Bidang Umu: MIPA-Biologi
LAJ>ORAN HASIL PENELITIAN OOSEN SESUAI KDBK
BIODI VERSITAS, DISTRIBUSI DAN BIOLOGI PERKEMBANGA llA MA WERENG PADI (AUCHENORRHYNCHA) DlKABUPATENSERDANGBEDAGAI
TIM PENELITI: Dr. rer. nat. Binari Manu rung, M.Si NION: 0004046411
Dibiayai olch Universi tas egeri Medan, Kemcntcrian Pendidikan dan Kebudayaao, Sesuai dengan Surat Perjaojiao Pengguoaao Dana (SP2D), Nomor: 124/UN.33.8/K£P/KU/2012, Tanggal27 April2012
FAKULTAS MATEMATlKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN November 2012
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASIL DOSEN SESUAI KDBK Judu1 Pene1itian
dan Bio1ogi : Biodive::sitas, Distribusi Perkembangan Wereng Padi tAuchenorrbynca) di Kabupaten Serdangbedagai
Bidrulgflmu Ketua l'eneliti a. Nama Lengkap
: Bio1ogi
b. NTPINTK <:. NlDN d. Pangkat I Go1ongan e. Jabatan Fungsiona1 f. Fslcu1tas I J urusan g. Perguruan Tinggi h. Pusat Pene1itian i. Alarnat Institusi j. Te1cfon/Faks/E. mai1 Jum1ah Penc1iti
Dosen Lama Pcnc1itian Pe1aksanaan Biaya Penc1itian Dari DIPA Unimcd Sumbcr lain (hila ada)
: Dr. rer. nat. Binari Manarung, MSi
: 196404041989031 006 : 0000464i I : Pembina Tkt I / IV/b : Lektor Kepala : FMIPA I Bio1ogi : Universitas Negeti Medan (UNIMED)
: LPUNIMED : J I. 'Viiiem Iskandar Psr V Mcdan Estate : (061) 6625970 : I (satu) Orang : 1 (satu) Orang : 6 (enam) Bulan
: Rp. 8.000.000.: Rp. 8.000.000.- (Delapanjuta rupiah) : Rp. Medan, 19 Nopember 2012
Dr. rer. nat. Binari
anurun2. MSi
NIP. 196404041989031006 Mengetahui
-K~;> Drs. Tri Harso~.Si
NIP. 196512311990031018 ~pijetujui:
niversitas Negeri Medan,
II
RIN GKASAN HASIL P EN.E LITIAN BlO DTVER SITAS, DlSTRJBUSl DAN BIOLOG l PERKEMBANGAN WERENG PADI (AUCHENORRHYNC HA) DIKABUPAT ENSERDANGBE DAGAI
Binari Manurung Pcnclitian yang mengkaji biodiversitas, distribusi, kclimpahan dan biologi perkembangan wereng padi (Auchenorrhyncha) yang terdapat di kabupatcn Serdangbcdagai-Sumatera Utara perlu dilakukan karena dapat mcnycdiakan data dasar biologi dan ekologi dari hama wereng padi tersebut dalam memperkaya khazanah keilmuan dalam bidang entomologi dan ekologi serangga tropika serta dapat digunakan sebagai pijakan untuk tindakan pengendalian populasi wereng yang menyerang tanaman padi di kabupaten Serdangbcdagai-propinsi Sumatera Utara. lnformasi mengenai data dasar biologi dan ekologi dari wereng padi (Auchenorrhyncha) yang terdapat dan menycrang padi di kabupaten Sc.rdangbcdagai hingga saat ini rnasih sangat terbatas. lnformasi yang Ielah ada adalah mcnyangkut jenis wcrcng padi yang terdapat pada tanaman padi yang terdapat pada daerah lain di Juar Sumatcra Utara, seperti di pulau Jawa. Untuk mcngatasi permasalahan ini maka perlu dilakukan suatu penelitian yang mengkaji aspek biodiversitas, distribusi, ke lirnpahan dan biologi perkcmbangan wereng padi khas Sumatcra Utara. Tujuan penelitian adalah unruk mendapatkan data biodiversitas atau keanekaragaman, distribusi, kclimpahan, dan biologi perkembangan bcbcrapa wereng padi yang terdapat pada ckosistim persawahan ylillg terdapat di kabupaten Serdangbcdagai-Sumatcra Utara. Tahapan pcnelitian terdiri atas sampling wercng di lapangan dari bulan April hingga September 20 12 dengan menggunakan jala serangga pada empat kccamatan (Sci Bamban, Sei Ran1pah, Tcluk Mengkudu dan Perbaungan) yang terdapat di kabupatcn Scrdangbedagai. Samping dilakukan pada m~a singgang-singgang dan musim tanarn padi. Jumlah total sampling untuk masing-masing kecamatan adalah 750 jala. Wereng hasil sampling selanjutnya dibawa kclaboratorium untuk disortir, kcmudian diidcntifikasi dan dihitung jumlahnya. Untuk mengetahui biologi perkembangannya (perkembangan embrio dan larva), dua jenis wereng padi yang dorninan dan memiliki nilai penting bagi pertanian disampling dari lapangan kemudian dipelihara di Jaboratorium (massrearing) untuk disclidiki biologi perkcmbangannya, dalarn hal ini wereng hijnu (Nephotenix sp.) dan wcrcng cokelat (Nilaparvata Jugens). Untuk masingmasing wcrcng diselidiki biologi perkembangan dari 50 telur. Dari penelitian yang telah dilakukan telah dipcrolch basil, biodiversitas (keanekaragaman) wereng padi di kabupatcn Serdangbcdagai minimal 10 jenis, yakni: Recilia dorsalis, Nephotetrb: nigropictus, Nephotenix virescens, Ni/aparvata lugens, Cofana spectra, Sogate/Ja furcifera, Cicadu/ina sp., Cicade/Ja sp., 0/iarus sp., dan Thaia sp. Kesepuluh jenis wcreng padi tcrsebut dapat ditcmukan pada masa singgangsinggang dan musim tanam padi. Kecamatan dimana kcscpuluh jenis wcreng tersebut dapat ditemukan baik pada masa singgang-singgang dan masa tanarn padi adalah Pcrbaungan. Distribusi horizontal jurnlah jenis wereng padi pada singgang-singgang di kccamatan Teluk Mengkudu dan Pcrbaungan masing-masing I 0 jcnis, sedangkan di Sci Rampah dan Sci Barnban masing-masing 9 jenis dan 6 jenis. Pada masa musim tanam,
iii di kccamatan Perbaungan ditemukan I 0 jenis, di kecamatan Teluk Mcngkudu 9 jenis, dan di kecamatan Sei Bamban dan Sei Rampah masing-masing 8 jenis. Kelimpahan wereng padi pada masa singgang-singgang {1978 individu) lebih tinggi dibandingkan pada masa tanam (1217 individu). Kelimpahan tertinggi wereng padi ditemukan pada keeamatan Perbaungan dan Teluk Mengkudu. Eoam jenis wereng dengan kelimpahan tertinggi (dominan) adalah Reci/ia dorsalis, Neplwtettb: virescens, Nephotettb: nigropictus, Ni/aparvata lugens, Cofana spectra dan Sogatella forcifera. Masa perkembangan embrio dan larva wereng hijau (Nephotettb: sp.) pada suhu k:isaran 28320C masing-masing 7-8 bari dan 15-19 bari, sedangkan wereng coke1at (Nilaparvata lugens) adalah 7-11 bari dan 11-16 bari. Olehkarena itu perkembangan tehJT hingga dewasa pada wereng hijau berlangsung 22-27 bari sedangkan bagi wereng cokelat adalah 18-27 hari.
iv
DAFfAR l SI Halaman Lembaran ldentitas dan Pengesahan Ringkasan l lasiJ Penelitian Daftar lsi Daftar Tabel
i ii
iv v
BAD I. P ENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalab
I
1.2. Tujuan Penelitian
2
DAD U. KAJIAN P USTAKA
J
2. 1. Biodiversitas dan Distribusi Serangga Hama Wereng Padi
3
2.2. Biologi Perkembangan Wereog
5
BAD II[, METODO LOG I PENELITlAN
7
3. 1. Biodiversi tas dan Distribusi Wereng
7
3.2. Biologi Perkembangan Wereng
7
BAD JV. llA S IL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
10
4. 1. Biodiversitas Wereng Padi
10
4.2. Distribusi llorizontal Wereng Padi
II
4.3. Kelimpahan Wereng Padi
12
4.4. Biologi Perkembangan Wereng Padi
14
DAB Y. SIMPULAN DAN SARAN
18
5.1. Simpulan
18
5.2. Saran
18
DAFf AR PUST AKA
19
LAMP IRAN
22
v DAFTAR TABEL Tabel 4.1.
Distribusi horizontal spesies wereng padi pada masa singgang-singgang (April, Mei, September 2012) pada empat kecamatan di kabupaten Serdangbedagai ........................... ........................................ II
Tabel 4.2.
Distribusi horizontal spesies wereng padi pada masa tanam (Juni, Juli, Agustus 20 12) pada empat kecamatan di kabupaten Serdangbedagai .... 12
Tabel4.3.
