A-1 LAMPIRAN A CONTOH PERHITUNGAN
1.
Perhitungan Manual Perhitungan manual yang dilakukan dalam penelitian mengacu pada Metode Baji (Wedge Method), dengan bidang longsor planar. Beberapa parameter yang digunakan dalam perhitungan ini adalah: a. Kondisi Lapangan Kondisi lereng yang akan dianalisa ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
L2 L1
3,5 m 80º
48º
5m
1,5 m
Silty Sand : γ = 18 kN/m3 c = 10 kN/m2 φ = 30 º
Gambar A1. Tampak Samping Lereng Dengan Kemiringan 70°
Kemiringan bidang longsor kritis adalah kemiringan bidang longsor yang menghasilkan nilai faktor keamanan yang paling kecil. Kemiringan bidang longsor kritis dalam kasus ini adalah sebesar 48º, yang didapatkan dengan proses trial and error.
A-2 b. Tanah Parameter tanah yang digunakan adalah: •
c = 10 kN/m2
•
γ = 18 kN/m3
•
φ = 30 º
c. Nail bars Nail bars yang digunakan adalah baja ulir ASTM A615 (Fy = 420 Mpa), dengan diameter 25 mm, dan panjang: L1 =4 m, L2 = 6m. Nail bars dipasang lurus sejajar dengan garis horisontal seperti yang ditunjukkan pada Gambar A.1, dengan jarak horisontal antar nail bar (tegak lurus bidang) sebesar 2 m. Dari Tabel 2.1 dapat diketahui parameter sebagai berikut: Rn = 211 kN, dan Rc = Rn/2 = 105,5 kN
Berikut ini adalah perhitungan stabilitas lereng secara manual untuk kasus di atas: •
Menghitung Gaya Geser Ijin (Vmax), dan Gaya Tarik Ijin Global (Tmax) − Gaya geser ijin nail bars: Vn = =
Rn 2 1 + 4 tan 2 (90° − α ) 211 2 1 + 4 tan 2 (90° − 48°)
= 51,218 kN
A-3 − Gaya tarik ijin nail bars:
T = 4Vtan(90° − α) = 4. 51,218. tan(90° − 48°) = 184,47 kN − Gaya geser ijin tanah akibat tegangan lateral tanah:
V = Pmax
D Lo 2
Untuk menghitung persamaan di atas dibutuhkan parameter Pmax dan Lo yang belum tersedia. Nilai Pmax dihitung dengan persamaan di bawah ini: Pmax = Pu/2, Parameter Pu untuk mendapatkan Pmax, merupakan nilai terkecil dari dua persamaan di bawah ini: Pu = C 3 Dγγz
Pu = (C1 z + C 2 D)γ)z 2 2 = (1,9 . . 5 + 2,6 . 0,025)18. . 5 3 3 2 = 383,9 kN/m
2 = 30 . 0,025 . 18 . . 5 3 2 = 45 kN/m
Dari perhitungan di atas, didapatkan nilai Pu sebesar 45kN/m2, maka Pmax = 22,5 kN/m2, langkah berikutnya adalah menghitung Lo dengan persamaan berikut: Lo = 4
EI KsD
A-4 Parameter-parameter yang dibutuhkan dalam persamaan di atas adalah: E = modulus elastisitas baja = 2.108 kN/m2 I = momen inertia penampang nail bar =
πd 4
=
64
π 0,025 4 64
=1,917.10-8 m4
D = diameter nail bar (dalam kasus ini tidak di-grouting) = 0,025 m Ks = 45 lb/in3 = 12456 kN/m3 (didapatkan dari Gambar 2.21b) Lo = 4
4 . 2 . 10 8. 1,917 . 10 −8 = 0,471 m 12456 . 0,025
Vs = 22,5.
