LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN Komoditas Kacang Kedelai ( Glycne max L )
Disusun Oleh : Dinaf Bay Priawan
(125040100111241)
Eka Bunga Ocwillanda
(125040101111002)
Afrida Ariani Tsani
(125040101111005)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN Komoditas Tanaman Kedelai ( Glycne max L ) BAB 1 – BAB 5
Disetujui Oleh:
Asisten Lapang
Arachis Ratnasari Sumarsono
Asisten Kelas
Mokhtar Effendi
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kedelai merupakan salah satu tanaman semusim. Penanaman kedelai biasanya dilakukan pada akhir musim penghujan, setelah panen padi. Kedelai di Indonesia biasanya dibudidayakan di lahan sawah maupun lahan kering (ladang). Pengerjaan tanah biasanya minimal. Biji dimasukkan langsung pada lubang-lubang yang dibuat. Biasanya berjarak 20-30cm. Pemupukan dasar nitrogen dan fosfat diperlukan, namun setelah tanaman tumbuh penambahan nitrogen tidak memberikan keuntungan apapun. Budidaya kedelai pada tingkat petani di Indonesia, belum diusahakan pada suatu wilayah atau daerah yang memang dalam pewilayahannya diperuntukkan sebagai areal utama pertanaman kedelai, melainkan diusahakan dengan komoditas lain pada suatu pola tanam dimana kedelai sebagai komoditas tambahan. Kondisinya sangat berbeda dengan yang ada di negara penghasil kedelai dunia, seperti Amerika, disini kedelai diproduksi di wilayah yang memang peruntukan utamanya bagi pengembangan kedelai, sehingga dipilih wilayah yang tanah dan iklimnya sangat sesuai untuk kedelai (Tezha, 2013) Pada proses pertumbuhannya kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan system pertumbuhan batang ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga. Lahan yang belum pernah ditanami kedelai dianjurkan diberi "starter" bakteri pengikat nitrogen Bradyrhizobium japonicum untuk membantu pertumbuhan tanaman. Penugalan tanah dilakukan pada saat tanaman remaja (fase vegetatif awal), sekaligus sebagai pembersihan dari gulma dan tahap pemupukan fosfat kedua. Menjelang berbunga pemupukan kalium dianjurkan walaupun banyak petani yang mengabaikan untuk menghemat biaya. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga. Varietas memegang peranan penting dalam perkembangan penanaman kedelai karena untuk mencapai produktivitas yang tinggi sangat ditentukan oleh potensi daya hasil dari varietas unggul yang ditanam. Potensi hasil biji di lapangan masih dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetik varietas dengan pengelolaan kondisi lingkungan tumbuh.
1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui perbedaan tinggi tanaman setiap varietas kedelai. 2. Untuk mengetahui perbedaan jumlah daun tanaman setiap varietas kedelai. 3. Untuk mengetahui jumlah polong kedelai pada umur awal muncul polong. 1.3 Manfaat 1. Untuk mengetahui perbedaan tinggi tanaman setiap varietas kedelai. 2. Untuk mengetahui perbedaan jumlah daun tanaman setiap varietas kedelai. 3. Untuk mengetahui jumlah polong kedelai pada umur awal muncul polong.
2.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfoligi Tanaman Kacang Kedelai a. Klasifikasi Tanaman Kacang Kedelai Menurut Habibie (2013) klasifikasi dari tanaman kacang kedelai adalah sebagai berikut : Kingdom
: Plantae
Devisi
: Spermatophyta
Sub-divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Polypetales
Famili
: Leguminosa
Sub Famili
: Papilionoideae
Genus
: Glysin
Species
: Glycine max (L)
Gambar 1. Tanaman Kacang Kedelai (Habibie, 2013) b. Morfologi Tanaman Kacang Kedelai Menurut Habibie (2013), susunan tubuh kedelai terdiri atas dua macam alat organ utama yaitu vegetatif dan generatif. Organ vegetatif meliputi: - akar - batang - daun
Organ generatif meliputi: - bunga - buah - biji Struktur akar tanaman kedelai terdiri atas akar lembaga (radikula), akar tunggang (radix primaria), dan akar cabang (radix lateralis) berupa akar rambut. Akar kedelai memiliki kemampuan membentuk bitil akar (nodul). Bintil-bintil akar bentuknya bulat atau tidak beraturan yang merupakan koloni dari bakteri Rhizobium japonicum. Bakteri ini bersimbiosis dengan nitrogen bebas dari udara. Jumlah nitrogen yang dapat ditambat bakteri ini berkisar 40- 70% dari seluruh nitrogen yang dibutuhkan tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiap hektar lahan yang ditanaman kacang kedelai dapat menghasilkan 198 kg bintil akar per tahun atau setara dengan 440 kg pupuk Urea. Pada tanah yang belum atau telah lama tidak ditanami kacang-kacangan biasanya populasi mikrobia penambat N sedikit. Oleh karenanya tanah yang belum pernah ditanami kacangan maka perlu 186 dikembangkan teknik inokulasi Rhizobium. Kedelai berbatang semak yang dapat mencapai ketinggian antara 30-100cm. Batang beruas-ruas dan memiliki percabangan antara 3 -6 cabang. Tipe pertumbuhan kedelai dibedakan 3 macam, yaitu: 1. Tipe determinate Ciri – ciri : - Ujung batang tanaman hampir sama besarnya. - Pembungaan serentak. - Tinggi tanaman termasuk kategori pendek sampai sedang. - Daun paling atas ukurannya sama besar dengan daun bagian tengah. 2. Tipe semi determinate, memiliki ciri antara dua tipe tersebut yaitu antara determinate dan indeterminate. Daun kedelai mempunyai ciri antara lain helai daun (lamina) oval dan tata letaknya pada tangkai daun bersifat majemuk berdaun tiga (trifoliatus). 3. Tipe indeterminate Ciri – ciri : - Ujung tanaman lebih kecil dari ujung tengah. - Ruas batangnya panjang panjang, dan agak melilit. - Pembungaan berangsurangsur dimulai dari bawah. - Pertumbuhan vegetative terus menerus berlangsung. - Tinggi batang termasuk kategori sedang sampai tinggi.
- Ukuran daun paling atas lebih kecil dibandingkan dengan daun bagian tengah. Tanaman kedelai memiliki bunga sempurna (hermaphrodite), yakni pada tiap kuntum bunga terdapat 187 alat kelamin betina (putik) dan alat kelamin jantan (benangsari).
Mekarnya
bunga
berlangsung
pada
pukul
08.00-09.00
dan
penyerbukannya bersifat menyerbuk sendiri. Kuntum bunga tersusun dalam rangkaian bunga, namun tidak semua bunga dapat menjadi polong (buah), sekitar 60% bunga rontiok sebelum membentuk polong. Umur keluarnya bunga kedelai bergantung varietasnya. Tanaman ini menghendaki penyinaran pendek lebih kurang 12 jam per hari. Buah kedelai disebut polong yang tersusun dalam rangkaian buah. Tiap polong berisi antara 1- 4 biji per polong. Jumlah polong per tanaman bergantung pada varietasnya. Kedelai yang ditanaman pada tanah subur pada umumnya dapat menghasilkan 100- 200 polong/pohon. Biji kedelai umunya berbentuk bulat, atau pipih sampai bulat lonjong, dengan warna bervariasi kuning, hijau, cokllat atau hitam. 2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Kedelai Menurut Tezha (2011), tanaman kedelai merupakan tanaman semusim yang dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah dengan syarat drainase tanah cukup baik serta ketersediaan air cukup selama pertumbuhan tanaman. Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol, atau andosol. Pertumbuhan tanaman kedelai kurang baik pada tanah pasir, dan pH tanah yang baik untuk pertumbuhan kedelai adalah 6-6,5. •
Benih Penggunaan benih kedelai bermutu merupakan kunci utama dalam memperoleh hasil yang tinggi. Agar diperoleh tanaman yang seragam dengan populasi optimal harus menggunakan benih yang bermutu tinggi. Sifat-sifat benih kedelai yang bermutu tinggi adalah sebagai berikut : 1. Mempunyai daya kecambah tinggi yaitu 80%. 2. Mempunyai vigor yang baik ( benih tumbuh serentak cepat dan sehat ). 3. Murni, bersih, sehat, bernas, tidak keriput, atau luka bekas serangga. 4. Benih baru.
•
Pengolahan tanah Tanaman kedelai sangat peka terhadap kandungan air sehingga harus memperhatikan daerah tanam dan macam lahan yang ditanam. Pengolahan tanah sebelum tanam kedelai dapat dilakukan, tergantung dari tipe lahan, kandungan air tanah, untuk lahan kering dengan keadaan areal tanpa pengairan di musim kemarau yang terik harus diadakan pengolahan tanah. Tanah tegalan yang bertekstur berat pada awal musim penghujan seperti grumosol pengolahan tanah harus dilakukan. Untuk lahan kering dengan tanah podsolik pengolahan tanah tidak boleh sering dilakukan. Lahan tanah bekas tanaman padi tidak perlu melakukan pengolahan tanah. Kemasaman tanah dapat ditanggulangi dengan pemberian kapur sehingga kejenuhan alluminium dapat diturunkan, pH tanah dapat dinaikkkan dan ini erat kaitannya dengan tingkat efisiensi serapan hara oleh tanaman. Cara pengapuran yang efektif dan efisien dapat dilakukan, yaitu dengan memperhatikan beberapa faktor: 1. Macam dan kualitas bahan kapur. 2. Kehalusan bahan kapur. 3. Waktu dan cara pemberian kapur. Tinggi rendahnya tempat suatu tanaman yang di usahakan sangat erat hubungannya dengan proses metabolisme. Kedelai dapat tumbuh baik sampai ketinggian 1500 m (dpl) tetapi yang paling baik sampai 650 m dpl, karena berpengaruh terhadap umur tanaman. Untuk dataran tinggi umur tanaman kedelai menjadi semakin panjang. Tersedianya air tanah selama pertumbuhan tanaman sangat menentukan daya hasil kedelai. Tanaman kedelai tidak akan berbunga bila lama penyinaran melampaui batas kritis karena kedelai merupakan tanaman hari pendek
•
Waktu tanam Pemilihan waktu tanam yang tepat untuk masing-masing daerah amat penting, karena berhubungan erat dengan tersedianya air untuk pertumbuhan dan menghindari resiko kebanjiran terutama pada saat tanaman masih muda selain itu juga untuk menekan atau menghindari berkembangnya populasi hama atau penyakit. Waktu tanam yang tepat sangat berbeda untuk satu daerah dengan daerah lain.
•
Penanaman Pada saat tanam tiba, hendaknya tanah cukup lembab agar benih cepat tumbuh. Cara penanaman dapat berbeda beda tergantung dari alat yang digunakan, teknik penanaman harus berpedoman dengan: a. Jarak tanam harus teratur agar ruang tumbuh tanaman seragam sehingga memudahkan pemeliharaan. b. Dalamnya penanaman, benih kedelai ditanam sedalam 2-4cm agar dapat cepat berkecambah dan tanaman dapat tumbuh kokoh. Cara penanaman tanaman kedelai : 1. Tanam dengan tugal. 2. Tanam dengan bajak. 3. Tanam sebar. 4. Tanam dengan mesin penanam.
•
Pemupukan Untuk produksi yang tinggi dianjurkan memupuk sebagai berikut: a. Pupuk dasar Diberikan pada saat tanam atau sehari sebelum tanam. Dosisnya yaitu 24,5-48,9 kg Urea, 97,8kg TSP dan 49,9kg KCl per hektar. b. Pupuk susulan 1 Diberikan pada saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam( menjelang tanaman berbunga) dosisnya hanya urea saja sebanyak 48,9kg per hektar
•
Pengairan dan Drainase Tanaman kedelai tidak tahan kekeringan namun juga tidak tahan terhadap genangan air. Untuk pertumbuhan kedelai yang baik dikehendaki air tanah yang dalam. Keadaan lahan lembab tetapi tidak macak - macak sejak tanaman tumbuh hingga polong berisi penuh, kemudian lahan kering menjelang panen. Kekeringan pada saat pertumbuhan mengakibatkan tanaman kerdil, dan kekeringan pada saat berbunga atau pengisian polong dapat menggagalkan hasil. Tanda tanda kekeringan dapat berupa daun layu, pertumbuhan terhenti, bunga tidak mekar, polong kosong atau gugur, bila kekeringan lama tanaman akan mati.
