KUMPULAN ABSTRAK HASIL PENELITIAN BPHPS KUOK 2007-2010
Tim Penyusun : Meilastiti M Wijaya, S. Hut Yani Hidayah, S.E Tri Hastuti Swandayani, M.Si
Penyusun: Meilastiti M.W, S.Hut Yani Hidayah, S.E Tri Hastuti Swandayani, M.Si Design Cover & Tata Letak: Tri Hastuti Swandayani, M.Si ISBN : 978-602-19138-1-3 Dipublikasikan Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan Jl. Raya Bangkinang-Kuok km.9 Bangkinang 28401 Kotak Pos 4/BKN-Riau Telp. (0762)7000121 Tahun 2011
KATA PENGANTAR Kumpulan abstrak hasil-hasil penelitian Balai Penelitian Hutan Penghasil Serat (BPHPS) Kuok periode tahun 2007-2010 disusun dengan tujuan memudahkan para peneliti maupun pengguna non peneliti dalam mencari referensi informasi hasil penelitian di bidang tanaman penghasil serat untuk pulp dan kertas. Artikel lengkap dapat diperoleh di masing-masing publikasi yang memuatnya dan dapat menghubungi kami jika kesulitan untuk mendapatkannya. Semoga buku kumpulan abstrak ini dapat berguna dalam kegiatan penelitian maupun kegiatan bermanfaat positif lainnya.
Kuok,
Mei 2011
Tim Penyusun
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
i
ii
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
DAFTAR ISI NO
JUDUL
HAL
2007 1
PENGARUH UKURAN DIAMETER STEK BATANG Hopea odorata Roxb DARI KEBUN PANGKAS TERHADAP KEMAMPUAN BERTUNAS, BERAKAR, DAN DAYA HIDUPNYA (Effects of Stem Cutting Size of Diameter Hopea odorata ROXB at Hedge Orchard to their Shooting, Rooting and Survival Rate Ability)
1
Hidayat, Asep; Henti Hendalastuti dan Edi Nurohman 2
ANALISA EKONOMI PENGUSAHAAN SUTERA ALAM PADA SKALA RUMAH TANGGA DAN INDUSTRI DI SUMATERA BARAT DAN SUMATERA UTARA
3
Rochmayanto, Yanto dan Soenarno 3
EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS PEMANFAATAN LIMBAH PAKAN PADA BUDI DAYA SUTERA ALAM SKALA RUMAH TANGGA
4
Rochmayanto, Yanto; Syofia Rahmayanti dan Tateng Sasmita 4
KAJIAN KARAKTERISTIK TANAH PADA TEGAKAN JENIS TANAMAN CEPAT TUMBUH (Study of Soil Characteristic at Fast Growing Species Stand)
6
Suhartati
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
iii
NO 5
JUDUL
HAL
PENGARUH KOMPOSISI MEDIA WPM DAN BAP PADA PERTUMBUHAN BIBIT JATI (Tectona grandis L.) DENGAN PERBANYAKAN SECARA INVITRO*) (The Effect of Media Composition of Invitro Teak (Tectona grandis L.) Propagation)
8
Suhartati dan Nursyamsi 6
APLIKASI BAHAN ORGANIK SEBAGAI MEDIA PADA PEMBIBITAN EBONI (Diospyros celebica BAkh.) (The Application of Organic Matter as Medium of Cultivation of Eboni (Diospyros celebica Bakh.) Seedlings)
10
Suhartati dan Misto 7
PENGARUH PERLAKUAN AWAL TERHADAP VIABILITAS BENIH SENGON BUTOH (Enterolobium cyclocarpum Griseb) (The effect of Pre treatment on the Viability of Sengon Butoh (Enterolobium cyclocarpum Griseb) Seeds)
12
Suhartati 8
PENGARUH BERBAGAI JENIS MATERIAL BOKASHI SEBAGAI MEDIA PEMBIBITAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb) (The Effect of Various Material Type of Bokashi as Media for Gmelina ( Gmelina arborea Roxb) Seedlings)
14
Suhartati dan Syofia Rahmayanti 9
KAJIAN PERAN WADUK SEBAGAI PENGENDALI KUALITAS AIR SECARA ALAMI (Study on The Role of Reservoirs as Naturally Water Quality Controller) Supangat, Agung B. dan Paimin
iv
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
16
NO
JUDUL
HAL
2008 1
KONTRIBUSI HUTAN SEBAGAI ROSOT KARBONDIOKSIDA (Contribution Of Forest As Carbondioxide Sink)
21
Junaedi, Ahmad 2
BEBERAPA JENIS POHON ALTERNATIF UNTUK DIKEMBANGKAN DI LAHAN GAMBUT HTI-PULP
22
Junaedi, Ahmad ; Suhartati & Agus Winarsih 3
BEBERAPA JENIS HAMA POTENSIAL MENYERANG TANAMAN Acacia spp.
YANG
23
BINUANG (Octomeles sumatrana Miq.) SEBAGAI JENIS ALTERNATIF TANAMAN PENGHASIL PULP (Binuang (Octomeles sumatrana Miq.) as an Alternative Tree Species for Pulp)
24
Pribadi, Avry 4
Rahmayanti, Syofia 5
PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH PEMELIHARAAN ULAT SUTERA TERHADAP PRODUKSI DAUN MURBEI (Effect of Silkworm Farming Waste Application on Mulberry Leaf Production)
26
Rahmayanti, Syofia 6
TEKNIK SILVIKULTUR KHUSUS UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS
27
Rochmayanto, Yanto dan Ahmad Junaedi
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
v
NO 7
JUDUL
HAL
ASPEK EKONOMI SISTEM KOFFCO MENUJU ALIH TEKNOLOGI KE SEKTOR SWASTA KEHUTANAN (Economic Aspect of Koffco system for Supporting Tranfer of Technology to Forestry Private Sector)
28
Rochmayanto, Yanto 8
KESESUAIAN TEMPAT TUMBUH BEBERAPA JENIS TANAMAN HUTAN PADA LAHAN BERGAMBUT TERBUKA DI KEBUN PERCOBAAN LUBUK SAKAT, RIAU (The Compatibility of Site Index of Several Tree Species Forest at The Open Peat land To Experimented Plots on Lubuk Sakat, Riau)
29
Ruby, Kamindar 9
ANALISIS EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HTI PULP PADA BERBAGAI ROTASI TEBANG
30
Sudarmalik 10
SILVIKULTUR HUTAN TANAMAN KAYU PULP (Forest Sylviculture of Tree Species for Pulp)
31
Suhartati, Syofia Rahmayanti, Yanto Rohmayanto, Sudarmalik, Rahayu Supriadi, Yuslinda Adhariyanti, Ahmad Junaedi, Kamindar Ruby, Nina Mindawati, Rina Bogidarmanti, Achmad Syaffari Kosasih, Aris Sudomo 11
APLIKASI INOKULUM EM-4 DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) (Application of EM-4 Inoculum and Its Effects on Growth of Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)) Suhartati
vi
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
33
NO 12
JUDUL
HAL
PENGARUH BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI KAWASAN HUTAN PINUS DI GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH (The Effects of Land Uses on River Water Quality in Pine Forest Area in Gombong, Kebumen, Central Java)
35
Supangat, Agung B. 13
PENERAPAN MODEL ANSWERS UNTUK PENDUGAAN LIMPASAN DAN HASIL SEDIMEN PADA SUB DAS KAWASAN HUTAN PINUS DI GOMBONG, JAWA TENGAH: STUDI PENDAHULUAN (The Application of ANSWERS Model to Predict Sediment Yield and Runoff at Pine Forest Sub Watershed in Gombong, Central Java: The Preliminary Study)
38
Supangat, Agung B. dan Sukresno
2009 1
DIMENSI SERAT DAN NILAI TURUNANNYA DARI TUJUH JENIS KAYU ASAL PROPINSI JAMBI (Fiber Dimension and Their Derived Values of Seven Wood Species from Jambi Province)
43
Aprianis, Yeni dan Syofia Rahmayanti 2
POTENSI, PRODUKTIVITAS DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH A.Crassicarpa DI LAHAN GAMBUT
45
Aprianis, Yeni; Agung B. Supangat; Afriko don Barata dan Eko Sutrisno 3
KETERSEDIAAN UNSUR HARA PADA BAGIAN TEGAKAN Aprianis, Yeni dan Agung B. Supangat
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
46
vii
NO 4
JUDUL
HAL
STATUS KESUBURAN TANAH GAMBUT PADA LAHAN HUTAN TANAMAN Acacia crassicarpa: Studi Kasus di HPHTI PT. Arara Abadi, Riau
47
Aprianis, Yeni dan Agung B. Supangat 5
MASYARAKAT YANG TINGGAL DI DAERAH RAWAN LONGSOR: INTERPRETASI DAN STRATEGI ADAPTASI (Studi Kasus: Desa Purwoharjo, Kec. Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo) (People who live on the land slide area: interpretation and adaptation strategy ( A Case Study: Purwoharjo Village, Samigaluh Sub District, Kulonprogo District)
48
Donie, Syahrul 6
PRODUKTIVITAS KEBUN PANGKAS DIPTEROCARPACEAE SEBAGAI SUMBER BAHAN STEK (Productivity of Dipterocarpaceae Hedge Orchard As Cutting Material Resources)
50
Hidayat, Asep 7
MANFAAT INFORMASI NERACA AIR UNTUK MENDUKUNG SILVIKULTUR HUTAN TANAMAN
51
Junaedi, Ahmad 8
PEMBUATAN ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA) DARI LIMBAH PENYULINGAN NILAM (Manufacturing Bioactive Charcoal-Compost from Patchouli Distillation Wastes)
52
Junaedi, Ahmad; Ahmad Rojidin dan Eko Sutrisno 9
STUDI AWAL PERTUMBUHAN JABON (Anthocephalus cadamba Miq.) DI HTI-PULP LAHAN MINERAL DAN GAMBUT Junaedi, Ahmad dan Yanto Rohmayanto viii
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
54
NO 10
JUDUL
HAL
POTENSI HUTAN TANAMAN SEBAGAI MEDIA BUDIDAYA LEBAH MADU
55
Purnomo dan Agus Winarsih 11
PRIVATE FOREST MANAGEMENT TO SUPPORT THE PULP INDUSTRIES’S NEED FOR RAW MATERIAL OF WOOD, OPPORTUNITIES AND CHALLENGES (A CASE IN RIAU PROVINCE)
56
Rahayu, Supriadi dan Syahrul Donie 12
JENIS-JENIS TANAMAN LOKAL SEBAGAI BAHAN BAKU PULP
POTENSIAL
58
Rahmayanti, Syofia; Suhartati dan Yeni Aprianis 13
PENGURANGAN EMISI KARBON PROVINSI RIAU DALAM MENDUKUNG RENCANA PENYIAPAN REDD INDONESIA
59
Rohmayanto, Yanto dan Ahmad Rojidin 14
TEKNIK SILVIKULTUR PADA ROTASI II DAN SETERUSNYA
61
Sudarmalik 15
PERAN HUTAN TANAMAN Eucalyptus pellita DALAM MENGATUR TATA AIR WILAYAH
62
Supangat, Agung B. ; Ahmad Junaedi dan Kosasih 16
STUDI PENELUSURAN PERJALANAN AIR BANJIR DI SUNGAI BENGAWAN SOLO (Studi on Flood Tracking in Bengawan Solo River)
64
Supangat, Agung B. dan Sutresno
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
ix
NO 17
JUDUL
HAL
KESEIMBANGAN TATA AIR SEBAGAI BASIS PERENCANAAN WILAYAH: STUDI KASUS DI SUBDAS CISAREA (Water Resources Balance as Base Data in Regional Planning: A Case Study in Cirasea Sub Watershed )
67
Supangat, Agung B. 18
NERACA AIR METEOROLOGIS DI KAWASAN HUTAN TANAMAN: STUDI KASUS DI KHDTK BENAKAT, SUMATERA SELATAN
69
Supangat, Agung B. Dan Ahmad Junaedi
2010 1
KUALITAS DUA JENIS MAHANG SEBAGAI BAHAN BAKU PULP ALTERNATIF (Quality of two species mahang as altenative raw material for pulp)
73
Aprianis, Yeni dan Syofia Rahmayanti 2
PEMANFAATAN LIMBAH SEKTOR KEHUTANAN
KELAPA
SAWIT
DI
75
UJI PERTUMBUHAN STEK CEMARA SUMATRA TAXUS SUMATRANA (MIQUEL) DE LAUB.
76
Aprianis, Yeni 3
Hendalastuti R., Henti; Atok Subiakto; Iskandar Z. Siregar, dan Supriyanto 4
PEMANFAATAN LIMBAH PELEPAH SAWIT SEBAGAI BAHAN ARANG UNTUK PEMBUATAN ARANG KOMPOS BIO AKTIF (Arkoba) Junaedi, Ahmad
x
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
78
NO 5
JUDUL
HAL
KUALITAS FISIK BIBIT MERANTI TEMBAGA (Shorea leprosula Miq.) ASAL STEK PUCUK PADA TIGA TINGKAT UMUR (The Physical Quality of Shorea leprosula Miq. Seedling from Shoot Cutting at Three Age Different Levels of Age)
79
Junaedi, Ahmad ; Asep Hidayat dan Dodi Frianto 6
UJI ASAL SUMBER BIBIT NILAM (POGOSTEMON CABLIN BENTH.) DI PASAMAN BARAT SUMATERA BARAT
81
Junaedi, Ahmad dan Asep Hidayat 7
SIFAT KAYU GERONGGANG SEBAGAI JENIS PULPABLE ALTERNATIVE PADA LAHAN GAMBUT
83
Junaedi, Ahmad dan Yeni Aprianis 8
PERTUMBUHAN DAN MUTU FISIK BIBIT JABON (Anthocephalus cadamba Miq.) DI POLIBAG DAN POLITUB (Growth and physic Quality of Jabon (Anthocephalus cadamba) Miq. Seedling on polybag and polytube)
84
Junaedi, Ahmad 9
KAJIAN KIMIA GAHARU HASIL INOKULASI Fusarium sp. PADA Aquilaria microcarpa (Study on Agarwood Chemical Yielded from Fusarium sp. Inoculation at Aquilaria microcarpa)
86
Novriyanti Eka, Erdy Santoso, Irnayuli R. Sitepu dan Maman Turjaman 10
PERAN VEGETASI GULMA PADA TEGAKAN Acacia crassicarpa di LAHAN GAMBUT
88
Pribadi, Avry
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
xi
NO 11
JUDUL
HAL
Serangan Hama dan Tingkat Kerusakan Daun Akibat Hama Defoliator pada Tegakan Jabon ( Anthocephalus cadamba Miq.)
89
Pribadi, Avry 12
PELUANG PENGEMBANGAN PERLEBAHAN DI AREAL HUTAN TANAMAN DAN PERKEBUNAN DI PROVINSI RIAU
91
Purnomo 13
TINGKAT KERENTANAN DAN POLA ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN IKLIM (DI DAS KAMPAR)
92
Rochmayanto, Yanto; Tri Hastuti Swandayani; Ahmad Junaedi; Agus Wahyudi 14
DETERMINATION OF BASE PRICE FOR REDD COMPENSATION ON THE PULPWOOD INDUSTRIAL PLANTATION AND PEATSWAMP FOREST
94
Rochmayanto, Yanto ; Dudung Darusman, Teddy Rusolono 15
PENINGKATAN KANDUNGAN KARBON DAN POTENSI EKONOMI REDD+ PADA AGROFORESTRY SAWIT GAHARU
96
Rochmayanto, Yanto 16
PENINGKATAN KANDUNGAN KARBON DAN POTENSI EKONOMI REDD+ PADA AGROFORESTRY SAWIT-MERANTI Rochmayanto, Yanto
xii
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
98
NO 17
JUDUL
HAL
PERUBAHAN KANDUNGAN KARBON DAN NILAI EKONOMINYA PADA KONVERSI HUTAN RAWA GAMBUT MENJADI HUTAN TANAMAN INDUSTRI PULP (The Change of Carbon Stock and It’s Economic Value on Peatswamp Forest Conversion towards Pulpwood Industrial Plantation Forest
100
Rochmayanto, Yanto; Dudung Darusman dan Teddy Rusolono 17
PENGARUH DOSIS ARANG DAN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN GAHARU DI LAHAN KELAPA SAWIT
103
Suhartati dan Agus Wahyudi 18
POLA AGROFORESTRY TANAMAN GAHARU DAN KELAPA SAWIT ( Agroforestry Pattern of Agarwood Species and Oil Palm )
104
Suhartati dan Agus Wahyudi 19
PENGARUH PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN GAHARU DI AREAL PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
106
Suhartati 20
KERENTANAN HIDROLOGIS TANAH ULTISOLS UNTUK BUDIDAYA TANAMAN SAWIT DI PROPINSI RIAU
107
Supangat, Agung B. dan Syofia Rahmayanti 21
EVALUASI PEMANFAATAN TATA RUANG SEBAGAI DASAR PENATAAN KAWASAN HUTAN DALAM DAS (Evaluation of Spatial Land Use As a Base for Forest Area Arrangement in a Watershed)
109
Supangat, Agung B. dan Dewi R. Indrawati
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
xiii
NO 22
JUDUL
HAL
STUDI INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI KELAS UMUR TEGAKAN JATI (Tectona Grandis L.) DI CEPU (Study of Soil Infiltration at Various Age Classes of Teak (Tectona Grandis L.) Stands in Cepu)
112
Supangat, Agung B. dan Pamungkas B. Putra
xiv
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
2007
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
xv
xvi
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Hidayat, Asep; Henti Hendalastuti dan Edi Nurohman PENGARUH
UKURAN DIAMETER STEK BATANG Hopea odorata Roxb DARI KEBUN PANGKAS TERHADAP KEMAMPUAN BERTUNAS, BERAKAR, DAN DAYA HIDUPNYA (Effects of Stem Cutting Size of Diameter Hopea odorata ROXB at Hedge Orchard to their Shooting, Rooting and Survival Rate Ability) Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol. IV No. 1 Tahun 2007; Halaman 1-12
ABSTRACT This research was conducted to know the effect of diameter class of Hopea odorata Roxb.’s cutting source to their shooting, rooting, and survival rate ability. Cutting source is divided by class diameter and each class diameter was analyzed to know which can produce the most productive and qualified cutting. Research showed that class diameter of cutting source significantly influenced shoot formation, shoot length and number of cutting materials produced. The highest shooting ability was resulted from cutting source on class diameter of IV (0.78-0.94 cm) and V (0.95-1.11 cm) as much 63% and 60%. Rooting ability and survival rate at acclimatization stage could reach up to 90% for all class diameter of cutting source. Key words : Hopea odorata Roxb., hedge orchard, cutting, rooting ability, survival rate ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang besarnya pengaruh kelas diameter sumber bahan stek Hopea odorata Roxb. Terhadap kemampuan Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
1
membentuk tunas, berakar, dan daya hidup stek. Tanaman sumber bahan stek (ortet) dibagi berdasarkan kelas diameter dan masing-masing kelas diameter dianalisis untuk melihat kelas diameter ortet yang paling produktif menghasilkan stek berkualitas. Asil penelitian menunjukkan bahwa kelas diameter ortet berpengaruh sangat nyata terhadap pembentukan jumlah tunas, panjang tunas, dan bahan stek yang dihasilkan. Kemampuan bertunas tertinggi adalah bahan stek asal kelas diameter ortet IV (0,78-0,94 cm) dan V (0,95-1,11 cm) dengan nilai 63% dan 60%. Kemampuan berakar dan daya hidup bahan stek dari semua kelas diameter ortet di atas 90%. Kata kunci : Hopea odorata Roxb., kebun pangkas, stek, kemampuan berakar, daya hidup
2
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Rochmayanto, Yanto dan Soenarno ANALISA EKONOMI PENGUSAHAAN SUTERA ALAM PADA SKALA RUMAH TANGGA DAN INDUSTRI DI SUMATERA BARAT DAN SUMATERA UTARA Info Sosial Ekonomi Vo. 8 No. 3, September 2007 ABSTRAK Sutera alam pada skala rumah tangga dan industri di Sumatera Barat dan Sumatera Utara mengalami kebangkrutan sejak 4 tahun terakhir. Kondisi ini harus ditelaah faktor penyebabnya untuk memulihkan kembali produktivitasnya. Diduga penyebab utamanya adalah manajemen poduksi yang tidak tepat. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengevaluasi status kelayakan usaha sutera alam pada skala rumah tangga dan industri, (2) mengetahui skala usaha minimum, dan (3) mengetahui masa pengembalian investasi. Analisis dilakukan dengan BeR,NPV, IRR, BEP dan Pay Back Period. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengusahaan sutera alam pada skala rumah tangga layak dikembangkan, sedangkan pengusahaan sutera alam pada skala industri tidak layak untuk dikembangkan. Pada harga dasar benang sutera Rp. 220.000,-/kg BEP rata-rata berada pada jumlah ulat 27 box/tahun, dengan pengembalian investasi akan diperoleh selama 2,01 tahun. Untuk mendukung hal tersebut, maka industri rumah tangga lebih baik dikerjakan melalui pola kemitraan dengan industri garmen dan pengrajin tenun. Kata kunci : Analisis ekonomi, sutera alam, industri rumah tangga
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
3
Rochmayanto, Yanto; Syofia Rahmayanti dan Tateng Sasmita EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS PEMANFAATAN LIMBAH PAKAN PADA BUDI DAYA SUTERA ALAM SKALA RUMAH TANGGA Info Sosial Ekonomi Vo. 8 No. 3, September 2007 ABSTRAK Pemanfaatan limbah pakan ulat sutera secara teknis dapat berpengaruh positif bagi perkembangan dimensi tanaman murbei. Meski demikian, pola ini akan layak diterapkan jika memiliki kelayakan ekonomi yang memadai, sehingga penting dievaluasi dan diuji apakah layak secara finansial dan efisien bagi budi daya sutera alam secara keseluruhan atau tidak. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui kelayakan finansial pemanfaatan limbah pakan pada budi daya sutera alam, dan (2) mengetahui tingkat efisiensi dan produktivitas melalui pemanfaatan limbah pakan ulat sutera. Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan pendekatan analisis , cash flow, BCR dan NPV. Penilaian efisiensi didekati dengan membandingkan biaya total budidaya sutera alam konvensional dengan pemanfaatan limbah, sedangkan penilaian produktivitas didekati dengan membandingkan Net Present Value (NPV) dari kedua pola budi daya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai NPV pada unit budi daya sutera alam melalui pemanfaatan limbah pakan pada tingkat petani bernilai negatif dan nilai BCR sebesar 0,39 sehingga tidak layak untuk diteruskan. Upaya pemanfaatan limbah pakan ternyata menyebabkan inefisiensi sebesar 23,09% serta mengakibatkan penurunan produktivitas sebesar 43,91%. Untuk memperbaiki tingkat 4
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
pendapatan petani sutera alam disarankan hal-hal sebagai berikut : (1) pemanfaatan limbah pakan tidak disarankan karena menyebabkan inefisiensi proses produksi, (2) pada tahap awal pemulihan sentra produksi sebaiknya petani melakukan budi daya di atas BEP (27 box per tahun), dan (3) perlu dikaji kemungkinan pola budi daya sutera alam terpadu dengan peternakan dan pertanian agar dapat saling menambah nilai penerimaan dan memberikan peluang siklus pemanfaatan limbah yang lebih luas. Kata kunci : Efisiensi, produktivitas, sutera alam, NPV, BCR, cash flow
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
5
Suhartati KAJIAN KARAKTERISTIK TANAH PADA TEGAKAN JENIS TANAMAN CEPAT TUMBUH (Study of Soil Characteristic at Fast Growing Species Stand) Info Hutan Vol. IV, No. 4, Tahun 2007 ; Halaman 361-369
ABSTRACT Variety of plantation growths can be triggered by genetic and physiology of plant factors, availability level and compatibility of environmental factors. The most important environmental factor that influence on plantation growth are soil characteristics, especially its soil nutrients. This research was aimed to gather soil characteristics data under several forest stands with the same age, but their growth range varied at the same area of plantation. The results showed that growth rate of fast growing species such as leda (Eucalyptus deglupta Blume), mangium (Acacia mangium Wild), and sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) in HTI Gowa-Maros area were not much influenced by soil physics except soil texture of the area. Growth of those three species were much influenced by soil chemical characteristics, especially soil acidity (pH) and availability of phosphor (P) and Potassium (K). The difference between content of organic matter (OM) and cation exchange capacity (CEC) value was shown on soil profile. Its value was higher on the topsoil profile than subsoil. Key
6
words
:
Category, profile, soil physical properties, soil chemical properties
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
ABSTRAK Keragaman pertumbuhan tanaman dapat disebabkan oleh faktor genetik dan fisiologis tanaman, tingkat ketersediaan dan kesesuaian faktor-faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang sangat menentukan proses pertumbuhan tanaman adalah karakteristik tanah terutama status haranya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data karakteristik tanah pada beberapa jenis tegakan yang berumur sama, namun laju pertumbuhannya beragam dalam suatu areal penanaman. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa laju pertumbuhan tegakan jenis cepat tumbuh seperti leda (Eucalyptus deglupta Blume), mangium (Acacia mangium Willd), dan sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) pada areal HTI Gowa-Maros tidak banyak dipengaruhi oleh sifat fisik tanah kecuali tekstur. Pertumbuhan ketiga jenis tanaman tersebut banyak dipengaruhi oleh sifat kimia tanah, terutama kemasaman tanah (pH) dan ketersediaan unsur phosphor (P) dan Kalium (K), sedangkan kandungan bahan organik (BO) dan nilai kapasitas tukar kation (KTK) perbedaannya nampak pada lapisan profil tanah, yaitu nilainya lebih tinggi pada lapisan tanah bagian atas dibanding bagian bawah. Kata kunci : Kategori, profil, sifat fisik tanah, sifat kimia tanah
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
7
Suhartati dan Nursyamsi PENGARUH KOMPOSISI MEDIA WPM DAN BAP PADA PERTUMBUHAN BIBIT JATI (Tectona grandis L.) DENGAN PERBANYAKAN SECARA INVITRO*) (The Effect of Media Composition of Invitro Teak (Tectona grandis L.) Propagation) Info Hutan Vol. IV, No. 4, Tahun 2007 ; Halaman 379-384
ABSTRACT This research aims to know effects of various media compositions on propagation of teak by invitro or tissue culture techniques. An expected result of this research was a determined the best media composition for propagation of teak by invitro. This research used Complete Random Design (CRD) consisted of 6 treatments, each treatment had 9 replications. Results of the experiment showed that : the est media composition to growth teak planlet was WPM + 2.50 ppm BAP media. It yielded 6-7 shoots in average, high shoot reached 5.6 cm, with the time of budding was 11 days. Key words : Teak, Tectona grandis L., media, tissue culture ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai komposisi media WPM (Woody Plant Medium) dan BAP (Benzyl Amino Purin) terhadap pertumbuhan bibit perbanyakan tanaman jati secara invitro atau kultur jaringan. Hasil penelitian ini diharapkan menghasilkan komposisi media yang terbaik untuk pembiakan tanaman jati secara invitro. Pada penelitian ini diguanakan 8
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 6 perlakuan, setiap perlakuan ada 9 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi media yang terbaik untuk pertunasan pada planlet jati yaitu media WPM +2,50 ppm BAP, yaitu menghasilkan rata-rata 6-7 tunas, tinggi tunas 5,6 cm, dengan waktu bertunas 11 hari. Kata kunci : Jati, Tectona grandis L., media, kultur jaringan
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
9
Suhartati dan Misto APLIKASI BAHAN ORGANIK SEBAGAI MEDIA PADA PEMBIBITAN EBONI (Diospyros celebica BAkh.) (The
Application of Organic Matter as Medium of Cultivation of Eboni (Diospyros celebica Bakh.) Seedlings) Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol.4 No.3, Oktober Tahun 2007 ; Halaman 165-173
ABSTRACT Ebony wood is categorized as luxurious wood which is desireable for various uses. Consequently, its population is decreasing and it become as protected and rare species Conservation of the species calls for a study on the aspects of silviculture technique, conservation and ecology characteristics. This research was aimed to figure out the effect of application organic matters, namely charcoal particles and symbiotic microbe, on the growth of ebony seedling in nursery. The research was carried out using split plot with Randomized Block Design. The first factor is concentration of the charcoal and the second factor is inoculation of symbiotic microbe. Result of the research showed that the best growth was the inoculums from the soil under the mother tree, which by the increase of height growth (21.60%) and number of leaves (60%). The application of charcoal particles mixed with the media of seedling could increase the height growth (14.36%), symbiotic microbe Gigaspora and Glomus were found. Key words : Charcoal, ebony, inoculation, symbiotic microbe 10
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
ABSTRAK Kayu eboni tergolong kayu mewah yang sangat dibutuhkan untuk berbagai kegunaan, akibatnya populasinya semakin berkurang, dan termasuk spesies yang dilindungi, dan menjadi salah satu jenis pohon langka. Untuk pelestarian spesies eboni tersebut, perlu pengkajian mengenai aspek teknik pembudidayaan, konservasi, dan sifat ekologinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi bahan organik yaitu serbuk arang dan mikroba simbiotik, terhadap pertumbuhan bibit eboni di persemaian. Penelitian ini dianalisis secara pola petak terpisah dengan Rancangan Acak Kelompok, faktor pertama adalah persentase arang dan faktor kedua adalah inokulasi mikroba simbiotik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menghasilkan pertumbuhan yang terbaik adalah inokulum dari tanah di bawah pohon induk eboni yaitu dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi 21,60% dan jumlah daun 60%. Penggunaan serbuk arang sebagai campuran media pembibitan eboni dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi sebesar 14,36% dan ditemukan mikroba jenis Gigaspora dan Glomus. Kata kunci : Arang, eboni, inokulasi, mikroba simbiotik
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
11
Suhartati PENGARUH PERLAKUAN AWAL TERHADAP VIABILITAS BENIH SENGON BUTOH (Enterolobium cyclocarpum Griseb) (The effect of Pre treatment on the Viability of Sengon Butoh (Enterolobium cyclocarpum Griseb) Seeds Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol.4 Suplemen No.1, Desember 2007
ABSTRACT Sengon butoh (Enterolobium cyclocarpum Griseb) needs pretreatment or scarification to accelerate its germination process and improve the viability of the seeds. Viability of seed related to the number of germinating seed. The research was conducted on July until November 2005 in the green house of Forestry Research Institute of Makassar. This experiment was designed in Factorial Completely Randomized design, where the first factor was immersed duration of seeds of 1 hour, 4 hours, and 8 hours, while the second factor was the immersing in water with temperature of 25º C, 50º C, 75º C, and 100º C. The result showed that immersing for 4-8 hours and the immersing in water with temperature 100º C, increased seeds viability to 70-90 %. The seed scarificated by immersed in water with temperature 100º C can result in height growth 47,01 cm and diameter 2,80 mm on seedlimg at three age in nursery, and quality index of seedlings meet the standard which have been determined. Key words : Germination, immersed, sengon butoh, viability 12
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
ABSTRAK Perlakuan awal pada benih sengon butoh bertujuan untuk mempercepat proses perkecambahan dan meningkatkan nilai viabilitas benih. Nilai viabilitas benih berkaitan dengan banyaknya benih yang berkecambah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial, faktor pertama adalah perendaman benih selama 1 jam, 4 jam, dan 8 jam, sedangkan factor kedua adalah suhu air rendaman : 25º C, 50º C, 75º C, and 100º C.. Hasil penelitianini menunjukkan bahwa perenadaman selama 4-8 jam pada suhu awal air rendaman 100º C, menghasilkan viabilitas benih yang lebih baik yaitu sebesar 70-90%. Benih yang diskarifikasi dengan merendam air pada suhu awal 100º C, menghasilkan pertumbuhan tinggi 47,01 cm dan diameter batang 2,80 mm pada umur tiga bulan di persemaian, dan indeks mutu bibit memenuhi standar yang telah ditentukan. Kata kunci : perkecambahan, perendaman, sengon butoh, viabilitas
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
13
Suhartati dan Syofia Rahmayanti PENGARUH BERBAGAI JENIS MATERIAL BOKASHI SEBAGAI MEDIA PEMBIBITAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb) (The Effect of Various Material Type
of Bokashi as Media for Gmelina ( Gmelina arborea Roxb) Seedlings) Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol. IV No. 6 Tahun 2007
ABSTRACT This research aim to know the type of bokashi and percentage of bokashi the best as media of growth for gmelina seedlings in the nursery. This research was conducted in PT. Inhutani I Gowa nursery, Gowa District, South Sulawesi. This research use the Completely Randomized Design ( CRD) with the factorial analysis. First factor is type bokashi: stubble, rice husk, and weeds, and second factor is percentage bokashi: 20 %; 40 %; and 60 %. Parameter perceived is heigh , diameter, and leaf number. Result of research that the best type bokashi is bokashi rise husk, then weeds and stubble and the efficient to used as media is 40% bokashi. Treatment interaction giving result of optimal growth use 40% bokashi rice husk, that is yield the heigh growth 45,16 cm, diameter 5,40 mm, and leaf number 19 piece for gmelina seedling on three months age in the nursery. Key words : Stubble, rice husk, weeds, bokashi
14
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis material bokashi dan persentase bokashi yang terbaik sebagai campuran media untuk pertumbuhan bibit gmelina di persemaian. Penelitian dilaksanakan di persemaian PT. Inhutani I Gowa, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Penelitian ini menggunakan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan analisis faktorial. Faktor pertama adalah jenis material bokashi: jerami; sekam; kirinyu; dan faktor kedua adalah persentase bokashi: 20 %; 40 %; dan 60 %. Parameter yang diamati adalah tinggi bibit tanaman, diameter batang, dan jumlah daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis material bokashi yang terbaik adalah bokashi sekam, disusul bokashi kirinyu dan jerami. Persentase bokashi yang lebih efisien digunakan sebagai media pembibitan gmelina adalah 40% bokashi. Interaksi perlakuan yang memberikan hasil pertumbuhan yang optimal adalah penggunaan 40% bokashi sekam, yaitu menghasilkan pertumbuhan tinggi 45,16 cm, diameter 5,40 mm, dan jumlah daun sebanyak 19 helai, pada bibit gmelina umur tiga bulan di persemaian. Kata kunci : Jerami, sekam, kirinyu, bokashi
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
15
Supangat, Agung B. dan Paimin KAJIAN PERAN WADUK SEBAGAI PENGENDALI KUALITAS AIR SECARA ALAMI (Study on The Role of
Reservoirs as Naturally Water Quality Controller)
Jurnal Geografi Universitas Muhamadiyah Surakarta, Vol.: 21, No. 2, Desember 2007
ABSTRACT In Indonesia it was identified that there were much of polluted stream flow which cause improper consumed water. One of the rivers which has low of water qualities is Citarum River, West Java. However, along the Citarum river, there were built three reservoir dams (Saguling, Cirata and Jatiluhur) that can control the condition of river water regime. Research was conducted in Citarum watershed to determine the role of those reservoirs on water quality control. Seven stations along the river were selected as observation posts of water samples. Based on the observation results it was indicated that water pollutants within Citarum river was very high. However, those pollutants could be purified or reduced by those reservoirs, hence water discharge from the reservoirs has better quality. In the future, deposition of those pollutants within the dam may has negative environment impact. Therefore, to sustain that function of the dam, comprehensive efforts on reducing pollutants from the catchment area is urgently required. Key words: Citarum River, River Water Quality, Pollutant, Reservoir Roles
16
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
ABSTRAK Di Indonesia telah teridentifikasi banyaknya bahan pencemar yang terkandung dalam aliran air sungai sehingga tidak layak untuk dikonsumsi lagi. Sungai Citarum yang menjadi urat nadi pertanian di beberapa kabupaten di Jawa Barat kondisinya cukup memprihatinkan, karena rendahnya kualitas airnya. Namun, di sepanjang aliran sungai Citarum telah dibangun tiga waduk (Saguling, Cirata, dan Jatiluhur) yang dapat berperan dalam mengendalikan kondisi tata air sungai. Untuk mengetahui fungsi waduk sebagai pengendali kualitas air dilakukan penelitian dengan melakukan pemantauan kualitas air pada tujuh titik di sepanjang sungai Citarum dari hulu sampai hilir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasokan bahan polutan ke sungai Citarum dari hulu sampai hilir cukup tinggi sehingga melampaui ambang baku mutu yang telah ditetapkan. Tetapi tiga waduk yang dibangun di sepanjang aliran sungai Citarum mampu mengendalikan kualitas air sungai Citarum sehingga kandungan bahan polutan yang keluar dari waduk mengalami penurunan. Adanya deposisi bahan polutan di dalam waduk perlu diwaspadai kemungkinan di masa mendatang terjadi dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Untuk mempertahankan dan meningkatkan fungsi waduk secara berkelanjutan disarankan upaya pengendalian limbah secara komprehensif dari seluruh sumber bahan pencemar di daerah tangkapan air Citarum. Kata kunci : Sungai Citarum, Kualitas Air Sungai, Polutan, Peran Waduk
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
17
18
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
2008
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
19
20
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Junaedi, Ahmad KONTRIBUSI HUTAN SEBAGAI ROSOT KARBONDIOKSIDA (CONTRIBUTION OF FOREST AS
CARBONDIOXIDE SINK)
Info Hutan Vol.V, No.1, Tahun 2008 ; Halaman 1-7 ABSTRAK Karbondioksida (CO2) dianggap sebagai gas rumah kaca (GRK) utama karena memiliki laju pertambahan emisi yang tinggi, waktu tinggal di atmosfer yang lama, dan tingginya emisi yang berasal dari sektor industri. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan pada beberapa jenis hutan tanaman, hutan berperan menyerap CO2 dalam jumlah yang besar. Potensi CO2 yang mampu diserap oleh hutan tanaman dari jenis Eucalyptus grandis, Acacia mangium, meranti, dan jati berturut-turut adalah 31,948 ton/CO2/ha; 30,100 ton/CO2/ha; 18,640 ton/CO2/ha; dan 5,800 ton/CO2/ha. Dengan peran tersebut, adanya kondisi hutan yang terjaga akan mampu menjaga konsentrasi CO2 di atmosfer tetap stabil. Hal ini berarti pula beberapa bencana alm yang sering dihubungkan dengan fenomena gas rumah kaca dan perubahan iklim global akan dapat dicegah. Kata Kunci : Gas Rumah Kaca (GRK), karbondioksida (CO2), emisi, fotosintesis
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
21
Junaedi, Ahmad ; Suhartati & Agus Winarsih BEBERAPA JENIS POHON ALTERNATIF UNTUK DIKEMBANGKAN DI LAHAN GAMBUT HTI-PULP Prosiding Workshop Sintesa Hasil Litbang Hutan Tanaman tanggal 19 Desember 2008 di Bogor ABSTRAK Pencarian jenis pohon alternatif merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk menghadapi dan mengantisipasi permasalahan menurunnya performa A. crassicarpa di lahan gambut hutan tanaman industri pulp (HTI-pulp). Berdasarkan kepada sifat pertumbuhan dan kayunya beberapa jenis pohon dapat dijadikan alternative untuk dikembangkan di lahan gambut HTI-pulp. Jenis-jenis pohon tersebut adalah geronggang (Cratoxylon arborescens), mahang putih (Macaranga hypoleuca), terentang (Campnosperma auriculata), sesendok (Endospermum malaccense), Perupuk (Lophopetalum javanicum) dan pulai rawa (Alstonia pneumatophora). Untuk sampai pada tahap pengembangan, kajian silvikultur jenis-jenis tersebut perlu terlebih dahulu dilakukan. Kata kunci : pohon alternatif, pulp, silvikultur, pengembangan
