KUALITAS AIR DAN TINGKAT PENCEMARAN PERAIRAN DANAU EBONY, PANTAI INDAH KAPUK TERKAIT DENGAN UPAYA PENGELOLAAN
HESVI ANDRI SETYANINGRUM
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kualitas Air dan Tingkat Pencemaran Perairan Danau Ebony, Pantai Indah Kapuk Terkait dengan Upaya Pengelolaan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, November 2014 Hesvi Andri Setyaningrum NIM C24100018
ABSTRAK HESVI ANDRI SETYANINGRUM. Kualitas Air dan Tingkat Pencemaran Perairan Danau Ebony, Pantai Indah Kapuk Terkait dengan Upaya Pengelolaan. Dibimbing oleh SIGID HARIYADI dan INNA PUSPA AYU. Bahan-bahan pencemar di perairan Danau Ebony diduga berasal dari limbah domestik (aktivitas antropogenik). Tingkat pencemaran perairan perlu dikaji untuk mengetahui kesesuaian air dengan peruntukannya. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan tingkat pencemaran perairan di Danau Ebony berdasarkan dua metode, yaitu Indeks Pencemaran (IP) dan Indeks STORET. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pencemaran Danau Ebony berdasarkan Indeks Pencemaran (IP) tergolong kondisi tercemar ringan pada bagian permukaan, dengan kisaran nilai 1,6 hingga 4,9. Hasil yang didapat pada bagian dasar juga tidak jauh berbeda, yaitu berkisar antara 1,4 hingga 4,6 dan tergolong ke dalam kondisi tercemar ringan. Hasil yang berbeda diperoleh jika dievaluasi menggunakan Indeks STORET. Tingkat pencemaran tergolong kedalam kondisi tercemar ringan hingga tercemar berat pada bagian permukaan, dengan nilai kisaran -9 hingga -35. Tingkat pencemaran pada bagian dasar tergolong dalam kondisi tercemar sedang hingga tercemar berat, dengan nilai kisaran -16 hingga 55. Parameter kualitas air yang tidak sesuai dengan baku mutu di perairan Danau Ebony adalah COD, BOD5, NO2, P total, pH, DO, TSS, dan TDS. Kata kunci: Indeks Pencemaran, Indeks STORET, kualitas air, limbah domestik.
ABSTRACT HESVI ANDRI SETYANINGRUM. Water Quality and Pollution Level of Lake Ebony in Pantai Indah Kapuk, Related with Management Eforts. Supervised by SIGID HARIYADI and INNA PUSPA AYU. Pollutants materials in Lake Ebony is thought to be derived from domestic waste from nearby housing complex. The pollution level in this lake is needed to be assessed to find out the suitability of the water and its designation. The purpose of this study is to determine the level of pollution based on two methods, Pollution Index and STORET. Results show that the level of pollution in Lake Ebony based on Pollution Index is considered lightly polluted in the surface (1.6 to 4.9) and slightly different in the bottom (1.4 to 4.6) and also considered as lightly polluted. Different result was seen from STORET Index. The level of pollution in the surface ranged from lightly polluted to severely polluted (-9 to 35) while same thing occurred in the bottom (-16 to -55). The water parameters that exceeded the normal limit are COD, BOD5, NO2, P total, pH, DO, TSS, and TDS. Key words: domestic waste, Pollution Index, STORET Index, water quality
KUALITAS AIR DAN TINGKAT PENCEMARAN PERAIRAN DANAU EBONY, PANTAI INDAH KAPUK TERKAIT DENGAN UPAYA PENGELOLAAN
HESVI ANDRI SETYANINGRUM
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN ISTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang dengan karunia-Nya karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2013 ini ialah pencemaran perairan, dengan judul Kualitas Air dan Tingkat Pencemaran Perairan Danau Ebony, Pantai Indah Kapuk Terkait dengan Upaya Pengelolaan. Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada: Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk studi di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan. 2 Beasiswa BBM (Bantuan Belajar Mahasiswa) yang telah memberikan tambahan dana selama masa studi. 3 Dr Ir Fredinand Yulianda, M Sc selaku pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi selama perkuliahan. Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc serta Inna Puspa Ayu, SPi MSi selaku komisi 4 pembimbing yang telah memberikan arahan, nasehat dan saran untuk Penulis dalam penulisan karya ilmiah ini. 5 Dr Ir Etty Riani, MS selaku penguji tamu dan Prof Dr Ir Ridwan Affandi, DEA selaku komisi pendidikan Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan atas saran dan masukan yang sangat berarti. 6 Keluarga Penulis, Bapak Achmad Soeaib, Ibu Sulistyowati, Kakak Rizal Pandu Setyawan, dan Adik Iqbal Ferdian Ramadhani yang telah memberikan banyak motivasi, doa, dan dukungan kepada Penulis baik moril maupun materil. Tim proyek PIK (Bang Rio, Mas Bayu, Bapak Yayat, Bang Apri, dan Erry) 7 atas kerjasama selama penelitian di lapangan. 8 Keluarga besar Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan dan staf Tata Usaha Departemen MSP-FPIK, IPB. 9 Sahabat-sahabat Penulis selama mengikuti perkuliahan di Bogor (Ahmad Muqorrobin, Husnul Ibad, Reizama Aditriawan, Imanda Hikmat Pradana, Akrom Muflih, Yuyun Qonita, Rana Descasari, Ajeng Vamellia, Nurul Mega, Lufisari Herdianti, Dewi Fitriawati, Merry Rizki, Deni Rahmat Hidayat, dan Miftahussalam) yang telah memberikan bantuan, semangat, dan dukungan. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat. 1
Bogor, November 2014
Hesvi Andri Setyaningrum
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Kerangka Pemikiran Tujuan Manfaat METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Pengumpulan Data Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan KESIMPULAN Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vii viii viii viii 1 1 2 3 3 3 3 4 4 6 7 7 13 18 18 19 21 26
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5
Parameter dan metode analisis kualitas air dan sedimen yang digunakan dalam penelitian tingkat pencemaran Danau Ebony Kegiatan pengelolaan yang dilakukan antar waktu selama pengamatan Evaluasi terhadap nilai Indeks Pencemarana Klasifikasi mutu air dengan sistem nilai dari US-EPA Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air pada Indeks STORET (KepMen LH No.115 Tahun 2003)
3 5 6 6 7
DAFTAR GAMBAR 6 Diagram alir kerangka pemikiran pada penelitian tingkat pencemaran perairan Danau Ebony, Pantai Indah Kapuk 2 7 Lokasi penelitian dan stasiun pengambilan sampel yang terdiri dari lima stasiun di Danau Ebony, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara 4 8 Tingkat pencemaran di Danau Ebony berdasarkan Indeks Pencemaran (IP) bagian permukaan (a) dan bagian dasar (b) 12 9 Tingkat pencemaran di Danau Ebony berdasarkan Indeks STORET 12 10 Rata-rata konsentrasi COD secara temporal (a) permukaan, (b) dasar 8 11 Rata-rata konsentrasi BOD5 secara temporal (a) permukaan, (b) dasar (- baku mutu, I rentang) 8 8 12 Rata-rata konsentrasi DO secara temporal (a) permukaan, (b) dasar 13 Rata-rata konsentrai fosfat total secara temporal (a) permukaan, (b)dasar (baku mutu, I rentang) 9 14 Rata-rata konsentrasi Nitrit secara temporal (a) permukaan, (b) dasar 9 15 Rata-rata konsentrasi TSS secara temporal (a) permukaan, (b) dasar (- baku mutu, I rentang) 10 16 Rata-rata konsentrasi TDS secara temporal (a) permukaan, (b) dasar (- baku mutu, I rentang) 10 17 Sebaran rata-rata secara temporal (a) karbon organik, (b) nitrogen total, dan (c) fosfat total pada sedimen (I rentang) 11
DAFTAR LAMPIRAN 18 19 20 21
Lokasi stasiun pengamatan perairan Danau Ebony Gambaran posisi saluran gendong, STP, dan Danau Ebony Data kualitas air yang diukur secara insitu Data perhitungan Indeks STORET pada bagian permukaan perairan Danau Ebony
21 22 23 23
22 Data perhitungan Indeks STORET pada bagian dasar perairan Danau Ebony 23 Jumlah skor STORET perairan Danau Ebony pada setiap stasiun selama pengamatan 24 Data perhitungan Indeks Pencemaran pada bagian permukaan perairan Danau Ebony 25 Data perhitungan Indeks Pencemaran pada bagian dasar perairan Danau Ebony 26 Nilai Indeks Pencemaran dan kriterianya pada perairan Danau Ebony setiap stasiun selama pengamatan 27 Tanaman air Kayu apu (Pistia sp.) 28 Data curah hujan daerah Jakarta Utaraa 29 Tanaman air Eceng gondok (Eichhornia sp.)
