Laboratorium Produksi Ternak Perah – Fakultas Peternakan UNPAD
100
Pakan Sapi Perah PENDAHULUAN Fungsi prinsip ternak perah ditinjau dari aspek pakan adalah mengubah bahan pakan menjadi susu yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Ternak perah merupakan hewan ruminan yang mempunyai perut terdiri atas empat bagian, berbeda dengan hewan non ruminan yang mempunyai perut sederhana. Keadaan ini membuat ternak perah dan ruminan lainnya mempunyai keuntungan dalam hal kemampuannya mengubah bahan makanan yang tidak digunakan oleh manusia, seperti hay, silase, rumput, dan hasil ikutan industri, menjadi bahan makanan manusia yang palatabel dan bernilai gizi tinggi; mampu mencerna serta menggunakan bagian tanaman dan senyawa lain yang tidak berguna bagi hewan yang mempunyai perut sederhana. Kemampuan ini merupakan hasil dari perombakan bahan pakan oleh mikroorganisme dalam perut ruminan dan penggunaan keseluruhan produk akhirnya untuk fungsi-fungsi fisiologisnya. Ruminan melalui proses fermentasi dan sintesis yang dilakukan oleh mikroorganisme dalam perutnya yang kompleks, dapat menggunakan substansi seperti halnya selulosa sebagai pembentuk utama jaringan tanaman, dan urea sebagai senyawa nitrogen yang bukan protein (NPN), untuk tujuan produktif. FUNGSI SALURAN PENCERNAAN Fungsi utama saluran pencernaan adalah mengubah bahan pakan yang dikonsumsi oleh ternak ke dalam senyawa kimia dapat diserap ke dalam pembuluh darah untuk digunakan sebagai zat-zat makanan bagi jaringan di dalam tubuh. Saluran pencernaan juga sebagai tempat pengeluaran sisa-sisa metabolisme jaringan dan bahan pakan yang tidak tercerna. Berbagai proses terlibat dalam aktivitas ini, meliputi mastikasi, salivasi, ruminasi, pencernaan, dan penyerapan. Mastikasi Pengunyahan (mastikasi/chewing) bahan pakan oleh ternak pada awalnya hanya ringan saja, cukup untuk mencampur bahan pakan dengan saliva dan membentuk bolus untuk penelanan. Setelah makan, sapi mengunyah kembali pakannya oleh adanya suatu proses regurgitasi dan pengunyahan kembali ini sering dinyatakan dengan memamah biak. Pada proses ini, makanan dan cairan melewati rumen dan retikulum melalui esofagus menuju mulut. Melalui kerja tulang rusuk, diafragma, rumen, dan retikulum bahan dikembalikan ke dalam esofagus dalam bentuk bolus, dengan tekanan negatif didorong ke mulut, makanan dikunyah kembali kira-kira satu menit, kemudian ditelan kembali. Keseluruhan aktivitas ini disebut ruminasi. Mastikasi yang sempurna dari isi rumen yang diregurgitasikan terjadi sewaktu ternak beristirahat setelah makan. Seekor sapi dewasa menghabiskan kira-kira 810 jam dalam satu hari untuk ruminasi.
Laboratorium Produksi Ternak Perah – Fakultas Peternakan UNPAD
101
Salivasi Saliva mempunyai peran ganda, disamping melicinkan bahan pakan sebelum ditelan, berfungsi sebagai buffer dalam rumen karena saliva mengandung bikarbonat dan fosfat yang tinggi. Jumlah saliva sangat banyak disekresi oleh sapi dewasa khususnya bila ransum yang diberikan tinggi hijauan keringnya. Saliva bersifat alkalin, pada sapi perah pH sekitar 8,2. Asam-asam organik yang diproduksi oleh mikroorganisme dalam rumen dinetralisir oleh saliva, sehingga pH rumen dipertahankan antara 6,5 dan 7,5, merupakan medium yang cocok untuk pertumbuhan dan aktivitas mikroba. Saliva, karena mempunyai tekanan permukaan yang rendah, juga membantu mencegah pembentukan buih (merupakan suatu kondisi yang dapat menyebabkan bloat) dalam rumen, meningkatkan kecepatan pembasahan bahan, dan kecepatan perombakan bahan oleh mikroba rumen. Pencernaan dalam Perut Retikulorumen (Rumen dan Retikulum) Makanan yang ditelan dan saliva setelah masuk ke dalam retikulo-rumen, berkat kontraksi rumen dan retikulum yang teratur (sekali per menit), bercampur dengan cairan rumen dan retikulum yang mengandung berjuta-juta mikroorganisme berasal dari bakteri dan protozoa Makanan tinggal dalam retikulo-rumen untuk beberapa jam hingga beberapa hari. Selama waktu tersebut mikroorganisme memegang peranan penting dalam pencernaan makanan. Mikroorganisme melalui kerja enzim-enzimnya mengubah sebagian besar karbohidrat yang tersedia dalam makanan menjadi asam-asam lemak terbang (Volatile Fatty Acids, VFA), metan, dan karbondioksida. VFA yang utama adalah asam asetat (50-70%), asam propionat (20-30%), dan asam butirat (10-15%), serta sejumlah kecil asam valerat dan asam rantai pendek lain. Karbondioksida dan metan merupakan gas rumen utama yang dihasilkan selama proses pencernaan. Gas dikeluarkan melalui belching (eruktasi) dan penyerapan ke dalam darah. Bila gas berakumulasi dalam rumen karena tidak bisa keluar, akan terjadi bloat. Bila bloat semakin parah, dapat mengakibatkan kematian. Mikroorganisme rumen disamping berperan nyata terhadap pencernaan karbohidrat, juga pada sintesis protein. Omasum Bahan makanan dari retikulo-rumen lewat melalui omasum ke abomasum dan kemudian ke usus. Fungsi omasum yang utama adalah memeras air dan kemudian menyerapnya, dan penyerapan asam lemak yang melewati omasum. Kerja daun-daun otot dan papillaenya sebagai penggilingan, dan juga memompa bahan ke dalam abomasum yang merupakan perut sejati dari ternak perah. Dari sini, proses pencernaan sama dengan hewan berperut sederhana.
