LAKON Jurnal Kajian Sastra dan Budaya Nomor ISSN : 9772252-895000
Diterbitkan dengan lisensi Creative Commons BY-NC-SA. http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/3.0/ Penanggung Jawab Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga Ketua Program Magister Kajian Sastra & Budaya Penasehat Dédé Oetomo, Ph. D. Rachmah Ida, Ph. D. Ketua Redaksi Kathleen Azali Redaksi Pelaksana Irmia Fitriah Redaksi Tian Belawati Pariyanto Raras Hafiidha Sari Nubar Azad Gurban Fahrinda Meliana Produksi Nyoman Suwarta Foto sampul Erlin Goentoro Alamat Redaksi Magister Kajian Sastra dan Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, Kampus B Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286 Telp: (031) 5035676 / 5503380 | Faks: (031) 5035807 Email:
[email protected]
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Daftar Isi Diskriminasi imigran kulit putih berwarna dalam masa kebijakan multikulturalisme pasca penghapusan White Australia Policy Sandy Tieas Rahmana Poetrie
8
Lesbian dalam Pergulatan Gender dan Seksualitas di Sudut Pasar Kartika Niaga, Surabaya Maria N ala Damayanti
17
Eksistensi Dukun dalam Era Dokter Spesialis Irfan Ardani
27
Udan Potir: Simbolik Ekologis Gordang Sambilan dan Lingkungan Alam Ibnu Avena Matondang
34
Forum: Panji di Gunung Penanggungan Lydia Kieven
49
Forum: Refleksi Ajeg Bali Hari Ini Gede Indra Pramana
55
Waria dan Upayanya dalam meraih kapital simbolik: Studi Kasus Pengajian Al-Ihklas dan Persekutuan Doa Hati Damai dan Kudus Lastiko Endi Rahmantyo
62
Maskulinitas dan Praktik Tangkap Lepas dalam Memancing: Sebuah kajian terhadap Sportfishing Gesang Manggala N ugraha Putra
82
3
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Kata Pengantar Setelah bentuk yang lebih berupa bunga rampai pada edisi pertama, pada terbitan kedua Lakon kali ini, muncul banyak tema mengenai gender, seksualitas, diskriminasi, pergulatan, dan bagaimana kekuasaan berproduksi. Tidak sekedar pada hegemoni dan resistensi, tapi sebagai arena tanding, di mana kekuasaan merasuki dan diproduksi dalam kehidupan dan tindakan sehari-hari. Edisi ini diawali dengan tulisan Sandy Tieas Poetri mengenai penghapusan White Australian Policy dengan penerapan kebijakan multikulturalisme, yang diharapkan mampu mengahapuskan segala diskriminasi dan menumbuhkan sikap toleran serta membina kerukunan antar imigran yang berasal dari negara-negara yang berbeda. Namun, dalam perkembangannya, kebijakan multikulturalisme belum bisa diterapkan secara menyeluruh dalam masyarakat. Maria Nala Damayani menulis mengenai lesbian dalam pergulatan gender dan seksualitas di Sudut Pasar Kartika Niaga, Surabaya. Ada perjuangan identitas di tengah perbedaan, di tengah arus besar yang belum terlalu menghargai pluralitas khususnya dalam hal identitas seksual dan gender. Irfan Ardani memberi rangkuman mengenai eksistensi dukun dan metode pengobatannya yang tradisional masih hidup di tengah era pengobatan modern sekarang ini melalui studi pustaka, dengan salah satu contoh penari cilik Ponari. Ibnu Avena Matondang menulis mengenai hubungan antara Gordang Sambilan (materi seni) dengan repertoir (judul komposisi), bagaimana hubungan ini menggambarkan suatu pola yang berkaitan dengan lingkungan alam (ekologi), sehingga penggambaran terhadap Gordang Sambilan tidak lepas dari pengaruh kondisi lingkungan alam setempat. Lastiko Endi Rahmantyo menulis mengenai organisasi keagamaan oleh waria di Surabaya, yakni pengajian Al-Ikhlas untuk yang beragama Islam dan Persekutuan Doa Hati Damai dan Kudus (PHDK) untuk yang beragama Kristen Protestan, dan bagaimana organisasi ini bisa terbentuk. Gesang Manggala Putra Nugraha menulis bagaimana makna kegiatan memancing dan CnR (catch and release) diproduksi, dikonsumsi, dan diformulasikan, serta kaitannya dengan model dan pemahaman maskulinitas dan femininitas. Edisi kali ini juga memuat dua artikel yang lebih bersifat dialog dan refleksi, oleh Lydia Kieven dan Gede Indra Pramana. Kategori forum ini dibuat untuk memberi ruang bagi pemikiran-pemikiran reflektif, sekaligus juga untuk memuat catatan-catatan penelitian.
4
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Kami sangat menyadari, ada banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam pengelolaan maupun isi jurnal ini. Kewajiban menerbitkan artikel di jurnal yang baru saja diterapkan belum memiliki infrastruktur maupun sistem yang siap sedia. Jika di luar artikel yang akan diterbitkan di jurnal biasanya melalui proses review sedikitnya setahun—bahkan ada yang dua tahun lebih, kebijakan yang diterapkan secara tiba-tiba belum menyiapkan hal-hal sistem pengelolaan jurnal, mitra bestari dan sebagainya. Tapi kami pun sadar, bahwa momen ini perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya, untuk menyebarluaskan pikiran dan mendorong semangat peneliti-peneliti Indonesia untuk menulis dan meneliti sekitarnya. Meskipun masih jauh dari sempurna, kami berusaha untuk menjaga kualitas isi, sambil menjaga agar tidak mengintimidasi peneliti-peneliti dan akademisi-akademisi baru. Setidaknya, kami ingin memulai dengan mengangkat penelitian-penelitian yang menekankan data empiris. Kami percaya bahwa pembenahan secara bertahap dapat diterapkan. Ke depan, sistem jurnal terbuka sedang dipersiapkan. Kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya pada fakultas dan dosen-dosen pembimbing kami—Maimunah Munir, M.A., Diah Ariani Arimbi, Ph.D., Dédé Oetomo, Ph. D., dan Rachmah Ida, Ph. D.— yang telah dengan sabar membimbing dan memfasilitasi proses pembuatan jurnal ini. Peran pembaca, penulis, dan pengasuh jurnal akan sangat menentukan sejauh mana jurnal ini mampu untuk tetap setia hadir dan menampung wacana, gagasan, dan hasil-hasil penelitian yang signifikan bagi pengembangan ilmu sastra dan budaya di Indonesia. Akhir kata, staf redaksi mengucapkan banyak terima kasih kepada para kontributor atas kesediaannya untuk menerbitkan makalahnya dalam edisi kedua ini. Selamat membaca!
5
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
6
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
7
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Diskriminasi imigran kulit putih berwarna dalam masa kebijakan multikulturalisme pasca penghapusan White Australia Policy Sandy Tieas Rahmana Poetrie Magister Kajian Sastra dan Budaya, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. E-mail:
[email protected]
Abstract This paper concern on the multiculturalism in Australia related to the immigration policy. Since the application of “White Australia Policy” which makes some restriction to people from other countries who are considered as different color and non-English speakers to come to Australia ended in 1907, the government attempts to eliminate the discrimination treatments to them all. This paper employs descriptive essay which was aimed to describe more about Australian multiculturalism after the end of “White Australia Policy”. The technique of data collection was literary study from some sources like journals and some news from internet. The writer took three cases have ever happened related to the multiculturalism in Australia to analyse the application of immigrants policy after “White Australia Policy” annulment. Those are Arabians beating in Sydney coast by Neo-Nazi, discrimination against Muslim minority and Africans by police in Victoria, and also Muslim demonstration because of Muhammad humiliation. The study revealed that “White Australia Policy” still can not completely be eliminated. Those three cases, it shows that there are still many discrimination treatments against coloured immigrants; on the other hand the government is still trying to implement a multiculturalism policy. Keywords: discrimination, multiculturalism, immigrants, White Australia policy.
berwarna. Kebijakan ini didasari oleh pemikiran
1. Pendahuluan
untuk
membentuk
suatu
negara
dimana
Menengok sejarah perkembangan Australia, pada
penduduknya adalah orang-orang dengan ras kulit
tahun 1901 pemerintahan Australia memberlakukan
putih saja. Masyarakat ras kulit putih dianggap
kebijakan yang berkenaan dengan imigan yang
superior dibandingkan dengan ras kulit berwarna.
masuk ke wilayah Australia. Kebijakan ini disebut
Namun pada tahun 1907 kebijakan White
“Immigration Restriction Act” atau yang dikenal
Australia
dengan sebutan “White Australia Policy”. Dapat
dengan alasan penguatan dalam bidang pertahanan
dilihat penggunaan istilah “restriction” yang dalam
dan ekonomi pemerintahan Australia. Sebagai
bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai sebuah
negara “benua imigran”, pemerintah Australia sulit
pembatasan. Pembatasan dalam hal ini adalah
untuk terus-menerus menerapkan kebijakan White
pembatasan terhadap imigran yang masuk ke
Australia Policy. Australia pada waktu itu sedang
Australia,
membutuh banyak pekerja untuk mendorong
terutama
untuk
orang-orang
kulit 8
Policy
ini
dipertimbangkan
kembali
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
pertumbuhan
ekonomi
mereka.
tetap mempertahankan kebudayaan atau agama
Kebijakan
masing-masing.
pertahanan juga ingin agar ada kebijakan yang
Penghapusan kebijakan White Australia
bersifat lebih plural atau sekuler. Para imigran diharapkan kekuatan
mampu
membantu
pemerintah
Australia
Policy
terwujudnya dalam
yang
digantikan
multikulturalisme
bidang
dengan
nyatanya
kebijakan
terlihat
tidak
pertahanan dan ekonomi. Secara resmi semangat
sepenuhnya menghapus adanya deskriminasi atau
multikulturalisme
diimplementasikan
dalam
pembedaan terhadap warga kulit berwarna. Masih
kebijakan
Australia
adanya
terjadi pasang surut hubungan antara warga kulit
tersebut.
putih dan warga kulit berwarna pasca penghapusan
Berbagai kebijakan yang cocok dengan situasi
kebijakan White Australia Policy. Oleh karena itu,
Australia yang kini beragam dan plural pun
penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh
diterbitkan oleh pemerintah negara itu.
mengenai aplikasi kebijakan multikulturalisme pasca
negara
penghapusan
White
Australia
setelah Policy
penghapusan
Secara umum diketahui Kebanyakan warga
White
Australia
Policy
oleh
Negara Australia adalah orang pendatang dan bukan
pemerintahan Australia. Adapun rumusan masalah
Suku Aborigin. keragaman ini disebabkan oleh
yang diambil penulis dalam makalah ini yaitu
banyaknya pendatang yang datang dari berbagai
bagaimana kebijakan multikulturalisme terhadap
belahan di dunia, yang bermukim, bekerja, belajar,
penduduk kulit berwarna di Australia pasca
atau mencari suaka di Australia Barat. Oleh karena
penghapusan White Australia Policy?
itu perbedaan bahasa, ras, budaya, agama dan
2. Metode
kepercayaan bukanlah hal yang asing di negara ini. Arus imigrasi inilah yang sangat memberikan andil terhadap
pertumbuhan
penduduk
Dalam
Australia.
penulisan
makalah
ini,
penulis
Meskipun orang Australia mempunyai asal-usul
menggunakan teknik studi pustaka dengancar
yang berbeda baik dalam hal etnis, agama dan ras,
mencari sumber-sumber yang relevan dengan topik
mereka diharapkan hidup damai antara yang satu
makalah yang penulis pilih, bisa berupa buku,
dengan yang lainnya. Terdapat kebijakan toleransi
artikel-artikel
dalam
internet,
terhadap kebudayaan dan bangsa yang berlainan
internasional.
Dalam
analisis
yakni adanya kebijakan Australia yang melindungi
makalah ini, penulis mengkaitkan kejadian atau
orang dari adanya diskriminasi. Kebijakan untuk
kasus-kasus yang terjadi di Australia dengan teori
bersikap toleran dan untuk melindungi kebudayaan
multikulturalisme yang relevan dan kemudian
dan kepercayaan yang berbeda tersebut disebut
dianalisis
kebijakan
diketahui.
multikulturalisme.
Kebijakan
multikulturalisme di Australia ini dimaksudkan untuk menjaga kerukunan antar sesama dengan 9
sehingga
terlihat
serta
jurnal
temuan
dalam
hasil
yang
ingin
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
yang dikehendaki oleh pemerintah Australia untuk
3. Kerangka teori
masuk dalam wilayah mereka yakni orang-orang
Pemberlakuan White Australia Policy
yang berasal dari Eropa, dan secara otomatis
Telah dijelaskan secara singkat dalam latar belakang
mengeliminasi orang-orang non-Eropa. Kebijakan
bahwa White Australia Policy adalah sebuah
ini mempunyai beberapa maksud, pertama Hal ini
kebijakan pemerintah dalam menyikapi besarnya
dimaksudkan agar keturunan Eropa bisa tetap
imigran yang masuk ke wilayah Australia. Kebijakan
berkembang di wilayah Australia tanpa dirusak
ini
adanya
dilakukan
dengan
cara
memberlakukan
pertumbuhan kulit
ras
berwarna
non-Eropa.
pembatasan terhadap imigran yang masuk ke
imigran
Australia, terutama untuk imigran-imigran kulit
kurangnya lapangan pekerjaan bagi masyarakat
berwarna. Pada awalnya kebijakan ini ditujukan
golongan buruh kulit putih. White Australia Policy
kepada imigran-imigran dari negara Cina yang
akhirnya menjadi sebuah ideologi yang rasis. Kebijakan
jumlahnya yang sangat besar. Akhirnya seiring
akan
Kedua,
White
menyebabkan
Australia
Policy
ini
diberlakukan pada masa yang dikenal sebagai
berlaku untuk seluruh warga rasa kulit berwarna.
demam emas atau “gold rush” dimana ditemukan
Hal
bahwa
banyak emas di bumi Australia pada tahun 1851.
masyarakat ras kulit putih dianggap superior
Emas yang melimpah ruah ini mengundang banyak
dibandingkan dengan ras kulit berwarna, bahkan
imigran baik dari Eropa ataupun non-Eropa seperti
mereka tidak mengakui keberadaan ras Aborigin
Asia untuk berpindah ke tanah Australia. Persebaran
sebagai
Pemerintah
berita mengenai demam emas ini membuat jumlah
Australia yang mayoritas berasal dari Inggris ingin
pendatang meningkat. Pada dasarnya imigran mulai
membentuk sebuah negara yang penduduknya utuh
berdatangan
dari ras kulit putih. Hal ini menunjukkan adanya
pemerintahan Australia menyewa para imigran Asia
rasa ketakutan terhadap bangsa Asia yang jumlahnya
untuk
terus-menerus
terdapat
perkebunan dan peternakan (London, 1970: 7). Hal
kemungkinan besar di masa mendatang penduduk
ini meningkatkan jumlah imigran Asia terutama
kulit putih akan menjadi minoritas.
Cina secara besar-besaran. Dan menurut Barnard
perkembangan
ini
waktu
disebabkan
penduduk
akhirnya
adanya
asli
meningkat
kebijakan
ideologi
Australia.
sehingga
pada
abad
dipekerjakan
ke
(labour
19
ketika
movement)
para
di
ini
Marjorie (1976) dalam bukunya “History of
mempunyai sebuah instrumen yang dinamakan
Australia” bahwa “Immigrant Act” pada tahun 1855
“Dictation test” yang harus dilalui oleh para imigran.
merupakan awal dari kemunculan peraturan yang
Tes ini merupakan sebuah tes tulis dan wawancara
bersifat rasis.
Kebijakan
White
Australia
Policy
untuk mengetes para imigran atas kemampuan
Namun, pada tahun 1973 kebijakan White
mereka menggunakan bahasa di salah satu negara
Australia Policy diberhentikan. Karena sebagai
Eropa (Jupp. 1991: 48). Hal ini jelas terlihat bahwa
negara benua imigran, pemerintah Australia tidah 10
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
bisa memberlakukan kebijakan ini lagi. Semakin
Kymlicka
dalam
banyak imigran masuk dan mereka tidak hanya
Multikultural”
berasal dari ras kulit putih, sehingga kebijakan
multikulturalisme sebagai akibat dari munculnya
White Australia Policy tidak lagi dianggap sesuai
‘minoritas bangsa’ dan juga ‘kelompok etnis’. Ia
untuk Australia.
menyebut negara sebagai Negara multikulturalisme
lebih
bukunya
“Kewargaan
menitikberatkan
definisi
ketika sekelompok bangsa-bangsa tertentu masuk
N egara Multikulturalisme menurut
dari suatu negara yang lebih besar, atau ketika
Kymlicka
sekelompok masyarakat telah melakukan imigrasi
Multikulturalisme yang merujuk pada sebuah spirit,
dan masuk ke suatu negara (2011: 13-14). Dapat
etos, dan kepercayaan bahwa kelompok-kelompok
disimpulkan bahwa yang disebut sebagai negara
etnik atau budaya (ethnic and cultural group) dapat
multikulturalisme itu apabila anggotanya berasal
berdampingan secara damai yang ditandai dengan
dari berbagai bangsa (negara multibangsa) atau telah
kesediaan untuk menghormati budaya lain (KID,
beremigrasi dari berbagai bangsa (negara polietnis).
2004), mengusung kebutuhan tiap-tiap masyarakat
Multikulturalisme dalam konteks ini lebih fokus
tertentu
untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan etnis
akan
pengakuan
identitas
mereka.
Faktanya, kita semakin sering dihadapkan pada
dan
bangsa
sebagai
perjuangan
besar
untuk
kelompok-kelompok minoritas yang menuntut
membuat demokrasi yang lebih toleran dan inklusif
pengakuan atas identitas mereka serta diterimanya
(2011: 26).
perbedaan budaya mereka (Kymlicka, 2011: 13). Konsep
multikulturalisme
Multikulturalisme di Australia
memiliki
karakteristik celebrating diversity dan negosiasi
Masyarakat yang plural tidak otomatis menjadi
terhadap perbedaan. Suatu kelompok masyarakat
multikulturalisme. Multikulturalisme menekankan
memerlukan pengakuan atas identitas mereka. Hal
keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan.
ini yang janjikan oleh multikulturalisme dimana
Tidak ada satu budaya pun yang mendominasi
setiap individu atau kelompok bisa mengekspresikan
dalam
siapa
Jika
demikian, dominasi maupun peleburan diasumsikan
multikulturalisme berjalan sesuai dengan tujuannya,
tidak terjadi dalam konteks multikulturalisme.
masyarakat akan bersikap toleran, beradaptasi,
Visualisasinya adalah seperti salad bowl di mana
memberikan kesempatan serta menghargai satu
berbagai
sama lain yang berbeda identitas. Kymlicka (2011)
identitasnya bukan melting pot yang menghilangkan
mengemukakan terdapat dua aspek munculnya
latar belakang dan menghasilkan identitas baru hasil
multikulturalisme, yakni migrasi yang masuk ke
peleburan (Rira, 2012).
mereka
dalam
masyarakat
plural.
masyarakat
unsur
plural
menyatu
tersebut.
tanpa
Dengan
kehilangan
Istilah multikulturalisme mulai muncul di
suatu daerah dan adanya kebanggaan sebagai
Australia pada tahun 1973 yang disampaikan oleh
minoritas 11
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
keimigrasian
Australia sudah berjalan dengan baik atau bahkan
pemerintahan, yang didefinisikan oleh Wollacott
pengaruh kebijakan White Australia Policy masih
sebagai “a policy that encourage migrant groups to
terasa dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan
embrace their ethnic culture, provide that they abide by
pemerintah Australia.
Al
Grassby
selaku
menteri
Australian Laws” (2012:295). Sama halnya dengan
Wicaksono (2006) melihat masih adanya
apa yang dikemukakan oleh Kymlicka, Grassy
perlakuan diskriminatif warga kulit putih, yang
menyebut
suatu
sebenarnya juga merupakan pendatang, terhadap
masyarakat yang menikmati kebebasan dalam
orang-orang Aborigin dan komunitas-komunitas
menunjukkan
Muslim atau Arab di Australia. Hal ini terjadi
multikulturalisme
sebagai
perbedaan-perbedaan
dikarenakan
kewarganegaraan dan etnis (Wollacott, 2012: 295).
selain
menunjukkan
Multikulturalisme di Australia pada tahun
bermotif
motif
politik
ekonomi dan
juga
kekuasaan.
1997 meliputi empat aspek kebijakan yakni social
Peristiwa tragis pada tanggal 11 Desember 2005
cohesion, cultural identity, equality of opportunity and
menjadi
equal responsibility dan participate in Australian
masyarakat Australia berkulit putih melakukan
society
Namun,
penyerangan terhadap orang-orang yang dianggap
berdasarkan hasil penelitian yang dilansir oleh
keturunan Arab di pantai Sidney. Kerusuhan yang
pemerintah
Australia
anggapan
pecah pada hari Minggu di wilayah selatan Sydney,
masyarakat
Australia
konsep
seperti Cronulla Beach, Maroubra Beach, dan
multikulturalisme yang berjudul “Multiculturalism
Botany Bay di pinggiran kota terbesar di negara
for Australians”, hasil menunjukkan bahwa masih
berpenduduk
banyak masyarakat yang belum mengetahui konsep
mengakibatkan 31 orang cidera (Media Indonesia
secara
Online, 2005). Kelompok-kelompok yang terlibat
(Wollacott,
jelas
2012:
mengenai
297).
mengenai mengenai
multikuturalisme
yang
salah
satu
lebih
contoh
dari
20
dimana
juta
ribuan
jiwa
itu
dalam penyerangan tersebut adalah kelompok-
diterapkan di negara mereka.
kelompok Neo-Nazi dan kelompok pengagung kulit
4. Pembahasan dan analisis
putih (penganut White Australia Policy). Pada kenyataannya walaupun disangkal oleh
Di bagian pembahasan dan analisis dalam makalah
beberapa
ini, penulis akan menyajikan beberapa contoh
kerusuhan di Pantai Sidney memang melibatkan
kejadian-kejadian atau kasus yang berkaitan dengan
unsur rasisme didalamnya dan mungkin juga unsur
penerapan
oleh
agama (anti-Muslim). Wicaksono (2006) melihat
pemerintah Australia pasca penghapusan kebijakan
bahwa Pemerintah Australia sebenarnya menyetujui
White Australia Policy. Dalam pembahasan ini
adanya rasisme melalui kebijakan-kebijakannya yang
nantinya
kebijakan
tegas terhadap imigran, pengungsi, dan keamanan
multikulturalisme yang diterapkan pemerintahan
nasional. Juga pemberlakuan undang-undang anti-
konsep
akan
multikulturalisme
terlihat
apakah
12
pihak
dari
pemerintaha
Australia,
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
terorisme yang menimbulkan ketidakpercayaan
mendeportasi
pelaku-pelaku
warga Autralia kulit puttih terhadap orang-orang
melakukan
keturunan Arab dan Muslim di Australia. Hal ini
bahwa para pengunjuk rasa justru mencoreng dan
bisa jadi salah satu penyebab terjadinya kerusuan
merusak kebijakan multikulturalisme yang telah
Pantai Sidney.
diterapkan di Australia. Menurut Chris Bowen
keanarkisan.
yang
Mereka
terbukti
menganggap
Menurut Saakshi O. Juneja, seorang feminis
selaku Menteri keimigrasian menganggap peristiwa
yang berdomisili di India, memastikan bahwa
ini dianggap bukan merupakan sebuah upaya
keanekaragaman budaya dan ras di Australia
multiklturalisme, namun atas nama anarkisme dan
berpengaruh besar terhadap tumbuhnya benih
kejahatan (ABC Radio Online: 2012). Hal ini
rasialisme (dalam Wicaksono, 2006). Mayoritas
didukung oleh statemen yang dilontarkan oleh
penduduk pendatang merupakan orang berkulit
Perdana Menteri Australia Julia Gillard “Apa yang
putih yang secara kompak menentang kebijakan
kita lihat di jalanan kota Sydney pekan lalu,
imigrasi, Hal ini menegaskan bahwa penyakit
bukanlah
rasialisme
ekstremisme”. Ia juga menambahkan bahwa segala
masih
saja
menggejala
kebijakan White Australia Policy
walaupun
multikulturalisme,
perdebatan
sudah dihapus.
dan
perbedaan
melainkan
harusnya
dapat
diselesaikan dengan damai (Adiputri, 2012).
Konsep multikulturalisme di Australia mungkin bisa berjalan di tingkatan pemerintahan, namun dalam
Merujuk pada apa yang telah dikemukakan
tingkatan masyarakat umum belum bisa dikatakan
oleh Kymlica (2011), multikulturalisme memiliki
berjalan dengan baik. Hal ini dimungkinkan adanya
karakteristik celebrating diversity dan negosiasi
ketidakfahaman terhadap konsep multikulturalisme,
terhadap perbedaan. Dikaitkan dengan apa yang
seperti apa yang telah disampaikan oleh pemerintah
terjadi di Australia, konsep ini belum bisa
Australia dalam penelitian mereka “Multiculturalism
dijalankan
for Australians”
kerusuhan yang berbau rasisme masih banyak ditemui.
Pemerintah Australia tidak serta merta
dengan
Padahal,
baik.
dalam
Peristiwa-peristiwa
konteks
pemikiran
mendukung kebijakan yang melarang adanya
Kymlicka definisi multikulturalisme lebih fokus
imigrasi.
untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan etnis
Pemerintah
Australia
berusaha
menetapkan konsep multikulturalisme di Australia
dan
dengan benar. Salah satu contohnya adalah kejadian
membuat demokrasi yang lebih toleran dan inklusif.
kerusuhan pada saat unjuk rasa warga Muslim yang
Kasus pengeroyokan warga dari etnis Arab menjadi
menuntut penghinaan terhadap Nabi Muhammad
satu bukti bahwa masyarakat Australia kulit putih
SAW. Pemerintah Australia sangat kecewa dengan
belum mampu mengakomodasi perbedaan dan
adanya kerusuhan yang anarkis tersebut. Tanpa
bersikap toleran kepada imigran-imigran lain yang
melihat ras dan agama para pengunjuk rasa,
berasal dari etnis dan agama yang berbeda.
pemerintah Australia memutuskan untuk segera 13
bangsa
sebagai
perjuangan
besar
untuk
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
harusnya
Kasus rasial secara spesifik dirasakan oleh
dapat
memahami
konsep
kaum minoritas Muslim dan Afrika yang berada di
multikulturalisme dengan menghargai dan saling
Australia. Pelakunya kali ini bukan masyarakat
bertoleransi dengan adanya perbedaan yang ada
Australia kulit putih pada umumnya seperti pelaku
disekeliling mereka. Empat aspek multikulturalisme
pengeroyokan orang keturunan Arab pada tahun
yang digagas oleh pemerintah Australia yang
2005, namun pelakunya yakni aparat polisi yang
meliputi social cohesion, cultural identity, equality
merupakan bagian dari pemerintah Australia.
of opportunity and equal responsibility dan
Kejadian ini baru saja terjadi pada Agustus 2012
participate in Australian society (Wollacott, 2012:
lalu, ketika aparat kepolisian bagian Victoria sering
297) belum bisa terealisasi secara menyeluruh
merazia komunitas muslim dan imigran asal Afrika.
kepada seluruh imigran yang ada tanpa ada
Stiap melewati jalur tertentu di wilayah Victoria,
pembedaan
aparat polisi selalu melakukan pemeriksaan dengan
pengaruh kebijakan White Australia Policy, yang
cara mencecar komunitas Muslim and orang asal
menganggap kulit putih lebih superior daripada
Afrika dengan banyak pertanyaan seolah-olah
orang-orang kulit berwarna, masih melekat kuat
mereka berpotensi melakukan tindak pidana.
sebagai
Seorang pengacara Melbourne bernama Tamar
berkembang dalam pemikiran penduduk Australia
Hopskin
kulit putih.
mengemukakan
jika
terbukti
aparat
atau
sebuah
deskriminasi.
ideologi
yang
Seolah-olah
terus-menerus
kepolisian telah melakukan kebijakan deskriminasi
5. Simpulan
(rasial), itu artinya mereka telah melanggar UndangUndang
Federasi
mengenai
deskriminasi
ras White
Penghapusan
(Mardani, 2012).
pembatasan
Contoh-contoh kasus diatas menunjukkan
imigran
Australia yang
Policy
digantikan
atau dengan
bahwa pemberlakuan kebijakan multikulturalisme
kebijakan multikulturalisme di Australia diharapkan
di Australia belum cukup bisa berjalan dengan baik.
mampu mengahapuskan segala deskriminasi dan
Namun
menumbuhkan
pada
dasarnya
pemerintah
telah
sikap
toleran
serta
membina
mengalakkan kebijakan multikulturalisme ini untuk
kerukunan antar imigran yang berasal dari negara-
dapat diterapkan di seluruh wilayah Australia yang
negara
memang mayoritas penduduknya adalah pendatang.
perkembangannya,
Dari beberapa contoh diatas mungkin dapat ditarik
belum bisa diterapkan secara menyeluruh dalam
suatu kesimpulan bahwa baik pemerintah Australia
masyarakat. Terdapat beberapa kejadian atau kasus
sendiri atau masyarakat Australia secara menyeluruh
yang menggambarakan tetap eksisnya deskriminasi
terutama penduduk berkulit putih kurang bisa
baik warna kulit, ras, etnis ataupun agama, seperti
memahami
konsep
tragedi pengeroyokan orang keturunan Arab di
multikulturalisme secara penuh. Semua pihak
Pantai Sidney pada 11 September 2005, kerusuhan
dan
menerima
14
yang
berbeda. kebijakan
Namun,
dalam
multikulturalisme
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Jupp, James. 1991. Immigration. Sidney: Sidney
unjuk rasa para Muslim karena adanya penghinaan terhadap Nabi Muhammad, serta deskriminasi rasial
University Press and Oxford University Press
secara terang-terangan oleh aparat kepolisian bagian
Australia. KID, Pustaka. 2004. Multikulturalisme Indonesia:
Victoria terhadap kaum minoritas Muslim dan imigran keturunan Afrika. Kurang faham dan
Jawaban terhadap Kemajemukan.
kurang terimanya masyarakat terhadap konsep
http://www.komunitasdemokrasi.or.id/comme
multikulturalisme
nts.php?id=P18_0_3_0_C. Diakses pada 17
tercapainya
turut
tujuan
andil
pemerintah
dalam
kurang
Januari 2013.
menerapkan
kebijakan tersebut. Pengaruh White Australia Policy
Kymlicka, Will. 2011. Kewargaan Multikutural. Jakarta: LP3ES
masih terbawa sampai saat ini sehingga secara
London, H.I. 1970. Non-White Immigration and
keseluruhan penduduk Australia kulit putih belum melihat orang-orang kulit berwarna secara setara
the ‘White Australis’ Policy. Sidney: Sidney
sehingga belum bisa untuk saling menghormati dan
University Press. Mardani, Dewi. 2012. Komunitas Muslim Jadi
toleransi.
Korban Rasial Polisi Australia. Republika
Daftar Acuan
Online Edisi 28 Agustus 2012. http://www.republika.co.id/berita/dunia-
ABC Radio Online. 2012. Pengunjuk rasa yang
islam/islam-mancanegara/12/08/27/m9etp8-
bukan warga negara Australia terancam
komunitas-muslim-jadi-korban-rasial-polisi-
dideportasi.
australia
http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2
Media Online Indonesia. 2005. Terkait Kerusuhan
012-09-18/pengunjuk-rasa-yang-bukan-warga-
Sydney, RI Belum Keluarkan 'Travel
negara-australia-terancam-
Warning”.
dideportasi/1016948. Diakses pada 16 Januari
http://www.perspektif.net/article/article.php?ar
2013.
ticle_id=222. Diakses pada 17 Januari 2013.
Adiputri, Novi C. 2012. PM Australia Sebut Aksi
Rira. 2012. Multikulturalisme: Pengakuan atau
Demo 'Innocence of Muslims' Ekstremisme.
Pengaburan Identitas Masyarakat?
DetikNews Edisi 20 Spetember 2012.
http://kkcygnet.wordpress.com/2012/06/29/m
http://news.detik.com/read/2012/09/20/140647/20
ultikulturalisme-pengakuan-atau-pengaburan-
27716/1148/pm-australia-sebut-aksi-demo-
identitas-masyarakat/. Diakses pada 16 Januari
innocence-of-muslims-
2013.
ekstremisme?nd771108bcj. Diakses pada 16
Soebantardjo. 1958. Sari Sedjarah Asia-Australia.
Januari 2013.
Jogjakarta: Bopkri
15
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
asialisme-di-australia.html. Diakses pada 16
Wollacott et. al. 2012. History for the Australian
Januari 2013.
Curriculum 10. London: Cambridge University Press. Wicaksono, Dani. 2005. Rasialisme di Australia. http://daniwicaksono.blogspot.com/2006/11/r
16
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Lesbian dalam Pergulatan Gender dan Seksualitas di Sudut Pasar Kartika Niaga, Surabaya Maria Nala Damayanti Visual Communication Design Department, Faculty of Art and Design Petra Christian University, Surabaya, Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstract The presence of women in same-sex sexual trend in Indonesia is considered unnatural. The actor suffered the injustice of the treatment. Condition that was not expected by the women does not make them desperate but appear to be driving their own to declare independence in the community generally. The research follows the lives of several lesbian experiences tells the respondent. Work and have their own income is the way to survive in the big city and at the same time strengthening their identity is still shrouded. A gender and sexual identity collide and the real personalities of women who never consciously chosen from the beginning. But the pressures and demands of life that makes them exist until now. Authors conducted a simple ethnographic approach was very useful in order to obtain accurate data. The research was conducted in Surabaya and done solely to open our eyes wider to the presence of women with different sexual orientation than most of us. It must be admitted some use of key terms in the analysis may be not too precise, perhaps even often confused as a synonym. Gender identity, sexual-biological, sexual orientation. The third term is still like a new food menu, let alone trying to comment on 'taste'. However, the authors sought to understand this discourse as closely as possible, be descriptive, with the hope of understanding themselves become better writers and story-telling flow, and thus contribute to the realm of gender and sexuality, no matter how small. Keywords: female, lesbian, gender, sexuality
tidak nikah dianggap kurang komplit, tidak normal.
1. Pendahuluan
Jadi situasinya sangat sulit bagi perempuan apabila ia
Kehidupan kelompok Lesbian di Indonesia belum
seorang
dapat diterima secara terbuka oleh sebagian besar
(http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/).
Lebih
masyarakat. Diskriminasi adalah perlakuan yang
lesbian
jauh
di
Indonesia
Profesor
...
Wieringa
“.
juga
mereka terima, yang dalam banyak hal merugikan
memaparkan diskriminasi yang dihadapi perempuan
kehidupan pribadi sebagai seorang individu. Lahir
lesbian, di tempat kerja, pendidikan, di tempat
dalam lingkungan yang nampaknya ‘salah’ bagi
umum, atau dalam keluarga sendiri. Seperti yang
mereka. Khusus di Indonesia, menurut Saskia
pernah ia alami pada masa mudanya di Belanda.
Wierenga dalam salah satu dialog Radio Nederland
Tapi, demikian Saskia menambahkan, ia tidak
Weredomroep dengan radio Maragita Bandung (18
menjadi pahit ataupun marah, justru sebaliknya.
Desember
bahwa
Pengalaman-pengalaman yang tidak enak itu justru
perempuan harus menikah. “... Perempuan yang
menjadikannya seorang pribadi yang kuat. Bahkan
2009),
ada
ideologi
kuat
17
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
kini ia adalah Guru Besar pada studi gender di
(Barry 2010). Kecenderungan orientasi sexual
Universitas Amsterdam. Gambaran singkat tentang
seseorang
dunia lesbian tersebut menunjukkan bahwa masih
kelompok ini. Berdasarkan skala Kinsey kita ketahui
banyak masyarakat yang belum menerima adanya
bahwa hal tersebut tidak bersifat tetap dalam umur
perbedaan dan karena jumlah minoritas itu
hidup
cenderung mereka memperoleh tindakan yang tidak
Sexualitas itu cair menurutnya. Dalam pengamatan
menguntungkan.
di
sehubungan dengan analisis kasus ini, ditemukan
Belandapun yang masyarakatnya lebih terbuka,
setidaknya dua alasan berbeda mengenai orientasi
ternyata perlakuan yang diterima kelompok ini juga
sexual subyek-subyek yang kemudian menuntunnya
sulit. Bagaimana di situasi di Indonesia sekarang,
pada peran gender tertentu di masyarakat.
