1 2 PIMPINAN SIDANG/KETUA KOMISI N (Ir. Sadjarwo Sukardiman, MM) Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Saudara ketua Bappenas beserta yang ter...
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Saudara ketua Bappenas beserta yang
terhormat seluruh jajarannya. Yang saya hormati, Saudara Dirjen Anggaran beserta jajarannya. Dan yang terhormat rekan-rekan anggota komisi
tV DPR RI.
Dengan
mengucapkan syukur Alhamdulillah pada malam ini kita memulai dengan pertemuan rapat
dengar pendapat dengan yang terhormat rekan-rekan Kepala Bappenas bersama yang terhormat Dirjen Anggaran, dengan Komisi [V. Dalam rangka kita memulai melakukan persiapan penyusunan Anggaran RAPBN 2001, dimana anggaran 2001 merupakan mulainya
kita melakukan pemulihan dan kebangkitan kembali, diharapkan demikian, setelah anggaran 2000 ini transisi, yang segala sesuatunya tentunya harus kita selesaikan di tahun 2000 ini.
Berbicara mengenai persiapan anggaran, tentunya kita akan mengevaluasi pekerjaanpekerjaan lalu, dan dengan semangat reformasi tentunya anggaran 2001 yang akan datang.
dari anggota Komisi
kita akan memulai
dengan
Di dalam hal ini perlu kami sampaikan, bahwa yang hadir
tV berjumlah 31 anggota, dari 54 anggota Komisi IV.
Sehingga telah
memenuhi qtnrum untuk bisa berlangsungnya rapat dengar pendapat ini sesuai Pasal
(1) tatib DPR. Dengan demikian rapat ini akan kita mulai pada sekarang
ini
9l
ayat
19.30 sampai
dengan 23.30 waktu lndonesia bagian barat, sesuai dengan Pasal 68, dalam soal waktr.r. Di dalarn kesempatan ini karni telah menyampaikan pefianyaan tertulis kepada yang terhonnat
Kepala Bappenas, yang menyangkut berbagai hal menyangkut kebijaksanaan operasional dalam pelaksanaan GBHN 1999. Dengan demikian diharapkan, dalam kita mernulai dengan anggaran 2001 nanti cukup jelas pelaksanaan di lapangan dengan semangat mendaerahkan pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya teknis fisik. sehingga rrraksud dari otonomi daerah dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Pertanyaan-pertanyaan memang didasari atas hasil
kurjungan Komisi tV baik ke Sumatera Barat, Jambi, Irian Jaya, h'ian Barat dan Maluku, sesuai dengan apa yang telah disernboyankan sebagai Kawasan Indonesia Timur. Namun rupanya hasil-hasilnya perlu nrendapatkan penjelasan dari Saudara Kepala Bappenas. Dan
juga dari pengalaman lalu, tenryata tugas DPR di dalanr anggaran sartrpai satuan tiga, tidak menjangkau bantuan luar negeri yang akhimya kita belum jelas pelaksallaan di lapangannya,
baik pengendaliannya, urauplrrr manfaat dan target yang disasar. Saudara Kepala Bappenas dan Dirjen Arrggaran yang sava homati, dalam kesempatarr ini
kanri akau nlenyampaikan waktu kepada Saudara Kepala Bappenas dan Dirjen Anggaran t>'anl't<.t.F
R
apat Deryt<+r Pe-n^dapat dengtan'
K ott+j u
f y DP/? R.t -
untuk menyampaikan penjelasan-penjelasan yang sifatnya prinsipil secara garis
besar,
namun nantinya"akan dijabarkan lebih ditail oleh kawan-kawan Komisi IV. Untuk itu waktu
kami persilakan untuk Saudara Kepala Bappenas, dan nanti mengenai anggaran, bantuan luar negeri dan sebagainya nanti dari yang terhormat Saudara Dirjen Anggaran. Waklu kami persilakan. Terima kasih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, dan dengan ini rapat kami buka.
KEPALA BAPENNAS @r. Djunaedi Hadisumarto) Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera dan selamat malam bagi
kita semua. Bapak Pimpinan Sidang, Ibu, dan Anggota Komisi tV yang kami hormati,
Atas pertanyaan tertulis yang telah Bapak dan Ibu ajukan beberapa hari yang lalu, kami telah menyampaikan jawaban tertulis kepada Pimpinan
Komisi IV. Pada kesempatan ini
perkenankan kami menyampaikan pokok-pokok dari jawaban tertulis tersebut.
