KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENGGAPAI BONUS DEMOGRAFI Rachmawati Madjid Abstract. A region/country is over populated when it exceed the environmental resources to support its sustainability. For the long-run, carrying capacity of the area has decreased by human activity, then the region experiencing overpopulation. Demographic situation in Indonesia is a high growth rate, a young population age structure and population distribution is imbalance. Human resource development as development capital should go well along with improving the quality of education and the provision of sufficient jobs that touch the economic improvement of society. All aspects of population also affects national security. Therefore, in order to utilize the window of opportunity that is not free and to keep away from problems for the national resilience in the future , the government ought to prepare carefully from now on for the sake of reaching a demographic dividend . Keywords : Population , Human Resources , Demographic Bonus Abstrak. Suatu wilayah/negara dikatakan mengalami kelebihan penduduk apabila jumlah penduduk melebihi kapasitas sumberdaya atau lingkungan untuk mendukung keberlanjutannya. Untuk jangka panjang daya dukung wilayah jelas mengalami penurunan oleh aktivitas manusia, maka wilayah tersebut mengalami kelebihan penduduk. Situasi kependudukan di Indonesia yaitu tingkat pertumbuhan yang tinggi, struktur umur penduduk yang muda dan penyebaran penduduk yang tidak merata. Pengembangan sumberdaya manusia sebagai modal pembangunan seharusnya berjalan baik seiring dengan peningkatan kualitas pendidikan dan penyediaan lapangan pekerjaan yang memadai sehingga menyentuh perbaikan ekonomi masyarakat. Seluruh aspek kependudukan turut mempengaruhi ketahanan nasional. Karena itu, agar jendela peluang yang tidak gratis itu termanfaatkan dan tidak menimbulkan persoalan bagi ketahanan bangsa di masa depan, sepatutnya pemerintah mempersiapkan diri secara matang mulai sekarang agar dapat meraih bonus demografi. Kata kunci : Kependudukan, Sumberdaya manusia, Bonus demografi Pertumbuhan penduduk yang relatif cepat, lapangan pekerjaan tidak mencukupi, dan sumber ekonomi yang tersedia dalam proposi yang tidak rasional telah menimbulkan pendapatan perkapita yang rendah serta kemiskinan pada sebagian besar rakyat suatu negara. Sementara itu sektor pendidikan telah banyak menghasilkan produksinya dalam jumlah yang sangat besar pula, dan jumlah itu ternyata tidak dapat tersedot ke lapangan pekerjaan yang tersedia. Kelebihan penduduk (over population) seringkali diartikan sebagai kepadatan penzzduduk yang berlebihan (overcrowding). Kepadatan penduduk seharusnya dilihat pada jumlah penduduk pada setiap kilometer persegi suatu wilayah (density). Kepadatan penduduk umumnya tidak relevan dengan permasalahan kelebihan penduduk. Untuk memahami kelebihan penduduk bukan pada kepadatan
penduduk suatu wilayah, tetapi pada jumlah orang dalam suatu wilayah dengan sumberdaya dan kapasitas lingkungannya untuk mendukung keberlanjutan aktivitas manusia sebagai daya dukung lingkungan/wilayah. Seluruh kehidupan ekonomi kita cenderung memiliki bentuk searah dengan kecenderungan lingkungan, tetapi saat ini terjadi sebaliknya. Kita sekarang memengaruhi lingkungan dunia dengan cara-cara sebelumnya tidak masuk akal, misalnya dengan penggunaan bahan bakar fosil, merusak hutan tropis dan menimbulkan pencemaran. Kita mendapat informasi dari TV dan media lainnya tentang meningkatnya jumlah penduduk yang kehilangan tempat tinggal dan kelaparan karena kekurangan bahan makanan dan musim kemarau, hal ini seringkali diakibatkan karena penurunan kualitas lingkungan. Penduduk semacam ini menjadi 'pengungsi lingkungan', dan kita akan melihat