Jangankan
di
Indonesia,
menjadi
seseorang,
latar
belakang
melainkan
keberadaan
dapat
berubah.
khususnya bila terjadi dalam keluarga kelompok
2. Metodologi
masyarakat menengah ke bawah ? Pembahasan berikut ini adalah pembahasan seputar gender dan sekelumit kehidupan sexualitas
Pendekatan penelitian ini adalah etnometodologi.
dari
fisik
Pengamatan langsung dan tidak langsung dilakukan
dikatagorikan memiliki sexual biologis perempuan,
selama satu bulan. Berdasarkan waktu pengamatan
dan memilih kehidupan sebagai lesbian. Mengapa
ini dirasakan hasil pengamatan dan wawancara
kehidupan
lebih
dengan responden belum optimal. Namun dengan
mendalam dikarenakan beberapa keterbatasan yang
kerja sama yang terjalin baik serta keterbukaan para
dialami dalam proses observasi langsung maupun
nara sumber, latar belakang kehidupan responden
tidak. Antara lain ada semacam pagar yang seolah-
perlahan
olah membatasi responden dalam memperkatakan
dilakukan melalui dua cara yaitu 1) Pengamatan
kondisi mereka karena konsep diri yang mereka
dari jarak jauh dalam pengertian melihat dari jauh,
wairisi, dan konsep identitas sex dan gender dalam
tanpa melakukan wawancara, yang dilakukan selama
penerimaan di masyarakat. Sebuah pendalaman atau
tiga minggu berturut-turut, setiap hari, dan 2)
lebih tepat disebut pengamatan terbatas, atas studi
Wawancara secara terpisah dalam empat kali
interdisiplin ilmu yang dipelajari melalui teori
pertemuan dengan dua subyek berbeda, dan sebuah
Queer.
wawancara terakhir yang dilakukan bersama-sama
subyek
pengamatan,
sexualitas
tidak
yang
bisa
secara
digali
terungkap.
Pendalaman
kasus
ini
dengan dua responden utama, dan satu responden
Satu hal yang tidak dapat disangkal dalam teori
pendamping.
Queer adalah penggunaan istilah queer yang memiliki asal usul homofobis atau anti-gay yang
Para responden ini berasal dari golongan
dalam konteks saat itu bersifat menghina. Namun,
pekerja kelas menengah bawah. Pendapatan yang
kini dengan pendekatan postrukturalis 1980-an
tidak stabil serta tidak adanya ikatan kerja yang
lewat dekonstruksi oposisi biner, maka kini istilah
tertulis menyebabkan mereka tidak punya kekuatan
queer lebih banyak dipakai dalam berbagai diskusi
hukum apapun yang dapat dipakai untuk membela
18
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
hak mereka sebagai pekerja. Kedua responden
Hari kerja adalah satu minggu penuh, tanpa hari
perempuan bekerja dalam bidang yang umumnya
libur. Seperti telah disebutkan di atas saat ini ada
digeluti
perparkiran.
tiga perempuan yang bekerja sebagai tukang parkir,
Pendapatan mereka tidak tetap, lebih kurang Rp.
yaitu Pe, suku Jawa (39 tahun, sebagai responden
800.000 per bulannya. Pekerjaan yang sangat
pertama), An, suku Madura (45 tahun, sebagai
bergantung pada kebaikan hati atau kemurahan hati
responden kedua) dan Ina (30 tahun). Responden
seseorang yang mereka sebut sebagai Bos. Bos
An yang baru bekerja satu tahun juga menggantikan
adalah orang yang bertanggung jawab dalam
seorang pekerja lain yang juga berpenampilan dan
keamanan
bisa
berperilaku tomboy bernama Gan (20 tahun). Pe,
mempekerjakan mereka. Tetapi usulan siapa orang
An dan Gan berpenampilan tomboy. Sedangkan Ina
yang direkomendasi tetap datang dari sesama
tidak demikian. Ina dan Gan hanya menjadi
pekerja. Sehingga mereka yang bekerja di tempat ini
responden pendukung, karena keterbatasan waktu
biasanya telah saling mengenal sebelumnya. Tidak
penggalian data lapangan.
laki-laki,
pasar,
yakni
dan
dunia
ialah
yang
ada aturan kerja tertulis, yang ada hanyalah saling
3. Hasil dan Pembahasan
pengertian antara sesama pekerja untuk menalangi kekurangan setoran bila penghasilan harian tidak sebagaimana
Foucault menyebutkan istilah biopolitical body dari
ditetapkan Bos. Jumlah setoran harian Rp. 85.000.
laki-laki dan perempuan, dimana hal ini ditandai
sisa jumlah tersebut menjadi pendapatan mereka
oleh pengalaman masa lalu, dan muncul karena
dan dibagi secara merata di antara sesama tukang
hasrat dan ketakutan dalam diri seseorang, maka
parkir. Saat ini ada tiga orang perempuan yang
kemudian inilah yang akan menentukan masa
menjadi penjaga parkir tetap. Seorang perempuan
depan mereka (Foucault, ‘Nietzsche, Genealogy,
dan seorang laki-laki sebagai cadangan petugas
History’, in P. Rabinow (ed.) The Foucault Reader:
parkir, yang bertugas parkir apabila ada yang
Penguin: 76-100). Ini bisa dipahami merujuk
berhalangan. Umumnya tempat kerja di dunia
pengalaman dua orang responden, Pe (39 tahun)
perparkiran dengan lingkungan kerja yang panas,
dan An (45 tahun), sehubungan dengan bagaimana
berada di bawah terik matahari bisa jadi adalah
mereka mengidentifikasi diri mereka hari-hari ini.
alasan pekerja perempuan kurang atau bahkan
Pe adalah seorang tukang parkir dengan identitas
tidak meminatinya. Namun kondisi ini nampaknya
sexual (biologis) perempuan. Setidaknya ia tidak
tidak berlaku disini.
keberatan ketika disapa ‘mbak’, bisa dianggap
mencukupi
jumlah
tertentu,
Pasar Kartika Niaga, Kebraon berada di
sebagai sebuah konfirmasi tidak langsung. Dalam
daerah Kecamatan Karang Pilang, Surabaya adalah
kesehariannya ia selalu berpakaian t-shirt yang
lokasi pekerjaan responden. Perparkiran ditempat
dibalut jaket (berbahan kaos), sepatu sepatu sandal
ini tidak dilengkapi tiket untuk para pengguna jasa.
karet, celana ketat, berambur sangat pendek seperti
Jam kerja mereka dari pukul 04.30 s/d 16.30 WIB.
model rambut laki-laki dan mengenakan topi.
19
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Memiliki kebiasaan merokok. Kalau berjalan ia
menjaga ‘nama baik’ keluarga. Nama baik seperti
tampak
mencondongkan
apa yang dimaksud tentu tidak mudah dipahami.
dadanya (yang secara sekilas tidak menunjukkan
Tetapi dari sini terlihat jelas keberadaannya seperti
tonjolan payudara). Kakinya agak terbuka ketika
sebuah ancaman bagi keluarga. Setidaknya dengan
berjalan, terkesan ‘cuek’. Komunikasi dengan
Pe keluar meninggalkan rumah keluarga, ia telah
pengunjung (parkir) sangat minim. Nyaris tidak
dianggap tidak membuat masalah lagi bagi keluarga
berbicara
besarnya, demikian penjelasannya.
membusungkan
ketika
atau
melayani
konsumen.
Untuk
Moral
pandangan sekilas ia tampak keras dan kaku. Ia
panic
yang
ditunjukkan
ayahnya
tidak berdandan seperti kebanyakan perempuan
memperlihatkan reaksi atas sesuatu hal yang
pekerja, bedakpun tidak. Ia menyadari akan
mengganggu norma bahkan mengancam apa yang
kesukaan
seperti
dipercaya sebagai kebenaran (konstruksi esensial).
lazimnya anak laki-laki, semenjak usia sekolah dasar,
Keluarganya jelas tidak dapat membedakan sexual
akunya. Responden ini tidak sempat menamatkan
biologis dan identitas gender. Sebuah cermin
pendidikan dasarnya, tetapi ia telah menyadari
masyarakat yang merupakan hasil konstruksi,
dirinya yang condong ke lelaki-lelakian dalam hal
namun telah terinternalisasi sedemikian dalam
berpakaian dan perilaku, sejak usia dini tersebut.
sehingga menjadi semacam ide suci, yang harus
Terhadap kecenderungannya tersebut, iapun pernah
dijaga sedemikian rupa. Berdasarkan cerita dan
mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari
penampilannya, responden nampaknya mengadopsi
kedua orang tuanya, yakni berupa tindakan
berbagai
pembakaran
yang
maskulin sebagai identitas dirinya, atau bentuk
dianggap adalah pakaian laki-laki (merepresentasi
proklamasi identitas gendernya, terutama kepada
anak laki-laki). Ia dianggap aneh, perempuan kok
keluarganya, selanjutnya kepada lingkungan yang
berpakaian seperti laki-laki, kata keluarganya. Pe
lebih luas.
berpakaian
semua
dan
berperilaku
pakaian
miliknya,
penampilan
laki-laki
yang
dianggap
juga mendapat perlakuan pelarangan keluar rumah
Penjelasan reponden di atas menguatkan hal
pada jam-jam tertentu, sedangkan saudaranya yang
sebagaimana yang diungkapkan oleh Judith Butler,
laki-laki tidak mengalami hal yang sama. Ayahnya
bahwa teori feminis yang memisahkan sex dan
mendidik
demikian
gender telah membantah penyebab yang mengatur
menurutnya. Ayahnya mengalami moral panic
peran gender seorang perempuan dalam masyarakat
ketika berhadapan dengan anak dengan kelakuan
akibat
yang dianggap ada di luar kewajaran. Menghadapi
fenomenologi tentang bentuk tubuh manusia juga
itu nampaknya Pe tidak kemudian berubah menjadi
dikaitkan untuk membedakan berbagai sebab akibat
seperti
harapan
perempuan
variasi fisiologis dan biologis yang menyusun
dengan
gaun.
keluarganya
eksistensi dan makna yang terkandung dalam
seolah-olah
konteks pengalaman hidup. Refleksi Merleau-
membiarkan saja, selama dianggap tetap bisa
Ponty’s dalam “The Phenomenology of Perception”
dengan
menyadari
sangat
ayahnya, Bahkan
kondisinya,
keras,
seorang akhirnya
dan
lalu
20
identitas
sexual
biologisnya.
Teori
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
mengungkapkan bahwa keberadaan sex pada tubuh
Selanjutnya menurut Butler realitas gender adalah
manusia adalah “an historical idea rather than a
sebuah performa atau penampilan yang disengaja
natural species” dan tentang gender, menurutnya
sebagai ekspresi gender atau identitas dan yang
adalah “an historical situation rather than a natural
sekaligus mengkonfirmasi akan identitas gender
fact”. Maka apa yang sebagian besar kita yakini
yang diharapkan seseorang. Gender itu sendiri
sekarang, seperti binari oposisi yang membagi sex
adalah sesuatu yang mendahului berbagai tindakan
dan gender kedalam dua bagian yakni laki-laki dan
terhadap postur tubuh dan gestur tertentu, yang lalu
perempuan, bahwa laki-laki lebih sesuai untuk
dikenali dan dipahami bahwa hal itu berkorelasi
urusan external atau ‘publik’ dan perempuan lebih
dengan sex biologi. (hal 7-8,). Lihat penegasannyan
cocok untuk urusan internal atau ‘domestik’ (rumah
Butler dalam Gender Trouble (1990),
tangga), bahwa perempuan harus bergaun, tidak
performative thesis : Identity ‘is the repeated
boleh yang lain, karena tidak menunjukkan siapa
stylization of the body, a set of repeated acts within a
dirinya (secara sexual biologis), bahwa perempuan
highly rigid regulatory frame that congeal over time to
harus feminin, dan laki-laki harus maskulin. Hal-hal
produce the appearance of substance, of a natural sort
tersebut bisa jadi bukan sebuah kenyataan tetapi
of being’ (..). Gender is ‘always a doing, though not a
adalah sebuah ide yang lebih bersifat sejarah.
doing by a subject who might be said to preexist the
Menurutnya
deed’ (33).
juga
tubuh
adalah
satu
set
kemungkinan penanda (signifies) yang akan terus
Pengulangan tindakan dan perilaku yang
menerus direalisasi. (Maurice Merleau-Ponty, “The
dirasakan nyaman tersebut kemudian mengantar
Body is its Sexual Being,” in The Phenomenology of
kepada keberlanjutan yang melaluinya terpenuhi
Perception , trans. Colin Smith (Boston: Routledge
hasrat dalam dirinya. Pe dan maskulinitasnya dalam
and Kegan Paul, 1962 dalam Judith Butler,
hubungan sosialnya beserta pekerjaan yang ia geluti
“Performative Acts and Gender Constitution: An
selama lebih kurang sepuluh tahun ini ternyata
Essay in Phenomenology and Feminist Theory”
sangat mengokohkan eksistensi identitas gender-
(1988), hal 2-3). Pe menjadi contoh bagaimana
nya, persis seperti apa yang dikemukakan Butler. Pe juga mengistilahkan dirinya sebagai cewek
sexual biologisnya tidak mengendalikan identitas
tomboy. Ia mengaku tidak pernah tertarik kepada
gendernya, bahkan sejak usia dini (kanak-kanak). Sejalan dengan klaim Simone de Beauvoir
perempuan. Juga tidak pernah berpikir untuk
dalam “The Second Sex”, bahwa jenis kelamin dan
menikah. Beberapa waktu lalu ia mengaku punya
gender adalah sebuah situasi yang bersifat sejarah
pasangan, dimana ia bertanggung jawab atas
daripada sebuah fakta alami. Karena itu Butler
beberapa pengeluaran utama pasangannya. Setiap
berusaha menemukan, dengan cara apa gender
tiga hari ia akan pulang ke Tuban mengunjungi
dikonstruksi melalui perilaku fisik, dan mencari
pasangannya
kemungkinan-kemungkinan
mengalami
Sebelumnya ia pernah berpacaran dengan seorang
transformasi gender lewat seperangkat tindakan.
perempuan yang bersuami (bekerja di Jakarta, secara
21
yang
bekerja
sebagai
purel.
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
teratur pulang ke Surabaya). Tinggal di daerah
Seorang perokok berat. Peminum minuman keras
Kebraon.
rumah
dalam suatu kurun waktu. (Sekurangnya selama
pasangannya selama suami pasangannya tersebut
empat tahun, ketika bekerja sebagai waitress).
bekerja di luar kota. Pasangannya ini juga memiliki
Dalam profesinya sebagai tukang parkir, model
penghasilan tetap sebagai pembantu/ penjaga rumah
pakaian sekarang dianggap paling sesuai, praktis,
orang. Kisah terakhirnya ini memperlihatkan
juga dapat melindungi diri dari sengat matahari.
bagaimana
melulu
Beberapa profesi lainnya pernah ia jalani. Sebelum
berhubungan dengan satu sex biologis saja, yang
bekerja sebagai tukang parkir ia pernah menjalani
oleh Julia Suryakusuma disebut kehidupan ganda.
pekerjaan sebagai penjual sayur, pembantu rumah
Secara terang sebagai heterosexual dan secara gelap
tangga dan waitress. Pakaiannya kala itu tetap
sebagai
menggunakan rok dan blus, serta berambut
Setiap
hari
pasangan
homosexual.
ia
pulang
lesbian
ke
tidak
Selanjutnya,
tentang
bagaimana perilaku sexualnya, tidak ia ceritakan
panjang.
Namun
ia
mengakui,
telah
punya
secara terbuka. Dalam salah satu sesi wawancara,
pasangan sesama wanita ketika itu. Dari penuturan
sambil ‘senyum-senyum’ ia mengatakan ‘oh itu
panjangnya tentang latar belakang kehidupannya,
rahasia ...’ Ini menunjukkan baginya, hal tersebut
diketahui bahwa pengalaman menikah dua kali yang
dianggap sebagai wilayah privat, yang mungkin
berakhir perceraian telah meninggalkan rasa sakit
akan mengganggu kenyamanannya bila diketahui
yang dalam. Sehingga kini ia hanya mengubur
orang
ia
mengakui
dalam
angan-angan untuk bersuami kembali dan hidup
selalu
mencapai
tingkat
‘normal’ seperti orang lain. Apa yang ia maksud
kepuasan tertentu. Jawaban inipun ia jelaskan
dengan hidup normal adalah menikah dengan laki-
sambil tersenyum. Sejauh ini bisa saja wawancara ini
laki, dan kemudian memiliki anak. Secara tidak
adalah batas privasinya, yang tidak ingin ia buka
langsung ia menyadari penuh bahwa pilihan
lebih jauh.
hidupnya sekarang ‘tidaklah normal’. Tetapi ia
lain.
berhubungan
Namun sexual
menegaskan bahwa pilihan hidup yang sekarang
Lain halnya dengan responden kedua An. Seorang dengan sexual biologis perempuan. Seperti
dirasa
jauh
halnya responden pertama ia tidak berkeberatan
ketenangan.
lebih
nyaman
dan
membawa
disapa ‘mbak’. Penampilan umunya kelaki-lakian,
Pilihan hidup dengan kondisinya sekarang
maskulin. Cara berjalan lambat dan berhati-hati.
mempunyai konsekuensinya sendiri. Seperti yang
Posisi tubuh tegak, tetapi membusung. Rambut
dikatakan oleh Eve Sedgwick dalam Epistemology of
pendek. Berpakaian t-shirt serta bertopi, dipadu
The Closet (Barry 171-172), keterbukaan mereka
dengan celana jeans ketat model sekarang, ditutup
yang lesbian atau gay hanya kepada kelompok
jaket kulit hitam, dan sepatu kets. Tidak berdandan
tertentu yang dipercaya, tentunya yang dianggap
sama sekali. Dalam menjalankan tugasnya ia tidak
tidak merugikan posisinya. Jelas ini bukan hal yang
banyak berbicara dengan pengunjung. Secara umum
mudah bahkan rumit bagi mereka. Terlebih
tampak pendiam bahkan ‘dingin’ kepada tamu.
sebagaimana dialami An. Perubahan orientasi sexual
22
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
dari heterosexual kepada homosexual dari An lalu
(pacaran ?) dengan An. Selanjutnya, sifat ringan
disertai perubahan peran gender dari peran sebagai
tangan yang selalu ditunjukkan Id terhadap
istri dari suami dalam hubungan heterosexual,
keluarganya
dengan segala atribut dan perilakunya, kepada peran
menyayanginya, dan hubungan ini semakin kuat
suami dari pasangan homosexual, yang tentunya
dan erat, menurutnya, karena ia pun melakukan
juga punya resiko dan konsekuensinya tersendiri.
demikian terhadap keluarga Id. Anpun sangat
Pengalamaan responden kedua yang diterangkan
menghargai Id karena sifat murah hatinya, yang
berikut ini, menunjukkan bagaimana pengalaman
ditunjukkan antara lain dengan menabung sisa
hidup
keputusan
belanjanya untuk membelikan hand phone (salah
perubahan orientasi sexual dan identitas gender
satu dari dua miliknya sekarang) untuknya. Oleh
seseorang, bahkan membuatnya merasa lebih baik
karena itu An merasa ‘eman’ dan sayang karena
dalam kehidupan sekarang.
hubungan tersebut ‘seolah-olah’ telah ‘direstui’ dan
seseorang
berpengaruh
atas
menyebabkan
An
semakin
An mengungkapkan, bahwa usia 17 tahun
rukun. An mengaku tidak pernah marah kepada
telah ia awali dengan memiliki pasangan perempuan
pasangannya, kecuali menegur dengan kata-kata
yang diakuinya sebagai pacar. Hubungan pertama
yang sopan, yang menunjukkan tingkat kedewasaan
tersebut berlangsung selama delapan tahun yang ia
tertentu. Ikatan tertentu yang terjalin di antara
jalani dalam profesi tukang sayur. Akhir hubungan
keduanya
tersebut terjadi karena pacarnya akhirnya menikah
ketergantungan tertentu yang kemudian mengikat
dengan laki-laki. Rasa sakit yang tersisa akibat
mereka.
pengalaman itu nampaknya belum hilang hingga
menikah langsung dijawab oleh An dengan kata-
ketika menuturkan kisahnya ini. An mengatakan ia
kata ‘tidak bisa’, karena pernikahan pasangan lesbi
kerap menolak ajakan bertemu dengan pasangan
hanya bisa terjadi di luar negeri, demikian
lamanya, meskipun ia tetap dihubungi untuk
penjelasannya. Konsep menikah yang ia miliki tentu
sekedar tetap berteman. Ada ikatan ‘rasa sayang’
saja sebagaimana pasangan hetero menikah, lebih
tertentu masih ada diantara mereka, menurutnya.
kurang seperti hal yang pernah ia alami. Terhadap
Hubungan lain yang juga diakui olehnya adalah
pertanyaan menikah dengan pasangan hetero,
hubungan yang masih berlanjut sampai sekarang
inipun ditanggapi dengan ungkapan “... untuk apa
dengan seorang perempuan yang jauh lebih muda,
kalo nanti disakiti lagi “. Jelas, pengalaman yang
yang bernama Id (suku Manado) yang yang bekerja
kurang menguntungkan baginya telah membentuk
sebaga penjual martabak dan kue-kue lain, yang kini
sikap menolak pasangan hetero.
memperlihatkan
Terhadap
adanya
pertanyaan
bentuk
kemungkinan
bertempat tinggal di daerah Perak. Empat tahun
Sebagai pasangan yang lebih dominan, ia
hubungan ini dilakukan dengan sepengetahuan
mengakui secara teratur memberikan sebagian
keluarga masing-masing. Pasangannya ini secara
pendapatannya
terbuka meminta ijin kepada kedua
menunjukkan
keluarga
kepada tanggung
pasangannya, jawabnya.
untuk
Sikap
ini
membuatnya merasa nyaman, ditambah fakta
besarnya untuk menjalin hubungan persahabatan
23
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
bahwa pasangan yang terakhir ini sangat manja dan
dimana mereka berada. Pandangan masyarakat yang
bergantung kepadanya. Dalam mengungkapkan rasa
tidak bisa menerima mereka membuat mereka
sayang, An mengaku ia tidak terlalu memaksa,
tertutup dan membatasi diri dalam bergaul.
karena alasannya takut menyakiti hati pasangannya.
Kesadaran yang ada ini bisa jadi didasarkan pada
Setidaknya
mereka
pengalaman antara sesama mereka, yang mana
lakukan sebelum salah satu dari mereka bepergian.
seringkali dipandang sebelah mata atau ‘aneh’,
Tetapi mereka kerap bermesraan di tempat tertentu
menurut istilah An. Antara lain melalui ungkapan
yang tidak terlihat umum.
pelarangan berteman oleh anggota keluarga terdekat
ciuman
perpisahan
selalu
mereka, dengan mereka yang dianggap tomboy, seperti dirinya. Hal ini dialami sendiri oleh An.
Lesbian Dalam Hubungan Sosial Status kedua hubungan khusus pertemanan
Sejak itu An lebih berhati-hati dalam berhubungan
antara wanita dari kedua responden di atas, kita
dengan orang lain, yang ia anggap normal, dan
kenal sebagai pasangan lesbian. Kedua responden
cenderung menjadi tertutup. Ini sejalan dengan apa
menyebut diri sebagai ‘hunter’, yang berarti
yang diungkapkan Steven Seidman dalam Teori
perempuan yang bergaya dan berpenampilan seperti laki-laki.
Para
hunter
umumnya
feminis (2006, Volume: 7, Edisi: 1, Penerbit: SAGE
menyebut
Publications,
pasangannya sebagai ‘istri’ kepada perempuan pasangannya,
demikian
penuturan
heteroseksualitas
terpisah
dan
Meskipun berbasis pada sex biologis, sex dan gender
demikian. Bergaul dengan wanita, dan tertarik
adalah kontruksi sosial bahkan politik, yang telah
membina hubungan lebih jauh dengan golongan
diorganisasikan ke dalam sistem kekuasaan yang
ini, menjadi salah satu kesamaan keduanya.
mendukung dan menghargai individu dan kegiatan
Homoeroticism yang kini mereka jalani datang dari
tertentu, sambil menghukum dan menekan yang
yang berlainan, yang berkaitan
lain, sebagaimana diungkapkan Foucault. Akibatnya
dengan pengalaman hidup langsung atau tidak,
masyarakat dengan nilai yang dianutnya sekarang,
sebagaimana penuturan keduanya. mendekati
dilembagakan
telah mengakar kuat dalam struktur masyarakat.
mengapa kini mereka memilih hidup dalam kondisi
usia
bahwa
mengatur homoseksualitas. Konstruksi sosial ini
belakang pengalaman hidupnya memberi alasan
Dalam
telah
105-121),
difokuskan secara eksklusif pada perannya dalam
keduanya. Masing-masing mereka dengan latar
dua pengalaman
Hal:
berpandangan sebagai yang paling benar, dan separuh
baya
berhak menilai orang lain yang berbeda sebagai
sekarang, dan berdasarkan pengakuan mereka, telah
suatu hal yang keliru atau salah. Dan bila kita lebih
memiliki setidaknya dua pasangan berbeda bagi An,
jauh
dan tiga pasangan berbeda bagi Pe. Kenyataan yang
melihat
hal
ini
bagaimana
kelompok
masyarakat tertentu bahkan mengambil tindakan
mereka jalani sekarang ini jelas bukan hal yang
fisik mengusir kegiatan organisasi dari kelompok
mudah. Mereka akui menjalani hubungan ini tidak
yang mereka anggap salah tersebut, pada peristiwa
bisa dilakukan secara terbuka kepada lingkungan
24
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Situasi yang berbeda terjadi pada An, tidak
pengusiran anggota konferensi gay di Hotel Oval serta
awal tahun 2011.
merta
mengabaikan
lingkungan
dengan
Responden pertama, Pe punya sifat yang
pendapat dan pandangan mereka. Kehati-hatian
berbeda dengan responden kedua, An. Ia lebih
penting baginya untuk didahulukan mengingat
eksrovert. Secara cepat ia bisa bergaul dengan orang
pilihan hidupnya yang ia anggap ‘berbeda’ dari
baru.
dengan
orang kebanyakan. Identitas gender yang berubah di
pasangannyapun ia terlihat tidak canggung untuk
sepanjang hidup An meneguhkan ucapan Judith
bercerita. Ini nampak antara lain dalam model
Butler bahwa lesbianisme bukanlah identitas yang
pacaran yang dilakukan secara terbuka di tempat
stabil dan hakiki, bahkan bisa diperebutkan dan
umum. Dalam hal ini di area parkir kompleks
direvisi.
pertokoan dan perkantoran. Dalam tiga minggu
penganut heteronormatif kepada homonormatif
pengamatan terhadap responden ini, nampak jelas
menjadikannya sebagai pasangan lesbian yang
lebih
untuk
nyaman dalam dominasinya sekarang ini. Naluri
menunjukkan identitasnya. Pada satu sisi ia berhati-
sebagai ibu dari seorang anak perempuan remaja,
hati terhadap lingkungan baru namun pada sisi lain,
dan dorongan orientasi sexual biologisnya sekarang,
pengalaman
lingkungan
membawanya kepada kondisi yang nampaknya
perparkiran adalah lingkungan paling aman untuk
bertolak belakang dengan kehidupan lamanya. Di
mengekspresikan diri dalam batasan tertentu.
satu pihak, ia tetap bertanggung jawab atas anaknya
Pengalaman keseharian mereka membentuk sebuah
yang sedang ia titipkan pada pesantren, dilain pihak,
pola kebiasaan sebagai bentuk pertahanan diri atas
ia tetap menjalin hubungannya dengan pasangan
represi atau diskriminasi yang mereka terima. Bila
perempuannya sekarang. Tidak secara lugas anaknya
pengalaman berperilaku sebagai laki-laki telah lama
mengetahui hubungan persahabatan ini, namun
dijalani maka ekspresi yang keluar sepertinya telah
menurut pengakuan An sejauh ini anaknya belum
mampu mengatasi problem. Bagi Pe problem
menunjukkan keberatan apapun. Hal ini dibuktikan
terbesarnya adalah pekerjaan. Tanpa itu hidupnya
dengan sekurangnya tiga kali Lebaran bersama
sangat sulit. Kondisi sekarang dengan pekerjaan
dikampung halamannya, dan tidak menimbulkan
yang tetap membuat ia merasa nyaman. Bagi Pe
masalah dalam keluarga tersebut. Dengan keluarga
perempuan tomboy seperti dirinya tidak mudah
besarnyapun selama ini ‘hampir’ tidak ada masalah.
memperoleh pekerjaan, sehingga pilihan saat ini
Yang penting saling menghormati dan tidak saling
sebagai tukang parkir, dirasa paling sesuai untuknya.
ikut campur urusan pribadi, demikian menurutnya.
Lingkungan yang telah lama ia geluti selama ini
Ada saling menyadari dan tumbuh pengertian antar
adalah dunia tukang parkir, dan pengalaman kerja
sesama anggota keluarga besarnya, sehingga ia tidak
lima tahun terakhir di tempat yang sama bisa jadi
merasa terbuang dari lingkungan keluarga besarnya
membuat ia merasa nyaman dalam menyatakan
tersebut. Cerita di atas menunjukkan bahwa masih
identitas atau orientasi sexualnya.
ada
Bagaimana
ada
menjalin
keberanian
hubungan
pada
mengajarkan
diri
bahwa
Pe
25
Latar
semacam
belakang
pantangan
pengalamannya,
atau
tabu
dari
untuk
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
membicarakan perbedaan dirinya dengan anggota
cara pandang kita tentang seksual minoritas (Jurnal
keluarga yang lain. Masalah ini sebenarnya sensitif
Perempuan, 14 April 2008)
bagi mereka. Namun demi ketenangan keluarga
4. Simpulan
mereka memilih untuk tidak membicarakannya secara terbuka lebih jauh lagi. dari
Kecenderungan mengasosiasi sifat feminim pada
lingkungan yang dialami responden dapat dilihat
perempuan dan maskulin pada laki-laki bisa jadi
sebagai cermin masyarakat yang melihat hubungan
membatasi perilaku dan perkembangan individu.
pertemanan di antara perempuan sebagai hal yang
Bahwa
aneh, bahkan kegagalan. Seperti diungkapkan oleh
bertanggung jawab sebagai kepala keluarga, sedikit
Pe bahwa di dalam keluarganya ia menyebut diri
banyak diadopsi oleh kelompok lesbian, dengan
sebagai anggota keluarga yang dianggap ‘tidak jadi
tetap memakai istilah ‘suami’ dan bertanggung
orang’, seperti tujuh saudara kandung lainnya.
jawab membagi penghasilan kepada ‘istri’nya. Baik
Situasi yang lebih menguntungkan dialami An,
Pe maupun An nampaknya mereka terjebak dalam
karena ia tidak pernah terusir dari keluarga
performa maskulinitas laki-laki, dan terperangkap
besarnya.
kecenderungan patriarki dalam gender mereka
Perlakuan
tidak
menyenangkan
laki-laki
yang
disebut
sebagai
suami
sekarang. Mereka berpakaian seperti laki-laki dan
Pe merasa ‘tidak menjadi orang’, sementara An merasa tidak bisa hidup ‘normal’ seperti
berperilaku
layaknya orang kebanyakan. Istilah normal dan
pekerjaan yang banyak digeluti laki-laki, punya
tidak
dari
pasangan yang mereka sebut sebagai istri yang
pendidikan yang mereka terima selama ini. Keluarga
mereka sebut ‘perempuan banget’, menyadari ada
tempat
keluarga
kewajiban untuk membiayai pasangannya, adalah
heterosexual sehingga konsep mereka tentang apa
sepenggal kehidupan yang mereka jalani sekarang.
yang disebut kebenaran mencuat dengan pola
Gambaran pasangan lesbian yang berusaha mandiri
heterosexual. Serta sangat patriarkis.
ditengah banyak penolakan atas identitas mereka.
ini
nampaknya
mereka
merupakan
dibesarkan
adalah
buah
juga
seperti
laki-laki.
Menjalani
Inilah yang mungkin menjadi keterbatasan
Satu hal lain yang menarik adalah para pasangan
yang menyebabkan kelompok orientasi sexual yang
lesbian (yang disebut istri) di atas adalah orang-
berbeda atau minoritas kurang diterima masyarakat.
orang yang juga mandiri, punya penghasilan sendiri,
Sejalan dengan apa yang dikemukakan BJD Gayatri,
dan tidak hidup bergantung sepenuhnya kepada
seorang pendiri LSM Lesbian pertama di Indonesia
pasangan atau yang mereka sebut sebagai suami.
bahwa mainstream masyarakat sudah dibentuk sejak
Perjuangan identitas untuk sekedar hidup di tengah
seseorang kecil. Maka, nilai-nilai yang sudah tidak
perbedaan,
relevan lagi dengan perkembangan zaman akan
masyarakat yang lebih banyak menuntut pengakuan
masih terus-menerus mengakar kuat jika kita tidak
dan pelayanan. Tidak ada keluhan, meskipun
bisa membuka pikiran dan wawasan kita, termasuk
terhegemoni oleh arus besar yang belum menghargai
26
yang
patut
dihargai,
ditengah
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
pluralitas khususnya dalam hal identitas sexual dan
http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/radioshow/s-
gender. Sebagai catatan perjuangan kecil di tengah
wieringa-semua-punya-hak-untuk-hidup- akses
carut marut ide budaya tentang potensi dan
30 Juni 2011).
identitas
http://arsip.jurnalperempuan.com/index.php/j
sexual
serta
gender
yang
mungkin
menguntungkan ‘penguasa’. Kisah
ini
po/comments/lesbian_normal_dan_tidak_berd
mengkonfirmasi
Julia
osa/ akses 30 Juni 2011)
Suryakusuma dalam Prisma (Juli 1999), meskipun
http://www.deepdyve.com/lp/sage/gender-sexuality-
homosexualitas terdapat dalam banyak masyarakat
and-heterosexuality-the-complexity-and-limits-
dunia, tidak merugikan orang lain, mereka masih
of-2yXZK3rEw9 akses 30 Juni 2011)
dianggap aib dan mengancam, sehingga mengalami diskriminasi
dalam
hubungannya
dengan
ide
mayoritas sosial.
Daftar acuan Butler, Judith, 1988, “Performative Acts and Gender Constitution: An Essay in Phenomenology and Feminist Theory”, New York: Routledge. Butler, Judith, 1990, Gender Trouble: Feminism and the Subversion of Identity. London; New York: Routledge, Foucault, ‘Nietzsche, Genealogy, History’, in P. Rabinow (ed.) The Foucault Reader: Penguin Merleau-Ponty, Maurice, 1962, “The Body is its Sexual Being,” in The Phenomenology of Perception ,trans. Colin Smith. Boston: Routledge and Kegan Paul. Prisma, Juli 1999. Jakarta: LP3ES Seidman, Steven, Teori feminis , Volume: 7, Edisi: 1, Penerbit: SAGE Publications, 2006 (http://dx.doi.org/10.1177/146470010606146 2), (http://www.deepdyve.com/lp/sage/gendersexuality-and-heterosexuality-the-complexityand-limits-of-2yXZK3rEw9)
27
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Eksistensi Dukun dalam Era Dokter Spesialis Irfan Ardani Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan, Jl. Indrapura No. 17 Surabaya 60176 Indonesia Email:
[email protected]
Abstrak Metode pengobatan berkembang sesuai dengan perkembangan dunia pemikiran dan kebudayaan manusia. Masa awal metode pengobatan tradisional sangat dipengaruhi oleh kepercayaan terhadap dunia non material. Periode pengobatan modern mengeliminasi kepercayaan itu dan lebih menawarkan pemahaman tentang kesehatan yang bisa diterima logika. Metode pengobatan tradisional tidak sepenuhnya hilang di masa modern ini. Eksistensinya masih bisa ditemukan di tengah-tengah masyarakat kita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan fisik dan keberadaan fungsi dari pengobat tradisional (dukun) di masa modern sekarang. Metode yang digunakan adalah studi pustaka dari hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dan menganalisisnya dengan teori eksistensi. Hasilnya, secara fisik dan fungsi, praktik-praktik pengobatan tradisional masih hidup di tengah-tengah masyarakat dan masih dipercaya oleh sebagian masyarakat penggunanya. Kata kunci: dukun, eksistensi, modern. meliputi manusia sebagai individu, interaksinya
1. Pendahuluan
dengan di luar dirinya, termasuk interaksi dengan Pengertian sehat menurut WHO adalah suatu
orang lain, dengan lingkungan fisik dan lingkungan
keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial
sosialnya. Konsep ini yang mendasari metode
tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan
pengobatan tradisional. Penyakit dianggap sebagai
(WHO,
ketidak-seimbangan antara unsur-unsur makro dan
1947).
Definisi
kesehatan
menurut
Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 adalah
mikro
“keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
lingkungan baik fisik maupun metafisik.
kosmos.
Penyakit
dipengaruhi
oleh
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
Paradigma positivis dalam ilmu pengetahuan
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi”
modern membuat batasan nyata antara dunia fisik
(UU No. 36 tahun 2009). Kesehatan mencakup
dan
sebagian besar aspek kehidupan manusia, mulai dari
dengan bagaimana akal atau rasio bisa menerima
proses terbentuknya seseorang sampai dengan akhir
suatu pernyataan dan bisa dibuktikan secara
kehidupannya. Kesehatan juga mencakup hal makro
empiris. Paradigma positivis dalam dunia modern
kosmos dan mikro kosmos. Makro kosmos meliputi
telah melahirkan ahli-ahli kesehatan spesialistik dan
keberadaan alam semesta, lingkungan sebagai
mereduksi praktik-praktik kesehatan mistis yang
tempat
lebih bersifat holistik. Peran dan fungsi dukun
seseorang
tinggal,
ekosistem
yang
melibatkan manusia di dalamnya. Mikro kosmos 28
metafisika.