24 24 24 25 25 26 26 26
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Irianto (2011), danau merupakan cekungan yang terbentuk karena peristiwa alami ataupun sengaja dibuat manusia untuk menampung dan menyimpan air yang berasal dari hujan, mata air, atau air sungai. Menurut Fitra (2008), pada dasarnya danau memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi ekologi dan fungsi sosial, ekonomi, dan budaya. Fungsi ekologi danau adalah sebagai pengatur tata air, pengendali banjir, habitat dari spesies, dan penambat sedimen, unsur hara serta bahan pencemar. Fungsi sosial, ekonomi, dan budaya danau adalah untuk memenuhi keperluan hidup manusia, sarana transportasi, keperluan pertanian, tempat sumber protein, industri, estetika, pembangkit tenaga listrik, dan rekreasi. Danau Ebony memiliki fungsi utama sebagai pengatur kesetimbangan hidrologi, pengendali banjir, dan bagian dari landscape yang menjadi daya tarik keindahan kompleks perumahan. Danau Ebony merupakan danau buatan yang memiliki luas sebesar 60.000 m2 dengan kedalaman ± 1,2 m. Kondisi tersebut membuat danau ini tidak mampu menampung banyak masukan air. Oleh karena itu, danau ini memiliki polder system berupa rumah pompa yang beroperasi memonitor ketinggian muka air dan memompa air keluar saat hujan sebagai sistem pengendali banjir. Perairan Danau Ebony terletak mengelilingi perumahan Bukit Golf Mediterania. Mengingat letak perairan Danau Ebony yang berada di selatan Teluk Jakarta membuat perairan ini memiliki kadar salinitas (payau). Kota Jakarta memiliki intensitas hujan yang sangat rendah, hal tersebut membuat perairan Danau Ebony memiliki waktu tinggal yang sangat lama, sehingga menyebabkan daya tampung beban pencemar air rendah, namun rawan mengakumulasi beban pencemaran serta peningkatan proses eutrofikasi. Perumahan Bukit Golf Mediterania memiliki Sewage Treatment Plant (STP) yang berfungsi sebagai instalasi pengolahan air limbah. Saat ini, timbul permasalahan pada perairan Danau Ebony, yaitu terjadi penurunan kualitas air. Penurunan kualitas air di perairan tersebut disebabkan dari STP yang tidak berfungsi secara optimal, sehingga menghasilkan air olahan yang kurang baik. Air olahan tersebut akan tertampung di saluran gendong yang terdapat disekeliling Danau Ebony dan secara otomatis akan terbuang ke laut. Namun, karena letak saluran gendong yang berdekatan dengan Danau Ebony membuat air olahan yang terdapat pada saluran gendong tercampur ke dalam badan air danau saat terjadi luapan. Berdasarkan padatnya pemukiman di perumahan Bukit Golf Mediterania, buangan air limbah domestik yang berasal dari pemukiman tersebut berpotensi mencemari perairan Danau Ebony. Ancaman penyebab kerusakan ekosistem danau terjadi baik secara alami maupun akibat dari aktivitas manusia (Metcalf dan Eddy 1991). Aktivitas manusia menghasilkan limbah rumah tangga, limbah pertanian, dan limbah industri yang menyebabkan pencemaran perairan. Pencemaran yang terjadi di Danau Ebony berupa pencemaran bahan organik yang berasal dari air limbah domestik yang sebagian besar mudah terdegradasi, namun
2 secara kuantitas cenderung semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Menurut Wardhana (2004), pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar (polutan) berupa gas, bahan-bahan terlarut, dan partikel. Pencemar memasuki badan air dengan berbagai cara, misalnya difusi melalui atmosfer, limpasan (run off) dari pertanian, pembuangan limbah domestik, perkotaan, industri, dan lain-lain. Instalasi pengelolaan air limbah yang diterapkan di perumahan Bukit Golf Mediterania diketahui kurang optimal dalam mengolah limbah, sehingga membuat kualitas air di perairan Danau Ebony menjadi menurun. Oleh karena itu, penting dilakukan kegiatan pemantauan terhadap tingkat pencemaran terkait dengan pengelolaan yang telah dilakukan.
Kerangka Pemikiran Danau Ebony berfungsi sebagai penampung air limpasan (run off) pada saat terjadi hujan, sehingga membawa serta berbagai bahan terlarut dan tersuspensi yang ada di daratan sekitar danau yang berupa limbah domestik dari perumahan. Kandungan limbah domestik yang tinggi mengindikasikan bahwa banyak bahan organik yang masuk ke dalam danau dan menyebabkan pencemaran bahan organik. Permasalahan yang terjadi di perairan Danau Ebony adalah menurunnya kualitas air. Jika kualitas air semakin menurun, maka perlu dilakukan upaya perbaikan kualitas air. Upaya perbaikan yang telah dilakukan di danau tersebut, antara lain pengerukan sedimen dan aplikasi tumbuhan air, sehingga diharapkan mampu menghasilkan keluaran air limbah yang memenuhi baku mutu dan ramah lingkungan. Diagram alir kerangka pemikiran pada penelitian kualitas air dan tingkat pencemaran perairan Danau Ebony, Pantai Indah Kapuk terkait upaya pengelolaan disajikan dalam Gambar 1. Masalah pencemaran Danau Ebony (Bau, air berwarna/keruh) disebabkan oleh limbah domestik
Upaya perbaikan kualitas air: pengerukan sedimen, aplikasi tanaman air, dan pemantauan kualitas air
Kualitas air yang memenuhi baku mutu
Apakah mampu menurunkan tingkat pencemaran di perairan Danau Ebony ?
Perbaikan upaya pengelolaan
Gambar 1 Diagram alir kerangka pemikiran pada penelitian kualitas air dan tingkat pencemaran perairan Danau Ebony, Pantai Indah Kapuk terkait upaya pengelolaan
3 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi tingkat pencemaran di perairan Danau Ebony, Pantai Indah Kapuk terkait dengan upaya pengelolaan yang dilakukan.
Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat pencemaran Danau Ebony di kawasan Bukit Golf Mediterania, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam menentukan kebijakan pengelolaan perairan yang tepat.
METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Danau Ebony, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, pada bulan Juli 2013 hingga Februari 2014. Pengambilan contoh air dilakukan pada 5 stasiun yang mewakili luasan perairan Danau Ebony. Upaya pengelolaan yang telah dilakukan oleh pihak BGM-PIK dan kegiatan pemantauan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kegiatan pengelolaan yang dilakukan antar waktu selama pengamatan Mei-Juli Pengerukan Lumpur
Juli Aplikasi tanaman air jenis Kayu apu (Pistia sp.)
Desember Kondisi Kayu apu (Pistia sp.) tidak berada dalam frame (tersebar di permukaan danau), layu, jumlah sedikit. Penggantian tanaman air jenis Eceng gondok (Eichhornia sp.)
Januari Kondisi Eceng gondok (Eichhornia sp.) tersusun rapih di dalam frame, belum menyebar merata di dalam frame (jumlah masih sedikit)
Februari Kondisi Eceng gondok (Eichhornia sp.) sudah semakin banyak, frame hampir terisi penuh
Pemantauan 1
Pemantauan 2
Pemantauan 3
Pemantauan 4
Upaya pengelolaan berupa pengerukan lumpur dilakukan pada bulan Mei hingga bulan Juli 2013 bertujuan untuk mengurangi sedimen yang telah
4 terakumulasi. Setelah itu, dilakukan upaya pengelolaan lain berupa pemberian tanaman air dengan jenis Kayu apu (Pistia sp.) hingga bulan November 2013. Akan tetapi, setelah dilakukan pemantauan kedua bulan Desember ternyata tanaman air tesebut kurang efektif dalam menurunkan bahan pencemar yang terdapat di perairan Danau Ebony. Oleh karena itu, dilakukan penggantian jenis tanaman air menjadi Eceng gondok (Eichhornia sp.) hingga pemantauan terakhir bulan Februari 2014. Lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2 dan Lampiran 1.
Gambar 2 Lokasi penelitian dan stasiun pengambilan sampel yang terdiri dari lima stasiun di Danau Ebony, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pengambilan contoh air, alat pengambilan data kualitas air in situ, dan alat untuk analisis parameter kualitas air di laboratorium. Bahan yang digunakan adalah air contoh, sedimen, dan bahan-bahan kimia untuk pengawetan air contoh (H2SO4 dan Zn Acetat + NaOH 6N). Parameter fisika, kimia, dan sedimen perairan yang diamati, serta metode yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.
