DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim, http://www.epa.gov/owm/mtb/biosolids/sludge.pdf. 2. Anonim, http://reports.eea.eu.int/TopicReport_08_2001/en/ topic_8_for_the_www.pdf. 3. Anonim, http://www.epa.gov/epaoswer/non-hw/compost/biosolid.pdf. 4. Chao, Ching-Guan.; Hung-Lung Chiang.; Chih-Yu Chn, “Pyrolitic Kinetics of Sludge from Petrochemical Factory Wastewater Treatment Plant – a Transition State Theory Approach”, Chemosphere 49 2002, 431 – 437. 5. Chiang, Hung-Lung.; Ching-Guan Choa.; Shih-Yu Chen.; Mu-Chuan Tsai, “The Reuse of Biosludge as an Adsorbent from a Petrochemical Wastewater Treatment Plant”, Journal Air & Waste Management Association 53 2003, 1042 – 1051. 6. Daifullah, A. A. M.; B. S. Girgis, “Removal of Some Substituted Phenols by Activated Carbon Obtained from Agricultural Waste”, Water Science & Technology 32 (4) 1998, 1169 – 1177. 7. Kojima, Naozumi.; Aki Mitomo.; Yoshinori Itaya.; Shigekatsu Mori.; Shuichi Yoshida, “Adsorption Removal of Pollutants by Active Cokes Produced from Sludge in The Energy Recycle Process of Wastes”, Waste Management 22 2002, 399 – 404. 8. Mohanty, Kaustubha; Mousam Jha; B. C. Meikap; M. N. Biswas, “Preparation and Characterization of Activated Carbons from Terminalia Arjuna Nut With Zinc Chloride Activation for the Removal of Phenol from Wastewater”, Ind. Eng. Chem. Res. 44 2005, 4128 – 4138. 9. Otero, M.; F. Rosada.; L.F. Calvo.; A.I. Garcia.; A. Moran, “Elimination of Organic Water Pollutants Using Adsorbents Obtained from Sewage Sludge”, Dyes & Pigments 57 2003, 55 – 65. 10. Setiadi, Tjandra; Retno Gumilang Dewi, “Diktat Pengelolaan Limbah Industri”, Diktat Kuliah Pengelolaan Limbah Industri, ITB, 2003. 11.. Smith, J.M, “Chemical Engineering Kinetics”, John Wiley & Sons, Oxford, 1982. 12. Spinosa , L, “Evolution of Sewage Sludge Regulations in Europe”, Water Science & Technology 44 (10) 2001, 1 – 8.
37
LAMPIRAN A PETUNJUK KESELAMATAN PENGGUNAAN BAHAN
A.1.
Petunjuk keselamatan penggunaan bahan 4-aminoantipyrine Keterangan
1. Identifikasi zat: a. Sinonim b. Berat molekul c. Rumus kimia
4-Aminoantipyrine, 4-Aminophenazone, Metapirazone 203 C11H13N3O
2. Komposisi
4-Aminoantipyrine 90 - 100%
3. Potensi berbahaya a. Saluran pernapasan b. Saluran pencernaan c. Kontak dengan kulit d. Kontak dengan mata
Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan. Gejala termasuk batuk dan napas pendek. Dosis besar dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan. Dapat menyebabkan iritasi kulit merah dan sakit. Dapat menyebabkan iritasi mata merah dan sakit.
4. Pengobatan pertama a. Saluran pernapasan b. Saluran pencernaan c. Kontak dengan kulit
d. Kontak dengan mata
5. Pengukuran kemungkinan terbakar a. Terbakar b. Meledak
Hirup udara segar. Pertolongan medis bila mengalami kesulitan bernapas. Muntahkan segera. Jangan memberikan sesuatu menggunakan mulut kepada orang lain. Pertolongan medis bila iritasi berlanjut. Bilas kulit dengan sabun dan air dalam jumlah banyak selama 15 menit. Lepaskan pakaian dan sepatu yang ikut terkena. Pertolongan medis bila iritasi berlanjut. Bilas mata dengan air dalam jumlah banyak selama 15 menit. Pertolongan medis bila iritasi masih berlanjut.