•
Penyiangan Tanpa penyiangan penurunan hasil dapat mencapai 10-50%. Jarak tanam yang rapat seperti 20x20cm pertumbuhan gulma dapat ditekan apabila daun tanaman
kedelai telah menaungi permukaan tanah penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 2-4 minggu gulma perlu dihilangkan sampai bersih. Penyiangan kedua dilakukan pada saat tanaman berbunga yaitu berumur 45 hst untuk varietas berumur genjah atau 60 hari untuk varietas berumur dalam. Penyemprotan dengan herbisida dapat menggantikan penyiangan yang dilakukan dengan tangan. •
Hama & Penyakit Jenis jenis hama yang sering menyerang tanaman kedelai: 1. Lalat kacang ( Ophyomyia phaseole Tr) 2. Kutu kebul (Bamesia tabaci Geennadius) 3. Kumbang daun kedelai (Phaedonia inclusa Stal) 4. Ulat grayak (Spodoptera litura fabricius) 5. Penggerek polong kedelai (Etiella sp) 6. Kepik hijau (Nezara viridula) 7. Kepik (Piezodorous rubrofasciatus Fb) 8. Kepik polong (Riptortus linearis F) Penyakit yang menyerang tanaman kedelai yaitu: penyakit mosaic kedelai, penyakit virus belang kacang tanah, penyakit mosaik kuning, penyakit kerdil kedelai.penyakit hawar daun bakteri, bisul bakteri dan penyakit busuk benih. Penyakit oleh cendawan : penyakit karat, busuk arang, bercak coklat, busuk akar dan batang,bercak batang dan polong
•
Pengendalian Hama Beberapa cara pengendalian hama: 1. Menanam varietas yang tahan terhadap hama. 2. Menerapkan suatu pola tanam yang tepat seperti pergiliran tanam, tanam serempak, dan tumpang sari. 3. Cara mekanis yaitu menutup tanah dengan jerami setelah kedelai ditanam. 4. Menggunakan musuh alami yang terdiri dari predator, parasit dan jasad renik seperti bakteri, cendawan dan virus. 5. Penggunaan pestisida, cara ini perlu diperhatikan dengan penggunaan secara tepat dan benar, seperi memilih insektisida yang efektif, waktu penggunaan dan dosis yang tepat.
•
Panen Umur panen Umur panen yang tepat akan menghasilkan jumlah dan mutu produksi kedelai yang cukup tinggi. Panen terlalu awal mengakibatkan banyaknya biji muda yang akan menjadi butir keriput dalam kondisi kering, dan kurang tahan jika disimpan. Sedangkan panen terlambat dapat menimbulkan kerusakan di lapangan seperti berkecambah, berjamur, busuk, dan berkutu serta kehilangan biji yang disebabkan polong pecah. Pada kondisi normal, panen dapat dilakukan jika kadar air biji berkisar antara 20-24%. Kedua faktor ini juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti musim, pada musim kemarau panen dapat dipercepat. Tanda tanda tanaman bisa di panen: Daun telah menguning. Polong telah mengering dan berwarna coklat. Tanaman sudah matang yaitu ≥ 90%. Kulit polong mudah dikupas.
•
Pasca Panen Pengumpulan Hasil pemotongan harus dikumpulkan secara teliti dan dipisahkan bila ada yang berbeda tingkat kematangannya. Kemudian dijemur untuk menghindari kebusukan biji terutama hasil panen yang dipanen pada saat musim hujan. Pengeringan Tujuan utama pengeringan adalah untuk menurunkan kadar air dari biji sampai batas yang aman untuk disimpan atau memudahkan pengolahan selanjutnya. Perontokan biji Tujuan dari perontokan biji adalah melepaskan biji kedelai baik dari berangkasan maupun dari polongnya. Pembersihan Tujuannya untuk memisahkan biji kedelai dari kotoran dan biji - biji yang terserang hama penyakit serta menambah daya simpan dan meningkatkan mutu kedelai. Pewadahan dan pengangkutan Tujuannya adalah untuk memperkecil kehilangan selama pengangkutan, pewadahan hanya bersifat sementara untuk memudahkan dalam pengangkutan saja.
Penyimpanan Tujuannya adalah mencegah kerusakan dan mempertahankan mutu biji. Cara penyimpanan: Sebaiknya kedelai disimpan dalam wadah yang bersih dan telah disemprot dengan cairan insektisida yang dianjurkan. Lakukan penjemuran setiap 3 bulan sekali untuk menjaga kadar air tetap 14%. 2.3 Fase Pertumbuhan Tanaman Kacang Kedelai Mengenal stadium pertumbuhan kedelai merupakan suatu keharusan bagi petani yang bergerak dibidang usaha tani kedelai, tanpa mengetahui stadium pertumbuhan tersebut, akan sulit dalam memperlakukan teknologi terhadap tanaman seperti : pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena stadium pertumbuhan itu merupakan tahap perkembangan fisiologis tanaman, pada setiap tahapnya mempunyai sifat dan tuntutan kebutuhan yang berbeda. Secara garis besarnya stadium pertumbuhan kedelai terdiri dari stadium vegetatif dan reproduktif (generatif) yang masing – masingnya terdiri atas beberapa stadium. a. Fase Vegetatif Periode Vegetatif dihitung sejak tanaman muncul dari dalam tanah sampai awal pembungaan dengan stadium sebagai berikut : 1. Stadium Pemunculan (VE = Vegetatif/Epigeous) Stadium ini ditandai dengan munculnya kotiledon (keping biji) dari dalam tanah yang disebut dengan Vegetatif Epigeous (VE). Epigeous adalah satu sifat perkecambahan dari biji yang kotiledonnya terangkat kepermukaan tanah setelah satu atau dua hari biji kedelai ditanam. Pada keadaan kelembaban tanah cukup baik, bakal akar akan tumbuh keluar melalui belahan kulit biji disekitar mikropil. Bakal akar ini tumbuh cepat kedalam tanah, kotiledon terangkat keatas permukaan tanah karena pertumbuhan hipokotil sangat cepat. Lekukan yang terbentuk pada bahagian atas hipokotil mencapai permukaan tanah lebih dahulu dan menarik kotiledon keatas keluar dari dalam tanah dengan menanggalkan kulit biji. 2. Stadium Kotiledon (VC) Setelah dua sampai tiga hari kotiledon muncul dipermukaan tanah, kedua lembar daun primer terbuka, tepi daun tidak menyentuh. Pertumbuhan berikutnya adalah pembentukan daun berangkai tiga. Bersamaan dengan ini mulai terbentuk akar – akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang (Arsyad, 1995). Pada fase ini
hama utama yang perlu diamati adalah lalat kacang (Ophiomyia phaseoli) dan kumbang daun kacang (Angitarsus suturellinus) dan ulat tanah (Agrotis spp), (Direk Bina Perlindungan Tanaman, 1994). Kemudian penyakit yang sering menyerang adalah penyakit layu oleh Sclerotium solfsii yang tumbuh pada pangkal batang berupa benang – benang Miselium berwarna putih atau butiran coklat. Bercak cekung hitam pada kotiledon oleh Collectotrichum dematium dan bercak coklat oleh Rizoctonia solani. Pestisida untuk mengatasi hama dan penyakit tersebut seperti terlampir. 3. Stadium Buku Pertama (V1) Stadium ini setelah tanaman berumur satu minggu, daun terurai penuh pada buku daun tunggal (Unifoliolat). Buku pertama dan tanaman sudah terlihat jelas. Akar – akar cabang dari akar sekunder sudah mulai tumbuh. Oleh sebab itu, pada saat ini perlu persediaan hara yang cukup, terutama Nitrogen sebagai stater pertumbuhan. Hama utama dan penyakit yang sering berkembang sama dengan yang ada pada Stadium Cotiledon (VE), (Arsyad, 1995). 4. Stadium Buku Kedua (V2) Stadium ini umumnya sesudah umur tanaman dua minggu, dan ditandai dengan terurai penuhnya daun ketiga pada buku diatas buku Unifoliolat, akar cabang sudah mulai berkembang dan berperan dalam menyerap air dan unsur hara. Oleh sebab itu ketersediaan hara secukupnya ditanah sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman (Arsyad, 1995). 5. Stadium Buku Ketiga (V3) Stadium ini biasanya sesudah tanaman berumur tiga minggu. Telah terbentuk tiga buku batang utama yang dihitung dari buku Unifoliolat dengan daun terurai penuh. Perakaran sudah berfungsi penuh dan bintil akar sudah mulai berfungsi untuk mengikat Nitrogen dari udara. Pada saat ini tanaman membutuhkan hara secukupnya dan penggemburan tanah serta bersih dari gulma. Sedangkan hama dan penyakit utama yang ada, sama dengan yang ada pada stadium sebelumnya. 6. Stadium Buku Ke n (Vn). Stadium ini adalah stadium berikutnya yang mana nilai n ini tergantung kepada umur berbunganya setiap varietas. Untuk menentukan nilai n berpedoman kepada jumlah buku pada batang utama, setelah Unifoliolat (buku pertama) dengan daun sudah terurai penuh. Dalam stadium ini sangat diutamakan perhatian dalam hal
pemeliharaan, baik dari gulma maupun dari serangan hama dan penyakit seprti pada stadium buku ke tiga. b. Stadium Reproduktif (Generatif) Stadium ini dimulai sejak masuk waktu pembungaan sampai saat polong matang. Setiap uraian stadium diberi tanda R (Reproduktif) dan diikuti dengan angka 1 sampai 8 yang menandakan stadiumnya. Dalam menentukan stadium reproduktif, batang utama tetap dipakai sebagai dasar seperti uraian berikut: 1. Stadium mulai berbunga (R1) Stadium ini ditandai dengan terbukanya bunga pertama pada buku manapun. Umur berbunga ini bervariasi menurut umur varietas tanaman kedelai, biasanya mulai dari umur 35 sampai 45 hari. Pada saat ini ketersediaan air harus secukupnya, terlalu kering dapat menyababkan bunga kering dan gugur (Arsyad, 1995). Pada stadium ini beberapa jenis hama telah mencapai instar tiga dan apabila sebelumnya tidak dilakukan pengendalian. Pada awal fase ini imago dan telur penggerek polong dan penghisap polong mulai dijumpai dan umumnya puncak populasi telur terjadi sekitar 50 hst. Penyakit utama pada daun dalam fase ini adalah : Hawar bakteri (Pseudomonas sp), bisul bakteri (Xantomonas sp.), cendawan karat (P. pachyrhi). Disamping itu, serangan virus kerdil kedelai (SSV), virus mozaik kedelai (SMV), virus belang tersamar kacang tunggak (CMMV). 2. Stadium Berbunga Penuh (R2) Stadium ini ditandai terbukanya bunga pada satu dari dua buku diatas pada batang utama dengan daun terbuka penuh. Biasanya stadium ini pada umur tanaman 45 – 55 hari. Hama dan penyakit utama yang mungkin ditemui sama dengan yang ada pada stadium (R1). 3. Stadium Mulai Berpolong (R3) Stadium ini mulai pada umur tanaman 55 – 65 hari dan ditandai dengan terbentuknya polong pada salah satu dari empat buku teratas pada batang utama (Arsyad, 1995). Hama utama yang mungkin dijumpai ialah hama daun dan hama polong seperti pada stadium sebelumnya. Kerusakan daun pada stadium ini sangat berpengaruh terhadap hasil panen. Stadium perkembangan hama yang perlu diperhatikan adalah ; imago, nimfa, dan telur kumbang daun kedelai ; imago, nimfa, dan telur penghisap polong ; larva penggerek polong. Keberadaan hama penggerek polong sangat membahayakan produksi, oleh karena itu perlu
dilakukan pengamatan populasi secara intensif. Penyakit utama pada stadium ini adalah : karat daun, busuk coklat dan bintik hitam/Antraknosa yang dapat menginfeksi polong dan biji. 4. Stadium Berpolong Penuh (R4) Stadium ini umur 60 – 70 hari dan tergantung pada varietas. Pada saat ini terbentuk polong sepanjang 2 cm pada salah satu buku dari 4 buku teratas pada batang utama. Kekurangan air dapat menyebabkan terganggunya stadium pengisian biji. Hama dan penyakit utama yang mungkin ada sama dengan stadium sebelumnya (R3). 5. Stadium Mulai Berbiji (R5) Stadium ini disebut stadium awal pengisian biji yang umumnya mulai pada umur 65 – 75 hari, yang ditandai dengan terbentuknya biji sebesar 3 mm dalam polong pada salah satu dari 4 buku teratas (Arsyad, 1995). Pada stadium ini perlu pengamatan serangan hama dan penyakit. Diantara hama utama yang banyak berkembang adalah kepik hijau (Nezara viridula. L), yang menghisap polong menyebabkan polong kempes, mengering dan menjadi hitam kemudian penggerek polong (Etiella zinckenella. Tryon) yang larvanya menggerek polong dan biji. Sedangkan penyakit yang sering timbul pada stadium ini adalah karat jamur kedelai (Phakopsora pachyrhizi), selain dari pemeliharaan dari hama dan penyakit juga dijaga ketersediaan air tanah (Direk. Bina perlindungan tanaman, 1994). 6. Stadium Biji Penuh (R6) Pengisian biji penuh pada umaur tanaman 70 – 80 hari, yang ditandai terisi penuhnya rongga polong dengan sebuah biji hijau pada salah satu dari 4 buku teratas pada batang utama. Hama utama yang harus diwaspadai adalah : penghisap polong, sedangkan untuk hama penggerek polong pada stadium kritisnya sudah lewat. Perkembangan penyakit pada stadium ini sudah kurang. 7. Stadium Mulai Matang (R7) Stadium ini dimulai setelah tanaman berumur 80 hari dan ditandai oleh adanya satu buah polong pada batang utama yang telah mencapai warna matang (coklat muda atau coklat tua).