Prosedur Pengumpulan Data Metode yang digunakan adalah pengambilan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengambilan contoh di lapang (survey), sedangkan data sekunder diperoleh dari publikasi ilmiah. Data primer yang diambil berupa data kualitas air (fisika dan kimia) dan sedimen. Data kualitas air
5 dan sedimen didapatkan dari 5 lokasi titik pengambilan contoh yang mewakili luasan perairan Danau Ebony. Contoh air yang diambil adalah air bagian permukaan dan dasar. Pengumpulan data dilakukan di lokasi penelitian (in situ) dan melalui analisis laboratorium (ex situ). Pengumpulan data secara in situ dilakukan untuk parameter suhu, salinitas, warna, kecerahan, pH, dan DO. Parameter lainnya dianalisis secara ex situ dengan sebelumnya dilakukan pengawetan saat pengambilan air contoh di lapang. Pengawetan contoh air untuk parameter COD, fosfat total, NH3, NO2, dan NO3 dilakukan dengan penambahan larutan H2SO4 hingga contoh air mencapai pH air<2, sedangkan untuk parameter sulfida menggunakan larutan Zn acetat + NaOH 6 N (APHA 2012). Analisis kualitas air dan sedimen secara ex situ dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tabel 2 Parameter dan metode analisis kualitas air dan sedimen yang digunakan dalam penelitian upaya pengelolaan dalam menentukan tingkat pencemaran Danau Ebony
a
Parameter Kualitas Aira Warna air Temperatur Kecerahan Kekeruhan DHL TSS TDS Salinitas pH DO (Oksigen terlarut) BOD
Satuan
Metode Analisis
C Cm NTU mmhos/cm mg/L mg/L Ppm mg/L mg/L
COD
mg/L
Amonia (NH3) Nitrat (NO3-) Nitrit (NO2-) H2S Fosfat (PO4) Fosfat total
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Visual Pemuaian Secchi disk Refraksi cahaya Potensiometrik Gravimetri Gravimetri SCT meter Elektroda Modifikasi Winkler 5 day BOD Test Closed Reflux, Colorimetric Method Phenate-Method Cadmium Reduction Colorimetric Method Methylene Blue Method Colorimetric Metod Manual Digestion and Flow Injection
Sedimenb Fosfat total Nitrogen total Organik karbon
% % %
APHA tahun 2012 BPT tahun 2005
b
o
Spektrofotometri Spektrofotometri Spektrofotometri
mg/l
6 Analisis Data Indeks Pencemaran (IP) Indeks Pencemaran (IP) merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran perairan. Penentuan Indeks Pencemaran (IP) dilakukan dengan membandingkan konsentrasi parameter kualitas air dengan baku mutu untuk pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air (Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 kelas III). Nilai Indeks Pencemaran dihitung berdasarkan rumus IP. Setelah itu, dilakukan evaluasi tingkat pencemaran berdasarkan Indeks Pencemaran (Tabel 3).
IP = Keterangan: IP Ci Lij (Ci/Lij)M (Ci/Lij)R
: Indeks Pencemaran : konsentrasi parameter kualitas air (i) : baku mutu peruntukkan air kelas III tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air (j) : nilai maksimum Ci/Lij : nilai rata-rata Ci/Lij
Tabel 3 Evaluasi terhadap nilai Indeks Pencemarana Skor Kriteria 0 ≤ Pij ≤ 1,0 Kondisi baik 1,0 ≤ Pij ≤ 5,0 Tercemar ringan 5,0 ≤ Pij ≤ 10 Tercemar sedang Pij > 10 Tercemar berat a
Sumber: KEPMEN LH Nomor 115 Tahun 2003
Indeks STORET Indeks STORET adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran perairan. Indeks STORET ditentukan dengan membandingkan data parameter air dengan baku mutu kelas III sesuai PP Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Penentuan tingkat pencemaran dengan metode ini menggunakan sistem nilai dari US-EPA (United States-Environmental Protection Agency) dengan mengklasifikasikan mutu air ke dalam empat kelas (Tabel 4). Tabel 4 Klasifikasi mutu air dengan sistem nilai dari US-EPA Kelas Kriteria Skor Status Mutu Air A Baik sekali 0 Baik B Baik -1 s/d -10 Tercemar ringan C Sedang -11 s/d -30 Tercemar sedang D Buruk ≥ -31 Tercemar berat
7 Sistem penilaian pada metode ini didasarkan pada jumlah pemantauan yang dilakukan, yaitu sebanyak empat kali pemantauan pada waktu yang berbeda. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003, nilai setiap parameter diberikan skor sesuai jumlah contoh dan kelompok paramater. Pada penelitian ini, jumlah pemantauan yang dilakukan sebanyak empat kali, sehingga jumlah contoh yang digunakan dalam pemberian skor adalah < 10 (Tabel 5). Tabel 5 Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air pada Indeks STORET (KepMen LH No.115 Tahun 2003) Jumlah contoh*
< 10 ≥ 10
Nilai Parameter
Kelompok Parameter Fisika Kimia Biologi -1 -2 -3 -1 -2 -3 -3 -6 -9 -2 -4 -6 -2 -4 -6 -6 -12 -18
Maksimum Minimum Rata- rata Maksimum Minimum Rata- rata
*) Jumlah pemantauan yang dilakukan dalam menentukan status mutu air
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Secara umum, perairan Danau Ebony dalam kondisi tercemar. Kondisi perairan yang tercemar, diduga karena adanya keberadaan beberapa parameter kualitas air yang tidak sesuai dengan baku mutu, sehingga perairan tersebut tidak sesuai lagi dengan peruntukan air untuk perikanan (kelas III). Parameter kualitas air yang melebihi baku mutu COD (Chemical Oxygen Demand) Nilai rata-rata tertinggi konsentrasi COD di perairan Danau Ebony pada bagian permukaan terdapat pada pemantauan kedua dan nilai terendah terdapat pada pemantauan pertama (Gambar 3a). Nilai tertinggi pada bagian dasar terdapat pada pemantauan kedua dan nilai terendah terdapat pada pemantauan pertama (Gambar 3b). BOD5 (Biochemical Oxygen Demand) Nilai rata-rata tertinggi konsentrasi BOD5 di perairan Danau Ebony pada bagian permukaan terdapat pada pemantauan kedua dan nilai terendah terdapat pada pemantauan pertama (Gambar 4a). Nilai tertinggi pada bagian dasar terdapat pada pemantauan kedua dan nilai terendah terdapat pada pemantauan pertama (Gambar 4b).