6. Penanganan dan penyimpanan
Dapat terbakar pada temperatur tinggi. Dapat meledak apabila bubuk didispersikan ke udara dalam jumlah yang cukup dan kehadiran api/panas.
7. Perlindungan tubuh
Simpan dalam tempat tertutup, sejuk, kering, dan memiliki ventilasi. Lindungi dari kerusakan fisik.
8. Sifat fisik dan kimia a. Penampakan b. Bau c. Kelarutan d. Titik leleh 9. Stabilitas dan reaktivitas
Gunakan sarung tangan, pakaian bersih yang menutupi bagian tubuh dengan baik, dan kacamata pelindung.
Bubuk kuning Tidak berbau Larut dalam air 107 – 109 oC Stabil pada kondisi penyimpanan dan penggunaan yang tepat. Dapat menghasilkan karbonmonoksida, karbondioksida, dan nitrogen oksida bila dibakar.
L-1
A.2.
Petunjuk keselamatan penggunaan bahan HCl Keterangan
1. Identifikasi zat: a. Sinonim b. Berat molekul c. Rumus kimia
Asam klorida 36,46 HCl
2. Komposisi
HCl 33 – 40%. Air 60 -67%
3. Potensi berbahaya a. Saluran pernapasan b. Saluran pencernaan c. Kontak dengan kulit d. Kontak dengan mata
4. Pengobatan pertama a. Saluran pernapasan b. Saluran pencernaan c. Kontak dengan kulit
d. Kontak dengan mata
5. Pengukuran kemungkinan terbakar a. Terbakar b. Meledak
Korosif. Dapat menyebabkan batuk, radang hidung, gangguan saluran pernapasan, gagal peredaran darah, kematian. Korosif. Dapat menyebabkan sakit mulut, tenggorokan, dan gangguan pencernaan. Korosif. Dapat menyebabkan iritasi kulit merah dan sakit. Korosif. Dapat menyebabkan iritasi mata merah dan kerusakan mata. Kontak langsung dapat menyebabkan kerusakan mata permanen.
Hirup udara segar. Bila sulit bernapas, berikan pernapasan buatan atau oksigen. Pertolongan medis segera. Minum air atau susu dalam jumlah banyak. Pertolongan medis segera. Bilas kulit dengan sabun dan air dalam jumlah banyak selama 15 menit. Lepaskan pakaian dan sepatu yang ikut terkena. Pertolongan medis bila iritasi berlanjut. Bilas mata dengan air dalam jumlah banyak selama 15 menit. Pertolongan medis bila iritasi masih berlanjut.
Panas tinggi atau kontak dengan logam dapat melepaskan gas hidrogen yang mudah terbakar. Tidak dapat meledak
6. Penanganan dan penyimpanan
Simpan dalam tempat tertutup, kering, dan memiliki ventilas dengan lantai tahan asam. Lindungi dari kerusakan fisik. Hindarkan dari sinar matahari langsung, panas, dan air.
7. Perlindungan tubuh
Gunakan sarung tangan karet dan pelindung tambahan untuk menghindari kontak dengan kulit. Gunakan kacamata dan pelindung seluruh muka.
8. Sifat fisik dan kimia a. Penampakan b. Bau c. Kelarutan d. Densitas e. Titik didih f. Titik leleh 9. Stabilitas dan reaktivitas
Tidak berwarna Bau tajam asam klorida Larut dalam air dalam kelarutan tak terbatas 1,18 53 oC -74 oC Stabil pada kondisi penyimpanan dan penggunaan yang tepat. Dapat bereaksi dengan air atau kukus untuk menghasilkan panas dan uap korosif yang beracun
L-2
A.3.
Petunjuk keselamatan penggunaan bahan K3Fe(CN)6 Keterangan
1. Identifikasi zat: a. Sinonim b. Berat molekul c. Rumus kimia
Potassium ferricyanida, Potassium ferricynate, tripotassium 309,25 K3Fe(CN)6
2. Komposisi
Kalium Ferricyanida 99 – 100%
3. Potensi berbahaya a. Saluran pernapasan b. Saluran pencernaan c. Kontak dengan kulit d. Kontak dengan mata 4. Pengobatan pertama a. Saluran pernapasan b. Saluran pencernaan c. Kontak dengan kulit
d. Kontak dengan mata
5. Pengukuran kemungkinan terbakar a. Terbakar b. Meledak
Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan. Gejala termasuk batuk dan napas pendek. Dosis besar dapat menyebabkan muntah dan diare. Dapat menyebabkan iritasi kulit merah dan sakit. Dapat menyebabkan iritasi mata merah dan sakit.