Laboratorium Produksi Ternak Perah – Fakultas Peternakan UNPAD
102
Abomasum Abomasum, mengeluarkan getah pencernaan yang mengandung asam hidrokhlorat sehingga menurunkan pH dalam abomasum hingga kira-kira 2,5. Abomasum juga mengeluarkan dua macam enzim yaitu pepsin dan renin. Pepsin membutuhkan medium yang asam untuk fungsinya, oleh karena itu pH yang rendah dalam abomasum memungkinkan pepsin memecah protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana, terutama pepton dan peptida. Renin berfungsi menggumpalkan susu, penting bagi anak sapi untuk mencerna susu sebagaimana mestinya. Pencernaan dalam Usus Bahan yang bergerak dari perut ke usus, dikenal sebagai chyme. Bagian yang lebih atas dari usus kecil berfungsi untuk sekresi enzim, bagian yang lebih rendah untuk penyerapan zat-zat makanan dari bahan tercerna. Chyme mengalami perubahan-perubahan penting dalam usus kecil yang dimaksudkan untuk menyediakan zat makanan dapat diserap dari usus kecil. Pencernaan terhadap chyme dibantu oleh getah pankreas, empedu, dan getah usus. Getah pankreas mengandung tiga macam enzim proteolitik, yaitu tripsinogen, khimotripsinogen, dan karboksipeptidase. Lipase adalah enzim lainnya yang disekresi oleh pankreas. Pencernaan lemak yang terjadi dalam perut ruminan relatif sedikit. Sebagian besar pencernaan lemak terjadi dalam usus. Empedu tidak mengandung enzim pencernaan, fungsinya terutama mengemulsikan lemak, memecah ke dalam globul-globul kecil yang menyebabkan meningkatnya luas permukaan sehingga lipase dapat memecah lemak dengan lebih mudah Enzim ketiga dalam getah pankreas yaitu amilase, mengubah pati menjadi maltosa. Saliva dari hewan ruminan mengandung sedikit atau bahkan tidak ada ptialin. Pada hewan non ruminan, ptialin yang mengubah pati menjadi maltosa. Bila chyme bergerak ke saluran usus, kontak dengan sejumlah enzim yang disekresi oleh dinding usus. Enzim-enzim ini adalah: enterokinase, yang mengaktivasi tripsinogen, peptidase mengubah peptida menjadi asam amino, maltase, mengubah maltosa menjadi glukosa, laktase memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa, lipase memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol, dan amilase mengubah pati menjadi maltosa. Getah usus mengandung enzim yang memecah asam nukleat dan protein gabungannya. Asam-asam amino, peptida, pepton, gula sederhana, vitamin, dan mineral, diserap oleh dinding usus bergerak ke dalam aliran darah, kemudian dibawa oleh sistem darah portal ke hati. Zat-zat makanan, dari hati bergerak ke semua bagian tubuh, digunakan untuk fungsifungsi fisiologis hewan. Sebagian besar asam lemak dan gliserol diserap dengan proses yang berbeda dari senyawa-senyawa lain. Asam lemak dan gliserol bergerak ke sel-sel epitel dari villi usus kecil, tempat asam lemak diesterifikasi dengan gliserol membentuk lemak netral. Lemak netral (micelles) bergerak dari sel-sel ke dalam jaringan dan kemudian ke kapiler-kapiler getah bening dari villi. Getah bening kemudian bergerak melalui duktus limfatikus ke duktus thorasikus, tempat masuk sistem darah vena anterior ke hati. Micelles lemak yang diserap dengan baik, dalam getah bening kelihatan seperti susu, disebut chyle.