400
400
300
300
211
200 100
49
63
COD (mg/L)
COD (mg/L)
8
200
Juli
57
Desember Januari
Juli
Februari
36
15
0
16
0
134
100
Desember Januari
Februari
Pemantauan
Pemantauan
30,0
30,0
25,0
25,0
20,0
20,0
16,1
15,0 10,0 5,0
6,2
4,0
4,4
BOD5 (mg/L)
BOD5 (mg/L)
(a) (b) Gambar 3 Rata-rata konsentrasi COD secara temporal (a) permukaan, (b) dasar (- baku mutu, I rentang)
22,4
15,0 10,0
0,0
5,0
6,1
4,3
4,7
0,0 Juli
Desember Januari Februari
Juli
Desember Januari
Pemantauan
Februari
Pemantauan
(a) (b) Gambar 4 Rata-rata konsentrasi BOD5 secara temporal (a) permukaan, (b) dasar (- baku mutu, I rentang) DO (Dissolved Oxygen) Nilai rata-rata tertinggi konsentrasi DO di perairan Danau Ebony pada bagian permukaan terdapat pada pemantauan keempat dan nilai terendah terdapat pada pemantauan kedua (Gambar 5a). Nilai tertinggi pada bagian dasar terdapat pada pemantauan pertama dan nilai terendah terdapat pada pemantauan kedua (Gambar 5b). 12,0
12,0
8,6
8,0
5,9
6,0
5,8
7,1
4,0
10,0
DO (mg/L)
DO (mg/L)
10,0
8,0 6,0 4,0
2,7
2,0
2,0
2,0
2,8
3,5
0,0
0,0 Juli
Desember Januari
Pemantauan
Februari
Juli
Desember Januari
Februari
Pemantauan
(a) (b) Gambar 5 Rata-rata konsentrasi DO secara temporal (a) permukaan, (b) dasar (- baku mutu, I rentang)
9 Fosfat total (PO4-P) Nilai rata-rata tertinggi konsentrasi fosfat total di perairan Danau Ebony pada bagian permukaan terdapat pada pemantauan kedua dan nilai terendah terdapat pada pemantauan keempat (Gambar 6a). Nilai tertinggi pada bagian dasar terdapat pada pemantauan kedua dan nilai terendah terdapat pada pemantauan ketiga (Gambar 6b). 3,0
2,5 2,0
1,9
1,5 1,0
0,6
0,5
0,4
0,0
0,3
Fosfat total (mg P/L)
Fosfat total (mg P/L)
3,0
2,5 2,0
1,9
1,5 1,0
0,5
0,5
0,5
0,3
0,0 Juli
Desember Januari Februari
Juli
Desember Januari
Pemantauan
Gambar 6
Februari
Pemantauan
(a) (b) Rata-rata konsentrai fosfat total secara temporal (a) permukaan, (b)dasar (- baku mutu, I rentang)
0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0,0
0,4 0,2 0,1 Juli
Desember Januari
Pemantauan
0,1
Februari
Nitrit (mg/L)
Nitrit (mg/L)
Nitrit (NO2-N) Nilai rata-rata tertinggi konsentrasi nitrit di perairan Danau Ebony pada bagian permukaan terdapat pada pemantauan kedua dan nilai terendah terdapat pada pemantauan pertama (Gambar 7a). Nilai tertinggi pada bagian dasar terdapat pada pemantauan kedua dan nilai terendah terdapat pada pemantauan pertama (Gambar 7b). 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0,0
0,3 0,2
0,1
0,0 Juli
Desember Januari
Februari
Pemantauan
(a) (b) Gambar 7 Rata-rata konsentrasi Nitrit secara temporal (a) permukaan, (b) dasar (- baku mutu, I rentang) Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid-TSS) Rata-rata nilai TSS dari pemantauan pertama hingga pemantauan keempat cenderung mengalami penurunan pada bagian permukaan, namun pada bagian dasar cenderung berfluktuasi. Nilai tertinggi rata-rata konsentrasi TSS di perairan Danau Ebony bagian permukaan terdapat pada pemantauan kedua dan nilai terendah terdapat pada pemantauan keempat (Gambar 8a). Nilai tertinggi pada bagian dasar terdapat pada pemantauan kedua dan nilai terendah terdapat pada pemantauan ketiga (Gambar 8b).
1200
1200
1000
1000
TSS (mg/L)
TSS (mg/L)
10
800 600 400 200
121,2
77,2
0 Juli
654,2
600 400
266,6
233
200
59,2 49,4
Desember Januari
800
56,2
0
Februari
Juli
Pemantauan
Desember Januari
Februari
Pemantauan
(a) (b) Gambar 8 Rata-rata konsentrasi TSS secara temporal (a) permukaan, (b) dasar (baku mutu, I rentang)
3000
3000
2500
2500
2076,4
2000 1500 1000
1685,6 1410,8 1410,8
TDS (mg/L)
TDS (mg/L)
Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid–TDS) Secara temporal rata-rata konsentrasi TDS di perairan Danau Ebony pada bagian permukaan sama dengan bagian dasar perairan. Nilai tertinggi bagian permukaan terdapat pada pemantauan pertama dan nilai terendah terdapat pada pemantauan ketiga dan keempat (Gambar 9a). Nilai tertinggi pada bagian dasar terdapat pada pemantauan pertama dan nilai terendah terdapat pada pemantauan ketiga dan keempat (Gambar 9b). 2092,4
2000
1684,4 1413,6
1500
1413,6
1000 500
500
0
0 Juli
Desember Januari
Februari
Juli
Desember Januari
Pemantauan
Pemantauan
(a)
(b)
Februari
Gambar 9 Rata-rata konsentrasi TDS secara temporal (a) permukaan, (b) dasar (baku mutu, I rentang) Sedimen Rata-rata konsentrasi karbon organik pada sedimen mengalami penurunan dari pemantauan pertama hingga ketiga dan mengalami peningkatan kembali pada pemantauan keempat (Gambar 10a). Rata-rata konsentrasi nitrogen total dari pemantauan pertama hingga keempat berfluktuasi. Konsentrasi tertinggi terdapat pada pemantauan keempat dan konsentrasi terendah terdapat pada pemantauan pertama (Gambar 10b). Konsenttrasi fosfor total pada sedimen mengalami peningkatan selama pemantauan. Konsentrasi terendah terdapat pada pemantauan pertama dan meningkat hingga mencapai titik tertinggi pada pemantauan keempat (Gambar 10c)
7,0 6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0
0,5
Nitrogen total (%)
Karbon organik (%)
11
4,9 4,2
3,2 2,7
0,4 0,3 0,2
0,2
0,1
0,1 0,0
Juli
Desember
Januari
Februari
Juli
Desember Januari
Pemantauan
Pemantauan
(a)
(b)
Februari
Fosfat total (%)
0,30 0,25 0,20
0,13
0,15
0,10
0,10
0,10
0,05 0,00 Juli
Desember Januari
Februari
Pemantauan
(c) Gambar 10 Sebaran rata-rata secara temporal (a) karbon organik, (b) nitrogen total, dan (c) fosfat total pada sedimen (I rentang) Tingkat pencemaran di perairan Danau Ebony berdasarkan Indeks STORET Berdasarkan nilai Indeks STORET, tingkat pencemaran di bagian permukaan memiliki status tercemar ringan hingga tercemar berat dengan kisaran nilai dari -9 hingga -35. Tingkat pencemaran di bagian dasar memiliki status tercemar sedang hingga tercemar berat dengan kisaran nilai dari -16 hingga -55. Hasil penilaian tingkat pencemaran berdasarkan Indeks STORET disajikan pada Gambar 11. Tingkat pencemaran di perairan Danau Ebony berdasarkan Indeks Pencemaran (IP) Berdasarkan Indeks Pencemaran hasil penilaian menunjukkan bahwa perairan Danau Ebony di bagian permukaan dan dasar perairan tercemar ringan pada setiap pemantauan. Hasil penilaian tingkat pencemaran air berdasarkan Indeks Pencemaran disajikan pada Gambar 12.
12 Juli
Desember
Januari
Februari
Permukaan
Dasar
0
Indeks STORET
-10
Tercemar Ringan
-9
-20
Tercemar Sedang
-16 -21 -23
-23
-30
-28 -35
-40
Tercemar Berat
-50 -55
-60
Gambar 11 Tingkat pencemaran di Danau Ebony berdasarkan Indeks STORET
12,0
Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 3
Stasiun 4
Stasiun 5
Indeks Pencemaran
10,0 8,0
Cemar Sedang 6,0 4,0 2,0
2,1 1,8 2,0
4,9 4,2 3,9 3,1
3,0 2,1
4,0 3,0 2,6
2,5 1,6
2,7 2,0 1,8
Cemar Ringan
0,0
Juli
Desember Januari Pemantauan
Februari
(a) Stasiun 1
12,0
Stasiun 2
Stasiun 3
Stasiun 4
Stasiun 5
Indeks Pencemaran
10,0 8,0
Cemar Sedang
6,0 4,0 2,0
4,6 2,0 2,0 2,1 1,7 1,9
4,8 3,9 2,8 3,1
2,9
2,5
2,4 1,4
2,8 2,4
1,5
1,7
Cemar Ringan
0,0 Juli
Desember Januari Pemantauan
Februari
(b) Gambar 12 Tingkat pencemaran di Danau Ebony berdasarkan Indeks Pencemaran (IP) bagian permukaan (a) dan bagian dasar (b)
13 Pembahasan Kondisi perairan Danau Ebony Perumahan Bukit Golf Mediterania, Pantai Indah Kapuk memiliki sistem pengolahan air limbah berupa STP yang bertujuan untuk mengelola limbah peruntukkan air bagi perikanan (kelas III). Pengolahan air limbah dilakukan dengan cara Rotating Biological Contactor, yaitu proses menurunkan BOD dan COD pada air limbah menggunakan mikroorganisme yang melekat pada permukaan disk yang berputar, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen untuk mencegah terjadi kondisi anaerob yang dapat menimbulkan bau. STP yang berfungsi dengan baik di sepanjang Danau Ebony berjumlah empat buah dari total STP sebanyak sepuluh buah. STP yang tidak berfungsi dengan baik dikarenakan pompa yang digunakan untuk mengolah air limbah sering mengalami kerusakan, sehingga air limbah tidak sempat terolah. Air limbah hasil olahan atau yang tidak terolah tersebut selanjutnya akan dibuang ke laut melalui saluran gendong (saluran yang terdapat disepanjang Danau Ebony). Letak saluran gendong dan danau sangat dekat (terhubung), hal tersebut membuat air yang terdapat pada saluran gendong sering kali tercampur dengan air danau apabila terjadi luapan. Hal tersebut membuat perairan Danau Ebony menjadi tercemar (mengeluarkan bau dan keruh). Gambaran posisi saluran gendong, STP, dan Danau Ebony dapat dilihat pada Lampiran 2. Parameter yang berpengaruh terhadap pencemaran Kondisi perairan Danau Ebony yang tercemar disebabkan oleh kandungan bahan organik dalam jumlah yang tinggi, sehingga beberapa parameter kualitas air tidak sesuai dengan baku mutu air kelas III. Bahan pencemar tersebut berasal dari limbah kegiatan antropogenik (pemukiman) yang berada di sekeliling danau. Bentuk pencemar dapat dibagi menjadi bentuk cair, padat, dan gas (Silalahi 2009). Aktivitas antropogenik secara langsung akan menambah jumlah limbah domestik yang dihasilkan. Limbah domestik tersebut memiliki kandungan bahan organik yang tinggi. Pencemaran bahan organik dapat dilihat dari parameter indikator seperti COD dan BOD5. COD menggambarkan jumlah bahan organik dari oksigen yang digunakan untuk mendekomposisi bahan organik mudah urai (biodegradable) dan bahan organik sulit urai (non biodegradable) (Effendi 2003). Nilai COD sesuai baku mutu kelas III adalah kurang dari 50 mg/L. Berdasarkan hasil yang diperoleh, konsentrasi COD yang melebihi baku mutu terdapat pada pemantauan kedua (Gambar 3). BOD adalah gambaran kadar bahan organik, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mendekomposisi secara biologis (biodegradable) (Effendi 2003). Nilai BOD sesuai baku mutu kelas III adalah kurang dari 3 mg/L. Berdasarkan hasil yang diperoleh, konsentrasi BOD5 telah melebihi batas baku mutu pada setiap pemantauan (Gambar 4). Tingginya konsentrasi COD dan BOD diduga karena tidak ada aktivitas pengerukan seperti yang dilakukan pada pemantauan pertama. Hal tersebut membuat bahan organik yang berasal dari limbah perumahan kembali terakumulasi (mengendap pada sedimen).