0,025 .0,471 = 0,133 kN. 2
Karena Vs < Vn, maka gaya geser ijin global (Vmax) yang digunakan adalah sebesar 0,133 kN. Adanya pembatasan gaya geser ijin, maka gaya tarik ijin dari nail bar harus dikoreksi menjadi: Vmax Rc
2
2
+
Tmax Rn
2
=1
2 2
0,133 2 Tmax + =1 105,5 2 2112 Tmax = 210,99 kN.
A-5 •
Menghitung Gaya Geser Ijin, Dan Gaya Tarik Ijin Dari Perkuatan Soil Nailing − Nail Bar 1 (h1 = 1,5m) T1 =
π DL e f max FoS
D = 0,025 m Le1 = L1−[(tan(90º−α) – tan(90º−β)) h1] = 4 − [(tan(90º−48º) – tan(90º−80º))1,5] = 2,914 m FoS = faktor keamanan, untuk perhitungan pertama dapat menggunakan asumsi faktor keamanan sebesar 1,5 fmax = 120 kN/m2 (didapatkan dari Tabel 2.2) T1 = gaya tarik ijin nail bar 1 =
3,14 . 0,025 . 2,914 . 120 = 18,3 kN < Tmax 1,5
− Nail Bar 2 (h2 = 3,5 m) T2 =
π DL e f max FoS
D = 0,025 m Le2 = L2−[(tan(90º−α) – tan(90º−β)) h2] = 6 − [(tan(90º−48º) – tan(90º−80º))3,5] = 3,466 m fmax = 120 kN/m2 (didapatkan dari Tabel 2.2) T2 = gaya tarik ijin nail bar 2 =
3,14.0,025.3,466.120 = 21,8 kN < Tmax 1,5
A-6 − Gaya tarik ijin total dari nail bar (per unit panjang tegak lurus bidang) ΣTi =
T1 + T2 + ... + Ti 18,3 + 21,8 = = 20,05 kN/m SH 2
SH = 2 m = spasi horisontal (tegak lurus bidang)
− Gaya geser ijin total dari nail bar (per unit panjang tegak lurus bidang) ΣVi =
•
V1 + V 2 + ... + Vi 0,133 + 0,133 = = 0,133 kN/m lari 2 SH
Menghitung Faktor Keamanan Nilai faktor keamanan dapat dihitung dengan persamaan yang di bawah ini. FoS =
cL f + W cos α tan φ + (∑ Ti sin α − ∑ Vi cos α ) tan φ W sin α − ∑ Ti cos α − ∑ Vi sin α
W = berat massa tanah yang longsor =
1 γH 2 [tan (90° − α ) − tan (90° − β )] 2
=
1 18 . 5 2 [tan (90° − 48°) − tan (90° − 80°)] 2
= 162,917 kN Lf = panjang bidang longsor = (H/sin α) = (5/sin 48º) = 6,728 m
FoS =
10.6,728 + (162,917. cos 48°. tan 30°) + (20,05. sin 48° − 0,133. cos 48°) tan 30° (162,917. sin 48°) − (20,05. cos 48°) − (0,133. sin 48°)
= 1,290
A-7 Nilai faktor keamanan hasil perhitungan (FoS = 1,290) berbeda dengan nilai faktor keamanan yang diasumsikan di awal perhitungan (FoS = 1,5), maka perhitungan harus dilakukan ulang dengan faktor keamanan asumsi yang berbeda. Proses iterasi harus dilakukan agar nilai faktor keamanan asumsi sama dengan nilai faktor keamanan yang didapatkan pada akhir perhitungan. Dalam penelitian ini proses iterasi dilakukan dengan menggunakan program EXCEL, dan memberikan nilai faktor keamanan yang konvergen sebesar 1,323.
2.
Perhitungan Program PLAXIS
Langkah-langkah dalam proses analisa perhitungan faktor keamanan menggunakan program Plaxis dapat dilihat pada diagram alir di bawah ini. Mulai
Memodelkan Geometri
Mendefinisikan Material yang Digunakan dan Penyusunan Jaring Elemen Mendefinisikan Kondisi Awal
Perhitungan
Keluaran
Evaluasi Hasil Gambar A.2 Diagram Alir Proses Analisa Menggunakan Program PLAXIS
A-8 2.1
Pemodelan Soil Nailing dengan Pelat a.