Kami mulai dengan pertanyaan mengenai peranan Bappenas dalam proses penpsunan kebijaksanaan dalam kerangka melaksanakan amanat GBHN. Sesuai dengan Keppres 138
Tahun 1999, Bappenas berkewajiban menyusun rencana pembangunan nasional yang sekarang
ini
dinarnakan PROPENAS, yang
di
dalamnya rneliputi pula pembangunan
infrastruktur. Dalarn menyustul PROPENAS ini Bappenas berkoordinasi dengan berbagai lernbaga dan menampung secara terbuka masukan dari kalangan-kalarrgan pemerintah, masyarakat, rnaupun dari aspirasi daerah. Sampai saat ini, pen)rusunan PROPENAS telah sarnpai pada tahapan final dan dalam waktu
dekat akan kanti serahkan oleh Presiden kepada DPR untuk konsultasi. Ini sesuai anranat
dali Tap [V dari GBHN tahur 1999, di mana kemudian nantinya akan ditetapkan melalui Keputusan Presiden. Selanjutnya PROPENAS akan dirinci dalanr Rencana Pembangupan
Tahuran atau Repeta yang nternuat Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Ncgara tahunan di mana ini nantinya akan diur-rdangkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Rencana pembangutan nasional ini akan dijabarkan dalanr Rencana Strategis oleh departemen atau lembaga terkait, dan dalarn PROPEDA oleh clae rah. ini salah satu ciri nrengapa sudah terjacli
A-atu,Lr tp
R ap
at: D engra.r f enaap at azngan,
K oma u
U O fn fe t -
desentralisasi dari perencanaan. Sehingga Propenas itu hanya mengacu pada isu-isu nasional besar, sedangkan Renstra-Renstranya dilakukan baik oleh departemen teknis maupun oleh
propinsi ataupun kabupaten atau kotamadia.
Kemudian mengenai
alir
proses penentuan kebijaksanaan yang ditempuh dengan
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22,Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999, dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 dapat kami sampaikan bahwa dengan adanya
ketiga Peraturan Perundang-Undangan tersebut pembagian tugas dan tanggung jawab antar tingkatan pemerintah yaitu: Pusat, Propinsi, dan Kabupaten/I(ota menjadi lebih jelas. Dalam proses peralihan, tentu ada Pemda yang belum dapat melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya. Untuk menanggulangi hal tersebut, daerah-daerah yang bersangkutan dapat melimpahkan tugas dan tanggung jawabnya kepada Pemerintah Daerah Propinsi maupun kepada Pemerintah Pusat.
Selanjutnya mengenai pertanyaan tentang kebijakan yang disusun Bappenas dalam menyiapkan rencana program Bidang-Sektor dalam kerangka menyelenggarakan keandalan
kemampuan pelayanan infrastruktur, saat
ini
Bappenas menyiapkan rencana program
pembangunan yang didasarkan pada Garis-garis Besar Haluan Negara yang dijabarkan ke dalam kerangka ekonomi makro dalam jangka pendek dan menengah. Berdasarkan kerangka
tersebut kemudian ditetapkan strategi, kebijakan, sefia program masing-masing sektor temrasuk kendala yang dihadapi, dalam dokumen PROPENAS yang saat
ini
sudah dalam
tahap penyelesaian.
Dalanr draft PROPENAS tersebut, infi'astruktur diperlukan terutama sebagai penunjang pokok untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat landasan pembangunan berkelanjutan. Secara singkat rencana pembangunan infi'astruktur dalam
lima
talrun
nrerrdatang mencakup tiga strategi pokok. Pertoma, mempertahankan tingkat jasa pelayanan
prasarana. Kedua, melanjutkan restrukturisasi dan refornrasi
di
bidang prasaratra. Datt
keliga, meningkatkan aksesibilitas niasyarakat terhadap jasa pelayanan prasaratra terutarna dalanr penyediaan prasarana perintis.