14 Karbon juga terdapat pada bahan organik yang berasal dari limbah industri dan domestik (Effendi 2003). Konsentrasi karbon organik pada sedimen di Danau Ebony mengalami penurunan dari 4,9% (pemantauan pertama) menjadi 2,7% (pemantauan terakhir) (Gambar 10a). Hal tersebut diduga dari tingginya aktivitas bakteri yang mendekomposisi bahan organik pada sedimen, sehingga bahan organik di sedimen menurun, namun konsentrasi DO di dasar perairan menjadi rendah (Gambar 5). Kandungan oksigen terlarut di dasar perairan Danau Ebony lebih rendah dibandingkan pada bagian permukaan. Hal tersebut diduga karena banyaknya fitoplankton yang terdapat pada permukaan membuat konsentrasi DO pada bagian permukaan lebih tinggi dibandingkan pada bagian dasar, terlihat dari warna perairan yang berwarna hijau pekat. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Effendi (2003), di perairan danau, oksigen lebih banyak dihasilkan oleh fotosintesis fitoplankton yang banyak terdapat pada mintakat epilimnion. Sedangkan Menurut Novonty (1994), sumber oksigen terlarut dalam air berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer, arus atau aliran air melalui air hujan serta aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Pengadaan sirkulasi air berupa jetflow dan paddle whel bertujuan untuk memenuhi kandungan oksigen terlarut dalam perairan, namun pada kenyataannya pengelolaan ekosistem tersebut tidak berjalan baik. Adakalanya jetflow dan paddle whel tersebut tidak berfungsi, sehingga mengakibatkan sirkulasi air berhenti. Perairan Danau Ebony memiliki kisaran suhu perairan antara 29-32 oC (Lampiran 5). Berdasarkan hasil yang diperoleh, tingginya suhu pada bagian permukaan diduga dari kondisi perairan yang terbuka (tidak terdapat penutupan tumbuhan di sekitar tepi danau) dan kedalaman danau yang dangkal membuat cahaya matahari mampu menembus ke seluruh bagian perairan. Menurut Barus (2001), pola temperatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya penyinaran matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggian geografis, dan juga faktor canopy (penutupan oleh vegetasi). Suhu yang tinggi pada bagian permukaan tidak diikuti dengan menurunnya konsentrasi oksigen terlarut. Hal ini diduga dari aktivitas fotosintesis fitoplankton yang terjadi pada bagian permukaan. Menurut Dodds (2002), fosfat merupakan zat yang dominan dalam bentuk fosfor inorganik di perairan alami, tetapi keberadaannya sering di bawah pendeteksian. Sumber fosfat dalam perairan dapat berasal dari pelapukan batuan mineral, dekomposisi bahan organik, pupuk buatan (limbah pertanian), limbah industri, limbah rumah tangga, detergen, dan mineral-mineral fosfat (Saeni 1989). Konsentrasi fosfat total yang diperoleh selama pemantauan mengalami fluktuasi (Gambar 6). Konsentrasi yang lebih tinggi ditunjukan pada bagian dasar. Hal tersebut diduga karena kandungan bahan organik yang tinggi dan mengendap di dasar perairan membuat kandungan fosfat di dasar lebih tinggi, sedangkan banyaknya fitoplankton yang terdapat pada permukaan membuat kandungan fosfat menjadi rendah karena fosfat berfungsi sebagai nutrien makro bagi pertumbuhan alga. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ulqodry et al. (2010), yang menyatakan bahwa adanya kandungan fosfat yang rendah pada kedalamankedalaman tertentu dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain kelimpahan fitoplankton dan kecepatan arus. Hal ini juga sejalan dengan Salmin (1997), yang
15 menyatakan bahwa pada suatu perairan di bagian permukaan memiliki kadar fosfat yang rendah, sedangkan pada lapisan yang lebih dalam memiliki kadar yang lebih tinggi. Kandungan fosfat total pada sedimen mengalami peningkatan setiap pemantauan (Gambar 10c). Hal ini diduga karena kandungan bahan organik terakumulasi dan mengendap pada sedimen. Menurut Reid (1961), nitrit merupakan bentuk peralihan dari tahap oksidasi nitrogen, yatu amonia menjadi nitrat dan reduksi nitrat. Nitrit (NO2-N) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, lebih sedikit daripada nitrat, dikarenakan bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Namun pada kenyataannya konsentrasi nitrit jauh lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi nitrat dan amonia. Konsentrasi nitrit melebihi baku mutu pada perairan Danau Ebony (Gambar 7). Hal tersebut diduga pada saat pengambilan contoh air sedang terjadi nitrifikasi yang tidak seimbang antara perubahan nitrat menjadi nitrit dengan perubahan amonia menjadi nitrat. Konsentrasi nitrat yang rendah diduga karena dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk pertumbuhan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Effendi (2003) yang menyatakan bahwa nitrat adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae, sedangkan amonia yang rendah diduga karena kandungan oksigen terlarut yang terdapat pada perairan Danau Ebony masih tercukupi pada proses nitrifikasi. Nitrogen total dianalisis pada bagian sedimen. Hasil yang diperoleh menunjukkan terjadi fluktuasi konsentrasi nitrogen total (Gambar 10b). Jika dibandingkan dengan konsentrasi nitrogen pada bagian air, maka dapat dilihat bahwa konsentrasi di sedimen lebih tinggi dibandingkan pada bagian air. Hal tersebut diduga dari banyaknya endapan bahan organik yang terakumulasi pada dasar perairan. Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid) merupakan bahan-bahan partikel renik yang melayang atau tercampur dalam air dan jika disaring dengan kertas saring yang memiliki pori-pori berdiameter 0,45 µm akan tertahan (Effendi 2003). Alabaster dan Lloyd (1982) mengkategorikan kesesuaian perairan untuk kepentingan perikanan berdasarkan nilai padatan tersuspensi total. Jika nilai TSS > 400 mg/L, maka perairan tersebut tidak baik bagi perikanan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, nilai TSS pada bagian permukaan tidak melebihi baku mutu di setiap waktu pemantauan (Gambar 8a). Konsentrasi TSS terlihat meningkat pada bagian dasar di pemantauan kedua (Gambar 8b) dan melebihi baku mutu hampir disetiap pemantauan. Hal tersebut menggambarkan bahwa pencemaran yang terjadi lebih tinggi pada bagian dasar dibandingkan pada bagian permukaan. Hal ini diduga karena perairan Danau Ebony khususnya bagian dasar yang tidak terdapat arus membuat bahan organik lebih mudah mengendap. Padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin tinggi. Akan tetapi, tingginya nilai padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Hal tersebut sesuai dengan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada pemantauan kedua nilai kekeruhan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya nilai TSS, namun nilai TDS mengalami penurunan. Menurut Effendi (2003), warna perairan biasanya dikelompokkan menjadi dua, yaitu warna sesungguhnya dan warna tampak. Warna sesungguhnya adalah