Memulai Program
Ketika memulai sebuah proyek baru, akan muncul sebuah jendela pengaturan global seperti yang ditunjukkan pada Gambar A.3. Jendela tersebut terdiri dari dua lembar-tab. Pada lembar-tab pertama diisikan nama dari berkas, dan menentukan jenis analisis dan jenis elemen. Selain itu, percepatan gravitasi juga dapat ditentukan pada jendela ini, tetapi dalam analisa ini tidak meninjau gaya gempa sehingga percepatan gravitasi tidak diperlukan.
Gambar A.3 Jendela Pengaturan Global Lembar-tab Pertama
Pada lembar-tab kedua yang ditunjukkan Gambar A.4, tentukan satuan dasar panjang, gaya, dan waktu, yang akan digunakan, serta dimensi dari bidang gambar juga harus ditentukan sehingga model geometri dapat termuat dengan baik dalam bidang gambar.
A-9
Gambar A.4 Jendela Pengaturan Global Lembar-tab Kedua
b.
Pemodelan Geometri
Buat model yang sesuai dengan geometri lereng untuk kasus di atas. Pembuatan geometri lereng dilakukan dengan menggunakan tombol “geometry line”, sedangkan untuk soil nailing menggunakan tombol ”plate”. Pemodelan
geometri di PLAXIS untuk kasus di atas akan tampak seperti pada gambar di bawah ini
Gambar A5. Pemodelan Geometri Lereng Dan Soil Nailing
A-10 Berikut setelah geometri terbentuk, diberikan kondisi batas untuk menghindari perpindahan yang tidak terkontrol. Untuk memberikan kondisi batas standar klik tombol
, maka secara otomatis Plaxis akan membentuk jepit
penuh pada dasar geometri dan kondisi rol pada sisi vertikal. kondisi batas jepit akan ditampilkan pada layar berupa dua garis paralel yang tegak lurus terhadap arah yang dijepit. Hingga tahap ini maka pada layar akan tampak seperti gambar di bawah.
Gambar A6. Geometri Lereng Yang Telah Diberikan Kondisi Batas Standar
c.
Parameter Tanah
Langkah berikutnya adalah mendefinisikan properti dari material yang akan digunakan dengan menekan tombol
, dan muncul jendela “Kumpulan
data material”. Untuk memodelkan tanah pilih “Tanah & Antarmuka” untuk jenis kumpulan data. Klik tombol “Baru...” untuk membuat properti tanah. Pada jendela baru yang muncul (Gambar A.7), isi “Silty Sand” untuk kotak
A-11 identifikasi, pilih “Mohr-Coulomb” untuk model material, dan “Drained” pada kotak jenis material. Isi masing-masing parameter untuk tanah sesuai dengan data sebagai berikut: Tabel A.1 Data Parameter Tanah Untuk Masukan Program PLAXIS Parameter Model material Jenis perilaku material Berat isi tanah di atas garis freatik Berat isi tanah di bawah garis freatik Permeabilitas arah horisontal Permeabilitas arah vertikal Modulus Young (lihat tabel 3.4) Angka Poisson Kohesi Sudut geser Sudut dilatansi
Nama Model Jenis γunsat γsat kx ky Eref v cref
φ
ψ
Silty Sand Mohr-Coulumb Drained 18 20 0 0 15000 0,35 10 30 0
Satuan kN/m3 kN/m3 m/hari m/hari kN/m3 kN/m2 ° °
Dalam memodelkan soil nailing pada program ini, parameter antar muka (Rinterface) harus diisi secara manual. Parameter ini diperlukan untuk mengkonversikan luas bidang kontak soil nailing yang dipasang dalam jarak tertentu (tegak lurus bidang), sehingga seolah-olah menjadi suatu elemen pelat yang menerus. Cara menghitung parameter ini adalah: Rinterface =
A nail πDL/ 3,14.0,025 = = = 0,0196 A plate S H L/ 2
Anail = luas selimut nail bar = πDL Aplate = luas permukaan pelat yang bersinggungan dengan tanah = 2SHL
A-12
Gambar A.7 Jendela Data Tanah dan Antarmuka
Setelah parameter antar muka ditentukan, agar parameter tersebut bekerja, harus diaplikasikan ke model geometri yang ada, dengan mengklik tombol interface dan klik ujung-ujung noda pelat dalam arah bolak-balik, sehingga pada elemen pelat akan menjadi seperti gambar di bawah ini.
