STRATEGI PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (STUDI KOMPARASI ATAS PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA DENGAN HASAN LANGGULUNG)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (Spd. I)
Oleh : CHAERUL ANWAR 101011020664
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/ 2009 M
1
2
STRATEGI PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (STUDI KOMPARASI ATAS PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA DENGAN HASAN LANGGULUNG)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (Spd. I)
Oleh: CHAERUL ANWAR NIM: 101011020664
Di Bawah Bimbingan: Dr. ZAIMUDDIN M.Ag NIP: 150 247 331
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/ 2009 M
3
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul: "Strategi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia" (Studi Komparasi atas Pemikiran Ki Hajar Dewantoro dengan Hasan Langgulung) diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada, 10 Juni 2009 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S 1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama.
Jakarta, 10 Juni 2009 Panitia Ujian Munaqasyah Ketua Jurusan
tanggal Tanda tangan
4
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Chaerul Anwar
Tempat/Tgl.Lahir
: Bogor,15-05-1983
NIM
: 101011020664
Jurusan / Prodi
: Pendidikan Agama Islam / S1
Judul Skripsi
: Strategi
Pendidikan
Dalam
Meningkatkan
Kualitas
Sumber Daya Manusia (studi komparasi atas pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan Hasan Langgulung) Dosen Pembimbing
: Dr. Zaimuddin, M. Ag
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, Juni 2009 Mahasiswa Ybs.
Chaerul Anwar NIM. 101011020664
5
ABSTRAK Strategi Pendidikan dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (Studi komparasi atas pemikiran Ki Hajar Dewantoro dengan Hasan Langgulung) Oleh Chaerul Anwar Kulitas sumber daya manusia merupakan modal dasar atau titik sentral yang menjadi subjek pembagunan, karena keberhasilan pembangunan terutama ditentukan oleh kualitas sumber dasya manusianya bukan oleh melimpah ruahnya kekayaan alam. Terlebih lagi di era globalisasi ini sebagai era yang penuh dengan persaingan. Upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan melalui berbagai jalur diantaranya pendidikan. Pendidikan ini merupakan jalur peningkatan kualitas sumber daya manusia yang lebih menekankan pada pembentukan kualitas dasar seperti keimanan, kepribadian, kecerdasan, kreatifitas dan sebagainya. Dahulu pendidikan lebih merupakan model pembentukan maupun pewarisan nilai-nilai tradisi masyarakat artinya misi pendidikan dianggap berhasil ketika anak didik sudah mempunyai sifat positif dalam memelihara tradisi masyarakatnya. Kini paradigm demikian harus direkontruksi agar setiap individu tidak acuh terhadap persoalan yang terkait dengan kepentingan pembangunan baik dalam hal ekonomi, ketenaga kerjaan dan persoalan lainnya. Berbagai konsep pendidikan telah ditawarkan oleh pakar pendidikan sebagai upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia seperti Ki Hajar Dewantoro dan Hasan Langgulung. Kedua konsep yang telah ditawarkan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan oleh kedua tokoh dianggap sebagai acuan terbaik dalam sistem pendidikan yang ada di Indonesia karena dari dua sistem pendidikan yang ada baik Diknas maupun Depag mengacu pada konsep pemikiran pendidikan yang telah di gagas oleh kedua tokoh tersebut, dimana Diknas mengacu pada konsep yang telah ditawarkan oleh Ki Hajar Dewantoro sedangkan Depag mengacu pada konsep yang telah ditawarkan oleh Hasan Langgulung.
6
KATA PENGANTAR
ﺑﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ Pada saat yang berbahagia ini izinkanlah penulis memanjatkan segala puji dan syukur ke hadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan, shalawat teriring salam semoga selalu tercurah kehadirat junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, namun berkat bantuan serta motivasi yang tak ternilai dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapt diselesaikan. Penulis hanya mampu menghaturkan terima kasih yang terdalam dan rasa hormat kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Khususnya kepada Bapak Dr. Zaimuddin M.Ag sebagai pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang telah bersedia dengan tulus memberikan bimbingan, petunjuk, motivasi dan saran kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini. Selanjutnya tak lupa pula penulis sampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang ikut membantu, diantaranya: 1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam. 3. Bapak Dr. Zaimudin. M.Ag, dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penulisan skripsi ini. 4. Bapak Prof. Dr. Mastuhu M.Sc (alm) Selaku dosen Penasehat Akademik. 5. Seluruh Dosen dan staf karyawan jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mencurahkan ilmu pengetahuan kepada penulis semasa kuliah.
7
6. Seluruh staf dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas peminjaman bukubuku yang penulis perlukan. 7. Yang tercinta Ayahanda Sainih (alm), Ibunda Amah, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, perhatian, doa serta membiayai selama masa pendidikan. 8. Kepada Kakanda (Saropah, Suhada, Suhana dan Samsudin) serta Adinda (Suryati dan Nurhayati). Saya sampaikan ucapan terima kasih atas bantuannya baik materi maupun non materi yang dengan tulus ikhlas kalian berikan. 9. Teman- teman PAI Se-angkatan yang telah membantu dan memberikan saran dan motivasi bagi penulis sehingga selesainya skripsi ini. 10. Sahabat-
sahabat
penulis,
Sutrisno,
Himla,
Dardiri,
Anwarudin,
Nuralamsyah, Ilham, Mawan, Ijul, Raup, Apang, Peti,s Bode dan temanteman yang tak bisa penulis sebutkan namun tak mengurangi rasa terima kasih atas perhatian dan motivasi serta bantuannya selama proses penyelesaikan skripsi ini.. 11. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan sripsi dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Hanya harapan dan do’a semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah berjasa dalam membantu penulis dalam menyelelesaikan skripsi ini. Amin…
Jakarta, Juni 2009
Penulis
8
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Realitas Pendidikan Islam saat ini bisa dibilang telah mengalami masa kebuntuan intelektual. Diantara indikasinya adalah; pertama, minimnya upaya pembaharuan, dan kalau toh ada kalah cepat dengan perubahan sosial, politik dan kemajuan iptek. Kedua, praktek pendidikan Islam sejauh ini masih memelihara warisan yang lama dan tidak banyak melakukan pemikiran kreatif, inovatif dan kritis terhadap isu-isu aktual. Ketiga, model pembelajaran pendidikan Islam terlalu menekankan pada pendekatan intelektualisme-verbalistik dan menegaskan pentingnya interaksi edukatif dan komunikasi humanistik antara guru-murid. Keempat, orientasi pendidikan Islam menitikberatkan pada pembentukan ‘abd atau hamba Allah dan tidak seimbang dengan pencapaian karakter manusia muslim sebagai khalifah fi al-ardl.1 Padahal, di sisi lain pendidikan mengemban tugas penting, yakni bagaimana mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM) agar dapat berperan aktif dan tetap survive di era globalisasi. Mengapa pengembangan kualitas sumber daya manusia menjadi sangat penting dan begitu urgent? Hal ini tak bisa dipungkiri mengingat abad XXI sebagai era globalisasi dikenal dengan situasinya yang penuh dengan persaingan. John Naisbitt dan Patricia Aburdene sebagaimana dikutip A. Malik Fadjar, pernah mengatakan bahwa terobosan paling menggairahkan dari abad XXI bukan karena teknologi, melainkan karena konsep yang luas tentang apa artinya manusia itu. Pengembangan kualitas SDM bukan persoalan yang gampang dan sederhana, karena membutuhkan pemahaman yang mendalam dan luas pada tingkat pembentukan konsep dasar tentang manusia serta perhitungan yang matang dalam penyiapan institusi dan pembiayaan.2 ______________ 1
Abd. Rachman Assegaf, “Membangun Format Pendidikan Islam di Era Globalisasi”, dalam Imam Machali dan Musthofa (Ed.), Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2004), Cet. I, h. 8-9 2 A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Fajar Dunia, 1999), Cet. I, h. 156
9
Paradigma pembangunan yang berorientasi pada keunggulan komparatif dengan lebih mengandalkan sumber daya alam dan tenaga kerja yang murah, saat ini mulai mengalami pergeseran menuju pembangunan yang lebih menekankan keunggulan kompetitif. Dalam paradigma baru ini, kualitas SDM, penguasaan teknologi tinggi dan peningkatan peran masyarakat memperoleh perhatian.3 Keberhasilan
pembangunan
terutama
ditentukan
oleh
kualitas
manusianya, bukan oleh melimpah-ruahnya kekayaan alam.4 Manusia merupakan titik sentral yang menjadi subyek dan perekayasa pembangunan serta sebagai obyek yang direkayasa dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Sumber daya manusia merupakan modal dasar pembangunan nasional yang memiliki potensi dan daya dorong bagi percepatan proses pelaksanaan pembangunan nasional. Dengan demikian, perilaku pembangunan seyogyanya mencerminkan peningkatan harkat dan martabat kemanusiaan demi peningkatan kualitas peradaban masyarakat, bangsa dan negara. Di dalamnya diperlukan ketangguhan kualitas, watak dan moralitas manusia sebagai pelaku utamanya. Upaya pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan melalui berbagai jalur, diantaranya melalui pendidikan. Pendidikan ini merupakan jalur peningkatan kualitas sumber daya manusia yang lebih menekankan pada pembentukan kualitas dasar, misalnya keimanan dan ketakwaan, kepribadian, kecerdasan, kedisiplinan, kreativitas dan sebagainya.5 Untuk menjawab tuntutan dan tantangan global, keunggulan-keunggulan mutlak yang harus dimiliki umat Islam Indonesia adalah penguasaan atas sains teknologi dan keunggulan kualitas sumber daya manusia yang mumpuni. Kemajuan dan penguasaan atas sains teknologi akan mendorong terjadinya percepatan transformasi masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan, yang di Indonesia lebih dikenal dengan istilah pembangunan.6 ______________ 3
A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam…, h. 157 Sri Bintang Pamungkas, Dengan Sumber Daya Manusia (SDM) dan IPTEK Mengatasi Kemiskinan, Mencapai Kemandirian, (Jakarta: Seminar dan Sarasehan Teknologi, 1993), h. 20 5 Abdul Latif, Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas Menghadapi Era Pasar Bebas, (Jakarta: DPP HIPPI, 1996), h. 11 6 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2000), Cet. II, h. 46 4
10
Merasuknya globalisasi, berkembangnya profesionalisasi dan semakin menajamnya kompetisi antar negara, menuntut adanya pelurusan orientasi pembangunan pada peningkatan kualitas manusia. Dahulu, pendidikan lebih merupakan model untuk pembentukan maupun pewarisan nilai-nilai keagamaan dan tradisi masyarakat. Artinya, misi pendidikan dianggap berhasil ketika anak didik sudah mempunyai sikap positif dalam beragama dan memelihara tradisi masyarakatnya.7 Kini, paradigma pendidikan seperti itu harus direkonstruksi agar sumber daya manusia muslim tidak acuh terhadap persoalan yang terkait dengan kepentingan ekonomi, ketenaga-kerjaan, dan persoalan lainnya dengan tetap mempertahankan nilai-nilai etik dan moral Islam. Hal-hal itulah yang mendorong penulis untuk mengkomparasikan konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Nasional dengan konsep pendidikan Hasan Langgulung sebagai tokoh pendidikan Islam tentang strategi pendidikan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.Ini dipertegas dengan statement Azyumardi Azra yang mengatakan bahwa Hasan Langgulung adalah di antara pemikir yang paling menonjol dalam barisan pengkaji pemikiran dan teori kependidikan di Indonesia dewasa ini.8 Dari beberapa fenomena dan alasan inilah, penulis beranggapan bahwa masalah yang akan diangkat dalam skripsi ini layak untuk diangkat sebagai skripsi. Adapun judul skripsi yang penulis ajukan ialah ”Strategi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (Studi Komparasi Atas Pemikiran Ki Hajar Dewantara Dengan Hasan Langgulung)”.
______________ 7
A. Malik Fadjar, Madrasah dan Tantangan Modernitas, (Bandung: Mizan, 1999), Cet
II, h. 9 8 Selain Hasan Langgulung, Azra juga menyebut pemikir Muslim lain yang konsisten dalam pengkajian pemikiran kependidikan Indonesia, yaitu; Muzayyin Arifin, Zakiah Daradjat, Syahminan Zaini, Abdul Munir Mulkhan, dan Ahmad D. Marimba. Lihat, Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi, h. 90
11
B. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Dari latar belakang di atas, ada banyak persoalan yang dihadapi pendidikan terkait dengan peningkatan sumber daya manusia (SDM) terutama di era globalisasi ini dan bagaimana kedua tokoh tersebut dengan kapasitasnya sebagai kaum intelektual menjawab persoalan itu. Pelbagai macam persoalan itu bisa diidentifikasi sebagai berikut:. a. Apa yang dimaksud dengan Sumber Daya Manusia? b. Bagaimana peran pendidikan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia? c. Bagaimana strategi pendidikan yang digagas kedua tokoh tersebut untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia? 2. Pembatasan Masalah Untuk lebih mempertajam dan mempermudah analisa serta kajian selanjutnya, penulis memberikan pembatasan masalah sehingga kajian skripsi ini berfokus pada ide, pandangan dan gagasan yang dirumuskan oleh kedua tokoh tersebut tentang strategi pendidikan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 3. Perumusan Masalah Dari pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu: Bagaimana strategi pendidikan yang digagas oleh kedua tokoh dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengkomparasikan pemikiran kedua tokoh tentang strategi peningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih dalam melakukan perbaikan pendidikan ke arah yang lebih baik.
12
D. Metode Penelitian Sebagaimana karya ilmiah secara umum, setiap pembahasan suatu karya ilmiah tentunya menggunakan sebagai landasan dalam mengelaborasi suatu masalah, sehingga masalah tersebut agar dapat diuraikan dan dijelaskan dengan gamblang dan mudah dipahami. Dalam penelitian skripsi ini penulis penelitian kepustakaan (library reseach) dengan tehnik mengumpulkan datadata yang sesuai dengan pokok masalah kemudian mengelola dan menganalisis data-data tersebut.. Sedangkan teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.
13
BAB II SUMBER DAYA MANUSIA
A. Sumber Daya Manusia (SDM) Yang Berkualitas a. Pengertian Sumber Daya Manusia Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah paling sempurna dengan struktur jasmaniah dan rohaniah terbaik di antara makhluk lainnya. Muzayyin Arifin mengatakan bahwa dalam struktur jasmaniah dan rohaniah itu Allah memberikan seperangkat kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan berkembang yang menurut aliran psikologi behaviorisme disebut pre potence reflex (kemampuan dasar yang secara otomatis berkembang).9 Kemampuan dasar tersebut kemudian dikenal dengan istilah sumber daya manusia atau disingkat dengan SDM. Sumber Daya Manusia (SDM) secara konseptual memandang manusia sebagai suatu kesatuan jasmani dan rohani. Oleh sebab itu, kualitas SDM yang dimiliki oleh suatu bangsa dapat dilihat sebagai sinergistik antara kualitas rohani dan jasmani yang dimiliki oleh individu dari warga bangsa yang bersangkutan. Kualitas jasmani dan rohani tersebut oleh Emil Salim disebut sebagai kualitas fisik dan non fisik. Lebih lanjut, wujud kualitas fisik ditampakkan oleh postur tubuh, kekuatan, daya tahan, kesehatan, dan kesegaran jasmani. Dari sudut pandang ilmu pendidikan, kualitas non fisik manusia mencakup ranah (domain) kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kualitas ranah kognitif digambarkan oleh tingkat kecerdasan individu, sedangkan kualitas ranah afektif digambarkan oleh kadar keimanan, budi pekerti, integritas kepribadian, serta ciri-ciri kemandirian lainnya. Sementara itu, kualitas ranah psikomotorik docerminkan oleh tingkat keterampilan, produktivitas, dan kecakapan mendayagunakan peluang berinovasi.10 ______________ 9
Muzayyin Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 88 Anggan Suhandana, Pendidikan Nasional Sebagai Instrumen Pengembangan SDM, (Bandung: Mizan, 1997), Cet. III, h. 151 10
14
Sebenarnya tiga kata yang terdapat dalam istilah sumber daya manusia, yaitu: sumber, daya, dan manusia, tak ada satupun yang sulit untuk dipahami. Ketiga kata itu tentu mempunyai arti dan dengan mudah dapat dipahami artinya. Secara sederhana dapat didefinisikan sebagai daya yang bersumber dari manusia. Daya ini dapat pula disebut kemampuan, tenaga, energi, atau kekuatan (power).11 Walaupun demikian, istilah sumber daya manusia telah didefinisikan bermacam-macam oleh para pakar pendidikan maupun psikologi. Diantaranya ialah apa yang telah diutarakan oleh Yusuf Suit yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sumber daya manusia adalah “kekuatan daya pikir dan berkarya manusia yang masih tersimpan dalam dirinya yang perlu dibina dan digali
serta
dikembangkan
untuk
dimanfaatkan
sebaik-baiknya
bagi
kesejahteraan kehidupan manusia.12 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sumber daya manusia diartikan sebagai “potensi manusia yang dapat dikembangkan untuk proses produksi.”13 Sedangkan dalam Kamus Webster, yang dimaksud sumber daya manusia ialah “alat atau kekayaan yang tersedia (available means), kemampuan atau bahan untuk menyelesaikan masalah atau persoalan.” Definisi dari dua kamus di atas diperkuat oleh pernyataan Deacon dan Malock dalam Gross Crandall dan Knol (1973) yang mendefinisikan sumber daya manusia sebagai “alat atau bahan yang tersedia dan diketahui potensinya untuk memenuhi keinginan”.14 Gunawan A. Wardhana sebagaimana yang dikutip oleh A.S. Munandar sepenggal kalimat kutipan dari Harbison menyatakan bahwa sumber daya manusia mencakup semua energi, keterampilan, bakat, dan pengetahuan
______________ 11
Buchori Zainun, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Gunung Agung, 1993), Cet. II, h. 57 12 Yusuf Suit, Sikap Mental dalam Manajemen SDM, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), Cet. I, h. 35 13 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), Cet. X, h. 973 14 Suprihatin Gunaharja, et.al., Pengembangan Sumber Daya Keluarga, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), Cet. I, h. 4
15
manusia yang dipergunakan secara potensial dapat atau harus dipergunakan untuk tujuan produksi dan jasa-jasa yang bermanfaat.15 Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan
sumber
daya
manusia
itu
adalah
tenaga
atau
kekuatan/kemampuan yang dimiliki oleh seseorang berupa daya pikir, daya cipta, karsa dan karya yang masih tersimpan dalam dirinya sebagai energi potensial yang siap dikembangkan menjadi daya-daya berguna sesuai dengan keinginan manusia itu sendiri. b. Karakteristik Sumber Daya Manusia (SDM) yang Berkualitas Era globalisasi yang ditandai dengan transparansi di segala bidang kehidupan, telah menuntut SDM berkualitas yang memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang memadai yang diimbangi dengan nilainilai tertentu sesuai dengan karakter dunia baru. Yaitu dunia tanpa batas yang berarti komunikasi antar manusia menjadi begitu mudah, begitu cepat, dan begitu intensif sehingga batas-batas ruang menjadi sirna. Adapun nilai-nilai tersebut antara lain; profesionalisme, kompetitif, efektif dan efisien dalam tata kerja, sehingga fungsi pendidikan tidak sekadar sebagai agen perubahan akan tetapi harus mampu mengakomodir pengalaman, keterampilan dan nilai-nilai globalisasi dalam satu paket pendidikan.16 Dengan demikian orientasi pendidikan harus terkait dan sepadan dengan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang dengan berbagai sektor kebutuhan, terutama dunia industri dan dunia usaha. Sehingga perlu adanya pandangan baru tentang manusia berkualitas dalam pendidikan di abad globalisasi ini. Untuk itu, maka para pakar khususnya futurolog pendidikan telah menyusun berbagai skenario mengenai karakteristik manusia atau masyarakat abad 21, salah satunya sebagaimana pendapat Robert Reich yang dikutip oleh
______________ 15
A.S. Munandar, Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Rangka Pembangunan Nasional, (Jakarta: Djaya Pirusa, 1981), h. 9 16 Zainal Arifin, Nuansa Teosentris Humanistik Pendidikan Islam; Signifikansi Pemikiran Hasan Langgulung dalam Konstalasi Reformasi Pendidikan Islam, (STAIN Cirebon: LekturJurnal Ilmiah Pendidikan Islam), Seri VIII/Th. Ke-5/98/h. 76
16
Prof. Dr. Mastuhu, M.Ed., mengemukakan bahwa manusia berkualitas yang cerdas itu memiliki ciri-ciri antara lain: a. Added Values (memiliki nilai tambah, keahlian, profesionalisme) b. Abstraction
System
mengabstraksikan
Thinking
suatu
(mampu
persoalan
secara
berpikir
rasional,
sistematis
melalui
pendekatan ilmiah objektif) c. Experimentation and Test (mampu berpikir di balik data-data dengan melihat dari berbagai sudut) d. Collaboration (mampu bekerja sama, bersinergi).17 Gambaran di atas jelas merupakan suatu karakteristik nilai-nilai mentalitas yang harus tampak pada profil dan penampilan sumber daya manusia abad 21. Dalam tingkat tertentu gambaran rumusan di atas relevan dengan ciri manusia modern seperti dirumuskan oleh Alex Inkeles sebagaimana dikutip oleh Syahrin Harahap, yaitu: kecenderungan menerima gagasan-gagasan baru, kesediaan
menyatakan
pendapat,
kepekaan
pada
waktu
dan
lebih
mementingkan waktu kini dan mendatang ketimbang waktu yang telah lalu, rasa ketepatan waktu lebih baik, keprihatinan yang lebih besar untuk merencanakan organisasi dan efisiensi, menghargai kekuatan ilmu dan teknologi serta keyakinan bahwa keadilan bisa ditegakkan.18 B. Konsep Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Berkualitas Konsep sumber daya manusia (human resource) berkembang ketika diketahui dan disadari bahwa manusia itu mengandung berbagai aspek sumber daya bahkan sebagai sumber energi. Manusia tidak hanya berunsur jumlah, seperti terkesan dari pengertian tentang penduduk, tetapi juga mutu, dan mutu ini tidak hanya ditentukan oleh aspek keterampilan atau kekuatan tenaga fisiknya, tetapi juga pendidikannya atau kadar pengetahuannya, pengalaman atau kematangannya, dan sikapnya atau nilai-nilai yang dimilikinya. ______________ 17 Mastuhu, Menuju Sistem Pendidikan yang Lebih Baik Menyongsong Era Baru Pasca Orba, (Makalah: disampaikan pada Diskusi Panel HMJ-KI IAIN Jakarta, 13/12/98), h. 2 18 Syahrin Harahap, Islam Dinamis; Menegakkan Nilai-nilai Ajaran al-Qur’an dalam Kehidupan Modern di Indonesia, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1997), Cet. I, h. 91-92
17
Kemudian apa yang dimaksud dengan pengembangan sumber daya manusia? Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengembangan sumber daya manusia secara makro adalah suatu proses peningkatan kualitas atau kemampuan manusia dalam rangka mencapai suatu proses peningkatan kualitas atau kemampuan manusia dalam rangka mencapai suatu tujuan pembangunan bangsa. Dan secara mikro, dalam arti di lingkungan suatu unit kerja (departemen atau lembaga-lembaga yang lain), maka sumber daya yang dimaksud adalah tenaga kerja, pegawai atau karyawan maka yang dimaksud dengan pengembangan sumber daya manusia adalah suatu proses perencanaan pendidikan, pelatihan dan pengelolaan tenaga atau karyawan untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Dari batasan ini dapat disimpulkan bahwa proses pengembangan sumber daya manusia itu terdiri dari perencanaan (planning), pendidikan dan pelatihan (education and training), dan pengelolaan (management).19 Prof.