16 warna yang hanya disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut. Warna tampak adalah warna yang tidak hanya disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi juga oleh bahan tersuspensi. Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid) adalah bahanbahan terlarut dan koloid yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain, yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45 µm (Rao 1992). Padatan terlarut total pada perairan Danau Ebony telah melewati batas baku mutu kelas III hal tersebut dikarenakan perairan Danu Ebony memiliki kadar salinitas (Lampiran 3). Namun, konsentrai TDS tersebut secara keseluruhan telah mengalami penurunan hingga pemantauan terakhir (Gambar 9). Padatan terlarut dan padatan tersuspensi yang tinggi mengakibatkan warna tampak pada perairan Danau Ebony berwarna hijau kecoklatan. Nilai kekeruhan yang tinggi berkorelasi negatif dengan nilai kecerahan pada suatu perairan. Jika perairan tersebut memiliki nilai kekeruhan yang tinggi, maka nilai kecerahan perairan tersebut akan menjadi rendah. Hal tersebut sejalan dengan hasil yang diperoleh, bahwa pada saat nilai kekeruhan meningkat nilai kecerahan akan mengalami penurunan (Lampiran 3). Tingkat pencemaran Danau Ebony berdasarkan Indeks STORET dan IP Tingkat pencemaran di perairan Danau Ebony ditentukan dari status mutu perairan yang dievaluasi berdasarkan Indeks Pencemaran dan Indeks STORET. Berdasarkan nilai Indeks STORET, status mutu perairan Danau Ebony di bagian permukaan tergolong tercemar ringan hingga tercemar berat, sedangkan bagian dasar tergolong tercemar sedang hingga tercemar berat (Gambar 11). Contoh perhitungan Indeks STORET pada bagian permukaan dan dasar dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5. Nilai skor yang diperoleh berdasarkan Indeks STORET dan kriteria perairan Danau Ebony dapat dilihat pada Lampiran 6. Nilai Indeks Pencemaran menunjukkan perairan Danau Ebony tercemar ringan di permukaan dan di dasar perairan untuk setiap stasiun di setiap waktu pengamatan (Gambar 12). Contoh perhitungan Indeks Pencemaran dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8. Nilai perhitungan Indeks Pencemaran dan kriteria perairan Danau Ebony dapat dilihat pada Lampiran 9. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan tingkat pencemaran perairan Danau Ebony yang dianalisis menggunakan Indeks Pencemaran dan Indeks STORET. Perbedaan tingkat pencemaran tersebut diduga karena perbedaan sistem penilaian status mutu perairan pada kedua metode tersebut. Salah satu perbedaan tersebut terkait dengan jumlah data yang digunakan dalam penentuan status mutu perairan. Penentuan status mutu perairan dengan Indeks Pencemaran dapat dilakukan hanya dengan menggunakan satu buah data pengamatan kualitas air, sedangkan Indeks STORET harus menggunakan satu seri data yang terdiri atas sedikitnya dua buah data pengamatan kualitas air (IATPI 2010). Suwari et al. (2010) menyatakan bahwa metode Indeks Pencemaran memiliki toleransi yang cukup besar atau kurang sensitif terhadap perbedaan nilai parameter pencemaran. Perbedaan lainnya untuk Indeks STORET terdapat pada pemberian bobot yang berbeda terhadap parameter kualitas air (fisika, kimia, atau biologi). Bobot yang lebih besar diberikan kepada parameter kualitas air yang lebih berpengaruh terhadap pencemaran air. Sistem pemberian bobot yang terdapat pada Indeks
17 STORET mengakibatkan metode ini lebih baik dalam menentukan tingkat pencemaran di suatu perairan. Oleh karena itu, status mutu perairan berdasarkan Indeks STORET lebih dapat menggambarkan kondisi pencemaran yang terjadi di perairan Danau Ebony. Secara keseluruhan, Indeks Pencemaran dan Indeks STORET mampu menjelaskan tingkat pencemaran perairan sesuai baku mutu air PP RI No.82 Tahun 2001. Aplikasi Tanaman Air Tingginya tingkat pencemaran yang terjadi di perairan Danau Ebony mendorong dilakukan upaya pengelolaan. Upaya pengelolaan yang telah dilakukan yaitu pengerukan sedimen dan pemberian tanaman air. Pemberian tanaman air dilakukan pada pemantauan pertama hingga pemantauan terakhir. Pemantauan pertama diberikan tanaman air dengan jenis Kayu apu (Pistia sp.) (Lampiran 10). Tanaman kayu apu dipilih karena mudah ditemukan dan Kayu apu mampu mengurangi tingkat pencemaran yang disebabkan oleh limbah domestik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Syafrani (2007), bahwa tanaman air yang muncul di permukaan air mampu mengasimilasi senyawa organik dan anorganik yang terdapat dalam limbah. Namun, setelah diaplikasikan dan dilakukan pemantauan kedua bulan Desember ternyata Kayu apu kurang efektif dalam mengasimilasi bahan pencemar yang terdapat di perairan Danau Ebony. Dibuktikan dari konsentrasi bahan organik yang tinggi pada pemantauan kedua. Hal tersebut diduga karena tanaman air jenis Pistia sp. memiliki tubuh yang ringan sehingga mudah berpindah tempat apabila terkena tiupan angin atau arus. Hal tersebut didukung dari curah hujan pada bulan Desember yang tergolong kedalam menengah (Lampiran 11). Hal itu sejalan dengan penelitian Fonkou et al (2002), Pistia stratiotes mampu menurunkan BOD5, COD, TSS, nitrat, fosfat, sulfida sebanyak 30% dari konsentrasi semula, namun keberadaan Pistia sp. di perairan tidak mampu bertahan lama karena bergantung kepada cuaca (tiupan angin, hujan). Sedangkan berdasarkan penelitian (Wirawan et al. 2013), hasil pengolahan limbah yang dilakukan menggunakan Pistia sp. untuk konsentrasi BOD5 mengalami peningkatan pada saat sesudah dilakukan pemberian Pistia sp., sedangkan untuk parameter COD dan TSS mengalami penurunan, namun masih berada diatas baku mutu. Bulan Desember setelah pemantauan kedua dilakukan pergantian jenis tanaman air menjadi Eceng gondok (Eichhornia sp.) (Lampiran 12). Eceng gondok dipilih karena menurut penelitian Gupta (2012), Eichhornia sp. mampu menurunkan bermacam zat pencemar, seperti TSS, TDS, DHL, BOD, COD, nitrogen, fosfor, logam berat, dan pencemar lainnya. Menurut penelitian Ajibade (2013), pengolahan limbah domestik menggunakan Eceng gondok (Eichhornia sp.) mampu menurunkan parameter nitrat dan sulfat secara drastis. Menurut Djaenudin (2006), Eceng gondok mampu menurunkan beberapa konsentrasi parameter bahan organik menjadi sesuai dengan baku mutu yang diperuntukkan karena akar Eceng gondok yang banyak dan panjang membuat proses penyerapan menjadi semakin cepat dan mampu mengumpulkan lumpur atau partikel-partikel yang terlarut dalam air. Hal ini dibuktikan dari konsentrasi bahan organik yang mengalami penurunan pada pemantauan ketiga dan keempat. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indah et al (2014), setelah diuji lanjut
18 dengan taraf signifikan 95 %, hasil penelitian menunjukkan bahwa eceng gondok (Eichhornia sp.) memberikan hasil terbaik dalam menurunkan bahan organik hingga menjadi 195 ±48,61 mg/l dibandingkan dengan Kayu apu, Walaupun menggunakan kayu apu (Pitia sp.) juga memberikan hasil yang baik dalam penyerapan bahan organik namun, tidak berlangsung lama. Hal tersebut diduga karena kayu apu mudah layu, sehingga kemampuan untuk menyerap bahan organik berkurang. Saran Pengelolaan Padatnya pemukiman di perumahan Bukit Golf Mediterania membuat limbah yang dihasilkan akan menjadi lebih besar, sehingga perlu dilakukan perbesaran kapasitas Sewage Treatment Plant, supaya mampu menampung dan mengolah limbah domestik dalam jumlah yang besar dan menghasilkan air olahan yang ramah lingkungan. STP yang masih belum berfungsi untuk segera dilakukan perbaikan, sehingga limbah dari pemukiman dapat terolah seluruhnya. Perairan Danau Ebony memiliki waktu tinggal yang lama, sehingga rawan mengakumulasi beban pencemar serta peningkatan proses eutrofikasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan terhadap sirkulasi air danau supaya air secara keseluruhan mampu terbilas dengan baik. Perairan Danau Ebony yang rawan mengakumulasi beban pencemar, memungkinkan kegiatan penyedotan lumpur untuk lebih sering dilakukan, supaya mencegah terjadinya akumulasi bahan pencemar di perairan. Jarak yang sangat dekat antara Danau Ebony dengan saluran gendong (terhubung), membuat air yang berada pada danau dan saluran gendong mengalami pencampuran, hal tersebut diduga membuat perairan Danau Ebony menjadi tercemar. Oleh karena itu, pemisahan saluran gendong dari Danau Ebony perlu dilakukan. Pada saat terjadi hujan deras, perairan Danau Ebony akan meluap, sehingga kemungkinan besar tercampur oleh air hasil olahan yang terdapat di saluran gendong.
KESIMPULAN Kesimpulan Kualitas perairan Danau Ebony yang terletak di Perumahan Bukit Golf Mediterania, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara termasuk ke dalam kondisi tercemar ringan untuk bagian permukaan dan dasar perairan pada setiap waktu pengamatan berdasarkan Indeks Pencemaran. Berdasarkan Indeks STORET, pada pemantauan pertama bagian permukaan perairan Danau Ebony tergolong ke dalam kondisi tercemar ringan, sedangkan bagian dasar tergolong tercemar sedang. Pemantauan kedua tergolong ke dalam kondisi tercemar berat, pada bagian permukaan dan dasar perairan. Pemantauan ketiga dan keempat tergolong ke dalam kondisi tercemar sedang pada bagian permukaan dan dasar perairan. Berdasarkan Indeks STORET dan Indeks Pencemaran, terlihat bahwa pengelolaan yang dilakukan mampu memperbaiki pencemaran air pada perairan Danau Ebony.
19
DAFTAR PUSTAKA [APHA; AWWA; WEA] American Public Healt Association; American Water Works Association; Water Environment Association (US). 2012. Standard Methods for The Examination of Water and Waste Water 21st Edition. Ohio (US): American Public Healt Association. Ed ke-21 [BPT] Badan Penelitian Tanah (ID). 2005. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Ed ke-1 [IATPI] Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Lingkungan Indonesia. 2010 (ID). Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia Tahun 2010. Jakarta Pusat (ID): Lingkungan Tropis. Hlm 527-539 [KLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 2003. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Jakarta (ID) [PP] Peraturan Pemerintah. 2001. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta (ID). Ajibade FO, Adeniran KA, Egbuna CK. 2013. Phytoremediation Efficiencies of Water Hyacinth in Removing Heavy Metals in Domestic Sewage ( A Case Study of University of Ilorin, Nigeria). IJES. 2(12):16-27. Barus TA. 2001. Pengantar Limnologi Studi tentang Ekosistem Sungai dan Danau. Universitas Sumatera Utara. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara Boyd CE. 1982. Water Quality Management forPond Fish Culture. Amsterdam (US): Elsevier Scientific Publishing Company Boyd CE. 1988. Water Quality In Warmwater Fish Pondss. Amsterdam (US): Elsevier Scientific Publishing Company Djaenudin. 2006. Pengaruh Kepadatan Eceng Gondok Terhadap BOD, COD, dan Zat Organik. Yogyakarta. Dodds WK. 2002. Freshwater Ecology. London (US): Heinemann Educational Books. p 163 Eddy & Metcalf. 1991. Wastewater Engineering: Treatment and Reuse. New York (US): Mc Graw Hill Inc. 3th ed Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta (ID): Kanasius. Fitra E. 2008. Analisis Kualitas Air Dan Hubungannya Dengan Keanekaragaman Vegetasi Akuatik Di Perairan Danau Toba [tesis]. Medan (ID): Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Fonkou T, Agendia P, Kengne I, Akoa A, Nya J. 2002 Jan. Potentials of water lettuce (Pistia stratiotes) in domestic sewage treatment with macrophytic lagoon systems in Cameroon. Proceedings of International Symposium on Environmental Pollution Control and Waste Management; 2002 Jan 7-10; Tunis, Cameroon. Cameroon (CM): Yaounde. p 709-714. Gupta P, Roy S, Mahindrakar AB. 2012. Treatment of Water Using Water Hyacinth, Water Lettuce and Vetiver Grass-A Review. Resources and Environment. 2(5):202-215.doi:10.5923/j.re.20120205.04 Indah LS, Hendrarto B, Soedarsono P. 2014. Kemampuan Eceng Gondok (Eichhornia sp.), Kangkung Air (Ipomea sp.), dan Kayu Apu (Pistia sp.)
20 dalam Menurunkan Bahan Organik Limbah Industri Tahu (Skala Laboratorium). Diponegoro J Maquares. 3(1):1-6. Irianto T. 2011. Eutrofikasi Waduk dan Danau: Permasalahan, pemodelan dan upaya pengendalian. Litbang Sumber Daya Air dan Pekerjaan Umum. Bandung. Novotny V and Olem H. 1994. Water Quality, Prevention, Identification and Management of Diffuse Pollution. New York (US): Van Nostrans Reinhold. Rao CS. 1992. Environmental Pollution Control Engineering. New Delhi (IN): Wiley Eastern Limited. p 431 Reid G. 1961. Ecology of Inland Waters And Estuaries. New York (US): Book Corporation. p 375 Salmin. 1997. Derajat keasaman (pH) dan kadar fosfat di perairan Sungai Dadap dalam kaitannya dengan penelitian foraminifera sebagai bioindikator pencemaran. Jakarta. 2(2): 26-67 Silalahi J. 2009. Analisis Kualitas Air dan Hubungannya dengan Keanekaragaman Vegetasi Akuatik di Perairan Balige Danau Toba. [tesis]. Medan (ID): Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Suwari, Riani E, Pramudya B, Djuwita I. 2010. Penentuan Status Mutu Air Kali Surabaya dengan Metode STORET dan Indeks Pencemaran. Majalah Ilmiah Widya. 27(297): 59-63 Syafrani. 2007. Kajian Pemanfaatan Media Penyaringan dan Tumbuhan Air Setempat Untuk Pengendalian Limbah Cair pada Sub-DAS Tapung Kiri, Provinsi Riau. [thesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ulqodry,Yulisman, Syahdan, Santoso. 2010. Karakteristik dan sebaran nitrat, fosfat dan oksigen terlarut di perairan Karimunjawa Jawa Tengah. Jawa Tengah (ID). 13 (1): 13-19 Wardana. 2004. Dampak pencemaran lingkungan. Yogyakarta (ID): Andi. Welch PS. 1952. Limnology. New York (US): Mc. Graw. p 538 Wirawan AW, Ruslan W, Susnawati LD. 2013. Jurnal Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Pengolahan Limbah Cair Domestik Menggunakan Tanaman Kayu Apu (Pistia sp.) dengan Teknik Tanam Hidroponik Sistem DFT.
21
LAMPIRAN Lampiran 1 Lokasi stasiun pengamatan perairan Danau Ebony
Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 3
Stasiun 4
Stasiun 5
22 Lampiran 2 Gambaran posisi saluran gendong, STP, dan Danau Ebony Keterangan : Lubang pada saluran gendong STP (Sewage Treatment plant) Saluran gendong disepanjang Danau Ebony
Limbah domestik dari perumahan akan tertampung dalam sebuah lubang Lubang untuk menampung limbah sebelum diolah dalam STP.
Limbah yang sudah diolah dari STP akan masuk kedalam saluran gendong untuk dialirkan atau dibuang ke laut.
Limbah yang sudah tertampung dalam lubang akan masuk kedalam STP selama 5 jam untuk diolah menggunakan sebuah pompa dengan cara Rotating Biological Contactor (RBC).
