LAMPIRAN
38
Lampiran 1 Nilai koefisien muatan biomasa (fuel load) dan efisiensi pembakaran (burning effieciency) menurut Seiler and Crutzen (1980) Kode SSH USF DSF UDF DIF TPL MTC RPL OPL DIM GRS SGR SCH RCF DCL SET WAB MIN
Penutupan Lahan Semak belukar rawa Hutan gambut primer Hutan gambut sekunder Hutan primer Hutan sekunder Hutan tanaman industri Kebun campuran Kebun karet Kelapa sawit Mangrove Rumput Rumput rawa Semak belukar Sawah Lahan tegalan Pemukiman Tubuh air Pertambangan
Koefisien Bahan Bakar (ton/ha) 30 70 50 70 50 50 20 10 40 30 10 20 25 10 30 5 0 5
Efisiensi Pembakaran 0,5 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5 0,7 0,6 0,5 0,5 0,8 0,7 0,8 0,9 0,7 0,8 0 0,8
Lampiran 2 Matriks luas perubahan tutupan lahan tahun 2000-2005 2000 SSH
UDF
USF
DIF
DSF
TPL
MTC
RPL
2005 OPL GRS 13.520 5.700 42% 2.155 1.197 56% 10.498 6.401 61% 23.452 128 8.856 38% 0% 1.178 955 81% 11.560 8.668 75% 1.454 720 50% -
a b c a b c a b c a b c a b c a b c a b c
SSH 21.996 5.228 24% 52.139 15.468 30% -
DIF 99.482 13.298 13% -
DSF 124.886 17.801 14% -
TPL 48 12 25% 7.634 679 9% -
MTC 167 152 91% 3.544 1.024 29% -
RPL 3.643 912 25% 8.184 267 3% 1.156 260 22% -
SGR 1.345 217 16% 2.674 906 34% -
SCH 91.045 15.328 17% 199.660 35.368 18% 34.120 10.074 30% -
RCF 2.523 385 15% 552 100 18% -
DCL 2.588 1.134 44% 14.902 3.262 22% 5.066 4.340 86% 13.709 4.706 34% 1.357 237 17% -
SET 28 0% 83 37 45% -
a
-
-
-
-
-
-
7.891
b
-
-
-
-
-
-
c
-
-
-
-
-
-
MIN X5 344 49 14% 20 20 4 4 22% 22% 4.389 1.209 28% -
-
-
-
-
-
-
-
-
2.529
-
-
-
-
-
-
-
-
32%
-
-
-
-
-
-
-
-
39
57
Lampiran 2 (lanjutan) 2000 GRS
SGR
SCH
RCF
DCL
a b c a b c a b c a b c a b c
SSH 16.482 4.387 27% -
DIF -
DSF -
TPL 23.527 11.076 47% -
MTC 3.963 1.122 28% 15.657 3.120 20% 1.182 99 8%
RPL 3.859 1.316 34% 19.689 5.220 27% 2.697 396 15%
2005 OPL GRS 3.750 660 18% 1.289 432 34% 67.031 26.770 40% 18.402 396 2% -
SGR -
SCH 6.796 1.807 27% -
RCF 5.508 981 18% 2.276 337 15%
DCL 53.232 18.496 35% 37.673 19.623 52% 39.325 12.583 32% -
SET 118 9 8% 11 0% 44 0%
MIN 890 145 16% -
X5 -
a = luas tutupan lahan (ha), b = luas area terbakar (ha), c = b/a
40 40
58
Lampiran 3 Matriks luas perubahan tutupan lahan tahun 2005-2009 2005 SSH
UDF
USF
DIF
DSF
TPL
MTC
a b c a b c a b c a b c a b c a b c a b c
