1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KAJIAN DEGRADASI AIR TANAH DANGKAL AKIBAT AIR LINDI (LEACHATE) DI LINGKUNGAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR PUTRI CEMPO SURAKARTA
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Lingkungan
Oleh:
Trisna Kusumawati A131008013
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa: 1.
Tesis yang berjudul: “KAJIAN DEGRADASI AIR TANAH DANGKAL AKIBAT
AIR LINDI (LEACHATE) DI LINGKUNGAN TEMPAT
PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH PUTRI CEMPO SURAKARTA” adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan (Permendiknas No. 17 tahun 2001). 2.
Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPsUNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Ilmu Lingkungan PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Ilmu Lingkungan. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta,
commit to user
Juni 2012
Trisna Kusumawati
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis dengan judul “Kajian Degradasi Air Tanah Dangkal Akibat Lindi (Leachate) di Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Putri Cempo Surakarta”. Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada Dr. M. Masykuri, M.Si. selaku pembimbing utama dan Prof. Dr. Totok Gunawan, MS. selaku pembimbing anggota yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran di sela-sela kesibukannya untuk membimbing dan mengarahkan Penulis mulai dari penyusunan proposal, penelitian, ujian, dan penyusunan Tesis. Tidak lupa pada kesempatan ini pula Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Dr. Prabang Setyono, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan UNS yang sudah memberikan ijin penelitian.
2.
Prof. Dr. Ir. MTh. Budiastuti, M.Si selaku Sekretaris S3 dan Dr. Sunarto, MS selaku Sekretaris S2 Program Studi Ilmu lingkungan yang telah memberikan saran dan motivasi selama penyusunan Tesis, serta mbak Dhina Silvia yang sudah membantu administrasicommit dalam menyelesaikan Tesis. to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Ayahanda Drs. H. Mawardi dan Ibunda Hj. Kusrini, S.Pd yang selalu memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan dukungan baik moril maupun materiil yang tidak ternilai harganya sehingga Penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.
4.
Kepala dan staf Laboratorium Pusat, Sub Laboratorium Kimia dan Biologi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan membantu Penulis untuk melakukan penelitian di laboratorium.
5.
Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta yang telah memberikan ijin dan akses data pendukung dalam penyusunan Tesis.
6.
Warga Desa Sulurejo dan Randusari yang telah memberikan ijin kepada Penulis untuk mengambil sampel penelitian.
7.
Kakakku, Iwan Prihantoro, S.Pt. M.Si (sekeluarga) dan Totok Harjanto, S.Kep,Ns. M.Kes (sekeluarga), dan Sertu Munajab, terima kasih atas doa, nasihat dan dukungannya.
8.
Teman-teman seperjuangan Ilmu Lingkungan 2010 atas dukungan dan kebersamaannya selama ini.
9.
Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungannya.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan kerendahan hati Penulis menerima masukan berupa saran dan commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kritik membangun dari para pembaca. Besar harapan Penulis, semoga Tesis ini bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait.
Surakarta, Juni 2012
Penyusun
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Trisna Kusumawati. 2012. Kajian Degradasi Air Tanah Dangkal Akibat Air Lindi (Leachate) di Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Putri Cempo Surakarta. TESIS. Pembimbing I: Dr. M. Masykuri, M.Si Pembimbing II: Prof. Dr. Totok Gunawan, M.S. Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK Karakteristik sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo sebagian besar adalah sampah organik, yaitu terdiri dari 81% sampah organik basah yang biodegradable. Kandungan sampah organik yang tinggi mengakibatkan jumlah air lindi (leachate) hasil peluruhan sampah juga semakin tinggi. Sistem open dumping dan tidak adanya penanganan air lindi mengakibatkan air lindi langsung merembes ke lapisan tanah di bawahnya dan mencemari air tanah di sekitar TPA. Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas air tanah dangkal di sekitar TPA Putri Cempo Surakarta ditinjau dari parameter pencemaran Fisika (Bau, Rasa, Warna, Suhu, TSS), Kimia (pH, DO, BOD, COD, Nitrat, Sulfat, Besi, Timbal, Klorida) dan Biologi (Colliform fecal), mengetahui tingkat degradasi kualitas air tanah dangkal di sekitar TPA Putri Cempo Surakarta berdasarkan Indeks Pencemaran (IP) dan STORET, dan memberikan alternatif rekomendasi pengelolaan air tanah di sekitar TPA Putri Cempo. Pengambilan sampel air tanah (air sumur) dilakukan di Desa Sulurejo (sebelah Timur TPA) dan Desa Randusari (sebelah Selatan TPA) pada jarak 50300 meter. Masing-masing Desa di ambil 4 titik lokasi air sumur. Uji kualitas air tanah dilakukan secara in-situ dan diuji di laboratorium berdasarkan parameter Fisika, Kimia, dan Biologi. Data kualitas air tanah dangkal (air sumur) dianalisis secara destruktif komparatif dengan Baku Mutu Air Kelas I ditetapkan oleh PPRI No. 82 tahun 2001 dan penentuan tingkat degradasi kualitas air tanah dangkal ditentukan menggunakan metode Indeks Pencemaran (IP) dan STORET. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air tanah di Desa Sulurejo dan Randusari sudah tercemar dan tidak layak dikonsumsi. Parameter kualitas air tanah yang melebihi baku mutu air kelas I PPRI No.82 tahun 2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun 1990 di antaranya adalah padatan total terlarut (71,0076,00 mg/L), BOD (4,06-48,54 mg/L), COD (13,03-86,79 mg/L), besi (0,87 mg/L), dan Coliform fecal (1750-2400 MPN/100 mL), dan nilai DO kurang dari baku mutu air kelas I (< 6 mg/L). Tingkat degradasi kualitas air tanah dangkal ditentukan dengan Metode Indeks Pencemaran (IP) dan STORET. Analisis berdasarkan IP diketahui bahwa air tanah di Desa Sulurejo dan Randusari tergolong tercemar ringan dan sedang, sedangkan analisis dengan metode STORET diketahui bahwa air tanah di Desa Sulurejo dan Randusari tergolong tercemar sedang dan buruk/berat dengan tingkat degradasi kualitas air mencapai 43%. Kata kunci : TPA Putri Cempo, air lindi (leachate), kualitas air tanah dangkal, PPRI No. 82 Tahun 2001 & PerMenKes No. 416 Tahun 1990, commit to user Indeks Pencemaran (IP) dan STORET.
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Trisna Kusumawati. 2012. Study of Degradation Water Shallow Groundwater by Leachate in the Final Relocation Place Area of Waste Putri Cempo Surakarta. Tesis. Supervised by Dr. M. Masykuri, M.Si and Prof. Dr. Totok Gunawan, M.S. Environmental Science Program, Post Graduate Program of Sebelas Maret University Surakarta.
ABSTRACT Characteristics of the waste at Final Relocation Place Area (TPA) Putri Cempo mostly organic waste, which is composed of 81% of wet organic waste is biodegradable. High content of organic waste resulting in the amount of leachate (leachate) products is also increasing. Open dumping system and the absence of leachate treatment resulted in a direct leachate seeping into the soil layer below it and contaminate the ground water around the landfill. This study aims to determine the quality of shallow groundwater around the TPA Putri Cempo Surakarta in terms of pollution parameters Physics (smell, taste, color, temperature, TSS), chemical (pH, DO, BOD, COD, Nitrate, Sulfate, Iron, Lead, Chloride ) and Biology (Colliform fecal), to know the level of degradation of the quality of shallow groundwater around the TPA Putri Cempo Surakarta based Pollution Index (IP) and STORET and Provide alternative recommendations in the management of groundmater around at TPA Putri Cempo. Sampling of groundwater (well water) is done in the Village Sulurejo (East of TPA) and Randusari Village (South of TPA) at a distance of 50-300 meters. Each village was taken 4 point locations of water wells. Ground water quality testing performed by in-situ and laboratory based on the parameters tested in Physics, Chemistry, and Biology. Data quality of shallow ground water (well water) were analyzed with the comparative destructive Class I Air Quality Standards set by the PPRI No. 82 in 2001 and the determination of the level of degradation of the quality of shallow ground water is determined using the method of Pollution Index (IP) and STORET. The results showed that ground water in the village and Randusari Sulurejo was contaminated and unfit for consumption. Ground water quality parameters that exceeded water quality class I PPRI No. 82 in 2001 and PerMenKes No. 907 Tahun 2002 include total dissolved solids (71,00-76,00 mg/L), BOD (4,06-48,54 mg/L), COD (13,03-86,79 mg/L), iron (0,87 mg/L), and fecal coliform (1750-2400 MPN/100 mL), and the DO water quality standard of less than Class I Air Quality Standards (<6 mg / L). Rate of degradation of the quality of shallow ground water is determined by the method of Pollution Index (IP) and STORET. Analysis with IP showed that the ground water in Sulurejo and Randusari relatively polluted mild and moderate, while the analysis by the method of STORET known that ground water in the Sulurejo and Randusari are classified as polluted and heavy with the degradation of water quality at 43%. Keyword : TPA Putri Cempo, leachate, the quality of shallow ground water, PPRI 82/2001 and PerMenKes 416/1990, Pollution Index (IP) and commit to user STORET.
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………….…………… i HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………………. ii HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………….. iii PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS ………………… iv KATA PENGANTAR …………………………………………………………. v ABSTRAK …………………………………………………………………….. viii ABSTRACT ……………………………………………………………..……. ix DAFTAR ISI …………………………………………………………………… x DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. xiii DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………. xiv DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….. xvi BAB I
PENDAHULUAN …………………………………………….… 1 A. Latar Belakang Masalah …………………………………….. 1 B. Rumusan Masalah ………...……………………………….... 5 C. Tujuan Penelitian …………………………………………..... 5 D. Manfaat Penelitian …………………………………………... 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………… 7 A. Kajian Teori …………………………….………………....... 7 1. Pengertian Air Tanah …….……………………………... 7 2. Gerakan Air Tanah ……………………………………... 12 3. Kualitas Aircommit Tanah to ……………………………………... 13 user
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
4. Pencemaran Air Tanah ………………………………..... 27 a. Degradasi Air Tanah ……………………………….. 27 b. Penentuan Tingkat Degradasai Air Tanah …………. 29 5. Air Lindi …………..…………….…………………........ 34 6. Tempat Pembuangan Akhir Putri Cempo Surakarta ….... 37 7. Tata Guna Lahan ………………………………….…..... 40 B. Kerangka Berpikir …………………………………………. 42 C. Hipotesis ……………………………………………………. 44 BAB III
METODE PENELITIAN ………………………………………. 45 A. Waktu dan Tempat Penelitian …………………………….... 45 B. Alat dan Bahan …………………………………………….. 45 C. Metode Penelitian …………………………………………... 46 D. Teknik Pengambilan Sampel ……………………………….. 46 E. Pengukuran Parameter Fisika, Kimia, dan Biologi Air ……. 47 F. Analisis Data ………………………………………………. 56
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………... 58 A. Kondisi TPA Putri Cempo Surakarta ………………….…… 58 B. Kondisi Air Tanah di Desa Sulurejo dan Randusari ………. 62 C. Kualitas Air Tanah di Sulurejo dan Randusari …………….. 67 D. Tingkat Degradasi Kualitas Air Tanah di Sulurejo dan Randusari.………………………………………………….. 92 E. Rekomendasi Pengelolaan Air Tanah di Sekitar TPA Putri Cempo ……………………………………………….……... 94 commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ………………..... 96 A. Kesimpulan …………………………………………….…... 96 B. Implikasi Kebijakan …...…………………………………... 97 C. Saran ………………………………………………………. 97
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 99 LAMPIRAN ………………………………………………………………….. 104
commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman 1.
Klasifikasi Mutu Air menurut PPRI No. 82 Tahun 2001 …………………. 17
2.
Klasifikasi Mutu Air menurut KepMenKes No. 416 Tahun 1990 …………18
3.
Penentuan Status Mutu Air dengan Indeks Pencemaran (IP) ……………... 31
4.
Komposisi Sampah Kota Surakarta ……………………………………….. 37
5.
Jumlah Sampah di TPA Putri Cempo selama 5 Tahun Terakhir ………….. 38
6.
Parameter Fisika, Kimia, dan Biologi Air …………….…………………... 47
7.
Data Kedalaman Sumur Artesis di Kota Surakarta ………………………... 62
8.
Data Sumur sebagai Tempat Penelitian …………………………..…….…. 64
9.
Hasil Analisis Air Lindi TPA Putri Cempo ……………………………….. 67
10. Hasil Pengukuran Kualitas Air Tanah di Sulurejo dan Randusari ………...69 11. Rekapitulasi Kualitas Air Tanah dengan Indeks Pencemaran (IP) ………... 92 12. Rekapitulasi Kualitas Air Tanah dengan Metode STORET ………………. 93 13. Contoh Perhitungan Indeks Pencemaran pada Sumur S1 ………………... 112
commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman 1.
Akuifer Tidak Tertekan dan Akuifer Tertekan …………………………..... 12
2.
Pernyataan Indeks untuk suatu Peruntukan (j) …………………………….. 33
3.
Kondisi TPA Putri Cempo Surakarta ………………………………..….… 39
4.
Skema Kerangka Pemikiran ……...……………………………………….. 43
5.
Diagram Alir Penelitian …………………………………………………… 57
6.
Kegiatan di TPA Putri Cempo Surakarta ……………………………….…. 58
7.
Kegiatan Para Pemulung di TPA Putri Cempo ……………………………. 59
8.
Air Lindi Hasil Luruhan Sampah di TPA Putri Cempo …………………… 61
9.
Profil Tanah Secara Umum ………………………………….………….…. 65
10. Sampel Air Sumur (S1-S7) …………………………………………...…… 68 11. Kondisi Suhu Air Sumur pada Jarak Tertentu ….………………………… 71 12. Kondisi Kadar TSS Air Sumur pada Jarak Tertentu ……………….……… 73 13. Kondisi Kadar pH Air Sumur pada Jarak Tertentu ………………...……… 75 14. Kondisi Kadar DO Air Sumur pada Jarak Tertentu ………………………. 77 15. Kondisi Kadar BOD Air Sumur pada Jarak Tertentu …………..………..... 78 16. Kondisi Kadar COD Air Sumur pada Jarak Tertentu ………………...…… 80 17. Kondisi Kadar Nitrat Air Sumur pada Jarak Tertentu …..…..…………….. 82 18. Kondisi Kadar Sulfat Air Sumur pada Jarak Tertentu ……..……………... 84 19. Kondisi Kadar Klorida Air Sumur pada Jarak Tertentu ……………….….. 86 20. Kondisi Kadar Besi Air Sumur pada Jarak Tertentu .……………………... 87 21. Kondisi Kadar Timbal Air Sumur pada commit to Jarak user Tertentu ………………...…. 89
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
22. Kondisi Kadar total Coliform fecal Air Sumur pada Jarak Tertentu ……… 90
commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1.
Peta lokasi TPA Putri Cempo Surakarta ……………………………........ 105
2.
Peta lokasi pengambilan air sumurdi Sulurejo dan Randusari …………… 106
3.
Peta kontur TPA Putri Cempo Surakarta ………………………………... 107
4.
Foto-foto sumur tempat pengambilan sampel ……………………………. 108
5.
Data Perhitungan Kualitas Air dengan Indeks Pencemaran ……………... 112
6.
Zonasi Pencemaran Air Tanah ……………………………………………
7.
Data Pengujian Parameter Kimia Air Sumur S1 …………………………. 113
8.
Data Pengujian Parameter Kimia Air Sumur S2 …………………………. 115
9.
Data Pengujian Parameter Kimia Air Sumur S3 …………………………. 116
10. Data Pengujian Parameter Kimia Air Sumur S4 …………………………. 117 11. Data Pengujian Parameter Kimia Air Sumur S5 …………………………..118 12. Data Pengujian Parameter Kimia Air Sumur S6 …………………………. 119 13. Data Pengujian Parameter Kimia Air Sumur S7 ………………………… 120 14. Data Pengujian Parameter Biologi Air Sumur S1-S7 ……………………. 121 15. Biodata Penulis ……………………………………………………..……. 123
commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah lingkungan hidup yang dihadapi saat ini adalah masalah sampah. Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah timbunan sampah, jenis, dan keragaman karakteristik sampah. Peningkatan daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok dan hasil teknologi serta peningkatan usaha atau kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi yang besar terhadap kualitas dan kuantitas sampah yang dihasilkan. Kota Surakarta merupakan salah satu Kota terbesar kedua di Propinsi Jawa Tengah yang dikenal sebagai kota Wisata Budaya dan Pembelanjaan di Indonesia. Kota Surakarta juga berkembang sebagai kawasan Industri yang cukup besar. Menurut data statistik terakhir (tahun 2010), jumlah penduduk Kota Surakarta adalah 529.421 jiwa dengan segala aktifitasnya sebagai kota wisata yang banyak dikunjungi para wisatawan. Tingginya jumlah penduduk dan segala aktifitas yang ada, sudah tentu banyak sampah yang akan dihasilkan. Dengan demikian, Kota Surakarta dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang baik bagi warga kota maupun pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dengan kunjungannya di Kota ini, salah satunya adalah penanganan sampah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
Kota Surakarta hanya memiliki satu lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yaitu TPA Putri Cempo, di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. TPA Putri Cempo telah beroperasi sejak tahun 1987 dengan luas total area 17 Ha. Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah di Indonesia mengamanatkan bahwa pengelolaan sampah yang ramah lingkungan merupakan tanggung jawab pemerintah, sehingga pengelolaan sampah di Kota Surakarta harus mengikuti segala aturan yang ada dalam Undang-undang tersebut. Saat ini penanganan sampah masih sebatas pada penanganan yang konvensional yaitu sampah diletakkan di tempat terbuka untuk dibiarkan membusuk dengan sendirinya. Meskipun sudah diusahakan bahwa tempat pembuangan ini disentralisasi di satu kawasan tertentu dengan metode sanitary landfill. Namun kenyataannya permasalahan sampah masih tidak kunjung selesai, sampah tersebut masih menjadikan sumber polusi udara karena bau dan polusi air yang dikarenakan penanganan air lindinya kurang memadai sehingga air lindi merembes ke lapisan tanah di bawahnya, serta menjadi penyebab terjadinya wabah penyakit dan juga sebagai salah satu penyebab terjadinya banjir. Inilah salah satu bentuk masalah yang ditimbulkan apabila penanganannya terlambat dan tidak sistematis (Widyatmoko, 2002). Air lindi (leachate) atau air luruhan sampah merupakan tirisan cairan sampah hasil ekstrasi bahan terlarut maupun tersuspensi. Pada umumnya leachate terdiri atas senyawa-senyawa kimia hasil dekomposisi sampah dan air yang masuk dalam timbulan sampah. Air tersebut dapat berasal dari air hujan, saluran drainase, air tanah atau dari sumber lain di sekitar lokasi TPA. Pada saat terjadi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
hujan, air hujan akan masuk dan meresap ke dalam tumpukan sampah yang kemudian membawa zat-zat berbahaya dengan kepekatan zat pencemar yang tinggi melimpah atau keluar dari timbunan. Pada TPA yang masih beroperasi, BOD leachate dapat mencapai antara 2000–30.000 mg/L, COD antara 3000– 60.000 mg/L, dan PH antara 4,5–7,5. Namun pada TPA yang sudah beroperasi lebih dari 15 tahun, pada umumnya akan terjadi penurunan kandungan BOD, COD, bahkan pH dari leachate cenderung mendekati netral dan mempunyai kandungan karbon organik dan mineral yang relatif menurun (Arbain, 2008). Prihastini (2006) menyatakan bahwa kandungan air lindi di TPA Winongo di Dusun Gembel, Kota Madiun di antaranya nilai pH 8.7, total suspended solid (TSS) 530 mg/L, biological oxygen demand (BOD) sebesar 740 mg/L, dan chemical oxygen demand (COD) 7000 mg/L. Adanya air lindi dari efek dekomposisi sampah pada mengakibatkan kualitas air sumur di Dusun Gembel ditinjau dari parameter DO, BOD, COD, Mn, dan NO2 melampaui baku mutu yang dipersyaratkan menurut PP Nomor 82 Tahun 2001 untuk air Kelas I, sedang untuk parameter kesadahan, Fe, Cd, dan Pb masih memenuhi syarat baku mutu. Davis dan Cornwell (1991) menyatakan bahwa air lindi dari TPA dengan sistem sanitary landfill mengandung pH 5.3 – 8.3, TSS 200-1000 mg/L, BOD 200030.000 mg/L, dan COD 3000-45.000 mg/L. Sabahi et al (2009) menyatakan air lindi dari TPA kota Ibb, Yaman mengandung pH 8.24, BOD5/COD masih normal, tetapi kandungan senyawa logam seperti Pb, Ni, Cu, Cl, Ca, Mg, NH3, kesadahan, dan DO melampaui batas normal yang ditetapkan oleh Yemen’s Ministry of Water and Environment (YMWE). Talalaj IA dan L. Dzienis (2007) juga menyatakan commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahwa keberadaan air lindi mempengaruhi kualitas air tanah. Pada penelitiannya, Talalaj dan Dzienis hanya mengukur kandungan senyawa logam dan hasilnya menunjukkan bahwa air tanah yang terkena air lindi mengandung senyawa logam Sn, Cd, Cu, dan Fe yang tinggi. Ogundiran dan Afolabi (2008) menyatakan kandungan logam berat seperti Pb, Cd, Zn, Cu, dan Cr yang dihasilkan dari timbulan sampah (lindi) pada pembuangan sampah dengan sistem Open Dumping di Lagos merusak kondisi lingkungan sekitar. Keberadaan air lindi sangat membahayakan kesehatan dan lingkungan karena air lindi mengandung mikroba patogen, logam berat dan jenis lainnya. Air limbah yang dibiarkan akan mempunyai efek samping yang merugikan manusia, yaitu membahayakan kehidupan manusia karena dapat membawa penyakit, merugikan dari segi ekonomi karena dapat menimbulkan kerusakan pada benda atau bangunan, tanaman maupun peternakan, serta merusak ekosistem, yakni membunuh kehidupan yang ada pada perairan. TPA Putri Cempo merupakan salah satu TPA yang ada di kota Surakarta dengan proses pengolahan air lindi yang kurang memadai, sehingga perlu dilakukan suatu kajian mengenai kualitas air tanah dan tingkat degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate) di lingkungan TPA Putri Cempo. Kualitas air tanah dangkal di lingkungan TPA diuji berdasarkan parameter Fisika (Bau, Rasa, Warna, Suhu, TSS), Kimia (pH, DO, BOD, COD, Nitrat, Sulfat, Besi, Timbal, Klorida) dan Biologi (Colliform fecal). Tingkat degradasi kualitas air tanah dangkal di sekitar TPA Putri Cempo Surakarta ditentukan berdasarkan Indeks Pencemaran (IP) dan STORET.
commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perlu dilakukan perumusan masalah secara detail untuk diteliti. Permasalahan yang akan dikaji sebagai berikut: 1. Bagaimana kualitas air tanah dangkal yang ada di sekitar TPA Putri Cempo Surakarta ditinjau dari parameter Fisika (Bau, Rasa, Warna, Suhu, TSS), Kimia (pH, DO, BOD, COD, Nitrat, Sulfat, Besi, Timbal, Klorida) dan Biologi (Colliform fecal) ? 2. Bagaimana tingkat degradasi kualitas air tanah dangkal di sekitar TPA Putri Cempo Surakarta berdasarkan Indeks Pencemaran (IP) dan STORET ? 3. Bagaimana alternatif rekomendasi pengelolaan air tanah di sekitar TPA Putri Cempo ?
C.
Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kualitas air tanah dangkal di sekitar TPA Putri Cempo Surakarta ditinjau dari parameter pencemaran Fisika (Bau, Rasa, Warna, Suhu, TSS), Kimia (pH, DO, BOD, COD, Nitrat, Sulfat, Besi, Timbal, Klorida) dan Biologi (Colliform fecal). 2. Mengetahui tingkat degradasi kualitas air tanah dangkal di sekitar TPA Putri Cempo Surakarta berdasarkan Indeks Pencemaran (IP) dan STORET. 3. Memberikan alternatif rekomendasi pengelolaan air tanah di sekitar TPA Putri Cempo.
commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya: 1. Menambah khasanah keilmuan bagi peneliti di bidang lingkungan, khususnya mengenai kualitas air tanah di lingkungan TPA Putri Cempo Surakarta ditinjau dari parameter Fisika, Kimia, dan Biologi. 2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kondisi air tanah, sehingga masyarakat diharapkan lebih berhati-hati dalam hal penggunaan air tanah/air sumur. 3. Memberikan informasi kepada pemerintahan Kota Surakarta dan Stake holder mengenai kondisi air tanah, sehingga dapat segera dilakukan pengelolaan sampah khususnya pengolahan air lindi sehingga tidak mencermari air tanah di lingkungan sekitar TPA tersebut.
commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Pengertian Air Tanah Air merupakan bagian terbesar di dunia dan diperlukan untuk semua kehidupan. Air yang berada di wilayah jenuh di bawah permukaan tanah disebut air tanah. Secara global, dari keseluruhan air tawar yang berada di planet bumi ini lebih dari 97% terdiri atas air tanah. Air tanah merupakan sumber air yang paling banyak dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini dikarenakan ketersediaan air tanah yang melimpah dan kualitasnya relatif lebih baik di banding sumber air lainnya. Selain itu, air tanah juga mengandung mineral-mineral yang dibutuhkan oleh tubuh (Asdak, 1995). Air tanah merupakan sumber air yang berasal dari air hujan atau air permukaan yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan yang disebut akuifer. Sebagian dari air hujan yang jatuh ke tanah mengalami infiltrasi mengisi rongga lapisan tanah dan bila air tersebut melebihi kapasitas infiltrasi, maka air akan mengalir ke permukaan tanah yang selanjutnya masuk ke sungai atau laut (Matahelumual, 2007). Todd (1989) mengemukakan bahwa air tanah adalah air yang terdapat di bawah permukaan tanah dalam lajur jenuh air. Lajur jenuh air ini merupakan lapisan batuan yang mempunyai celahan di dalamnya dan celahan tersebut saling commit to user dapat bergerak atau mengalir. terhubung, sehingga air yang berada di dalamnya
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Air tanah dangkal adalah air tanah yang terkandung dalam akuifer bebas atau tidak tertekan (unconfined aquifer), yaitu akuifer jenuh air (saturated) yang berada di bagian atas dibatasi oleh muka air tanah (water table) bebas dan dibatasi oleh lapisan kedap air (impermeable layer) di bagian bawahnya (Kondoatie, 1996). Lokasi air tanah di bawah permukaan memiliki distribusi ruang yang tidak seragam, sehingga potensi keterdapatan air tanah di muka bumi ini berbeda dari satu lokasi ke lokasi lain. Air tanah ditemukan pada formasi geologi permeable (tembus air) yang dikenal dengan aquifer (reservoir tanah, formasi pengikat air, dasar-dasar
tembus
air)
yang
merupakan
formasi
pengikat
air
yang
memungkinkan jumlah air yang cukup besar untuk bergerak melaluinya pada kondisi lapisan yang biasa (Seyhan, 1993). Todd (1989) juga mengemukakan bahwa air tanah merupakan air yang ada di bawah permukaan bumi, yang berarti air tersebut menempati suatu tempat yang dikenal dengan lapisan pembawa air/akuifer. Akuifer adalah formasi geologi yang mempunyai struktur sehingga memungkinkan air dapat masuk dan bergerak di dalamnya dalam kondisi normal. Formasi geologi adalah formasi batuan atau material lain yang berfungsi menyimpan air tanah dalam jumlah besar, sehingga akuifer merupakan bagian dari formasi geologi yang mempunyai karakteristik sebagai lapisan pembawa air. Karakteristik tersebut meliputi kesarangan (porositas), batuan penyusun akuifer yang sebagian besar terdiri dari batuan yang belum mengeras (unconsolidated) berupa pasir dan kerikil, hasil jenis (specific yield), koefisien transmobilitas, commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
koefisien permeabilitas, dan debit aliran tanah (Lindsley, 1996). Akuifer ialah suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang permeable baik yang terkonsolidasi (misalnya lempung) maupun yang tidak terkonsolidasi (pasir) dengan kondisi jenuh air dan mempunyai suatu besaran konduktivitas hidraulik (K) sehingga dapat membawa air atau air dapat diambil dalam jumlah kuantitas yang ekonomis. Akuifer juga sering disebut sebagai lapisan batuan dibawah permukaan tanah yang mengandung air dan dapat dirembesi air. Hadian (2006) mengemukakan bahwa air yang kita gunakan sehari-hari telah menjalani siklus meteorik, yaitu telah melalui proses penguapan (precipitation) dari laut, danau, maupun sungai, mengalami kondensasi di atmosfer, dan kemudian menjadi hujan yang turun ke permukaan bumi. Air hujan yang turun ke permukaan bumi tersebut ada yang langsung mengalir di permukaan bumi (surface) dan ada yang meresap ke bawah permukaan bumi (infiltration). Air yang langsung mengalir di permukaan bumi tersebut ada yang mengalir ke sungai, sebagian mengalir ke danau, dan akhirnya sampai kembali ke laut. Sementara itu, air yang meresap ke bawah permukaan bumi melalui dua sistem, yaitu sistem air tidak jenuh (vadous zone) dan sistem air jenuh. Sistem air jenuh adalah air bawah tanah yang terdapat pada suatu lapisan batuan dan berada pada suatu cekungan air tanah. Sistem ini dipengaruhi oleh kondisi geologi, hidrogeologi, dan gaya tektonik, serta struktur bumi yang membentuk cekungan air tanah tersebut. Air ini dapat tersimpan dan mengalir pada lapisan batuan yang kita kenal dengan akuifer (aquifer). commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mengingat bahwa air tanah berada pada zona atau lapisan dekat permukaan tanah yang meloloskan air disebut dengan akuifer, Todd (1989) membagi keberadaan air tanah dalam zona aerasi menjadi tiga bagian, di antaranya zona kelengasan tanah (zona yang berupa tanah atau berbagai material yang berada di dekat permukaan bumi dan dapat memberikan air ke atmosfer melalui evapotranspirasi), zona antara (zona yang berada di antara zona kelengasan tanah dan zona kapiler, zona antara tebalnya tidak tetap dan air yang terkandung di dalamnya mempunyai daya serap ke bawah atau disebut air gravitasi dan air pellikuler), dan zona kapiler (zona yang terjadi di atas lapisan jenuh air yang tebalnya terbatas setinggi naiknya air secara kapiler). Menurut Todd (1989) akuifer dibagi menjai 4 macam, yaitu: 1. Akuifer Tidak Tertekan (Unconfined Aquifer) merupakan akuifer yang berada di bagian atas dibatasi oleh muka air tanah, sedang di bagian bawah dibatasi oleh lapisan batuan yang mempunyai sifat impermeabel atau kedap air. 2. Akuifer Tertekan (Confined Aquifer) merupakan akuifer yang di bagian atas dan
bawah
dibatasi
oleh
lapisan
batuan
yang
mempunyai
sifat
impermeabel/kedap air. 3. Akuifer Setengan Tertekan (Semi Confined Aquifer) merupakan akuifer yang di bagian atas dilapisi oleh batuan yang semi permeabel, sedang di bagian bawah dilapisi oleh lapisan batuan yang impermeabel/kedap air. 4. Akuifer Setengah Bebas (Semi Unconfined Aquifer) merupakan akuifer yang di bagian atas dibatasi oleh lapisan batuan yang permeabilitasnya antara semicommit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
confined dan confined, sedang di bagian bawah dibatasi oleh lapisan impermeabel/kedap air. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Seyhan (1993). Tipe akuifer dibagi menjadi 4, antara lain: 1. Akuifer Tidak Tertekan, disebut juga akuifer bebas, freatik atau non artesis. Batas-batasnya adalah muka air tanah. Kelengkungan dan kedalaman muka air tanah beragam tergantung pada kondisi-kondisi permukaan. 2. Akuifer Tertekan, disebut juga akuifer artesis atau akuifer tertekan yaitu akuifer air tanah tertutup antara dua strata yang relatif kedap air. 3. Akuifer Melayang, merupakan akuifer tak terbatas karena tubuh air tanah dipisahkan dari tunuh utama air tanah oleh stratum yang relatif kedap air dengan luas yang kecil. 4. Akuifer Semi Tertekan, merupakan akuifer yang bertekanan yang dibatasi oleh lapisan-lapisan semi permeabel. Asdak (1995) berpendapat bahwa akuifer pada dasarnya adalah kantong pembawa air yang berada di dalam tanah dan dibedakan menjadi dua, yaitu: akuifer Bebas (akuifer bebas terbentuk ketika tinggi permukaan air tanah (water table) menjadi batas atas zona tanah jenuh dan akuifer Terkekang (akuifer terkekang dikenal sebagai artesis, terbentuk ketika air tanah dalam dibatasi oleh lapisan kedap air sehingga tekanan di bawah lapisan kedap air tersebut lebih besar daripada tekanan atmosfer).
commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sumur Artesis
Lapisan kedap air
Aliran sumur artesis
Permukaan Piezometrik
Akuifer tak tertekan
Akuifer tertekan
Muka air tanah Lapisan atas akuifer tertekan
Gambar 1. Akuifer Tidak Tertekan dan Akuifer Tertekan Sumber: Asdak, 1995.
2. Gerakan Air Tanah Perbedaan potensi kelembaban total dan kemiringan antara dua titik/lokasi dalam lapisan tanah dapat menyebabkan gerakan air dalam tanah. Air bergerak dari tempat dengan potensi kelembaban tinggi ke tempat dengan potensi kelembaban yang lebih rendah. Selanjutnya air akan bergerak mengikuti lapisan (lempengan) formasi geologi sesuai dengan arah kemiringan lapisan formasi geologi tersebut. Kelembaban tanah tidak selalu mengakibatkan gerakan air dari tempat basah ke tempat kering. Air dapat bergerak dari tempat kering ke daerah basah seperti terjadi pada proses perkolasi air tanah. Oleh pengaruh energi panas matahari, air juga dapat bergerak ke arah permukaan tanah, sampai tiba gilirannya menguap ke udara (proses evaporasi) (Asdak, 1995). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
Todd (1996) mengemukakan bahwa gerakan air tanah dipengaruhi oleh prinsip-prinsip hidrolika yang telah tersusun rapi. Pada umumnya aliran air tanah melewati akuifer yang merupakan media tiris. Permeabilitas merupakan ukuran kemudahan aliran yang melewati akuifer tersebut, dan merupakan konstanta penting dalam persamaan aliran. Wilson EM (1993) berpendapat bahwa aliran air tanah berlangsung dalam zat antara sarang, pori-pori tanah yang dilaluinya benarbenar sangat kecil dan umumnya berkisar antara 2 – 0.02 mm. Soemarto (1987) mengungkapkan bahwa gerak air tanah dibedakan menjadi 2, yaitu gerak air tanah vertikal (gerakan ini disebabkan oleh adanya gravitasi bumi yang menimbulkan gerakan air ke bawah dan gaya kapilaritas air dalam pori-pori tanah yang menyebabkan gerakan ke atas, kelebihan air tanah merupakan air gravitasi yang mengalir ke bawah akibat gaya gravitasi dan air yang tidak bergerak ditahan oleh gaya kapiler sampai berat air akan naik) dan gerak air tanah horisontal (gerakan yang disebabkan oleh adanya perbedaan ketinggian antara muka air tanah di satu tempat dengan tempat yang lainnya. Air tanah akan bergerak secara lateral melalui akuifer dengan sifat poros yang mudah dilalui air sebagai medianya yaitu peresapan ke daerah pelepasan. Gerakan ini juga dipengaruhi oleh permeabilitas batuan dan gradient hidrolik).
3. Kualitas Air Tanah Kualitas air adalah mutu air yang memenuhi standar untuk tujuan tertentu. Syarat yang ditetapkan sebagai standar mutu air berbeda-beda tergantung tujuan penggunaan, sebagai contoh, air yang digunakan untuk irigasi memiliki standar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
mutu yang berbeda dengan air untuk dikonsumsi. Kualitas air dapat diketahui nilainya dengan mengukur peubah Fisika, Kimia dan Biologi (Trisnawulan, 2007). Arsyad (1989) menerangkan bahwa kualitas air merupakan tingkat kesesuaian air untuk dipergunakan bagi pemenuhan tertentu kehidupan manusia, seperti untuk air minum, mengairi tanaman, minuman ternak dan sebagainya. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 20 tahun 1990, tentang Pengendalian Pencemaran Air mendefinisikan peristilahan-peristilahan yang berkaitan dengan terminologi, karakteristik dan interkoneksi parameter-parameter kualitas air, antara lain: Kualitas air adalah sifat air dan kandungan mahluk hidup, zat, energi, atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut, dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, COD, kadar logam, dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya) (Effendi, 2003). Mason (2003) mengemukakan bahwa pemantauan kualitas air suatu perairan memiliki tiga tujuan utama, yaitu 1) Environmental Surveillance, bertujuan mendeteksi dan mengukur pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu pencemar terhadap kualitas lingkungan dan mengetahui perbaikan kualitas lingkungan setelah pencemar tersebut dihilangkan. 2) Establishing Water Quality Criteria, bertujuan mengetahui hubungan sebab akibat antara perubahan variabelvariabel ekologi perairan dengan parameter fisika dan kimia untuk mendapatkan baku mutu kualitas air, dan 3) Apprasial of Resources, bertujuan mengetahui gambaran kualitas air pada suatu tempat secara umum. commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kriteria mutu air adalah nilai-nilai yang didasarkan pada pengalaman dan kenyataan ilmiah yang dapat dipergunakan oleh pemakainya untuk menetapkan manfaat relatif dari air tertentu. Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur atau diuji berdasarkan parameter dan metode tertentu berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi dan unsur-unsur pencemar yang ditenggang keberadaannnya dalam air. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air dibagi menjadi empat kelas, yaitu: 1.
Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum dan atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
2.
Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk sarana/prasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
3.
Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang menpersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi, pertanaman dan atau untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kualitas air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan oleh bagi
peruntukkan tertentu dengan ketentuan syarat dapat dilihat pada pada table 1. Parameter penentuan kualitas air di antaranya adalah: 1) Bau, Rasa, dan Warna Bau dan rasa umumnya disebabkan karena adanya zat organik tertentu yang dapat menyebabkan rasa tertentu. Selain itu, kandungan zat sulfida juga dapat menyebabkan air menjadi berbau seperti telur busuk. Air yang normal umumnya tidak berasa. Rasa yang menyimpang umumnya dihubungkan dengan bau. Rasa yang menyimpang disebabkan oleh adanya zat-zat kimia tertentu. Warna merupakan salah satu indikator pencemaran yang ditunjukkan oleh air limbah. Warna air yang tidak normal biasanya menunjukkan adanya polusi. Warna pada air dapat disebabkan adanya penguraian zat organik alami seperti humus, lignin, tannin, dan asam organi lainnya. Selain itu, pasir, tanah, mikroorganisme (alga dan lumut) dan warna hasil industri (tekstil, kertas, dan pewarna makanan) juga dapat membuat air menjadi berwarna. Berdasarkan baku mutu air minum, air minum yang baik adalah tidak berbau, berasa, dan berwarna (Fardiaz, 1992).