22
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Pribadi, Avry BEBERAPA JENIS HAMA POTENSIAL YANG MENYERANG TANAMAN Acacia spp. Prosiding Workshop Sintesa Hasil Litbang Hutan Tanaman tanggal 19 Desember 2008 di Bogor ; Halaman 339-350 ABSTRAK Masalah kerusakan hutan Acacia spp. (A.mangium, A. crassicarpa, dan A. auriculiformis) akibat serangan hama saat ini merupakan salah satu factor pembatas dalam pengembangan hutan tanaman. Hal ini terjadi karena perubahan ekosistem hutan alam yang kompleks menjadi ekosistem hutan tanman yang sederhana (monokultur). Hama Acacia spp. Terdiri dari berbagai jenis binatang antara lain serangga, burung dan mamalia. Selain merupakan kelompok yang dominant, serangga juga mempunyai kemampuan yang tinggi untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan mempunyai kemampuan berkembang biak yang tinggi sehingga populasinya cepat meningkat. Untuk mengambil tindakan pengendalian hama secara tepat efektif dan efisien diperlukan pengetahuan tentang jenis hama dan ekobiologinya. Kata kunci : hama, Acacia spp, hutan tanaman
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
23
Rahmayanti, Syofia BINUANG (Octomeles sumatrana Miq.) SEBAGAI JENIS ALTERNATIF TANAMAN PENGHASIL PULP (Binuang (Octomeles sumatrana Miq.) as an Alternative Tree Species for Pulp) Mitra Hutan Tanaman Vol. 3 No. 2., Juli 2008
SUMMARY Binuang( Octomeles sumatrana Miq.) constituting Indonesian original tree one is being developed as one of alternative type for producer plant forest fiber who can be bred vegetatively via stek sprout. Raw material that have tall specific gravity (specific gravity>0,70) in a general way need stricter brew condition as compared to wood that have low specific gravity (specific gravity <0,49) or medium (specific gravity 0,50 – 0,70). Binuang has low specific gravity (0,33), elongated fiber, thin walled fiber with broad lumen, containing cellulose (49,1%) and pentosan (14 24%) one that tall, meanwhile lignin's content (23 - 32%), ekstraktif (0%) and low ash (1,1 - 1,5%). Binuang's thus comprises on first quality class (I) bases wood chemical component its for pulp's raw material paper and with low specific gravity binuang needs easier brew condition for it’s pulp makings. Base on it therefore binuang accomplish quality criterion a timbered type would be convenient as pulp's raw material to paper. RINGKASAN Binuang (Octomeles sumatrana Miq.) merupakan pohon asli Indonesia yang sedang dikembangkan sebagai salah satu jenis alternatif untuk hutan tanaman penghasil serat yang 24
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
dapat dibiakkan secara vegetatif melalui stek pucuk. Bahan baku yang mempunyai berat jenis tinggi (berat jenis>0,70) pada umumnya membutuhkan kondisi pemasakan yang lebih keras dibandingkan dengan kayu yang mempunyai berat jenis rendah (berat jenis <0,49) atau sedang (berat jenis 0,50-0,70). Binuang mempunyai berat jenis rendah (0,33), serat panjang, serat berdinding tipis dengan lumen lebar, mengandung selulosa (49,1%) dan pentosan (1424%) yang tinggi, sedangkan kandungan lignin (23-32%), ekstraktif (0%) dan abu rendah (1,1-1,5%). Dengan demikian binuang termasuk pada kelas kualitas I berdasarkan komponen kimia kayunya untuk bahan baku pulp kertas dan dengan berat jenis yang rendah binuang membutuhkan kondisi pemasakan yang lebih mudah untuk pembuatan pulpnya. Berdasarkan hal ini maka binuang memenuhi kriteria kualitas suatu jenis kayu yang cocok sebagai bahan baku pulp untuk kertas. Kata
kunci
:
Binuang, jenis pohon alternatif, penghasil serat, penghasil pulp, pulp dan kertas, kualitas jenis
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
25
Rahmayanti, Syofia PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH PEMELIHARAAN ULAT SUTERA TERHADAP PRODUKSI DAUN MURBEI (Effect of Silkworm Farming Waste Application on Mulberry Leaf Production) Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam ; Vol. V No. 5, Tahun 2008 ; Halaman 451-459 ABSTRAK Penelitian dilakukan di Desa Parit, Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat pada bulan Juni 2005 hingga Februari 2006. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh pemberian pupuk organik limbah pemeliharaan ulat dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap produksi daun murbei. Pola yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan yaitu : pemberian pupuk organik limbah pemeliharaan ulat 1 kg/tanaman, 2 kg/tanaman, 1 kg pupuk organik + 20 g pupuk kimia/tanaman, 2 kg pupuk organik + 20 g pupuk kimia/tanaman, 20 g pupuk kimia/tanaman dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk limbah pakan ulat pada tanaman murbei tidak berbeda nyata di antara perlakuan yang diberikan terhadap jumlah daun, tetapi berbeda nyata terhadap tinggi, jumlah cabang dan berat daun. Pemberian pupuk limbah pemeliharaan ulat sutera 1 kg/tanaman + 20 g campuran urea, TSP, KCl memberikan hasil terbaik untuk tinggi dan berat daun, masing-masing adalah 209,12 cm dan 1.926,25 g. Kata kunci : Limbah pemeliharaan ulat sutera, murbei 26
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Rochmayanto, Yanto dan Ahmad Junaedi TEKNIK SILVIKULTUR KHUSUS UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS Prosiding Workshop Sintesa Hasil Litbang Hutan Tanaman tanggal 19 Desember 2008 di Bogor ABSTRAK Dalam rangka memperoleh dan mengembangkan jenis-jenis alternatif untuk menunjang kegiatan pembangunan HTI Pulp serta meningkatkan produktivitas tanaman, maka kegiatan inventarisasi sebaran dan persyaratan tempat tumbuh serta penerapan teknik silvikultur yang tepat sangat diperlukan. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan penelitian di lapang dengan menggunakan berbagai jarak tanam dan sistem pemulsaan tanah. Kegiatan pemeliharaan dilakukan berupa penyiangan, pemeliharaan dari hama dan penyakit, dan pemupukan (Urea, NPK dan pupuk organik). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tanaman jabon (Anthocephalus cadamba) yang ditanam di lapangan dengan menggunakan jarak tanam 2 x 3 m berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 12 (bulan setelah tanam). Sedangkan pemberian mulsa pada saat penanaman ternyata tidak memberikan pengaruh yang efektif terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Kata Kunci : Teknik Silvikultur Khusus, peningkatan produktivitas tanaman, Jabon, jarak tanam, mulsa, tinggi tanaman
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
27
Rochmayanto, Yanto ASPEK EKONOMI SISTEM KOFFCO MENUJU ALIH TEKNOLOGI KE SEKTOR SWASTA KEHUTANAN (Economic
Aspect of Koffco system for Supporting Tranfer of Technology to Forestry Private Sector)
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam : Vol.V No.3, Tahun 2008 ; Halaman 277-287 ABSTRAK Kajian aspek ekonomi sistem Koffco relevan untuk mendukung alih teknologi perbanyakan massal ke pengguna lembaga penyedia bibit komersial.Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang besarnya harga jual bibit sistem Koffco yang tepat dan mengetahui status kelayakan investasi sistem Koffco sebagai unit usaha pembibitan. Analisis data untuk penetapan harga jual menggunakan metode mark up pricing on cost dan target pricing, sedangkan perhitungan kelayakan ekonomi menggunakan NPV, BCR, IRR, BEP, dan Pay Back Period. Hasil kajian menunjukkan harga jual bibit produksi sistem Koffco dapat dibentuk pada harga Rp. 2.500,- per batang agar memiliki resiliensi tinggi. Pada harga jual Rp. 2.500,- per batang, sistem Koffco layak digunakan untuk pengusahaan pembibitan dalam kapasitas produksi 33.750 batang/ tahun, dengan NPV sebesar Rp. 27.058.705,- dan BCR sebesar 1,10 serta masa pengembalian investasi akan diperoleh selama 1,23 tahun. Sistem Koffco cocok diterapkan untuk usaha pembibitan jenisjenis yang sulit perbanyakan generatifnya dan ditujukan secara khusus untuk penyediaan bibit unggul.
Kata kunci : Sistem Kofco, harga jual, kelayakan ekonomi, unit usaha pembibitan
28
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Ruby, Kamindar KESESUAIAN TEMPAT TUMBUH BEBERAPA JENIS TANAMAN HUTAN PADA LAHAN BERGAMBUT TERBUKA DI KEBUN PERCOBAAN LUBUK SAKAT, RIAU (The Compatibility of Site Index of Several
Tree Species Forest at The Open Peat land To Experimented Plots on Lubuk Sakat, Riau) Info hutan : Vol.V, No. 2, Tahun 2008 ; Halaman 135-140
ABSTRAK Kesesuaian tapak suatu jenis tanaman pada lahan gambut terbuka dipengaruhi banyak faktor, salah satu faktor adalah kesuburan tanah. Penelitian ini tujuan adalah untuk mengetahui indeks kesesuaian pertumbuhan beberapa jenis cepat tumbuh seperti Alstonia sp., Calamus sp., dan jenis lambat tumbuh seperti Gonystylus sp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persen tumbuh jenis Calamus sp dan Alstonia sp. satu tahun setelah penanaman masing-masing adalah 85 persen dan 80 persen, sedangkan untuk Gonystylus sp. hanya 44 persen. Pertumbuhan tinggi rata-rata untuk dua jenis pertama adalah 180 cm (Calamus sp.), dan 175 m (Alstonia sp.), sedangkan Gonystylus sp. hanya mencapai 46 cm. Dari ketiga jenis ini, dua jenis yaitu Calamus sp dan Alstonia sp. mempunyai kesesuaian tapak yang lebih baik pada lahan gambut terbuka dibandingkan dengan jenis Gonystylus sp. Kata kunci : Kesesuaian, jenis pohon, indeks tapak
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
29
Sudarmalik ANALISIS EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HTI PULP PADA BERBAGAI ROTASI TEBANG Prosiding Workshop Sintesa Hasil Litbang Hutan Tanaman tanggal 19 Desember 2008 di Bogor ABSTRAK Makin terbatasnya kemampuan hutan alam menyediakan bahan baku kayu bagi industri dan lambatnya perkembangan pembangunan hutan tanaman industri (HTI) telah mendorong pemerintah mengeluarkan kebijakan peningkatan percepatan pembangunan HTI pulp. Salah satu jenis tanaman yang memiliki prospek cukup baik adalah Acacia crassicarpa yang berdaur pendek, produktivitasnya cukup besar dan cocok dikembangkan dalam pembangunan HTI. Namun demikian, karakteristik ekonomi jenis ini perlu diketahui mengingat terdapat perbedaan tingkat kesuburan lahan pada berbagai rotasi tebang yang menyebabkan perbedaan biaya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan dan daur ekonomi jenis Acacia crassicarpa pada berbagai rotasi tebang, dan kendala lapangan program Corporate Social Responsibility oleh perusahaan yang melakukan pembangunan HTI pulp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa HTI Acacia crassicarpa layak dilaksanakan baik pada rotasi pertama dan kedua tetapi memasuki rotasi kedua dan seterusnya terjadi penurunan tingkat kelayakan. Penurunan tingkat kelayakan tersebut diikuti dengan penurunan daur ekonomis HTI Acacia crassicarpa. Kata Kunci : kelayakan, daur ekonomis, HTI, Corporate Social Responsibility
30
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Suhartati3), Syofia Rahmayanti3), Yanto Rohmayanto3), Sudarmalik3), Rahayu Supriadi3), Yuslinda Adhariyanti3), Ahmad Junaedi3) dan Kamindar Ruby3) Nina Mindawati1), Rina Bogidarmanti1), Achmad Syaffari Kosasih1), Aris Sudomo2), SILVIKULTUR HUTAN TANAMAN KAYU PULP (Forest Sylviculture of Tree Species for Pulp) Prosiding Workshop Sintesa Hasil Litbang Hutan Tanaman, 19 Desember 2008 RINGKASAN Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) kayu serat atau HTI Pulp memegang peran yang strategis dalam menunjang pengembangan industri pulp dan kertas, karena besarnya ketergantungan industri ini pada kayu. Saat ini bahan baku utama pembuatan pulp dan kertas berasal dari kayu, karena kayu mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan bahan pulp lainnya, yaitu memiliki rendemen yang tinggi, kandungan lignin yang rendah serta kekuatan pulp dan kertas yang tinggi. Beberapa jenis kayu yang saat ini digunakan sebagai sumber bahan baku pulp yaitu Acacia spp., Eucalyptus spp., Gmelina arborea, dan Pinus merkusii. Beberapa permasalahan yang dihadapi para pengelola HTI adalah rendahnya produktivitas, daur tanaman yang masih panjang, serangan penyakit yang sangat serius dan penurunan kualitas tempat tumbuh pada rotasi berikutnya. Disamping itu, beberapa jenis telah beralih fungsi menjadi kayu pertukangan, sehingga dikhawatirkan terjadinya kekurangan pasokan bahan baku bagi industri pulp karena kompetisi kepentingan. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu dicari jenis-jenis alternative yang dapat dikembangkan Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
31
sebagai bahan baku pulp dan telah dikuasai teknik silvikulturnya. Beberapa kegiatan penelitian yang dilakukan untuk melengkapi informasi dasar mengenai jenis-jenis alternative tersebut antara lain: inventarisasi sebaran dan potensi jenis-jenis alternatif, teknik silvikultur (pembibitan, penanaman dan pemeliharaan), teknik silvikultur khusus untuk manipulasi lingkungan, teknik silvikultur pada rotasi II, pembangunan demplot jenis-jenis alternatif dan kajian ekonomi dan finansial pembangunan HTI Pulp. Beberapa jenis alternative yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku pulp antara lain benuang bini (Octomeles sumatrana), mahang (Macaranga sp.), tisuk (Hibiscus macrophyllus), manglid (Manglieta glauca), jabon (Anthocephalus cadamba), mindi (Melia azedarach), alnus (Alnus nepalensis). Kata kunci : Jenis-jenis alternatif penghasil pulp, Hutan Tanaman Industri (HTI), teknik silvikultur
32
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Suhartati APLIKASI INOKULUM EM-4 DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) (Application
of EM-4 Inoculum and Its Effects on Growth of Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)) Jurnal Penelitian Huatan danKonservasi Alam : Vol. V No. 1, tahun 2008 ; Halaman 55-65
ABSTRAK Media pembibitan yang diaplikasikan dengan inokulum mikroba diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang lama fermentasi inokulum EM-4 yang terbaik untuk pertumbuhan bibit tanaman sengon di persemaian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-September 2006, di lokasi persemaian Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Makassar, Sulawesi Selatan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan lima perlakuan lama waktu fermentasi yaitu : F0 = tanpa fermentasi (kontrol); F1 = fermentasi selama 3 hari; F2 = fermentasi selama 6 hari; F3 = fermentasi selama 9 hari; F4 = fermentasi selama 12 hari. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan bibit tanaman, meliputi tinggi, diameter batang, dan jumlah daun. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa aplikasi EM-4 dapat meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman sengon di persemaian. Perlakuan yang menghasilkan pertumbuhan optimal adalah media pembibitan yang difermentasi selama 6 hari. Pertumbuhan dari semua perlakuan meningkat sampai periode kedua, namun periode berikutnya media Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
33
yang tidak difermentasi menunjukkan pertumbuhan yang agak lambat dibanding dengan media yang difermentasi. Kata kunci : Inokulum, mikroba, EM-4, fermentasi inokulum, microbe, EM-4,
fermentation
34
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Supangat, Agung B. PENGARUH BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI KAWASAN HUTAN PINUS DI GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH (The Effects of Land Uses on River Water
Quality in Pine Forest Area in Gombong, Kebumen, Central Java) Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol. V No. 3, Tahun 2008 ; Halaman 267-276
ABSTRACT One causes of the clean water scarcity problem in Indonesia is the poor quality of the available water. Many of the stream flows have been appallingly polluted and could not be consumed properly. Some of the stream flows from forest areas also show indication that they have been contaminated by pollutant substances. River water quality is closely related to the types of land uses. Research conducted in pine forest area in Gombong was aimed at determining the effects of land uses on river water quality. Thirteen stations along the Kemit River were selected as observation points of water samples. Based on the observation, the results indicated that in general, river water quality within pine forest area in Gombong had good quality and can be used for washing and bathing , whereas, lower stream had poor quality. The quality of river water decreased along with the increasing of the number and types of land uses within catchment area. The poor quality of the water mainly was affected by land uses, such as settlement, rice field, and agricultural land. Deposition of those pollutants from human activities such as pesticides Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
35
and domestic wastes within the river may have negative impacts to the environment. Therefore, to sustain and maintain the water quality of the river, comprehensive efforts on reducing pollutants from the catchment area are urgently required. They are such as the reforestation around the settlements, improving the recharge area of agricultural wastes and controlling the domestic pollutants. Key words : River water quality, pine forest area, land uses, pollutants ABSTRAK Permasalahan kelangkaan air bersih di Indonesia, salah satunya disebabkan oleh rendahnya kualitas air yang tersedia. Banyak aliran sungai yang telah tercemar dan tidak layak lagi dikonsumsi untuk berbagai kebutuhan, bahkan air sungai dari dalam kawasan hutan pun disinyalir telah banyak terkontaminasi zat pencemar. Kondisi kualitas air sungai yang berasal dari kawasan hutan sangat erat kaitannya dengan kondisi penggunaan lahan yang ada serta pengaruhnya terhadap kualitas air sungai. Penelitian yang dilakukan di kawasan hutan Pinus merkusii Jungh. et de Vriese di Gombong, Kebumen, Jawa Tengah, bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh berbagai penggunaan lahan terhadap kondisi kualitas air sungai di kawasan hutan pinus. Pengambilan contoh kualitas air dilakukan di 13 titik (stasiun) di sepanjang aliran Sungai Kemit. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kualitas air pada musim kemarau di kawasan hutan pinus Gombong secara umum dalam kategori baik dan layak digunakan untuk kebutuhan mandi dan mencuci, tetapi tidak untuk air minum secara langsung. Semakin kecil tutupan hutan dalam sub DAS serta semakin beragamnya jenis penggunaan 36
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
lahan dalam sub DAS menyebabkan kondisi kualitas air sungai yang semakin buruk, terutama akibat adanya aktivitas pertanian dan pemukiman. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas air sungai secara berkelanjutan disarankan upaya penghijauan terutama di sekitar pemukiman, pengaturan resapan air bekas limbah di areal pertanian serta pengendalian limbah rumah tangga secara komprehensif dari seluruh sumber bahan pencemar di sekitar daerah aliran sungai. Kata kunci
: Kualitas air sungai, kawasan hutan pinus, penggunaan lahan, polutan
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
37
Supangat, Agung B. dan Sukresno PENERAPAN MODEL ANSWERS UNTUK PENDUGAAN LIMPASAN DAN HASIL SEDIMEN PADA SUB DAS KAWASAN HUTAN PINUS DI GOMBONG, JAWA TENGAH: STUDI PENDAHULUAN (The Application of
ANSWERS Model to Predict Sediment Yield and Runoff at Pine Forest Sub Watershed in Gombong, Central Java: The Preliminary Study) Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol. V No.5, Tahun 2008 ; halaman 409-422
ABSTRACT Watershed management planning in Indonesia currently uses USLE (Universal Soil Loss Equation) as the assessment approach. The weakness of USLE model is only used to predict soil erosion. The model does not consider hydrological condition of watershed. Areal Nonpoint Source Watershed Environment Response Simulation (ANSWERS) is another model which can eliminate the weakness of USLE . The main objective of the study is to test the ANSWERS model to predict sediment yield and runoff at Pine forest sub watershed. This research was conducted at Watujali and Silengkong Sub Watersheds in 2003, in Gombong District, Perum Perhutani. These sub watersheds were covered by Pine forest. The t-test results showed that there were no significant differences between the direct runoff actual (Q-act) and predicted (Q-prd). However, they had considerable different values. In Watujali Sub watershed, Qprd was 576.0 mm; Q-act was 494.5 mm; Soil erosion prediction (E-prd) was 1.21 ton/ha; and Soil erosion actual (E-act) was 2.95 ton/ha. In Silengkong Sub Watershed, Qprd was 938.4 mm; Q-act was 845.4 mm; the predicted soil 38
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
erosion was 10.12 ton/ha; and actual soil erosion was 6.09 ton/ha. The result indicates that the ANSWER model is not yet applicable for watershed management planning simulation. Before using the simulation of this model, it is suggested to add more paired data of rainfall event and stream flow. Afterwards, this model could be performed for a second time. Due to high rainfall distribution in the research area, it is essential to add more rain gauge stations in order to increase rainfall data accuracy. Finally, this result is still a preliminary study for further implementation and simulation of the model. Keywords:
ANSWERS model, Pine Forest, Sediment Yield, Direct Runoff, Watershed Management
ABSTRAK Perencanaan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) di Indonesia saat ini masih menggunakan pendekatan model USLE (Universal Soil Loss Equation) dalam penilaian kekritisan lahan. Kelemahan model ini adalah hanya mampu memperkirakan besaran erosi, dan kurang memperhitungkan kondisi hidrologis secara detail. Oleh karenanya, diperlukan jenis model hidrologi lain yang dapat diterapkan secara lebih tepat dan akurat untuk menutupi kelemahan model yang ada, seperti model ANSWERS (Areal
Nonpoint Source Watershed Environment Response Simulation). Penelitian ini bertujuan untuk menguji model ANSWERS untuk menduga erosi dan limpasan permukaan di subDAS kawasan hutan pinus. Penelitian dilakukan di Sub DAS Watujali dan Silengkong, di Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen. Hasil t-test menunjukkan bahwa limpasan langsung aktual (Q-act) dan prediksi (Q-prd) tidak Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
39
berbeda nyata, namun memiliki selisih yang cukup besar. Sub DAS Watujali menunjukkan besarnya nilai Q-prd 576,0 mm; Q-act 494,5 mm; Besarnya erosi tanah perkiraan (Eprd) 1,21 ton/ha; dan erosi tanah aktual (E-act) 2,95 ton/ha. Di Sub DAS Silengkong menunjukkan besarnya Qprd 938,4 mm; Q-act 845,4 mm; erosi tanah prediksi 10,12 ton/ha; erosi tanah actual sebesar 6,09 ton/ha. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa model ANSWERS belum dapat memberikan informasi yang akurat dalam perencanaan pengelolaan DAS. Sebelum dilakukan simulasi, disarankan adanya penambahan pasangan data kejadian hujan dan aliran untuk menjalankan model, sehingga hasil kalibrasi dan verifikasi model lebih sempurna. Dalam rangka mengeliminasi pengaruh distribusi curah hujan, disarankan untuk menambah stasiun curah hujan sehingga dapat meningkatkan akurasi data. Sebagai penutup, studi ini baru merupakan studi awal dalam rangka implementasi model ANSWERS untuk simulasi perencanaan pengelolaan DAS. Kata Kunci: Model ANSWERS, Hutan Pinus, Hasil Sedimen, Aliran Permukaan, Pengelolaan DAS
40
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
2009
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
41
42
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Aprianis, Yeni dan Syofia Rahmayanti DIMENSI SERAT DAN NILAI TURUNANNYA DARI TUJUH JENIS KAYU ASAL PROPINSI JAMBI (Fiber
Dimension and Their Derived Values of Seven Wood Species from Jambi Province) Jurnal Penelitian Hasil Hutan (Journal of Forest Products Research) Vol. 27 No.1, Maret 2009 ; Halaman 11-20
ABSTRACT This experiment looked into fiber dimensions and their derived values of seven particular Indonesian wood species in their possible uses as alternative woods for pulp and paper industry. Fiber dimensions as observed through maceration on wood sample of those species covered fiber length, fiber diameter, lumen diameter and fiber-wall thickness. Meanwhile, their derived values as scrutinized were Runkell ratio, Muhlsteph ratio, felting power, rigidity coefficient, and flexibility ratio. Those seven wood species were brought in from Pelepat village, Muaro Bungo District, Jambi Province. The resulting data of fiber dimensions and their derived values were compared with the criteria standard. It revealed that fiber dimensions and their derived values of those seven species could meet the criteria of fiber characteristics for pulp/ paper with fiber quality classes I and II. Class I covered wood species of Octomeles sumatrana, Macaranga hypoleuca and M.pruinosa. Meanwhile, the species that belonged to class II were M.gigantea, M.tanarius, M.conifera and Anthocephalus cadamba.