Gambar A.8 Mengaplikasikan Interface Dalam Pemodelan
A-13 Setelah mendefinisikan parameter tanah, klik salah satu jenis tanah pada jendela “Kumpulan data material”, kemudian diseret (drag) ke klaster yang akan ditunjuk sebagai jenis tanah tersebut, sehingga pada geometri akan berwarna seperti pada gambar dibawah ini.
Gambar A.9 Mendefinisikan Klaster Sesuai Dengan Jenis Tanahnya Langkah berikutnya adalah mendefinisikan soil nailing dengan elemen pelat. Untuk mendefinisikan elemen pelat, pada jendela “Kumpulan data material” pilih plate. Pada jendela tersebut berikan nama material, kemudian pilih material “elastis”. Parameter kekakuan material (EA dan EI) harus dikonversi juga, dengan cara membagi kekakuan material nail bar terhadap jarak antar nail bar (tegak lurus bidang), sehingga kekakuan nail bar terbagi secara merata sepanjang jaraknya. Berikut perhitungan untuk kekakuan material untuk dimasukkan ke PLAXIS: EA nail E.π.D 2 2.10 8 . 3,14. 0,025 2 EA = = = = 49087 kN/m SH 4S H 4.2 EI =
EI nail E. π. d 4 2.10 8. 3,14. 0,025 4 = = = 1,917 kNm2/m SH 64S H 64.2
A-14 w = 0,284 (didapatkan dari Tabel 2.1) υ = 0,3
Gambar A.10 Mendefinisikan Material Pelat Untuk Soil Nailing
Elemen berikutnya yang perlu didefinisikan adalah temporary facing dengan material shotcrete. Dalam PLAXIS, elemen ini dimodelkan dengan pelat, dengan parameter sebagai berikut: •
Shotcrete terbuat dari adukan beton K-250 (f’c = 20,75 MPa)
•
t = tebal shotcrete = 0,1 m
•
E = modulus elastisitas beton = 4700 f ' c = 2,14.107 kN/m2
•
A = t × 1 unit panjang (tegak lurus bidang) = 0,10 m/m
•
t 3 × 1 unit panjang (tegak lurus bidang) = 8,3.10-5 m3 I= 12
•
w = γc × t × 1 unit panjang (tegak lurus bidang) = 24.0,1.1 = 2,4 kN/m/m
•
EA = 2,14.106 kN/m
•
EI = 1784 kNm2/m
A-15
Gambar A.11 Mendefinisikan Material Pelat Untuk Shotcrete
d. Generate Mesh
Setelah selesai memodelkan geometri, serta mendefinisikan properti tanah, dan pelat, maka langkah berikutnya adalah menyusun jaring elemen dengan menekan tombol
. Pada langkah ini akan muncul jendela baru yang
menunjukkan jaring elemen yang telah disusun, kemudian klik “update” (Gambar A.12).