lebih banyak lagi orang-orang yang menghadapi problema semacam ini di masa yang akan datang. Saat dunia menghadapi krisis terkait iklim, energi, pangan, kemiskinan, ekonomi global, dan gonjang-ganjing politik, masalah penduduk menjadi krusial. Namun, gambaran besar demografi selalu berhadapan dengan hak-hak asasi manusia. Jumlah penduduk dunia mencapai satu miliar tahun 1804 dan dibutuhkan satu abad untuk mencapai dua miliar. Namun, penduduk bertumbuh sangat cepat sepanjang abad ke-20. Jumlah penduduk menjadi dua kali lipat, dari tiga miliar tahun 1959 menjadi enam miliar tahun 1999, lalu tujuh miliar tahun 2011. Meskipun tingkat pertumbuhan global melambat, penduduk Bumi bertambah 78 juta orang setiap tahun. Menurut proyeksi Perserikat Bangsa-Bangsa, jumlah penduduk mencapai 9,6 miliar tahun 2050. Untuk pertama kali dalam sejarah, satu miliar orang tidur dengan perut lapar tiap hari dan lebih dari 100 juta orang menderita kelaparan kronis karena mahalnya harga pangan dan resesi ekonomi. Rendahnya kualitas sumber daya manusia menjadi salah satu ancaman pemanfaatan bonus demografi yang akan mencapai puncaknya pada 2020-2030. Bonus demografi justru bisa jadi masalah. Indonesia berhadapan dengan berbagai persoalan itu terkait dinamika kependudukan. Tingginya laju pertumbuhan penduduk bisa membuat Indonesia terancam gagal memanfaatkan bonus demografi yang hanya terjadi satu kali pada suatu bangsa. Bonus demografi membuka cendela peluang kalau tingkat fertilitas (TFR) turun, antara 2,01 dan 1,87. Saat ini TFR masih bertengger pada angka 2,6. Upaya pengendalian kependudukan boleh saja berhasil. Namun, apa gunanya rasio ketergantungan penduduk lanjut usia terhadap usia produktif rendah jika tenaga kerja terdiri atas buruh berupah rendah dan bisa kapanpun jatuh miskin akibat inflasi naik. Masalah Salah satu masalah nasional yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah masalah kependudukan dan sumber daya manusia, masalah ini mendasar di bidang ketenagakerjaan yaitu keterbatasan kesempatan kerja, dan rendahnya kualitas serta
produktivitas tenaga kerja, sehingga kita dihadapkan pada pertanyaan: (1) Bagaimana kualitas SDM dalam menyongsong bonus demografi? (2) Bagaimana kemampuan SDM dapat beradaptasi dengan dunia kerja dalam menghadapi kompetisi global? Manfaat Untuk mengatasi pengangguran, kemiskinan dan kesenjangan yang dialami masyarakat Indonesia yang telah bersifat struktural. Sebagai suatu pemikiran untuk menempatkan penduduk / SDM sebagai asset pembangunan yang harus ditingkatkan peranannya. KAJIAN LITERATUR Teori Malthus mengatakan bahwa laju pertambahan penduduk menurut deret ukur, sedangkan produksi pangan menurut deret tambah artinya laju pertambahan penduduk lebih cepat daripada produksi pangan. Penelitian dari The Club of Rome (1972) yang berjudul The Limit of Growth, yang saat itu meramalkan bahwa tahun 2000 sistem kehidupan kita akan mengalami penurunan akibat tidak adanya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan sumber alam yang tersedia. Lester Brown memberi komentar mengenai The Limit of Growth, menyatakan kita harus berhati-hati dan berbuat sedemikian rupa, supaya kita aman di waktu mendatang. Ujaran Mahatma Gandhi bahwa bumi menyediakan kebutuhan manusia dan makhluk hidup secara cukup, tetapi tidak keserakahannya, boleh diyakini, namun sejarah mengungkapkan keserakahan manusia tidak bisa dibendung. Selo Sumarjan (1977) melihat keadaan ini, mengatakan bukan bersikap pesimis atau optimis yang didasarkan kepada 'Act of God', namun harus bersikap realistis melihat kenyataan yang ada. Salah satu jalan yang paling manusiawi untuk membatasi jumlah penduduk yang terlalu banyak adalah dengan membatasi kelahiran melalui program Keluarga Berencana (Family Planning) yang disertai dengan Beyond Family Planning. Bonus demografi merupakan kondisi saat jumlah penduduk usia nonproduktif yang bergantung pada penduduk produktif (usia 15-64) mencapai titik terendah. Bonus demografi dimulai awal 1990-an karena
keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) sejak tahun 1970-an. Ahli ekonomi Adam Smith yang dikenal sebagai tokoh ekonomi pembangunan dalam bukunya 'Wealth of Nations' telah menyatakan faktor ekonomi adalah 1) tanah, 2) tenaga kerja (labour) dan 3) modal. Alfret Marshall (1842-1924) juga menekankan 'the importance of education as a national investment' dan dalam pandangannya 'the most valuable of all capital is that investment in human being'. Namun sayangnya, para ekonom kemudian kurang menekankan pentingnya faktor manusia. Kebijakan pengendalian penduduk didefinisikan sebagai tindakan-tindakan pemerintah berupa hukum-hukum, aturan-aturan dan program-program yang memengaruhi tiga komponen, yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi, sebagai suatu cara untuk memengaruhi pemmbangunan sosial dan ekonomi. Keterkaitan kependudukan dan proses pembangunan merupakan status pendidikan sebagai keluaran pembangunan, karena melalui pendidikan berlangsung transformasi peradaban dan perubahan ke arah pembaharuan sepanjang sejarah manusia. Pendidikan pada hakikatnya adalah perubahan pribadi manusia, meliputi perubahan pengetahuan, sikap dan perilakunya. Apabila ditinjau dari sudut kebudayaan maka pendidikan adalah proses pembudayaan manusia melalui proses edukasi, sosialisasi dan akulturalisasi. Pendidikan mempunyai peran besar salam pengembangan sumber daya manusia yaitu membina manusia menjadi tenaga produktif atau man power itulah sebabnya ada pendekatan pendidikan yang dikenal dengan man power approach. Dalam pendekatan ini pendidikan ditekankan kepada membangun tenaga pembangunan (to build man power build up). Pengembangan pendidikan dalam hubungannya dengan sumber daya manusia yang berarti pembangunan pendidikan tidak hanya pemberian pengetahuan tetapi lebih ditekankan kepada kemampuan manusia dalam melaksanakan tugas pekerjaannya. Berdasarkan kajian di atas dapat dianalisis bahwa ketahanan suatu bangsa terancam runtuh bila pertumbuhan penduduk tak terkendali, kualitas rendah, daya dukung lingkungan turun, pengangguran tinggi, kehancuran lingkungan
karena pengelolaan sumber daya alam hanya berdasar pertimbangan politik-ekonomi jangka pendek, jurang kesenjangan melebar dan konflik perebutan sumber daya. Indonesia sebagai bangsa yang sedang berkembang berjuang melawan kebodohan, kelaparan dan kemelaratan serta mencoba meningkatkan intelektualisme masyarakatnya, untuk mengejar ketinggalan dan agar dapat menyesuaikan diri pada modernisasi yang diakibatkan perkembangan ilmu dan teknologi. METODE Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif dan studi literatur dengan : a) menelusuri literatur kependudukan untuk mencari teori yang dapat menerangkan fenomena kualitas SDM, b) Mengikuti perkembangan penelitian/penulisan dalam bidang kependudukan dan ketenagakerjaan, dan c) Memanfaatkan data sekunder yang terhimpun pada BPS. Data tersebut disederhanakan ke dalam bentuk yang lebih muda dibaca dan diinterpretasikan sehingga menjadi informasi yang mudah dipahami. PEMBAHASAN Suatu wilayah dikatakan kelebihan penduduk jika jumlah penduduknya melebihi kemampuan sumberdaya lingkungan wilayah tersebut untuk mendukung kelangsungan hidup penduduk atau terjadi penurunan daya dukung lingkungan, Dalam jangka panjang daya dukung suatu wilayah akan menurun karena jumlah penduduk meningkat. Negara-negara dengan tingkat pendapatan yang layak, penduduknya cenderung memiliki tingkat kelahiran yang lebih rendah daripada negara-negara dengan tingkat kemakmuran yang tidak merata. Budaya dan agama merupakan faktor-faktor yang penting serta mempengaruhi ukuran keluarga, tanpa mengabaikan tingkat kesejahteraan dan pendidikannya dalam masyarakat. Hal-hal lainnya tergantung pada kebijakan pemerintah masing-masing. Pada beberapa dasawarsa yang lalu, beberapa negara sedang berkembang mulai mengambil langkah untuk mengatasi masalah pertumbuhan penduduk yang cepat, melalui kebijakan-kebijakan yang diambil untuk menekan kelahiran. China merupakan salah satu contoh yang ekstrim, dimana
pasangan suami istri yang memiliki lebih dari satu anak dikenai denda. Negara-negara maju membantu dan menyediakan bantuan dana untuk mendukung program-program yang bertujuan mengurangi tingkat kelahiran di Negara sedang Berkembang. Program-program kependudukan tidak dapat dipungkiri merupakan cara penggunaan dana yang efektif untuk meningkatkan standar hidup. Terdapat fakta bahwa lahirnya bayi di negara maju ternyata lebih banyak menimbulkan kerusakan lingkungan daripada bayi yang lahir d negara miskin, sehingga permasalahan penduduk juga merupakan permasalahan di negara maju. Situasi Kependudukan Indonesia Indonesia merupakan negara nomor empat yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia setelah China (1.119,9 juta), India (853,4 juta), dan Amerika Serikat (251,4 juta). Pada tahun 1971 jumlah penduduk Indonesia sebesar 119,2 juta jiwa dan pada tahun 1980 sebesar 147,4 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduk antara tahun 1971-1980 2,32% setiap tahunnya. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1990 sebanyak 179.,3 juta jiwa. Pada priode 1980-1990 laju pertumbuhan penduduk Indonesia menurun menjadi 1,97%, tahun 1994 lebih 190 juta jiwa, ini setelah adanya program keluarga berencana dan tahun 2000 penduduk Indonesia 210 juta jiwa, sekarang tahun 2013 penduduk Indonesia 245 juta jiwa. Walaupun
demikian angka pertumbuhan ini masih tinggi. Permasalahan utama penduduk Indonesia yaitu pertumbuhan penduduk yang tinggi, struktur umur penduduk yang muda dan sebaran penduduk yang tidak merata pada pulau-pulau. Ketiga permasalahan penduduk ini menimbulkan berbagai permasalaha penduduk dan lingkungan hidup. Gambar 1 dan Gambar 2. Dari jumlah penduduk tersebut apabila dikaitkan dengan luas wilayah (pulau) Indonesia, maka terdapat sebaran yang tidak merata. Pulau Jawa yang luasnya hanya 6,89% (132.187 Km2) dari luas Indonesia (1.904.569 Km2), menampung 59,99% penduduk Indonesia pada tahun 1990. Sebaran penduduk yang tidak merata menyebabkan kepadatan penduduk yang timpang per kilometer persegi di propinsi-propinsi di pulau jawa. Demikian pula propinsi-propinsi di luar pulau Jawa yang rata-rata di atas 100 jiwa per Km2. Ketimpangan distribusi penduduk terkait dengan pengelolaan sumberdaya alam yang tidak seimbang, salah satu usaha yang dilakukan adalah program transmigrasi. Namun, tengoklah kondisi manusia Indonesia saat ini. Indeks Pembangunan Manusia Indonesia di ASEAN sejak 1980 hingga 2011 berada di bawah Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand dan Pilipina. Lama pendidikan rata-rata penduduk 5,7 tahun. Jumlah pengangguran terbuka 2011 mencapai 6,56 persen (77 juta jiwa) penduduk. Industri