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
43
Keywords : Seven Indonesian wood species, Jambi Province, fiber dimensions and their derived values, fiber quality, pulp and paper ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mencermati dimensi serat dan turunannya dari tujuh jenis kayu Indonesia dihubungkan dengan kemungkinan penggunaannya sebagai kayu alternatif untuk industri pulp dan kertas. Dimensi serat diamati melalui maserasi pada sampel kayu jenis-jenis tersebut yang meliputi panjang serat, diameter serat, diameter lumen dan tebal dinding sel. Sementara itu, nilai turunannya yang diteliti adalah bilangan Runkell, perbandingan Muhlsteph, daya tenun, koefisien kekakuan dan perbandingan fleksibilitas. Ketujuh jenis kayu diambil dari Desa Baru Pelepat, Kabupaten Muaro Bungo, Propinsi Jambi. Data hasil pengamatan dimensi serat dan nilai turunannya dibandingkan dengan standar kriteria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai dimensi serat dan nilai turunannya dari ketujuh jenis kayu alternatif tersebut memenuhi kriteria karakteristik serat untuk pulp/ kertas dengan kelas kualitas serat I dan II. Kelas kualitas serat I diperoleh jenis Octomeles sumatrana, Macaranga hypoleuca dan M. pruinosa. Sementara itu, jenis yang termasuk kelas II adalah M. gigantea, M. tanarius, M. conifera dan Anthocephalus cadamba. Kata kunci : Tujuh jenis kayu Indonesia, Propinsi Jambi, dimensi serat dan turunannya, kualitas serat, pulp dan kertas
44
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Aprianis, Yeni ; Agung B. Supangat ; Afriko Don Barata dan Eko Sutrisno POTENSI, PRODUKTIVITAS DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH A.Crassicarpa DI LAHAN GAMBUT Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian BPHPS Kuok tanggal 15 Juni 2009 di Hotel Grand Zuri, Pekanbaru ABSTRAK Dinamika hara dalam pengusahaan Hutan Tanaman Industri menyebabkan adanya kehilangan unsur-unsur hara karena pengkonversian hutan alam menjadi hutan tanaman. Untuk mempertahankan kesuburan tanah perlu adanya penambahan hara ke tanah salah satunya adalah melalui dekomposisi serasah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi, produktivitas, laju dekomposisi serasah dan kandungan hara serasah di bawah tegakan A. crassicarpa pada rotasi ke-2 umur 1 dan 2 tahun di PT. Arara Abadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi serasah 17,40 ton/ ha umur 1 tahun, 15,74 ton/ ha umur 2 tahun, produktivitas serasah untuk umur 1 tahun sebesar 7,28 ton/ ha dan umur 2 tahun sebesar 5,84 ton/ ha dengan laju dekomposisi 0,283%/ hari dan 0,267%/ hari umur 2 tahun. Kata kunci : hara, kesuburan tanah, dekomposisi, serasah, lahan gambut, A. crassicarpa, rotasi, potensi, produktivitas
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
45
Aprianis, Yeni dan Agung B. Supangat KETERSEDIAAN UNSUR HARA PADA BAGIAN TEGAKAN Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian BPHPS Kuok tanggal 15 Juni 2009 di Hotel Grand Zuri, Pekanbaru ABSTRAK Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan kandungan hara dalam tanah, sehingga hara yang masuk ke dalam tanaman baik secara aktif maupun pasif dari suatu proses siklus hara menjadi sangat penting. Makalah ini menyajikan siklus hara dalam pengertian sederhana (input-output hara) untuk mengetahui berapa hara yang disumbangkan pada lahan dan berapa yang akan dikeluarkan dari lahan. Dari hasil pertelaan input-output, terlihat bahwa unsur hara N mengalami defisit paling besar, diikuti unsur K, Mg, Fe, P dan Ca yang paling kecil. Hal tersebut terjadi hampir sama antara tanaman A.crassicarpa umur 1 dan 2 tahun Kata Kunci : Ketersediaan unsur hara, tegakan, siklus hara, defisit, pertumbuhan tanaman, input-output hara, unsur hara N
46
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Aprianis, Yeni dan Agung B. Supangat STATUS KESUBURAN TANAH GAMBUT PADA LAHAN HUTAN TANAMAN Acacia crassicarpa: Studi Kasus di
HPHTI PT. Arara Abadi, Riau
Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian BPHPS Kuok tanggal 15 Juni 2009 di Hotel Grand Zuri, Pekanbaru ABSTRAK Salah satu dampak dari kegiatan pembangunan hutan tanaman dalam skala luas adalah adanya isu lingkungan terkait kesuburan tanah yang berkurang akibat penanaman jenis-jenis cepat tumbuh (fast growing species) di lahan marjinal. Pemiskinan hara dikhawatirkan akan semakin besar pada saat tanaman memasuki rotasi kedua dan seterusnya. Penelitian dilakukan di lahan gambut pada jenis A.crassicarpa umur 1 dan 2 tahun pada rotasi kedua, melalui analisis sifat fisik dan kimia tanah. Hasilnya menunjukkan bahwa jenis tanah gambut di lokasi penelitian adalah jenis gambut ombrogen dengan kedalaman lebih dari 2 m. Sifat tanah gambut oligotropik, dengan tingkat kesuburan tanah rendah sampai sedang. Pemupukan yang tepat serta penambahan amelioran berimbang diharapkan dapat meningkatkan kesuburan tanah gambut. Kata kunci : kesuburan tanah, lahan gambut, rotasi kedua, pemiskinan hara, ombrogen, oligotropik, amelioran, lahan marjinal,
A.crassicarpa
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
47
Donie, Syahrul MASYARAKAT YANG TINGGAL DI DAERAH RAWAN LONGSOR: INTERPRETASI DAN STRATEGI ADAPTASI (Studi Kasus: Desa Purwoharjo, Kec. Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo) (People who live on the land
slide area: interpretation and adaptation strategy ( A Case Study: Purwoharjo Village, Samigaluh Sub District, Kulonprogo District)
Info Sosial dan Ekonomi kehutanan : Vol.9 No.2 Juni, Tahun 2009 ; Halaman 71-83 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi bagaimana interpretasi masyarakat yang tinggal di daerah rawan longsor terhadap bencana longsor dan tempat tinggal mereka, sekaligus ingin mengetahui bagaimana strategi adaptasi mereka untuk tetap bertahan tinggal di tempat tersebut. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan mewawancarai sebanyak 35 orang responden representatif dan mewakili berbagai kategori umur dan kelamin. Data diolah, dideskripsikan sesuai dengan kategori dan dianalisis dengan menggunakan teori tindakan dan simbolik serta bukti-bukti dan simbol-simbol yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan interpretasi dari berbagai kategori umur dan kelamin, baik terhadap tanah longsor maupun terhadap tempat tinggal. Kaum tua menginterpretasikan kejadian tanah longsor sebagai suatu hal biasa-biasa saja bahkan menganggap kejadian tersebut sebagai takdir Yang Maha Kuasa. Kaum dewasa menganggap kejadian tanah longsor merupakan akibat kesalahan manusia dalam memanfaatkan dan 48
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
mengolah lahan, termasuk melanggar larangan nenek moyang. Kaum muda, baik laki-laki maupun perempuan menginterpretasikan bahwa tanah longsor merupakan sesuatu yang menakutkan. Bagi kaum tua, tempat tinggal adalah sesuatu harta yang perlu diwariskan ke anak cucu, oleh karena itu perlu dipertahankan. Bagi kaum dewasa, tempat tinggal sulit dipisahkan dengan tempat mencari nafkah, sedangkan bagi kaum muda tempat tinggal adalah tempat hidup sementara, sekedar tempat berteduh dan siap pindah kapan saja. Ada empat strategi yang mereka lakukan sehingga dapat beradaptasi, pertama menjaga hubungan dengan alam sesuai dengan keyakinan mereka; kedua secara perorangan maupun berkelompok setiap memasuki musim hujan mereka melakukan perbaikan dan pembersihan saluran, menimbun tanah yang retak dan tidak melakukan penanaman tanaman semusim pada areal perbukitan; ketiga secara sosial kelembagaan mencoba membangun komunikasi dan saling mengingatkan diantara masyarakat; keempat melakukan mitigasi dengan menggunakan kepercayaan yang ada. Kata kunci : Interpretasi masyarakat; daerah rawan longsor; strategi adaptasi
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
49
Hidayat, Asep PRODUKTIVITAS KEBUN PANGKAS DIPTEROCARPACEAE SEBAGAI SUMBER BAHAN STEK (Productivity of Dipterocarpaceae Hedge Orchard As Cutting Material Resources) Info Hutan : Vol.VI, No.2, Tahun 2009; Halaman 167-175 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh periode dan umur pemanenan ortet di kebun pangkas terhadap jumlah tersedianya bahan stek dan kemampuan berakar sebagai indicator produktivitas kebun pangkas Shorea leprosula, Shorea selanica, dan Hopea odorata. Dalam peenlitian ini jenis pohon sumber stek dipangkas tiap 3-4 bulan. Bahan stek yang dihasilkan dari sistem tersebut diuji kemampuan berakarnya melalui sistem KOFFCO (Komatsu-Forda Fog Cooling System). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan panen pertama (P1), panen kedua (P2), panen ketiga (P3), dan panen keempat (P4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ortet maksimal menghasilkan bahan stek sebanyak enam buah. Kemampuan berakar S. leprosula dan S. selanica dipengaruhi oleh periode pemanenan dengan nilai < 40 persen. Kemampuan berakar H.odorata tidak dipengaruhi oleh periode pemanenan dengan nilai > 85 persen. Kemampuan hidup dengan cara menambahkan persentase berakar dan persentase berkalus secara keseluruhan bernilai di atas 65,72 persen. Kata
50
kunci
:
Produktivitas, kebun Dipterocarpaceae
pangkas,
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Junaedi, Ahmad MANFAAT INFORMASI NERACA AIR UNTUK MENDUKUNG SILVIKULTUR HUTAN TANAMAN
(Water Balnce Information to Silviculture of Plantation Forest)
Support
the
Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian BPHPS Kuok tanggal 15 Juni 2009 di Hotel Grand Zuri, Pekanbaru dan Tekno Hutan Tanaman : Vol.2 No.3 Desember 2009 ; Halaman 107-114 ABSTRAK Neraca air merupakan metode yang sering digunakan untuk mengetahui kuantitas dan waktu ketersediaan air yang mencukupi. Dalam Praktik silvikultur hutan tanaman informasi neraca air penting diantaranya untuk menentukan waktu tanam, penyulaman dan panen/ tebang. Berdasarkan hasil analisis neraca air umum, untuk tipe hutan ekuatorial di Perawang terdapat periode/ bulan dengan curah hujan/ surplus air yang tinggi yaitu bulan Maret (surplus 231 mm), September (194 mm) dan November (surplus 203 mm). Dengan kondisi ini, penebangan/ panen di awal bulan-bulan tersebut dan akhir pada satu bulan sebelumnya tidak disarankan untuk dilakukan. Kata kunci : Neraca air, surplus air, ketersediaan air, curah hujan, pemanenan, penebangan
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
51
Junaedi Ahmad, Ahmad Rojidin dan Eko Sutrisno PEMBUATAN ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA) DARI LIMBAH PENYULINGAN NILAM (Manufacturing
Bioactive Charcoal-Compost from Patchouli Distillation Wastes) Jurnal Penelitian Hasil Hutan (Journal of Forest Products Research) Vol. 27 No.2, Juni 2009 ; Halaman 106-114
ABSTRACT Several orgadec dosages have been examined in producing nilam bioactive charcoal compost and obtaining the best formula. The experiment was accomplished using a completely randomized design with three levels of orgadec as the treatments. The orgadec dosages consisted of 2,5 kg/ 100 kg (A1), 5 kg/ 100kg (A2) and 7,5 kg/ 100 kg of patchouli leaf waste (A3), respectively. Composting duration of each dosages far 33 days showed that there were no different yields among the treatments applied. The nutrition content of each treatment product met the requirement of the compost quality standard. Treatment A1 with lowest orgadec was considered the best composition with nutrition content of N=2,17%; P2O5 = 1,5%; K2O= 0,69%; CaO= 0,84% and C/N ratio = 9,4, respectively. Keywords : Orgadec, dosages, compost, nutrition content, patchouli ABSTRAK Uji coba beberapa dosis orgadec pada pembuatan arang kompos bioaktif (arkoba) nilam dilakukan untuk memperoleh dosis orgadec terbaik. Untuk proses pengomposan rancangan acak lengkap digunakan dalam 52
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
penelitian ini dengan menguji tiga dosis orgadec sebagai perlakuan dan diulang tiga kali. Adapun perlakuannya adalah A1 = dosis orgadec 2,5 kg, A2 = 5 kg dan A3 = 7,5 kg masing-masing untuk 100 kg bobot ampas penyulingan daun nilam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan lama waktu pengomposan akibat perbedaan dosis orgadec. Pada semua perlakuan waktu pengomposan berlangsung selama 33 hari. Untuk keperluan efisiensi bahan bioaktivator, perlakuan A1 merupakan dosis yang terbaik dengan kandungan unsur hara : N = 2,17%; P2O5 = 1,5%; K2O = 0,69%; CaO = 0,84% dan C/N ratio = 9,4. Kata
kunci
:
Orgadec, arkoba, kandungan hara
dosis,
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
nilam,
53
Junaedi, Ahmad dan Yanto Rochmayanto STUDI AWAL PERTUMBUHAN JABON (Anthocephalus cadamba Miq) DI HTI-PULP LAHAN MINERAL DAN GAMBUT Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian BPHPS Kuok tanggal 15 Juni 2009 di Hotel Grand Zuri, Pekanbaru ABSTRAK Jabon merupakan jenis tanaman hutan dengan sifat pertumbuhan dan kayu yang potensial untuk dikembangkan di Hutan Tanaman Industri Pulp (HTI-pulp). Untuk menghindari resiko kegagalan pada saat akan dikembangkan maka diperlukan kegiatan studi awal pertumbuhan jabon di HTI-pulp. Studi ini dilakukan untuk mengetahui informasi awal dinamika pertumbuhan tegakan muda jabon di HTI-pulp. Hasil studi pertumbuhan jabon di lahan mineral bekas tebangan A. mangium dan gambut bekas tebangan A.crassicarpa HTI-pulp PT. RAPP tegakan muda jabon umur satu tahun lebih rendah dibandingkan jenis A. mangium dan A. crassicarpa. Pada umur satu tahun tinggi dan diameter jabon di lahan mineral adalah 2.36 m dan 2.90 cm; sedangkan pada umur yang sama tinggi dan diameter A. mangium adalah 4.12 m dan 4.78 cm. Sementara tinggi jabon umur satu tahun di lahan gambut adalah 1,02 m, sedangkan pada umur yang sama tinggi A. crassicarpa bisa mencapai 5.41 m. Untuk bisa lebih bersaing dengan jenis A. mangium dan A. crassicarpa kegiatan pemuliaan dan kajian teknik silvikultur pada periode permudaan jabon dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan tegakan muda jabon di hutan tanaman industri pupl perlu dilakukan. Kata Kunci : Jabon, lahan mineral, lahan gambut, pertumbuhan, pulp
54
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Purnomo dan Agus Winarsih POTENSI HUTAN TANAMAN SEBAGAI MEDIA BUDIDAYA LEBAH MADU Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian BPHPS Kuok tanggal 15 Juni 2009 di Hotel Grand Zuri, Pekanbaru ABSTRAK Serangkaian penelitian dengan tujuan untuk mengetahui potensi dan kesesuaian nektar yang diproduksi oleh Hutan Tanaman khususnya Hutan Tanaman Industri (HTI) Acacia mangium Willd untuk pengembangan lebah madu telah dilakukan di areal HTI PT. Arara Abadi dan PT. Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP), di Riau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah nektar (ekstra flora) yang disekresi oleh bagian tanaman (stomata daun) Acacia mangium Willd ternyata cukup melimpah yaitu rata-rata menghasilkan 83, 25 liter/ha/hari pada tanaman umur 13 bulan dan rata-rata 112, 39 liter/ha/hari pada tanaman umur 22 bulan. Nektar tersebut sangat disukai oleh lebah madu terbukti dari terlihatnya aktifitas lebah yang tinggi dalam mengambil nektar tersebut. Kata kunci : Acacia mangium Willd, nektar ekstraflora, Apis cerana, Apis dorsata, madu
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
55
Rahayu Supriadi; Syahrul Donie PRIVATE FOREST MANAGEMENT TO SUPPORT THE PULP INDUSTRIES’S NEED FOR RAW MATERIAL OF WOOD, OPPORTUNITIES AND CHALLENGES (A CASE IN RIAU PROVINCE) International Seminar Research on Plantation Forest Management : Challenges and Opportunities, 5-6 November 2009, Bogor ABSTRACT The initiative of private forest development came at a time when the degrade land and critical areas out of the official forest lands are increasingly happened and owing to rehabilitate such lands. However, with the increase in population and demand for lands the needs for raw material of wood is increase either. On the hand, deforestation rate due to illegal logging, illegal trading, community settlement, forest fire as well as other forest crime has resulted in decrease productivity and ability of natural forest to supply the industries’s raw material of wood including pulp wood industries. Planted forest, either in blocks HTI areas on as trees on farm will increasingly be the future production to meet the pulp wood industries’s need for raw material of wood. This paper discuss the opportunities and challenges of private forest development or trees on farms managed by villagers to support the pulp industries’s need for raw material of wood, a case in Riau province. Obviously known that Riau province has two internationally big companies working in wood industries and producing pulp and paper products. The capacity of products of these two is nearly 4.9 billion tons per annum or equals to 20 to 22 billion m3 of wood raw material. Yet, the real wood supply is only 60 56
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
percent of the total need. To meet the total supply, the industries have possibility to develop a mutually partnership with the community adjacent to the forest land or trees on farms. As in Riau province, private forest management or trees on farms managed by villagers have not yet internalized in community daily livelihood; hence, the extention program to encourage people to plant trees both on private forest lands or trees on farm is a kind of government support. The others are financial aid, regulation for right and enhancement of community organization to manage the trees. These all is the agenda of the Forestry Department in the next five years program which should be encouraged by all stake holders involved. Keywords
:
private forest, pulp industry, partnership, forest department, Riau
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
57
Rahmayanti, Syofia ; Suhartati dan Yeni Aprianis JENIS-JENIS TANAMAN LOKAL POTENSIAL SEBAGAI BAHAN BAKU PULP Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian BPHPS Kuok tanggal 15 Juni 2009 di Hotel Grand Zuri, Pekanbaru ABSTRAK Pencarian jenis-jenis alternatif yang dapat dijadikan sebagai bahan baku industri pulp dan kertas saat ini sangat diperlukan untuk mengantisipasi ketersediaan bahan baku pulp di masa depan. Tulisan ini menginformasikan 6 (enam) jenis tanaman local yang berpotensi sebagai bahan baku pulp yaitu jabon, binuang, mahang putih, skubung, geronggang dan terentang. Keenam jenis tersebut memenuhi syarat-syarat kayu sebagai bahan baku pulp dengan kelas kualitas I dan II berdasarkan berat jenis, dimensi serat dan turunannya serta komponen kimia. Jabon dan Binuang merupakan jenis alternatif dari tipologi lahan mineral, geronggang dan terentang dari tipologi lahan gambut, sedangkan mahang putih dan skubung ditemukan pada kedua tipologi lahan (mineral dan gambut). Dari segi habitusnya keenam jenis tersebut mempunyai batang lurus dan bebas cabang tinggi. Daerah sebaran alaminya terdapat pada beberapa kabupaten di Proipinsi Riau, Sumatera Barat dan Jambi. Kata Kunci : Jenis lokal, pulp, dimensi serat, habitus, sebaran alami