Definisi
kebenaran
berkaitan
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
penyembuh pada masa tradisional digantikan oleh
3. Hasil dan Pembahasan
dokter dan lembaga-lembaga kesehatan modern.
3.1. Teori eksistensi Kata eksistensi berasal dari kata eks (keluar) dan
Fenomena menarik adalah di tengah-tengah
sistensi, yang diturunkan dari kata kerja sisto (berdiri,
hegemoni dunia kesehatan modern dengan semakin
menempatkan). Kata eksistensi diartikan bahwa
banyaknya lembaga-lembaga pelayanan kesehatan
manusia berdiri sebagai diri sendiri dengan keluar
dan dokter spesialis, keberadaan praktik-praktik
dari dirinya. Manusia sadar bahwa dirinya ada
tradisional ternyata masih hidup di masyarakat.
(Hadiwijono, 2005: 148). Menurut Loren Bagus
Masyarakat sebagai pasien pun masih sangat mempercayai
metode
pengobatan
(1996: 183), eksistensi berasal dari kata existence
tradisional
yang berasal dari Bahasa Latin existere yang berarti
tersebut.
muncul, ada, timbul, atau memiliki keberadaan aktual. Existere sendiri berasal dari kata ex yang
2. Metode
berarti keluar dan sistere yang berarti tampil atau muncul.
Tulisan ini mengkaji fenomena dukun dalam era
Kamus
pengobatan modern dengan sudut pandang teori
Bahasa
Indonesia
mendefinifikan
eksistensi sama dengan keberadaan (Pusat Bahasa,
eksistensi. Pokok utama eksistensi adalah manusia
2008). Eksistensi terkait dengan keberadaan fisik
dan cara beradanya yang khas di tengah-tengah
dan fungsi yang melekat dalam dirinya.
manusia dan makhluk lainnya (Snijders, 2004). Eksistensi terkait erat dengan kesadaran manusia bahwa dalam hidup di dunia ini manusia terhubung
3.2. Pemaknaan kesehatan dari tradisional ke modern
dengan manusia lain, manusia saling tergantung
Kebudayaan
dengan manusia lain (Salam, 1988).
kebudayaan primitif sampai dengan masa sebelum
Pengumpulan
data
menggunakan
pramodern
yang
dimulai
dari
studi
Renaissance, di sebagian besar peradaban dunia
pustaka. Data yang digunakan merupakan hasil
dalam mengkaji kesehatan selalu melibatkan dunia
penelitian terdahulu terkait tema pengobatan
non material, dunia roh dan dewa-dewa. Selama
tradisional dan pengobatan alterrnatif, ditambah
berabad-abad penyembuhan telah dilakukan oleh
literatur-literatur yang sesuai dengan tema. Yang
penyembuh (dalam peradaban Indonesia dikenal
membedakan dengan penelitian sebelumnya adalah,
istilah dukun) dengan tuntunan kearifan tradisional
tulisan ini lebih menekankan pada tema eksistensi,
yang melihat penyakit sebagai suatu kekacauan
terkait keberadaan fisik dan keberadaan fungsi dari
manusia secara utuh, yang tidak hanya melibatkan
pengobat tradisional (dukun) di dalam peradaban
tubuh pasien melainkan juga pikirannya, gambaran
pengobatan modern sekarang.
dirinya, ketergantungannya pada lingkungan fisik dan sosial, serta hubungan antara manusia dengan kosmos (alam raya) dan dewa-dewa (Capra, 2004). Penyembuhan dilakukan melalui upacara ritual
29
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
untuk mempengaruhi pikiran pasien, membebaskan
modern adalah perbuatan atau cara yang dilakukan
rasa takutnya yang selalu menjadi komponen
manusia dalam upaya penyembuhan, pencegahan
penting penyakit dan membantu pasien merangsang
dan pemulihan penyakit dengan menggunakan
autoimun yang dimiliki dan ada di dalam tubuh
produk, alat dan perlengkapan yang canggih dan
pasien sendiri. Ritual penyembuhan ini melibatkan
modern
suatu hubungan yang kuat antara penyembuh
kemudahan,
dengan pasien, yang sering ditafsirkan sebagai
mempermudah pengobatan (Alia, tanpa tahun).
yang
dipercaya
efisisensi
dan
memberikan
suatu
efektivitas
dalam
Awal abad modern terjadi revolusi mendasar
kekuatan supranatural yang disalurkan ke tubuh
dalam pengertian kesehatan. Paradigma berpikir
pasien. Pergeseran pemahaman dari konsep kesehatan
rasionalisme Descartes yang membedakan dan
yang bersifat supranatural diawali sekitar 400 tahun
memisahkan antara tubuh manusia dengan jiwa
sebelum masehi di Yunani. Seorang dokter pada
manusia berpengaruh pada pemikiran kedokteran.
masanya yang bernama Hippocrates menjelaskan
Tubuh manusia dianggap sebagai sebuah mesin
bahwa penyakit tidak disebabkan oleh iblis atau
yang bisa dianalisis menurut bagian-bagiannya.
kekuatan-kekuatan supranatural, tetapi merupakan
Penyakit
fenomena alami yang dapat dipelajari secara ilmiah
mekanisme biologis, peran dokter adalah campur
dan dipengaruhi oleh prosedur-prosedur terapeutik
tangan
dan juga pengaturan hidup seseorang secara
membetulkan ketidakberfungsian tersebut (Capra,
bijaksana. Ilmu kedokteran dipraktikkan sebagai
2004). Ilmu kedokteran setelah masa Descartes,
sebuah disiplin ilmiah, yang didasarkan atas ilmu-
masih mendasarkan bahwa pengertian tubuh sebagai
ilmu alam yang mencakup pencegahan penyakit,
mesin, penyakit sebagai konsekuensi rusaknya mesin
diagnosis
dan tugas dokter memperbaiki mesin itu.
dan
terapi.
Hippocrates
tetap
dianggap
secara
fisik
sebagai
ketidakberfungsian
maupun
kimia
untuk
mempertahankan faktor pengaruh dari luar seperti
Spesialisasi dalam ilmu kedokteran, yang
lingkungan dan kebiasaan sosial manusia. Pengaruh
semakin memusatkan pada bagian tubuh yang
lingkungan fisik maupun sosial dipandang sebagai
semakin kecil, ilmu kedokteran modern sering
dasar esensial seni seorang dokter (Capra, 2004).
kehilangan pandangan tentang pasien sebagai
Perubahan
mendasar
pada
manusia
pemahaman
dan
mereduksi
kesehatan
menjadi
kesehatan terjadi pada era modern yang diawali oleh
keberfungsian mekanis. Hal ini menjadi kelemahan
masa Renaissance pada abad ke 14 di Italia.
dalam pola penyembuhan kedokteran modern. Tradisi
Penemuan-penemuan mesin industri dan pemikiran
pengobatan
di
Indonesia
secara
rasionalisme dalam dunia filsafat yang dimotori
langsung memang tidak mengalami pergeseran
Descartes telah mengeliminasi pola pikir non
pemikiran seperti di dunia barat. Budaya kesehatan
rasional
di Indonesia berawal dari budaya kesehatan
termasuk
Penyembuhan pengobatan
dalam
tradisional kedokteran
kajian
kesehatan. oleh
tradisional suku-suku yang ada. Sama halnya yang
Pengobatan
terjadi di wilayah lain di dunia, pengobatan oleh
tersisihkan modern.
30
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Penolong persalinan pertama
Penolong persalinan terakhir
Propinsi a
b
c
d
e
f
a
b
c
d
e
f
Nusa Tenggara Timur
4.1
36.5
1.2
46.2
11.5
0.5
3.7
38.2
1.3
43.4
12.4
0.9
Maluku
2.6
39.9
0.7
56.0
0.6
0.2
2.8
40.0
0.9
51.9
3.7
0.6
Maluku Utara
6.7
32.7
1.7
56.7
1.6
0.6
7.4
34.3
1.5
55.1
1.1
0.6
Papua Barat
3.6
47.1
1.6
21.4
22.3
3.9
4.2
50.2
1.4
20.4
19.8
3.9
10.3
35.3
2.0
12.7
35.2
4.5
9.2
36.8
3.8
14.1
31.0
5.1
Perkotaan
14.3
60.3
0.7
19.8
4.3
0.6
13.6
61.7
1.4
18.7
4.0
0.7
Perdesaan
2.7
31.1
1.6
45.9
17.0
1.8
2.6
32.9
1.8
43.7
16.9
2.2
Papua Tipe Daerah
Keterangan: a. b. c.
d. e. f.
Dokter Bidan Tenaga Kesehatan Lain
Dukun bersalin Famili/ Keluarga Lainnya
Tabel 1: Persentase Ibu Mempunyai Bayi menurut Penolong Persalinan dan Provinsi, Riskesdas 2007
suku bangsa di Indonesia juga dipengaruhi dan
seperti dokter, rumah sakit, obat modern dan lain-
melibatkan
non
lain semakin berkembang. Pendidikan modern juga
material, dunia roh dan dewa-dewa. Penyakit sering
mengajarkan bahwa pengobatan modern adalah
kali dianggap sebagai gangguan dari makhluk dunia
pengobatan yang terbaik. Peraturan dan kebijakan
non material, sehingga cara penyembuhannya
negara melegitimasi bahwa metode pengobatan
adalah dengan mengusir makhluk tersebut dari
yang
dalam tubuh pasien. Untuk tugas penyembuhan ini,
Keberadaan
seorang dukun dipercaya mampu berhubungan
tradisional semakin tersisih.
kepercayaan
terhadap
dunia
diakui
adalah
dukun
dan
pengobatan praktik
modern. pengobatan
dengan dunia non material, dunia roh dan dewadewa untuk mengusir gangguan yang menyebabkan
3.3. Eksistensi dukun di Indonesia Keberadaan dukun pengobat dan praktik
sakit dan meminta kesembuhan si pasien.
pengobatan tradisional ternyata masih eksis di
Pengobatan modern masuk ke Indonesia
tengah pengobatan modern. Eksistensi mereka
seiring dengan ekspansi Negara Barat ke negara-
masih diakui oleh masyarakat sebagai penggunanya.
negara Timur. Kedokteran modern yang bersifat
Berbagai jenis dukun diantaranya, 1) dukun pijat
rasional mereduksi keberadaan dukun yang non rasional.
Lembaga-lembaga
kesehatan
yang bekerja untuk menyembuhkan penyakit yang
modern 31
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
disebabkan karena kurang berfungsinya urat-urat
Jombang, tetapi juga dari luar kota. Metode
dan aliran darah, 2) dukun Sangkal Putung yang
pengobatan yang digunakan juga sangat sederhana,
mengobati pasien patah tulang, 3) dukun Petungan
cukup
yang memberi nasihat berupa perhitungan hari baik
Penggunaan untuk obat pun diserahkan kepada
menurut Weton (kitab primbon), 4) dukun yang
masing-masing pasien, diminum maupun diusapkan
pandai mengobati gigitan ular berbisa dan binatang
pada tubuh yang sakit (Kuntari, tanpa tahun).
dengan
merendam
batu
dalam
air.
buas, 5) dukun bayi yaitu dukun yang memberikan
Pengobatan tradisional seperti Ponari dalam
pertolongan pada waktu dan setelah persalinan, dan
pandangan masyarakat awam merupakan metode
6) dukun Perewangan yaitu dukun yang dianggap
pengobatan yang dapat menyembuhkan semua jenis
memiliki
dapat
penyakit. Berbeda dengan pengobatan modern yang
memberikan pengobatan maupun nasihat yang
semakin menuju kearah spesialisasi. Satu penyakit
berhubungan dengan alam gaib (Anggorodi, 2009).
akan ditangani oleh dokter spesialis tertentu.
kemamuan
magis
sehingga
Keunggulan
Sebagai contoh eksistensi dukun dalam era
pengobatan
modern
adalah
sifat
pengobatan modern di Indonesia dapat kita lihat
ilmiahnya yang dapat diterima logika. Sifat ilmiah
dari Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 yang
yang dapat terukur dan dapat diuji akurasinya oleh
menunjukkan
dalam
ilmuan atau praktisi kesehatan lain. Dengan
pemanfaatan dukun untuk menolong persalinan.
demikian, seorang dokter dapat saja dituduh
Tabel di bawah ini menunjukkan lima provinsi
melakukan
dengan
pengobatan di luar bidang spesialisasinya.
persentase
tingkat
yang
pemanfaatan
tinggi
tenaga
dukun
malpraktik
apabila
ia
melakukan
persalinan tertinggi di Indonesia. Maluku Utara
Pengobatan tradisional oleh dukun merupakan
yang menduduki posisi pertama menunjukkan
tahapan-tahapan subjektif yang tidak dapat diukur.
sebanyak 56,7 % persalinan anak pertama dan 55,1
Ia tidak memiliki variabel yang jelas, dengan
% persalinan anak terakhirnya ditolong oleh dukun.
demikian ahli kesehatan lain tidak dapat mengukur kebenaran
Dari tabel di atas terlihat bahwa tingkat
maupun
kesalahan
metode
yang
kepercayaan masyarakat terhadap dukun dalam
digunakan (Kuntari, tanpa tahun). Dukun pengobat
menolong persalinan masih tinggi terutama di
memiliki wewenang kharismatis, yaitu kemampuan
daerah pedesaan. Hal ini juga menunjukkan bahwa
atau wibawa yang khusus terdapat di dalam dirinya.
keberadaan dukun dan fungsinya sebagai pengobat
Wibawa ini dimiliki tanpa dipelajari, tetapi ada
masih
dengan sendirinya (Anggorodi, 2009). Sifat khas
melekat
dalam
keseharian
masyarakat
inilah yang menjadi modal sosial yang menarik
Indonesia.
keercayaan masyarakat untuk menggunakannya.
Fenomena lain yang cukup mengejutkan adalah
Eksistensi
munculnya Ponari tahun 2009, dukun cilik
terkait
erat
dengan
kesadaran
dadakan asal Jombang Jawa Timur. Setiap hari ada
manusia bahwa dalam hidup di dunia ini manusia
sekitar lima puluh ribu kupon antrian berobat
terhubung dengan manusia lain, manusia saling
terjual.
tergantung dengan manusia lain (Salam, 1988).
Pasiennya
bukan
hanya
berasal
dari
32
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Eksistensi metode pengobatan tradisional dan
Dasar (RISKESDAS) 2007. Laporan
eksistensi dukun sangat ditentukan oleh masyarakat
penelitian, Badan Litbangkes Kementerian
sebagai penggunanya. Ia ada ketika masyarakat
Kesehatan Bagus, Lorens. 1996. Kamus Filsafat. Jakarta:
masih mempercayai dan menggunakannya. Dukun
Gramedia
yang dominan bersifat irasional masih eksis di
Capra, Fritjof. 2004. Titik Balik Peradaban.
tengah masyarakat modern dengan pola pikir
Yogyakarta: Penerbit Bentang
rasional.
Hadiwijono, Harun. 2005. Sari Sejarah Filsafat
4. Simpulan
Barat 2. Yogyakarta: Kanisius
Eksistensi dukun dan metode pengobatannya
Kuntari, Titik. Fenomena Pengobatan Alternatif di
yang tradisional masih hidup di tengah era
Tengah Mahalnya Pelayanan Jasa Kesehatan.
pengobatan modern sekarang ini. Ia ada karena
Elearning Pendidikan Klinik State Ilmu
masyarakat
Kesehatan Masyarakat IKM, Fakultas
sebagai
pengguna
masih
mempercayainya. Contoh nyata adalah fenomena
Kedokteran Universitas Islam Indonesia,
dukun cilik Ponari yang mampu menarik kurang
http://medicine.uii.ac.id/upload/klinik/elearn
lebih 50.000 antrian pasien setiap hari.
ing/ikm/fenomena-pengobatan-alternatif-
Keunggulan pengobatan oleh dukun adalah
fkuii-tk.pdf, diakses pada 27 Desember 2012
sifat universalnya. Pengobatan tradisional dalam
Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia,
pandangan masyarakat awam merupakan metode
Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
pengobatan yang dapat menyembuhkan semua
Pendidikan Nasional
jenis
penyakit.
Berbeda
dengan
pengobatan
Salam, Burhanuddin. 1988. Filsafat Manusia
modern yang semakin menuju kearah spesialisasi.
(Antropologi Metafisika. Jakarta: Bina Aksara
Satu penyakit hanya akan ditangani oleh dokter
Snijders, Adelbert. 2004. Antropologi Filsafat:
spesialis tertentu.
Manusia, Paradoks dan Seruan. Yogyakarta: Kanisius
Daftar acuan
World Health Organization, WHO Definition of
Alia, Mirna Nur. Belian Sasak di Tengah Pengobatan
Health,
Modern,
http://www.who.int/about/definition/en/prin
http://sosiologi.upi.edu/artikelpdf/beliansasak
t.html, diakses pada 28 Desember 2012
.pdf, diakses pada 27 Desember 2012 Anggorodi, Rina. 2009, “Dukun Bayi Dalam Persalinan Oleh Masyarakat Indonesia”, Makara Kesehatan, vol 13, no. 1, Juni, pp.914 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2008. Laporan Nasional Riset Kesehatan 33
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Udan Potir: Simbolik Ekologis Gordang Sambilan dan Lingkungan Alam Ibnu Avena Matondang Micro Ethnography Research Karya Jaya #Eka Jadi No. 9 Medan – 20144, Sumatera Utara E-mail:
[email protected]
Abstrak Discourse correlation of human life with nature (ecological) became the focus of attention at the present time, the phenomenon of reduced energy and role imbalance between the supply and use of natural production to accompany the growing issue of human relationships with nature. Culturally, people have been living with the results provided by nature, human knowledge of nature has been summarized in the cultural record with human life from simple forms to the complexity of life today, the use of natural products in the form of the material to the term that refers to the relationship between humans and nature recorded in the cognitive culture. This study discusses about the ecological space of symbolic images that depict human relationships in a Batak-Mandailing culture with nature, the natural role that determines the attitude and behavior of people in the running life. Forms of ecological relationship between humans and nature are represented in the form of Gordang Sambilan musical repertoire. Keywords : Gordang Sambilan, Symbolic, Ecology, Social Change, Nature, Culture, Batak-Mandailing
Nas (1998) memberi gambaran jelas mengenai
1. Pendahuluan Ruang simbolik ekologis secara sederhana
simbolik ekologis sebagai proses elaborasi antara
adalah ruang penggunaan kearifan budaya dalam
kemampuan kultural dengan ekologi sosial, dimana
bentuk material dasar Gordang Sambilan dan
situasi ekologi bergantung dengan kemampuan dan
perubahan yang terjadi pada saat sekarang ini.
ketersediaan
Simbolik ekologis mencakup produksi simbol sosial
masyarakat. Keadaan ini menyebabkan manusia
dalam ruang urban (kota), ini memberi gambaran
memiliki kemampuan adaptasi yang dipraktekkan
bahwa simbolik ekologis timbul karena adanya
dalam usaha menyesuaikan kehidupan dengan
permintaan ekologis yang disesuaikan dengan ruang
ketersediaan alam.
pada
konteks
kehidupan
sosial
dan konteksnya, gambaran ini akan mengantarkan
Untuk menemukan pola interaksi antara sosial
pada pemahaman mengenai imaji ruang simbolik
masyarakat dan ekologis maka penting untuk
ekologis yang terjadi pada Gordang Sambilan di
mendudukan
Kota Medan.
masyarakat (etnis) dan ekologis yang terbentuk dari
pemahaman
mengenai
wilayah kekuasaan sosial masyarakat tersebut. 34
sosial
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Beberapa hal pendukung dalam pemilihan lokasi penelitian, yaitu : sejarah lokasi, letak strategis
2. Metode Penelitian
lokasi. Adapun pemilihan lokasi penelitian ini juga memperhatikan
Penelitian yang dilaksanakan di Kota Medan, pemilihan
lokasi
didasarkan
pada
masyarakat
Batak-
Mandailing di Kota Medan, adapun karakteristik
keberadaan
dalam hal ini dimaksudkan sebagai suatu penjelasan
kesenian Gordang Sambilan dengan lokasi yang
mengenai
dianggap merepresentasikan etnis Batak-Mandailing
seberapa
jauh
masyarakat
Batak-
Mandailing di Kota Medan dalam memandang dan
di Kota Medan, adapun lokasi tersebut meliputi : 1.
melakukan adat budaya mereka dalam kehidupan
Kawasan Sei Mati, 2. Kawasan Simpang Limun, 3.
sehari-hari.
Kawasan Sei Agul serta 4. Kawasan Medan
Karakteristik
masyarakat
Batak-
Mandailing dalam penelitian terbagi atas beberapa
Tembung, pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan
bagian, yaitu :
dengan didasarkan atas :
1. Karakteristik masyarakat Batak-Mandailing
1. Kota Medan merupakan pusat pemerintahan
yang
Provinsi Sumatera Utara, sehingga Kota Medan
masih
memegang
adat
budaya
Batak-
Mandailing dalam kehidupan mereka tanpa berusaha
adalah bentuk kota berklasifikasi modern yang
menggabungkannya dengan adat budaya lainnya
dihuni oleh berbagai masyarakat dalam hal ini yang
yang terdapat di sekitar lingkungan,
menjadi fokus adalah masyarakat Batak-Mandailing.
2. Karakteristik masyarakat Batak-Mandailing
2. Adanya komunitas Batak-Mandailing dengan
yang memegang adat budaya Batak-Mandailing dan
kelengkapan adat istiadat di Kota Medan.
berproses
3. Kawasan Medan Tembung dan Simpang
menggabungkannya
dengan
budaya
lainnya yang ada di sekitar tempat tinggal mereka,
Limun, merupakan daerah pusat transportasi antar
3. Karakteristik masyarakat Batak-Mandailing
daerah di Kota Medan yang didiami oleh masyarakat
yang tidak mengenal adat budaya Batak-Mandailing
Batak-Mandailing.
dan memegang budaya lain yang terdapat dalam
4. Kawasan Sei Mati, secara historis kawasan ini
lingkungan kehidupannya.
merupakan kawasan yang didiami oleh masyarakat Batak-Mandailing
karakteristik
pada
saat
Kesultanan
Adapun
Deli
indikator
yang
dapat
menuntun
penelitian ini untuk mendapatkan gambaran umum
berkuasa di Medan.
mengenai karakteristik masyarakat Batak-Mandailing
5. Kawasan Sei Agul, merupakan kawasan
di Kota Medan, sebagai berikut : Linguistik, Sosial
alternatif yang didiami oleh masyarakat Batak-
dan Budaya.
Mandailing di Kota Medan.
Indikator penggunaan 35
linguistik bahasa
daerah
berkaitan (bahasa
dengan Batak-
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Mandailing) dalam bentuk kehidupan sehari-hari,
juga tinggi serta faktor heterogenitas penduduk di
setidaknya
penggunaan
lokasi tersebut.
kehidupan
dapat
bahasa
daerah
dalam
gambaran
2. Pada daerah Medan Barat, karakteristik
mengenai kehidupan masyarakat Batak-Mandailing
masyarakat Batak-Mandailing pada daerah ini adalah
pada daerah penelitian ini, sedangkan indikator sosial
karakteristik masyarakat yang masih memegang adat
adalah indikator yang berusaha untuk menangkap
budaya
perilaku, cara pandang masyarakat Batak-Mandailing
kemungkinan untuk menerima budaya dari luar
di Kota Medan seperti apakah mereka masih
budaya Batak-Mandailing, hal ini dilakukan sebagai
menggunakan dan melakukan adat budaya Batak-
salah satu upaya dalam strategi sosialisasi dengan
Mandailing di Kota Medan. Indikator ketiga adalah
masyarakat dengan budaya yang berbeda.
memberi
sedikit
Batak-Mandailing
dan
tidak
tertutup
3. Pada daerah Medan Amplas, karakteristik
budaya, indikator ini berhubungan dengan indikator
masyarakat Batak-Mandailing yang menjadi bagian
sebelumnya, yaitu linguistik dan sosial. ditetapkan
masyarakat daerah tersebut adalah karakteristik
sebelumnya dan digunakan untuk memberikan
masyarakat yang memegang adat budaya Batak-
gambaran mengenai karakteristik masyarakat Batak-
Mandailing dan berusaha untuk mempertahankan
Mandailing di beberapa lokasi penelitian di Kota
adat
Medan, adapun hasil dari penggunaan indikator ini
kehidupannya, salah satunya terlihat pada tindakan
adalah :
mereka yang selalu didasarkan pada aturan adat
Melalui
indikator
yang
telah
budaya
mereka
dalam
lingkungan
maupun kebiasaan yang mereka ketahui dari daerah
1. Pada daerah Medan Maimun dari hasil informan
asal mereka (Tapanuli Selatan), hal ini disebabkan
didapatkan hasil bahwa kehidupan masyarakat
karena pada daerah ini masyarakat Mandailing
Batak-Mandailing di lokasi ini memiliki karakteristik
mendominasi kehidupan pada daerah tersebut1.
observasi
dan
wawancara
kepada
masyarakat Batak-Mandailing yang berpikiran dan
4. Daerah Medan Tembung, pada tulisan ini
bertindak sesuai dengan lingkungan sekitarnya dalam
lokasi penelitian pada daerah ini terbagi atas dua
hal ini dijelaskan bahwa kehidupan masyarakat
lokasi, yaitu : a. Pancing, dan b. Bandar Selamat,
tersebut masih memegang adat budaya Batak-
berdasarkan observasi dan wawancara didapatkan
Mandailing dan berusaha untuk menerima budaya
data
lain yang terdapat di sekitar lingkungan tempat
Mandailing
tinggal mereka, hal ini disebabkan kehidupan pada
karakteristik masyarakat yang masih memegang adat
daerah
tersebut
memiliki
tingkat
kepadatan
bahwa
karakteristik pada
daerah
masyarakat ini
termasuk
Batakpada
1 Berdasarkan tulisan Matondang (2008) bahwa komposisi masyarakat Mandailing daerah Medan Amplas memiliki tingkat persentase 80 persen dari komposisi masyarakat Medan Amplas secara keseluruhan, data Kecamatan ini merujuk pada data penduduk Medan Amplas pada tahun 2007.
penduduk yang tinggi dan intensitas pergaulan yang
36
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Kutipan dari Goodenough tersebut memberi
budaya mereka, hal ini terlihat dari kehidupan yang
suatu penekanan terhadap proses menggambarkan
menyebabkan hal ini adalah tingkat kepadatan
suatu kebudayaan sebagai suatu hal yang memiliki
penduduk yang rendah sehingga dapat dikatakan
keterkaitan dengan hal-hal lain dan menjadi suatu
masyarakat Batak-Mandailing didaerah ini masih
konsekwensi dari proses menggambarkan suatu
dapat melakukan dan mempergunakan adat budaya
budaya, sehingga berbicara mengenai Gordang
Batak-Mandailing seperti di daerah asal.
Sambilan turut juga berbicara mengenai identitas
mereka
sehari-hari,
adapun
faktor
etnik, simbolik ekologis, religi dan politik sebagai
Masih terbuka kemungkinan munculnya lokasi lain
dalam
penelitian
ini
nantinya,
hal
suatu bentuk penggambaran budaya.
ini
dikarenakan adanya lokasi-lokasi lain yang dapat
Pendekatan penelitian yang digunakan peneliti
dianggap sebagai suatu lokasi yang mewakili
adalah orientasi teoritik dalam bentuk kualitatif.
keberadaan etnis Batak-Mandailing yang bertempat
Dalam pendekatan kualitatif, cara-cara memainkan,
tinggal di Kota Medan.
cara-cara pandang, ataupun ungkapan-ungkapan emosi dari masyarakat yang diteliti mengenai makna yang ada dalam ritual adat melalui media Gordang
Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan
Sambilan, itu justru digunakan sebagai data dalam
bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan
penelitian ini.
kualitatif, yang bermaksud menggambarkan secara terperinci Gordang Sambilan pada masyarakat
Teknik Pengumpulan Data
Batak-Mandailing Kota Medan, selain melihat
Dalam hal mendeskripsikan tentang makna
Gordang Sambilan sebagai suatu jenis alat musik
Gordang
tradisional Batak-Mandailing, juga akan melihat
Mandailing, maka dilakukan penelitian lapangan
Gordang Sambilan sebagai suatu keseluruhan yang
sebagai suatu upaya untuk memperoleh data primer.
mencakup sistem sosial, budaya dan politik, hal ini
Selain itu diperlukan juga penelitian dari berbagai
sejalan dengan apa yang dikatakan Goodenough
sumber
(1970:101) :
memperoleh
Sambilan
pada
kepustakaan data
masyarakat
sebagai
sekunder.
upaya Dalam
Batak-
untuk
penelitian
kualitatif, untuk memperoleh data primer tersebut, When I speak of describing a culture, then formulating a set of standards that will meet this critical test is what I have in mind. There are many other things, too, that we anthropologists wish to know and try to describe. We have often reffered to these other things as culture, also consequently.
metode yang digunakan adalah metode etnografi. Metode etnografi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah bentuk kerja lapangan dengan pendekatan observasi partisipasi sebagai jalan untuk mendapatkan data lapangan yang valid, hal ini
37
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
means
you're
somehow
diungkapkan oleh Van Maanen (1996:263-265)
“participant-observation
sebagai berikut :
involved in the events going on, you're inside them.” Bentuk pengamatan langsung memberikan
When used as a method, ethnography typically refers to fieldwork (alternatively, participantobservation) conducted by a single investigator who 'lives with and lives like those who are studied, usually for a year or more.
akses
terhadap
informasi
penelitian
melalui
keterlibatan penulis dalam suatu kegiatan yang berlangsung
dan
hal
ini
menjadikan
peneliti
memiliki keterikatan terhadap subjek penelitian. Observasi
Data Primer Untuk mendapatkan data primer dalam
secara
non-partisipasi
dan
partisipasi merupakan bentuk dari kerja lapangan
penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian
untuk mendapatkan informasi yang mendukung
lapangan, yaitu : observasi dan wawancara. Observasi
jalannya suatu penelitian. Kutipan dari Emerson
dilakukan guna mengetahui situasi dalam konteks
(1995:1-2) memberi penekanan terhadap kerja
ruang dan waktu pada daerah penelitian.
lapangan seorang etnografer sebagai :
Menurut penulis, data yang diperoleh dari hasil
wawancara
saja
tidaklah
cukup
Ethnographers are committed to going out and getting close to the activities and everyday experiences of other people. "Getting close" minimally requires physical and social proximity to the daily rounds of people's lives and activities; the field researcher must be able to take up positions in the midst of the key sites and scenes of other's lives in order to observe and understand them.
untuk
menjelaskan fenomena yang terjadi, oleh karena itu diperlukan
suatu
aktivitas
dengan
langsung
mendatangi tempat penelitian dan melakukan pengamatan. Pengamatan akan dilakukan pada setiap kegiatan atau peristiwa yang dianggap perlu atau
Observasi
berhubungan dengan tujuan penelitian.
dalam
penelitian
ini
adalah
observasi dalam bentuk partisipasi maupun non-
Jackson (1987:63) mendefinisikan observasi
partisipasi. Observasi partisipasi membantu untuk
atau pengamatan sebagai :
memahami lingkungan dan menilai keadaan yang terlihat ataupun keadaan yang tersirat (tidak terlihat,
Observation is when you're outside what's going on and watching other people do it, or you're watching what other people have done.
hanya dapat dirasakan) dengan memperhatikan kenyataan atau realitas lapangan, yang mana dalam
Pendapat Jackson memberikan batas dalam
observasi jenis ini peneliti tidak hanya sebatas
kegiatan observasi sebagai suatu bentuk pengamatan
melakukan pengamatan, tetapi juga ikut serta dalam
dari luar terhadap yang diamati, sedangkan dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat dimana penelitian
bentuk pengamatan partisipasi, Jackson (1987:63)
ini akan dilakukan untuk mendapatkan bentuk
memberikan definisi mengenai partisipasi sebagai
kedekatan secara fisik dan sosial antara peneliti dan masyarakat/informan. 38
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
informan
Observasi diharapkan dapat berjalan dengan
untuk
memperoleh
pengetahuan
baik oleh karena sebelumnya telah dilakukan pra-
masyarakat luas tentang makna Gordang Sambilan.
penelitian dan peneliti telah membangun rapport
Besar kecilnya jumlah informan tergantung pada
yang baik. Walaupun demikian peneliti akan
data yang diperoleh di lapangan.
berusaha berfikir secara kritis sehingga data yang
Wawancara mendalam dilakukan dengan
diperoleh di lapangan adalah benar dan sesuai
mendatangi para pemain Gordang Sambilan yang
dengan kenyataan yang ada di lapangan.
dianggap mempunyai dan memiliki pengetahuan
Observasi non-partisipasi merupakan cara
yang luas dan lengkap tentang sejarah, asal-usul
yang dipilih ketika penulis tidak dapat terlibat
Gordang Sambilan. Hal ini perlu dilakukan karena
langsung dalam suatu peristiwa tertentu yang
pengetahuan
berkaitan dengan Gordang Sambilan, sehingga
Sambilan tersebut memberikan sumbangan yang
penulis memiliki posisi diluar dari masyarakat.
berarti dalam memahami makna dan merupakan
akan
sejarah,
asal-usul
Gordang
tema pokok penelitian yang akan dilakukan.
Dalam hal perlengkapan pada saat melakukan kegiatan penelitian yang bersifat observasi non-
Teknik wawancara juga dilakukan dengan cara
partisipasi, digunakan kamera dan video kamera
komunikasi verbal atau langsung dengan informan
untuk
yang
utama maupun informan biasa dengan berpedoman
dianggap mendukung penelitian. Dengan adanya
pada interview guide yang telah dipersiapkan
kamera dan video kamera dapat memudahkan
sebelumnya untuk mendapatkan data konkrit yang
peneliti
lebih rinci dan mendalam. Perlengkapan yang
mempublikasikan
untuk
hal-hal
menggambarkan
penting
keadaan
dari
digunakan pada saat wawancara adalah catatan
masyarakat tempat penelitian berlangsung. Metode wawancara yang digunakan adalah
tertulis untuk mencatat bagian-bagian yang penting
wawancara mendalam (depth interview) kepada
dari hasil wawancara dan tape recoder serta video
beberapa informan yang sesuai dengan tujuan
kamera yang digunakan untuk merekam proses
penelitian. Informan disini adalah para pemain-
wawancara
pemain Gordang sebagai informan utama, para
keabsahan data yang diperoleh ketika melakukan
tokoh-tokoh
pengamatan dan wawancara.
adat
dan
masyarakat
Mandailing
dalam
rangka
antisipasi
terhadap
lainnya sebagai informan biasa. Para pemain Gordang Sambilan adalah mereka yang secara luas
Data Sekunder Data sekunder adalah data yang bersifat tidak
mengetahui seluk beluk tentang Gordang Sambilan
langsung, akan tetapi memiliki keterkaitan fungsi
tersebut secara menyeluruh, selain para pemain
dengan salah satu aspek pendukung bagi keabsahan
Gordang Sambilan tersebut tokoh-tokoh adat dan masyarakat
Mandailing
dikategorikan
suatu penelitian. Data sekunder berupa sumber-
sebagai 39
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
sumber atau referensi tertulis yang berhubungan
memeriksa kembali kelengkapan data lapangan dan
dengan permasalahan penelitian, data sekunder
hasil wawancara. Analisis data merupakan proses lanjutan dari
dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan.
bentuk catatan lapangan sebagaimana ditulis oleh
Studi kepustakaan sebagai teknik pengumpul
Emerson (1995:4-5) sebagai :
data selanjutnya, dimaksudkan peneliti sebagai suatu sarana
pendukung
untuk
mencari
dan Fieldnotes are accounts describing experiences and observations the researcher has made while participating in an intense and involved manner.
mengumpulkan data dari beberapa buku dan hasil penelitian para ahli lain yang berhubungan dengan masalah penelitian guna lebih menambah pengertian
Kerja lapangan yang menjadi bahan dasar
dan wawasan peneliti demi kesempurnaan akhir
penulisan ini dilakukan pada
penelitian ini.
berbeda dan tersebar di wilayah Kota Medan, yaitu :
Adapun studi kepustakaan yang dipergunakan
daerah Mariendal, Sei Mati, Sei Agul, Bandar
dalam penulisan ini, adalah : Rithaony Hutajulu dan Irwansyah
Harahap
(2004)
yang
lima lokasi yang
Selamat dan Pancing.
memberikan
Pemilihan
pandangan mengenai kesenian Batak-Mandailing
lokasi
tersebut
dibangun
atas
konstruksi pemahaman dan pengamatan yang
secara umum, Ernie Zulfan (1994) mengenai
didasarkan atas komposisi masyarakat, interaksi antar
penggunaan Gondang Dua dalam ekspresi seni
masyarakat,
Batak-Mandailing, Ibnu Avena Matondang (2008)
intensitas
penggunaan
Gordang
Sambilan serta keterbukaan wilayah dalam struktur
yang memberikan deskripsi visual atas Gordang
kota.
Sambilan di Kota Medan dan Kartomi Margaret (1981) dengan tulisan mengenai Gordang Sambilan
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian (Sumber : Google Maps, diakses pada 24 Januari 2012, data diolah penulis)
dari segi penggunaan musik dan sosial masyarakat setempat.
3. Hasil dan Pembahasan Analisis data dalam penelitian merupakan suatu pandangan mengenai penulis untuk bersikap objektif terhadap
data
yang
diperoleh
dilapangan.