DR.H,A.R,
Tilaar
bereendapat
aspek-aspek
yang
perlu
dikembangkan meliputi: a. Individualitas, tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan kita masih bersifat kodian, artinya masih kurang memberikan perhatian kepada pengembangan individualitas yang mandiri . hampir seluruh kegiatan di sekolah di arahkan kepada kompormitas seperti mengejar izasah, menjadi pegawai negeri dan sebagainya dan belum diarahkan kepada individu yang percaya pada kemamouan mandiri. b. Etika, atau barang kali lebih tepat di sebut etos kerja merupakan daya merupakan daya penggerak dinamika suatu masyarakat. Kebudayaan kita cenderung di arahkan kepada budaya santai . Mungkin karena alamnya begitu murah dan kaya sehingga menumpulkan semangat manusianya untuk berusaha keras. c. Pengetahuan, pengetahuan dalam kontek ini bukanlah pengetahuan tang
sudeah
tersedia,
tetapi
sikap
mental
ingin
tau,
ingin
______________ 19
Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), Cet. II, h. 2-3
18
mengeksploras8i . Pendidikan dalam hal ini bukan mencekoki anak didik dengan pengetahuan siap tetapi kemampuan dan keterampilan untuk menggali ilmu pengetahuan. Selanjutnya ilmu pengetahuan yang diajarkan bukanlah hanya sekedar untuk mengetahui, sebagai bahan pelatihan mental, tetapi pengetahuan yang mempunyai relevansi dalam meningkatkan kualitas hidup anak didik dan masyarakat. d. Keterampilan,
pengembangan
keterampilan
bukan
saja
akan
memperkuat individu seseorang dengan memberi rasa harga diri karena dapat berkarya, tetapi secara langsung akan ikut menyumbang bagi pembangunan nasional. e. Bakat, bakat seseorang apabila di kembangkan dengan tepat bukan saja bermanfaat bagi pengembangan individu pemiliknya, juga merupakan aset nasional yang sangat penting. Bakat itun tidak timbul dengan sendirinya tetapi perlu ditemukan dan di kembangkan.20 C. Islam Dan Sumber Daya Manusia a. Pandangan Islam tentang Manusia Manusia merupakan makhluk yang memiliki kemampuan istimewa dan menempati kedudukan tertinggi di antara makhluk lainnya, yakni menjadi khalifah (wakil) Tuhan di muka bumi (Q.S.2:30) Islam menghendaki manusia berada pada tatanan yang tinggi dan luhur. Oleh karena itu manusia dikaruniai akal, perasaan, dan tubuh yang sempurna. Islam, melalui ayat-ayat al-Qur’an telah mengisyaratkan tentang kesempurnaan diri manusia, seperti antara lain disebutkan dalam surat at-Tin ayat 4:
ﻘﹾﻮﹺﱘﹴﻦﹺ ﺗﺴﺎﻥﹶ ﰲﹺ ﺃﹶﺣﺎ ﺍﹾﻹِﻧﺴﻠﹶﻘﹾﻨ ﺧﻟﹶﻘﹶﺪ "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya…”21
______________ 20
H.A.R. Tilaar, Pendidikan Dalam Pembangunan Nasional Menyongsong Abad XXI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990 ) cet. I, hal. 109-110 21 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 1076
19
Kesempurnaan demikian dimaksudkan agar manusia menjadi individu yang dapat mengembangkan diri dan menjadi anggota masyarakat yang berdaya guna sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi sumber daya yang dimilikinya. Berbeda dengan Islam, menurut orang-orang Barat, manusia adalah termasuk bangsa binatang menyusui (mamalia). Yusuf Qardhawi, ulama kontemporer karismatik asal Mesir mengutip pendapat Ernest Haeckel, pemuka aliran biologisme bangsa Jerman yang mengatakan: “tidak ada sangsi lagi bahwa dalam segala hal manusia sungguh-sungguh adalah binatang beruas tulang belakang, yakni binatang yang menyusui.”22 Pendapat ini tentu saja memanggil kembali memori kita tentang apa yang pernah dilontarkan oleh ilmuan Barat lainnya, yaitu Charles Darwin dalam “teori evolusi”-nya bahwa asal-muasal bangsa manusia adalah kera. Tentu teori ini ditolak mentah-mentah oleh Islam karena bukan hanya bertentangan dengan risalah Islam namun juga secara tak langsung merendahkan derajat manusia itu sendiri sebagai seorang khalifah di bumi. Lain halnya dengan Julian Offrey de Lammetrie, seorang materialis berkebangsaan Perancis yang mengatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara manusia dengan binatang dan karena itu manusia adalah suatu mesin.23 Definisi yang dikemukakan oleh para ahli filsafat mengenai manusia tidaklah berbeda dengan pendapat di atas. Mereka memberikan sebutan manusia sebagai binatang dengan beberapa sikap menurut kenyataan tindakan manusia dalam kehidupannya, antara lain yaitu: a. Homo Sapiens, menurut Lonnaeus yaitu binatang yang mempunyai budi (akal) dan ahli agama kristen menyebut manusia sebagai animal rational, yaitu binatang yang berfikir.
______________ 22 Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), Cet. I, h. 256 23 Syahminan Zaini dan Ananto Kusuma Seta, Wawasan al-Qur’an tentang Pembangunan Manusia Seutuhnya, (Jakarta: Kalam Mulia, 1996), Cet. II, h. 5
20
b.
Homo Laquen, menurut Revesz dalam “Das Problem Des Ursprungs end Sprache” manusia ialah binatang yang pandai menciptakan bahasa dan menjelmakan pikiran serta perasaan dalam kata-kata tersusun.
c. Homo Faber, menurut Bergson dalam “L’Evolution Creatrice” yaitu binatang yang pandai membuat alat perkakas. d. Zoon Politicon, menurut Aristoteles yaitu binatang yang pandai bekerja sama, bergaul dengan orang lain dan mengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. e. Homo Religious, yaitu binatang yang dasarnya beragama. f. Homo Economicus, yaitu binatang yang takluk pada undang-undang ekonomi dan dia bersifat ekonomikus.24 Tetapi al-Qur’an menegaskan bahwa manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab, yang diciptakan dengan sifat-sifat ketuhanan. Definisi ini mengandung tiga unsur yaitu: a. Manusia adalah ciptaan Allah swt. (Q.S. 16: 4) b. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab kepada Allah swt. Menurut al-Qur’an, yang akan dipertanggungjawabkan itu ialah: 1) Semua nikmat Allah yang pernah diterima manusia (Q.S. 102: 8) 2) Semua tingkah laku manusia selama hidup di dunia ini (Q.S. 16: 93) 3) Semua ide, gagasan, ilmu dan teknologi yang diadakan manusia (Q.S. 16: 36) 4) Semua ikrar dan janji yang diadakan manusia (Q.S. 17: 34) c. Manusia diciptakan dengan sifat-sifat ketuhanan. Manusia mempunyai sifat-sfat ketuhanan seperti sifat-sifat yang dipunyai oleh Tuhan. Seperti berkuasa, berkehendak, berilmu, penyayang,
pengasih,
melihat,
mendengar,
berkata-kata
dan
sebagainya. Tetapi sifat-sifat ini tidaklah sama. Tuhan adalah pencipta, sedangkan manusia adalah ciptaan-Nya. Pencipta dengan ciptaan-Nya ______________ 24
Syahid Mu’amar Pulungan, Manusia dalam al-Qur’an, (Surabaya: Bina Ilmu, 1984), Cet.1, h. 15-17
21
tidak sama. Karena itu sifat-sifat Tuhan yang ada pada manusia tentulah sesuai dengan kemanusiannya.25 Dengan demikian Islam memandang manusia sangat mulia dengan sumber ajarannya yaitu al-Qur’an. Ia telah memotret manusia dalam bentuknya yang utuh dan menyeluruh. b. Potensi Dasar Manusia Para filosof tidak pernah sependapat tentang potensi apa yang perlu dikembangkan oleh manusia. Melalui pendekatan historis, Hasan Langgulung menjelaskan bahwa di Yunani Kuno satu-satunya potensi manusia yang harus dikembangkan di kerajaan Sparta adalah potensi jasmaninya, tetapi sebaliknya di kerajaan Athena yang dipentingkan adalah kecerdasan otaknya.26 Beberapa
ahli
filsafat
pendidikan
Islam
telah
mencoba
mengklasifikasikan potensi manusia, diantaranya yaitu menurut KH. A. Azhar Basyir, bila manusia ditinjau dari substansinya, maka manusia terdiri dari potensi materi yang berasal dari bumi dan potensi ruh yang berasal dari Tuhan.27 Pendapat senada juga dikemukakan oleh Syahminan Zaini yang menyatakan bahwa unsur pembentuk manusia terdiri dari tanah dan potensi rohani dari Allah.28 Dalam redaksi lain, Muhaimin dan Abdul Mujib berpendapat bahwa pada hakekatnya manusia terdiri dari komponen jasad (jasmani) dan komponen jiwa (rohani), menurut mereka komponen jasmani berasal dari tanah dan komponen rohani ditiupkan oleh Allah.29 Demikian pula kesimpulan yang diambil Abuddin Nata berdasarkan pendapat para ahli
______________ 25
Syahminan Zaini dan Ananto Kusuma Seta, Wawasan al-Qur’an tentang Pembangunan Manusia Seutuhnya, (Jakarta: Kalam Mulia, 1996), Cet. II, h. 7 26 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1995), Cet. III, h. 261-262 27 Muhammad Syamsudin, Manusia dalam Pandangan KH. A. Azhar Basyir, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997), Cet. II, h. 77 28 Syahminan Zaini, Penyakit Rohani Pengobatannya, (Jakarta: Kalam Mulia, 1996), Cet. III, h. 6 29 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Tri Genda Karya, 1993), Cet. I, h. 10-11
22
filsafat pendidikan, bahwa secara umum manusia memiliki dua potensi, yaitu potensi jasmani dan potensi rohani.30 Dari pendapat yang dikemukakan di atas, ternyata potensi manusia dapat diklasifikasikan kepada potensi jasmani dan potensi rohani. Berbeda dengan klasifikasi yang dikemukakan di atas, beberapa ahli filsafat pendidikan menguraikan potensi rohani manusia ke dalam beberapa bagian, sebagaimana pendapat Barmawie Umary yang menyatakan bahwa potensi rohani manusia itu terdiri dari empat unsur pokok, yaitu roh, qalb, nafs, dan akal.31 Pembagian Barmawie Umary ini sedikit berbeda dengan klasifikasi potensi rohani yang dikemukakan oleh Muhaimin dan Abdul Mujib. Menurut keduanya potensi rohani manusia itu dibagi tiga yaitu, potensi fitrah, qolb, dan akal.32 Berikut ini penulis akan menjelaskan satu persatu tentang klasifikasi potensi manusia tersebut yaitu: a. Potensi Jasmani Secara jasmaniah (fisik), manusia adalah makhluk yang paling potensial untuk dikembangkan dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia dianugerahi rupa dan bentuk fisik yang bagus serta memiliki kelengkapan anggota tubuh untuk membantu dan mempermudah aktivitasnya. Proses penciptaan manusia mulai nutfah (air mani), kemudian ‘alaqah (segumpal darah), mudghah (segumpal daging), ‘izam (tulang belakang) dan lahm yang membungkus ‘izam atau membentuk rangka yang menggambarkan bentuk manusia, merupakan kesempurnaan manusia secara fisik. Untuk mengetahui potensi jasmani, Abuddin Nata memperkenalkan kata kunci yang diambil dari al-Qur’an, yaitu al-basyar. Menurutnya, kata basyar dipakai untuk menyebut semua makhluk. Basyar merupakan bentuk jamak dari akar kata basyarah yang artinya permukaan kulit kepala, wajah dan tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. Oleh karena itu kata ______________ 30
Abuddin Nata, Filsafat Pemikiran Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. I, h. 35 31 Barmawie Umary, Materi Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1989), Cet. I, h. 21 32 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Tri Genda Karya, 1993), Cet. I, h. 11
23
mubasyarah diartikan musalamah yang artinya persentuhan antara kulit lakilaki dan kulit perempuan. Disamping itu kata mubasyarah diartikan sebagai al-liwath atau al-jima’ yang artinya persetubuhan.33 Manusia dalam pengertian basyar adalah manusia yang seperti tampak pada lahiriahnya, mempunyai bangunan tubuh yang sama, makan dan minum dari bahan yang sama yang ada di alam ini, dan oleh pertumbuhan usianya, kondisi tubuhnya akan menurun, menjadi tua dan akhirnya ajalnya akan menjemputnya.34 Guru Besar Psikologi Islam UIN Jakarta, Prof. Dr. Hj. Zakiah Daradjat memberikan penjelasan lebih rinci tentang aktifitas lahiriah manusia sebagai kebutuhan pertama atau disebut juga kebutuhan primer. Kebutuhan seperti makan, minum, seks dan sebagainya tidak dipelajari manusia, melainkan sudah menjadi fitrahnya sejak lahir. Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, akan hilanglah keseimbangan fisiknya. Dalam kebutuhan fisik jasmaniah ini, manusia tidak banyak berbeda dari makhluk hidup lainnya. Perbedaannya hanya terletak pada cara memenuhi kebutuhan itu.35 Ketika keseimbangan fisiknya tidak terjaga, maka tubuh manusia akan sakit, sementara dalam ilmu kesehatan menjaga seluruh anggota tubuh agar berfungsi secara optimal memerlukan gizi, berbagai vitamin, udara dan kondisi lingkungan yang bersih.36 Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa potensi jasmani yang pada manusia merupakan segala daya manusia yang berhubungan dengan aktifitas fisiknya sekaligus kebutuhan lahiriahnya, karena manusia secara fisik akan tumbuh optimal bila semua anggota tubuh yang diakaruniakan oleh Allah swt berfungsi secara baik. Keterkaitan itu membawa
______________ 33
Abuddin Nata, Filsafat Pemikiran Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. I, h. 30 34 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996), Cet. I, h. 260 35 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1995), Cet. II, h. 19-20 36 Tim Dosen IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1988), Cet. III, h. 139-14
24
implikasi bahwa setiap manusia harus mampu mengembangkan daya-daya yang berhubungan dengan eksistensi jasmaniahnya. b. Potensi Rohani Manusia merupakan makhluk yang istimewa dibanding makhluk lainnya, karena disamping memiliki dimensi fisik yang sempurna, ia juga memiliki dimensi roh ini dengan segala potensinya. Jika potensi jasmani diketahui dari kata basyar, maka untuk mengetahui potensi ruhani dapat dilihat dari kata al-insan. Kata insan mempunyai tiga asal kata. Pertama, berasal dari kata anasa yang memiliki arti melihat, mengetahui dan minta izin. Yang kedua berasal dari kata nasiya yang berarti lupa. Yang ketiga berasal dari kata al-uns yang artinya jinak.37 Sedangkan Quraish Shihab menganalisis kata insan hanya terambil dari kata uns yang berarti jinak dan harmonis. Menurutnya, pendapat di atas, jika dipandang dari sudut pandang al-Qur’an lebih tepat dari yang mengatakan bahwa kata insan diambil dari kata nasiya (lupa) atau dari kata nasa-yanusu (berguncang). Kata insan juga digunakan al-Qur’an untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, yaitu jiwa dan raga.38 Manusia sebagai makhluk psikis (al-insan) memiliki potensi seperti fitrah, qalb, nafs, dan akal. Karena potensi itulah manusia menjadi makhluk yang tinggi martabatnya.39 Dengan demikian potensi ruhani manusia terdiri dari beberapa unsur pokok, yaitu: a. Fitrah Dari segi bahasa fitrah diambil dari kata al-fathr yang berarti belahan dan dari makna ini lahir makna-makna lainnya antara lain penciptaan atau kejadian. Fitrah manusia adalah kejadiannya sejak semula atau bawaan sejak lahirnya.40 Sedangkan Muhaimin dan Abdul Mujib memberikan penjelasan rinci tentang arti fitrah yang diambil dari pendapat para ulama dalam menginterpretasikan firman Allah yang berbunyi: ______________ 37
Ibn Manzur, Lisan al-Arab, (Mesir: Daar al-Mishriyyah, 1968), Jilid VII, h. 306-314 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran, (Bandung: Mizan, 1996), Cet. III, h. 278 39 Barmawie Umary, Materi Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1989), Cet. I, h. 21 40 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran, (Bandung: Mizan, 1996), Cet. III, h. 65 38
25
Dari ayat di atas ada beberapa makna dari fitrah, yaitu: 1) Fitrah berarti suci (Thur), yang berarti kesucian dalam jasmani dan rohani. 2) Fitrah berarti mengakui keesaan Allah swt (tauhid). 3) Fitrah berarti potensi dasar manusia sebagai alat untuk mengabdi dan ma’rifatullah. 4) Fitrah berarti tabiat alami yang dimiliki manusia (human nature).41 Dalam
pemahaman
potensi
fitrah
inilah
al-Ghazali
meneliti
keistimewaan potensi fitrah yang dimiliki manusia, sebagai berikut: a) Beriman kepada Allah b) Kemampuan dan kesediaan untuk menerima kebaikan dan keturunan atau dasar kemampuan untuk menerima pendidikan dan pengajaran. c) Dorongan ingin tahu untuk mencari hakekat kebenaran yang berwujud daya berfikir. d) Dorongan biologis berupa syahwat (sensual pleasure), ghadhab, dan tabiat (insting). Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa fitrah merupakan potensi dasar yang dimiliki manusia sejak ia dilahirkan berupa kecenderungan kepada tauhid serta kesucian jasmani dan rohaninya, dan dalam Islam diakui bahwa lingkungan berpengaruh dalam perkembangan fitrah menuju kesempurnaan dan kebenaran. Oleh karena itu, potensi yang dimiliki manusia harus dikembangkan dan dilestarikan. b. Roh Roh merupakan kekuatan yang dapat membebaskan diri dari batas-batas materi. Kekuatan jasmani terikat dengan wujud materi dan inderanya, sedangkan kekuatan roh tak satupun materi yang dapat mengikatnya. Ia mempunyai hukum sesuai dengan penciptaan Allah padanya, yakni
______________ 41
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Tri Genda Karya, 1993), Cet. I, h. 13-19
26
berhubungan dengan kelanggengan wujud azali.42 Oleh karena itu al-Kindi mengindentifikasi roh sebagai sesuatu yang tidak tersusun, simpel, dan sederhana tetapi mempunyai arti yang penting sempurna dan mulia. Substansinya berasal dari substansi Tuhan, hubungannya dengan Tuhan sama dengan hubungannya dengan cahaya dan matahari.43 Al-Ghazali membagi pengertian roh kepada dua, yaitu: 1) Roh yang bersifat jasmani Roh yang merupakan bagian dari jasmani manusia, yaitu zat yang amat halus bersumber dari ruangan hati (jantung) yang menjadi pusat semua urat (pembuluh darah), yang mampu menjadikan manusia hidup dan bergerak serta merasakan berbagai rasa. Roh dapat diumpamakan sebagai lampu yang mampu menerangi setiap sudut organ, inilah yang sering disebut sebagai nafs (jiwa). 2) Roh yang bersifat rohani Roh yang merupakan bagian dari rohani manusia mempunyai ciri halus dan ghaib, dengan roh ini manusia dapat mengenal Tuhannya, dan mampu mencapai ilmu yang bermacam-macam. Disamping itu roh ini dapat menyebabkan manusia berprikemanusiaan, berakhlak yang baik dan berbeda dengan binatang.44 Dari uraian di atas, penulis berpendapat walaupun roh memiliki karakteristik yang halus, abstrak, rahasia dan ghaib, tetapi roh dapat diidentifikasi melalui sifatnya. Roh yang bersifat jasmani merupakan zat yang menentukan hidup dan matinya manusia, sementara roh yang bersifat rohani merupakan substansi manusia yang berasal dari substansi Tuhan, sehingga memiliki potensi untuk berhubungan dengan tuhan atau mengenal Tuhannya.