Beralih pada masalah penggalian dan penyerasian anggaran Pusat dan Daerah, dapat kanti sampaikan bahwa dengan bellakunya Undang-Undang Nonror
25 tahun i999,
daerah
Plopirrsi dan Kabupaten/l(ota memiliki sumber penerirlaan daerah sebagai berikut: perlamct
dari Pendapatan Asli Daerah atau PAD; kedua dari Dana Perimbangan yang terdiri dari bagian daerah, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus; ketiga pinjaman daerah yang
bersumber dari dalam dan luar negeri; dan keempal penerimaan lain-lain yang sah. Dari keempat sumber tersebut, dana perimbangan merupakan komponen baru yang dilaksanakan sebagai perwujudan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah. Selama masa transisi,
yaitu Tahun Anggaran 1999/2000 dan Tahun Anggaran 2000, Bappenas telah ikut mendorong pros€s des,entralisasi dengan rnelakukan secara konsisten upaya pengalihan DIP
sektor menjadi dana pembangunan daerah atau DPD, yang penggunaannya banyak ditentukan oleh daerah sendiri. Sedangkan mengenai dana bantuan luar negeri, dalam Pasal 11 sampai dengan 14 Undang-
Undang Nomor 25 tahun 1999 diatur ketentuan daerah dalam melakukan pinjaman luar negeri. Pinjaman luar negeri itu melalui pemerintah pusat yang berarti bahrva pemerintah
pusat akan melakukan evaluasi dari berbagai aspek mengenai dapat tidaknya usulan
pinjaman daerah untuk diproses lebih lanjut. Pinjaman tersebut dilakukan
dengan
memperhatikan kemampuan daerah untuk memenuhi kewajibannya dan dengan persetujuan
DPR Propinsi atau DPR Kabupaten/I(ota. Dalam hal pemerintyah daerah tidak
dapat
memenuhi kewajiban pembayaran atas pinjaman daerah, maka pemerintah pusat dapat memperhitungkan kewajiban tersebut dengan Dana Alokasi Umum kepada daerah.
Berbagai aturan pokok yang telah tertulis dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tersebut masih perlu dielaborasi dalam berbagai peraturan telaris pelaksanaan. Saat ini
tengah disiapkan peraturan pemerintah mengenai perimbangan keuangan dan pinjaman
daerah, yang dikoordinasikan oleh Menteri Keuangan. Disamping menyiapkan
itu,
juga Rencana Undang-Undang Pinjaman Luar Negeri dan
Bappenas
pedoman
penyllsunan kerangka acuan kerja, studi kelayakan, dan standar penilaian yang digunakan
untuk penyusllnan rencana dan penilaian prograrn dan proyek pembangunan, khtrsusnya yang dibiayai dengan pinjarnan luar negeri.
Mengenai alir proses sumber dana luar negeri pada Pemerintah Pusat (Depadenten, Daerah)
dari berbagai bentuk pinjaman untuk progranr proyek infiastruktur dapat karni jelaskan bahwa kebijaksanaan dan program pinjaman atatr l'ribal'r luar negeri dikoorclinasikan oleh
Kantor Mer-rko Ekuin, Departemen Keuangan, dan Bappenas. Langkah ini diternpuh agar pelaksanaaunya konsisten dengan kebijaksanaall makro ekonomi dan keuansan nasional. tt'a*u/
Selanjutnya penjabaran kebijakan tersebut dalam bentuk perencanaan dan usulan proyek pembangunan yang akan dibiayai dari pinjaman dan atau hibah luar negeri dilakukan oleh Bappenas bersama-sama dengan departemen atau Lembaga Pemerintah Non Departeman
teknis selaku penanggung jawab sektor. Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku saat ini, khususnya untuk tahun anggaran
2000 proyek-proyek pembangunan termasuk proyekaroyek infrastruktur yang diusulkan untuk dibiayai dana luar negeri disampaikan oleh departemen atau kmbaga Pernerintah
Non Departemen yang benangkutan kepada Bappenas. Selanjutnya Bappenas melakukan penilaian atas usulan-usulan tersebut yang k€mudian disarnpaikan kepada negara-negara potensial pemberi pinjaman. Apabila telah dicapai kesepakatan dengan pemberi pinjaman atau hibah luar negeri, kesepakatan tersebut dituangkan dalam bentuk persetujuan antar pemerintah dan/atau naskah perjanjian pinjaman luar negeri. Dalam hal perjanjian hutang luar negeri maka Menteri Keuangan yang akan menandatangi pinjaman luar negeri tersebut. Kesepakatan
ini menjadi dasar
penyusunan dokumen anggaran bagi proyek-proyek yang
dibiayai pinjaman maupun hibah luar negeri.