Keseluruhan data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan tersebut akan diteliti kembali atau diedit ulang, pada akhirnya kegiatan ini bertujuan untuk
40
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Angkola, keenam sub-group tersebut terdistribusi di sekeliling Danau Toba kecuali Mandailing dan Angkola yang hidup relatif jauh dari daerah Danau
Pengumpulan data di beberapa wilayah wawancara,
Toba, dekat ke perbatasan Sumatera Barat, di dalam
pengamatan secara aktif dan pasif, dimana aktif
kehidupan sehari-hari banyak orang mengasosiasikan
diartikan
berperan
kata “Batak” dengan “orang Batak Toba”. Sebaliknya
langsung dalam kegiatan yang dilakukan oleh
grup yang lain lebih memilih menggunakan nama
masyarakat sedangkan pasif diartikan sebagai ikut
sub-grupnya seperti Karo, Pakpak, Simalungun,
serta tanpa terlibat langsung.
Mandailing dan Angkola.
tersebut
dilakukan
sebagai
dengan
cara
keikutsertaan
dan
Keberadaan Batak sebagai bentuk masyarakat
Proses wawancara yang dilakukan adalah bentuk wawancara bebas, dimana proses wawancara
dengan
karakteristik
dinamis
dan
memiliki
berlangsung seperti layaknya percakapan biasa
kepercayaan diri yang tinggi serta faktor perubahan
sehingga dapat memberikan hasil yang baik terhadap
yang menyebabkannya diungkapkan oleh Sibeth
data yang diungkapkan oleh informan. Rapport yang
(1991:7) sebagai :
terjalin antara penulis dan informan memberikan The Batak are very dynamic and self confidence people. Over the centuries they have able to guard their homeland against intrusion by foreigners, and it is only in the last 100 years that their way of life and culture has undergone a great change under the impact Christianity, Islam and colonialism.
dampak pada proses wawancara penelitian. Pendokumentasian
dilakukan
dengan
menggunakan media visual (foto,video dan audio) yang menjadi sumber nyata keberadaan peneliti dilapangan dan menjaga keabsahan data dari kerja
Mengutip
lapangan.
tulisan
Kozok
(2009:11)
yang
menjelaskan mengenai penggunaan istilah “Batak” yang pada saat ini sudah jarang dipergunakan sebagai
Batak-Mandailing
istilah yang merujuk pada kelompok etnis, walaupun
Suku dapat dilihat sebagai suatu kesatuan
pada awalnya istilah “Batak” lazim dipergunakan
komunal yang menetap pada suatu wilayah serta
pada masa prakolonial hingga awal penjajahan untuk
dibatasi oleh batas-batas geografis, pendapat ini
merujuk pada kelompok etnis Batak itu sendiri.
mungkin memiliki kebenaran pada satu sisi namun
Hodges (2009:75) turut memberikan definisi
pada sisi lainnya pendapat ini memiliki kekurangan
mengenai Batak sebagai bentuk suku (etnis) yang
dalam mendeskripsikan apa sesungguhnya suku.
mendiami wilayah Sumatera Utara dan terbagi atas
Definisi tentang suku Batak (Purba, 2004:50-
enam sub-grup Batak 2 (Toba, Simalungun, Karo,
51) adalah terdiri dari enam sub-grup, yaitu Toba, Simalungun,
Karo,
Pakpak,
Mandailing
dan
2 Hodges (2009:77) juga memberikan pandangan mengenai perubahan yang terjadi pada proses interaksi sosial,
41
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Pakpak,
Mandailing,
Angkola)
yang
berbagi
Gordang Sambilan memiliki karakteristik sebagai
persamaan dalam aspek struktur sosial, adat dan
alat musik pukul yang berasal dari Sumatera Utara
sejarah. Secara linguistik, Batak terbagi atas tiga
Gordang Sambilan secara harfiah berarti sembilan
wilayah, yaitu : a. Mandailing, Angkola dan Toba di
buah gendang, Sembilan buah gendang yang terkait
wilayah selatan, b. Pakpak dan Karo di utara, c.
dengan
Simalungun di wilayah timur laut.
Gordang Sambilan merupakan penjelasan yang
instrumen
musik
lainnya,
pengertian
dapat
mencakup keseluruhan ensambel Gordang Sambilan
diterjemahkan sebagai suku yang mendiami wilayah
termasuk gong, simbal, dan alat musik tiup
geografis Sumatera Utara, namun pendapat lainnya
masyarakat Mandailing. Pengertian secara harfiah
mengatakan bahwa Batak tidak terbatas pada wilayah
gondang mengandung beberapa arti: (1) alat musik;
geografis Sumatera Utara saja melainkan diluar
(2) nama lagu atau repertoar; (3) komposisi musik;
cakupan tersebut juga termasuk sebagai bagian Batak
(4) jenis musik tertentu; dan (5) sebagai musik itu
dengan syarat mutlak memiliki garis keturunan
sendiri.
Batak
dalam
persepsi
kebudayaan
Istilah Gordang, ada kaitanya dengan sistem
Batak (patrilineal). Batak-Mandailing
bercocok tanam orang Mandailing di hauma
mencakup wilayah Tapanuli Selatan secara umum,
(berladang di bukit-bukit, baik tanaman palawija
wilayah Tapanuli Selatan terdiri beberapa bagian,
maupun padi). Dalam bercocok tanam di hauma ini,
yaitu : Kota Padang Sidempuan, Padang Lawas
ada satu alat semacam "tugal" yang disebut ordang
Utara, Padang Lawas Selatan, dan Mandailing Natal.
yang digunakan untuk melubangi tanah, setelah
Berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 1998 dibentuk
tanah
Kabupaten Mandailing Natal yang terpisah dari
dimasukkan ke dalam tanah dan kemudian ditutup
Kabupaten Tapanuli Selatan.
seperlunya dengan tanah. Proses kegiatan bercocok
Secara
geografis
suku
berlubang
barulah
biji-biji
tanaman
Deskripsi mengenai suku Batak-Mandailing
tanam ini disebut mangordang, sedangkan Siregar
penting untuk menegaskan masyarakat yang menjadi
(1977:87) mendefinisikan Gondang merupakan
pengguna hasil ekologis.
gendang, dalam arti gondang tunggu-tunggu dua, Gordang adalah gendang, dalam artian sebagai gendang besar (dalam hal ini Gordang Sambilan).
Gordang Sambilan Gordang Sambilan sebagai bentuk alat musik pukul (membranophone) merupakan identitas musik
Simbolik Ekologis
yang dimiliki oleh masyarakat Batak-Mandailing,
Kaitan antara materi pembentuk (ekologis) dan ritual (simbol) menciptakan suatu kondisi sosial
kepercayaan religi dan adat akibat kedatangan kolonial Belanda (VOC) yang merubah kondisi sosial budaya, religi dan ekonomi masyarakat Batak secara umum.
yang terlegitimasi kepada penggunaan Gordang
42
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Sambilan yang sarat nilai-nilai ritual-magis. Gordang
pemberian guna kembali kepada roh leluhur atas
Sambilan memiliki hubungan ritual, dimana ideologi
limpahan kekayaan alam. Dahulunya
Gordang Sambilan didasarkan pada interaksi antara
materi
pembentuk
Gordang
masyarakat (manusia) dengan Tuhan (Dewata
Sambilan dipilih dari beberapa kayu yang ditebang
ataupun penguasa alam) yang diaplikasikan pada
dan diambil dari beberapa hutan serta gunung,
bentuk Gordang Sambilan yang besar dari segi
kearifan
ukuran dan suara yang menggemuruh, kesemua hal
penggunaan hutan secara berlebih sehingga dalam
tersebut bertujuan mendukung korelasi interaksi
pengambilan pohon tersebut disertai dengan ritual-
antara
ritual
manusia
dan
“penguasa
alam”,
yang
tradisional
dan
ini
pembacaan kepada
roh
bertujuan
melindungi
mantra
tertentu
yang
nenek
moyang
agar
digambarkan secara umum sebagai sosok yang
ditujukan
memiliki kelebihan dari mahluk secara manusiawi.
mengizinkan pohon tersebut ditebang. Kekayaan ekologis yang terdapat pada Gordang
Tabel 1 Perubahan Materi Pembentuk Gordang Sambilan
Sambilan berubah ketika Gordang Sambilan keluar dari ekologis atau wilayah asal, sehingga sulit untuk
Materi Pembentuk Gordang Sambilan (awal)
Materi Pembentuk Gordang Sambilan (perkembangan)
mendapatkan materi pembentuk Gordang Sambilan,
Kayu Ingul (Ruta Angustifola) Ritual Sulit didapat Harga tergantung kondisi dan ketersediaan Tahan lama
Kayu Kelapa (Cocoa Nucifera L) Tanpa ritual Mudah didapat Harga Murah Tergantung penggunaan
berkurangnya pohon kayu ingul yang dapat ditebang
selain karena perubahan wilayah dan juga karena
akibat dari penebangan liar yang terjadi. Dalam konteks Kota Medan, simbolik ekologis yang terdapat pada Gordang Sambilan bergeser pada penggunaan kayu kelapa (Cocoa Nucifera L) yang memiliki usia menengah (dalam artian kayu sudah mencapai usia yang layak potong dan tidak terlalu
Gordang Sambilan berdasarkan ekologis materi
tua) dengan alasan bahan pembuatan relatif mudah
pembentuknya terbuat dari kayu ingul (Ruta
didapat dan memiliki harga yang murah.
Angustifola) yaitu sejenis kayu hutan dengan dinding
Perubahan
serat yang tebal dan tidak mudah pecah serta
materi
pembentuk
Gordang
Sambilan tidak hanya bagian dari proses adaptasi
memiliki ketahanan terhadap air. Pilihan rasional
terhadap
atas materi pembentuk Gordang Sambilan memberi
wilayah
masyarakatnya
petunjuk bahwa nenek moyang Batak-Mandailing
geografis
melainkan
juga
tempat turut
tinggal merubah
pemahaman mengenai simbolik ekologis yang
pada masa itu telah memiliki pengetahuan yang
ditunjukkan oleh materi pembentuknya.
cukup memadai atas materi pembentuk Gordang Sambilan yang kuat, tahan lama dan juga sebagai 43
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Proses pemahaman ekologis melalui materi
Gordang Sambilan didasarkan pada suatu kejadian
pembentuk mengajarkan masyarakat akan kearifan
yang telah terjadi (bahkan perulangan) yang menjadi
lokal yang diselubungi oleh folkore-magis, dan ketika
usaha mendokumentasikan hal tersebut, dengan
terjadi
perubahan
tempat
tinggal
yang
Tabel 2 Hubungan Repertoir Gordang Sambilan dan Simbolik Ekologis
turut
merubah materi pembentuk maka pengetahuan masyarakat terhadap ekologis materi pembentuk menjadi kurang bahkan hilang sama sekali. Perubahan wilayah yang turut merubah materi pembentuk juga menggeser pemahaman masyarakat
Repertoir Gordang Sambilan
Simbolik Ekologis
Gondang Sarama Datu
Posisi Datu sebagai wakil atau perantara antara manusia dengan Tuhan yang menggambarkan hubungan antara Pencipta dan masyarakat
Gondang Paturun Sibaso
Mengundang roh leluhur untuk datang dan merestui acara tersebut yang direpresentasikan dalam tubuh Datu
Gondang Pamulihon
Pemulihan dari kondisi Paturun Sibaso atau sebagai ucapan terima kasih kepada roh leluhur telah datang dan merestui acara tersebut
Gondang Sampuara Batu Magulang
Bebatuan yang jatuh seperti air terjun, hal ini direpresentasikan dalam bentuk bencana longsor
yang berbasis pengetahuan terhadap alam menjadi pemahaman akan nilai ekonomis semata yang meninggalkan folklore-magis yang melekat pada materi pembentuk Gordang Sambilan.
Repertoir Ekologis Simbol pembentuk
ekologis
Gordang
selain
Sambilan
dari terdapat
materi pada
repertoir Gordang Sambilan yang selalu berkaitan dengan alam (tabel 2).
Gondang Dabu-dabu Secara harfiah berarti Ambasang bergugurannya buah mangga, dan secara ekologis diartikan adanya perubahan situasi, iklim dari suatu kondisi ke kondisi lain
Selain repertoir yang telah disebutkan juga terdapat
beberapa
repertoir
lainnya
yang
menggambarkan hubungan antara manusia dengan lingkungan
sekitar
(tumbuhan,
hewan,
ritus
kehidupan), seperti Gondang Sarama Babiat (tarian
Gondang Padang Na Mosok
Hutan yang sangat hebatnya terbakar, kondisi menyimbolkan kondisi terbakarnya hutan
Gondang Tua
Sebagai sesuatu yang dihormati
Gondang Naipasnai
Secara harfiah berarti yang tercepat
Harimau) yang merepresentasikan hubungan antara manusia dan Harimau (Babiat) dimana Harimau dalam masyarakat Batak-Mandailing memiliki posisi yang dihormati dengan segala kemampuannya.
Gondang Udan Potir Menggambarkan suasana derasnya hujan yang turun dan disertai dengan petir (kilat) yang menyambar
Penggambaran repertoir dengan menggunakan imaji ekologi memberi penegasan akan kedekatan masyarakat Batak-Mandailing dengan alam yang melingkupi wilayahnya. Terbentuknya repertoir
44
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
alam
pengetahuan atas pemahaman kebudayaan Batak-
maupun sebagai tanda akan terjadinya sesuatu pada
Mandailing yang terkadang berjalan tanpa disadari,
kondisi alam.
materi Gordang Sambilan yang dibentuk oleh
tujuan
menghindari
terjadinya
bencana
Simbolik ekologis pada repertoir Gordang
sembilan gendang berukuran besar sudah memiliki
Sambilan dapat dibagi menjadi tiga kategori utama,
simbol dari keterwakilan sembilan kampung di
yaitu : ekologis manusia dan pencipta, ekologi
wilayah Batak-Mandailing.
manusia dan manusia, serta ekologi manusia dan
Menariknya, simbolisasi yang terdapat pada
alam. Ekologi manusia dan pencipta dalam repertoir
Gordang Sambilan tidak serta merta diketahui oleh
Gondang Sarama Datu, Gondang Paturun Sibaso, dan
masyarakat penggunanya dikarenakan simbolisasi
Gondang
dan pemahaman akan budaya Batak-Mandailing
Pamulihon
yang
secara
implisit
telah larut dalam bentuk kehidupan sehari-hari.
menceritakan hubungan timbal balik antara manusia dan
alam
dengan
menggunakan
Sembilan
pemahaman
buah
gendang
pada
Gordang
manusia dan Tuhan. Hal ini merepresentasikan
Sambilan dibentuk atas pemahaman bilangan ganjil,
permohonan dan ucapan terima kasih kepada sang
yaitu penggunaan bilangan tiga sebagai simbol dari
Pencipta atas anugerah alam (keuntungan maupun
Dalihan Na Tolu yang yang terdapat dalam bentuk
bencana)
keluarga (Ayah-Ibu-Anak), dimana Ayah mewakili
yang
mampu
menaungi
kehidupan
suatu susunan kekerabatan tertentu yang tampak
manusia. Pada repertoir Sampuara Batu Magulang, Dabu-
pada marga begitu juga dengan pihak Ibu, sedangkan
dabu Ambasang, Padang Na Mosok, dan Udan Potir
Anak menjadi bentuk baru dari susunan kekerabatan
tampak jelas pemahaman masyarakat akan kejadian
yang akan diciptakannya.
ekologis yang dialami. Seperti Sampuara Batu Magulang
Selain bentuk materi Gordang Sambilan yang
jatuhnya
memiliki makna simbolis, dalam bentuk penggunaan
bebatuan seperti air terjun menggambarkan kondisi
Gordang Sambilan juga menyimpan makna simbolis
alam (bencana) longsor.
yang terkait dengan bolang atau ornamen tradisional
yang
didefinisikan
sebagai
Batak-Mandailing, Selain bentuk simbolik ekologis, Gordang
pesan budaya.
Sambilan memiliki hubungan dengan aspek lain
Bolang dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
yang menyimbolkan sistem budaya Dalihan Na Tolu
Batak-Mandailing dikenal dengan istilah jagar-jagar
dan pemahaman kebudayaan Batak-Mandailing.
Gordang
Sambilan
keduanya
menimbulkan adanya hubungan antar simbol sebagai
Simbolik Bolang
Hubungan-hubungan
hubungan
yang
tercipta
menyimbolkan
yang memiliki nilai kepatuhan oleh masyarakat
dalam
terhadap adat istiadat.
suatu
45
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Sambilan yang menggunakan baju dengan motif
Bolang pada prakteknya tidak terbatas pada simbol kehidupan masyarakat, tetapi juga berlaku dalam Gordang
bolang.
Sambilan. Gordang Sambilan tidak akan pernah bisa
Tabel 3 Simbolik Bolang
untuk dimainkan selama Raja tidak memberikan izin, Nama Simbol
begitu juga dalam bentuk permainan Gordang Sambilan yang menggambarkan praktek dari raga-raga dan jagarjagar untuk menghasilkan bentuk permainan yang
Bintang Na Toras
Pendiri huta atau kampung
Rudang
Atribut kebesaran yang dimiliki oleh kampung tersebut, meliputi Gordang Sambilan, bendera, umbul-umbul, dan lain-lain.
Pusuk Ni Robung
Gambaran segitiga yang memiliki nilai Dalihan Na Tolu dalam kehidupan
Alaman Silangse Utang
Daerah kekuasaan Raja, setiap individu yang meminta perlindungan di daerah kekuasaan maka wajib dilindungi
Sancang Duri
Diartikan sebagai kejadian yang tidak terduga, apabila ada pendatang maka wajib ditolong dan diberi penginapan di Sopo Godang dan dilindungi oleh pemimpin atau Namora Natoras
Bona Bulu
Suatu sistem pemerintahan Huta yang terdiri dari Namora Natoras, Raja, Hulubalang, Datu, Sibaso, dan lain-lain.
Aropik
Setiap upacara adat (ritual) dan hiburan harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari Raja ataupun Namora Natoras
Raga-raga
Keteraturan hidup bersama
Bondul Na Opat
Setiap permasalahan harus diselesaikan melalui mustawarah di Sopo Godang dengan keputusan yang adil
Sipatomu-tomu
Hak dan kewajiban bagi Raja dan Situan Najaji
Jagar-jagar
Kepatuhan dari masyarakat terhadap nilai-nilai adat istiadat
harmonis.
Gordang Sambilan dengan sembilan buah gendang merupakan suatu kesatuan yang utuh seperti yang disimbolkan oleh bona bulu dan setiap pemain
Gordang
Sambilan
menjalankan
nilai
sipatomu-tomu dengan mengerti bagiannya masingmasing dalam permainan maupun pertunjukan
Keterangan
Gordang Sambilan.
Gambar 1 Bolang atau Ornamen Tradisional Batak-Mandailing
(Dokumentasi : Avena Matondang)
Bolang juga dipergunakan dalam permainan Bentuk
Gordang Sambilan seperti tampak dalam pemakaian
dari
sebelas
struktur
ornamen
tradisional Batak-Mandailing menjadi pengetahuan
kostum panyarama (penari) dan pemain Gordang
46
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
pikiran (kognitif) yang tersimpan dan dipraktekkan
Goodenough, Ward E. 1970. Description and Comparison in Cultural Anthropology. Cambridge University Press. Hodges, William Robert Jr. 2009. Ganti Andung, Gabe Ende (Replacing Laments, Becoming Hymns): The Changing Voice of Grief in the Prefuneral Wakes of Protestant Toba Batak (North Sumatra, Indonesia). Santa Barbara: Disertasi Ph.D University of California (tidak diterbitkan). Jackson, Bruce. 1987. Field Work. Urbana and Chicago. University of Illinois Press. Kozok, Uli. 2009. Surat Batak; Sejarah Perkembangan Tulisan Batak. Jakarta: Ècole française d'Extrème-Orient – KPG (Kepustakaan Populer Gramedia). Lubis, Z Pangaduan dan Zukifli Lubis. 1998. Sipirok Na Soli, Bianglala Kebudayaan Masyarakat Sipirok. Medan: USU Press. Maanen, J. Van. 1996. Ethnography. Dalam A. Kuper and J. Kuper (Eds) The Social Science Encyclopedia, 2nd ed., pages 263-265. London: Routledge. Matondang, Ibnu Avena. 2008. Gordang Sambilan; Video Etnografi tentang Penggunaannya ditengah- tengah Masyarakat Mandailing di Kota Medan. (32 menit 13 detik). Medan: Skripsi Sarjana S1 Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik – Universitas Sumatera Utara (tidak diterbitkan). Merriam, Allan P. 1964. The Anthropology of Music. Evanston - Illinois: Northwestern University Press. Nas, Peter J.M. 1998. Social and Cultural Development of Human Resources - Social Ecology in Urban Setting. ©Encyclopedia of Life Support Systems (EOLSS). Nasution, Pandapotan. 2005. Adat Budaya Mandailing dalam Tantangan Zaman. Medan: Forkala Provinsi Sumatera Utara. Purba, Mauly. 2004. Mengenal Tradisi Gondang Dan Tortor Pada Masyarakat Batak
dalam setiap aspek kehidupan.
4. Simpulan Hubungan antara Gordang Sambilan (materi seni) dengan repertoir (judul komposisi) menggambarkan suatu pola hubungan yang berkaitan dengan lingkungan alam (ekologi), sehingga penggambaran terhadap Gordang Sambilan tidak lepas dari pengaruh kondisi lingkungan alam setempat. Faktorfaktor ritual dan hiburan yang muncul dari penggunaan Gordang Sambilan secara langsung membawa perubahan ekologi materi pembentuk Gordang Sambilan namun masih mempertahankan kearifan ekologis yang tersimpan dari beragam repertoir yang masih dimainkan hingga saat ini. Korelasi antara ekologi dan Gordang Sambilan mengukuhkan
peran
lingkungan
alam
dalam
pembentukan Gordang Sambilan, baik secara materi maupun penggunaan (repertoir). Kearifan ekologis ini juga memberi nilai pada hubungan antara manusia dengan ketersediaan alam yang berlangsung seimbang.
Daftar Acuan Diapari, L.S. gelar Patuan Naga Humala Parlindungan. 1990. Adat Istiadat Perkawinan Dalam Masyarakat Tapanuli Selatan. Emerson, Fretz, dan Linda L Shaw. 1995. Writing Ethnography Fieldnotes. Chicago and London: The University of Chicago Press.
47
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Toba. Dalam Ben M. Pasaribu (Ed) : Pluralitas Musik Etnik : Batak-Toba, Mandailing, Melayu, Pakpak-Dairi, Angkola, Karo dan Simalungun. Medan: Pusat Dokumentasi Dan Pengkajian Kebudayaan Batak Universitas HKBP Nomensen. Sibeth, Achim. 1991. Living With The Ancestor; The Batak; Peoples of the Island of Sumatra. London. Thames and Hudson. Siregar, Ahmad Samin. 1977. Kamus Bahasa Angkola/Mandailing. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
48
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Forum: Panji di Gunung Penanggungan Dr. Lydia Kieven Goethe-Universität, Universitas Frankfurt Juridicum, Jur 922 (Campus Bockenheim) E-mail:
[email protected]
Gunung Penanggungan (foto no. 1) sejak berabad-
- Candi Kendalisodo (no. LXV) – pertengahan abad
abad dianggap sebagai gunung yang suci, paling
ke-15
sedikit sejak zaman Hindu-Buddha. Khususnya
- Candi Selokelir (no. XXIII): patung dari situs
pada zaman Majapahit (ca 1300 - 1500 M.) banyak
dengan prasasti 1434 M. Pada tahun 1930an dan 1940an ahli arkeologi
peziarah naik gunung ini untuk memuja para dewa dan para roh leluhur, dan juga untuk semedi dan
Belanda
mencari wahyu. Ada banyak rsi/petapa yang tetap
Stutterheim bersama A. Gall pada tahun 1936
tinggal di tempat pertapaan, dan para peziarah
menemukan puing-puing situs dan arca. Pada tahun
mengunjungi para petapa yang dianggap sebagai
1940an V.R. van Romondt naik gunung bersama
guru spiritual. Buktinya ada jumlah besar candi-
orang lokal dan menemukan punden, candi,
candi kecil yang dibangun sebagai tempat pemujaan
pertapaan dan situs-situs yang luarbiasa jumlahnya,
dan pertapaan, kebanyakan dari abad ke-14 dan ke-
yaitu 81. Romondt membuat daftar inventaris situs-
15. Ada situs yang sejenis punden, ada candi
situs itu, pakai nomor romawi. Dalam tradisi lokal
berundak, ada altar sejenis meja saja, ada goa alami
situs-situs
dihias dengan ukiran batu; selain ukiran ornamen,
Misalnya
ukiran ada
gambar
menggambarkan dengan
diberi
nama
Penanggungan.
masing-masing,
W.F.
jadi
3
Kenapa justru di Gunung Penanggungan
cerita.
adegan
Gunung
contohnya 'Candi Yudha (no. LXV)'.
dan ada goa buatan orang. Banyak candi dan situs
kebanyakan
naik
jumlah situs sangat besar? Dan mengapa ada banyak
dari
ukiran Panji dan malah ada arca Panji?
Ramayana, dari Mahabharata dll. Sejumlah candi
Gunung Penanggungan, tingginya 1653 m dan
dihiaskan dengan gambar cerita Panji atau tokoh
terletak sekitar 50 km sebelah selatan Surabaya,
Panji:
punya bentuk yang sangat unik: Puncak gunung
- Candi Gajah Mungkur (no. XXII) – 1360 M.
dilingkari 8 bukit, sehingga gunung kelihatan
- Candi Wayang (no. VIII) – +/- 1360 M. 3 Pada tahun-tahun terakhir ini Bapak Hadi Sidomulyo naik Gunung Penanggungan dan sudah menemukan situs-situs lain lagi.
- Candi Yudha (no. LX) – pertengahan abad ke-15
49
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
seperti mandala alami. Tantu Panggelaran, teks
sepanjang malam. Para peziarah itu adalah dari
sastra Jawa kuno dari abad ke-16, menceritakan
kaum agama macam-macam, misalnya Islam,
bahwa Gunung Meru - tempat singgah para dewa
Hindu dan Buddha.
dalam mithologi India - dibawa oleh dewa-dewa
Sangat mungkin bahwa pada zaman pendirian
dari India ke Jawa. Oleh karena Gunung Meru
Candi Jolotundo, yaitu zaman raja Airlangga –
sangat berat dan karena perjalanan jauh, beberapa
sudah ada situs-situs lain di gunung, tetapi
bagian gunung jatuh di Jawa barat. Sehingga pulau
kebanyakan prasasti di Penanggungan baru berasal
Jawa seimbang, para dewa membawa sisa-sisa
dari periode berikutnya dan khususnya dari zaman
gunungnya ke bagian Jawa timur. Badan gunung
Majapahit. Kerajaan Majapahit didirikan pada
akhirnya jatuh di Jawa timur dan menjadi Gunung
tahun 1293 dan runtuh pada tahun 1527 AD.
Semeru. Sebelumnya puncak gunung sudah jatuh,
Periode paling raya adalah abad yang ke-14, yaitu di
menjadi Gunung Penanggungan. Dalam mithologi
bawah
India bentuk Gunung Meru justru adalah satu
Kemudian banyak persaingan dan perang muncul
puncak dilingkari 8 bukit, yaitu sama bentuknya
dalam kerajaan Majapahit, dan sekaligus pengaruh
dengan
Gunung
Penanggungan
Penanggungan.
dianggap
sebagai
pemerintahan
Raja
Hayam
Wuruk.
Maka
itu
agama Islam menjadi semakin kuat. Ternyata pada
bagian
atas
zaman heboh itu banyak orang dari kelas aristokrat, jadi ksatriya, lari diri dari dunia yang kacau ini, dan
Gunung Meru dan dianggap sebagai gunung suci. Situs yang barangkali paling kuno di Gunung
mencari pelajaran spiritual. Mereka belajar dari guru
Penanggungan adalah Candi Jolotundo, lokasinya
dan rsi untuk mendapat wahyu biar siap untuk
di kaki lereng Gunung Penanggungan sebalah barat.
menghadapi semua kekacauan di dalam dunia atau
Menurut
untuk mendapat kedamaian batin saja. Para rsi
prasasti
yang
diukir
pada
dinding
belakangnya, Jolotundo didirikan pada tahun 977
sangat
dihormati;
M. Candi Jolotundo adalah petirtaan, diisi air yang
mengendalikan diri untuk bertapa. Pada zaman itu
mengalir dari mata air di lereng gunung. Air ini
dibangun
sampai hari ini tidak pernah berhenti mengalir, dan
pertapaan di Gunung Penanggungan.4
banyak
malah
situs
ada
pemujaan
raja
yang
dan
situs
jernih sekali. Sebelum mau naik gunung, orang bisa
Pada abad yang ke-13 cerita Panji sudah
mencucikan dan membersihkan diri sehingga siap
menjadi populer pada rakyat, dan banyak versi
untuk naik gunung suci. Pada zaman kini masih ada
cerita Panji diceritakan dan dikarang sebagai puisi.
orang yang mengunjungi situs ini. Ada yang
Tokoh Panji adalah seorang Raden dari kerajaan
mencucikan diri pakai sabun biar badan bersih,
Jenggolo/Kahuripan
tetapi lebih penting mencucikan diri sendiri secara
Putri Candrakirana dari kerajaan Kediri/Daha.
batin. Demi keperluan batin, ada orang yang pakai
Mereka
berpisah
yang
dan
bertunangan
harus
dengan
menjalani
dan
dupa dan sesajen. Ada peziarah yang berdoa dan bersembahyang tanpa naik gunung, dan ada juga
4 Prof. Agus Aris Munandar, Jurusuan Arkeologi Universitas Indonesia, Jakarta, pernah (1990) melalukan penelitian lengkap di situs-situs di Penanggungan sambil membuat interpretasi tentang peran para rsi di gunung itu.
yang semedi selama beberapa jam atau malah
50
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
mengalami banyak kesulitan sebelum akhirnya
petapa/yogi adalah menyatu dengan dewa. Lebih
mereka bertemu lagi dan bisa menyatu dan
konkrit: dalam praktek yoga, yogi membangkitkan
menikah.
Kundalini - salah satu bentuk Dewi Sakti yang
Cerita ini diukir pada dinding di beberapa
adalah istri Dewa Siwa - dalam badannya sampai
candi di Jawa Timur pada abad ke-14, misalnya di
akhirnya Kundalini menyatu dengan Dewa Siwa,
Candi Panataran, Blitar. Sastra cerita Panji dan juga
sehingga petapa itu sendiri mengalami penyatuan
ukirannya punya karakter sederhana yang dekat
dengan dewa. Penyatuan itu disimbolkan dengan
dengan dunia rakyat dan dunia sehari-hari. Di
penyatuan sexual antara Sakti dan Siwa, misalnya
Candi Panataran, cerita Panji diukir di Teras
dengan yoni-lingga. Di halaman pertama dalam
Pendopo yang letaknya pada halaman pertama, dan
kompleks candi tema Tantra itu ditunjukkan
cerita itu tidak muncul pada dinding gedung di
kepada para peziarah lewat sejumlah gambar Panji
halaman ketiga yang dianggap paling suci. Di situ
dan Candrakirana, ketika mereka saling merindukan
ada cerita Ramayana dan cerita Krishnayana yang
dan ketika menyatu secara erotis. Selain adegan-
berasal dari sastra India dan yang dianggap lebih
adegan
terkait dengan dunia dewa. Cerita Panji kayaknya
menggambarkan episode dengan air dan dengan
menyambut para peziarah dan bersikap sebagai
petapa. Air adalah simbol membersihkan diri secara
pengantar dan menunjukkan jalan dari tingkat
batin; simbolnya juga untuk mendekati ngelmu dan
duniawi ke tingkat suci dan dunia para dewa. Cara
kesaktian dengan cara menyeberang air. Para petapa
gambar Panji sangat berbeda dari Rama atau
adalah simbol pengajaran untuk menjalani jalan
Krishna yang digambarkan dengan hiasan kepalanya
esoteris. Berarti ada beberapa unsur yang menjadi
sebagai
Panji
simbol sebagai petunjuk jalur Tantra: adegan erotis,
digambarkan dengan topi tekes. Tekes itu belum
adegan dengan air, adegan dengan petapa. Setelah
muncul dalam gambar di Jawa Tengah di Candi
dipersiapkan untuk mengerti pengertian esoteris,
Prambanan atau Borobudur, belum juga di Candi
para peziarah baru bisa masuk bagian paling suci di
Jolotundo, tapi barusan di candi-candi zaman
halaman ketiga dan benar masuk pengajaran Tantra.
Majapahit. Itu adalah bukti bawa cerita Panji baru
Di Gunung Penanggungan ada relief-relief
menjadi populer pada zaman itu, walaupun
dengan gambar yang mirip dengan yang di Candi
mungkin sudah diciptakan sebelumnya.
Panataran. Di Candi Kendalisodo yang berasal dari
supit
urang,
melainkan
tokoh
itu,
relief-relief
cerita
Panji
juga
Dalam gambar di Teras Pendopo Panataran,
pertengahan abad yang ke-15, ada gambar cerita
Panji sering muncul dalam situasi romantis atau
Panji yang indah sekali: ada adegan yang sangat
erotis bersama kekasihnya Candrakirana. Saya
romantis dengan dua kekasih (foto no. 2 dan 3),
menganggap itu sebagai tanda bahwa Panji dan
dan akhirnya mereka digambarkan di tepi laut.
Candrakirana mau menunjuk ke jalur esoteris dan
Mereka mau menyeberang laut untuk mendekati
Tantra. Dalam konsep Tantra - sebagai jalur spesifik
kesaktian dan ngelmu.
dalam agama Hindu dan Buddha - tujuan seorang
51
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Ada bagian lain di Candi Kendalisodo yang
Arkeolog Belanda W.F. Stutterheim menemukan
dulu dipakai sebagi goa pertapaan. Di situ dulu ada
badan arca itu pada tahun 1936. Arca dianggap
seorang petapa yang 'menyambut Panji dan
sebagai gambar wanita karena bentuknya sangat
Candrakirana' dan secara praktis menyambut para
halus.
peziarah dan mengajarnya. Ajaran itu digambarkan
ditemukan kepala arca. Kepala itu pakai topi tekes
pada dinding goa, dalam beberapa relief. Gambar
yang khas untuk tokoh Panji, sehingga arca
dari Arjunawiwaha: Para bidadari membersihkan
dianggap mewujudkan Panji (foto no. 4). Panji
diri dalam air, suasananya sangat erotis, kemudian
berdiri di atas teratai, dan dia pakai upawita, dua-
mereka mengusahakan mengganggu dan menggoda
duanya adalah simbol untuk dewa. Berarti arca itu
Arjuna yang sedang bertapa. Penggodaannya gagal
ternyata dulu dipuji sebagai dewa. Tetapi Panji
walaupun mereka membujuk dan meraba badan
bukan dianggap sebagai dewa benar, buktinya arca
Arjuna. Berarti ada campuran adegan erotis dengan
itu hanya punya sedikit hiasan lain dan kelihatan
adegan semedi, dua-duanya spesifik dalam praktek
lebih mirip dengan manusia biasa daripada arca
Tantra. Gambar dari Bhimasuci: Bhima sedang
dewa yang biasanya digambarkan dengan banyak
masuk air untuk mencari wahyu dan akhirnya
hiasan dan mahkota.5
mendapat
amerta
dari
Dewaruci
di
laut.
Baru
Saya
beberapa
menganggap
bulan
kemudian
simbolisme
arca
juga
dari
Simbolismenya kita diajak naik air juga untuk dapat
Selokelir itu adalah Panji berfungsi sebagai guru
wahyu.
yang mau mengantar dan mempersiapkan para
Peran
Panji
dan
cerita
Panji
adalah
peziarah naik Penganggungan untuk mencari dan
mempersiapkan, menunjuk dan mengantar dalam
mendapat
praktek esoteris. Cerita Panji dipilih karena cerita
diterangkan tentang relief-relief cerita Panji, sama
Panji terkenal dan sangat populer pada zaman
dengan simbolisme Panji sebagai arca. Ternyata
Majapahit dan juga karena cerita Panji dekat
waktu itu secara umum Panji sudah punya arti dan
dengan pengalaman duniawi. Diceritakan hal-hal
fungsi sebagai guru spiritual.
wahyu.
Simbolisme
Panji
yang
kehidupan biasa, misalnya perpisahan, perjalanan di
Arca Panji itu sekarang disimpan di Universitas
alam dan pergunungan, seperti orang biasa. Panji
ITB Bandung dalam perpustakaan jurusan seni dan
'memegang
dan
tidak diperhatikan orang. Arca itu seharusnya perlu
menemaninya masuk dunia suci dan sakral. Dunia
dipamerkan pada tempat umum karena sangat unik
sakral dipresentasikan dengan adegan-adegan dari
dan berharga secara historis dan secara esoteris. Juga
cerita dari Ramayana dan Mahabharata yang punya
kita, orang zaman kini, mungkin bisa mengerti
tangan'
orang
peziarah
tema lebih terkait dengan dunia dewa. Malah ada patung Panji yang dulu ditemukan 5 Dari foto di arkip Belanda diketahui bahwa dulu ada satu arca Panji lain lagi, berasal dari Grogol. Arca itu termasuk grup arca yang terdiri dari Kertolo (kawan Panji), Semar dan Panji. Arca Kertolo dan Semar masih disimpan di Museum Nasional Jakarta, sementara arca Panji sendiri hilang dan tidak diketahui tempat simpanannya.
di situs Selokelir di lereng Gunung Penanggungan sebelah barat, berasal dari waktu sama dengan Candi Kendalisodo, yaitu pertengahan abad ke-15.