Laboratorium Produksi Ternak Perah – Fakultas Peternakan UNPAD
103
Bahan yang meninggalkan usus kecil bergerak ke usus besar, disini tinggal untuk waktu yang relatif lama. Usus besar tidak mengandung getah pencernaan, bahan yang sampai ke usus besar mengandung zat-zat makanan yang tidak tercerna. Proses pencernaan yang menguntungkan hewan secara hampir sempurna terjadi dalam usus kecil. Fermentasi oleh bakteri pada makanan yang tidak tercerna terjadi di cecum dan usus besar, yang menyebabkan bau pada faeses. Usus besar dan cecum menyerap air dan produk-produk bakteri dari bahan yang dicerna. Usus besar juga berperan sebagai reservoar untuk bahan-bahan sisa yang kemudian membentuk feses. PENGGUNAAN ZAT MAKANAN Definisi Zat Makanan Zat makanan didefinisikan sebagai: suatu unsur pokok makanan atau kelompok unsur pokok makanan dari komposisi yang sama yang membantu menyokong kehidupan. Zat-zat makanan diklasifikasikan sebagai protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin. Beberapa literatur ada yang mempertimbangkan air sebagai zat makanan dan ada yang tidak memasukkan air sebagai zat makanan. Suatu zat makanan dapat dicerna adalah bagian dari zat makanan yang dicerna dan diserap oleh tubuh. Zat makanan juga diklasifikasikan sebagai esensial atau non esensial. Zat makanan esensial bila tidak dapat disintesis oleh tubuh dalam jumlah cukup sehingga harus disediakan dalam ransum hewan. Zat makanan mungkin disintesis oleh tubuh, tetapi yang disintesis tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Zat makanan non-esensial, merupakan senyawa yang dibutuhkan hewan untuk fungsi-fungsi fisiologisnya, tetapi dapat disintesis oleh jaringan tubuh atau mikroflora saluran pencernaan dalam jumlah yang cukup untuk fungsi fisiologis hewan. Zat makanan dinyatakan esensial atau non esensial, bergantung pada spesies, dan tahap pertumbuhan hewan. Sebagai contoh, mikroflora rumen pada ruminan dewasa mensintesis sejumlah vitamin B yang cukup untuk kebutuhan nutrisi hewan, sedangkan anak sapi yang mikroflora rumennya belum berkembang, untuk kebutuhan vitamin B tersebut harus mengandalkan dari ransumnya. Hewan berperut sederhana bergantung seluruhnya pada ransum untuk kebutuhan asam amino esensial dan vitamin B-nya. Vitamin K juga disintesis dalam rumen. Sejumlah senyawa kimia tersedia untuk tubuh hewan sebagai hasil dari proses pencernaan dalam rumen, retikulum, omasum, abomasum, dan usus kecil. VFA rantai pendek diserap langsung dari rumen dan retikulum masuk ke peredaran darah untuk digunakan sebagai sumber energi atau sumber karbon untuk sintesis berbagai senyawa penting. Asam asetat digunakan untuk energi dan dioksidasi oleh jaringan otot. Asam propionat diubah menjadi glukosa darah oleh hati. Glukosa digunakan oleh hewan untuk energi dan sebagai prekursor laktosa susu. Asam butirat diubah menjadi β-asam hidroksibutirat oleh epitel rumen atau hati dan digunakan untuk pembentukan lemak susu oleh kelenjar ambing. Asam asetat, propionat, dan β-hidroksibutirat diserap dari rumen. Glukosa yang lolos dari fermentasi dalam rumen, asam amino, vitamin, asam lemak, dan gliserol diserap dari usus kecil. Vitamin D diperoleh dari makanan ataupun dari penyinaran
Laboratorium Produksi Ternak Perah – Fakultas Peternakan UNPAD
104
hewan oleh matahari, dengan mengubah provitamin D menjadi vitamin D dalam kulit. Protein dalam bahan pakan dipecah oleh mikroorganisme menjadi peptida, asamasam amino, amonia, dan amine. Mikroorganisme menggunakan substansisubstansi ini untuk pembentukan sel-selnya sendiri. Mikroorganisme ini mengalir ke saluran usus, dicerna, dan asam-amino yang dihasilkan digunakan sebagai sumber protein oleh ternak. Oleh karena itu tidak menjadi masalah sumber protein apa yang diberikan, karena sebagian besar dikonversi menjadi protein bak- teri dan protozoa sebelum digunakan oleh ternak. Zat makanan diserap dari rumen dan usus kecil, kecuali lemak diambil oleh sistem getah bening, dibawa ke hati, tempat beberapa senyawa diubah atau dimodifikasi. Zat makanan, dari hati berjalan ke seluruh tubuh untuk berbagai fungsi fisiologis. Energi, protein, vitamin, dan mineral dibutuhkan untuk mempertahankan proses tubuh yang normal tanpa melakukan pekerjaan produktif, dinyatakan sebagai kebutuhan untuk hidup pokok. Jumlah zat makanan yang dibutuhkan ini ditujukan untuk mempertahankan tubuh hewan. Energi dibutuhkan untuk fungsi fisiologis seperti pernafasan, kontraksi otot, denyut jantung, mencerna makanan, dan pergerakan tubuh. Protein dibutuhkan setiap hari untuk mengganti sel-sel yang rusak. Mineral diperlukan untuk sel-sel baru dan melengkapi mineral dalam tulang. Bila hewan tidak mendapat cukup energi, protein, atau