Hirup udara segar. Pertolongan medis bila mengalami kesulitan bernapas. Minum banyak air. Jangan memberikan sesuatu menggunakan mulut kepada orang lain. Pertolongan medis. Bilas kulit dengan sabun dan air dalam jumlah banyak selama 15 menit. Lepaskan pakaian dan sepatu yang ikut terkena. Pertolongan medis bila iritasi berlanjut. Bilas mata dengan air dalam jumlah banyak selama 15 menit. Pertolongan medis bila iritasi masih berlanjut.
Tidak dapat terbakar. Tidak dapat meledak.
6. Penanganan dan penyimpanan
Simpan dalam tempat tertutup, sejuk, kering, dan memiliki ventilasi. Lindungi dari kerusakan fisik. Lindungi dari cahaya.
7. Perlindungan tubuh
Gunakan sarung tangan, pakaian bersih yang menutupi bagian tubuh dengan baik, dan kacamata pelindung.
8. Sifat fisik dan kimia a. Penampakan b. Bau c. Kelarutan d. Spesific gravity 9. Stabilitas dan reaktivitas
Merah terang. Bubuk kristal. Tidak berbau Larut dalam air dengan lambat pada 2,5 bagian air dingin. 1,85 pada 17 oC/4 oC Stabil pada kondisi penyimpanan dan penggunaan yang tepat. Dapat menghasilkan uap sianida bila dipanaskan atau kontak dengan asam atau uap asam. Melepaskan uap sianida dan oksida dari nitrogen bila dibakar.
L-3
A.4.
Petunjuk keselamatan penggunaan bahan KH2PO4 Keterangan
1. Identifikasi zat: a. Sinonim b. Berat molekul c. Rumus kimia
Asam fosforik, garam monopotassium, potassium dihidrogen fosfat 136,09 KH2PO4
2. Komposisi
Potassium Fosfat Monobasis 99 - 100%
3. Potensi berbahaya a. Saluran pernapasan b. Saluran pencernaan
c. Kontak dengan kulit d. Kontak dengan mata
Dapat menyebabkan iritasi ringan pada saluran pernapasan. Fosfat terabsorp dengan lambat pada saluran pencernaan. Dapat menyebabkan muntah, diare, dan efek cardiac. Keracunan potassium dapat menyebabkan efek jantung dan pernapasan. Dapat menyebabkan iritasi dan sakit bila kontak lama. Dapat menyebabkan iritasi mata merah dan sakit.
4. Pengobatan pertama a. Saluran pernapasan b. Saluran pencernaan
c. Kontak dengan kulit
d. Kontak dengan mata
5. Pengukuran kemungkinan terbakar a. Terbakar b. Meledak
Hirup udara segar. Pertolongan medis bila mengalami kesulitan bernapas. Minum air dalam jumlah banyak untuk mengencerkan/ Jangan memberikan sesuatu menggunakan mulut kepada orang lain. Pertolongan medis bila tertelan dalam jumlah banyak. Bilas kulit dengan sabun dan air dalam jumlah banyak selama 15 menit. Lepaskan pakaian dan sepatu yang ikut terkena. Pertolongan medis bila iritasi berlanjut. Bilas mata dengan air dalam jumlah banyak selama 15 menit. Pertolongan medis bila iritasi masih berlanjut.
Tidak dapat terbakar. Tidak dapat meledak.
6. Penanganan dan penyimpanan Simpan dalam tempat tertutup, sejuk, kering, dan memiliki ventilasi. Lindungi dari kerusakan fisik. 7. Perlindungan tubuh Gunakan sarung tangan, pakaian bersih yang menutupi bagian tubuh dengan baik, dan kacamata pelindung. 8. Sifat fisik dan kimia a. Penampakan b. Bau c. Kelarutan d. densitas e. Titik didih f. Titik leleh
Bubuk putih granular Tidak berbau 22 g dalam 100 g air 2,34 400 oC 253 oC
9. Stabilitas dan reaktivitas Stabil pada kondisi penyimpanan dan penggunaan yang tepat. Dapat menghasilkan fosfor oksida bila dibakar.