8. Stadium Matang Penuh (R8) Pada saat ini warna polong sudah coklat , sebagian daun menguning dan kering sehingga kalau terlambat panen daun menggugur. Uraian stadium vegetatif dan reproduktif tersebut merupakan pertumbuhan dari suatu tanaman yang representatif. Sedangkan yang dipedomani untuk menetapkan setiap stadium tersebut adalah rata – rata dari pengamatan apabila lebih kurang 50 % dari tanaman telah mencapai atau melampaui stadium pertumbuhan tertentu (Franata, 2012).
Gambar 2. Fase Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Franata, 2012) 2.4 Teknik Budidaya pada Tanaman Kacang Kedelai Menurut Muji (2012), teknik budidaya pada tanaman kacang kedelai adalah sebagai berikut : 1) Penyiapan Benih Pada tanah yang belum pernah ditanami kedelai, sebelum benih ditanam harus dicampur dengan legin, (suatu inokulum buatan dari bakteri atau kapang yang ditempatkan di media biakan, tanah, kompos untuk memulai aktifitas biologinya (Rhizobium japonicum). Pada tanah yang sudah sering ditanam dengan kedelai atau kacang-kacangan lain, berarti sudah mengandung bakteri tersebut. Bakteri ini akan hidup di dalam bintil akar dan bermanfaat sebagai pengikat unsur N dari udara. Cara pemberian legin: a) Sebanyak 5-10 gram legin dibasahi dengan air sekitar 10 cc; b) legin dicampur dengan 1 kg benih dan kocok hingga merata (agar seluruh kulit biji terbungkus dengan inokulum; c) setelah diinokulasi, benih dibiarkan sekitar 15 menit baru dapat ditanam.
Dapat juga benih diangin-anginkan terlebih dahulu sebelum ditanam, tetapi tidak lebih dari 6 jam. Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam hal memilih benih yang baik adalah: kondisi dan lama penyimpanan benih tersebut. Biji kedelai mudah menurun daya kecambah/daya tumbuhnya (terutama bila kadar air dalam biji ≥ 13% dan disimpan di ruangan bersuhu ≥ 25 derajat C, dengan kelembaban nisbi ruang ≥ 80%. 2) Teknik Penyemaian Benih Penanaman dengan benih yang mempunyai daya tumbuh agak rendah dapat diatasi dengan cara menanamkan 3-4 biji tiap lubang, atau dengan memperpendek jarak tanam. Jarak tanam pada penanaman benih berdasarkan tipe pertumbuhan tegak dapat diperpendek, sebaliknya untuk tipe pertumbuhan agak condong (batang bercabang banyak) diusahakan agak panjang, supaya pertumbuhan tanaman yang satu dengan lainnya tidak terganggu. 3) Pemindahan Bibit Ketika memindah yaitu menunjuk akar tanaman di kebun, perlu memperhatikan caracara yang baik dan benar. Pemindahan bibit yang ceroboh dapat merusak perakaran tanaman, sehingga pada saat bibit telah ditanam maka akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan bahkan mati. a) Pengolahan Media Tanam 1) Persiapan Terdapat 2 cara mempersiapkan penanaman kedelai, yakni: persiapan tanpa pengolahan tanah (ekstensif) di sawah bekas ditanami padi rendheng dan persiapan dengan pengolahan tanah (intensif). Persiapan tanam pada tanah tegalan atau sawah tadah hujan sebaiknya dilakukan 2 kali pencangkulan. Pertama dibiarkan bongkahan terangin-angin 5-7 hari, pencangkulan ke 2 sekaligus meratakan, memupuk, menggemburkan dan membersihkan tanah dari sisa-sia akar. Jarak antara waktu pengolahan tanah dengan waktu penanaman sekitar 3 minggu. 2) Pembentukan Bedengan Pembuatan bedengan dapat dilakukan dengan pencangkulan ataupun denga bajak lebar 50-60 cm, tinggi 20 cm. Apabila akan dibuat drainase, maka jarak antara drainase yang satu dengan lainnya sekitar 3-4 m.
3) Pengapuran Tanah dengan keasaman kurang dari 5,5 seperti tanah podsolik merah-kuning, harus dilakukan pengapuran untuk mendapatkan hasil tanam yang baik. Kapur dapat diberikan dengan cara menyebar di permukaan tanah, kemudian dicampur sedalam lapisan olah tanah sekitar 15 cm. Pengapuran dilakukan 1 bulan sebelum musim tanam, dengan dosis 2-3 ton/ha. Diharapkan pada saat musim tanam kapur sudah bereaksi dengan tanah, dan pH tanah sudah meningkat sesuai dengan yang diinginkan. Kapur halus memberikan reaksi lebih cepat daripada kapur kasar. Sebagai sumber kapur dapat digunakan batu kapur atau kapur tembok. Pemberian kapur tidak harus dilakukan setiap kali tanam, tetapi setiap 3-4 tahun sekali. Dengan pengapuran, tanah menjadi kaya akan Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dan pH-nya meningkat. Selain itu peningkatan pH dapat menaikkan tingkat persediaan Molibdenum (Mo) yang berperan penting untuk produksi kedelai dan golongan ketela pohon. 4) Waktu Tanam Pemilihan waktu tanam kedelai ini harus tepat, agar tanaman yang masih muda tidak terkena banjir atau kekeringan. Karena umur kedelai menurut varietas yang dianjurkan berkisar antara 75-120 hari, maka sebaiknya kedelai ditanam menjelang akhir musim penghujan, yakni saat tanah agak kering tetapi masih mengandung cukup air. Waktu tanam yang tepat pada masing-masing daerah sangat berbeda. Sebagai pedoman: bila ditanam di tanah tegalan, waktu tanam terbaik adalah permulaan musim penghujan. Bila ditanam di tanah sawah, waktu tanam paling tepat adalah menjelang akhir musim penghujan. Di lahan sawah dengan irigasi, kedelai dapat ditanam pada awal sampai pertengahan musim kemarau. b) Pemeliharaan Tanaman a. Penjarangan dan Penyulaman Kedelai mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari. Dalam kenyataannya tidak semua biji yang
ditanam
dapat
tumbuh
dengan
baik,
sehingga
akan
terlihat
tidak
seragam. Untuk menjaga agar produksi tetap baik, benih kedelai yang tidak tumbuh sebaiknya segera diganti dengan biji-biji yang baru yang telah dicampur Legin atau Nitrogen. Hal ini perlu dilakukan apabila jumlah benih yang tidak tumbuh mencapai lebih dari 10 %. Waktu penyulaman yang terbaik adalah sore hari.
b. Penyiangan Penyiangan ke-1 pada tanaman kedelai dilakukan pada umur 2-3 minggu. Penyiangan ke-2 dilakukan pada saat tanaman selesai berbunga, sekitar 6 minggu setelah tanam. Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke-2 (pemupukan lanjutan). Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mengikis gulma yang tumbuh dengan tangan atau kuret. Apabila lahannya luas, dapat juga dengan menggunakan herbisida. c. Pembubunan Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang berbahaya. d. Pemupukan Dosis pupuk yang digunakan sangat tergantung pada jenis lahan dan kondis tanah. Pada tanah subur atau tanah bekas ditanami padi dengan dosis pupuk tinggi, pemupukan tidak diperlukan. Pada tanah yang kurang subur, pemupukan dapat menaikkan hasil. Dosis pupuk secara tepat adalah sebagai berikut: i. Sawah kondisi tanah subur: pupuk Urea = 50 kg/ha. ii. Sawah kondisi tanah subur sedang: pupuk Urea = 50 kg/ha, TSP = 75 kg/ha dan KCl = 100 kg/ha. iii. Sawah kondisi tanah subur rendah: pupuk Urea = 100 kg/ha, TSP = 75 kg/ha dan KCl = 100 kg/ha. iv. Lahan kering kondisi tanah kurang subur: pupuk kandang = 2000 - 5000 kg/ha; v. Urea = 50 - 100 kg/ha, TSP = 50 - 75 kg/ha dan KCl = 50 - 75 kg/ha. e. Pengairan dan Penyiraman Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak macak - macak. Kondisi seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Saat menjelang panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering. Kekurangan air pada masa pertumbuhan akan menyebabkan tanaman kerdil, bahkan dapat menyebabkan kematian apabila kekeringan telah melalui batas toleransinya. Kekeringan pada masa pembungaan dan pengisian polong dapat menyebabkan kegagalan panen. Di lahan sawah irigasi, pemberian air di sawah bisa diatur. Namun bila tidak ada irigasi, penyediaan air hanya hanya dapat dilakukan dengan mengatur waktu tanamnya dan pemberian mulsa. Mulsa berupa jerami atau potongan-potongan tanaman lainnya yang dihamparkan pada permukaan tanah. Mulsa ini akan mencegah penguapan air secara berlebihan.