zat makanan lain untuk hidup pokok, maka jaringan tubuh dirombak yang mengakibatkan penurunan bobot badan. Kebutuhan nutrisi yang utama bagi sapi perah laktasi adalah kebutuhan hidup pokok untuk fungsi fisiologis yang normal, produksi susu, perkembangan anak (janin), dan pertumbuhan pada sapi betina muda. Anak sapi membutuhkan zat makanan untuk hidup pokok dan pertumbuhan, sapi dara umur satu tahun yang dikawinkan perlu didukung untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, dan reproduksi. FUNGSI ZAT-ZAT MAKANAN Berbagai zat makanan dibutuhkan untuk fungsi fisiologis yang normal. Dua zat makanan yang paling penting adalah energi dan protein. Mineral dan vitamin dibutuhkan hanya dalam jumlah sedikit. Serat kasar dibutuhkan untuk fungsi rumen yang optimal, dan untuk produksi lemak susu. Air juga dibutuhkan, karena air yang dikonsumsi sangat mempengaruhi produksi susu yang dihasilkan ternak perah. 1. Energi Zat makanan yang sangat penting dalam ransum ternak perah adalah energi. Ternak perah menggunakan energi untuk berbagai fungsi dalam tubuhnya Sejumlah tertentu digunakan untuk mempertahankan jaringan tubuhnya, secara konstan digunakan dalam berbagai jalannya reaksi kimia untuk mempertahankan kehidupan. Sapi dara yang sedang tumbuh memerlukan ekstra energi untuk jaringan tubuhnya selama pertumbuhannya dari anak hingga menjadi ternak dewasa. Ternak bunting membutuhkan tambahan energi untuk pembentukan jaringan fetus dalam uterusnya. Sapi laktasi mem-
Laboratorium Produksi Ternak Perah – Fakultas Peternakan UNPAD
105
butuhkan energi yang lebih untuk pembentukan susu yang disekresi oleh kelenjar ambing setiap hari. Sapi dewasa yang tidak bunting dan tidak laktasi membutuhkan energi hanya untuk hidup pokok. Jadi, sapi bunting, laktasi, sapi dara beranak pertama akan membutuhkan ekstra energi untuk reproduksi, laktasi, dan pertumbuhan disamping untuk hidup pokok. 2. Protein Protein dibutuhkan untuk pembentukan dan perbaikan jaringan sebagai bagian dari fungsi metabolik yang normal. Disamping jaringan otot, senyawa seperti enzim, dan beberapa hormon adalah protein, yang mengatur fungsi tubuh dan perlu diganti secara kontinyu karena degenerasi. Untuk menjaga keseimbangan protein dalam tubuh ternak, protein yang hilang dari tubuh karena proses pencernaan dan metabolisme makanan juga perlu diganti dari sumber protein dalam ransum. Ternak yang belum dewasa perlu ekstra protein untuk pertumbuhan yang normal. Sebagian besar dari pertambahan bobot badan dari ternak muda, dalam bentuk protein dan air dalam jaringan dan organ-organ tubuhnya. Ekstra protein juga dibutuhkan oleh sapi bunting untuk perkembangan fetus, khususnya selama 2 bulan terakhir kebuntingan. 3. Mineral Ada sedikitnya 15 mineral yang dibutuhkan oleh ternak perah. Mineral yang dibutuhkan biasanya dikelompokkan ke dalam dua kategori utama, berdasarkan jumlah yang dibutuhkan ternak. Mineral mayor (Makromineral), dibutuhkan dalam jumlah relatif banyak (gram per hari), adalah: kalsium, fosfor, sodium, khlorine, magnesium, potasium, dan sulfur. Kategori kedua, disebut trace mineral (mikromineral) dibutuhkan dalam jumlah lebih sedikit (mg per hari), meliputi besi, copper, molibdenum, mangan, zinc, cobalt, iodine, dan selenium. a. Makromineral Kalsium dan Fosfor Mineral yang sangat penting untuk ternak perah adalah kalsium dan fosfor. Kalsium dan fosfor merupakan bahan pokok terbesar dari tulang dan gigi, juga dalam jumlah yang besar dalam susu. Keduanya dapat dikeluarkan dari tulang selama periode kebutuhan yang tinggi seperti halnya pada laktasi awal (early lactation) saat produksi susu mencapai puncaknya, sehingga sejumlah besar Ca dan P dilepaskan dari tubuh ke dalam susu. Pengurasan yang terus menerus tanpa penggantian dari sumber-sumber dalam ransum akan mengakibatkan kelemahan tulang dan gigi. Kandungan Ca dalam susu tetap stabil walaupun di bawah kondisi defisiensi Ca yang cukup parah, dan produksi susu turun. Ransum rendah Ca akan menurunkan pertumbuhan dan perkembangan pedet. Fosfor terlibat dalam metabolisme energi dan berbagai fungsi metabolik lain dalam tubuh disamping fungsinya sebagai bahan pokok terbesar dari Laboratorium Produksi Ternak Perah – Fakultas Peternakan UNPAD
106