SSH DIF DSF - 388.785 - 26.826 7% 57.630 - 99.458 16.639 - 23.127 29% 23% 181.543 32.109 18% -
TPL 561 0 0% 32 0 0% -
MTC 2.156 508 24% 3.113 755 24% 1.680 416 25% 678 501 74% -
RPL 2.897 650 22% 712 602 85% -
2009 OPL 77.513 17.721 23% 142.444 50.663 36% 34.064 15.077 44% 114.103 27.897 24% 30.493 18.056 59% 22.360 5.888 26% 2.765 857 31%
GRS SGR SCH - 27.469 - 3.722 14% 3.036 - 63.900 355 8.605 12% 13% - 3.671 - 1.565 43% 1.596 - 150.882 236 - 23.447 15% 16% - 39.380 28 0% 4.516 303 1.148 0 25% 0% -
RCF 12 0 0% -
CFP DCL 58 0 0% - 2.721 615 23% 119 - 15.269 - 3.058 20% - 14.564 - 7.963 55% -
SET MIN 307 258 - 84% 2 1.625 0 591 0% 36% 2 0 0% -
41 41
59
Lampiran 3 (lanjutan) 2009 2005 RPL
GRS
SGR
SCH
RCF
DCL
MIN
SSH
DIF
DSF
TPL
MTC
RPL
OPL
GRS
SGR
SCH
RCF
CFP
DCL
SET
MIN
a
-
-
-
-
-
-
25.011
-
-
-
-
-
-
-
-
b c a b c a b c a b c a b c a b c a b c
14.126 6.806 48% -
-
- 11.427 240 2% -
5.383 788 15% 339 179 53% -
7.817 31% 641 119 19% 5.389 287.149 696 89.085 13% 31% 6.675 179 3% 2.072 87.634 180 25.343 9% 29% -
-
-
-
-
-
4.378 609 14% 62 21 34% -
167 6 3%
2 1.517 0 284 0% 19% 214 0 0% - 3.121 653 - 21% -
a = luas tutupan lahan (ha), b = luas area terbakar (ha), c = b/a
42 42
39
Lampiran 4 Matriks emisi karbon pada perubahan penutupan lahan di tanah mineral Kalimantan Tengah tahun 2000-2005
SSH UDF USF DIF DSF TPL MTC RPL GRS SGR SCH DCL MIN
2000 M(C) Emisi karbon M(C) Emisi karbon M(C) Emisi karbon M(C) Emisi karbon M(C) Emisi karbon M(C) Emisi karbon M(C) Emisi karbon M(C) Emisi karbon M(C) Emisi karbon M(C) Emisi karbon M(C) Emisi karbon M(C) Emisi karbon M(C) Emisi karbon
SSH 8.015 0,4% 45.676 2% 2.136 0,1% -
DIF 167.557 8% -
DSF 105.740 5% -
TPL 151 0,01% 7.639 0,3% 99.685 5%
-
MTC 11.516 0,5% 4.041 0,2% 28.076 1% 935 0,04% -
RPL 3.369 0,2% 2.922 0,1% 4.739 0,2% 46.977 2% 3.439 0,2% -
2005 OPL 11.899 1% 15.079 0,7% 43.849 2% 99.625 5% 2.250 0,1% 97.511 4% 4.537 0,2% 6.828 0,3% 2.378 0,1% 1.522 0,1% 240.929 11% 22.766 1% -
SGR 161 0,01% 312 0,01% -
SCH 193.136 9% 397.890 18% 113.332 5% 6.507 0,3% 6 0,0003%
RCF 900 0,04% 8.831 0,4% 3.187 0,1% -
DCL 41.107 2% 5.523 0,3% 52.939 2% 66.584 3% 79.012 4% 113.251 5% -
SET MIN 422 548 0,02% 0,03% 50 - 0,002% 7.615 0,3% 80 1.304 0,004% 0,06% -
43
40