52
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Panji sebagai simbol pengantar ke ngelmu dan
Daftar Acuan
pengetahun batin. Agus Aris Munandar. Kegiatan keagamaan di
Sayang sekali, banyak relief di candi-candi di Gunung Penanggungan sudah dicuri pada tahun-
Pawitra; Gunung suci di Jawa Timur abad 14-
tahun terakhir. Misalnya di Candi Kendalisodo tiga
15 M. Tesis Magister Program Pascasarjana
relief dari Arjunawiwaha dan Bhimasuci hilang.
Universitas Indonesia. [Unpublished M.A.
Untunglah ada foto dari zaman Belanda. Antara
thesis.] 1990. Romondt, V.R. van. Peninggalan-peninggalan
tahun 1996 dan 2010 dua relief dari cerita Panji di Kendalisodo dihancurkan, sehingga kepala-kepala
purbakala di Gunung Penanggungan. Jakarta:
Panji hilang. Di Candi Yudha dulu ada adegan
Dinas Purbakala Republik Indonesia. 1951.
dengan tokoh Panji, hilang juga. Di Candi Gajah
Stutterheim, W.F. ‘Voorloopig bericht omtrent
Mungkur dan di Candi Wayang masih ada sisanya
enkele vondsten op den Penanggoengan in
relief dengan cerita Panji. Kita bisa membayangkan
1935’, Djawa 16:194-200. 1936a. Stutterheim, W.F. 1936b. ‘Een Pandji-kop uit de
bahwa aslinya ada lebih banyak relief Panji lagi.
15e eeuw’, Maandblad voor Beeldende Kunsten jg. 13:329-35.
53
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Lampiran
(1) Gunung Penanggungan, kelihatan dari Trawas
(2) Relief cerita Panji, Candi Kendalisodo, lereng Penanggungan, photo 1996
(3) Relief cerita Panji, Candi Kendalisodo, lereng
(4) Arca Panji dari Candi Selokelir, lereng Penanggungan,
Penanggungan, photo 2010
disimpan di ITB Bandung
54
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Forum: Refleksi Ajeg Bali Hari Ini Gede Indra Pramana Ilmu Politik, Paska Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur Yogyakarta 55281, Indonesia Lembaga Studi Urban, Surabaya, Indonesia
Email:
[email protected]
Abstract This paper traces the discourse on Ajeg Bali. As a formulation for the crisis in the post-boom Bali bombing in 2002, Ajeg Bali is considered as panacea that can solve all problems. By tracing the Ajeg Bali discourse and practices revealed in his name, found that amid the onslaught of the power of capital, mighty Ajeg Bali served as servant of power. Keywords: Ajeg Bali, discourse, empty signifier
Bom yang meledak pada malam 11 Oktober
berlangsung tidak lama berselang sejak serangan
2002 di Jalan Legian, Kuta, Bali menyentak dalam
9/11 World Trade Center, Amerika Serikat yang
denyut nadi pariwisata di Bali. Ledakan ini tidak
mengubah wajah politik global. Di antaranya,
hanya menyebabkan jatuhnya korban jiwa, lebih
kebijakan global war on terror menjadi jawaban
kurang 300 korban jiwa melayang, termasuk sang
pemerintahan George W. Bush dalam menghadapi
pelaku. Tak lama berselang, negara-negara tetangga
ancaman terhadap wilayah yuridiksinya.
menerapkan travel warning pada destinasi wisata
serangan Bom Bali, lumpuhnya sektor ekonomi
internasional terbesar di Indonesia ini. Hal ini
menimbulkan
berakibat lumpuhnya sektor ekonomi yang secara
tidak sedikit. Rendahnya tingkat hunian hotel,
mencolok ditopang oleh industri pariwisata. Tak
sepinya
berhenti sampai disitu, ledakan ini juga membawa
menurunnya jumlah pemasukan dan tingginya
diskursus fundamentalisme dan keamanan nasional,
angka pemutusan hubungan kerja di sektor industri
suatu hal yang selama ini asing bagi masyarakat
pariwisata serta sektor-sektor pendukungnya. Bali
yang selama ini dibuai oleh industri pariwisatanya.
tak lagi menikmati manisnya industri pariwisata.
6
permasalahan-permasalahan
kunjungan
wisatawan,
Paska
yang
berakibatnya
Semua menjadi awal dari babak baru dalam dinamika masyarakat Bali hari ini.
6
Doktrin Pre-emptive Strike menjadi dasar dalam melakukan tindakan pencegahan ancaman keamanan, dimana potensipotensi ancaman kedaulatan Amerika Serikat dilumpuhkan sebelum ancaman tersebut menjadi nyata, apapun bentuk dan dimanapun lokasinya. Di Indonesia kebijakan ini dilakukan dengan membangun detasemen khusus antiteror 88. Lebih jauh, lihat Hizkia Yosias Simon Polimpung, Psikoanalisis Paradoks Kedaulatan Kontemporer—Kasus Kebijakan Global War On Terror Amerika Serikat Semasa Pemerintahan George W. Bush, Jr, Tesis Universitas Indonesia, tidak diterbitkan.
Wajah muram pariwisata Bali, akibat bom, membawa pengaruh yang tidak dapat dikatakan kecil dalam membentuk pemahaman kita melihat Bali hari ini. Secara global, serangan bom ini
55
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Ditengah-tengah lesunya ekonomi pariwisata,
Bali. Ikon ini berdampak luar biasa dalam ruang
Satria Naradha, putra pendiri Bali Post, Ketut
kesadaran orang Bali. Secara harafiah, kata 'ajeg'
Nadha, mengenalkan suatu gagasan, Ajeg Bali,
bermakna kukuh, tidak goyah, tegak, dan lestari.
dengan tawaran semangat baru. Hadir pada saat
Kalau disandingkan, kata 'ajeg' dan Bali berarti Bali
krisis, gagasan ini mendapatkan tanggapan yang
yang kukuh atau Bali yang tidak goyah. Menurut Nyoman Wijaya (2010), Ajeg Bali
besar dari masyarakat Bali yang dalam kondisi ditekan secara ekonomi. Dengan tidak menawarkan
menjadi seperangkat gagasan dan strategi
suatu norma yang definitif, secara longgar jargon
menghadapi tantangan global. Guna menghadapi
Ajeg Bali digunakan sebagai suatu arahan dalam
persaingan di bidang ekonomi, kemunculan Ajeg
menegakkan kembali suatu nilai-nilai ke-bali-an.
Bali
Pada
kantor
etnosentris. Gagasan tentang kembali ke adat, dan
pemerintahan, universitas, warung kopi, sebutan ini
'Ajeg Bali' juga sebuah latihan intelektual yang
hadir.
menghasilkan jawaban sementara tehadap tantangan
setiap
kesempatan,
di
ruang
secara
spesifik
memunculkan
guna
sentimen
zaman. 'Ajeg Bali' mengarah pada tindakan
Kesibukan media terbesar di Bali ini kemudian diberbagai
mencintai diri sendiri yang cenderung mengajak
dengan
pihak lain untuk mengikuti nilai-nilai dan norma-
penandatangan prasasti Ajeg Bali yang dilakukan di
norma keagamaan yang diwariskan oleh leluhur
kantor pers Ketut Nadha. Roadshow dilakukan
sendiri dengan cara memanipulasi memori sosial.
mengkampanyekan
Ajeg
kesempatan,
mana
yang
Bali diawali
kabupaten-
Dalam wawancara yang dilakukan dalam
kabupaten dimana Ajeg Bali diresmikan oleh
kurun waktu 2004, Pamella Allen dan Carmencita
pemimpin daerah bersangkutan, bahkan dilakukan
Palerma
komitmen bersama guna meng-ajeg-kan Bali.
pertanyaan “Apa itu Ajeg Bali?”, diantaranya7:
berkeliling
ke
wilayah
kota
dan
mencatat
beragam
respon
terkait
Akhirnya Ajeg Bali masuk dalam ruang-ruang dalam Kadek Suardana (seniman): Ajeg Bali itu tren, bukan sebuah tujuan. I Made Sidia (dalang): Ajeg itu kan stabil juga... lestari... apapun yang kita miliki harus dari warisan leluhur; harus kita terus lanjutkan biar ajeg, biar tetap tahan itu. Jango Paramatha (kartunis/jurnalis): Arti ajeg itu adalah sesuatu yang tidak dinamis, statis... Kata-kata dipegang oleh dua media sangat besar sekali, itu pengaruhnya luar biasasekali. Semuanya pada tanya: Ajeg Bali, Ajeg Bali! Itu luar
rumah keluarga Bali melalui siaran stasiun BaliTV yang notabene juga merupakan milik Bali Post Group. Dari sini muncul pertanyaan, apa dan bagaimana Ajeg Bali itu? Bagaimana konsekuensikonsekunsi dari praktiknya?
Ajeg Bali dalam Pusaran Makna Sejak dua-tiga tahun belakangan ini, di Bali dimunculkan
sebuah
ikon
Ajeg
Bali
yang 7 Pamela Allen & Carmencita Palermo (2005): Ajeg Bali: Multiple Meanings, Diverse Agendas, Indonesia and the Malay World, 33:97, 239-25 http://dx.doi.org/10.1080/13639810500449115 diakses pada 15 November 2011 pukul 00.30
mempertegas lagi batas-batas penanda identitas antara apa yang disebut sebagai 'Bali' dan bukan
56
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
menjadi dasar dalam menentukan sikap kita. 8 Di
biasa sekali. Sekarang yang kita inginkan sekarang… secara positif, secara pikir bagaimana memberikan roh, soul, terhadap kata ajeg itu biar berarti benar. Biar berarti bukan… stagnan..apa namanya..bukan mematikan dinamika budaya Gus Martin (kartunis/jurnalis): …suatu kesadaran untuk memagari budaya Bali… melestarikan adat Bali Mas Ruscitadewi (penulis/jurnalis): …cuman sebuah simbol untuk keinginan…harapan bagiamana biar Bali itu seimbang…harmonis, ada keharmonisan di Bali IB Agastya (intelektual Hindu): Ajeg itu kesucian Bali…Dibangun dari awalnya, dasarnya kesucian itu berkaitan dengan sastra kuno, tata ruangnya, gunung, laut, lingkungan hidupnya itu…. Itu kunci Bali di masa lalu tapi juga di masa datang. Wayan Sunarta (seniman/penulis): Konsepnya sebenarnya dilontarkan oleh Bali Post...yang merasa kewajiban untuk menjaga Bali. Tapi sebenarnya konsep itu telah digunakan untuk kepentingan politis. Ngurah Suryawan (antropolog): Saya ingat itu terutamanya muncul dengan keprihatinan Bali untuk bangkit lagi kepariwisataan Rama Surya (jurnalis): Di tengah situasi Indonesia sekarang ada otonomi, ada segala macam. Ini mungkin ada bagian dari strategi...
sini, Ajeg Bali menjadi logika kategori yang menentukan
apa
yang
salah/benar,
atau
baik/buruk.9 Dalam
praktik
kesehariannnya,
nilai-nilai
tradisi Hindu Bali didefinisikan ulang dengan mengungkapkan kesempatan
Om
formal
Swastyastu maupun
di
berbagai
informal,
yang
ironisnya, penerapan ini baru santer dilakukan belakangan sejak maraknya kampanye Ajeg Bali. Di satu sisi ini merupakan suatu fenomena yang patut diapresiasi. Akan tetapi di sisi lain, meningkatnya penggunaan
atribut-atribut
keagamaan
justru
menandai suatu kesadaran defensif dari umat minoritas di negara demokratis muslim terbesar di dunia ini. Secara logis, kesadaran orang Bali meningkat di tengah-tengah tekanan yang datang dari luar. Dalam konteks kekinian, serangan teroris memantik suatu sentimen agama, meskipun, belakangan dilakukan berbagai pendekatan guna memberi suata gambaran
bahwa
merepresentasikan
serangan sikap
tersebut
umum
umat
tidak yang
diasosiasiakan dengan fanatik yang tragis tersebut.
Ada kaitan dengan otonomi daerah?
Di Bali sendiri tantangan ini dijawab dengan Saya rasa ya. Hasil
wawancara
melakukan sweeping terhadap pendatang. Pendatang menunjukan
bagaimana
8 Konsepsi ruang kosong ini meminjam dari Ernesto Laclau. Mengambil inspirasinya dari kajian-kajian filsafat postrukturalis, Laclau bersama Chantal Mouffe mengkaji sejarah pemikiran kiri menghantarkannya dari logika kontingensi yang selama ini menggerakan perdebatan pemikiran kiri hingga ini. Gagasan tentang diskursus menghantarkannya pada pemahaman tentang temporalitas dari logika pemaknaan. Lihat Ernesto Laclau dan Chantal Mouffe, Hegemony and Socialist Strategy:Toward A Radical Democratic Politic, London: Verso, 2001, edisi kedua, naskah asli terbit 1985. Lebih jauh, lihat Ernesto Laclau, New Reflection on The Revolution of Our Time, London:Verso, 1990. 9 Pembacaan ini dilakukan melampaui logika oposisi biner yang selama ini menjadi landasan positif dalam memandang realitas. Bandingkan dengan Michel Foucault, Power/Knowledge, Wacana Kuasa/Pengetahuan, Yogyakarta: Bentang , 2002.
beragamnya makna yang dapat dilekatkan dalam Ajeg Bali. Konsep ini semata-mata menjadi penanda kosong, dimana makna apapun dapat dilekatkan padanya. Ruang kosong inilah yang menjadi ruang pertarungan politis guna mendefinisikan apa dan bagaimana konsep Ajeg Bali, untuk selanjutnya
57
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
menjadi suatu kategori baru, di luar orang lokal,
masuk terlihat kontradiktif. Tidak sedikit tanah-
pelancong/wisatawan
maupun
tanah pertanian di Bali yang beralih fungsi menjadi
mancanegara. Pendatang dilekatkan dengan orang-
hunian, baik hotel atau villa yang dibangun demi
orang luar, yang datang ke Bali, dengan status tidak
pariwisata. Perubahan fungsi tanah ini bukannya
sebagai wisatawan. Mereka-meraka inilah yang
tidak
menjadi sasaran dari kebijakan pemeriksaan, wajib
perkembangan objek pariwisata ini sehingga orang
memiliki kartu tanda penduduk sementara, karena
Bali tampak terengah-engah dalam menyikapi
dianggap berpotensi buruk bagi keadaan Bali.
perubahan ini.
baik
nusantara
Sampai disini Ajeg Bali menjadi seperangkat
disadari,
akan
tetapi
Pengambilalihan
tanah
begitu
pesatnya
oleh
Negara
gagasan dan strategi yang secara ofensif diterapkan
seringkali mengorbankan masyarakat lokal, bahkan
di wilayah Bali. Penerapannya dilakukan secara
mengangkangi
sistematis, diorganisasi oleh berbagai perangkat
Kompleks Pengembang Pecatu Graha di Ungasan,
institusi, baik pemerintah resmi maupun yang
Jimbaran, mengambil sebagian besar bibir pantai
mengatasnamakan adat tradisi. Ajeg Bali menjadi
yang ada disana. Saat ini, meskipun pengembangan
senjata pamungkas yang dianggap dapat mengatasi
masih terkesan berjalan lambat, ke depannya dapat
segala problematika yang ada.
dibayangkan wilayah tersebut menjadi sentra baru
kebijakan
adat
desa
setempat.
Pengangkatan pejabat-pejabat eksekutif di
bagi wilayah Denpasar Selatan, dimana Kuta dan
lingkungan birokrasi, maupun wakil rakyat di
Nusa Dua yang menjadi trademark saat ini sudah
legislasi dilakukan dengan bersumpah akan meng-
terlalu padat dan jenuh dengan mobilitas kapital
ajeg-kan Bali. Masyarakat dihimbau agar berperan
dan pelancong. Meskipun hingga kini Kuta masih
aktif dalam menegakan Ajeg Bali. Masyarakat
menjadi primadona, dibuktikan dengan Bakrie
menjawab himbauan ini dengan hadirnya suatu
Grup mengambil alih kepemilikan tanah di bibir
entitas pengamanan swadaya, Pecalang, yang bekerja
pantai Kuta dengan harga yang tidak murah .
di ruang lingkup desa pekramanan. Pecalang-
Wilayah Pura Sakenan yang ditimbun
pecalang inilah yang menertibkan pendatang, dan
dengan kapur juga bukannya tidak berimplikasi
menjadi satuan keamanan yang bertanggung jawab,
secara nyata. Meskipun sebagian wilayahnya saat ini
tidak hanya dalam ruang lingkup penyelenggaraan
menjadi konservasi hutan bakau, ke depannya
upacara agama, melainkan merambah ke industri
wilayah strategis yang menjadi jalur urat nadi lalu
hiburan dan pariwisata (Suryawan, 2004).
lintas menuju atau keluar Bandara Ngurah Rai ini sudah direncanakan untuk menjadi superkompleks
Paradoks Ajeg Bali
yang menyediakan berbagai layanan pariwisata, seperti kawasan perhotelan, hiburan, dan mall. 10
Di tengah hingar bingar kehadiran Ajeg Bali pada berbagai ruang-ruang sosial dan media, sikap orang 10 Menurut desas desus yang beredar, kedua kompleks ini, Pecatu Graha dan Sanggaran di sekitar pelaba Pura Sakenan menjadi milik Keluarga Cendana, dibawah kendali Tommy
Bali terhadap derasnya investasi dan kapital yang
58
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Tanah pelaban Pura, yang dulunya menjadi milik
Badung, dan DPRD tingkat II Kota Denpasar, serta
bersama desa adat, tidak lagi berfungsi menjadi
organisasi-organisasi
sandaran kehidupan warga desa.
meningkatkan kualitas industri pariwisata yang
Pengalaman
masyarakat
sipil.
Guna
terdahulu
dengan
menggeliat paska Bom, dengan meningkatnya acara-
pariwisata
tampaknya
acara tingkat internasional yang mana Bali menjadi
membutakan mata segenap masyarakat Bali dengan
tuan rumahnya, berencana membangun Bandara
janji keuntungan materi yang menunggunya.
baru di wilayah utara Bali, sekitar Kabupaten
Wilayah pantai Sanur sudah sejak dulu sebagian
Negara dan Singaraja.11 Kemudian, dilakukan juga
menjadi akses eksklusif Hotel Bali Beach di
pembangunan di jalan bypass Ngurah Rai yang
Denpasar. Kompleks perhotelan Nusa Dua bahkan
menghubungkan antar bandara menuju destinasi
secara dominan mengambil wilayah pantai di Nusa
lain di wilayah Bali. Sejauh yang penulis pantau,
Dua, kemudian membangun tembok tinggi guna
terdapat tiga skema yang akan dilakukan dalam
membatasi akses kesana. Hingga saat ini, banyak
membangun
wilayah-wilayah pelosok di pedalaman Bali diincar
pertama adalah membangun jalan layang diatas jalur
untuk dibangun menjadi villa, dan orang Bali
bypass Ngurah Rai, melintasi Simpang Siur Kuta,
dengan senang hati menjual tanahnya. Alih fungsi
dan dibangun dua jalur yang menghubungkan Kuta
lahan yang hingga saat ini tidak terbendung
menuju Denpasar. Yang kedua adalah membangun
berpotensi
dan
underpass di jalur yang sama. Opsi terakhir adalah
harmoni alam yang sejak dulu menjadi pengetahuan
dengan membangun jalan tol yang menembus
lokal orang Bali.
wilayah pinggiran pantai mulai di depan airway
pengembangan
demi
menghancurkan
keseimbangan
infrastruktur
pendukung.
Yang
kehilangan
Bandara Ngurah Rai yang terletak di bypass hingga
maknanya. Wajah garang yang ditunjukkannya bagi
ke wilayah Sanggaran di terminal kargo pelabuhan
para pendatang tidak berarti apa-apa, lemas
Benoa di wilayah Sanggaran, Sesetan, Denpasar.
berhadapan dengan gempuran modal yang datang
Terjadi pro-kontra yang hebat yang dimuat di
dari investor atas nama pembangunan. Desa adat,
harian
dan aparatus keamananannya, Pecalang, tunduk
Terlepas dari berbagai opini tentang pembangunan
dihadapan
ini, lagi-lagi yang menjadi penonton adalah
Disini
tampak
aliran
dana
Ajeg
dari
Bali
investor
yang
menjanjikan materi bagi pendukungnya.
Bali
Post
selama
berminggu-minggu.
masyarakat Bali sendiri yang seolah-olah pasif.
Paling akhir adalah polemik Rencana Tata Ruang Wilayah yang melibatkan Pemerintah Pusat,
Tantangan Masa Depan Bali
Gubernur Bali, Walikota Denpasar, Bupati Badung, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tingkat
Berbagai problematika yang hadir silih berganti
I Provinsi Bali, DPRD tingkat II Kabupaten
menuntut solusi dan jawaban. Jika tidak bergegas, 11 Rencana ini disambut dengan gegap gempita, dimana terjadi pengalihan kepemilikan tanah secara signifikan di lokasi Bandara ini akan dibangun nantinya.
Soeharto. Di wilayah Sanggaran bahkan santer terdengar akan didirikan kasino.
59
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
tergerusnya Bali dari masyarakatnya sendiri menjadi
Masa depan Bali berada di tangan pemuda-
hal yang niscaya. Sementara itu, gagasan Ajeg Bali
pemudanya yang menjadi subjek utama dari
yang secara dominan berusaha menjawab tantangan
dinamika perubahan yang berlangsung hingga
ini masih jauh dari memuaskan dalam menyediakan
kini.
kerangka solutif.
bagaimana nasib Bali nantinya. Sudah saatnya kita
12
Sikap kaum muda inilah menentukan
Dimensi gagasan dan praktik dari Ajeg Bali
sadar, mau belajar, dan terbuka, tetapi juga kritis
cenderung berorientasi ke dalam, dalam arti
dalam memahami realitas. Jangan sampai kita
meneguhkan identitas, akan tetapi tidak mampu
terlena dengan janji-janji material kapital, dan
menghadapi tantangan kapital yang terus masuk
meninggalkan
dan
dipertahankan
mengubah
wilayah-wilayah
Bali
secara
pengetahuan hingga
lokal
saat
yang
ini.
terus
Melalui
dominan. Dalam waktu yang tidak jauh, aliran-
kontekstualisasi dari pengetahuan lokal inilah
aliran kapital ini akan semakin gencar memasuki
terletak
Bali. Pecalang yang notabene diharapkan menjadi
perubahan di Bali.
gudang
gagasan
dalam
menghadapi
penjaga adat atas nama tradisi pun tidak dapat
Daftar Acuan
menghindar dari kuasa kapital ini. Dalam hemat penulis, ke depannya masih diperlukan perdebatan
Anderson, Benedict. (1972). Revolusi Pemoeda:
mendalam tentang Ajeg Bali yang terbuka dan
Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa
sirkuler dalam masyarakat. Kelompok Media Bali
1944-1946. (Judul asli, Java in a Time of
Post yang selama ini menjadi corong harus didorong
Revolution: Occupation and Resistance 1994-
peranannya dalam menyediakan seluruh informasi
1946, Ithaca, New York:Cornel University
terkait dengan kondisi Bali terkini sehingga semakin
Press, 1972).
membuka ruang-ruang sosial yang aktif bagi
Allen, Pamella & Palerma, Carmencita. (2005). Ajeg
masyarakat penikmat media di Bali. Ke
depannya,
masih
perlu
dikaji
Bali: Multiple Meaning, Diverse Agenda.
lagi,
Indonesia and the Malay World, 33:97, 239-
bagaimana tanggapan dan respon menyeluruh
25
masyarakat Bali tentang problematika yang hadir
Michel Foucault. (2002). Power/Knowledge, Wacana
dihadapannya. Prospek perubahan masih besar, di
Kuasa/Pengetahuan. Yogyakarta:Bentang ,
mana tradisi masyarakat Bali tidak dapat dipandang
2002.
sebagai sesuatu yang statis dan lampau. Perlu ada
Laclau, Ernesto dan Chantal Mouffe. (2008).
proses pembelajaran dari pengalaman masa lalu,
Hegemoni dan Strategi Sosialis: Pos Marxisme
sejarah, sehingga dapat mengambil hikmah dan menjadi modal yang kuat ditengah-tengah derasnya
12 Konsep Pemuda disini secara longgar menerapkan kategori yang ditawarkan Benedict R’OG. Anderson. Lebih jauh periksa Benedict R’OG. Anderson, Revolusi Pemoeda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946. (Judul asli, Java in a Time of Revolution: Occupation and Resistance 1994-1946, Ithaca, New York: Cornell University Press, 1972).
arus global. Pemahaman akan kondisi saat ini menjadi titik acuan dalam mengambil sikap guna menghadapi tantangan-tantangan di masa depan.
60
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
dan Gerakan Sosial Baru. Yogyakarta:Resist Book. (Judul asli, Hegemony and Socialist Strategy: Toward a Radical Democratic Politic, London: Verso, 2001, edisi kedua, naskah asli terbit 1985). Laclau, Ernesto. (1990). New Reflection on The Revolution of Our Time, London:Verso Suryawan, I Ngurah. (2005). Bali, Narasi dalam Kuasa:Politik dan Kekerasan di Bali. Yogyakarta:Penerbit Ombak.
61
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Waria dan Upayanya dalam meraih kapital simbolik: Studi Kasus Pengajian Al-Ihklas dan Persekutuan Doa Hati Damai dan Kudus Lastiko Endi Rahmantyo Departemen Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan, Surabaya, Indonesia. E-mail:
[email protected]
Abstract Transgender and religion have normatively been considered incompatible in contemporary Indonesia. Major religions commonly do not admit the discourse of transgender and it does happen in Surabaya. The discrimination and stigma attached to them have made them avoid the religious places. It is the notion happening in most of transgender because they are shy and felt that they did not belong to it. Interestingly, there were two religious affiliations created and addressed for transgender in Surabaya: Pengajian Al-Ikhlas (for Moslems) and Persekutuan Doa Hidup Damai dan Kudus (for Christians). By the time this thesis was finished, the two religious organizations have already grown up for more than ten years and still exist and keep developing. The theory used in this thesis was Pierre Bourdieu’s Habitus, Field, and Capital. It was used to analyse how those two affiliations were built and developed. The method used was qualitative method by using ethnographic research. The primary data used were the data from the interviews and participatory observation; while the secondary data were from documents such as newspapers and magazines. The results of this thesis indicated that the Habitus owned and internalized by the owner of these affiliations were the major reason on why these affiliations were grown and developed. It was also facilitated by the field in Surabaya that made them comfortable. Furthermore, capital was also noted to be the one that keeps the affiliations running. The attendants were having extra care within their death, extra cash, socialization, and also the most important was being recognized as citizens. Keywords: Pengajian Al-Ikhlas and Persekutuan Doa Hidup Damai dan Kudus, habitus, field, capital
banyak orang yang datang untuk mencari pekerjaan
1. Pendahuluan
di kota, termasuk waria. Selain itu, pola migrasi Waria merupakan salah satu fenomena gender dan
para waria di kota dikarenakan peluang untuk
seksualitas yang ada di pelbagai sudut dunia, tak
mendapatkan
terkecuali di Indonesia. Dengan menyandang
mengingat mayoritas waria yang bekerja di kota
sebagai salah satu negara dengan penduduk
merupakan
terbanyak di dunia, Indonesia, khususnya Surabaya
keluarganya dan memilih untuk mencari nafkah di
juga
kota (wawancara dengan responden A, 17 April
merupakan
terbanyak
kota
(Departemen
dengan
jumlah
Kesehatan,
waria
2009:32).
pekerjaan
waria
yang
di
kota
tidak
lebih
diterima
besar
di
2011).
Banyaknya jumlah waria di Surabaya merupakan
Banyaknya jumlah waria di Surabaya juga
cerminan umum dari kota metropolitan dimana
diikuti 62
dengan
tumbuhnya
organisasi
yang
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
menaungi mereka. PERWAKOS (Persatuan Waria
Protestan. Organisasi tersebut merupakan cikal
Kota Surabaya)
yang juga merupakan organisasi
bakal organisasi keagamaan waria lain yang muncul
waria terbesar dan tertua di Indonesia telah banyak
di berbagai daerah di luar Surabaya, seperti
memberikan bantuan dalam bentuk materi maupun
Pengajian Senin Kamis di Yogyakarta, Persekutuan
dukungan terhadap kaum transgender yang ada di
Doa Hidup Baru dan Kudus di Solo, Malang, dan
Surabaya. Oleh karena itulah, organisasi ini
Semarang. Terbentuknya organisasi keagamaan oleh
berkembang seiring dengan tumbuhnya populasi waria
waria di Surabaya.
merupakan
hal
yang
menarik,
karena
sering
seringkali agama dan waria dianggap bertentangan.
mengalami diskriminasi dan stigma negatif oleh
Sifat agama dan waria dianggap seperti sifat minyak
kaum heteroseksual. Banyak dari mereka yang
dan air yang tidak bisa menyatu, tetapi kenyataan
dilecehkan baik secara verbal maupun secara fisik,
menunjukkan organisasi keagamaan waria bisa
bahkan ada juga yang sampai mengalami cedera
terbentuk. Untuk menyatukan minyak dan air
serius (Ariyanto dan Triawan, 2008). Diskriminasi
butuh sabun, hal yang sama juga terjadi pada
dan stigma negatif yang dialamatkan pada waria
organisasi keagamaan waria. Proses negosiasi yang
bahkan sampai ke kebebasan menjalankan ibadah
berjalan antara waria dan agama inilah yang
keagamaan. Artinya bahwa untuk waria, beribadah
menjadi fokus utama peneliti pada karya ini. Lebih
pun sulit untuk dilakukan. Hal ini seolah-olah
lanjut peneliti akan melihat faktor-faktor apakah
menjadi sebuah tamparan keras bahwa kebebasan
yang berperan di dalam pembentukan organisasi
beragama dan beribadat seperti yang diamanatkan
keagamaan waria tersebut. Pertanyaannya adalah
oleh Undang Undang Dasar Republik Indonesia
bagaimana
tahun 1945 pada pasal 29 ayat 2 hanya berlaku
terbentuk? Apakah ada proses negosiasi yang
untuk kaum-kaum tertentu.
berlangung di dalamnya?
Dalam
kesehariannya,
waria
organisasi
keagamaan
waria
bisa
Dengan diskrimasi yang muncul dalam berbagai bentuk tersebut, waria seolah-olah berada
2. Teori dan Metode
di dalam penjara. Bahkan mungkin lebih buruk dari penjara karena untuk melakukan kebaikan pun
Penelitian ini menggunakan trio teori yang
mereka juga tidak bisa. Atas dasar inilah, di
dikemukakan oleh Pierre Bourdieau yaitu habitus,
Surabaya terdapat dua organisasi keagamaan yang
arena, dan kapital. Bourdieau mengemukakan
didirikan oleh waria untuk waria. Kedua organisasi
bahwa ketiga unsur teori tersebut tidak bisa
tersebut bernama Pengajian Al-Ikhlas untuk yang
dipisahkan, artinya bahwa antar ketiganya saling
beragama Islam dan Persekutuan Doa Hati Damai
berhubungan.
dan Kudus (PHDK) untuk yang beragama Kristen
menyatakan bahwa: 63
Secara
gamblang
Bourdieau
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
[(habitus)(kapital)]
+
arena
=
dianalogikan
practice
mempunyai
(Maton, 2008: 51).
seperti tembok
sebuah
pesawat
penghalang
yang untuk
Sederhananya, habitus berfokus pada cara
menghalangi partikel yang ingin menghantam
kita bertindak, berpikir, merasakan, dan “menjadi
pesawat ataupun menghidari partikel dari dalam
seseorang” (Maton, 2008:52). Termasuk bagaimana
pesawat yang ingin keluar. Pada wanah ini, arena
kita membawa sejarah yang pernah kita alami ke
membawa pengaruh bagi individu yang berada di
dunia
serta
dalamnya. Terakhir adalah pada ranah fisika,
bagaimana kita bertindak dengan cara tertentu tidak
dimana Bourdieau menganalogikan arena sama
dengan cara yang lain. Proses ini berlangsung terus
dengan konsep force field, dimana meskipun terdiri
menerus, sampai bahkan mungkin menciptakan
atas berbagai kutub masih tetap tarik menarik
sejarah sendiri bagi kita, tetapi tidak dengan
(ibid). Kutub yang bermain pada ranah ini adalah
keputusan-keputusan
kapital ekonomi dan kapital budaya seperti yang
yang
sedang
dijalani
yang
sekarang,
kita
buat
secara
akan dijelaskan pada paragraf di bawah ini.
independen, masih ada pengaruh dari masa lalu
Di dalam dunia sosial, pelaku atau kelompok
yang pernah kita tempuh (ibid). Di sisi lain, untuk memahami interaksi antar
pelaku dibedakan berdasarkan dua hal: (1) besarnya
manusia atau menjelaskan tentang fenomena sosial
kapital yang mereka miliki, dan (2) sesuai dengan
tidaklah cukup hanya dengan melihat apa yang
bobot
dikatakan, atau apa yang terjadi (dalam hal ini
(Haryatmoko, 2003:12). Kapital ini sengaja diburu
sejarah). Sangatlah penting untuk melihat ranah
atau dicari oleh pelaku atau kelompok pelaku di
sosial dimana terjadi interaksi, transaksi, dan
dalam dunia sosial, karena memiliki kapital berarti
kejadian. Ranah sosialinilah yang disebut oleh
memiliki kuasa tertentu. Bourdieu membagi kapital
Bourdieu sebagai field/arena (Thomson, 2008:67).
menjadi empat macam: (1) kapital ekonomi (uang
Bourdieu menganalogikan arena ini dalam tiga
dan aset); (2) kapital budaya (tingkat pendidikan,
ranah: pada ranah sepakbola, fiksi ilmiah, dan fisika
estetika, preferensi budaya, bahasa); (3) kapital
(2008:68). Ia juga menekankan bahwa tidak ada
sosial (afiliasi dan jaringan, keluarga, relijiusitas,
definisi mutlak tentang arena, oleh karena itu
warisan budaya); (4) kapital simbolik (sesuatu yang
peneliti seharusnya melihat pengandaian filsafat
dapat ditukar dengan semua kapital yang ada,
pada ketiga ranah tersebut. Pada ranah sepak bola,
contohnya adalah pengakuan/rekognisi) (Thomson,
arena dianalogikan seperti sebuah tempat dimana
2008:69). Dari kesemua kapital yang ada, kapital
individu-individu di dalamnya mentaati peraturan
ekonomi lah yang dapat dikonversi menjadi kapital-
yang disepakati dan berinteraksi sesuai dengan
kapital yang lain, serta kapital simbolik lah yang
peran yang diemban masing-masing individu.
dikejar oleh pelaku sosial sebagai puncak dari semua
Sementara
kapital (Haryatmoko, 2003: 12).
pada
ranah
fiksi
ilmiah,
arena 64
komposisi
keseluruhan
kapital
mereka
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Metode kualitatif dipilih untuk menganalisa
Wawancara mendalam dilakukan selama
fenomena yang terdapat pada kedua organisasi
tahun 2012, tetapi ada satu responden yang
keagamaan waria ini. Pengumpulan data didasarkan
diwawancarai pada tahun 2011. Adapun bulan
pada
terlibat
pengambilan data wawancara adalah pada bulan
(participatory observation), wawancara mendalam
Maret sampai dengan Juni 2012. Dari hasil
dengan
dan
wawancara tersebut, terdapat lima informan kunci
pemuka agama di organisasi tersebut. Terdapat dua
dan delapan responden yang telah dikodekan
sumber data primer dan satu sumber data sekunder
dengan acak. Pada pelaksanaan wawancara, rata-rata
yang digunakan sebagai data di dalam penelitian ini.
lama wawancara adalah sepanjang 60 – 120 menit.