______________ 42
Ali Abdul Halim Mahmud, Islam dan Pembinaan Kepribadian, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1995), Cet I, h. 51 43 Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), Cet. 1X, h. 17 44 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 437
27
c. Qalb Hati dalam bahasa Arabnya disebut qalb. Menurut ilmu biologi, qalb itu segumpal darah yang terletak di dalam rongga dada, agak ke sebelah kiri, warnanya agak kecoklatan dan berbentuk segitiga. Tetapi yang dimaksud di sini bukanlah hati yang berupa segumpal darah dan bersifat materi itu, melainkan hati yang bersifat immateri. Tentang hati yang bersifat immateri ini, al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin mengidentifikasikan qalb menjadi rahasia setiap manusia dan merupakan anugerah Allah yang paling mulia.45 Qalb
mempunyai
nama-nama
lain
yang
disesuaikan
dengan
aktivitasnya, ia dapat dikatakan sebagai dhomir karena sifatnya yang tersembunyi, fuad karena sebagai tumpuan tanggung jawab manusia, kabid karena berbentuk benda, luthfu karena sebagai sumber perasaan halus, karena qalb suka berubah-ubah kehendaknya, serta sirr karena bertempat pada tempatnya yang rahasia dan sebagai muara bagi rahasia manusia.46 Dengan demikian, potensi yang dimiliki qalb tergantung kepada karakteristik qalb itu sendiri yang berubah-ubah, sehingga dalam penjelasan selanjutnya tentang potensi qalb ini, Dr. Ahmad Mubarak menguraikan kandungan qalb yang memperkuat potensi-potensi itu. Beliau menyebutkan berbagai kondisi qalb yang berubah-ubah, yaitu penyakit, perasaan takut, getaran, kedamaian, keberanian, cinta dan kasih sayang, kebaikan, iman, kedengkian, kufur, kesesatan, penyesalan, panas hati, keraguan, kemunafikan, dan kesombongan.47
______________ 45
Barmawie Umary, Materi Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1989), Cet. I, h. 16 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Tri Genda Karya, 1993), Cet. I, h. 40-41 47 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Tri Genda Karya, 1993), Cet. I, h. 114 46
28
d. Nafs Dalam konteks rohani manusia, yang dimaksud dengan nafs adalah kondisi kejiwaan setiap manusia yang memiliki potensi berupa kemampuan menggerakkan perbuatan yang baik maupun yang buruk.48 Al-Ghazali membagi nafs kepada tiga tingkatan, yaitu: 1. Nafs tingkatan utama, meliputi: a. Nafs Mardliyah, yaitu nafs yang cenderung melaksanakan petunjuk , guna memperoleh ridho illahi b. Nafs Rodliyah, yaitu nafs yang cenderung kepada sifat ikhlas tanpa pamrih atas aktivitas yang dilakukannya. c. Nafs Muthmainnah, yaitu nafs yang cenderung kepada keharmonisan dan ketenangan. d. Nafs Kamilah, yaitu nafs yang mengarah kepada pada tingkat kesempurnaan. e. Nafs Mulhamah, yaitu nafs yang memiliki keutamaan dalam bertindak dan menjauhi perbuatan dengki, rakus dan iri hati. 2. Nafs Lawwamah, yaitu nafs yang mencerminkan sifat-sifat insaniyah. 3. Nafs Amarah, yaitu nafs yang mencerminkan sifat-sifat hayawaniyah dan bahamiyah (kehewanan dan kebinatangan). Dalam ensiklopedi Indonesia, ditampilkan pula ketujuh konsep sebagaimana pendapat Al-Ghazali di atas dengan menggunakan tiga kelompok. Kelompok pertama adalah nafs amarah yang memiliki ciri-ciri dorongan rendah yang bersifat jasmaniah seperti loba, tamak serta cenderung menyakiti hati orang lain. Kelompok kedua adalah nafs lawwamah yang memiliki cirri-ciri sudah menerima nilai-nilai kebaikan tetapi masih cenderung kepada dosa, walaupun akhirnya menyesalinya. Kelompok ketiga adalah nafsnafs yang berciri baik dan luhur, yaitu: mardliyah, kamilah, mulhamah, muthmainnah, dan radliyah, yang cenderung kepada sifat-sifat keutamaan, kesempurnaan, kerelaan, penyerahan kepada tuhan dan mencapai ketenangan ______________ 48
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Tri Genda Karya, 1993), Cet. I, h. 50
29
jiwa. Walaupun dalam Al-Qur’an hanya ada tiga macam nafs yang disebutkan jelas jenisnya, pertama nafs amarah (Q.S. Yusuf: 53), kedua nafs lawwamah (Q.S. al-Qiyamah: 2) dan nafs muthmainnah (Q.S. Al-Fajr: 27).49 Dari uraian di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa nafs adalah kondisi kejiwaan setiap menusia yang telah diilhamkan Allah kepadanya kebaikan dan keburukan, sehingga nafs memiliki potensi berupa kemampuan utuk menggerakkan perbuatan yang baik dan buruk. Potensi nafs tersebut ditentukan daru kualitas nafs itu sendiri, jika kualitas nafs itu baik, maka nafs memiliki potensi untuk menggerakkan perbuatan baik, sedangkan jika kualitas nafs itu buruk, maka nafs memiliki potensi untuk menggerakkan perbuatan buruk. e. Akal Manusia dibedakan dengan makhluk lainnya karena manusia dikarunia akal dan kehendak-kehendak (iradah). Akal memungkinkan manusia untuk membedakan antara yang benar dan yang salah. Dengan akal manusia dapat memahami, berpikir, belajar, merencanakan berbagai kegiatan besar, serta memecahkan berbagai masalah sehingga akal merupakan daya yang amat dahsyat yang dikaruniakan Allah kepada manusia. Menurut Ahmad D. Marimba, akal bermanfaat dalam bidang-bidang berikut ini: 1) Pengumpulan ilmu pengetahuan 2) Memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi manusia 3) Mencari jalan-jalan yang lebih efisien untuk memenuhi maksud tersebut. Tetapi pada keadaan yang lain, sebaliknya akal dapat pula berpotensi untuk: 1) Mencari jalan-jalan ke arah perbuatan yang sesat 2) Mencari alasan untuk membenarkan perbuatan-perbuatan yang sesat itu ______________ 49
264-265
M. Dawam Rahardjo, et.al, Ensiklopedi Alquran, (Jakarta: Paramadina, 1996), Cet.I, h.
30
3) Menghasilkan kecongkakan dalam diri manusia bahwa akal itu dapat mengetahui segala-galanya.50 Demikianlah gambaran tentang potensi akal yang pada intinya adalah bahwa Allah memberikan suatu karunia besar dan maha dahsyat bagi manusia, sebuah daya (kekuatan) yang dapat membawa manusia kepada keaikan dan manfaat, sebaliknya juga dapat merusak dan membawa madharat. Potensi akal yang dimiliki manusia menjadikannya berbeda denngan makhluk lainnya di muka bumi ini. c. Signifikansi Sumber Daya Manusia Berkualitas Menurut Islam Manusia diciptakan oleh Allah sebagai penerima dan pelaksana ajaran sehingga ia ditempatkan pada kedudukan yang mulia. Untuk mempertahankan kedudukannya yang mulia dan bentuk pribadi yang bagus itu, Allah melengkapinya dengan akal dan perasaan yang memungkinkannya menerima dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan membudayakan ilmu yang dimilikinya. Ini berarti bahwa kedudukan manusia sebagai makhluk yang mulia itu karena akal dan perasaan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang seluruhnya dikaitkan kepada pengabdian pada Pencipta.51 Potensi-potensi yang diberikan kepada manusia pada dasarnya merupakan petunjuk (hidayah) Allah yang diperuntukkan bagi manusia supaya ia dapat melakukan sikap hidup yang serasi dengan hakekat penciptaannya.52 Sejalan dengan upaya pembinaan seluruh potensi manusia, Muhammad Quthb berpendapat bahwa Islam melakukan pendidikan dengan melakukan pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud manusia, sehingga tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikitpun, baik dari segi jasmani maupun segi rohani, baik kehidupannya secara mental, dan segala kegiatannya di bumi ini. Islam memandang manusia secara totalitas, mendekatinya atas dasar apa yang terdapat dalam dirinya, atas dasar fitrah yang diberikan Allah ______________ 50
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al Ma’arif, 1989), Cet. VIII, h. 111 51 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. III, h.3 52 Jalaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996), Cet.II, h.108
31
kepadanya, tidak ada sedikitpun yang diabaikan dan tidak memaksakan apapun selain apa yang dijadikannya sesuai dengan fitrahnya. Pendapat ini memberikan petunjuk dengan jelas bahwa dalam rangka mencapai pendidikan Islam mengupayakan pembinaan seluruh potensi secara serasi dan seimbang.53 Hasan Langgulung melihat potensi yang ada pada manusia sangat penting sebagai karunia yang diberikan Allah untuk menjalankan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Suatu kedudukan yang istimewa di dalam alam semesta ini. Manusia tidak akan mampu menjalankan amanahnya sebagai seorang khalifah, tidak akan mampu mengemban tanggung jawabnya jikalau
ia
tidak
dilengkapi
dengan
potensi-potensi
tersebut
dan
mengembangkannya sebagai sebuah kekuatan dan nilai lebih manusia dibandingkan makhluk lainnya.54 Artinya, jika kualitas SDM manusianya berkualitas maka ia dapat mempertanggung jawabkan amanahnya sebagai seorang khalifah dengan baik. Kualitas SDM ini tentu saja tak hanya cukup dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), tetapi juga pengembangan nilai-nilai rohani-spiritual, yaitu berupa iman dan taqwa (imtaq). Dari penjabaran di atas dapat dimengerti bahwa pengembangan SDM sangat penting, tak hanya dari sudut ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, tak kalah pentingnya adalah dimensi spiritual dalam pengembangan SDM. Kualitas SDM tidak akan sempurna tanpa ketangguhan mental-spiritual keagamaan. Sebab, penguasaan iptek belaka tidaklah merupakan satu-satunya jaminan bagi kesejahteraan bangsa dan umat manusia secara keseluruhan. SDM yang mempunyai dan memegang nilai-nilai agama akan lebih tangguh secara rohaniah. Dengan demikian akan lebih mempunyai tanggung jawab spiritual terhadap iptek. SDM yang tidak disertai dengan kesetiaan kepada nilai-nilai keagamaan, hanya akan membawa manusia ke arah pengejaran kenikmatan duniawi atau hedonisme belaka. Dan jika semangat ______________ 53
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. I,
h.51 54
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta: Al-Husna Zikra, 1995), Cet. III, h. 57
32
hedonisme sudah menguasai manusia, bisa diramalkan yang terjadi adalah eksploitasi alam sebesar-besarnya tanpa rasa tanggung jawab dan bahkan penindasan manusia terhadap manusia lain.55
______________ 55
Wakhudin, Tarmizi Taher; Jembatan Umat, Ulama dan Umara, (Bandung: Granesia, 1998), h. 240-241
33
BAB III STRATEGI PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA MENURUT KEDUA TOKOH
A. Ki Hajar Dewantoro 1. Biografi dan Riwayat Pendidikan Ki Hajar Dewantoro Ki Hajar Dewantoro nama aslinya Suwardi Suryaningrat dilahirkan pada 2 Mei 1889, di Yogyakarta dan wafat pada 26 April 1959. dilihat dari segi leluhurnya, ia adalah putra dari Suryaningrat, putra Paku Alam III. Sebagai seorang keluarga ningrat ia termasuk seseorang yang memperoleh keuntungan dalam mendapatkan pendidikan yang baik. Pendidikan dasarnya ia peroleh dari sekolah rendah Belanda ELS (Europeesche Lagere School). Setelah itu ia melanjutkan ke sekolah guru (Kweek School), tetapi sebelum sempat menyelesaikan ia pindah ke STOVIA (School tot Opleiding van Indische Arten). Namun di sekolah inipun ia tidak sempat menamatkan pendidikannya dikarenakan ayahnya mengalami kesulitan ekonomi. Sejak saat itu, ia memilih untuk terjun ke dunia pergerakan politik nasional.56 Pada tahun 1912, nama Ki Hajar Dewantoro dapat di kategorikan sebagai tokoh muda yang dapat mendapat perhatian Cokroaminoto untuk memperkuat barisan Syarekat Islam cabang Bandung. Oleh karena itu ia bersama dengan Wignyadisastra dan Abdul Muis, yang masing-masing sebagai Ketua dan Wakil Ketua, Ki Hajar Dewantoro di angkat sebagai sekretaris, namun keterlibatannya dalam Sarekat Islam ini terhitung singkat, tidak genap satu tahun. Hal ini terjadi karena bersama dengan E.F.E. Dowes Deker dan Cipto Mangunkusumo, ia diasingkan ke Belanda (1913) atas dasar orientasi politik beliau yang sangat radikal. Selain alasan tersebut, Ki Hajar Dewantoro jauh lebih mengaktifkan dirinya pada Indische Partij yang didirikan pada tanggal 6 September 1912. Dengan alasan ini, maka Ki Hajar Dewantoro tidak memiliki kesempatan untuk menjadi tokoh penting di ______________ 56
h. 252
Tim Penulis, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jilid 1, (Jakarta: Djambatan, 2002), cet. II.
34
lingkungan Syarikat Islam.57 Sebagai tokoh politik dan tokoh pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantoro tidak hanya terlibat dalam konsep dan pemikiran melainkan juga terlihat aktif sebagai pelaku yang berjuang membebaskan bangsa dari penjajahan Belanda dan Jepang melalui pendidikan yang diperjuangkan melalui taman siswa yang didirikan dan di asuhnya. Dalam posisi yang demikian itu, maka dapat diduga ia memiliki konsep-konsep yang strategis tentang pendidikan di Indonesia. Konsep ini cukup menarik untuk di kaji lebih lanjut. Karena jasanya yang demikian besar dalam dunia pendidikan, maka kelahirannya, tanggal 2 Mei dijadikan Hari Pendidikan Nasional.58 2. Gagasan dan Pemikiran Pendidikan Indonesia pernah di jajah Belanda dan Jepang. Belanda menjajah kurang lebih selama tiga setengah abad. Sedangkan Jepang menjajah lebih kurang tiga setengah tahun. Tidak seperti halnya Inggris terhadap rakyat jajahannya seperti di India dan Mesir, Belanda tergolong pelit terhadap jajahannya.