Gambar A.12 Penyusunan Jaring Elemen
A-16 e. Kondisi Awal
Sebelum masuk ke tahapan perhitungan, kondisi awal harus ditentukan dan dihitung terlebih dahulu. Secara umum, kondisi awal teridir dari kondisi awal untuk tekanan air, konfigurasi geometri awal, dan kondisi tegangan efektif awal. Dalam penelitian ini telah dibatasi bahwa muka air tanah terletak jauh di bawah elevasi galian, maka elevasi muka air tanah tidak perlu dimasukkan, dan langsung menghitung tegangan awal efektif, yang dapat dilakukan dengan Prosedur-Ko. Untuk memulai perhitungan tegangan efektif awal, lakukan
konfigurasi geometri awal dengan menekan tombol sebelah kanan dari
,
kemudian mulai hitung tegangan efektif awal dengan menekan tombol
,
sehingga akan muncul jendela seperti di bawah dan kemudian di-update.
Gambar A.13 Perhitungan Tegangan Efektif Awal
A-17 f. Tahapan Perhitungan
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam tahapan perhitungan adalah: •
Mendefinisikan Tahap-Tahap Perhitungan Yang Diinginkan Dalam jendela “Calculation”, tentukan tahap-tahap konstruksi, dan perhitungan yang diinginkan. Dalam kasus ini, pemasangan nail bar dilakukan dalam dua tahap (Nail Top dan Nail Bottom), dan kemudian menganalisa faktor keamanan (FoS). Pada tahap Nail Top dan Nail Bottom, pilih Plastic untuk jenis perhitungannya, sedangkan untuk perhitungan faktor keamanan (FoS) pilih jenis perhitungan Phi/c reduction.
Gambar A.14 Mendefinisikan Langkah-Langkah Perhitungan
•
Mengaktifkan Elemen Pelat Tahap berikutnya adalah pemasangan elemen pelat. Elemen tersebut dapat diaktifkan dengan memilih “Staged construction” pada
A-18 jendela “Parameters” (Gambar A.15), kemudian tekan tombol ”Define” sehingga akan muncul jendela baru (Gambar A.16). Aktifkan elemen pelat dengan cara mengklik pada elemen tersebut.
Gambar A.15 Tahap Pemasangan Elemen Pelat
(a) Nail Top
(b) Nail Bottom Gambar A.16 Mengaktifkan Elemen Pelat
A-19 •
Pilih titik untuk kurva Agar dapat menampilkan kurva hasil perhitungan, perlu ditentukan terlebih dahulu titik-titik yang akan ditinjau, dengan menekan tombol
, dan akan muncul jendela baru (Gambar A.17) kemudian klik
titik-titik yang akan ditinjau.
(a) Menentukan Titik Tinjauan Deformasi
(b) Menentukan Titik Tinjauan Tegangan
Gambar A.17 Menentukan Titik Tinjauan Untuk Keluaran
•
Perhitungan Faktor Keamanan Setelah selesai mendefinisikan semua tahap perhitungan, tekan tombol Calculate untuk memulai perhitungan. Gambar di bawah merupakan tampilan proses perhitungan nilai faktor keamanan (Msf).
Gambar A.18 Proses Perhitungan Faktor Keamanan (Msf)
A-20 g. Keluaran
Berikut adalah salah satu contoh keluaran program PLAXIS yang menunjukkan pola kelongsoran lereng. Gambar ini dapat ditampilkan dengan menekan tombol Deformation>Total strains pada toolbar kemudian pilih Shear shading untuk tampilannya.
Gambar A.19 Pola Kelongsoran Lereng
Gambar di bawah adalah informasi perhitungan yang telah dilakukan program PLAXIS, nilai faktor keamanan dapat dilihat pada baris ΣMsf.
Gambar A.20 Informasi Perhitungan Program PLAXIS
A-21 2.2
Pemodelan Soil Nailing Dengan Node to Node Anchor
Dalam pemodelan soil nailing menggunakan elemen node to node anchor, lakukan langkah-langkah yang sama ketika menggunakan elemen pelat.