L-4
A.5.
Petunjuk keselamatan penggunaan bahan K2HPO4 Keterangan
1. Identifikasi zat: a. Sinonim b. Berat molekul c. Rumus kimia
Potassium hidrogen fosfat, asam fosforik, garam dipotassium, dipotassium hidrogen fosfat 174,08 KH2PO4
2. Komposisi
Potassium Fosfat Dibasis anhidrat 98 - 100%
3. Potensi berbahaya a. Saluran pernapasan b. Saluran pencernaan
c. Kontak dengan kulit d. Kontak dengan mata
Tidak menyebabkan gangguan pernapasan. Fosfat terabsorp dengan lambat pada saluran pencernaan. Dapat menyebabkan muntah, diare, dan efek cardiac. Keracunan potassium dapat menyebabkan efek jantung dan pernapasan. Tidak menyebabkan gangguan kulit. Tidak menyebabkan gangguan mata.
4. Pengobatan pertama a. Saluran pernapasan b. Saluran pencernaan
c. Kontak dengan kulit d. Kontak dengan mata
5. Pengukuran kemungkinan terbakar a. Terbakar b. Meledak
Hirup udara segar. Pertolongan medis bila mengalami kesulitan bernapas. Minum air dalam jumlah banyak untuk mengencerkan. Jangan memberikan sesuatu menggunakan mulut kepada orang lain. Pertolongan medis bila tertelan dalam jumlah banyak. Bilas kulit dengan sabun dan air. Pertolongan medis bila iritasi berlanjut. Bilas mata dengan air mengalir. Pertolongan medis bila iritasi masih berlanjut.
Tidak dapat terbakar. Tidak dapat meledak.
6. Penanganan dan penyimpanan Simpan dalam tempat tertutup, sejuk, kering, dan memiliki ventilasi. Lindungi dari kerusakan fisik. 7. Perlindungan tubuh Gunakan sarung tangan, pakaian bersih yang menutupi bagian tubuh dengan baik, dan kacamata pelindung. 8. Sifat fisik dan kimia a. Penampakan b. Bau c. Kelarutan d. Titik leleh
Bubuk atau kristal putih Tidak berbau 150 g dalam 100 g air dingin >465 oC
9. Stabilitas dan reaktivitas Stabil pada kondisi penyimpanan dan penggunaan yang tepat. Dapat menghasilkan fosfor oksida bila dibakar.
L-5
A.6.
Petunjuk keselamatan penggunaan bahan ZnCl2 Keterangan
1. Identifikasi zat: a. Sinonim b. Berat molekul c. Rumus kimia
Seng klorida, seng diklorida 136,30 ZnCl2
2. Komposisi
Seng klorida 97 - 100%
3. Potensi berbahaya a. Saluran pernapasan
b. Saluran pencernaan
c. Kontak dengan kulit d. Kontak dengan mata
Bersifat desktruktif pada lapisan lendir membran dan saluran pernapasan bagian atas. Gejala berupa batuk, laringitis, napas pendek, sakit kepala, dan muntah. Beracun. Dapat menyebabkan iritasi atau korosi pada saluran pencernaan dengan muntah. Dapat menyebabkan kematian perlahan. Dapat menyebabkan iritasi, kulit terbakar, kulit merah, dan sakit. Menyebabkan mata merah, sakit, dan pandangan kabur. Kerusakan mata dapat terjadi bila tersiram larutan.
4. Pengobatan pertama a. Saluran pernapasan b. Saluran pencernaan
c. Kontak dengan kulit
d. Kontak dengan mata
5. Pengukuran kemungkinan terbakar a. Terbakar b. Meledak
Hirup udara segar. Bila sulit bernapas, berikan pernapasan buatan atau oksigen. Pertolongan medis segera. Minum air dalam jumlah banyak untuk mengencerkan. Jangan memberikan sesuatu menggunakan mulut kepada orang lain. Pertolongan medis segera. Bilas kulit dengan sabun dan air dalam jumlah banyak selama 15 menit. Lepaskan pakaian dan sepatu yang ikut terkena. Pertolongan medis bila iritasi berlanjut. Bilas mata dengan air dalam jumlah banyak selama 15 menit. Pertolongan medis bila iritasi masih berlanjut.