Kelimpaban wereng pada singgang-singgang tanaman padi (April, Mei, September 20 12) pada empat kecamatan di kabupaten Serdangbedagai
..................................................... . ............. .. ......................... 13 Tabel4.4. Kelimpaban wereng pada masa tanam padi (Juni, Juli dan Agustus 20 12) pada empat kecamatan di kabupaten Serdangbcdagai
............. 13
BAB I PENDA HULUAN
1.1. Latar belakang masalah Kabupaten Serdangbedagai sebagai salah satu kabupaten yang terdapat di Propinsi Sumatera Utara tennasuk lumbung beras nasional. Dalam hal ini pada tahun 1998 dan 1999 misalnya, kabupaten ini mampu menghasilkan 511.126 ton dan 521.322 ton beras (Anonimous, 2009). Disamping
sebagai
kabupaten
lumbung
beras
na'sional,
kabupaten
Serdangbedagai juga dikenal sebagai daerah endemik serangga hama wereng. Hal itu tetjaeli, karena eli kabupaten- tersebut acapkali tetjadi serangan serangga wereng terhadap tanaman padi. Pada tahun 2012 ini misalnya, telah terjadi serangan hama wereng paeli pada beberapa desa yang terdapat di kecarnatan Seibamban (Waspada, 08 Februari 2012). Serangan hama wereng padi tersebut juga tetjadi pada bulan Juni tahun 20 I 0 yang lalu (Manurung, 20 I0). Adapun sebagai dampak dari serangan hama wereng tersebut produksi padi ataupun beras eli kabupaten Serdangbedagai menjadi turun secara drastis, sehingga para petani menjadi dirugikan dan swascmbada beraspun menjadi tidak tercapai. Kemampuan mengendalikan serangan hama wereng padi yang tcrdapat di kabupaten Serdangbedagai tersebut, pada dasarnya sangat tergantung dari tersedianya berbagai data dasar mengenai perikehidupan dari wereng-wercng tersebut. Beberapa dari data dasar itu dan sangat penting pcranannya adalah data bicdiversitasnya (kcanekaragaman), distribusi horizontalnya dan biologi perkcmbangannya pada tanaman padi. Hal itu diperlukan scbagai data dasar untuk penger.dalian populasinya di lapangan schingga pctani menjadi tidak dirugikan. Hingga saat ini data mengenai biodiversitas (kcanekaragaman), distribusi dan bio1ogi perkcmbangannya pada tanaman padi, khususnya yang terdapat pada bebcrapa kecamatan yang terdapat di kabupaten Scrdangbedagai masih sangat terbatas (band. Soehardjan, 1973; Siwi & Roechan, 1983 dan Holdom eta/., 1989). Penelitian yang sudah ada misalnya olch Sogawa eta/. (1984) hanya telah mclaporkan monitoring jenis wereng coklatnya. Selanjutnya Manurung dan Sihombing (2011 ) serta Manurung et al. (2012) melaporkan biodiversitas, distribusi dan kelimpahannya pada singgang-singgang tanaman padi yang terdapat eli kabupaten Deliserdang. Dalam hal ini telah dilaporkan
1
minimal tcrdapat I 0 spes1cs serangga wereng (Hemiprcra:Auchenorrhyncha) pada singgang-singgang padi terscbul.
1.2. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan permasalahan di atas, suatu penelitian yang bertujuan unlllk mengkaji biodiversitas (keanekaragaman) dan distribusi horizontal hama wereng paw di kabupaten Deliserdang berikut dengan biologi perkembangannya pada tanaman padi (pre and post embryonic) telah dilakukan. Jadi adapun tujuan dari penelitian ini daJam bentuk yang lebih operasionaJ adaJah unlllk mendapatkan data biodiversitas ataupun keanekaragaman wereng padi (Auchenorrhyncha) yang terdapat di kabupaten Serdangbedagai-Sumatera Utara, data distribusi horizontal wereng padi pada empat kecamatan yang terdapat di kabupaten Serdangbedagai, data kelimpahan wereng padi di kabupaten Serdangbedagai dan data biologi perkembangan (lama waktu perkembangan embrio dan larva) dari duajenis wereng padi yang dominan dan memiliki ni lai ekonomi penting bagi pertanian yang terdapat di kabupaten Serdangbedagai.
2
BAB II
KAJJAN PLJST AKA 2.1. Bioiversitas dan Distribusi Serangga Hama Wereng.Pa di Kepentingan bewan dari kelompok wereog (Hemiptera, Aucbenorrhyncha) pada ekosistim pertanian telah dipelajari oleh sejumlah peneliti. Hal itu terjadi karena serangga tersebut acapkali membawa kerugian bagi para petani. Dalam hal ini, disamping dapat menyebabkan kematian bagi tanaman padi (seperti puso), serangga tersebut juga dapat bertindak sebagai vektor atau pemindahkan virus pada berbagai tanaman padi. Nault & Ammar (1989) misaloya, demikian juga dengan Matthews (1991) telah melaporkan bahwa dari 15.000 wereng yang telah dikenal, 49 jenis diantaranya termasuk sebagai pemindah virus (Vektor). Wereng-wereng tersebut termasuk ke dalam genus Graminel/a, Nephotettix, Recelia, Cicadulina, Circulifer,
Nesoclutha, Orosius, Psammotettix, Micrutalis, Dalbulus, Aconurella, Macrosteles, Aceratagallia, Agallia, Agalliopsis, Endria, Elymana, Laodelpha.x, Tarophagus, Toya, Sogatel/a, Peregrinus, Ribautode/phax, Muellerianella, Unkanodes. Pathak dan Khan (1994) tclah melaporkan biodiversitas scrangga wereng pada tanaman padi, yakni Laodelphax striate/Ius, Nilaparvata lugens, Sogatel/a furcifera,
Tagosodes orizicolus, Cofana spectra, Nephotellix cincticeps, Nephotettix virescens, Nephotettix nigropictus, Reci/ia dorsalis. David dan Ananthakrishnan (2006) mengemukakan biodiversitas serangga wereng padi di India antaralain: Abidama sp, Callitellix sp, Clovia sp., Cosmoscarta sp.,
Poophi/us sp., Athysanus sp., Balclutha sp., Batracomorphus :;p., Cicadu/a sp., Cicadulina sp., Cofana sp., Deltocepha/us sp., Doratulina sp., Empoasca sp., Exit/anus sp., Goniagnathus sp, Hecalus sp., 1/ishimonus sp, Nephotettix sp., Nirvana sp., 0/iarus sp., Selenocephalus sp., Tettigella sp., Tettigonie/la sp.,Yasumateus
~p.,
~p.,
Thaia sp., Thomsonie/la
Zygina sp., Javasella sp., Ni/aparvata sp., Peregrinus sp.,
Per/cinsie/la sp., Sordia sp., Sogata sp., Sogatella sp., Unkanodes sp. Selanjutnya Heong et a/. (2003) telah melaporkan biodiversitas wereng padi di Philippina, yakni terdiri dari 12 jenis. Dalam hal ini 9 jenis tcrmasuk Cieadell idae dan 3 jenis Delphacidae. Adapun empat spesies yang dominan adalah Nephotettix virescens ,
Sogatel/afucifera, Nephotettix nigropictus dan Nilaparvata lugens.