Apabila ada irigasi dan tidak ada hujan selama lebih dari 7 hari, tanah harus diairi. Caranya tanaman digenangi air selama 30-60 menit. Pengairan seperti ini diulangi setiap 7-10 hari. Pengairan tidak dilakukan lagi apabila polong telah terisi penuh. Pada tanah yang keras (drainase buruk) kelebihan air akan meyebabkan akar membusuk. Di tanah berdrainase buruk harus dibuat saluran drainase di setiap 3-4 meter lahan memanjang sejajar dengan barisan tanam. Hal ini terutama dilakukan pada saat musim hujan. f. Waktu Penyemprotan Pestisida Penyemprotan pestisida dilakukan pada waktu yang berbeda-beda tergantung jenis hama dan pola penyerangannya. i. Lalat bibit, diberi insektisida, dicampur dengan benih,dilakukan sebelum benih ditanam. ii. Ulat prodenia dilakukan penyemprotan dengan insektisida sebanyak 2 kali seminggu setelah ditemukan telur. iii. Wereng kedelai atau kumbang daun, disemprot dengan insektisida pada tanaman setelah berumur di atas 20 hari. iv. Kepik coklat disemprot dengan setiap 1-2 minggu, setelah tanam 50 hari. v. Ulat penggerek polong, disemprot dengan insektisida pada waktu pembentukan polong. g. Pemeliharaan Lain Kedelai termasuk tanaman yang membutuhkan banyak sinar matahari maka membutuhkan tanaman pelindung. Tanaman kedelai yang terlindung akan selalu muda sehingga proses pembentukan buah kurang baik, dan hasilnya akan sedikit, bahkan tidak berbuah sama sekali. Tanaman kedelai akan rusak bila tertimpa cabang cabang kering tanaman pelindung yang jatuh. 2.5 Hubungan Perilaku yang Digunakan pada Tanaman Kacang Kedelai Kedelai memiliki berbagai varietas yang memiliki keunggulan masing- masing, dimana keunggulan setiap varietas pun berbeda-beda. Salah satu dari varietas kedelai adalah varietas Grobogan dan varietas Wilis. Untuk penjelasan secara umum yang bisa terlihat langsung antara varietas Grobogan dan varietas Wilis yakni pada ukurannya. Varietas Wilis pertumbuhan batangnya lebih tinggi dibanding dengan varietas Grobogan dan bisa dikatakan bahwa varietas grobogan ini memang lebih kerdil daripada varietas
Wilis. Perbedaan yang bisa terlihat lagi yakni pada massa generatif varietas Grobogan yang memang lebih cepat dibanding dengan varietas Wilis. Hal ini dapat diliat dari pertumbuhan polong pada varietas Grobogan yang lebih cepat tumbuh daripada varietas Wilis. Penurunan kadar lengas tanah menurunkan kadar air relatif pada varietas Grobogan dan Wilis, namun kecepatan penurunan kadar air relatif pada vaietas Grobogan adalah lebih lambat dari varietas wilis. menurunnya kadar air relatif dan kadar lengas tanah menyebabkan menurunnya pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun serta hasil seperti berat polong dan berat biji varietas Grobogan dan Wilis tersebut. Namun, laju penurunan pertumbuhan pada varietas Grobogan adalah lebih lambat daripada varietas Wilis dari kedua varietas tersebut, varietas Wilis merupakan varietas yang paling tidak tahan terhadap penurunan kadar lengas tanah yang ditunjukkan dengan kecepatan penurunan pertumbuhan, sedangkan varietas Grobogan merupakan varietas yang paling tahan terhadap kondisi cekaman air (Tezha, 2011).
3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada siang hari, tepatnya setiap hari Kamis pukul 14.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB. Tempat pelaksanaan penelitian di lahan Praktikum Kepuharjo, Malang, dengan ketinggian tempat ±25 diatas permukaan laut, mulai tanggal 3 Oktober 2013 sampai 28 November 2013. 3.2 Alat dan Bahan a. Alat 1. Cangkul
: Untuk menggemburkan tanah
2. Tugal
: Untuk membuat lubang
3. Penggaris
: Untuk mengukur tanaman
4. Tali raffia
: Untuk memberi batasan dan meluruskan tanaman
5. Tabel Pengamatan
: Untuk menulis hasil pengamatan
6. Timba/ Gembor
: Untuk menyiram tanaman
b. Bahan 1. Benih Kedelai
: Sebagai bibit tanaman
2. Tanah
: Sebagai media tanam
3. Urea, SP-36, KCl
: sebagai pupuk tanaman
3.3 Cara Kerja Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
Menyiapkan media tanam dengan cara menggemburkan tanah dan menyiram tanah
Membuat lubang sebanyak 21 lubang dengan tugal
Masukkan benih kedelai kedalam lubang sebanyak 3 benih per lubang
Masukkan pupuk Urea, SP-36 dan KCl dengan memberi lubang 2 lubang kecil didekat benih
Siram tanaman dengan air
Setelah 1 minggu, lakukan penyulaman pada tanaman yang mati atau tidak tumbuh
Lakukan pemilihan pada tanaman dengan cara hanya menyisahkan 1 tanaman yang paling bagus atau tumbuh dengan baik
Lakukan perawatan pada tanaman dengan menggemburkan tanah dan menyiraminya secara rutin
Catat hasil pengamatan
Buat laporan
3.4 Parameter Pengamatan Parameter pada tanaman kedelai adalah tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah polong umur awal muncul polong. Untuk mengukur parameter pada tinggi tanaman kedelai yaitu dengan cara mengukur dari pangkal bawah tanaman yang menyentuh tanah hingga pucuk batang tertinggi. Sedangkan untuk mengukur jumlah daun pada tanaman kedelai yaitu dengan cara mengukur setiap cabang daun tanaman kedelai akan tetapi apabila masih terdapat daun kecil yang akan muncul tidak dihitung sehingga yang dihitung adalah cabang daun yang melebar atau tidak kuncup. Untuk menghitung jumlah polong tanaman kedelai dilakukan pada 49 hst karena polong atau bunga pada tanaman kedelai baru muncul pada minggu ketujuh. Pada umur awal muncul polong dapat dihitung dengan cara menghitung jumlah polong atau jumlah bunga yang muncul ditanaman kedelai.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
4.1.1 Data Pengamatan Tinggi Tanaman Tabel 1. Tinggi Tanaman Kelompok Gerobogan Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Kelompok Gerobogan Tanaman Pengamat Pengamat Pengamat Pengamat Pengamat Sampel an an Kedua an Ketiga an an Kelima Pertama (28hst) (35hst) Keempat (49hst) (21hst) (42hst) Tanaman 1 11 12 13 38 43 Tanaman 2 13 15 17 48 37 Tanaman 3 11 13 15 39 48 Tanaman 4 12 16 19 40 45 Tanaman 5 11 15 19 39 42 Tanaman 6 12 17 21 45 42 Tanaman 7 13 19 24 50 48 Tanaman 8 12 13 16 48 47 Tanaman 9 13 19 23 50 44 Tanaman 10 12 16 18 44 37 Rata-rata 12 15,7 18,5 44,1 43,3
Pengamat an Keenam (56hst) 49 41 53 47 48 47 52 54 51 45 48,7
Tabel 2. Tinggi Tanaman Kelompok Wilis Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Kelompok Wilis Tanaman Pengamat Pengamat Pengamat Pengamat Pengamat Sampel an an Kedua an Ketiga an an Kelima Pertama (28hst) (35hst) Keempat (49hst) (21hst) (42hst) Tanaman 1 7, 5 17 26 43 53 Tanaman 2 10 22 26 33 53 Tanaman 3 9 15 27 36 52 Tanaman 4 12, 5 19 32 43 51 Tanaman 5 9 19 28 45 51 Tanaman 6 7, 5 12 15 19 41 Tanaman 7 10 15 26 32 53 Tanaman 8 8 16 21 37 47 Tanaman 9 8, 5 15 24 36 42 Tanaman 10 7 15 25 30 37 Rata-rata 8, 7 16,5 24,8 35,4 47,6
Pengamat an Keenam (56hst) 75 77 70 71 69 55 74 64 60 43 66,8
Tabel 3. Tinggi Tanaman Kelompok Detam 2 Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Kelompok Detam 2 Tanaman Pengamat Pengamat Pengamat Pengamat Pengamat Sampel an an Kedua an Ketiga an an Kelima Pertama (28hst) (35hst) Keempat (49hst) (21hst) (42hst) Tanaman 1 5 15 18 16 35 Tanaman 2 9, 5 15 25 35 51 Tanaman 3 5, 5 9 14 21 35 Tanaman 4 6, 5 14 21 37 43 Tanaman 5 7 13 26 36 48 Tanaman 6 5 10 13 19 31 Tanaman 7 6, 3 10 24 38 51 Tanaman 8 3, 5 9 17 26 35 Tanaman 9 6 12 15 23 32 Tanaman 10 6, 5 12 16 26 31 Rata-rata 6,05 11,9 18,9 27,7 39,2
Pengamat an Keenam (56hst) 42 72 47 53 60 44 55 50 45 38 46,8
Tabel 4. Tinggi Tanaman Kelompok Argomulyo Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Kelompok Argomulyo Tanaman Pengamat Pengamat Pengamat Pengamat Pengamat Sampel an an Kedua an Ketiga an an Kelima Pertama (28hst) (35hst) Keempat (49hst) (21hst) (42hst) Tanaman 1 11 15 20 38 40 Tanaman 2 13 16 29 48 50 Tanaman 3 9 13 19 38 40 Tanaman 4 12, 5 18,7 30 46 56 Tanaman 5 15 18 36 46 55 Tanaman 6 10 15 32 48 54 Tanaman 7 14, 5 18,5 30 44 53 Tanaman 8 14 18 27 40 44 Tanaman 9 13 17,9 27 38 63 Tanaman 10 19 22 29 42 43 Rata-rata 12, 1 19,01 27,9 43,8 49,8
Pengamat an Keenam (56hst) 42 51 41 57 56 55 55 46 64 45 51,1
Tabel 5. Tinggi Tanaman Kelompok Gema Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Kelompok Gema Tanaman Pengamat Pengamat Pengamat Pengamat Pengamat Sampel an an Kedua an Ketiga an an Kelima Pertama (28hst) (35hst) Keempat (49hst) (21hst) (42hst) Tanaman 1 7 11,5 18 26 40 Tanaman 2 10 13 24 32 60 Tanaman 3 7, 5 12 16 40,5 45 Tanaman 4 8, 6 14 17,5 30 60 Tanaman 5 10, 2 14,5 15 40,3 56 Tanaman 6 10 15 18,5 38,5 54 Tanaman 7 11 16 24,5 27 48 Tanaman 8 8 10 15 20 30 Tanaman 9 12 16 20 23 27 Tanaman 10 11 20 21 24 35 Rata-rata 9, 5 14,2 18,9 30,1 45,5
Pengamat an Keenam (56hst) 45 63 49 63 60 57 53 35 36 40 50,1
Grafik 1. Grafik Rata-Rata Tinggi Tanaman 80 70 60 Grobogan
50
Wilis
40
Detam 2
30
Argomulyo Gema
20 10 0 21 hst
28 hst
35 hst
42 hst
49 hst
56 hst
4.1.2 Data Pengamatan Jumlah Daun Tabel 6. Jumlah Daun Kelompok Grobogan Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun Kelompok Grobogan Tanaman Pengamat Pengamat Pengamat Pengamat Sampel an an Kedua an Ketiga an Pertama (28hst) (35hst) Keempat (21hst) (42hst) Tanaman 1 5 10 14 24 Tanaman 2 5 10 13 19 Tanaman 3 4 11 15 27 Tanaman 4 5 10 14 25 Tanaman 5 5 11 14 26 Tanaman 6 3 9 12 20 Tanaman 7 4 12 16 32 Tanaman 8 5 11 15 27 Tanaman 9 4 10 13 21 Tanaman 10 4 8 11 16 Rata-rata 4, 4 10,2 13,7 23,7
Pengamat an Kelima (49hst) 16 23 23 27 24 21 28 24 22 17 22,5
Pengamat an Keenam (56hst) 23 27 26 32 28 26 32 34 28 23 27,9
Tabel 7. Jumlah Daun Kelompok Wilis
Tanaman Sampel Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4 Tanaman 5 Tanaman 6 Tanaman 7 Tanaman 8 Tanaman 9 Tanaman 10 Rata-rata
Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun Kelompok Wilis Pengamat Pengamat Pengamat Pengamat an an Kedua an Ketiga an Pertama (28hst) (35hst) Keempat (21hst) (42hst) 5 8 12 23 6 7 12 25 4 6 7 12 5 7 10 24 4 6 6 19 4 5 6 8 5 6 9 22 5 6 8 12 5 6 9 15 5 7 11 15 5 7 9 18
Pengamat an Kelima (49hst) 40 39 25 32 46 14 28 26 29 13 30
Pengamat an Keenam (56hst) 47 44 39 40 54 20 34 34 37 20 37
Tabel 8. Jumlah Daun Kelompok Detam 2
Tanaman Sampel Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4 Tanaman 5 Tanaman 6 Tanaman 7 Tanaman 8 Tanaman 9 Tanaman 10 Rata-rata
Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun Kelompok Detam 2 Pengamat Pengamat Pengamat Pengamat an an Kedua an Ketiga an Pertama (28hst) (35hst) Keempat (21hst) (42hst) 5 5 9 16 3 5 9 16 3 3 14 16 5 6 11 22 5 6 8 10 4 6 9 18 4 6 11 17 4 5 11 12 4 6 7 15 4 5 8 12 4, 1 5,3 9,7 15,4
Pengamat an Kelima (49hst) 21 24 13 30 17 29 25 18 21 20 21,8
Pengamat an Keenam (56hst) 27 33 8 35 22 39 39 23 26 23 24,5
Tabel 9. Jumlah Daun Kelompok Argomulyo
Tanaman Sampel Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4 Tanaman 5 Tanaman 6 Tanaman 7 Tanaman 8 Tanaman 9 Tanaman 10 Rata-rata
Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun Kelompok Argomulyo Pengamat Pengamat Pengamat Pengamat an an Kedua an Ketiga an Pertama (28hst) (35hst) Keempat (21hst) (42hst) 5 5 9 11 4 5 20 26 3 3 5 5 9 11 14 24 7 10 21 26 4 7 24 27 7 10 14 27 7 10 8 11 8 9 5 7 9 12 15 20 6, 3 8,2 13,5 18,4
Pengamat an Kelima (49hst) 15 36 27 27 30 30 23 20 26 14 24,8
Pengamat an Keenam (56hst) 16 37 15 29 32 33 24 22 13 26 24,7
Tabel 10. Jumlah Daun Kelompok Gema
Tanaman Sampel Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4 Tanaman 5 Tanaman 6 Tanaman 7 Tanaman 8 Tanaman 9 Tanaman 10 Rata-rata
Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun Kelompok Gema Pengamat Pengamat Pengamat Pengamat an an Kedua an Ketiga an Pertama (28hst) (35hst) Keempat (21hst) (42hst) 4 9 12 15 4 7 9 20 4 8 10 15 4 6 10 16 3 6 10 26 4 5 7 17 4 7 10 12 3 7 10 12 4 6 10 15 5 7 12 14 4 6,8 10 16,2
Pengamat an Kelima (49hst) 35 36 18 29 33 37 32 25 30 30 30,5
Pengamat an Keenam (56hst) 40 42 30 32 36 40 40 30 36 35 36,1
Grafik 2. Grafik Rata-Rata Jumlah Daun 40 35 30 Grobogan
25
Wilis
20
Detam 2
15
Argomulyo Gema
10 5 0 21 hst
28 hst
35 hst
42 hst
49 hst
56 hst
4.1.3 Data Pengamatan Umur Awal Muncul Polong Tabel 11. Tabel Umur Awal Muncul Polong Data Hasil Pengamatan Umur Awal Muncul Polong (hst) Tanaman Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Sampel Grobogan W ilis Detam 2 Argomulyo Gema Tanaman 1 39 42 5 20 6 Tanaman 2 43 42 8 17 12 Tanaman 3 38 42 17 6 Tanaman 4 50 42 8 34 15 Tanaman 5 58 42 11 19 10 Tanaman 6 37 42 13 12 7 Tanaman 7 59 42 10 10 9 Tanaman 8 47 42 5 13 7 Tanaman 9 63 42 7 13 10 Tanaman 10 24 42 15 11 12 Rata- Rata 45, 8 42 8,6 16,6 9,4 Grafik 3. Grafik Rata-Rata Umur Awal Muncul Polong 50 45 40 35 30 25
Rata-rata Polong
20 15 10 5 0 Grobogan
Wilis
Detam 2
Agromulyo
Gema
4.2 Pembahasan 4.2.1 Pembahasan Parameter Panjang Tanaman Dari hasil pengamatan 6 varietas tanaman kedelai selama 6 minggu yaitu kedelai Grobogan, Wilis, Argomulyo, Detam 2, dan Gema didapatkan hasil parameter panjang tanaman kedelai tiap varietas berbeda, dimana tinggi tanaman Wilis lebih tinggi daripada varietas lainnya yaitu sebesar 66,8 sedangkan varietas lainnya seperti Argomulyo sebesar 51,1, Gema sebesar 50,1, Grobogan sebesar 48,7, dan Detam 2 sebesar 46,8. Hal ini dikarenakan varietas Wilis memiliki akar yang panjang dan banyak sehingga mampu mempertahankan pertumbuhan dan hasil walaupun dalam keadaan kekurangan air. Akar yang panjang dan banyak tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman kedelai Wilis karena akar tersebut mempunyai fungsi yang efektif dalam menyerap hara, air dan udara didalam tanah hingga pertumbuhan tinggi menjadi lebih baik. Dalam hal ini ada terdapat kemungkinan bahwa akar dari varietas kedelai lainnya lebih pendek dari varietas Wilis sehingga menyebabkan serapan air, hara dan udaranya lebih rendah. Dari literatur jurnal Ichsan (2010) yang didapatkan mengatakan bahwa, performa yang lebih baik pada varietas Willis dikarenakan varietas Willis memiliki akar yang panjang dan banyak sehingga mampu mempertahankan pertumbuhan dan hasil walapun dalam keadaan kekurangan air. Selama perkembang biakan vegetatif perakaran mempunyai fungsi yang efektif dalam menyerap hara , air dan udara didalam tanah hingga pertumbuhannya menjadi lebih baik.perakaran yang baik juga diikuti dengan pertumbuhan bagian atas tanaman yang lebih baik yang akhirnya menghasilkan yang lebih baik pula (Islami & Utomo 1995). Pertumbuhan hasil yang rendah ditunjukkan oleh varietas Kipas Putih, hal ini dikarenakan Kipas Putih memiliki akar pendek dan sedikit dibandingkan dengan Willis, hal ini menyebabkan serapan air, oksigen lebih rendah, sehingga pertumbuhan bagian atas tanaman dan hasil juga lebih kecil dibandingkan varietas Willis, hal ini sejalan dengan pendapat Islami & Utomo (1995) yang menyatakan bahwa perakaran yang sedikit dan pendek dapat menghambat aliran air, udara, dan aktifitas mikroorganisme sehingga menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman yang terbaik umumnya terdapat pada kadar air tanah kapasitas lapang, hal ini sejalan dengan pendapat Lamina (1989) bahwa kandungan air tanah yang baik unutk kedelai adalah pada kapasitas lapang. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Hakim et all. (1986) yang menyatakan bahwa pertumbuhan
tanaman semakin baik dengan tingginya kelembapan tanah sampai batas tertentu. Rendahnya pertumbuhan dan hasil pada kadar air tanah dibawah kapasitas lapang dikarenakan perkembangan akar yang kurang baik, sehingga penyerapan hara, air dan oksigen yang kurang yang menyebabkan pertumbuhan bagian atas dan hasil tanaman juga menurun. Hal ini sejalan dengan pendapat Gardner (1985) bahwa selama perkembangan vegetatif dapat mengurangi laju perpanjangan batang dan pelebaran daun, sehingga menurunkan laju fotosintesis dan akhirnya pertumbuhan tanaman menurun. Pertumbuhan dan hasil kedelai varietas Willis yang lebih baik pada berbagai tingkat kadar air tanah dibandingkan dengan varietas Kipas Putih, dikarenakan varietas Willis mempunyai kemampuan pertumbuhan perakaran yang lebih baik, pada berbagai tingkat kadar air tanah. Hal ini sejalan dengan pendapat Sheikholeman & Currie (1977) yang menyatakan bahwa pertumbuhan akar tanaman kedelai semakin baik dengan semakin tinggi kelembaban tanah. 4.2.2 Pembahasan Parameter Jumlah Daun Dari hasil pengamatan jumlah daun pada semua perlakuan kedelai dapat dikatakan bahwa dari lima varietas yaitu Grobogan, Wilis, Argomulyo, Detam 2, dan Gema mengalami peningkatan jumlah daun setiap minggunya. Hal ini dibuktikan dengan hasil rata-rata parameter jumlah daun varietas Grobogan misalnya pada pengamatan minggu pertama jumlah daun sebanyak 4,4 lalu pada minggu kedua meningkat menjadi 10,2 dan seterusnya. Sedangkan pada varietas Wilis pengamatan minggu pertama jumlah daun sebanyak 5 lalu pada minggu kedua meningkat menjadi 7 dan seterusnya. Pada varietas Detam 2 pengamatan minggu pertama sebanyak 4,1 lalu pada minggu kedua meningkat menjadi 5,3 dan seterusnya. Pada varietas Argomulyo pengamatan minggu pertama sebanyak 6,3 lalu pada minggu kedua meningkat 8,2 dan seterusnya. Dan pada varietas Gema pengamatan minggu pertama sebanyak 4 lalu pengamatan minggu kedua meningkat 6,8. Selain itu, dari hasil pengamatan 6 varietas tanaman kedelai selama 6 minggu yaitu kedelai Grobogan, Wilis, Argomulyo, Detam 2, dan Gema didapatkan hasil parameter jumlah daun tanaman kedelai tiap varietas berbeda, dimana jumlah daun tanaman Wilis lebih banyak daripada varietas lainnya yaitu sebesar 37 sedangkan varietas lainnya seperti Gema sebesar 36,1; Grobogan sebesar 27,9; Argomulyo sebesar 24,7; dan Detam 2 sebesar 24,5.
Hal ini dikarenakan jumlah daun majemuk setiap varietas akan berbeda, hal ini yang akan membedakan jumlah daun antara varietas yang satu dengan yang lainnya. Jumlah daun kedelai identik dengan jumlah buku-buku kedelai, semakin banyak bukubuku batang akan diikuti banyaknya daun kedelai dan dengan mengamati buku-buku batang kedelai akan bisa menghitung jumlah daun. Daun majemuk yang telah menunjukkan warna kuning menandakan tanaman kedelai siap dipanen. Gugurnya daun majemuk adakalanya bersamaan atau bergantian. Tanaman kedelai yang memiliki jumlah daun lebih banyak menunjukkan pertumbuhan yang baik dibandingkan kedelai yang jumlah daunnya sedikit (Suharno, 2006). 4.2.3 Pembahasan Parameter Umur Awal Muncul Polong Dari hasil pengamatan 6 varietas tanaman kedelai selama 6 minggu yaitu kedelai Grobogan, Wilis, Argomulyo, Detam 2, dan Gema didapatkan hasil parameter polong tanaman kedelai tiap varietas berbeda, dimana polong tanaman varietas Grobogan lebih banyak daripada varietas lainnya. Dari jurnal yang telah didapatkan mengatakan bahwa, jumlah polong lebih banyak dikarenakan kedelai merupakan tanaman hari pendek yakni tidak akan berbunga bila lama penyinaran (panjang hari) melampaui batas kritis. Setiap varietas memiliki panjang hari kritis, apabila lama penyinaran kurang dari batas kritis maka kedelai akan berbunga, jika melebihi periode kritisnya maka tanaman tersebut akan meneruskan pertumbuhan vegetatifnya tanpa pembungaan. Intensitas cahaya diatas 1076 looks selama 8 jam sudah dapat merangsang pembungaan. Sebaliknya pembungaan tidak akan terjadi apabila intensitas cahaya kurang dari 1000 looks. Pemendekan lama penyinaran mempersingkat pertumbuhan vegetative dan mempercepat waktu berbunga dan waktu panen (Jonhson et al. 1960)
5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari pengamatan yang telah dilakukan pada ke lima varietas yaitu, varietas Grobogan, Wilis, Detam 2, Agromulyo, dan Gema mengalami perbedaan pada tinggi tanaman, jumlah daun maupun jumlah polongnya. Pada tinggi tanaman dan jumlah daun, varietas Wilis yang memiliki nilai tertinggi dari pada varietas lainnya seperti Grobogan, Detam 2, Gema maupun Agromulyo. Sedangkan yang memiliki nilai terendah pada tinggi tanaman maupun jumlah daun yaitu pada varietas Detam 2. Pada parameter jumlah polong, yang paling banyak memiliki jumlah polong yaitu pada varietas Grobogan 5.2 Saran Seharusnya praktikum dan pengumpulan tugas lebih di agendakan dengan baik terlebih dahulu agar praktikan tidak mendapatkan informasi secara dadakan sehingga membuat tidak efisien. Selain itu, asisten dapat membantu praktikan untuk mengerjakan tugas yang belum dimengerti oleh praktikan agar praktikan tidak salah informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Franata, Rendy. 2012. Fase Pertumbuhan Tanaman Kedelai. http://rendyfranata.blogspot.com/2012/12/fase-pertumbuhan-tanaman-kedelai_12.html. Diakses pada tanggal 21 November 2013. Habibi,
Syukron. 2013. http://sukron-tani.blogspot.com/2013/06/budidaya-kacangkedelai.html. Diakses pada tanggal 20 November 2013.