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1. Klasifikasi mutu air menurut PP No. 82 Tahun 2001 KELAS PARAMETER
SATUAN
KETERANGAN I
II
III
IV
FISIKA Suhu Residu Terlarut
Residu Tersuspensi
⁰C
Deviasi 3
Deviasi 3
Deviasi 3
Deviasi 5
mg/L
1000
1000
1000
2000
mg/L
50
50
400
Deviasi suhu dari keadaan ilmiah
400
Bagi pengolahan air minum secara konvensional, residu tersuspensi < 5000 mg/L Apabila secara ilmiah di luar rentang tsb, maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah
KIMIA
pH
-
6-9
6-9
6-9
6-9
BOD
mg/L
2
3
6
12
COD
mg/L
10
20
50
100
DO
mg/L
6
4
3
0
Total fosfat sbg P
mg/L
0,2
0,2
1
5
-
NO3 sbg N
mg/L
10
10
20
20
NH3-N
mg/L
0,5
-
-
-
Bagi perikanan, kandungan amonia bebas untuk ikan yang peka < 0.02 mg/L sbg NH3
Arsen
mg/L
0,05
1
1
1
-
Kobalt
mg/L
0,2
0,2
0,2
0,2
-
Barium
mg/L
1
-
-
-
-
Boron
mg/L
1
1
1
1
-
Selenium
mg/L
0,01
0,05
0,05
0,05
-
Kadmium
mg/L
0,01
0,01
0,01
0,01
-
Krom (IV)
mg/L
0,5
0,05
0,05
0,01
Tembaga
mg/L
0,02
0,02
0,02
0,2
Besi
mg/L
0,3
-
-
-
Timbal
mg/L
0,03
0,03
0,03
1
Mangan
mg/L
1
-
-
-
Air Raksa
mg/L
0,001
-
-
-
Seng
mg/L
0,3
0,05
0,05
5
Khlorida
mg/L
600
-
-
-
-
Sianida
mg/L
0,02
0,02
0,02
-
-
Fluorida
mg/L
0,5
1,5
1,5
-
Nitrit sbg N
mg/L
0,06
0,06
0,06
-
Sulfat
mg/L
400
-
-
-
Khlorin bebas
mg/L
0,03
0,03
0,03
-
Belerang sbg H2S
mg/L
0,002
0,002
0,002
-
E. coli
jml/100 mL
100
1000
2000
2000
Total coliform
jml/100 mL
1000
10000
10000
Angka batas minimum
Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Cu < 1 mg/L Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Fe < 5 mg/L Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Pb < 0.1 mg/L Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Zn < 5 mg/L
Bagi pengolahan air minum secara konvensional, NO2N < 1 mg/L Bagi ABAM tidak dipersyaratkan -
MIKROBIOLOGI
commit to5000 user
Bagi pengolahan air minum secara konvensional, fecal coliform < 2000 jml/100mL dan total coliform < 10000 jml/100mL
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2. Daftar persyaratan kualitas air bersih (PerMenKes RI No. 416/1990) PARAMETER
Satuan
Kadar Maksimum yang diperbolehkan
Keterangan
FISIKA Bau
-
-
Tidak berbau
mg/L
1500
-
Skala NTU
25
-
-
-
Tidak berasa
Suhu
⁰C
dev 3
-
Warna
skala TCU
50
-
Air Raksa
mg/L
0,001
-
Arsen
mg/L
0,05
-
Besi
mg/L
1,0
-
Fluorida
mg/L
1,5
-
Kadmium
mg/L
0,005
-
Kesadahan
mg/L
500
-
Klorida
mg/L
600
-
Kromium
mg/L
0,05
-
Mangan
mg/L
0,5
-
Nitrat sbg N
mg/L
10
-
Nitrit sbg N
mg/L
1,0
-
-
6,5-9,0
batas min & maks, khusus air hujan pH min 5,5
Selenium
mg/L
0,01
-
Seng
mg/L
15
-
Sianida
mg/L
0,1
-
Sulfat
mg/L
400
-
Timbal
mg/L
0,05
-
Aldrin & Dieldrin
mg/L
0,0007
-
Benzena
mg/L
0,01
-
Benzo (a) pyrene
mg/L
0,00001
-
Chlordane
mg/L
0,007
-
Cloroform
mg/L
0,003
-
2,4 D
mg/L
0,10
-
DDT
mg/L
0,03
-
Detergen
mg/L
0,5
-
1,2 Discloroethane
mg/L
0,01
-
1,1 Discloroethane
mg/L
0,0003
-
Heptaclor
mg/L
0,003
-
Hexachlorobenzene
mg/L
0,00001
-
Gemma-HCH
mg/L
0,004
-
Methoxychlor
mg/L
0,10
-
Pentachlorophanol
mg/L
0,01
-
Pestisida Total
mg/L
0,10
-
2,4,6 urichlorophenol
mg/L
0,01
-
zat organik (KMnO4)
mg/L
10
-
jml/100mL
50
Bukan air pipaan
Jumlah zat padat terlarut (TDS) Kekeruhan Rasa
KIMIA
pH
BIOLOGI Total koliform
commit jml/100mL
to10user
air pipaan
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Suhu Suhu suatu badan perairan dipengaruhi oleh musim, posisi lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air. Suhu merupakan salah satu karakter yang sangat penting karena perubahan suhu dapat memberikan perubahan kualitas air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses Fisika, Kimia dan Biologi badan air. Peningkatan suhu dapat mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatilisasi. Peningkatan suhu juga dapat menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air, seperti O2, CO2, N2 dan sebagainya (Effendi, 2003).
3) TSS (Total Suspended Solid ) Padatan adalah bahan yang masih tetap tinggal sebagai sisa selama penguapan dan mengalami pemanasan pada suhu 103-105 ºC. Bahan-bahan yang masih mempunyai tekanan uap kecil di bawah suhu 103-105 ºC akan hilang selama penguapan dan pemanasan (Smith, 2005). Padatan tersuspensi merupakan padatan dengan ukuran lebih besar dari satu mikron, dapat mengendap sendiri tanpa bantuan koagulan, meskipun dalam waktu agak lama (Rubiyah, 2007). Penentuan padatan tersuspensi sangat berguna dalam analisis perairan tercemar dan buangan, dan dapat digunakan untuk mengevaluasi kekuatan air buangan. Selain itu dapat menentukan efisiensi unit-unit pengolahan. Pengendapan bahan ini dapat dilakukan dengan proses biologis dan flokulasi kimia (Saeni, 1989).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
36 digilib.uns.ac.id
4) pH (derajat keasaman) Nilai derajat keasaman (pH) dapat didefinisikan sebagai ukuran dari aktivitas ion hidrogen (H+) yang menunjukkan suasana asam atau basa. Pescod (1973) menyatakan bahwa nilai pH menunjukkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan sejumlah ion hidrogen akan menunjukkan apakah perairan tersebut bersifat asam atau basa. Air limbah dengan kondisi yang tidak netral akan menyulitkan proses biologis, sehingga mengganggu proses penjernihan. Semakin kecil nilai pH nya, maka air tersebut bersifat asam. Air buangan yang bersifat asam atau basa dapat menurunkan daya pembersih (Sugiarto, 2006). Nilai pH perairan dapat berfluktuasi karena dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis, respirasi organisme akuatik, suhu dan keberadaan ion-ion di perairan tersebut. Nilai pH air lindi pada tempat pembuangan sampah perkotaan berkisar antara 1.5 – 9.5 (Barus, 2002).
5) DO (Dissolved oxygen/oksigen terlarut) Oksigen terlarut (dissolved oxygen) merupakan konsentrasi gas oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari hasil fotosintesis oleh fitoplankton atau tumbuhan air dan proses difusi dari udara. Faktor yang mempengaruhi jumlah oksigen terlarut di dalam air adalah jumlah kehadiran bahan organik, suhu, aktivitas bakteri, kelarutan, fotosintesis dan kontak dengan udara. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian dan musiman tergantung pada percampuran (mixing) dan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan keadaan limbah yang masuk ke badan air, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
sehingga akan mempengaruhi kelarutan dan keberadaan unsur-unsur nutrien di perairan (Fardiaz, 1992).
7) BOD (Biochemical Oxygen Demand ) BOD adalah jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik yang terdapat dalam air pada keadaan aerobik yang diinkubasi pada suhu 20°C selama 5 hari, sehingga sering disebut BOD5. Nilai BOD5 perairan dapat dipengaruhi oleh suhu, densitas plankton, keberadaan mikroba, serta jenis dan kandungan bahan organik (Effendi, 2003). Nilai BOD5 ini juga digunakan untuk menduga jumlah bahan organik di dalam air limbah yang dapat dioksidasi dan akan diuraikan oleh mikroorganisme melalui proses biologi. Berbeda dengan COD yang memberikan gambaran jumlah total bahan organik yang mudah terurai maupun yang sulit terurai (non biodegradable), BOD memberikan gambaran jumlah bahan organik yang dapat terurai secara biologis (bahan organik mudah urai, biodegradable organic matter) dan umumnya nilai BOD lebih rendah dari COD (Hariyadi, 2001).
8) COD (Chemical Oxygen Demand ) COD menyatakan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi semua bahan organik yang terdapat di perairan menjadi CO2 dan H2O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang diperlukan dalam mengoksidasi air sampel. Bila BOD memberikan gambaran jumlah bahan organik yang dapat terurai secara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
biologis (bahan organik mudah urai, biodegradable organic matter), maka COD memberikan gambaran jumlah total bahan organik yang mudah terurai maupun yang sulit terurai (non biodegradable ) (Hariyadi, 2001). Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air (Fardiaz, 1992). Umumnya nilai COD lebih tinggi dibandingkan dengan uji BOD, hal ini dikarenakan bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD (Achmad, 2004).
9) Nitrat Nitrat adalah bentuk nitrogen utama dalam perairan dan merupakan nutrien utama bagi tumbuhan dan algae. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil, dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan (Effendi, 2003). Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung dalam kondisi aerob. 2 NH3 + 3 O2 Nitrosomonas → 2 NO2- + 2 H+ + 2 H2O 2 NO2- + O2Nitrobacter → 2 NO3Effendi (2003) juga menyatakan bahwa kadar nitrat yang melebihi 5 mg/L menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia (pencucian dan pengolahan makanan) serta tinja hewan. Kadar nitratcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
nitrogen yang lebih dari 2 mg/L dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi perairan yang selanjutnya memacu pertumbuhan algae serta tumbuhan air lain menjadi pesat (blooming).
10) Sulfat Sulfat adalah bentuk sulfur utama dalam perairan dan tanah. Di perairan yang diperuntukkan bagi air minum sebaiknya tidak mengandung senyawa natrium sulfat (Na2SO4) dan magnesium sulfat (MgSO4) (Hariyadi, 1992). Di perairan, sulfur berikatan dengan ion hidrogen dan oksigen. Reduksi (pengurangan oksigen dan penambahan hidrogen) anion sulfat menjadi hidrogen sulfida pada kondisi anaerob dalam proses dekomposisi bahan organik menimbulkan bau yang kurang sedap dan meningkatkan korosivitas logam. SO42- + bahan organik bakteri S2- + H2O + CO2 → S2- + 2 H+ anaerob H2S Pada perairan alami yang mendapat cukup aerasi biasanya tidak ditemukan H2S karena telah teroksidasi menjadi sulfat. Kadar sulfat pada perairan tawar alami berkisar antara 2 – 80 mg/L. Kadar sulfat air minum sebaiknya tidak melebihi 400 mg/L (Effendi, 2003).
11) Besi (Fe) Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada umumnya, besi yang ada di dalam air dapat bersifat terlarut sebagai Fe
2+
(ferro)
atau Fe3+ (ferri), tersuspensi sebagai butiran koloidal (diameter <1μm) atau lebih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
besar, seperti Fe2O3, FeO, Fe(OH)3 dan sebagainya, serta tergabung dengan zat organik atau zat padat yang anorganik (Alaerts, 1984). Besi dalam bentuk ferro maupun ferri tergantung pada nilai pH dan kandungan oksigen terlarut. Pada pH normal dan terdapat oksigen yang cukup, kandungan besi ferro yang terlarut akan dioksidasi menjadi ferri yang mudah terhidrolisa membentuk endapan ferri hidroksida yang tidak larut dan mengendap di dasar perairan sehingga membentuk warna kemerahan pada substrat dasar. Kadar besi yang tinggi terdapat pada air yang berasal dari air tanah dalam yang bersuasana anaerob atau dari lapisan dasar perairan yang sudah tidak mengandung oksigen. Kadar besi pada perairan alami berkisar antara 0.05 – 0.2 mg/L (Boyd, 1988 in Effendi, 2003) pada air tanah dalam dengan kadar oksigen yang rendah kadar besinya dapat mencapai 10–100 mg/L. Kadar besi > 1,0 mg/L dianggap membahayakan kehidupan organisme akuatik. Sedangkan bagi perairan yang diperuntukkan bagi keperluan pertanian sebaiknya memiliki kadar besi yang tidak lebih dari 20 mg/L (McNeely et al, 1979 in Effendi, 2003).
12) Timbal (Pb) Keberadaan logam-logam di dalam air selain dapat mengganggu proses enzimatik juga menyebabkan polusi khususnya logam Pb. Logam ini sangat reaktif terhadap ikatan ligan dengan sulfur dan nitrogen sehingga mengganggu sistem fungsi metaloenzim (bersifat racun) terhadap metabolisme sel itu sendiri. Apabila sitoplasma mengikat logam yang salah (non-esensial) atau sitoplasma mengikat logam lain yang bukan semestinya maka akan dapat menyebabkan commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rusaknya kemampuan katalitik (detoksikasi) dari sel tersebut. Hal ini sering terjadi pada sel-sel respirasi yaitu epitel insang yang menjadi rusak karena beberapa logam terikat sebagai ligan. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju absorpsi logam dalam air yaitu kadar garam (air laut), alkalinitas (air tawar), hadirnya senyawa kimia lain, temperatur, pH, besar kecilnya organisme dan kondisi kelaparan dari organisme (Darmono, 1995).
13) Klorida (Cl-) Tingkat konsentrasi kelarutan khusus garam dapur (NaCl), dimana disamping sebagai akibat pelarutan mineral yang mengandung Na dan Cl-, unsur garam ini dapat terjadi sebagai hasil dari ikatan-ikatan residu dari penggunaan pupuk kimia pertanian dan limbah cair dari industri dan rumah tangga. Kandungan garam dalam air tawar adalah < 0.05%. Hampir semua perairan alami mengandung klorida (Cl-). Konsentrasinya sangat bervariasi, dari konsentrasi yang rendah sampai konsentrasi yang besar (seperti yang terkandung dalam air laut). Perubahan konsentrasi klorida dalam air dipengaruhi beberapa faktor, antara lain pencemaran dari perairan lain (sungai dan danau), limbah industri dan rumah tangga, serta intrusi air laut. Dampak yang mungkin timbul dengan tingkat klorida dalam garam yang tinggi adalah dapat mematikan biota/tumbuhan air sehingga berpengaruh terhadap sistem rantai makanan serta dapat terjadi peningkatan nilai DHL dan kelarutan beberapa logam yang terdapat dalam batuan dimana sumberdaya air berada (Mulyana dkk, 2007). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
14) Bakteri Coliform fecal Air merupakan media yang baik untuk kehidupan bakteri, baik yang bersifat patogen maupun non-patogen. Mikroorganisme yang terdapat di dalam air berasal dari sumber seperti udara, tanah, sampah, lumpur, tanaman hidup atau mati, hewan hidup atau mati, kotoran manusia atau hewan serta bahan organik lainnya. Pencemaran air oleh bakteri, biasanya tercermin pada kandungan coliform dalam air (Fardiaz, 1992 ). Smittle (1992) mendefinisikan bakteri indikator sebagai sekumpulan jenis bakteri yang ditemukan dalam suatu sampel tertentu dan dapat digunakan untuk mendeteksi atau mengindikasikan adanya bakteri patogen di sekitarnya. Sedangkan menurut Pelczar dan Chan (1988) bakteri indikator merupakan sejenis mikroorganisme yang kehadirannya dalam air merupakan bukti bahwa air tersebut tercemari oleh bahan tinja dari manusia atau hewan berdarah panas. Artinya, terdapat peluang bagi berbagai macam mikroorganisme patogenik yang secara berkala terdapat dalam saluran pencernaan untuk masuk ke dalam air. Alaerts dan Santika (1984) menyatakan bahwa bakteri yang sering digunakan sebagai indikator untuk menilai kualitas suatu perairan adalah bakteri Coliform fecal (yang di dalamnya terkandung Escherichia coli), Streptococcus fecal, dan Clostridium perfringers. Bakteri Coliform merupakan bakteri yang berasal dari tinja manusia, hewan berdarah panas, hewan berdarah dingin, dan dari tanah. Bakteri Coliform mudah dideteksi, sehingga jika bakteri tersebut ditemui dalam sampel air berarti air tersebut tercemar oleh tinja dan kemungkinan besar perairan tersebut mengandung bakteri patogen. commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Koliform dibagi menjadi dua kelompok yang dibedakan berdasar kemampuan
bakteri
koliform
pada
masing-masing
kelompok
untuk
memfermentasikan laktosa dan memproduksi asam dan gas. Kelompok kedua selain koliform fekal adalah koliform non fekal yang terdiri dari bakteri koliform yang biasa banyak ditemukan pada hewan atau tanaman yang telah mati (Fardiaz, 1992). Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 82 tahun 2001, kadar maksimum total koliform yang diperbolehkan pada perairan umum yang diperuntukkan untuk mengairi pertanaman dan peternakan sebesar 1.000 MPN/100ml. Semakin sedikit kandungan Coliform, maka kandungan air semakin baik.
4. Pencemaran Air Tanah Pencemaran air adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur, atau komponen lainnya ke dalam air sehingga menyebabkan kualitas air terganggu. Kualitas air yang terganggu ditandai dengan perubahan bau, rasa, dan warna (Sastrawijaya, 2000). Menurut PP No.82 tahun 2001, pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. a. Degradasi Air Tanah Degradasi air tanah merupakan tingkat penurunan kualitas air tanah akibat zat-zat pencemar yang masuk ke dalam lapisan tanah sehingga air tanah tidak dapat dimanfaatkan sebagaimana fungsinya. Aktivitas manusia merupakan faktor commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
yang paling berpengaruh terhadap penurunan kualitas air tanah dan tidak jarang menimbulkan pencemaran. Sumber-sumber yang dapat menimbulkan penurunan kualitas air tanah adalah intrusi air laut, limbah kota, limbah industri, dan limbah pertanian. Apabila air yang tercemar masuk ke dalam tanah dan di dalam tanah belum mengalami pembersihan alami, maka akan mengakibatkan penurunan kualias air dari aslinya. Penurunan tersebut ditandai dengan naiknya unsur-unsur kimia air, bakteri, perubahan keadaan fisika air (Fardiaz, 1992). Air dapat merembes melalui tanah yang bersifat permeabel namun tidak dapat menembus lapisan lempung yang kedap air yang disebut lapisan impermeabel. Proses kontaminasi air tanah atau masuknya kontaminan ke dalam air tanah tidak dapat lepas dari dua proses, yaitu infiltrasi dan dispersi (perkolasi) (Asdak, 1995). Infiltrasi merupakan proses masuknya air beserta bahan-bahan yang terlarut di dalamnya ke dalam lapisan tanah. Infiltrasi dipengaruhi oleh gaya kapiler disebut infiltrasi terbuka, sedangkan ilfiltrasi yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi disebut infiltrasi tertutup. Besarnya infiltrasi tergantung dsari sifat tanah, semakin kecil pori-pori tanah makin sedikit infiltasi yang terjadi. Dispersi merupakan hasil simultan dari gerakan bahan-bahan yang tercampur di dalam air secara mekanis dan fisika-kimia untuk menghasilkan suatu bentuk campuran yang homogen (Wilson EM, 1993). Proses pencemaran juga dapat diakibatkan oleh keadaan fisik atau konstruksi sumur yang buruk. Pemilihan lokasi sumur yang berdekatan dengan daerah buangan akan mempengaruhi resiko resapan bahan pencemar. Sumur dengan kondisi tanah yang lebih berpori akan lebih terpengaruh oleh air di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
45 digilib.uns.ac.id
sekitarnya daripada tanah yang berpori lebih kedap. Jarak genangan air terhadap sumur juga berpengaruh dalam suatu lingkungan dengan rumah yang padat, kualitas air sumur dapat terpengaruh oleh pengelolaan air buangan kamar mandi dan septik tank. Selain itu, tanah dengan kemiringan besar (derajat kemiringan yang besar) akan mudah mengalirkan air sehingga lokasi sumur yang berdekatan dengan sungai dengan kemiringan yang besar dapat menjadi penyebab penurunan kualitas air sumur (Kartasapoetra dkk, 1985).