tulang; merupakan komponen asam nukleat; terlibat dalam sistem koenzim. Defisiensi fosfor dapat menyebabkan penurunan penggunaan energi, penurunan breeding efisiensi, penurunan atau perusakan selera (mengunyah kayu, tulang, atau rambut), sendi kaku dan rapuh, tulang mudah patah dan produksi susu turun. Protein suplemen, pakan by-product, dikalsium fosfat, monoamonium dan monosodium fosfat merupakan sumber fosfor yang baik. Rasio kalsium dengan fosfor dalam ransum merupakan hal penting, disamping kuantitasnya. Rasio Ca berbanding P yang dianjurkan oleh ahli nutrisi adalah 2:1. Rasio ini merupakan rasio antara Ca dengan P dalam tulang. Kelebihan salah satu mineral ini cenderung menurunkan kecernaan yang lainnya karena bentuk yang kompleks diantara keduanya dalam saluran pencernaan. Konsumsi Ca berpengaruh terhadap kejadian milk fever (demam susu), yang disebabkan oleh turunnya Ca dalam serum darah pada saat atau dekat waktu beranak.Ca yang tinggi dalam ransum sapi kering memperburuk keadaan. Pemberian ransum rendah Ca (kurang dari 0,1 lb per hari) sebelum beranak, diikuti oleh pemberian yang normal atau tinggi setelah beranak dapat mencegah milk fever. Sodium dan Khlorin Sodium khlorida, atau garam, diperlukan dalam jumlah yang lebih banyak daripada yang terkandung dalam ransum. Sebenarnya kebutuhan yang nyata adalah untuk sodium, karena semua ransum normal mengandung khlorin lebih dari cukup. Kurang selera makan, mata tidak bersinar, bulu kasar, dan penampilan liar merupakan karakteristik defisiensi garam yang berat. Kehilangan bobot badan, penurunan produksi susu dan kematian yang tiba-tiba dapat terjadi pada sapi laktasi. Menggigil terus menerus dan jalan sempoyongan sering terjadi pada tahap yang lanjut dari defisiensi garam. Garam berlebihan juga mengurangi produksi susu, meningkatkan konsumsi air, bengkak ambing pada sapi kering, dan menurunkan bobot badan. Ternak dapat toleransi terhadap kandungan garam yang lebih tinggi dalam ransum bila tersedia air yang cukup. Sodium merupakan ion utama dari cairan ekstraseluler yang berfungsi mempertahankan tekanan osmose, keseimbangan cairan tubuh, dan hidrasi jaringan. Kerja hati dan impuls syaraf juga bergantung pada sodium. Khlorin mempertahankan keseimbangan cairan dan digunakan untuk memproduksi asam hidrokhlorat dalam perut. Sapi laktasi membutuhkan 20-25 g garam per hari untuk hidup pokok per 1.000 lb bobot tubuh ditambah 0,8 g per lb susu yang dihasilkan. Campuran konsentrat umumnya mengandung garam 0,5-1% untuk meningkatkan palatabilitas. Magnesium Kira-kira 60% dari Mg dalam tubuh berada di dalam tulang, yang dapat dimobilisasi secara perlahan. Sumber Mg dari konsentrat lebih tersedia daripada yang berada dalam hijauan. Mg diperlukan untuk semua reaksi
Laboratorium Produksi Ternak Perah – Fakultas Peternakan UNPAD
107
transfer fosfat (ATP), aktivasi reaksi enzim, metabolisme lemak dan protein. Tanda-tanda defisiensi meliputi kehilangan selera makan, penurunan pertambahan bobot badan, hipereksitabilitas (sangat mudah terangsang), pengapuran jaringan lunak, dan grass tetany. Grass tetany merupakan penyakit defisiensi Mg yang terjadi pada sapi yang digembalakan di padang gembala tertentu. Grass tetany dapat menjadi problem besar bila sapi laktasi merumput rumput yang berembun pada cuaca dingin, khususnya bila telah dipupuk dengan nitrogen atau potasium dalam jumlah banyak. Keadaan ini menghambat penggunaan Mg. Umumnya ransum yang biasa diberikan mencukupi kebutuhan Mg, khususnya bila banyak diberi hijauan legume. Pemberian konsentrat dengan banyak jerami dan silase, dapat mencegah penyakit ini. Sapi hanya memerlukan pakan dengan kandungan Mg sebesar 0,06%. Potasium Potasium (kalium) sangat bervariasi dan tersebar luas dalam bahan pakan. Kandungan potasium dalam hijauan tinggi bila dipupuk dengan baik. Gangguan cuaca dapat menyebabkan penurunan potasium dalam hijauan. Potasium khlorida merupakan sumber mineral yang umum. Fungsi utama adalah mengatur keseimbangan osmose, keseimbangan asam basa, reaksi enzim, dan hidup pokok dari hati dan ginjal. Gejala defisiensi meliputi penurunan konsumsi pakan, penurunan pertumbuhan, penurunan produksi susu, pica (menjilat dan mengunyah suatu objek), bulu kusam. Keracunan potasium jarang terjadi pada kondisi normal. Hijauan muda, dan berembun dapat tinggi kandungan potasiumnya sehingga dapat menghambat metabolisme magnesium, yang menyebabkan grass tetany. Kalium yang dibutuhkan sapi perah adalah 0,2-0,3% dari jumlah ransum. Sulfur Sulfur merupakan komponen esensial dari protein, vitamin, dan enzim. Mikroba rumen dapat menggabungkan sulfur inorganik ke dalam senyawasenyawa yang mengandung sulfur. Mineral sulfat merupakan sumber sulfur yang efektif. Rasio nitrogen-sulfur 10 hingga 12:1 diperlukan untuk sintesis protein mikroba. Sulfur yang tidak mencukupi mengurangi konsumsi pakan, kecernaan rendah, pertumbuhan lambat, menekan produksi susu. Sulfur berlebihan juga dapat menurunkan konsumsi pakan, dan menghambat metabolisme mineral lain. Ternak perah dapat toleransi terhadap sulfur yang agak tinggi dalam pakan dibandingkan dengan pemberian dalam bentuk mineral inorganik.