58
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Rochmayanto, Yanto dan Ahmad Rojidin PENGURANGAN EMISI KARBON PROVINSI RIAU DALAM MENDUKUNG RENCANA PENYIAPAN REDD INDONESIA Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian BPHPS Kuok tanggal 15 Juni 2009 di Hotel Grand Zuri, Pekanbaru ABSTRAK Pencegahan dan penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan merupakan agenda penting Indonesia saat ini dalam mendukung rencana penyiapan REDD. Riau memiliki potensi untuk terlibat dalam mekanisme REDD, namun belum diketahui berapa tingkat emisi rujukannya dan berapa kompensasi yang dapat diterima. Metode penentuan emisi menggunakan pedoman inventarisasi gas rumah kaca secara nasional yang dikeluarkan oleh International Panel for Climate Change (IPCC) tahun 2006. Hasil kajian menunjukkan bahwa tingkat emisi rujukan Provinsi Riau tahun 2012 sebesar 35,648 juta ton CO2-e, tahun 2017 sebesar 30,248 juta ton CO2-e, dan tahun 2022 sebesar 25,9 juta ton CO2-e. Integrasi dari scenario yang disimulasikan tersebut mampu menurunkan tingkat emisi sebesar 29,9 juta ton CO2-e pada tahun 2012, 64 juta ton CO2-e pada tahun 2017, dan 156,8 juta ton CO2-e pada tahun 2022. Potensi kompensasi yang dapat dihasilkan senilai Rp. 3,8 Trilyun pada tahun 2017 dan Rp. 9,3 trilyun pada tahun 2022 menurut mekanisme pembayaran ex-post payment. Dalam rangka mendukung rencana penyiapan REDD ini, Riau perlu melakukan hal-hal antara lain: (1) penetapan basis spasial melalui RTRWP definitif, (2) sinergitas multisektoral, (3) komitment atas tujuan program terhadap penyelamatan lingkungan dan pasokan kayu, dan Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
59
(4) penetapan REL tingkat provinsi dengan tingkat kedetailan yang lebih tinggi dan menyusun programprogram penyelamatan hutan. Kata kunci : REDD, deforestasi, degradasi, emisi rujukan, kompensasi penurunan emisi, Provinsi Riau
60
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Sudarmalik TEKNIK SILVIKULTUR PADA ROTASI II DAN SETERUSNYA Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian BPHPS Kuok tanggal 15 Juni 2009 di Hotel Grand Zuri, Pekanbaru ABSTRAK Pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI) pulp Acacia crassicarpa di lahan gambut memiliki beberapa keterbatasan diantaranya adalah tingginya tingkat kematian pohon. Untuk menangani permasalahan tersebut dilakukan penanganan kestabilan lahan gambut melalui pemadatan tanah gambut. Tujuan dari penelitian adalah memperoleh data pengaruh pemadatan tanah gambut terhadap pertumbuhan pohon Acacia crassicarpa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemadatan tanah gambut memberi pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi Acacia crasicarpa. Kata Kunci : lahan gambut, pemadatan tanah, pertumbuhan tinggi, acacia crassicarpa
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
61
Supangat, Agung B. ; Ahmad Junaedi dan Kosasih PERAN HUTAN TANAMAN Eucalyptus pellita DALAM MENGATUR TATA AIR WILAYAH Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian BPHPS Kuok tanggal 15 Juni 2009 di Hotel Grand Zuri, Pekanbaru ABSTRAK Anggapan tentang adanya dampak negatif terhadap kondisi hidrologi (tata air) muncul dalam pengelolaan Hutan Tanaman Industri (HTI) Eucalyptus pellita. Jenis tanaman ini dianggap dapat menyebabkan kekeringan dan kurang dapat menjaga fungsi hidrologi daerah aliran sungai (DAS). Namun demikian, sejauh ini anggapan ini tidak disertai dengan justifikasi ilmiah yang kuat dan memadai. Padahal, pembangunan HTI sendiri merupakan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan yang salah satu output yang ingin dicapainya adalah mengembalikan salah satu fungsi kawasan hutan yaitu sebagai pengatur tata air. Penelitian bertujuan untuk mengetahui besaran-besaran hidrologis pada lahan hutan tanaman E.pellita, sekaligus menjelaskan peranannya dalam menjaga tata air wilayah yang ada. Penelitian dilaksanakan di areal kerja PT. Arara Abadi, Perawang, Riau. Metode penelitian mengacu pada teknik penyelidikan hidrologi hutan, dengan berbagai sarana pengamatan yang dipasang di lapangan untuk mengukur besarnya parameter hidrologis tanaman sebagai respon tanaman terhadap air hujan yang jatuh. Parameter yang diukur meliputi parameter klimatologi (hujan, suhu dan kelembaban udara), intersepsi pohon, evapotranspirasi, erosi-sedimentasi dan kualitas air permukaan. Berdasarkan hasil penelitian selama tahun 2006 – 2008, dapat disimpulkan bahwa anggapan pembangunan hutan 62
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
tanaman E. pellita berdampak buruk bagi lingkungan tata air adalah tidak benar. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa komunitas hutan tanaman E. pellita dapat menjaga kontinyuitas air permukaan dengan baik. Nilai konsumsi air tanaman E. pellita (umur 3 tahun) juga tidak menunjukkan angka yang tinggi, sehingga kontinyuitas aliran sungai tahunan dapat secara kontinyu terjaga. Kualitas air permukaan pada hutan tanaman E. pellita juga menunjukkan kriteria yang baik (di bawah ambang batas nilai baku mutu) Kata Kunci : Hutan Tanaman, Eucalyptus pellita, Tata air
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
63
Supangat, Agung B. dan Sukresno STUDI PENELUSURAN PERJALANAN AIR BANJIR DI SUNGAI BENGAWAN SOLO (Studi on Flood Tracking in Bengawan Solo River) Info Hutan Vol.VI, No.2, 2009 ; Halaman 185-198
ABSTRACT Flood events at down stream were often predicted as a result of up stream flood order, which is caused by poor up stream management. Water flowing within a watershed system is very dynamic and influenced by various factors. This study aims to investigate the flood water traveling in Bengawan Solo River, in order to minimize the damage caused by flooding in regard to watershed management. Flood tracking method was used to observe the impacts of watershed management practices during various management periods on flood water condition in Bengawan Solo River. The research results indicate that the increasing of water discharge caused by increased number of rainfall showed an unclear pattern. Rainfall events in up stream site are not closely related to increasing of water discharge in Bengawan Solo River, especially in the middle stream site and down stream site. The discharge fluctuations are more likely influenced by the local phenomena such as the local rainfall and the water consumption for land irrigation and industries. The soil and water conservation practices conducted at up stream site have a critical role in controlling water discharge. However, the study showed that there was a decreasing trend to down stream. The effects of the soil and water conservation practices have already diminished at the post of Bojonegoro and Babat districts. In this regards, it is prominent to improve the 64
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
watershed management activity particularly the water condition. It needs to develop further comprehensive research into flooding phenomena in order to address these issues. Key words: Bengawan Solo River, Flood Tracking, Soil and Water Conservation ABSTRAK Kejadian banjir di hilir DAS sering diduga sebagai kiriman dari hulu DAS, akibat dari pengelolaan di hulu yang kurang benar. Padahal dalam sistem DAS, perjalanan air dari hulu sampai hilir sangat dinamis dan dipengaruhi oleh banyak hal. Penelitian ini bertujuan mengetahui perjalanan air banjir di aliran Sungai Bengawan Solo, terkait dengan upaya pengelolaan DAS dalam meminimisasi bencana banjir. Metode penelusuran perjalanan air banjir (flood tracking) dimanfaatkan untuk melihat dampak kegiatan pengelolaan DAS dari berbagai periode waktu pengelolaan terhadap air banjir di sepanjang Bengawan Solo. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kenaikan debit aliran di sepanjang Sungai Bengawan Solo akibat meningkatnya curah hujan di hulu tidak menunjukkan kecenderungan yang jelas. Hujan di hulu DAS tidak terkait dengan kenaikan debit air di Sungai Bengawan Solo, terutama di tengah dan hilir DAS. Fluktuasi debit yang terjadi banyak dipengaruhi fenomena lokal yang ada seperti hujan lokal, maupun pemanfaatan air di wilayah-wilayah tertentu seperti untuk irigasi maupun industri. Kegiatan konservasi tanah dan air di hulu ikut berperan dalam mengendalikan debit air di Sungai Bengawan Solo. Namun, kecenderungan penurunan debit air akibat kegiatan pengelolaan di hulu DAS tersebut semakin menurun ke arah hilir DAS. Efek baik dari kegiatan Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
65
tersebut mulai hilang pada pos duga Bojonegoro dan Babat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diperlukan kegiatan pengelolaan DAS, khususnya sumberdaya air yang lebih komprehensif sesuai tujuan permasalahan yang akan dipecahkan, seperti banjir. Kata kunci : Sungai Bengawan Solo, Penelusuran Banjir, Konservasi Tanah dan Air
66
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Supangat, Agung B. KESEIMBANGAN TATA AIR SEBAGAI BASIS PERENCANAAN WILAYAH: STUDI KASUS DI SUBDAS CISAREA (Water Resources Balance as Base Data in
Regional Planning: A Case Study in Cirasea Sub Watershed ) Info Hutan Vol.VI, No.2, 2009 ; Halaman 177-184
ABSTRACT Most natural disasters that recently happened in Indonesia such as floods and drought were mainly due to poor and inappropriate land use management. The poor management performance is often mainly on the account of less consideration has been put into the land use and environmental planning. This includes the less consideration of the existing water resource balance. The evaluation of water resource balance could explain the potential of water supply and requirement in the future. Additionally, it could be used as databases in revising the spatial land use planning (RTRW). Previous study conducted at Cirasea Sub Watershed, Bandung Regency showed that the condition of water resource balance was under the "critical" category. According to the existing spatial land use planning (RTRW), in 2010, the condition of water resource balance in Bandung regency will remain the same as "critical", though the land use planning has been performed. In view of this, the results of this study can be used as input data for the Government of Bandung Regency to evaluate the spatial land use planning (RTRW). Consequently, the utilization and specification of the land use planning will be better and more appropriate. Thus, in the future it is expected that the condition of water resource balance will not be under the “critical” category.
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
67
Key words: Water resources balance, Watershed, Regional planning ABSTRAK Banyaknya bencana alam banjir dan kekeringan yang banyak terjadi di Indonesia disinyalir akibat pemanfaatan lahan yang terjadi tidak sesuai dengan rencana dan peruntukannya. Buruknya pemanfaatan lahan bahkan dicurigai terjadi karena dalam perencanaan wilayah yang dituangkan dalam rencana tata ruang (RTRW) kurang memperhitungkan kondisi sumberdaya alam, seperti kondisi keseimbangan tata air yang ada. Evaluasi kondisi keseimbangan tata air dapat menggambarkan keadaan potensi dan kebutuhan sumberdaya air di masa mendatang, dan dapat digunakan sebagai basis data dalam melakukan revisi RTRW. Hasil studi yang dilakukan di SubDAS Cirasea, Kabupaten Bandung memperlihatkan kondisi keseimbangan tata air yang termasuk kategori kritis. Berdasarkan rencana tata ruang yang ada (RTRW Kebupaten Bandung), pada tahun 2010 kondisi tata air akan tetap kritis jika rencana pemanfaatan lahan dalam RTRW dilakukan. Oleh karenanya, hasil studi ini dapat menjadi data masukan bagi Pemerintah Kabupaten Bandung untuk meninjau ulang RTRW yang telah ada, guna menetapkan rencana pemanfaatan lahan dan ruang (perencanaan wilayah) secara lebih baik dan benar, sehingga kondisi sumberdaya air di masa mendatang tidak kritis lagi. Kata kunci :
68
Keseimbangan Tata Air, Daerah Aliran Sungai (DAS), Perencanaan Wilayah
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Supangat, Agung B. dan Ahmad Junaedi NERACA AIR METEOROLOGIS DI KAWASAN HUTAN TANAMAN: STUDI KASUS DI KHDTK BENAKAT, SUMATERA SELATAN Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian BPHPS Kuok tanggal 15 Juni 2009 di Hotel Grand Zuri, Pekanbaru ABSTRAK Dalam rangka pengelolaan kawasan hutan tanaman, diperlukan informasi dan data dasar kondisi neraca air wilayah, sehingga pengelolaan sumberdaya alam di kawasan hutan tanaman ke depan diharapkan tetap menjaga fungsi hidro-orologis wilayah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kondisi neraca air meteorologis di lokasi hutan tanaman di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Benakat, Sumatera Selatan. Berdasarkan hasil identifikasi disimpulkan wilayah KHDTK Benakat memiliki karakteristik iklim tipe A (Schmidt-Ferguson) atau Ar (Kőppen), dengan curah hujan tahunan rata-rata di atas 2.500 mm, suhu harian rata-rata 25,8 ºC dengan kelembaban udara harian rata-rata sebesar 70,9 %. Hasil dari simulasi model neraca air meteorologis ThornthwaiteMather, tahun 2008 di wilayah KHDTK Benakat terjadi 7 bulan surplus air dan 3 bulan defisit air, dengan total surplus sebesar 1.925 mm dan defisit (Bulan Mei, Juli dan Agustus) sebesar 51 mm. Dari curah hujan tahunan sebesar 3.383 mm, telah ter-evapotranspirasi sebesar 1.458 mm, menjadi aliran permukaan sebesar 293 mm dan selebihnya (1.632 mm) meresap ke dalam tanah menjadi simpanan air tanah. Dalam rangka pengelolaan kawasan hutan tanaman (KHDTK) agar dapat berfungsi hidroorologis dengan baik, diperlukan upaya-upaya konservasi Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
69
air penekanan laju evapotranspirasi dan peningkatan kapasitas infiltrasi tanah untuk memperbesar simpanan air tanah. Kegiatan dapat dilakukan melalui penghijauan dengan jenis tanaman yang memiliki nilai ET rendah, pembangunan sarana penyimpanan air seperti bendung/waduk/embung, serta efisiensi pemanfaatan air tanah pada bulan-bulan defisit air. Kata kunci
70
: Neraca Air Meteorologis, Kawasan Hutan Tanaman
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
2010
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
71
72
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Aprianis, Yeni dan Syofia Rahmayanti KUALITAS DUA JENIS MAHANG SEBAGAI BAHAN BAKU PULP ALTERNATIF (Quality of two species mahang as
altenative raw material for pulp)
Prosiding Balai Besar Pulp dan Kertas Tahun 2010
ABSTRACT This experiment looked into quality of two species mahang based on fiber dimensions and their derived values and their processing properties of sulphate in their possible uses as alternative woods for pulp and paper industry. Fiber dimensions as observed through maceration on wood sample of those species covered fiber length, fiber diameter, lumen diameter and fiber-wall thickness. Meanwhile, their derived values as scrutinized were Runkell ratio, Muhlsteph ratio, felting power, rigidity coefficient and flexibility ratio. The resulting data of fiber dimensions and their derived values were compared with the criteria standard. It revealed that fiber dimensions and their derived values of those two species could meet the criteria of fiber characteristics for pulp/paper with fiber quality classes I for Macaranga hypoleuca and class II for M. gigantea. Viewed from pulp yield, Kappa number, and active alkali consumption M. hypoleuca wood seemed suitable for producing bleached pulp. When viewed from physical properties those two species mahang could meet bleached sulphate pulp specification for tensile index and burst index but the tear index could not meet the bleached sulphate pulp standard. Key words : Macaranga hypoleuca, M. gigantea, fiber dimensions and their derived values, fiber quality, pulp properties Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
73
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dari dua jenis kayu mahang berdasarkan dimensi serat dan turunannya serta sifat pulp sulfat yang dihubungkan dengan kemungkinan penggunaannya sebagai kayu alternatif untuk industri pulp dan kertas. Dimensi serat diamati melalui maserasi pada sampel kayu jenis-jenis tersebut yang meliputi panjang serat, diameter serat, diameter lumen dan tebal dinding sel. Sementara itu, nilai turunannya yang diteliti adalah bilangan Runkell, perbandingan Muhlsteph, daya tenun, koefisien kekakuan dan perbandingan fleksibilitas. Data hasil dimensi serat dan nilai turunannya dibandingkan dengan standar kriteria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai dimensi serat dan nilai turunannya dari dua jenis kayu alternatif tersebut memenuhi kriteria karakteristik serat untuk pulp/kertas dengan kelas kualitas serat I untuk Macaranga hypoleuca dan kelas II untuk M. gigantea. Ditinjau dari rendemen, bilangan Kappa dan konsumsi alkali aktif jenis M. hypoleuca layak untuk diputihkan. Sedangkan bila ditinjau dari sifat fisik pulp yang dihasilkan maka kedua jenis kayu mahang ini (M. hypoleuca dan M. gigantea) memenuhi standar spesifikasi pulp sulfat untuk indeks tarik dan retak, sementara indeks sobek belum memenuhi persyaratan pulp sulfat putih. Kata kunci : Macaranga hypoleuca, M. Gigantea, dimensi serat dan turunannya, kualitas serat, sifat fisik pulp
74
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Aprianis, Yeni PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT DI SEKTOR KEHUTANAN Prosiding Bersama Hasil-Hasil Penelitian (BPK Aek Nauli, BPHPS Kuok, BPK Palembang) Pekanbaru 4 Nopember 2010 ABSTRAK Berbagai penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa limbah kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Di sektor kehutanan misalnya, industri perkayuan dituntut untuk mencari bahan baku alternatif selain dari hutan alam. Salah satu sumber alternatif adalah kayu perkebunan seperti sawit, mulai batang sampai limbah sawit dari minyak sawit. Kajian ini menjelaskan pemanfaatan limbah kelapa sawit sebagai papan partikel, bahan baku (pulp, pupuk organik, arang aktif), dan sumber energi terbarukan. Kata kunci : Potensi, limbah, sawit