b. Penentuan Tingkat Degradasi Air Tanah Sampah merupakan salah satu permasalahan yang selalu menyebabkan pencemaran di samping limbah pertanian dan limbah industri. Menurut UndangUndang No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pembuangan sampah secara rutin ke dalam TPA dapat menimbulkan pencemaran terhadap perairan baik di permukaan maupun di dalam tanah. Sampah yang bertambah secara terus-menerus akan mempengaruhi tingkat degradasi dari sampah sehingga akan lebih berpotensi mencemari lingkungan. Penguraian sampah organik bisa menghasilkan zat hara, zat-zat kimia yang bersifat toksik dan bahan-bahan organik terlarut. Semua zat tersebut akan mempengaruhi kualitas air, baik air permukaan maupun air tanah dan perubahan tersebut berpengaruh terhadap sifat Fisik, Kimia, dan Biologi perairan (Boyd, 1982). Mengacu pada ketentuan Pasal 14 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
Air maka Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup menetapkan adanya Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air (kualitas air) yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan. Penentuan status mutu air dapat menggunakan Metode STORET atau Metode Indeks Pencemaran. i. Penentuan Status Mutu Air dengan Metode STORET Metoda STORET merupakan salah satu metoda untuk menentukan status mutu air yang umum digunakan. Dengan metoda STORET ini dapat diketahui parameter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Secara prinsip metoda STORET adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air. Prinsip dari metode ini adalah membandingkan antara data kualitas dengan baku mutu yang disesuaikan dengan peruntukkannya guna menentukan status mutu air (Kepmen LH No. 115 Tahun 2003). Tahapan analisis data untuk menentukan indeks STORET adalah sebagai berikut : (1) Data hasil pengukuran untuk tiap parameter dibuat tabulasi nilai kadar maksimum, minimum maupun rata-rata yang kemudian dibandingkan dengandata hasil pengukuran dan nilai baku mutu yang sesuai dengan peruntukannya. (2) Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran ≤ bakumutu) maka diberi skor 0. (3) Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran > baku mutu) maka diberi skor sebagaimana ditunjukkan pada Tabel commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. (4) Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunyadari jumlah skor yang diperoleh dengan menggunakan Sistem EPA (Environmental Protection Agency). Tabel 3. Penentuan status mutu air dengan Indeks Pencemaran (IP) Parameter Jumlah contoh Nilai Fisika Kimia Biologi Minimum -1 -2 -3 < 10 Maksimum -1 -2 -3 Rata-rata -3 -6 -9 Minimum -2 -4 -6 10 Maksimum -2 -4 -6 Rata-rata -6 -12 -18 Sumber: Kepmen LH No. 115 Tahun 2003 Cara untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai dari “US-EPA (Environmental Protection Agency)” dengan mengklasifikasikan mutu air dalam empat kelas, yaitu : (1) Kelas A : baik sekali, skor = 0
memenuhi baku mutu
(2) Kelas B : baik, skor = -1 s/d -10
cemar ringan
(3) Kelas C : sedang, skor = -11 s/d -30
cemar sedang
(4) Kelas D : buruk, skor ≥ -31
cemar berat
ii. Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Indeks Pencemaran (IP) Indeks Pencemaran (Pollution Index) digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang diizinkan. Indeks ini memiliki konsep yang berlainan dengan Indeks Kualitas Air (Water Quality Index). Indeks Pencemaran (IP) ditentukan untuk suatu peruntukan, kemudian dapat dikembangkan untuk beberapa peruntukan bagi seluruh bagian badan air atau sebagian dari suatu sungai.
commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengelolaan kualitas air atas dasar Indeks Pencemaran (IP) ini dapat memberi masukan pada pengambil keputusan agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa pencemar. IP mencakup berbagai kelompok parameter kualitas yang independent dan bermakna. Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam Baku Peruntukan Air (j), dan Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas air (i) yang diperoleh dari hasil analisis cuplikan air pada suatu lokasi pengambilan cuplikan dari suatu alur sungai, maka PIj adalah Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi dari Ci/Lij. PIj = _ (C1/L1j, C2/L2j,…,Ci/Lij) ……………………….……... (2-1) Tiap nilai Ci/Lij menunjukkan pencemaran relatif yang diakibatkan oleh parameter kualitas air. Nisbah ini tidak mempunyai satuan. Nilai Ci/Lij = 1,0 adalah nilai yang kritik, karena nilai ini diharapkan untuk dipenuhi bagi suatu Baku Mutu Peruntukan Air. Jika Ci/Lij >1,0 untuk suatu parameter, maka konsentrasi parameter ini harus dikurangi atau disisihkan, kalau badan air digunakan untuk peruntukan (j). Jika parameter ini adalah parameter yang bermakna bagi peruntukan, maka pengolahan mutlak harus dilakukan bagi air itu. Pada model IP digunakan berbagai parameter kualitas air, maka pada penggunaannya dibutuhkan nilai rata-rata dari keseluruhan nilai Ci/Lij sebagai tolok-ukur pencemaran, tetapi nilai ini tidak akan bermakna jika salah satu nilai Ci/Lij bernilai lebih besar dari 1. Jadi indeks ini harus mencakup nilai Ci/Lij yang maksimum
commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PIj = _ {(Ci/Lij)R,(Ci/Lij)M} …………………..…….…..(2-2) Dengan (Ci/Lij)R : nilai ,Ci/Lij rata-rata (Ci/Lij)M : nilai ,Ci/Lij maksimum Jika (Ci/Lij)R merupakan ordinat dan (Ci/Lij)M merupakan absis maka PIj merupakan titik potong dari (Ci/Lij)R dan (Ci/Lij)M dalam bidang yang dibatasi oleh kedua sumbu tersebut.
Gambar 2. Pernyataan Indeks untuk suatu Peruntukan (j) Perairan akan semakin tercemar untuk suatu peruntukan (j) jika nilai (Ci/Lij)R dan atau (Ci/Lij)M adalah lebih besar dari 1,0. Jika nilai maksimum Ci/Lij dan atau nilai rata-rata Ci/Lij makin besar, maka tingkat pencemaran suatu badan air akan makin besar pula. Jadi panjang garis dari titik asal hingga titik Pij diusulkan sebagai faktor yang memiliki makna untuk menyatakan tingkat pencemaran. …………………………………………...(2-3) Dimana m = faktor penyeimbang Keadaan kritik digunakan untuk menghitung nilai m PIj = 1,0 jika nilai maksimum Ci/Lij = 1,0 dan nilai rata-rata Ci/Lij = 1,0 maka
, maka persamaan 3-3 menjadi commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
……………………………………………..(2-4) Metoda ini dapat langsung menghubungkan tingkat ketercemaran dengan dapat atau tidaknya sungai dipakai untuk penggunaan tertentu dan dengan nilai parameter-parameter tertentu. Evaluasi terhadap nilai PI adalah : 0 ≤ PIj ≤ 1,0
memenuhi baku mutu (kondisi baik)
1,0 < PIj ≤ 5,0
cemar ringan
5,0 < PIj ≤ 10
cemar sedang
PIj > 10
cemar berat
5. Air Lindi Air lindi (leachate) atau air luruhan sampah merupakan tirisan cairan sampah hasil ekstrasi bahan terlarut maupun tersuspensi. Air lindi merupakan air dengan konsentrasi kandungan organik yang tinggi yang terbentuk dalam landfill akibat adanya air hujan yang masuk ke dalam landfill (Priyono, 2008). Air lindi merupakan cairan yang sangat berbahaya karena selain kandungan organiknya tinggi, juga dapat mengandung unsur logam (seperti Zn, Hg). Jika tidak ditangani dengan baik, air lindi dapat merembes ke dalam tanah sekitar landfill kemudian dapat mencemari air tanah di sekitar landfill. Air lindi memerlukan perlakuan awal, yaitu dengan menghilangkan kandungan inorganik dalam air lindi. Setelah kandungan inorganik dalam air lindi dapat dihilangkan atau dikurangi, kemudian air lindi dapat diolah lebih lanjut untuk menghilangkan kadar kandungan organiknya. Pada umumnya leachate terdiri atas senyawa-senyawa kimia hasil commit to user dekomposisi sampah dan air yang masuk dalam timbulan sampah (Satyani, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id
51 digilib.uns.ac.id
Air lindi dapat digolongkan sebagai senyawa yang sulit didegradasi, yang mengandung bahan-bahan polimer (makromolekul) dan bahan organik sintetik. Pada umumnya air lindi memiliki nilai rasio BOD5/COD sangat rendah (<0.4). Nilai rasio yang sangat rendah ini mengindikasikan bahwa bahan organik yang terdapat dalam air lindi bersifat sulit untuk didegradasi secara biologis. Angka perbandingan yang semakin rendah mengindikasikan bahan organik yang sulit terurai tinggi (Alaerts dan Santika, 1984). Komposisi air lindi sangat bervariasi karena proses pembentukannya dipengaruhi oleh karakteristik sampah (organikanorganik), mudah tidaknya penguraian (larut -tidak larut), kondisi tumpukan sampah (suhu, pH, kelembaban, umur), karakteristik sumber air (kuantitas dan kualitas air yang dipengaruhi iklim dan hidrogeologi), komposisi tanah penutup, ketersediaan nutrien dan mikroba, dan kehadiran in hibitor (Fardiaz, 1992). Selain itu, Effendi (2003) menyatakan bahwa proses penguraian bahan organik menjadi komponen yang lebih sederhana oleh mikroorganisme aerobik dan anaerobik pada lokasi pembuangan sampah dapat menjadi penyebab terbentuknya gas dan air lindi. Kuantitas dan kualitas air lindi juga dapat dipengaruhi oleh iklim. Infiltrasi air hujan dapat membawa kontaminan dari tumpukan sampah dan memberikan kelembaban yang dibutuhkan bagi proses penguraian biologis dalam pembentukan air lindi. Meskipun sumber dari kelembabannya mungkin dibawa oleh sampah masukkannya, tetapi sumber utama dari pembentukkan air lindi ini adalah adanya infiltrasi air hujan. Jumlah hujan yang tinggi dan sifat timbunan yang tidak solid akan mempercepat pembentukkan dan meningkatkan kuantitas air lindi yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
dihasilkan (Pohland dan Harper, 1985). Boyd (1982) menyatakan bahwa umur tumpukan sampah juga bisa mempengaruhi kualitas air lindi dan gas yang terbentuk. Perubahan kualitas air lindi dan gas menjadi parameter utama dalam mengetahui tingkat stabilisasi tumpukan sampah. Beberapa penelitian yeng membahas mengenai air lindi, di antaranya Prihastini (2006) menyatakan bahwa kandungan air lindi di TPA Winongo di Dusun Gembel, Kota Madiun di antaranya nilai pH 8.7, total suspended solid (TSS) 530 mg/L, biological oxygen demand (BOD5) sebesar 740 mg/L, dan chemical oxygen demand (COD) 7000 mg/L. Adanya air lindi dari efek dekomposisi sampah pada mengakibatkan kualitas air sumur di Dusun Gembel ditinjau dari parameter DO, BOD, COD, Mn, dan NO2 melampaui baku mutu yang dipersyaratkan menurut PP Nomor 82 Tahun 2001 untuk air Kelas I, sedang untuk parameter kesadahan, Fe, Cd, dan Pb masih memenuhi syarat baku mutu. Davis dan Cornwell (1991) menyatakan bahwa air lindi dari TPAS dengan sistem sanitary landfill mengandung pH 5.3–8.3, TSS 200-1000 mg/L, BOD5 200030.000 mg/L, dan COD 3000-45.000 mg/L. Sabahi et al (2009) menyatakan air lindi dari TPA kota Ibb, Yaman mengandung pH 8.24, BOD5/COD masih normal, tetapi kandungan senyawa logam seperti Pb, Ni, Cu, Cl, Ca, Mg, NH3, kesadahan, dan DO melampaui batas normal yang ditetapkan oleh Yemen’s Ministry of Water and Environment (YMWE, 1999). Talalaj IA dan L. Dzienis (2007) juga menyatakan bahwa keberadaan air lindi mempengaruhi kualitas air tanah. Pada penelitiannya, Talalaj dan Dzienis hanya mengukur kandungan senyawa logam dan hasilnya menunjukkan bahwa air tanah yang terkena air lindi mengandung commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
senyawa logam Bo, Sn, Cd, Cu, dan Fe yang tinggi. Ogundiran dan Afolabi (2008) menyatakan kandungan logam berat seperti Pb, Cd, Zn, Cu, dan Cr yang dihasilkan dari timbulan sampah (lindi) pada pembuangan sampah dengan sistem Open Dumping di Lagos merusak kondisi lingkungan sekitar.
6. Tempat Pembuangan Akhir Putri Cempo Surakarta Pertambahan penduduk dengan segala aktivitasnya telah mengakibatkan peningkatan jumlah sampah. Peningkatan sampah yang sangat besar akan menyebabkan proses dekomposisi alamiah berlangsung secara besar-besaran pula. Proses dekomposisi akan mengubah sampah menjadi bahan organik dan menimbulkan adanya hasil samping yaitu air lindi yang dapat mencemari air tanah jika dibuang ke lingkungan tanpa dilakukan pengolahan air lindi terlebih dahulu. Tabel 4. Komposisi Sampah Kota Surakarta Komposisi Sampah
TOTAL
% ton/hari Input sampah 100 225,00 Plastic film 3,33 7,48 Plastic rigrid 0,64 1,44 Metal non-ferro 0,04 0,10 Ferro 0,00 0,00 Textile 5,03 11,32 Rubber 0,90 2,01 Leather 0,00 0,00 Glass 0,43 0,96 Wood, Bamboo 5,50 12,38 Paper 2,99 6,72 Others 0,00 0,00 Total Dry Waste 18,85 42,21 Food & Yard Waste 81,15 182,59 Moisture content 70,00 127,81 Dry content 30,00 54,78 Blotong 0,00 0,00 Total 100 225,00 commit to user Sumber: Dokumen Feasibility Study Pengelolahan Sampah Kota Solo, 2011.
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan (UU RI No. 18 tahun 2008). TPA Putri Cempo sebagai satu-satunya TPA yang ada di Kota Surakarta telah berdiri sejak tahun 1987. TPA ini bertempat di kelurahan Mojosongo, di Surakarta bagian utara berbatasan dengan kabupaten Karanganyar. TPA Putri Cempo di Mojosongo memiliki data teknis sebagi berikut: luas : 17 Ha, tempat sarana/prasarana : 4 Ha, penimbunan sampah: 13 Ha, usia teknis : +/- 15 tahun (DKP Kota Surakarta, 2012). Pada TPA ini, total timbunan sampah di Kota Surakarta adalah 225 ton/hari dengan komposisi berdasarkan sumbernya ditunjukkan pada Tabel 4. Jumlah sampah yang dibuang di TPA Putri Cempo mengalami kenaikan setiap tahunnya yang ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah sampah di TPA Putri Cempo Surakarta selama lima tahun terakhir (ribu ton/tahun) Sumber sampah
Tahun
Jenis sampah 2007
2008
2009
2010
2011
Total
68.072
67.445
67.791
68.519
68.806
Organik
43.444
43.043
43.582
43.611
44.045
Total
11.007
10.956
10.051
10.217
10.894
Organik
9.159
9.116
8.981
8.802
9.015
Total
2.402
2.091
2.151
2.043
2.296
Organik
1.622
1.412
1.488
1.509
1.571
Total Organik 54.225 Sumber: DKP Kota Surakarta (2012)
53.571
54.051
53.922
54.631
Domestik
Pasar
Umum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
55 digilib.uns.ac.id
Pembuangan sampah di TPA Putri Cempo masih menggunakan metode open dumping, metode ini kurang menguntungkan bagi kualitas air tanah. Cara kerja sistem tersebut cukup sederhana yaitu dengan menggali tanah dan melapisinya dengan tanah liat yang dihubungkan ke sarana lain, yaitu saluran gas dan air lindi (leachate) pada instalasi pengolahan. Sistem pengolahan ini dapat mencemari air tanah karena pelindihan air sampah atau air lindi. Air sampah akan mencemari air tanah ketika air dari pembusukan sampah organik merembes ke dalam tanah atau terbawa bersama air hujan yang menginfiltrasi ke dalam tanah (Fardiaz, 1992).
Gambar 3. Kondisi TPA Putri Cempo Surakarta (Bappenas, 2012)
Saat ini kondisi saluran pengumpul air lindi yang ada di TPA Putri Cempo kemungkinan besar sudah tidak berfungsi karena area tumpukan sampah sudah melebihi areal sel penumpukan yang pernah dibangun, sehingga air lindi meresap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
56 digilib.uns.ac.id
langsung ke dalam atau mengalir langsung ke saluran air hujan ke sungai terdekat. Penanganan air lindi dengan eksisting yang ada masih cukup memadai, hanya diperlukan perbaikan konstruksi kolam yang ada. Untuk penyalurannya menggunakan parit/saluran drainase yang dibangun di sekitar area penumpukan dan dialirkan kolam lindi yang ada. Kolam lindi dapat diberikan tumbuhan Eceng Gondok dan tumbuhan lainnya yang dapat berfungsi menetralisir dan mendegradasi kandungan pencemar pada air lindi.
7.
Tata Guna Lahan Permukaan bumi mempunyai lingkungan fisik yang beragam dengan
berbagai unsur dan variasi pembentuknya. Unsur-unsur pembentuk lingkungan fisik tersebut meliputi faktor relief, litologi, stratigrafi, dan struktur perlapisan batuan atau keadaan geologinya. Keadaan unsur-unsur pembentuk permukaan bumi yang beragam tersebut bekerja dalam suatu proses geomorfologi yang menghasilkan aspek bentuk lahan. Bentuk lahan adalah bentukan alam di permukaan bumi, khususnya di daratan yang terjadi karena proses pembentukan tertentu atau melalui serangkaian evolusi tertentu pula (Ardyansyah, 2003). Pendekatan geomorfologi yang dikaitkan dengan kajian air tanah dangkal dikemukakan oleh Todd (1989) bahwa faktor litologi, struktur geologi dan stratigrafi merupakan informasi penting dalam evaluasi sumberdaya air tanah. pendapat yang sama juga disampaikan oleh Sutikno (1992) bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketersediaan air sebagai sumber penyedia air bersih adalah iklim, geomorfologi, hidrologi, hidrologi, vegetasi, dan penggunaan lahan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
57 digilib.uns.ac.id
Topografi merupakan gejala kenampakan bumi karena adanya gaya alam dari luar bumi yang terdapat dalam suatu daerah. Kelurahan Mojosongo merupakan dataran yang berombak sehingga mengakibatkan adanya kemiringan. Distribusi kemiringan lahan di Mojosongo tergolong 25-40 %. Areal TPA Putri Cempo merupakan lokasi tandus, pegunungan berbukit dan tebing yang terjal, merupakan tanah kosong, tidak subur, dan bukan kawasan lindung flora dan fauna (Badan Pusat Statistik Surakarta, 2012). Irma (1998) mengemukakan bahwa sifat tanah di sekitar TPA Putri Cempo tergolong dalam jenis tanah alluvial yang berwarna coklat keabu-abuan, tekstur lempung, konsistensi teguk (lembab), plastis (basah), dan kering (keras), selain itu tingkat permeabilitasnya rendah dan kepekaan terhadap erosi besar. Kelurahan Mojosongo terletak pada ketinggian 92 meter dari permukaan air laut dengan luas wilayahnya 532.927 Ha (DKP Kota Surakarta, 2012). Kondisi hidrologi di daerah TPA Putri Cempo terdiri dari air permukaan dan air tanah. Air permukaan berupa air sungai yang airnya berasal dari mata air maupun dari air hujan serta air saluran. Aliran air permukaan di sekitar TPA Putri Cempo berasal dari air hujan dan mengalir pada sungai-sungai kecil dimana sungai tersebut pada musim kemarau kering. Di musim penghujan, sungai kecil menampung air hujan dari permukaan dan diteruskan mengalir ke sungai Bengawan Solo. Sedangkan saluran kecil airnya berasal dari hasil pembuangan dan bekas cucian yang berasal dari rumah tangga (domestic) maupun warung-warung makan dan toko. Kondisi air tanahnya tergolong dalam. Kedalaman air tanah di sekitar TPA Putri Cempo mencapai 35 meter (Indarto, 2007). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
58 digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Berpikir Sampah adalah suatu bahan terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum mempunyai nilai ekonomis. Selain itu, sampah merupakan bahan buangan yang berpotensi menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, khususnya pencemaran air tanah. Pembuangan akhir merupakan tahap terakhir dalam pengelolaan sampah. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo Surakarta masih menggunakan sistem pembuangan terbuka, sistem ini banyak menimbulkan pengaruh negatif terhadap lingkungan terutama pada pemukiman sekitar TPA. Jenis sampah yang dibuang ke TPA berupa sampah organik maupun anorganik. Sampah organik yang tertimbun akan mengalami proses dekomposisi, salah satu hasil dekomposisi yang berupa cairan disebut air lindi (leachate) yang dapat menimbulkan pencemaran air tanah maupun air permukaan. Air lindi merupakan salah satu hasil dekomposisi sampah di sekitar TPA. Keberadaan air lindi yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari akuifer dan sumber air minum, serta membahayakan kesehatan dan lingkungan karena air lindi mengandung mikroba patogen, logam berat dan jenis lainnya. Air limbah yang dibiarkan akan mempunyai efek samping yang merugikan manusia, yaitu membahayakan kehidupan manusia karena dapat membawa penyakit, merugikan dari segi ekonomi karena dapat menimbulkan kerusakan pada benda atau bangunan, tanaman maupun peternakan, serta merusak ekosistem, yakni membunuh kehidupan yang ada pada perairan. Air lindian dari sampah cepat atau lambat akan mencapai akuifer tanah dan menyebar mengikuti pola penyebaran air commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tanah di sekitar lokasi TPA. Mengingat TPA Putri Cempo merupakan salah satu TPA yang ada di kota Surakarta dimana proses pengolahan air lindinya masih kurang memadai, maka perlu dilakukan analisis kualitas air tanah dangkal akibat air lindi (leachate) di lingkungan TPAS Putri Cempo. Analisis kualitas air tanah yang dilakukan mengacu pada ketetapan baku mutu air kelas I yang ditetapkan oleh PPRI No. 82 tahun 2001 dan PerMenKes RI No. 416/Menkes/PER/IX/1990 tentang persyaratan kualitas air bersih. Sampah TPA Putri Cempo Zat kimia berbahaya
Sampah Organik
Sampah Anorganik
Dekomposisi sampah organik
Air lindi (Leachate) Kandungan air lindi: padatan tersuspensi, residu terlarut, BOD, COD, DO, fosfat, boron, nitrat, amoniak, kadmium, krom, tembaga, aluminium, timbal, mangan, sianida, fluorida, klorida, nitrit, besi, sulfida, minyak-lemak, & koliform fekal.
Uji Kualitas Air Sumur
Aspek Fisika: Bau, Rasa, Warna, Suhu, TSS
Aspek Kimia: pH, DO, BOD, COD, NO3, SO4, Fe, Pb, Cl
Air Sumur
Aspek Biologi: Total Colliform fecal
Evaluasi Kualitas Air Sumur Pengelolaan Lingkungan TPA Putri Cempo commitKerangka to user Pemikiran Gambar 4. Skema
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Hipotesis 1. Kualitas air tanah dangkal di sekitar TPA Putri Cempo Surakarta diduga tercemar oleh air lindi ditinjau dari parameter Fisika (Bau, Rasa, Warna, Suhu, TSS), Kimia (pH, DO, BOD, COD, Nitrat, Sulfat, Besi, Timbal, Klorida) dan Biologi (Colliform fecal). 2. Terjadi penurunan tingkat degradasi kualitas air tanah dangkal di sekitar TPA Putri Cempo Surakarta berdasarkan Indeks Pencemaran (IP) dan metode STORET. 3. Terdapat alternatif rekomendasi pengelolaan air tanah di sekitar TPA Putri Cempo.
commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2012. Pengambilan contoh air dari sumur-sumur yang ada di sekitar TPA Putri Cempo Surakarta, yaitu di Desa Sulurejo dan Desa Randusari. Air sumur diuji kualitas air berdasarkan parameter Fisika, Kimia, dan Biologi di Laboratorium Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta.
B. Alat dan Bahan 1.
Alat-alat yang digunakan di lapangan adalah botol plastik bersih 1000 mL, tabung gelas ukuran 100 mL, alat tulis, termos es, thermometer, pH meter Combo HANNA S403006 HI 98129, dan DO meter Lovibond Sensodirect SN 09/4793.
2.
Alat-alat yang digunakan di laboratorium adalah timbangan analitik, tabung reaksi, erlenmeyer, inkubator, autoklaf, pipet volumetrik, pipet tetes, pipet ukur, pH meter, gelas piala, labu ukur, cawan petri, penangas uap, desikator, Spektrofotometer Shimadzu UV-1601 PC, dan Flame Atomic Absorbance Spectrophotometry (FAAS) Shimadzu AA-6650.
3.
Bahan-bahan untuk analisis adalah aquades, larutan induk Fe (1000 ppm) dan Pb (1000 ppm), larutan baku Fe dan Pb, NaOH (E-merck), HNO3 pekat (EcommitNH to4user merck), FeSO4.7H2O (E-merck), asetat (E-merck), brusin sulfat (E-
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merck), asam asetat glacial (E-merck), KNO3 (E-merck), H2SO4 (E-merck), KNO3 (E-merck), Pb(NO3)2 (E-merck), BaCl2 (E-merck), Lauryl Triptose Broth (LTB), Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLB), dan sampel air sumur di sekitar TPA Putri Cempo Surakarta (desa Sulurejo dan Randusari).
C. Metode Penelitian Jenis
penelitian
ini
merupakan
penelitian
observasional
dengan
pemeriksaan laboratorium yang hasilnya dianalisis secara deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah air sumur di sekitar TPA Putri Cempo Surakarta. Sampel penelitian berupa air sumur di sekitar TPA, yaitu di desa Sulurejo dan Randusari. Cara pengambilan sampel dengan metode total sampling.
D. Teknik Pengambilan Sampel Lokasi pengambilan sampel air lindi (leachate) untuk analisis kualitas air tanah dilakukan pada 2 (dua) lokasi yaitu di Desa Sulurejo( sebelah Timur dari TPA) dan di Desa Randusari (sebelah Selatan dari TPA). Teknik sampling air tanah dangkal dilakukan melaui dua tahap yaitu tahap pertama menentukan pengelompokan jarak lokasi air tanah dangkal dari TPA Putri Cempo. Tahap kedua menentukan titik sampel sumur penduduk yang ada di daerah tersebut dengan teknik random sampling. Pengambilan sampel air dilakukan pada jarak 50-300 meter dari TPA, masing-masing Desa diambil 4 titik lokasi air sumur. selanjutnya sampel air sumur diuji kualitas air berdasarkan parameter Fisika, Kimia, dan Biologi.
commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Pengukuran parameter Fisika, Kimia, dan Biologi air Pengukuran dan analisa parameter Fisika, Kimia, dan Biologi dilakukan secara in-situ maupun di Laboratorium. Parameter-parameter yang dianalisa dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Parameter Fisika, Kimia, dan Biologi Air Parameter
Satuan
Metode/Alat
Acuan
Parameter Fisika Suhu
⁰C
Bau, Rasa, Warna TSS
Pemuaian/Termometer Alkohol Organoleptik
mg/L
Gravimetrik/milipore 0.45 μm
SNI 06-6989.23: 2005 SNI 06-6989.24: 2005 SNI 06-6989.3: 2004
Parameter Kimia pH
-
DO
mg/L
Modifikasi Winkler/botol DO
BOD
mg/L
Modifikasi Winkler dan inkubasi 5 hari/botol DO
SNI 06-6989.11: 2004 SNI 06-6989.14: 2004 SNI 6989.72: 2009
COD
mg/L
Titrimetrik K2Cr2O7/buret titran
SNI 6989.2: 2009
Nitrat
mg/L
Brucine/spektrofotometer 410 nm
Sulfat
mg/L
Turbidimetrik/spektrofotometer 420 nm
Besi
mg/L
Phenantroline/spektrofotometer 510 nm
Timbal
mg/L
Klorida
mg/L
Potensiometrik/pH-meter
SSA-nyala Titrimetrik/buret titran
SNI 6989.79: 2011 SNI 6989.20: 2009 SNI 06-6989.4: 2004 SNI 06-6989.8: 2004 SNI 06-6989.19: 2004
Parameter Biologi Total Coliform fecal
per 100 mL
MPN commit to user
SNI 06-4158: 1996
perpustakaan.uns.ac.id
1.
64 digilib.uns.ac.id
Pengukuran Suhu (SNI 06-6989.23: 2005) Pengukuran dilakukan menggunakan thermometer dimana air raksa dalam
termometer akan memuai atau menyusut sesuai dengan panas air yang diperiksa, sehingga suhu air dapat dibaca pada skala termometer (⁰C). Termometer langsung dicelupkan ke dalam sampel dan biarkan selama 2 sampai 5 menit sampai termometer menunjukkan nilai yang stabil. Catat pembacaan skala termometer tanpa mengangkat lebih dahulu thermometer dari air.
2.
Pengukuran Organoleptik (Bau, Rasa, dan Warna) (SNI 06-6989.24: 2005) Pengamatan dilakukan secara langsung dengan organ pembau, perasa, dan
penglihatan yang dilakukan tiga pengulangan oleh tiga orang yang berbeda. Hasil pengamatan dinyatakan dengan jernih atau tidak jernih untuk pengamatan warna. Tanda positif (+) atau negatif (-) ditulis sebagai hasil pengamatan terhadap rasa dan bau, dimana tanda (+) menunjukkan adanya rasa dan bau, sedangkan tanda (-) menunjukkan tidak ada rasa dan bau pada sampel.
3.
Pengukuran Total Padatan Tersuspensi (TSS) (SNI 06-6989.3: 2004) Kertas saring diletakkan pada alat penyaring dan dibilas tiga kali dengan
akuades masing-masing sebanyak 20 mL. Alat pengisap dinyalakan untuk menghisap adanya air pada kertas saring. Kertas saring diambil dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 103-105 ˚C selama 1 jam. Kemudian didinginkan dalam desikator selama 10 menit dan ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Contoh (filtrat hasil pengendapan optimum) sebanyak commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
beberapa ml diaduk sampai homogen dan disaring dengan menggunakan kertas saring yang telah diketahui bobot konstannya pada cawan Goch dilengkapi dengan alat pengisap. Kemudian kertas saring dibilas tiga kali dengan akuades masing-masing sebanyak 10 mL. Setelah itu, kertas saring diambil dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 103-105 ˚C selama 1 jam. Kertas saring didinginkan dalam desikator selama 10 menit dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. TSS (mg/L): Bobot residu pada kertas saring (mg) Volume contoh (L)
4.
Pengukuran pH (Derajat Keasaman) (SNI 06-6989.11: 2004) Metode pengukuran pH berdasarkan pengukuran aktifitas ion hidrogen
secara potensiometri/elektrometri dengan menggunakan pH-meter. Pengukuran dilakukan dengan kalibrasi alat pH-meter dengan larutan penyangga sesuai instruksi kerja alat setiap kali akan melakukan pengukuran. Setelah alat dikeringkan dengan kertas tisu dan elektroda dibilas dengan air suling dan larutan sampel, elektroda dicelupkan ke dalam larutan sampel hingga menunjukkan nilai pH yang stabil dan catat hasil pembacaan skala.
5. Pengukuran BOD (SNI 6989.72: 2009) Pengukuran BOD dilakukan dengan metode Iodometri modifikasi Azida dimana oksigen terlarut dalam larutan basa kuat mengoksidasi mangan sulfat dan membentuk endapan mangan oksida hidrat. Sebanyak 300 mL air contoh dimasukkan ke dalam botol BOD, ditambah 2 mL larutan mangan sulfat, 2 mL commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
larutan azida NaOH-KI, kemudian tutup botol dengan hati-hati dan cepat supaya udara tidak masuk dan kocok. Diamkan larutan selama 2 menit, tambahkan 2 mL asam sulfat pekat, tutup kembali botol dengan cepat dan hati-hati, kemudian larutan dicampur hingga rata. Masukkan sebanyak 50 mL larutan contoh di atas kemudian titrasi dengan larutan Natrium tiosulfat 0.025 N yang sudah distandarisasi hingga terjadi perubahan warna dari merah coklat menjadi kuning muda. Setelah itu larutan ditambah 1-2 mL indikator amilum hingga larutan berwarna biru. Volume Natrium tiosulfat dicatat sebagai BOD0. Pada tabung BOD yang lain disimpan selama 5 hari, dengan perlakuan yang sama larutan dititrasi dengan larutan Natrium tiosulfat dan volume Natrium tiosulfat dicatat sebagai BOD5. Banyaknya volume penggunaan Natrium tiosulfat dimasukkan dalam rumus perhitungan berikut: BOD0/BOD5 : (V.N)Na2S2O3 x vol. botol x 1000 x BE O2 Volume contoh (vol botol – 4)
BOD5 : (BOD0 – BOD5) x faktor pengenceran
6.
Pengukuran Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK/COD) (SNI 6989.2: 2009) Pengukuran KOK dengan prinsip oksidasi secara kimiawi menggunakan
K2Cr2O7 berlebih. Penggunaan zat oksidator kuat (K2Cr2O7) dalam suasana asam dengan katalis peraksulfat, untuk mengoksidasi zat yang dapat teroksidasi dalam contoh. Kelebihan K2Cr2O7 kemudian dititrasi dengan larutan Ferro Amonium Sulfat (FAS). Pertama kali dilakukan standardisasi larutan Ferro Amonium Sulfat (FAS). Larutan K2Cr2O7 0.025 N sebanyak 10 mL dipipet, dimasukkan ke dalam commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
erlenmeyer 200 ml, ditambahkan 2 mL H2SO4 pekat, dan 3 tetes indikator ferroin. Kemudian larutan dititrasi dengan larutan FAS dengan perubahan warna dari hijau menjadi merah kecoklatan. Volume larutan FAS yang terpakai dicatat. Contoh sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam labu bulat 200 ml, ditambahkan 0.2 g HgSO4, 10 mL K2Cr2O7 0.25 N, dan beberapa batu didih, lalu dikocok supaya tercampur. Larutan H2SO4-Ag2SO4 sebanyak 15 mL ditambahkan ke dalam campuran tersebut dengan hati-hati, dikocok kembali, dan dididihkan (refluks) selama 90 menit, lalu didinginkan. Indikator ferroin sebanyak 2-5 tetes ditambahkan ke dalam larutan contoh, lalu dititrasi dengan larutan FAS dengan perubahan warna dari hijau menjadi merah kecoklatan. Volume larutan FAS yang terpakai dicatat. Blanko akuades dibuat dengan perlakuan yang sama seperti contoh. Nilai KOK ditentukan dengan rumus sebagai berikut: KOK :
(Vtb – Vtc) x NFAS x BE O2 x 1000 x fp Volume contoh (L)
Keterangan : Vtb = Volume FAS untuk titrasi blanko Vtc = Volume FAS untuk titrasi contoh fp = faktor pengenceran
7. Pengukuran Nitrat (SNI 6989.79: 2011) Pengukuran nitrat (NO3) merujuk pada petunjuk teknis analisis kimia tanah, tanaman, air, dan pupuk Balai Penelitian Tanah Deptemen Pertanian. Pengukuran nitrat dilakukan dengan pembuatan kurva kalibrasi, sebanyak 5 mL contoh air dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 0.5 mL commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
larutan brucin 2% dan 5 mL larutan H2SO4 pekat ke dalam larutan standard an contoh uji. Larutan standar dan contoh uji dibiarkan selama satu jam sampai dingin, kemudian diukur dengan Spektrofotometer pada panjang gelombang 432 nm. Kadar NO3 :
ppm kurva bst x fp
Keterangan : ppm kurva : kadar contoh yang di dapat dari kurva hubungan antara deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko bst : bobot setara N (14) fp : faktor pengenceran (kalau ada)
8. Pengukuran sulfat (SNI 6989.20: 2009) Prinsip pengukuran sulfat adalah ion sulfat (SO42-) dalam suasana asam bereaksi dengan barium klorida (BaCl2) membentuk Kristal barium sulfat (BaSO4) yang serba sama. Sinar yang diserap oleh suspense barium sulfat diukur dengan fotometer dan kadar sulfat dihitung secara perbandingan pembacaan dengan kurva kalibrasi. Pipet 100 mL contoh uji atau sejumlah uji yang telah diencerkan menjadi 100 mL, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL atau gelas piala 250 mL. Tambahkan 20 mL larutan buffer A, aduk dengan alat pengaduk pada kecepatan konstan. Selama pengadukan tambahkan 1 sendok takar Kristal BaCl2, pengadukan diteruskan selama 60 ± 2 detik terhitung dari penambahan BaCl2. Ukur serapannya dengan spektrofotometer pada panjang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
69 digilib.uns.ac.id
gelombang 420 nm atau ukur turbiditasnya dengan turbidimeter pada waktu 5 ± 0.5 menit. Catat serapannya atau turbiditasnya. Kadar sulfat (mg SO42-/L) = C x fp Keterangan: C adalah kadar sulfat yang diperoleh dari kurva kalibrasi, dinyatakan dalam mg/L fp adalah faktor pengenceran
9. Pengukuran Besi (SNI 06-6989.4: 2004) Penentuan kandungan besi dalam air contoh dilakukan dengan metode Spektrofotometri. Besi diubah menjadi Fe3+ dengan penambahan kalium persulfat sehingga ion Fe3+ dapat bereaksi dengan KSCN membentuk senyawa kompleks berwarna merah. Pengukuran besi dilakukan dengan pembuatan kurva kalibrasi, ke dalam labu takar 50 mL dimasukkan 25 mL air contoh yang telah disaring, tambahkan 2 mL H2SO4 pekat, 3 mL K2S2O8 jenuh, campur sampai semua larut dan ditambah air hingga tanda tera. Air campuran di atas diambil 10 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, kemudian ditambahkan 10 mL air destilata, 1 mL K2S2O8, 4 mL KSCN. Penyerapan diukur dengan alat Spectronic20 pada panjang gelombang 490-510 nm.
10.
Pengukuran timbal (Pb) (SNI 6989.8:2004) Prinsip dari pengukuran timbal adalah analit logam timbal dalam nyala
udara-asetilen diubah menjadi bentuk atomnya, menyerap energi radiasi elektromagnetik yang berasal dari lampu katoda dan besarnya serapan berbanding commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
70 digilib.uns.ac.id
lurus dengan kadar analit. Homogenkan contoh uji, pipet 50 mL contoh uji dan masukkan ke dalam gelas piala 100 mL atau Erlenmeyer 100 mL .Tambahkan 5 mL HNO3 pekat, bila menggunakan gelap piala, tutup dengan kaca arloji dan bila dengan Erlenmeyer gunakan corong sebagai penutup. Panaskan perlahan-lahan sampai sisa volume 15 – 20 mL. Jika destruksi belum sempurna (tidak jernih), maka tambahkan lagi 5 mL HNO3 pekat, kemudian tutup gelas piala dengan kaca arloji atau tutup Erlenmeyer dengan corong dan panaskan lagi (tidak mendidih). Lakukan proses ini secara berulang sampai semua logam larut, yang terlihat dari warna endapan dalam contoh uji menjadi agak putih atau contoh uji menjadi jernih. Bilas kaca arloji dan masukkan air bilasannya ke dalam gelas piala. Pindahkan contoh uji ke dalam labu ukur 50 mL (saring bila perlu) dan tambahkan air bebas mineral sampai tepat tanda tera dan dihomogenkan. Contoh uji siap diukur absorbansinya menggunakan alat SSA-nyala pada panjang gelombang 283.3 atau 217 nm. Bila perlu, lakukan pengenceran dan catat hasil pengukuran. Perhitungan kadar logam timbal (Pb): Kadar Pb (mg/L) = C x fp Keterangan: C adalah kadar yang didapat dari hasil pengukuran, dinyatakan dalam mg/L.
11. Pengukuran Klorida (SNI 06-6989.19: 2004) Senyawa klorida dalam larutan contoh uji air dapat dititrasi dengan larutan perak nitrat dalam suasana netral atau sedikit basa (pH 7-10), menggunakan commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
larutan indikator kalium kromat. Perak klorida diendapkan secara kuantitatif sebelum terjadinya titik akhir titrasi yang ditandai dengan mulai terbentuknya endapan perak kromat yang berwarna merah kecoklatan. Sebanyak 100 mL contoh uji air secara duplo dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL, serta buat larutan blanko. Tambahkan 1 mL larutan indikator K2CrO4 5% dan titrasi dengan larutan baku AgNO3 sampai titik akhir titrasi yang ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna merah kecoklatan dari Ag2CrO4. Lakukan hal yang sama untuk larutan blanko, ulangi titrasi sebanyak tiga kali dan catat volume dari larutan AgNO3 yang digunakan. Perhitungan kadar klorida adalah: Kadar Cl- (mg/L):
(A-B) x N x 35,450 Volume contoh (L)
Keterangan: A adalah volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi contoh uji (mL) B adalah volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko (mL) N adalah normalitas larutan baku AgNO3 (mgrek/mL) V adalah volume contoh uji (mL)
12. Pengukuran Total Coliform fecal (SNI 06-4158: 1996) Pengukuran total coliform fecal dilakukan dengan menggunakan medium Lauryl Tryptose Broth (LTB) dan medium Briliant Lactose Bile Broth (BGLB). Pengujiannya dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap uji pendugaan (Presumtive test) dengan menyiapkan 9 tabung reaksi yang berisi media LTB steril. Tabung 13 masing-masing diisi 5 mL LTB, tabung 4-9 masing-masing diisi 10 mL LTB. Selanjutnya tabung 1-3 masing-mamsing ditambah 10 mL sampel air, tabung 4-6 commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masing-masing ditambah 1 mL sampel air, dan tabung 7-9 masing-masing ditambah 0.1 mL sampel air. Kemudian seluruh tabung diinkubasi pada suhu 37⁰C selama 24 jam. Tahap selanjutnya adalah tahap uji penegasan (Confirmative test), adanya gas (positif) yang ditunjukkan dari uji pendugaan dilanjutkan dengan menanam bahan uji pada medium BGLB yang terdapat pada tabung reaksi dan berisi tabung durham terbalik dengan ukuran media 10 mL. Kemudian diinkubasi pada suhu 42⁰C selama 24 jam. Tabung positif ditunjukkan dengan adanya gas dalam tabung durham. Tahap yang terakhir adalah tahap uji penghitungan (Completed test), tabung yang dinyatakan positif selanjutnya dihitung dengan menggunakan table MPN (Most Probable Number) atau angka perkiraan terdekat tergantung dari kombinasi tabung yang menghasilkan nilai positif dan hasil negative angka menunjukkan angka yang berlaku sebagai penunjuk coli.
F. Analisis Data Hasil pengukuran parameter Fisika, Kimia, dan Biologi air tanah dangkal dianalisis secara destruktif komparatif sebagai berikut : 1. Data kualitas air tanah dangkal (air sumur) dianalisis secara destruktif komparatif dengan Baku Mutu Air Kelas I ditetapkan oleh PPRI No. 82 tahun 2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun 1990. 2. Penentuan kualitas air tanah dangkal akan dihitung menggunakan Indeks Pencemaran (IP) dan STORET menurut KMNLH No. 115 Tahun 2003.
commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Proses administrasi, Studi literatur
Identifikasi wilayah objek studi Pengambilan sampel
Data Sekunder
Data Primer - Data eksisting wilayah studi (pengamatan terhadap lokasi pengambilan sampel air) - Data kualitas air sumur
- Peta TPA Putri Cempo, zona TPA, sarana prasarana TPA - Data komposisi sampah - Data kedalaman air sumur dalam
Pengolahan Data -Uji parameter Fisika, Kimia dan Biologi -status mutu air dengan Indeks Pencemaran (IP) dan STORET
Kualitas air sesuai baku mutu Pengelolaan Lingkungan TPA Putri Cempo Gambar 5. Diagram alir penelitian
commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi TPA Putri Cempo Surakarta TPA Putri Cempo terletak di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, dengan batas wilayah administrasi di sebelah Utara adalah Kelurahan Plesungan Kabupaten Karanganyar, sebelah Barat adalah Kelurahan Nusukan dan Kelurahan Kadipiro, sebelah Timur adalah Kabupaten Karanganyar, dan sebelah Selatan adalah Kelurahan Jebres. Secara astronomi TPA Putri Cempo terletak antara 7⁰33’21.31” Lintang Selatan dan 110⁰49’41.36” Bujur Timur. Lokasi TPA Putri Cempo dapat dilihat pada peta yang di presentasikan pada Lampiran 1.
Gambar 6. Kegiatan di TPA Putri Cempo (foto: 15 Mei 2012) commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
TPA Putri Cempo merupakan TPA terbesar kedua di Jawa Tengah setelah TPA Jatibarang di Kota Semarang. TPA ini telah beroperasi sejak tahun 1987, memiliki total luas wilayah 17 Ha, dengan pembagian wilayah adalah 14 Ha sebagai tempat pembuangan sampah secara open dumping dengan luas total tumpukan sampah mencapai 13 Ha dengan ketinggian sampah mencapai 15 meter, 1 Ha sebagai tempat pengolahan limbah tinja PDAM Kota Surakarta, 2 Ha berupa infrakstruktur jalan, gudang dan kantor. TPA Putri Cempo memiliki 21 pegawai yang 15 diantaranya sudah diangkat menjadi PNS. Selain itu, TPA Putri Cempo juga difasilitasi dengan 24 unit truk, 4 unit buldozer, 1 unit Wheel Loader, Excavator 2 unit, dan jembatan timbang 1 unit yang digunakan untuk mengelola sampah setiap harinya, dengan jam kerja mulai pukul 08.00-15.00. Jumlah volume sampah mencapai 1.598.024,77 m3 (Gambar 6).
Gambar 7. Kegiatan para pemulung di TPA Putri Cempo (foto: 15 Mei 2012) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
76 digilib.uns.ac.id
Sumber Daya Manusia di sekitar TPA didominasi oleh laki-laki (78%). Hampir 32% penduduknya merupakan lulusan SMP, tingkat pendidikan di daerah tersebut tergolong sangat rendah karena pengaruh mencari uang di sekitar TPA sangat mudah (Gambar 7). Selain sebagai pemulung, masyarakat di sekitar TPA hampir rata-rata merupakan wiraswasta yang banyak membuka warung atau tokotoko di pasar, bengkel kendaraan bermotor, karyawan pabrik yang ada di sekitar TPA, dan sebagai kuli. Selain para pemulung, di dalam TPA banyak dijumpai sapi dan kambing yang digembalakan secara bebas (Gambar 6). Hewan-hewan tersebut merupakan bantuan dari pemerintahan Surakarta dengan tujuan awal untuk mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA, tetapi hasil penelitian Dinas Pertanian Kota Surakarta (2008) menyebutkan bahwa produk sapi yang digembalakan di TPA Putri Cempo (daging, ginjal, hati, dan usus) tidak aman dari kontaminasi Pb, karena kandungan Pb diatas batas toleransi (> 0,3 mg/L). Karakteristik sampah di TPA Putri Cempo sebagian besar adalah sampah organik, yaitu terdiri dari 81,15% sampah organik basah yang biodegradabel atau mudah terurai oleh bakteri mikroba. Kandungan 81,15% sampah organik tersebut setara dengan 182,59 ton zat organik/hari sehingga dapat diketahui ekuivalensi lindi yang dihasilkan sebesar 1,296 L/hari. Banyaknya lindi yang langsung mengalir ke sungai dan merembes ke lapisan tanah akan semakin bertambah setiap harinya sehingga dapat dipastikan terjadinya akumulasi air lindi yang yang merembes ke lapisan tanah dan berpotensi mencemari air tanah di sekitar TPA. Pengelolaan persampahan yang ada di TPA Putri Cempo sangat rendah, hal tersebut dikarenakan TPA ini masih menggunakan metode open dumping commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(pembuangan terbuka) untuk melayani sampah dari seluruh wilayah Kota Surakarta.
Gambar 8. Air lindi hasil luruhan sampah di TPA Putri Cempo (foto: 15 Mei 2012)
Penanganan sampah di TPA Putri Cempo masih sebatas pada penanganan yang konvensional yaitu sampah diletakkan di tempat terbuka untuk dibiarkan membusuk dengan sendirinya. Meskipun sudah diusahakan bahwa tempat pembuangan ini disentralisasi di satu kawasan tertentu dengan metode sanitary landfill. Berdasarkan pengamatan di lapangan, sampah tersebut masih menjadikan sumber pencemaran, khususnya pencemaran air yang dikarenakan tidak adanya penanganan air lindinya. Air lindi dibiarkan mengalir di jalan dan langsung mengalir ke sungai, dapat dipastikan pula air lindi langsung merembes ke lapisan tanah di bawahnya dan mencemari air tanah di sekitar TPA (Gambar 8).
commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Kondisi Air Tanah di Desa Sulurejo dan Randusari Masuknya air hujan ke dalam timbulan sampah akan menghanyutkan komponen-komponen sampah yang telah proses dekomposisi yang menghasilkan air lindi sampah (leachate) kemudian merembes keluar dari TPA Sampah sehingga menimbulkan pencemaran pada air tanah dangkal dan badan air lainnya di sekitar TPA Sampah (Widyatmoko, 2001). Tabel 7. Data Kedalaman Sumur Artesis di Kota Surakarta No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Sumber:
Lokasi
Kedalaman (m) Mojosongo 1 175 Mojosongo 2 195 Mojosongo 3 170 Kadipiro 1 185 Ngadisono 190 Randusari 112 Jebres 1 200 Jebres 2 185 Kusuma Sahid 103 BBD 68 UMS 114 Jamu Air Mancur 60 Sumber Tirto 40 Roti Luwes 90 Tyfountex 150 Jurug 122 Pedaringan 165 TPA Mojosongo 85 Kusuma Sahid H 105 Mangkunegaran H 40 Rs. Dr. Oen 90 Dokumen ANDAL Pembangunan Hotel Boutique dan Perbelanjaan Kawasan Benteng Vastenbirg Surakarta, 2008.
commit to user
Pusat
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pencemaran air lindi sampah akibat air hujan mencuci sampah yang sudah busuk serta segala kotoran yang terjerap di dalamnya. Air lindi tersebut ada yang mengalir di permukaan tanah yang dampaknya pada air permukaan dan menimbulkan bau dan penyakit, sedangkan air lindi yang merembes ke dalam air tanah akan menimbulkan pencemaran air tanah dangkal di sekitarnya (Sudradjat, 2002). Penentuan kondisi air tanah dangkal di sekitar lokasi TPA Putri Cempo Surakarta dilakukan di tujuh (7) sumur pada 2 Desa, yaitu Desa Sulurejo dan Desa Randusari. Lokasi penelitian dapat dilihat pada peta yang di presentasikan pada Lampiran 2. Desa Sulurejo merupakan desa yang berada di sebelah Timur dari TPA dan Desa Randusari berada di sebelah Selatan dari TPA. Secara astronomi, Desa Sulurejo terletak antara 7⁰32’29.30” Lintang Selatan dan 110⁰51’56.50” Bujur Timur, sedangkan Desa Randusari terletak antara 7⁰32’40.60” Lintang Selatan dan 110⁰51’18.00” Bujur Timur. Penentuan lokasi dilakukan mengikuti arah pola penyebaran air tanah di sekitar TPA. Ahmad (2004) menyebutkan bahwa pola penyebaran pencemaran air tanah bergerak memanjang atau mengikuti sistem aliran air tanah yang membentuk suatu pola dari arah TPA menuju ke Desa Randusari. Adapun data sumur artesis di sekitar TPA menunjukkan bahwa kedalaman sumur artesis di desa Randusari (112 m) lebih dalam daripada sumur artesis yang berada di TPA, salah satunya di desa Jatirejo (85 m) (Tabel 7). Data Sumur-sumur yang digunakan sebagai tempat penelitian dapat dilihat pada Tabel 8. commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 8. Data sumur sebagai tempat penelitian Usia sumur
Kedalaman
Jarak dari TPA
No
Nama
Alamat
(th)
(m)
(m)
1
Sumur umum
Sulurejo
15
15
50
2
Bp. Sariman
Sulurejo
21
20
100
3
Bp. Daliman
Sulurejo
6
10
200
4
Bp. Bakri
Sulurejo
12
25
250
5
Mbah Sonto
Randusari
30
30
200
6
Ibu Suwarni
Randusari
30
30
300
7
Bp. Sutimin
Randusari
25
40
500
Secara umum, sumur-sumur tersebut masih digunakan warga untuk keperluan sehari-hari. Kedalam sumur-sumur di kedua desa tergolong dalam dan warga mulai mengalami kesusahan apabila musim kemarau karena jumlah air berkurang serta adanya keluhan dari warga Randusari bahwa dari dalam sumur mulai keluar gas metana yang dapat mengganggu kesehatan. Foto sumur-sumur pengambilan sampel dapat dilihat pada Lampiran 4. Tekstur tanah di sekitar TPA Puteri Cempo, khususnya di Sulurejo dan Randusari tergolong dalam jenis tanah alluvial yang berwarna coklat keabuabuan, tekstur lempung, konsistensi teguk (lembab), plastis (basah), dan kering (keras), selain itu tingkat permeabilitasnya rendah dan kepekaan terhadap erosi besar (Irma, 1998). Struktur tanah dipengaruhi juga oleh tekstur tanah, bahan organik, tipe mineral dan kegiatan biologis, terutama kegiatan biologis jamur dan cacing tanah. Tekstur dan struktur tanah mempengaruhi penyebaran pori-pori tanah yang dapat mempengaruhi lajuto user infiltrasi air, khususnya air lindi, commit
perpustakaan.uns.ac.id
81 digilib.uns.ac.id
kemampuan tanah dalam menampung air, pertumbuhan tanaman, dan prosesproses biologis dan hidrologis lainnya (Asdak, 2004).
Gambar 9. Profil tanah pada umumnya (Wallwork, 1970) Berdasarkan gambar 9, Zona eluvial (peluruhan) mengandung lapisan organik mineral, lapisan mineral terdegradasi, dan lapisan transisi. Pada lapisan ini, sejumlah air bergerak dalam tanah dan ditahan oleh gaya-gaya kapiler pada pori-pori kecil atau tarikan molekuler di sekeliling partikel-partikel tanah. Apabila kapasitas retensi dari tanah tersebut telah dihabiskan, maka air akan bergerak ke bawah lagi ke dalam pori-pori tanah atau batuan terisi air dan mengalir ke dalam zona illuvial. Hal yang sama juga akan terjadi ketika air lindi merembes ke dalam lapisan tanah di sekitar TPA Putri Cempo. Lindi merupakan limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah, melarutkan, dan membilas materi-materi terlarut, termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis. Dari proses ini commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat diramalkan bahwa kualitas dan kuantitas lindi sangat bervariasi dan berfluktuasi. Dapat dikatakan bahwa kuantitas lindi yang dihasilkan akan banyak bergantung pada masuknya air dari luar, sebagian besar dari air hujan, di samping dipengaruhi oleh aspek operasional yang diterapkan seperti aplikasi tanah penutup, kemiringan permukaan, kondisi iklim, dan sebagainya. Air eksternal yang masuk ke timbunan sampah melalui dua jenis media, yaitu tanah penutup dan timbunan sampah itu sendiri. Tanah penutup akan langsung berinteraksi dengan udara luar dan akan menentukan jumlah infiltrasi ke lapisan bawahnya, sedangkan lapisan sampah yang mempunyai kemampuan cukup besar dalam menahan kelembaban akan menentukan jumlah dan waktu pertama kali lindi timbul. Air lindi ditemukan pada lapisan tanah yang digunakan sebagai open dumping, yaitu kira-kira 2 meter di bawah permukaan tanah (zona eluvial, gambar 9). Permukaan tanah akan segera digenangi oleh air lindi yang masuk dengan cara infiltrasi ke dalam lapisan tanah. Adanya air hujan merupakan salah satu faktor yang dapat mempercepat laju air lindi yang masuk ke lapisan tanah, yaitu zona aerasi yang mempunyai kedalaman 10 meter di bawah permukaan tanah (zona illuvial, gambar 9). Banyaknya air lindi yang terbentuk sebagai hasil luruhan sampah menyebabkan air lindi masuk ke lapisan air tanah dangkal atau lapisan air tanah jenuh. Pada lapisan tanah jenuh air yang terkumpul akan bercampur dengan air lindi, dimana air tanah dangkal tersebut dimanfaatkan sebagai sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. Zonasi pencemaran air tanah dapat dilihat pada Lampiran 6.
commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kualitas Air Tanah di Sulurejo dan Randusari Astuti (2008) mengemukakan bahwa air lindi hasil luruhan sampah di TPA Putri Cempo yang dianalisis berasal dari bak penampungan ke saluran alami yang diambil pada kondisi musim hujan. Tabel 9. Hasil Analisis Air Lindi TPA Putri Cempo Surakarta (Astuti, 2008) Parameter Temperatur Padatan Tersuspensi Residu Terlarut pH BOD COD DO Phospat (PO4) Nitrat (NO3) Boron Amoniak (NH4) Kadmium (Cd) Krom (Cr) Tembaga (Cu) Aluminium (Al) Timbal (Pb) Mangan (Mn) Seng (Zn) Sianida (CN) Fluorida (F) Klorida (Cl) Nitrit (NO2) Besi Sisa Klor (Cl2) Sulfida (H2S) Phenol Minyak dan Lemak Deterjen Koliform
Satuan -
mg/L mg/L -
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L MPN/100 mL
Hasil Analisis FISIKA 26
Baku Mutu Air
549 15755 KIMIA 8,67 657 3159 3,1 0,95 900 1,97 168 0,36 0.38 1,96 4,10 0,00 3,10 0,23 0,045 0,35 837 27 16,20 1,41 0,096 0,1988 1016 0,1782 BAKTERIOLOGI 2400
commit to user
Keterangan
38
Di bawah Baku Mutu
100
Melebihi Baku Mutu
2000
Melebihi Baku Mutu
6-9 50 100 20 0,05 0,5 2 0,1 2 5 0,05 2 800 1 5 1 0,05 0,5 10 -
Di bawah Baku Mutu Melebihi Baku Mutu Melebihi Baku Mutu Melebihi Baku Mutu Melebihi Baku Mutu Di bawah Baku Mutu Di bawah Baku Mutu Di bawah Baku Mutu Melebihi Baku Mutu Di bawah Baku Mutu Di bawah Baku Mutu Di bawah Baku Mutu Melebihi Baku Mutu Melebihi Baku Mutu Melebihi Baku Mutu Melebihi Baku Mutu Melebihi Baku Mutu Di bawah Baku Mutu Melebihi Baku Mutu -
1000
Melebihi Baku Mutu
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil analisis kualitas air lindi pada Tabel 8, dapat diketahui bahwa 67,86% atau sebanyak 20 parameter yang diukur melebiki baku mutu, dan 32,14% atau 9 parameter masih di bawah baku mutu. Beberapa parameter yang melampaui baku mutu air adalah Padatan Tersuspensi, Residu Terlarut, BOD, COD, Nitrat, Kadmium, Mangan, Klorida, Nitrit, Besi, Sisa Klor, Sulfida, Minyak-Lemak, dan Koliform. Analisis kualitas air tanah dilakukan berdasarkan parameter Fisika, Kimia, dan Biologi. Hasil pengukuran parameter kualitas air tanah dangkal dapat dilihat pada Tabel 10. Hasil analisis air tanah di sekitar TPA menunjukkan bahwa dari 15 parameter yang dianalisis terdapat lima parameter yang melampaui baku mutu air kelas I yang ditetapkan oleh PPRI No. 82 Tahun 2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun 1990, yaitu : padatan total terlarut, BOD, COD, Besi, dan Colliform fecal. 1.
Bau, Rasa, dan Warna Berdasarkan hasil pengukuran parameter Fisika (Tabel 10) diketahui
bahwa air sumur yang dianalisis tidak berbau. Secara keseluruhan air sumur juga tidak berasa, hanya pada S1 air berasa asin. Air normal pada umumnya tidak memiliki rasa atau tawar (Fardiaz, 1992).
Gambar 10.commit Sampeltoair sumur (S1-S7) user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 10. Hasil analisis kualitas air tanah di sekitar TPA Putri Cempo Stasiun Pengambilan Air Sumur
Parameter
Satuan
BMAB (PerMen Kes 416/1990)
BMAB (PPRI 82/2001) kelas I
Desa Sulurejo
Desa Randusari
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
50 m*
100 m*
200 m*
300 m*
100 m*
200 m*
300 m*
Parameter Fisika Bau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Rasa
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
Warna
-
-
-
kuning
jernih
jernih
jernih
kuning
jernih
jernih
⁰C
dev 3⁰C
dev 3⁰C
30,10
29,30
28,50
29,80
27,90
28,30
29,80
mg/L
50
50
76,00
41,00
42,00
39,50
71,00
37,50
38,.00
-
6,5-9,0
6,0-9,0
6,58
6,50
6,77
6,42
7,38
7,12
6,40
mg/L
-
6
4,03
5,15
1,57
2,60
3,19
4,56
3,20
BOD
mg/L
-
2
48,54
1,42
1,94
8,00
4,06
1,97
2,30
COD
mg/L
-
10
86,79
3,76
5,34
22,76
13,03
5,57
8,28
Nitrat
mg/L
10
10
2,03
1,32
2,44
0,92
1,40
1,34
6,66
Sulfat
mg/L
400
400
105,00
16,84
17,45
11,94
100,90
10,16
10,50
Klorida
mg/L
600
600
349,80
45,17
119,00
112,60
13,97
18,49
110,20
Besi (Fe)
mg/L
0,3
0,3
0,26
0,005
0,006
0,006
0,87
0,006
0,006
Timbal (Pb)
mg/L
0,05
0,03
0,005
0,005
0,005
0,005
0,005
0,005
0,005
MPN/100 mL
50
1000
2400
2400
2400
2400
2400
1750
2400
Suhu (°C) Residu Tersuspensi (TSS) Parameter Kimia Derajat keasaman (pH) Oksigen terlarut (DO)
Parameter Biologi Colliform fecal
Keterangan:
BMAB : Baku Mutu Air Bersih * adalah jarak sumur dari TPA Putri Cempo commit to user -/+ adalah ada/tidak ada bau, rasa, dan warna
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Warna kuning ditemui pada S1 dan S5, warna kuning pada air umumnya menunjukkan zat kimia yang terkandung dalam air. Warna pada air dapat disebabkan adaya bahan organik, anorganik, humus, dan ion-ion logam seperti besi dan mangan (Setiawan, 2008). Selain zat kimia yang terkandung dalam air, warna pada air diduga karena tekstur dinding sumur pada S1 dan S5 masih dalam bentuk batu bata dan tanah (Lampiran 4). Degradasi tanah dan bata juga berpengaruh terhadap warna air. Air tanah di sekitar TPA yang diuji secara organoleptik dapat dikatakan masih layak konsumsi sesuai syarat PPRI No. 82 tahun 2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun 1990, tetapi secara kimia dan biologi air tersebut belum tentu layak untuk dikonsumsi.
2.
Suhu Suhu merupakan suatu ukuran energi kinetik rata-rata dari molekul. Suhu
dapat mempengaruhi sebagian besar proses, khususnya semua reaksi kimia. Kenaikan suhu pada perairan dapat mengakibatkan kenaikan aktivitas biologi, sehingga memerlukan lebih banyak oksigen di dalam perairan. Kenaikan suhu suatu perairan alamiah umumnya disebabkan oleh aktivitas penebangan vegetasi di sepanjang tebing aliran air tersebut. Dengan adanya penebangan tersebut mengakibatkan lebih banyak cahaya matahari yang dapat menembus ke permukaan aliran air dan akhirnya meningkatkan suhu di dalam air (Asdak, 2004).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
87 digilib.uns.ac.id
Sulurejo: y = 9.10-5x2 – 0,033x + 31,59 R2 = 0,983 Randusari: y = 0,009x +26,76 R2 = 0,899
Gambar 11. Kondisi suhu air sumur pada jarak tertentu Keterangan:
S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA
Suhu air pada ketujuh sumur (Tabel 10) berkisar antara 27-30 ºC. Suhu terendah ditemukan pada S7 yaitu 27,90 ºC dan suhu tertinggi pada S1 yaitu 30,10 ºC. Kondisi tersebut masih sesuai dengan suhu yang direkomendasikan oleh baku mutu air kelas I PPRI No. 82 tahun 2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun 1990, yaitu deviasi 3 ºC yang berarti deviasi suhu dari keadaan normal lingkungan. Ahmad (2004) menyebutkan bahwa suhu normal lingkungan adalah 27 ºC. Secara umum, suhu air dipengaruhi oleh kondisi lingkungan saat pengambilan air berlangsung serta letak sumur yang berada di bawah pohon juga berpengaruh terhadap air. Suhu air S5 (Gambar 11) lebih rendah dibandingkan suhu air dari sumur-sumur yang lain, hal ini dikarenakan letak sumur berada di tengah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
88 digilib.uns.ac.id
pekarangan belakang rumah dan berada di bawah pohon-pohon (Lampiran 4, gambar Sumur S5). Berdasarkan gambar 11, jarak sumur di Desa Sulurejo mempengaruhi suhu air sumur sebesar 98,3% dan di Randusari sebesar 89,9%. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara jarak dan suhu air sumur.
3.
Padatan Total Terlarut (TSS) Padatan total terlarut merupakan padatan yang menyebabkan kekeruhan
pada air. Padatan tersebut tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung, contohnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya. Jika padatan terlarut dalam air tinggi, akan mengurangi penetrasi cahaya matahari ke dalam air sehingga mempengaruhi regenerasi oksigen pada proses fotosintesis (Fardiaz, 1992). Berdasarkan data pengukuran parameter (Tabel 10) diketahui bahwa nilai TSS pada S1 dan S5 melampaui baku mutu air kelas I yang ditetapkan oleh PPRI No. 82 tahun 2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun 1990, TSS pada S1 sebesar 76,00 mg/L dan TSS pada S5 sebesar 71,00 mg/L. Berdasarkan gambar 12 dapat diketahui bahwa dari S1-S4 dan dari S5-S7 terjadi penurunan nilai TSS, hal ini dikarenakan padatan yang tersuspensi mulai mengalami pengendapan sehingga semakin jauh jarak sumur dari TPA maka semakin rendah pula nilai TSS. Berdasarkan gambar 12 juga diketahui bahwa jarak sumur di Desa Sulurejo mempengaruhi kadar TSS pada air sumur sebesar 76,5% dan di Randusari sebesar 86,9%. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara jarak dan TSS air sumur, semakin jauh jarak sumur dari TPA maka kandungan TSS akan menurun. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
89 digilib.uns.ac.id
Sulurejo: y = 0,001x2 – 0,544x + 94,21 R2 = 0,765 Randusari: y = 0,001x2 – 0,845x + 138,5 R2 = 0,869
Gambar 12. Kondisi kadar TSS air sumur pada jarak tertentu Keterangan:
S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA
Tingginya nilai TSS pada S1 dan S5 disebabkan adanya pengaruh rembesan air lindi sampah dari TPA karena jarak S1 dan S5 merupakan jarak sumur pada kedua Desa paling dekat dengan TPA, selain itu juga dipengaruhi oleh struktur tanah dan agregasi dari dinding sumur yang masih berupa tanah atau batu bata (Lampiran 4). Komponen padatan yang terlarut dapat berupa mineral, bahan-bahan organik dan berbagai jenis garam-garaman yang ada di alam atau terkandung di dalam tanah (ESP, 2007). Tidak semua unsur yang terkandung dalam padatan terlarut menyebabkan air keruh, tetapi air yang tidak keruh juga belum tentu bersifat baik untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, air tanah juga diuji commit to user berdasarkan parameter Kimia dan Biologi.
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengukuran parameter Kimia dilakukan karena kandungan kimiawi air limbah berhubungan erat dengan ion-ion dari suatu senyawa atau logam yang membahayakan, di samping residu dari senyawa lainnya yang bersifat racun. Air lindi sampah merupakan dekomposisi dari bahan organik sebagai pencemar artinya bahan organik dapat mengurangi kandungan oksigen atau bahan anorganik yang bersifat reduktor dapat mengurangi oksigen di dalam air. Sedangkan parameter Biologi dilakukan karena karakteristik sampah di TPA Putri Cempo didominasi oleh zat organik, proses dekomposisi zat organik sudah pasti dibantu oleh berbagai macam bakteri pengurai. Bakteri tersebut banyak terdapat di dalam air lindi sampah dan ikut merembes ke lapisan tanah, sehingga dapat mencemari air tanah dan menyebabkan berbagai macam penyakit.
4.
Derajat keasaman (pH) Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui
kualitas air. Berdasarkan data, pH air tanah dari ketujuh sampel masih memenuhi baku mutu air kelas I yang ditetapkan oleh PPRI No. 82 tahun 2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun 1990. Hasil pengukuran (Tabel 10) diketahui bahwa besarnya pH air pada ketujuh sumur berkisar antara 6,40-7,38. Berdasarkan gambar 13 juga diketahui bahwa jarak sumur di Desa Sulurejo mempengaruhi pH air sumur sebesar 52,2% dan di Randusari sebesar 94,7%. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara jarak dan pH air sumur, semakin jauh jarak sumur dari TPA maka pH air akan menurun. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
91 digilib.uns.ac.id
Sulurejo: y = -10-5x2 + 0,004x + 6,311 R2 = 0,522 Randusari: y = -2.10-5x2 + 0,004x + 7,18 R2 = 0,947
Gambar 13. Kondisi pH air sumur pada jarak tertentu Keterangan:
S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA
Berdasarkan gambar 13 diketahui terjadi fluktuasi nilai pH, pH pada S5S7 cenderung mengalami penurunan, hal ini dikarenakan semakin jauh jarak sumur dari TPA maka pH air akan semakin rendah. Nilai pH perairan dapat berfluktuasi karena dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis, respirasi organism akuatik, suhu dan keberadaan ion-ion perairan (Barus, 2002). Menurut Pohland dan Harper (1985), seiring dengan pertambahan umur tumpukan sampah pada tumpukan sampah akan terjadi fase fermentasi metana sebagai hasil dekomposisi biologis anaerobik yang hampir sempurna dengan nilai pH yang berfluktuasi commit to user antara 7,5 – 9. Air dengan nilai pH kurang dari 6 dapat menimbulkan rasa tidak
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
enak dan menyebabkan beberapa bahan kimia menjadi racun, sedangkan pH tinggi (basa) dapat mengganggu pencernaan (Raini, 2004). ESP (2007) juga menyebutkan bahwa pH air dengan tingkat kebasaan dan keasaman yang tinggi dapat menyebabkan unsur-unsur logam yang terkandung dalam air larut, sehingga menyebabkan nilai COD meningkat dan kandungan oksigen terlarut (DO) dalam air menurun.
5.
Oksigen terlarut (DO) Oksigen terlarut (DO) merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan
tanaman dan hewan di dalam air. Kehidupan mahluk hidup di dalam air sangat tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya, yaitu tidak boleh kurang dari 6 mg/L (Fardiaz, 1992). Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa besarnya DO dari ketujuh sumur berada di bawah baku mutu air kelas I yang ditetapkan oleh PPRI No. 82 tahun 2001, yaitu DO air harus lebih dari 6 mg/L. DO terendah sebesar 1.57 mg/L dan tertinggi sebesar 4.56 mg/L. Nilai Jika konsentrasi DO terlalu rendah akan mengakibatkan organisme air mengalami kematian. Berdasarkan gambar 14 juga diketahui bahwa jarak sumur di Desa Sulurejo mempengaruhi DO air sumur sebesar 63,4% dan di Randusari sebesar 93,5%. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara jarak dan DO air sumur, terjadi kenaikan dan penurunan kadar DO air sumur pada jarak yang berbeda.
commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sulurejo: y = 5.10-5x2 – 0,028x + 6,067 R2 = 0,634 Randusari: y = -0,000x2 + 0,054x – 0,91 R2 = 0,935
Gambar 14. Kondisi kadar DO air sumur pada jarak tertentu Keterangan:
S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA
Penyebab utama rendahnya DO adalah adanya bahan-bahan buangan yang mengkonsumsi oksigen. Bahan-bahan tersebut terdiri dari bahan yang mudah dibusukkan atau dipecah oleh bakteri dengan adanya oksigen. Oksigen yang tersedia di dalam air dikonsumsi oleh bakteri yang aktif memecah bahan-bahan tersebut sehingga semakin tinggi kandungan bahan-bahan tersebut semakin berkurang konsentrasi oksigen terlarut (Fardiaz, 1992). Nilai DO yang rendah dapat diindikasikan adanya bahan pencemar organik dalam jumlah yang banyak yang masuk ke akuifer bebas sehingga air tanah dangkal tercemar (Erini, 1999). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
94 digilib.uns.ac.id
Analisis parameter oksigen terlarut secara rinci sebab musababnya dianalisis dalam pengukuran BOD dan COD.
6.
Kebutuhan oksigen biokimia (BOD) Kebutuhan oksigen biokimia (BOD) menunjukkan jumlah oksigen terlarut
yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan buangan di dalam air. Organisme hidup yang bersifat aerobik membutuhkan oksigen untuk beberapa reaksi biokimia, yaitu untuk mengoksidasi bahan organik, sintesis sel, dan oksidasi sel. Semakin besar angka indeks BOD suatu perairan, semakin besar pula tingkat pencemaran yang terjadi dimana jumlah oksigen terlarutnya sedikit. Sistem perairan alamiah umumnya mempunyai angka BOD berkisar antara 2-3 mg/L (Fardiaz, 1992).
Sulurejo: y = 0,002x2 – 0,824x + 77,46 R2 = 0,784 Randusari: y = 0,000x2 - 0,057x + 8,57 R2 = 0,971
Gambar 15. Kondisi kadar BOD air sumur pada jarak tertentu Keterangan:
S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA commit to user S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA
perpustakaan.uns.ac.id
95 digilib.uns.ac.id
Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa dari ketujuh sumur terdapat 3 air sumur dengan nilai BOD yang melebihi baku mutu air adalah pada S1 (48,54 mg/L), S4 (8,00 mg/L), dan (S5 sebesar 4,06 mg/L). Nilai BOD yang tinggi menandakan tingginya bahan organik biodegradable yang menjadi beban perairan yang telah dioksidasi secara biologi. BOD yang tinggi juga berarti bahwa kandungan oksigen terlarut dalam air sedikit, kondisi ini mengakibatkan terganggunya kehidupan organisme air termasuk mikroorganisme aerobik menjadi tidak dapat hidup dan berkembang biak, sebaliknya mikroorganisme anaerob akan aktif memecah bahan-bahan buangan secara anaerob seperti H2S, amin, dan fosfor (Hariyadi, 2001). S1 dan S5 merupakan lokasi pengambilan air sumur dengan jarak paling dekat dengan TPA, sehingga kandungan air lindi yang merembes ke dalam sumur penduduk masih tinggi. Anomali nilai BOD yang tinggi ditemukan pada S4, ini merupakan jarak terjauh pengambilan air sumur di Desa Sulurejo (Gambar 15). Selain faktor air yang tercemar oleh lindi sampah dari TPA, diduga air sumur juga tercemar dengan adanya rembesan air lindi sampah domestik yang dibuang dipekarangan rumah dan letak sumur yang berdekatan dengan sungai. Sungai tersebut merupakan aliran sungai dari dalam TPA Putri Cempo yang mengalirkan air lindi secara langsung dari tumpukan sampah di TPA menuju ke aliran sungai Bengawan Solo. Berdasarkan gambar 15 juga diketahui bahwa jarak sumur di Desa Sulurejo mempengaruhi BOD air sumur sebesar 78,4% dan di Randusari sebesar 97,1%. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara jarak dan pH air sumur, semakin jauh jarak sumur dari TPA maka BOD air akan menurun. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
7.
96 digilib.uns.ac.id
Kebutuhan oksigen Kimia (COD) Kebutuhan oksigen biokimia (COD) menyatakan jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk reaksi kimia di dalam badan air. Menurut Davis dan Cornwell (1991) bahwa semakin tinggi nilai COD, maka akan semakin banyak kadar oksigen terlarut yang diperlukan untuk proses kimiawi, akibatnya dapat mengurangi ketersediaan oksigen terlarut bagi kehidupan organisme perairan.
Sulurejo: y = 0,003x2 – 1,505x + 140,1 R2 = 0,786 Randusari: y = 0,000x2 - 0,227x + 30,66 R2 = 0,989
Gambar 16. Kondisi kadar COD air sumur pada jarak tertentu Keterangan:
S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA
Tingginya kandungan COD pada air tanah sangat dipengaruhi oleh tingginya BOD. Akan tetapi kandungan COD selalu lebih tinggi dari BOD karena selain sumbernya dari bahan organik juga berasal dari bahan anorganik hasil degradasi mikrobia yang terakumulasi dengan air tanah (Sunu, 2004). commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa nilai COD pada 3 air sumur dari ketujuh air sumur yang diuji melebihi baku mutu air kelas I yang ditetapkan oleh PPRI No. 82 tahun 2001, nilai COD yang tinggi terdapat pada S1 (86,79 mg/L), S4 (22,76 mg/L), dan S5 (13,03 mg/L). Sama seperti BOD dan mengacu pada gambar 16 diketahui bahwa jarak sumur di Desa Sulurejo mempengaruhi COD air sumur sebesar 78,6% dan di Randusari sebesar 98,9%. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara jarak dan COD air sumur, semakin jauh jarak sumur dari TPA maka COD air akan menurun. nilai COD yang tinggi pada S1 dan S5 dikarenakan lokasi pengambilan air sumur yang berdekatan dengan TPA. Selain air lindi dari TPA yang mencemari air sumur pada S4, diduga adanya rembesan air lindi dari sampah domestik dan keberadaan sungai yang membawa air lindi dari dalam TPA merupakan penyebab tingginya nilai COD pada S4. Nilai COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air (Fardiaz, 1992). Achmad (2004) juga mengemukakan bahwa nilai COD yang lebih tinggi dari BOD dikarenakan bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. Akibat kandungan COD yang berlebihan pada air tanah akan sama halnya dengan kandungan BOD yaitu akan berpengaruh terhadap menurunnya kandungan oksigen terlarut (DO) sehingga akan berpengaruh terhadap penurunnya kualitas air tanah (Peavy 1986). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
8.
98 digilib.uns.ac.id
Nitrat Nitrifikasi, amonifikasi dan denitrifikasi merupakan proses mikrobiologi
oleh karena itu sangat dipengaruhi oleh suhu dan aerasi. Proses nitrifikasi juga dipengaruhi oleh kadar oksigen terlarut >2 mg/L, pH optimum 8-9, bakteri nitrifikasi cenderung menempel pada sedimen atau bahan padatan lain, pertumbuhan bakteri nitrifikasi lebih lambat dari bakteri heterotrof, suhu optimum 20-25 ºC (Novotny dan Olem,1994 dalam Effendi, 2003). Menurut Alaerts dan Santika (1987), nitrat dalam tubuh manusia direduksi menjadi nitrit yang dapat bereaksi dengan hemoglobin dalam darah sehingga menyebabkan darah tersebut tidak dapat lagi mengikat oksigen, dan asam yang dibentuk dari nitrat dapat bereaksi membentuk nitrosamine (R-R-N-NO) yang dapat menyebabkan kanker.
Sulurejo: y = -5.10-5 x2 – 0,013x + 1,103 R2 = 0,519 Randusari: y = 0,000x2 - 0,081x + 6,831 R2 = 0,977
Gambar 17. Kondisi kadar nitrat air sumur pada jarak tertentu Keterangan:
S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA commit to user S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA
perpustakaan.uns.ac.id
99 digilib.uns.ac.id
Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa kadar nitrat yang terkandung pada ketujuh air sumur masih di bawah baku mutu air kelas I yang ditetapkan oleh PPRI No. 82 tahun 2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun 1990, yaitu berkisar 0,92-6,66 mg/L. Pada Gambar 17 diketahui bahwa jarak sumur di Desa Sulurejo mempengaruhi nitrat air sumur sebesar 51,9% dan di Randusari sebesar 97,7%. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara jarak dan nitrat air sumur. Kadar nitrat pada S7 lebih tinggi dari yang lain, hal ini diduga selain kandungan nitrat dari rembesan air lindi TPA terdapat faktor lain seperti keberadaan kandang hewan ternak di dekat sumur dan aktivitas sumur yang sebelumnya digunakan secara bersamaan oleh warga untuk mencuci dan kegiatan lainnya. Kadar nitrat dipengaruhi oleh aktivitas sumber pencemar, aktivitas penggunaan sumur, dan tingkat pencucian serta aliran permukaan (Nursyamsi, 2006). Konsentrasi nitrat yang tinggi dalam air sumur merupakan salah satu indikasi adanya kandungan bahan-bahan organik yang terlarut dalam air tinggi, nitrat juga merupakan variabel pencemar dinamis sehingga dapat mengalami reduksi menjadi nitrit atau tereduksi secara lanjut menjadi amoniak (Trisnawulan, 2007).
9.
