatan
waktu
dilihat
dari
keterlambatan. Keterlambatan pelaporan terjadi jika perusahaan melaporkan informasi keuangannya kepada Bapepam setelah tanggal 31 maret, hal ini sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam tahun 1995” Pengukuran ini sesuai dengan penelitian Soo dan Schwartz (1996) dalam Anissa (2004). Soo dan Schwartz mengukur keterlambatan pelaporan keuangan didasarkan pada apakah perusahaan mematuhi peraturan pelaporan informasi keuangan yang ditetapkan oleh stock exchange commission (SEC) jika di Indonesia adalah Bapepam. Ketepatan waktu penyusunan dan pelaporan suatu laporan keuangan perusahaan bisa berpengaruh pada nilai laporan keuangan tersebut. Kenley dan Stubus (1972) dalam Anissa (2004) menyatakan bahwa “nilai laporan keuangan berubah secara berkebalikan dengan waktu untuk menyelesaikan penyusunannya”.
23 2.6 Kerangka Pemikiran Penelitian ini didasarkan pada hubungan pengaruh antara faktor dependen ketepatan waktu pelaporan keuangan dengan faktor–faktor independen seperti profitability, opini audit dan kualitas auditor hubungan tersebut digambarkan dengan skema berikut ini :
Gambar 1
Skema hubungan antara variabel independen dan variabel dependent Profitabilitas H1
Kualitas Auditor
Opini Audit
H2
Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
H3
24 2.3 Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dan dibuktikan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh dari variabel – variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis yang akan dilakukan adalah pengujian null (Ho) yang menyatakan bahwa koefisien korelasi tidak berarti atau tidak signifikan sedangkan
hipotesis
alternative
(Ha)
menyatakan
bahwa
koefisien
korelasinya berarti atau signifikan. Dalam penelitian ini, hipotesis dirumuskan sebagai berikut : 1. Tingkat Profitabilitas Ho1 :
Profitabilitas perusahaan tidak mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan
Ha1 :
Profitabilitas perusahaan mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan
2. Tingkat Kualitas Auditor Ho2 :
Kualitas Auditor perusahaan tidak mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan
Ha2 :
Kualitas
Auditor
pelaporan keuangan
perusahaan
mempengaruhi
ketepatan
waktu
25 3. Tingkat Opini Audit Ho3 :
Opini Audit perusahaan tidak mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan
Ha3 :
Opini Audit perusahaan mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan