KUALITAS AIR LIMBAH BENGKEL PRODUKSI ATMI SURAKARTA HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS AIR TANAH DANGKAL DI LINGKUNGAN SEKITARNYA
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai DerajatMagister Program Studi Ilmu Lingkungan
Oleh: LAURENTIUS SUMADI A 130906007
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008
KUALITAS AIR LIMBAH BENGKEL PRODUKSI ATMI SURAKARTA HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS AIR TANAH DANGKAL DI LINGKUNGAN SEKITARNYA
Disusun oleh:
Laurentius Sumadi A 130906007 Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Tim Pembimbing Jabatan Pembimbing I
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
...........................
.................
...........................
.................
Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc., Ph.D NIP. 131 570 296
Pembimbing II
Prof. Drs. Indrowuryatno, M.Si. NIP. 130 340 866
Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan
Dr. Prabang Setyono, S.Si., M.Si. NIP. 132 240 171
ii
KUALITAS AIR LIMBAH BENGKEL PRODUKSI ATMI SURAKARTA HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS AIR TANAH DANGKAL DI LINGKUNGAN SEKITARNYA
Disusun oleh:
Laurentius Sumadi A 130906007 Telah disetujui oleh Tim Penguji Jabatan Ketua
Nama
Tanggal
.......................
.................
.......................
.................
.......................
.................
.......................
.................
.......................
.................
.......................
.................
Dr. Prabang Setyono, S.Si., M.Si. NIP. 132 240 171
Sekretaris
Tanda Tangan
Dr. Edwi Mahajoeno, M.Si. NIP. 132 169 254
Anggota Penguji: 1. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc, Ph.D NIP. 131 570 296 2. Prof. Drs. Indrowuryatno, M.Si. NIP. 130 340 866 Mengetahui Ketua Program
Dr. Prabang Setyono, S.Si., M.Si.
Ilmu Lingkungan
NIP. 132 240 171
Direktur Program Pascasarjana
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D NIP. 131 472 192
iii
PERNYATAAN Nama NIM
: Laurentius Sumadi : A 130906007
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul Kualitas Air Limbah Bengkel Produksi ATMI Surakarta Hubungannya Dengan Kualitas Air Tanah Dangkal di Lingkungan Sekitarnya adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi citasi dan ditunjukan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Oktober 2008 Yang membuat pernyataan,
Laurentius Sumadi
iv
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kepada Tuhan Allah atas segala Berkat dan Kasih KaruniaNya selama penulis menjalani kuliah hingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis dengan judul “ Kualitas Air Limbah Bengkel Produksi di ATMI Surakarta hubungannya Dengan Kualitas Air Tanah Dangkal di Lingkungan Sekitarnya”. Penulisan tesis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh air limbah bengkel produksi terhadap kualitas air tanah dangkal dan disusun untuk memenuhi sebagian syarat untuk mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil dari awal hingga akhir penulisan ini memberikan bantuan dan kerjasamanya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi pada Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Lingkungan,Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyediakan fasilitas dan penyelesaian administrasi perkuliahan. 3. Bpk. Dr. Prabang Setyono, MSi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
v
4. Bpk. Ir Ari Handono Ramelan, M.Sc, Ph.D dan Bpk. Prof. Drs. Indrowuryatno, M.Si selaku Dosen Pembimbing, dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan
dalam penyusunan tesis. 5. Dosen Pengajar Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini. 6. Direktur ATMI Surakarta yang telah memberikan dorongan dan fasilitas kepada penulis untuk melanjutkan studi pada Program Pascasarjana. 7. Ibu, Istri dan anak-anakku tercinta, Irene Helvetikasari dan B. Aditya Luky Arista yang selalu memberikan doa dan dukungan semangat untuk mengikuti pendidikan sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. 8. Teman sejawat angkatan 2006 pada Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang selalu memberikan dukungan dalam penyusunan tesis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun, senantiasa penulis harapkan guna penyempurnaan tesis. Semoga tesis ini berguna dan bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan dan semoga Tuhan selalu melindungi kita semua. Amin. Surakarta, Oktober 2008
Laurentius. Sumadi
vi
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Judul Luar Halaman Judul Dalam ...........................................................................................
i
Halaman Pengesahan Pembimbing ......................................................................
ii
Halaman Pengesahan Tesis ..................................................................................
iii
Pernyataan ………………………………………………………………………
iv
Kata Pengantar …………………………………………………………………..
v
Daftar Isi …………………………………………………………………………
vii
Daftar Tabel ………….………………………………………………………….
x
Daftar Gambar …………………………………………………………………..
xi
Daftar Lampiran ...................................................................................................
xii
Abstrak .................................................................................................................
xiii
BAB
BAB
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………………
1
B. Perumusan Masalah …………………………………………...
7
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………...
8
D. Manfaat Penelitian …………………………………………….
8
II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ………………………………………………
10
1.Pengertian Lingkungan ……………………………………….
10
2.Bengkel Pengecatan Logam ………...………………………..
14
3.Air ……………………………………………………………
19
4.Air Minum …………………………………………………...
20
5.Air Tanah .................................................................................
21
6.Baku Mutu Air .........................................................................
23
7.Air Limbah ..............................................................................
23
8.Pencemaran Air .......................................................................
35
B. Penelitian Yang Relevan ………………………………………
36
C. Kerangka Berfikir ……………………………………………..
37
vii
D. Hipotesis ………………………………………………………
41
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………………………………………………...
42
B. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………...
42
1. Lokasi Penelitian ………………………………………….
42
2. Waktu Penelitian …………………………………………..
43
C. Data dan Sumber Data ………………………………………….
43
1. Data ……………………….………………………………
43
2. Sumber Data ………………………………………………
44
D. Teknik Pengumpulan Data …………………………………….
44
1. Data Primer ………………………………………………..
44
2. Data Sekunder ……………………………………………..
45
E. Populasi dan Sampel ………………………………………......
46
F. Penarikan Sampel/Tehnik Sampling …………………………..
46
G. Instrumen Penelitian …………………………………………...
47
H. Teknik Analisis Data …………………………………………..
47
I. Variabel Penelitian ………
………………………………..
53
J. Definisi Operasional Variabel ……………………………...….
54
K. Prosedur Penelitian …………………………………………….
55
1. Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel ………………….
55
2. Pengambilan Sampel ……………………………………...
56
3. Pengujian Kualitas Kualitas Air ….………………………
56
4. Cara Kerja Dalam Analisis Parameter ……………………
56
5. Jadwal Penelitian …………………………………………
57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian ………………………………....
58
1. Kondisi Umum Kota Surakarta ……………………………
58
2. Kondisi Kelurahan Karangasem …………………………...
63
3. Kondisi ATMI Surakarta …………………………………..
67
4. Air Limbah Bengkel Produksi ……………………………..
76
B. Deskripsi Data Penelitian ……………………………………..
80
viii
1. Hasil Pengujian Air Limbah Bengkel Produksi …………...
80
2. Hasil Pengujian Air Sumur ……….………………………..
81
C. Pembahasan …………………………………………………...
83
1. Analisis kualitas air limbah dan air selokan terhadap baku mutu air limbah Perda Jateng No. 10 Tahun 2004.................
83
2. Analisis kualitas air sumur terhadap baku mutu air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/MENKES/PER/1990 ……………………………
87
3. Analisis Hubungan kualitas air limbah terhadap kualitas air tanah dangkal di lingkungan sekitar saluran air limbah ...... BAB
100
V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................
106
B. Implikasi ....................................................................................
108
C. Saran ..........................................................................................
109
Daftar Pustaka ......................................................................................................
111
Lampiran ..............................................................................................................
114
ix
DAFTAR TABEL Tabel
1
18
3
Tabel Spesifikasi Proses Perlakuan Awal Dengan Sistem Celup Pedoman Untuk memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi ........................................................................................ Jadwal Penelitian ..........................................................................
Tabel
2
Tabel Tabel
4
Jumlah Penduduk Wilayah Administrasi Kota Surakarta ............
63
Tabel
5
Monografi Dinamis Kelurahan Karangasem ................................
65
Tabel
6
Data pengambilan Sampel Air Limbah dan Air Sumur ………...
78
Tabel
7
Hasil Pengujian Air Limbah yang dibuang ..................................
80
Tabel
8
Hasil Pengujian Air Selokan ........................................................
81
Tabel
9
Hasil Pengujian Air Sumur ..........................................................
82
Tabel
10
Periode Pengambilan Sampel air ..................................................
100
x
49 57
DAFTAR GAMBAR Gambar
1
Kerangka Berpikir .....................................................................
40
Gambar
2
Peta Kota Surakarta ...................................................................
59
Gambar
3
Peta Wilayah Kelurahan karangasem ........................................
64
Gambar
4
Alur Proses Kerja Bengkel Produksi ATMI .............................
75
Gambar
5
Peta Lokasi Pengambilan Sampel Air Limbah dan Air Sumur ..
79
Gambar
6
Grafik kadar TDS air sumur ......................................................
88
Gambar
7
Grafik angka keasaman (pH) air sumur ....................................
89
Gambar
8
Gaafik kadar besi (Fe) air sumur ...............................................
90
Gambar
9
Grafik kadar mangan (Mn) air sumur ......................................
91
Gambar
10
Grafik kadar seng (Zn) air sumur ..............................................
93
Gambar
11
Grafik kadar Nitrat (NO3-N) air sumur .....................................
94
Gambar
12
Grafik kadar Nitrit (NO2-N) air sumur ......................................
95
Gambar
13
Grafik kadar Sulfat (SO4 ) air sumur ………………………….
96
Gambar
14
Grafik kadar khlorida (Cl) air sumur ........................................
98
Gambar
15
Grafik kesadahan (CaCO3) air sumur …………………………
99
Gambar
16
Grafik regresi sederhana parameter TDS dengan jarak sumur .
102
xi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
1
Gambar Peta Kelurahan Karangasem ...........................
Lampiran
2
Data Penduduk Kota Surakarta .....................................
Lampiran
3
L3 - 117
Lampiran
4
Lampiran
5
Monografi Dinamis Kelurahan Karangasem ................. Pembuatan Sumur Pantau untuk Pengambilan Sampel Air ................................................................................ Dokumentasi Pengambilan Air Sampel ........................
Lampiran
6
Hasil Pengujian Sampel Air Limbah dan Air Sumur ....
L6 - 132
Lampiran
7
L7 - 144
Lampiran
8
Lampiran
9
Daftar Kualitas Baku Mutu Air Limbah ....................... Daftar Persyaratan Kualitas Air Minum dan Air Bersih ............................................................................ Tabel T dan F .................................................................
Lampiran
10
Palfos 525 T ..................................................................
Lampiran
11
Lampiran
12
Lampiran
13
Hasil Analisis Data Korelasi dan Regresi ..................... Peta Potensi Air Tanah Cekungan Air Tanah Karanganyar – Boyolali ................................................ Gambar Penampang Konstruksi Sumur Dalam ............
L10 - 151 L11 - 155
Lampiran
14
Surat Ijin Penelitian .......................................................
L14 - 166
Lampiran
15
Perda Jateng No. 10 Tahun 2004....................................
L15 - 170
xii
L1 - 114 L2 - 115
L4 - 124 L5 - 131
L8 - 145 L9 - 149
L12 - 163 L13 - 165
ABSTRAK
Laurentius Sumadi, A.130906007. 2006. Kualitas Air Limbah Bengkel Produksi ATMI Surakarta Hubungannya Dengan Kualitas Air Tanah Dangkal di Lingkungan Sekitarnya. Tesis : Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air limbah bengkel produksi ATMI Surakarta dan air tanah dangkal atau air sumur yang berada di sekitar saluran pembuangan dan saluran pembuangan umum ditinjau dari parameter TDS, TSS, BOD, COD, Mn, NO3, NO2, Fe, Zn, Cd, NH3, dan Pb. Disamping itu juga ingin mengetahui hubunganya dengan kualitas air limbah terhadap dengan air tanah dangkal atau air sumur ditinjau dari parameter TDS, Fe, Mn, Zn, NO3, dan NO2. Penelitian ini termasuk penelitian observasional yang mengambil lokasi di kota Surakarta. Data penelitian ini berupa hasil pemeriksaan kualitas air limbah bengkel produksi ATMI dan air sumur disekitar saluran pembuangan untuk parameter TDS, TSS, BOD, COD, Mn, NO3, NO2, Fe, Zn, Cd, NH3, and Pb. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan, pengukuran di lapangan, pengambilan sampel air dengan metode grap sampling dan pemeriksaan kualitas air di laboratorium. Analisis data menggunakan uji statistik korelasi dan regresi linier sederhana. Data hasil pengujian laboratorium dibandingkan dengan baku mutu yang ditetapkan dalam peraturan yang berlaku. Setelah dilakukan pengujian diperoleh kesimpulan bahwa kualitas air limbah bengkel produksi industri ATMI yang dibuang ke saluran pembuangan, masih mengandung kadar Ammonia (NH3)=7,387 mg/L, melebihi baku mutu yang ditetapkan dalam Perda Jateng No. 10 tahun 2004, golongan I=1 mg/L dan golongan II=5 mg/L. Pengujian kualitas air tanah dangkal atau air sumur yang berada di sekitar saluran air limbah terdapat satu sumur lokasi B yang memiliki kandungan parameter mangan (Mn)=0,715 mg/L, melebihi baku mutu air bersih yang ditetapkan 0,5 mg/L, parameter kualitas air sumur yang lainya masih memenuhi baku mutu air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Dari hasil analisis statistik, tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas air limbah bengkel produksi ATMI Surakarta dengan kualitas air tanah dangkal atau air sumur disekitar saluran pembuangan air limbah. Kata kunci : Air limbah, , air tanah dangkal, air sumur, TDS, Ammonia (NH3).
xiii
ABSTRACT Laurentius Sumadi, A.130906007. 2006. The Waste Water Quality of Production Workshop related with Ground Water Quality around the Environment of ATMI Surakarta. Thesis: for Post Graduate Program of Sebelas Maret University of Surakarta. This research is aimed to know the quality of the workshop waste water of ATMI industry in Surakarta and ground water or well water which is evaluated from the parameter of TDS, TSS, BOD, COD, Mn, NO3, NO2, Fe, Zn, Cd, NH3, and Pb Besides that this research wishes to know the existence of correlation of the waste water outlet distance to the well evaluated from parameter TDS, Fe, Mn, Zn, NO3, NO2. This research includes observation research, located in Surakarta. The data of this research consists of TDS, TSS, BOD, COD, Mn, NO3, NO2, Fe, Zn, Cd, NH3, and Pb while sampling was done by purposive sampling. The collecting of data was done by field observation, water sampling with grap sampling method and also the analyzed water quality in the laboratory. The analysis of data uses correlation and the simple linear regression statistical. The analyzed result of water is compared by standard of quality. After doing the analysis, we summarized that the workshop waste water quality evaluated from the parameters, the Ammonia-NH3(7,387 mg/lt) was passing over the quality standard which has been endorsed due to Perda Jateng No. 10 year 2004, group I=1 mg/L and group II=5mg/L. The well water location B containing parameter Mn (0,715 mg/L) was passing over the quality of clean water has been endorsed due to the regulation of Indonesian Health Ministry: No. 416/MENKES/PER/ IX/1990. And the other ground water or well water are still filling the standard of quality The result of statistic calculation says that there is no significant correlation between production waste water quality and the quality of ground water or well water in around of the waste water channel. Keyword : waste water, ground water, well water, TDS, ammonia (NH3).
xiv
1
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah bagian dari suatu perubahan lingkungan yang akan menimbulkan beberapa perubahan ikutan, antara lain harus terpenuhinya kebutuhan pokok manusia. Kebutuhan dasar pokok manusia dalam mencapai kehidupan yang sejahtera antara lain makan, pakaian dan tempat tinggal. Kebutuhan dasar pokok tersebut tergambar dengan jelas diperlukannya lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang memadai. Dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang memadai, keserasian dan keselarasan hubungan antar manusia dengan lingkungan fisik dan sosial ekonomi tersebut akan berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan manusia menuju kesejahteraan hidupnya, sehingga hubungan antara manusia dengan lingkungannya menjadi sangat penting(Koesnadi Hardjasoemantri, 2005) Hubungan antara manusia dengan lingkungan fisik dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup, manusia memerlukan sarana dan prasarana pendukung yang memadai, sarana dan prasarana pendukung untuk aktivitas di kantor memerlukan perabot perkantoran yang memadai, untuk penyimpanan arsip, dokumen dan data penting secara aman. Untuk mendukung aktivitas di rumah sakit diperlukan perabot yang dirancang sesuai dengan kebutuhan rumah sakit, seperti tempat tidur rumah sakit, almari dan meja penyimpan obat untuk pasien.
2
Untuk sarana pendukung aktivitas di pabrik, di bengkel memerlukan sarana dan alat bantu kerja yang disesuaikan dengan lingkup pekerjaan seperti almari besi untuk menyimpan alat kerja, almari untuk menyimpan pakaian kerja dan sebagainya. ATMI adalah kependekan dari Akademi Teknik Mesin Industri, institusi pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan ahli madya di bidang teknik mesin industri dan memiliki unit produksi yang menghasilkan produk-produk berupa barang dan jasa, ATMI berdiri tahun 1968 dengan tujuan untuk menghasilkan lulusan yang trampil di bidang teknik manufaktur yang sangat dibutuhkan oleh dunia industri. Tenaga trampil yang diharapkan mampu menjembatani antara tenaga lulusan universitas/institut teknologi dengan tenaga pelaksana yang kurang trampil yang jumlahnya melimpah pada saat itu. ATMI mengimplementasikan kurikulum pendidikan dan pelatihan berbasis produksi (production based educational and training) dengan komposisi perbandingan antara pendidikan praktek dengan teori adalah 67% : 33%, jumlah jam tatap muka praktek lebih banyak dibanding jumlah jam tatap muka teori. Pendekatan sistem pendidikan dan pelatihan berbasis PBET memerlukan sarana dan prasarana pendukung pendidikan praktek yang harus disesuaikan dengan perkembangan teknologi di industri atau bahkan lebih baru. Peralatan praktek mahasiswa yang dipergunakan memerlukan biaya investasi yang tinggi dan memiliki keterbatasan umur pakai karena perkembangan teknologi. Untuk itu
3
sarana pendidikan praktek harus dipergunakan sesuai fungsinya secara benar dan efisien oleh para mahasiswa untuk praktek mengerjakan benda-benda produksi yang nyata. Benda-benda produksi yang dikerjakan oleh mahasiswa memberi pengalaman nyata sebagai media pembelajaran untuk membekali para mahasiswa, sehingga setelah lulus pendidikan, siap untuk bekerja dan berproduksi. Bendabenda hasil praktek produksi yang dikerjakan mempunyai keterbatasan ragam dan tingkat kesulitan yang belum seluruhnya dapat memenuhi kompetensi yang harus dimiliki oleh para lulusan. Untuk memenuhi tuntutan tersebut diperlukan biaya investasi yang tinggi tetapi disisi lain harus tidak membebani biaya pendidikan mahasiswa. Tahun 1975 ATMI mengembangkan unit produksi untuk pengerjaan plat dan las, yang mampu menghasilkan produk-produk standar seperti almari besi, almari arsip, perabot untuk rumah sakit, perabot untuk sekolah dan perbengkelan. Produk standar yang diproduksi sebagian besar menggunakan bahan baku berupa lembaran plat (sheet metal) dengan ketebalan dari 0,8 sampai dengan 6 mm. Unit produksi dikelola secara industri terbagi dalam beberapa bagian unit kerja diantaranya penerimaan pesanan, perancangan produk, penyiapan bahan baku, penyiapan alat-alat kerja dan dokumen pengerjaan. Proses fabrikasinya dimulai dari pemotongan plat, pembuatan lubang, penekukan, pengelasan, pencucian, pengecatan, perakitan dan pengepakan. Pencucian logam adalah salah satu proses penting untuk membersihkan kotoran yang melekat pada permukaan logam sebelum dilakukan proses
4
pengecatan. Kotoran yang melekat permukaan logam diantaranya berupa minyak, debu, karat yang disebabkan karena proses oksidasi yang terbawa oleh bahan baku maupun yang terjadi selama proses pengerjaan. Proses pencucian permukaan logam dilaksanakan beberapa tahapan proses perlakuan (surface treatment), yaitu pembersihan minyak dan pelumas tahap pre-degreasing dan degreasing, pembilasan dengan air bersih, tahap pra kondisi untuk permukaan logam (surface conditioning), tahap pelapisan dengan fosfat (phosphating) yang bertujuan untuk menjaga kualitas permukaan logam dari percepatan terjadinya karat dan untuk meningkatkan daya lekat cat pada permukaan logam, tahap akhir adalah pencucian dengan air. Dalam pencucian logam ini dihasilkan air limbah yang berasal dari limpasan (over flow) air bilasan dari setiap tahap. Air limpasan/air limbah dari proses pencucian dialirkan ke saluran pembuangan, atau saluran drainase dalam area kampus, air limbah yang keluar dari kampus akan bercampur dengan air limbah rumah tangga dan air irigasi dalam selokan yang berada di pinggir jalan Duwet, jalan Duwet adalah jalan perbatasan antara Kodya Surakarta dengan Kabupaten sukoharjo, aliran air akhirnya masuk ke sungai Kleco. Air limbah buangan industri (Makarim, 1981: 35) dapat mempengaruhi kualitas air. Apabila air limbah tersebut disalurkan ke aliran sungai, maka kualitas air sungai akan dipengaruhi sifat buangan air limbah. Kalau jumlah bahan buangan tersebut melampaui daya adaptasi lingkungan, maka akan terjadi penumpukan bahan buangan yang dapat merusak ekosistem. Sesungguhnya,
5
lingkungan alam mempunyai kemampuan untuk menerima limbah dalarn jumlah tertentu tanpa mengakibatkan kerusakan yang berarti. Sungai dapat menerima sejumlah limbah dan masih mampu menetralkan diri. Namun, bila jumlah zat pencemar tersebut meningkat, maka pada suatu tertentu sungai tersebut terpatahkan daya dukungnya dan kemampuan untuk menetralkan dirinya tidak ada lagi, air akan mengalami penurunan kualitas. Penurunan kualitas air tanah dapat juga disebabkan oleh masuknya bahanbahan pencemar yang dikeluarkan oleh industri ke tanah maupun ke dalam selokan dan sungai di sekitarnya. Beberapa jenis bakteri dan bahan partikel kecil biasanya mencemari air permukaan dan dapat tersaring oleh tanah sehingga menjadi cukup bersih di dalam air tanah. Akan tetapi, bilamana pencemarannya sangat berat dan melebihi kapasitas filtrasi tanah terhadap air yang tercemar, maka daya filtrasi tanah akan menurun. Adanya pembangunan industri, dapat menyebabkan dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif yaitu dihasilkannya suatu produk dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia. Sedangkan dampak negatifnya ada1ah adanya limbah yang mengandung senyawa-senyawa berbahaya dan dapat mengakibatkan penurunan kualitas tanah dan pencemaran air yang dapat membahayakan sumber daya perairan, membahayakan kesehatan manusia, menghalangi aktivitas perairan dan merusak kualitas air, terutama pada lingkungan pertanian jika limbah tersebut dibuang ke badan sungai dan digunakan untuk irigasi pertanian.
6
Peningkatan jumlah produksi akan diikuti dengan peningkatan kebutuhan bahan baku plat. Peningkatan kebutuhan bahan baku plat baja yang akan diproses akan diikuti juga dengan kebutuhan bahan kimia untuk proses pelapisan permukaan (pretreatment process). Pada proses pelapisan permukaan diperlukan sejumlah air, dan setelah proses pelapisan diperlukan juga air bersih untuk proses pembilasan (water rinse), proses pembilasan bertujuan untuk membersihkan sisa larutan phosphat yang tersisa pada permukaan logam. Setelah proses pembilasan, sisa larutan phosphat dari permukaan logam akan larut dam bercampur dengan air bilasan, sehingga airnya terkontaminasi dan menjadi air limbah. Peningkatan jumlah produksi, disertai dengan peningkatan kebutuhan air tanah sebagai air baku proses pretreatment, dan akhirnya air limbah yang dihasilkan juga akan mengalami peningkatan. Dengan mengacu Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah, air limbah yang dihasilkan oleh bengkel industri ATMI belum ada ketetapan khusus parameter air limbahnya, maka peneliti mengambil angka parameter baku mutu air limbah dari daftar dalam Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Industri dan Kegiatan Lainnya Yang Belum Ada Baku Mutunya untuk dibandingkan dengan nilai pengujian air limbah bengkel produksi ATMI. Penurunan kualitas air tanah yang disebabkan oleh masuknya bahan-bahan pencemar yang dikeluarkan dari bengkel produksi ke tanah maupun ke dalam saluran pembuangan dan sungai di sekitarnya akan dibuktikan dengan cara
7
membandingkan hasil pengujian air tanah dangkal atau air sumur dengan baku mutu air bersih yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum dan Air Bersih. Atas dasar pemikiran di atas mendorong minat peneliti untuk mengadakan penelitian terhadap kualitas air limbah bengkel produksi di ATMI Surakarta, pengaruhnya terhadap air tanah dangkal disekitarnya dan kemungkinan penyebaran yang terjadi melalui infiltrasi dan aliran air tanah sampai dengan jarak 200 meter, air sumur dangkal yang ada dalam radius itu diambil sebagai air sampel untuk diuji parameter pencemarannya. Hasil penelitihan diharapkan menjadi bahan pertimbangan upaya tindakan pengelolaan, pengendalian dan pencegahan terjadinya kemungkinan pencemaran air limbah menyebar semakin luas ke wilayah sekitar ATMI Surakarta.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka dalam Tesis ini dirumuskan beberapa masalah antara lain : 1. Bagaimana kualitas air limbah bengkel produksi di ATMI Surakarta dan air tanah dangkal di lingkungan sekitarnya? 2. Apakah ada hubungan kualitas air limbah bengkel produksi di ATMI Surakarta dengan kualitas air tanah dangkal di lingkungan sekitarnya ?