Sulfat Sulfat (SO4) merupakan senyawa anorganik yang dapat menyebabkan
iritan pada saluran gastro-intestinal pada kadar yang berlebih (Slamet, 2004). Umumnya senyawa sulfat berasal dari limbah organik yang mengandung sulfur dan terdegradasi secara anaerob membentuk H2S. Selanjutnya H2S teroksidasi menjadi sulfat yang berasal dari aktivitas fotosintesis bakteri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
100 digilib.uns.ac.id
Sulurejo: y = 0,003 x2 – 1,398x + 152,4 R2 = 0,780 Randusari: y = 0,004x2 – 2,273x + 282,7 R2 = 0,955
Gambar 18. Kondisi kadar sulfat air sumur pada jarak tertentu Keterangan:
S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA
Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa kadar sulfat pada ketujuh air sumur masih di bawah baku mutu air kelas I yang ditetapkan oleh PPRI No. 82 tahun 2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun 1990. Kandungan sulfat pada sampel berkisar antara 10.16-105.00 mg/L dan baku mutu sulfat sebesar 400 mg/L. Pada Gambar 17 diketahui bahwa jarak sumur di Desa Sulurejo mempengaruhi sulfat air sumur sebesar 78% dan di Randusari sebesar 95,5%. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara jarak dan sulfat air sumur, semakin jauh jarak sumur dari TPA kadar sulfat cenderung mengalami penurunan. Penurunan kadar sulfat yang signifikan di kedua Desa tempat pengambilan air sumur, semakin jauh jarak sumur dari TPA kadar sulfat yang terkandung commit to user semakin menurun. Diduga semakin jauh sumur dari TPA maka rembesan air lindi
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang merembes ke lapisan tanah sudah menjadi lebih encer, sehingga kandungan besi dalam air juga menurun. Umumnya, sulfat merupakan variable pencemar dinamis sehingga dapat mengalami reduksi menjadi sulfit yang merupakan hasil reaksi alami yang terjadi di dalam tanah. Sulfit selain menyebabkan air tercemar juga menyebabkan munculnya bau yang tidak sedap. Hariyadi (2001) mengemukakan bahwa di perairan yang diperuntukkan bagi air minum tidak boleh mengandung senyawa natrium sulfat (Na2SO4) dan magnesium sulfat (MgSO4) karena bersifat iritan. Pada perairan alami yang mendapat cukup aerasi biasanya tidak ditemukan H2S karena telah teroksidasi menjadi sulfat. Kadar sulfat pada perairan tawar alami berkisar antara 2–80 mg/L. Kadar sulfat air minum sebaiknya tidak melebihi 400 mg/L (Effendi, 2003). Kondisi dinding sumur pada S1 dan S5 juga menjadi penyebab tingginya kadar sulfat yang terkandung dalam air. Pada dinding sumur S1 berupa batu bata dan sumur S5 berupa tanah, sehingga sulfat yang terkandung dalam lindi dapat mencemari air sumur dengan mudah melalui pori-pori tanah pada dinding sumur.
10. Klorida (Cl-) Unsur garam Cl- terjadi sebagai hasil dari ikatan-ikatan residu dari penggunaan pupuk kimia pertanian dan limbah cair dari industri dan rumah tangga. Kandungan klorida umumnya dihasilkan dari mineral/garam-garaman tanah dan penggunaan detergen atau sabun dalam keperluan sehari-hari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
102 digilib.uns.ac.id
Sulurejo: y = 0,010 x2 – 4,183x + 473,7 R2 = 0,681 Randusari: y = 0,004x2 – 1,262x + 96,64 R2 = 0,961
Gambar 19. Kondisi kadar klorida air sumur pada jarak tertentu Keterangan:
S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA
Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa kadar klorida pada ketujuh air sumur masih di bawah baku mutu air kelas I yang ditetapkan oleh PPRI No. 82 tahun 2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun 1990. Kandungan klorida pada air sumur berkisar antara 13,97-349,80 mg/L. Pada gambar 19 diketahui bahwa jarak sumur di Desa Sulurejo mempengaruhi kadar klorida dalam air sumur sebesar 68,1% dan di Randusari sebesar 96,1%. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara jarak dan klorida air sumur. Kadar klorida pada S1 (Gambar 19) jauh lebih tinggi dibandingkan kadar commit user klorida yang lain, hal ini dikarenakan S1 to merupakan sumur Desa Sulurejo dengan
perpustakaan.uns.ac.id
103 digilib.uns.ac.id
jarak paling dekat dari TPA, yaitu 50 meter dari TPA. Selain itu S1 juga merupakan umum yang masih digunakan warga desa Sulurejo, salah satunya adalah untuk mencuci (Lampiran 4). Air bilasan yang mengandung detergen akan masuk melalui pori-pori tanah dan menyebabkan kandungan klorida menjadi semakin tinggi.
11. Besi (Fe) Besi yang ada di dalam air dapat bersifat terlarut sebagai Fe 2+ (ferro) atau Fe3+ (ferri), tersuspensi sebagai butiran koloidal (diameter <1μm) atau lebih besar, seperti Fe2O3, FeO, Fe(OH)3 dan sebagainya, serta tergabung dengan zat organik atau zat padat yang anorganik (Alaerts, 1984).
Sulurejo: y = 10-5 x2 – 0,004x + 0,402 R2 = 0,783 Randusari: y = 4.10-5 x2 – 0,021x + 2,595 R2 = 0,987
Gambar 20. Kondisi kadar besi air sumur pada jarak tertentu Keterangan:
S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA S6 : Sumur 2 di Randusari, commit toberjarak user 200 meter dari TPA S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa kadar besi secara keseluruhan yang terkandung pada ketujuh air sumur masih berada di bawah baku mutu air kelas I yang ditetapkan oleh PPRI No. 82 tahun 2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun 1990, hanya pada S5 diketahui bahwa kadar besi yang terkandung melebihi baku mutu, yaitu sebesar 0,87 mg/L. Pada gambar 20 diketahui bahwa jarak sumur di Desa Sulurejo mempengaruhi kadar besi dalam air sumur sebesar 78,3% dan di Randusari sebesar 98,7%. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara jarak dan besi air sumur, semakin jauh jarak sumur dari TPA maka kadar besi cenderung menurun. Penurunan kadar besi terjadi pada S1 dan S5 (Gambar 20), semakin jauh jarak sumur dari TPA kadar sulfat yang terkandung semakin menurun. Diduga semakin jauh sumur dari TPA maka rembesan air lindi yang merembes ke lapisan tanah sudah menjadi lebih encer, sehingga kandungan besi dalam air juga menurun. Tekstur dinding sumur yang belum diplester juga berpengaruh terhadap kualitas air sumur, kandungan besi dari air lindi dapat mencemari air sumur tersebut. Pada kondisi pH yang rendah dan air bersifat asam, air dapat dengan mudah melarutkan besi dan logam lainnya. pH air yang rendah dapat mengakibatkan besi dalam air berbentuk ferro dan ferri, dimana bentuk ferri akan mengendap dan tidak larut dalam air serta tidak dapat dilihat dan mata sehingga menyebabkan air menjadi berwarna, berbau, dan berasa. Kadar besi yang tinggi terdapat pada air yang berasal dari air tanah yang bernuansa anaerob atau pada perairan yang sudah tidak mengandung oksigen (Effendi (2003). Mengacu pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
105 digilib.uns.ac.id
kandungan DO pada S5 sebesar 3,19 mg/L, sehingga kandungan besinya relatif lebih tinggi dari yang lain.
12. Timbal (Pb) Timbal merupakan salah satu pencemar yang dipermasalahkan karena bersifat sangat toksik dan tergolong tergolong sebagai bahan buangan beracun dan berbahaya (Muchyiddin dan Purnomo, 2007). Paparan bahan pencemar timbal pada manusia dapat menyebabkan gangguan pada fungsi ginjal, sistem reproduksi, neurologi, dan sistem syaraf (Sudarmaji dkk, 2006).
Gambar 21. Kondisi kadar timbal air sumur pada jarak tertentu Keterangan:
S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA
Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa kadar dalam air tanah pada ketujuh air sumur yang diuji masih jauh di bawah baku mutu air kelas I yang ditetapkan to userNo. 416 Tahun 1990, yaitu kurang oleh PPRI No. 82 tahun 2001 dancommit PerMenKes
perpustakaan.uns.ac.id
106 digilib.uns.ac.id
dari 0.005 mg/L. Pada gambar 21 tidak terlihat fluktuasi kadar timbal dan besarnya kadar timbal adalah sama, sehingga jarak sumur dari TPA tidak berpengaruh terhadap kadar timbale dalam air sumur. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju absorpsi logam dalam air yaitu kadar garam (air laut), alkalinitas (air tawar), hadirnya senyawa kimia lain, temperatur, pH, besar kecilnya organisme dan kondisi kelaparan dari organisme (Darmono, 1995).
13. Bakteri Coliform fecal Bakteri Coliform fecal umumnya digunakan sebagai indikator pencemaran yang berasal dari limbah rumah tangga. Angka konsentrasi fecal coliform dalam perairan dianggap berbahaya bagi kesehatan jika lebih besar dari 1000 MPN/100mL. Coliform di dalam air terdiri dari Coliform fecal yang berasal dari kotoran hewan dan manusia, serta koliform nonfekal.yang berasal dari hewan dan tanaman mati.
Sulurejo: y = 3.10-13 x + 2400 R2 = Randusari: y = 0,065 x2 – 26x + 4350 R2 = 0,973
Gambar 22. Kondisi total Coliform fecal air sumur pada jarak tertentu Keterangan:
S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA commit to user S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA
Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa kandungan Coliform fecal dalam air tanah pada ketujuh air sumur sangat tinggi, yaitu lebih dari 2400 MPN/100mL. Kandungan Coliform fecal tersebut telah melampaui baku mutu air kelas satu yang ditetapkan oleh PPRI No. 82 tahun 2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun 1990. Pada gambar 22 diketahui bahwa jarak sumur di Desa Sulurejo tidak mempengaruhi kandungan koliform fekal dalam air sumur sedangkan jarak sumur di Desa Randusari mempengaruhi kadar koliform fekal dalam air sumur sebesar 97,3 %. Tingginya kandungan Coliform fecal mengindikasikan bahwa pada air tanah tersebut mengandung bakteri patogen yang cukup banyak dan apabila digunakan untuk keperluan sehari-hari akan sangat membahayakan bagi kesehatan penduduk sekitarnya. Tingginya kandungan Coliform fecal diduga karena adanya sapi-sapi dan kambing yang ada di lingkungan TPA. Hewan-hewan tersebut mencari makan langsung ditumpukan sampah, padahal sampah-sampah yang masuk isinya beraneka ragam. Semakin banyak hewan yang mencari makan di tumpukan sampah, maka semakin tinggi pula kemungkinan hewan membuang kotorannya langsung di tumpukan sampah-sampah. Hal ini dapat menyebabkan tingginya kandungan Coliform fecal, sehingga air sumur tidak layak untuk diminum karena dapat menyebabkan penyakit. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
108 digilib.uns.ac.id
D. Tingkat Degradasi Kualitas Air Tanah di Sulurejo dan Randusari Berdasarkan KepMenLH No. 115 Tahun 2003, Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air (kualitas air) yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan. Penentuan status mutu air dilakukan untuk mengetahui tingkat degradasi air tanah di Desa Sulurejo dan Desa Randusari dengan menggunakan Metode Analisis Indeks Pencemaran (IP) dan STORET. Pengelolaan kualitas air diharapkan dapat memberikan masukan pada pengambil keputusan agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa pencemar. Tabel 11. Rekapitulasi kualitas air tanah dengan Indeks Pencemaran (IP) Lokasi sampel Nilai IP kualitas air 6.115 Sumur S1 cemar sedang 3.184 Sumur S2 cemar ringan 3.257 Sumur S3 cemar ringan 5.075 Sumur S4 cemar sedang 5.631 Sumur S5 cemar sedang 3.143 Sumur S6 cemar ringan 3.364 Sumur S7 cemar ringan
Penentuan kualitas air berdasarkan rekapitulasi nilai Indeks Pencemaran (IP) di Desa Sulurejo dan Randusari tergolong tercemar ringan dan sedang. Terdapat tiga sampel air sumur yang bersifat tercemar sedang, yaitu sumur di Sulurejo 1, Sulurejo 4, dan Randusari 1. Berdasarkan data di atas (Tabel 11) cukup menjelaskan bahwa keberadaan air lindi hasil luruhan sampah dari TPA Putri Cempo yang merembes ke commit dalam lapisan to user tanah telah mencemari air tanah
perpustakaan.uns.ac.id
109 digilib.uns.ac.id
dangkal (air sumur) di sekitar TPA. Adanya zat pencemar tersebut menyebabkan penurunan tingkat kualitas air tanah sehingga air tanah tersebut tidak layak lagi untuk di konsumsi. Tabel 12. Rekapitulasi kualitas air tanah dengan metode STORET Skor BM No Parameter Air S1 S2 S3 S4 Fisika 1 Bau 2 Rasa 3 Warna 4 Suhu (°C) dev 3 0 0 0 0 5 Padatan total 50 -4 0 0 0 Kimia 6 pH 6.0-9.0 0 0 0 0 7 DO 6 -2 -2 -4 -4 8 BOD 2 -20 0 0 -4 9 COD 10 -8 0 0 -4 10 Nitrat 10 0 0 0 0 11 Sulfat 400 0 0 0 0 12 Klorida 600 0 0 0 0 13 Besi (Fe) 0.30 0 0 0 0 14 Timbal (Pb) 0.03 0 0 0 0 Biologi 15 Coliform fecal 100 -20 -20 -20 -20 jumlah -54 -22 -24 -32 buruk sedang sedang buruk
S5
S6
S7
0 -4
0 0
0 0
0 -4 -2 -2 0 0 0 -2 0
0 -2 0 0 0 0 0 0 0
0 -4 0 0 0 0 0 0 0
-20 -20 -20 -34 -22 -24 buruk sedang sedang
Analisis lain yang dapat digunakan untuk menganalisis tingkat degradasi air tanah adalah metode STORET. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pencemaran air akibat masuknya air lindi pada saluran perairan umum. Penggunaan metode STORET memberikan keuntungan dalam mengetahui baik buruknya kualitas badan air untuk suatu peruntukkan, serta dapat diketahui pula parameter yang tidak memenuhi persyaratan baku mutu tertentu (Canter, 1977). Berdasarkan hasil rekapitulasi kualitas air tanah dengan metode STORET commit to user (Tabel 12) diketahui bahwa kualitas air di Desa Sulurejo dan Randusari tergolong
perpustakaan.uns.ac.id
110 digilib.uns.ac.id
tercemar buruk/berat dan tercemar sedang. Terdapat tiga dari tujuh sampel air sumur yang diuji tergolong tercemar buruk/berat. Hasil penentuan kualitas air antara Indeks Pencemaran dan STORET diketahui tidak jauh berbeda, tetapi dengan dua metode ini dapat diketahui bahwa telah terjadi penurunan kualitas air tanah di sekitar TPA Putri Cempo, khususnya di Desa Sulurejo dan Randusari. Secara umum, air tanah di Desa Sulurejo dan Randusari pada jarak 50-300 dari TPA sudah tidak layak untuk dikonsumsi. Hal ini juga dapat diketahui dari data analisis Lab (Tabel 10) bahwa semua sumur mengandung coliform fekal yang sangat tinggi dan berpotensi menyebabkan terjadinya penyakit.
E. Rekomendasi Pengelolaan Air Tanah di Sekitar TPA Putri Cempo Berdasarkan data analisis laboratorium serta penentuan kualitas air dengan metode IP dan STORET terhadap tujuh sampel air sumur di Desa Sulurejo dan Randusari diketahui bahwa air sumur yang diuji tidak layak untuk dikonsumsi, tetapi masih dapat digunakan untuk kegiatan mencuci. Rekomendasi yang diberikan dalam hal pengelolaan air tanah di sekitar TPA Putri Cempo, khususnya Desa Sulurejo dan Randusari adalah : (1) warga hendaknya tidak menggunakan air sumur untuk konsumsi sehari-hari. (2) warga hendaknya pindah ke tempat lain dengan kualitas air yang lebih bersih. (3) apabila warga enggan untuk pindah, hendaknya warga mengkonsumsi air selain air sumur, misalnya dengan menggunakan air ledeng/PDAM. (4) diupayakan penutupan lapisan dinding sumur dengan semen, sehingga distribusi air lindi yang akan mencemari air sumur dapat diminimalisir. (5) serta dilakukan penanaman pohon dalam jumlah yang commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
besar, penanaman pohon dapat menyerap zat kimiawi yang terkandung dalam zat pencemar seperti air lindi TPA sehingga hanya air bersih saja yang masuk ke dalam sumur.
commit to user
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan 1.
Kualitas air sumur di sekitar TPA Putri Cempo, khususnya di desa Sulurejo dan Randusari tidak layak digunakan sebagai baku mutu air minum sebab telah melampaui nilai ambang baku mutu air kelas I yang ditetapkan PPRI No.82 tahun 2001. Parameter pengukuran kualitas air tanah yang melebihi baku mutu air kelas I di antaranya adalah padatan total terlarut (71,00 mg/L76,00 mg/L), BOD (4,06 mg/L-54 mg/L), COD (13,03 mg/L-86,79 mg/L), besi (0,87 mg/L), dan Coliform fecal (lebih dari 2400 MPN/100 mL). Selain itu, nilai DO diketahui kurang dari baku mutu air kelas I, yaitu kurang dari 6 mg/L pada ketujuh sumur.
2.
Penentuan Status Mutu Air dilakukan untuk mengetahui tingkat kualitas air tanah. Analisis dilakukan dengan Metode Indeks Pencemaran (IP) dan STORET. Analisis berdasarkan IP diketahui bahwa air tanah di Desa Sulurejo dan Randusari tergolong tercemar ringan dan sedang, sedangkan analisis dengan metode STORET diketahui bahwa air tanah di Desa Sulurejo dan Randusari tergolong tercemar sedang dan buruk/berat. Dua metode yang digunakan mengindikasikan bahwa air tanah di sekitar TPA Putri Cempo telah mengalami penurunan kualitas air hingga 43% sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. commit to user
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Rekomendasi alternatif yang bisa disampaikan di antaranya adalah (1) warga hendaknya tidak menggunakan air sumur untuk konsumsi sehari-hari. (2) warga hendaknya pindah ke tempat lain dengan kualitas air yang lebih bersih. (3) apabila warga enggan untuk pindah, hendaknya warga mengkonsumsi air selain air sumur, misalnya dengan menggunakan air ledeng/PDAM. (4) diupayakan penutupan lapisan dinding sumur dengan semen, sehingga distribusi air lindi yang akan mencemari air sumur dapat diminimalisir. (5) serta dilakukan penanaman pohon dalam jumlah yang besar, penanaman pohon dapat menyerap zat kimiawi yang terkandung dalam zat pencemar seperti air lindi TPA sehingga hanya air bersih saja yang masuk ke dalam sumur.
B. Implikasi Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada semua pihak bahwa air tanah dangkal di sekitar TPA Putri Cempo telah tercemar sehingga diharapkan ada pengolahan air lindi di TPA, upaya perbaikan sumur, dan warga sekitar hendaknya tidak menggunakan air sumur untuk memasak melainkan menggunakan air ledeng.
C. Saran 1. Perlu dilakukan pengolahan yang lebih lanjut (secara Fisika, Kimia dan Biologis) terhadap air lindi yang dihasilkan TPA Putri Cempo sehingga commit to user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dampak dari pencemaran yang diakibatkan dari pembuangan lindi dapat dikurangi. 2. Perlu dilakukan pengontrolan yang sifatnya berkelanjutan terhadap kualitas air lindi yang dihasilkan, maupun dampak terhadap masyarakat akibat adanya TPA Putri Cempo ini. 3. Perlu dilakukan sosialisasi kepada warga di sekitar TPA mengenai kualitas air sumur yang sudah tidak layak dikonsumsi. Menghimbau warga supaya tidak menggunakan air sumur, bisa beralih menggunakan air ledeng. Apabila warga tetap ingin menggunakan air sumur hendaknya dilakukan pengelolaan terhadap sumur seperti pelapisan dinding sumur dengan semen. 4. Hendaknya Pemerintah Daerah membuatkan air kran umum untuk keperluan warga sehari-hari, sehingga warga tidak mengkonsumsi air sumur yang telah tercemar oleh rembesan lindi sampah dari TPA. 5. Perlu dilakukan penanaman pohon yang banyak supaya air lindi dapat diserap oleh pohon, sehingga air tanah dapat tercuci oleh air hujan yang meresap ke lapisan tanah.
commit to user