Menurut Undang-Undang Nomor 22 dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999, pada dasarnya Pemerintah Daerah dapat melakukan peminjaman dari sumber dana luar negeri.
Namun hal
ini memerlukan
persetujuan Pemerintah Pusat. Mengingat sampai saat ini
peraturan mengenai tata cara perninjaman tersebut belum ditetapkan, sesuai dengan ketentuan yang pada saat
ini
rnasih berlaku, proyek-proyek yang diusulkan Pemerintah
daerah untuk dibiayai sumber dana luar negeri dikoordinasikan dan disampaikan ke Pemerintah Pusat melalui Departemen atau Lembaea Pemerintah Non Departemen telmis terkait.
Dalam hal sistem pengendalian pelaksanaan proyek Bappenas rnelakukan apa yang disebut sebagai Evaluasi Kinerja Proyek Pembangr.uran atau disingkat EKPP. EKPP mensyaratkan
agar setiap proyek pembangunan yang diusulkan sejak tahap perencanaan
telah
mengidentifikasi indikator-indikator kinerja dalanr suatu spektrr.rnr perencanaan yang lengkap yang rneliputi: inputs, outpuls, results, bene.fits, dan intpacls. Selanjutnya hasil
analisis EKPP diserahkan kepada instansi terkait untuk dryadikan bahan nrasukan dalanr penyllsunan progranl
tz'ct
ttt krt-p
R
di tahun
anggaran nrendatang. Dengan adanya ketetapan tersetrut
apa.t Den6ral- Penfurpat' dzn6ra,n,
Kot
nt-t, f V D PR -Rf
diharapkan pelaksanaan proyek dapat berjalan dengan lebih efektifdan efisien serta terarah pada pencapaian sasaran sesuai rencana.
Di samping me'lalui
mekanisme di atas, pada masing-masing program juga dikembangkan
mekanisme pengendalian pelaksanaan program, antara lain dengan memberikan bantuan teknis kepada daerah untuk membantu mempercepat proses pelaporan pelaksanaan program
di
daerah; memperbaiki format-format pelaporan; serta penyempurnaan mekanisme
pemantauan lapangan.
Beralih kepada masalah kebijaksanaan Tata Ruang Nasional. Berdasarkan arahan GBHN,
maka program penataan ruang akan diarahkan untuk: pertama
meningkatkan
penyelenggaraan kegiatan perencanaan tata ruang yang efektif, transparan dan partisipatif;
yang kedua mengembangkan penyelenggaraan kegiatan pemanfaatan ruzrng yang tertib berdasarkan rencana tata ruang; dan ketiga meningkatkan pengendalian pemanfaatan ruang
untuk menjamin efektifitas dan efisiensi pendayagunaan sumber daya alam
secara
berkelanjutan.
Untuk rnencapai tujuan di atas kebijaksanaan yang diambil adalah: pertama memantapkan
sistem perencanaan tata ruang dengan meningkatkan ketersediaan rencana tata ruang wilayah, kawasan perkotaan, kawasan perdesaan, dan kawasan khusus yang dilakukan secara transparan, partisipatif, dan sesuai dengan kaidah perencanaan; yang kedua meningkatkan ketertiban pemanfaatan ruang melalui penyediaan rencana rinci tata ruang
dan melengkapinya dengan kebijakan, peraturan-peraturan, standar mekanisne perijinan dalanr pemanfaatan ruang serta pengendalian pemanfaatan ruang; yang ketiga meningkatkan
kapasitas kelembagaan penataan ruang melalui pengembangan prosedur dan mekanisme, pengembangan organisasi, pemasyarakatan prinsip penataan t'uang, termasuk mengenai hak dan kewajiban masyarakat dalam penyusunan rellcana, perwujudan pernanfaatan ruang, dan
pengeridalian pemanfaatan ruatrg. Adapun kebijaksanaan operasionalnya adalah: pertoma penrantapan sistem pel'encanaan tata ruaug, kedua peningkatan ketertiban penranfaatan rtrallg, dan ketiga pettgenrbangan kapasitas kelenrbagaan perrataart rllaug. Mengenai kebijakan pengembatrgan dan penrbaugturan Kawasan Tir-nur lndonesia atau K'll, pada waktll yang lantpau kebijakan pengenrbangan tersebut lebih didasarkan pada upaya utrtuk tnet'uperkecil ketidakseirubangan penrbangunan antara I(awasap Barat I'clo'esia dan
/7 a-p
at
D engr+zr
f enda,p a.t d*-ngaa, K o**l u f V D fl ? R I -
Kawasan Timur lndonesia, sehingga kebijakan Pemerintah waktu itu juga lebih berorientasi pada sektor-sektor pembangunan ekonomi. Hasil dari kebijaksanaan tersebut sudah mulai nampak meskipun belum secara signifikan.