Sumber
Metode
analisis
dokumen,
pengamatan
pedomanterhadapketua,
data
primer
anggota,
terdiri
dari
data
wawancara
semi-structured
dengan
wawancara
pertanyaan open questions. Identitas ke tiga belas
mendalam, sementara data sekunder diambil dari
responden dirahasiakan, hanya Handayani yang
dokumen-dokumen yang terkait dengan Al-Ikhlas
sudah
dan PHDK.
dicantumkan namanya.
observasi/pengamatan
Pengamatan
terlibat
yang
dan
dilakukan
menyatakan
kesediaannya
untuk
adalah
berpartisipasi pada kegiatan di PHDK dan Al-
Hasil wawancara akan didokumentasikan
Ikhlas. Di PHDK, peneliti datang sebanyak tiga
dalam bentuk transkrip wawancara. Data tersebut
pertemuan, pada tanggal 14 Maret 2012, 28 Maret
beserta
2012, dan 18 Juni 2012. Sementara untuk
berdasarkan habitus, arena, dan kapital. Selain itu
pengajian Al-Ikhlas, pengamatan terlibat dilakukan
data juga dipakai di dalam penulisan tentang sejarah
pada tanggal 27 April 2012. Pengamatan pada
singkat organisasi keagamaan ataupun pendiri
pengajian hanya dilakukan satu kali karena memang
organisasi.Setelah data diklasifikasi berdasarkan
pengajiannya dilakukan sebanyak sebulan sekali.
ketiga kelompok tersebut, peneliti akan melakukan
pada
motivasi,
manfaat,
dan
berita
koran
diklasifikasikan
interpretasi dengan menggunakan teori Bourdieu
Wawancara dilakukan dengan mengambil topik
data
tentang habitus, arena, dan kapital. Selain itu,
dampak Tiga
peneliti juga akan menulis tentang bagaimana
komponen utama yang dipilih sebagai informan
negoisasi yang terjadi antara dua elemen, waria dan
adalah ketua, anggota aktif, dan pemuka agama
agama, sehingga organisasi keagamaan ini bisa
yang rutin memberikan ceramah pada organisasi
terbentuk dan berkembang.
terbentuknya
organisasi
keagamaan
ini.
tersebut. Yang dimaksud dengan rutin adalah tiap kali diadakan persekutuan doa ataupun pengajian,
3. Hasil dan Pembahasan
maka mereka lah yang menjadi pembicara utama.
3.1. Sejarah Singkat PHDK dan Pengajian Al-Ikhlas. 65
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
kegiatan rutinnya setiap hari Selasa (minggu kedua) PHDK merupakan organisasi keagamaan waria
dan Jumat (minggu keempat) pada pukul 18.00
untuk pemeluk agama Kristen Protestan yang
WIB. Pada persekutuan doa tersebut, jemaat yang
pertama kali ada di Indonesia (wawancara dengan
datang beragam, mulai dari waria yang tingkat
Handayani, 27 April 2012). Proses berdirinya
ekonominya
PHDK tidak melalui jalan yang mulus, tetapi
pekerjaan) sampai dengan waria yang tingkat
melalui jalan yang terjal, dengan berbagai rintangan
ekonominya menengah keatas (ditandai dengan
yang menghalangi sampai organisasi ini terbentuk
kepemilikan salon). Kegiatan persekutuan doa
pada tahun 1993 (ibid).
dilaksanakan di Salon Handayani yang berada di
rendah
(ditandai
dengan
jenis
daerah Bratang, dan pada tiap kegiatannya jumlah
Sebagai ketua sekaligus pendiri dari PHDK, latar
jemaat yang datang tidak sampai maksimal sesuai
belakangnya mendirikan PHDK adalah karena ia
dengan jumlah anggotanya yang mencapai 80
telah tobat menjalani kehidupan sebagai waria yang
orang. Hal tersebut mungkin terjadi karena waria
tidak dekat dengan Tuhan (Anggraeni, 2003). Pada
mempunyai kesibukannya sendiri-sendiri.
Handayani,
mengungkapkan
bahwa
mulanya, Handayani membentuk organisasi ini
Selain kegiatan yang dilaksanakan di salon
dengan tujuh orang teman waria yang seiman.
Handayani, persekutuan doa juga dilaksanakan di
Alasan mereka mendirikan PHDK adalah untuk
Bukit Zion. Persekutuan waria yang dilakukan di
menampung waria yang malu untuk datang
Bukit Zion disebut dengan Adulam. Adulam
beribadah ke gereja.
merupakan
nama
sebuah
gua
yang
isinya
Dukungan dana dan bantuan dalam bentuk
masyarakat yang terpinggirkan di masyarakat, mulai
materi pada mulanya bersifat independen, artinya
dari orang yang tidak pernah membayar hutang,
PHDK maju hanya dengan menggunakan dana
penjahat, dan lain-lain dibawah pimpinan Raja
iuran oleh para anggotanya. Seiring dengan
Daud. Kemudian, setelah bertemu dengan Raja
berjalannya waktu, PHDK mendapat bantuan dari
Daud mereka bisa dibina, dan ketika keluar dari gua
Yayasan Pondok Kasih dan Gereja Bukit Zion.
tersebut, mereka menjadi anak buah Raja Daud
Bantuan yang diberikan oleh kedua organisasi
(wawancara dengan responden B, 21 Juni 2012).
tersebut berwujud tidak hanya dalam bentuk
Dari nama tersebut, tersirat pemahaman bahwa
materi, tetapi juga pelayanan kesehatan, dan juga
persekutuan doa Bukit Zion memang bertujuan
dalam bentuk penceramah yang datang pada saat
untuk “membina” waria untuk kembali menjadi
persekutuan doa (wawancara dengan Handayani, 27
keadaan biologisnya. Usia peserta PHDK juga beragam,ada yang
April 2012). PHDK yang dahulu bernama PD WGL
berusia muda (kisaran 20 tahunan), dan ada pula
(Persekutuan Doa Waria Gay Lesbi) melaksanakan
yang berusia lanjut (kisaran 60 tahunan). Mereka 66
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
duduk bersama dalam satu ruangan untuk berdoa
oleh PHDK, sementara jika ada waria Islam maka
bersama dan memanjatkan pujian untuk Tuhan.
diarahkan untuk mengikuti ibadah di pengajian Al-
Mayoritas peserta PHDK (sekitar 90%) adalah
Ikhlas.
waria. Untuk mencari anggota, Handayani bersikap
Pengajian Al-Ikhlas telah berdiri sejak tahun
proaktif. Kala ia mendengar ada waria yang sedang
2003 dengan anggotanya saat itu sebanyak 19 orang
sakit, tidak hanya Kristen tetapi juga agama lain,
dan semuanya telah berusia 30 tahun keatas
Handayani
dan
(wawancara dengan responden J, 11 Mei 2012).
menawarkan doa kesembuhan. Setelah sembuh,
Latar belakang pendirian pengajian ini kurang lebih
biasanya waria tersebut datang ke PD dan kemudian
sama dengan PHDK yaitu untuk mengakomodir
mengikuti acara PD. Bahkan ada beberapa waria
keinginan waria yang beragama Islam untuk
yang kemudian beralih kepercayaan (convert).
melakukan ibadah.
biasanya
mendatanginya
Lain halnya dengan PHDK yang telah
Hambatan yang datang dalam pendirian PD tidak datang dari masyarakat sekitar, tetapi malah
memiliki
tempat
tetap
untuk
melakukan
datang dari pendeta yang sinis dengan keberadaan
peribadatan, pengajian Al-Ikhlas tidak memiliki
waria.
lokasi khusus untuk beribadat. Pola pengajian yang “Penduduk sekitar ga masalah, mendukung,
dilaksanakan sebulan sekali ini mirip dengan pola
justru pro kontranya adalah pendeta-pendeta itu ada
arisan ibu-ibu yang tiap bulannya dilakukan di
yang
tempat yang berbeda.
menentang
(bukan
menentang
tapi
meremehkan), “halah wong waria kok ngadakan
Giliran menjadi tuan rumah biasanya diundi
persekutuan doa, paling yo guyon-guyon tok hepi-hepi
dan dalam satu tahun tidak ada yang menjadi tuan
tok.”
rumah sebanyak dua kali. Hal ini dilakukan agar semua anggota mendapatkan kesempatan yang
(“Waria saja kok mengadakan persekutuan doa, paling yang ada hanya bercanda dan tidak
samamenjadi
tuan
rumah.
Sampai
saat
ini,
serius.”)
pengajian sudah dilakukan di berbagai kota di Jawa Timur sesuai domisili anggota pengajian tersebut. Anggota pengajian ada yang berdomisili di Gresik,
Oleh karena itulah, Handayani bertekad untuk menjadikan PHDK ini sebagai organisasi
Lamongan,
keagamaan
(wawancara dengan informan B, 1 Mei 2012).
yang
memang
bertujuan
untuk
Metode
beribadah bukan untuk mencari kesenangan semata.
Malang,
Madura
berpindah-pindah
dan
bertujuan
Surabaya
untuk
struktur
menunjukkan pada masyarakat bahwa waria tidak
seksi
hanya pekerja seks atau pengamen di jalan-jalan,
kerohanian. Jika ada waria yang beragama Kristen
tetapi ada juga waria yang mengadakan pengajian
dianjurkan untuk mengikuti ibadat yang dilakukan
(wawancara dengan informan A, 11 Mei 2012).
PHDK organisasi
juga
tercantum
PERWAKOS
yaitu
pada pada
67
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
“Nek kyai sing biyen iku ojo takon mas, nek
Sampai saat penelitian ini dilakukan, anggota
ngomong langsung jleb-jleb.”
yang terdaftar pada pengajian ini sejumlah 80
(“Jika kyai yang dahulu itu memang cara
orang. Jumlah tersebut tidak selalu datang rutin
bicara langsung “to the point.”)
dalam pengajian, sehingga jarang sekali pengajian dilakukan dengan jemaah sampai dengan 80 orang.
Menurut informan A, cara ustadz pertama
Fenomena tersebut berbeda ketika pengajian untuk
memberikan ceramahnya terlalu heteronormatif,
memperingati Idul Fitri digelar. Pada saat itu, waria
yang seringkali memojokkan waria, sehingga banyak
yang datang pada pengajian mencapai sekitar 300
yang
orang, karena tidak hanya waria yang beragama
menggantinya dengan ustadz yang lain (wawancara
Islam saja yang datang melainkan semua waria
dengan informan A, 11 Mei 2012). Bahkan
biasanya datang pada acara-acara besar seperti Idul
terkadang ustadz pertama lupa bahwa anggota
Fitri dan Natal.
pengajian semuanya adalah waria, sehingga hal ini
merasa
tersinggung
dan
kemudian
lah yang menjadi pengganjal bagi waria.
Pada saat pengajian, para waria tersebut tidak berpenampilan seperti wanita, tetapi mengenakan
Fenomena yang terjadi pada pendirian kedua
pakaian putih-putih seperti laki-laki dan tanpa
organisasi tersebut sedikit memberikan gambaran
make-up. Menurut informan B, mereka pada
tentang negosiasi yang terjadi antara waria, agama,
dasarnya adalah laki-laki, maka ketika beribadah,
dan pemuka agama. Oleh karena itu pada sub bab
sholat, ataupun pengajian harus berpakaian seperti
berikut ini peneliti akan menjabarkan dengan lebih
layaknya
detil negosiasi yang terjadi dalam pandangan teori
laki-laki
(1
Mei
2012).
Meskipun
Bourdieu.
berpenampilan seperti laki-laki, masih banyak modifikasi pakaian yang mereka lakukan sehingga pakaian laki-laki lebih mirip seperti perempuan.
3.2. N egosiasi yang terjadi pada PHDK dan Pengajian Al-Ikhlas.
Contohnya adalah adanya beberapa waria yang masih memakai kerudung penahan rambut, serta
Seperti yang telah dijabarkan pada sub bab
ada juga waria yang sengaja menggerai rambutnya.
teori dan metodologi, dalam sebuah praktik
Pengajian yang dilaksanakan pada hari Jumat Legi(menurut
penganggalan
Jawa)
terdapat faktor-faktor yang tidak dapat dipisahkan
dengan
yaitu habitus, arena, dan kapital. Ketiga unsur
mengambil waktu selepas pukul 20.00 ini pernah
tersebut terlihat dan menjadi sebuah kajian yang
sekali mengalami pergantian ustadz. Isi ceramah
menarik apabila dikaitkan dengan berdiri dan
yang diberikan oleh kedua ustadz tersebut dasarnya
langgengnya
sama, yaitu berusaha untuk mengembalikan waria
Surabaya.
ke keadaan biologis sebagai laki-laki (wawancara dengan informan B, 1 Mei 2012). 68
organisasi
keagamaan
waria
di
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Habitus Pertama adalah penjelasan tentang habitus. Pada
barokahnya pak Kyai”(wawancara dengan informan A, 11 Mei 2012).informan A yang dulunya yang
bab ini, peneliti akan menggambarkan tentang
bekerja di lingkungan pesantren merasa bahwa
kehidupan masa lalu waria dapat mempengaruhi
semua rejeki yang ia dapat merupakan berkah dari
kehidupan waria sekarang, terutama yang erat
kyai yang pernah ia bantu dahulu.
hubungannya dengan organisasi keagamaan waria. Pada beberapa anggota baik pengajian ataupun perkeutuan doa waria, terdapat pola habitus yang
Arena Organisasi keagamaan waria juga dapat berdiri
sama, yaitu mereka berasal dari lingkungan yang
dikarenakan
agamis.
mereka.
adanya Pada
arena arena
yang
mendukung
sosial,
Bourdieu
“Saya muslim dari kecil. Saya dulu sering
mengandaikannya sebagai sebuah pesawat yang
mbantu-mbantu istrinya pak Kyai di desa, jaman
mempunyai tembok penghalang sebagai filter dari
dulu kalo temen saya ngaji saya dipanggil disuruh
dalam ke luar dan luar ke dalam.Pada pelaksanaan
belanja kebutuhan kyai tadi” (wawancara dengan
organisasi keagamaan, tembok penghalang itu juga
informan A, 11 Mei 2012)
nampak.Tembok
tersebut
adalah
konsepsi
“Saya itu berasal dari keluarga ningrat di
masyarakat tentang waria dan agama.Tidak hanya
daerah Jepara dan hampir seluruh keluarga saya
penduduk sekitar yang terkadang “meremehkan”
Haji” (wawancara dengan responden I, 27 April
waria yang mengadakan organisasi keagamaan,
2012)
tetapi ada juga pemuka agama yang menganggap bahwa organisasi keagamaan waria merupakan
“Mak Anik yang berlatar belakang keluarga
organisasi yang sifatnya tidak serius dan terkesan
agamis….” (Nuraini, 2011) tersebut
asal-asalan.Oleh karena itu, pasti terdapat perbedaan
menunjukkan bahwa memang ada keterkaitan
antara bagaimana waria merepresentasikan dirinya
antara latar belakang kehidupan mereka dengan apa
di dalam dan di luar organisasi.Artinya bagaimana
yang mereka lakukan sekarang. Pola waria, baik
waria melaksanakan ibadahnya ketika dilakukan di
anggota ataupun ketua, yang berasal dari keluarga
lingkungan sendiri dan lingkungan umum.
Ketiga
hasil
wawancara
yang agamis memberikan bukti bahwa habitus
Ketika ibadah dilakukan di lingkungan sendiri,
berfokus pada cara kita bertindak, berpikir,
seperti contohnya ibadah PHDK dilaksanakan di
merasakan
(Maton,
salon Handayani, waria lebih bisa mengkespresikan
2008:52).Selain berasal dari keluarga atau pernah
diri dan curhat sesuai dengan apa yang ada di dalam
bekerja di lingkungan yang agamis, ada juga yang
hatinya. Itu artinya mereka merasa aman dan bisa
menyatakan bahwa keterlibatannya pada organisasi
bertindak otonom. Tetapi keadaannya akan menjadi
keagamaan ini merupakan b2alasan dari perbuatan
berbeda apabila waria tersebut sedang berada di
yang mereka lakukan di masa lalu.“Oh ini saya dapet
gereja. Suasana guyubdan apa adanya seakan hilang
dan
“menjadi
seseorang”
69
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
apabila mereka sudah masuk ke gereja. Suasana
Hal tersebut mengindikasikan bahwa tembok
yang muncul di gereja seakan menjadi kaku dan
yang dikatakan Bourdieu sebagai force field tadi
curhatnya tidak berkutat pada permasalahan hidup,
tidak kokoh dan masih ada peluang untuk
tetapi lebih ke ungkapan rasa terima kasih kepada
ditembus.Penembusan ini bisa berupa negoisasi
Tuhan yang telah memberikan rejeki dan berkah di
yang
dalam hidup.Suasana yang terlihat sangat normatif,
agama.Bentuk
negoisasi
tidak ada lagi ungkapan perasaan yang spontan
macam.Pada
pengajian
keluar dari dalam hati, tetapi diproses dahulu
negoisasinya adalah tidak memakain make-up dan
kemudian baru diutarakan.
memakai pakaian laki-laki serta fokus dari ceramah
dilakukan
antara
waria
dan
tersebut
pemuka
bermacam-
Al-Ikhlas
bentuk
adalah pada aqidah (pada hati) bukan pada
Perasaan aman untuk mengutarakan perasaan ketika peribadatan dilakukan di dalam salon
syariat(pada
mengindikasikan bahwa tidak ada ancaman yang
pembacaan ayat-ayatnya tidak secara signifikan
dialamatkan pada mereka.Berbeda dengan ketika
menyuruh mereka untuk kembali menjadi laki-laki,
mereka di gereja, yang secara konseptual harus resmi
dan ketika di gereja, nama panggilan mereka bukan
dan normatif.Hal tersebut yang membuat waria
nama warianya, tetapi nama aslinya. Jadi ada
tidak bisa “melepaskan” perasaannya saat berada di
semacam kelunakan yang diberikan oleh pemuka
dalam gereja. Konsepsi masyarakat akan waria dan
agama di dalam pelaksanaan organisasi ini sehingga
agama menjadi tembok atau filter sehingga muncul
bisa berjalan dan berkembang.
aturan).
Pada
persekutuan
doa,
pembeda antara waria di dalam dan di luar. Kapital
Tembok yang kedua adalah tembok norma
Poin ketiga yang dibahas adalah poin
keagamaan atau pandangan waria di dalam agama,
tentang kapital, dimana kapital ini menjadi
dalam hal ini dalam agama Islam dan Kristen. Menurut
pemuka
agama
yang
penyemangat bagi waria baik dalam mengikuti
diwawancarai,
ataupun mendirikan organisasi keagamaan waria.
menjadi waria memang tidak diperbolehkan.Oleh
Kapital selalu diburu atau dicari oleh pelaku di
karena itu, tujuan akhir pembinaan waria ini adalah
dalam dunia sosial, karena memiliki kapital berarti
supaya mereka kembali ke jenis kelaminnya.Tetapi
memiliki kuasa tertentu.Hal ini juga terjadi pada
selalu ada premis dari semua pemuka agama yang diwawancarai
bahwa
mengubah
mereka
peserta organisasi keagamaan waria. Pada bab ini
itu
akan dijelaskan tentang manfaat yang didapat oleh
sulit.Artinya selama ini masih ada ruang bagi waria
peserta organisasi keagamaan di dalam pelaksanaan
di agama, dan itu diperbolehkan oleh pemuka agama.
Pemuka
agama
tidak
ibadah rutin organisasi. Dalam pelaksanaannya,
semata-mata
manfaat tersebut akan dibagi menjadi empat
menghentikan sifat waria mereka seketika tetapi ada
manfaat yaitu kematian, sosialisasi, ekonomi, dan
proses yang dilakukan.
rekognisi. 70
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
lebih memilih cara ini daripada dibawa pulang untuk dimandikan secara adat di daerah asalnya
3.3. Waria dan Kematian Semua
manusia
pasti
akan
menemui
(ibid, 2011). Di Yogyakarta, terdapat sebuah
ajalnya. Baik pria, wanita, waria, dan seluruh
komplek pemakaman yang ditujukan untuk orang-
makhluk hidup lainnya pada akhirnya pasti akan
orang yang tidak memiliki KTP (Kartu Identitas
mati. Bagi sebagian orang, kematian merupakan hal
Penduduk). Mulai dari pengamen, kaum tuna
yang sakral dan terdapat aturan tertentu untuk
wisma, dan waria banyak yang dimakamkan di
menghormati orang yang meninggal. Contohnya
komplek ini. Seperti yang tertuang didalam kutipan
pada saat orang Islam yang meninggal, ritual yang
ini “They die in street, in the public space. So the
dijalani meliputi pemandian jenazah, sholat jenazah,
government takes them and buries them here”
dan prosesi penguburan yang penuh dengan doa-
(Terje, 2011).
doa pengiring jenazah. Hal tersebut pasti akan
Kebutuhan waria akan prosesi kematian
mudah dilakukan, baik oleh keluarga ataupun
yang “layak” pun ditangkap dengan cermat oleh
masyarakat sekitar apabila yang meninggal adalah pria
atau
wanita.
Sebaliknya
pada
kedua organisasi keagamaan waria yang sedang
waria,
diteliti, Al-Ikhlas dan PHDK. Pada tahun 2007,
diskriminasi yang terjadi berlanjut sampai saat
ketika ada seorang waria anggota Pengajian Al-
mereka meninggal.
Ikhlas yang meninggal di Tulangan, Sidoarjo yang
Stigma yang melekat pada waria sebagai
langsung dikubur tanpa disholati merupakan salah
pekerja seks tidak bisa begitu saja hilang pada
satu alasan mengapa pengajian Al-Ikhlas dibentuk
pandangan masyarakat. Stigma negatif tersebut
(Nuraini, 2011). Oleh karena itu, pengajian ini
begitu kuat, sehingga bahkan sampai meninggal
secara rutin mengumpulkan dana wajib yang
pun waria masih mengalaminya. Pemuka agama
digunakan untuk membantu rekan-rekan waria
terkadang ragu untuk memandikan waria karena
yang meninggal. Selain itu, ketika ada waria anggota
secara tubuh, mereka tidak bisa dikategorikan
pengajian
sebagai pria atau wanita, sehingga tidak ada peraturan
untuk
mereka
(wawancara
yang
meninggal,
para
rekan-rekan
pengajian yang lain belajar untuk memandikan dan
dengan
mensholati
responden A, 17 April 2011). Anggota keluarga pun
rekan
mereka
yang
meninggal
(wawancara dengan informan B, 1 Mei 2012).
tidak tahu ketika anggota keluarga yang merupakan
Sampai sekarang, apabila ada rekan waria yang
waria tersebut meninggal. Hal ini dikarenakan
meninggal, majelis pengajian Al-Ikhlas akan datang
kebanyakan waria “diacuhkan” oleh keluarganya
ke rumah yang bersangkutan untuk membantu
(Boellstorff, 2011:166). Mirisnya, banyak waria
memandikan dan mensholati apabila anggota
yang memilih untuk dimandikan di Rumah Sakit
keluarga
karena pihak Rumah Sakit cenderung memandikan
yang
melakukannya.
jenazah sesuai dengan jenis kelaminnya. Mereka 71
bersangkutan
tidak
berkenan
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Di sisi lain, perihal kematian ini juga
pemancing mengapa banyak waria berminat untuk
merupakan alasan mengapa peserta organisasi
bergabung. Hal-hal tersebut tidak akan bisa
keagamaan rata-rata sudah “berumur.” Rata-rata
terlaksana apabila tidak ada sebuah kelompok yang
usia anggota pengajian dan persekutuan doa ini
memperjuangkannya. Seperti kata pepatah “bersatu
adalah sekitar 27 tahun keatas. Pada usia-usia
kita
tersebut, sudah mulai muncul kebutuhan rohani
merupakan
manusia akan Tuhan (Megasari, 2011). Kebutuhan
menggambarkan organisasi keagamaan waria ini.
mereka untuk mendekat pada Tuhan juga muncul
Dengan terbentuknya organisasi keagamaan ini,
karena
kematian.
kapital sosial untuk menghadapi kematian dengan
Responden saya mengatakan “Mangkane nek wis
cara yang layak menjadi sesuatu yang telah dicapai
tuek ojo aneh-aneh, wis nang omah ae, ga usah
dan diimpikan oleh waria anggota.
ketakutan
masang-masang
mereka
silikon”
yang
akan
dalam
untuk
besar pasti akan berkumpul di dalam komunitas waria
menanggung beban saat mereka meninggal.
mencari
mentor.
Mentor
yang
senior yang sudah mempunyai nama di dalam
Peti Mati ARIO Surabaya yang khusus menangani
komunitasnya, dan biasanya para mentor ini
kematian. Kerjasama yang dijalin adalah dengan
menjadi cultural broker (Kortschak, 2011). Mentor
memberikan peti mati gratis bagi waria anggota
ini bertugas memberikan wawasan dan wacana
dengan
terhadap waria muda tentang keadaan di kota besar.
Handayani, 27 April 2012). Selain kerjasama
Oleh karena itu, biasanya waria tua dan muda
dengan Peti Mati ARIO, PHDK juga menjalin
memainkan peran sebagai “ibu” dan “anak” di
kerjasama dengan Yayasan Pondok Kasih untuk
dalam pergaulannya dan tidak jarang seorang waria
mendirikan panti jompo khusus waria (ibid, 2012).
pendatang
Pendirian ini masih menjadi sebuah wacana yang
pasti
ditanyai
siapa
“ibu”
nya
(wawancara dengan responden G, 27 April 2012).
digulirkan, dan sampai tulisan ini ditulis masih
Waria selalu membutuhkan wadah untuk
mencari donator untuk pendiriannya. dilakukan
untuk
dijadikan acuan oleh para waria muda pastilah waria
PHDK telah menjalin kerjasama dengan
yang
tepat
dalam komunitasnya. Waria yang datang di kota
tersebut bahwa waria yang memakai silikon seakan
Langkah-langkah
yang
mungkin
kongkow merupakan cara waria untuk bergaul di
2012).” Terbersit secara implisit pada kalimat
(wawancara
runtuh”
Kumpul-kumpul, bercengkrama, hangout,
silikon (wawancara dengan informan A, 11 Mei
meninggal
ungkapan
kita
3.4. Waria dan Sosialisasi
aneh-aneh, di rumah saja, tidak usah memasang
yang
bercerai
bahasa
Indonesia artinya “Makanya, kalau sudah tua jangan
PHDK
teguh,
menunjukkan eksistensinya.Menunjukkan bahwa
oleh
mereka “ada” dan “diterima” oleh masyarakat.Di
organisasi keagamaan dalam kaitannya dengan
Surabaya sendiri, dimana jumlah waria menempati
proses kematian waria merupakan salah satu
posisi tertinggi di Indonesia,terdapat perlakuan 72
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
khusus bagi waria.Walikota Surabaya Poernomo
data yang diambil pada saat observasi, forum
Kasidi menunjuk Jalan Irian Barat sebagai tempat
pengajian tersebut lebih condong untuk dijadikan
mereka bersosialisasi pada tahun 1980an. Pada saat
ajang sosialisasi daripada pendalaman agama. Hal
itu awalnya memberikan Jalan Irian Barat sebagai
tersebut juga diiyakan oleh responden J:
tempat berkumpul kaum waria untuk bersosialisasi,
“Kalo saya kok dari pengajian itu ga dapet
tetapi seiring dengan berjalannya waktu lokasi
apa-apa, ya saya suka kumpul-kumpulnya aja.Kalo
tersebut berubah menjadi tempat ‘mangkalnya’
ilmu saya dapetnya dari pengajian temen-temen
pekerja seks waria. Hingga saat ini Jalan Irian Barat
KBIH saya” (wawancara dengan responden J, 11
terkenal sebagai tempat lokalisasi waria di mata
Mei 2012).
masyarakat umum. Pemerintah seolah tidak ada
Di tempat tersebut, ketika ustadz sedang
masalah dengan ‘lokalisasi’ waria tersebut pada
berceramah, anggota pengajian yang lain tidak
awalnya, tetapi akhir-akhir ini, sekitar tahun 2010
seberapa memperhatikannya, melainkan mereka
dan 2011 terdapat banyak sekali penertiban yang
asyik berbicang-bincang dengan anggota yang lain.
dilakukan di daerah Irian Barat (wawancara dengan
Meskipun sudah ditegur oleh pemuka agama pun,
responden A, 17 April 2011). Banyaknya pekerja
mereka diam sejenak kemudian tetap berbincang-
seks waria yang “mangkal” di daerah tersebut
bincang dengan rekan-rekannya.
membuat waria yang tidak berprofesi sebagai
Pergantian ustadz dari yang lama yang
pekerja seks enggan untuk berkumpul di tempat itu.
cenderung heteronormatif dan “keras” ke kyai yang
Keberadaan organisasi agama menjadi salah
lebih “lunak” dan “sabar” memperlihatkan tujuan
satu tempat bersosialisasi bagi para waria yang tidak
waria yang lebih condong ke bersosialisasi daripada
berprofesi sebagai pekerja seks.
ke pendalaman agama.
“Sebelum ada didirikan pengajian, anak-anak
“Paham betul, mengikuti keinginan anak-
berkumpulnya di jalanan, sebagai waria malam, ya
anak. Maksudnya saya adalah waria yang sama
dengan kegiatan yang sangat-sangat negatif. Dengan
dengan wanita (Pak informan B bisa) lebih
adanya
ngemong” (wawancara dengan responden J, 11 Mei
pengajian,
kita
ingin
menghilangkan
2012).
kenegatifan tersebut juga stigma dan diskriminasi
Meskipun mempunyai prinsip yang sama di
terhadap waria” (wawancara dengan responden J,
dalam ajarannya, tetapi informan B merupakan
11 Mei 2012)
pribadi yang lunak dan lebih bisa menerima waria.
Dari kutipan diatas, dapat diketahui bahwa waria yang tidak berprofesi sebagai pekerja seks
“Tambah banyak yang ayu-ayu lo, itu berarti
tidak mau berkumpul di jalan, oleh karena itu
Pak informan B ga sukses” (wawancara dengan
tempat pengajian merupakan tempat bagi mereka
responden J, 11 Mei 2012).
untuk bertemu dan bersosialisasi.Selain itu, dari 73
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Dari
segi
penampilan,
dengan
(wawancara dengan responden A, 17 April 2011).
adanya
informan B ini waria lebih coming out daripada
Bahkan
ketika
menghiraukan keberadaan mereka.Bantuan BLT
masih
diketuai
oleh
Kyai
yang
pemerintah
juga
seakan
tidak
mempunyai syarat yang terlalu “ribet.”
lama.Meskipun tidak menggunakan make-up dan tetapi
Hal yang paling utama dari penerima BLT
penampilan waria lebih menunjukkan pribadi
adalah mempunyai KTP.Hal tersebut yang menjadi
sebagai wanita daripada sebagai laki-laki.Hal ini
permasalahan
membuktikan bahwa habitus hexis yang mereka
mereka tidak mempunyai KTP yang bisa dijadikan
bawa masih kental terlihat meskipun dibalut dengan
dasar hukum seseorang tinggal di daerah tertentu.
memakai
baju
laki-laki
serba
putih
pakaian laki-laki dan tanpa make-up.
banyak
waria.Kebanyakan
dari
Dengan segala keterbatasan tersebut, waria memang jarang mendapatkan bantuan dana dari pihak manapun. Hal inilah yang ditangkap oleh
3.5. Waria dan Ekonomi Mayoritas waria yang “hijrah” ke kota besar
organisasi
karena memang tidak diakui oleh keluarga dan pada
sekali datang ke persekutuan doa, waria akan
seks dan pekerja kesenian. Hal tersebut dikarenakan
mendapatkan uang transport dan makan malam.
memang pendidikan mereka memang rendah
Selain itu, pada beberapa acara tertentu seperti
(wawancara dengan Handayani, 19 Juni 2012 dan
Natal, Paskah, dan hari keagamaan Kristen lainnya
responden L, 20 Juni 2012). Selain bekerja pada
mereka bahkan mendapat bingkisan sembako.Pada
dua bidang tersebut, waria muda biasanya tidak
saat observasi, peneliti melihat bahwa tiap individu
mempunyai keahlian khusus, sehingga banyak waria
mendapatkan kopi satu “renteng,” mi instan,
yang mengikuti waria seniornya yang sudah
biskuit yang bisa dijadikan bekal.
mempunyai salon atau setidaknya bekerja di salon.
Hal tersebut belum termasuk bantuan dari
Latar belakang waria yang seperti itu
Bukit Zion yang berupa bantuan kesehatan, dan
membuat banyak dari mereka yang tidak mandiri
bahkan bantuan ekonomi secara penuh bagi mereka
secara ekonomi.Oleh karena itu, belum adanya
yang sudah siap untuk berubah (wawancara dengan
organisasi yang benar-benar menyentuh mereka
responden B, 22 Juni 2012). Hanya saja Bukit Zion
secara ekonomi membuat mereka sering kesulitan
memang terbatas pada waria yang mempunyai KTP,
dalam keuangan. Bahkan PERWAKOS sebagai
dan di dalam KTP tersebut berlaku nama aslinya.
naungan waria di Surabaya juga tidak memberikan
Bantuan dari Bukit Zion tidak terbatas dalam hal
bantuan dalam bentuk pemberian material uang,
itu saja, tetapi juga pemberian makan dan unag
mereka lebih fokus pada penyebaran kondom untuk HIV
dan
menjaring
secara ekonomi menguntungkan bagi waria. Tiap
banyak dari mereka yang bekerja sebagai pekerja
penyebaran
waria.Untuk
jemaat, PHDK memberikan banyak akses yang
akhirnya “dibuang” oleh keluarga. Oleh karena itu
memperkecil
keagamaan
transport pada kebaktian hari Minggu. Intinya
AIDS 74
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
waria yang ingin datang tidak harus mengeluarkan
pada kapital simbolik. Kapital simbolik merupakan
uang apapun, mereka hanya membawa tubuh saja
hierarki tertinggi dalam kapital, yaitu kekuasaan
saat datang baik ke persekutuan doa atau kebaktian.
yang memungkinkan untuk mendapatkan setara
Pemberian bantuan dari gereja Bethany juga
dengan apa yang diperoleh melalui kekuasaan fisik
merupakan
bentuk
kapital
ekonomi
yang
dan ekonomi, berkat akibat khusus suatu mobilisasi
didapatkan oleh anggota PHDK. Waria yang
(Haryatmoko, 2003). Kapital ini bisa berupa gelar
dibaptis di gereja tersebut dan sudah berusia manula
pendidikan yang dicantumkan di kartu nama, cara
akan mendapatkan bantuan hidup bulanan sebesar
bagaimana
Rp. 150.000 dan juga mendapatkan bantuan uang
mengafirmasi otoritasnya, dan lain-lain. Kapital
kos sebesar Rp. 300.000 dalam satu tahun
simbolik ini juga bisa diwujudkan dalam bentuk
(wawancara dengan Handayani, 26 Juni 2012).
rekognisi terhadap kaum-kaum/golongan-golongan
Meskipun secara nominal tidak banyak, tetapi uang
yang
tersebut setidaknya bisa diandalkan oleh waria
golongan waria yang memang di dalam masyarakat
manula yang kebanyakan sudah tidak memiliki
selalu didiskriminasikan dan dimarjinalkan.
pekerjaan tetap.Sampai saat ini sudah ada 10 waria
membuat
termarjinalkan.
Waria
dan
tamu
Sebagai
agama
menanti,
contoh
seringkali
cara
adalah
dianggap
yang mendapatkan bantuan dari gereja tersebut
bertentangan. Banyak agama tidak mengakui
(ibid, 26 Juni 2012).
adanya waria, tetapi waria masih tetap eksis di
Hal serupa juga ditawarkan oleh pengajian
masyarakat. Keberadaan organisasi keagamaan yang
Al-Ikhlas. Berhubung mereka berada pada kelas
menanungi waria pun tak pelak menjadi sorotan
ekonomi yang lebih tinggi, maka ekonomi pun
karena bisa menjembatani antara dua hal yang
bekerja dengan cara yang lain. Waria anggota
sangat bertolak belakang. Kondisi yang demikian
pengajian
iuran
pada akhirnya menimbulkan banyak pertanyaan
bulanan yang nantinya diberikan kepada anggota
pada masyarakat sekitar anggapan bahwa waria
yang mengalami kesusahan.Kesusahan tersebut bisa
hanya yang hidup di jalanan dan berprofesi sebagai
dalam bentuk sakit atau saat mereka meninggal.
pekerja seks menjadi pudar. Bagi sebagian orang,
Selain itu dalam hal penyediaan “suguhan” saat
stigma seperti itu bisa dikurangi selama organisasi
pengajian juga dibantu dari dana iuran bulanan
keagamaan ini berjalan dengan baik.
memilih
untuk
mengadakan
tersebut. Meskipun jumlahnya sedikit, hal tersebut
Pada kasus pengajian Al-Ikhlas dimana letak
juga menjadi pemicu mengapa organisasi ini tetap
pengajiannya
berjalan dan berkembang sampai saat ini.
pelaksanaannya menjadi poin sentral dalam upaya
selalu
berubah-ubah
waria dalam mencari pengakuan.