3
Biodivcrsitas scrangga wereng di Srilangka telah dilaporkan oleh Gnancswaran
et a/. (2006) Adapun jenis-jen isnya adalah Cofana lineate,
Cofana spectra; Cofana
unimaculata, Ko/la ceyloni, Calodia ostenta, Aconeurella sp.,
Balclutha sp.,
Changwhania ceylonensis, Cicadulina bipunctata, Deltocephalus (R) distinctus, Deltocephalus (R) porticus, Doratulina indra, Doratulina jacosa, Exitianus indicus, Exitianus nanus, Hecalus arcuatus, Hecalus porectus Hishimonus phycitis, Nephotettix nigropictus,
Nephotettix
parvas,
Nephotettix
virescencs,
Racilia
dorsalis,
Batrocomorphus sp., ldioscopus clypealis, ldioscopus nitidulus, Nirvana pallid, Sophana longitudinalis, Neodartus acocephaloide,s Preta gratiosa, Amrasca biguttula, Baguoidea rubra, Empoasca triangularis, Empoascanara cilia, Empoascanara maculifrons, Seriana sp., dan Thaia subrufa. Baehaki ( 1993) telah melaporkan biodiversitas serangga hama tanaman padi di Indonesia. Dalam hal ini scrangga utama hama tanaman padi didominasi oleh
Nilaparvata /ugens (wereng cokelat), Sogatella furcifera (wereng punggung putih), Nephotettix virescens (wereng hijau), Nephotettix nigropictus (wereng hijau), Nephotellix porvus (wereng hijau), Nephotettix ma/ayanus (wereng hijau), Reci/ia dorsalis (wereng Ioreng), Thaia oryzivora (Thaia). Selanjutnya Widiarta et a/. (2006) Ielah mclaporkan kehadiran wereng punggung putih (Sogatella f urcifera) berilrut dengan dinamika populasinya pada tanaman padi yang terdapat di Jawa Tengah. Demikian juga halnya, Widiarata eta/. (2004) telah melaporkan kehadiran wereng hijau (Nephotettix viresecens) pada tanaman padi yang terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, D.J. Yogjakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Bara dan Sulawesi Selatan. Manurung
dan
Sihombing (20 11)
berdasarkan
penelitian
yang
telah
dilakukannya pada bulan April hingga Mci 201 1, pada singgang-singgang tanaman padi yang terdapat di kabupaten Deliscrdang minimal ditemukan Sembilan spesies wereng (Hemiptera:Auchenorrhyncha) yakni Nephotettix virescens, N nigropictus, Reci/ia
dorsalis, Cicadulina sp., Copana sp., Cicadellid sp., Nilaparvata lugens, Sogatella forcifera dan 0/iarus sp. Manurung ct al. (2012) telah mclaporkan keanekaragaman serangga wereng (Hemiptera: Auchcnorrhyncha) yang terdapat pada singgang-singgang tanaman padi yang terdapat di kabupaten Deliserdang pada tahun 20 12. Dalam hal ini ada pun jenisjenis Hemiptera {Auchenorrhyncha) yang diperoleh adalah Nephotellix virescens, N
4
nigropictus, Reci/ia dorsalis, Cicadulina sp., Copano sp., Cicadellid sp., Nilaparvata luge1zs, Sogatella furcifera, Oliarus sp.dan Thaia oryzivora. 2. 2. Biologi Perkcmbangan Wcreng Biologi perkcmbangan wereng pada dasamya terdiri atas dua bagian utama, yakni masa perkembangan embrio dalam telur (pre embryonic developmenl) dan masa setelah perkembangan embrio (post embryonic development). Masa perkembangan embrio dalam tclur dapat terdiri atas beberapa tahapan berdasarkan ciri-ciri yang muncul selama perkcmbangan embrio. Lama perkembangan cmbrio ini untuk tiap wcreng berbeda-beda, bcrgantung suhu lingkungan dimana telur tcrscbut diletakkan. Sementara itu masa perkembangan setelah embrio terdiri dari masa larva dan imago. Masa larva dapat terdiri atas bcbcrapa fase tergantung pada suhu lingkungan dimana larva tcrsebut berada. Sekalipun demikian larva serangga wereng umumnya terdiri atas 4-5 Larva. Lamanya mesa larva sangat dipengaruhi oleh suhu sekitar. Pada suhu yang lebih tinggi, lamanya perkembangan telur maupun larva akan semakin singkat. Masa imago dimulai ketika bentuk dewasa dari serangga muncul dari fase l11rva terakhir. Masa imago ini mencakup masa pra oviposisi dan masa oviposisi. Berikut ini disajikan biologi perkembangan salah satu jenis wereng gandum (Psammotettix alienus) yang telah dilaporkan olch Manurung eta/. (2005).
0 II
Ill
IV
v
VI
VII
Gambar I. Tahapan-tahapan Perkembangan Embrio dari Wereng coklat Psammotellix
alienus Dah lb. yang didasarkan atas ciri ukuran panjang dan Iebar telur, lctak dan bcntuk dari Myzetom, letak dan bentuk dari embrio beserta dengan organ-organ yang dimilikinya, keadaan kuning telur dan selubung telur.
5
Pada masa perkembangan embrio di atas, dari masa telur hingga masa menetasnnya adapun waktu rata-rata yang dibutuhkannya adalah 18,3 hari dengan rentang waktu antara 16 hingga 24 bari. Sementara itu waktu masa larvanya berlangsWlg rata-rata 32,4 bari dengan rentang waktu antara 26 hingga 39 hari. Lebih tepatnya lamanya Larva I, Larva 2, Larva 3, Larva 4 dan Larva 5 masing-masing 5,9 hari, 5, I bari, 5,6 hari, 6,4 bari dan 9,4 bari.
Oarnbar 2
Tahapan-tahapan Perkembangan Jnstar atau Larva dari Wcreng coklat
Psammotellix alienus Dahlb, yang didasarkan atas jumlah eksuvia, panjang total tubub, panjang anggota tubub bagian depan (kepala-toraks), Iebar kcpala, Iebar pronotum, panjang mcsonotum maksimum dan pcnyebaran "chaetotaxy" pada segmcn ITI-IX, dan kebadiran garis tengah, pita tengah, pita longitudinal dan pita sarnping.
6
DAB Ill METODE PENELITIAN
3.1. BIODIVERSITAS DAN DISTRIBUSI Pengambilan ataupun koleksi serangga wereng di ekosistim persawahan dalam rangka mendapatkan data biodiversitas, kelimpahan dan distribusi horizontalnya mengacu kepada metode yang dikemukakan oleh Manurung eta/. (2004, 2005, 2012). Dalam hal ini sampel wercng ditangkap dengan cara mengayunkan jala/jaring serangga pada tanarnan padi dan singgang-singgang tanaman padi. Sampling serangga wereng di kabupten Serdangbedagai dilalrukan di empat kecamatan yakni Sei Rampah, Sci Bamban, Teluk Mengkudu dan Perbaungan. Wereng dikoleksi dengan menggunakan jala serangga, yakni 250 kali ayunan pada setiap lokasi sampling. Pengambilan sampel wereng berlangsung dari bulan April hingga September 20 12 dan dilakukan pada siang hari ketika cuaca cerah. Wereng basil jaring di masukkan ke dalam botol pembunuh,
dalam hal ini berisi kloroform, kemudian dimasukkan ke dalam botol-botol sampel yang berisi alkobol 70%. Sampel wereng selanjutnya dibawa ke laboratorium Ekologi Jurusan Biologi Universitas Negeri Medan untuk di sortir dan diidentifikasi serta dibitung
jumlahnya
(kelimpahannya).
ldentifikasi
wereng
dilakukan
dengan
menggunakan bantuan mikroskop stereo sedangkan pcnentuan spesicsnya mengacu kepada Baehaki (1993}, Wilson & Claridge (1991), dan Oepartemen Pertanian (1982).
3.2. BIOLOGI PERKEMBANGAN. Untuk mendapatkan data biologi perkembangan dari satu jcnis hama wereng yang pcnting pada ckosistim padi di kabupatcn Serdangbedagai, pendekatan yang digunakan adalah sebagaibcrikut: a. Koleksi scrangga pcrcobaan Scrangga yang digunakan dalam penelitian pertama-tarna dikoleksi pada ekosistim padi dengan menggunakan jala serangga (Stewart, 2002). Penangkapan wereng dilakukan pada daerah pertanian sekitar . Dengan menggunakan aspirator, wereng-wereng yang tertangkap dalant jala serangga disortir dalam kcadaan hiduphidup dan selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung-tabung yang telall disediakan. Bagian atas dari tabung-tabung itu ditutupi dengan kain kasa agar serangga tetap dapat memperoleh oksigen. Wereng selanjutnya di bawa ke laboratorium Biologi Universitas Negeri Mcdan untuk diidcntifikasi dengan bantuan mikroskop dan buku kunci
7
detenninasi karangan Wilson dan Claridge ( 1991 ). Dalam hal ini parameter utama untuk memastikan kebenaran spesiesnya adalah dengan mengamati bcntuk aedagusnya.
b. Perbanyakao massal serangga Untuk perbanyakan massal (mass rearing) wereng digunakan pendekatan menurut Manurung eta/. (2001, 2004 dan 2005). Dalam hal ini, wereng yang sudah diidentifikasi dengan benar kemudian dipelihara pada tanaman padi yang rerdapat dalam tabung kaca yang bagian atasnya ditutupi dengan kain kasa. Uotuk tiap satu tabung kaca ditempatkan 10 betina dan 10 jantan. Tanaman padi tadi bersama dengan wadahnya ditempatkan pada suatu baki be.risi pasir yang senantiasa basah dan ditempatkan di rumah kaca jurusan biologi UNIMED. Tiap hari wereng tersebut senantiasa dikontrol untuk mengamati perkembangannya. Setelah I 0 hari wereng-wereng dewasa tadi selanjutnya dipindahkan pada tanaman padi yang baru yang terdapat dalam tabung kaca lainnya. Demikian seterusnya dilakukan untuk tiap 10 hari, schinp.ga diperoleh serangga yang cukup untuk digunakan sebagai bahan dalam penelitian.
c. Perkembangan Em brio Untuk menyelidiki perkembangan embrio wereng digunakan pendekatan yang digunakan Manurung eta/. (200 I, 2004 dan 2005). Dalam hal ini scbanyak kurang lebih 50 telur dari wereng diisolasi dari jaringan daun dan batang tanaman padi dan kemudian ditempatkan pada cawan petri yang scbelumnya telah diisi dcngan air lcding. Air leding itu sebelumnya telah dimasak dan kemudian didinginkan. Cawan-cawan petri selanjutnya ditempatkan di rurnah kaca dirnana serangga wereng coklat diperbanyak. Suhu di rurnah kaca pada s iang hari yang cerah dapat mencapai 28-32 °C. Perkembangan telur yang terdapat pada cawan petri hari demi hari (hingga 20 bari) diamati dengan bantuan mikroskop
Demikian juga halnya dengan perubahan-
perubahan yang teijadi dicatat. Untuk menentukan tahapan-tahapan perkembangan embrio digunakan kriteria yang digunakan oleh Sander el al. (1985) dan Manurung et
a/. (2001, 2004 dan 2005). Adapun kriterian yang digunakan adalah ukuran telur, kehadiran mycetom dan organ-<Jrgan yang tampak dalam telur dan ciri-ciri yang muncul pada kulit telur.
d. Perkembangan Larva
8
Larva ataupun nimfa yang tclah menetas dari telur kemudian dipindahkan ke tanaman padi yang sehat. Perkcmbangan larva ini hari dcmi hari diamati hingga menjadi serangga wereng dewasa. Jumlah pengelupasan lculit yang teJjadi selama perkembangan larva dihitung sehingga jumlah stadiumnya dapat ditentukan. Disamping pengelupasan lrulit, !criteria lain yang dipergunakan untuk menentukan adanya tingkatan larva yang berbeda-beda selama perkembangan didasarkan atas pendekatan yang dikemukakan oleh Walter (1975, 1978), Guglielmino dan Virla (1997) serta Manurung et al. (200 1, 2004 dan 2005).