Kemudian mengenai p€rsyaratan per€ncanaan pada Departemen/Instansi atau Daerah pelaksana progam proyek kawasan peng€mbangan ekonomi terpadu, Bappenas telah membentuk Badan Pengelola KAPET untuk mengkoordinir seluruh kegiatan
di
masing-
masing KAPET. Lingkup kegiatan unit ini adalah dalam mengembangkan sistem informasi
dan database KAPET, pelayanan dan perizinan investasi, serta publikasi dan p,romosi rencana pengembangan ekonomi terpadu sesuai dengan r€ncana induk kawasan. Sedangkan
kepada departemen, arahan khusus yang diberikan adalah agar mendukung atau memprioritaskan aktivitas sektomya untuk menunjang pembangunan
di KAPET.
Kepada
Pemda diharapkan dapat mensinergikan perencanaan pengembangan KAPET dengan progam-program pembangunan daerah lainnya. Dengan perencanaan yang komprehensif
dan terkoordinasi tersebut, diharapkan KAPET berkembang menjadi
pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi, khususnya di luar Jawa dan Bali pada era otonomi daerah.
Terakhir mengenai banyaknya tuntutan berdirinya propinsi baru, kami berpendapat bahwa tuntutan-tuntutan tersebut agaknya layak disikapi sebagai keinginan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan yang sejalan dengan desentralisasi dan otonomi yang diharapkan pada
akhirnya bermuara pada peningkatan pelayanan publik dan peningkatan kesejahteraan nrasyarakat. Namun demikian, dalarn suasana keterbatasan dana dan sumber daya manusia
yang kita hadapi sekarang ini, tuntutan tersebut perlu dipertirnbangkan secara lebih mendalam terutama ditinjau dari aspek pembiayaannya. Berdirinya pemerintahan daerah
yang baru akan membutuhkan suprastruktur, sarana, prasafana, serta konsekuensi biaya yang tidak sedikit. Demikian Bapak Pimpirlan pokok-pokok jawaban tertulis yang telah kanti sampaikan. Kiranya ini menjadi bahan untuk pendalaman selanjuttrya. Terima kasih. Wassalarnu'alaikum waraltnratullal-ri wabarakatuh.
PIMPINAN SIDANG/KBTUA KOMISI IV (Ir. Sadjarwo Sukardiman, MM)
Terima kasih yang terhorrnat Saudara Ketua Bappenas. Berikutnya saya nrohonkan penjelasan dari Saudara Dirjen Anggaran. Meskipun ticlak acia pertanyaan tertulis narlun
tra+u krt-p
R
apaf Dengar fen&zpat dengan' K otn&u f V D{4
-
R
I
pada garis besamya Komisi
IV ingin mendapatkan penjelasan mengenai
kebijaksanaan
prioritis anggaran. Juga menyangkut mengenai bantuan luar negeri. Alirnya, dan juga apakah itu dalam bentuk loanmauptxr bentuk trade. Kami persilakan.
DIRJEN ANGGARAN @r. Anshari Ritonga) Yang saya honnati, ketua Komisi
IV
dan seluruh anggota dewan, rekan dari pemerintah.