Akibatnya
rakyat
jajahan
Inggris
adalah
rakyat
yang
berpendidikan, sedangkan rakyat jajahan Belanda adalah rakyat yang bodoh. Itulah yang dialami dan terjadi pada rakyat Indonesia. Menjelang pada akrir masa jajahannya, Belanda mulai memberikan perhatian pada pendidikan bangsa Indonesia dan itupun karena mendapat tekanan dari dunia internasional. Jauh dari harapan ternyata pendidikan yang diberikanpun ternyata hanya pendidikan yang bermutu rendah serta adanya upaya agar bangsa Indonesia dapat terus menjadi budak penjajah dan kehilangan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia.59 Kondisi pendidikan yang demikian itu telah mendorong Ki Hajar Dewantoro untuk meresponnya. Dialah tokoh yang menggagas agar pendidikan yang diberikan ke bangsa Indonesia adalah pendidikan yang ______________ 57
Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2005), h.129 58 H.A.H. Harahap dan B.S Dewantoro, Ki Hajar Dewantoro Dan KawanKawan,(Jakarta: Gunung Agung, 1980), h. 3 59 Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2005), h.126
35
dilaksanakan oleh bangsa Indonesia sendiri dan didasarkan pada semangat nasionalisme, patriotisme serta membangun jati diri bangsa sebagai manusia yang merdeka, bebas, bermartabat dan dihormati bangsa lain. Berbagai aspek seperti visi, misi, tujuan, kurikulum dan tahapan pendidikan harus dirumuskan berdasarkan kemauan bangsa Indonesia.60 Gagasan dan pemikiran Ki Hajar Dewantoro inilah yang kemudian menjadi acuan pendidikan nasional Indonesia hingga sekarang. Dialah Bapak Pendidikan Nasional Indonesia. Prinsip pendidikan yang sangat demokratis yang berbunyi ing ngarso sing tulodo, ing madya mangun karso dan tutwuri handayani adalah berasal dari beliau. Demikian pula pendidikan yang berwawasan global dengan cara mengharuskan para siswa menguasai pengetahuan agama dan umum serta menguasai bahasa asing telah dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantoro jauh sebelum bangsa Indonesia mengenal apa yang di sebut era globalisasi.61 Berbicara tentang pendidikan pada umumnya dan pendidikan Islam pada khususnya tidak dapat ditinggalkan pembicaraan terhadap tokoh dan pejuang pendidikan Indonesia sejati yang bernama Ki Hajar Dewantoro. Seorang pakar yang berkecimpung dalam bidang pendidikan, amatlah naif apabila tidak mengetahui atau memahami pemikiran pendidikannya. Hal itu terjadi karena berbagai konsep strategis tentang pendidikan di Indonesia dalam serluruh aspeknya senantiasa merujuk pada pemikiran beliau. Gagasan dan pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantoro telah di tulis dalam berbagai karangannya yang mendapatkan sambutan hangat dari kepala negara Presiden Republik Indonesia Pertama, Ir. Soekarno. Karena demikian luas dan mendalam pemikiran pendidikannya itu, maka boleh jadi ia belum dapat dibaca oleh pakar pendidikan pada khususnya dan masyarakat umum pada umumnya, karena berbagai alasan. Demikian pula pada era reformasi seperti sekarang ini, konsep ______________ 60 Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2005), h.126 61 Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2005), h.127
36
pendidikan di Indonesia tengah ditinjau ulang untuk kemudian dihasilkan suatu konsep pendidikan yang sesuai dengan tuntunan jaman dan ini tidak dapat dipungkiri akan berdampak pula pada pendidikan Islam. Dalam kaitan mencari rumusan konsep pendidikan yang demikian itu, maka sebaiknya kita menengok sejenak pemikiran-pemikiran yang dikemukakan Ki Hajar Dewantoro dalam rangka al-muhafadzah ala al-qadim al-shalih wa al-akhzu bi al-jadid al- ashlah. (meneruskan hal-hal masa lalu yang masih relevan dan mengambil pemikiran baru yang lebih baik).62 Sebagai mana telah disebutkan di atas, bahwa pada masa hidupnya Ki Hajar
Dewantoro
banyak
mengabdikan
hidupnya
bagi
kepentingan
pendidikan, salah satunya melalui Taman Siswa yang didirikan dan diasuhnya. Dalam kapasitasnya yang demikian itu ia banyak memiliki gagasan dan pemikiran dalam bidang pendidikan yang dikemukakannya untuk mencapai visi, misi dan tujuan yang ingin dicapainya.63 3. Pandangan Ki Hajar Dewantoro Terhadap Potensi Berbicara tentang pengembangan sumber daya manusia dalam dunia pendidikan tidaklah lepas dari pembicaraan mengenai potensi karena pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi itu. Lalu bagaimana Ki Hajar Dewantoro memandang potensi itu sendiri? Di bawah ini merupakan gambaran pendapat Ki Hajar Dewantoro tentang potensi. "Anak lahir didunia ini tidak sebagai kertas yang belum ditulisi. Tidak seperti tabularasa, akan tetapi seolah-olah kertas yang samara atau suram; dan disisilah apendidikan berkuasa untuk menebalkan serta menerangkan tulisantulisan yang baik agaknya untuk hidupnya anak-anak."64 Tentang pengaruh-pengaruh lainnya dapatlah dimengerti bahwa segala daya yang baik dan buruk itu akan menebalkan dan menerangkan tulisantulisan yang mengandung isi baik dan buruk. Tentang tulisan-tulisan yang bersifat samar-samar dan suram itu ______________ 62
Ungkapan ini merupakan kaidah yang dipegang teguh oleh Nadhlatul Ulama (NU) pada khususnya dan ulama lain pada umumnya 63 Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2005), h.130 64 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 442
37
sebetulnya sebutan umum, sebab sesungguhnya daripada tulisan-tulisan yang ada pada kodratnya anak itu adalah sebagian yang lebih terang dan tebal daripada yang lain, ini berarti bahwa tabiat-tabiat anak itu berbeda-beda. Ada beberapa tabiat nampak terang pada anak yang satu, tetapi tak terlihat pada anak yang lain. Karena itulah pendidikan harus mengingat satu-satunya anak. Sekarang menyusul pula pertanyaan tentang dapat atau tidakkah pendidikan itu melenyapkan tabiat yang jahat. Dimuka telah kita terangkan bahwa pendidikan itu amat kuasa tetapi tidak maha kuasa, oleh karena dasardasarnya hidup dari anak-anak membatasi atau mengurangi penguasa pendidikan. Dasar dan ajar itu berlaku konvergen, saling berpengaruh.65 4. Pembaharuan Pendidikan Sejak lahirnya Indonesia merdeka, maka disegala lapangan hidup dan penghidupan rakyat Indonesia seluruhnya terjadi atau terlaksana pelbagai pembaharuan tak terkecuali dalam dunia pendidikan. Pembaharuan pendidikan yang terjadi setelah Indonesia merdeka tertuang dalam UUD 1945 pasal 31 sebagaimana disebutkan: a. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran. b. Pemerintah
mengusahakan
dan
menyelenggarakan
suatu
system
pengajaran nasional yang di atur dalam Undang-Undang.66 Pasal dalam Undang-Undang Dasar ini nyatalah mengandung maksud dan adanya kewajiban belajar kelak dikemudian hari dan keharusan mendasarkan segala usaha pendidikan dan pengajaran pada dasar kebangsaan. Tentang dasar kebangsaan ini yang dalam hubungannya dengan pendidikan dan pengajaran mempunyai arti kultural, maka pasal 32 UUD 1945 dengan singkat dan jelas menetapkan pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia, sedangkan pasal 36 dalam konstitusi kita tentang bahasa yang kita pakai sebagai bahasa resmi ialah bahasa Indonesia. Ada pula pasal-pasal didalam Undang-Undang yang harus diingat ______________ 65 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 443 66 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 179
38
didalam segala rencana untuk mengatur sifat, bentuk dan isi pengajaran pasal 27 bayat 1 tentang persamaan kedudukan segala warga negara dalam hokum dan pemerintahan, serta ayat 2 tentang hak warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, pula pada pasal 34 kita menetapkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.67 5. Visi, Misi Dan Tujuan Pendidikan Secara jelas Ki Hajar Dewantoro tidak mengemukakan Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan, kendati demikian banyak statemen yang beliau kemukakan dan menjurus pada visi, misi serta tujuan pendidikan yang ingin di capai, diantaranya beliau mengatakan: a. Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak.68 b. Pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anakanak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah tingginya.
mencapai
keselamatan
dan
kebahagiaan
yang
setinggi-
69
c. Pendidikan berarti memelihara hidup-tumbuh kearah kemajuan, tak boleh melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin. Pendidikan adalah usaha kebudayaan, berazas keadaban, yakni memajukan hidup agar mempertinggi derajat kemanusiaan.70 Untuk mencapai visi, misi dan tujuan tersebut Ki Hajar Dewantoro menggunakan azas, sistem, metode, kurikulum sebagai berikut: 5.1 Asas-Asas Pendidikan Lahir dan berkembangnya suatu gerakan, organisasi atau apapun ______________ 67
Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 179 68 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 20 69 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 20 70 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 21
39
namanya sebagai suatu kenyataan sejarah erat kaitannya dengan pengalaman masa lalu, keadaan yang dihadapinya maupun kepentingan masa depan yang menjadi cita-citanya, karena sejarah itu sendiri merupakan suatu proses yang berkesinambungan dalam interaksi masa lalu dan masa kini. Dalam ruang lingkup lingkungan dan sejarah itu pula terbentuk
suatu kondisi yang
tentunya ikut memberikan pengaruh pada Taman Siswa, terutama pada Ki Hajar Dewantoro sebagai pendirinya.71 Itu nampak sangat jelas dari rumusan asas pendidikan yang dirumuskan oleh Ki Hajar Dewantoro. Untuk melengkapi penjelasan mengenai asas pendidikan menurut Ki Hajar Dewantoro secara rinci terdiri dari: 1. Seseorang itu merdeka untuk mengatur dirinya sendiri dengan wajib mengingat kedamaian dan ketertiban dalam kehidupan bersama, hendaknya setiap anak dapat berkembang menurut kodrat atau bakatnya. Perintah dan hukuman dalam mendidik anak ditiadakan, akan tetapi mereka kita didik dengan sistim among. 2. Asas kemerdekaan dalam cipta, rasa dan karsa. Pendidikan harus membimbing anak menjadi manusia yang dapat mencari sendiri pengetahuan dan penggunaan pikiran, perasaan dan kemauan. Dalam asas kemerdekaan Ki Hajar Dewantoro juga sangat mengutamakan kemerdekaan lahir dan batin. Yang di maksudkan disini ialah kemampuan untuk mengatur kehidupan sedemikian rupa, sehingga dalam keadaan apapun kita dapat menerimanya dengan suka rela dan ikhlas, secara jujur dan konsekuen. Apa yang kita yakini benar dan dapat memelihara kedaulatan pribadi dan rasa harga diri, kedamaian dan ketentraman jiwa, kegembiraan dan kegairahan hidup, rasa solidaritas dan rasa turut bertanggung jawab atas nasib sesama masyarakat. Untuk membina kemampuan ini diperlukan suatu sikap mental tertentu serta pengetahuan dan keterampilan dalam bidang ilmu dan teknologi, sebab tanpa sikap mental tertentu ini maka penguasaan ilmu dan teknologi mudah digunakan secara sewenang-wenang. Sikap mental yang dimiliki menurut Ki Hajar Dewantoro terdiri dari: ______________ 71
Jalalludin Rahmat, Filsafat Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), h. 36
40
a. Sikap mental ketetapan hati untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup dengan jujur, cara halal dan legal. b. Sikap mental yang obyektif, sikap mental ini untuk menghadapi kenyataan hidup menurut keadaan yang sebenarnya. c. Sikap mental setia kawan terhadap sesama mahluk Tuhan. 3. Asas kebudayaan sendiri. Pendidikan harus didasarkan atas kebudayaan Indonesia sendiri agar peserta didik jangan cepat terpengaruh oleh kebudayaan yang dating dari luar. 4. Asas kerakyatan. Pendidikan dan pengajaran harus diberikan kepada seluruh rakyat. 5. Asas berhamba pada sang anak. Para pendidik dalam mendidik anak hendaknya dengan sepenuh hati, tulus dan ikhlas, dengan tidak terikat oleh siapapun dan oleh apapun.72 6. Asas kekeluargaan. Sebagai kesatuan hidup taman siswa mengatur dirinya dengan cara dan sistem “kekeluargaan”, suatu pergaulan hidup yang berdasarkan hubungan antar sesama saudara dan sesama keluarga. Atas pertalian kekeluargaan, berkumpul dan bersatulah orang-orang Taman Siswa dari manapun asalnya, keturunan suku dan daerah asalnya. Dalam suatu keluarga orang hidup bersama berdasarkan cinta dan kasih sayang. 7. Asas hidup hemat dan sederhana. Berani hidup hemat dan sederhana sebagai akibat tidak menerima bantuan dari orang lain yang mengikat, konsekuensi orang yang hidup merdeka, tidak mau menjadi budak orang lain. Hidup sederhana yang kenyataan hidup melarat yang dialami Taman Siswa dengan tawakal yang didasarkan sebagai akibat cita-citanya.73 Kongres taman siswa pada tahun 1946 merumuskan kembali pernyataan asas tahun 1922 dan dalam kongres tersebut ditemukan Panca Dharma sebagai dasar-dasar Taman Siswa yang berisi kemerdekaan, kodrat alam,
______________ 72 Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan 2, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), h. 42 73 Mochamad Tauhid, Perjuangan dan Ajaran Hidup Ki Hajar Dewantoro.(Yogyakarta, Majelis Luhur Taman Siswa), h. 39
41
kebudayaan, kebangsaan dan kemanusiaan.74 5.2 Sistem Pendidikan Menurut pengertian umum pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksud pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggitingginya. Untuk mencapai itu semua sangatlah diperlukan cara atau sistem pendidikan yang dapat menghantarkan siswa tersebut pada tujuan pendidikan tersebut. Dalam prakteknya Taman Siswa menggunakan Sistem Among yang berarti asuhan dan pemeliharaan dengan suka cita dengan memberi kebebasan kepada anak asuhan itu untuk bergerak menurut kemauannya, berkembang menurut bakat kemampuannya. Dalam pelaksanaannya sistem among menempatkan guru sebagai fungsi orang tua, karena itu tugas guru yang biasanya memberikan perintah, paksaan dan hukuman kepada muridnya tidak digunakan di Taman Siswa. Sedangkan cara pendidikan yang disebut Ki Hajar Dewantoro sebagai sistem among dalam pelaksanaanya dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Ing ngarso sung tulodo, yang berarti kalau pendidik tampil dimuka dia memberi teladan kepda peserta didik. b. Ing madya mangun karso, yang berarti kalau pendidik berada ditengah dia membangun semangat, berswakarya dan berkreasi pada peserta didik. c. Tut wuri handayani, handayani berarati memberi pengaruh dan tut wuri berarti mengikuti dari belakang dengan penuh perhatian dan penuh tanggung jawab berdasarkan cinta dan kasih sayang.75 Ing ngarso sung tolodo, Ing madya mangun karso, Tut wuri Handayani terjemahan bebasnya adalah berilah contoh nyata ketika anda di depan, memberikan semangat pada semua ketika terlibat di kancah, dan dari belakang ______________ 74 Abdurrachman Surjomiharjo, Ki Hajar Dewantoro dan Taman Siswa Dalam Sejarah Indonesia Modern, (Jakarta: Sinar Harapan 1986 ) . cet 1. h. 97 75 Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan 2, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), h. 60
42
mendorong
tercapainya
cita-cita
yang
jalurnya
diserahkan
kepada
kemerdekaan setiap orang. Biarkanlah mereka mencari jalan sendiri, pendidik boleh mencapurkan dirinya bila anak-anak salah jalan karena kemajuan yang sejati hanya dapat diperoleh dengan perkembangan kodrati, tidak perlu menggunakan perintah paksaan dan hukuman. Kodrat anak meliputi kodrat Ilahi dan kodrat alam. Kodrat Ilahi yaitu suatu kemampuan yang dimiliki sebagai anugerah Tuhan sedangkan kodrat alam yaitu kemampuan yang dimiliki anak sebagai mestinya. Kodrat anak terwujud sebagai bakat anak, pendidik tidak dapat memaksa dan ikut menentukan secara mutlak tetapi pendidik harus berbuat sebagai pamong.76 Dalam sistem among selain memperhatikan kodrat anak, sistem ini juga mempertahankan pula dasar kemerdekaan, artinya bahwa anak didik harus diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan diri dan dibiasakan untuk mempergunakan cipta, rasa dan karsanya sendiri.77 5.3 Metode Pengajaran. Sebagai suatu ilmu, metodologi merupakan bagian dari perangkat disiplin keilmuan dan semua ilmu pengetahuan mempunyai metodologi tersendiri ternasuk pendidikan. Dalam hal metode pendidikan Ki Hajar Dewantoro tidak menyebutkan metode apa saja yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran, lain halnya pada taman kanak-kanak secara jelas ia menggunakan salah satu metode yaitu metode Montessori-Tagore yang telah disesuaikan. Mengenai metode ini Ki Hajar Dewantoro mengungkapkan pendapatnya: "Montessori dan Tagore adalah pembongkar dunia pendidikan lama serta pembangun aliran baru, aliran mana sesuai dengan aliran kita yang sesungguhnya terambil dari adat pendidikan yang masih hidup dalam masyarakat kita atau masih nampak bekas-bekasnya, yaitu aliran yang kita sebut kultural nasional."78 ______________ 76
Wasti Sumanto dan F.X. Soeyarno, Landasan Hisroris Pendidikan Indonesia, (Surabaya, Usaha Nasional,1983), h. 67 77 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 60 78 Jalalludin Rahmat, Filsafat Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), h. 40
43
Keduanya menganggap pendidikan dan pengajaran di Eropa itu sesungguhnya sangat menyuburkan intelek, akan tetapi sebaliknya mematikan perasaan karena membalikan jiwa manusia dari derajat budi menjadi mesin belaka. Keduanya hendak melepaskan ikatan-ikatan yang menyempitkan budi manusia dan menurunkan derajat kemanusiaan yang mana rakyat negerinegeri Barat itu memang sudah lama menantikan pemimpin-pemimpin dunia yang dapat membalikan jaman kearah keselamatan dan ketentraman, maka wajar saja jika kedua aliran itu amat mengguncangkan dunia barat pada saat itu.79 Selain itu metode yang di tempuh adalah sebagai berikut: Pada tahun-tahun permulaan anak didik sebanyak mungkin dibiasakan dengan suasana rumah serta lingkungan sendiri. Dasar-dasar bahasa dan alam pikiran sendiri ditanamkan sekuat-kuatnya melalui nyanyian dan permainan anak-anak, sebelum anak didik mendapat pengajaran dalam bahasa asing. Pendidikan diberikan untuk menyiapkan rasa kebebasan dan tanggung jawab, agar anak-anak berkembang merdeka dan menjadi orang yang serasi, terikat erat dengan milik kebudayaan sendiri dan dengan demikian terhindar dari pengaruh yang tidak baik dan tekanan hubungan kolonial, seperti rasa rendah diri, ketakutan, kebencian, keseganan dan tiruan yang membuta. Selain anak-anak dididik untuk menjadi putra tanah air yang setia dan bersemangat dan dengan patriotisme Indonesia memiliki rasa pengabdian tinggi bagi nusa dan bangsa.80 Untuk menerapkan dasar itu maka pada mulanya perlu dikembangkan sistem pondok Indonesia. Murid-murid lelaki dan perempuan tinggal bersama guru-guru pria dan wanita dalam satu asrama. Tiap bagian perguruan harus diketuai oleh guru yang telah berkeluarga, yang bertugas untuk memelihara suasana kekeluargaan. Pusat dari perguruan yang merupakan masyarakat kecil itu ialah guru.81 ______________ 79
Abdurrachman Surjomiharjo, Ki Hajar Dewantoro dan Taman Siswa Dalam Sejarah Indonesia Modern, (Jakarta: Sinar Harapan 1986 ) . cet 1. h. 74 80 Abdurrachman Surjomiharjo, Ki Hajar Dewantoro dan Taman Siswa Dalam Sejarah Indonesia Modern, (Jakarta: Sinar Harapan 1986 ) . cet 1. h. 94 81 Abdurrachman Surjomiharjo, Ki Hajar Dewantoro dan Taman Siswa Dalam Sejarah Indonesia Modern, (Jakarta: Sinar Harapan 1986 ) . cet 1. h. 95
44
5.4 Kurikulum Pendidikan Secara jelas Ki Hajar Dewantoro tidak mendefinisikan bagaimana isi kurikulum yang ia terapkan dalam sistim pendidikan yang didirikan dan diasuhnya, kurikulum lebih merupakan mata pelajaran yang ia gagas dan ia berikan. Menurut Ki Hajar Dewantoro pelararan yang di berikan kepada anakanak dibagi menjadi dua: pertama mata pelajaran yang selain memberi pengetahuan atau kepandaian juga juga berpengaruh pada kemajuan batin, dalam arti memasukan pikiran, rasa, kemauan, sedangkan yang kedua ialah yang memberi bekal pada anak-anak untuk hidupnya kelak dalam dunia pergaulan umum.82 Untuk memperoleh kepandaian para peserta didik Ki Hajar Dewantoro mengadakan sekolah-sekolah kepandaian khusus (Vakschool) seperti : sekolah guru, sekolah tani, peternakan, perikanan, pertukangan, tehnik, industri, perdagangan, kesenian, sekolah kepandaian puteri, kesehatan dan sebagainya. Untuk kemajuan batin Ki Hajar Dewantoro mengajarkan pendidikan ethik. yang didalamnya tercantum pendidikan agama. Dalam Taman Siswa pendidikan agama diatur sebagai berikut: a.