Dalam hal ini parameter yang digunakan adalah panjang tubuh
keseluruhan, panjang anggota tubuh bagian depan, Iebar kepala, Iebar pronotum, sebaran rambut ataupun bursa pada segmen III hingga IX, kehadiran garis tengah, pita tengah dan pita samping. Larnanya tiap tingkatan larva dicatat pada tabel biologi perkembangan yang telah disediakan sebelumnya.
9
BABIV HASJL DAN PEMBAHASAN
4.1. Biodiversitas Wereng Padi (Aucbenorrhyncba) Telab dilakukan sampling wereng selama enam bulan (April hingga September 20 12) pada beberapa lokasi yang terdapat di empat kecamatan yang terdapat di
kabupaten Serdangbedagai, yakni di desa Gempolan pada Kecamatan Sci Bamban; desa Penggalangan di Kecamatan Sei Rampab, di desa Pekan Sialang Buab pada Keeamatan Teluk Mengkudu dan di desa Tualang pada Kecamatan Perbaungan. Dari kegiatan sampling pada keempat lokasi penelitian tersebut, yakni pada masa Singgangsinggang (April, Mei, September 2012) dan masa Tanam Padi (Juni, Juli, Agusrus) diperoleh sepuluh jenis wereng padi (Hemiptera: Auchenorhyncha) yakni Recilia
dorsalis. Nephotettix virescens, Nephotelfix nigropictus, Ni/aparvata lugens, Sogatella furcifera, Cicadulina sp., Cofana spectra.. Cicadella sp., Oliarz1s sp., dan Thaia sp. Tujuh jenis dari wcreng tersebut termasuk ke dalam kelompok wereng daun (leaf
hopper), sedangkan tiga jenis lainnya termasuk wereng batang (plant hopper). Adapun jenis yang termasuk kelompok wcreng daun adalab
Recilia dorsalis, Nephotetlix
virescens, Nephotetrix nigropicltiS, , Cicadulina sp., Cofana spectra., Cicadella sp. dan Thaia sp., sedangkan jenis yang termasuk kelompok wereog batang adalah Ni/aparvata lugens, Sogatellaforcifera dan 0/iarus sp. Biodiversitas wereng padi yang ditemukan di kabupaten Serdangbcdagai tcmyata relatif sama dengan biodiversitas wercng padi yang tcrdaput di Singgangsinggang tanaman padi yang terdapat di kabupaten Deliserdang sebagaimana yang telab dilaporkan oleh Manurung dan Sihombing (2011) dan Manurung et al. (20 12). Hasil biodiversitas wereng padi pada penelitian ini juga tidak jauh bcrbeda dengan jenis-jenis wereng padi yang terdapat di berbagai Negara di Asia Tenggara sebagaimana telah dilaporkan oleh Wilson & Claridge (1991) dan Pathak & Khan (1994). Jika diitinjau dari segi kepentingannya bagi pertanian, jenis-jenis wereng yang ditemukan baik pada sioggang-singgang dan tanaman padi yang terdapat di kabupaten Serdangbedagai di alas terrnasuk jenis- jenis wereng yang mcmiliki nilai ckonomi penting. Dalam hal uti, wereng hijau Nephotettix virescens merupakan vektor dari virus
"yellow dwarf lungro a/au habang, penyakit merah. yellow-orange leaf", wereng hijau
10
Nephotettix nigropictus merupakan vektor dari vtrus "rice dwarf
yellow dwarf,
transitory yellowing, tungro, yellow orange leaf, rice gall dwarf ", sedangkan wereng loreng Recilia dorsalis merupakan vektor dari virus "rice dwarf yellow orange-leaf' (Pathak & Khan, 1994). Virus-virus tersebut jika telah menginfeksi tanaman padi akan dapat menyebabkan tanaman padi mcnjadi berwama kuning dan kerdil bahkan dapat menyebabkan kematian sehingga mengakibatkan gagalnya panen. Sementara itu wereng cokclat Nilaparva/a lugens merupakan vektor virus "rice grassy stunt" (penyak.it kerdil rumput) dan "ragged slllnt'' (penyakit kerdil hampa) serta dapat menyebabkan "hopperb!D71" pada tanamaa padi (Baehak:i,1993; Wilson & Claridge, 1991; Nault & Ammar, 1989 dan Departemen Pertanian, 1982). Spesies dari wereng punggung putih
&gatella furciftra dalam jumlah populasi yang melimpah dapat menyebabkan tanaman padi menjadi layu dan akhimya menjadi mati (David & Ananthalcrishnan, 2006). Olehkarena itu spesies wereng punggung putih tersebut juga termasuk wereng yang memilik.i nilai ekonomi penting dalam bidang pertanian. Adanya serangan hama wereng dari kelompok wer.:ng hijau (Nephotettix sp.) dan wereng cokclat (Nilaparvata lugens) di kabupaten Serdangbedagai, tepatnya di kecamatan Perbaungan dan Dolokmasihul telah dilaporkan oleh Manurung (2010) dan Waspada terbitan 08 Pcbruari 2012 memberitakan adanya kembali serangan hama wereng pada tanaman padi yang terdapat di kecamatan Sei Bamban. 4.2. Distribusi Horizontal Wereng Padi
Distribusi wereng padi pada masa singgang-singgang dan tanam padi p;:da empat kecamatan (Sei Bamban=SE, Sei Rampah=SR, Teluk Mengkudu=TM, Perbaungan=PE) di Kabupaten Serdangbcdagai adalah sebagaimana tcrcantum pada Tabel 4.1 dan 4.2. berikut ini. Tabel 4.1. Distribusi horizontal spesies wereng padi pada masa singgang-singgang (April, Mei, September 20 12) pada em pat kecamatan di kabupaten Serdangbedagai No I
2
3 4
5
6
Nama spesies wereng Recilia dorsalis Nephotettix virescens Nephoteflix nigropictus Nilaparvata lugens Cofa na spectra Sogatella furcifera
SB
..; ..; ..; ..; ..; ..;
SR
..; ..; ..; ..; ..; ..;
TM
..; ..; ..;
..; ..;
..;
PE
..; ..; ..; ..; ..; ..;
11
7
8 9 10
Cicadulina sp. Cicadella sp. 0/iarus sp. Thaiasp. Jumlah s esies
0 0
0
0
..; ..;
..; ..; ..;
..; ..; ..;
0
..;
..;
..;
6
9
10
10
Tabel 4.2. Distribusi horizontal spesies wereng padi pada masa tanam (Juni, Juli, Agustus 20 12) pada empat kecamatan di kabupaten Serdangbedagai No I
Nephotettix virescens Nephotettix nigropictus Ni/a arvata lugens Co anas ctra 6 Sogatella finciftra 7 Cicadulina sp. 8 Cicade/la sp. 0/iarussp. 9 10 Thaia sp. Jumlah s ies Keterangan: = ada ditemukan 2 3 4 5
TM
PE
..;
..; ..; ..; ..; ..; ..; ..; ..;
0
0
..;
SB
SR
()
0
..; ..; ..; ..; ..; ..; ..; ..;
..; ..; ..; ..; ..; ..; 0
..;
8 8 0 = tidak ada ditemukan
..; ..; ..; ..; ..; ..; ..; ..;
..;
..;
9
10
Berdasarkan data keanekaragaman dan distribusi horizontal wereng padi yang terdapat pada singgang-singgang dan tanarnan padi pada empat kecamatan di kabupaten Serdangbedagai sebagaimana tersaji pada Tabel 4. 1 dan 4.2 di atas kiranya dapat dikemukakan babwa kcscpuluh jenis wcreng padi dapat ditemukan baik pada masa singgang-singgang maupun musim tanarn padi. Pada kecarnatan Perbaungan dan Teluk Mengkudu kesepuJuh jenis wereng padi tersebut dapat ditemukan, sedangkan pada kecarnatan Sci Barnban dan Sci Rarnpah tidak dapat ditcmukan. Adapun jenis-jenis yang sebarannya tidak sarna antar kecarnatan adalah 0/iarus sp., Cicade/la sp., dan
Cicadulina sp. 4.3. Kelimpahan Wereog Padi Dari kegiatan tiga kali sampling pada masing-masing kecarnatan, dalarn hal ini dengan j umlah total 750 j ala, adapun sebaran dan kelimpahan wereng padi pada masa singgang-singgang dan tanam padi pada empat kecamatan (Sei Bamban=SB, Sei Rampah=SR, Teluk Mengkudu=TM, Perbaungan=PE) di kabupaten Serdangbedagai adalah seperti yang tereantum pada Tabel 4.3 dan 4.4 berikut ini. Bcrdasarkan data 12
tersebut dapat dikemukakan bahwa kelimpahan total wereng padi yang diperoleh pada singgang-singgang tanaman padi adalah 1978 individu, sedangkan pada masa tanam padi hanya 1217 individu. Itu berarti kelimpahan wereng padi pada masa singgangsinggang Jebih tinggi dibandingkan pada masa musim tanam padi. Hal itu mungkin dapat diterangkan karena pada masa singgang-singgang padi keanekaragaman sumber makanan ataupun tanaman inang bagi wereng lebih beranekaragam dibandingkan pada masa tanam padi. Lagi pula pada masa tanam padi para petani juga menggunakan insektisida yang dapat membunuh wereng sedangkan pada masa singgang-singgang penggunaan insektisida tidak ada. Temuan ini menyarankan untuk menghindari serangan wereng padi pada Tabel 4.3. Kelimpahan wereng pada singgang-singgang tanaman padi (April, Mei, September 20 12) pada empat kecamatan di kabupaten Serdangbedagai
No I 2 3 4 5
6 7 8 9 10
Takson Recelia dorsalis Nephotettix virescens Nephotettix niJ!ropictus N ilaparvata lu~ens Cofana spectra Sogatella furci{era Cicadulina sp. Cicadella sp. Oliarus sp. Thaiasp.