3.6. Waria dan Rekognisi Semua kapital, mulai dari kapital ekonomi, dan budaya, pasti pada ujungnya akan bermuara 75
setiap
kali
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
setidaknya
“Dengan pindah-pindah, masyarakat bisa
hal
tersebut
menjadi
semacam
“pegangan” yang berguna bagi waria anggota.
melihat bahwa waria juga ada sisi positifnya”
Isi pengajian yang bermuatan ringan dan
(wawancara dengan responden J, 11 Mei 2012) Perpindahan lokasi tersebut seakan menandai
mudah dipahami juga menjadikan kunci bagi waria
dan menginformasikan pada masyarakat sekitar
untuk mendapatkan sari pengetahuan agama dari
bahwa waria tidak hanya yang “mejeng” di jalan
pengajian
dengan rok pendek dan menjajakan tubuhnya pada
pengajian tersebut merasa bahwa dengan menjadi
lelaki hidung belang. Waria juga bisa ngaji dan
anggota dari pengajian, rasa percaya dirinya menjadi
melakukan
bertambah,
kegiatan
keagamaan
secara
rutin.
tersebut.
karena
Salah
satu
anggota
mendapatkan
dari
pengetahuan
Bahkan di suatu waktu, ada pengajian waria yang
agama dan melakukan sesuatu sesuai dengan
juga mengundang masyarakar sekitar (wawancara
perintah Allah (wawancara dengan informan B, 1
dengan informan A, 11 Mei 2012). Dengan
Mei 2012). Biasanya waria tersebut malu untuk
bergabungnya masyarakat sekitar dalam kegiatan
melakukan sholat Jumat di masjid dekat rumahnya,
pengajian tersebut menandakan bahwa batas-batas
tetapi sekarang dia tidak malu dan bisa membaur ke
antara waria dan masyarakat seakan luntur. Stigma
dalam masyarakat.
buruk yang dulunya selalu menempel pada mereka
Kostum/busana yang dikenakan pada saat
lambat laun luruh dan digantikan dengan pendapat
pengajian berlangsung juga membawa manfaat yang
yang positif.
cukup signifikan terhadap waria anggota. Mereka
KTA (Kartu Tanda Anggota) yang dimiliki
menjadi paham bahwa hakikat mereka dalam
oleh tiap-tiap anggota juga menjadi salah satu
beribadah adalah sebagai pria bukan sebagai wanita.
kapital
simbolik
yang
dapat
mereka
Manfaat
miliki.
pengajian
juga
diakui
Linda.
Mayoritas waria tidak mempunyai KTP, atau
Pemilik Linda Salon di Jalan
setidaknya KTP yang mereka miliki berasal dari
mengaku gaya hidupnya mulai berubah sejak
daerah asal mereka, bukan KTP Surabaya. Dengan
dirinya rutin mengikuti pengajian Jumat Manis.
adanya KTA, maka itu bisa dijadikan simbol bahwa
Dia yang sebelumnya menjalankan salat di rumah
mereka
Surabaya
dengan rukuh, seperti layaknya perempuan, kini
meskipun secara tidak resmi. “Aku duwe KTA, iki
mulai berani unjuk muka. Setiap Jumat, dia pergi
lumayan
“Saya
ke masjid dengan pakaian muslim. "Bahkan, setiap
mempunyai KTA, ini lumayan untuk ditunjukkan.”
selesai ibadah, saya dipanggil takmir dan diajak
(wawancara dengan informan A, 11 Mei 2012).
berdiskusi. Itu artinya, keberadaan saya diterima,"
Meskipun tidak ada jaminan bahwa KTA tersebut
ungkapnya (Satriyo, 2006).
terdaftar
lan
lah
sebagai
gawe
penduduk
didudohno.”
Penerimaan
bisa meloloskan mereka dari operasi yustisi, tetapi
takmir
Kendangsari itu
masjid
terhadap
keberadaan seorang waria merupakan hal yang luar 76
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
biasa di Indonesia. Seringkali waria malu untuk
beribadah. Saya mengenal Tuhan," ungkap waria 41
masuk ke masjid dan melakukan ibadah, tetapi
tahun itu. Dia menargetkan, jika rezekinya lancar,
dengan
semacam
dua tahun mendatang bakal menyusul Marini ke
mendapatkan pengetahuan agama yang membuat
Tanah Suci. "Doakan saya bisa naik haji," terang
mereka “berani” untuk berdiskusi dengan anggota
waria berambut panjang itu. (Satriyo, 2006)
adanya
pengajian,
waria
Seiring dengan keinginan mereka untuk
masjid yang lain. Dengan adanya pengajian ini setidaknya
menghapus dosa, waria yang telah mendapatkan
waria mendapatkan pengertian bahwa secara syariat
predikat sebagai haji akan memperoleh privilege
mereka masih dikategorikan sebagai laki-laki.
spesial setidaknya jika bukan untuk keluarganya
Maksudnya adalah ketika mereka menjalani ibadah,
tetapi bagi masyarakat. Satu hal yang berubah ketika
mereka harus kembali ke sejatinya mereka, sebagai
menjadi haji adalah mengenai addressing/panggilan
laki-laki. Sebagai contoh pada saat sholat, mereka
orang lain terhadap mereka. Orang memanggil
tidak diperkenankan memakai mukena seperti
mereka tidak dengan panggilan mbak/ibu lagi tetapi
layaknya perempuan, melainkan mengenakan peci
dengan panggilan haji. Hal tersebut merupakan
dan sarung seperti laki-laki. Hal semacam ini
salah satu penanda bahwa mereka eksis dan bisa
membuat mereka semakin percaya diri ketika
menunaikan ibadah haji.
menjalankan
ibadah
yang
diperintah
Dengan
Allah,
munculnya
rekognisi
terhadap
termasuk yang termasuk salah satu rukun Islam
kalangan waria, maka secara tidak langsung akan
terakhir yaitu menunaikan ibadah haji.
membuka penerimaan masyarakat terhadap waria. menjadi
Salah satu waria mengatakan bahwa ia sekarang
fenomena yang unik di kalangan waria. Mak Anik
tidak hanya mengikuti kegiatan keagamaan Al-
sebagai pemrakarsa pengajian ini sudah pernah
Ikhlas, tetapi juga mengikuti pengajian-pengajian
menunaikan ibadah haji sekali, dan berencana
yang lain. Haji merupakan salah satu kapital bagi
untuk menunaikan lagi pada tahun 2012, tetapi
waria untuk mendapatkan pengakuan di mata
tidak
masyarakat dan juga menjadi penanda keberhasilan
Persoalan
mengenai
kesampaian
Boellstroff
pernah
karena
haji
ini
telah
mengatakan
meninggal.
bahwa
waria di bidang keagamaan.
waria
menunaikan ibadah haji atau mengirim orang tuanya untuk berangkat haji bertujuan untuk
4. Simpulan Organisasi
menghapus dosa. Kebaikan (good deeds) bisa menjadi kompensasi mereka menjadi waria (2011:
solusi
yang
166).
diskriminasi
keagamaan
lengkap dan
di
stigma
waria
dalam
merupakan pengurangan
masyarakat
terhadap
Dia mengaku banyak mendapat manfaat
mereka.Tempat tersebut memang ditujukan bagi
dari pengajian Al- Ikhlas itu. "Yang jelas, saya bisa
para waria yang selama ini mendapatkan kesulitan untuk 77
mencari
tempat
beribadah
yang
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
nyaman.Tidak ada lagi istilah waria yang malu atau
mereka untuk menjadi lebih normatif. Ceramah
sungkan untuk pergi ke tempat ibadah, karena
yang diberikan oleh pemuka agama baik Islam
keberadaan organisasi keagamaan waria mewadahi
ataupun Kristen juga memberikan ruang bagi waria
semua keinginan waria di dalam beribadah.
untuk menjadi waria, meskipun tujuan akhirnya adalah mengembalikan mereka sesuai dengan jenis
Dalam sejarahnya, organisasi keagamaan
kelamin mereka.
waria ini tumbuh untuk menyuarakan keinginan
Habitus, Arena, dan Kapital menjadi tiga hal
waria dalam beribadah.Tidak hanya itu, berdirinya yang
organisasi juga dipengaruhi oleh habitus dari
tidak
bisa
dipisahkan
ketika
berbicara
berupa
mengenai Teori Praktik. Begitupun juga dengan
pengalaman sejarah ketua dan anggota yang dahulu
keberadaan organisasi keagamaan waria ini, yang
dibesarkan di lingkungan yang relijius. Hal tersebut
tidak bisa lepas dari kapital. Dalam pelaksanaan
juga membawa efek dalam cara berpakaian waria
organisasi keagamaan, terdapat tiga kapital yang
ketika melaksanakan ibadah pengajian, yaitu dengan
diperebutkan, kapital sosial, kapital ekonomi, dan
memakai pakaian laki-laki dan tanpa make-up. Pada
kapital simbolik. Kapital sosial berbentuk organisasi
ranah inilah, habitus yang berupa etos bekerja, yaitu
keagamaan sebagai tempat waria untuk bersosialisasi
dengan
dengan
dengan yang lain serta dalam pengurusan kematian
pemikiran Ketua, baik dalam pelaksanaan ibadah
waria yang selama ini selalu menjadi momok bagi
ataupun pencapaian tujuan bersama. Sementara
waria.Kapital ekonomi muncul dalam bentuk
habitus hexisbekerja dalam cara berpakaian waria
pemberian
dan
organisasi.Meskipun tidak banyak tetapi kapital
pesertanya.
Habitus
mengarahkan
bagaimana
tersebut
bisa
anggota
pembawaan
sesuai
waria
di
dalam
bantuan
materi
kepada
anggota
ekonomi menjadi penting kaitannya dengan waria
pelaksanaan ibadah. Tembok/force field di dalam arena yang
yang berada dalam kelas ekonomi menengah
berfungsi menjadi filter untuk menahan sesuatu dari
kebawah. Kapital simbolik muncul berupa rekognisi
dalam untuk keluar dan sebaliknya juga muncul di
akan keberadaan waria dalam pandangan yang lebih
dalam
baik.
pelaksanaan
ibadah
pada
organisasi
Meskipun
diskriminasi
tidak
hilang
keagamaan waria. Tembok yang berupa konsepsi
sepenuhnya, tetapi masyarakat telah melihat sisi
dari masyarakat dan norma agama merupakan
positif waria, dan itu penting bagi perjalanan waria
tembok yang bisa ditembus dengan negoisasi antara
dalam mengupayakan rekognisi. Secara keseluruhan, munculnya organisasi
waria dan agama. Arena ini terlihat pada saat waria luar
keagamaan waria membuktikan bahwa waria sudah
organisasinya. Ketika berada di “lingkungan dalam”,
selangkah lebih maju dalam mendapatkan rekognisi
waria terkesan lebih santai dibanding jika ibadah
dari masyarakat. Rekognisi ini penting adanya
dilakukan di “lingkungan luar” yang menuntut
karena sebagai kelompok minoritas dan marjinal,
mengadakan
ibadah
di
dalam
dan
di
78
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
komunitas
waria
perlu
untuk
Ariyanto & Triawan, R., 2008, Jadi, Kau Tak
mendapatkan
rekognisi tidak dalam hal yang negatif, tetapi dari
Merasa Bersalah: Studi Kasus Diskriminasi
hal yang positif. Kegiatan ini merupakan kegiatan
dan Kekerasan Terhadap LGBTI. Jakarta:
positif yang bisa dilaksanakan oleh waria dan oleh
Citra Grafika. Boellstroff, T., 2008, Playing Back The Nation:
karenanya organisasi semacam ini harus didirikan di
Waria, Indonesia Transvestives. Irvine:
kota-kota dimana komunitas waria ada dan tinggal.
University of California.
Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan pada komunitas
waria
pada
agama-agama
lain
dar, 2002, Gereja Harus Berdamai dengan Waria.
di
Surabaya: NARWASTU.
Indonesia. Apakah organisasi keagamaan waria
Dr. Deddy Mulyana, M., 2006, Metodologi
Hindu, Budha, dan Katolik (apabila ada) juga berfungsi sama dengan organisasi keagamaan waria
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Islam dan Kristen Protestan. Lebih lanjut, kelas
Rosdakarya. Field, J., 2010, Modal Sosial. Bantul: Kreasi Wacan
sosial waria yang tidak tercantum di dalam
Offset.
penelitian ini, seperti waria Islam dengan status
Golub, S. A. et al., 2010, The Role of Religiosity,
ekonomi menengah kebawah dan waria Kristen Protestan dengan status ekonomi menengah keatas
Social Support, and Stress-Related Growth in
juga perlu diteliti lebih lanjut. Selain itu, penelitian
Protecting Against HIV Risk among
lebih lanjut juga perlu dilakukan terhadap organisasi
Transgender Women. Journal of Health
keagamaan yang berada di daerah selain Surabaya
Psychology. Handayani, 2012, PHDK [Wawancara] (27 April
yang mempunyai karakteristik yang kurang lebih
2012).
sama. Untuk memperkaya kajian tentang arena,
Handayani, 2012, PHDK [Wawancara] (19 Juni
perlu dilakukan studi khusus mengenai sejarah
2012).
waria di Surabaya secara spesifik.
Handayani, 2012, PHDK [Wawancara] (22 Juni Daftar Acuan Alwasilah, C., 2011, Pokoknya Kualitatif. Jakarta:
2012). Haryatmoko, 2003, Menyingkap Kepalsuan Budaya
Pustaka Jaya.
Penguasa. dalam: Majalah Basis Edisi Khusus
Anggraeni, F., 2003, Beralas Tikar, Lagu Tulisan
Bourdieu. Yogyakarta: Kanisius.
Tangan, Dan Memuji Tuhan. 133 ed.
Ida, R., 2011, Metode Penelitian Kajian Media dan
Surabaya: Tabloid Gloria.
Budaya. Surabaya: AUP.
Anggraeni, F., 2003, PD Waria Sarana Pertobatan
Jenkins, R., 2004, Membaca Pikiran Pierre
atau Pengakuan?. 141 ed. Surabaya: Tabloid
Bourdieu. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Gloria.
79
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Network," Journal of Gay and Lesbian Social
Kesehatan, D., 2009, Laporan Estimasi Populasi
Services, 20(3), pp. 203-220.
Rawan HIV di Indonesia, Jakarta:
Robbins, D., 200,. "Theory of Practice," dalam M.
Departemen Kesehatan.
Grenfell (Ed.) Pierre Bourdieau Key Concepts.
Kortschak, I., 2010, Invisible People: People and Empowerment in Indonesia, Jakarta: Go
Durham: MPG Books. Safitri, D. M., 2011, Piety Revisited: The Case of
Down and Lontar Foundation.
Pesantren Al-Fattah Senin-Kamis Yogyakarta.
Lombardi, E. L., 2008, "Integration Within a
Yogyakarta: s.n.
Transgender Social Network and Its Effect
Satriyo, A., 2006, Kelompok Pengajian Jumat Manis
upon Members' Socialand Political Activity," dalam Jourrnal of Homosexuality, 37(1), pp.
yang Anggotanya Para Waria Surabaya.
109-126.
Surabaya: Jawa Pos. Swartz, D., 1997, Culture and Power: The Sociology
Maton, K., 2008, "Habitus," dalam M. Grenfell (Ed.) Pierre Bourdieu Key Concepts. Durham:
of Pierre Bourdieu. Chicago: University of
MPG Books.
Chicago Press.
Megawati, R., 2011, Ketika Waria Bertasbih: Sebuah
Thomson, P., 2008, Field. In: M. Grenfell, ed.
Studi Kasus tentang Waria dan Relijiusitas.
Pierre Bourdieu Key Concepts. Durham: MPG
Surabaya: s.n.
Books. Wariazone. 2011. [Film] Directed by Terje.
Moh. Nazir, P., 2011, Metode Penelitian. Bogor:
Indonesia: s.n.
Penerbit Ghalia Indonesia. Moore, R., 2008, "Capital" dalam M. Grenfell (Ed.) Pierre Bourdieu Key Concepts. Durham:
Wawancara Handayani, 58 tahun, waria Protestan, wawancara
MPG Books.
pada 27 April 2012, 19 Juni 2012, dan 22
Muhammad, H., Mulia, S. M. & Wahid, M., 2011,
Juni 2012
Fiqh Seksualitas. Jakarta: PKBI.
Informan A, 38 tahun, waria Islam, wawancara pada
Mutahir, A., 2011, Intelektual Kolektif Pierre
11 Mei 2012
Bourdieu. Bantul: Kreasi Wacana.
Informan B, 54 tahun, laki-laki Islam, wawancara
Nuraini, F., 2011, Ketika Waria Surabaya Bertasbih.
pada 1 Mei 2012
Surabaya: Koran SURYA. Pinto, R. M., Melendez, R. M. & Spector, A. Y.,
Informan C, 64 tahun, laki-laki Protestan,
2008, "Male-to-Female Transgender
wawancara pada 22 Juni 2012 Informan D, 70 tahun, waria Protestan, wawancara
Individuals Building Social Support and
pada 27 April 2012
Capital From Within a Gender-Focused
Responden A, 40 tahun, waria Islam wawancara pada 17 April 2011 80
Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya vol. 1 no. 2 | Juli 2013
Responden B, 43 tahun, laki-laki Protestan, wawancara pada 21 Juni 2012 Responden C, 40 tahun, laki-laki Protestan, wawancara pada 14 Maret 2012 Responden D, 67 tahun, waria Islam, wawancara pada 27 April 2012 Responden E, 25 tahun, waria Islam, wawancara pada 27 April 2012 Responden F, 56 tahun, waria Islam, wawancara pada 11 Mei 2012 Responden G, 35 tahun, waria Islam, wawancara pada 27 April 2012 Responden H, 66 tahun, waria Protestan, wawancara pada 20 Juni 2012
81
Maskulinitas dan Praktik Tangkap Lepas dalam Memancing: Sebuah kajian terhadap Sportfishing Gesang Manggala Nugraha Putra Departemen Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan, Surabaya, Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstract The absence of legal regulation in fishing activities has brought Indonesian waters to a serious degradation, especially in the population of game fish. The most reasonable solution to this problem is performing Catch and Release (CnR). However, very little has been explored regarding the activity of fishing and CnR in Indonesia. This study aims to identify masculinity traits in sportfishing as a masculine act. Furthermore, the result will hopefully be useful in designing an effective campaign for CnR. This study employs qualitative method to discover how sportfishing is produced and consumed, formulate the meaning of sportfishing to Indonesian anglers, and identify masculinity traits in the enactment and involvement of this activity. The study concludes that sportfishing is the new hegemonic masculinity, replacing the previous conventional fishing. It is a masculine bloc that inherits classic masculine traits and combines them with aspects of femininity, resulting in a new adaptive model of masculinity that sustains the patriarchal dominance toward subordinate masculinity and women. Keywords: sportfishing, hegemonic masculinity, catch and release
tiga komunitas memancing di Indonesia: Kaskus
1. Pendahuluan
Fishing Community, Castinger Community dan Surabaya Fishing Club. Dua
Penelitian ini merupakan sebuah kajian budaya
di antara komunitas memancing tersebut
yang dilakukan dengan maksud mengidentifikasi
berpusat di Surabaya, Jawa Timur. Jawa Timur
aspek-aspek sosiokultural, terutama maskulinitas, dari
para
pandangan
pemancing mereka
yang
mempengaruhi
terhadap
tangkap-lepas.
dipilih karena merupakan salah satu dari provinsi terbesar di Indonesia yang lokasi geografisnya berada di tengah antara Indonesia bagian barat dan
Konstruksi maskulinitas yang terinternalisasi dalam diri
pemancing
dipandang
penting
timur. Perairan Indonesia barat dan timur adalah
karena
wilayah Indonesia yang terkenal dengan potensi
berdasarkan data yang diambil dari salah satu
wisata memancingnya. Alasan lain dalam pemilihan
komunitas pemancing, perbandingan antara jumlah
Jawa Timur sebagai lokasi penelitian adalah karena
pemancing berjenis kelamin laki-laki dan berjenis
banyaknya pemancing olah raga terkemuka di
kelamin perempuan adalah kurang lebih 200:1.
Indonesia yang berasal dari daerah ini.
Jadi, recreational fishing adalah kegiatan yang
Memancing umumnya dilakukan untuk
didominasi oleh laki-laki (Aas 2002, p.260).
dua tujuan utama: menangkap ikan dan rekreasi.
Lebih lanjut lagi, penelitian ini akan
Sebagian besar pemancing melakukan kegiatan ini
difokuskan pada pemancing yang tergabung dalam
untuk mencapai dua tujuan tersebut. Jadi selain 82
melepas kepenatan, membawa pulang ikan hasil
Sehingga, pemancing rekreasi bebas melakukan apa
tangkapan memberikan kepuasan tersendiri pada
saja yang mereka inginkan asalkan tidak melanggar
hampir semua pemancing (Schultz 2010, p.2).
ketentuan-ketentuan umum tentang perairan dan
Namun sekarang muncul fenomena yang menarik
perikanan. Meski dengan kenyataan tersebut, ada
di kalangan para pemancing, yaitu praktik catch and
beberapa
release, atau tangkap-lepas. Tangkap-lepas adalah
pemancing,
sebuah praktik dimana pemancing akan melepas
memancing yang secara sukarela menerapkan
kembali ikan yang mereka tangkap atas alasan
tangkap-lepas, baik di laut maupun air tawar.
konservasi.
Namun,
Ikan
yang
dilepaskan
kembali
pemancing maupun
jika
individual, penyedia
dibandingkan
layanan
dengan
diharapkan dapat terus hidup sehingga tidak
keseluruhan
mengurangi
perbandingannya masih sangat jauh.
populasi
ikan
dan
mengganggu
kelompok
pemancing
trip
jumlah
rekreasional,
Ketiadaan hukum legal dan kurangnya
keseimbangan ekosistem. Terkait dengan tujuan konservasi, beberapa
partisipasi pemancing rekreasional terkait praktik
sumber menunjukkan bahwa praktik tangkap-lepas
tangkap-lepas merupakan suatu fakta yang sangat
memiliki andil besar dalam mempertahankan
disayangkan mengingat potensi laut Indonesia yang
populasi ikan. Studi yang dilakukan oleh Reiss,
luar biasa. Perairan Indonesia termasuk dalam the
Reiss,
misalnya,
coral triangle. Bersama dengan perairan utara
membuktikan bahwa praktik tangkap-lepas, jika
Australia, Papua, dan Filipina, laut Indonesia
dilakukan dengan benar, akan secara signifikan
merupakan rumah bagi lebih dari 3000 spesies biota
menjaga populasi ikan (p.9). Atas bukti dari hasil
laut yang hidup di dekat pantai, belum termasuk
penelitian-penelitian tersebut, beberapa negara (dan
biota laut dalam dan ikan-ikan pelagis yang hidup
wilayah
menetapkan,
jauh dari pantai. Laut Indonesia juga merupakan
dan/atau memperketat hukum terkait praktik
tempat tinggal bagi lebih dari 37% spesies ikan
tangkap-lepas. Negara bagian Florida di Amerika
dunia (Timmers 2010). Selain itu, beberapa spesies
Serikat,misalnya,
yang
game fish atau sport fish (ikan target untuk
mengatur kuantitas ikan yang boleh dibawa oleh
perlombaan dan pencatatan rekor) air laut populer
pemancing, baik berdasarkan spesies, ukuran,
yang tercatat dalam IGFA (International Game Fish
maupun daerah penangkapannya.
Association) ada di Indonesia. Jika kelestarian
dan
Reiss
yuridis
tahun
lainnya)
2003,
sudah
menetapkan
hukum
Di Indonesia sendiri, praktik tangkap-lepas
populasi ikan tidak dijaga, melalui praktik tangkap-
dalam recreational fishing belum diatur secara
lepas misalnya, maka potensi perairan Indonesia
hukum. Hukum yang mengatur tentang perikanan
dipastikan akan menurun. Untuk
dan kelautan hanya berkutat pada commercial fishing
menjawab
tantangan
tersebut,
yang dilakukan oleh nelayan sebagai usaha mencari
penelitian ini bermaksud mengidentifikasi unsur-
nafkah ataupun tujuan-tujuan komersil lainnya.
unsur apa saja yang mungkin mempengaruhi 83
mempraktikkan
dalam kaitannya dengan praktik tangkap-lepas.
tangkap-lepas, khususnya dalam sportfishing. Salah
Pelaku sportfishing akan lebih berfokus pada
satu unsur yang penting disini adalah maskulinitas.
kegiatan memancing mereka sebagai sebuah ajang
Maskulinitas
unjuk maskulinitas daripada membawa pulang ikan
kemauan
pemancing
menjadi
untuk
penting
karena
seperti
hasil tangkapan.
dijelaskan diawal, kegiatan memancing didominasi oleh kaum lelaki. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi atribut-atribut maskulinitas yang
2. Metode
terinternalisasi dalam kegiatan sportfishing.
Gambaran dan Wilayah Kerja
Maskulinitas adalah sesuatu yang cair, dan
Penelitian ini akan difokuskan pada kegiatan
oleh karena itu, atribut-aribut penyertanya juga
memancing, khususnya sportfishing. Belum ada
mungkin berbeda di tempat dan waktu yang
literatur yang membahas sportfishing secara spesifik,
berbeda. Namun penelitian ini akan mengadopsi atribut-atribut
maskulinitas
dan oleh karena itu belum memiliki definisi teoretis.
sebagaimana
Meski
dikemukakan oleh Ian M. Harris dalam bukunya yang berjudul Messages Men Hear (2005). Harris memformulasikan 24 atribut maskulinitas dan
namun
pembatasan
tetap
diperlukan
untuk
kemampuan
fisik,
dan
kompetisinya
bagian selanjutnya).
tetapi bahkan unsur-unsur yang diasosiasikan
Tujuan
ini
dari
penelitian
ini
adalah
untuk
mengidentifikasi 24 atribut-atribut maskulinitas,
dimaksudkan agar penelitian ini dapat membedah
sebagaimana dikemukakan oleh Harris, dalam
sportfishing dengan lebih komprehensif.
sportfishing. Identifikasi tersebut dilakukan melalui:
Sportfishing menjadi sebuah acuan yang akan
sportfishing,
(pembatasan ini akan dibahas lebih lanjut dalam
hanya mencakup peran maskulinitas tradisional
sebagaimana
definisi
teknis,
karena atribut-atribut yang diusulkannya tidak
karena,
menemukan
teknik memancing konvensional dalam hal keahlian
Gagasan Harris sengaja dipilih untuk penelitian ini
penting
untuk
teknik-teknik memancing yang dibedakan dengan
penopang, pekerja, kekasih, bos, dan sosok keras).
cakupan
ditujukan
sportfishing secara sederhana digambarkan sebagai
individuals (yang selanjutnya akan disebut sebagai
Luasnya
tidak
hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti,
standard bearers, workers, lovers, bosses, dan rugged
femininitas.
ini
mempertahankan fokus penelitian. Berdasarkan
kemudian merangkumnya dalam 5 kategori, yaitu:
dengan
penelitian
(1) pengamatan partisipatif, baik dalam kegiatan
dijelaskan
memancing maupun forum-forum di dunia maya;
kemudian, merupakan kegiatan yang berorientasi
dan (2) wawancara dengan para narasumber.
pada proses. Hal inilah yang menjadi salah satu
Narasumber dan responden diambil dari anggota
pembeda utama antara sportfishing dengan tehnik
komunitas
memancing konvensional. Orientasi pada proses ini
memancing,
yaitu
Kaskus
Fishing
Community, Castinger Community dan Surabaya
jugalah yang membuat sportfishing menjadi penting 84
Fishing Club. Selain melakukan pertemuan rutin
penelitian ini adalah berupa teks lengkap, yang
dan kegiatan memancing bersama, ketiga komunitas
terdapat dalam buku, artikel, jurnal, dan/atau data
tersebut juga aktif berkomunikasi melalui dunia
online dari Internet yang relevan dengan topik
maya, baik lewat forum maupun jejaring sosial
bahasan.
seperti facebook. Komunitas-komunitas tersebut dipilih karena memiliki anggota di beberapa wilayah
Tehnik Pengumpulan Data Data kualitatif dalam penelitian diperoleh dengan
Indonesia. Ini menjadi penting agar hasil penelitian
dua
ini dapat cukup mewakili budaya-budaya lokal yang
metode.
Metode
yang
pertama
adalah
pengamatan terlibat. Untuk melakukan pengamatan
berbeda yang mungkin mempengaruhi pandangan
terlibat ini, peneliti ikut serta dalam berbagai
pemancing dari daerah tersebut.
kegiatan yang diadakan oleh ketiga komunitas yang diamati, baik kegiatan memancing bersama maupun
Pendekatan Penelitian pendekatan
pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh para
kualitatif. Pendekatan kualitatif diaplikasikan untuk
anggotanya. Selain itu, peneliti juga memantau dan
sportfishing,
mengidentifikasi
ikut serta dalam aktifitas komunitas-komunitas
konstruksi maskulinitas di kalangan para pemancing
tersebut di dunia maya, baik melalui jejaring sosial
olah raga dan bagaimana mereka memandang
seperti facebook maupun forum online di situs
praktik tangkap lepas. Pendekatan kualitatif sesuai
kaskus.co.id.
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut
dalam situs-situs ini juga akan menjadi data primer.
karena pendekatan kualitatif memang ditujukan
Pengamatan terlibat ini dilakukan mulai tahun
untuk:
2011 hingga saat penelitian ini dibuat.
Penelitian
ini
dilakukan
mendefinisikan
memperoleh
menemukan
pola
dengan
pemahaman
hubungan
makna,
interaktif,
Komentar-komentar
Metode
dan
kedua
yang
adalah
ditulis
wawancara
menggambarkan realitas yang kompleks (Sugiyono
mendalam.Wawancara dilakukan untuk mengetahui
2011, p. 14).
motif, tujuan, dan opini para narasumber terhadap kegiatan memancing, sportfishing dan tangkap-lepas,
Jenis dan Sumber Data
yang tentunya tidak mungkin diketahui hanya
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
melalui kuesioner. Pemilihan narasumber untuk
adalah data primer dan sekunder. Data primer
wawancara dilakukan dengan metode purposive
dalam penelitian ini berupa hasil survei dari para
sampling.
responden, komentar-komentar di jejaring sosial
Kriteria-kriteria
yang
menjadi
pertimbangan dalam pemilihan narasumber adalah,
dan forum online yang terkait dengan komunitas-
usia, jumlah keluarga yang menjadi tanggungan,
komunitas yang diamati, dan wawancara dengan
jumlah penghasilan, lama terlibat dalam kegiatan
para narasumber. Sedangkan data sekunder, yang
memancing,
diperoleh dari pencatatan pihak lain, dalam
memancing. 85
dan
peran
dalam
komunitas
Wawancara dilakukan selama periode Februari
menghubungkan data primer tersebut dengan data
hingga Juni 2012. Selama periode tersebut, ada 15
sekunder yang diperoleh dari sumber-sumber
narasumber
literatur untuk memperkuat argumen yang dibuat
yang
narasumber
diwawancarai.
pertama
Dua
belas
sebenarnya
dalam penelitian ini.
sudah
menunjukkan kejenuhan jawaban, namun peneliti masih menambah narasumber dengan anggapan bahwa
mungkin
akan
muncul
3. Hasil dan Pembahasan
inkonsistensi.
Produksi dan Konsumsi Memancing yang Maskulin
Namun hingga pada narasumber ke 15, tidak ditemukan adanya inkonsistensi yang signifikan,
Seperti halnya banyak kegiatan lain yang
dan oleh karena itu, wawancara dihentikan setelah
dikategorikan sebagai hobi, memancing juga telah
narasumber ke 15.Seluruh narasumber adalah
menjadi sebuah industri. Namun analoginya tidak
anggota
Fishing
berhenti sampai disitu, sama juga seperti hobi-hobi
Community, Surabaya Fishing Club, dan Castinger
lain yang dikategorikan sebagai olah raga, industri
Community. Seluruh narasumber, responden, dan
memancing adalah industri yang dirancang dengan
penulis komentar dalam situs telah dimintai
kaum lelaki sebagai pasar potensialnya. Para
persetujuan sebelum namanya dicantumkan dalam
produsen
penelitian ini. Narasumber, responden, dan/atau
produknya dengan mengaitkannya kepada konsep-
penulis komentar yang tidak bersedia disebutkan
konsep maskulinitas seperti kontrol, dominasi,
namanya
keahlian teknis (Adkins 2010, p. 21), dan terutama,
dan/atau
akan
pengurus
diidentifikasi
Kaskus
dengan
sebutan
dalam
industri
ini
memasarkan
agresi (Lippa 2005, p. 15). Hal ini dapat diamati
narasumber, responden, anggota, atau pengguna.
dengan cara melihat produk-produk perlengkapan memancing yang mereka pasarkan.
Tehnik Analisis Data Data primer yang diperoleh dari hasil pengamatan
Shimano,
sebuah
pabrikan
peralatan
dan wawancara pertama kali akan dianalisa guna
memancing ternama dari Jepang, menyebut produk
mengidentifikasi memancing sebagai suatu kegiatan
baitcast reel (sebuah varian produk penggulung
yang maskulin. Selanjutnya, data tersebut akan
senar) kelas premiumnya sebagai “weapon of choice
dianalisa
tahu
for fresh and saltwater anglers”. Selain Shimano,
narasumber
pabrikan alat pancing ternama dari Cina, Crony,
terhadap sportfishing. Hal ini dilakukan untuk
menamai tipe produk jorannya “Man’s Toy”dan
menentukan batasan mengenai sportfishing itu
“Aggress”. Selain itu, ada pula pabrikan alat pancing
sendiri. Setelah itu, hasil tersebut juga akan dianalisa
yang sangat terkemuka di dunia, Rapala. Dalam
untuk ketigakalinya guna mencari tahu jejak-jejak
katalognya tahun 2012, pabrikan asal Finlandia ini
atribut maskulinitas yang muncul. Kedua langkah
mendeskripsikan pelanggannya sebagai “weekend
analisa ini dilakukan secara kualitatif dengan
warriors”. Penyebutan-penyebutan tersebut sangat
pandangan
lebih para
lanjut
untuk
responden
mencari dan
86
kaya akan unsur-unsur maskulinitas sebagaimana
dengan produk alat pancing umumnya; atau dalam
dikemukakan oleh Adkins dan Lippa diatas.
bahasan ini, alat pancing untuk laki-laki. Avid Pearl
Memang benar bahwa ada pabrikan-
Series misalnya, yang dipasarkan dengan harga
pabrikan yang membuat dan memasarkan produk
antara $180-$200, kalah jauh dengan seri joran
perlengkapan memancing yang dirancang khusus
keluaran St. Croix yang lain yang dijual dengan
untuk
sebuah
harga dua kali lipat; dan dalam hal alat pancing,
pabrikan peralatan memancing fly fishing kelas
harga selalu mencerminkan kualitas. Jadi, produsen
menengah-atas dari Amerika Serikat, meluncurkan
masih sangat menitikberatkan produknya pada
lini
konsumen laki-laki.
konsumen
produk
joran
perempuan.
khusus
Ross,
untuk
konsumsi
perempuan yang diberi label Diamond Series. Joran
Tidak hanya dari segi produk, istilah-istilah
ini dirancang dengan diameter gagang yang 25%
yang digunakan dalam kegiatan memancing juga
lebih kecil daripada joran kebanyakan dan hadir
sangat kental dengan unsur-unsur maskulinitas.
dengan warna burgundy. Selain itu, logo gambar
Pemancing
bunga lili yang menjadi ciri khas joran Ross, diberi
“pertarungan” untuk mendeskripsikan periode dari
tambahan aksen berlian imitasi di tengahnya.
saat ikan memakan umpan hingga ikan tersebut
Dalam katalog produknya, Ross mendeskripsikan
berhasil
joran Diamond Series ini dengan kata-kata “pulasan
diromantisasi sebagai ajang adu kekuatan dan
khusus dan kilaunya membuat seri ini menjadi
keahlian antara pemancing dan ikan. Lebih lanjut
penawaran yang sangat unik bagi pemancing
lagi, pemancing yang berhasil menaikkan ikan, baik
perempuan yang memancing dengan gaya”.
keatas kapal maupun ke darat, sering dideskripsikan dengan
Selain Ross, pabrikan alat pancing kelas
kerap
dinaikkan
istilah
kali
(landed).
memakai
Momen
“memenangkan
istilah
tersebut
pertarungan”
menengah-atas lain yang juga berasal dari Amerika
dan/atau “mengalahkan ikan”. Disisi lain, ikan yang
Serikat, St. Croix, juga memiliki lini produk joran
berhasil dinaikkan digambarkan dengan istilah
yang didesain untuk konsumen perempuan. Lini
“menyerah” dan/atau “kalah”. Dalam salah satu
produk yang diberi nama Avid Pearl Series tersebut
forum
juga dirancang dengan diameter yang lebih kecil
mendeskripsikan rencana memancingnya dengan
dan warna ungu bersemu pink. Dilabeli sebagai
kata-kata “gua bantai neh betok ama babon
joran paling mutakhir yang pernah dibuat untuk
beunteur nya”.
memancing,
salah
seorang
pengguna
Penggunaan kata-kata seperti ini tidak
perempuan, Avid Pearl Series dideskripsikan dengan
hanya ditemui dalam praktik memancing sehari-hari
istilah “gorgeous”. Selain dari segi desain dan warna, ada hal
tetapi juga pada narasi acara-acara televisi tentang
lain yang menjadi ciri khas produk alat pancing
memancing. Ada dua acara memancing yang
khusus perempuan, yaitu kualitas yang lebih rendah
disiarkan di televisi nasional di Indonesia, yaitu
dan harga yang lebih murah jika dibandingkan
Mancing Mania yang disiarkan di Trans7 dan Mata 87
Pancing yang disiarkan di MNC TV. Para narator
menunjukkan agresi dan dominasi mereka sebagai
dalam acara-acara televisi tersebut menggunakan
sosok yang maskulin. Lebih lanjut lagi, pola
bahasa-bahasa seperti “ikan pun akhirnya takluk di
konsumsi menjadi penting dalam pembahasan
tangan pemancing asal Jakarta ini” atau “fight
penelitian ini karena konstruksi sosial semacam
berlangsung
akhirnya
inilah yang membentuk persepsi kebanyakan orang
pemancing asal Berau ini berhasil memenangkan
tentang jender dan peran jender (Lippa 2005, p.
pertarungan”. Pembawa acara dalam acara tersebut
66). Selain produksi dan konsumsi, kemampuan
juga
fisik
cukup
mendeskripsikan
lama,
namun
ikan
sebagai
berjender
juga
menjadi
penting
dalam
diskursus
perempuan. Dalam salah satu episode Mancing
memancing sebagai kegiatan maskulin. Pokok
Mania, pembawa acaranya mendeskripsikan ikan
bahasan selanjutnya akan menitikberatkan pada
talang-talang
(Chorinemus platypterus),
(Istiophorus
tala),
ikan
ikan
sappan
layaran
praktik memancing sebagai suatu olahraga, dan
(Tor
bagaimana kemampuan fisik pelakunya menjadi
tambroides), dan beberapa spesies ikan lain sebagai
poin
penting
ikan yang “cantik”, sebuah istilah yang dalam
maskulinitas.
dalam
hubungannya
dengan
Kamus Besar Bahasa Indonesia diasosiasikan dengan Sportfishing: Sebuah Olah Raga Sebagaimana disebutkan
perempuan. Dari kecenderungan-kecenderungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa proses
Samples (1979), Beehler et.al. (2001), dan Cooke
proses unjuk kebolehan pemancing yang maskulin
dan
untuk menaklukkan ikan yang feminin.
praktik
yang
berdampak
Karena adanya tumpang tindih istilah dan
serangkaian
perbedaan
mengsubordinasi
beranjak
lebih
tersebut,
jauh,
maka
sebelum
ini
berusaha
penelitian
sebenarnya sportfishing itu. Opini diperoleh dari
dalam hal memancing, lelaki seharusnya lebih baik
proses
dari perempuan. juga
pendapat
memulainya dengan menjaring opini tentang apa
pancing untuk perempuan mengukuhkan bahwa
pemancing
seringkali
memancing.
maskulinitas.
perempuan. Desain produk dan kualitas alat
Para
fishing
kemampuan fisik, teknis, dan kompetisi dalam
menegaskan gagasan yang disinggung juga oleh
adalah
commercial
dan
antara
olah raga.Hal ini dikarenakan adanya unsur aplikasi
yang maskulin. Dari sisi produksi, produsen seolah
menurutnya,
batasan-batasan
bahwa memancing, secara umum, adalah sebuah
memperkuat posisi memancing sebagai kegiatan
Maskulinitas,
(2005),
tumpang tindih. Bahkan banyak yang berpendapat
karena sebagai sebuah praktik, proses tersebut
mengenai
Cowx
sportfishing
Alur produksi-konsumsi menjadi signifikan
(1995),
tiga
penelitian berbeda yang dilakukan oleh Bishop dan
memancing dapat dianalogikan sebagai sebuah
Connell
dalam
wawancara
dengan
para
narasumber.