Agama : Tiap-tiap murid dan guru bebas, saling menghormati.
b.
Agama : Dimasukkan sebagai ethik (budi pekerti)
c. Agama : Di daerah-daerah yang nyata penduduknya beragama Islam dibolehkan memberi pengajaran agama didalam pembelajaran tetapi tidak boleh dengan paksaan.83 Selain mempertimbangkan aspek-aspek keseimbangan sebagaimana tersebut diatas, mata pelajaran yang diberikan kepada anak didik juga harus bertolak dari kodrat manusia yang memiliki sifat dan ciri-ciri kejiwaan yang sesuai dengan perkembangan usianya, Ki Hajar Dewantoro menguraikan bahan pelajaran kedalam tiga bagian yaitu mata pelajaran untuk anak usia ______________ 82 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 80 83 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 189
45
taman kanak-kanak (masa wiraga), taman muda (masa wiraga wirama) dan taman dewasa (masa wirama).84 B. Hasan Langgulung 1. Biografi dan Riwayat Pendidikan Hasan Langgulung Nama lengkapnya adalah Hasan Langgulung, lahir di Rappang, Sulawesi Selatan pada tanggal 16 Oktober 1934. Ayahnya bernama Langgulung dan ibunya bernama Aminah Tanrasuh.85 Hasan Langgulung muda menempuh seluruh pendidikan dasarnya di daerah Sulawesi, Indonesia. Ia memulai pendidikan dasarnya di Sekolah Rakyat (SR)– sekarang setingkat Sekolah Dasar (SD)–di Rappang, Sulawesi Selatan. Kemudian melanjutkan jenjang pendidikannya di Sekolah Menengah Islam dan Sekolah Guru Islam di Makasar sejak tahun 1949 sampai tahun 1952 serta menempuh B.I. Inggris di Ujung Pandang, Makasar. Perjalanan pendidikan internasionalnya dimulai ketika ia memutuskan hijrah ke Timur Tengah untuk menempuh pendidikan sarjana muda atau Bachelor of Arts (BA) dengan spesialisasi Islamic and Arabic Studies yang beliau peroleh dari Fakultas Dar al-Ulum, Cairo University, Mesir pada tahun 1962. Setahun kemudian ia sukses menggondol gelar Diploma of Education (General) dari Ein Shams University, Kairo. Di Ein Shams University Kairo pula ia mendapatkan gelar M.A. dalam bidang Psikologi dan Kesehatan Mental (Mental Hygiene) pada tahun 1967. Sebelumnya, ia juga sempat memperoleh Diploma dalam bidang Sastra Arab Modern dari Institute of Higher Arab Studies, Arab League, Kairo, yaitu di tahun 1964. Kecintaan dan kehausan Hasan Langgulung pada ilmu pengetahuan tak membuatnya puas dengan apa yang telah ia peroleh di Timur Tengah. Beliau pun melanjutkan pengembaraan intelektualnya dengan pergi ke Barat. Hasilnya gelar Doctor of Philosophy (Ph.D) dalam bidang Psikologi diperoleh dari University of Georgia, Amerika Serikat di tahun 1971. ______________ 84 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 81 85 Who in The World, 7th Edition 1984-1985, (Chicago Illiniois: Marquis Who’s Who Incorporated, 1984), h. 595
46
Semasa kuliah Hasan Langgulung tak hanya mengasah daya intelektualnya (kognisi) saja, saat itu ia pun sudah menunjukkan talenta sebagai seorang aktivis dan seorang pendidik. Hal ini dapat dibuktikan ketika ia diberi kepercayaan sebagai Ketua Mahasiswa Indonesia di Kairo tahun 1957. Antara tahun 1957 hingga 1967 ia mengemban amanah sebagai Kepala dan Pendidik Sekolah Indonesia di Kairo. Kemampuan organisatorisnya semakin matang ketika ia menjadi Wakil Ketua Mahasiswa Indonesia di Timur Tengah. Pada tanggal 22 September 1972, Hasan Langgulung melepas masa lajangnya
dengan
menikahi
seorang
perempuan
bernama
Nuraimah
Mohammad Yunus. Pasangan ini dikaruniai dua orang putera dan seorang puteri, yaitu Ahmad Taufiq, Nurul Huda, dan Siti Zakiah. Keluarga ini tinggal di sebuah rumah di Jalan B 28 Taman Bukit, Kajang, Malaysia.86 Selepas kuliah aktivitas beliau semakin padat. Ia seringkali menghadiri berbagai persidangan dan konferensi baik sebagai pembicara ataupun peserta yang diadakan di dalam maupun di luar negeri seperti di Amerika Serikat, Jepang, Australia, Fiji, Timur Tengah, beberapa negara di Eropa, di samping negara-negara di wilayah ASEAN sendiri. Selain sebagai pengajar, peneliti dan konsultan, beliau juga menggeluti dunia jurnalistik. Ia tercatat sebagai pimpinan beberapa majalah seperti Pemimpin Redaksi Majalah Jurnal Pendidikan yang diterbitkan oleh Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Anggota tim redaksi pada majalah Akademika untuk Social Sciences and Humanities, Kuala Lumpur. Anggota redaksi majalah Peidoprise, Journal for Special Education, yang diterbitkan di Illinois, Amerika Serikat. Beliau juga tercatat sebagai anggota American Psychological Association (APA) dan American Educational Research Association Muslim. Beliau pernah mengajar di Universitas Kebangsaan Malaysia sebagai ______________ 86
Who in The World, 7th Edition 1984-1985, (Chicago Illiniois: Marquis Who’s Who Incorporated, 1984), h. 596-597
47
professor senior dalam beberapa tahun dan sekarang beliau mengajar di Universiti Islam Antara Bangsa Kuala Lumpur, Malaysia juga sebagai professor senior. Beliau mendapatkan penghargaan Profesor Agung (Royal Profesor) pada tahun 2002 di Kuala Lumpur, Malaysia oleh masyarakat akademik dunia. Prof. Dr. Hasan Langgulung telah menghasilkan puluhan karya ilmiah dengan menggunakan bahasa Indonesia (Melayu), bahasa Arab maupun bahasa Inggris berupa karya terjemahan, buku, makalah dan berbagai artikel yang tersebar di berbagai majalah di dalam dan luar negeri. Tulisannya membahas berbagai macam persoalan yang berkisar tentang Pendidikan, Psikologi, Filsafat dan Islam. 2. Gagasan dan Pemikiran Pendidikan Hasan langgulung memandang pendidikan dari dua sisi. Pertama dari segi masyarakat, dan kedua dari segi individu. Pendidikan dari segi individu beranggapan bahwa manusia diatas dunia ini mempunyai sejumlah atau beberapa kemampuan yang sifatnya umum pada setiap manusia sama umumnya dengan kemampuan melihat dan mendengar tetapi berbeda dalam derajat menurut masing-masing orang seperti halnya dengan panca indera juga.
Ada orang yang penglihatannya kuat,
pendengarannya lemah dan lain-lain. Dalam hal ini pendidikan didefinisikan sebagai proses untuk menemukan dan mengembangkan kemampuankemampuan ini. Jadi pendidikan adalah proses menampakan yang tersembunyi pada anak didik. Dari segi pandangan masyarakat, diakui bahwa manusia memiliki kemampuan-kemampuan asal dan bahwa anak-anak itu mempunyai benihbenih bagi segala yang telah dicapai dan dapat dicapai oleh manusia. Ia menekankan pada kemampuan manusia memperoleh pengetahuan dengan mencarinya pada alam di luar manusia. Disini mencari itu lebih merupakan proses memasukan yang wujud di luar seorang pelajar dan bukalah proses mengeluarkan apa yang wujud didalam pelajar. Jadi disini dengan sendirinya pendidikan bermaksud pemindahan kesimpulan penyelidikan yang seseorang
48
tidak dapat atau tidak perlu melakukannya sendiri. Pendekatan ketiga memandang pendidikan sebagai suatu transaksi, yaitu suatu memberi dan mengambil antara manusia dan lingkungannya. Ia adalah proses di mana dan dengan itu manusia mengembangkan dan menciptakan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk merubah dan memperbaiki kondisi-kondisi kemanusiaan dan lingkungannya, begitu juga pembentukan sikap yang membimbing usaha-usahanya dalam membina kembali sifat-sifat kemanusiaan dan jasmaninya.87 Jadi dapat disimpulkan pendekatan-pendekatan ini sebagai berikut: pengembangan potensi, pewarisan budaya dan interaksi antara potensi dan budaya. Perlu ditegaskan bahwa ketiga pendekatan itu tidak dapat berjalan sendiri-sendiri, yang mungkin adalah salah satunya mendapatkan penekanan lebih banyak sedang yang lain tidak sebanyak itu, namun ia juga memegang peranan dalam aspek-aspek tertentu. 3. Pandangan Hasan Langgulung Terhadap Potensi Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa Hasan Langgulung memandang pendidikan melalui dua pendekatan yaitu dari segi individu dan masyarakat. Dari pendekatan tersebut ia tidak hanya sebatas memandang adanya potensi pada manusia tetapi lebih jauh ia memandang dari segi budaya dan interaksi antara keduanya. a. Pengembangan Potensi Kalau kita bertanya apakah ada tempat bagi potensi dalam Islam? jawabannya ya. Ini dapat kita lihat dalam penciptaan Adam a.s. yang berarti juga anak cucunya, jadi umat manusia seluruhnya sebagaimana firmanNya: ”Tat kala Aku telah membentuknya dan menghembuskan kepadanya roh Ku...” (Q.S.15:29). Ini berarti antara lain bahwa Tuhan memberi manusia itu berbagai potensi atau kemampuan yang berkaitan dengan sifat-sifat Tuhan yang di sebut al-Asma al-Husna yang berjumlah sembilan puluh sembilan.88 ______________ 87 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka AlHusna, 1998) , cet I. h. 56-57 88 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka AlHusna, 1998) , cet I. h. 59
49
Dari uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa jika sifat-sifat Tuhan yang berjumlah 99 itu diaktualisasikan pada diri dan perbuatan manusia niscaya ia merupakan potensi yang tak terkira banyaknya, sehingga kalaupun manusia diletakkan di sebuah lingkungan yang kurang sumber daya alamnya sekalipun ia akan tetap hidup bahkan melebihi manusia yang berada di tempat dengan daerah yang berluimpah dengan sumber daya alam. Contohnya Jepang meski sumber daya alam yang dimiliki tak seperti Indonesia namun dengan pengembangan potensi dan diaktualisasikannya segala potensi yang ada pada diri mereka, Jepang dapat menjadi negara adikuasa dalam ekonomi, sebaliknya tidak sedikit pula negara yang kaya akan sumber daya alamnya tetapi sebab potensi-potensi manusianya tidak dikembangkan maka negaranya tetap saja merupakan negara berkembang bahkan lebih dari itu ada juga yang masuk dalam kategori miskin.89 b. Pewarisan Budaya Sebenarnya pewarisan budaya di sini mungkin kurang tepat, sebab yang kita maksudkan adalah unsur luar yang masuk dalam diri manusia, sebagai kebalikan dari unsur manusia yang menonjol keluar seperti pada pengembangan potensi . Sukar kita membayangkan seseorang tanpa lingkungan yang memberi corak kepada watak dan kepribadiannya. Lingkunganlah yang berusaha mewariskan nilai-nilai budaya yang dimilikinya kepada setiap anggotanya dengan tujuan memelihara kepribadian dan identitas budaya tersebut sepanjang jaman. Sebab budaya dan peradaban itu bisa juga mati seperti manusia. Manusia mati bila nyawanya putus sedangkan peradaban dikatakan mati apabila nilai-nilai, norma-norma dan berbagai unsur lain yang dimiliki berhenti berfungsi, artinya tidak diwariskan lagi dari generasi kegenerasi dan tidak lagi diamalkan oleh penganutnya. Peradaban Islam di mulai sejak turunnya wahyu pertama kepada nabi ______________ 89
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka AlHusna, 1998) , cet I. h. 60
50
Muhammad SAW yang diikuti oleh wahyu-wahyu berikutnya kurang lebih selama 23 tahun. Dari sinilah mulai terbentuk suatu kelompok manusia yang menamakan diri umah islam terikat dengan aqidah, syari’ah dan akhlak yang terkandung dalam al Quran dan Sunnah. Islam yang diterima Muhammad SAW itupun bukan soal baru terutama dalam hal aqidah, sebab itu juga telah disampaikan oleh nabi-nabi terdahulu. Yang membedakan adalah syari’atnya. Nabi-nabi terdahulu membawa syari’atnya sesuai dengan jaman dan umatnya sedangkan nabi Muhammad bersifat manyeluruh tanpa pilih suku, warna kulit, keturunan dan yang lainnya. Karena tidak semua manusia tidak menganut ajaran Islam, sedang prinsip Islam tidak boleh memaksakan orang lain untuk menganutnya, maka keadaan menghendaki bahwa syariat Islam hanya dilaksanakan pada negerinegeri yang diperintah oleh kaum muslimin sedang yang lain tidak. Oleh sebab itu dapat kita katakan bahwa syariat Islam pada dasarnya bersifat universal kalau ditinjau dari segi ilmiah, sedangklan dari segi praktek pelaksanaannya bersifat lokal yaitu hanya untuk penganutnya saja. Perhatian pendidikan Islam ialah bagaimana memindahkan atau mewariskan unsur-unsur pokok peradaban ini dari generasi ke generasi agar identitas umat dapat terus terpelihara. c. Interaksi Antara Potensi Dan Budaya Dalam kaitannya dengan islam, interaksi antara potensi dan budaya ini lebih menonjol lagi, sebab baik potensi yang nota bene adalah ruh Allah yang di sebut fitrah, hanya orang tuanya menyebabkan ia menjadi yahudi, nasrani atau majusi, jadi fitrah sebagai potensi yang melengkapi manusia semenjak lahir dan fitrah sebagai din atau agama yang menjadi tapak tegaknya peradaban islam. Ibarat dua buah sisi mata uang, satu sisi disebut potensi dan sisi lainnya disebut din, yang satu berkembang dari dalam tiap individu sedang yang satu lagi dipindahkan dari orang ke orang lain, dari generasi ke generasi, jadi bersifat dari luar ke dalam.90
______________ 90
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka AlHusna, 1998) , cet I. h. 63-65
51
4. Pembaharuan Pendidikan Sejak
selesainya
perang
dunia
kedua
hampir
semua
negara
memperlihatkan ciri-ciri tertentu yang sama dalam pertumbuhan pesdidikan yaitu semuanya langsung mengambil alih pola pendidikan Barat bekas penjajah yang pernah datang sebagai kekuatan kolonial yang menggunakan institusi persekolahan sebagai basis. Segera sesudah negara-negara itu merdeka negara-negara tersebut berusaha menyempurnakan sistem yang diwarisi penjajah itu dalam sistem pendidikan nasional. Akan tetapi dari segala usaha penyempurnaan itu sangat sedikit yang dapat digolongkan sebagai usaha pembaharuan yang fundamental dan konseptual. Menurutnya sebagian besar para pengambil keputusan, perencanaan dan pengelola pendidikan terperangkap dalam cara berfikir yang konvensional, mereka memperkuat dan membela kelangsungan sistem yang sudah ada itu dengan memperketat struktur dan jenjang kelembagaan serta menata materi serta metode kependidikan sesuai pola pemikiran yang sama dan kemudian memberikan kekuatan formal kepada sekolah untuk menentukan jalur dan jalan hidup seseorang. Lengkaplah sudah sistem yang ada itu sebagai institusi formal, padahal ia sebenarnya tidak banyak berbeda dari sifat semasa jaman penjajahan. Tingginya kadar sifat formal itu di satu pihak menghasilkan kekuatan
politok
yang
menguasai
sistem
tersebut,
di
lain
pihak
menempatkannya pada posisi yang semakin usang. Yang diperlukan sebenarnya bukan sistem yang hanya semakin mantap kedudukan formal politoknya, tetapi yang semakin mantap relevansi pedagogiknya.91 Dari uraian diatas jelaslah bahwa hasan langgulung tidak ingin pembaharuan pendidikan yang ada hanya bersifat tambal sulam dari suatu sistem pendidikan yang telah diwariskan penjajah tetapi perubahan itu harus menyentuh pada aspek yang pudamental dan konseptual. ______________ 91
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka AlHusna, 1998) , cet I. h. 94
52
5. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Segala gagasan untuk merumuskan tujuan pendidikan di dunia Islam haruslah memperhitungkan bahwa kedatangan Islam adalah permulaan baru bagi manusia. Islam datang untuk memperbaiki keadaan manusia dan menyempurnakan perutusan-perutusan Tuhan yang lalu. Tujuannya adalah untuk mencapai kesempurnaan agama. Seperti arti firman Allah swt.: “Hari ini Aku sempurnakan agamamu dan Aku lengkapkan nikmat-Ku padamu dan rela Islam itu sebagai agamamu.” (QS. 5:4). Dan firmanNya yang lain: “Kamu adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk umat manusia sebab kamu memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang munkar dan beriman kepada Allah swt.” (QS. 3:110). Berdasarkan asas ini maka dapatlah kita simpulkan bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan Islam dapat diringkaskan dalam dua tujuan pokok; pembentukan insan yang shaleh dan beriman kepada Allah dan agama-Nya, dan pembentukan masyarakat yang shaleh yang mengikuti petunjuk agama Islam dalam segala urusannya.92 a. Pembentukan Insan Shaleh Yang dimaksud dengan insan shaleh adalah manusia yang mendekati kesempurnaan, dengan kata lain pengembangan manusia yang menyembah dan bertakwa kepada Allah sebagaimana dalam firman-Nya: ”Tidaklah Aku mencipta jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah kepada-Ku.” (QS. 51:56), manusia yang penuh keimanan dan taqwa, berhubungan dengan Allah memelihara dan menghadap kepada-Nya dalam segala perbuatan yang dikerjakan dan segala tingkah laku yang dilakukannya, segala pikiran yang tergores di hatinya dan segala perasaan yang berdetak di jantungnya. Ini adalah manusia yang mengikuti jejak langkah Rasul saw. dalam pikiran dan perbuatannya. Insan shaleh beriman dengan mendalam bahwa ia adalah khalifah di bumi “Aku ciptakan di bumi khalifah.” (QS. 2:30). Ia mempunyai risalah ______________ 92
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka AlHusna, 1998) , cet I. h. 137
53
ketuhanan yang harus dilaksanakannya, oleh sebab itu ia selalu menuju kesempurnaan itu hanya untuk Allah saja. Salah satu aspek kesempurnaan itu adalah akhlak yang mulia, sebab rasul saw. Bersabda: “Aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” Di antara akhlak insan yang shaleh dalam Islam adalah harga diri, prikemanusiaan, kesucian, kasih sayang, kecintaan, kekuatan jasmani dan rohani, menguasai diri, dinamisme dan tanggung jawab. Ia memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang munkar. Ia juga bersifat benar, jujur, ikhlas, memiliki
rasa
keindahan
dan
memiliki
rasa
keseimbangan
pada
kepribadiannya; jasad, akal, dan roh semuanya tumbuh dan pertumbuhannya terpadu, juga memakmurkan dunia dan mengeluarkan hasilnya. b. Pembentukan masyarakat shaleh Masyarakat shaleh adalah masyarakat yang percaya bahwa ia mempunyai risalah (message) untuk umat manusia, yaitu risalah keadilan, kebenaran, dan kebaikan, suatu risalah yang akan kekal selamanya, tidak terpengaruh faktor waktu dan tempat. Firman Allah: “kamu adalah umat terbaik yang pernah diutus bagi umat manusia sebab kamu mengajar kepada kebaikan dan melarang dari kejahatan.” (QS. 3:10). Masyarakat Islam berusaha sekuat tenaga memikul tanggung jawab yang dibebankan kepadanya kapan dan dimana saja. Tugas pendidikan Islam adalah menolong masyarakat mencapai maksud tersebut. Bertolak dari tantangan-tantangan yang dihadapi oleh dunia Islam maka dapat disimpulkan bahwa tugas pendidikan Islam pada tahap masyarakat adalah pada hal-hal berikut: 1. Menolong masyarakat membangun hubungan-hubungan sosial yang serasi, setia kawan, kerja sama, interdependen, dan seimbang sesuai dengan firman Allah ”sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara” (QS. 9:10). 2. Mengukuhkan hubungan di kalangan kaum muslim dan menguatkan kesetiakawanannya melalui penyatuan pemikiran, sikap, dan nilai-nilai. Ini semua bertujuan menciptakan kesatuan Islam.