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera, sampaikan pada Tuhan Yang Matrakuasa. Pada malam
puji syukur
hari ini kami
kita
mendapatkan
kesempatan dan sangat berbahagia, bisa dimintakan penjelasan mengenai anggaran. Sebenarnya khususnya dengan pinjaman tadi, rekan kami dari Ketua Bappenas telah menjelaskan secara umum tentang prosedur peminjaman. Namun dalam kaitan pemasukan
pinjaman dalam anggaran kami dapat menjelaskan yaitu kami bagi dalam tiga hal. Yaitu dalam perencanaan pinjaman tersebut, dimasukan dalam anggaran dalam satu pihak, y4ng kedua adalah pernrosesan memperoleh pinjaman tersebut untuk merealisasi anggaran. Dan
yang ketiga adalah pelaksanaan daripada pinjaman tersebut untuk disesuaikan dengan anggaran yang kita kenal dengan satuan tiga. Sehubungan dengan ini perkenankan kami menjelaskan sedikit secara kronologis dalam pen)rusunan anggaran yang kemungkinan oleh
rekan saya dari panitia anggaran telah dijelaskan kepada Bapak, namun tidak ada salahnya kami jelaskan biar nampak di mana masuknya perencanaan tersebut dan di mana masuknya nanti ada pencantuman di dalarn APBN dan seterusnya pelaksanaan. Pertama-tama tentunya adalah kepada Bapak, sudah dikirimkan baik dari Menteri Keuangan dan juga mungkin dari Bappenas untuk peftama memberikan daftar usulan proyek dan daftar usulan kegiatal. lni
yang narrti mungkin ditindaklanjuti dengan proses yang sesuai kesepakatan dengan panitia anggaran yang
akan Bapak
laksanakan dari tanggal 19 sampai
kerjamrya. Berdasarkan usulan-usulan
itu rranti
5 Juli dengan mitra
akan nrasuk kepada pemerintah turtuk
nrembuat suatu perencanaan berapa kebutuhau anggaran peurbangunan dan
ber.apa
kebr.rtulian aliggaran rutin. Berdasarkan asumsi-asunrsi makro yang sudah disepakati antara
pemeriutah dan anggota deu'an kemarin, itu bersanra panitia anggaran, maka dibuat rencana
penerimaan. Oleli karerta itu retrcana penerimaan yang dibuat berclasarkan asumsi-asumsi
makro yang disepakati dan rencaua pengeluaran atau belanja baik turttrk rutin dar-r pembangunan akau menentukan nanti berapa defisit yang disetujui. Dari defisit tersebut trand krt-p
R
ap a,t D e-ngra*. ? en dztp
af
dz.ngt a,/u K ot
tu,ft/ f )/ D fl ? F I -
maka akan dibagi sumbemya, sebagain dari penerimaan dalam negeri, baik merupakan divestasi atau penjualan aset dan yang kedua adalah dari pinjaman luar negeri.
Nah
di sinilah mulai masuknya dari perencanaan.
Maka berapa pinjaman yang akan
disetujui anggota dewan adalah sebesar yang disetujui untuk defisit yang dimasukan di anggaran. Nah
di sinilah yang kami katakan perencanaan jumlah pinjaman. Proses dalam
pengesaharurya nanti, kemarin sudah disepakati, dengan panitia anggaran adalah pertama
jumlah yang disepakati ini tentunya belum kita bicarakan dari mana diperoleh, tetapi angka pinjaman itu disetujui. Penuangannya itu nanti dalam penyusunan satuan tiga, satuan tiga itu
adalah sampai kepada proyek, akan dijelaskan mana yang dibiayai dari pinjaman.
flash back kembali kepada antara 19 Juni sampai 5 Juli di mana
Berdasarkan penuangan dalam satuan tiga, tentu kalau saya anggota dewan yang terhormat, sesudah nanti proses
Komisi
I
sampai D( bekerja atau rapat kerja dengan mitra kerjannya akan membahas DUP
dan DUK yang diusulkan oleh departemen terkait atau instansi terkait sehingga Bapak anggota dewan yang terhormat dapat menyusun skala prioritasnya. Oleh karena itu, nanti satuan tiga yang diusulkan pemerintah, kita sudah sepakat
ini
akan dibahas oleh panitia
anggaran. Mekanismenya adalah satuan tiga yang disampaikan oleh pemerintah, nanti oleh
panitia anggaran akan diserahkan pada konisi-komisi untuk dibahas dengan metoda kerjanya, untuk memabahas satuan tiga. Dengan demikian pada prinsipnya atau kita katakan
kemarin seperti yang disepakati pemerintah dan anggota dewan,
di sinilah
persetujuan
pefiama. Jadi persetujuan tidak sarna dengan ratifikasi, itu kernarin jadi pembicaraan, tujuan
kita bahwa penggunaan dari pinjaman ini sudah disetujui, pengunaan yaitu sesuai dengan satuan tiga yang dibahas. Nah tinggal permasalahan sekarang adalah, dananya itu dari mana.