8
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui kandungan air limbah bengkel produksi di ATMI Surakarta dan air tanah dangkal di lingkungan sekitarnya. 2. Mengetahui hubungan antara air limbah bengkel produksi di ATMI Surakarta dengan kualitas air tanah dangkal di lingkungan sekitarnya.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Praktis a. Sebagai sumber informasi tentang kualitas air limbah bengkel produksi di ATMI Surakarta dan kualitas air tanah dangkal di lingkungan sekitarnya. b. Memberikan masukan kepada ATMI Surakarta dalam rangka pengelolaan air limbah bengkel produksi, tidak mencemari lingkungan di sekitarnya.
2. Teoritis a. Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka untuk pengembangan ilmu pengetahuan. b. Dapat dipergunakan sebagai acuan untuk sistem penelitian yang lebih baik dalam pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya.
9
E. Keaslian Penelitian Sejauh yang diketahui oleh peneliti sampai saat ini, belum pernah ada penelitian mengenai dampak kualitas air limbah bengkel produksi terhadap kualitas air tanah dangkal atau air sumur di sekitar ATMI Surakarta yang dipublikasikan dalam forum ilmiah, sehingga gagasan peneliti mengenai hal ini dapat dianggap hal yang baru dan perlu untuk dilaksanakan penelitian.
10
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Lingkungan Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada diluar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Lingkungan tidak sama dengan habitat. Habitat adalah tempat dimana organisme atau komunitas organisme hidup. Habitat secara garis besar dapat dibagi menjadi habitat darat dan habitat air. Keadaan lingkungan dari kedua habitat itu berlainan. Setiap organisme, hidup dalam lingkungannya masing-masing. Begitu juga jumlah dan kualitas organisme penghuni disetiap habitat tidak sama. Faktorfaktor yang ada dalam lingkungan selain berinteraksi dengan organisme, juga berinteraksi sesama faktor tersebut, sehingga sulit untuk memisahkan dan mengubahnya tanpa mempengaruhi bagian lain dari lingkungan itu. Oleh karena itu untuk dapat memahami struktur dan kegiatannya perlu dilakukan penggolongan faktor-faktor lingkungan tersebut menjadi dua kategori yaitu(Zoer’aini Jamal Irwan dalam Prabang Setyono, 2008:1) a. Lingkungan abiotik seperti suhu, udara, cahaya, atmosfer, hara mineral, air, tanah, api. b. Lingkungan biotik yaitu makhluk-makhluk hidup di luar lingkungan abiotik Lingkungan merupakan ruang tiga dimensi, dan organisme merupakan salah satu bagiannya. Lingkungan bersifat dinamis dalam arti berubah-ubah setiap
11
saat. Perubahan dan perbedaan yang terjadi baik secara mutlak maupun relatif dari faktor-faktor lingkungan terhadap kehidupan akan berbeda-beda menurut waktu, tempat dan keadaan kehidupan itu sendiri. Dalam (Prabang Setyono, 2008:5) ilmu lingkungan didefinisikan bahwa kehidupan adalah proses pertukaran energi antara organisme dan lingkungan. Seperti pada tumbuhan hijau, energi sinar matahari diikat oleh tumbuhan dan diubah menjadi energi kimia dalam bentuk senyawa gula. Sehingga antara organisme dan lingkungan terjalin hubungan yang erat dan bersifat timbal balik. Tanpa lingkungan, organisme tidak mungkin ada, seballiknya lingkungan tanpa ada organisme, tidak berarti apa-apa. Banyak persyaratan dari organisme terhadap lingkungan agar mereka dapat hidup terus, yaitu lingkungan itu harus dapat mencukupi kebutuhan minimum dari kehidupan, dan lingkungan itu dapat mempengaruhi hal yang bertentangan dengan kehidupan organisme. Dalam teori ilmu lingkungan diperkenalkan beberapa asas pemahaman lingkungan hidup Hukum termodinamika pertama atau yang disebut hukum konservasi energi, dalam lingkungan hidup dijadikan sebagai asas pertama, yang berbunyi bahwa energi dapat pindah dari suatu bentuk ke bentuk lain, tetapi tidak dapat dihancurkan atau diciptakan. Asas kedua juga diambil dari hukum termodinamika kedua, yakni bahwa tidak ada sistem pengubahan energi yang betul-betul efisien. Jadi meskipun energi itu tidak pernah hilang di alam ini, tetapi energi itu akan terus diubah ke dalam bentuk yang kurang bermanfaat.
12
Asas ketiga sangat erat hubungannya dengan sumber alam. Yang termasuk kategori sumber alam adalah materi, energi, ruang, waktu dan keanekaragaman. Pengubahan energi oleh sistem biologi diharapkan berlangsung pada kecepatan yang sebanding dengan materi dan energi yang ada di alam lingkungannya. Asas keempat dinamakan asas penjenuhan, yaitu kemampuan lingkungan habitat untuk menyokong suatu materi ada batasnya. Kemampuan untuk menyokong pencemar ada batasnya. Asas
kelima
menyangkut
pengaturan
populasi
dengan
faktor
ketergantungan pada kepadatan. Pada asas ini terangkut situasi sumber alam yang tidak menimbulkan rangsangan untuk penggunaan lebih lanjut. Asas keenam menyangkut persaingan. Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada saingannya, akan cenderung berhasil mengalahkan saingannya. Asas ini didasarkan kepada teori Darwin dan Wallace. Berbagai jasad hidup mempunyai perbedaan sifat keturunan dalam hal tingkat adaptasi terhadap lingkungan. Asas ketujuh menyangkut keteraturan yang pasti dalam suatu lingkungan dala periode relatif lama. Ada fluktuasi penurunan dan kenaikan kondisi lingkungan di semua habitat, tingkat kesukaran diramalkan berbeda-beda. Kemampuan keanekaragaman suatu komunitas lebih tingi di alam lingkungan yang dapat diramal. Asas kedelapan menyangkut habitat dan keanekaragaman takson. Kelompok taksonomi tertentu suatu jasad hidup ditandai dengan keadaan
13
lingkungan yang khas, disebut nicia. Setiap spesies mempunyai nicia tertentu, sehingga dapat hidup berdampingan, tanpa persaingan. Asas kesembilan berbunyi: keanekaragaman sebanding dengan biomassa atau produktivitas. Konsep kestabilan akan selalu diikuti dengan keanekaragaman yang tinggi sehingga rantai makanan akan terbentuk stabil dengan komponen biotik yang lengkap Asas kesepuluh berbunyi: Biomassa atau produktivitas akan meningkat dalam lingkungan yang stabil. Lingkungan yang stabil merupakan representasi aliran energi yang dinamis menurut kesetimbangan yang tertoleransi sehingga fluktuasi kuantitas biomassa dan produktivitas meningkat. Asas
kesebelas
berbunyi:
Sistem
yang
sudah
mantap(dewasa)
mengekploitasi sistem yang belum mantap. Tingkat makanan, populasi, atau ekosistem yang sudah dewasa akan memindahkan energi, biomassa, dan keanekaragaman tingkat energi ke arah yang belum dewasa. Asas keduabelas lahir dari asas keenam dan ketujuh. Kalau seleksi berlaku, tetapi keanekaragaman meningkat dilingkungan mantap, akan ada perbaikan sifat adaptasi terhadap lingkungan. Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat akan bergantung kepada kepentingan selektif keadaan lingkungan itu. Asas ketigabelas adalah perkembangan asas ketujuh, sembilan, dan duabelas. Menurut asas ketujuh kekomplekan organisasi meningkat pada lingkungan fisik yang mantap, jumlah spesies dan varetas naik menurut rantai makanan dalam komunitas. Menurut asas keduabelas, adaptasi yang peka dan kompleks serta sistem kontrol akan berevolusi sebagai tanggapan terhadap
14
lingkungan biologi dan sosial komunitas yang mantap. Menurut asas kesembilan menyokong asas ketigabelas dalam hal hubungan antara kemantapan dan keefisien perguruan tinggi. Asas keempat belas berbunyi: Derajat pola keteraturan fluktuasi populasi bergantung kepada pengaruh sejarah populasi sebelumnya. Sejarah populasi sebelumnya akan memberikan pengaruh yang signifikan dalam memprediksikan dinamika populasi yang akan datang (Prabang Setyono, 2008:11)
2. Bengkel Pengecatan Logam (painting shop) a. Definisi Bengkel Definisi bengkel selalu akan membawa pengertian ke suatu tempat untuk suatu jenis pekerjaan dengan kegiatan merawat atau memperbaiki sesuatu yang rusak. Pada umumnya bengkel mempunyai spesifikasi tertentu menurut jenis jasa yang dapat dilayani oleh bengkel tersebut misalnya bengkel bubut, bengkel las, bengkel listrik, bengkel mobil, bengkel cat dan lain-lain (Setiyono, BPPT : 390). Proses atau alur kerja yang dilakukan oleh unit produksi sheet metal ATMI adalah model kegiatan industri, yaitu mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang tinggi
untuk
penggunaannya,
termasuk
kegiatan
rancang
bangun
dan
perekayasaan industri (Kep51/MENLH/10/1995). Kegiatan dari unit produksi yang ada di ATMI adalah memproduksi perlengkapan kantor dan sekolah (office and school furniture), perlengkapan rumah sakit (hospital equipment), dan
15
perlengkapan bengkel (workshop equipment) yang menggunakan bahan baku dari plat logam. Bengkel pengecatan logam adalah bagian dari unit produksi yang melaksanakan kegiatan pelapisan permukaan logam. Tujuan dari pengecatan logam adalah untuk melindungi permukaan logam dari proses oksidasi dan berfungsi sebagai pelindung karat (rust protection) dan juga untuk penampilan (appearance) dari produk yang dihasilkan. Proses pengecatan dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu tahap pembersihan permukaan dari kotoran yang melekat (surface pretreatment), antara lain pembersihan karat, menghilangkan minyak dan kotoran yang melekat pada permukaan logam. Ada 3(tiga) cara perlakuan awal permukaan logam (pre-treatment)yang ada di bengkel pengecatan logam di ATMI Surakarta yaitu: a. proses pencucian, prakondisi, netralisasi dilakukan dengan pencelupan kedalam bak secara konvensional, b. proses
pencucian,
prakondisi,
netralisasi
dikerjakan
dengan
menggunakan mesin cici secara otomatis, dan c. proses pengecatan yang terintegrasi. Proses pengecatan yang terintegrasi adalah proses perlakuan awal sampai dengan proses pengecatatan dikerjakan dalam satu rangakaian tertutup dengan menggunakan konveyor rantai (chain conveyor). Proses Perlakuan awal sistem celup ditunjukan pada tabel 1 Specification of pretreatment process dipping system yang diujicobakan di ATMI Surakarta mulai tahun 2006.
16
b. Proses Perlakuan Awal (pre-treatment processes) Sebelum proses pengecatan logam dilakukan, terlebih dahulu dilakukan proses perlakuan awal terhadap logam yang akan dicat dengan beberapa tahap perlakuan permukaan (surface treatment) yang terdiri dari: (1)
pencucian/ pembersihan lemak, minyak pelumas (predegreasingdegreasing) dengan air sabun/alkalin dan pembersihan permukaan yang berkarat (rust) dengan larutan asam,
(2)
pembilasan (water rinse)dengan waktu pencelupan 0,5-1 menit, temperatur air bilasan maksimum 32 oC,
(3)
proses normalisasi (surface conditioning) dalam waktu 0,5-1 menit dengan temperatur air kurang dari 32oC sehingga mempunyai daya tahan yang sangat baik terhadap korosi,
(4)
pencelupan dalam larutan fosfat (iron phosphating) dengan temperatur kerja 55oC selama 5 – 10 menit, dan
(5)
selanjutnya dimasukan dalam bak bilas (water rinse) air biasa dengan temperatur kurang dari 32 oC, tiga kali pencelupan masingmasing 0,5-1 menit untuk membersihkan kontaminan.
c. Epoxy Powder Coating Epoxy powder coating adalah proses pengecatan logam dengan bahan cat berupa serbuk epoxy yang ditaburkan pada permukaan logam, serbuk cat melekat secara elektrostatis, cat akan meleleh setelah dipanaskan dalam tungku pemanas pada temperatur 180oC, selama 20 menit. Powder coating (pelapisan dengan
17
serbuk) dewasa ini banyak dipakai dalam proses pengecatan karena hasilnya mengungguli pengecatan yang memakai cairan (konvensional). Secara teoritis pengecatan dengan serbuk tidak meninggalkan limbah, karena sisa serbuk yang jatuh kedasar kabin dihisap dan dikumpulkan kedalam tabung sesuai kelompok warna, dan selanjutnya dapat digunakan untuk mengecat lagi.
18 SPECIFICATION OF PRETREATMENT PROCESS DIPPING SYSTEM Water Rinse 1
PreDegreasing
Degreasing
FC-4435
FC-4435
40-45 1-5 11.000
40-45 1-5 12.000
City Water <32 0,5 – 1 11.000
FC-4435:198
FC-4435:216
Full
Control Point [Pt]
T.Al:18~20
T.Al:18~20
Replenishing [kg]
FC-4435:11/pt up
FC-4435:12/pt up
T.AI:
T.AI:
Contaminations:
Use pH meter
Sample: 10 ml
Sample: 10 ml
Sample: 100 ml
D#11 : 3-5 Drops
D#11 : 3-5 Drops
T#20 Blue => Yellow
Process => Chemical Name o
Temperature [ C] Dipping Time [min] Tank Capacity [lt] Make Up [kg]
Control Method
Water Rinse 2
Surface Conditioning
Phosphating
City Water
PL-4040
PB-138 M/R
<32 0,5 - 1 11.000
<32 0,5 - 1 11.000
Full
PL-4040:17
Contaminations Below 0,5
pH: 8 ~ 10
RT~ 55 5 - 10 9.000 PB-138M:540 NT-205:50,6 AC-131:6 AD-4856:675 F.A:0,3 ~ 0,5 T.A:26 ~ 30 AC:3 ~ 5
Over Flow
Every Week drain 1/4 tank +PL-4040:4kg
Water Rinse 3
Water Rinse 4
Water Rinse 5
City Water
City Water
<32 0,5 - 1 9.000
<32 0,5 - 1 9.000
Full
Full
Contaminations Below 0,5
Contaminations Below 0,5
Over Flow
Over Flow
F.A:
Contaminations:
Contaminations:
or pH Paper
Sample: 10 ml
Sample: 100 ml
Sample: 100 ml
D#3 : 3-5 Drops
Every Month
D#11 : 3-5 Drops
D#3 : 3-5 Drops
D#3 : 3-5 Drops
T#20
T#20
Turn Over
T#11
T#11
T#11
Blue => Yellow
Pink=> Discolor
Re make Up
Yellow=>Blue F.A:
Discolor=>Pink
Discolor=>Pink
Over Flow
PB-138R:20/pt up NT-205:1,4/0,1ptFA Down
City Water <32 0,5 - 1 9.000 Full
Over Flow
AC-131:1,4/pt up
Sample: 10 ml D#3 : 3-5 Drops T#11 Blue=> Pink Accelerator: With Sacharometer G#205
Sumber: PT. NUSANTARA PARKERIZING
. Tabel 1: Spesifikasi Proses Perlakuan Awal dengan Sistem Celup
19
3. Air Komponen terbanyak yang dipergunakan untuk proses perlakuan awal ini adalah air, air baku dari sumur dangkal yang ditampung dalam tangki air, tujuan penyimpanan adalah untuk proses pengendapan. Pasal 1 butir 2 UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air di deskripsikan bahwa air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Hidrogeologi merupakan perpaduan antara ilmu geologi dan ilmu hidrolika dimana kajiannnya menitikberatkan pada gerakan/aliran air didalam tanah secara hidrolik. Gabungan dua kata hidro dan geologi menunjukkan secara implisit pengertian geologi dari air. Atau dengan kata lain adalah merupakan suatu studi tentang interaksi antara kerangka sistem batuan dan atau dengan air tanah (Robert J. Kodoatie; Roestam Syarief, 2005 ) Walaupun air hanya terdiri dari dua macam atom (H dan 0) dan dengan rumus molekul sederhana H20, yaitu senyawa kovalen biner. Akan tetapi di alam raya ini tidak akan ada kehidupan tanpa adanya air. Hampir semua fase kehidupan manusia dan hewan membutuhkn air. Dalam jaringan hidup, air merupakan medium untuk berbagai reaksi dan proses ekskresi. Air merupkan komponen utama baik dalam tanaman (sampai 90%), maupun hewan (60-70%)(Sunardi, 2001).
20
Diseluruh bumi terdapat air, kurang lebih 71% permukaan bumi tertutup dengan air ditambah lagi dengn air yang berada di dalam tanah. Namun dari sekian banyak air yang terdapat di alam, hanya 0,6% berupa air tawar. Sampai saat ini kebanyakan orang memanfaatkan air permukaan tawar dan air tanah sebagaiswnber aimya. Air laut yang asin, sekalipunjumlahnya besar, tetapibarn dimanfaatkan sedikit sekali, karena biaya proses desalinasi yang masih sangatmahal. Penggunaan air tawar, sampai saat ini masih terns dapat memenuhi clandipertahankan.Meskipun jumlah air tawar relatif sangat sedikit, tetapi jumlah airtawardapat terpelihara keberadaannya dengan adanya siklus hidrologi. Air tawar tersebar dalam berbagai sumber air yang dapat pula diperkirakan kualitasdan kuantitasnya secara sepintas. Sumber-sumber air tersebut adalah: (i)
Air permukaan yang merupakan air sungai, dan danau.
(ii)
Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal atau air tanah dalam.
(iii)
Air angkasa, yaitu air yang berasal dari atmosfir, seperti salju dan hujan. Kualitas berbagai sumber air tersebut berbeda-beda sesuai dengan kondisi alam serta aktivitas manusia yang ada di sekitamya (Soemirat, 2004).
4.
Air Minum Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan
tidak berbau, tidak mengandung kuman patogen dan segala makhluk yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Air minum tidak mengandung zat kimia yang
21
dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat merugikan secara ekonomi. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Pada hakekatnya, tujuan ini dibuat untuk mencegah meluasnya penyakit bawaan air (water borne diseases). Atas dasar pemikiran (Soemirat, 2004:110) tersebut dibuat standar air minum, yaitu suatu peraturan yang memberikan petunjuk tentang konsentrasi berbagai parameter yang sebaiknya diperbolehkan ada di dalam air minum agar tujuan pengadaan air bersih dapat tercapai. Standar air minum secara umum dibagi dalam beberapa kelompok parameter yaitu : a. parameter fisis b. parameter kimiawi c. parameter biologis d. parameter radiologis Standar baku kualitas air minum di Indonesia ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Nomor 416/MENKES/PER/IX1990 tertanggal 3 September 1990 yang berisi tentang syarat-syarat air layak minum. peraturan tersebut telah disesuaikan dengan standar yang ditetapkan WHO, Standar kualitas air minum dan air bersih selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 10. (Soemirat, 2004: 110, Sujana Alamsyah, 2006:16).
5. Air Tanah Air tanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung air (akuifer)di bawah permukaan tanah, termasuk mata air yang muncul dipermukaan
22
tanah. Peranan air tanah semakin lama semakin penting karena air tanah menjadi sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan pokok hajat hidup orang banyak (common goods), seperti air minum, rumah tangga, industri, irigasi, pertambangan, perkotaan dan lainnya, serta sudah menjadi komoditi ekonomis bahkan dibeberapa tempat sudah menjadi komoditi strategis. Diperkirakan 70% kebutuhan air bersih penduduk dan 90% kebutuhan air industri berasal dari air tanah. Melalui hujan, air limbah dan sebagainya air tanah dapat kemasukan bahanbahan atau benda-benda asing baginya, artinya dalam air alami bahanbahan/ benda-benda masukkan itu tidak didapati. Benda asing yang memasuki air itu,jika melampaui batas-batas tertentu dapat menurunkan kualitas air. Penurunan kualitas dapat disebabkan karena warna, bau, kekeruhan, rasa keracunan dan sebagainya. Selain itu tidak boleh dilupakan, bahwa kualitas air yang dianggap layak sebagai air. minum harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan pemerintah melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air untuk Air Bersih, Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah. dan dipertegas dengan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Sumur gali adalah pengusahaan air tanah untuk kebutuhan air minum maupun keperluan hidup sehari-hari dengan sistem penggalian tanah sampai pada tingkat kedalaman tertentu secara terbuka. Sumur pompa adalah pengusahaan air
23
tanah sebagai sumber air untuk keperluan sehari-hari dengan bantuan pompa untuk menaikkannya.
6. Baku Mutu Air Air yang telah tercemar dapat menimbulkan gangguan terhadap kehidupan, sehingga air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari memenuhi baku mutu air. Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada dan atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air. Air yang digunakan sebagai air baku air minum harus memenuhi baku mutu air bersih. Standar baku kualitas air minum dan air bersih di Indonesia ditetapkan oleh sebuah Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PERlIX1990 tertanggal 30 September 1990 yang berisi tentang Syarat-syarat Pengawasan Kualitas Air. Daftar persyaratan kualitas air bersih ditunjukan dalam lampiran 10.
7. Air Limbah A. Pengertian Air Limbah Seperti diketahui dalam setiap proses kehidupan.air memegang peranan penting baik sebagai air konsumsi maupun air penunjang proses usaha/kegiatan. Kurang lebih 80% air yang dipergunakan manusia untuk aktivitas sehari-hari akan dibuang, air yang sudah kotor dan tercemar dikenal dengan nama air buangan atau limbah. Berbagai batasan yang dikemukakan mengenai pengertian air buangan
24
atau air limbah umumnya mencakup komposisi serta darimana sumber air buang berasal(Haryoto Kusnoputranto, 1985 : 40). Metcalf and Eddy (1979 : 110) mengemukakan batasan air buangan (waste water) sebagai : ”kombinasi dari cairan dan buangan-buangan cair yang berasal dari kawasan pemukiman, perkantoran, perdagangan serta industri yang mempunyai kemungkinan untuk bercampur dengan air tanah, air permukaan serta air hujan.” Batasan yang lebih singkat dikemukakan oleh Ehlers and Steel yaitu : The Liquid conveyed by sewer (cairan yang dibawa oleh saluran air buangan). Namun dari keduanyasecara umum dapat dikemukakanbahwa air buangan adalah: cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya,
dan
biasanya
mengandung
bahan-bahan/zat-zat
yang
dapat
membahayakankehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup (Haryoto Kusnoputranto, 1985 : 40).
B. Komponen Primer Air Limbah Elemen biologis dalam sistem perairan berkaitan erat dengan komponenkomponen kimia. Pengetahuan mengenai komponen primer sangat penting untuk menganalisis elemen biologis dan menganalisis efek dari perubahan kualitas air. Komponen-komponen kimia dalam perairan dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yang disebut zat-zat organik yang terdiri atas senyawa-senyawa organik alam dan senyawa-senyawa organik sintetis, bahan-bahan anorganik, dan
25
gas. Komponen dasar dari senyawa-senyawa organik adalah karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, fosfor, dan sulfur. C. Karakter Air Limbah Berdasarkan dari berbagai sumber asalnya air limbah, maka air limbah mempunyai komposisi yang bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Namun garis besar air limbah dapat dikemukakan karakternya. Karakter air limbah meliputi sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi. 1) Karakter Fisika (a) Suhu (temperature) Temperatur menunjukkan derajat atau tingkat panas air limbah yang diterakan ke dalam skala-skala. Skala temperatur yang biasa digunakan adalah skala Fahrenheit (ºF) dan skala Celcius (ºC). Kedua skala tersebut berhubungan dengan persamaan sebagai berikut; o
5 9 C ( 0 F ) 32 ; O F ( 0 C ) 32 9 5 Temperatur merupakan salah satu parameter yang penting dalam
air. Temperatur pada air dapat menentukan besarnya kehadiran species biologi dan tingkat aktivitasnya. Aktivitas biologi seperti pertumbuhan dan reproduksi akan menjadi lebih lambat. Sebaliknya jika suhu meningkat maka aktivitas biologi juga akan meningkat. Pengukuran suhu sangat penting karena kebanyakan instalasi pengolah air limbah meliputi pengolahan-pengolahan biologis yang tergantung pada suhu. Suhu air limbah biasanya berkisar pada 13-24 0C (Sugiharto,1987).