Sebanyak 9 orang narasumber berpendapat bahwa
mengkonsumsi
tidak semua kegiatan memancing dapat disebut
kegiatan tersebut sebagai suatu kesempatan untuk 88
sebagai olah raga. Menurut mereka, hanya ada
jika umpan buatan yang dipakai untuk teknik ini
beberapa teknik memancing saja yang dapat disebut
tidak digerakkan dan dimainkan, umpan tersebut
sebagai olah raga, dan oleh karena itu, termasuk
hanya akan menjadi plastik atau kayu yang
dalam kategori sportfishing. Meski ada sedikit variasi
mengapung diam di permukaan atau seonggok
yang muncul dalam wawancara, namun secara
logam yang tergeletak di dasar air, dan ikan tidak
umum, mereka sependapat bahwa teknik-teknik
akan
memancing berikutlah yang dapat digolongkan
menerus inilah yang membutuhkan tenaga dan
sebagai sportfishing: casting, popping, jigging, dan fly
stamina ekstra dari pemancing.
memakannya.
Proses
lempar-tarik
terus
Namun ada satu aspek lagi dari olah raga
fishing. yang
Keempat teknik yang digolongkan sebagai
sepertinya
luput
dari
perhatian
para
sportfishing diatas memiliki beberapa kesamaan
narasumber, atau setidaknya tidak muncul dalam
dimana masing-masing kesamaan tersebutlah yang
wawancara, yaitu kompetisi. Salah satu aspek
menjadikannya layak dimasukkan dalam kategori
penanda dari olah raga adalah kompetisi (Coakley
tersebut. Yang pertama adalah jenis umpan yang
2009, p. 6). Sebuah kegiatan dapat dikatakan
digunakan.Keempat
semuanya
sebagai olah raga jika ada unsur persaingan di
menggunakan umpan buatan untuk menarik ikan.
dalamnya. Memancing sangat kental dengan unsur
Penggunaan umpan buatan ini membutuhkan
ini. Tidak hanya dalam perlombaan-perlombaan
keahlian khusus yang harus dimiliki pemancing:
memancing,
keahlian untuk memainkan gerakan umpan buatan
kecenderungan untuk menjadi yang teratas dengan
sehingga ikan target akan mengira umpan tersebut
menangkap ikan yang terbesar. Semakin besar
sebagai makanan alaminya dan memakannya.
ikannya,
teknik
tersebut
setiap
semakin
pemancing
tinggi
memiliki
prestasinya,
semakin
Kesamaan yang kedua adalah perlunya
meningkat pula statusnya di kalangan sesama
tenaga dan stamina lebih untuk mengaplikasikan
pemancing. Keahlian teknis, kemampuan fisik, dan
keempat teknik diatas. Tenaga dan stamina yang
kecenderungan
dimaksud disini tidak hanya diperlukan saat ikan
menjadikan sportfishing sebagai kegiatan olahraga
sudah terkail, tetapi juga saat sebelum ikan
yang maskulin.
memakan
umpan. Dalam
teknik
berkompetisi
Konsepsi
memancing
memancing
inilah
sebagai
yang
sebuah
konvensional, umpan hanya perlu dilemparkan ke
olahraga memiliki peran penting dalam simbolisme
titik sasaran dan kemudian didiamkan begitu saja
maskulinitas.
sambil menunggu. Ikan akan memakan umpan
memproposisikan gagasan ini adalah Pronger
tersebut karena memang itu adalah makanan
(1990), Connell (1995), dan Adams, Anderson dan
alaminya.
McCormack
Sebaliknya,
keempat
teknik
diatas
Beberapa
(2010).
peneliti
Mereka
yang
juga
mengemukakan
mengharuskan pemancing untuk terus-menerus
bahwa olahraga digunakan sebagai alat untuk
melempar dan menarik umpan. Hal ini dikarenakan
menguatkan dominasi maskulinitas. Namun tidak 89
hanya itu, beberapa peneliti lain menegaskan bahwa
pengaruh
faktor-faktor
diatas
terhadap
partisipasi perempuan harus dihilangkan agar
keberhasilannya memancing. Jadi, keahlian tetap
penguatan ini dapat bekerja optimal (Bryson 1987,
merupakan aspek yang sangat penting dalam
dan Bourdieu 2001). Konsepsi ini, bersamaan
sportfishing yang maskulin.
dengan alur produksi-konsumsi, bekerja saling melengkapi dalam menguatkan dominasi laki-laki
Tabel 1. Atribut Maskulinitas dalam Sportfishing
terhadap perempuan dalam dua level. Di level
Kategori
pertama, konsepsi memancing sebagai olahraga menyediakan jalur bagi laki-laki untuk menguatkan maskulinitasnya melalui tindakan memancing. Di level
kedua,
alur
produksi-konsumsi
Unjuk keahlian
bekerja
mengeksklusifkan jalur ini khusus (atau setidaknya memberi lebih banyak ruang) untuk laki-laki.
Atribut-Atribut Maskulinitas dalam Sportfishing Penelitian ini mengelompokkan ke-24 Kemampuan Fisik
pesan maskulinitas yang dikemukakan oleh Harris menjadi empat kategori besar yang dapat ditelusuri dalam kegiatan sportfishing, yaitu unjuk keahlian, kemampuan fisik, pemberi nafkah dan pelindung. Masing-masing kategori beserta pesan-pesan yang
Pemberi Nafkah
terkandung didalamnya dirangkum dalam tabel 1 berikut. Ada beberapa temuan menarik yang dapat Pelindung
dibahas lebih lanjut dari penelusuran atribut-atribut maskulinitas
diatas.
Salah
satunya
adalah
Atribut Maskulinitas Pelajar Teknisi Etika kerja Jadi yang terbaik Pencapaian Mandiri Hukum Kendali Penggoda Olahragawan Petualang Pria Tangguh Tahan banting Pemberontak Superman Jadi seperti ayah Pencari nafkah Suami setia Uang Pemelihara Pecinta alam Dermawan Presiden Ksatria
ketidakmunculan atribut superman. Atribut ini tidak Ketidakmunculan atribut superman disini
muncul karena pemancing menyadari betul bahwa
juga menyediakan petunjuk bahwa konstruksi
ada faktor-faktor yang berada diluar kuasa mereka,
maskulinitas
dan hal terbaik yang bisa mereka lakukan hanyalah
peranan
penting.
Indonesia
berbeda
dengan
konstruksi Barat, termasuk juga atribut-atribut
memprediksinya. Dan disinilah keahlian, sekali lagi, memainkan
di
yang menyertainya. Selain itu, ada pula perpaduan
Serangkaian
antara dua konsepsi maskulinitas yang berbeda yang
pengetahuan yang dimiliki oleh pemancing akan
muncul pada kategori ‘pemelihara’. Kategori ini
menentukan keberhasilannya dalam memprediksi
90
menjadi menarik karena dua hal: (1) berdasarkan
et al. bahwa representasi maskulinitas, dan atribut-
penelitian, ternyata tidak semua pesan maskulinitas
atribut yang menyertainya, di Asia berbeda dengan
yang diusulkan oleh Harris terinternalisasi dalam
di Euro-Amerika. Ng et al. bahkan menemukan
kegiatan sportfishing, dan (2) bahwa faktor keluarga
bahwa diantara negara-negara Asia, ada persepsi
masih memegang peranan penting dalam kegiatan
yang
ini. Hal ini membuktikan bahwa dalam konteks
maskulin (2008). Melalui temuan ini, nyatalah
sportfishing-pun, identitas gender seorang lelaki
bahwa, seperti halnya negara-negara yang menjadi
masih dikaitkan dengan perannya dalam hubungan
lokasi penelitian Ng et al., Indonesia memiliki
dengan orang lain, terutama keluarga. Pendapat ini
konsepsi maskulinitasnya sendiri, khususnya dalam
senada
praktik sosial yang disebut sportfishing.
dengan
hasil
penelitian
Verma
dan
berbeda
mengenai
bagaimana
menjadi
Hal yang menarik kedua adalah kasus yang
Mahendra tentang konstruksi maskulinitas di India (2004). Selain itu, nosi ini juga didukung oleh
dialami
oleh
Bayu
yang
mengalihkan
pendapat Nisbett (2003) bahwa budaya Asia
ketidakmampuannya untuk memancing di tengah
memang mendorong terbentuknya ikatan keluarga
laut menjadi banyak pencapaian-pencapaian lain di
yang kuat, dan bahwa menjaga ikatan itu
ranah air tawar. Bayu menunjukkan bahwa dirinya
merupakan sebuah kewajiban.
adalah pemancing air tawar yang tangguh, dan ia mendapat pengakuan dari rekan sesama pemancing
Namun disisi lain, ini berlawanan dengan Mereka
untuk pencapaiannya itu. Kesimpulan yang dapat
berpendapat bahwa, tidak seperti perempuan, lelaki
ditarik dari kasus ini adalah b2ahwa saat seorang
cenderung
pemancing gagal memenuhi salah satu atribut
argumen
Baumeister
dan
mengkonsepsi
Sommer.
diri
mereka
dalam
kaitannya dengan kelompok-kelompok sosial dan
penting,
akan
ada
kecenderungan
untuk
hubungan-hubungan hierarkis (dalam Lippa 2005,
memperkuat atribut yang lain. Kasus Bayu disini,
p. 42). Cara pandang seperti ini lebih terlihat dalam
menunjukkan bahwa saat ia gagal menunjukkan
unjuk
atribut pria tangguh dalam dirinya, ia mengalihkan
keahlian diantara sesama pemancing. Dengan kata
kemampuannya untuk memperkuat atribut-atribut
pemanfaatan
lain,
disatu
sportfishing
sisi,
sebagai
sportfishing
ajang
lain
menunjukkan
yang
masuk
dalam
kategori
keahlian.
kepedulian akan hubungan emosional orang per
Pengalihan atribut ini dilakukan agar pemancing
orang,
tetap
sedangkan
pentingnya
status
disisi di
lain kalangan
menekankan
dapat
menjaga,
bahkan
meningkatnya
statusnya dalam kalangan sesama pemancing.
komunitas
Status masih merupakan atribut penting
pemancing yang hierarkis. Jadi, sportfishing adalah
yang menandai maskulinitas, seperti tertuang dalam
perpaduan dari dua maskulinitas yang berbeda. Hal ini sejalan dengan konsep maskulinitas
tulisan Pleck tentang peran dan identitas gender
ganda yang dikemukakan oleh Lecture dan Connell
laki-laki (1995). Temuan ini juga memperkuat
(2000). Temuan ini juga memperkuat pendapat Ng
argumen 91
Bereska
(2003)
bahwa
memang
maskulinitas hegemonis dan Male Gender Role
bahwa maskulinitas, yang merupakan serangkaian
Identity yang diusulkan oleh Connell (2005) dan
praktik, dapat berbeda tergantung dari relasi gender
Pleck (1995) sedikit sekali mengalami perubahan
dalam
dan oleh karena itu, masih relevan. Selain itu,
Messerschmidt 2005). Dari sini dapat diindikasikan
temuan dari kasus Bayu juga memperkuat argumen
bahwa
Stets dan Burke bahwa individu punya kebebasan
sepenuhnya
untuk memilih atribut mana yang dirasa sesuai
feminin; atau dengan kata lain, androgin. Hal ini
dengan
memperkuat argumen Davies bahwa individu
dirinya
dalam
usahanya
menegaskan
wacana
ada
dengan
identitas gender (1999).
sosial
tertentu
kemungkinan maskulin,
identitas
tetapi
gender
(Connell
&
sportfishing
tidak
memiliki
unsur
tertentu
mungkin
mengadopsi aspek gender lain (2010, p. 22) dengan Temuan
menarik
selanjutnya
tujuan untuk menjadi lebih adaptif (Bem, dalam
dikaitkan
Harris 2005).
dengan konsepsi sportfishing sebagai suatu olahraga. mengungkapkan
Adaptasi maskulinitas yang ditunjukkan
adalah mungkin suatu saat akan muncul sarana
dalam kegiatan sportfishing ini menandai apa yang
untuk menjadi lelaki dengan cara yang lebih
disebut Demetriou sebagai masculine bloc (2001).
beradab dan tidak opresif; dan ini mungkin akan
Hal ini harus dilihat, pertama-tama, dari hubungan
menjadi hegemonis (2005). Studi ini menawarkan
antara
bahwa sportfishing mungkin menjadi jawaban atas
konvensional; atau yang disebut sebagai, meminjam
prediksi
istilah
Connell
dan
Messerschmidt
tersebut,
terutama
dengan
sportfishing
Connell,
dan
teknik
maskulinitas
memancing
hegemonis
dan
teridentifikasinya atribut-atribut yang termasuk
maskulinitas non-hegemonis. Teknik konvensional
dalam kategori ketiga dan keempat, yaitu pemberi
menjadi non-hegemonis karena tidak lagi efektif
nafkah dan pelindung. Pendapat ini didukung pula
untuk mereproduksi dominasi patriarki. Hal ini
oleh
maskulinitas
ditunjukkan dengan partisipasi perempuan dalam
hegemonis adalah konsep maskulinitas yang secara
kegiatan memancing konvensional. Meski memang
signifikan tercermin dalam bidang kajian olahraga
masih
(1992).
konvensional lebih menyediakan ruang untuk
argumen
Messner
bahwa
dalam
kategori
keempat:
oleh
laki-laki,
teknik
partisipasi perempuan. Partisipasi ini merupakan
Temuan terakhir adalah mengenai atributatribut
didominasi
wujud dari resistensi perempuan dalam usahanya
pelindung.
ini
menjadi
amat
menarik
karena
untuk menggeser dominasi laki-laki dalam kegiatan
mengandung
kontras.
Atribut-atribut
dalam
memancing. Dengan kata lain, teknik memancing
Temuan
kategori empat sebenarnya lebih merupakan unsur
konvensional
yang
ketegangan dalam relasi dua gender diatas, dan oleh
biasanya
femininitas,
baik
ditemui secara
dalam
pengukuran
psikologis
tidak
lagi
dapat
meredakan
karena itu, tidak lagi hegemonis (Connell &
maupun
Messerschmidt 2005).
sosiologis (Stets & Burke 1999). Ini menunjukkan 92
Mengantisipasi
partisipasi
Selain menyediakan limitasi fisiologis bagi
perempuan
sportfishing
tersebut, dunia memancing membutuhkan pola
partisipasi
maskulinitas lain untuk tetap melanggengkan
menyediakan limitasi psikologis dan ideologis
dominasi patriarki dalam praktiknya. Atribut-
dalam upayanya mengeksklusifkan kegiatan ini bagi
atribut maskulinitas dalam sportfishing, sebagaimana
laki-laki. Sportfishing memperoleh kapabilitas ini
dijelaskan
dengan
sebelumnya,
dimunculkan
sebagai
perempuan,
mengatribusi
tiga
rezim
juga
gender
jawaban atas kekosongan posisi hegemonis ini.
sebagaimana diusulkan oleh Connell, yaitu pasar,
Maskulinitas sportfishing yang terbagi dalam empat
negara, dan keluarga (Connell 1990,Connell &
kategori
Messerschmidt 2005, dan Demetriou,2001).
tidak
berdiri
sendiri
dalam
proses
formasinya, karena bagaimanapun juga, teknik
Dalam konteks sportfishing, rezim pasar
sportfishing masih merupakan bagian dari kegiatan
bicara tentang bagaimana kegiatan ini diproduksi
besar yang disebut memancing, demikian pula
sebagai kegiatan yang maskulin, seperti yang
halnya dengan teknik konvensional. Unsur-unsur
dijelaskan di awal bab ini. Lelaki dalam hal ini
yang ada dalam teknik konvensional juga diadaptasi
memiliki patriarchal dividend (Connell 1996, p.
dan
praktik
162) dari segi akses finansial. Konsepsi lelaki
sportfishing. Inilah yang menjadikan sportfishing
sebagai breadwinner mengharuskan mereka bekerja
sebagai bentuk hybrid masculinities (Demetriou,
dan mencari nafkah, dan oleh karena itu memiliki
2001) yang lebih adaptif dalam melanggengkan
lebih
patriarki.
finansial. Harga piranti sportfishing yang relatif
dapat
dilacak
jejaknya
dalam
banyak
akses
terhadap
sumber-sumber
gender
mahal, yang menyebabkannya hanya mampu
hegemoni
dijangkau oleh mereka yang memiliki akses
Connell, muncul relasi dalam gender dan relasi
finansial lebih, merupakan wujud praktis dari rezim
antar gender dalam praktik sportfishing sebagai
ini.
Jadi
jika
berdasarkan
dilihat
konsep
dari
relasi
maskulinitas
konsep maskulinitas. Relasi dalam gender muncul
Rezim negara bicara tentang kekuasaan yang
antara sportfishing dan memancing konvensional,
diinstitusionalisasi. Dalam hal ini, sportfishing
dan disebut sebagai hegemoni internal. Proses
menikmati warisan dari konsepsi memancing yang
hegemoni internal ini telah dijelaskan dalam
secara umum dipahami sebagai kegiatan laki-laki.
teknik
Oleh karena ideologi tersebut, pemegang-pemegang
konvensional dalam bagian awal bahasan ini.
kekuasaan dalam institusi memancing pun adalah
Sedangkan relasi antar gender muncul antara laki-
laki-laki. Dari tiga komunitas pemancing yang
laki dan perempuan dalam konteks sportfishing,
menjadi subjek penelitian ini, seluruh pengurus dan
yang
pengelolanya adalah laki-laki. Di sisi sebaliknya,
kontestasi
antara
disebut
sportfishing
sebagai
dan
hegemoni
eksternal
(Demetriou, 2001).
ideologi
tersebut
juga
bekerja
dari
dalam
perempuan sendiri untuk menjauhkan mereka dari 93
kegiatan sportfishing. Contoh sederhana adalah
dalam hal ini memancing konvensional, dan
konsepsi bahwa perempuan harus selalu tampil
membentuk apa yang disebut Demetrieu sebagai -
terawat dan sempurna (Wolf 1992). Konsepsi ini
maskulinitas
akan
menjauhkan
memancing
yang
Sportfishing
hibrida.
juga
dari
kegiatan
memanfaatkan rezim gender untuk mengukuhkan
mengharuskan
mereka
dominasi laki-laki terhadap perempuan. Sportfishing
perempuan
berinteraksi dengan panas matahari, air kotor, ikan,
bahkan,
dan fasilitas yang minimal saat memancing.
mengotorisasi elemen-elemen yang berbeda dan bahkan
Perempuan juga dijauhkan dari sportfishing
meminjam
istilah
nampaknya
Demetrieu,
berlawanan
dengan
lewat rezim keluarga. Perempuan memiliki peran
maskulinitas; atau dalam kasus ini, femininitas
nurturing
untuk mereproduksi dominasi tersebut (Demetrieu
dalam
kehangatan,
afeksi
keluarga, dan
menunjukkan
kepekaan
2001).
emosional
terhadap anggota keluarga yang lain. Yang menarik disini, seperti telah ditunjukkan sebelumnya, peran
4. Simpulan
tersebut ternyata telah diatribusi oleh laki-laki; baik
Sebagai sebuah kegiatan yang maskulin, sportfishing
dalam sosok seorang ayah yang memperkenalkan
mengandung atribut-atribut maskulinitas. Atribut-
dan mengajari anaknya memancing, maupun sosok
atribut ini dapat diamati dalam sikap, perilaku, dan
pemancing yang mempraktikkan tangkap-lepas
pendapat yang dikemukakan oleh para pemancing
demi melestarikan populasi ikan. Hal ini senada
saat mereka melakukan kegiatan tersebut maupun
dengan
Sarvan
(1970)
bahwa
saat
lebih
feminin
mulai
Atribut-atribut yang muncul dikelompokkan dalam
maskulinitas
4 kategori, yaitu Unjuk Keahlian, Kemampuan
semacam inilah perempuan disubordinasi oleh laki-
Fisik, Pemberi Nafkah, dan Pelindung. Dari 24
laki, dengan merebut dan menjalankan peran yang
atribut yang terbagi dalam 4 kategori tersebut,
secara tradisional diatribusikan kepadanya. Laki-laki
hanya satu atribut yang ternyata tidak muncul
mengukuhkan dominasinya dengan menunjukkan
dalam konteks pemancing di Indonesia, yaitu
bahwa ia mampu menjalankan peran perempuan,
atribut Superman. Hal ini menunjukkan bahwa
dan oleh karena itu, perempuan tidak lagi
konsepsi maskulinitas Indonesia relative berbeda
dibutuhkan.
dengan konsepsi maskulinitas di Barat.
pendapat
maskulinitas
yang
menunjukkan
ekskalasi.
Melalui
berinteraksi
Lebih
Dengan menyatukan seluruh temuan dan
lanjut
dengan
lagi,
sesama
pemancing.
ketidakmunculan
atribut
pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
Superman, disertai dengan kasus pengalihan atribut
sportfishing merupakan bentuk maskulinitas baru
yang ditunjukkan oleh Bayu serta atribut dalam
yang
kategori
menempati
posisi
sebagai
maskulinitas
Pelindung
yang
sarat
akan
unsur
hegemonis. Sportfishing meraih posisinya sekarang
femininitas, menunjukkan bahwa sportfishing adalah
dengan mengatribusi maskulinitas non-hegemonis,
suatu bentuk maskulinitas hibrida yang disebut 94
Demetriou sebagaai masculinity bloc (2001). Jenis
89 19-28. <www.idealibrary.com> diakses 15
hibrida
November 2011
ini
menggantikan
posisi
memancing
konvensional yang tidak lagi mampu mereproduksi
Bishop, Richard C. dan Karl C. Samples, 1980,
dominasi patriarkal, dan oleh karena itu, menjadi
“Sport and Commercial Fishing Conflicts: A
hegemonic masculinity dalam konteks memancing.
Theoretical Analysis,” dalam Journal of
Sportfishing sebagai bentuk maskulinitas
Environmental Economics and Management. 7,
yang hegemonis dapat dimanfaatkan sebagai media
pp. 220-233. Bourdieu, P., 2001, Masculine Domination. Palo
kampanye untuk mempopulerkan praktik tangkaplepas. Dengan mempopulerkan sportfishing yang
Alto: Stanford University Press.
berorientasi pada proses, maka penggiat kegiatan
Bryson, L., 1987, “Sport and the Maintenance of
memancing diharapkan dapat mengesampingkan
Masculine Hegemony.” Women’s Studies
hasil, yaitu ikan itu sendiri. Dengan begitu, mereka
International Forum. 10. pp. 349-360. Butler, Judith, 1999, Gender Trouble. London:
akan lebih bersedia mempraktikkan tangkap-lepas.
Routledge. Coakley, Jay, 2009, Sports in Society: Issues and
Daftar Acuan
Controversies. Aas,
Oystein,
2002,
“The
Next
Chapter:
Edisi
ke-10.
New
York:
McGraw-Hill.
Multicultural an Cross-Disciplinary Progress
Connell, Robert W., 1996, "New Directions
in
in Evaluating Recreational Fisheries,” dalam
Gender Theory, Masculinity Research and
Pitcher,
Gender Politics," dalam Ethnos, Vol. 61,
Tony
J.
dan
Charles
E.
Hollingworth. Oxford: Blackwell Science (Eds),.Recreational
Fisheries:
pp. 161-162.
Ecological,
Connell, Robert W., 2005, Masculinities. Edisi ke-2.
Economic and Social Evaluation. pp. 252-263 Adams,
Ali,
et.al.,
2010,
“Establishing
Los Angeles: University of California Press.
and
Connell, R. W., & Messerschmidt, J. W., 2005.
Challenging Masculinity: The Influence of
“Hegemonic Masculinity: Rethinking the
Gendered Discourses in Organized Sport,”
Concept,” dalam Gender & Society, Vol. 19,
Journal of Language and Social Psychology. Vol
pp.
29,
diakses 23 Maret 2012
diakses 27 Juni 2012
829-859.
Cooke, Steven J. dan Ian G. Cowx. “Contrasting
Beehler, Gregory P. et.al., 2002, “Identification of
Recreational
and
Commercial
Fishing:
Sport Fish Consumption Patterns in Families
Searching for Common Issues to Promote
of Recreational Anglers through Factor
Unified Conservation of Fisheries Resources
Analysis.”Environmental Research Section A.
and Aquatic Environments,” dalam Biological 95
Conservation, Vol. 128,
93-108.
interviews with college men and women,”
<www.elsevier.com/locate/biocon> diakses 17
dalam Journal of Research in Personality, Vol.
November 2011
33, pp. 463-493.
pp.
Davies, Sharyn G., 2010, Gender Diversity in
Louie, Kam dan Morris Low, ed., 2005, Asian
Indonesia: Sexuality, Islam and Queer Selves.
Masculinities: The Meaning and Practice of
Oxon: Routledge.
Manhood in China and Japan. London: Routledge Curzon.
Demetriou, Demetrakis Z., 2001, “Connell’s Concept of Hegemonic Masculinity: a
Messner, M. A., 1992, Power at Play: Sports and the
Critique.” Dalam Theory and Society, Vol. 30,
Problem of Masculinity. Boston: Beacon. Moffit, T. E., et.al., 2001, Sex Differences in
Kluwer Academic Publishers. pp. 337-361.
Antisocial Behavior. Cambridge: Cambridge
Good, Glenn E, et al., 1994, “Masculinity
University Press.
Research: a Review and Critique,” dalam Applied
&
Preventive
Psychology
Ng, Chirk Jenn, et.al., 2008, “What do Asian Men
3.
Cambridge: Cambridge University Press. pp.
Consider
3-14.
Attributes? Findings from the Asian Men’s
Harris, Ian M., 2005, Messages Men Hear:
Attitudes
as
to
Important
LifeEvents
Masculinity
and
Sexuality
Constructing Masculinities. London: Taylor
(MALES) Study,” dalam Journal of Men’s
and Francis, Ltd.
Health. 5. pp. 350-355.
Haywood, Chris dan Mairtin Mac an Ghaill., 2003,
Pitcher, Tony J. dan Charles E. Hollingworth.
Men and Masculinities: Theory, Research and
2002, “Fishing for Fun: Where’s the Catch?”
Social
dalam Pitcher, Tony J. dan Charles E.
Practice.
Buckingham:
Open
Hollingworth (Eds.) Recreational Fisheries:
University Press.
Ecological, Economic and Social Evaluation.
Kerr, J.H., et al. “Motivation and Level of Risk in Male
and
Female
Participation,”
Recreational
dalam
Personality
Oxford: Blackwell Science. pp. 1-16.
Sport and
Policansky,
David.,
2002,
Individual Differences, Vol.. 37, pp. 1245–
Recreational
1253.
Perspective,” dalam
<www.elsevier.com/locate/paid>
“Catch-and-Release
Fishing:
A
Historical
Pitcher, Tony J. dan
Charles E. Hollingworth (Eds.) Recreational
diakses 27 Juni 2012 Lippa, Richard A., 2005, Gender, Nature and
Fisheries: Ecological, Economic and Social
Nurture.Edisi ke-2. New Jersey: Lawrence
Evaluation. Oxford: Blackwell Science. pp.
Erlbaum Associates, Inc.
74-94. Pronger, B., 1990, The Arena of Masculinity: Sports,
Lippa, R. dan Arad, S., 1999, “Gender, Personality, and
Prejudice:
The
display
Homosexuality, and the Meaning of Sex. New
of
York, NY: St. Martin’s Press.
authoritarianism and social dominance in 96
Reeser, Todd W., 2010, Masculinities in Theory: An
background/biodiversity/biodiversity.html>.
Introduction. Oxford: John Wiley & Sons
diakses 24 November 2011.
Ltd.
Verma, Ravi K., dan Vaishali S. Mahendra. 2008,
Reiss, Peter. et.al., 2003, “Catch and Release
“Construction of Masculinity in India: A
Fishing Effectiveness and Mortality,” Acute
Gender and Sexual Health Perpective,”
Angling, Inc.,
dalam Journal of Family Welfare, Vol. 50, pp.
Web diakses 17 November
2011.
71-78.
Schultz, Ken., 2010, Essensials of Fishing: the Only
Wolf, Naomi., 1992, The Beauty Myth: How Images
Guide You Need to Catch Freshwater and
of Beauty Are Used Against Women. New
Saltwater Fish. New Jersey: John Wiley &
York:
Sons, Inc. Stets,
Jan
E.
dan
Peter
J.
Burke.,
“Femininity/Masculinity.”dalam
1999,
Borgatta,
Edgar F. dan Rhonda J. V. Montgomery (Eds.) Encyclopedia of Sociology. Edisi Revisi. New York: Mcmillan. pp. 997-1005. Sugiyono. 2011, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Edisi ke-13. Bandung: Alfabeta, Symes, David dan Ellen Hoefnagel. 2010, “Fisheries Policy, Research and the Social Sciences in Europe: Challenges for the 21st Century,” dalam Marine Policy, Vol. 34, pp. 268-275. <www.elsevier.com/locate/marpol>
diakses
17 November 2011. Thomas, J. R. dan French, K. E., 1985, “Gender Differences Performance:
Across a
Age
in
Motor
Meta-Analysis,”dalam
Psychological Bulletin, Vol. 98, pp. 260-282. Timmers, Molly. “The Coral Triangle and Marine Biodiversity”.oceanexplorer.noaa.gov.
97
Anchor
Books.
Jurnal Lakon: Undangan Menulis untuk Edisi Desember 2013
Tema: Anti-Kekerasan Tema untuk Edisi Desember 2013 adalah anti-kekerasan, yang mana kekerasan dalam hal ini meliputi kekerasan fisik, kekerasan ekonomi, kekerasan psikologi, diskriminasi, dan bentuk tindakan lainnya yang mengancam Hak Azasi Manusia (HAM). Para kontributor dapat menulis artikel yang merupakan kajian atas suatu praktik budaya, kajian dari karya sastra/film, atau telaah pemikiran kritis (gagasan konseptual) mengenai keadilan dan kesetaraan, melawan opresi, keberagaman, hak-hak minoritas, dan hal-hal lain yang serupa.
Panduan penulisan 1. Artikel dapat berupa: a) Kajian atas suatu praktik budaya, kajian atas suatu karya sastra (puisi/novel) atau film, dan gagasan konseptual, yang diutamakan berfokus tentang Indonesia. Panjang artikel 2500-8000 kata, sedangkan panjang abstrak tidak lebih dari 200 kata dengan mencantumkan maksimum lima (5) kata kunci. b) Resensi buku, yang berkaitan dengan kajian sastra dan budaya, dengan panjang artikel antara 500-1200 kata dan merupakan buku yang terbit dalam lima (5) tahun terakhir. 2. Semua naskah yang dikirimkan merupakan karya asli milik penulis yang belum pernah diterbitkan, atau sedang dalam proses seleksi oleh media lain. 3. Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris, tetapi diutamakan dalam bahasa Indonesia 4. Naskah diketik dalam huruf Times New Roman 12 dengan jarak 1,5 spasi pada kertas ukuran A4 dan mengikuti penulisan standar artikel ilmiah yang mencantumkan tentang metode, termasuk teknik pengumpulan dan analisa data serta kerangka teori. 5. Meminimalisir penggunaan footnote atau endnote. 6. Sistem referensi yang digunakan menggunakan sistem Harvard.
98
Batas Akhir Pengiriman dan Panduan Pengiriman N askah: 1. Untuk edisi ketiga, naskah kami terima paling lambat 21 September 2013 dan dikirimkan sebagai lampiran melalui surel ke [email protected] dalam bentuk MS Word .doc / .docx. Ukuran file tidak melebihi 2MB. Naskah yang kami terima lebih lambat dari tanggal tersebut akan kami pertimbangkan untuk edisi lainnya. 2. Mohon memberikan alamat pos, alamat email, nomor telepon, dan nomor faks (jika ada) dan informasi singkat tentang penulis (maksimum 50 kata) di halaman paling belakang artikel.
Tentang Kami Lakon diterbitkan oleh Magister Kajian Sastra dan Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga dengan Nomor ISSN : 9772252-895000. Jurnal Lakon diterbitkan dengan menggunakan Creative Commons BY-NC-SA, yakni siapapun berhak mengutip dan memodifikasi tulisan tersebut, selama (1) memberi atribusi pada penulis sesungguhnya, (2) tidak untuk kepentingan komersial, dan (3) pengguna wajib menyebarluaskannya dengna lisensi yang sama.
Catatan Kami tidak memberikan imbalan bagi artikel yang masuk, tetapi kami akan mengirimkan jurnal cetak bagi para kontributor yang tulisannya terpilih.
99
Jurnal Lakon: Call For Papers for December 2013 Edition
Theme: Anti-V iolence The theme for December 2013 Edition is anti-violence, in which violence could cover physical violence, economical violence, psychological violence, discrimination, and other form of actions that violate human rights. Articles submitted should be a study on a certain cultural practice, a study on a literary work (poetry/novel) or a film, critical thinking, which raise the issue of justice and equality, against oppression, diversity, minority rights, and other similar issues.
Guideline for Contributors 1. Format of articles: a) Study on a certain cultural practice, study on a literary work (poetry/novel) or a film, and critical thinking, prioritized on Indonesia. The article should be 2500-8000 words and include the abstract of maximum 200 words by mentioning maximum five (5) keywords. b) Book review that relates to literary and cultural studies and the reviewed book is published within five (5) years. The article of book review should be 500-1200 words by giving detail about book information (author/writer, publisher, year, total of pages). 2. Manuscripts must be original and have not yet published, or in the process of selection by other media. 3. Manuscripts could be written in English or Bahasa Indonesia, but we prioritize more in Bahasa Indonesia. 4. Manuscripts should be typed in Times New Roman 12 with 1.5 line spacing on A4 size paper and refer to the standard writing of scientific article that contain method of research—technique of data collection and analysis as well theoretical framework. 5. The using of footnote or endnote should be minimized 6. References refer to Haravrd system.
Deadline and Guideline of Submission 1. The latest for submission is September 21, 2013 and please send as attachment file to [email protected]. Manuscripts must be saved in MS Word with the extension .doc / .docx.
The maximum size of the file is 2 MB. Late submissions may be considered for later editions. 100
2. Please give details of postal address, phone number, email address, and fax number (if available) and brief information of contributor on the last page of the articles.
About Us Lakon is registered journal with the ISSN Number : 9772252-895000 and published by Magister of Literary and Cultural Studies, Faculty of Humanities, Airlangga University, Surabaya-Indonesia. Lakon is published by applying Creative Commons-BY-NC-SA, which allow users to quote and modify the article, with the conditions: (1) give attribution to the authors/writers; (2) not for commercial purpose; (3) users have the obligation to disseminate by using the same license, i.e. Creative CommonsBY-NC-SA.
N otes on contribution No monetary contribution. Printed version of the journal will be rewarded to the contributors whose article is selected.
101