SB 391 69 67 14 16
SR 79 76 45 5 7
9 0 0 0 0
5 0 9 5 4
TM PE Total 503 296 1269 34 138 317 42 52 206 28 56 9 17 42 2 4 10 28 5 7 12 3 8 20 3 5 13 15 3 8 1978
Tabel4.4. Kelimpahan wereng pada masa tanam padi (Juni, Juli dan Agustus 201 2) pada empat kecamatan di kabupaten Serdangbedagai
No l 2
3 4
5 6 7 8 9 10
Takson Recelia dorsalis Nephotellix virescens Nevhotetlix nigropictus Nilaparvata /ugens Co{ana spectra Sof(atella {urci{era Cicadulina sp. Cicade/la sp. 0/iarus sv. Thaiasp.
SB 274 48 9 4 6 4 1
0 0 4
SR TM PE 99 27 25 2 2 4 0 8 0 2
269 34 27 7
I I 9 I 0 2
Total 236 878 141 32 26 37 18 31 7 16 8 17 9 18 4 13 2 2 14 6 1217
13
masa musun tanam padi berikumya sebaiknya singgang-singgang tanaman padi dirnusnah.kan sedini mungkin. Dengan demikian ketersediaan sumber makanan bagi wereng menjadi berkurang yang mcnyebabkan kelimpahan populasinya menjadi menurun bah.kan siklus hidupoyapun dapat terputus (band. Manurung et.al., 2004) Jika ditinjau berdasarkan takson, adapun enam jenis wereng dengan kelimpahan tertinggi baik pada masa s inggang-singgang dan masa tanam padi adalah Recelia
dorsalis, Nephotettix virescens, Nephotettix nigropictus, Nilaparvata lugens, Cofana spectra dan Sogatella furcifera. Kelimpahan masing-masing jenis pada masa singgangsinggang adalah 1269, 3 17, 206,56, 42 dan 28 individu, sedangkan pada masa tanam padi secara berturut-turut adalah 878, 141 ,87, 31, 16 dan 17 iildividu. 4.4. Biologi Perkembangan Wercog Padi Berdasarkao basil tangkapan ataupun koleksi wereng di empat kecamatan di kabupaten Serdangbedagai sebagaimana dikemukakan di atas, adapun jenis yang memiliki nilai ekonorni penting bagi pertanian yakni mampu mengggagalkan panen dan jumlahnya relative baoyak adalah wereng hijau (Nephotettix spp.) dan wcrcng cokelat
Nilaparvata lugens. Scbubungan dcngan itu biologi perkembangan wereng yzng diselidiki adalah biologi perkcmbangan dari kedua jenis wereog tcrsebut. 4.4.1. Biologi Perkcmbangan W ereog Hijau (Nephotettix sp.) Telur wereng hijau berbentuk lancip den gao uk:uran panjang I ,0 1-1,06 mm dan diameter 0,23-0,29 mm. Saat bam di lctakkan telur tampak putih jernih dan transparan dan masih lemah. Pada hari kedua, pada ujung posterior telur tarnpak adanya myzctom dan juga keping kecambah ataupun keping ventral berbcntuk S yang akan tumbuh membentu.k ernbrio. Pada bari kctiga tampak ada bintik mata berwarna merah pada bagian anterior, sedangkan tclur tampak makin padat dan kenyal. Pada hari keempat bintik mata tampak semakin jelas dan semakin jelas lagi pada hari kelima. Pada bari kelima bagiao organ abdomen mulai tampak dengan jelas. Pada hari keenam ogan mata tampak jelas, demikian juga bagian kepala dan notum. Pada hari kctujuh dan kedelapan organ dalam tampak tcrbentuk scmpuma dan siap untuk mcnetas. Jadi perkembangao embrio tersebut dalam telur berlangsung sclama kurang lebih 7-8 hari (~t=7,3; SO= 0,4; N= 40). Setelah masa embrio dilajutkan lagi dengan masa larva.
14
Khusus untuk pcrkcmbangan larva, selama pcngamatan dilakukan ditemukan lima stadium larva dari wereng hijau. Olehkarena itu perkembangan larva wereng hijua tcrmasuk Paurometabolie. Larva pertama (Lt), sebagai larva yang baru menetas dari telur tampak relatif sangat lemah dibandingkan dengan larva tahapan berikutnya. Sehubungan dengan itu mortalitas dari larva tersebut pada stadium ini sangat tinggi. Selanjutnya, Larva ke lima (Ls) merupakan larva yang relatifkuat. Lamanya perkembangan dari lima stadium larva wercng hijau adalah sebagaiberikut: Lt berlangsung kim-kira 2-3 hari (J.l= 2,4; SD= 0,5; N= 40), Lz kim-kira 2-4 hari (J.l= 3,1; SD= 0,8; N= 40), LJ kira-kim 2-4 hari (J.l= 3,1; S0 0,6; N= 40), 4 2
kira-kim 3-4 hari (J.l= 3,4; SD= 0,4; N= 40) dan Ls kim-kim 4-6 hari (J.l= 5,1; SD= 0,7; N= 40). Itu berarti lamanya perkembangan larva secara keseluruhan kim-kim 15-19 hari
(J.l= 17, 1; SD= 0,9). Waktu perkembangan L5 tampak jelas relatif lebih lama dibandingkan dengan larva stadium lainnya. Hal itu mungkin
te~adi
karena pada L5
berlangsung masa pembentukan sayap dan untuk membentuk sayap itu dibutuhkan banyak energi. Untuk memenuhi energi itu, larva memerlukan lebih banyak waktu untuk mengurnpulkannya. Jika pcrkembangan embrionya berlangsung kira-kira 7-8 bari dan perkembangan larvanya 15-19 hari, maka dapat dikemukakan waktu perkembangan dari telur hingga menjadi dewasa pada suhu sekitar 28-32°C berkisar 22-27 hari. Lamanya waktu perkembangan wereng hijau tersebut tentu saja dapat berubah scsuai dengan suhu dimana serangga terscbut dipclihara. Hal itu teJjadi karena wereng hijau tcrmasuk hewan yang ektoterm atau poikiloterm. Pada hewan seperti itu lamanya waktu perkembangannya bergantung kepada panas yang diterimanya dari lingkungannya (Simonet & Pienknowski, 1980; Begon et a/., 1990). Hal lain yang mungkin juga mempengaruhi lamanya waktu perkembangan ini adalah jenis pakan yang tersedia bagi wereng hijau. Adanya pengaruh jenis pakan terbadap lamanya waktu perkembangan serangga wereng telah ditegaskan oleh Sedlacek eta/. (1986).
4.4.2. Biologi Perkcmba ngan Wereng Cokelat (Nilaparvata lugetrs) Telur Wereng cokelat (Ni/aparvara sp.) berbentuk lonjong agak melengkung. Panjang dan diameter telurnya
berk.isar 0,06-0,13 mm dan 0,87- 1,30 mm.
Dibandingkan dengan ukuran panjang dan diameter telur wereng hijau Nephotettix sp.