26
(b) Bau (odors) Bau merupakan petunjuk adanya pembusukan air limbah. Penyebab adanya bau pada air limbah karena adanya bahan volatile, gas terlarut dan hasil samping dari pembusukan bahan organic. Bau yang dihasilkan oleh air limbah pada umumnya berupa gas yang dihasilkan dari peruraian zat organik yang terkandung dalam air limbah, seperti Hidrogen sulfida (H2S). Limbah cair industri berpotensi mengandung
senyawa
berbau
ataupun
senyawa
yang
potensial
menghasilkan bau selama proses pengolahan limbah cair. Efek dari timbulnya bau antara lain, dalam konsentrasi rendah bagi kehidupan dapat menimbulkan psikologis yaitu stress. Dalam
paparan
yang
berkelanjutan
dapat
menyebabkan
bekurangnya nafsu makan, rendahnya konsumsi air, melemahkan pernafasan, rasa mual dan muntah dan gangguan mental (Tchobanoglous, 1991). Bau merupakan parameter yang subjektif. Pengukuran bau tergantung pada sensitivitas indera penciuman seseorang. (c) Warna (color)
Warna merupakan indikator pencemaran yang terlihat dan pada umumnya berhubungan dengan masalah estetika. Namun demikian warna pada air limbah dapat juga menunjukkan kekuatan toksisitasnya. Air limbah yang sudah basi atau busuk akan berwarna gelap, sedangkan air limbah yang masih baru akan berwarna abu-
27
abu.Warna air pada limbah disebabkan oleh zat-zat yang terlarut dalam air yang berupa material material humus, gambut, substansi logam, ganggang, protozoa dan sisa proses industri (Mahida,1984). (d) Padatan Total (total solid ) Padatan total adalah padatan yang tersisa dari penguapan sampel limbah cair pada temperatur 103 -105 oC. Menurut Sugiharto (1997) bahan padat total terdiri dari bahan padat terlarut(dissolved) atau bahan padat terapung (floating) serta senyawa-senyawa yang terlarut dalam air (zat padat yang lolos filter kertas) dan bahan tersuspensi (suspended ), zat yang tidak lalos saringan filter.
2) Karakter Kimia Kandungan bahan kimia dalam air limbah dapat merugikan lingkungan. Bahan organic terlarut dapat menghabiskan aksigen dalam sungai serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap pada pengalahan air bersih. Bahan yang beracun dapat menyebabkan rantai makanan dan akan mempengaruhi kesehatan masyarakat. Nutrien dapat menyebabkan eutrophication pada danau. Untuk itu perlu diketahui kandungan zat kimia apa saja yang terdapat di dalam limbah cair suatu industri. Secara umum, karakteristik kimia limbah cair dapat dibedakan menjadi zat organic dan zat anorganiki (Tchobanoglous, 1991).
28
(a) Zat Organik (i) Protein. Protein adalah senyawa kimia yang komplek dan tidak stabil. Sebagian protein larut dalam air dan sebagian lainnya tidak. Seluruh protein mengandung karbon, yang biasanya adalah kandungan bahan organic. Protein merupakan penyebab utama terjadinya bau karena adanya proses pembusukan dan penguraiannya (Sugiharto, 1987). (ii) Minyak dan Lemak. Minyak dan lemak adalah komponen penting dalam makanan dan biasanya terdapat dalam air limbah. Lemak merupakan senyawa organic yang stabil dalam air dan tidak mudah diuraikan oleh mikroba. Minyak jika terdapat dalam limbah cair, dapat merugikan karena dapat menghambat aktivitas biologi mikroba untuk pengolahan limbah cair (Tchobanoglous, 1991). (iv) Deterjen atau Surfaktan Deterjen
adalah
golongan
dari
molekul
oganik
yang
dipergunakan sebagai pengganti sabun untuk pembersih supaya mendapatkan hasil yang lebih baik. Dalam air zat ini menimbulkan buih dan selama proses aerasi buih tersebut berada di atas pemukaan gelembung udara sifatnya relatif tetap (Sugiharto, 1987). Surfaktan menyebabkan timbulnya busa (foam) yang stabil dan biasanya terdapat dalam deterjen sintetik (Tchobanoglaus, 1991). Nama lain dari surfaktan adalah Methvlen Blue Active Substance (MBAS)
29
(b) Pengukuran Zat Organik (i) Chemical Oxygen Demand (COD) COD digunakan untuk mengetahui zat organik dan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi materi organik dengan oksidasi secara kimia (Qasyim, 1985). Nilai COD dalam air limbah biasanya lebih tinggi daripada nilai BOD karena lebih banyak senyawa kimia yang dapat dioksidasi secara kimia dibandingkan oksidasi biologi (Tchobanoglous. 1991). (ii) Biochemical Orygen Demand (BOD) BOD didefinisikan sebagai jumlah oksigen yang diperlukan oleh populasi organisme yang berada dalam kondisi aerob untuk menstabilkan materi organic (Qasyim, 1985). Semakin besar angka BOD menunjukkan bahwa derajat pengotoran air limbah semakin besar (Sugiharto, 1987).. Hasil tes BOD digunakan untuk : a. Menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk stablisasi biologi dari zat organic yang ada. b. Menentukan ukuran fasilitas pengolahan air limbah menyesuiakan dengan baku mutu efluen air limbah (Tchobanoglous, 1991).
b. Zat Anorganik (i) pH Konsentrasi ion hidrogen atau pH menyatakan intensitas keasaman atau tingkat alkalinitas dari suatu cairan encer dan mewakili
30
konsentrasi hidrogen ionnya. Kadar pH yang baik adalah kadar pH dimana masih memungkinkan kehidupan biologis di dalam air berjalan baik. pH yang baik untuk air limbah adalah netral yang dinyatakan dengan angka keasaman 7. (iii)
Alkalinitas Alkalinitas atau kebasaan air limbah disebabkan oleh hadirnya
ion-ion hidroksida, karbonat dan bikarbonat seperti kalsium, magmesiuon, natrium dan kalium. Alkalinitas air dapat dikatakan sebagai kemampuan air untuk menetralkan asam. HasiI pengukuran alkalinitas
air
dapat
dipergunakan
untuk
mengontrol
proses
pengolahan air bersih dan air limbah. Air Iimbah rumah tangga mempunyai alkalinitas yang lebih tinggi daripada alkalinitas air bersih (Sunardi, 2004:25) Sebagai satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan auat kehidupan mikroorganisme dalam air, secara empirik pH yang optimum untuk setiap spicies harus ditentukan. Mikroorganisme. Kebanyakan mikroorganisme tumbuh terbaik pada pH = 6,0 -8,0. (iv)Logam. Logam seperti Nikel (Ni), Mg, Fe meskipun dalam konsentrasi yang rendah dibutuhkan oleh mikroorganisme tetapi dengan kadar yang berlebih dapat membahayakan kehidupan mikroorganisme. Adanya polutan-polutan berupa logam berat Cr, Pb, Cd, Hg dan logam
31
lainnya dalam konsentrasi yang melebihi ambang batas dalam air limbah dapat membahayakan bagi makhluk hidup (v) Logam Berat Cr. Logam berat Cr sangat tahan dalam waktu yang lama. Logam berat Cr apabila masuk ke dalam air pengairan dalam tubuh akan berfungsi sebagai racun kumulatif (Suntoro, 2002). Kadar Cr dalam air pengairan tertinggi adalah 0.5 mg/L, sehingga kadar air limbah yang masuk ke tubuh air pengairan harus berada di bawah 0.5 ppm. Krom dengan senyawa bervalensi enam lebih berbahaya bila dibandingkan krom bervalensi tiga. Apabila terpapar oleh krom ini dapat menyebabkan kanker pada kulit dan saluran pencernaan, selain itu juga dapat menyebabkan kematian. Kulit yang terkena bahan dengan kandungan kromium (VI) dapat menyebabkan kulit menjadi luka borok dan bengkak. Sedangkan kromium (0) adalah nutrisi yang esensial yang dapat menyehatkan badan, terdapat dalam gula, protein dan lemak (Anonim, 2003). (vi) Mangan (Mn). Mangan (Mn) adalah metal kelabu-kemerahan. Keracunan seringkali berbersifat khronis sebagai akibat inhalasi debu dan uap logam. Gejala yang timbul berupa gejala susunan syaraf: insomnia, kemudian lemah pada kaki dan otot muka sehingga expresi muka menjadi beku dan muka tampak seperti topeng (mask). Bila pemaparan berlanjut
maka,
bicaranya
melambat
dan
monoton,
terjadi
32
hyperrefleksi, clonus pada patella dan tumit, dan berjalan seperti penderita Parkinsonism. Selanjutnya akan terjadi paralysis bulbar, post encephalitic Parkinsonism, multiple sclerosis, amyotrophic lateral sclerosis, dan degenerasi lentik yang progresif ( peny. Wilson). Tidak ada gejala GI, saluran uro-genital (UG), kelainan sensoris, atau kelainan pada liquor cerebro spinalis. KeracunanMn ini adalah salah satu contoh, dimana kasus keracunan tidak menimbulkan gejala muntah berak, sebagaimana orang awam selalu memperkirakannya. Di dalam penyediaan air, seperti halnya Fe, Mn juga menimbulkan masalah wama, hanya wamanya ungu/hitam.(Soemirat J, 2004:115) (vii) Besi (Fe). Dalam jumlah kecil zat besi dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan sel-sel darah merah. Kandungan zat besi di dalam air yang melebihi batas akan menimbulkan gangguan. Di dalam standar kwalitas ditetapkan: 0,1 – 1,0 mg/L. Penyimpangan standar akan menyebabkan : (1)
Rasa tidak enak di dalam air, pada konsentrasi lebih dari 2 mg/L.
(2)
Menimbulkan noda-noda pada alat dan bahan-bahan yang berwarna putih apabila konsentrasi 1 mg/L.
(3)
Menimbulkan bau dan warna di dalam air.
(viii) Nitrit (NO2). Nitrit dalam tubuh dapat membentuk methaemoglobin sehingga dapat menghambat perjalanan oksigen dalam tubuh, hal ini dapat
33
menyebabkan penyakit Blue Baby. Nitrit dalam alam yang pada akhirnya akan sampai ke air, dapat terbentuk baik dari oksidasi ammonia (NH3) oleh bakteri dari Nitrosomosanas group dalam kondisi aerobic. (ix)Cadmiun (Cd). Cd merupakan zat beracun yang bersifat akumulasi dalam jaringan tubuh sehingga dapat menyebabkan batu ginjal, gangguan lambung, kerapuhan tulang, mengurangi hemoglobine darah dan pigmentasi gigi. Selain itu Cd juga bersifat karsinogenik. (x) Timbal (Pb) Timbal sangat berbahaya bagi kesehatan karena cenderung untuk berakumulasi dalam jaringan tubuh, serta meracuni jaringan syaraf. Pada anak-anak keracunan timbal dapat menyebabkan kerusakan jaringan syaraf otak, anemia dan kelumpuhan. (xi)Amonia (NH3) Terdapatnya ammonia dalam air, erat hubungannya dengan siklus pada N di alam ini. Ammonia merupakan suatu zat yang menimbulkan bau yang sangat tajam dan menusuk hidung. Jadi kehadiran bahan ini dalam air minum adalah menyangkut perubahan fisik dari pada air tersebut.(Totok Sutrisno, 2004:43). Amoniak ditemukan di seluruh lingkungan udara, air, lahan, binatang, tumbuhan. Amoniak tidak bertahan sangat lama di dalam lingkungan itu tetapi dengan cepat akan diambil oleh tumbuhan, bakteri, dan binatang.
34
Amoniak tidak membentuk rantai makanan, tetapi melayani kebutuhan sebagai bahan gizi untuk bakteri dan tumbuhan. Gas amoniak dapat dilarutkan dalam air. Jenis amoniak ini disebut amoniak cair atau amoniak mengandung air. Suatu kali muncul di udara terbuka, amoniak cair dengan cepat berubah menjadi gas.(www.atsdr.cgc.gov)
3). Karakter Biologis Mikroorganisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi hampir dalam semua bentuk air limbah, biasanya dengan konsentrasi 105-108 organisme/mL. Kebanyakan merupakan sel tunggal yang bebas ataupun berkelompok dan mampu melakukan proses-proses kehidupan (tumbuh, metabolisme, dan reproduksi). Secara tradisional, mikroorganisme dibedakan menjadi binatang dan tumbuhan. Namun, keduanya sulit dibedakan. Oleh karena itu, mikroorganisme kemudian dimasukkan ke dalam kategori Protista, status yang sama dengan binatang ataupun tumbuhan. Virus diklasifikasikan secara terpisah. Keberadaan bakteri dalam unit pengolahan air limbah merupakan kunci efisiensi proses biologis. Bakteri juga berperan penting untuk mengevaluasi kualitas air(Sakti A. Siregar, 2005:21).
35
8. Pencemaran Air Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan kota, untuk keperluan pertanian dan sebagainya. Saat sekarang untuk mendapatkan air yang sesuai dengan standard yang ada sangat sulit, karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan lainnya. Dibuangnya limbah ke lingkungan air menyebabkan terjadinya penyimpangan standard. Menurut Wisnu Arya (1995:72) bahwa pencemaran air terjadi apabila air tersebut telah menyimpang dari keadaan normalnya. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001, pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Dalam asas keempat lingkungan hidap ditegaskan bahwa kemampuan lingkungan habitat untuk menyokong suatu materi ada batasnya. Kemampuan untuk menyokong pencemar ada batasnya.
36
B. Penelitian Yang Relevan Kus Sri Martini (2001) tentang Pengaruh Parameter BOD, COD, pH, Phenol dan Bakteri Coli Pada Air Sungai Terhadap Kualitas Air Sumur di Sekitar Aliran Sungai Premulung Kota Surakarta, menyimpulkan bahwa kandungan parameter BOD, COD, pH, E.Coli dalam air sungai PremuJung di daerah Laweyan, tidak mempengaruhi air Sumur disekitar sungai yang mengalir dari pasar Jongke sampai Tipes.
Sunardi (2004) tentang Dampak Limbah Cair Industri Gula Terhadap Kualitas Air Sumur di Desa Buran Kecamatan Tasikmadu, menyimpulkan bahwa limbah cair industri gula dengan parameter teruji BOD, COD, dan temperatur ternyata melampaui Baku Mutu Limbah Cair yang ditetapkan dalam SK Gubernur Jawa Tengah No. 660.1/02/1997 tentang Baku Mutu Limbah Cair Industri di Jawa Tengah. Kualitas limbah cair industri gula tidak berdampak terhadap kualitas air sumur penduduk sekitarnya
Lilis Prihastini (2006) tentang Dampak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Winongo Terhadap Kualitas Lingkungan Hidup, menyimpulkan bahwa kualitas air sumur di dusun Gembel ditinjau dari parameter DO, BOD, COD, Mn dan NO2, melampaui baku mutu yang disyaratkan menurut PP No. 82 tahun 2001 untuk air Kelas I, sedang untuk parameter kesadahan, Fe, Cd dan Pb masih memenuhi syarat baku mutu. Dari hasil uji korelasi antara jarak TPA Winongo dengan kualitas air sumur untuk parameter DO, BOD dan COD terdapat hubungan yang
37
kuat dan pada taraf signifikan 0,05 diperoleh nilai Sig(2-tailed) untuk ketiga parameter lebih kecil dari α. Yang berarti ada hubungan yang signifikan antara jarak TPA dengan kadar DO, BOD dan COD air sumur, sedangkan untuk parameter NO2, kesadahan, Mn, Fe, Cd dan Pb tidak ada hubungan.
C. Kerangka Berpikir Wilayah Kecamatan Laweyan, Kelurahan Karangasem terdapat sebuah Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI), sebuah perguruan tinggi yang mempunyai unit usaha produksi barang dan jasa berupa perabot kantor, bengkel, rumah sakit, dan alat-alat bantu proses industri mengunakan bahan baku dari logam. Unit proses produksinya dilengkapi dengan bengkel pengecatan logam, metode pengecatannya adalah powder coating, bahan cat yang digunakan berbentuk serbuk dan dalam pemakaiannya tidak meninggalkan limbah. Air limbah yang melimpas ke saluran drainase adalah air bilasan dari mesin cuci, air limbah yang dibuang ke saluran drainase perlu dilaksanakan monitoring terhadap parameter fisika dan kimia yang terkandung dalam air limbah, hasilnya dibandingkan dengan baku mutu air limbah industri yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Tenagah, yang semuanya mengatur agar terjadi keseimbangan dalam pengendalian dan pengelolaan lingkungan. (1).Dengan mengacu Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah, air limbah bengkel pengecatan logam belum ada ketetapannya secara khusus, maka peneliti mengambil angka parameter Baku Mutu Air Limbah Untuk Kegiatan Industri dan Kegiatan
38
Usaha Lainnya yang Belum Ada Baku Mutunya. Baku Mutu Golongan I ditetapkan bahwa TDS = 2000 mg/l, TSS= 100 mg/l, pH=6,0-9,0, Fe=5 mg/l, Mn=2 mg/l, Cd= 0,05 mg/l, Cu= 2 mg/l, Zn= 5 mg/l, Ni= 0,2 mg/l Cr= 0,5 mg/l, NO3= 20 mg/l, NO2 =1 mg/l, NH3=1, COD=100 mg/l, dan BOD=50 mg/l, data ketetapan ini akan dibandingkan dengan hasil pengukuran sampel yang diambil dari air limbah bengkel pengecatan logam, dan air selokan yang berada diluar pagar ATMI.
(2).Dari air sumur yang berada di sekitar saluran air buangan, terdapat sumur yang dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari dan sumur sebagai sumur pantau untuk memantau kualitas air tanah yang berada disekitar saluran air buangan bengkel produksi ATMI. Air sumur yang berada disekitar saluran air buangan akan diambil secara random sampling sebagai sampel untuk diteliti kualitas airnya, apakah ada parameter air baku air bersih yang melebihi ambang batas dari persyaratan kualitas air untuk air baku air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/MENKES/PER/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air untuk Air Bersih, dengan baku mutu parameter: TDS = 1500 mg/l, pH=6,0-9,0, Fe=1 mg/l, Mn=0,5 mg/l, Cd= 0,005 mg/l, Zn= 15 mg/l, Pb= 0,05 mg/l, NO3= 10 mg/l, NO2 =1 mg/l, SO3=400 mg/l, Cl=600 mg/l, dan CaCO3=500 mg/l.
(3).Atas dasar pemikiran di atas mendorong minat peneliti untuk mengadakan penelitian terhadap kandungan kualitas air limbah bengkel produksi ATMI
39
Surakarta. Dan pengujian kualitas air tanah dangkal di lingkungan sekitarnya. Dari hasil pengujian kandungan air limbah dan air tanah dangkal, dilakukan pembandingan terhadap baku mutu air ditetapkan dalam peraturan yang berlaku. Apakah ada hubungannya antara kualitas air limbah dengan kualitas air tanah dangkal dilingkungan sekitarnya. Air tanah dangkal yang akan dilakukan pengujian diambil dari air sumur yang berada di samping aliran pembuangan air limbah sampai dengan jarak kurang lebih 200 m dari outlet air limbah bengkel produksi ATMI.
Hasil penelitihan yang akan dilaksanakan ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan sebagai upaya pengelolaan air limbah oleh ATMI surakarta, dalam bentuk tindakan pencegahan (preventif action). Langkah-langkah pencegahan ini untuk menghindari terjadinya pencemaran di lingkungan ATMI Surakarta menyebar ke wilayah sekitarnya. Gambar 1 menunjukkan kerangka berpikir penelitian dengan judul: ”Kualitas Air Limbah Bengkel Produksi ATMI Surakarta Hubungannya Dengan Kualitas Air Tanah Dangkal di Lingkungan Sekitarnya”
40
PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK
Parameter Air Limbah TDS TSS Mn Cr Cu Zn NO3 NO2 Cd Pb pH Fe
PENINGKATAN KEBUTUHAN HIDUP
PENINGKATAN KEBUTUHAN RUANG UNTUK AKTIVITAS
PENINGKATAN JUMLAH PRODUKSI ALAT BANTU AKTIVITAS
PENINGKATAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU
PENINGKATAN LIMBAH PRODUKSI (AIR LIMBAH)
JENIS TANAH POROSITAS TANAH TOPOGRAFI ARAH ALIRAN AIR MUSIM
DAMPAK PADA LINGKUNGAN
JARAK
KULTUR/SOSEK
BIOTIK/HAYATI
ABIOTIK/FISIK
PENCEMARAN UDARA
PENCEMARAN TANAH
PENCEMARAN AIR
PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN
REKOMENDASI KEPADA STAKEHOLDER
Gambar 1 . Kerangka Berpikir
Baku Mutu Air Bersih TDS pH Fe Mn Zn Cd Cu Pb NO3 NO2 Cl CaCO3
41
D. Hipotesis Dengan memperhatikan proses produksi di ATMI Surakarta semakin berkembang dan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan jumlah produksi, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : (1)
Ada parameter dari kandungan air limbah bengkel produksi ATMI Surakarta yang melebihi baku mutu air limbah yang ditetapkan dalam Perda Propinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah Untuk Kegiatan Industri dan Kegiatan Usaha Lainnya yang Belum Ada Baku Mutunya.
(2)
Ada parameter dari kandungan air sumur sebagai air bersih, melebihi baku mutu persyaratan kualitas air untuk air bersih berdasarkan Peraturan menteri Kesehatan RI No.416/MENKES/PER/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air untuk Air Bersih.
(3)
Ada hubungan antara kualitas air limbah bengkel produksi ATMI dengan kualitas air tanah dangkal di lingkungan sekitarnya.
42
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan di Wilayah Kelurahan Karangasem ini dikategorikan ke dalam jenis penelitian “Observasional Analitic Environmental”. Penelitian dilaksanakan dengan melakukan observasi lapangan dengan mengambil sampel tanpa mengatur dan memanipulasi variabel-variabel yang mempengaruhi faktor-faktor yang dijumpai. Metode pengumpulan dalam penelitian ini dilakukan dengan mengggunakan pendekatan silang (Cross Sectional), adalah suatu penelitian yang dilakukan secara serempak dalam suatu wilayah pada obyek yang tak sama (Chafild F., 1993:5). Rancangan Cross Sectional ini mudah dilaksanakan dan ekomomis dari segi waktu, hasilnya dapat diperoleh dengan cepat dan banyak variable berupa faktor penyebab dan efek yang dapat digali dan dipelajari korelasi dan pengaruhnya. Dalam penelitian ini tiap subyek penelitian hanya diobservasi satu kali dan pengukuran terhadap variabel subyek dilakukan pada saat pemeriksaan (Soekidjo Notoatmodjo, 2005 : 146) B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI) Surakarta yang berada di wilayah Kelurahan Karangasem, Kecamatan Lawiyan Kota Surakarta. Lokasi penelitian dibatasi hanya pada wilayah yang dekat dengan
43
saluran pembuangan air limbah bengkel produksi ATMI Surakarta dan saluran drainase yang melintas di wilayah Kelurahan Karangasem Kecamatan Lawiyan, berbatasan dengan wilayah Kelurahan Pabelan Kecamatan Kartasura. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan selama 5 (lima ) bulan yang dimulai pada bulan April 2008 sampai dengan September 2008.
C. Data dan Sumber Data 1. Data a. Data primer Data primer berupa hasil pengukuran/pemeriksaan parameter air limbah dari bengkel produksi ATMI meliputi BOD, COD, TDS, TSS, pH, Cd, Pb, kesadahan, mangan, nitrit dan besi. Adapun yang menjadi obyek penelitian dan merupakan sampel untuk diteliti meliputi: 1. Air limbah yang keluar dari bengkel produksi ATMI Surakarta. 2. Air sumur dangkal yang ada di ATMI dan sumur dangkal disekitar ATMI yang berada disekitar arah aliran air limbah. b. Data sekunder Data sekunder berupa gambaran umum lokasi penelitian meliputi geografi, demografi, klimatologi, topografi, morfologi, hidrogeologi dan sarana penyediaan air (sumur) di sekitar lokasi penelitian.
44
2. Sumber Data a. Data primer bersumber dari hasil pengukuran/pemeriksaan air limbah bengkel produksi ATMI dan Air sumur dangkal yang ada di ATMI dan sumur dangkal disekitar ATMI yang berada dalam arah aliran air limbah. b. Data sekunder bersumber dari instansi terkait: 1)
Kantor Kelurahan Karangasem yang berupa data geografi dan demografi.
2)
ATMI Surakarta berupa data sarana bengkel produksi dan sarana pengelolaan air limbah.
3)
Badan Pusat Stastitik Surakarta berupa data klimatologi, topografi, morfologi, hidrologi wilayah Surakarta.
4)
PDAM kota Surakarta berupa data penyediaan air bersih untuk wilayah Kelurahan Karangasem
D. Teknik Pengumulan Data 1. Data primer Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: a. Observasi Yaitu melakukan pengamatan langsung pada obyek penelitian, dalam hal ini adalah tempat pembuangan air limbah bengkel produksi dan sumur dangkal yang ada di ATMI dan sumur dangkal disekitar ATMI yang berada dalam arah aliran air limbah. b. Pengukuran yang dilakukan di lapangan meliputi :
45
1) Pengukuran temperatur air dan temperatur lingkungan sekitarnya. 2) pengukuran jarak antara sumur dengan lubang pembuangan air limbah.
c. Kandungan air limbah dan air tanah dangkal. Untuk mendapatkan data kandungan air limbah dan air tanah dangkal dari sampel air yang diambil dari lokasi penelitian, peneliti mengirim sampel air yang telah diambil ke laboratorium Pusat MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. Air limbah akan diuji kandungan yang ada berdasarkan parameter yang ditetapkan dalam Perda Jateng No. 10 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah, dan air sumur akan diuji kandungannya berdasarkan Persyaratan Kualitas Air Bersih yang ditetapkan
dalam
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air untuk Air Bersih.
2. Data sekunder Untuk mendapatkan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan penelusuran data pada instansi yang terkait, diantaranya Kantor Kelurahan Karangasem, ATMI Surakarta, kantor Badan Pusat Statistik Surakarta dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surakarta.
46
E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah sumur dalam jarak sampai dengan radius 200 meter dari lubang keluarnya air limbah mengikuti arah aliran air limbah 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah air limbah dan air sumur yang memenuhi kriteria dalam teknik sampling 3. Besar Sampel Sesuai dengan kriteria yang disarankan dari Lab MIPA UNS, maka besar atau volume sample dalam penelitian dari setiap titik adalah 1,5 liter.
F. Penarikan Sampel/Tehnik Sampling Teknik Pengambilan sampel dilakukan dalam penelitian ini dengan purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Contoh air diambil dari lokasi atau sumur yang telah ditentukan sebagai sampel (Hariwijaya, M., Triton PB., 2007:68). Sampel yang diambil untuk diteliti kualitasnya adalah sampel sesaat (Grap Sampling), sampel sesaat ini hanya mewakili kualitas air pada saat dan tempat yang tertentu saja (Soemirat J, 2004:130). Adapun kriteria sumur yang menjadi sampel adalah : a. Sumur yang ada disekitar ATMI yang airnya masih digunakan untuk keperluan sehari-hari.
47
b. Sumur yang airnya tidak digunakan untuk keperluan sehari-hari. c. Jarak sumur dari Pembuangan air limbah produksi kurang lebih dalam radius 25 m, 50m, 75m, 100m, 125m, 150m, 175m, 200m, 215m, 235m mengikuti arah saluran air limbah. Titik sampling dalam penelitian ini dapat dilihat pada denah lokasi penelitian dalam lampiran 4.
G. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini adalah semua alat dan bahan yang digunakan untuk pengambilan dan pengukuran data observasi sampel air limbah dan air sumur dari lokasi penelitian yang terdiri dari: (1)
Tempat air limbah dan air sumur botol volume 1,5 liter
(2)
Roll meter untuk mengukur jarak
(3)
Thermometer untuk mengukur air dan lingkungan sekitarnya
(4)
pH meter untuk mengukur keasaman air
(5)
Selang air sebagai penanda referensi pengukuran muka air sumur
H. Teknik Analisis Data 1. Tabulasi Data hasil pengujian dan pengukuran kandungan air limbah bengkel produksi dan kandungan air tanah dangkal atau air sumur ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel.
48
2. Pengolahan data Untuk mengolah data digunakan program komputer dengan perangkat lunak SPSS for windows versi 12 3. Analisis data. (i) Analisis Korelasi Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi, analisis korelasi dapat digunakan untuk menguji hipotesis yang bersifat asosiatif, yaitu untuk mengetahui kekuatan dan signifikansi hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua variabel dikatakan bersifat asosiatif apabila arah hubungan yang akan diuji dengan analisis korelasi dapat dikategorikan menurut dua arah hubungan sebagai berikut: a. hubungan yang bersifat searah atau hubungan positif (nilai variabel X tinggi , maka semakin tinggi nilai variabel Y) b. hubungan yang berkebalikan arah atau hubungan negatif (nilai variabel X tinggi, justru semakin rendah nilai variabel Y), dan c. tidak ada hubungan (pola perubahan satu variabel tidak disertai terjadinya pola perubahan nilai variabel lainnya) Untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel bebas (predictor) dengan variabel terikatnya (dependent) dapat diketahui berdasarkan nilai rxy, hasil analisis korelasi. Nilai rxy dapat dicari dengan rumus korelasi Product Moment Pearson sebagai berikut:
rxy
N XY ( X )( Y ) N X 2 ( X ) 2 N Y 2 ( Y ) 2
49
Keterangan: rxy = koefisien korelasi antara X dan Y antara 0 sampai ± 1 N = jumlah populasi X = skor mentah variabel X = Variabel bebas Y = skor mentah variabel Y = Variabel terikat XY= jumlah product dari X dan Y X2 = jumlah kuadrat X Y2 = jumlah kuadrat Y Untuk mengetahui kekuatan hubungan kualitas air limbah bengkel produksi dengan kualitas air tanah dangkal atau air sumur di ATMI dan lingkungan
sekitarnya
sekitarnya,
dalam
Hariwijaya
(20007:89)
selanjutnya nilai interval r dapat diinterpretasikan untuk memperkirakan kekuatan hubungan korelasi, seperti ditunjukkan pada tabel 2. Tabel 2. Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap Koefisien Korelasi Inverval Koefisien (r) Tingkat Hubungan Korelasi 0,001 – 0.201 Sangat rendah 0,201 – 0,400 Rendah 0,401 – 0,600 Sedang 0,601 – 0,800 Kuat 0,801 – 1,000 Sangat kuat Sumber: Tenik Penulisan Skripsi dan Tesis. Hariwijaya, 2007 Koefisien korelasi memiliki tiga karakteristik penting, yaitu sebagai berikut: a. Koefisien koelasi dapat bernilai positif atau negatif, tetapi tanda positif dan negatif tersebut khusus menunjukan arah hubungan, bukan kekuatan hubungan,
50
b. range koefisien korelasi adalah dimulai dari 0 sampai ± 1, atau dapat dinotasikan -1 ≤ 0 ≤ 1, dan c. nilai koefisien korelasi dapat diinterpretasikan secara simetris. Koefisien korelasi antara variabel X dengan Y adalah sama dengan koefisien korelasi antara variabel Y dengan X.
(ii)
Uji Signifikasi Koefisien Korelasi Nilai r hasil analisis korelasi perlu diuji signifikasinya dengan cara
mengkunsultasikan dengan nilai t
hitung
dengan t
tabel,
nilai t
hitung
diperoeh
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: t hitung
r n2 1 r2
t tabel, diproleh dengan prosedur sebagai berikut: a.
Menentukan taraf kepercayaan 95 persen, sehingga tingkat signifikansi (α)= 0,05.
b.
Menentukan derajad kebebasan (degree of freedom) atau df berdasarkan jumlah sampel (n), dengan rumus df= n – 2.
c.
Mengambil nilai t tabel, dari lampiran 16 berdasarkan nilai df dan α
Membuat keputusan, apabila t
hitung
< t
tabel,
maka keputusan pengujian
nilai r hasil analisis korelasi tidak signifikan, dan bila t hitung > t tabel, maka keputusan pengujian nilai r hasil analisis korelasi signifikan
(iii)Analisis Regresi
51
Analisis regresi adalah salah satu jenis analisis statistik inferensif parametrik yang dapat memberikan dasar untuk mengadakan prediksi dan memberikan dasar terhadap analisis varian. Analisis regresi sederhana diperkenalkan pertama kali pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton(18221911). Suatu variabel pada analisis regresi dapat diprediksi perubahan nilai-nilainya dari variabel lain apabila antara variabel terikat atau yang diprediksi dan variabel bebas terdapat korelasi yang signifikan.(Triton PB, 2007:95) Dalam analisis regresi ini korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat dapat digambarkan dalam suatu garis yang disebut garis regresi. Garis regresi dapat berupa garis lurus (linear) maupun garis yang melengkung. Persamaan regresi merupakan prediksi dalam bentuk persamaan matematis yang dinyatakan berdasarkan garis regresinya. Persamaan regresi linear sederhana dengan satu variabel bebas dapat dirumuskan dengan persamaan garis sebagai berikut: Y a bX , dimana: Y = variabel terikat = Nilai kandungan air dari hasil pengujian. X = variabel bebas = jarak pengukuran dari sumur sampai lubang pembuang-an air limbah a = konstanta, dan b = koefisien regresi variabel bebas. Untuk membuat prediksi dengan persamaan regresi, maka nilai a dan b dapat dicari dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (least square). Nilai a dan b dapat ditentukan dengan rumus berikut:
52
b
XY n XY X nX 2
a Y bX
2
(iv) Menentukan nilai kritis Taraf kepercayaan yang digunakan adalah 95%, sehingga tingkat signifikansinya adalah 5% atau =0,05, dengan derajad kebebasan df=jumlah periode – jumlah variabel bebas dan α=α/2= 0,025, maka nilai ttabel atau tkritis dapat dipilih dari lampiran 9.
(v)
Kesimpulan Signifikansi hasil korelasi dapat diuji dengan penyusunan hipotesis
sebagai berikut: Hipotesis nihil (Ho): Tidak ada hubungan antara kualitas air limbah industri bengkel produksi dengan kualitas air tanah dangkal Hipotesis alternatif (Ha): Ada hubungan antara kualitas air limbah industri bengkel produksi dengan kualitas air sumur. Pengujian dilakukan secara dua sisi karena yang akan dicari adalah ada tidaknya hubungan antara dua variabel. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas Ho diterima jika probabilitas > 0,05 Ho ditolak jika probabilitas ≤ 0,05 (vi) Uji signifikansi koefisien regresi (t-test) Tergambar
grafik
daerah
penolakan
dan
daerah
penerimaan
53
berdasarkan nilai thitung dan ttabels Untuk pengujian koefisien regresi digunakan distribusi t: Ho ditolak, jika t hitung > t α/2, n-2 Ho diterima, jika t hitung < t α/2, n-2
I. Variable Penelitian Penelitian ini mengetengahkan beberapa variabel antara lain: 1. Variabel bebas Yaitu variabel yang mempunyai pengaruh pada variabel terikat. Pada penelitian ini yang menjadi variable bebas adalah jarak saluran pembuangan air limbah dengan sumur yang diteliti. 2. Variabel terikat Yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, dalam penelitian ini adalah parameter kualitas air sumur dangkal yang diteliti meliputi parameter terukur dalam pemeriksaan dan pengukuran di laboratorium Pusat MIPA UNS. 3. Variabel bantu/variabel eksternal Yaitu variabel yang mempunyai pengaruh terhadap variabel pengaruh maupun variabel terpengaruh, pengaruh dari variabel tersebut dapat dikontrol baik melalui sistem analisa maupun cara penentuan sampel. Nilai parameter yang diperoleh dari Variabel eksternal dalam penelitian ini berasal dari data sekunder.
54
J. Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindari kesalahan pengertian, maka akan dijabarkan definisi dari variabel yang diteliti : a. Hasil pengukuran/pemeriksaan kualitas parameter air limbah dipergunakan untuk mendapatkan besar ketidak sesuaian kualitas air limbah bengkel pengecatan terhadap baku mutu air limbah yang dipersyaratkan. b. Jarak yang dimaksud adalah jarak dari lubang pembuangan air limbah bengkel produksi dengan sumur yang diteliti, jarak pengukuran 25m, 50m, 75, 100m, 125m, 150 m, 175m, 200 m, 215m, 235m c. TDS /Total Disolved Solids jumlah padatan yang terlarut dalam air sumur yang diteliti dalam satuan mg/L d. Besi (Fe) adalah jumlah kadar besi yang terlarut dalam air sumur yang diteliti dalam satuan mg/L. e. Mangan (Mn) adalah jumlah kadar mangan yang terlarut dalam air sumur yang diteliti dalam satuan mg/L f. Kadmiun (Cd) adalah jumlah kadar Cd yang terlarut dalam air sumur yang diteliti dalam satuan mg/L. g. Seng (Zn) adalah jumlah kadar seng yang terlarut dalam air sumur yang diteliti dalam satuan mg/L. h. Timbal (Pb) adalah jumlah kadar Pb yang terlarut dalam air sumur yang diteliti dalam satuan mg/L.
55
i. Tembaga (Cu) adalah jumlah kadar tembaga yang terlarut dalam air sumur yang diteliti dalam satuan mg/L. j. Nitrat (NO3) adalam jumlah kadar nitrat yang terlarut dalam air sumur yang diteliti dalam satuan mg/L. k. Nitrit (NO2) adalah jumlah kadar nitrit yang terlarut dalam air sumur yang diteliti dalam satuan mg/L. l. Sulfat (SO4) adalah jumlah kadar sulfat yang terlarut dalam air sumur yang diteliti dalam satuan mg/L. m. Klorida (Cl) adalah kadar jumlah khlorida yang terlarut dalam air sumur yang diteliti dalam satuan mg/L. n. Kesadahan (CaCO3)jumlah kadar yang larut dalam air sumur dalam satuan mg/L.
K. Prosedur Penelitian
1. Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel Penentuan lokasi tempat pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Sampling daripada saluran limpasan/pembuangan air limbah bengkel produksi dan beberapa titik sumur yang berada berdekatan dengan saluran drainase disekitar lingkungan ATMI Surakarta . Adapun titik lokasi pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian ini adalah seperti dalam gambar layout Pengambilan Sample pada lampiran 4
56
2. Pengambilan Sampel Untuk parameter yang dapat langsung diukur di lokasi adalah temperatur dalam satuan [oC] dengan menggunakan termometer. Pengambilan sampel air dari ke 5 (lima) titik lokasi ditampung dengan menggunakan botol yang telah dipersiapkan sebelumnya. 3. Pengujian Kualitas Air Analisis pengujian kualitas air limbah dan kualitas air sumur dilakukan sesuai dengan prosedur operasional standar dan sesui dengan persyaratan yang diberlakukan di Laboratorium Pusat MIPA Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.
4. Cara Kerja Dalam Analisis Parameter Cara kerja dalam analisis parameter untuk pengujian kualitas air sesuai dengan metode yang ditetapkan dalam SNI: 1.
Keasaman pH (SNI 06-6989.11-2004
2.
Temperatur Suhu (SNI 06-6989.23-2005)
3.
Biological Oxygen Demand BOD (SNI 06-6989.14-20054 /APHA 1998-52-10-B)
4.
Chemical Oxygen Demand COD (SNI 06-6989.2-2004
5.
TDS/Total Disolved Solids SNI 06-6989.27-2005
6.
Total Suspended TSS (SNI 06-6989.3-2004
7.
Tembaga (SNI 06-6989-6-2004
8.
Besi (SNI 06-6989.4-2004
9.
Mangan (SNI 06-6989.5-2004
57
10. Seng/Zinc SNI 06-6989.7-2004 11. Cadmium (SNI 06-6989.16-2004 12. Timbal (SNI 06-6989.8-2004 13. Krom Total/Total Chromium SNI 06-6989.17-2004 14. Klorida/Chloride – (Cl) SNI 06-6989.19-2004 15. Sulfate/Sulphate -(SO4) SNI 06-6989.20-2004 16. Nitrat/Nitrate (NO3-N) SNI 06-2480-1991 17. Nitrit/Nitrite (NO2-N SNI 06-6989.9-2004 18. NH3-N/Ammonia SNI 06-6989.30-2005 19. Kesadahan Total/Total Hardness -(CaCO3) SNI 06-6989.12-2004
L. Jadwal Penelitian Jadwal Penelitian dilaksanakan mulai dari penyusunan proposal sampai dengan penyusunan laporan akhir. Waktu yang digunakan mulai dari bulan Januari 2008 sampai dengan bulan Agustus 2008. sebagai inti penelitiannya berlangsung selama 5 bulan. Jadwal terperinci ditunukkan pada tabel 3. No.
Uraian
1
Penyusunan proposal
2
Seminar Proposal
3
Penelitian
4
Pengumpulan Data
5
Analisis data
6
Pembahasan Hasil
7
Kesimpulan
8
Penyusunan Laporan
Tahun 2008 Jan
Feb
Mar
Apr
Tabel 3. Jadwal Penelitian
Mei
Jun
Jul
Agu
58
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian
1. Kondisi Umum Kota Surakarta a. Letak Geografis Kota Surakarta yang juga sangat dikenal sebagai Kota Solo, merupakan sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan Lawu dan pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 m diatas permukaan air laut. Luas wilayah sekitar 44,04 Km2, terletak diantara 110o 45` 15" – 110o 45` 35" Bujur Timur dan 70` 36" - 70` 56" Lintang Selatan. Kota Surakarta dialiri oleh 4 (empat) buah Sungai yaitu Sungai Bengawan Solo, Jenes, Pepe dan Kali Anyar. Batas wilayah Kota Surakarta sebelah Utara adalah Kabupaten Karanganyar, batas wilayah sebelah Timur adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karangnyar, batas wilayah sebelah Barat adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karangnyar, sedang batas wilayah sebelah selatan adalah Kabupaten Sukoharjo. Surakarta terbagi dalam 5 (lima) wilayah kecamatan dengan 51 wilayah kelurahan ditunjukkan pada gambar 2. Suhu udara maksimum Kota Surakarta adalah 32,5 derajad Celsius, sedang suhu udara minimum adalah 21,5 derajad Celsius, dengan kelembaban udara 74,92%. Kecepatan angin 4,75 Knot (1knot = 0,5144 m/det) dengan arah angin 182 derajad, beriklim tropis.
59
Gambar 2. Peta Kota Surakarta, sumber: www.surakarta.go.id /16 Juli 2008 b. Topografi. Topografi kota Surakarta di bagian selatan terletak pada ketinggian ± 92 m di atas permukaan laut (dpal) dan di bagian utara pada ketinggian ± 97 m diatas permukaan air laut, di bagian tengah kota berketinggian ± 92 m di atas permukaan air laut. Perbedaan ketinggian antara wilayah satu dengan wilayah lainnya sangat kecil dengan kemiringan rata-rata 2 - 15 % atau dapat dikatakan relatif datar. Kemiringan lahan yang relatif datar memberikan keuntungan positif bagi kota Surakarta karena relatif tidak mengalami erosi.
60
Wilayah dengan kemiringan 0 - 2% dengan luas sekitar 42.782 ha berada di pusat kota, di tepian sepanjang aliran Kali Pepe, Kali Pepe berfungsi sebagai penggelontor air buangan dari rumah tangga dalam kota menuju ke aliran sungai Bengawan Solo, wilayah disekitar aliran Kali Pepe tersebut merupakan wilayah yang rata-rata paling rendah sehingga pada saat musim penghujan rawan terhadap banjir dan berpotensi menjadi wilayah genangan. Genangan air juga bisa terjadi bila ketinggian permukaan air sungai Bengawan Solo diatas ketinggian permukaan air Kali Pepe dan fungsi pompa penyedot genangan mengalami kerusaan sehingga tidak mampu menyedot air yang tertampung dalam Kali Pepe untuk dibuang ke sungai Bengawan Solo. c. Geologi Struktur geologi di sebagian besar wilayah kota Surakarta termasuk jenis tanahnya adalah tanah alluvia, karena wilayah Kota Surakarta berada di daerah cekungan antara Gunung Merapi dengan Gunung Lawu. Tanah alluvial mempunyai parameter mineral dan organisme yang cukup, tanah ini merupakan campuran dari tanah liat dengan pasir halus yang berwarna hitam kelabu, meiliki daya penahan air yang cukup baik dan struktur tanah cukup baik untuk menyerap air hujan. Dari gambar penampang hasil pengeboran sumur dalam yang dilakukan oleh PDAM Surakarta di wilayah Kelurahan Karangasem, dapat diketahui susunan lapisan tanah lempung dan jenis pasir yang diambil dan didata sesuai dengan kelompok jenis lapisan, kedalamanan, dan ketebalana lapisan. Dari data tersebut dapat diketahui berapa ketebalan lapisan yang merupakan akuifer. Secara
61
umum wilayah Kota Surakarta bagian barat mempunyai kemiripan struktur lapisan tanah setelah mencapai kedalaman sekitar 4 meter dibawah permukaan tanah, pada kedalaman tersebut diperoleh lapisan pasir kasar berwarna hitam, sampai kedalaman 12 – 15 meter akan diperoleh lapisan tanah lempung dan pasir dengan warna cenderung kecoklat-coklatan. Setelah melewati lapisan lempung yang keras akan diperoleh lapisan pasir kasar dan berwarna ke abu-abuan sampai hitam, pada kedalaman ini pada umumnya penduduk membuat sumur untuk kebutuhan sehari-hari. Gambar selengkapnya ditunjukkan pada lampiran 13. d. Hidrologi Di Wilayah Kota Surakarta kondisi hidrologi dan ketersediaan air bawah tanah dapat dibaca dari peta hasil Kajian Zonasi dan Konfigurasi Tataguna Air Bawah Tanah
Pada Cekungan Semarang-Demak, Subah dan Karanganyar-
Boyolali yang dilaksanakan pada tahun 2003 atas kerjasama antara Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Tengah dengan Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan Bandung. Garis kontur tanah Kota Surakarta terendah berada pada ketinggian +90 diatas permukaan air laut dan tertinggi di daerah Jebres dan Mojosongo yang berada pada ketinggian 110 diatas permukaan air laut. Potensi air tanah tinggi pada akuifer dangkal, kedudukan akuifernya berada pada kedalaman 1,0 – 40 meter dibawah permukaan tanah, muka air tanah berada pada kedalaman 1,0 – 15 meter dibawah permukaan tanah, debit air yang optimum dapat dipanen dari akuifer dangkal ini berada pada kisaran 10 – 30 liter per detik, kualitas air secara umum baik atau memenuhi syarat baku mutu yang ditetapkan dalam Peraturan
62
Menteri Kesehatan No.: 907/MENKES/SK/VII/2002. tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Gambar Peta Potensi Air Tanah Cekungan Air Tanah Karanganyar-Boyolali ditunjukkan pada lampiran 12. e. Klimatologi Iklim Kota Surakarta tergolong iklim tropis, dengan temperatur udara antara 21,50 – 32,50 Celsius. Angin berhembus rata-rata pada sudut 182 derajat dengan kecepatan rata-rata 4,75 knot. Kelembaban nisbi udara rata-rata 75 % dan curah hujan maksimum pada bulan Januari 1.067 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 26 hari dan minimun pada bulan November 116,2 mm dengan jumlah hari hujan sebanjak 12 hari. Periode musim penghujan mulai dari bulan November sampai Juni dan musim kemarau mulai dari bulan Juli sampai dengan bulan Oktober(BPS 2007). f. Luas Wilayah dan Penduduk Luas wilayah administrasi kota Surakarta mencapai 44,04 km2 yang terdiri dari 5 kecamatan dan terbagi lagi menjadi 51 kelurahan. Jumlah kelurahan setiap kecamatan dan luas wilayah ditunjukkan pada tabel 4 dan lampiran 2. Penduduk riil yang tinggal di kota Surakarta tahun 2007 berdasarkan hasil survey sosial yang di rekam di kantor Badan Pusat Statistik kota Surakarta mencapai 564.920 jiwa. Penduduk laki-laki terhitung 278.435 dan perempuan 286.485 jiwa. Rasio jenis kelamin 97 % yang berarti perbandingan antara penduduk perempuan dengan penduduk laki-laki adalah 100 penduduk perempuan berbanding 97 penduduk laki-laki. Dengan jumlah penduduk 564.920 jiwa dan
63
luas wilayah Kota Surakarta 44,04 km2, maka diperoleh angka kepadatan penduduk mencapai 12.827 jiwa per km2, suatu angka yang sangat padat untuk sebuah kota kecil seperti Surakarta
No.
Kecamatan
Jumlah Kelurahan
Luas (km2)
Penduduk Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Kepadatan Penduduk/ km2
1.
Banjarsari
13
14,81
79.809
81.438
161.247
10.888
2.
Laweyan
12
8,64
53.902
55.545
109.447
12.667
3.
Pasar Kliwon
9
4,82
42.896
44.612
87.508
18.155
4.
Jebres
11
12,58
70.659
72.630
143.289
11.390
5.
Serengan
7
3,19
31.169
32.260
63.429
19.884
Jumlah
51
44, 04
278.435
286.485
564.920
12.827
Tabel 4: Jumlah Penduduk Wilayah Administrasi Kota Surakarta Sumber : Monografi Kelurahan/BPS Surakarta Dalam Angka Tahun 2007
2. Kondisi Kelurahan Karangasem a. Keadaan geografi Kelurahan Karangasem terletak di Wilayah Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Jarak dari pusat kota sekitar 5 km dan berada pada ketinggian ± 98 m diatas permukaan air laut. Wilayah Kelurahan Karangasem bagian barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukoharjo dan bagian utara dengan wilayah Kabubapaten Karanganyar. Batas wilayah kelurahan Karangasem adalah sebagai berikut : 1). Sebelah Utara
: Kabupaten Karanganyar
2). Sebelah Timur
: Kelurahan Jajar
3). Sebelah Selatan
: Kelurahan Pajang
4). Sebelah Barat
: Kabupaten Sukoharjo
64
Luas wilayah Kelurahan Karangasem sekitar 2,38 km2 terdiri dari 9 Rukun Warga (RW) yang terbagi menjadi 31 Rukun Tetangga (RT), ditunjukkan pada gambar 3.
FITTING
WORK
BEND
ING P UNCHI
NG
TK III DAN B ENG KEL ATMI
TK II
1
2
SMK
ASS
C UTTING
12
2
PACK
ING
TER
HING
WAS HING MACH PA IN TING IN E 11 1
PAINTING
3
B ENG K EL
EMB LY
IGI C EN PUNC
UNIT U NIT
G
WELDIN
4 5 6
10 7 13
8
9
Gambar 3 : Peta wilayah Kelurahan Karangasem Sumber: Kelurahan Karangasem b. Keadaan Demografi Jumlah penduduk di Kelurahan Karangasem yang direkam setiap bulan dalam Monografi Dinamis sampai dengan bulan Juni tahun 2008 tercatat penduduk berjumlah 9513 jiwa terdiri dari laki-laki 4.681 dan perempuan 4.832 jiwa. Rasio jenis kelamin 96,8 % yang berarti perbandingan antara penduduk perempuan dengan penduduk laki-laki: 100 : 97. Dengan Jumlah Penduduk 9513
65
jiwa terdiri dari 2001 Kepala Keluarga (KK) dalam wilayah kelurahan dengan luas 2,38 km2, maka kepadatan penduduk Kelurahan Karangasem mencapai 4.048 jiwa/km2. Dilihat dari kelompok usia terdapat 6.438 orang atau 67,7 % dikategorikan usia produktif (15 – 59 tahun) dan 3.055 orang atau 32,3 % dapat dikategorikan
usia
non
produktif,
kalau
dihitung
prosentasi
angka
ketergantungannya yaitu usia non produktif dibagi usia produktif adalah 47,7 %, berarti penduduk Kelurahan Karangasem tergantung pada usia yang produktif dibawah 50%. Ciri kas suatu penduduk perkotaan terpenuhi dengan adanya kepadatan penduduk yang tinggi (diatas 10.000 jiwa/km2), angka ketergantungan yang rendah dibawah 50%. data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5 dan lampiran 3.
No.
Kel. Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah Penuduk
Jumlah Kelompok Usia
1
0 -
4
293
280
573
2
5 -
9
282
294
576
3
10 - 14
293
310
603
4
15 - 19
252
279
531
5
20 - 24
262
320
582
6
25 - 29
483
443
926
7
30 - 39
883
884
1.767
8
40 - 49
744
732
1.476
9
50 - 59
544
612
1.156
10
60 -
645
678
1.323
1.323
Jumlah
4.681
4.832
9.513
47,7 %
1.752
6.438
Tabel 5: Monografi Dinamis Kelurahan Karangasem Sumber : Monografi Dinamis Kel. Karangasem Bulan Juni 2008
66
c. Sarana penyediaan air bersih. Air bersih yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari masyarakat Kelurahan Karangasem tidak mengalami kesulitan karena sudah tersedia jaringan pipa air minum dari PDAM Surakarta, dan juga sumur yang diupayakan sendiri oleh masyarakat dengan menggunakan pompa tangan (SPT) dangkal, pompa listrik dan sumur gali. Data dari PDAM Surakarta pada bulan Juni 2008 tercatat 503 pelanggan Sambungan Rumah (SR) dari jumlah 2001 kepala keluarga yang ada di Kelurahan Karangasem. Dengan membandingkan antara jumlah pelanggan PDAM dengan jumlah KK yang ada di Kelurahan Karangasem diperoleh angka 25 % diantaranya sudah menggunakan jasa penyedia air bersih PDAM Surakarta sebagai air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan sisanya 75 % memanfaatkan
sarana
yang
tersedia
di
rumah
masing-masing
menggunakan sumur gali, pompa tangan, dan pompa listrik.
dengan
67
3. Kondisi ATMI Surakarta a. Lokasi Lokasi ATMI dan SMK Mikael berada di wilayah RW07/RT01 Keluarahan Karangasem-Kecamatan Laweyan, menempati tanah seluas 3,3 ha dipergunakan untuk aktivitas Pendidikan, Pelatihan dan Produksi. ATMI (Akademi Tehnik Mesin Industri) dan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Mikael mulai menempati bangunan tersebut sejak tahun 1968. ATMI dan SMK Mikael adalah institusi pendidikan kejuruan dengan menitik beratkan pendidikan prakteknya sebagai salah satu pendekatan pembelajaran untuk memberi bekal kepada peserta didik agar memiliki ketrampilan dibidang permesinan dan kegiatan lainnya yang memerlukan inovasi yang terus menerus. Sebagai media pembelajaran pendidikan praktek diambil dari benda-benda produksi yang sedang berkembang di pasar dan dibutuhkan oleh industri. Sistem pendidikan yang dianut oleh ATMI dan SMK Mikael adalah pendekatan dari dual system atau link and match yang lebih mendekatkan situasi nyata dalam perusahaan atau industri, dihadirkan dalam lingkungan sekolah, pendekatan sistem tersebut terus ditinjau dan dikembangkan, sekarang ini ATMI dan SMK Mikael menerapkan pendekatan sistem pendidikan dan pelatihan berbasis produksi (Production Based Eductional Training – PBET) kepada para peserta didiknya. Media pedidikan praktek yang berupa benda produksi tersebut memberikan nilai tambah yang sangat berarti bagi banyak pihak khususnya bagi
68
para peserta didik mendapatkan bekal yang memadai karena yang dihadapi selama mengikuti pendidikan dan pelatihan adalah benda nyata yang dipergunakan oleh dunia usaha dan dunia industri sehingga tatkala peserta yang sudah menyelesaikan pendidikan dan terjun ke dunia usaha dan dunia industri tidak memerlukan orientasi yang terlalu lama, pengalaman nyata yang biasanya terjadi dalam dunia industri diperkenalkan dalam lingkungan pembelajaran. ATMI sebagai institusi pendidikan tinggi mendidik pemuda untuk dipersiapkan setelah menyelesaikan pendidikan mampu menempati posisi di dunia usaha dan dunia industri pada tingkat menengah atau bahkan mampu menciptakan lapangan kerja. Kurikulum sistem pendidikan yang diimplementasikan di ATMI dengan perbadingan antara 33 % teori dan 67 % praktek, dengan pengertian bahwa teori yang diberikan kepada mahasiswa terkait dengan keahlian dibidang mesin industri terdiri dari
teori dasar-dasar untuk mendukung pendidikan
prakteknya. Pendidikan praktek yang dihadapi oleh para mahasiswa adalah bendabenda produksi yang sangat dibutuhkan oleh pasar dan atau industri, jenis dan tingkat kesulitan pada komponen atau peralatan yang dihadapi mahasiswa sangat tergantung dengan jenis dan tingkat kesulitan yang diberikan oleh pasar dan atau industri ke ATMI. ATMI sebagai institusi pendidkan tinggi dengan konsentrasi bidang keahlian mesin industri atau teknik manufaktur memerlukan peralatan praktek yang dipergunakan oleh mahasiswa disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi manufaktur. Investasi alat dan mesin untuk sarana praktek mahasiswa memerlukan dana yang besar tetapi untuk biaya operasional
69
pendidikan prakteknya harus tidak terlalu membebani mahasiswanya. Mahasiswa aktif pada tahun 2007 berjumlah 527 mahasiswa dengan 70 instruktur dan dosen.
b. Unit Produksi Pada tahun 1975 ATMI menambah fasilitas produksi dengan tujuan untuk melengkapi mesin dan peralatan praktek mahasiswa lebih bervariasi dan dapat mengurangi ketergantungan materi praktek yang datang dari industri, karena dengan penambahan peralatan produksi berarti ATMI menciptakan industri sendiri. Unit produksi yang dikembangkan ATMI adalah unit produksi untuk pengerjaan plat dan las, yang mampu menghasilkan produk-produk standar seperti almari besi, almari arsip, perabot untuk rumah sakit, perabot untuk sekolah dan perbengkelan. Produk standar yang diproduksi sebagian besar menggunakan bahan baku berupa lembaran plat (sheet metal) dengan ketebalan dari 0,8 sampai dengan 6 mm. Unit produksi dikelola secara industri terbagi dalam beberapa bagian unit kerja antara lain penerimaan pesanan, perancangan produk, penyiapan bahan baku, penyiapan alat-alat kerja, pembuatan dokumen pengerjaan, dan proses fabrikasinya. Urutan proses produksi pengerjaan plat dan las secara garis besar ditunjukkan pada gambar 4 yang terdiri dari (1)proses pemotongan plat, (2)pembuatan lubang, (3)penekukan, (4)pengelasan, (5)pencucian, (6)pengecatan, (7)Pemanasan, (8)pendinginan, (9)perakitan dan (10)pengepakan.
70
(1)
Pada proses pemotongan plat tersedia dua jenis mesin potong yaitu mesin potong khusus untuk memotong plat yang dikemas dalam bentuk gulungan (coil) dan mesin potong untuk memotong material yang dikemas dalam lembaran dengan ukuran yang standar di pasar dengan ukuran 4 feet x 8 feet (1220 mm x 2440 mm) x tebal plat. Pada proses pemotongan plat ini akan meninggalkan limbah yang berupa sisa potongan plat, limbah dari proses ini masih dapat dikumpulkan dan dapat didaur ulang.pembuatan lubang meninggalkan limbah produksi yang berupa sisa potongan plat yang masih dapat di daur ulang,
(2)
proses pembuatan lubang tersedia mesin yang yang dapat diprogram urutan proses pelubangannya dan juga tersedia mesin-mesin pelubang konvensional, limbah dari proses pembuatan lubang ini adalah material sisa pelubangan yang dapat ditampung dan dapat didaur ulang.
(3)
Proses penekukan plat adalah proses mengubah bentuk dari plat yang sebelumnya datar menjadi bentuk siku (bersudut), urutan proses dapat diprogram pada mesin tekuk CNC (Computer Numerical Control), atau dikerjakan pada mesin konvensional. Proses penekukan ini tidak meninggalkan limbah sisa proses penekukan.
(4)
Proses pengelasan adalah proses penggabungan bagian-bagian komponen yang terdiri dari dua atau lebih dengan menggunakan proses pemanasan dan bahan tambah pada proses pengelasan gas. Untuk
71
proses pengelasan listrik dengan elektroda akan meningalkan limbah berupa kerak/kulit las pelindung terjadinya proses oksidasi. (5)
Proses pencucian adalah awal dari proses perlakuan permukaan dari plat logam sebelum dilakukan proses pelapisan dengan cat. Pada proses ini meninggalkan limbah, yang berupa air limbah cucian yang akan di teliti parameternya apakah melebihi baku mutu air limbah yang ditetapkan dalam Perda Jateng No. 10 Tahun 2004.
(6)
Proses pengecatan adalah proses pelapisan permukaan dengan bahan cat untuk memberi perlindungan pada permukaan plat logam terhadap proses percepatan oksidasi dan timbulnya korosi. Pada proses ini meninggalkan limbah berupa sisa butiran cat yang di semprotkan pada permukaan logam yang terkumpul dalam dasar kabin pengecatan dan selanjutnya dihisap dan dikumpulkan dalam tabung (dust collector). Sisa bahan cat dapat dipergunakan lagi sampai habis sejauh belum melalui proses pemanasan.
(7)
Proses
pemanasan
(curing)
dengan
temperatur
kerja
180oC
berlangsung dalam waktu 20 menit, proses ini bertujuan untuk mencairkan butiran cat menempel pada pada permukaan plat yang dicat. Pada proses ini tidak meninggalkan limbah, sumber panas dari hasil pembakaran gas LPG disirkulasikan didalam oven pemanas. (8)
Proses pendinginan dilaksanakan secara lambat dalam temperatur ruang dengan tujuan untuk melindungi permukaan cat sesuai yang
72
diinginkan dan tahan gores. Pada proses pendinginan meninggalkan limbah pelepasan panas dari produk yang dicat. (9)
Proses perakitan dilaksanakan setelah produk yang keluar dari oven pemanas sudah dingin. Proses perakitan tidak meninggalkan limbah
(10) Proses pengepakan dilakukan pada produk yang telah selesai dari proses perakitan dan pengujian terhadap fungsi dan kualitas. Pada proses pengepakan ini limbah yang dihasilkan adalah sisa pembungkus dan potongan kayu untuk kotak pengaman produk
Dari 10 proses kerja bengkel produksi diatas peneliti akan membahas lebih terperinci pada proses pencucian logam, proses pencucian logam adalah salah satu proses penting untuk membersihkan kotoran yang melekat pada permukaan logam sebelum dilakukan proses pengecatan. Kotoran yang melekat permukaan logam diantaranya berupa minyak, debu, dan karat (rust) yang terjadi karena proses oksidasi pada permukaan logam. Proses pencucian permukaan logam atau lebih umum dalam industri disebut proses pretreatment, Proses pretreatment secara sederhana terdiri dari proses Pickling, Water Rinse, Phosphating, dan Water Rinse. Pickling adalah proses penghilangan karat pada permukaan logam biasanya menggunaka Acid Base sehingga biasanya disebut Acid Pickling atau Rust Remover. Adapun bahan bahan kimia yang biasanya dipakai untuk proses ini adalah HCl, H3PO4 (phosphoric Acid), H2SO4 (Asam Sulfat). Water Rinse adalah proses setelah Pickling untuk membersihkan permukaan metal dari sisa larutan Acid Pickling
73
menggunakan air bersih. Phosphating adalah proses utama dalam proses Pretreatment, pada proses ini terjadi reaksi kimia antara metal dan larutan phosphating yang menghasilkan lapisan (coating) yang dapat mencegah proses korosi atau karat serta dapat meningkatkan daya adhesive terhadap proses pengecatan (painting). Water Rinse setelah proses Phosphating ini bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa larutan phosphating yang masih terdapat pada material, sehingga permukaan logam menjadi netral kadar keasamanannya atau tidak terkontaminasi. Sisa dari air bilasan (water rinse) pada proses ini langsung dibuang atau dikembalikan ke tangki water rinse proses sebelumnya. Air limpasan/air limbah dari proses pencucian (water rinse) dialirkan ke saluran pembuangan, atau saluran drainase dalam area kampus, selanjutnya air limbah yang keluar dari kampus akan bercampur dengan air limbah rumah tangga dan air irigasi yang berada di pinggir jalan Duwet. Jalan Duwet adalah jalan perbatasan antara Kodya Surakarta dengan Kabupaten Sukoharjo, lebar jalan Duwet sekitar 8 meter, jarak rumah penduduk Desa Mendungan Kelurahan Pabelan dengan jalan Duwet terdekat 7 meter dari tepi jalan. Sesuai dengan topografi dan kontur tanah yang ada di sekitar area penelitian diketahui bahwa arah aliran air dalam saluran itu mengalir kearah timur dan bertemu dengan saluran air yang mengalir dari arah utara ke selatan. Saluran air pembuangan rumah tangga dan sisa dari irigasi dari arah utara tersebut adalah batas antara wilayah RW06 dengan RW03 Kelurahan Karangasem, dan untuk bagian selatan saluran air pembuangan rumah tangga bertambah lebar, dan menjadi batas antara wilayah Kelurahan Karangasem dengan wilayah Kelurahan
74
Pabelan Kabupaten Sukoharjo, dan selanjutnya aliran air mengarah ke selatan menuju ke Sungai Kleco. Kondisi infrastruktur saluran pembuangan limbah yang berada di samping jalan Duwet dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Dinding saluran limbah bagian selatan di bangun dengan pasangan batu kali yang kuat dan kondisinya masih baik 2. Dinding saluran bagian utara menjadi satu dengan pondasi pagar bangunan ATMI, kondisinya sudah mengalami renovasi pada beberapa bagian-bagian. 3. Pada saat pengambilan sampel air, aliran air limbah sangat lambat, karena dibagian timur jembatan ada timbunan sampah 4. Ikan-ikan
kecil
mampu hidup dengan
bebas
dalam
saluran
pembuangan. 5. Rumput tumbuh subur di dasar saluran bagian utara pada musim kemarau.
75
Gambar 4. Alur Proses Kerja Bengkel Produksi ATMI
76
4. Air Limbah Bengkel Produksi
Air limbah yang akan diuji adalah air limbah yang keluar dari proses mesin cuci (washing machine) merk “Lauten Egger” produksi Swiss yang bekerja secara otomatis, proses kerja mesin cuci terdiri dari proses lapisan phosphat (phosphating) dan proses pembilasan (Water Rinse) dengan air tawar.
Bahan kimia yang dipergunakan pada proses Phosphating adalah campuran antara Palfos 525T dengan air, komposisi campuran yang dianjurkan oleh produsen bahan kimia adalah 7 kg Palfos 525T dengan 1.000 liter air. Sehingga untuk pembentuk coating iron phosphat dengan kebutuhan volume air 3000 liter, diperlukan Palfos 525T sebanyak 21 kg. Untuk pengendalian kadar keasaman (pH = 4,5 – 5,5), agar reaksi kimia berjalan dengan baik (acid consum proces), ditambahkan coastic soda atau soda ash sesuai dengan kebutuhan dan petunjuk yang dipersyaratkan.
Temperatur kerja larutan iron phosphat berkisar antara 40 – 45 oC, proses pelapisan dilaksanakan dengan menyemprotkan larutan iron phosphat ke seluruh permukaan logam yang dicuci secara otomatis dalam waktu 1-3 menit dengan tekanan 0,8-1,0 kg/cm2.
Konsentrasi larutan iron phosphat dikendalikan angka keasamannnya dengan penambahan soda api, apabila penambahan Palfost dan coustic soda sudah
77
tidak mampu mengendalikan angka pH= 4,5 - 5,5, maka larutan iron phosphat harus diganti dengan larutan baru. dan larutan lama diendapkan sekitar 45 hari untuk mengurangi padatan yang tercampur dalam larutan, setelah angka keasamannya pH>7, warna air limbah netral, air limbah dibuang ke saluran pembuangan. Air bilasan untuk membersihkan sisa larutan pada proses phosphating, ditampung dalam bak penampung untuk dilakukan pengendapan padatan selama dua hari, setelah dilakukan pemeriksaan parameter keasaman pH>7, air bilasan dibuang ke saluran drainase. Volume air bilasan yang dibuang setiap dua hari 3.000 – 4.000 liter.
Data primer dalam penelitian ini adalah parameter air limbah dibuang dan perameter air sumur, data air limbah diambil sampel dari air limbah yang dibuang ke saluran drainase pada lokasi K, air selokan yang ada diluar pagar pada lokasi L, dan air sumur yang berada di sekitar saluran pembuangan, peta pengambilan sampel air secara lengkap ditunjukkan pada gambar 5.
Pengambilan sampel dilakukan tanggal 13 Juni 2008 pada jam 09.00 – 10.30 di lokasi penelitian. Pengukuran data lapangan terdiri dari pH sesaat, temperatur sampel, temperatur lingkungan, kedalaman sumur, kedalaman muka air dari tanah, jarak lubang sumur dari saluran pembuangan air limbah dan atau dari selokan. Hasil pengukuran lapangan selengkapnya ditunjukkan pada tabel 6.
78
No
Lokasi Pengambilan Sampel
pH
Kedalaman sumur dari muka tanah [m]
Kedalaman muka Air [cm]
Jarak dari Outlet [m]
Jarak dari Saluran [m]
Temperatur [oC] Lingkungan
Air
1
Sumur -A
29,2
27,4
5,9
5,0
129
25
7,5
2
Sumur -B
29,2
27,7
6,4
4,2
123
50
2,2
3
Sumur -C
30,2
26,8
6,4
4,2
125
75
2,2
4
Sumuri -D
30,2
26,6
6,3
6,0
136
100
0,5
5
Sumur -E
30,2
26,2
6,1
4,2
160
125
3,5
6
Sumur -F
30,2
25,6
6,4
4,0
179
150
3,5
7
Sumuri -G
29,2
26,5
6,4
13,0
187
175
8,3
8
Sumur -H
31,0
27,4
6,7
3,75
176
200
3,2
9
Sumur -I
31,0
27,1
6,0
12
ttd
215
10,5
10
Sumur -J
31,1
27,4
6,1
12
ttd
235
16,5
11
Air limbah -K
31,5
27,2
6,1
110
1
0
12
Air Selokan –L
31,1
25,2
7,0
120
175
0
Tabel 6. Data Pengambilan Sampel air limbah dan air sumur
79
Gambar 5. Peta Lokasi Pengambilan Sampel Air Limbah dan Air Sumur
80
B. Deskripsi Data Penelitian 1. Hasil Pengujian Air Limbah Bengkel Produksi a. Air Limbah Yang Dibuang Kedalam Saluran Pembuangan Air limbah yang diambil dari lokasi K adalah air bilasan proses pencucian yang dikeluarkan dari mesin cuci, hasil pengujian parameter air limbah yang dibuang ditunjukkan pada tabel 7. No.
1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Parameter I FISIKA Temperatur/Temperature TDS/Total Disolved Solids TSS/Total Suspended Solids II KIMIA pH Besi/Iron Mangan/mangane Kadmium/Cadmium Seng/Zinc Timbal/Lead Tembaga/Copper Nikel/Nickel Krom Total/Total Chromium Nitrat/Nitrate (NO3-N) Nitrit/Nitrite (NO2-N NH3-N/Ammonia COD/Chemical Oxygen Demand BOD/Biochemical Oxygen Demand
Hasil Pengujian Air Limbah
Gol I
Gol II
°C mg/L mg/L
27,2 658 47
38 2000 100
38 4000 200
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
7,02 0,222 0,007 Ttd 0,001 Ttd Ttd Ttd Ttd 0,052 0,092 7,387 88,6 29,6
Satuan
Baku Mutu
6,0-9,0 5 2 0,05 5 0,1 2 0,2 0,5 20 1 1 100 50
10 5 0,1 10 1 3 0,5 1 30 3 5 250 100
Tabel 7. Hasil Pengujian Air Limbah yang dibuang b. Air Selokan Air selokan yang diteliti diambil dari lokasi L adalah air gabungan antara air limbah yang keluar dari bengkel produksi ATMI, air buangan dari rumah tangga, dan air sisa irigasi dari sawah, yang mengalir lambat dalam selokan, hasil pengujian laboratorium ditunjukkan pada tabel 8.
81
No.
Parameter
Satuan
1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Temperatur/Temperature TDS/Total Disolved Solids TSS/Total Suspended Solids pH Besi/Iron Mangan/mangane Kadmium/Cadmium Seng/Zinc Timbal/Lead Tembaga/Copper Nikel/Nickel Krom Total/Total Chromium Nitrat/Nitrate (NO3-N) Nitrit/Nitrite (NO2-N NH3-N/Ammonia COD/Chemical Oxygen Demand BOD/Biochemical Oxygen Demand
°c mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Hasil Pengujian Air Selokan 27,2 322 43,5 7,21 0,049 0,019 Ttd 0,006 Ttd Ttd Ttd Ttd 0,0532 0,275 6,448 21,4 9,00
Baku Mutu Gol I 38 2000 100 6,0-9,0 5 2 0,05 5 0,1 2 0,2 0,5 20 1 1 100 50
Gol II 38 4000 200 10 5 0,1 10 1 3 0,5 1 30 3 5 250 100
Tabel 8. Hasil Pengujian Air Selokan 2. Hasil Pengujian Air Sumur Air sumur yang dipergunakan sebagai sampel untuk pengujian kualitas air sumur diambil dari sumur pantau di lokasi A,B,C,E,F,dan H, sumur di lokasi D yang berada di sebelah barat garasi mobil, sumur disebelah selatan gedung teori di lokasi G, sumur untuk warung di lokasi I dan J yang dipergunakan untuk keperluan air bersih warung makanan, berada di depan kampus. Hasil pengujian kualitas air sumur secara Fisika dan Kimia ditunjukkan secara lengkap pada tabel 9, prosedur pengujian mengunakan metode standar pengukuran berdasarkan SNI, dan rekaman hasil pengujian air sumur dari laboratorium ada dalam lampiran 6.
82
No
Parameter
Satuan
Hasil Analisis Air Sumur A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Baku Mutu
Metode
I. FISIKA Suhu Udara SNI 06-6989.23-2005 ± 3°
1
Temp.
°c
27,1
27,21
27,1
27
27,4
27,0
26,9
27,0
26,8
26,9
2
TDS
mg/L
277
275
264
402
358
277
256
236
241
242
1500
SNI 06-6989.27-2005
II. KIMIA 3
pH
-
6,690
6,910
6,750
6,880
6,620
7,030
6,890
7,100
6,950
6,840
6,5 – 9
SNI 06-6989.11-2004
4
Fe
mg/L
Ttd
0,056
Ttd
0,703
Ttd
0,003
Ttd
0,003
Ttd
Ttd
1,0
SNI 06-6989.4-2004
5
Mn
mg/L
0,229
0,715
0,132
0,292
0,271
0,442
0,125
0,043
0,114
0,194
0,5
SNI 06-6989.5-2004
6
Cd
mg/L
Ttd
Ttd
Ttd
Ttd
Ttd
Ttd
Ttd
Ttd
Ttd
0,005
SNI 06-6989.16-2004
7
Zn
mg/L
0,016
0,112
0,037
0,028
0,033
0,028
0,023
0,018
0,016
0,024
15
SNI 06-6989.7-2004
8
Pb
mg/L
Ttd
Ttd
Ttd
Ttd
Ttd
Ttd
Ttd
Ttd
Ttd
Ttd
0,05
SNI 06-6989.8-2004
9
Cu
mg/L
Ttd
Ttd
Ttd
Ttd
Ttd
Ttd
Ttd
Ttd
Ttd
Ttd
-
SNI 06-6989.6-2004
10
NO3
mg/L
0,560
0,055
0,127
1,644
0,686
0,333
0,802
1,056
0,770
0,087
10
SNI 06-2480-1991
11
NO2
mg/L
0,044
0,016
0,006
0,362
0,021
0,014
0,006
0,027
0,011
0,007
1,0
SNI 06-6989.9-2004
12
SO4
mg/L
0,254
0,285
0,191
0,129
0,191
0,254
0,160
0,066
0,097
0,034
400
SNI 06-6989.20-2004
13
Clor
mg/L
12,5
11,1
9,88
29,10
35,0
16,0
12,7
16,1
14,2
14,5
600
SNI 06-6989.19-2004
14
CaCO3
mg/L
48,4
72,6
57,0
70,8
56,4
82,4
73,2
74,2
59,2
56,4
500
SNI 06-6989.12-2004
Ttd
Tabel 9. Hasil Pegujian Air Sumur
83
C. Pembahasan 1. Analisis kualitas air limbah dan air selokan terhadap baku mutu air limbah Perda Jateng No. 10 Tahun 2004. a. Air Limbah Dari hasil pengujian laboratorium menunjukkan bahwa kadar parameter TDS dalam air limbah yang dibuang = 658 mg/L, lebih rendah dari batas baku mutu air limbah golongan I=2000 mg/L. Kadar parameter TSS dalam air limbah = 47 mg/L, lebih rendah dari batas baku mutu air limbah golongan I = 100 mg/L. Kadar keasaman pH = 7,21 dalam batas normal. Kadar besi (Fe) yang terlarut dalam air limbah =0,222 mg/L lebih rendah dari batas baku mutu air limbah golongan I = 5 mg/L. Kadar mangan (Mn) yang terlarut dalam air limbah = 0,007 mg/L, lebih rendah dari batas baku mutu air limbah golongan I = 2 mg/L. Kadar seng (Zn) yang terlarut dalam air limbah = 0,001 mg/L, lebih rendah dari batas baku mutu air limbah golongan I = 5 mg/L. Kadar logam-logam barat Cr, Pb, Cu,, Ni dan Cd yang terlarut dalam air limbah tidak terdeteksi dalam pengujian di Laboratorium Pusat MIPA. Kadar nitrat (NO3) yang terlarut dalam air limbah = 0,052 mg/L, lebih rendah dari batas baku mutu airl limbah golongan I = 20 mg/L. Kadar nirit (NO2) yang terlarut dalam air limbah = 0,092 mg/L, lebih rendah dari batas baku mutu air limbah golongan I = 1 mg/L Kadar parameter amonia (NH3)= 7,387 mg/L, melebihi batas baku mutu air limbah golongan I= 1 mg/L dan golongan II= 5 mg/L.