Itu belum ditentukan. Biasaya kalau tahun lalu waktr-r kita membahas pada anggaran tahrur
itu
2000, dimana panitia anggaran pada waktu
sudah memang begitu aktif, sesudah
disampaikan nota keuangan pada awal Januari. Maka pada rapat CGI pada bulan Pebruari,
ditentukanlah komitmen yang diperoleh dari negara-rlegara donor yang waktu itu sudah
dilaporkan 5,1 miliar, sehingga di Konrisi
IX
sebagai mitra kerja dari perrrerintah pada
waktu itu, diputuskan bahrva yang disetujui dari pinjaman itu, sebesar defisit yang disetujui
yaitu sebesar 4, 3 miliar. Dalam pelaksanaannya nraka pemerintah akan nrertcari diarrtara lender atau donatur yang akan
kita pakai tentu
siapa
berdasarkan pertinrbangan-
pertimbangan kondisi mulai daripada tingkat bunga yang paling nrene,untungkan, grass periode-nya yang paling lama, /ive lime atan masa pembayarannya yang lebih lama dan ttzzru,Lt1p
R
apa-t Dengar Pendapaz- de.ngrz.tt, KotnLl
u
f y D{47
-
R
I
kondisi-kondisi yang paling riogan. Dalam kesepakatan kdmarin, apabila dari kondisikondisi yang disepakati yang nanti dalam tahun 2001 yang akan kita terapkan ada yang tidak
dapat dipenuhi maka pemerintah harus memberitahukan dulu pada komisi-komisi atau pantia anggaran atas perubahan ini. Dengan demikian, dengan penggunaan dari pinjaman tersebut, mulai tahun 2001 kita harapkan sudah dengan persetujuan Bapak penggunaannya.
Karena sudah dituangkan memang dalam satuan tiga yang sudah dibahas sebelumnya. Permasalahan ialah, bahwa belum jelas dari siapa pinjamannya baru belakangan kita laksanakan. Perlu kami tambahkan bahwa commitment
fee misalnya kemarin dengan CGI
yang kita peroleh 5,1 miliar, itu belum tentu kita realisasi. Kita akan berupaya semaksimal
mungkin, dengan dana kita yang ada dengan kemampuan kita yang ada dari penerimaan dalam negeri. Apabila memang dari penerimaan dalam negeri tidak mendukung barulah kita manfaatkan komitmen yang sudah kita sepakati yang jumlahnya 4,3. Oleh karena itu, bisa saja nanti jumlah pinjaman yang kita setujui, temyata realisasinya lebih
kecil daripada yang
diharapkan. Belum tentu itu suatu ya atau tidak keberhasilan. Mungkin adalah keberhasilan
kita dalam memacu penerimaan dalam negeri. Namun apabila jumlahnya lebih besar dari itu, maka tetap seperti pembicaraan kemarin, harus lebih dahulu, dibicarakan dengan panitia,
Komisi D(. Demikian tambahan dari kami Pak, kurang lebihnya. Demikian terima kasih.
PIMPINAN SIDANGIKETUA KOMTSI IV (Ir. Sadjanvo Sukardiman, MM) Terima kasih. Yang terhormat Saudara-Saudara anggota dewan. Kesempatan kita wrtuk niernperdalam, mempertajam, hal-hal yang perlu kita mintakan penjelasan lebih lanjut. Waktu kami persilakan. Kita catat dulu.....Sebelah kanan.
ANGGOTA DBWAN (I Gusti Ngurah Sebudhie
- Fraksi rNllpotri)
....Pin-rpinan. Yang terhormat Ketr.ra Bappenas, Dirjen Anggaran, Bapak-Bapak dari tipt pernerintah. Saya hanya mohon penjelasart Pak, dinrana kejelasan yang saya minta acJala5 kejelasan kesepakatan yang kemarin antara Panitia Anggaran DPR dengan penrerintaS yang kebetulan Bapak Ketua Bappenas nlaupun Dirjen Anggaran dap ctari BI hadir sernua di sitLr.
Yang pertanla dari mekanisme dan siklLrs penrbicalaan pendahLrluan, penyampaian, dan petlrbahasan dan penetapan APBN 2001 ini kita kan untuk masing-prasing Ko'risi I sa'tpai traz
krtp