Hanya saja elemen pelat digantikan dengan elemen node to node anchor, dan tidak perlu diberikan parameter antar muka (Gambar A.21a). Pada saat mendefinisikan material gunakan tipe anchor (Gambar A.21b), dan parameter yang dibutuhkan adalah parameter kekakuan tarik (EA) dan spasi (L spacing). Parameter EA dalam pemodelan ini tidak perlu dikoreksi, karena jarak antar nail bar sudah ditentukan dengan parameter spasi (Lspacing). Selanjutnya setelah mendefinisikan material, gunakan langkah-langkah yang sama pada saat pemodelan dengan pelat untuk memperoleh nilai faktor keamanan.
(a) Pemodelan Geometri
(b) Mendefinisikan Parameter Anchor
Gambar A.21 Pemodelan Soil Nailing Dengan Node to Node Anchor
Analisa faktor keamanan untuk contoh kasus lereng seperti pada subab perhitungan manual, jika dimodelkan dengan node to node anchor pada PLAXIS akan memberikan nilai faktor keamanan sebesar 1,628.
A-22 3.
Perhitungan Program SLOPE/W
Langkah-langkah pemodelan soil nailing dalam program SLOPE/W untuk memperoleh nilai faktor keamanan dengan contoh kasus lereng seperti dalam subab perhitungan manual, adalah sebagai berikut: •
Memodelkan Geometri Lereng Dalam memodelkan geometri, perlu ditentukan terlebih dahulu koordinat titik-titik yang kemudian akan dihubungkan sebagai geometri. Koordinat titik-titik tersebut dapat ditentukan dengan menekan tombol KeyIn>Points pada toolbar. Pada jendela KeyIn Points, masukkan nomor
titik dan koordinatnya (koordinat X dan Y), seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar A.22 Menentukan Koordinat Titik Kemudian untuk membentuk bidang geometri, titik-titik tersebut harus dihubungkan, dengan cara menekan tombol KeyIn>Regions pada toolbar, sehingga muncul jendela seperti pada Gambar A.23a, dan
masukkan titik-titik yang akan dihubungkan sebagai bidang geometri.
A-23
(b) Bidang Geometri
(a) Menentukan Titik-Titik Bidang Geometri
Gambar A.23 Memodelkan Geometri Lereng
Setelah geometri lereng dimodelkan, parameter-parameter tanah untuk
lereng
perlu
didefinisikan,
dengan
menekan
tombol
KeyIn>Material Properties pada toolbar, sehingga muncul jendala
seperti gambar di bawah ini. Pada jendela tersebut masukkan nilai parameter tanah berikut: γ = Unit Weight = 18 kN/m3 φ = Phi = 30º c = Cohesion = 10 kN/m2
Gambar A.24 Mendefinisikan Parameter Tanah
A-24 •
Memodelkan dan Mendefinisikan Material Nail Bars Langkah selanjutnya adalah memodelkan dan mendefinisikan material nail bars, yaitu dengan menekan tombol KeyIn>Reinforcement Loads. Pada jendela yang muncul, pilih tipe nail, kemudian tentukan
titik-titik yang akan dihubungkan menjadi elemen nail bars, dan masukkan parameter nail bars yang digunakan, yaitu: Bond Diameter = D = 0,025 m
Bar Capacity = Rn = 211kN
Bond Skin Friction = fmax = 120kN/m2
ShearCapacity = Rc = 105,5kN
Nail Spacing = SH = 2 m
Gambar A.25 Mendefinisikan Material Nail Bars
Pilihan “Yes” pada kotak “F of S Dependent” menunjukkan bahwa dalam perhitungan faktor keamanan, gaya dari perkuatan nail bars akan dibagi dengan faktor keamanan global, seperti dalam perhitungan manual. Sebaliknya jika pilih “No”, maka gaya dari perkuatan nail bars yang dimasukkan akan digunakan secara langsung dalam perhitungan.