Laboratorium Produksi Ternak Perah – Fakultas Peternakan UNPAD
108
b. Mikromineral Cobalt Cobalt (Co) merupakan mineral yang esensial bagi ruminan karena penggabungannya ke dalam vitamin B12 oleh mikroba rumen. Gejala defisiensi cobalt dengan vitamin B12 adalah sama: kehilangan selera makan, penurunan bobot badan dan produksi susu, inkoordinasi otot, bulu kasar, jalan tersandung-sandung, anemia. Vitamin B12 dibutuhkan untuk metabolisme propionat. Sulfat cobalt dan khlorida cobalt merupakan sumber yang umum. Kebutuhan Cobalt adalah 0,1 - 1,0 mg/hari. Copper Copper (Cu) dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin dan enzim yang sangat bergantung pada Cu. Umumnya gejala defisiensi Cu meliputi penurunan penyerapan mineral besi, kandungan besi dalam tubuh rendah, menurunkan mobilisasi dari jaringan, anemia, penurunan pertumbuhan dan produksi susu, diare berat, bulu kasar, perubahan warna dan tekstur bulu, sendi kaku, dan penurunan reproduksi. Keracunan Cu dapat terjadi bila jumlah berlebihan dari suplementasi Cu atau pakan yang terkontaminasi, menyebabkan krisis hemolitik. Sumber Cu adalah sulfat copper, karbonat copper, dan nitrat copper. Mo dan Cu, merupakan dua mineral antagonis. Gejala utama dari Mo yang berlebihan sama dengan defisiensi Cu, yaitu scouring. Cu yang berlebihan adalah toksik, dan penyebab utama penyimpangan flavor susu (bau teroksidasi). Molibdenum Elemen ini ditemukan sebagai bagian dari enzim di hati, jaringan usus dan susu. Kebutuhan mineral ini dalam ransum sangat rendah. Semua ransum yang biasa diberikan pada ternak kandungan Mo melebihi dari yang dibutuhkan ternak. Mangan Mineral ini dibutuhkan untuk reproduksi dan anak yang lahir normal. Penurunan pertumbuhan, abnormalitas rangka, dan anak yang tidak berbentuk pada saat lahir merupakan gejala defisiensi. Ransum rendah Mn dapat juga menyebabkan silent heat, dan conception rate yang rendah. Ternak dapat toleransi terhadap Mn yang tinggi dalam ransum tanpa pengaruh yang negatif. Ransum mengandung 20 ppm Mn, adalah cukup bagi sapi perah. Selenium Keracunan Se dapat mengakibatkan kematian mendadak atau gejala tertekan seperti pernafasan dipercepat, ataksia, diare. Gejala keracunan Se yang kronis yaitu lesu, kurus, kaki luka, kuku yang jelek, dan bulu ekor rontok. Se merupakan komponen integral dari glutathion peroksidase.
Laboratorium Produksi Ternak Perah – Fakultas Peternakan UNPAD
109
Defisiensi menyebabkan white muscle disease (nutrisional muscular dystrophy) pada anak sapi. Otot jantung dan otot rangka degenerasi, menyebabkan kegagalan jantung dan kelumpuhan kaki depan. Suplementasi Se dapat mengurangi kejadian retained placenta, meningkatkan kemampuan hidup anak sapi, meningkatkan performans reproduksi, dan mengurangi mastitis bila Se diberikan pada tingkat marginal. Ca dalam ransum (lebih dari 1% atau di bawah 0,5%) menurunkan penyerapan Se. Vitamin E dapat mengurangi jumlah Se yang dibutuhkan. Diperlukan hanya 0,1 ppm dari jumlah ransum. Zinc Zn dibutuhkan untuk pertumbuhan yang normal, aktivasi beberapa enzim. Gejala defisiensi: dermatitis kulit pada kaki, leher, dan kepala, serta lukaluka. Kontaminasi pakan dan air dengan Zn dapat terjadi bila disimpan dalam galvanized container khususnya pada kondisi asam. Sumber toksik yang potensial lainnya adalah pestisida, fungisida, dan polusi industri. Kebutuhan untuk pertumbuhan normal adalah 9 ppm, tapi jumlah 25-50 ppm dianjurkan diberikan untuk menjamin suatu jumlah yang cukup untuk segala situasi. Besi Fe terlibat dalam respirasi seluler dan transport oksigen. Hemoglobulin, mioglobulin, dan sistem enzim mengandung Fe. Anemia dan hemoglobin rendah merupakan tanda dini dari defisiensi Fe. Gejala lain dari defisiensi Fe: pertambahan bobot badan menurun, penurunan nafsu makan, dan malas. Bila anak sapi hanya mendapat susu, akan terjadi anemia yang disebabkan kekurangan Fe, dan mengakibatkan warna pucat pada daging. Penyakit yang disebabkan oleh parasit dapat menyebabkan anemia dan defisiensi Fe. Ternak dapat menahan Fe bila terjadi defisiensi. Konsumsi Fe yang berlebihan tidak menjadi problem, meskipun Fe yang tinggi dalam air dapat memberikan pengaruh yang merugikan. Fe sulfat, Fe khlorida, dan Fe amonium sitrat merupakan sumber Fe. Iodine Iodine dibutuhkan untuk sintesis hormon oleh kelenjar thyroid. Gejala defisiensi adalah pembesaran kelenjar thyroid (goiter), khususnya pada anak sapi yang baru lahir yang dapat menyebabkan kematian atau lemah. Defisiensi dalam jangka panjang dapat menurunkan produksi susu dan hypothyroidism. Iodine yang berlebihan dapat menyebabkan gejala toksisitas seperti keluar air mata berlebihan, dan batuk. Kira-kira 10% iodine yang dikonsumsi dikeluarkan ke dalam susu, oleh karena itu dapat menjadi problem yang potensial (susu yang mengandung iodine tinggi). Pemberian garam iodine dianjurkan, diperlukan 0,015% iodine dalam garam.