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
75
Hendalastuti R., Henti; Atok Subiakto; Iskandar Z. Siregar, dan Supriyanto UJI PERTUMBUHAN STEK CEMARA SUMATRA TAXUS SUMATRANA (MIQUEL) DE LAUB. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol. VII No. 3, 2010; Hal : 289-298 ABSTRAK Cemara sumatra ( Taxus sumatrana (Miquel) de Laub.) merupakan pohon penghasil taxane , zat aktif obat berkhasiat penyakit kanker. Perbanyakan bibit cemara sumatra bermasalah, karena sulitnya mendapatkan benih dan perkecambahan benihnya memerlukan perlakuan khusus. Teknik stek merupakan alternatif yang potensial untuk perbanyakan bibit jenis ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang pengaruh media terhadap pertumbuhan akar stek cemara sumatra. Sumber bahan stek berasal dari pohon dewasa yang tumbuh alami di Gunung Kerinci, Jambi. Media yang digunakan terdiri dari campuran serbuk kelapa : sekam padi (1:1 v/v), serbuk kelapa : sekam padi : tanah (1:1:1 v/ v), dan serbuk kelapa : sekam padi (2:1 v/v). Pengamatan terhadap perkembangan akar stek cemara sumatra dilakukan dengan menggunakan prosedur mikroteknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari semua variabel yang diamati, media hanya berpengaruh nyata terhadap kemampuan berakar stek. Ketiga media yang dicobakan, campuran serbuk kelapa dan sekam padi pada perbandingan 2:1 v/v memberikan hasil terbaik untuk kemampuan berakar (66,7%). Hasil dari pengamatan pertumbuhan dan perkembangan akar diketahui bahwa akar pada stek cemara sumatra berasal dari sel-sel 76
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
meristem pada kambium. Kata kunci:
Taxus sumatrana , stek, kemampuan
berakar, media tanam, perkembangan akar
ABSTRACT Cemara sumatra ( Taxus sumatrana (Miquel) de Laub.) is an important source of taxane, a promising drug for cancer. Unfortunately producing planting stocks of cemara sumatra is problemat ic due to scarcit y of the seeds and the seed is difficult to germinate. Cutting is potential alternative way to produce cemara sumatra planting stocks. The objective of this research was to study the effect of cutting media on root formation of cemara sumatra. Cutting materials were collected from natural mature cemara sumatra trees growing in Mt. Kerinci-Jambi. Media used were combination of cocodust : ricehusk (1:1 v/v), cocodust : ricehusk : soil (1:1:1 v/v), and cocodust : ricehusk (2:1 v/v). Root development was observed by microtechnique proccedure. Result showed that planting media gave significant effect on rooting ability. Among the three media, combination of cocodust and rice husk at the ratio 2:1 gave the best result in rooting ability (66.7%). From the microtechnique result, it showed that roots were first developed from the mesristematic cambium cells. Keywords:
Taxus sumatrana , cutting, rooting
ability, cutting media, root development
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
77
Junaedi, Ahmad PEMANFAATAN LIMBAH PELEPAH SAWIT SEBAGAI BAHAN ARANG UNTUK PEMBUATAN ARANG KOMPOS BIO AKTIF (Arkoba) Prosiding Bersama Hasil-Hasil Penelitian (BPK Aek Nauli, BPHPS Kuok, BPK Palembang) Pekanbaru 4 Nopember 2010 ABSTRAK Limbah pelepah sawit secara kontinu dihasilkan di perkebunan kelapa sawit dengan volume yang potensial untuk dimanfaatkan. Pembuatan arang dari limbah tersebut merupakan salah satu alternatif pemanfaatan yang bisa dilakukan. Arang yang dihasilkan, selain bisa langsung diaplikasikan pada tanaman, juga akan lebih baik jika ditingkatkan nilai gunanya dengan memanfaatkannya sebagai bahan pembuatan arang kompos bioaktif (arkoba). Kegiatan tersebut merupakan aktivitas positif dan memungkinkan untuk dilakukan karena selain bahannya (pelepah sawit) relatif berlimpah, juga teknologi pembuatannya pun relatif sederhana untuk dilakukan. Kata kunci : Limbah, nilai guna, aktivitas positif, teknologi
78
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Junaedi, Ahmad ; Asep Hidayat dan Dodi Frianto KUALITAS FISIK BIBIT MERANTI TEMBAGA (Shorea leprosula Miq.) ASAL STEK PUCUK PADA TIGA TINGKAT UMUR (The Physical Quality of Shorea
leprosula Miq. Seedling from Shoot Cutting at Three Age Different Levels of Age)
Jurnal Penelitian dan Konservasi Alam Vol. VII, No.3, Tahun 2010 ; Halaman 281-288
ABSTRACT This research was aimed to find out information on the growth and physical quality of Shorea leprosula Miq. seedling propagated from shoot cutting at three different levels of age. The research was carried out through growth observation and physical quality assessment at 11-, 12-, and 14- month- old after acclimatization (MAA). The observation and assessment were done to ten seedling samples of each age level which were selected through a simple randomized sampling method. The result showed that height of 14 MAA Shorea leprosula Miq. seedling was significantly different tfrom other age levels (p<0,05). On the other hand, the physical of seedling was not different between age levels of seedling. At seedling age of 11 MAA (S1), the seedling was ready for planting with height of 32.6 cm, sturdiness value of 10,79, shoot/root ratio of 2,58, and seedling quality index of 0,28. Keywords : Seedling, shoot cutting, growth, physical quality
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
79
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang pertumbuhan dan kualitas fisik bibit meranti tembaga (Shorea leprosula Miq.) asal perbanyakan stek pucuk pada tiga tingkat umur. Penelitian dilakukan melalui pengamatan parameter pertumbuhan dan penilaian mutu fisik bibit meranti tembaga umur sebelas bulan setelah sapih (11 BSS), 12 BSS dan 14 BSS. Pengamatan dan penilaian tersebut dilakukan terhadap 10 sampel bibit pada tiap tingkat umur bibit yang dipilih dengan menggunakan metode penarikan contoh acak sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi bibit umur 14 BSS (40,1 cm) berbeda secara nyata (p<0,05) dengan umur 11 BSS (32,6 cm) dan 12 BSS (32,6 cm). sedangkan, kualitas fisik bibit antar tingkat umur tidak berbeda nyata. Pada umur bibit 11 BSS bibit sudah siap tanam dengan tinggi 32,6 cm; kekokohan 10,79; rasio pucuk akar 2,58 dan indeks mutu bibit 0,28. Kata kunci : Bibit, stek pucuk, pertumbuhan, mutu fisik
80
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Junaedi, Ahmad dan Asep Hidayat UJI ASAL SUMBER BIBIT NILAM (POGOSTEMON CABLIN BENTH.) DI PASAMAN BARAT SUMATERA BARAT (Source of Nilam Seedlings Test at West
Pasaman District, West Sumatera)
ABSTRAK Uji asal sumber bibit nilam di Pasaman Barat, Sumatera Barat perlu dilakukan sebagai salah satu tahapan untuk meningkatkan produktivitas hasil panen dan minyak nilam. Penelitian ini dilakukan untuk menguji tiga asal sumber bibit nilam di Pasaman Barat, Sumatera Barat. Rancangan acak kelompok dilakukan pada penelitian dengan menguji tiga asal sumber bibit nilam sebagai perlakuan yaitu bibit nilam asal Tapak Tuan, asal Dairi dan Sidikalang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan, potensi produksi terna kering, potensi produksi minyak nilam dan kualitas minyak terbaik ditunjukkan oleh nilam asal sumber bibit Dairi. Pemanenan pada umur sebelas bulan setelah tanam, nilam asal bibit Dairi menghasilkan potensi produksi terna kering 19,4 ton/ ha, potensi produksi minyak 208 kg/ ha dan kandungan patchouli alkohol 44,57 %. Kata kunci : Nilam, sumber bibit, potensi produksi, minyak
ABSTRACT Testing of nilam seedling origin had been carried out at West Pasaman in West Sumatera as a part of increasing plant and Patchooli oil productivity. Three sources of nilam seedling i.e Tapak Tuan, Dairi and Sidikalang were tested using randomized completely block design in this Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
81
experiment. The study showed that nilam from Dairi at 11 month old produced 19,4 ton/ ha with oil yield of 208 kg/ ha and 44,5% of patchouli alcohol content. Keywords : Nilam, source of seedling, productivity, oil
82
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Junaedi, Ahmad & Yeni Aprianis SIFAT
KAYU
GERONGGANG SEBAGAI JENIS PULPABLE ALTERNATIVE PADA LAHAN GAMBUT Buletin Hasil Hutan Vol.15 No.1 Tahun 2010 ABSTRAK Pencarian jenis pohon alternative untuk dikembangkan sebagai bahan baku pulp di lahan gambut perlu dilakukan untuk merespon permasalahan penurunan produksi kayu akasia (Acacia crassicarpa). Seperti diketahui jenis kayu akasia telah dimanfaatkan secara luas dan intensif sebagai bahan baku pulp. Salah satu jenis pohon alternatif yang mungkin dapat dikembangkan untuk tujuan pemenuhan bahan baku pulp di lahan gambut adalah kayu geronggang (Cratoxylon arborescens). Hal ini berdasarkan sifat kayunya yang apabila ditinjau dari kriteria sifat yang dipersyaratkan sebagai bahan baku pulp adalah berat jenis kayu termasuk kelas I dan II, komponen kimia kayu masuk ke dalam kategori baik, dan dimensi serat dan turunannya digolongkan dalam kelas kualitas II. Berdasarkan hasil telaah tersebut, dimungkinkan bahwa kayu geronggang dapat menghasilkan pulp untuk kertas dengan sifat pengolahan dan kualitas yang memuaskan yaitu antara lain rendemen pulp tinggi, konsumsi bahan kimia efisien, dan kekuatan sobek dan tarik lembaran pulp sedang. Kata Kunci : Acacia crassicarpa, kayu alternatif, kayu geronggang, bahan baku pulp, sifat dan kualitas
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
83
Junaedi, Ahmad PERTUMBUHAN DAN MUTU FISIK BIBIT JABON (Anthocephalus cadamba Miq.) DI POLIBAG DAN POLITUB (Growth and physic Quality of Jabon (Anthocephalus cadamba) Miq. Seedling on polybag
and polytube)
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 7 No. 1, Tahun 2010
ABSTRACT Information on growth and physical quality of jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) seedling on different seedling container is needed to determine the most suitable container for seedling production. The experiment was conducted to study the growth and physical quality of jabon seedlings on polybag (v = 300 cm3) and polytube (v = 60 cm3). The stages of the research are: seedling activity, growth observations and physical quality assesment of jabon seedlings that is grown on polybag (40 seedlings) and polytube (40 seedlings). The result showed that height and diameter growth as well as the physical quality of jabon seedling grown on polybag were significantly higher (p<0,05) than those grown on polytube. Key words : Jabon (Anthocephalus cadamba Miq), seedling, seedling container , height growth and diameter growth ABSTRAK Informasi pertumbuhan dan mutu fisik bibit jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) di wadah bibit dengan volume yang berbeda diperlukan sebagai bagian yang akan diperhitungkan dalam pemilihan wadah bibit yang akan 84
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
digunakan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan mutu fisik bibit jabon yang disapih pada wadah bibit polibag (volume 300 cm3) dan politub (volume 60 cm3). Tahapan penelitian meliputi : pembibitan serta pengamatan pertumbuhan dan penilaian mutu fisik bibit jabon yang disapih di polibag (40 bibit) dan di politub (40 bibit). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi dan diameter serta mutu fisik bibit jabon di polibag secara nyata (p<0,05) lebih tinggi dibandingkan bibit jabon di politub. Kata Kunci : Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.), bibit, wadah bibit, pertumbuhan tinggi dan pertumbuhan diameter.
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
85
Novriyanti Eka, Erdy Santoso, Irnayuli R. Sitepu dan Maman Turjaman KAJIAN KIMIA GAHARU HASIL INOKULASI Fusarium sp. PADA Aquilaria microcarpa (Study on Agarwood Chemical Yielded from Fusarium sp. Inoculation at Aquilaria microcarpa) Info Hutan Vol. VII, No. 2, tahun 2010 ; Halaman 175-188
ABSTRACT Agarwood is highly valuable non timber product with various utilizations. Knowing the chemical content of this product is essential, because it will provide information of alternative usages as some other new compounds would be revealed. The information may also be used to develop the agarwood production through biotechnology. Chemical analysis was carried out on agarwood produced by artificial inoculation of Fusarium spp. Originated from bahorok, Central Kalimantan, Mentawai, and Maluku. Though quantitatively there was no different effect of origins to the infection site area, but it was revealed that there were distinctions in compounds composition and its relative concentration. Artificial agarwood produced by inoculating Fusarium spp. From Central Kalimantan of Tamiang Layang’s origin showed the highest confirmed constituents of agarwood but isolate of Maluku’s origin showed the highest total concentration of odorant compounds. Key words : Artificial agarwood, Fusarium spp., A. microcarpa, chemical analysis
86
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
ABSTRAK Gaharu adalah produk HHBK bernilai ekonomi tinggi dengan beragam pemanfaatan. Mengetahui kandungan dalam produk ini merupakan suatu hal yang penting, karena dengan terungkapnya keberadaan senyawa-senyawa baru, maka pemanfaatan alternative untuk gahau ini juga bisa ditemukan. Informasi tersebut juga bisa mendukung pengembangan rekayasa produksi gaharu melalui bioteknologi. Analisis kimia dilakukan pada beberapa gaharu rekayasa dari A. microcarpa yang diinokulasi denga Fusarium spp. Asal Bahorok, Kalimantan Tengah, Mentawai, dan Maluku. Meskipun secara kuantitatif, pada umur enam bulan inokulasi tidak terlihat pengaruh perbedaan asal daerah, namun kandungan kimia gaharu yang dihasilkan menunjukkan perbedaan komposisi maupun konsentrasi relatif. Gaharu hasil inokulasi Fusarium spp. Asal Kalimantan Tengah Tamiang Layang menun jukkan senyawa konstituen gaharu terkonfirmasi yang lebih tinggi, namun gaharu dari isolat asal Maluku menunjukkan konsentrasi total senyawa berkarakter odoran yang relatif lebih tinggi. Kata kunci : Gaharu rekayasa, Fusarium spp., A. microcarpa, analisis kandungan kimia
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
87
Pribadi, Avry PERAN VEGETASI GULMA PADA TEGAKAN Acacia crassicarpa di LAHAN GAMBUT Prosiding Bersama Hasil-Hasil Penelitian (BPK Aek Nauli, BPHPS Kuok, BPK Palembang) Pekanbaru 4 Nopember 2010 ABSTRAK Pemilihan Acacia crassicarpa sebagai tanaman HTI di lahan gambut diantaranya disebabkan karena pertumbuhannya yang cepat dan mapu hidup pada lahan marjinal. Sebagai ekosistem yang homogen, salah satu permasalahan dalam pengelolaan A. crassicarpa adalah keberadaan dan tutupan gulma. Beberapa jenis gulma yang mendominasi lantai hutan A. crassicarpa adalah Stenochlaena palustris, Neprolephis bisserata, Assystasia sp., Mikania micrantha, dan Scleria sumatrensis. Dampak negatif dari kehadiran gulma adalah mengurangi potensi tanaman pokok untuk mendapatkan berbagai sumberdaya alam, misalnya ruang, sinar matahari, nutrisi, dan air. Salah satu peran positif dari keberadaan gulma adalah sebagai inang bagi serangga parasitoid. Selain itu, keberadaan gulma juga dapat menjadi inang alternatif bagi serangga hama yang bersifat polyphagus. Pengaruh positif lain dari keberadaan gulma adalah jika tegakan A. crassicarpa sudah melewati umur 12 bulan dan membentuk suatu ekosistem yang seimbang. Oleh sebab itu diperlukan manajemen silvikultur dalam pengendalian gulma pada tegakan A.crassicarpa. Kata kunci : Gulma, A. crassicarpa, gambut, peran positif dan negatif
88
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Pribadi, Avry Serangan Hama dan Tingkat Kerusakan Daun Akibat Hama Defoliator pada Tegakan Jabon ( Anthocephalus cadamba Miq.) Jurnal Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam Vol. VII No. 4, 2010; Hal : 451-458. ABSTRAK Jabon ( Anthocephalus cadamba Miq.) sebagai salah satu jenis tanaman alternatif untuk hutan tanaman industri pulp dan kertas memiliki beberapa kelemahan antara lain serangan hama yang dapat mengurangi kualitas tegakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang besarnya tingkat kejadian serangan oleh berbagai hama dan tingkat kerusakan oleh serangan defoliator pada tiga lokasi penelitian yaitu HTI sektor Baserah, HTI sektor Pelalawan, dan Hutan Rakyat (HR). Penentuan plot tiap lokasi dilakukan secara systematic sampling dengan jumlah sampel maksimal 100 pohon tiap plot dan ada lima plot tiap lokasinya (kecuali HTI sektor Pelalawan hanya dua plot). Hasil menunjukkan bahwa ratarata kejadian serangan tertinggi terjadi pada HTI sektor Baserah dengan tingkat serangan hama yang menyerang berturut-turut adalah Arthochista hilaralis , Cosmoleptrus sumatranus , dan ulat kantong ( Pychidae ). Pada sektor Pelalawan, tingkat serangan hama berturut-turut adalah A. hilaralis , Coptotermes sp., dan ulat kantong ( Psychidae ), sedangkan hama pada HR berturut-turut adalah A. hilaralis , Cosmoleptrus sumatranus , dan Dysdercus cingulatus. Tingkat kerusakan akibat serangan hama defoliator tertinggi terjadi pada kawasan HTI sektor Baserah (92,88%) dan terendah terdapat pada HTI sektor Pelalawan (40,5%), sedangkan pada HR sebesar 55,67%. Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
89
Kata kunci:
Anthocephalus cadamba Miq., kejadian serangan, intensitas kerusakan daun
ABSTRACT Jabon ( Anthocephalus cadamba Miq.), as one of the alternative tree species for pulp and paper industry, may have a problem in the plantation. One of the problem is pest attack that can reduce the quality of stand. The aim of this research was to obtain information on the incidence of pest attacks and the damage level caused by defoliators on A. cadamba Miq.. The study was carried out at three locations, i.e. industrial plantation (HTI) Baserah sector, HTI Pelalawan sector, and smallholder plantation (HR). Five observation plots were established in each site (except for HTI Pelalawan sector with only two plots). Up to 100 trees were observed in each plot.. The results showed that on average the highest level of incidence of pest attacks occurred in HTI Baserah sector with the pests attacked were Arthochista hilaralis, Cosmoleptrus sumatranus, and bagworm (Pychidae).