54
3. Menolong masyarakat Islam mengembangkan diri dari segi perekonomian yang bermakna: a) berusaha memperbaiki suasana kehidupannya dari segi material dengan memerangi kejahilan kemiskinan, dan berbagai macam penyakit.
b)
menolong
masyarakat
melepaskan
diri
dari
sifat
ketergantungan kepada orang lain dari segi pemikiran, sains dan teknologi. Ini dapat dicapai dengan pembinaan mental yang berdikari dan sejalan dengan ajaran aqidah Islam. c) turut serta dalam membangun hubungna perekonomian yang sesuai dengan ajaran agama. d) menyiapkan diri dengan sains dan teknologi modern dan melengkapinya dengan pandangan atau paradigma Islam tentang sistem kehidupan perekonomian. e) pembentukan kader dan para profesional yang memadai untuk berbagai sektor ekonomi dan sosial. f) pengembangan nilai-nilai, sikap, dan tingkah laku pembangunan di kalangan individu dan kelompok. g) melatih pekerja dalam sektor ekonomi dan semua anggota masyarakat agar berpartisipasi secara aktif dalam berbagai aktivitas pembangunan, baik ekonomi, sosial, dan budaya. 4. Memberi sumbangan dalam perkembangan masyarakat Islam. yang dimaksud dengan perkembangan adalah penyesuaian dengan tuntutan kehidupan modern dengan memelihara identitas Islam, sebab Islam tidak bertentangan dengan perkembangan dan pembaharuan. Islam adalah agama yang sesuai dengan segala tempat dan waktu. Peranan pendidikan Islam di sini dapat disimpulkan dalam rangka memberi kemudahan bagi perkembangan dalam masyarakat Islam, ini dapat dicapai dengan: a) menyiapkan
individu-individu
dengan
kelompok
untuk
menerima
perkembangan dan turut serta di dalamnya. b) menyiapkan mereka untuk membimbing perkembangan itu sesuai dengan tuntutan spiritual, syariat dan akhlak Islam. Salah satu peranan pendidikan Islam adalah mempersiapkan individu dan kelompok dari segi pemikiran, akhlak, spiritual, agar sanggup melanjutkan kesinambungan itu. 5. Mengukuhkan identitas budaya Islam. ini dapat dicapai dengan pembentukan kelompok-kelompok terpelajar, para pemikir dan kaum
55
ilmuan yang: a) bersemangat Islam, sadar dan melaksanakan ajarannya, prihatin dengan peninggalan peradaban Islam, disamping bangga dan bersedia membelanya sehingga karya-karyanya mempunyai corak Islam sejati. b) menguasai sains dan teknologi modern dan bersifat terbuka terhadap budaya lain. c) bersifat produktif, terutama dalam hal mengarang, membuat karya inovatif, dapat menyelaraskan potensi-potensi yang ada, dan membimbing orang lain. d) bebas dari ketergantungan kepada orang atau budaya lain, dan tidak memiliki sifat taklid buta.93 Untuk mencapai visi, misi dan tujuan tersebut Hasan Langgulung menggunakan azas, sistem, metode, kurikulum sebagai berikut: 5.1 Asas-Asas Pendidikan Hasan langgulung menguraikan asas-asas pendidikan kedalam enem asasberikut ini: a. Asas-asas historis yang mempersiapi sipendidik dengan hasil-hasil pengalaman masa lalu dengan undang-undang dan peraturan-peraturannya, batas-batas dan kekurangan-kekurangannya. b. Asas-asas sosial yang memberinya kerangka budaya dari mana pendidik itu
bertolak
dan
bergerak:
memindah
budaya,
memilih
dan
mengembangkannya. c. Asas-asas ekonomi yang memberinya perspektif tentang potensi-potensi manusia
dan keuangan, materi dan persiapan mengatur sumber-
sumbernya dan bertanggung jawab terhadap anggaran belanjanya. d. Asas-asas politik dan administrasi yang memberinya bingkai ideologi (aqidah) dari mana ia bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telah bulat. e. Asas-asas psikologis yang memberinya info tentang watak pelajar-pelajar, guru-guru, cara-cara terbaik dalam praktek pencapaian dan penilaian, dan pengukuran dan bimbingan. f. Asas-asas filsafat yang berusaha memberinya kemampuan yang lebih baik, ______________ 93
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka AlHusna, 1998) , cet I. h. 138-142
56
memberi arah suatu sistem, mengontrolnya dan memberi arah kepada semua asas-asas yang lain.94 Interaksi asas-asas ini didalam proses pengajaran menghendaki beberapa keterangan yang dapat kita simpulkan tiga hal berikut: a. Setiap asas itu bukanlah satu ilmu atau mata pelajaran tetapi sejumlah ilmu dan cabang-cabangnya. b. Asas-asas ini memberi pendidikan itu sistem-sistem, organisasi-organisasi, inovasi dan pembaharuan. c. Asas asas ini sukar memainkan peranannya tanpa asas filsafat yang mengarahkan gerak dan mengatur langkahnya. Ia menentukan yang baik dan sesuai dan mengatur sifatnya yang menyeluruh dan serasi.95 Perlu ditegaskan bahwa sebagian besar dasar pokok yang digunakan oleh pendidikan modern pada dasarnya telah wujud dalam ajaran Islam, oleh sebab itu patutlah kalau pijakan dalam pembangunan dasar-dasar pokok pendidikan di dunia Islam ini adalah ajaran Islam sendiri. a. Keutuhan (syumuliyah) Pendidikan Islam haruslah bersifat utuh, ini bermakna ia haruslah memperhatikan segala aspek menusia: badan, jiwa, akal dan rohnya. Pendidikan
Islam
perlu
mendidik
semua
individu
di
masyarakat
(democratization) dan dari segi pelaksanaannya, sistem pendidikan Islam haruslah meliputi segala aktivitas pendidikan normal, non-formal dan informal seperti pendidikan di rumah, masjid, pekerjaan, lembaga-lembaga sosial dan budaya. b.
Keterpaduan Pendidikan Islam haruslah bersifat terpadu yang dapat disimpulkan
sebagai berikut: 1) Pendidikan Islam haruslah memberlakukan individu dengan memperhitungkan ciri-ciri kepribadiannya: jasad, jiwa, akal, dan roh ______________ 94
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) , cet ke II. h. 6 95
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) , cet ke II. h. 7
57
yang berkaitan secara organik, berbaur satu sama lain sehingga bila terjadi perubahan pada salah satu komponennya maka akan berlaku perubahanperubahan pada komponen yang lain. 2) Pendidikan Islam harus bertolak dari keterpaduan di antara negara-negara Islam. Ia mendidik individu-individu itu supaya memiliki semangat setia kawan dan kerja sama sambil mendasarkan aktivitasnya atas semangat dan ajaran Islam, seperti firman Allah swt: ”Kerjasamalah kamu atas kebaikan dan taqwa.” (QS. 5: 3). Berbagai jenis dan tahap pendidikan itu dipandang terpadu antara berbagai komponen dan aspeknya. c. Kesinambungan Pendidikan
Islam
haruslah
bersifat
kesinambungan
dengan
memperhatikan aspek-aspek berikut: 1) Sistem pendidikan itu perlu memberi peluang belajar pada tiap tingkat umur, tingkat persekolahan dan setiap suasana. Dalam Islam tidak boleh ada halangan dari segi umur, pekerjaan, kedudukan dan lain-lain. Kata-kata yang selalu kita pakai adalah ”tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat” atau ”tuntutlah ilmu hingga ke negeri China”. 2) Sistem pendidikan Islam itu selalu memperbaharui diri. Diriwayatkan dari Ali r.a. berkata: ”ajarkan anak-anakmu ilmu lain dari yang kamu diajar, sebab mereka diciptakan bagi jaman bukan jamanmu.” d. Keaslian Pendidikan Islam haruslah orisinal berdasarkan ajaran Islam seperti yang disimpulkan berikut ini: 1) Pendidikan Islam harus mengambil komponenkomponen, tujuan-tujuan, materi dan metode dalam kurikulumnya dari peninggalan Islam sendiri sebelum ia menyempurnakannya dengan unsurunsur dari peradaban lain di dunia ini. 2) Haruslah ia memberi prioritas kepada pendidikan kerohanian yang diajarkan oleh Islam. Mengangkat derajat manusia setinggi langit tanpa meninggalkan alam kebendaan, seperti kata Rasul saw.: ”Wahai Tuhan, perbaikilah akhiratmu kemana aku akan kembali.” 3) Pendidikan kerohanian Islam sejati menghendaki agar kita menguasai bahasa Arab, yaitu bahasa al-Qur’an dan Sunnah. 4) Keaslian ini menghendaki juga pengajaran sains dan seni modern dalam suasana perkembangan dimana
58
yang menjadi pedoman adalah aqidah Islam. e. Bersifat Ilmiah Pendidikan Islam haruslah memandang sains dan teknologi sebagai komponen terpenting dari peradaban modern, dan mempelajari sains dan teknologi itu merupakan suatu keniscayaan yang mendesak bagi dunia Islam jika tidak mau ketinggalan kereta api. Selanjutnya patutlah memberi perhatian khusus ke berbagai sains dan teknik modern dalam kurikulum dan berbagai aktivitas pendidikan, hanya ia harus sejalan dengan semangat Islam. f. Bersifat Praktikal Pendidikan patutlah memperhitungkan bahwa kerja itu adalah komponen terpentingdalam kehidupan sehari-hari dan kerohanian dalam Islam. Kerja itu dianggap ibadah. Jadi patutlah pendidikan Islam itu membentuk manusia yang beriman kepada ajaran Islam, melaksanakan dan membelanya, dan agar ia membentuk pekerja produktif dalam bidang ekonomi dan individu yang aktif di masyarakat. g. Kesetiakawanan Di antara ajaran terpenting dalam Islam adalah kerja sama, persaudaraan dan kesatuan di kalangan umat muslimin. Jadi patutlah pendidikan Islam menumbuhkan dan mengukuhkan semangat setia kawan di kalangan individu dan kelompok. h. Keterbukaan Pendidikan haruslah membuka jiwa manusia terhadap alam jagat dan Pencipta-Nya, terhadap kehidupan dan benda hidup, dan terhadap bangsabangsa dan kebudayaan-kebudayaan yang lain. Islam tidak mengenal fanatisme, perbedaan kulit atau sosial, sebab di dalam Islam tidak ada rasialisme, tidak ada perbedaan antara manusia kecuali karena taqwa dan iman. Firman Allah swt: ”Wahai manusia, Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa dan bersuku-suku supaya mengenal satu sama lain. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertaqwa.” (QS. 49: 1). Juga sabda Nabi saw: ”Setiap
59
kamu dari Adam, sedang Adam dari tanah.”96 Jadi pendidikan Islam adalah pendidikan kemanusiaan yang berdiri di atas persaudaraan seiman (tidak ada beda antara orang Arab atau orang ’Ajam kecuali karena taqwa). Jadi ia adalah pendidikan universal sebab Islam adalah perutusan untuk umat manusia seluruhnya. Bertolak dari tujuan dan dasar pokok yang telah diterangkan di atas, maka dapatlah kita simpulkan berbagai komponen utama yang menurut pendapat Hasan Langgulung, patut mendapat prioritas dari segi perhatian yang harus diberikan dari orang-orang yang bertanggung jawab tentang pendidikan di dunia Islam. Komponen itu adalah: a. Berusaha menyekolahkan semua anak yang mencapai usia sekolah, dan membuat perancangan agar mereka memperoleh pendidikan dan keterampilan minimum untuk membolehkan mereka bersekolah. Bagi yang tak dapat melanjutkan pelajaran, memasuki kehidupan sehari-hari dengan modal keterampilan yang terhormat. Ia berusaha agar negaranegara Islam menutup salah satu pintu utama untuk memasuki dunia buta huruf. Sedang bagi orang-orang dewasa berusaha memberantas buta huruf di kalangan mereka dalam keadaan masyarakat berusaha untuk tinggal landas. Menimbang kekurangan material yang dialami oleh sebagian besar negara-negara
Islam
maka
tugas
ini
menuntut
agar
kita
mengeksploitasikan sejauh mungkin semua kerangka pendidikan yang ada dan berusaha mencari kerangka dan sumber-sumber lain di luar sistem pendidikan seperti surau, masjid, pondok pesantren, dan lembaga-lembaga sosial, budaya dan vokasional. Begitu juga harus dimobilisir semua tenaga yang sanggup mengajar, baik di dalam atau di luar institusi pendidikan. b. Mempelbagaikan jalur pengembangan itu di semua tahap pendidikan dan membimbingnya ke arah yang fleksibel dan licin. Kepelbagaian ini menghendaki perubahan rencana-rencana jangka panjang, pendek dan mengadakan pendidikan umum, pendidikan teknik, vokasional dan ______________ 96
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) , cet ke II. h. 143-145
60
pertanian. Sedang fleksibilitas menghendaki adanya jembatan-jembatan penghubung antara berbagai jenis dan tahap pendidikan. c. Meninjau kembali materi dan metode pendidikan supaya sesuai dengan semangat Islam dan ajaran-ajarannya, dan bagi berbagai kebutuhan ekonomi, teknik, dan sosial. Tidaklah patut ilmu-ilmu dari Barat itu diambil begitu saja, tetapi yang diambil ialah yang sesuai dengan kebutuhan dunia Islam dan ditundukkan di bawah sistem nilai-nilai Islam. d. Mengukuhkan pendidikan agama dan akhlak dalam seluruh tahap dan bentuk pendidikan supaya generasi baru dapat menghayati nilai-nilai Islam semenjak masa kecil. e. Administrasi dan Perencanaan.
Pada tahap administrasi patutlah
dimudahkan hubungan yang licin pada mesin administrasi, pembentukan teknisi-teknisi yang mampu, dan mempraktekkan sistem desentralisasi. Pada tahap perencanaan, patutlah perencanaan itu serasi meliputi berbagai sektor, tahap pendidikan dari satu segi, dan dari segi lain juga meliputi kesepaduan antara pendidikan dengan sektor-sektor lain seperti ekonomi dan budaya. f. Kerja sama. Kerja sama adalah salah satu dari aspek utama yang harus mendapat perhatian besar dikalangan penanggung jawab pendidikan, sebab ia mengukuhkan kesetiakawanan dan keterpaduan di antara negaranegara Islam. Kerja sama ini bisa dilaksanakan dengan pertukaran pengalaman, pelajar, tenaga pengajar, dan membuka institusi perguruan tinggi dan universitas-universitas bagi pelajar-pelajar dari seluruh dunia Islam. Begitu juga dengan pengembangan pusat-pusat regional bagi kajian sains dan teknologi, dan dengan menggunakan tenaga kerja manusia, dan keahlian ilmiah raksasa yang dimiliki oleh dunia Islam dari masing-masing negara. Begitu banyak negara Islam yang meminta dan membeli keahlian dari Barat, padahal keahlian ini ada dalam kuantitas yang besar di negaranegara Islam yang lain. Malah sebagian keahlian ini mengalami pengangguran sehingga berhijrah ke negar-negara Barat denga bayaran murah, sedang berbagai negara islam lain kekurangan keahlian ini. Kerja
61
sama ini juga dapat dilaksanakan dalam bentuk penelitian bersama di berbagai bidang ilmiah dan pemikiran, dan menterjemahkan karya budaya yang penting di dunia Islam ke berbagai bahasa dunia Islam.97 Inilah inti prioritas yang sepatutnya dijalankan oleh penanggung jawab pendidikan di tiap negara Islam untuk mencapai tujuan ganda dari pendidikan Islam. Yaitu pembentukan individu dan masyarakat yang shaleh. Inti priorotas ini meliputi penyerapan semua anak-anak yang mencapai usia sekolah, kepelbagaian jalur perkembangan, meninjau kembali materi dan metode pendidikan, pengukuhan pendidikan agama, administrasi dan perencanaan, kerja sama regional dan antara negara di dalam dunia Islam. 5.2 Sistem Pendidikan Kata strategi bermakna sejumlah prinsip dan pikiran yang mengarahkan tindakan sistem-sistem pendidikan di dunia Islam. Memperhatikan bahwa kata terakhir, yaitu dunia Islam, memiliki ciri-ciri khas yang tergambar dalam aqidah Islamiyah, maka patutlah strategi pendidikan itu mempunyai corak Islam. Jadi tempat bertolak selalu adalah Islam dan ajarannya yang suci. Dalam sistem Pendidikan Islam antara kurikulum, metode dan tujuan pendidikian harus saling berkaitan dan harus saling menjiwai dalam proses mencapai produk yang bercita-citakan menurut ajaran Islam.98 Dengan demikian Islam dalam sistem itu berjalan diatas dasar realisme yang tidak mengabaikan kenyataan. Melihat urian diatas, maka sistem pendidikan Islam itu meliputi : 1. Hakikat Manusia a. Manusia makhluk yang mulia Manusia diciptakan oleh Allah sebagai penerima dan pelaksana ajaran, oleh karena itu ia ditempatkan pada kedudukan yang mulia, hal ini ditegaskan pada al-Quran: ______________ 97
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) , cet ke II. h. Who in The World, 7th Edition 1984-1985, (Chicago Illiniois: Marquis Who’s Who Incorporated, 1984), h. 146-148 98 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pusaka Setia, 1998), cet ke 2, hal. 163
62
”Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”(Q.S. al-Isra: 70) Untuk mempertahankan kedudukan yang mulia Allah mlengkapinya dengan
akal
dan
perasaan
yang
memungkinkannya
menerima dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan membudidayakan ilmu yang dimilikinya.99 b.