Ichsan, Cut Nur. 2010. Respon Kedelai Kultivar Kipas Putih Dan Wilis Pada Kadar Air Tanah Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Hasil. Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian, Unsyiah. Agrista Vol. 14 No. 1, 2010. Muji. 2012. Teknik Budidaya Kedelai. http://mujihanani.wordpress.com/sukses-petani/teknikbudidaya-kedelai/. Diakses pada tanggal 21 November 2013. Suharno. 2006. Jurnal Ilmu- Ilmu Pertanian : Kajian Pertumbuhan dan Produksi pada 8 Varietas Kedelai Merril di Lahan Sawah Tadah Hujan. STTP Magelang Jurusan Penyuluhan Pertanian. Yogjakarta. Vol. 2, No. 1, Juli 2006. Tezha.
2011. Teknik Budidaya Tanaman Kacang. http://tezhabatubara.blogspot.com/2011/06/makalah-teknik-budidaya-tanaman-kacang.html. Diakses pada tanggal 21 November 2013.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN ASPEK HPT “TANAMAN KEDELAI (Glycine max L)”
Disusun Oleh : Dinaf Bay Priawan
(125040100111241)
Eka Bunga Ocwillanda
(125040101111002)
Afrida Ariani Tsani
(125040101111005)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN Komoditas Tanaman Kedelai ( Glycne max L )
Disetujui Oleh:
Asisten Lapang
Asisten Kelas
Arachis Ratnasari Sumarsono
Mokhtar Effendi
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam melakukan suatu budidaya tanaman seringkali ada gangguan terhadap perumbuhan tanaman diantaranya yaitu gangguan hama ataupun penyakit . Gangguan
hama dikarenakan adanya hewan yang dapat merusak tanaman dan dapat merugikan secara ekonomis. Sehingga adanya gangguan hama sangat mengganggu proses budidaya yang dilakukan karena dapat menghambat pertumbuhan tersebut untuk mendapat hasil produksi yang terbaik. Sedangkan penyakit merupakan adanya bakteri, jamur maupun virus yang menghambat pertumbuhan tanaman. Sehingga mengakibatkan perubahan proses fisiologis tanaman tersebut. Dapat dikatakan adanya penyakit ataupun hama merupakan hal penting yang tidak dapat diabaikan begitu saja karena dapat mengakibatkan kerugian bagi hasil produksi pertanian. Tanaman kedelai salah satu komoditas tanaman pangan yang sangat di butuhkan oleh penduduk Indonesia dan dipandang penting karena merupakan sumber protein, nabati, lemak, vitamin dan mineral yang murah dan mudah tumbuh diberbadai wilayah Indonesia serta kedelai merupakan salah satu jenis tanaman palawija yang cukup penting setelah kacang tanah dan jagung, maka dari itu tanaman kedelai sangat dipertahankan ketahanan pangannya. 1.2 Tujuan Praktikum 1. Untuk mengetahui intensitas serangan penyakit pada tanaman kedelai 2. Untuk mengetahui musuh alami pada tanaman kedelai 3. Untuk mengetahui jenis hama yang menyerang tanaman kedelai
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intensitas Penyakit dan 2 Perhitungan Intensitas Penyakit Intensitas serangan penyakit adalah tingkat serangan atau tingkat kerusakan tanaman yang disebabkan oleh Organisme Penggangu Tanaman (OPT) yang dinyatakan secara kualitatif atau kuantitatif. (Purnomo, 2010) Intensitas serangan adalah besarnya seragan penyakit pada suatu area pertanaman yang dapat dinyatakan secara kuantitatif. (Gendroyono, 2006) Perhitungan Intensitas Penyakit : a. Keterjadian Penyakit (KP) merupakan persentase jumlah tanaman yang terserang dibandingkan dengan total jumlah tanaman yang diamati. b. Keparahan Penyakit (KeP) merupakan persentase luasan jaringan tanaman yang terserang (sakit) dibandingkan dengan keseluruhan luasan bagian tanaman yang diamati. (Anonymouse, 2011) 2.2 Definisi Musuh Alami a. Predator Predator adalah organisme yang memangsa organisme lainnya untuk kebutuhan makannya (Purnomo, 2010) Predator adalah binatang atau serangga yang memangsa binatang atau serangga lain. (Anonymousa, 2010) b. Parasitoid Parasitoid ialah organisme yang menghabiskan sebagian besar riwayat hidupnya dengan bergantung pada atas di organisme inang tunggal yang akhirnya membunuh (dan sering mengambil makanan) dalam proses itu. (Adi, Muklis. 2011)
Parasitoid serangga adalah serangga yang stadia pradewasanya menjadi parasit pada atau di dalam tubuh serangga lain, sementara imago hidup bebas mencari nectar dan embun madu sebagai makanannya. (Purnomo, 2010) c. Entomopatogen Entomopatogen adalah organisme heterotrof yang hidup sebagai parasit pada serangga. Entomopatogen merupakan salah satu jenis bioinsektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama tanaman. (Anonymousb, 2012) Entomopatogen merupakan salah satu jenis bioinsektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama tanaman. (Hardiyanti, 2012) d. Patogen Serangga Patogen serangga adalah mikroorganisme (cendawan,bakteri, virus, protozoa, nematode dan mikroba lainnya) yang dapat menyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit pada serangga hama. (Anonymousc, 2012) Patogen adalah agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya. Sebutan lain dari patogen adalah mikroorganisme parasit. Umumnya istilah ini diberikan untuk agen yang mengacaukan fisiologi normal hewan atau tumbuhan multiseluler (Warren, 2008) e. Mikroorganisme Antagonis Penyakit Mikroba antagonis merupakan suatu jasad renik yang dapat menekan, menghambat atau memusnahkan mikroba lainnya. Dengan demikian, mikroba antagonis berpeluang untuk digunakan sebagai agen hayati dalam pengendalian mikroba penyebab penyakit tanaman. (Qurrotaayun, 2009) Mikroba antagonis adalah mikroba yang memiliki sifat berlawanan dengan mikroba merugikan, seperti mikroba patogen dan pembusuk. (Anonymousd, 2010)
2.3 Mekanisme Peranan Musuh Alami Dalam Menjaga Stabilitas Produksi Tanaman Musuh alami merupakan suatu pengendalian alami utama hama yang bekerja secara tergantung kepadatan populasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangan hama. Hal ini erat kaitannya dengan kelangsungan ekologi maupun habitat tanaman itu berada, karena selain mengurangi bahkan tanpa bahan kimia, metode biologis ini lebih diarahkan pada pengendalian secara alami dengan membiarkan musuh-musuh alami agar tetap hidup. Meskipun dampaknya akan dirasakan dalam jangka waktu yang lama, namun hal tersebut akan menciptakan terjaganya keseimbangan ekosistem yang ada. Salah satu penyusun keanekaragaman hayati dilahan pertanian adalah adanya musuh alami. Keanekaragaman hayati yang ada dilahan pertanian terdiri dari keanekaragaman tanaman yang dibudidayakan, keanekaragaman organisme dan mikroorganisme yang menguntungkan ataupun merugikan pada dilahan pertanian tersebut yang membentuk suatu ekosistem. Musuh alami merupakan organisme yang ditemukan di alam yang dapat membunuh serangga sekaligus, melemahkan serangga, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada serangga, dan mengurangi fase reproduktif dari serangga. Musuh alami biasanya mengurangi jumlah populasi serangga, inang atau pemangsa, dengan memakan individu serangga. Pada beberapa spesies, keberadaan musuh alami akan mempengaruhi dinamika populasi serangga. Dari hal tersebut diatas, terdapat organisme yang berperan positif dan ada yang berperan negatif terhadap tanaman yang dibudidayakan. Musuh alami mempunyai peran positif, yaitu mengendalikan OPT. Serangga hama dan patogen penyakit tanaman dapat dikendalikan dengan musuh alami seperti predator, parasitoid, entomopatogen dan antagonis. Untuk itu, pelestarian musuh alami harus dilakukan demi terciptanya pengendalian hayati yang berkelanjutan.
Menurut Aminatun (2009), pelestarian musuh alami berhubungan dengan cara pengelolaan lahan pertanian yang berpengaruh terhadap agroekosistem didalamnya. Modifikasi faktor lingkungan dapat mengoptimalkan efektivitas musuh alami. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara : 1. Mengurangi frekuensi aplikasi pestisida. 2. Menggunakan pestisida yang lunak seperti mikrobia, sabun atau pestisida botani.
3. Menanam bunga atau kultivar yang menjadi sumber nectar. 4. Pemberian air gula atau penyemprotan protein untuk menarik musuh alami. 5. Menyediakan tempat bersarang atau menghindari merusak sarang lebah. 6. Menanam
tanaman
yang
dapat
menjadi
alternatif
tempat
bersembunyi/berlabuh/tempat hidup bagi musuh alami serangga seperti predator dan parasitoid. 7. Menganekaragamkan tanaman budidaya dengan intercropping (tumpangsari), relay cropping (tumpang gilir), dan lainnya. 8. Mengubah cara panen dan/atau cara penanaman untuk menjaga hilangnya tempat berlindung bagi musuh alami. 9. Penggunaan tanaman penutup untuk menambah daya tahan hidup musuh alami. (Aminatun Tien, 2009)
3. METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan * Intensitas Serangan : -
Alat tulis untuk mencatat hasil
-
Kamera untuk dokumentasi
* Pengamatan Serangga : -
Plastik untuk wadah hasil tangkapan serangga
-
Kapas untuk ditetesi alkohol
-
Alkohol 70 % untuk membius serangga 3.2 Cara Kerja
3.2.1 Metode Pengamatan yang Dilakukan di Lahan untuk Intensitas Penyakit Siapkan alat dan bahan ↓ Ambil sample 30 tanaman secara acak ↓ Amati jumlah daun dan berapa yang terserang ↓ Lakukan perhitungan dengan intensitas Schoring hama ↓ Catat Hasil ↓ Dokumentasikan
3.2.2 Metode Pengambilan Sampel Arthropoda Siapkan alat dan bahan ↓ Tangkap serangga yang ada disekitar Lahan ↓ Masukkan dalam plastik dan diberi kapas yang ditetesi alkohol ↓ Amati + Dokumentasi
4. PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Intensitas Kerusakan Penyakit pada Tanaman Kedelai No
Nama Penyakit
Gambar Penyakit (pengamatan
Keterangan Penyakit
dan literatur) 1.
- Penyakit Karat
Gambar Pengamatan
- Puccinia sorghi
Pada daun pertama berupa bercak-bercak berisi uredia. Bercak ini berkembang ke daun-daun di atasnya dengan bertambahnya umur tanaman. Bercak juga
Gambar Literatur
2.
- Penyakit Pustul
Gambar Pengamatan :
Bakteri
terlihat pada bagian batang dan tangkai daun
Gejala awal berupa bercak kecil berwarna hijau pucat,
- Xanthomonas
tampak pada kedua
axonopodis pv
permukaan daun, menonjol
glycines
pada bagian tengah lalu menjadi bisul warna coklat muda atau putih pada permukaan bawah daun. Gambar Literatur :
Bercak bervariasi dari bintik kecil sampai besar tak beraturan, berwarna kecoklatan. Pada infeksi berat menyebabkan daun
gugur.