In HTI Pelalawan sector, the pests attacked were A. hilaralis, Coptotermes sp., and bagworm (Psychidae), whereas in HR the pests attacked were A. hilaralis, Cosmoleptrus sumatranus , and Dysdercus cingulatus. The highest level of damage caused by defoliators occurred in the Baserah sector (92.88%) and the lowest level was found in Pelalawan sector (40.5%). In HR the level of damage was 55.67%. Keywords:
Anthocephalus cadamba
Miq., incidence
level, severity level
90
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Purnomo PELUANG PENGEMBANGAN PERLEBAHAN DI AREAL HUTAN TANAMAN DAN PERKEBUNAN DI PROVINSI RIAU Prosiding Bersama Hasil-Hasil Penelitian (BPK Aek Nauli, BPHPS Kuok, BPK Palembang) Pekanbaru 4 Nopember 2010 ABSTRAK Berubahnya (alih fungsi) sebagian hutan alam menjadi areal HTI dan perkebunan membawa konsekuensi perubahan perilaku sosial ekonomi masyarakat, khususnya terkait dengan kebutuhan hidup masyarakat yang tadinya bermukim di sekitar hutan alam. Hal ini mendorong banyak pihak untuk mengupayakan penyelesaiannya secara bijaksana dan manusiawi. Potensi sumber pakan lebah madu khususnya didaerah Riau tersedia melimpah di areal HTI dan perkebunan. Sumber nektar (ekstraflora) tersedia melimpah di areal HTI Acacia mangium dan Acacia crassicarpa, sedangkan sumber polen tersedia melimpah di areal perkebunan sawit. Seandainya potensi sumber pakan lebah yang tersedia di areal HTI dan perkebunan dimanfaatkan untuk usaha perlebahan maka peluangnya sangat menjanjikan. Pengembangan perlebahan di areal HTI dan perkebunan dengan melibatkan masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan tersebut akan berdampak pada ketersediaan lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas yang pada gilirannya akan menciptakan hubungan timbal balik yang harmonis antara pengelola (pelaku usaha) HTI dan perkebunan dengan masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan tersebut. Kata kunci : Hutan tanaman, perkebunan, nektar, polen, lebah madu
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
91
Rochmayanto, Yanto; Tri Hastuti Swandayani; Ahmad Junaedi; Agus Wahyudi TINGKAT KERENTANAN DAN POLA ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN IKLIM (DI DAS KAMPAR) Prosiding Seminar Hasil Penelitian PKPP Kemenristek, Puspitek Serpong, 2010 ABSTRAK Penelitian tentang kerentanan dan adaptasi merupakan langkah penting dalam memilih strategi pengurangan risiko dan penguatan kemampuan suatu komunitas terhadap dampak perubahan iklim. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui tingkat kerentanan masyarakat terhadap perubahan iklim, (2) mengetahui factor utama kerentanan masyarakat terhadap perubahan iklim, dan (3) mengidentifikasi pola adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim. Tingkat kerentanan dan factor pembentuk kerentanan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan teknik scoring, dan pola adaptasi dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kerentanan masyarakat terhadap perubahan iklim pada eksposur Koefisien regim sungai di DAS Kampa berkisar antara sedang (di bagian hulu dan hilir) dan rendah (di bagian tengah). Faktor utama pembentuk kerentanan adalah aspek ekologi (tutupan hutan), ekonomi (ketergantungan terhadap sumberdaya alam) dan infrastruktur (askes). Sektor yang paling rentan adalah persawahan dan perikanan sungai. Ola adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim masih bersifat reaktif, belum antisipatif. Kebijkan adaptasi diperlukan untuk meningkatkan kemampuan adaptasi masyarakat di DAS 92
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Kampar, dengan prioritaskan spasial di daerah hulu dan hilir, sedangkan prioritas sektoral adalah ekologi, ekonomi, dan infrastruktur. Kata kunci : kerentanan, adaptasi, perubahan iklim, DAS Kampar
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
93
Rochmayanto, Yanto ; Dudung Darusman, Teddy Rusolono
DETERMINATION OF BASE PRICE FOR REDD COMPENSATION ON THE PULPWOOD INDUSTRIAL PLANTATION AND PEATSWAMP FOREST Prosiding Seminar Internasional Research on Plantation Forest Management: Chllenges and opportunities. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tahun 2009
ABSTRACT The objectives of the research are to know the the base price for REDD compensation so that can compiled a degradation avoidance strategy of peatswamp forest conversion toward pulpwood industrial plantation forest as REDD mechanism strategy.The research is located in Pelalawan District, Province of Riau. Analisys was conducted on two kind of marketing scenario with counting carbon emission from : (1) vegetation change, and (2) vegetation change and soil subsidence. On each scenario were conducted three kind of degradation avoidance strategy are : useful effort of the carbon sequestration, useful effort of the carbon sink with conservation and preservation logging. A goodness strategy is indicated by the base price less than market price of REDD compensation. The result showed that the most possible scenario to enter the carbon market through REDD mechanism is a marketing scenario with counting carbon emission from vegetation change and soil subsidence. The first strategy is an avoid conversion of degraded peatswamp forest toward pulpwood industrial plantation forest through useful effort of the carbon sink with conservation (the base price is US$ 0.88/tCO2-e). The next priorities are avoid conversion of secondary peatswap forest toward pulpwood industrial plantation forest through 94
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
useful effort of the carbon sink with conservation and preservation logging (the base price are US$ 7.33 and 7.45/ tCO2-e). Key words : carbon emission, peat swamp forest,
pulpwood industrial plantation forest, conversion, REDD.
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
95
Rochmayanto, Yanto PENINGKATAN KANDUNGAN KARBON DAN POTENSI EKONOMI REDD+ PADA AGROFORESTRY SAWIT GAHARU Prosiding Seminar Nasional Kontribusi Litbang Kehutanan dalam Implementasi Rountable on Sustainable Palm Oil (RSPO) Tahun 2010 ABSTRAK Agroforestry sawit gaharu sangat potensial sebagai aktivitas REDD+, namun belum diketahui berapa peningkatan kandungan karbon dan potensi ekonominya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) penambahan kandungan karbon, dan (2) potensi ekonomi REDD+ pada agroforestry sawit gaharu. Kandungan karbon sawit diestimasi dengan pendekatan angka default IPCC sedangkan kandungan karbon gaharu didekati dari persamaan allometrik biomasanya. Potensi ekonomi REDD+ dihitung dengan analisis finansial dengan harga kompensasi US$ 6/tCO2. Agroforestry sawit gaharu mampu meningkatkan kandungan karbon pada kebun sawit. Pola agroforestry sawit gaharu intensif dengan tebang habis 1 rotasi merupakan pola yang efektif meningkatkan kandungan karbon 224.4% dibanding sawit murni pada akhir daur (tahun ke-25) dari 16.43 ton menjadi 36.87 ton. Agroforestry sawit gaharu mampu meningkatkan pendapatan petani secara kumulatif dibandingkan jika lahan hanya digunakan sebagai kebun sawit monokultur. Peningkatan pendapatan petani mencapai 17.25% pada agroforesttry non intensif (pola tebang habis 2 rotasi, daur tebang gaharu 8 tahun) dan 25% pada agroforestry intensif (pola tebang habis 3 rotasi, daur tebang gaharu 6 tahun). 96
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Potensi ekonomi REDD+ pada agroforestry sawit gaharu cukup baik pada harga kompensasi US$ 20/tCO2 dengan mekanisme pembayaran termin. Pola yang memiliki potensi ekonomi tertinggi adalah agroforestry intensif pola tebang habis dengan daur tebang gaharu 10 tahun. Kata
kunci
:
kandungan karbon, REDD+, agroforestry, sawit, gaharu.
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
97
Rochmayanto, Yanto PENINGKATAN KANDUNGAN KARBON DAN POTENSI EKONOMI REDD+ PADA AGROFORESTRY SAWITMERANTI Prosiding Seminar Nasional Kontribusi Litbang Kehutanan dalam Implementasi Rountable on Sustainable Palm Oil (RSPO) Tahun 2010 ABSTRAK Agroforestry sawit meranti sangat potensial sebagai aktivitas REDD Plus, namun belum diketahui berapa peningkatan kandungan karbon dan potensi ekonominya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) penambahan kandungan karbon, dan (2) potensi ekonomi REDD Plus pada agroforestry sawit meranti. Kandungan karbon sawit diestimasi dengan pendekatan angka default IPCC sedangkan kandungan karbon meranti didekati dari persamaan allometrik biomasanya. Potensi ekonomi REDD plus dihitung dengan analisis financial dengan harga kompensasi US$ 6/tCO2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agroforestry sawit meranti mampu meningkatkan kandungan C sebesar 403,5% dari rata-rata 0,66 ton C/ha/tahun (2,41 tCO2/ha/tahun) menjadi 3,31 ton/ha/tahun (12,14 tCO2/ha/tahun). Potensi ekonomi REDD Plus pada agroforestry sawit meranti (pada harga kompensasi US$ 6/tCO2 dan mekanisme pembayaran expost) sebesar Rp. 148,500,862 per ha, meningkat 7,95% dari pola kebun sawit murni. Potensi ekonomi akan meningkat lebih baik (11,94%) apabila mekanisme pembayaran adalah ex-ante sehingga NPV menjadi Rp. 153,977,304 per ha. Dengan demikian mekanisme
98
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
pembayaran ex-ante sangat efektif untuk memperbaiki tingkat pendapatan REDD Plus agroforestry sawit meranti. Kata
kunci
:
kandungan karbon, REDD agroforestry, sawit, meranti.
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
Plus,
99
Rochmayanto, Rusolono
Yanto;
Dudung
Darusman
dan
Teddy
PERUBAHAN KANDUNGAN KARBON DAN NILAI EKONOMINYA PADA KONVERSI HUTAN RAWA GAMBUT MENJADI HUTAN TANAMAN INDUSTRI PULP (The Change of Carbon Stock and It’s
economic Value on Peatswamp Forest Conversion towards Pulpwood Industrial Plantation Forest) Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, Vol. 7 no. 2, April 2010
ABSTRAK Hutan gambut merupakan cadangan karbon yang penting. Saat ini keberadaan hutan rawa gambut semakin terancam oleh ekspansi HTI pulp, sehingga penelitian tentang perubahan kandungan C dan nilai ekonominya penting dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui perubahan simpanan C pada konversi hutan rawa gambut menjadi HTI pulp, dan (2) mendapatkan nilai ekonomi karbon pada hutan alam gambut dan hutan tanaman industri pulp. Kandungan C dikuantifikasi dengan persamaan alometrik, dan nilai ekonomi C dihituing dengan pendekatan penerimaan ekonomi proyek REDD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konversi hutan gambut bekas tebangan dan sekunder menyebabkan penurunan kandungan C vegetasi masing - masing sebesar 103,53 ton/ha/th dan 61,02 ton/ha/th. Sedangkan konversi pada hutan gambut terdegradasi menyebabkan peningkatan kandungan karbon vegetasi sebesar 22,47 ton/ha/th. Nilai ekonomi HTI pulp diperoleh sebesar Rp 15,56 juta/ha. Proyek REDD HTI pulp dari hutan terdegradasi menyebabkan peningkatan nilai ekonomi sebesar 20,21% dan 51,13% untuk harga satuan kompensasi US$ 9 dan 100
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
12/tCO2-e. Proyek REDD pada hutan gambut bekas tebangan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dari HTI pulp pada harga satuan kompensasi US$ 9.00/tCO2-e dan US$ 12/tCO2-e pada skenario UP PAN-KARBON dengan konservasi maupun PHPL. Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa karbon dari hutan gambut lebih bernilai ekonomi dibandingkan dengan pengusahaan HTI pulp. Kata kunci : karbon, hutan rawa gambut, hutan tanaman industri, konversi, REDD
ABSTRACT Peatswamp forests are important terestrial carbon (C) stock in the world. At the present time, the existence of peatswamp forests progresively threatened by pulpwood industrial plantation forests conversion. Therefore, research about change of C stock and its economic value are important. The objectives of the research are : (1) to know the change of C stock on peatswamp conversion forests towards pulpwood industrial plantation forest, (2) to get the carbon economic value of peatswamp forest and pulpwood industrial plantation forest, and (3) to evaluate the role of pulpwood industrial plantation forest on peatland within supporting climate change mitigation. C stocks are counted by allometric equation, and c economics by the economic acceptance of REDD (Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation) project approach. The result showed that conversion from logged over and secondary forest causing decrease of C stocks of 103,53 and 61,02 ton/ha/year, while conversion from degraded forest causing increase of C stocks of 22.47 ton/ha/year. Economic value of pulpwood industrial plantation forest was Rp 15.56 Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
101
million/ha. REDD project on pulpwood industrial plantation forest from degraded land causing increase of NPV of 20.21% and 51.13% for compensation prices US$ 9 and 12/ REDD project on logged over forest gave the higher economic value than pulpwood plantation at compensation prices US$ 9 and 12/ (both on conservation and preservation logging scenario). Thereby this research shows an evidence that carbon of infact peatswamp forest is more valuable economically than pulpwood industrial plantation forest. Key words : carbon, peatswamp forest, pulpwood industrial plantation forest, conversion, REDD
102
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Suhartati dan Agus Wahyudi PENGARUH DOSIS ARANG DAN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN GAHARU DI LAHAN KELAPA SAWIT Prosiding Bersama Hasil-Hasil Penelitian (BPK Aek Nauli, BPHPS Kuok, BPK Palembang) Pekanbaru 4 Nopember 2010 ABSTRAK Lahan perkebunan kelapa sawit cenderung bersifat masam atau pH rendah dan tingkat kesuburannya rendah. Untuk menetralisir kemasaman tanah tersebut dapat dilakukan pemberian kapur. Untuk memperbaiki kondisi tanah sekaligus menetralisir kemasaman tanah pada lahan kebun sawit tersebut dapat diaplikasikan arang pada tanaman gaharu. Penelitian menggunakan rancangan acak berblok dengan 6 perlakuan dosis kapur dan arang. Dosis 4 kg arang/ tanaman menghasilkan pertambahan tinggi sebesar 67,4 cm (26,7%) dan diameter batang 1,4 mm (95,8%), serta peningkatan kadar kemasaman tanah dari pH 4,0 menjadi pH 6,0. Dosis 1 (42,5%) dan diameter batang 1,6 mm (125%) serta peningkatan kadar kemasaman tanah dari pH 4,0 menjadi pH 6,0. Kata kunci : Kelapa sawit, arang, kapur, dosis
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
103
Suhartati dan Agus Wahyudi POLA AGROFORESTRY KELAPA SAWIT
TANAMAN GAHARU DAN ( Agroforestry Pattern of
Agarwood Species and Oil Palm )
ABSTRACT Develope of agarwood (Aquilaria malacensis Lamk) in oil palm area is agroforestry system, there need to know spacing pattern the best bentween gaharu spescies and oil palm . Spacing to related with light intensity need for agarwood, the assumtion the far from oil palm that very light intensity, on the contrary shade level of little. The research was aimed to know spacing for suitable between agawood plant and oil palm until agawood plant can growth of optimal in oil palm garden. The experimental was done in Rokan Hulu District, Riau. The research used Complete Randomized Block Design (CRBD) with three treatments of spacing measured that 2 m; 3 m , and 4 m spacing. Parameter observed are height, diameter, survival, micro climate and biofisic condition. Result of research showed that spacing measured effect non significant for 24 months of agarwood plant. The significant on 30 months age and the best growth that is 4 m spacing to reach of height is 235,0 cm and diameter is 32,0 mm. Key words : Agroforestry, agarwood, light intensity, spacing, sawit ABSTRAK Pengembangan tanaman gaharu (Aquilaria malacensis Lamk) di areal perkebunan kelapa sawit merupakan sistem agroforestry yang perlu diketahui pola tanamnya yang 104
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
tepat, terutama jarak tanam yang terbaik antara tanaman gaharu dan kelapa sawit. Jarak tanam berkaitan dengan intensitas cahaya, semakin jauh jarak tanaman gaharu dari kelapa sawit maka intensitas cahaya yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman gaharu semakin besar, sebaliknya tingkat naungannya berkurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jarak tanam yang yang tepat antara tanaman gaharu dan pohon kelapa sawit, sehingga tanaman gaharu dapat tumbuh optimal di areal kebun kelapa sawit. Plot ujicoba berlokasi di Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Berblok dengan tiga perlakuan ukuran jarak tanaman gaharu dari kelapa sawit, yaitu jarak 2 m, 3 m dan 4 m. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan tanaman gaharu meliputi tinggi tanaman, diameter batang, persentase hidup, serta kondisi iklim mikro dan biofisik lapangan. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan jarak tanaman gaharu dari kelapa sawit belum menunjukkan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman gaharu sampai umur 24 bulan. Pengaruh nyata terlihat pada umur 30 bulan, dimana jarak tanam yang optimal adalah 4 m dengan rerata pertumbuhan tinggi 235,0 cm dan diameter batang 32,0 mm. Kata kunci : Agroforetsry, gaharu, intensitas cahaya, jarak tanam, kelapa sawit
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
105
Suhartati PENGARUH PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN GAHARU DI AREAL PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Prosiding Bersama Hasil-Hasil Penelitian (BPK Aek Nauli, BPHPS Kuok, BPK Palembang) Pekanbaru 4 Nopember 2010 ABSTRAK Aplikasi pupuk dan pengaturan jarak tanaman gaharu dari pohon kelapa sawit merupakan teknik manipulasi lingkungan untuk memacu pertumbuhan tanaman gaharu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jarak tanam yang optimal antara tanaman gaahru dengan pohon kelapa sawit serta dosis pupuk yang terbaik terhadap pertumbuhan tanaman gaharu pada kebun kelapa sawit. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok, pembagian kelompok berdasarkan jarak tanaman gaharu dari pohon kelapa sawit yaitu 2 m, 3 m, dan 4 m. Perlakuan yang diujicoba adalah dosis pupuk NPK yaitu 50 g/ tanaman, 100 g/ tanaman, dan 150 g/ tanaman, dan kontrol. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman dan diameter batang tanaman gaharu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak 4 m tanaman gaharu dari pohon kelapa sawit dan pupuk NPK sebanyak 150 g/ tanaman adalah yang terbaik, yaitu pertambahan tinggi mencapai 50, 1 cm (77,6%) dan diameter batang mencapai 6, 43 mm (34,85%). Kata kunci : Gaharu, kelapa sawit, jarak tanam, pupuk
106
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Supangat, Agung B. dan Syofia Rahmayanti KERENTANAN HIDROLOGIS TANAH ULTISOLS UNTUK BUDIDAYA TANAMAN SAWIT DI PROPINSI RIAU Prosiding Bersama Hasil-Hasil Penelitian (BPK Aek Nauli, BPHPS Kuok, BPK Palembang) Pekanbaru 4 Nopember 2010 ABSTRAK Pengembangan tanaman kelapa sawit khususnya di Propinsi Riau terjadi secara pesat, dan telah merambah ke wilayah hulu-hulu daerah aliran sungai (DAS). Di satu sisi, pertumbuhan kelapa sawit cocok dengan karakteristik agroklimatologis Riau, namun di sisi lain, sifat tanah Utisols yang rentan mengalami degradasi perlu menjadi bahan pertimbangan dalam pengembangan jenis tanaman ini. Hasil identifikasi menyimpulkan bahwa tanah Ultisols Riau memiliki kerentanan hidrologis yang tinggi, terutama di wilayah hulu DAS, ditunjukkan oleh sifat-sifatnya yang fragile baik fisik maupun kimia. Tanaman kelapa sawit sendiri memiliki karakteristik hidrologis yang boros air ditunjukkan nilai evapotranspirasi (ET) yang tinggi. Penanaman dalam skala luas pada tanah Ultisols akan memberikan kontribusi pada kejadian bencana hidrologi seperti banjir dan kekeringan di wilayah tegah dan hilir DAS. Oleh karenanya, diperlukan upaya pengembangan kelapa sawit secara tepat baik aspek lokasi penanaman, maupun aspek manipulasi lingkungan pertumbuhan, melalui pemupukan yang ramah lingkungan serta aplikasi teknik konservasi tanah dan air secara tepat. Upaya tersebut diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan kelestarian dan produktivitas tanah Ultisols dan tanaman yang ada di atasnya. Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
107
Kata kunci : Tanaman Sawit, Tanah Kerentanan Hidrologis, Riau
108
Ultisols,
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Supangat, Agung B. dan Dewi R. Indrawati EVALUASI PEMANFAATAN TATA RUANG SEBAGAI DASAR PENATAAN KAWASAN HUTAN DALAM DAS (Evaluation of Spatial Land Use As a Base for Forest Area Arrangement in a Watershed) Info Hutan Vol VII, No. 3, Tahun 2010 ; halaman 309-316