Manusia sebagai khalifah di bumi Pandangan ini bersumber darifirman Allah:
... ”Dan Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: sesungguhnya aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi”(Q.S. alBaqarah: 30) 2. Membina akal dan kepribadian Pendidikan
Islam
adalah
pembinaan
akal
dan
penyempurnaan
kepribadian menjadi makarimul akhlak nabi Muhammad menyatakan bahwa agama adalah akal, tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal. Akal disini merupakan kesatuan potensi manusia sebagai mahluk yang paling mulia yaitu kesatuan pikiran, perasaan dan kemauan yang selaras dengan ajaran Allah dalam kitab suci Al-Quran dan sesuai dengan fitrah manusia.100 3. Arena pendidikan terbuka Pendidikan Islam tidaklah sebatas pada lingkungan pendidikan sekolah saja tetapi juga pada keluarga dan masyarakat, semua itu adalah arena ______________ 99
Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. III, h. 26 Sopyan Ahmad, Pembinaan Dan Pengembangan Sistem Pendidikan Islam, (Bandung: PT. AL-Maarif,1982), cet. 1. h. 17 100
63
pendidikan untuk menyempurnakan kepribadian manusia.101 5.3 Metode. Pendidikan Hasan Langgulung tidak secara spesifik menyebutkan metode apasaja yang harus dipergunakan dalam proses pendidikan karena menurutnya setiap metode harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, selain itu jika berbicara metode maka kita tidak bisa lepas dari tiga hal yaitu: apa yang harus dipelajari, siapa yang mempelajari dan siapa yang mengajarkan.102 Dalam kontek ini sebaiknya seorang guru harus bersifat fleksibel artinya mengajarkan sesuatu berdasarkan kesanggupan murid, selain itu guru juga harus berperangai yang baik karena sikap non verbal guru terkadang dapat lebih menyentuh dihadapan muridnya. Jadi sebaiknya guru bersifat seperti sabda Nabi SAW "Sembahyanglah kamu seperti kamu lihat aku sembahyang." (H.R Bukhari).103 5.4 Kurikulum Pendidikan Menurut Hasan Langgulung pendidikan akhlak adalah pusat yang disekelilingnya berputar program dan kurikum pendidikan Islam yang ringkasnya disebut fadilah (sifat yang utama).104 Filosofi Islam sepakat bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam sebab tujuan utama dan termulia pendidikan Islam adalah menghaluskan akhlak dan mendidik jiwa. Menurutnya ilmu adalah jalan kearah pendidikan akhlak itu, dan untuk sampai pada fadilah itu, dengan syarat ia bukanlah ilmu tioritis tetapi ilmu praktis, yaitu ia haruslah diterjemahkan kedalam kenyataan yang hidup, yang menerapkan ketinggian akhlak bagi individu dan masyarakat. Dalam pendidikan Islam harus ada keseimbangan antara ilmu agama dan ilmu dunia, maka perlu adanya pemusatan atau spesialisasi pada bagian ilmu sesuai dengan periode perkembangan atau tingkat pendidikan. Secara umum ______________ 101
Sopyan Ahmad, Pembinaan Dan Pengembangan Sistem Pendidikan Islam, (Bandung: PT. AL-Maarif,1982), cet. 1. h. 19 102 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) , cet ke II. h. 313 103 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) , cet ke II. h. 316 104 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) , cet ke II. h. 117
64
kurikulum juga harus mengikuti ilmu bahasa, agama, kealaman dan sosial. Jadi pada intinya kurikulum pada pendidikan Islam harus bersifat fungsional yang tujuannya selain mengeluarkan dan membentuk manusia muslim tetapi juga mengeluarkan manusia yang mengenal kehidupan dan sanggup menikmati kehidupan yang mulia.105
______________ 105
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) , cet ke II. h. 118
65
BAB IV STUDI KOMPARASI STRATEGI PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA MENURUT KEDUA TOKOH Dari gagasan pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantoro dan Hasan Langgulung yang telah di gambarkan pada bab sebelumnya, ada beberapa persamaan dan perbedaan gagasan keduanya. A. Persamaan 1. Gagasan pemikiran pendidikan yang digagaskan kedua tokoh sama-sama dipengaruhi oleh keadaan jaman yang dihadapi keduanya.. Ki Hajar Dewantoro gagasannya banyak terlahir karena rasa ingin bebas dari penjajahan.106 Landasan yang mendasari pemikiran pendidikan sebagai alat perjuangan sebenarnya telah digagas sejak lahirnya pergerakan nasional, yaitu sejak berdirinya Budi Utomo, majalah para pelajar indonesia di Belanda (Indonesia Merdeka) mencatat "batu dasar bagi perkembangan tiap-tiap perkembangan negara ialah pengajaran" (De hoeksteen van de ontwikkeling van elk land is onderwijs), sedangkan Brugmans menulis "pengajaran merupakan salah satu dari batu dasar dari kebijaksanaan kolonial" (hat onderwijs is een der hoeksteenen van het kolonial beleid), maka mengertilah kita bahwa pengajaran merupakan hal penting didalam politik kolonial dan pergerakan rakyat. Dari dua pangkal tolak tentang pangkal pengajaran itu, yaitu pandangan dari pihak pergerakan rakyat dan dari sudut penglihatan pihak penjajah maka terjadilah suatu perjuangan perebutan pelaksanaan pengajaran rakyat.107 Salah satu ciri yang kentara dalam hubungan kolonial ialah kurangnya perhatian pemerintah kolonial dalam usaha kemasyarakatan, terutama dalam hal pendidikan dan pengajaran. Pengajaran akan membawa suatu bangsa jajahan ke arah kemajuan dan dapat merupakan bahaya bagi kedudukan ______________ 106 Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2005), h. 126 107 Abdurrachman Surjomiharjo, Ki Hajar Dewantoro dan Taman Siswa Dalam Sejarah Indonesia Modern, (Jakarta: Sinar Harapan 1986 ) . cet 1. h . 66
66
pemerintah yang mempertahankan sistem kasta di daerah jajahan yang keras. Sesuai dengan pandangan tentang pentingnya soal pengajaran itu, maka dalam kegiatan-kegiatan kewartawanan dan polotik Ki Hajar Dewantoro memeakai setiap kesempatan yang ada untuk mengeluarkan pendapat-pendapatnya tentang pengajaran kolonial dan pembaharuan yang harus di tempuh sesuai dengan tuntutan ke arah kemerdekaan bangsa.108 Hasan Langgulung gagasan pemikirannya banyak dipengaruhi oleh modernitas kemajuan ilmu dan teknologi yang berkembang sangat pesat di penghujung abad 20.109 Pendidikan Islam haruslah memandang sains dan teknologi sebagai komponen terpenting dari peradaban modern, dan mempelajari sains dan teknologi itu merupakan suatu keniscayaan yang mendesak bagi dunia Islam jika tidak mau ketinggalan kereta. Selanjutnya patutlah memberi perhatian khusus ke berbagai sains dan teknik modern dalam kurikulum dan berbagai aktivitas pendidikan, hanya ia harus sejalan dengan semangat Islam. 2. Pembaharuan Pendidikan. Di masa penjajahan kolonialisme Ki Hajar Dewantoro memandang pendidikan yang didapat sangat rendah sehingga ia menggagas agar pendidikan yang diberikan ke bangsa Indonesia adalah pendidikan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia sendiri, tidak hanya sebatas gagasan semata iapun mendirikan taman siswa sebagai implementasi dari gagasan beliau tersebut. Gagasan dan pemikiran beliau inilah yang kemudian menjadi acuan penyelenggaraan pendidikan nasional hingga sekarang.110 Di jaman kemerdekaan bersama dengan lahirnya Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, pembaruan dalam pendidikan tertuang dalam UUD 1945 pasal 31 yang berbunyi:
______________ 108
Abdurrachman Surjomiharjo, Ki Hajar Dewantoro dan Taman Siswa Dalam Sejarah Indonesia Modern, (Jakarta: Sinar Harapan 1986 ) . cet 1. h . 67 109 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka AlHusna, 1998) , cet I. h. 70 110 Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2005), h. 126
67
a. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran. b. Bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional.111 Hasan langgulung memandang setelah perang dunia ke dua, negaranegara bekas jajahan langsung mengambil pola pendidikan barat bekas penjajah yang pernah datang sebagai kekuatan kolonial dan menciptakan sistem pendidikan kolonial, sekalipun diadakan pembaruan pendidikan, sangat sedikit yang dapat digolongkan sebagai usaha pembaruan yang bersifat fundamental dan konseptual, oleh karena itu ia menganggap perlu adanya pembaharuan yang bersifat fundamental dan konseptual.112 Langkah yang harus diambil untuk membaharui proses pendidikan dalam Islam adalah berusaha membina filsafat pendidikan yang menyeluruh, realistik, fleksibel, mengambil landasan dan prinsip dari ajaran Islam.113 3. Potensi. Ki Hajar Dewantoro menyatakan: “Anak lahir didunia ini tidak sebagai kertas yang belum ditulisi. Tidak seperti tabularasa, akan tetapi seolah-olah kertas yang samar atau suram; dan disisilah pendidikan berkuasa untuk menebalkan serta menerangkan tulisan-tulisan yang baik agaknya untuk hidupnya anak-anak”. 114 Tentang pengaruh-pengaruh lainya dapatlah juga dimengerti bahwa segala daya yang baik atau buruk itu akan menebalkan dan menerangkan segala tulisan-tulisan yang baik dan buruk. Sekarang menyusul pula pertanyaan tentang dapat atau tidakkah pendidikan itu melenyapkan tabiat-tabiat yang jahat? Ki Hajar Dewantoro menyatakan bahwa pendidikan itu amat kuasa tetapi tidak maha kuasa, oleh karena dasar-dasarnya hidup dari anak-anak membatasi atau mengurangi ______________ 111
Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 179 112 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka AlHusna, 1998) , cet I. h. 94 113 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) , cet ke II. h. 37 114 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 442
68
penguasa pendidikan. Dasar dan ajar itu berlaku konvergen, saling berpengaruh. Tabiat-tabiat yang tersebut itu sebenarnya masih ada di dalam jiwa, hanya saja seperti tulisan yang samar-samar serta suram tidak nampak dengan terang tertutup oleh angan-angannya yang cerdas dan kuat karena pengaruhnya pendidikan. Jadi tidak sama sekali lenyap hilang, hanya tertutup oleh pikirannya. Andaikata pikirannya yang cerdas itu hilang buat sesaat saja maka tabiat-tabiat tersebut nampak terang pula. Misalnya orang yang penakut setelah mendapatkan pendidikan yang baik tidak nampak penakutnya itu karena ia berpikir akan tetapi jika ia amat terkejut boleh jadi rasa takutnya itu nampak terang.115 Berhubungan dengan adanya bagian di dalam jiwa kita yang tak dapat dilenyapkan oleh pengaruh pendidikan itu, Ki Hajar Dewantoro menerangkan tak usahlah orang putus asa karena mengira tidak akan dapat memperbaiki budi pekertinya karena adanya tabiat-tabiat buruk yang melekat dan tak dapat lenyap itu. Ingatlah bahwa pendidikan itu amat berkuasa menguatkan kehendak, menjernihkan dan menghaluskan pikiran.116 Hasan langgulung menyatakan: kalau kita bertanya apakah ada tempat bagi potensi dalam Islam? Jawabannya ya. Ini dapat kita lihat dalam penciptaan Adam a.s. yang berarti juga anak cucunya, jadi umat manusia seluruhnya sebagaimana firmanNya ”Tat kala Aku telah membentuknya dan menghembuskan kepadanya roh Ku...” (Q.S.15:29). Ini berarti antara lain bahwa Tuhan memberi manusia itu berbagai potensi atau kemampuan yang berkaitan dengan sifat-sifat Tuhan yang di sebut al-Asma al-Husna yang berjumlah sembilan puluh sembilan.117 Pendidikan sebagai pengembangan potensi dapat di umpamakan seperti pertumbuhan dan perkembangan bunga-bunga, di mana potensi-potensi tersembunyi yang ada pada benih berkembang menjadi bunga yang matang ______________ 115
Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 443-444 116 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 445 117 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka AlHusna, 1998) , cet I. h. 59
69
dan mekar. Sebagai bandingannya, maka anak-anak itu adalah benih di mana terdapat potensi-potensi yang masih tersembunyi dan tidak kelihatan, guru adalah tukang kebun yang melalui kemesraan dan pemeliharaannya yang cermat dan membuka rahasia potensi-potensi yang tersembunyi ini, dan pendidikan adalah proses mengajar berkebun yang dengan itu kebolehankebolehan yang tidak tampak menjadi nampak melalui pilihan dan penggunaan yang bijaksana terhadap pupuk yang sesuai.118 4. Metode Pengajaran Baik Ki Hajar Dewantoro maupun Hasan Langgulung sama-sama tidak secara spesifik menyebutkan metode apa yang harus dipakai dalam pendidikan, keduanya sama-sama menitikberatkan pada pendidik. Ki Hajar Dewantoro dengan sistim amongnya menekankan peran aktif seorang guru yang harus mampu bersikap didepan, ditengah ataupun dibelakang para muridnya.119 Hasan Langgulung terlebih menekankan
sikap pleksibelitas seorang
120
guru dalam memilih metode pembelajaran.
5. Dalam penggunaan metode keduanya sama-sama mempertimbangkan aspek psikologis. Di dalam lingkungan pendidikan taman siswa tahun-tahun permulaan anak didik sebanyak mungkin dibiasakan dengan suasana rumah serta lingkungan sendiri. Dasar-dasar bahasa dan alam pikiran sendiri ditanamkan sekuat-kuatnya melalui nyanyian dan permainan anak-anak, sebelum anak didik mendapat pengajaran dalam bahasa asing Untuk menerapkan dasar itu maka pada mulanya perlu dikembangkan sistem pondok Indonesia. Muridmurid lelaki dan perempuan tinggal bersama guru-guru pria dan wanita dalam satu asrama. Tiap bagian perguruan harus diketuai oleh guru yang telah
______________ 118
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka AlHusna, 1998) , cet I. h. 58 119 Abdurrachman Surjomiharjo, Ki Hajar Dewantoro dan Taman Siswa Dalam Sejarah Indonesia Modern, (Jakarta: Sinar Harapan 1986 ) . cet 1. h . 88 120 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) , cet ke II. h. 313
70
berkeluarga, yang bertugas untuk memelihara suasana kekeluargaan. Pusat dari perguruan yang merupakan masyarakat kecil itu ialah guru.121 Hasan Langgulung dalam kontek ini memandang sebaiknya seorang guru harus bersifat fleksibel artinya mengajarkan sesuatu berdasarkan kesanggupan murid, sesuai dengan perkembangannya.122 Lebih lanjut ia menyatakan pembuat kurikulum dan guru-guru haruslah mengetahui teoriteori pertumbuhan dan perkembangan agar ia dapat menyuguhkan berbagai aspek pengetahuan sesuai dengan tahap perkembangan anak-anak.123 Selain itu guru juga harus mempertimbangkan beberapa aspek diantaranya: a. Selalu berorietasi pada tujuan. b. Tidak hanya terikat pada satu metode saja. c. Kerap digunakan sebagai suatu kimbinasi dari berbagai metode. d. Kerap digunakan berganti-ganti dari satu metode ke metode lainnya.124 6. Trisentra Pendidikan. Ki Hajar Dewantoro menyatakan didalam hidupnya anak-anak adalah tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya yaitu : alam keluarga, alam perguruan dan alam pergaulan pemuda.125 a. Alam keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama dan yang terpenting, oleh karena sejak timbulnya adab kemanusiaan hingga kini, hidup keluarga itu selalu mempengaruhi bertumbunya budi pekerti dari tiap-tiap manusia. b. Alam perguruan adalah pusat pendidikan yang teristimewa berkewajiban mengusahakan kecerdasan pikiran (perkembangan intelektual) beserta pemberian ilmu pengetahuan (balai wiyata). ______________ 121
Abdurrachman Surjomiharjo, Ki Hajar Dewantoro dan Taman Siswa Dalam Sejarah Indonesia Modern, (Jakarta: Sinar Harapan 1986 ) . cet 1. h. 95 122 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) , cet ke II. h. 47 123 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) , cet ke II. h. 315 124 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) , cet ke II. h. 184 125 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 70
71
c. Alam pemuda yaitu pergerakannya pemuda-pemuda yang pada saat itu sudah tetap adanya, harus diakui dan kita pergunakan untuk menyokong pendidikan.126 Yang mendasari rumusan tri sentra pendidikan sebagai pusat pendidikan karena memandang tidak cukup usaha pendidikan hanya disandarkan pada tenaga pendidik, selain itu karena besarnya pengaruh tri sentra pendidikan terhadap pendidikan itu sendiri, diantaranya: a. Berhubungan dengan adanya naluri akan kekalnya keturunan, maka setiap manusia selalu berusaha mendidik anaknya dengan sesempurna mungkin, baik dalam hal jasmani maupun rohaninya. b. Rasa
cinta,
rasa
bersatu,
keadaan
jiwa
sangat
berguna
untuk
berlangsungnya pendidikan, teristimewa pendidikan budi pekerti. Dan ini terdapat dalam lingkungan keluarga dan tak ada pusat pendidikan lain yang menyamainya. c. Alam perguruan selama masih ditujukan hanya kepada pencarian dan pemberian ilmu pengetahuan dan kecerdasan pikiran akan sedikit pengaruh pendidikannya terhadap kecerdasan budi pekerti dan sosial. d. Pergerakan pemuda merupakan penyokong besar untuk pendidikan, baik untuk kecerdasan jiwa atau budi pekerti maupun yang menuju pergaulan sosial.127 Hasan langgulung memandang Pendidikan Islam tidaklah sebatas pada lingkungan pendidikan sekolah saja tetapi juga pada keluarga dan masyarakat (alam sekitar), semua itu adalah arena pendidikan untuk menyempurnakan kepribadian manusia. a. Keluarga, para ahli didik umumnya menyatakan pendidikan di lembaga ini merupakan pendidikan pertama dan utama. Dikatakan demikian karana di lembaga inilah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya. Di ______________ 126 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 71-72 127 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 72-74
72
samping itu pendidikan di sini mempunyai pengaruh yang dalam terhadap kehidupan peserta didik kemudian hari.
b. Sekolah adalah lembaga pendidikan yang sangat penting sesudah keluarga. Keluarga umumnya tidak mampu mengajarkan berbagai ilmu oleh karena itu sudah sepantasnyalah mereka menyerahkan tugas dan tanggung jawabnya kepada sekolah untuk melaksanakan tugas-tugas di atas. c. Masyarakat (alam sekitar). Alam sekitar merupakan salah satu faktor dari faktor-faktor pendidikan yang ada, dengan demikian alam sekitar merupakan penting pula bagi pelaksanaan pendidikan. Kendati demikian faktor alam sekitar jelas berbeda apabila dibandingkan dengan lingkungan yang lain. Keluarga dan sekolah memiliki tanggung jawab terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, lain halnya dengan alam sekitar yang sebatas mempengaruhi namun tidak tersimpul unsur tanggung jawab.128 7. Kurikulum. Menurut Ki Hajar Dewantoro pelajaran yang di berikan kepada anakanak dibagi menjadi dua: pertama mata pelajaran yang selain memberi pengetahuan atau kepandaian juga berpengaruh pada kemajuan batin, dalam arti memasukan pikiran, rasa, kemauan, sedangkan yang kedua ialah yang memberi bekal pada anak-anak untuk hidupnya kelak dalam dunia pergaulan umum.129 Untuk merealisasikan gagasan tersebut Ki Hajar Dewantoro mendirikan berbagai cabang pendidikan di bawah naungan taman siswa beberapa sekolah kejuruan (vakschool) dalam bidang pertanian, guru dan jurnalistik.130 Selain mendirikan sekolah kejuruan para siswa juga diberikan pelajaran dan praktek bekerja seperti pertanian dan pertukangan di desa-desa, ______________ 128
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pusaka Setia, 1998), cet ke . h.