15
di atas, panjang telur wereng coklat tersebut lebih pendek akan tetapi diametemya lebih lebih besar. Seperti pada telur wereng hijau di atas, telur wereng cokelat yang diletakkan pada medium yang basah ataupun mendapat air yang cukup juga mengalami perturnbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan itu jelas tampak jika dilihat dari ukuran telur yang semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya waktu. Adanya peningkatan ukuran telur wereng selama perkembangan embrio telah dilaporkan Manurung eta/. (2001, 2005) pada wereng j enis Psammotettix alienus. Telur yang baru diletakkan tampak hyalin, relatif lemah dan plastis. Tiga atau empat hari setelah peletakan, telur yang berkembang itu menjadi kenya! (padat dan berisi). Pada hari-hari berikutnya, pada kulit telur tampak adanya suatu lipatan ataupun jalur yang nantinya akan berperan sebagai jalan keluar larva yang menetas dari dalam telur. Pada masa akhir perkembangan embrio, yakni pada kira-kira hari ke 8 atau hari ke 9, organorgan tubuh tampak jelas terbentuk dalarn telur. Pada saat ini bintik mata juga sudah tarnpak besar dan o=atidanya dapat dengan mudah dikenal. Pada saat ini embrio sudah bersiap-siap untuk keluar dari telur (menetas). Larnanya perkembangan embrio, yakni sejak masa peletakan telur hingga telur tersebut menetas adalah sekitar 7-II hari. Dari pengarnatan yang telah dilakukan juga dapat dikemukakan bahwa larva-larva yang berasal dari telur yang menetas melayang di pcrmukaan air. Khusus untuk perkembangan larva, seperti pada wereng hijau, pada wereng cokelat juga ditemukan lima stadium larva, jadi tetap sebagai Paurometabolie.Larva pertama (L,) wereng cokeJat juga tampak relatif sangat lemah. Olehkarena itu tingkat kematian larva pada stadium ini sangat tinggi. Sementra itu larva ke lima (L5) merupakan larva yang relatif kuat. Selama perkembangan larva, warna larva juga mengalarni perubahan, yakni dari putih menjadi coklat secara bertahap. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Harahap dan Tjahjono (2003). Lamanya perkembangan kelima stadium larva wereng cokelat adalah L 1 berlangsung kira-kira 2-4 hari (J.l= 2,6; SD= 0,7; N= 27), L2 kira-kira 2-3 hari (J.l= 2, I; SD= 0,3; N= 27),
LJ kira-kira 2-4 hari (J.l= 2,7; SD= 0,8; N= 27),
L4 kira-kira 2-4 hari
(11= 2,8; SD= 0,8; N= 27) dan Ls kira-kira 3-5 hari (11= 3,2; SD= 1,0; N= 25). Itu berarti Iamanya perkembangan larva secara keseluruhan kira-kira 11 -16 hari (1!=13,8; SD=
16
.
-------------~
1,3). Data di atas juga menunjukkan bahwa waktu perkembangan Ls tampak jelas relatif lebih lama dibandingkan dengan larva stadium lainnya. Jika perkembangan embrio wereng cokelat berlangsung kira-kira 7-11 hari, sedangkan perkembangan larvanya 11-16 bari, itu berarti waktu perkembangan wereng
tersebut dari te1ur hingga meojadi dewasa pada suhu sekitar 28-32°C berlangsung sekitar 18-27 hari. Sarna halnya dengan wereng hijau di atas, 1amanya waktu perkembangan wereng coklat tersebut tentu saja dapat berubah sesuai dcngan suhu dimana serangga tersebut dipelihara. Hal itu terjadi karena wereng coklat termasuk hewan yang ektotenn atau poikiloterm. Pada hewan seperti itu lamanya waktu perkembangannya bergantung kepada panas yang diterimanya dari lingkungannya (Simonet & Pienknowski, 1980; Begon et al., 1990). Hal lain yang mungkin juga mempengaruhi lamanya waktu perkembangan ini adalah jenis pakan yang tersedia bagi wereng coklat. Adanya pengaruh jenis pakan terbadap lamanya waktu perkembangan serangga wereng telah ditegaskan oleh Sedlacek eta/. (I 986).
17
BAB Y
SIMPULAN DAN SARAN Beberapa simpulan dan saran yang dapat dikemukan sehubungan dengan hasil dan pembahasan yang dikemukakan pada penelitian ini adalah sebagaiberikut:
5.1. Simpulan I. Biodiversitas (keanekaragaman) wereng padi (Auchenorrbyncba) di kabupaten Serdangbedagai tcrdiri alas I 0 jenis, yakni Reci/ia dorsalis, Nephoteltix virescens,
Nephotellix nigropictus, Nilaparvata lugens, Sogarellaforcifera, Cicadulina sp., Cofana speclra., Cicadel/a sp., 0/iarus sp., dan Thaia sp. 2. Dist.ribusi horizontal dari jenis wereog padi (Auchenorrhyncba) pada keempat kecamatan di kabupaten Serdangbedagai adalab relatif sama. 3. Kclimpahan wereng padi (Auchenorrhyncba) pada masa singgang-singgang lebih tinggi dibandingkan dengan pada masa tanam padi. 4. Perkcmbangan embrio dan larva dari wereng hijau Nephotettix sp. berlangsung selama 22-27 hari sedangkan wereng cokelat Ni/aparvala lugens bcrkisar I8-27 hari. 5.2. Saran I. Pcrlu dilakukan penelitian Ianjut perihal perkembangan embrio dan larva dari delapan jenis wereng yang ditemukan di luar dari wereng hijau dan cokelat. 2. Perlu dilakukan pcnelitian lanjut perihal hubungan keanekaragamaman gulma yang terdapat pada persawahan dengan keanekaragaman dan kelimpahan wereng. 3. Perlu dilakukan penelitian lanjut perihal keanekaragarnan pre
5. Untuk mengurangi serangan wert!ng padi pada masa tanam padi berikutnya disarankan agar memusnahkan singgang-singgang tanaman padi sedini mungkin.
18
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.
2009.
Profil
Deli
Serdang
(http:
wuw.dcliserdang.go.idlprofi/-
deliserdang.lum/.) Diakses pada tanggal2 Maret 2012.
Baker R.H.A., C.E. Sansford, C.H. Jarvis, R.J.C. Cannon, A. Macleod, and K.F.A. Walters.
2000. The ro le of climatic mapping in predicting the potential
geographical distribution of non-indigenous pests under current and future climates. Agriculture, Ecosystems and Environment. 82: 57 - 71. Baehaki. 1993. Berbagai Hama Serangga Tanaman Padi. Bandung: Penerbit Angkasa. Begon, M., Harper, J.L & Townsend, C.R- 1990. Ecology: Individual, Populations and Communities. London: Blackwell Scientific Publication.
David, B.V & T.N. Ananthakrishnan. 2006. General and Applied Entomology. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited. Degen, T., E. Stadler, and P.R. Ellis. 1999. Host Plant Susceptibility to the Carrot fly, Psylla rosae: I. Acceptability of various host species to ovipositing females. Annals ofApplied Biology. 134: I - II.
Depatemen Pertanian. 1982. Petunjuk Bergambar Hama dan Penyaldt Tanaman Padi. Jakarta: Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Guglielmino, A. & E.G.Virla. 1997. Postembryonic development and biology of Psammotellix alienus (Dahlbom) (Homoptera, Cicadellidae) under laboratory
conditions. Bull. Zoo/. Agr. Nachic. Ser. Il29(1): 65-80. Harahap, l.S. & B. Tjabjono. 2003. Pengenda/ian Hama dan Penyakit Padi. Jakarta: Penebar Swadaya. Holdom, D.G., Taylor, P.S., Mackey-Wood, R.J., Ramos, M.E & R.S. Soper. 1989. Field studies on rice planthoppers (Hom. Delphacidae) and tbei.r natural enemies in Indonesia. Journal ofApplied Entomology 107, 118-129. Manurung, B & L. Sihombing. 2011. Ekologi Serangga Wcreng (Hemiptera: Auchenorrhyncha) pada Singgang-Singgang Tanaman Padi di Kabupaten Deliserdang-Sumatcra Utara. Pp. 405-414 Dalam: Salomo llutahcan dklc.. eds. Prosiding Seminar Nasional Biologi, USU Medan, 22 Januari 20 II.
Manurung, B., A. H. Bintang & Erika Rosdiana. 2012. Biodiversitas, Distribusi dan Kelimpahan Serangga Wereng (Hemiptera: Auchenorrhyncha) pada SinggangSinggang Tanaman Padi di Kabupaten Deliserdang Propinsi Sumatera Utara. Pp. 19
12-16 Dalam: Samingan dkk.
eds. Prosiding Seminar Nasional XXI
Perhimpunan Biologi Jndonesia, Universitas Syahkuala-BandaAceh, 05 Maret 2012. Manurung, B. 2010. Mengantisipasi Serangan Hama Wereng. Harian Waspada Tanggal 13 Juli 2010. hal. CJ I. Manurung, B., Witsack. W., Mehner, S., Gruentzig, M & Fuchs, E. 2005. Studies on biology and population dynamics of the lealhopper Psammotellix alienus Dahlb. (Homoptera: Auchenorrhyncha) as vector of wheat dwarf vin1s (WDV) in Saxony-Anhalt, Germany. J. Plant. Dis. Protec. I 12 (5): 497-507. Manurung, B., Witsack, W., Mehner, S., Gruentzig, M & Fuchs, E. 2004. The epidemiology of wheat dwarf vin1s in relation to occurrence of the leafhopper
Psammotelfix alienus in Middle-Germany.
Vin~s
Research I 00 (I): I09-113.
Manurung, B., Witsack, W. & E. Fuchs. 2001. Zur Embryonal- und Larvalentwickhmg der
Zikade
Psammotettix
alienus
(Dahlbom,
1851)
(Hemiptera,
Auchcnorrhyncha). Beitraege zur Zikadenkunde 4: 49-58. Matthews, R. E.F. (I991 ): Plant virology. Sandiego, California: Academic Press. Melber, A. 1989. Entwicklung und Populalionsdynacnik der Heidezi kade Ulopa
reticulate (Homoptera, Auchenorrhyncha, Cicade!Jjdae) in nordwestdeutschen Cal luna-Heiden. Zcoi.Jb.Syst. 116: 2I-30. Nault, L.R & A.D. Ammar. I989. Leafhopper and p1antbopper transmission of plant viruses. Ann. Rev. Entomol. 34: 503-529. Prestidge, R.A. 1982. lnstar duration, adult composition, oviposition and nitrogen utilization efficiencies of leafhoppers feeding on different quality food (Auchenorrhyncha:Homoptera). Ecoi.Entomol. 1: 91-IOI. Rismunandar. 1993. Hama Tanaman Pangan dan Pembasmiannya. Bandung: Sinar Baru Ag1esindo. Sander, K., Gutzeit, H.O & J.Jaeck.le. 1985. Insect embryogenesis: Morphology, physiology, genetkal and molecular aspects. In: Kertut, G.A and Lilbert (Ed),
Comprehensive insect physiology, biochemistry and pharmacology, Vol. I: Embryogenesis and reproduction. Oxford: Pergamon Press. Sedlacek, J.D. , K. V. Yeargan & P.H.Freytag. 1986. Laboratory life table studies of the Blaekfaced leaihopper (Homoptera: Cic.adellidae) on Johnson~:,>rass and Com.