nasional masih terfokus pada sektor yang nilai tambahnya rendah. perkiraan BKKBN ada 150 juta tenaga kerja pada 2030, jumlah tenaga yang jumlah rata-rata anak yang dilahirkan. Butuh kerja keras agar jendela peluang termanfaatkan. Indonesia tidak bisa terlepas dari dunia, kemajuan teknologi negara lain perlu diantisipasi jika indonesia ingin sejajar dengan negara-negara maju. Pembangunan Pendidikan dan Kesempatan Kerja. Masalah angkatan kerja dan lapangan kerja mempunyai arti tersendiri dalam pembangunan nasional, dan akan lebih terasa di tahun-tahun mendatang sebagai akibat melonjaknya jumlah penduduk terutama penduduk usia muda/produktif. Angkatan kerja dan lapangan kerja semakin bertambah kompleks apabila dimensi pendidikan tidak diperhitungkan, dan laju pertumbuhan penduduk yang cepat menyebabkan bertambahnya jumlah angkatan kerja, sehingga tidak ada keseimbangan antara jumlah angkatan kerja dengan kesempatan kerja. Maka dalam hal ini pendidikan harus banyak memainkan perannya. Menurut data yang ada saat ini terdapat jumlah angkatan kerja sebanyak 118 juta orang, dengan kenaikan rata-rata setiap tahunnya 2 juta -2.5 juta orang. Angkatan kerja yang diproduksi setiap tahun sebagian besar tidak mampu menciptakan lapangan kerja sendiri sehingga mereka menjadi beban yang cukup berat. Sistem pendidikan kita saat ini hanya mampu melahirkan lulusan saja yang kemudian
menggantungkan diri pada kemungkinan adanya peluang untuk memanfaatkan tenaganya. Peluang itu sangat tipis artinya yang tertampung sangat sedikit jumlahnya, tetapi selebihnya bahkan sebagian besar menjadi penambah deretan pengangguran yang barisannya cukup panjang. Oleh karena itu pembangunan pendidikan sangat dituntut ke arah penanggulangan secara terpadu dalam keseluruhan pembangunan nasional. Gambar 3. Dengan APBN 2013 senilai Rp 1.683 triliun dan RAPBN 2014 sedikitnya Rp1,900 triliun. Indonesia semestinya memiliki sistem pendidikan murah dan mudah diakses seluruh rakyat. Tentu saja pemerintah harus punya perencanaan terpadu pertumbuhan penduduk yang 30 tahun terakhir tumbuh dua kali dari sebelum tahun 1971. Pemerintah harus menggenjot pendidikan yang dapat dinikmati secara adil dan merata oleh rakyat. Tidak boleh ada yang tertinggal mendapatkan pendidikan. Lulusan SD dan SMP harus melanjutkan pendidikan demi menghasilkan angkatan kerja terampil. Indonesia butuh rencana aksi strategis untuk mencegah lebih banyak lagi lulusan SD dan SMP, yang sedikitnya berjumlah 77,8 juta orang masuk ke pasar kerja. Tanpa meningkatkan kualitas angkatan kerja, Indonesia terancam gagal menikmati bonus demografi pada tahun 2020 - 2030. Pengembangan SDM dan Pertumbuhan Ekonomi Pengembangan sumber daya manusia
sebagai modal pembangunan seharusnya sudah berjalan baik karena pemerintah mengalokasikan 20 persen dari anggaran nasional untuk kebutuhan pendidikan setiap tahun. Pendidikan merupakan investasi manusia yang harus diarahkan kepada pengembang sumber daya manusia, melalui sektor pengembangan lapangan kerja yang diarahkan kepada pertumbuhan ekonomi. Pendidikan diharapkan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dibandingkan dengan nilai produktif sebelum ditambah faktor manusia. Nilai ekonomis pendidikan biasanya nampak dalam dua hal yaitu nilai pendidikan bagi konsumen dan nilai pendidikan bagi produsen, hal ini berkesinambungan dengan usaha pembangunan nasional secara menyeluruh. Gambar 4. Pertumbuhan ekonomi membawa akibat pembangunan bidang pendidikan. Artinya pembangunan pendidikan ditunjang oleh pertumbuhan ekonomi, oleh sebab itu strategi pembangunan pendidikan mau tidak mau harus melihat dimensi sumber daya manusia dan pengembangan lapangan pekerjaan. Pertumbuhan ekonomi berarti bertambahnya produksi secara nasional yang diukur dengan harga yang sama. Ukuran yang bisa digunakan ialah melihat pertumbuhan ekonomi dengan meneliti kualitas manusia, peralatan produksi dan besaran ekonomi. Persoalannya ialah bagaimana strategi pembangunan agar
mempunyai kontribusi yang tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi. Industri yang mengolah sumber daya alam, seperti tambang, agrobisnis, dan kehutanan, tumbuh pesat seiring peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan pemerintah mendorong industri hilir juga akan menambah laju perputaran roda ekonomi di daerah. Persebaran penduduk di daerah akan meningkatkan ketahanan negara jika diiringi dengan kualitas penduduk yang baik. Saat roda ekonomi berputar kencang, biasanya kinerja perbankan ikut cemerlang. Laba industri perbankan nasional tumbuh 23,65 persen dari Rp75,08 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp92,83 triliun pada tahun 2012.. Aset perbankan pun tumbuh dari Rp3.652,83 triliun pada 2011 menjadi Rp4.262,59 triliun pada 2012. Sayangnya, kinerja yang paling baik ini belum mengoptimalkan seluruh potensi nasional. Nelayan-nelayan yang bermukim di desa pesisir lebih senang meminjam uang kepada tengkulak dengan bunga tinggi daripada meminjam pada bank. Contohnya Nelayan di Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Banten tidak mengenal program Kredit Usaha Rakyat dengan suku bunga bersubsidi. Asas ke hati-hatian membuat perbankan tidak menyalurkan kredit kepada rakyat kebanyakan yang dianggap tidak layak bank sebab tidak memiliki
agunan. Prosedur perbankan yang rumit untuk pinjaman mikro membuat jumlah orang yang berhubungan dengan layanan perbankan rendah. Menurut Bank Dunia, sekitar 79 persen penduduk belum mampu mengakses layanan keuangan formal, 19 persen berhubungan dengan bank dan 2 persen berhubungan dengan layanan keuangan formal lainnya. Rasio kredit terhadap produk domestik bruto Indonesia juga sangat rendah, yaitu 31,7 persen. Bandingkan dengan negara lain, seperti Thailand (131,9 persen), Malaysia (115,9 persen), dan Vietnam (111,6 persen). Padahal, perbankan seharusnya dapat menjadi sarana mengumpulkan dana masyarakat yang jumlahnya mencapai triliunan rupiah untuk modal pembangunan. Sumber pendanaan lain adalah jaminan sosial. Semakin baik tingkat pendidikan dan pendapatan pekerja, iuran yang dapat ditarik juga semakin besar dan dapat menjadi dana pembangunan. Pembangunan kependudukan, pendidikan, dan akses keuangan harus menjadi landasan petumbuhan ekonomi nasional. Ciri-ciri Penduduk Indonesia ke Depan Keluarga Kecil. Keberhasilan program KB berdampak pada menurunnya jumlah anak dalam keluarga. Di saat bersamaan, jumlah keluarga akan meningkat seiring bertambahnya penduduk. Ibu memiliki waktu luang lebih banyak dan semakin banyak perempuan yang akan masuk ke pasar kerja. Urbanisasi Proporsi penduduk perkotaan akan meningkat tajam. Pertama karena adanya aliran penduduk dari desa ke kota akibat investasi masih hanya mencapai daerah perkotaan. Kedua karena berubahnya status desa menjadi kota. Mobilitas Tinggi Revolusi transportasi dan komunikasi menyebabkan mobilitas penduduk meningkat secara signifikan. Mobilitas menjadi lebih mudah terutama dengan munjulnya berbagai low cost carrier dan komunikasi mendekatkan "jarak" antara migran dengan kerabat mereka. Penduduk Menua