23 Lampiran 3 Data kualitas air yang diukur secara insitu Stasiun
Kedalaman (cm)
Salinitas (ppt)
Suhu (°C)
pH
Kecerahan (cm)
Kekeruhan
Bulan Desember
1
80
1,65
30,75
8,91
23
514,5
2
140
1,89
30,57
8,74
25
458,5
3
100
1,6
31,02
8,63
20
284
4
160
1,8
30,61
7,74
26
119,5
5
60
1,9
30,03
7,99
20
65
1
102
1,3
30,02
8,60
21
61,7
2
135
1,44
29,96
8,23
23
46,1
3
125
1,3
29,73
7,95
20
59,6
4
110
1,7
31,15
7,53
34
28,1
5
115
1,8
31,05
8,70
23
38,5
1
82
1,1
30,55
8,83
33
89,8
2
112
1,10
29,55
8,71
31
63,5
3
112
0,93
29,40
8,28
28
39,0
4
90
0,9
28,78
7,68
30
19,3
5 93 1,1 29,06 Keterangan : Stasiun 1 dan 2 dekat dengan pancuran air Stasiun 4 dekat dengan frame tanaman air Stasiun 5 dekat dengan dua pancuran air
7,96
28
96,6
Januari
Februari
Lampiran 4 Data perhitungan Indeks STORET pada bagian permukaan perairan Danau Ebony Parameter
Satuan
Max
Nilai Min Rata-rata
BM Kelas III
Skor
FISIKA Suhu
o
C
31,2
30,6
30,9
dev. 3
Kecerahan
m
10
7
8,6
(-)
Kekeruhan TSS
NTU mg/L
55,3 127
20,2 43
39,08 77,2
(-) 400
0
TDS KIMIA
mg/L
2210
1838
2076,4
1000
-5
pH
-
9,13
8,27
8,63
6-9
-2
DO Salinitas BOD5
mg/L psu mg/L
7 2,4 5,3
4,3 1,1 3,25
5,9 1,98 4,42
3 (-) 6
0
COD T-PO4 NO2-N NO3-N NH3-N H2S
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
17,31 12,54 0,97 0,44 0,25 0,009 2,85 2,03 1,11 0,41 0,001 0,001 Jumlah Skor
15,40 0,64 0,062 2,46 0,79 0,001
50 1 0,006 20 (-) 0,002
0 0 -2 0
Status
0
0 -9 Tercemar ringan
24 Lampiran 5 Data perhitungan Indeks STORET pada bagian dasar perairan Danau Ebony Parameter
Satuan Max
Nilai Min
Rata-rata
BM Kelas III
Skor
FISIKA Suhu
o
Kecerahan
m
Kekeruhan TSS
NTU mg/L
822
41
233
400
-1
TDS KIMIA
mg/L
2230
1840
2092,4
1000
-1
-
8,99
7,6
8,4
6-9
0
DO Salinitas BOD5
mg/L psu mg/L
6,4
0,3
2,7
3
0
6,96
3,25
4,75
6
-2
COD T-PO4 NH3-N NO3-N NO2-N H2S
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
21,6 0,878
12,54 0.221
16,26 0.498
50 1
0 0
2,66 1,93 0,033 0,011 0.001 0.001 Jumlah Skor
2,2 0,02 0.001
20 0.06 0.002
0 0 0 -16 Tercemar sedang
pH
C
Status
Lampiran 6 Jumlah skor STORET perairan Danau Ebony pada setiap stasiun selama pengamatan Sampling Juli Desember Januari Februari
Skor Permukaan -9 -35 -21 -23
Kriteria Dasar -16 -55 -23 -28
Permukaan Baik Buruk sedang sedang
Dasar Sedang Buruk sedang Sedang
Lampiran 7 Data perhitungan Indeks Pencemaran pada bagian permukaan perairan Danau Ebony Nilai Stasiun 1 (Ci/Lij)M (Ci/Lij)R Pij Stasiun 2 (Ci/Lij)M (Ci/Lij)R Pij Stasiun 3
Juli
Waktu Pemantauan Desember Januari
Februari
2,36 0,84 1,77
6,54 2,15 4,87
4,04 1,37 3,01
3,96 1,35 2,96
2,84 0,88 2,10
5,60 1,82 4,16
3,45 1,16 2,57
3,57 1,30 2,69
25 Lanjutan Lampiran 7 (Ci/Lij)M (Ci/Lij)R Pij Stasiun 4 (Ci/Lij)M (Ci/Lij)R Pij Stasiun 5 (Ci/Lij)M (Ci/Lij)R Pij
2,67 0,83 1,98
5,25 1,85 3,93
3,45 1,14 2,57
3,59 1,17 2,67
4,06 1,32 3,02
4,17 1,36 3,10
2,15 0,79 1,62
2,65 0,99 2,00
2,74 1,02 2,07
4,10 1,71 3,14
3,21 1,33 2,46
2,28 1,04 1,77
Lampiran 8 Data perhitungan Indeks Pencemaran pada bagian dasar perairan Danau Ebony Nilai
Juli
Stasiun 1 (Ci/Lij)M (Ci/Lij)R Pij Stasiun 2 (Ci/Lij)M (Ci/Lij)R Pij Stasiun 3 (Ci/Lij)M (Ci/Lij)R Pij Stasiun 4 (Ci/Lij)M (Ci/Lij)R Pij Stasiun 5 (Ci/Lij)M (Ci/Lij)R Pij
Waktu Pemantauan Desember Januari
Februari
2,32 0,59 1,70
5,99 2,44 4,57
3,90 1,05 2,86
3,72 1,38 2,81
2,74 0,61 1,99
6,20 2,62 4,76
3,41 0,97 2,51
3,03 1,56 2,41
2,67 0,67 1,95
5,08 2,08 3,88
3,43 0,99 2,53
2,70 0,84 2,00
2,64 1,01 2,00
3,70 1,29 2,771
1,91 0,73 1,44
1,91 0,91 1,49
2,65 1,19 2,05
4,15 1,57 3,14
3,25 0,99 2,40
2,17 0,97 1,68
Lampiran 9 Nilai Indeks Pencemaran dan kriterianya pada perairan Danau Ebony setiap stasiun selama pengamatan Stasiun
Waktu Sampling 1
Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 3
Nilai Pij Permukaan Dasar 1,8 1,7
Kriteria Cemar ringan
Sampling 2
4,5
4,6
Cemar ringan
Sampling 3 Sampling 4 Sampling 1
3,0
2,9
Cemar ringan
4,0
2,8
Cemar ringan
2,1
2,0
Cemar ringan
Sampling 2
4,2
4,8
Cemar ringan
Sampling 3
2,6
2,5
Cemar ringan
Sampling 4
2,7
2,4
Cemar ringan
Sampling 1
2,0
2,0
Cemar ringan
Sampling 2
3,9
3,9
Cemar ringan
26 Lanjutan Lampiran 9
Stasiun 4
Stasiun 5
Sampling 3
2,6
2,5
Cemar ringan
Sampling 4
2,7
2,0
Cemar ringan
Sampling 1
3,0
2,0
Cemar ringan
Sampling 2
3,1
2,8
Cemar ringan
Sampling 3
1,6
1,4
Cemar ringan
Sampling 4
2,0
1,5
Cemar ringan
Sampling 1
2,1
2,0
Cemar ringan
Sampling 2
3,1
3,1
Cemar ringan
Sampling 3 Sampling 4
2,5 1,8
2,4 1,7
Cemar ringan Cemar ringan
Lampiran 10 Tanaman air Kayu apu (Pistia sp.)
Lampiran 11 Data curah hujan daerah Jakarta Utaraa Bulan Juli Agustus September November Desember a
Curah hujan Rendah (0-100 mm) Rendah (0-100 mm) Rendah (0-100 mm) Rendah (0-100 mm) Menengah (101-300 mm)
Buletin BMKG Tahun 2013
Lampiran 12 Tanaman air Eceng gondok (Eichhornia sp.)
27
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Hesvi Andri Setyaningrum. Lahir di Bogor, 23 Januari 1992. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ibu Sulistyowati dan Bapak Achmad Soeaib. Penulis mulai mengikuti pendidikan di TK Angkasa XII dan lulus pada tahun 1998, dilanjutkan sekolah dasar di SD N Cilangkap 2 lulus pada tahun 2004. Melanjutkan di SMP N 7 Kota Depok lulus pada tahun 2007 dan dilanjutkan sekolah di SMA Plus PGRI 1 Cibinong lulus pada tahun 2010. Penulis lulus menjadi mahasiswi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2010 sebagai mahasiswa Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Kegiatan diluar akademik, penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumber Daya Perairan (HIMASPER) tahun 2012-2013 sebagai anggota divisi SPARTA. Kegiatan akademik diluar perkuliahan penulis aktif sebagai anggota PSM AGRIASWARA pada tahun 2010-sekarang. Selain itu penulis aktif mengikuti seminar maupun berpartisipasi dalam berbagai kepanitiaan di lingkungan kampus IPB.