Environ.Entomol. 15: 1119-1123.
20
Simonet, D.E & R.L. Pienknowski. 1980. Temperature effect on development and morphometries of the potato leafhopper. Environ. Entomol. 9: 798-800. Siwi,S.S & M. Roechan. 1983. Species composition and dislribution of green leafhoppers Nephotellix spp. and the spread of rice tuOb'l'O virus disease in Indonesia. In, W.J. Knight., N.C. Pant., T.S. Robertson & M.R. Wilson (Eds.) Proceedings of 111 lnternalional Workshop on Leafhoppers and Planthoppers of Economic importance. Commonwealth Institute of Entomology, London, pp.
263-276. Soehardjan, M. 1973. Observations on leafhoppers and planthoppers on rice in West Java Central Research Institute Agriculture Bogor, Indonesia 3, I- I 0. Sogawa, K., K. Ayi & J.S.Sitio. 1984. Monitoring brown planthopper (BPH) biotypes by rice garden in North Sumatra, JRRN 9:6. Stewart, A.J.A. 2002. Techniques for sampling Auchenorrhyncha in grassland. Denisia 04:491-512. Vilbaste, J. 1982. Preleminary key for the identification of the nymphs of North European Homoptera Cicadinea. II. Cicadelloidea. Ann. Zoo/.Fennici. 19: 1-20. Walter,
S.
1975.
Larvcnformen
mitteleuropacischer
Euscelinen
(Homoptera,
Euscelincn
(Homoptera,
Auchenorrhyncha). 'Z<Jo.Jb.Syst., 102: 241 -302. Walter,
S.
1975.
Larvenfom1en
mitteleuropaeischer
Auchenorrhyncha). Teil II. 'Z<Jo.Jb.Syst. , 105: 102-130. Widiarta, 1., Wijaya, E.S & ll.Sawada. 2006. Dinamika Populasi Wereng Punggung Putih, Sogatella furcifera Stal (Hemiptera: Delphacidac) di Jawa Tengall. J. Entomol. Ind. 3(1): 1-13.
Widiarta, LN., Kusdiaman, D, Siwi, S.S & A. Hasanuddin. 2004. Varian efikasi penularan Tungro oleh koloni-koloni wereng hijau Nephotellix virescens Distant. J. Entomol. Jnd/(1): 50-56. Wilson, M.R. dan M.F. Claridge. 1991. Handbook for the identification of leafhoppers and planthoppers ofrice. Wallingford-UK: CAB International.
21
LAMPIRAN
KDl E~TERlA.1'\
PEJ\'DIDI KAN NASI O~AL UN IVERSITAS NEGE RI ~ I E D AN LE;\IBAGA PENELITJAN
SURAT PER.IAN.JIAI'I PENGGIJNAAN DANA !SP2Dl No.:/hJ /UN33.8/K£P/KU12012 Pada hilri ini Jum'at 1a11ggal 27 bulan April ll!bun dua ribu dua belas, kami yang benanda tangan di bawoh ini : I. Prof. Drs. Manihar Situmorang,
lii.Sc.,Ph.D 2. Dr. Rer. :-lat. Binari Manurung, M.Si
Kerua Lembaga Penelitian Universitas Negeri Medan, dan atas nama Rel:ta< Unimed, dan dalam perjanjian ini disebut PIHAK PERTAMA. Dosen FMJPA benindak sebagai Peneliti/Kerua pelaksana Peoetitian, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
Kedua belab pihak secara bersama-sama telab sepakat mcngadakan Sural Petjanjian Penggunaan Dana (SP20) unruk melakukan Penelitian yang dibiayai dati DIPA Unimed tanggal 26 April 2012. Rektor Unimed unruk Research Grant Unimed denean ketenruan scbaeai berikut:Tabun Aneearan 2012 sesuai sural ""rianiian Pasol I .JE:'\15 PEK.ERJ"'\ N PIHAK PERTA.\1A mcmberi rugas kepada PIHAK KEDUA, dan penelitian dengan judul Biodiversitas, dism'busi dan biologi perkembangan hama wereng padi (aucbenonhyncha) di Kabupatcn Sercbngbedagai )ang menjadi ll\nggungjawab PIHAK KEDUA dengan masa kerja 6 (enam) bulan , terhitung mulai bulan Mei s/d Ol:tober 2012. Pau l 2 DASAR PELAKSANAANPEKERJ AAN Pektl)aan dilaksanakan oleh PIHAK KEOUA atas dasar k«enltl3n yanJ merup:tltan bagian tidak terpiSah dari Unimed i1 I. Sesuai UU 'lo. 17 T•.hun 2003. tentang Keuangan Negara 2. lJU Rl No. I Tabun 2004, tentang Perbendahaman Negam 3. UU Rl No. 15 Tahun 200-1, tcntang pemcriksa3n pengelolaan dan tanggungjawab keuangan :\egara 4. OIPA No. 00037l/UN33/KEP/KU/20 12, Tanggal 15 Februlri 2012 Pasal 3 P£NCAWASAN Unruk pelaksanaan penga"-asan dan pengendalian pekerjaan adalah Lembaga Feoelitian Unimed dan sis1em pengendalian internal (SPI) Unimed. Pasal 4 NILAI PEKERJAAN 1. PDiAK PERTAMA memberikan dana pcnelitian tersebut pada pasal I :Rp 8.000.000
(sepuluh Juta Rupiah), sccara benahap 2. Tahap penarna sebesar 40% yain Rp. 3.200.000,- (Tiga Juta Dua Rarus Rupiah) dibayarlcan sewakru Su111t Perjanjian Penggunaan Dana (SP2D) ini ditandatangani oleh kedua belah pil 3. Tahap kedua sebesar 30% yailu Rp. 2.400.000,- (Ota Juta Empat Rarus Ribu Rupiah) dibayarlcan setelah PIHAK KEOUA menyerabkan laporan kemajuan penelitian 4. Tahap kcdua sebesar 30% yaitu Rp. 2.400.000,· (Dua Jut:a Empat Ratus Ribu Rupiah) dibayarkan setelah PIHAK KEDUA men}erahkan laporan hasil Penclitian dan bukti pengeluaranl penggunaan dana penelitian kepada PIHAK PERTAMA. 5. PJHAK KEDUA membayar paJak (PPh) sebesar 15% dilri jumlah dana penclitian yang diterima dan fotoeOpy Bukti pemb>yaran diserahkan ke Lembaga Penelitian 2 rangkap.
-
-- -
Pasal 5 JAI'iGKA WAKTU PELAKSANAAN 1. PIHAK KEDL:A men)elesaikan dan menyerahkan laporan hasil penelitian «bagaimana dimaksud dalam
pasal I SP2D ini selambat-lambatnya tanggal9 November 2012 Pasal6 LA PO RAN
I. PlHAK KEDUA menyerahkan laporan kemajuan pelaksanaan penelitian paling lambattanggal27 Juli 2012 dan PUiAK KEOUA menyampaikan draft laporan akhir penelitian paling lambat tanggal 2 November 2012 . Unruk pelaksanaan seminar yang di Koordinasi oleh Lemlit dan laporan akhir penelitian sebagaimana disebut dalarn pasal I sebanyak 8 (delapan) examplar beserta soft copy I.a. Dana Penelitian tahap kedua tidak dicairkanjilca laporan kemajuan pelaksanaan penelitian ridak diserahla 2. PIHAK KEDUA harus menyampaikan naskah anikel hasil penelirian dalam benruk compact disk (CO) untuk diterbitkan pada jurnal Nasional atau Nasionalterakreditasi dan bukti pengiriman disenakan dalam 3. Sebelum laporan akhir penelitian diselesaikan PlHAK KEOUA melakukan desiminasi hasil penelitian melalui forum yang akan dikoordinasikan oleh Lembaga Penelitian . 4. Seminar penelitian dilakukan di lembaga Penelitian dengan mengundang dosen dan mahasiswa sebagai pesena seminar Lembaga Penelitian dan diniJi oleh Review Internal S. Bahan pelaksanaan seminar dimaksud (makaJah) disampaikan ke Lembaga Penelitian sebanyak 2 (dua) exat 6. Bukti pengeluaran keuangan (kuitansi) dan RAB menjadi arsip pada PIHAK KEDUA dan I (saru) rangkap diserahkan ke Lembaga Penelitian dalam benruk laporan penggunaan dana penelitian paling lambat tanggal 2 November 20 12.yang pembiayaannya dibebankan kepada PlHAK K.EDUA. 7. Dana penelitian tahap kedua tidak dapat dicairkan jika bukti pengeluaran keuangan belum diserahknn oleh peneliti, dan dikembnliknn ke Kas Negarajika mrlewati batas akhir SP2D. 8. Sistemntikn lnpornn nkhir pcnelitian harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. llentuk kuano b. \Varna cover disesuaikan dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Unimed c. Dibawnh bagian kulit cover depan diltllis: dibiayai olch Dana PO Unimed No. 0003721UN.331KEP/KU/2o1Z Tanggal IS Februaru 20 12 d. Melampirkan Sural Perjanj ian Penggunaan Dana (SP20) pada lampiran laporan. Pasal 7 SANKS!