84
Kadar parameter COD dalam air limbah = 88,6 mg/L lebih rendah dari angka baku mutu air limbah golongan I= 100 mg/L. Kadar parameter BOD dalam air limbah = 29,6 mg/L lebih rendah dari angka baku mutu air limbah golongan I= 50 mg/L. Dengan merujuk Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah untuk Kegiatan Industri dan Kegiatan Usaha Lainnya yang Belum Ada Baku Mutunya, terhadap air limbah yang dibuang ke badan air memiliki jumlah kadar ammonia (NH3) yang terlarut dalam air limbah bengkel produksi, melebihi batas baku mutu yang ditetapkan.
b. Air Selokan Dari hasil pengujian laboratorium menunjukkan bahwa kadar parameter TDS dalam air selokan = 322 mg/L, lebih rendah dari batas baku mutu air limbah golongan I=2000 mg/L. Kadar parameter TSS dalam air selokan = 43,5 mg/L, lebih rendah dari batas baku mutu air limbah golongan I = 100 mg/L. Kadar keasaman pH = 7,02 dalam batas normal. Kadar besi (Fe) yang terlarut dalam air selokan =0,049 mg/L lebih rendah dari batas baku mutu air limbah golongan I = 5 mg/L. Kadar mangan (Mn) yang terlarut dalam air limbah = 0,019 mg/L, lebih rendah dari batas baku mutu air limbah golongan I = 2 mg/L. Kadar seng (Zn) yang terlarut dalam air selokan = 0,006 mg/L, lebih rendah dari batas baku mutu air limbah golongan I = 5 mg/L. Kadar logam-logam barat Cr, Pb, Cu,, Ni dan Cd yang terlarut dalam air limbah tidak terdeteksi dalam pengujian di Laboratorium Pusat MIPA.
85
Kadar nitrat (NO3) yang terlarut dalam air selokan = 0,0532 mg/L, lebih rendah dari batas baku mutu airl limbah golongan I = 20 mg/L. Kadar nirit (NO2) yang terlarut dalam air selokan = 0,275 mg/L, lebih rendah dari batas baku mutu air limbah golongan I = 1 mg/L Kadar parameter amonia (NH3)= 6,448 mg/L, melebihi batas baku mutu air limbah golongan I= 1 mg/L dan golongan II= 5 mg/L. Kadar parameter COD dalam air selokan = 21,4 mg/L lebih rendah dari angka baku mutu air limbah golongan I= 100 mg/L. Kadar parameter BOD dlam air selokan = 9 mg/L lebih rendah dari angka baku mutu air limbah golongan I= 50 mg/L. Dengan merujuk Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah untuk Kegiatan Industri dan Kegiatan Usaha Lainnya yang Belum Ada Baku Mutunya, terhadap air selokan yang mengalir dipinggir jalan Duwet memiliki kandungan jumlah kadar ammonia (NH3) yang terlarut dalam air selokan, melebihi batas baku mutu yang ditetapkan. Tentang ammonia yang terlarut dalam air limbah dan air selokan jumlahnya melebihi batas baku mutu air limbah yang ditetapkan. Maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk menurunkan kadar ammonia yang terlarut. Untuk menurunkan kadar ammonia yang terlarut dalam air sudah ada beberapa metode. Untuk mengetahui ammonia, dalam (1) ATSDR(Agency for Toxic Substances & Disease Registery), 2004 didefinisikan bahwa ammonia terjadi secara alami dan salah satunya dapat diproduksi oleh aktivitas manusia, amoniak adalah suatu sumber zat lemas yang penting yang diperlukan oleh binatang dan
86
tumbuhan. Amoniak ditemukan di seluruh lingkungan udara, air, lahan, binatang, tumbuhan. Amoniak tidak bertahan sangat lama di dalam lingkungan itu tetapi dengan cepat akan diambil oleh tumbuhan, bakteri, dan binatang. Amoniak tidak membentuk rantai makanan, tetapi melayani kebutuhan sebagai bahan gizi untuk bakteri dan tumbuhan. Gas amoniak dapat dilarutkan dalam air. Jenis amoniak ini disebut amoniak cair atau amoniak mengandung air. Suatu kali muncul di udara terbuka, amoniak cair dengan cepat berubah menjadi gas.(www.atsdr.cgc.gov) (2).Totok Sutrisno dalam bukunya Teknologi Penyediaan Air Bersih menerangkan bahwa terdapatnya ammonia dalam air, erat hubungannya dengan siklus pada N di alam ini, bahwa ammonia dapat terbentuk dari: a. Dekomposisi bahan-bahan organik yang mengandung N baik yang berasal dari hewan (misal faeses) oleh bakteri. b. Hydrolisa urea yang terdapat pada urine hewan c. Dekomposisi bahan-bahan organik dari tumbuh-tumbuhan yang mati oleh bakteri d. Dari N2 atmosfir melalui pengubahan N2O5 oleh loncatan listrik di udara menjadi HNO3, karena persatuannya dengan air, dan selanjutnya jatuh di tanah karena hujan, dan selanjutnya akan terdekomposisi bakteri akhirnya akan terbentuk ammonia. e. Dari reduksi NO2 oleh bakteri. Ammonia merupakan suatu zat yang menimbulkan bau yang sangat tajam dan menusuk hidung. Jadi kehadiran bahan ini dalam air minum adalah menyangkut perubahan fisik dari pada air tersebut.(Totok Sutrisno, 2004:43).
87
(3). Services Laboratory SEAMEO BIOTROP dalam websitenya http://www.biotrop.org,
atas Pertanyaan: bagaimana cara menurunkan kadar
amonia dalam limbah cair, diberikan jawaban sebagai berikut: Beberapa metode untuk menurunkan kadar amonia (NH3) dalam air limbah yang sering digunakan adalah : 1. Air limbah dalam kolam penampungan diberi Aerasi dengan cara dispraykan ke udara atau dibikin jerap-jerap sehingga kontak dengan udara lebih cepat. (karena amonia ini sifatnya volatil/mudah menguap diharapkan dengan cara tersebut, amonia akan cepat menguap. 2. Air limbah diproses secara kimia yaitu penambahan koagulan dan flokulan sehingga amonia dalam air limbah dapat dibuat endapan yang tidak larut dalam air dan endapannya ini bisa dipisahkan dengan air. 3. Dengan penyaringan dengan media bisa karbon aktif, batu kapur dan pasir.
2. Analisis kualitas air sumur terhadap baku mutu air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/MENKES/PER/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air untuk Air Bersih. Berdasarkan Daftar Persyaratan Kualitas Air Minum dan Air Bersih dalam lampiran 10, hasil pengujian laboratorium dari kualitas air sumur secara Fisika dan Kimia dianalisis berdasarkan Baku Mutu Air Bersih sebagai berikut:
88
a. TDS (Total Disolved Solid) Dari gambar 6 ditunjukkan hasil pengujian kadar TDS yang terlarut dalam air sumur, kadar TDS tertinggi ditunjukkan dari air sumur lokasi D(100) = 402 mg/L dan TDS terendah dari air sumur lokasi H(200) = 236 mg/L, rata-rata kadar TDS air sumur = 282,8 mg/L, nilai TDS terukur masih lebih rendah dari batas baku mutu air bersih yang ditetapkan =1500 mg/L.
Total Disolved Solid (TDS) Kadar TDS [mg/L]
450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 25
50
75
100
125
150
175
200
225
235
Jarak Sumur dari Outlet [m]
Gambar 6. Grafik kadar TDS air sumur Jumlah zat padat yang terlarut dalam air biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik dan gas terlarut. Bila kadar TDS bertambah maka tingkat kesadahan air akan naik. Selanjutnya efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut (Sumirat J, 2004:112). Bahan padatan yang tersisa sebagai residu pada penguapan dan pengeringan pada suhu 1030 – 1050 C. Kandungan tota zat padat pada portable water biasanya dalam rentang 20 – 1000 mg/L, dan sebagai pedoman, kekerasan dari air akan meningkat dengan meningkatnya total solids. Pada semua bahan cair,
89
jumlah koloid yang tidak terlarut dan bahan yang tersuspensi akan meningkat sesuai dengan derajat dari pencemaran(Totok Sutrisno, 2004:33).
b. Keasaman (pH) Dari gambar 7 ditunjukkan hasil pengujian kadar keasaman (pH), dari air sumur yang diukur menunjukkan bahwa pH tertinggi ditunjukkan dari air sumur lokasi H(100) dengan pH= 7,1 dan terendah ditunjukkan dari air sumur lokasi E(125) dengan pH= 6,62, rata-rata pH dari 10 air sumur yang diukur adalah 6,866. jadi kadar keasaman pH berada dalam batas normal yang ditetapkan pH = 6,5 – 9.
KEASAMAN - pH
pH
7,200 7,100 7,000 6,900 6,800 6,700 6,600 6,500 6,400 6,300 25
50
75
100
125
150
175
200
225
235
Jarak Sumur dari Outlet [m]
Gambar 7. Grafik kadar keasaman pH air sumur Sebagai satu faktor lingkungan ang dapat mempengaruhi pertumbuhan atau kehidupan mikroorganisme dalam air, secara empirik pH yang optimum. Kebanyakan mikroorganisme tumbuh dengan baik pada pH 6,0 – 8,0. pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari penyimpangan standar kualitas air dalam hal pH yakni bahwa pH yang lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan dapat menyebabkan korosi pada pipa-pipa air, dan menyebabkan beberapa
90
senyawa kimia berubah menjadi racun yang mengganggu kesehatan(Totok Sutrisno, 2004:33)
c. Besi (Fe) Dari gambar 8 ditunjukkan hasil pengujian kadar besi (Fe) yang terlarut dalam air sumur, kadar besi (Fe) tertinggi ditunjukkan dari air sumur lokasi D(100)= 0,703 mg/L dan terendah ditunjukkan dari air sumur lokasi A,C,E,G,I, dan J masing-masing kadar Fe terendah = 0.000 mg/L, rata-rata kadar Fe yang terlarur dalam air sumur = 0,0765 mg/L. Jadi kadar Fe dari air sumur masih lebih rendah dari batas baku mutu air bersih yang ditetapkan = 1 mg/L.
KADAR BESI /Iron - Fe Jumlah Besi dalam air [mg/L]
0,800 0,700 0,600 0,500 0,400 0,300 0,200 0,100 0,000 25
50
75
100
125
150
175
200
225
235
Jarak Sumur dari Outlet [m]
Gambar 8. Grafik kadar besi (Fe) air sumur Konsentrasi kadar besi yang terlarut dalam air lebih besar dari 1 mg/L dapat menyebabkan warna air menjadi kemerah-merahan, memberi rasa tidak enak pada minuman. Dapat membentuk endapan pada pipa-pipa logam dan bahan cucian. Dalam jumlah kecil, unsur besi diperlukan tubuh untuk pembentukan sel-
91
sel darah merah, tetapi dalam jumlah besar dapat merusak dinding usus (Sumirat J, 2004: 114)
d. Mangan (Mn) Dari gambar 9 ditunjukkan hasil pengujian kadar mangan (Mn) terlarut dalam air sumur, kadar mangan (Mn) tertinggi ditunjukkan dari air sumur lokasi B(50) = 0,715 mg/L dan kadar mangan (Mn) terendah ditunjukkan dari air sumur lokasi H(200) = 0,043 mg/L, rata-rata kadar mangan (Mn) terlarut adalah = 0,2557 mg/L. Jadi air sumur lokasi B(50) memiliki kadar mangan Mn yang terlarut melebihi batas baku muku air bersih yang ditetapkan = 0,5 mg/L.
KADAR MANGAN (mangan) - Mn kadar Mangan [mg/L]
0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0,0 25
50
75
100
125
150
175
200
225
235
Jarak Sumur dari Outlet [m]
Gambar 9. Grafik kadar mangan (Mn) dalam air sumur Konsentrasi Mn yang lebih besar dari 0,5 mg/L, dapat menyebabkanrasa yang aneh pada minuman dan meninggalkan warna coklat-kecoklatan pada pakaian. Pada kesehatan, Mn dapat juga menyebabkan kerusaan hati (Totok Sutrisno, 2004: 38, Sumirat J, 2004: 114)
92
Hanya air sumur lokasi B(50) mengandung kadar mangan 0,715 mg/L, melebihi baku mutu air bersih. Memperhatikan struktur tanah dan lokasi sumur dalam area penelitian, bahwa sumur lokasi B adalah sumur pantau yang sengaja dibuat untuk penelitian. Lapisan tanah di lokasi sumur tersebut berwarna hitam kecoklatan, berpasir halus, disebelah timur dari sumur dulunya adalah tempat penimbunan material sisa bangunan. Sehingga dimungkinkan bahwa kandungan mangan dalam air sumur di lokasi B tersebut berasal dari endapan terlarutnya sisa-sisa material disekitar sumur tersebut.
e. Cadmium (Cd) Kadar Cadmium (Cd) yang terlarut dalam air sumur pada pengujian kualitas sampel air, tidak terdeteksi adanya kadar Cadmium (Cd) yang terlarut dalam air sumur.
f. Seng (Zn) Dari gambar 10 ditunjukkan hasil pengujian kadar seng (Zn) yang terlarut dalam air sumur, kadar seng (Zn) tertinggi ditunjukkan dari air sumur lokasi B (50) = 0,112 mg/L dan terendah dari air sumur lokasi A (25) dan I (225) = 0,016 mg/L, rata-rata kadar seng (Zn) yang terlarut dalam air sumur adalah= 0,0335 mg/L. Kadar seng yang terlarut dalam air sumur lebih rendah dari batas baku mutu air yang ditetapkan= 15 mg/L.
93
SENG (Zink) - Zn
Kadar Seng [mg/L]
0,120 0,100 0,080 0,060 0,040 0,020 0,000 25
50
75
100
125
150
175
200
225
235
Jarak Sumur dari Outlet [m]
Gambar 10. Grafik kadar seng (Zn) dalam air sumur Unsur seng dalam jumlah kecil penting dan berguna dalam metabolisme, dengan kebutuhan perhari 10 – 15 mg. Karena kekurangan Zn dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak. Dalam jumlah besar unsur ini dapat menimbulkan rasa pahit dan sepat pada air minum. (Totok Sutrisno, 2004: 39).
g. Timah Hitam (Pb) dan Tembaga (Cu) Kadar Timah hitam (Pb) dan Tembaga (Cu) yang terlarut dalam air sumur pada pengujian kualitas sampel air, tidak terdeteksi adanya kadar Pb dan Cu yang terlarut dalam air sumur.
h. Nitrat (NO3-N) Dari gambar 11 ditunjukkan hasil pengujian kadar nitrat (NO3-N) yang terlarut dalam air sumur, kadar nitrat (NO3-N) tertinggi ditunjukkan dari air sumur lokasi D (100) =1,644 mg/L dan kadar nitrat terendah ditunjukkan dari air
94
sumur lokasi B (50) = 0,055 mg/L, rata-rata kadar nitrat yang terlarut dalam air sumur = 0,612 mg/L, kadar nitrat (NO3-N) yang terlarut dalam air sumur lebih rendah dari batas baku mutu air bersih yang ditetapkan= 10 mg/L.
Kadar Nitrat [mg/L]
KADAR NITRAT (Nitrate) - NO3 1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 0,800 0,600 0,400 0,200 0,000 25
50
75
100
125
150
175
200
225
235
Jarak Sumur dari Outlet [m]
Gambar 11. Grafik kadar nitrat (NO3-N) dalam air sumur Sebagaimana halnya pada ammonia, adanya NO3 dalam air adalah berkaitan erat dengan siklus nitrogen dalam alam. Dalam siklus tersebut dapat diketahui bahwa nitrat dapat terjadi baik dari N2 atmosfir maupun dari pupukpupuk (fertillizer)
yang digunakan, dan dari oksidasi NO2- oleh bakteri dari
kelompok nitrobacter. Mengingat lapisan tanah wilayah Surakarta pada umumnya merupakan lapisan alluvial. Tanah alluvial mempunyai parameter mineral dan organisme yang cukup, tanah ini merupakan campuran dari tanah liat dengan pasir halus yang berwarna hitam kelabu, memiliki daya penahan air yang cukup baik dan struktur tanah cukup baik untuk menyerap air hujan. Oleh sebab itu nitrat yang kelebihan dari yang dibutuhkan oleh kehidupan tanaman terbawa oleh air yang merembes melalui tanah. Sebab tanah tidak
95
mempunyai kemampuan untuk menahannya. Hal ini dapat mengakibatkan terdapatnya konsentrasi nitrat yang relatif tinggi pada air tanah.
i. Nitrit (NO2-N) Dari gambar 12 ditunjukkan kadar nitrit (NO2-N) yang terlarut dalam air sumur, kadar nitirt (NO2-N) tertinggi ditunjukkan dari air sumur lokasi D (100) = 0,362 mg/L dan terendah ditunjukkan dari air sumur lokasi C dan G (75, 175) = 0,006 mg/L, rata-rata kadar nitrit yang terlarut dalam air sumur = 0.0514 mg/L, kadar NO2-N yang terlarut dalam air sumur masih lebih rendah dari batas baku mutu air bersih yang ditetapkan= 1 mg/L.
KADAR NITRIT (Nitrite) - NO2
Kadar Nitrit [mg/L]
0,400 0,350 0,300 0,250 0,200 0,150 0,100 0,050 0,000 25
50
75
100
125
150
175
200
225
235
Jarak Sumur dari Outlet [m]
Gambar 12. Grafik kadar nitrit (NO2-N) dalam air sumur Efek terhadap kesehatan manusia yang dapat ditimbulkan oleh kandungan nitrit ini dalam air adalah serupa dengan apa yang diakibatkan oleh nitrat, yaitu dapat menyebabkan terbentuknya methemoglobine, karena reaksi antara nitrit. dengan hemoglobin. Methemoglobine dapat menghambat jalannya oksigen dalam
96
tubuh, dan pada bayi akan menyebabkan kekurangan oksigen, maka mukanya akan tampak membiru, dan karenanya dikenal sebagai penyakit blue babies.
j. Sulfat (SO4) Dari gambar 13 ditunjukkan kadar sulfat (SO4) yang terlarut dalam air sumur, kadar sulfat (SO4) tertinggi ditunjukkan dari air sumur lokasi B (50) = 0,285 mg/L dan terendah ditunjukkan dari air sumur lokasi J (235) = 0,034 mg/L, rata-rata kadar sulfat (SO4) yang terlarut dalam air sumur = 0,1661 mg/L, kadar sulfat (SO4) lebih rendah dari batas baku mutu air bersih yang ditetapkan = 400 mg/L.
KADAR SULFAT (Sulphate) - SO4
Kadar Sulfat [mg/L]
0,300 0,250 0,200 0,150 0,100 0,050 0,000 25
50
75
100
125
150
175
200
225
235
Jarak Sumur dari Outlet [m]
Gambar 13. Grafik kadar sulfat (SO4) dalam air sumur Ion sulfat adalah salah satu anion yang banyak terjadi pada air alam. Ia merupakan sesuatu yang penting dalam penyediaan air unutk umum. Konsentrasi sulfat yang cukup besar dapat berpengaruh dalam pencucian perut. US public health service standard menyatakan satu batas yang tinggi 250 mg/L dalam air yang digunakan untuk konsumsi manusia.
97
Sulfat merupakan suatu bahan yang perlu dipertimbangkan, sebab secara langsung merupakan penanggung jawab dalam dua problem yang serius yang sering dihubungkan dengan penanganan air bekas. Masalah yang terjadi berupa masalah bau dan masalah korosi pada perpipaan yang diakibatkan dari reduksi sulfat menjadi hidrogen sulfide (H2S) dalam kondisi anaerobik. Hidrogen sulfide selanjutnya akan bereaksi dengan oksigen menjadi asam kuat (H2SO4). Asam kuat ini selanjutnya akan dapat bereaksi dengan logam-logam sehingga terjadi apa yang dinamakan proses korosi. Konsentrasi standar menurut Peraturan Menteri Kesehatan untuk SO4 dalam air bersih sebesar 400 mg/L
k. Khlorida (Cl) Dari gambar 14 ditunjukkan kadar khlorida (Cl) yang terlarut dalam air sumur, kadar khlorida (Cl) tertinggi ditunjukkan dari air sumur lokasi E (125) = 35 mg/L dan terendah ditunjukkan dari air sumur lokasi C (75) = 9,88 mg/L, ratarata kadar Khlorida (Cl) yang terlarut dalam air sumur = 17,108 mg/L. Kadar klorida (Cl) yang terlarut dalam air sumur lebih rendah dari batas baku mutu air bersih yang ditetapkan = 600 mg/L. Klorida dalam konsentrasi yang layak adalah tidak berbahaya bagi manusia. US Public Health Service menyatakan bahwa klorida hendaknya dibatasi sampai 250 mg/L dalam air yang digunakan oleh umum. Klorida dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk disinfectan (Totok Sutrisno, 2004:40)
98
KLORIDA (Chloride) - Cl Kadar Klorida [mg/L]
40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 25
50
75
100
125
150
175
200
225
235
Jarak Sumur dari Outlet [m]
Gambar 14. Grafik kadar klorida (Cl) dalam air sumur
l. Kesadahan (CaCO3) Dari gambar 15 ditunjukkan kadar Kesadahan(CaCO3) air sumur, kadar kesadahan (CaCO3) tertinggi ditunjukkan dari air sumur lokasi F (150) = 82,4 mg/L dan kesadahan terendah ditunjukkan dari air sumur lokasi A (25) = 48,4 mg/L, rata-rata kadar kesadahan (CaCO3) air sumur = 65,062 mg/L. Kadar kesadahan(CaCO3) lebih rendah dari batas baku mutu air bersih yang ditetapkan = 500 mg/L. Kesadahan dalam air sebagian besar adalah berasal dari kontaknya dengan tanah dan pembentukan batuan. Pada umumnya air sadah berasal dari daerah dimana lapis tanah atas (topsoil) tebal, dan ada pembentukan batu kapur. Wilayah Surakarta pada umumnya merupakan lapisan alluvial. Tanah alluvial mempunyai parameter mineral dan organisme yang cukup, tanah ini merupakan campuran dari tanah liat dengan pasir halus. Pengaruh langsung terhadap kesehatan akibat
99
penyimpangan dari standard yang ditetapkan tidak ada, tetapi kesadahan dapat menyebabkan sabun pembersih menjadi tidak efektif kerjanya. Sehingga masyarakat tidak suka memanfaatkan penyediaan air bersih tersebut.
kadar Kesadahan Total [mg/L]
KESADAHAN TOTAL -CaCO3 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 25
50
75
100
125
150
175
200
225
235
Jarak Sumur dari Outlet [m]
Gambar 15. Grafik kesadahan total (CaCO3) air sumur m. Kadar TSS, BOD, COD Kadar parameter TSS, BOD, COD, yang terlarut dalam air sumur tidak dilakukan pengujian karena tidak ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PERIX/1990, tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air untuk Air Bersih.
100
3. Analisis Hubungan antara kualitas air limbah bengkel produksi dengan kualitas air tanah dangkal di lingkungan sekitar saluran air limbah Untuk mengetahui keeratan hubungan antara kualitas air limbah yang dibuang dengan kualitas air tanah dangkal dilingkungan sekitar saluran drainase atau saluran sanitasi, dilakukan uji korelasi antara parameter air limbah yang dibuang dengan parameter air tanah dangkal atau air sumur. Sebagai variabel bebas (X) dalam anaisils statistik ini adalah jarak sumur terhadap lubang keluarnya air limbah, dan jumlah kandungan yang terlarut dalam sampel air dari hasil pengujian sebagai variabel terikat (Y). Tabel 8 menunjukkan hasil pengujian kualitas air limbah berdasarkan baku mutu Perda Jateng No. 10 Tahun 2004 dan tabel 9 menunjukkan hasil pengujian air
sumur
berdasarkan baku
mutu
Peraturan
Menteri
Kesehatan No.
416/MENKES/PER/IX/1990. Dari kedua tabel tersebut dipilih beberapa parameter yang sejenis untuk dianalisis keeratan hubungannya.