Laboratorium Produksi Ternak Perah – Fakultas Peternakan UNPAD
110
4. Vitamin Ternak perah membutuhkan vitamin yang sama dengan hewan lain. Vitamin B dan K disintesis oleh mikroorganisme dalam rumen. Vitamin C disintesis oleh jaringan tubuh. Vitamin yang larut dalam lemak (A, D,dan E) ditambahkan secara normal ke dalam ransum. Vitamin A Defisiensi vitamin A pada ternak menyebabkan degenerasi sel-sel epitel mukosa saluran respirasi, kelenjar saliva, mulut, kelenjar air mata, mata, saluran usus, ginjal, vagina, dan uretra. Degenerasi sel-sel ini menyebabkan tempat-tempat tersebut mudah terkena infeksi. Defisiensi yang berat mengakibatkan diare, tidak ada nafsu makan, dan sangat kurus. Vitamin A tersedia secara alami dalam pakan dalam bentuk provitamin A, karotene, yang didapatkan dalam tingkat yang tinggi dalam pakan hijauan silase, hay. Peningkatan kandungan karotene dalam pakan akan meningkatkan karotene dan vitamin A dalam susu. Defisiensi vitamin A terjadi bila bila hijauan kualitas rendah dan pemberian hijauan yang sedikit pada sapi perah, atau anak sapi yang diberi kolostrum atau susu yang terbatas. Vitamin D Vitamin D dibutuhkan untuk hidup pokok, reproduksi, laktasi, pertumbuhan, dan pembentukan tulang yang baik. Vitamin D berperan dalam penyerapan kalsium dari saluran usus. Defisiensi vitamin D (rickets) menunjukkan gejala yang sama dengan defisiensi kalsium dan fosfor. Defisiensi vitamin D menyebabkan kelemahan tulang, sendi yang kaku dan bengkak, punggung bungkuk. Pada penyakit tahap lanjut, kekakuan dalam berjalan, menyeret kaki blakang, iritabilitas, tetani, lemah, anoreksia, dan pertumbuhan yang terhambat pada ternak muda. Ternak mendapat vitamin D dari dua sumber. Vitamin D2 dibentuk oleh iradiasi ultraviolet pada sterol tanaman, ergosterol. Vitamin D3 dibentuk dari sterol hewan yang terkena sinar ultraviolet. Kedua bentuk tersebut mempunyai nilai biologis yang sama. Vitamin E Vitamin E merupakan kelompok dari senyawa yang larut dalam lemak yang saling berkaitan, disebut tocopherol. Hijauan segar, hay yang diproses dengan baik, minyak gandum, merupakan sumber vitamin E yang baik. Peran metabolik dari Se berkaitan dengan vitamin E. Gejala defisiensi : white muscle disease, retained placenta, kejadian mastitis lebih sering, dan penurunan performans reproduksi. Pemberian vitamin E (400-1.000 mg per ekor sapi per hari) dapat mengurangi flavor teroksidasi pada susu.
Laboratorium Produksi Ternak Perah – Fakultas Peternakan UNPAD
111
5. Air Air merupakan elemen yang sangat kritis dalam mempertahankan kehidupan. Kekurangan air dapat menyebabkan kematian hewan lebih cepat daripada defisiensi zat makanan. Tubuh dapat kehilangan semua lemaknya dan lebih setengah dari proteinnya dan masih hidup, tetapi kehilangan 10% air menyebabkan kematian. Air dibutuhkan untuk beberapa proses dasar kehidupan, yaitu mempertahankan keseimbangan cairan tubuh, mengeliminasi bahan sisa, mempertahankan keseimbangan ion, membantu dalam pengontrolan temperatur dan hilangnya panas, membantu dalam pencernaan, penyerapan, dan metabolisme zat-zat makanan, pelicin sendi, transpor bunyi dalam kuping, penglihatan dalam mata. Selama kebuntingan, air menyediakan lingkungan cairan untuk perkembangan fetus. Susu mengandung 87% air. Air juga menyediakan cairan untuk transpor zat makanan ke kelenjar ambing. Sapi perah membutuhkan 4-5 liter air untuk setiap liter susu yang diproduksi. Sapi akan berproduksi susu lebih tinggi bila tersedia air minum sepanjang waktu.
BAHAN PAKAN DAN KANDUNGAN ZAT MAKANANNYA Bahan pakan untuk ternak perah dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu hijauan dan konsentrat. Bahan pakan dalam kategori hijauan adalah bulki, berserat tinggi, dan relatif rendah energi. Serat dibutuhkan untuk fungsi rumen yang normal, kontrol konsumsi pakan, stimulasi ruminasi, dan pencernaan. Contoh hijauan: hay, rumput, silase, dan hijauan lain. Konsentrat, disebut demikian karena merupakan bahan yang lebih terkonsentrasi dalam sumber energi atau proteinnya, dan kandungan seratnya rendah, lebih mudah dicerna daripada hijauan. Jagung, gandum, bungkil kedele merupakan bahan pakan yang masuk dalam kategori ini. Kedua kategori tersebut dibagi lebih lanjut berdasarkan bentuk fisik atau kandungan zat makanan berbagai bahan pakan. Kategori hijauan: (a) Bahan pakan dengan kandungan air tinggi, seperti rumput, hijauan potong, silase. (b) Bahan pakan kering, seperti hay, jerami. Bagian utama dalam konsentrat adalah butiran, pakan by-product, suplemen protein, suplemen mineral, vitamin, pakan tambahan lainnya. Porsi terbesar dalam pakan ternak perah adalah hijauan. Fungsi konsentrat yang utama menyediakan tambahan zat makanan yang dibutuhkan, untuk menutupi kekurangan zat makanan yang disediakan oleh hijauan. Konsentrat juga kurang bulky, waktu yang diperlukan untuk melewati saluran pencernaan lebih singkat, dan lebih palatabel dibandingkan hijauan. Fungsi lain dari konsentrat yang utama adalah untuk menyesuaikan jumlah protein yang diberikan pada sapi perah. Jumlah protein yang dibutuhkan dalam konsentrat bergantung pada kuantitas dan kualitas hijauan yang diberikan. Kandungan protein konsentrat harus lebih tinggi bila protein hijauan rendah. Rata-rata kandungan zat makanan dalam hijauan maupun bahan pakan penyusun konsentrat yang biasa diberikan pada sapi perah dapat anda (mahasiswa) pelajari dari Tabel Komposisi Pakan di Indonesia (Hartadi dkk., 1997).