Menurunnya angka kematian bayi, membaiknya akses penduduk terhadap fasilitas kesehatan, serta penemuan di bidang kesehatan menyebabkan usia harapan hidup meningkat. Di saat yang bersamaan, total fertility rate turun sehingga merubah struktur penduduk menurut usia. Jendela Peluang Saat ini hingga 30 tahun ke depan, penduduk Indonesia didominasi oleh penduduk usia produktif. Ini merupakan jendela peluang untuk memperoleh bonus demografi. Momentum Penduduk Masih besarnya proporsi penduduk muda menyebabkan angka kelahiran akan terus naik, sehingga jumlah penduduk Indonesia terus bertambah dari waktu ke waktu. Menurut Internasional Labour Organization (ILO), pada dasawarsa mendatang, 50 - 60 persen penduduk negara maju khususnya Eropa, Amerika Utara, Asia Timur dan Australia akan berusia lanjut, "mereka akan kekurangan tenaga kerja muda, ini peluang bagi penduduk usia muda Indonesia". Jerman sudah mengantisipasi hal itu dengan mengirim delegasi untuk membujuk pemerintah mengirim tenaga kerja. Hal yang sudah dilakukan oleh Jepang dan Korea Selatan. Dua negara Asia itu telah memberikan kesempatan kepada Indonesia untuk mengirim tenaga kerja muda, baik untuk bekerja di Industri maupun perawat. Hal serupa diperkirakan akan dilakukan negara maju lain dalam 5 tahun terahkir. Simpulan Dalam menyongsong bonus demografi, sumber daya manusia merupakan salah satu aspek terpenting dalam menghadapi persaingan di segala bidang. Pada era tersebut, diperkirakan akan terjadi arus masuk barang maupun arus informasi yang berasal dari luar negeri, bahkan masuknya tenaga kerja asing ke Indonesia yang tidak dapat dibendung lagi. Dalam menghadapi kompetisi global, dituntut sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kemampuan beradaptasi dengan dunia kerja, memiliki kecakapan hidup, yaitu berani menghadapi problem kehidupan dan secara proaktif dan kreatif mampu mencari solusi dan mengatasinya, memiliki jiwa kewirausahaan,
yaitu mampu membuka lapangan pekerjaan sendiri berdasarkan keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki. Angkatan kerja dan lapangan kerja semakin kompleks, laju pertumbuhan penduduk semakin pesat, sehingga tidak ada keseimbangan antara jumlah angkatan kerja dengan lapangan kerja. Oleh karena itu, pembangunan pendidikan dituntut kearah penaggulangan secara terpadu dalam keseluruhan pembangunan nasional. Saran Pembangunan kualitas sumber daya manusia sebaiknya menjadi landasan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menyasar kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Oleh karena itu, Indonesia butuh pemimpin bervisi jangka panjang yang memihak keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kita pasti bias. DAFTAR PUSTAKA Brown Lester, dkk. 1989. Dunia Penuh Ancaman, Yayasan obor Indonesiaentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey 07458. Buchholz Rogene A, 1999. Principle of Environmental Management. Prentice hall, Upper Saddle River, New Jersey 07458. Badan Pusat Statistik, Statistik Indonesia 2011. Engkoswara, 2002. Lembaga Pendidikan
sebagai Pusat Pembudayaan, Yayasan Amal Keluarga. Harry Sonny Budiutomo Harmadi, 2013, Profil Penduduk Indonesia dan Perkiraan perkembangannya, Lembaga Demografi FE-UI Kompas, 19 April 2013. Kesempatan yang Adil bagi Semua. Latunreng Wahyuddin, 2008. Kapita Selekta Strategi Ketahanan Nasional. Perputakaan Nasional Dalam Terbitan (KDT) Malthus Thomas, Julian Huxley, Frederick Osborn, terjemahan Dindin Solahudin. 2004, Ledakan Penduduk Dunia. Prinsip-Prinsip Kependudukan dan Pengedaliannya, Yayasan Nuansa Cendekia. Bandung. Meadows Donella H, 1982, The Limits to Growth A Report for THE CLUB ROME'S Proyect on the Predicament of Mankind, PT Gramedia Jakarta. Tjiptoherijanto Prijono, 1999. Keseimbangan Penduduk, Manajemen Sumberdaya Manusia dan Pembangunan Daerah. Pustaka Sinar Harapan. www.merdeka.com, Kadin : Bonus Demografi Indonesia Bisa Jadi Musibah. 5 Oktober 2013.