211-213 129 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 80 130 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 223
73
pertukangan dan perdagangan di kota-kota, perikanan dan perkapalan di pantai-pantai.131
Dalam
mengembangkan
kemajuan
batin
Ki
Hajar
Dewantoro
mengajarkan pendidikan ethik yang tercakup didalamnya pendidikan agama. a. Untuk taman indria dan taman anak usia 5-8 tahun pengajaran berupa pembiasaan (syari'at) bersifat global dan sepontan yakni belum berupa teori, belum pula diberikan menurut rencana atau waktu tertentu. Pamong diharapkan melakukan koreksi atau anjuran seperti jangan mengganggu teman-teman, duduk yang baik, jangan berisik dan lain-lain. Yang perlu diperhatikan semua dilakukan secara tiba-tiba dan pada waktu yang diperlukan
karena
dengan
begitu
kita
dapat
mulai
menyokong
perkembangan rasa dan pikiran, individual dan sosial dengan cara pembiasaan. b. Adapun tingkatan yang kedua (taman muda) usia 9-12 tahun masuk dalam tahap hakikat yang berarti kenyataan atau kebenaran dan mengandung maksud memberi pengertian kepada anak-anak agar mereka menjadi insyaf dan sadar tentang segala kebaikan dan segala kebalikankebalikannya. Pengajaran hakikat ini dipakai untuk anak-anak akil balig yakni waktu berkembangnya akal, keinsyafan dan kesadaran tentang pelbagai kebaikan atau kejahatan, namun selalu atas dasar pengetahuan kenyataan atau kebenaran. Jangan sampai anak-anak selalu terikat pada kebiasaan dengan tidak mengetahui maksud dan tujuan yang sebenarnya karena syari'at tanpa hakikat adalah kosong, sedangkan hakikat tanpa syariat adalah buta. c. Tingkatan yang ketiga (taman dewasa) usia 13-16 tahun masuk dalam tahap tarikat yang berarti laku yakni perbuatan yang dengan sengaja kita lakukan dengan maksud melatih diri untuk melaksanakan berbagai kebaikan bagaimanapun sukar atau berat. Inilah latihan bagi anak-anak yang mulai dewasa untuk memaksa, menekan atau memerintah dan ______________
74
mengusai diri pribadi. Dalam lingkungan agama atau kebatinan pada umumnya tarikat itu berupa macam-macam perbuatan seperti berpuasa, mengurangi makan dan tidur, menekan hawa nafsu dan lain-lain. d. Tingkatan yang keempat (taman madya dan taman guru) usia 17-20 tahun inilah waktunya masuk periode makrifat yang berarti mereka ada di dalam tingkatan pemahaman yakni biasa melakukan kebaikan, menginsyafi serta menyadari akan maksud dan tujuannya. Pengajaran ethik yang diberikan kepada mereka berupa ilmu pengetahuan yang agak dalam dan luas, jadi tidak hanya bentuk-bentuk adat kesusilaan tetapi sampai pada dasardasarnya.132 Menurut hasan langgulung dalam pendidikan Islam harus ada keseimbangan antara ilmu agama dan ilmu dunia, maka perlu adanya pemusatan atau spesialisasi pada bagian ilmu sesuai dengan periode perkembangan atau tingkat pendidikan. Secara umum kurikulum juga harus mengikuti ilmu bahasa, agama, kealaman dan sosial. Jadi pada intinya kurikulum pada pendidikan Islam harus bersifat fungsional yang tujuannya selain
mengeluarkan
dan
membentuk
manusia
muslim
tetapi
juga
mengeluarkan manusia yang mengenal kehidupan dan sanggup menikmati kehidupan yang mulia.133 8. Dalam
kurikulum
keduanya
sama-sama
menyesuaikan
terhadap
perkembangan peserta didik Ki Hajar Dewantoro menguraikan bahan pelajaran kedalam tiga bagian yaitu mata pelajaran untuk anak usia taman kanak-kanak (masa wiraga), taman muda (masa wiraga wirama) dan taman dewasa (masa wirama).134 A. Taman wiraga mengajarkan: a.
Permainan dan olah raga dengan nyanyian anak-anak dan tari (pemeliharaan badan secara titmis)
______________ 132
Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 489-490 133 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) , cet ke II. h. 118 134 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 81
75
b.
Nyanyian rakyat, menggambar dengan corak dan warna, merangkai (itu semua latihan untuk kesempurnaan panca indera dihubungkan dengan rasa)
c.
Cerita
yang
berwujud
dongeng,
mitologis
dan
historis
dihubungkan dengan pelajaran bahasa dan lagu. d.
Pelajaran mengenal tempat sekelilingnya si anak selaku pelajaran
ilmu
alam,
ilmu
kodrat,
ilmu
bumi
persediaan dan
negeri
(kemasyarakatan dan kenasionalan). B. Taman wiraga-wirama mengajarkan: a.
Olah raga, pencak, tari.
b.
Nyanyian, menggambar.
c. Bahasa dan cerita kesusastraan, kealaman mulai dari alam daerah kemudian alam indonesia dan asia. d. Pengetahuan tentang kodrat alam, bumi, negeri dan pergaulan umum di tanah air, asia dan lainnya. C. Taman wirama mengajarkan: a.
Olah raga, tari.
b. Nyanyian, menggambar, kesenian dilanjutkan dengan mengenal kesenian asing. c. Bahasa dan
kesusasteraan nasional dan dunia lainnya, ilmu
keagamaan. d. Ilmu dari negeri indonesia sekarang dan dahulu, sosiologi, ekonomi dan menuntun anak mengadakan perhimpunan umum, koperasi, debatingclub dan sebagainya. Hasan Langgulung menyatakan dalam pendidikan Islam harus ada keseimbangan antara ilmu agama dan ilmu dunia, maka perlu adanya pemusatan atau spesialisasi pada bagian ilmu sesuai dengan periode perkembangan atau tingkat pendidikan.135 ______________ 135
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) , cet ke II. h. 118
76
B.
Perbedaan
1. Pembaharuan Pendidikan. Ki Hajar Dewantoro lebih fokus pada perubahan sistem yang ada baik pada masa penjajahan maupun jaman kemerdekaan. Di masa penjajahan kolonialisme Ki Hajar Dewantoro memandang pendidikan yang didapat sangat rendah sehingga ia menggagas agar pendidikan yang diberikan ke bangsa Indonesia adalah pendidikan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia sendiri.136 Di jaman kemerdekaan bersama dengan lahirnya Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, pembaruan dalam pendidikan tertuang dalam UUD 1945 pasal 31 yang berbunyi: a. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran dan b. Bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional.137 Lain halnya dengan Hasan langgulung gagasannya lebih bersifat memperbaharui sistem yang ada. Hasan langgulung memandang setelah perang dunia ke dua, negara-negara bekas jajahan langsung mengambil pola pendidikan barat bekas penjajah yang pernah datang sebagai kekuatan kolonial dan menciptakan sistem pendidikan kolonial, sekalipun diadakan pembaruan pendidikan, sangat sedikit yang dapat digolongkan sebagai usaha pembaruan yang bersifat fundamental dan konseptual, oleh karena itu ia menganggap perlu adanya pembaharuan yang bersifat fundamental dan konseptual.138 2. Tujuan Pendidikan ______________ 136
Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2005), h. 126 137 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 179 138 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka AlHusna, 1998) , cet I. h. 94
77
Ki Hajar Dewantoro memandang pada intinya tujuan pendidikan adalah untuk:
a. Memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak.139 b. Menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.140 c. Pendidikan berarti memelihara hidup-tumbuh kearah kemajuan, tak boleh melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin. Pendidikan adalah usaha kebudayaan, berazas keadaban, yakni memajukan hidup agar mempertinggi derajat kemanusiaan.141 Lain halnya dengan Hasan Langgulung yang memandang tujuan pokok yang ingin dicapai oleh pendidikan Islam adalah pembentukan insan yang shaleh dan beriman kepada Allah dan agama-Nya, dan pembentukan masyarakat yang shaleh yang mengikuti petunjuk agama Islam dalam segala urusannya.142 Prioritas tujuan pendidikan yang digagas Ki Hajar Dewantoro lebih menekankan pada perluasan pendidikan, dalam artian tujuan yang bersifat horisontal lebih diutamakan, adapun tujuan yang bersifat vertikal menjadi tujuan selanjutnya.143
______________ 139
Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 20 140 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 20 141 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 21 142 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka AlHusna, 1998) , cet I. h. 137 143 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 206
78
Sedangkan Hasan Langgulung memandang tujuan pendidikan baik horisontal maupun vertikal harus berjalan berdampingan.144
3. Asas-asas pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantoro terdiri dari kemerdekaan, kodrat alam, kebudayaan, kebangsaan dan kemanusiaan. Yang kita kenal dengan istilah Panca Dharma 145 Hasan Langgulung memandang asas-asas pendidikan lebih luas dan menyeluruh, asas-asas tersebut terdiri dari: asas historis, sosial, ekonomi, politik dan administrasi, psikologis dan filsafat.146 4. Sistem Pendidikan Dalam prakteknya Ki Hajar Dewantoro menggunakan sistem among dimana sisiem tersebut lebih menekankan pencapaian tujuan pendidikan pada aspek pendidik. Selain sistim among dalam taman siswa juga dikenal sistim pondok, lain halnya dengan Hasan Langgulung menggunakan sistem Islam yang memandang antara kurikulum, metode dan tujuan pendidikian harus saling berkaitan dan harus saling menjiwai dalam proses mencapai produk yang bercita-citakan menutut ajaran Islam.147 5. Kurikulum pendidikan Kurikulum pendidikan yang digagas Ki Hajar Dewantoro memasukkan Pendidikan Agama kedalam pelajaran ethik yang pada intinya merupakan upaya pembiasaan melakukan perbuatan terpuji pada diri anak dalam
______________ 144
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka AlHusna, 1998) , cet I. h. 79 145 Abdurrachman Surjomiharjo, Ki Hajar Dewantoro dan Taman Siswa Dalam Sejarah Indonesia Modern, (Jakarta: Sinar Harapan 1986 ) . cet 1. h. 97 146 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) , cet ke II. h. 6 147 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pusaka Setia, 1998), cet ke 2, hal. 163
79
kehidupannya sehari-hari hingga mendarah daging dan kalaupun ada penjelasan dan keterangan, hal demikian hanya sebagai penguat.148 Hasan Langgulung memandang pelajaran agama merupakan kajian yang luas yang terdiri dari beberapa kajian seperti fiqih, ushul fiqh, tasawuf, tafsir, hadits, dabt, musthalah hadits dan ilmu kalam.149 Pendidikan agama bukan hanya menjadi semacam ilmu pengetahuan melainkan harus menjadi keyakinan, pandangan hidup yang mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku sehari-hari bahkan mempengaruhi aspek kehidupan lainnya. Dengan kata lain di dalam pendidikan agama terdapat misi dakwah, yaitu mengajak orang lain agar menerima, memahami dan mengamalkan ajaran agama yang disampaikan kepada yang bersangkutan. Jika kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran, menurut Ki Hajar Dewantoro pelajaran yang diberikan kepada anak-anak dibagi menjadi dua: pertama mata pelajaran yang selain memberi pengetahuan atau kepandaian, kedua ialah yang memberi bekal pada anak-anak untuk hidupnya kelak dalam dunia pergaulan umum dan tujuan yang pertama adalah intinya pendidikan.150 Menurut Hasan Langgulung pendidikan akhlak adalah pusat yang disekelilingnya berputar program dan kurikum pendidikan.151
______________ 148
Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman Siswa, 1962), h. 189 149 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka AlHusna, 1998) , cet I. h. 9 150 Dewantoro, bagian pertama Pendidikan…, h. 80 151 Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam…,h. 117
80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari uraian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya dan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, penulis mengambil kesimpulan bahwa gagasan atau strategi yang digagas kedua tokoh lebih condong pada persamaan gagasan pemikiran keduanya. Perbedaan strategi pendidikan yang mendasar dari kedua tokoh terletak pada kurikulum yang digagas oleh keduanya, dimana Ki Hajar Dewantoro menjadikan kebudayaan sebagai landasan kurikulum pendidikan, lain halnya dengan Hasan Langgulung yang menjadikan agama sebagai landasannya dan hal ini berimplikasi pada tujuan pendidikan, menurut Ki Hajar Dewantoro tujuan pendidikan terutama untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran dan tubuh anak, sedangkan menurut Hasan Langgulung tujuan pendidikan yaitu terbentuknya insan saleh dan masyarakat saleh. Terkait dengan kurikulum pendidikan di Indonesia, maka kurikulum yang digagas Ki Hajar Dewantoro merupakan kurikulum yang dipakai sistem Pendidikan Nasional, sedangkan Hasan Langgulung merupakan kurikulum yang dipakai Departemen Agama. Jika orientasi tujuan pembelajaran pada tiga unsur (kognitif, apektif dan psikomotorik), realitas yang ada pada lembaga pendidikan yang ada sekarang, secara mayoritas kurikulum Diknas lebih unggul dalam segi kognitif dan psikomotorik, sedangkan kurikulum Depag lebih unggul dalam hal apektif.
B. Saran Adapun saran-saran yang menurut penulis anggap penting untuk diperhatikan adalah sebagai berikut: a. Bagi para praktisi pendidikan dapat menjadikan strategi pendidikan yang digagas
kedua
tokoh
sebagai
pengembangan sumber daya.
bahan
kajian
khususnya
dalam
81
b. Strategi pendidikan dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang telah digagas oleh kedua tokoh dapat dijadikan salah satu referensi dalam
wacana pengembangan
dunia
pendidikan
khususnya
bagi
pemerintah selaku penanggung jawab dunia pendidikan. c. Agar semua skate holder pendidikan dapat ikut serta dalam pengembangan pendidikan khususnya pendidikan yang berbasis pengembangan sumber daya manusia. d. Bagi orang tua yang hendak memasukkan anaknya dalam lembaga pendidikan agar memperhatikan sejauh mana lembaga pendidikan tersebut dalam mengembangkan sumber daya yang ada pada setiap peserta didik. e. Setiap individu untuk selalu berusaha meningkatkan sumber daya yang ada pada dirinya yang salah satunya melalui strategi yang digagas kedua tokoh.
82
DAFTAR PUSTAKA Arifin, Muzayyin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1993. Arifin, Zainal, Nuansa Teosentris Humanistik Pendidikan Islam; Signifikansi Pemikiran Hasan Langgulung dalam Konstalasi Reformasi Pendidikan Islam, STAIN Cirebon: Lektur-Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam, Seri VIII/Th. Ke-5/98. Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cet. II, 2000. Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet. III, 1996. ___________, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: Ruhama, Cet. II, 1995. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. X, 1999. Dewantara, Ki Hajar, Bagian Pertama Pendidikan, Yogyakatra: Majlis Luhur Taman Siswa, 1962 Fadjar, A. Malik, Madrasah dan Tantangan Modernitas, Bandung: Mizan, Cet. II, 1999. ___________, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Fajar Dunia, Cet. I, 1999. Harahap H.A.H., B.S Dewantara, Ki Hajar Dewantara Dan Kawan-Kawan, Jakarta: Gunung Agung, 1980 Harahap, Syahrin, Islam Dinamis; Menegakkan Nilai-nilai Ajaran al-Qur’an dalam Kehidupan Modern di Indonesia, Yogyakarta: Tiara Wacana, Cet. I, 1997. Idris, H., Jamal, Lisma, Pengantar Pendidikan 2. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992 Langgulung, Hasan, Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998, cet-2 __________, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, Jakarta: Pustaka al-Husna, Cet. III, 1995. __________, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, Jakarta: Al-Husna Zikra, Cet. III.1995.
83
__________,Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, Jakarta: Pustaka Al-Husna, Cet. I, 1998. Latif, Abdul l, Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas Menghadapi Era Pasar Bebas, Jakarta: DPP HIPPI, 1996 Marimba, Ahmad, D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al Ma’arif, Cet. VIII, 1989. Mu’amar, Pulungan, Syahid, Manusia Dalam al-Qur’an, Surabaya: Bina Ilmu, Cet. I, 1984. Muhaimin, Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, Bandung: Tri Genda Karya, Cet. I 1993. Munandar, A.S., Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Rangka Pembangunan Nasional, Jakarta: Djaya Pirusa, 1981 Nasution, Harun, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. IX, 1995. Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: RajaGrafindo Persada, Cet. I, 1996. ___________, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cet. I, 1997. ___________,Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta: Rajagrapindo Persada, 2005 Notoatmodjo, Soekidjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. I, 1998. Pamungkas, Sri Bintang, Dengan Sumber Daya Manusia (SDM) dan IPTEK Mengatasi Kemiskinan, Mencapai Kemandirian, Jakarta: Seminar dan Sarasehan Teknologi, 1993 Qardhawi, Yusuf, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press, Cet. I, 1999. Rahardjo, M. Dawam, et.al, Ensiklopedi Alquran, Jakarta: Paramadina, Cet. I, 1996.1 Rahmat, Jalalludin, Filsafat Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996. Shihab, M. Quraish, Wawasan al-Quran, Bandung: Mizan, Cet. I, 1996.
84
Suhandana, Anggan, Pendidikan Nasional Sebagai Instrumen Pengembangan SDM, Bandung: Mizan, Cet. III, 1997. Suit, Yusuf, Sikap Mental dalam Manajemen SDM, Jakarta: Ghalia Indonesia, Cet. I, 1996.1 Sumanto, F.X. Soeyarno, Landasan Hisroris Pendidikan Indonesia, Surabaya, Usaha Nasional,1983 Suprihatin, Gunaharja. et.al., Pengembangan Sumber Daya Keluarga, Jakarta: BPK Gunung Mulia, Cet. I, 1993. Tauhid, Mochamad, Perjuangan dan Ajaran Hidup Ki Hajar Dewantara. Yogyakarta, Majelis Luhur Taman Siswa Tilaar, H.A.R., Pendidikan Dalam Pembangunan Nasional Menyongsong Abad XXI, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. I, 1990. Tim Dosen IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, Cet. III, 1988. Tim Penulis, Ensiklopedi Islam Indonesia Jilid 1 Jakarta: Djambatan, Cet. II, 2002. Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pusaka Setia, Cet. II, 1998. Umary, Barmawie, Materi Akhlak, Solo: Ramadhani, Cet. II, 1989. Vaizey, John, Pendidikan di Dunia Modern, Jakarta: Gunung Agung, 1980 Who in The World, 7th Edition 1984-1985, Chicago Illiniois: Marquis Who’s Who Incorporated, 1984. Zaini, Ananto, Kusuma Seta, Wawasan al-Qur’an tentang Pembangunan Manusia Seutuhnya, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. II, 1996. Zainun, Buchori, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Gunung Agung, Cet. II, 1993.