Tugas Individu : Tugas 7 Filsafat Pendidikan Kejuruan Dosen : Dr. Hj. Hasanah Nur. MT.
KUANTITAS PROPORSI SMK : SMA
Oleh ;
Muhammad Riska
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar 2012
A. PENDAHULUAN (LATAR BELAKANG) Pendidikan kejuruan (SMK) adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang bertujuan mempersiapkan tenaga yang memiliki keterampilan dan pengetahuan sesuai dengan kebutuhan persyaratan lapangan kerja dan mampu mengembangkan potensi dirinya dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Dalam proses pendidikan kejuruan perlu ditanamkan pada siswa pentingnya penguasaan pengetahuan dan teknologi, keterampilan bekerja, sikap mandiri, efektif dan efisien dan pentingnya keinginan sukses dalam kariernya sepanjang hayat yang Berdampak sebagai pendukung pertumbuhan industri (kecil atau besar) dan Mengurangi angka pengangguran dan kriminalitas sehingga Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan negara meningkat melalui pajak penghasilan dan pertambahan nilai. Secara teknis Pendidikan kejuruan harus diarahkan kepada pembentukan calon-calon tenaga kerja yang kompeten sesuai dengan bidangnya sebagai upaya pemberdayaan SDM. Kualifikasi kunci pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) adalah: 1).Kompetensi kejuruan, kemampuan sesuai bidang pekerjaannya, 2).Kompetensi sosial, kemampuan bertindak yang sesuai untuk suatu kejadian, 3).Kompetensi media, kemampuan memilih, merencanakan dan menerapkan. 4). Kompetensi personal, kepribadian yang kuat khususnya yang berhubungan dengan sikap kerja. Pendidikan kejuruan harus berorientasi ekonomis dan produktif. Untuk menuju ke hal tersebut tak bisa dilakukan secara gratis karena pada kenyataannya pendidikan kejuruan memang memerlukan biaya besar serta perhatian khusus agar berjalan sebagaimana mestinya. Salah satu permasalahan pendidikan kejuruan adalah Masalah efisiensi pendidikan dapat terjadi karena berbagai faktor, yaitu tenaga kependidikan, peserta didik, kurikulum, program belajar dan pembelajaran, sarana/prasarana pendidikan, dan suasana sosial budaya. Demikian pula masalah efektivitas pendidikan juga dapat terjadi karena faktor tenaga kependidikan, peserta didik, kurukulum, sarana/prasarana pendidikan serta kebijakan pemerintah. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan kejuruan yang tertuang dalam UU Sistem pendidikan Nasional, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Tugas berat dalam rangka efisiensi maupun relevansi pendidikan tidak bisa diserahkan sepenuhnya kepada sekolah atau industry atau pemerintah saja. Sekolah sebagai pendidik calon tenaga kerja dan perusahaan/dunia usaha/industri sebagai pengguna tenaga kerja harus bekerjasama bahu membahu untuk menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan berkinerja tinggi yang tentunya harus mendapatkan dukungan dari pemerintah.
Dari rencana strategis 2010-2014 harapannya rasion peserta didik SMK:SMA = 67:33. Kebijakan ini diharapkan dapat memecahkan salah satu permasalahan pengangguran. Peningkatan pendidikan kejuruan bertujuan menyiapkan tenaga terampil untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan tuntutan dunia industri. Kebijakan ini dilaksanakan dengan meningkatkan daya tampung dan kualitas pendidikan menengah kejuruan serta tetap menjaga keseimbangan dan kualitas pendidikan menengah umum. Mampukah strategi ini efektif dalam mengatasi tantangan yang ada ataukah akan menjadi strategi yang tidak popular?.