4.2 Data Intensitas Penyakit pada Tanaman Kedelai Pengamatan Minggu 1 Kategori/Skala Kerusakan TC1 0 3 1 1 2 1 3 4 Total Daun 5 TC = Tanaman Contoh
TC2 3 1 1
TC3 3 1
5
4
Jumlah Daun yang Terserang TC4 TC5 TC6 TC7 TC8 1 3 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 5
5
3
4
5
TC9 1 1 1
TC10 3 1
4
4
TC9 6 2 1 1
TC10 6 2
10
8
TC9 9
TC10 9
Pengamatan Minggu 2 Kategori/Skala Kerusakan TC1 0 7 1 2 2 1 3 4 Total Daun 10 TC = Tanaman Contoh
TC2 7 2 1
Jumlah Daun yang Terserang TC3 TC4 TC5 TC6 TC7 TC8 8 5 9 7 9 8 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1
10
11
TC2 9
TC3 11
10
11
9
12
11
Pengamatan Minggu 3 Kategori/Skala Kerusakan 0
TC1 10
Jumlah Daun yang Terserang TC4 TC5 TC6 TC7 TC8 8 11 10 12 11
1 2 2 2 3 4 Total Daun 14 TC = Tanaman Contoh
1 2 1
2 2
1 3 2
1 2
2 2
2 2
1 2 1
1 2 1
2
13
15
14
14
12
16
15
13
11
TC9 18 1 1 1
TC10 14 2
21
16
TC9 20
TC10 15 2
Pengamatan Minggu 4 Kategori/Skala Kerusakan TC1 0 19 1 3 2 2 3 4 Total Daun 24 TC = Tanaman Contoh
TC2 17 1 1
Jumlah Daun yang Terserang TC3 TC4 TC5 TC6 TC7 TC8 24 20 23 17 28 22 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1
19
27
TC2 21 1 1
TC3 20 1 2
23
23
25
26
20
32
27
Pengamatan Minggu 5 Kategori/Skala Kerusakan TC1 0 13 1 1 2 2 3 4 Total Daun 16 TC = Tanaman Contoh
Jumlah Daun yang Terserang TC4 TC5 TC6 TC7 TC8 23 21 18 25 20 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 27
24
21
28
24
2 1 22
17
TC9 26
TC10 21 2
Pengamatan Minggu 6 Kategori/Skala Kerusakan TC1 0 20 1 2 2 1 3 4 Total Daun 23 TC = Tanaman Contoh
TC2 24 2 1
27
Jumlah Daun yang Terserang TC3 TC4 TC5 TC6 TC7 TC8 23 27 24 21 30 31 1 2 2 3 1 1 2 2 2 2 1 2 1 26
32
28
26
32
34
1 1 28
23
Kategori/Skala Kerusakan
Total Tanaman Contoh Minggu Minggu Minggu Minggu ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 5 5 5 6 1 1 1 2 2 2 1 2 3 2 2
Minggu ke-1 4 1 2 3
0 1 2 3 4 Jumlah
10
10
10
10
Minggu ke-6 7 1 1 1
10
4.3 Perhitungan Intensitas Penyakit Setiap Minggu pada Tanaman Kedelai Rumus Perhitungan : P=
∑�𝒏 𝒙 𝒗� 𝒛𝑵
𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
P = Persentase kerusakan atau infeksi n = Jumlah daun dari setiap kategori v = Harga numerik dari tiap kategori z = Harga numerik dari kategori yang tertinggi N = Jumlah daun yang diamati Perhitungan Minggu ke-1 : -
Tanaman Contoh 1 : P=
∑(3𝑥0)+(1𝑥1)+ �1𝑥2�
= 30 % -
∑(3𝑥0)+(1𝑥1)+�1𝑥2�
= 30 %
�2𝑥5�
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 3 : P=
∑(3𝑥0)+�1𝑥1� �1 𝑥 4�
= 25 % -
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 2 : P=
-
�2 𝑥 5�
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 4 : P=
∑(1𝑥0)+(2𝑥1)+(1𝑥2)+�1𝑥3�
= 47 %
�3 𝑥 5�
𝑥 100 %
10
-
Tanaman Contoh 5 : P=
∑(3𝑥0)+(1𝑥2)+�1𝑥3�
= 33 % -
�3 𝑥 5�
Tanaman Contoh 6 : P=
∑(2𝑥0)+(1𝑥1) �1 𝑥 3�
= 33 % -
∑(1𝑥0)+(1𝑥1)+�2𝑥2�
= 62 %
�2 𝑥 4�
∑(2𝑥0)+(2𝑥1)+�1𝑥2�
= 40 %
�2 𝑥 5�
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 9 : P=
∑(1𝑥0)+(1𝑥1)+(1𝑥2)+�1𝑥3� �3 𝑥 4�
= 50 %
-
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 8 : P=
-
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 7 : P=
-
𝑥 100 %
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 10 : P=
∑(3𝑥0)+(1𝑥1) �1 𝑥 4�
= 25 %
𝑥 100 %
Perhitungan Minggu ke-2 : -
Tanaman Contoh 1 : P=
∑(7𝑥0)+(2𝑥1)+(1𝑥2)
= 20 % -
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 2 : P=
∑(7𝑥0)+(2𝑥1)+(1𝑥2)
= 20 % -
�2 𝑥 10�
�2 𝑥 10�
Tanaman Contoh 3 :
𝑥 100 %
P=
∑(8𝑥0)+(2𝑥1)+(1𝑥2)
= 18 % -
∑(5𝑥0)+(1𝑥1)+(2𝑥2)+�2𝑥3�
= 37 %
�3 𝑥 10�
∑(9𝑥0)+(2𝑥2) �2 𝑥 11�
= 18 %
∑(7𝑥0)+(1𝑥1)+�1𝑥2�
= 17 %
∑(9𝑥0)+(2𝑥1)+�1𝑥2�
= 17 %
�2 𝑥 12�
𝑥 100 %
∑(8𝑥0)+(1𝑥1)+�1𝑥2�+(1𝑥3)
= 18 %
�3 𝑥 11�
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 9 : P=
∑(6𝑥0)+(2𝑥1)+(1𝑥2)+�1𝑥3�
= 23 % -
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 8 : P=
-
�2 𝑥 9�
Tanaman Contoh 7 : P=
-
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 6 : P=
-
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 5 : P=
-
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 4 : P=
-
�2 𝑥 11�
�3 𝑥 10�
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 10 : P=
∑(6𝑥0)+(2𝑥1) �1 𝑥 8�
= 25 %
𝑥 100 %
Perhitungan Minggu ke-3 : -
Tanaman Contoh 1 : P=
∑(10𝑥0)+(2𝑥1)+(2𝑥2) �2 𝑥 14�
𝑥 100 %
= 21 % -
Tanaman Contoh 2 : P=
∑(9𝑥0)+(1𝑥1)+(2𝑥2)+(1𝑥3)
= 20 % -
∑(11𝑥0)+(2𝑥1)+(2𝑥2)
= 20 %
∑(11𝑥0)+(1𝑥1)+(2𝑥2)
= 18 %
�2 𝑥 14�
∑(10𝑥0)+(2𝑥1)+�2𝑥2�
= 25 %
�2 𝑥 12�
∑(12𝑥0)+�2𝑥1�+�2𝑥2�
= 19 %
𝑥 100 %
�2 𝑥 16�
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 8 : P=
∑(11𝑥0)+(1𝑥1)+(2𝑥2)+(1𝑥3) �3 𝑥 15�
= 18 %
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 9 : P=
∑(9𝑥0)+(1𝑥1)+(2𝑥2)+(1𝑥3)
= 20 % -
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 7 : P=
-
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 6 : P=
-
�3 𝑥 14�
Tanaman Contoh 5 : P=
-
𝑥 100 %
∑(8𝑥0)+(1𝑥1)+(3𝑥2)+�2𝑥3�
= 31 %
-
�2 𝑥 15�
Tanaman Contoh 4 : P=
-
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 3 : P=
-
�3 𝑥 13�
�3 𝑥 13�
Tanaman Contoh 10 : P=
∑(9𝑥0)+(2𝑥1) �1 𝑥 11�
𝑥 100 %
𝑥 100 %
= 18 % Perhitungan Minggu ke-4 : -
Tanaman Contoh 1 : P=
∑(19𝑥0)+(3𝑥1)+(2𝑥2)
= 14 % -
∑(17𝑥0)+(1𝑥1)+(1𝑥2)
=8%
∑(24𝑥0)+(2𝑥1)+(1𝑥2)
=7%
𝑥 100 %
�2 𝑥 26�
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 6 : P=
∑(17𝑥0)+(1𝑥1)+�2𝑥2�
= 12 %
�2 𝑥 20�
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 7 : P=
∑(28𝑥0)+�2𝑥1�+�2𝑥2�
=9%
�2 𝑥 32�
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 8 : P=
∑(22𝑥0)+(2𝑥1)+(2𝑥2)+(1𝑥3)
= 11 % -
�3 𝑥 25�
∑(23𝑥0)+(1𝑥1)+(2𝑥2)
= 10 %
-
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 5 : P=
-
�2 𝑥 27�
∑(20𝑥0)+(1𝑥1)+(3𝑥2)+�2𝑥3�
= 15 %
-
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 4 : P=
-
�2 𝑥 19�
Tanaman Contoh 3 : P=
-
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 2 : P=
-
�2 𝑥 24�
�3 𝑥 27�
Tanaman Contoh 9 :
𝑥 100 %
P=
∑(18𝑥0)+(1𝑥1)+(1𝑥2)+(1𝑥3)
=9% -
�3 𝑥 21�
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 10 : P=
∑(14𝑥0)+(2𝑥1) �1 𝑥 16�
= 12 %
𝑥 100 %
Perhitungan Minggu ke-5 : -
Tanaman Contoh 1 : P=
∑(13𝑥0)+(1𝑥1)+(2𝑥2)
= 16 %
-
∑(21𝑥0)+(1𝑥1)+(1𝑥2)
=6%
∑(20𝑥0)+(1𝑥1)+(2𝑥2)
= 11 %
𝑥 100 %
�3 𝑥 27�
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 5 : P=
∑(21𝑥0)+(2𝑥1)+(1𝑥2)
=8%
�2 𝑥 24�
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 6 : P=
∑(18𝑥0)+(2𝑥1)+�1𝑥2�
=9% -
�2 𝑥 23�
∑(23𝑥0)+(1𝑥1)+(2𝑥2)+�1𝑥3�
= 10 %
-
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 4 : P=
-
�2 𝑥 23�
Tanaman Contoh 3 : P=
-
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 2 : P=
-
�2 𝑥 16�
�2 𝑥 21�
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 7 : P=
∑(25𝑥0)+�1𝑥1�+�2𝑥2� �2 𝑥 28�
𝑥 100 %
=9% -
Tanaman Contoh 8 : P=
∑(20𝑥0)+(2𝑥1)+(2𝑥2)
= 12 % -
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 9 : P=
∑(20𝑥0)+(2𝑥2)+(1𝑥3)
= 11 % -
�2 𝑥 24�
�3 𝑥 22�
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 10 : P=
∑(15𝑥0)+(2𝑥1) �1 𝑥 17�
= 12 %
𝑥 100 %
Perhitungan Minggu ke-6 : -
Tanaman Contoh 1 : P=
∑(13𝑥0)+(1𝑥1)+(2𝑥2)
=9% -
∑(21𝑥0)+(1𝑥1)+(1𝑥2)
=7%
∑(20𝑥0)+(1𝑥1)+(2𝑥2)
= 10 %
�2 𝑥 26�
𝑥 100 %
∑(23𝑥0)+(1𝑥1)+(2𝑥2)+�1𝑥3�
=9%
�3 𝑥 32�
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 5 : P=
∑(21𝑥0)+(2𝑥1)+(1𝑥2)
= 11 % -
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 4 : P=
-
�2 𝑥 27�
Tanaman Contoh 3 : P=
-
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 2 : P=
-
�2 𝑥 23�
�2 𝑥 28�
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 6 : P=
∑(18𝑥0)+(2𝑥1)+�1𝑥2� �2 𝑥 26�
𝑥 100 %
= 13 % -
Tanaman Contoh 7 : P=
∑(25𝑥0)+�1𝑥1�+�2𝑥2�
=5% -
∑(20𝑥0)+(2𝑥1)+(2𝑥2)
=7%
�2 𝑥 34�
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 9 : P=
∑(20𝑥0)+(2𝑥2)+(1𝑥3)
=6% -
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 8 : P=
-
�2 𝑥 32�
�3 𝑥 28�
𝑥 100 %
Tanaman Contoh 10 : P=
∑(15𝑥0)+(2𝑥1) �1 𝑥 23�
=9%
𝑥 100 %
Perhitungan Total Tanaman Contoh : -
Minggu ke-1 P=
∑(4𝑥0)+(1𝑥1)+(2𝑥2)+(3𝑥3)
= 47 % -
∑(5𝑥0)+(1𝑥1)+(2𝑥2)+(2𝑥3)
= 37 %
∑(5𝑥0)+(2𝑥2)+(3𝑥3)
= 43 %
𝑥 100 %
�3 𝑥 10�
𝑥 100 %
Minggu ke-4 P=
∑(5𝑥0)+(1𝑥1)+(2𝑥2)+�2𝑥3�
= 37 % -
�3 𝑥 10�
Minggu ke-3 P=
-
𝑥 100 %
Minggu ke-2 P=
-
�3 𝑥 10�
�3 𝑥 10�
Minggu ke-5
𝑥 100 %
P=
∑(6𝑥0)+(1𝑥1)+(1𝑥2)+(2𝑥3)
= 30 % -
(3 𝑥 10)
𝑥 100 %
Minggu ke-6 P=
∑(7𝑥0)+(1𝑥1)+(1𝑥2)+(1𝑥3)
= 20 %
(3 𝑥 10)
𝑥 100 %
4.4 Grafik Persentase Kerusakan pada Tanaman Kedelai 4.4.1
Kerusakan pada tiap-tiap tanaman contoh
Intensitas Kerusakan Tanaman Contoh 1 35% 30% 25% 20% Intensitas
15% 10% 5% 0% Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6
Intensitas Kerusakan Tanaman Contoh 2 35% 30% 25% 20% Intensitas
15% 10% 5% 0% Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6
Intensitas Kerusakan Tanaman Contoh 3 30% 25% 20% 15%
Intensitas
10% 5% 0% Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
Minggu 6
Intensitas Kerusakan Tanaman Contoh 4 50% 45% 40% 35% 30% 25%
Intensitas
20% 15% 10% 5% 0% Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
Minggu 6
Intensitas Kerusakan Tanaman Contoh 5 35% 30% 25% 20% Intensitas
15% 10% 5% 0% Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
Minggu 6
Intensitas Kerusakan Tanaman Contoh 6 35% 30% 25% 20% Intensitas
15% 10% 5% 0% Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
Minggu 6
Intensitas Kerusakan Tanaman Contoh 7 70% 60% 50% 40% Intensitas
30% 20% 10% 0% Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
Minggu 6
Intensitas Kerusakan Tanaman Contoh 8 45% 40% 35% 30% 25% 20%
Intensitas
15% 10% 5% 0% Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
Minggu 6
Intensitas Kerusakan Tanaman Contoh 9 60% 50% 40% 30%
Intensitas
20% 10% 0% Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
Minggu 6
Intensitas Kerusakan Tanaman Contoh 10 35% 30% 25% 20% Intensitas
15% 10% 5% 0% Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
Minggu 6
4.4.2 Kerusakan pada total tanaman contoh
Intensitas Kerusakan Total Tanaman Contoh 50% 45% 40% 35% 30% 25%
Intensitas
20% 15% 10% 5% 0% Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
Minggu 6
4.5 Pembahasan Intensitas Penyakit pada Tanaman Kedelai Intensitas kerusakan akibat penyakit karat dan bisul bakteri pada kedelai dari pengamatan minggu ke-1 sampai pengamatan minggu ke-6. Untuk persentase kerusakan tanaman contoh 1 pada minggu ke-1 30 %, pada minggu ke-2 20 %, dan pada minggu ke-3 21 %, pada minggu ke-4 14 %, pada minggu ke-5 16 % dan pada minggu ke-6 9 %.