TDS
pH
Fe
Mn
1
Jarak lubang ke lokasi 1
658
7,02
0,22
2
25
277
6,69
3
50
275
4
75
5
Periode
Parameter air [mg/L] Zn
NO3
NO2
0,01
0
0,05
0,09
0,00
0,23
0,02
0,04
0,04
6,91
0,06
0,72
0,11
0,02
0,02
264
6,75
0,00
0,13
0,04
0,01
0,01
100
402
6,88
0,70
0,29
0,03
0,36
0,36
6
125
358
6,62
0,00
0,27
0,03
0,02
0,02
7
150
277
7,03
0,00
0,44
0,03
0,01
0,01
8
175
256
6,89
0,00
0,13
0,02
0,01
0,01
9
200
236
7,1
0,00
0,04
0,02
0,03
0,03
10
215
241
6,95
0,00
0,11
0,02
0,01
0,01
11
235
242
6,84
0,00
0,19
0,02
0,01
0,01
Tabel 10. Periode Pengambilan Sampel Air
101
Pada tabel 10 tabel ditunjukkan jarak lokasi pengambilan sampel, parameter air limbah dan air sumur untuk dianalisis hubungan korelasinya. Parameter air limbah yang diperkirakan ada hubungan antara kualitas air tanah dangkal atau air sumur adalah TDS, pH, Fe, Mn, Zn, NO3, dan NO2. dengan periode pengulangan pada jarak: 1, 25, 50, 75, 100, 125, 150, 175, 200, 215, dan 235 m Pada pembahasan berikut ini adalah interpretasi dari hasil analisis korelasi antara jarak outlet sampai lokasi pengambilan sampel air sumur dengan masingmasing parameter air :
a. Hubungan antara jarak lubang keluaran air limbah dengan kadar TDS Dari hasil uji korelasi antara jarak keluaran air limbah dengan kadar TDS, dari lampiran 11 diperoleh angka koefisien korelasi r untuk TDS (0,606) ini menunjukkan hubungan yang kuat, hasil r (-) menunjukkan bahwa semakin jauh jarak dari sumur ke outlet, maka kadar TDS semakin kecil. Pada taraf signifikan 5%, nilai Sig (2-tailed) adalah 0,048, nilai ini lebih kecil dari α (0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara jarak sumur dari lubang pembuangan air limbah dengan kadar TDS air tanah dangkal di sekitar saluran pembuangan Dari hasil uji regresi antara jarak outlet air limbah dengan kadar TDS air sumur dari lampiran 11 diperoleh nilai thitung (7,234) lebih besar
102
daripada nilai ttabel (2,262) berarti tolak Ho, ada hubungan jarak sumur dari outlet air limbah terhadap kadar TDS yang larut dalam air sumur. Dari perhitungan diperoleh nilai R2 untuk TDS (0,367), berarti kadar TDS air sumur di sekitar saluran air limbah 36,7 % ditentukan oleh jarak antara sumur dengan lubang pembuangan air limbah (outlet), nilai B constant (433,496) dan nilai B jarak sumur (-0,949), sehingga grafik persamaan regresi linear sederhana: Y= 433,496 – 0,949X. ditunjukkan pada gambar 16.
Observed
700.00
Kadar TDS [mg/L
Linear 600.00
500.00
400.00
300.00
200.00 0.00
50.00 100.00 150.00 200.00 250.00
Jarak Sumur [m]
Gambar 16 : Grafik regresi TDS dalam Air Sumur Dengan
memperhatikan
persamaan
regresi
sederhana
dapat
diinterpretasikan bahwa setiap penambahan jarak sumur 1 m kadar TDS akan mengalami penurunan 0,949 mg/L, atau semakin jauh jarak sumur
103
dari lubang pembuangan air limbah, maka jumlah kadar TDS yang terlarut dalam air sumur semakin rendah.
b. Hubungan antara jarak lubang keluaran air limbah dengan angka keasaman pH Dari hasil uji korelasi antara jarak outlet air limbah dengan angka keasaman pH air sumur dari lampiran 11 diperoleh r untuk pH(0,243) ini menunjukkan hubungan yang lemah. Pada taraf signifikan 5%, nilai Sig (2-tailed) adalah 0,471, nilai ini lebih besar dari α (0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jarak sumur dengan angka keasaman (pH) air sumur di sekitar saluran pembuangan c. Hubungan antara jarak lubang keluaran air limbah dengan kadar Fe Dari hasil uji korelasi antara jarak outlet air limbah dengan kadar Fe (besi) yang terlarut dalam air sumur dari lampiran 11 diperoleh r untuk Fe(-0,278) ini menunjukkan hubungan yang lemah, hasil r (-) menunjukkan bahwa semakin jauh jarak dari sumur ke outlet, maka kadar Fe semakin kecil. Pada taraf signifikan 5%, nilai Sig (2-tailed) adalah 0,407, nilai ini lebih besar dari α (0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jarak sumur dengan kadar Fe air sumur di sekitar saluran pembuangan
104
d. Hubungan antara jarak lubang keluaran air limbah dengan kadar Mn Dari hasil uji korelasi antara jarak outlet air limbah dengan kadar Mn air sumur dari lampiran 11 diperoleh r untuk Mn (-0,218) ini menunjukkan hubungan yang lemah, hasil r (-) menunjukkan bahwa semakin jauh jarak dari sumur ke outlet, maka kadar Mn semakin kecil. Pada taraf signifikan 5%, nilai Sig (2-tailed) adalah 0,519, nilai ini lebih besar dari α (0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jarak sumur dengan kadar Mn air sumur di sekitar saluran pembuangan
e. Hubungan antara jarak lubang keluaran air limbah dengan kadar Zn Dari hasil uji korelasi antara jarak outlet air limbah dengan kadar Zn air sumur dari lampiran 11 diperoleh nilai r (-0,225) ini menunjukkan hubungan yang lemah, hasil r (-) menunjukkan bahwa semakin jauh jarak dari sumur ke outlet, maka kadar Zn semakin kecil. Pada taraf signifikan 5%, nilai Sig (2-tailed) adalah 0,507, nilai ini lebih besar dari α (0,05) yang berarti tidak ada hubunganyang bermakna antara jarak sumur dengan kadar Zn air sumur di sekitar saluran pembuangan. f. Hubungan antara jarak lubang keluaran air limbah dengan kadar NO3 Dari hasil uji korelasi antara jarak outlet air limbah dengan kadar NO3 air sumur dari lampiran 11 diperoleh nilai r (-0,183) ini menunjukkan hubungan yang sangat lemah, hasil r(-) menunjukkan bahwa semakin jauh
105
jarak dari sumur ke lubang outlet, maka kadar NO3 semakin kecil. Pada taraf signifikan 5%, nilai Sig (2-tailed) adalah 0,591, nilai ini lebih besar dari α (0,05) yang berarti tidak ada hubunganyang bermakna antara jarak sumur dengan kadar NO3 air sumur di sekitar saluran pembuangan
g. Hubungan antara jarak lubang keluaran air limbah dengan kadar NO2 Dari hasil uji korelasi antara jarak outlet air limbah dengan kadar NO2air sumur dari lampiran 11 diperoleh r untuk NO2 (-0,241) ini menunjukkan hubungan yang lemah, hasil r(-) menunjukkan bahwa semakin jauh jarak dari sumur ke outlet, maka kadar NO2 semakin kecil. Pada taraf signifikan 5%, nilai Sig (2-tailed) adalah 0,476, nilai ini lebih besar dari α (0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jarak sumur dengan kadar NO2 air sumur.
106
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian air limbah dari bengkel produksi ATMI Surakarta dibandingkan dengan baku mutu air limbah yang ditetapkan dalam Perda Jateng No. 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah untuk Kegiatan Industri dan Kegiatan Usaha Lainnya yang Belum Ada Baku Mutunya. Dan pengujian air sumur atau air tanah dangkal dibandingkan dengan baku mutu air bersih yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air untuk Air Bersih, menunjukkan bahwa: a. Kualitas air limbah dengan pengujian secara fisika dengan parameter TDS, TSS dan Temperatur masing-masing tidak melebihi baku mutu air limbah yang ditetapkan. Hasil pengujian secara kimia dengan parameter pH, logam berat, COD dan BOD, masing-masing tidak melebihi baku mutu air limbah yang ditetapkan, tetapi jumlah kadar ammonia (NH3) yang terlarut dalam air limbah 7,387 mg/L, diatas baku mutu golongan I= 1 mg/L dan golongan II= 5 mg/L. Sehingga tidak memenuhi baku mutu yang ditetapkan, hal yang sama juga ditunjukkan dari hasil pengujian air selokan bahwa ammonia (NH3) yang terlarut dalam badan air selokan sejumlah 6,448 mg/L, juga tidak memenuhi baku mutu yang ditetapkan.
107
b. Kualitas air sumur dengan pengujian secara fisika dengan parameter temperatur dan TDS untuk semua air sumur yang diuji tidak diketemukan parameter yang melebihi batas baku mutu air bersih yang ditetapkan. c. Dari hasil pengujian secara kimia dengan parameter pH, logam berat, nitrat, nitrit dan kesadahan menunjukan bahwa kadar mangan (Mn) tertinggi ditunjukkan dari air sumur lokasi B(50) = 0,715 mg/L lebih tinggi dari batas baku mutu air bersih yang ditetapkan = 0,5 mg/L. 2. Dari hasil analisis data diperoleh hasil: a. Hasil uji korelasi, hanya parameter TDS diperoleh angka koefisien korelasi r untuk TDS (-0,606) ini menunjukkan hubungan yang kuat, Pada taraf signifikan 5%, nilai Sig (1-tailed) adalah 0,24, nilai ini lebih besar dari α (0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jarak sumur dengan kadar TDS air sumur di sekitar saluran pembuangan. Dari hasil uji regresi antara jarak outlet air limbah dengan kadar TDS air sumur diperoleh nilai thitung (7,234) lebih besar daripada nilai ttabel (2,262) berarti tolak Ho, berarti berdasarkan parameter TDS ada hubungan kualitas antara air limbah dengan air sumur. b. Hasil uji korelasi parameter pH, Fe, Mn, Zn, NO3, dan NO2.dengan jarak lubang pembuangan diperoleh nilai koefisien korelasi (0,243), (-0,278), (0,218) (-0,225) (-0,183) (-0,241). Hasil tersebut menunjukkan hubungan yang lemah. Pada taraf signifikansi 5%, nilai Sig (1-tailed) (0,236), (0,203), (0,259), (0,253), (0,295), dan (0,238) masing-masing lebih besar
108
dari α=0,05, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kualitas air limbah dengan air sumur di ATMI dan lingkungan sekitarnya. c. Kadar mangan (Mn) tertinggi ditunjukkan dari air sumur lokasi B(50) = 0,715 mg/L, lebih tinggi dari batas baku mutu air bersih yang ditetapkan 0,5 mg/L. Dari hasil uji korelasi antara jarak outlet air limbah dengan kadar Mn air sumur diperoleh r untuk Mn (-0,218) ini menunjukkan hubungan yang lemah. Pada taraf signifikan 5%, nilai Sig (1-tailed) adalah 0,259, nilai ini lebih besar dari α (0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jarak sumur dengan kadar Mn air sumur di sekitar saluran pembuangan. Sumur pantau lokasi B memiliki lingkungan tanah berwarna hitam kecoklatan sampai kedalaman 4 meter. Sehingga besar kemungkinan peningkatan kadar mangan dalam air sumur lokasi B bukan karena pengaruh air limbah, melainkan endapan dari tanah yang larut dalam air sumur pada saat pengambilan sampel. B. Implikasi Dengan memperhatikan pembahasan dan kesimpulan penelitian yang telah dilakukan, sebagai implikasi hasil penelitian ini adalah: 1. Keberadaan sumur di lokasi B tidak layak untuk air baku air bersih karena kadar mangan yang terlarut dalam air sumur melebihi batas baku mutu air bersih. Sumur di lokasi D memiliki jumlah kadar pencemar lebih tinggi dibandingkan dengan air sumur yang lainnya dan airnya berwarna keruh, sehingga tidak layak sebagai air baku untuk air bersih
109
2. Dan karena hasil pengujian tidak dapat mendeteksi kandungan logam berat yang lainnya seperti Cu, Cr, Cd dan Pb, maka selanjutnya perlu diadakan penelitian dan pengujian ulang untuk mendapatkan jumlah kadar logam berat yang terlarut dalam air lebih lengkap.
C. Saran Saran yang dapat disampaikan dari kesimpulan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk ATMI dalam hal ini sebagai lembaga yang memiliki unit industri yang menghasilkan air limbah. a. Perlu adanya peningkatan pengolahan air limbah pada proses pretreatment pada unit produksi pekerjaan plat dan las sehingga air limbah yang dibuang tidak melampaui baku mutu yang ditetapkan Perda Jateng No. 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah untuk Kegiatan Industri dan Kegiatan Usaha Lainnya yang Belum Ada Baku Mutunya. b. Perlu upaya untuk mengurangi kadar ammonia (NH3) yang masih terlarut dalam air limbah. Salah satunya di dalam kolam air limbah diberi Aerasi dengan cara dispraykan ke udara atau dibikin jerap2 sehingga kontak dengan udara lebih cepat. (karena ammonia ini sifatnya volatil/mudah menguap diharapkan dengan cara ini juga ammonia akan cepat menguap. Dapat juga dilakukan air limbah diproses secara kimia yaitu penambahan koagulan dan flokulan sehingga ammonia dalam air
110
limbah dapat dibuat endapan yang tidak larut dalam air, dan endapannya dapat dipisahkan dengan air. c. Perlu ada penelitian yang serupa ditempat penelitian yang sudah dilakukan untuk parameter kualitas air yang lain yang belum terdeteksi pada penelitian ini. 2. Untuk Masyarakat disekitar ATMI yang memanfaatkan air sumur dangkal untuk kebutuhan sehari-hari: a. Perlu dijaga tingkat kebersihan air sumur yang digunakan sesuai dengan upaya pelestarian sumber daya air. Hal ini untuk mewaspadai kemungkinan adanya pencemaran dari lingkungan disekitarnya. b. Perlunya kesadaran menggunakan air bersih dari sumur dimasak terlebih dahulu sebelum dkonsumsi sebagai air minum. c. Perlunya pengadaan air bersih yang memenuhi baku mutu air minum baik dari PDAM maupun teknologi pengolahan air bersih.
111 DAFTAR PUSTAKA Ating Sumantri, Ali Muhidin Sambas, 2006. Aplikasi Statistik Dalam Penelitian. CV Pusaka Setia. ATSDR, 2004. Agency for Toxic Substances & Diseas Registry. Atlanta. Benny Chatib, et all, 1985. Sanitasi Lingkungan. LAPI-ITB. Chafid Fandelli, 1993. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan, Kursus Dasar – dasar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, PPLH UGM-BAPEDAL; Yogyakarta Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Universitas Indonesia. Jakarta. EPA Project summary, 1993). Hariwijaya,M., Triton P.B., 2007. Teknik Penulisan Skripsi & Tesis. Yogyakarta: Oryza. Haryoto Kusnoputranto, 1985. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: UI-Press Koesnadi Hardjasoemantri, 2005. Hukum Tata Lingkungan. Gajah Mada University Press. Kus Sri Murtani, 2001. Tesis: Pengaruh Parameter BOD, COD, pH, Fenol dan Bakteri Coli Pada Air Sungai Terhadap Kualitas Air Sumur Di Sekitar Aliran Sungai Premulung Kota Surakarta. Surakarta: Univertas Sebelas Maret. Lilis Prihastini, 2006. Tesis: Dampak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Winongo Terhadap Kualitas Lingkungan Hidup. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Mackenzie L. Davis, David A. Cornwell, 1991, Introduction to environmental engineering /. McGraw-Hill, Inc. Mahida, UN. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: CV Rajawali Makarim, 1981, Pengendalian dan Pencemaran pada Insutri Kimia. Bandung, Balai Besar Sellulosa PT Pupuk Kujang. Metcalf and Eddy, 1979, “ Wastewater Engineering treatment Disposal Reuse”, McGraw-Hill Publishing company, New Delhi. Prabang Setyono, 2008, Cakrawala Memahami Lingkungan, Sebelas Maret University Press Robert J. Kodoatie; Roestam Syarief, 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Andi Yogyakarta.
112 Setiyono, Teknologi Pengolahan Limbah Industri Perbengkelan. BPPT Lingkungan. Soekidjo Notoatmodjo, 1993, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta Sudharto P.hadi, 2005, Aspek Sosial Amdal. Gajah Mada University Press. Sugiharto, 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Edisi 1. Jakarta: UI -Press Sugiyanto, 2002. Buku Penulisan Usulan Penelitian dan Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Sujono Alamsyah, 2006. Alat penjernih Air untuk Rumah Tangga, Jakarta: Kawan Pustaka Sunardi. 2004. Tesis: Dampak Kualitas Limbah Cair Industri Terhadap Kualitas Air Sumur di Desa Buran Kecamatan Tasikmadu. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Siregar, Sakti A. 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Surbakty, 1986. Air Minum sehat. Surakarta: Mutiara Suripin, 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi Offset Sumirat, J. 2004. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: UGM University Press. Tchobanoglous, George and Frank Kreith, co-editor. 2002. Handbook of Solid Waste Management. 2nd edition. McGraw-Hill Triton PB, 2006. SPSS 13.0 Terapan: Riset Statistik Parametrik. Andi Offset Wisnu Arya,1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset
113
Peraturan Perundang-undangan Undang Undang RI No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang Undang RI No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/90 tentang Syarat-syarat Pengawasan Kualitas Air Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah.
L1 - 114
PETA KELURAHAN KARANGASEM
Gambar 17 : Peta kelurahan karangasem dalam bentuk timbul
Sumber : Kelurahan Karangasem
L2 –115
Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin Tahun 1990 - 2007 Tahun
Jenis Kelamin
Jumlah
Rasio Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
1
2
3
4
5
1990
242.071
261.756
503.827
92,48%
1995
249.084
267.510
516.594
93,11%
2000
238.158
252.056
490.214
94,49%
2003
242.591
254.643
497.234
95,27%
2004
249.278
261.433
510.711
95,35%
2005
250.868
283.672
534.540
88,44%
2006
254.259
258.639
512.898
98,31%
2007 246.132 269.240 515.372 91,42% Sumber : BPS Kota Surakarta (diambil dari Susenas 2007) Surakarta Dalam Angka 2007 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2007
Kecamatan
Luas Wilayah [km2]
1
Jumlah Penduduk
Rasio Kepadatan Jenis Penduduk Kelamin
Lakilaki
Perempuan
Jumlah
2
3
4
5
6
7
Laweyan
8,64
53.902
55.545
109.447
97,04%
12.667
Serengan
3,19
31.169
32.260
63.429
96,62%
19.884
Pasar Kliwon
4,82
42.896
44.612
87.508
96,15%
18.155
Jebres
12,58
70.659
72.630
143.289
97,29%
11.390
Banjarsari
14,81
79.809
81.438
161.247
98,00%
10.888
Jumlah
44,04
278.435
286.485
564.920
Sumber : Monografi Kelurahan (BPS Surakarta, Surakarta Dalam Angka 2007
L2 –116
Penduduk Kota Surakarta Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2007 Tahun
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
0-4
19.080
17.384
36.464
5-9
19.716
20.776
40.492
10 - 14
22.260
21.836
44.096
15 - 19
21.412
25.016
46.428
20 - 24
24.380
24.592
48.972
25 - 29
19.928
22.048
41.976
30 - 34
23.956
18.868
42.824
35 - 39
17.172
21.836
39.008
40 - 44
16.536
21.412
37.948
45 - 49
19.928
20.988
40.916
50 - 54
15.264
13.780
29.044
55 - 59
8.692
10.388
19.080
60 - 64
4.028
9.752
13.780
65 +
13.780
20.564
34.344
JUMLAH 246.132 269.240 515.372 Sumber : BPS Kota Surakarta (diolah dari hasil Susenas 2007) Surakarta Dalam Angka Tahun 2007
MONOGRAFI DINAMIS KELURAHAN KARANGASEM BULAN : JANUARI 2008 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kel. Umur 0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 39 40 - 49 50 - 59 60 Jumlah
Laki-laki Perempuan 293 280 282 294 293 310 252 279 262 320 467 432 871 863 740 722 544 611 645 678 4,649 4,789
Mata Pencaharian bagi umur 10 th keatas Petrani sendiri Buruh Tani Nelayan Pengusaha Buruh Industri Baruh Bangunan Pedagang Pengangkutan PNS/ABRI Pensiunan Lain-lain Jumlah
Sumber : Monografi Dinamis Kelurahan Karangasem
Jumlah 573 576 603 531 582 899 1,734 1,462 1,155 1,323 9,438
36 25 55 1,892 1,073 459 93 758 703 2,295 7,389
No. 1 2 3 4 5 6 7
Penduduk menurut pendidikan Tamat Akademi/PT Tamat SLTA Tamat SLP Tamat SD Tidak Tamat SD Belum Tamat SD Tidak Sekolah Jumlah
1386 1999 1232 1010 1027 1097 1110 8861
No. 1 2 3 4 5
Banyaknya Pemeluk Agama Islam Kristen Katolik Kristen Protestan Budha Hindu Jumlah
7738 789 870 30 11 9438
Jumlah Kepala Keluarga (KK)
1980
L3- 117
MONOGRAFI DINAMIS KELURAHAN KARANGASEM BULAN : FEBRUARI 2008 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kel. Umur 0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 39 40 - 49 50 - 59 60 Jumlah
Laki-laki Perempuan 293 280 282 294 293 310 252 279 262 320 469 434 871 867 740 726 544 611 645 678 4,651 4,799
Mata Pencaharian bagi umur 10 th keatas Petrani sendiri Buruh Tani Nelayan Pengusaha Buruh Industri Baruh Bangunan Pedagang Pengangkutan PNS/ABRI Pensiunan Lain-lain Jumlah
Sumber : Monografi Dinamis Kelurahan Karangasem
Jumlah 573 576 603 531 582 903 1,738 1,466 1,155 1,323 9,450
36 25 56 1,892 1,077 464 94 759 703 2,295 7,401
No. 1 2 3 4 5 6 7
Penduduk menurut pendidikan Tamat Akademi/PT Tamat SLTA Tamat SLP Tamat SD Tidak Tamat SD Belum Tamat SD Tidak Sekolah Jumlah
1388 1999 1237 1015 1027 1097 1110 8873
No. 1 2 3 4 5
Banyaknya Pemeluk Agama Islam Kristen Katolik Kristen Protestan Budha Hindu Jumlah
7747 792 870 30 11 9450
Jumlah Kepala Keluarga (KK)
1984
L3- 118
MONOGRAFI DINAMIS KELURAHAN KARANGASEM BULAN : MARET 2008 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kel. Umur 0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 39 40 - 49 50 - 59 60 Jumlah
Laki-laki Perempuan 293 280 282 294 293 310 252 279 262 320 471 436 871 867 741 727 544 611 645 678 4,654 4,802
Mata Pencaharian bagi umur 10 th keatas Petrani sendiri Buruh Tani Nelayan Pengusaha Buruh Industri Baruh Bangunan Pedagang Pengangkutan PNS/ABRI Pensiunan Jumlah
Jumlah 573 576 603 531 582 907 1,738 1,468 1,155 1,323 9,456
36 25 56 1,892 1,080 466 95 759 703 5,112
No. 1 2 3 4 5 6 7
Penduduk menurut pendidikan Tamat Akademi/PT Tamat SLTA Tamat SLP Tamat SD Tidak Tamat SD Belum Tamat SD Tidak Sekolah Jumlah
1590 1999 1241 1015 1027 1097 1110 9079
No. 1 2 3 4 5
Banyaknya Pemeluk Agama Islam Kristen Katolik Kristen Protestan Budha Hindu Jumlah
7753 792 870 30 11 9456
Jumlah Kepala Keluarga (KK)
1985
L3- 119 Sumber : Monografi Dinamis Kelurahan Karangasem