I. Apabila PIHAK KEDUA tidak dapat menyelesaikan penelitian sebagaimana tersebut dalam pasal S maka PIHAK KEDUA dikenakan sanksi :Tidak akan diikutsenakan dalam pelaksanaan penelitian atau kegiatan lainnya. Apabila pelaksana program melalaikan kewajiban baik langsung atau tidak langsung yang merugikan keuangan negara diwajibkan mengganti kerugian yang dimaksud. 2. Apabila Ketus Peneliti berhalangan melaksanakan desiminasi karena suatu hal, maka menunjuk salah seorang anggota yang mampu. Pasal 8 LA PORAN
Pcnggunaan Dana (SP20) ini dipcrbuat untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mes
PIH~ itumorang, M.Sc.,Ph.O 601 I 00 1
Or. Rer. Nat. Binari Manurung, M.S i I 9640404 198903 I 006
Lampiran 2. Biodata Ketua Peneliti
DAFTAR RIWA Y AT HID UP KETUA PEN ELITJ
a. Keterangan diri -
Nama
: Dr. rer. nat Binari Manurung, M.Si
-
Tempat/tgllahir
: Simalungun, 4 April 1964
-
Jenis Kelamin
: Laki-lak:i
-
Pekcljaan
: Dosen Biologi-FMIPA UNIMED
-
Pangkat/Golongan
: IV -b/ Pembina Tkt I
-
lnstitusi
: Jurusan Biologi FMIPA UNIMED Jln. Willem Iskandar Pasar V Medan Estate 20221
-
Bidang Keahlian
: Entomologi (Serangga)
b. Matakuliah yang diampu -
Entomologi Ekologi Hewan Ekologi Tumbuhan
-
Taksonomi Hew-dll Tingkat Rendah dan Tingkat Tinggi
c. Riwayat Pendidikan Universitas IKIP Medan JTB Bandung llewan Martin-Luther Universitaet Jerman (Scrangga)
Gelar Drs M.Si
Doktor
Tahun Selesai 1988 1993
2002
Bidang Studi Pend. Biologi Ekologi
Entomologi
d. Pengalaman Penelitian Biologi pcrkembangan hama wereng coklat {Dikti 2005: Projek Semi Que Jurusan Diologi, Ketua).
Struktur k.omunitas dan dinamika populasi hama lalat buah (Diptera: Tephritidae) pada pertanaman jeruk di Kabupatcn Karo-J>ropinsi Sumatera Utara (Dikti 20 I I : Hi bah Fundamental, Ketua). e. PcogaJaman Publikasi Umia b Manuruog, B. 2008. Kajian Biologi Perkembangan Wereng Cokelat (Nilaparvata sp., Hemiptera: Auchenorrhyncha). Jurnal Sains Indonesia 32 (2): 75-79. Maourung, B., W. Witsack, S. Mehner, M. Grilntzig, E. Fuchs. 2005: Studies on biology and population dynamics of the leafhoppecPsammotellix alienus Dahlb. (Homoptern, Aucbenorrhyncha) as vector of the Wheat dwarf virus (WDV) in Saxony-Anhalt, Gerrnany. Journal of Plant Diseases and Protection 112(5): 497-507. Manu rung, B. & E. Gusmita 2005. Kajian awal ekologi Lalat buah pada Kebun jeruk di Tanah Karo. Jurnal Sains Indonesia 29(4): 135-139. Manuruog, B., W. Witsack, S. Mehner, M. Grilntzig, E. Fuchs. 2004. The epidemiology of Wheat dwarf vims (WDV) in relation to occurrence of the leafhopper Psammotellix alienus Dahlb. and its infectivity with WDV in Saxony-Anhalt, Middle-Germany. - Virus Research 100(1): 109-113. Ma nu rung, B. 2004. Kajian kemampuan wereng cokelal Psammotellix alienus Dahlb. (Hemiptera, Auchenorrhyncha) sebagai vector wheat dwarf virus (WDV). Jurnal Sains Indonesia 28(2): 48-51. Mehner, S., B. Manurung, D. Schmidt, A. Habeku.B, M. Gliintzig, W. \Vitsack, E. Fuchs: Investigation into the ecology of Wheat dwarf virus (WDV) in Saxony-Anhalt, Germany. 2003. Journul of Plant Diseases and Protection 110 (4): 313-323. Manurung, B., W. Witsack, S. Mehner, M. Griintzig, E. Fuchs. 2002. Untersuchungen zur Populationsdynamik und Generationsfolge des Virusvektors Psammotellix alienus Dahlb. (Hemiptera, Auchenorrhyncha) in Getreidefeldem,- Phytomedizin 2: 34-35. Mehner, S., B. Manurting, M. Griintzig, W. Witsack, E. Fuchs. 2002). Populationdynamics of the leafhopper Psammotellix alienus Dahlb. and two years investigations into the occurrence of Wheat dwarf virus (WDV) in crops of winter barley located in the middle gennan dry region, Germany. PlanJ Protection Science 38 (Special Issue 2): 370-374. Maourung, B., W. Witsack, S. Mehner, M. Grilntzig, E. Fuchs. 2001. Zur Biologic der Zwerg:zi.kade Psammotettix alienus Oahlb. (Hemiptera, Auchenorrhyncha) und ihrer Bedeutung als Vcktor des Wheat dwarf virus ( WDV).- Dok & Mat42: 164-166. Manurung, B., W. Witsack, E. Fuchs, S. Mehner. 200 1. Zur Embryonal- und Larvalentwicklung der Zikade Psammotellix alienus (DAHLBOM, 1851) (Hemiptera, Auchenorrhyncha).- Beitrage zur Zik:adenkunde 4: 49-58. Manurung, B., W. Witsack, E. Fuchs. 2000. Vorll!ufige Ergebnisse z.ur Biologic und Okologie (Populationsdynamik) der Zi kade Psammotellix alienus Dahb. (Homoptera, Auchenorrhyncha). - Phytomedizin 2: 55-56. Ma ourung, B., W. Witsack, S. Mehner, M. Grilntzig, E. Fuchs. 2000. Vorliiufige Ergebnisse zur Populationsdynamik der Zikade Psammotettix alienus
(DAI1Ll30 M, 1851) (Homoptera, Auchenorrhyncha), einem Vektor fur Wheat dwarf virus (WDV). - Mitt.Biol. Bundes anst. Land-Forstwirtsch. 376: 557. Manurung, 8 ., W. Witsack. 2000. Zur Entwicklungsbiologie und Populationsdynamik des Virusvektors Psammotertix alienus (Dhlb.) (Auchcnorrhyncha) in Getreidefeldem. -DgaaE Nachrichten 14: 79.
f. Seminar lnternasional (Pemablah):
Manurung, B., W. Witsack, S. Mehner, M. Grllntzig, E. Fuchs. 2002. Investigations on the biology and ecology of the lealhopper Psammotettix alieniiS Dahlb. (Hemiptera, Cicadellidae), a vector of Wheat dwarf gemini virus (WDV). - ]Jilt International Auchenorrhyncha Congress, 5-9 August 2002, Potsdam/Berlin, Germany, Abstracts: 56. Manurung, B., W. Witsack, S. Mehner, M. Grllntzig, E. Fuchs. 2002. Studies on the occurrence of the leafhopper Psammotettix alienus Dahlb. (Hemiptera, Auchenorrhyncha) and its infectivity with Wheat dwarf virus (WDV) in winter barley in Saxony-Anhalt, Germany (2002). - 8'h International Plant Virus Epidemiology Symposium, 12-17 May 2002, Aschersleben, Germany, Abstracts: 42. Manurung, B., W. Witsack, S. Mehner, M. Griintzig, E. Fuchs. 2001. Biology and population dynamics of the leafhcpper Psammotettix alienus Dahlb. (Homoptera, Auchenorrhyncha) as a vector of Wheat dwarf virus (WDV) in Saxony-Anhalt, Germany. - 9'h Conference on Virus diseases Gramineae in Europe, 21-23 May 200 I, Central Science Laboratory, York, UK, Abstracts: 26. Manurung, B. & W. Witsack. 2001. Provisional results on effectiveness of the leafhopper Psammotettix alienus Dahlb. (Hemiptera, Auchenorrhrncha) as vector of wheat dwarf virus (WDV) in Saxony-Anhalt, Germany. 8' Central European Auchenorrhyncha meeting in Dresden, 14-16 September 2001, Germany. Manurung, B. & W. Witsack. 2000. Preliminary results on biology and population dynamics of the lealhopper Psammotellix alienus (Dahlbom, 1851 ) (Hemiptera, Auchenorrhyncba). 1h Central European Auchenorrhyncha meeting in Bad Frankenhausen, 1-3 September 2000, Germany. Medan, 19 November 2012 Yang membuat pemyataan,
Dr. rer. naL Binari Manurung. M.Si NIPINIDN. 19640404198903 006/0004046411