A-25 Pada kotak “Apply Shear”, penerapan gaya geser dapat ditentukan. Pilihan yang tersedia adalah “Perp. to Reinf.”, yang berarti gaya geser bekerja tegak lurus terhadap nail bars, dan “Parallel to Slip”, yang berarti gaya geser bekerja sejajar dengan bidang longsor. Setelah didefinisikan, maka pada geometri akan terbentuk elemen untuk nail bars, seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Gambar A.26 Model Soil Nailing Dalam Program SLOPE/W
•
Menentukan Titik Pusat, dan Jari-jari Kelongsoran Dalam program SLOPE/W, titik pusat dan jari-jari kelongsoran ditentukan dalam bentuk jaring, sehingga dalam perhitungan faktor keamanan, program akan menghitung dengan kombinasi titik pusat dan jari-jari kelongsoran yang terbatas dalam jaring yang telah ditentukan. Untuk
menggambarkan
menggunakan tombol
jaring
titik
pusat
kelongsoran
, sedangkan untuk menggambarkan jaring jari-
jari kelongsoran menggunakan tombol
. Berikut tampilan geometri
yang telah diberikan jaring titik pusat dan jari-jari kelongsoran.
A-26
Gambar A.27 Menentukan Titik Pusat dan Jari-Jari Kelongsoran
•
Verifikasi Pemodelan dan Perhitungan Faktor Keamanan Setelah
selesai
pemodelan,
lakukan
pemeriksaan/verifikasi
terhadap model yang telah dibuat, dengan menekan tombol
. Gambar
A.27 adalah tampilan verifikasi yang menunjukkan tidak ada masalah dengan pemodelan dan data yang dimasukkan.
Gambar A.28 Verifikasi Pemodelan Dan Masukkan Data
Langkah selanjutnya yaitu perhitungan faktor keamanan, yang dilakukan dengan menekan tombol
. Hasil perhitungan akan
A-27 menampilkan nilai faktor keamanan yang minimum, dari beberapa metode analisa. Berikut contoh hasi perhitungan program SLOPE/W dengan beberapa metode.
Gambar A.29 Nilai Faktor keamanan Minimum
•
Keluaran Untuk menampilkan keluaran dari program SLOPE/W, tekan tombol
. Salah satu keluaran dari program SLOPE/W adalah bidang
longsor yang disertai dengan nilai faktor keamanannya, seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Gambar A.30 Bidang Longsor Lereng Beserta Nilai Faktor Keamanannya
OUTPUT UNTUK LERENG DENGAN KEMIRINGAN 60º (PEMODELAN SOIL NAILING DENGAN PLATE)
Gambar Deformasi (Output Tahap Kalkulasi Nail Bottom)
Gambar Kurva Faktor Keamanan (Output Tahap Kalkulasi FoS)
Gambar Pola Kelongsoran Lereng (Output Tahap Kalkulasi FoS)
OUTPUT UNTUK LERENG DENGAN KEMIRINGAN 65º (PEMODELAN SOIL NAILING DENGAN PLATE)
Gambar Deformasi (Output Tahap Kalkulasi Nail Bottom)
Gambar Kurva Faktor Keamanan (Output Tahap Kalkulasi FoS)
Gambar Pola Kelongsoran Lereng (Output Tahap Kalkulasi FoS)
OUTPUT UNTUK LERENG DENGAN KEMIRINGAN 70º (PEMODELAN SOIL NAILING DENGAN PLATE)
Gambar Deformasi (Output Tahap Kalkulasi Nail Bottom)
Gambar Kurva Faktor Keamanan (Output Tahap Kalkulasi FoS)
Gambar Pola Kelongsoran Lereng (Output Tahap Kalkulasi FoS)
OUTPUT UNTUK LERENG DENGAN KEMIRINGAN 75º (PEMODELAN SOIL NAILING DENGAN PLATE)
Gambar Deformasi (Output Tahap Kalkulasi Nail Bottom)
Gambar Kurva Faktor Keamanan (Output Tahap Kalkulasi FoS)
Gambar Pola Kelongsoran Lereng (Output Tahap Kalkulasi FoS)
OUTPUT UNTUK LERENG DENGAN KEMIRINGAN 80º (PEMODELAN SOIL NAILING DENGAN PLATE)
Gambar Deformasi (Output Tahap Kalkulasi Nail Bottom)
Gambar Kurva Faktor Keamanan (Output Tahap Kalkulasi FoS)
Gambar Pola Kelongsoran Lereng (Output Tahap Kalkulasi FoS)
OUTPUT UNTUK LERENG DENGAN KEMIRINGAN 85º (PEMODELAN SOIL NAILING DENGAN PLATE)
Gambar Deformasi (Output Tahap Kalkulasi Nail Bottom)
Gambar Kurva Faktor Keamanan (Output Tahap Kalkulasi FoS)
Gambar Pola Kelongsoran Lereng (Output Tahap Kalkulasi FoS)
OUTPUT UNTUK LERENG DENGAN KEMIRINGAN 60º (PEMODELAN SOIL NAILING DENGAN NODE TO NODE ANCHOR)
Gambar Deformasi (Output Tahap Kalkulasi Nail Bottom)
Gambar Kurva Faktor Keamanan (Output Tahap Kalkulasi FoS)
Gambar Pola Kelongsoran Lereng (Output Tahap Kalkulasi FoS)
OUTPUT UNTUK LERENG DENGAN KEMIRINGAN 65º (PEMODELAN SOIL NAILING DENGAN NODE TO NODE ANCHOR)
Gambar Deformasi (Output Tahap Kalkulasi Nail Bottom)
Gambar Kurva Faktor Keamanan (Output Tahap Kalkulasi FoS)
Gambar Pola Kelongsoran Lereng (Output Tahap Kalkulasi FoS)
OUTPUT UNTUK LERENG DENGAN KEMIRINGAN 70º (PEMODELAN SOIL NAILING DENGAN NODE TO NODE ANCHOR)
Gambar Deformasi (Output Tahap Kalkulasi Nail Bottom)
Gambar Kurva Faktor Keamanan (Output Tahap Kalkulasi FoS)
Gambar Pola Kelongsoran Lereng (Output Tahap Kalkulasi FoS)
OUTPUT UNTUK LERENG DENGAN KEMIRINGAN 75º (PEMODELAN SOIL NAILING DENGAN NODE TO NODE ANCHOR)
Gambar Deformasi (Output Tahap Kalkulasi Nail Bottom)
Gambar Kurva Faktor Keamanan (Output Tahap Kalkulasi FoS)
Gambar Pola Kelongsoran Lereng (Output Tahap Kalkulasi FoS)
OUTPUT UNTUK LERENG DENGAN KEMIRINGAN 80º (PEMODELAN SOIL NAILING DENGAN NODE TO NODE ANCHOR)
Gambar Deformasi (Output Tahap Kalkulasi Nail Bottom)
Gambar Kurva Faktor Keamanan (Output Tahap Kalkulasi FoS)
Gambar Pola Kelongsoran Lereng (Output Tahap Kalkulasi FoS)
OUTPUT UNTUK LERENG DENGAN KEMIRINGAN 85º (PEMODELAN SOIL NAILING DENGAN NODE TO NODE ANCHOR)
Gambar Deformasi (Output Tahap Kalkulasi Nail Bottom)
Gambar Kurva Faktor Keamanan (Output Tahap Kalkulasi FoS)
Gambar Pola Kelongsoran Lereng (Output Tahap Kalkulasi FoS)
OUTPUT PROGRAM SLOPE/W UNTUK LERENG DENGAN KEMIRINGAN 60º
OUTPUT PROGRAM SLOPE/W UNTUK LERENG DENGAN KEMIRINGAN 65º
OUTPUT PROGRAM SLOPE/W UNTUK LERENG DENGAN KEMIRINGAN 70º
OUTPUT PROGRAM SLOPE/W UNTUK LERENG DENGAN KEMIRINGAN 75º
OUTPUT PROGRAM SLOPE/W UNTUK LERENG DENGAN KEMIRINGAN 80º
OUTPUT PROGRAM SLOPE/W UNTUK LERENG DENGAN KEMIRINGAN 85º