Lampiran 5 Matriks emisi karbon pada perubahan penutupan lahan di tanah mineral Kalimantan Tengah tahun 2005-2009 2005 SSH M(C) Emisi karbon UDF M(C) Emisi karbon USF M(C) Emisi karbon DIF M(C) Emisi karbon DSF M(C) Emisi karbon TPL M(C) Emisi karbon MTC M(C) Emisi karbon RPL M(C) Emisi karbon GRS M(C) Emisi karbon SGR M(C) Emisi karbon SCH M(C) Emisi karbon RCF M(C) Emisi karbon DCL M(C) Emisi karbon MIN M(C) Emisi karbon
SSH 91.764 3% 223.163 6% 16.774 0,5% -
DIF 338.010 10% -
DSF 164.587 5% -
TPL 2.161 0,1% -
MTC 9.514 0,3% 4.681 0,1% 4.508 0,1% 7.095 0,2% 552 0,02% -
2009 RPL OPL 49.376 1% - 638.349 18,1% 2.440 73.861 0,1% 2% 6.775 313.844 0,2% 9% 36.255 1% 66.237 2% 5.391 0,2% 18.201 1% 430 0,01% 6.262 801.764 0,2% 22,7% 725 0,02% 1.698 158.386 0,05% 4,5% -
GRS 4.479 0,1% 2.650 0,1% 12.912 0,4% -
SGR 15.758 0,4% 2.165 0% 93 0,003% -
SCH 108.418 3,1% 263.775 7% 10 0,0003%
DCL 7.748 0,2% 34.399 1% 5.658 0,2% 5.480 0,2% 86 0,002% -
MIN 1.739 0,05% 7.452 0,2% 2.560 0,1% 6.171 0,2% -
44 44
39 45
Lampiran 6 Matriks emisi karbon pada perubahan penutupan lahan di gambut Kalimantan Tengah tahun 2000-2005 2000 SSH DSF MTC SSH M(C) - 1.026 Emisi karbon - 0,2% USF M(C) 57.853 118.550 Emisi karbon 11% 23% DSF M(C) 93.534 Emisi karbon 18% SGR M(C) 25.501 Emisi karbon 5% DCL M(C) Emisi karbon -
2005 RPL OPL SGR RCF DCL 6.157 26.577 1.307 2.598 7.654 1,2% 5,2% 0,3% 0,5% 1% - 36.801 11.101 - 49.156 7% 2% 10% - 6.342 - 2.137 1% 0,4% - 1.202 - 44.610 0,2% 9% 306 20.031 0,1% 4% -
Lampiran 7 Matriks emisi karbon pada perubahan penutupan lahan di gambut Kalimantan Tengah tahun 2005-2009 2005 SSH M(C) Emisi karbon USF M(C) Emisi karbon DSF M(C) Emisi karbon MTC M(C) Emisi karbon RPL M(C) Emisi karbon SGR M(C) Emisi karbon DCL M(C) Emisi karbon
SSH 117.891 14% 65.818 8% 26.105 3% -
DSF 126.814 15,2% -
2009 MTC RPL 3.428 0,4% - 5.754 1% 1.139 0,1% -
OPL 70.240 8% 116.115 14% 126.248 15,1% 5 0,001% 2.904 0,3% 81.104 10%
SGR 9.366 1% 17.557 2% 162 0,02% -
DCL 66.005 8% -
40 46
Lampiran 8 Langkah pengolahan data 1.
Membuka Arc View GIS 3.3 Membuka software Arc View GIS 3.3 dilakukan dengan langkah: a. Buka software Arc View GIS 3.3 dengan memilih ikon Arc View GIS 3.3 pada start menu. b. Pilih with a new view pada kotak dialog yang muncul c. Pilih ikon add theme. Data pertama yang akan diproses adalah data administrasi wilayah Indonesia. Hasil berupa peta Kalimantan Tengah.
2.