ABSTRACT In the context of Bengawan Solo watershed, Wonogiri District has a strategic role as a water recharge area protecting the downstream area. However, in facts, the width of the forest area and the protection area are still less than which ought to. The Wonogiri District has a wide area needs to be protected. Nevertheless, most of them are in different forms of land use including rice fields and other dry farming agriculture. According to the area function map by Baplan (2004) and land use planning map (RTRW Kabupaten), there where only 16,385.06 ha (8.51%) and 42.055,82 ha (21,85%) respectively which were functioned as forest area. They are far below the minimum level of 30%. So that, there have been the inappropriate to the land use planning. The result of research shows that the actual forest area matching with the spatial land use planning (RTRW Kabupaten) was only 10,583.36 ha (25.17% from plan). The remaining areas were dry farming agriculture, rice fields and mix gardens. In view of these, it can be concluded that there were still 31,472.46 ha (74.83%) of area deviated from RTRW. These facts and data can be used to evaluate and revise the on going planning. In that case, it needs comprehensive efforts between stakeholders specifically in the forestry sector, to Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
109
re-arrange the forest/protected area wisely in the Wonogiri District area. Keywords:
Regional planning, planning deviation, forest management, sustainable watershed
ABSTRAK Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo wilayah Kabupaten Wonogiri memiliki peran strategis sebagai daerah resapan air (fungsi lindung) bagi wilayah di bawahnya. Pada kondisi sekarang, luas kawasan hutan yang berfungsi lindung masih kurang karena wilayah yang berfungsi lindung sebagian telah berupa lahan sawah dan pertanian lahan kering. Dalam rencana arahan fungsi kawasan (padu serasi TGHK dan RTRW Propinsi Jawa Tengah, 2004), wilayah Kabupaten Wonogiri yang difungsikan sebagai kawasan hutan hanya 16.385,06 ha atau 8,51% dari luas kabupaten, sedangkan berdasarkan RTRW Kabupaten (yang revisi tahun 2004), luas rencana kawasan hutan adalah 42.055,82 ha atau 21,85 % dari luas kabupaten. Keduanya, masih kurang dari ketentuan luas minimal kawasan hutan yang 30 %. Dibandingkan dengan penggunaan lahan aktual yang ada, telah terjadi penyimpangan terhadap rencana tata guna lahan yang telah disusun (RTRW). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa penggunaan lahan hutan aktual yang sesuai dengan rencana tata guna lahan (TGL) dalam RTRW Kabupaten hanya seluas 10.583,36 ha (25,17% dari rencana). Selebihnya, lahan yang direncanakan sebagai kawasan hutan tersebut masih berupa tegalan, sawah, dan kebun campuran. Luas lahan yang pemanfaatannya tidak sesuai dengan rencana tersebut adalah 31.472,46 ha 110
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
(atau 74,83%). Fakta ini dapat dimanfaatkan sebagai evaluasi untuk para pihak terkait untuk melakukan revisi terhadap rencana yang telah ada dan berjalan untuk disesuaikan dengan kebutuhan luas kawasan dan menata pengelolaan kawasan hutan agar berfungsi sebagai kawasan lindung (hutan lindung), untuk kelestarian DAS. Kata kunci: Wilayah, penyimpangan perencanaan, pengelolaan hutan, kelestarian DAS
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
111
Supangat, Agung B. dan Pamungkas B. Putra STUDI INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI KELAS UMUR TEGAKAN JATI (Tectona Grandis L.) DI CEPU
(Study of Soil Infiltration at Various Age Classes of Teak (Tectona Grandis L.) Stands in Cepu)
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol. II No. 2 Tahun 2010
ABSTRACT One of the soil physical characteristics that is important to be known is soil infiltration capacity. Soil infiltration is the maximum velocity at which water enters the soil surface. Soil infiltration data can be used to estimate the run off in irrigated water management, and in soil and water conservation planning. Soil infiltration capacity in the forest land is influenced by the age of the plant that developed different composition of the forest land communities. This study aims to observe the soil infiltration capacity at Various Age Classes of Teak (Tectona Grandis L.) Stands. The infiltration rate in each location were measured by a Double Ring Infiltrometer instrument. The results showed that the infiltration capacity rate increased along with the increase of the teak plant age. As the teak plant is getting older, the organic matter and soil porosity is increasing. This has good influences in improving soil texture and structure as well as improving macro fauna activities in soil surface. Accordingly, these will increase the soil capacity rate. The thinning activity at the fifth age class and the girdling activity at the eight age class have caused the uncovering forest vegetation. This will impact soil compaction and will decrease the soil infiltration capacity. Key words:
112
Soil infiltration capacity, Teak Forest, Age classes
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
ABSTRAK Salah satu sifat fisik tanah yang penting untuk diketahui adalah laju infiltrasi tanah, yaitu kecepatan maksimum masuknya air secara vertikal ke dalam profil suatu tanah. Informasi infiltrasi tanah dapat dipergunakan untuk menghitung limpasan permukaan (run-off) dalam pengelolaan irigasi serta dalam perencanaan konservasi tanah dan air. Kapasitas infiltrasi tanah di lahan hutan dipengaruhi oleh umur tanaman hutan yang membentuk komposisi komunitas hutan yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas infiltrasi tanah di areal tegakan jati (Tectona grandis L.) pada berbagai kelas umur. Pengukuran infiltrasi tanah dilakukan menggunakan peralatan double ring infiltrometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas infiltrasi tanah pada lahan hutan tanaman jati cenderung semakin meningkat dengan bertambahnya umur tanaman jati. Semakin tua kelas umur (KU) tanaman jati kandungan bahan organik tanah semakin besar serta porositas tanah semakin tinggi, berperan baik dalam memantapkan struktur dan tekstur tanah serta perkembangan biota tanah permukaan, sehingga menyebabkan perbaikan sifat sifik tanah termasuk peningkatan kapasitas infiltrasinya. Pengaruh penjarangan pada KU 5 dan teresan pada KU 8 menyebabkan kondisi vegetasi lebih terbuka karena adanya pembukaan terhadap lahan berdampak pada terjadi pemadatan tanah sehingga menurunkan kapasitas infiltrasi tanah. Kata Kunci : Kapasitas Infiltrasi Tanah, Hutan Jati, Kelas Umur
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
113
114
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
INDEKS PENULIS/ AUTHOR INDEX A Adharyanti, Yuslinda Aprianis, Yeni
31 43, 45, 46, 47, 58, 73, 75, 83
D Donie, Syahrul
48, 54
H Hendalastuti R., Henti Hidayat, Asep
1, 76 1, 50, 79, 81
J Junaedi, Ahmad
21, 22, 27, 31, 51, 52, 54, 62, 69, 78, 79, 81, 83, 84, 92
N Novriyanti, Eka
86
P Pribadi, Avry Purnomo
23, 88, 89 55, 91
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
115
R Rahayu, Supriadi Rahmayanti, Syofia Rochmayanto, Yanto Ruby, Kamindar
31, 56 4, 14, 24, 26, 31, 43, 58, 73, 107 3, 4, 27, 31, 28, 54, 59, 92, 94, 96, 98, 100 29, 31
S Sudarmalik Suhartati Supangat, Agung B. Swandayani, Tri H.
30, 31, 61 6, 8, 10, 12, 14, 22, 31, 33, 58, 103, 104, 106 16, 35, 38, 45, 46, 47, 62, 64, 67, 69, 107, 109, 112 92
W Wahyudi, Agus
116
92, 103, 104
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
INDEKS JUDUL A ANALISA EKONOMI PENGUSAHAAN SUTERA ALAM PADA SKALA RUMAH TANGGA DAN INDUSTRI DI SUMATERA BARAT DAN SUMATERA UTARA ............... 3 ANALISIS EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HTI PULP PADA BERBAGAI ROTASI TEBANG ............... 30 APLIKASI BAHAN ORGANIK SEBAGAI MEDIA PADA PEMBIBITAN EBONI ............................................................ 10 APLIKASI INOKULUM EM-4 DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SENGON .............. 42 ASPEK EKONOMI SISTEM KOFFCO MENUJU ALIH TEKNOLOGI KE SEKTOR SWASTA KEHUTANAN ...... 28
B BEBERAPA JENIS HAMA POTENSIAL YANG MENYERANG TANAMAN Acacia spp............................. . 23 BEBERAPA JENIS POHON ALTERNATIF UNTUK DIKEMBANGKAN DI LAHAN GAMBUT HTI-PULP ...... 22 BINUANG (Octomeles sumatrana Miq.) SEBAGAI JENIS ALTERNATIF TANAMAN PENGHASIL PULP ............... 24
D DIMENSI SERAT DAN NILAI TURUNANNYA DARI TUJUH JENIS KAYU ASAL PROPINSI JAMBI ............... 43 Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
117
E EVALUASI PEMANFAATAN TATA RUANG SEBAGAI DASAR PENATAAN KAWASAN HUTAN DALAM DAS ........................ 109
EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS PEMANFAATAN LIMBAH PAKAN PADA BUDI DAYA SUTERA ALAM SKALA RUMAH TANGGA ................................................. 4
J JENIS-JENIS TANAMAN LOKAL POTENSIAL SEBAGAI BAHAN BAKU PULP .......................................................... 58
K KAJIAN KARAKTERISTIK TANAH PADA TEGAKAN JENIS TANAMAN CEPAT TUMBUH ................................. 6 KAJIAN KIMIA GAHARU HASIL INOKULASI Fusarium sp. PADA Aquilaria microcarpa ........................................... 86 KAJIAN PERAN WADUK SEBAGAI PENGENDALI KUALITAS AIR SECARA ALAMI .................................... 16 KERENTANAN HIDROLOGIS TANAH ULTISOLS UNTUK BUDIDAYA TANAMAN SAWIT DI PROPINSI RIAU .. 107 KESEIMBANGAN TATA AIR SEBAGAI BASIS PERENCANAAN WILAYAH: STUDI KASUS DI SUBDAS CISAREA .............................................................................. 67 KESESUAIAN TEMPAT TUMBUH BEBERAPA JENIS TANAMAN HUTAN PADA LAHAN BERGAMBUT TERBUKA DI KEBUN PERCOBAAN LUBUK SAKAT, RIAU ..................................................................................... 29 118
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
KETERSEDIAAN UNSUR HARA PADA BAGIAN TEGAKAN ............................................................................ 48 KONTRIBUSI HUTAN SEBAGAI ROSOT KARBONDIOKSIDA (Contribution Of Forest As Carbondioxide Sink) ............................................................. 21 KUALITAS DUA JENIS MAHANG SEBAGAI BAHAN BAKU PULP ALTERNATIF ............................................... 73 KUALITAS FISIK BIBIT MERANTI TEMBAGA (Shorea leprosula Miq.) ASAL STEK PUCUK PADA TIGA TINGKAT UMUR ................................................................ 79
N NERACA AIR METEOROLOGIS DI KAWASAN HUTAN TANAMAN: STUDI KASUS DI KHDTK BENAKAT, SUMATERA SELATAN ...................................................... 69
M MANFAAT INFORMASI NERACA AIR UNTUK MENDUKUNG SILVIKULTUR HUTAN TANAMAN ...... 51 MASYARAKAT YANG TINGGAL DI DAERAH RAWAN LONGSOR: INTERPRETASI DAN STRATEGI ADAPTASI (Studi Kasus: Desa Purwoharjo, Kec. Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo) ........................................................................... 48
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
119
P PELUANG PENGEMBANGAN PERLEBAHAN DI AREAL HUTAN TANAMAN DAN PERKEBUNAN DI PROVINSI RIAU ...................................................................................... 91 PEMANFAATAN LIMBAH PELEPAH SAWIT SEBAGAI BAHAN ARANG UNTUK PEMBUATAN ARANG KOMPOS BIO AKTIF (Arkoba) ........................................... 78 PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT DI SEKTOR KEHUTANAN ...................................................................... 75 PEMBUATAN ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA) DARI LIMBAH PENYULINGAN NILAM ......................... 52 PENERAPAN MODEL ANSWERS UNTUK PENDUGAAN LIMPASAN DAN HASIL SEDIMEN PADA SUB DAS KAWASAN HUTAN PINUS DI GOMBONG, JAWA TENGAH: STUDI PENDAHULUAN .................................. 38 PENGARUH BERBAGAI JENIS MATERIAL BOKASHI SEBAGAI MEDIA PEMBIBITAN GMELINA ................... 14 PENGARUH BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI KAWASAN HUTAN PINUS DI GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH ............................................................................... 35 PENGARUH DOSIS ARANG DAN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN GAHARU DI LAHAN KELAPA SAWIT ............................................................... 103 PENGARUH KOMPOSISI MEDIA WPM DAN BAP PADA PERTUMBUHAN BIBIT JATI (Tectona grandis L.) DENGAN PERBANYAKAN SECARA INVITRO ................ 8 PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH PEMELIHARAAN ULAT SUTERA TERHADAP PRODUKSI DAUN MURBEI .................... 26
120
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
PENGARUH PERLAKUAN AWAL TERHADAP VIABILITAS BENIH SENGON BUTOH (Enterolobium cyclocarpum Griseb) ............................................................ 12 PENGARUH PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN GAHARU DI AREAL PERKEBUNAN KELAPA SAWIT ............................................................................... 106 PENGARUH UKURAN DIAMETER STEK BATANG Hopea odorata Roxb DARI KEBUN PANGKAS TERHADAP KEMAMPUAN BERTUNAS, BERAKAR, DAN DAYA HIDUPNYA ............................................................................ 1 PENGURANGAN EMISI KARBON PROVINSI RIAU DALAM MENDUKUNG RENCANA PENYIAPAN REDD INDONESIA ........................................................................ 59 PENINGKATAN KANDUNGAN KARBON DAN POTENSI EKONOMI REDD+ PADA AGROFORESTRY SAWIT GAHARU .............................................................................. 96 PENINGKATAN KANDUNGAN KARBON DAN POTENSI EKONOMI REDD+ PADA AGROFORESTRY SAWITMERANTI ............................................................................. 98 PERAN HUTAN TANAMAN Eucalyptus pellita DALAM MENGATUR TATA AIR WILAYAH ................................ 62 PERAN VEGETASI GULMA PADA TEGAKAN Acacia crassicarpa di LAHAN GAMBUT ........................................ 88 PERUBAHAN
KANDUNGAN
KARBON
DAN
NILAI
EKONOMINYA PADA KONVERSI HUTAN RAWA GAMBUT MENJADI HUTAN TANAMAN INDUSTRI PULP .................... 100 PERTUMBUHAN DAN MUTU FISIK BIBIT JABON (Anthocephalus cadamba Miq.) DI POLIBAG DAN POLITUB ... 84
POLA AGROFORESTRY TANAMAN GAHARU DAN KELAPA SAWIT ............................................................... 104 Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
121
POTENSI HUTAN TANAMAN SEBAGAI MEDIA BUDIDAYA LEBAH MADU .............................................. 55 POTENSI, PRODUKTIVITAS DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH A.Crassicarpa DI LAHAN GAMBUT ............. 45 PRODUKTIVITAS KEBUN PANGKAS DIPTEROCARPACEAE SEBAGAI SUMBER BAHAN STEK .............................................. 50
S SIFAT KAYU GERONGGANG SEBAGAI JENIS PULPABLE ALTERNATIVE PADA LAHAN GAMBUT ... 83 SILVIKULTUR HUTAN TANAMAN KAYU PULP ......... 31 STATUS KESUBURAN TANAH GAMBUT PADA LAHAN HUTAN TANAMAN Acacia crassicarpa: Studi Kasus di HPHTI PT. Arara Abadi, Riau .............................................. 47 STUDI AWAL PERTUMBUHAN JABON (Anthocephalus cadamba Miq.) DI HTI-PULP LAHAN MINERAL DAN GAMBUT ............................................................................. 54 STUDI INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI KELAS UMUR TEGAKAN JATI (Tectona Grandis L.) DI CEPU ... 112 STUDI PENELUSURAN PERJALANAN AIR BANJIR DI SUNGAI BENGAWAN SOLO ............................................. 64
T TEKNIK SILVIKULTUR PADA ROTASI II DAN SETERUSNYA ..................................................................... 61
122
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
TEKNIK SILVIKULTUR KHUSUS UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS 27 TINGKAT KERENTANAN DAN POLA ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN IKLIM (DI DAS KAMPAR)...................................................................... 92
U UJI ASAL SUMBER BIBIT NILAM (pogostemon cablin benth.) DI PASAMAN BARAT SUMATERA BARAT ...... 89 UJI PERTUMBUHN STEK CEMARA SUMATRA Taxus Sumatrana (MIQUEL) DE LAUB ........................................ 84
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
123
TITLE INDEX
A Agroforestry Pattern of Agarwood Species and Oil Palm ..... 104 Application of EM-4 Inoculum and Its Effects on Growth of Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) ...................... 33
B Binuang (Octomeles sumatrana Miq.) as an Alternative Tree Species for Pulp .................................................................... 24
C Contribution of Forest As Carbondioxide Sink ...................... 21
D Determination of Base Price for REDD Compensation on The Pulpwood Industrial Plantation and Peatswamp Forest ......... 94
E Economic Aspect of Koffco system for Supporting Tranfer of Technology to Forestry Private Sector .................................... 28 Effect of Silkworm Farming Waste Application on Mulberry Leaf Production .................................................................... 26 124
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Evaluation of Spatial Land Use As a Base for Forest Area Arrangement in a Watershed ............................................... 109 Effects of Stem cutting Size of Diameter Hopea odorata ROXB at Hedge Orchard to their Soothing, Rooting and Survival Rate Ability ....................................................................................... 1
F Fiber Dimension and Their Derived Values of Seven Wood Species from Jambi Province ................................................ 43 Forest Sylviculture of Tree Species for Pulp ......................... 31
G Growth and physic Quality of Jabon (Anthocephalus cadamba) Miq. Seedling on polybag and polytube ............................... 84
M Manufacturing Bioactive Charcoal-Compost from Patchouli Distillation Wastes ................................................................ 52
P People who live on the land slide area: interpretation and adaptation strategy ( A Case Study: Purwoharjo Village, Samigaluh Sub District, Kulonprogo District) ...................... 48
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
125
Private Forest Management to Support The Pulp Industries’s Need for Raw Material of Wood, Opportunities and Challenges (A Case in Riau Province) .................................................... 56 Productivity of Dipterocarpaceae Hedge Orchard As Cutting Material Resources ............................................................... 50
Q Quality of two species mahang as altenative raw material for pulp ....................................................................................... 73
S Study on Agarwood Chemical Yielded from Fusarium sp. Inoculation at Aquilaria microcarpa ..................................... 86 Study on Flood Tracking in Bengawan Solo River ............... 64 Study of Soil Characteristic at Fast Growing Species Stand..... 6 Study of Soil Infiltration at Various Age Classes of Teak (Tectona Grandis L.) Stands in Cepu .................................... 112 Study on The Role of Reservoirs as Naturally Water Quality Controller .............................................................................. 16
T The Application of ANSWERS Model to Predict Sediment Yield and Runoff at Pine Forest Sub Watershed in Gombong, Central Java: The Preliminary Study ................................................ 38
126
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
The Application of Organic Matter as Medium of Cultivation of Eboni (Diospyros celebica Bakh.) Seedlings ........................ 10 The Change of Carbon Stock and It’s Economic Value on Peatswamp Forest Conversion towards Pulpwood Industrial Plantation Forest ................................................................ 100 The Compatibility of Site Index of Several Tree Species Forest at The Open Peat land To Experimented Plots on Lubuk Sakat, Riau ..................................................................................... 29 The Effects of Land Uses on River Water Quality in Pine Forest Area in Gombong, Kebumen, Central Java .......................... 35 The Effect of Media Composition of Invitro Teak (Tectona grandis L.) Propagation .......................................................... 8 The Effect of of Sengon Butoh (Enterolobium cyclocarpum Griseb) Seeds ......................................................................... 12 The Effect of Various Material Type of Bokashi as Media for Gmelina ( Gmelina arborea Roxb) Seedlings ........................ 14 The Physical Quality of Shorea leprosula Miq. Seedling from Shoot Cutting at Three Age Different Levels of Age ............. 79
W Water Resources Balance as Base Data in Regional Planning: A Case Study in Cirasea Sub Watershed ............................. 67
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
127
128
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007 - 2010
Abstrak Hasil Penelitian BPHPS Kuok Tahun 2007-2010
i