Tidak dapat terbakar. Tidak dapat meledak.
6. Penanganan dan penyimpanan Simpan dalam tempat tertutup, pada kondisi sejuk hingga hangat, 2 hingga 40 oC. 7. Perlindungan tubuh Gunakan pakaian pelindung, termasuk sepatu boot, sarung tangan, jas lab untuk menghindari kontak dengan kulit. Gunakan kacamata pelindung dan penutup muka agar terhindar dari percikan larutan atau serbuk. 8. Sifat fisik dan kimia a. Penampakan b. Bau c. Kelarutan d. Titik didih e. Titik leleh
Granula kristal putih Tidak berbau 423 g dalam 100 g air pada 25 oC 732 oC 290 oC
9. Stabilitas dan reaktivitas Stabil pada kondisi penyimpanan dan penggunaan yang tepat. Dapat menghasilkan uap klorin dan seng oksida bila terbakar.
L-6
LAMPIRAN B PROSEDUR PERCOBAAN
B.1.
Prosedur persiapan adsorben
B.1.1 Pengolahan awal lumpur bio
1. Lumpur bio disaring dengan penyaring vakum sampai kira-kira 500 gram. Penyimpanan di pendingin. 2. Lumpur bio hasil saring dikeringkan dalam oven (pengering) pada temperatur 105 oC selama 24 jam (sampai massanya tetap). Penentuan berat volatil. 3. Lumpur bio hasil pengeringan digerus dan diayak sampai berukuran lebih kecil daripada 8 mesh. 4. Lumpur bio hasil pengayakan dicelupkan pada agen aktivasi ZnCl2 5 M. Perbandingan massa lumpur bio dan volume ZnCl2 sama dengan 25 g/100 ml. 5. Celupan lumpur bio dalam ZnCl2 digoyang pada temperatur kamar selama 24 jam. 6. Lumpur bio hasil penggoyangan disaring kemudian dikeringkan dalam oven (pengering) pada temperatur 105oC selama 24 jam. 7. Lumpur bio dapat disimpan dalam ‘desiccator’.
B.1.2. Proses pirolisis 1. Peralatan pirolisis dinyalakan dan temperatur diatur 800oC. 2. Gas nitrogen dialirkan ketika temperatur dalam tungku mendekati 800oC. 3. Delapan gram lumpur bio diletakkan pada tempat (holder) kemudian dimasukkan ke dalam tungku pada temperatur 800oC. 4. Pirolisis dilakukan selama 60 menit. 5. Pemanas elektrik dimatikan, gas nitrogen dibiarkan tetap mengalir hingga temperatur dalam tungku 100 – 200oC, sampel diambil, kerangan tabung gas nitrogen ditutup. L-7
6. Sampel disimpan (pada ‘desiccator’) hingga temperatur ruang kemudian ditimbang. 7. Sampel dapat disimpan dalam ‘desiccator’
B.1.3. Pengolahan akhir lumpur bio
1. Sampel dicelupkan pada HCl 3 N. Perbandingan massa sampel dan volume HCl sama dengan 5 g per 100 ml. 2. Celupan sampel dalam HCl digoyang pada temperatur kamar selama 24 jam. 3. Sampel hasil penggoyangan disaring. 4. Sampel hasil penyaringan dibilas dengan aqua dm. 5. Sampel hasil pembilasan dikeringkan dalam oven (pengering) pada temperatur 105oC selama 48 jam (sampai massanya tetap). 6. Adsorben dapat disimpan dalam ‘desiccator’.
B.2.
Pengujian adsorpsi lumpur bio terhadap fenol
B.2.1 Pembuatan kurva kalibrasi
1. Larutan fenol berkonsentrasi 5, 10, 15, 20, 50, 75, dan 100 bpj disiapkan. 2. Uji fenol dilakukan untuk mengetahui absorban dengan menggunakan spektrofotometer. 3. Gambar atau alur konsentrasi fenol terhadap absorban dibuat.