Seleksi data Seleksi data terbagi menjadi dua bagian yaitu seleksi data area Kalimantan
Tengah dan seleksi data penutupan lahan Kalimantan Tengah. Seleksi data area Kalimantan Tengah adalah sebagai berikut : a. Buka data administrasi peta wilayah Indonesia, yang berformat shp (shape) dengan cara memilih ikon add theme, kemudian pilih data administrasi Indonesia. b. Pilih ikon open theme table lakukan seleksi data KalimantanTengah. c. Pilih menu table lalu start editing kemudian drag Provinsi Kalimantan Tengah. Pilih menu edit, dan pilih switch one selection. Pilih menu edit lalu pilih delete records. d. Data yang terhapus adalah data-data selain data Kalimantan Tengah. Simpan project dengan memilih menu table, dan pilih save edit as. Proses seleksi data penutupan lahan Kalimantan Tengah adalah sebagai berikut: a. Buka data penggunaan lahan wilayah Indonesia, yang berformat shp (shape) dengan cara memilih ikon add theme, pilih data penggunaan lahan di Indonesia. b. Pilih ikon open theme table lakukan seleksi data Kalimantan Tengah. c. Pilih menu table lalu start editing kemudian drag Provinsi Kalimantan Tengah. Pilih menu edit, dan pilih switch one selection. Pilih menu Edit lalu pilih delete records.
47 41
d. Data yang terhapus adalah data-data selain data Kalimantan Tengah. Kemudian simpan project, dengan mengklik menu table, dan pilih save edit as. 3.
Overlay Proses overlay berfungsi untuk menggabungkan dua data, yaitu data
penutupan lahan di Kalimantan Tengah dan peta wilayah Kalimantan Tengah sehingga menghasilkan satu data yang memuat keterangan dari data yang digabungkan. Proses overlay tersebut adalah sebagai berikut: a. Pilih menu view. b. Pilih geoprocessing wizard, kemudian pilih intersect two theme. c. Masukkan data yang akan dilakukan overlay, yaitu data penggunaan lahan Kalimantan Tengah dan data wilayah administrasi Kalimantan Tengah. d. Beri nama tema dan simpan. 4.
Seleksi data penutupan lahan Setelah dilakukan overlay, kemudian dilakukan seleksi data berdasarkan
jenis penutupan lahan di Kalimantan Tengah pada tahun-tahun yang berbeda, yaitu tahun 2000, 2005, 2009. Langkah proses seleksi data adalah sebagai berikut: a. Buka data penggunaan lahan wilayah Kalimantan Tengah, yang berformat shp (shape) dengan cara mengklik ikon add theme. b. Pilih ikon open theme table lakukan seleksi data salah satu penutupan lahan di Kalimantan Tengah. c. Pilih menu table lalu start editing lakukan proses drag pada data penutupan lahan yang akan diseleksi. Setelah itu pilih menu edit dan pilih switch one selection. Pilih menu edit kembali dan pilih delete records. d. Data yang terhapus adalah data-data selain data salah satu jenis penggunaan lahan di Kalimantan Tengah yang dipilih di awal. e. Simpan project, dengan memilih menu table, dan pilih save edit as. Lakukan hal yang sama pada semua jenis penutupan lahan.
42 48
5.
Clipping hotspot Proses clipping hotspot menggabungkan antara data sebaran hotspot dengan
data penutupan lahan. Data yang akan ditampilkan antara lain adalah data peta wilayah Kalimantan Tengah, data penggunaan lahan dengan berbagai jenis penggunaan lahan pada 2000, 2005, 2009 dan data sebaran hotspot pada tahun 2000, 2005, 2009. Proses clipping hotspot adalah sebagai berikut: a. Aktifkan tema wilayah Kalimantan Tengah yang telah dilakukan overlay dengan jenis penggunaan lahannya. b. Kemudian aktifkan pula data hotspot seluruh Indonesia. Pilih menu view, pilih geoprocessing wizard. Jika dalam menu view belum ada pilihan tersebut, maka geoprocessing wizard harus diaktifkan terlebih dahulu dengan memilih menu file, pilih extension, aktifkan geoprocessing wizard dan pilih make default. Pilihan geoprocessing wizard akan muncul pada menu view. c. Setelah memilih geoprocessing wizard, maka akan tampil kotak dialog dan pilih clip one theme based on another, pilih next dan masukkan data yang akan dilakukan clipping. Data yang akan dilakukan clipping adalah data hotspot dan data salah satu jenis penggunaan lahan. Setelah dilakukan clipping maka akan muncul data hostpot yang hanya ada di salah satu jenis penggunaan lahan tersebut. d. Proses tersebut dilakukan sampai sebaran hotspot berdasarkan tipe penutupan lahan di Kalimantan Tengah selesai dilakukan. 6.