Laboratorium Produksi Ternak Perah – Fakultas Peternakan UNPAD
112
KONSUMSI PAKAN SUKARELA Konsumsi pakan sukarela dapat diartikan sebagai jumlah maksimal bahan kering, dari hijauan dan konsentrat, yang dapat dikonsumsi oleh sapi perah. Jumlah konsumsi ini perlu diketahui untuk mencegah pemberian yang berlebihan dari kemampuan seekor ternak. Untuk itu perlu diketahui mekanisme fisiologis dalam pengaturan konsumsi pakan pada ternak. Konsumsi pakan pada ruminan dikontrol oleh mekanisme fisiologis yang berusaha untuk mempertahankan lingkungan internal yang konstan. Mekanisme pengaturan konsumsi ini berhubungan dengan mekanisne yang mengatur glukosa darah, asam amino plasma, suhu tubuh, dan komposisi tubuh. Keseimbangan energi diatur oleh komposisi pakan dan perubahan metabolik yang menyebabkan hewan makan dan berhenti makan. Hipotalamus otak terdiri atas pusat-pusat yang memulai untuk makan dan memberhentikan hewan dari makan. Peningkatan aktivitas syaraf pada pusat makan letaknya di hipotalamus sebelah lateral, untuk memulai makan, sedangkan aktivitas syaraf pada hipotalamus bagian ventromedial sebagai pusat lapar, memberhentikan konsumsi pakan. Beberapa kejadian metabolik dan fisik mengontrol konsumsi pakan pada ruminan. Tekanan dalam perut dan konsentrasi asam lemak terbang yang dihasilkan dari fermentasi rumen merupakan dua faktor penentu. Konsentrasi asam lemak terbang dalam cairan rumen meningkat selama dan setelah makan. Konsentrasi asam asetat yang meningkat dideteksi oleh dinding rumen dan produksi asam propionat yang meningkat dideteksi oleh hati. Informasi ini dilanjutkan ke hipotalamus, disatukan dengan informasi metabolik lain untuk menentukan kapan konsumsi pakan akan dimulai dan dihentikan. Informasi mengenai simpanan dalam tubuh yang dinyatakan sebagai homeostatis keseimbangan energi juga diintegrasikan oleh hipotalamus sebagai kontrol terhadap konsumsi pakan. Tekanan rumen dan retikulum membatasi konsumsi pakan dan berhubungan dengan proporsi dan kualitas hijauan dalam ransum. Bila nilai nutrisi pakan ditingkatkan lebih lanjut dengan penambahan konsentrat, maka konsumsi bahan kering menurun, tetapi konsumsi energi tetap konstan. Glukosa darah dan panas yang diproduksi selama makan, sedikit pengaruhnya terhadap konsumsi pakan pada ruminan. Konsumsi bahan kering menjadi suatu pembatas pada sapi perah yang produksi susunya tinggi, khususnya pada laktasi awal (4 minggu pertama setelah beranak). Konsumsi bahan kering yang disarankan biasanya berkisar antara 2,5 dan 4% dari bobot badan, bergantung pada tingkat produksi susu dan kualitas hijauan. Tingkat yang lebih tinggi dari 4% mungkin hanya dapat dikonsumsi oleh sapi yang berproduksi tinggi dengan selera yang kuat. Konsumsi dapat lebih tinggi pada sapi yang diberi hijauan kualitas tinggi dibandingkan bila diberi hijauan kualitas rendah. Beberapa hal yang dapat meningkatkan konsumsi bahan kering, yaitu: -
peningkatan frekuensi pemberian pakan
-
pemberian konsentrat yang jumlahnya lebih sedikit pada setiap pemberian
-
perubahan urutan pemberian dengan hijauan diberikan pertama kali
-
mencampur hijauan dan konsentrat (total mixed ration)
Laboratorium Produksi Ternak Perah – Fakultas Peternakan UNPAD
113
-
mempertahankan ketersediaan bahan pakan
-
meningkatkan palatabilitas
-
kandungan air ransum di bawah 50%. Penurunan konsumsi bahan kering yang disebabkan kandungan air dalam ransum berhubungan dengan pH pakan, ukuran partikel yang lebih kecil, kurangnya produksi saliva, dan produk fermentasi pada pakan yang lembab.
.
Laboratorium Produksi Ternak Perah – Fakultas Peternakan UNPAD
114
DAFTAR PUSTAKA Bath, D.L., F.N. Dickinson, H.A. Tucker, R.D. Appleman. 1978. Dairy Cattle: Principles, Practices, Problems, Profits. 2nd Ed. Lea & Febiger. Philadelphia. Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, dan A.D. Tillman. 1997. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press. Schmidt,G.H., L.D. Van Vleck, M.F. Hutjens. 1988. Principles of Dairy Science. 2nd Ed. Prentice-Hall. Englewood Cliffs, New Jersey.
Laboratorium Produksi Ternak Perah – Fakultas Peternakan UNPAD
115