B.2.3. Adsorpsi isotermal
1. Larutan fenol berkonsentrasi 10, 25, 50, 75, dan 100 bpj disiapkan. 2. Adsorben dicelupkan pada fenol di labu erlemeyer dengan perbandingan massa adsorben dan volume fenol sama dengan 5 g/l. 3. Celupan dalam labu erlemeyer diletakkan pada meja goyang. 4. Sampel fenol diambil ketika waktu kesetimbangan tercapai lalu disaring 5. Konsentrasi fenol residual diketahui dengan uji fenol.
L-8
LAMPIRAN C ANALISIS FENOL DENGAN METODE FOTOMETRI LANGSUNG
C.1.
Prinsip
Senyawa fenol yang dapat didistilasi oleh kukus bereaksi dengan 4-aminoantipyrene pada pH 7,9 + 0,1 dengan kehadiran potasium ferisianida untuk membentuk bahan celup antipyrene berwarna. Pewarna ini dijaga dalam larutan cair dan absorbansi diukur pada 500 nm.
C.2.
Kuantitas minimum yang dapat dideteksi
Kuantitas minimum yang dapat dideteksi adalah 10 μg fenol sewaktu 5 cm sel dan 100 ml distilat digunakan.
C.3. •
Peralatan Peralatan fotometri
: spektofotometer yang dilengkapi dengan sel absorpsi
yang menyediakan jalan cahaya 1-5 cm untuk penggunaan pada 500 nm •
C.4. •
pH meter
Reagen Amonium hidroksida
: NH4OH, 0,5 N : encerkan 35 ml conc NH4OH
baru dalam air sampai 1 L. •
Larutan buffer fosfat
: larutkan 104,5 g K2HPO4 dan 72,3 g KH2PO4
dalam air dan encerkan hingga 1 L. Nilai pH seharusnya 6,8. •
Larutan 4-aminoantipyrene
: larutkan 2 g 4-aminoantipyrene dalam air dan
encerkan hingga 100 ml. Siapkan setiap hari. •
Larutan potasium ferisianida : larutkan 8 g K3Fe(CN)6 dalam air dan encerkan hingga 100 ml. Saring jika perlu. Simpan dalam sebuah botol gelas coklat. Siapkan yang baru tiap minggu.
L-9
C.5.
Prosedur
1. Tempatkan 100 ml distilat atau bagian yang tidak mengandung lebih dari 0,5 mg fenol yang diencerkan ke 100 ml aquades dalam beaker 250 ml. 2. Siapkan 100 ml aquades blanko. 3. Siapkan lima standar 100 ml fenol yang mengandung 0,1; 0,2; 0,3; 0,4 dan 0,5 mg fenol. 4. Olah sampel, blanko dan standar-standar sebagai berikut : tambahkan 2,5 ml larutan NH4OH 0,5 N dan atur pH 7,9 + 0,1 dengan buffer fosfat secara tibatiba. 5. Tambahkan 1 ml larutan 4-aminoantipyrene dan campurkan dengan baik. 6. Tambahkan 1 ml larutan K3Fe(CN)6 lalu campurkan dengan baik 7. Setelah 15 menit, pindahkan ke sel dan baca absorbansi sampel dan standarstandar terhadap blangko pada panjang gelombang 500 nm. 8. Alurkan absorban terhadap konsentrasi mikrogram fenol. Bangun kurva kalibrasi terpisah untuk setiap fotometer dan uji kurva secara periodik untuk memastikan reproduksi data.
C.6. •
Perhitungan Pengunaan kurva kalibrasi
: perkirakan kandungan fenol sampel dari
pembacaan fotometri dengan menggunakan kurva kalibrasi yang telah dibangun. fenol (mg /L) = (A/B) x 1000 dengan A B •
= mg fenol pada sampel dari kurva kalibrasi = ml sampel asli
Penggunaan standar fenol tunggal fenol (μg /L) = (C x D x 1000) / (E x B) dengan
C
= mg larutan fenol standar
D
= absorbansi yang dibaca dari sampel
E
= absorbansi larutan fenol standar
L-10
LAMPIRAN D DATA PERCOBAAN
D.1.
Massa Lumpur Bio Sebelum dan Setelah Pengeringan Oven
Sebelum pengeringan (g) 204,725 187,545 304
D.2.