Buffering Proses buffering dilakukan untuk meningkatkan radius dari sedaran data
hotspot. Hal ini terkait dengan estimasi luas area terbakar dari radius data hotspot yang digunakan. Hotspot terdeteksi dengan luasan 1 km2. Proses buffering dilakukan setelah proses clipping, dengan langkah sebagai berikut : a. Pilih menu Theme, kemudian pilih create buffer. b. Masukkan data yang akan dilakukan buffer, yaitu data sebaran hotspot yang telah diproses clipping dengan data tipe penutupan lahan.
49 43
c. Gunakan skala 0,56433 untuk at a specified distance. Nilai 0.56433 didapatkan dari luas lingkaran yang harus bernilai 1 km2, sehingga nilai jarijarinya bernilai 0.56433 dengan nilai π sebesar 3.14. d. Gunakan distance units are dengan satuan kilometer. e. Pilih save dan finish. 7.
Clipping hasil buffer Proses clipping dilakukan untuk menghilangkan area buffer yang tidak
masuk area penggunaan lahan yang terpilih. Proses clipping sama dengan proses sebelumnya. Setelah memilih geoprocessing wizard, maka akan tampil kotak dialog dan pilih clip one theme based on another, pilih next dan masukkan data yang akan dilakukan clipping. Data yang akan dilakukan clipping adalah data buffer dan data salah satu jenis penggunaan lahan. Setelah dilakukan clipping maka akan muncul data luas area terbakar di salah satu jenis penggunaan lahan. 8.
Pengukuran luas area terbakar Area terbakar yang terdeteksi dihitung dengan menggunakan extension yang
terdapat pada Arcview 3.3. Langkah penghitungan luas area terbakar adalah sebagai berikut. a. Aktifkan tema clipping terakhir lalu pilih change projection, lalu pilih satuan meter pada projector. b. Pada pilihan standar pilih category UTM-1983 dan type zona 49. Zona 49 merupakan zona yang telah ditetapkan untuk Kalimantan Tengah dan daerah disekitarnya. Perbedaan wilayah akan berpengaruh pada zona. c. Pada pilihan column pilih projector transverse mercator dan spheroid WGS 84 menggunakan false northing 10000000. Hasil akan berupa theme baru. d. Sorot theme tersebut lalu pilih x-tools dan update area, perimeter, hectare and length. e. Tentukan theme yang akan dilakukan calculate feature area. f. Pilih open theme table, sorot ke field hectare, lalu pilih field kemudian statistic. Luasan area terbakar dapat dilihat pada bagian sum.
50 44
9.
Pemisahan jenis tanah Setelah diperoleh data luas area terbakar dari sebaran hotspot maka perlu
dilakukan pemisahan jenis tanah yang terdiri atas tanah mineral dan gambut. Hal ini dilakukan untuk menghitung emisi karbon karena terdapat perbedaaan pada penghitungan emisi karbon menurut Seiler and Crutzen (1980) berdasarkan jenis tanah mineral dan gambut. Langkahnya adalah sebagai berikut. a. Pilih theme penggunaan lahan yang akan dipisahkan jenis tanahnya, lalu pilih open them table, kemudian sorot di bagian ket_1, pilih start editing kemudian pisahkan berdasarkan sort descending atau ascending. Seleksi jenis tanah contohnya mineral, kemudian pilih edit dan switch selection lalu delete records. Hal ini akan menghasilkan data jenis tanah mineral kemudian save edit as. Hal yang sama juga dilakukan pada seleksi jenis tanah gambut. b. Pilih add theme, masukan theme jenis tanah mineral dan gambut yang telah diseleksi Kemudian lakukan proses clipping dengan theme clipping terakhir yang telah dikerjakan. Setelah memperoleh hasil clipping maka dapat dilakukan penghitungan luas dengan langkah change projection seperti sebelumnya. c. Total luas area terbakar harus bernilai sama dengan penjumlahan luas area terbakar jenis tanah mineral dengan jenis tanah gambut.