B. ANALISIS KEBIJAKAN KUANTITAS PROPORSI SMK:SMA (KAJIAN) Saat ini pemerintah Indonesia mempunyai program dalam dunia pendidikan, yaitu jumlah untuk SMK sebanyak 70% dan 30% untuk SMU. Perubahan jumlah sekolahan ini terpicu data yang diperoleh di lapangan bahwa pengangguran produktif kebanyakan adalah lulusan SMU. Pada dasarnya SMU diprogram untuk mereka yang melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi, sedangkan pembekalan skill (untuk SMU) bisa dikatakan, tidak ada. Berbeda dengan dunia SMK, mereka dituntut untuk menguasai skill serta diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. SMK dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas dari segi keterampilan kerja, maka dari itu saat ini banyak perusahaan yang membutuhkan lulusan dari SMK. Dinas Pendidikan telah menganjurkan untuk lebih memilih SMK karena lebih menjanjikan dalam dunia kerja. Dimasukkannya anak-anak ke sekolahan kejuruan adalah agar siswa cepat mendapat pekerjaan selepas lulus, dengan bekal keterampilan yang didapat dari sekolah. Jadi, sebetulnya, sekolah kejuruan juga berperan aktif dalam pengentasan kemiskinan yang ada di masyarakat, dengan pembekalan keterampilan serta mempersiapkan siswa untuk dapat mandiri. Semakin banyaknya siswa yang belajar di sekolah kejuruan, semakin dapat ditekan pula angka kemiskinan yang ada di masyarakat. Harapan semua pihak, terutama dunia pendidikan dan pemerintah Indonesia adalah siswa yang telah lulus dapat berwirausaha, sehingga angka pengangguran dapat ditekan. Penambahan kwantitas SMK yang diprogramkan pemerintah sampai tahun 2012 ini jumlah SMK bertambah dan rasionya sudah 51-49. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memperkuat pendidikan vokasi di jenjang menegah, dengan terus menambah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Mulai tahun 2013, pemerintah membuat program pendidikan menengah universal, sebagai rintisan wajib belajar 12 tahun. Diharapkan pada tahun 2015 pertumbuhan SMK menjadi 55%. Pendirian SMK baru atau penambahan ruang kelas baru di SMK, disarankan di daerah yang proporsi SMA-nya sudah banyak. Di Pulau Jawa, misalnya, jumlah SMA dinilai sudah cukup sehingga didorong untuk menambah SMK. Adapun daerah perbatasan dan yang masuk koridor
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), didorong untuk membangun SMK. Demikian pula di kota/kabupaten yang angka partisipasi kasar (APK)-nya di bawah nasional, akan ditambah dengan SMK. Pembukaan SMK baru di daerah diharapkan mampu menjadi solusi untuk mengurangi pengangguran seperti harapan pemerintah. Tetapi realitasnya sampai saat ini penambahan SMK membutuhkan pembiayaan yang besar- satu SMK pembiayaannya sama dengan membangun satu SMA. Biaya pendidikan yang besar yang harus terpenuhi SMK dalam rangka menunjang pelaksanaan pendidikan serta peralatan/ sarana dan prasarana. Dilihat dari segi peralatan belajar, maka untuk mewujudkan situasi atau pengalaman belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan perbekalan logistik yang lain. Bengkel dan laboratorium adalah kelengkapan umum yang menyertai eksistensi suatu sekolah kejuruan. Fasilitas sarana dan prasaran sangat mempengaruhi secara langsung kualitas pendidikan, salah satu prinsip pendidikan kejuruan bahwa untuk mendapatlkan lulusan yang kompeten, sebaiknya siswa dilatih sesuai dengan replika dimana ia akan kerja kelak. Belum lagi masalah peminat yang ingin mendaftar di SMK- beberapa SMK di daerah kekurangan murid karena presepsi masyarakat yang masih menomor duakan SMK. Berbagai sekolah kesulitan untuk merekrut siswa lulusan SMP. Hal ini menurut penulis wajar mengingat keberadaan SMK sekarang juga masih belum memberikan harapan yang bagus terhadap lulusannya maupun masa depannya. Belum lagi banyak SMK yang dibuka tidak bermuatan lokal daerah belum lagi keterbatasan guru produktif untuk SMK. Sehingga pembentukan kwalitas lulusan SMK sulit untuk tercapai membuat lulusan susah bersaing di dunia kerja nantinya. Padahal tujuan utama dari lulusan SMK yaitu untuk langsung bekerja atau membuka lapangan kerja sendiri dan untuk orang lain.
C. PENUTUP (KESIMPULAN-SARAN DAN REKOMENDASI) Salah satu masalah yang dihadapi bangsa ini adalah masalah kesenjangan pekerjaan atau banyaknya pengangguran. Pemerintah dengan kebijakannya menambah kuantitas SMK untuk mengatasi masalah tersebut. Karena kita tahu SMK berbeda dengan SMA yang dimana lebih banyak pengasahan skill untuk dunia kerja nantinya sedangkan SMA dipersiapkan untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. Penambahan kuantitas SMK:SMA memiliki berbagai kendala seperti dibahas di atas. Sebaiknya pemerintah melakukan penguatan terhadap SMK yang ada
dengan melakukan promosi dan pencitraan yang baik- seperti Mobil SMK di SOLO dan berbagai pencitraan positif. Sehingga minat masyarakat meningkat sehingga ada nilai jual yang ditawarkan oleh SMK untuk arah tujuan lulusan nantinya. Peningkatan kualitas dengan memperbaharui peralatan praktek sesuai dengan teknologi terkini saya kira mampu membuat lulusan bersaing di dunia usaha dan dunia industri. Harus ada pemetaan dahulu industri-industri yang nantinya menyerap pangsa pasar lulusan smk- sehingga setelah lulus mereka sudah tahu tujuan akan bekerja dimana. Sehingga siswa SMK mengasah skill dan kemampuan mereka dengan peralatan praktek yang standar.
Daftar Pustaka
KEMENDIKBUT. 2012. “Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2010—2014”. http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/tentangkemdikbud-renstra Direktorat Pembinaan SMK. “Roadmap Pengembangan Smk 2010-2014” Henisetyanto. 2011. Analisis Kebijakan Porsi Smk 70 Dan Sma 30. http://henisatyanto.wordpress.com/2011/07/22/analisis-kebijakan-porsi-smk-70dan-sma-30/ Kompas Online. 2012. “Jumlah SMK Terus Ditambah” http://edukasi.kompas.com/read/2012/08/29/20190521/Jumlah.SMK.Terus.Ditam bah