Di lihat dari persentasenya, penyakit yang menyerang tanaman contoh 1 ini mengalami penurunan. Sedangkan untuk persentase total tanaman contoh, pada pengamatan minggu ke-1 47 %, pada minggu ke-2 37 %, pada minggu ke-3 43 %, pada minggu ke-4 37 %, pada minggu ke-5 30 %, dan pada minggu ke-6 20 %. Di lihat dari persentasenya, penyakit yang menyerang total tanaman contoh mengalami penurunan pada minggu ke-1 sampai minggu ke-2 dan mengalami peningkatan pada minggu ke-2 sampai minggu ke-3 dan mengalami penurunan lagi pada minggu ke-3 sampai minggu ke-6. Jadi terbukti bahwa penyakit karat dan bisul bakteri ini dapat teratasi dengan adanya penyemprotan serta cuaca yang mendukung sehingga tanaman kedelai dapat mengalami penurunan dalam intensitas penyakit. 4.6 Identifikasi Arthropoda yang Ditemukan pada Tanaman Kedelai 4.6.1 Serangga yang ditemukan No Nama & Ciri Morfologi
Gambar Serangga (pengamatan
Keterangan
dan literatur) 1
Belalang
Gambar pengamatan :
Valanga nigricornis
Ordo : Orthoptera
Ciri berdasarkan
Jumlah Serangga
pengamatan:
2 ekor
- Sayap depan lebih panjang dari sayap belakang - Lapisan sayap belakang lebih tebal (tecmina) Status Serangga : Hama
Belalang
Gambar literatur :
2
Kumbang kubah spot M
Gambar pengamatan :
Kumbang kubah
Menochillus
spot M
sexmaculatus
Ordo :
Ciri berdasarkan
Coleoptera
pengamatan:
Jumlah Serangga
- Sayap depan (elitra) l e bi h
tebal
3 ekor
dari
sayap belakang Status Serangga :
Gambar literatur :
Predator
3
Ulat Grayak
Gambar Pengamatan :
Ulat Grayak
Spodoptera litura
Ordo :
fabricius
Lepidoptera
Ciri-ciri :
Jumlah Serangga
-
1 ekor
Ukuran tubuhnya kecil sampai sedang, badan gemuk dan
Gambar Literatur :
tegap. -
Larva mempunyai warna bervariasi, tubuh kokoh dan berambut
4
Kumbang
daun Gambar Pengamatan :
Kumbang daun
tembukur
tembukur
Phaedonia inclusa
Ordo : Coleoptera
Ciri-ciri :
Jumlah Serangga
Bertubuh kecil, hitam
1 ekor
bergaris kuning. Bertelur pada permukaan daun. Status Serangga :
Gambar Literatur :
Parasitoid
5
Kepik Hijau
Gambar Pengamatan :
Kepik Hijau
Nezara viridula
Ordo : Hemiptera
Ciri-ciri :
Jumlah Serangga
-
1 ekor
Hama kepik hijau ini pada stadia imago berwarna hijau polos, kepala berwarna hijau.
Status Serangga : Parasitoid
Gambar Literatur :
4.6.2 Jumlah Serangga yang ditemukan No 1
Peran Predator
Ordo Coleoptera
Jumlah Jumlah Serangga (kumbang kubah spot M) : 3 ekor
2
Parasitoid
-
Coleoptera
Jumlah Serangga (kumbang daun
-
Hemiptera
tembukur) : 1 ekor Jumlah Serangga (kepik hijau) : 1 ekor
3
Parasit
Lepidoptera
Jumlah Hama (ulat grayak) : 1 ekor
4
Hama/Herbivora
Orthoptera
Jumlah Serangga (belalang) : 2 ekor.
4.7 Pembahasan Arthropoda pada Tanaman Kedelai Dari hasil penangkapan serangga menggunakan sweep net ditemukan beberapa jenis serangga, yaitu : Belalang dari ordo Orthoptera dengan jumlah 2 ekor yang berperan sebagai hama, Kumbang Kubah Spot M dari ordo Coleoptera dengan jumlah 3 ekor yang berperan sebagai predator, Kumbang Daun Tembukur dari ordo Coleoptera dengan jumlah 1 ekor yang berperan sebagai parasitoid, Kepik Hijau dari ordo Hemiptera dengan jumlah 1 ekor yang berperan sebagai parasitod dan Ulat Grayak dari ordo Lepidoptera dengan jumlah 1 ekor yang berperan sebagai paasit.
Jumlah hama dan parasitoid lebih banyak daripada predator pada tanaman kedelai dikarenakan faktor tata letak lahan yang kurang mendukung. Dapat juga dikarenakan banyaknya hama dari komoditas lain (misalnya, jagung, kacang tanah) yang melewati lahan tanaman kedelai. Menurut Purnomo (2010) menyatakan bahwa,banyaknya hama mungkin dikarenakan masuknya hama dari komoditas satu ke komoditas lainnya. Sedangkan untuk kehadiran predator dapat ditarik dengan penanaman berpasangan, bermacam bunga dan tanaman herbal di antara tanaman sayuran dan pohon buah-buahan.
5. KESIMPULAN
1. Penyakit yang terdapat pada tanaman Kedelai adalah Penyakit Karat (Puccinia sorghi) dan Penyakit Pustul Bakteri (Xanthomonas axonopodis pv glycines) 2. Intensitas kerusakan tiap tanaman yaitu, intensitas serangan hama atau penyakit pada tiap satu tanaman contoh saja. 3. Intensitas kerusakan total tanaman yaitu, intensitas serangan hama atau penyakit pada total semua tanaman contoh. 4. Musuh alami yang ditemukan pada tanaman Krisan yaitu, Kumbang Kubah Spot M dari ordo Coleoptera sebanyak 2 ekor 5. Hama yang ditemukan pada tanaman Kedelai yaitu, Belalang dari ordo Orthoptera sebanyak 3 ekor, Kumbang Daun Tembukur dari ordo Coleoptera sebanyak 1 ekor yang, Kepik Hijau dari ordo Hemiptera sebanyak 1 ekor dan Ulat Grayak dari ordo Lepidoptera sebanyak 1 ekor.
DAFTAR PUSTAKA Adi, Muklis. 2011. Definisi Parasitoid. http://muklisadiputratobing.blogspot.com/2011/10/ parasitoid.html (Online) Diakses pada tanggal 2 Desember 2013. Anonymousa, 2010. Definisi Predator. http://pengertian-definisi.blogspot.com/2010/10/ predator.html (Online) Diakses pada tanggal 2 Desember 2013. Anonymousb, 2012. Definisi Cendawan Entomopatogen. http://pelajaranilmu.blogspot.com/ 2012/05/cendawan-entomopatogen.html (Online) Diakses pada tanggal 2 Desember 2013. Anonymousc,
2012.
Definisi
Patogen
Serangga.
http://new.pangkalandata-
opt.net/?q=berita&p =isiberita&o=isiberita_lihat&id=5 (Online) Diakses pada tanggal 2 Desember 2013. Anonymousd,
2010.
Definisi
Mikroba
http://kuliahdanpenelitian.wordpress.com/
Antagonis.
2010/10/31/mikroba-antagonis/
(Online) Diakses pada tanggal 2 Desember 2013. e
Anonymous ,
2011.
Keterjadian
Penyakit
dan
Keparahan
Penyakit.
http://id/wikipedia.org/wiki/keterjadian-penyakit (Online). Diakses pada tanggal 3 Desember 2013. Gendroyono, Heru. 2006. Perlindungan Tanaman. Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Kalimantan Timur. Hardiyanti,
2012.
Cendawan
Etomopatogen.
http://hardiyanti1992.wordpress.com/2012/08/07/ pengendalian-hayati-cendawan-entomopatogen/
laporan-praktikum(Online)
Diakses
pada
tanggal 2 Desember 2013.Purnomo, Hari. 2010. Pengantar Pengendalian Hayati. CV.Andi Offset.Yogyakarta. hlm 195. Purnomo,Hari.2010. Pengantar Pengendalian Hayati. CV. Andi Offset. Yogyakarta. 195 Hlm. Qurrotaayun.
2009.
Definisi
bloganna.blogspot.com/
Mikroba
Antagonis
.
http://qurrotaayun-
2009/06/mikroba-antagonis-sebagai-agensia.html
(Online) Diakses pada tanggal 2 Desember 2013. Raharjo, B.T. 2012. Ilmu Hama Tanaman. Kuliah Ilmu Hama Tanaman FP. UB. Malang
Tien Aminatun. 2009. Teknik konservasi musuh alami untuk pengendalian hayati. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/112096169_0216-3854.pdf. Diakses 4 Desember 2013. Warren, Levinson. 2008. Review of Medical Microbiology & Immunology Tenth Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. New York.