Berat hilang (g) 88,5 86,5 86,5
Perolehan Adsorben dari Pirolisis
Tempuhan 1 Tempuhan 2 Tempuhan 3
D.3.
Setelah pengeringan (g) 116,225 101,045 217,5
Berat awal (g) 7,362 8,088 8,088
Berat akhir (g) 1,155 0,75 1,121
Perolehan 0.16 0,09 0,14
Kurva Kalibrasi Laju Alir Volumetrik Nitrogen
Laju alir volumetrik (ml/detik)
Kurva Kalibrasi Laju Alir Volumetrik Nitrogen 14 12 10 8 6 4 2 0
y = 0.1753x R2 = 0.9958
0
10
20
30
40 Skala
L-11
50
60
70
Volume nitrogen (ml)
Skala 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
Waktu (detik)
0 10.3 7 5.3 4.1 3.5 2.8 2.5 2.2 1.9 1.7 1.6 1.5 1.3
Waktu ratarata (detik)
0 10.9 7 5.3 4.1 3.4 2.7 2.5 2.1 1.9 1.7 1.6 1.4 1.3
0 10.6 7.0 5.3 4.1 3.5 2.8 2.5 2.2 1.9 1.7 1.6 1.5 1.3
Laju alir volumetrik nitrogen (ml/detik) 0 1.4 2.1 2.8 3.7 4.3 5.5 6.0 7.0 7.9 8.8 9.4 10.3 11.5
Kurva Kalibrasi Fenol Kurva Kalibrasi Fenol Konsentrasi Fenol (bpj)
D.4.
0 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Waktu (detik)
100 80 y = 146.7x R2 = 0.9356
60 y = 44.298x R2 = 0.9674
40 20
y = 472.35x - 90.541 R2 = 0.9881
0 0.0
0.2
0.4
0.6
Absorbansi
Konsentrasi Fenol (bpj) 0 5 10 25 50 75 100
Absorbansi
L-12
0 0.137 0.21 0.25 0.295 0.55 0.67
0.8
D.5.
Data Adsorpsi Isotermal Langmuir
Tempuhan 1 Konsentrasi Fenol (bpj)
Absorbansi
Ce (mg/l)
qe (mg/g)
1/Ce ((mg/l)-1)
1/qe ((mg/g)-1)
25 50 100
0.070 0.196 0.220
3.100 8.681 9.744
4.380 8.264 18.051
0.323 0.115 0.103
0.228 0.121 0.055
Absorbansi
Ce (mg/l)
qe (mg/g)
0.056 0.170 0.200
2.481 7.531 8.860
9.504 13.494 18.228
1/Ce ((mg/l)-1) 0.403 0.133 0.113
1/qe ((mg/g)-1) 0.105 0.074 0.055
Absorbansi
Ce (mg/l)
qe (mg/g)
0.150 0.176 0.274
6.645 7.796 38.870
8.671 13.441 12.226
1/Ce ((mg/l)-1) 0.150 0.128 0.026
1/qe ((mg/g)-1) 0.115 0.074 0.082
log Ce
log qe
Tempuhan 2 Konsentrasi Fenol (bpj) 50 75 100
Tempuhan 3 Konsentrasi Fenol (bpj) 50 75 100
D.6.
Data Adsorpsi Isotermal Freundlich
Tempuhan 1 Konsentrasi Fenol (bpj) 25 50 100
Absorbansi
Ce (mg/l)
qe (mg/g)
0.070 0.196 0.220
3.100 8.681 9.744
4.380 8.264 18.051
Absorbansi
Ce (mg/l)
qe (mg/g)
0.056 0.170 0.200
2.481 7.531 8.860
9.504 13.494 18.228
0.491 0.939 0.989
0.641 0.917 1.257
Tempuhan 2 Konsentrasi Fenol (bpj) 50 75 100
L-13
log Ce 0.395 0.877 0.947
log qe 0.978 1.130 1.261
Tempuhan 3 Konsentrasi Fenol (bpj) 50 75 100
Absorbansi
Ce (mg/l)
qe (mg/g)
0.150 0.176 0.274
6.645 7.796 38.870
8.671 13.441 12.226
L-14
log Ce 0.822 0.892 1.590
log qe 0.938 1.128 1.087