MONOGRAFI DINAMIS KELURAHAN KARANGASEM BULAN : APRIL 2008 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kel. Umur 0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 39 40 - 49 50 - 59 60 Jumlah
Laki-laki Perempuan 293 280 282 294 293 310 252 279 262 320 474 439 873 869 741 727 544 611 645 678 4,659 4,807
Mata Pencaharian bagi umur 10 th keatas Petrani sendiri Buruh Tani Nelayan Pengusaha Buruh Industri Baruh Bangunan Pedagang Pengangkutan PNS/ABRI Pensiunan Jumlah
Jumlah 573 576 603 531 582 913 1,742 1,468 1,155 1,323 9,466
36 25 56 1,892 1,085 469 97 759 703 5,122
No. 1 2 3 4 5 6 7
Penduduk menurut pendidikan Tamat Akademi/PT Tamat SLTA Tamat SLP Tamat SD Tidak Tamat SD Belum Tamat SD Tidak Sekolah Jumlah
1592 1999 1248 1016 1027 1097 1110 9089
No. 1 2 3 4 5
Banyaknya Pemeluk Agama Islam Kristen Katolik Kristen Protestan Budha Hindu Jumlah
7754 792 873 30 17 9466
Jumlah Kepala Keluarga (KK)
1988
L3- 120 Sumber : Monografi Dinamis Kelurahan Karangasem
MONOGRAFI DINAMIS KELURAHAN KARANGASEM BULAN : MEI 2008 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kel. Umur 0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 39 40 - 49 50 - 59 60 Jumlah
Laki-laki Perp. 293 280 282 294 293 310 252 279 262 320 478 443 878 879 741 729 544 611 645 678 4,668 4,823
Mata Pencaharian bagi umur 10 th keatas Petrani sendiri Buruh Tani Nelayan Pengusaha Buruh Industri Baruh Bangunan Pedagang Pengangkutan PNS/ABRI Pensiunan Jumlah
Jumlah 573 576 603 531 582 921 1,757 1,470 1,155 1,323 9,491
36 25 58 1,892 1,091 471 102 761 703 5,139
No. 1 2 3 4 5 6 7
Penduduk menurut pendidikan Tamat Akademi/PT Tamat SLTA Tamat SLP Tamat SD Tidak Tamat SD Belum Tamat SD Tidak Sekolah Jumlah
1596 2009 1252 1018 1027 1097 1110 9109
No. 1 2 3 4 5
Banyaknya Pemeluk Agama Islam Kristen Katolik Kristen Protestan Budha Hindu Jumlah
7774 792 873 30 17 9486
Jumlah Kepala Keluarga (KK)
1994
L3- 121 Sumber : Monografi Dinamis Kelurahan Karangasem
MONOGRAFI DINAMIS KELURAHAN KARANGASEM BULAN : JUNI 2008 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kel. Umur 0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 39 40 - 49 50 - 59 60 Jumlah
Laki-laki Perempuan 293 280 282 294 293 310 252 279 262 320 483 443 883 884 744 732 544 612 645 678 4,681 4,832
Mata Pencaharian bagi umur 10 th keatas Petani sendiri Buruh Tani Nelayan Pengusaha Buruh Industri Baruh Bangunan Pedagang Pengangkutan PNS/ABRI Pensiunan Jumlah
Jumlah 573 576 603 531 582 926 1,767 1,476 1,156 1,323 9,513
36 25 60 1,892 1,108 476 104 762 703 5,166
No. 1 2 3 4 5 6 7
Penduduk menurut pendidikan Tamat Akademi/PT Tamat SLTA Tamat SLP Tamat SD Tidak Tamat SD Belum Tamat SD Tidak Sekolah Jumlah
1604 2021 1259 1018 1027 1097 1110 9136
No. 1 2 3 4 5
Banyaknya Pemeluk Agama Islam Kristen Katolik Kristen Protestan Budha Hindu Jumlah
7798 793 875 30 17 9513
Jumlah Kepala Keluarga (KK)
2001
L3- 122 Sumber : Monografi Dinamis Kelurahan Karangasem
GRAFIK PERTUMBUHAN PENDUDUK KELURAHAN KARANGASEM BULAN : JANUARI - JUNI 2008 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni
Laki-laki Perempuan 4,649 4,789 4,651 4,799 4,654 4,802 4,659 4,807 4,668 4,823 4,681 4,832
Jumlah 9,438 9,450 9,456 9,466 9,491 9,513
KK 1,980 1,984 1,985 1,988 1,994 2,001
JUMLAH PENDUDUK
GRAFIK PERTUMBUHAN PENDUDUK KELURAHAN KARANGASEM TAHUN 2008 10,000 8,000
Laki-laki Perempuan Jumlah KK
6,000 4,000 2,000 Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
BULAN Gambar 14 : Grafik Pertumbuhan Penduduk Kelurahan Karangasem Tahun 2008 L3- 123 Sumber : Monografi Dinamis Kelurahan Karangasem
Sumber : Monografi Dinamis Kelurahan Karangasem
Sumber : Monografi Dinamis Kelurahan Karangasem
L4 - 124
Gambar 24. Peta Lokasi Pengambilan Sampel Air Limbah dan Air Sumur
L4 - 125
Pipa PVC 1,25” panjang 4 m, dilubang dengan diameter 5 mm keliling pipa sepanjang 2 m untuk saringan air, jarak lubang dari salah satu ujung pipa 1,5 m
Proses pembuatan sumur pantau
Pemasangan Pipa PVC
Gamber 25 : Proses Pembuatan Sumur Pantau
L4 - 126
Lapisan tanah pada kedalaman 1 meter
Lapisan tanah pada kedalaman 2 – 3 meter, mulai ada air tanah
Gamber 26 : Warna lapisan tanah sampai dengan kedalaman 3 Meter
L4 - 127
Lapisan tanah pada kedalaman 3 – 4 meter, ada perubahan warna tanah
Lapisan tanah pada kedalaman 4 meter dan lebih, berpasir halus
Gamber 27 : Warna lapisan tanah sampai dengan kedalaman 4 meter
420 cm
25 mm
150 cm
Pipa air 1,25"
99,5
Tanah keras (padas), Kerikil, Pasir 200 cm
50 cm
500 cm
25 mm
150 cm
300 cm
99,5
Tanah lempung/Clay
400 cm 200 cm (berlubang)
5 mm
250 cm
Tanah lempung/Clay
400 cm 200 cm (berlubang) Pipa air 1,25"
Tanah keras (padas), Kerikil, Pasir 170 cm
50 cm
L4 - 128
SUMUR PANTAU "A" 750 cm
SALURAN AIR LIMBAH
Gambar 28: Penampang Sumur Pantau A
SUMUR PANTAU "B" 200 cm
SALURAN AIR LIMBAH
5 mm
Gamabar 29: Penampang Sumur Pantau B
Tanah keras (padas), Kerikil, Pasir 250 cm
50 cm
150 cm
Pipa air 1,25"
250 cm
99,5
450 cm
25 mm
150 cm
5 mm
250 cm
99,5
Tanah lempung/Clay
400 cm 200 cm (berlubang)
Tanah keras (padas), Kerikil, Pasir 200 cm
50 cm Pipa air 1,25"
500 cm
25 mm
Tanah lempung/Clay
400 cm 200 cm (berlubang)
L4 - 129
SUMUR PANTAU "C" 200 cm
SUMUR PANTAU "E"
SALURAN AIR LIMBAH
5 mm
Gambar 30 : Penampang Sumur pantau C
300
SALURAN AIR IRIGASI / SELOKAN
Gambar 31 : Penampang Sumur Pantau E
Pipa air 1,25"
Tanah lempung/Clay 110 cm
5 mm
300
99,5 137,9
250 cm
Tanah lempung/Clay
150 cm
SUMUR PANTAU "F"
99,5
50 cm 500 cm
Tanah padas
200 cm
25 mm
400 cm 200 cm (berlubang)
Kerikil, Pasir
50 cm
5 mm
140 cm 50 cm 300 cm Tanah keras berpasir
Pasir
100 cm Pipa air 1,25"
Tanah Keras (padas)
25 mm
200 cm (berlubang)
L4 - 130
300 cm
SALURAN AIR IRIGASI / SELOKAN
200
Gambar 32 : Penampang Sumur Pantau F
SUMUR PANTAU "H"
SALURAN AIR IRIGASI / SELOKAN
Gambar 33: Penampang Sumur Pantau H
L5 - 130
Alat ukur kadar keasaman (pH-Meter)
Thermometer
Jam dan penunjuk temperatur lingkungan Ganbar 24: Peralatan yang digunakan untuk pengukuran di lapangan
L5 - 131
Pengukuran dari Sumur Pantau A
Pengukuran dari Sumur Pantau G Ganbar 25: Pengukuran pH, Temperatur air, Temperatur lingkungan
L5 - 132
SAMPAI HAL 131 SAJA
L5 - 133
Data pengukuran lapangan dari Sumur Pantau C
Data pengukuran lapangan dari Sumur Pantau G
L5 - 134
Sumur G, dipergunakan untuk Gedung Teori
Sumur Pantau H, permukaan tanah -75 cm dari permukaan tanah sumur A
L5 - 135
TABEL DATA PRIMER SAMPEL PENGUKURAN DI LAPANGAN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Temperatur [oC]
Lokasi Pengambilan Sampel
Lingkungan
Air
Sumur Pantau A Sumur Pantau B Sumur Pantau C Sumur D Sumur Pantau E Sumur Pantau F Sumur G Sumur Pantau H Sumur Warung Utara Sumur Warung selatan Air limbah Iron Phosphat Air limbah bilasan Air Selokan
29,2 29,2 30,2 30,2 30,2 30,2 29,2 31,0 31,0 31,1 32,5 31,5 31,1
27,4 27,7 26,8 26,6 26,2 25,6 26,5 27,4 27,1 27,4 45,2 26,5 25,2
pH 5,9 6,4 6,4 6,3 6,1 6,4 6,4 6,7 6,0 6,1 5,1 6,1 7,0
Kedalaman sumur dari muka tanah[m] 5,0 4,2 4,2 6,0 4,2 4,0 13,0 3,75 12 12
Kedalaman muka Air [cm] 129 123 125 136 160 179 187 176
Jarak dari Outlet [m] 25 50 75 100 125 150 175 200 225 235
Jarak dari saluran [m] 7,5 2,2 2,2 0,5 3,5 3,5 8,3 3,2 10,5 16,5
0,95 0,95
0 175
0
Data Pengambilan Sampel dilaksanakan pada hari Jumat 13 Juni 2008 di ATMI Surakarta Waktu Pengambilan Sampel jam 09.00 – 11.00 L. Sumadi / A 130906007 Mhs. S2 Ilmu Lingkungan UNS
L7 - 144
PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR : 10 TAHUN 2004 TANGGAL : 30 JULI 2004 BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN INDUSTRI DAN KEGIATAN USAHA LAINNYA YANG BELUM ADA BAKU MUTUNYA NO
PARAMETER
SATUAN
GOLONGAN BAKU MUTU AIR LIMBAH I II
FISIKA 1
Temperatur
2 3
o
C
38
38
TDS
mg/L
2000
4000
TSS
mg/L
100
200
KIMIA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
pH Besi terlarut (Fe) Mangan terlarut (Mn) Barium (Ba) Tembaga (Cu) Seng (Zn) Khrom heksavalen (Cr+) Khrom total (Cr) Kadmium (Cd) Air Raksa (Hg) Timbal (Pb) Timah (Sn) Arsen (As) Selenium (Se) Nikel (Ni) Kobalt (Co) Sianida (CN) Sulfida (H2S) Flourida (F) Klorin bebas (Cl) Amoniak bebas (NH3-N) Nitrat (NO3-N) Nitrit (NO2-N) BOD COD
6,0 – 9,0 mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
5 2 2 2 5 0,1 0,5 0,05 0,002 0,1 2 0,1 0,05 0,2 0,4 0,05 0,05 2 1 1 20 1 50 100
10 5 3 3 10 0,5 1 0,1 0,005 1 3 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,1 3 2 5 30 3 100 250
L8 - 145
PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 416/MENKES/PER/IX/1990 TANGGAL 3 SEPTEMBER 1990 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM No
Parameter
Satuan
Kadar Maksimum Yang Diperbolehkan
A. FISIKA 1
Bau
Tidak berbau
2
Rasa
Tidak berasa
3
Warna
4
Temperatur
5
TDS
6
Kekeruhan
Skala TCU o
C
mg/L Skala NTU
15 Suhu Udara ± 3 1000 5
B. KIMIA a. KIMIA ANORGANIK 1
Air Raksa (Hg)
mg/L
0,001
2
Aluminium
mg/L
0,2
3
Arsen (As)
mg/L
0,05
4
Barium (Ba)
mg/L
1,0
5
Besi (Fe)
mg/L
0,3
Flourida (F)
mg/L
1,5
Kadmium (Cd)
mg/L
0,005
Kesadahan (CaCO3)
mg/L
500
Klorida (Cl)
mg/L
250
6 7 8 9 10
Khrom heksavalen (Cr )
mg/L
0,05
11
Mangan terlarut (Mn)
mg/L
0,1
12
Natrium (Na)
mg/L
200
13
Nitrat (NO3-N)
mg/L
10
14
Nitrit (NO2-N)
mg/L
1,0
Perak (Ag)
mg/L
0,05
pH
mg/L
6,5 – 9,0
Selenium (Se)
mg/L
0,01
18
Seng (Zn)
mg/L
5
19
Sianida (CN)
mg/L
0,1
20
Sulfat (SO4)
mg/L
400
21
Sulfida (H2S)
mg/L
0,05
22
Tembaga (Cu)
mg/L
1,0
15 16 17
+
L8 - 146
23
Timbal (Pb)
mg/L
0,05
b. KIMIA ORGANIK 1
Aldrin dan Dieldrin
mg/L
0,0007
2
Benzene
mg/L
0,01
3
Benzo (a) pirene
0,00001
4
Chlordane (total isomer)
mg/L mg/L
5
Chlorofom
mg/L
0,03
6
2,4 -D
mg/L
0,10
DDT
mg/L
0,03
Deterjen
mg/L
0,5
1,2 Dichloroethane
mg/L
0,01 0,0003
12
1,1 Dichloroethane Hepthachlor dan Hepthachlor epoxide Hexachlorobenzene
mg/L
mg/L
0,00001
13
Gamma – HCH (Lindane)
mg/L
0,004
14
Methoxychlor
mg/L
0,03
15
Phentachlorophenol
mg/L
0,01
16
Pestisida total
mg/L
0,10
17
2,4, 6 Trichlorophenol
mg/L
0,01
18
Zat Organik (KMnO4)
mg/L
10
7 8 9 10 11
mg/L
0,0003
0,003
C. MIKROBIOLOGI 1
Koliform Tinja
2
Total koliform
Jumlah per 100 mL Jumlah per 100 mL
0 0
D. RADIOAKTIFITAS 1 2
Aktifitas alfa (Gross Alfa Activity) Aktifitas Betta (Gross Betta activity)
Bq/L
0,1
Bq/L
1,0
Keterangan mg : miligram Bq : Bequerel TCU : True Colour Unit mL : mililiter L : liter NTU : Nephelometric Turbidity Unit Logam berat merupakan logam berat terlarut
L8 - 147
PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 416/MENKES/PER/IX/1990 TANGGAL 3 SEPTEMBER 1990 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR BERSIH No
Parameter
Satuan
Kadar Maksimum Yang Diperbolehkan
A. FISIKA 1
Bau
Tidak berbau
2
Rasa
Tidak berasa
3
Warna
4
Temperatur
5
TDS
6
Kekeruhan
Skala TCU o
C
mg/L Skala NTU
50 Suhu Udara ± 3 1500 25
B. KIMIA a. KIMIA ANORGANIK 1
Air Raksa (Hg)
mg/L
0,001
2
Arsen (As)
mg/L
0,05
3
Besi (Fe)
mg/L
1,0
4
Flourida (F)
mg/L
1,5
5
Kadmium (Cd)
mg/L
0,005
Kesadahan (CaCO3)
mg/L
500
Klorida (Cl)
mg/L
600
Khrom heksavalen (Cr )
mg/L
0,05
19
Mangan terlarut (Mn)
mg/L
0,5
10
Nitrat (NO3-N)
mg/L
10
11
Nitrit (NO2-N)
mg/L
1,0
12
pH
mg/L
6,5 – 9,0
13
Selenium (Se)
mg/L
0,01
14
Seng (Zn)
mg/L
15
Sianida (CN)
mg/L
0,1
16
Sulfat (SO4)
mg/L
400
17
Timbal (Pb)
mg/L
0,05
6 7 8
15
+
L8 - 148
b. KIMIA ORGANIK 1
Aldrin dan Dieldrin
mg/L
0,0007
2
Benzene
mg/L
0,01
3
Benzo (a) pirene
0,00001
4
Chlordane (total isomer)
mg/L mg/L
Chlorofom
mg/L
0,03
2,4 -D
mg/L
0,10
7
DDT
mg/L
0,03
8
Deterjen
mg/L
0,5
9
1,2 Dichloroethane
mg/L
0,01
10
Mg/L
0,003
12
1,1 Dichloroethane Hepthachlor dan Hepthachlor epoxide Hexachlorobenzene
mg/L
0,00001
13
Gamma – HCH (Lindane)
mg/L
0,004
14
Methoxychlor
mg/L
0,10
15
Phentachlorophenol
mg/L
0,01
16
Pestisida total
mg/L
0,10
17
2,4, 6 Trichlorophenol
mg/L
0,01
18
Zat Organik (KMnO4)
mg/L
10
5 6
11
mg/L
0,007
0,003
C. MIKROBIOLOGI 1
Koliform Tinja
2
Total koliform
Jumlah per 100 mL Jumlah per 100 mL
50 10
D. RADIOAKTIFITAS 1 2
Aktifitas alfa (Gross Alfa Activity) Aktifitas Betta (Gross Betta activity)
Bq/L
0,1
Bq/L
1,0
Keterangan mg : miligram Bq : Bequerel TCU : True Colour Unit mL : mili liter L : liter NTU : Nephelometric Turbidite Unit Logam berat merupakan logam berat terlarut
L11 - 155
LAMPIRAN 9 TABEL T dan F
L10 - 155
LAMPIRAN 10 PALFOS 525 T
L11 - 161
LAMPIRAN 11 HASIL ANALISIS DATA KORELASI DAN REGRESI
L11 - 162
Correlation Correlations Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
TDS 1,000 -,606 . ,024 11 11
TDS Jarak Sumur TDS Jarak Sumur TDS Jarak Sumur
Jarak Sumur -,606 1,000 ,024 . 11 11
Regression Descriptive Statistics TDS Jarak Sumur
Mean 316,9091 122,8182
Std. Deviation 124,35550 79,38743
N 11 11
Model Summaryb Model 1
R R Square ,606a ,367
Adjusted R Square ,297
Std. Error of the Estimate 104,27099
a. Predictors: (Constant), Jarak Sumur b. Dependent Variable: TDS
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 56790,948 97851,961 154642,9
a. Predictors: (Constant), Jarak Sumur b. Dependent Variable: TDS
df 1 9 10
Mean Square 56790,948 10872,440
F 5,223
Sig. ,048a
L11 - 163
Coefficientsa
Model 1
Unstandardized Coefficients B Std. Error 433,496 59,922 -,949 ,415
(Constant) Jarak Sumur
Standardized Coefficients Beta -,606
t 7,234 -2,285
a. Dependent Variable: TDS
Charts Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: TDS 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
Observed Cum Prob
0.8
1.0
Sig. ,000 ,048
L11 - 164
Correlation Correlations Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
pH 1,000 ,243 . ,236 11 11
pH Jarak Sumur pH Jarak Sumur pH Jarak Sumur
Jarak Sumur ,243 1,000 ,236 . 11 11
Regression Descriptive Statistics pH Jarak Sumur
Mean 6,8800 122,8182
Std. Deviation ,14785 79,38743
N 11 11
Model Summaryb Model 1
R R Square ,243a ,059
Adjusted R Square -,045
Std. Error of the Estimate ,15117
a. Predictors: (Constant), Jarak Sumur b. Dependent Variable: pH
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares ,013 ,206 ,219
a. Predictors: (Constant), Jarak Sumur b. Dependent Variable: pH
df 1 9 10
Mean Square ,013 ,023
F ,566
Sig. ,471a
L11 - 165
Coefficientsa
Model 1
Unstandardized Coefficients B Std. Error 6,824 ,087 ,000 ,001
(Constant) Jarak Sumur
Standardized Coefficients Beta ,243
t 78,554 ,752
a. Dependent Variable: pH
Charts Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: pH 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
Observed Cum Prob
0.8
1.0
Sig. ,000 ,471
L11 - 166
Correlation Correlations Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
Besi 1,000 -,278 . ,203 11 11
Besi Jarak Sumur Besi Jarak Sumur Besi Jarak Sumur
Jarak Sumur -,278 1,000 ,203 . 11 11
Regression Descriptive Statistics Besi Jarak Sumur
Mean ,0891 122,8182
Std. Deviation ,21323 79,38743
N 11 11
Model Summaryb Model 1
R R Square ,278a ,078
Adjusted R Square -,025
Std. Error of the Estimate ,21588
a. Predictors: (Constant), Jarak Sumur b. Dependent Variable: Besi
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares ,035 ,419 ,455
a. Predictors: (Constant), Jarak Sumur b. Dependent Variable: Besi
df 1 9 10
Mean Square ,035 ,047
F ,757
Sig. ,407a
L11 - 167
Coefficientsa
Model 1
Unstandardized Coefficients B Std. Error ,181 ,124 -,001 ,001
(Constant) Jarak Sumur
Standardized Coefficients Beta -,278
t 1,459 -,870
a. Dependent Variable: Besi
Charts
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Besi 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
Observed Cum Prob
0.8
1.0
Sig. ,179 ,407
L11 - 168
Correlation Correlations Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
Mangan Jarak Sumur Mangan Jarak Sumur Mangan Jarak Sumur
Mangan 1,000 -,218 . ,259 11 11
Jarak Sumur -,218 1,000 ,259 . 11 11
Regression Descriptive Statistics Mangan Jarak Sumur
Mean ,2327 122,8182
Std. Deviation ,20244 79,38743
N 11 11
Model Summaryb Model 1
R R Square ,218a ,048
Adjusted R Square -,058
Std. Error of the Estimate ,20824
a. Predictors: (Constant), Jarak Sumur b. Dependent Variable: Mangan
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares ,020 ,390 ,410
a. Predictors: (Constant), Jarak Sumur b. Dependent Variable: Mangan
df 1 9 10
Mean Square ,020 ,043
F ,451
Sig. ,519a
L11 - 169
Coefficientsa
Model 1
Unstandardized Coefficients B Std. Error ,301 ,120 -,001 ,001
(Constant) Jarak Sumur
Standardized Coefficients Beta -,218
t 2,516 -,672
a. Dependent Variable: Mangan
Charts Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Mangan 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
Observed Cum Prob
0.8
1.0
Sig. ,033 ,519
L11 - 170
Correlation Correlations Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
Seng 1,000 -,225 . ,253 11 11
Seng Jarak Sumur Seng Jarak Sumur Seng Jarak Sumur
Jarak Sumur -,225 1,000 ,253 . 11 11
Regression Descriptive Statistics Seng Jarak Sumur
Mean ,0309 122,8182
Std. Deviation ,02809 79,38743
N 11 11
Model Summaryb Model 1
R R Square ,225a ,050
Adjusted R Square -,055
Std. Error of the Estimate ,02885
a. Predictors: (Constant), Jarak Sumur b. Dependent Variable: Seng
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares ,000 ,007 ,008
a. Predictors: (Constant), Jarak Sumur b. Dependent Variable: Seng
df 1 9 10
Mean Square ,000 ,001
F ,478
Sig. ,507a
L11 - 171
Coefficientsa
Model 1
Unstandardized Coefficients B Std. Error ,041 ,017 ,000 ,000
(Constant) Jarak Sumur
Standardized Coefficients Beta -,225
t 2,453 -,691
a. Dependent Variable: Seng
Charts
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Seng 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
Observed Cum Prob
Correlation
0.8
1.0
Sig. ,037 ,507
L11 - 172
Correlations Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
Nitrat 1,000 -,183 . ,295 11 11
Nitrat Jarak Sumur Nitrat Jarak Sumur Nitrat Jarak Sumur
Jarak Sumur -,183 1,000 ,295 . 11 11
Regression Descriptive Statistics Nitrat Jarak Sumur
Mean ,0518 122,8182
Std. Deviation ,10313 79,38743
N 11 11
Model Summaryb Model 1
R R Square ,183a ,033
Adjusted R Square -,074
Std. Error of the Estimate ,10688
a. Predictors: (Constant), Jarak Sumur b. Dependent Variable: Nitrat
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares ,004 ,103 ,106
a. Predictors: (Constant), Jarak Sumur b. Dependent Variable: Nitrat
df 1 9 10
Mean Square ,004 ,011
F ,311
Sig. ,591a
L11 - 173
Coefficientsa
Model 1
Unstandardized Coefficients B Std. Error ,081 ,061 ,000 ,000
(Constant) Jarak Sumur
Standardized Coefficients Beta -,183
t 1,318 -,557
a. Dependent Variable: Nitrat
Charts
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Nitrat 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
Observed Cum Prob
0.8
1.0
Sig. ,220 ,591
L11 - 174
Correlation Correlations Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
Nitrit 1,000 -,241 . ,238 11 11
Nitrit Jarak Sumur Nitrit Jarak Sumur Nitrit Jarak Sumur
Jarak Sumur -,241 1,000 ,238 . 11 11
Regression Descriptive Statistics Nitrit Jarak Sumur
Mean ,0555 122,8182
Std. Deviation ,10377 79,38743
N 11 11
Model Summaryb Model 1
R R Square ,241a ,058
Adjusted R Square -,047
Std. Error of the Estimate ,10616
a. Predictors: (Constant), Jarak Sumur b. Dependent Variable: Nitrit
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares ,006 ,101 ,108
a. Predictors: (Constant), Jarak Sumur b. Dependent Variable: Nitrit
df 1 9 10
Mean Square ,006 ,011
F ,554
Sig. ,476a
L11 - 175
Coefficientsa
Model 1
Unstandardized Coefficients B Std. Error ,094 ,061 ,000 ,000
(Constant) Jarak Sumur
Standardized Coefficients Beta -,241
t 1,542 -,744
a. Dependent Variable: Nitrit
Charts
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Nitrit 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
Observed Cum Prob
0.8
1.0
Sig. ,157 ,476
L12 -173
Sumber ; PDAM Surakarta
L12-176
LAMPIRAN 12 GAMBAR PETA POTENSI AIR TANAH CEKUNGAN AIR TANAH KARANGANYAR – BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH
L12-177
PETA POTENSI AIR TANAH CEKUNGAN AIR TANAH KARANGANYAR – BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH Boyolali - Surakarta
Gambar 32: Penampang Cekungan Boyolali-Surakarta Sumber : PDAM Surakarta
L12-178
Surakarta – Karanganyar
Gambar 33 : Potongan Cekungan Surakarta-Karanganyar Sumber: PDAM Surakarta
L12-179
L12-180
L13- 181
LAMPIRAN 13 GAMBAR PENAMPANG KONSTRUKSI SUMUR DALAM
L13- 182
KONTRUKSI SUMUR
TUTUP SUMUR
DISKRIPSI LITOLOGI
PIPA PENGHANTAR GRAVEL
+ 0.75 m
-000 M
Grouting semen
+ 0.00 m
-025 M
LOGGING
10
20
30
40
-025 M
-050 M
-050 M
KEDALAMAN SUMUR 160 m
- 071.00
-075 M
-075 M
- 080.00
- 086.00
GRAVEL (kerikil pembalut)
-100 M
-100 M
- 115.00
-125 M
-125 M
- 130.00
PIPA SCREEN
- 137.00 - 140.00
-150 M
-150 M
- 152.00 - 155.00 -158 M
Sumber: PDAM Surakarta
-160 M
Gambar 34 : Penampang Konstruksi Sumur Dalam
L14 -183
LAMPIRAN 14 SURAT IJIN PENELITIAN
L14 - 184
L14 - 185
L14 - 186
L14 - 187
L14 -188
LAMPIRAN 15 PERDA JATENG NO. 10 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH