ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PELAYANAN KESEHATAN DI TIAP KABUPATEN/KOTA SE-JAWA TIMUR DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Rizqiyanti Ramadany(1), Destri Susilaningrum (2) Mahasiswa Jurusan Statistika FMIPA ITS, (2)Dosen Jurusan Statistika FMIPA ITS email : (1)
[email protected], (2)
[email protected]
(1)
Abstrak
Dalam upaya memaksimalkan pelayanan kesehatan, pemerintah kabupaten/kota harus mencapai target pelayanan. Kemampuan dasar dan pengelolaan sumber daya dapat mencerminkan tingkat efisiensi pelayanan kesehatan di kabupaten/kota tersebut. Metode yang biasa digunakan dalam pengukuran efisiensi suatu unit, salah satunya adalah metode Data Envelopment Analysis (DEA). Pada tugas akhir ini dilakukan analisis tingkat efisiensi pelayanan kesehatan di tiap kabupaten/kota se- Jawa Timur menggunakan metode DEACCR yang berorientasi input. Data yang digunakan adalah data jumlah kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap sebagai output serta data sumber daya kesehatan sebagai input. Data tersebut berdasarkan Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2009. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 38 kabupaten/kota, ada 18 kabupaten/kota yang sudah efisien dalam pelayanan kesehatan, akan tetapi sisanya belum efisien. Berdasarkan nilai efisiensi tersebut dipetakan secara visual daerah yang sudah dan tidak efisien agar pembuat kebijakan lebih mudah dalam melakukan tidakan terhadap kabupaten/kota di Jawa Timur yang tidak efisien dalam pelayanan kesehatan. Selain itu diproyeksikan daerah yang tidak efisien agar menjadi efisien. Hasil proyeksi menunjukkan bahwa sumber daya yang perlu dioptimalkan di tiap kabupaten/kota berbeda-beda. Kata kunci: Data Envelopment Analysis (DEA), efisiensi, pelayanan kesehatan, Jawa Timur, DEA-CCR orientasi input
Beberapa penelitian tentang DEA dalam bidang kesehatan sudah banyak dilakukan. Akan tetapi, pada umumnya penelitian tersebut dipusatkan pada kinerja antar rumah sakit, unit gawat darurat, maupun puskesmas. Budi (2010) melakukan studi kasus yang mengambil 29 puskesmas di Kabupaten Pati. Osei (2005) melakukan studi kasus di 17 Pusat Kesehatan Ghana. Selanjutnya penelitian Saputra (2004) mengambil studi kasus di Unit Gawat Darurat RSUD Dr. Soetomo, RS. Adi Husana Undaan, RKZ, RS Adi Husada Kapasari, RS Haji, dan RS Al Irsyad. Pada penelitian ini muncul permasalahan ingin mengetahui unit-unit kabupaten/kota di Jawa Timur yang efisien dan tidak efisien dalam pelayanan kesehatan. Tingkat efisiensi ini dicoba dianalisis dengan metode DEA. Melalui metode DEA, dengan mengetahui input dari unit yang tidak efisien, maka diharapkan dapat meningkatkan efisiensi secara berkesinambungan. Kabupaten/kota yang sudah memiliki pelayanan kesehatan efisien tidak efisien akan divisualisasikan dalam sebuah peta. Selain itu, untuk kabupaten/kota yang tidak efisien, akan dilakukan proyeksi perbaikan tehadap variabel input dan outputnya sehingga bisa menjadi efisien.
1. PENDAHULUAN Sejak diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan otonomi daerah, tiap daerah memiliki wewenang yang luas untuk mengatur daerah masing-masing. Pemerintah daerah harus berupaya untuk meningkatkan pelayanannya di segala bidang. Tidak terkecuali pada bidang kesehatan. Sumber daya yang memenuhi sangat diperlukan supaya dapat memberikan pelayanan yang maksimal. Dalam upaya memaksimalkan pelayanan tersebut, pemerintah kabupaten/kota harus mencapai target pelayanan. Kemampuan dasar dan pengelolaan sumber daya dapat mencerminkan tingkat efisiensi pelayanan kesehatan di kabupaten/kota tersebut. Metode Data Envelopment Analysis (DEA) digunakan dalam pengukuran efisiensi suatu unit. Kelebihan DEA adalah mampu mengakomodasi banyak input maupun output dalam banyak dimensi. Pengukuran efisiensi yang didapatkan pun lebih akurat. DEA telah diaplikasikan secara luas dalam evaluasi performance pada bidang kesehatan, pendidikan, perikanan, perbankan, production plan dan lain-lain.
1
Manfaat yang ingin dicapai adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat dan memberikan masukan untuk pengambil kebijakan tentang kabupaten/kota di Jawa Timur yang sudah dan belum efisien dalam hal pelayanan kesehatan. Hal tersebut dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan rencana strategis untuk beberapa tahun selanjutnya.
lebih rendah daripada tingkat penurunan untuk input 2.3 Data Envelopment Analysis (DEA) DEA merupakan pengembangan linier programming yang didasarkan pada pengukuran kinerja relatif dari suatu unit produksi berdasarkan beberapa rasio bobot dari output terhadap input untuk suatu DMU. Yang dimaksud DMU adalah sesuatu hal yang memiliki kesamaan karakteristik operasional, misalnya saja seperti unit pelayanan kesehatan, rumah sakit, bank, universitas, sekolah, dan lain-lain. DEA pertama kali dikembangkan secara teoritik oleh Charnes, Cooper dan Rhodes pada tahun 1978. DEA dikembangkan sebagai perluasan dari metode rasio teknik klasik untuk efisiensi. DEA menentukan rasio maksimal dari jumlah output yang diberi bobot terhadap jumlah input yang diberi bobot, dengan bobot yang ditentukan oleh model. Efisiensi relatif (θk) dari sebuah DMU diformulasikan sebagai berikut.
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profil Pelayanan Kesehatan Jawa Timur Pada Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2009 dituliskan bahwa pelayanan kesehatan tidak terlepas dari sumber daya kesehatan dan pasien yang mengunjungi sarana kesehatan. Sumber daya kesehatan meliputi halhal sebagai berikut. 1. Sarana kesehatan Yang termasuk dalam sarana kesehatan adalah Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Pos Kesehatan Desa (Poskendes), Desa Siaga, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Bersalin Desa (Polindes), Rumah Bersalin, dan Balai Pengobatan Klinik. 2. Tenaga kesehatan Tenaga kesehatan meliputi tenaga medis, perawat, bidan, farmasi, kesehatan masyarakat, gizi, keterapian fisik, serta teknisi medis. 3. Pembiayaan kesehatan Anggaran pemerintah untuk bidang kesehatan . 2.2 Konsep Efisiensi Efisiensi pada dasarnya adalah rasio antara output dan input. Farrel (1957) menyatakan bahwa efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis mendasari seluruh kinerja suatu organisasi. Efisiensi juga didefinisikan sebagai kesuksesan dalam mengakomodasi output semaksimal mungkin dari sejumlah input yang ada. Menurut Ozcan (2008) efisiensi dapat ditingkatkan dengan memperhatikan hal-hal yang tercantum sebagai berikut. a. Meningkatkan output b. Mengurangi input c. Jika kedua output dan input ditingkatkan, maka tingkat kenaikan untuk output harus lebih besar daripada tingkat kenaikan untuk input d. Jika kedua output dan input diturunkan, maka tingkat penurunan untuk output harus
t
k
u r y kr
r 1 m
v i x ki
i 1
(2.1) Keterangan: ur = bobot output r, r = 1,2,3,...,t vi = bobot input i, i = 1,2,3,...,m ykr = nilai dari output suatu unit ke-k xki = nilai dari input suatu unit ke-k k = jenis DMU, k = 1, 2, 3,...,n 2.4 Model DEA-CCR (Charnes Cooper Rhodes) Model DEA-CCR merupakan bentuk original dari metode Data Envelopment Analysis yang dikembangkan pertama kali oleh Charner, Cooper, Rhodes (1978). Pada model DEA-CCR ini juga dikenal sebagai model CRS (Constant Return to Scale), yaitu suatu model yang berasumsi bahwa tiap DMU telah beroperasi secara optimal. Nilai efisiensi dari model DEA-CCR input-oriented didefinikan sebagai berikut: t m min k S i S r r i
dengan kendala n
j y jr ykr Sr 0 , i = 1, 2, ..., m j
2
n
j x ji Si k xki
j , Si , Sr 0
dilayani. Sedangkan variabel input berupa data sarana pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, sarana kesehatan desa, sarana persalinan, balai pengobatan), tenaga kesehatan (dokter, asisten medis, dan tenaga kesehatan lain), dan anggaran pemerintah untuk kesehatan Pengelompokan variabel tenaga kesehatan yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian Budi (2010).
, r = 1, 2, ...,t
j
, j = 1, 2, ..., n;
k:objek yang diteliti (2.2) Pada dua model diatas, S i adalah variabel slack untuk input ke-i dan S r adalah variabel slack untuk output ke-r. adalah bilangan real dengan nilai positif yang sangat kecil. Nilai dalam DEA merupakan bilangan positif terkecil. Kehadiran dalam fungsi objektif tersebut, secara efektif mengijinkan untuk mengoptimasi θk terlebih dahulu sebelum variabel-variabel slacknya. Dengan demikian optimasi variabel-variabel slack tidak mempengaruhi hasil optimasi θk. DMU dikatakan efisien pada model (2.2) jika dan hanya jika θk =1, dan semua slacknya nol ( S i =
Tabel 1 Variabel Penelitian
No
Nama Variabel
1 X1
Rumah Sakit (input)
6 X6
Dokter(input)
7 X7
Asisten Medis (input)
8 X8
Tenaga Kesehatan Lainnya(input)
9 X9
Biaya(input)
10 Y1
Pasien Rawat Jalan (output)
11 Y2
Pasien Rawat Inap (output)
% pasien rawat inap di sarana kesehatan
2 X2
Puskesmas (input)
3 X3
Sarana Kesehatan Desa (input)
4 X4
y r S r
5 X5
(2.4) (Cooper, Seiford, Tone, 2007)
yˆ r y r y r y r S y r r
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder tentang jumlah sarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang diperoleh dari Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2009 serta data jumlah pasien rawat inap, rawat jalan, dan jumlah anggaran kesehatan berdasarkan APBD tiap kabupaten/kota tahun 2009 di Jawa Timur dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur.Unit penelitian adalah 38 kabupaten/kota di Jawa Timur.
% jumlah RS % jumlah puskesmas, puskesmas pembantu, dan puskesmas keliling % jumlah desa siaga, poskesdes, dan posyandu % jumlah polindes dan rumah sakit % jumlah balai pengobatan/klinik % jumlah dokter (dokter umum,gigi,spesalis) % jumlah bidan dan perawat % jumlah tenaga bidang kefarmasian, kesmas, ahli gizi, terapi medis, dan teknisi fisik % anggaran kesehatan terhadap total APBD % pasien rawat jalan di sarana kesehatan
0, S r = 0). 2.5 Peningkatan Efisiensi Model DEA-CCR Berdasarkan nilai efisiensi dan slack metode untuk meningkatkan nilai efisiensi DMU yang tidak efisien dapat dilakukan. Besar perbaikan input x i dan perbaikan output y r dapat dihitung dari: xi xi k xi S i (1 k ) xi S i Rumus untuk perbaikan nilai input dan nilai output yang disebut dengan CCR proyection yaitu: (2.3) xˆ i xi xi k xi S i xi
Keterangan
Sarana Persalinan (input) Balai Pengobatan (input)
3.3 Langkah Penelitian Secara garis besar, langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menentukan DMU, variabel input, dan output 2. Mengumpulkan data 3. Melakukan pengukuran efisiensi terhadap pelayanan kesehatan di kabupaten/kota seJawa Timur dengan DEA-CCR. 4. Membuat pemetaan kabupaten/kota di Jawa Timur berdasarkan status efisiensi pelayanan kesehatannya (efisien atau tidak efisien). 5. Melakukan proyeksi perbaikan kabupaten/ kota di Jawa Timur yang tidak efisien. 6. Menarik kesimpulan
3.2 Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas variabel output dan variabel input. Variabel output berupa data jumlah pasien rawat inap dan pasien rawat jalan yang
3
Sarana Persalinan ada dua yaitu Polindes dan Rumah Bersalin. Polindes dibuat dalam rangka mendekatkan pelayanan kebidanan melalui penyediaan tempat pertolongan melahirkan. Polindes hanya ada di kabupaten. Sementara Rumah bersalin banyak terdapat di Kota. Pada Tahun 2009, jumlah Polindes di Jawa Timur sebanyak 5775 buah. Hal tersebut masih jauh di bawah jumlah bidan yang mencapai 6439 buah. Artinya belum semua bidan mempunyai Polindes. Sedangkan jumlah Rumah Bersalin hanya sebanyak 242 buah. Klinik atau balai pengobatan merupakan sarana kesehatan yang merupakan milik swasta. Pada tahun 2009, jumlah Klinik di Jawa Timur mencapai 843 buah. ada dua kabupaten/kota yang tidak memiliki klinik, yaitu Kabupaten Sampang dan Kota Mojokerto. Sedangkan daerah dengan jumlah klinik terbanyak adalah Kota Surabaya. Sumberdaya manusia merupakan penggerak utama dalam pelayanan kesehatan. Khususnya adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, perawat, bidan, tenaga farmasi, tenaga kesehatan masyarakat, ahli gizi, tenaga terapis fisik, dan teknisi medis. Jumlah total tenaga kesehatan di Jawa Timur tahun 2009 mencapai 50.380 tenaga kesehatan. Rincian jumlah dan persentase tenaga kesehatan di Jawa Timur tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 2.
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Indikator Pelayanan Kesehatan Indikator pelayanan kesehatan meliputi sarana pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, sarana kesehatan desa, sarana persalinan, balai pengobatan), tenaga kesehatan (dokter, asisten medis, tenaga kesehatan lain), dan anggaran pemerintah untuk kesehatan. Provinsi Jawa Timur terdiri dari 29 Kabupaten dan 9 Kota. Pada tahun 2009, berdasarkan hasil proyeksi BPS Provinsi Jawa Timur, total jumlah penduduk Jawa Timur sebanyak 37.746.485 jiwa. Tiap kabupaten/ kota di Jawa Timur memiliki jumlah penduduk yang beragam, oleh karena itu, pada penghitungan variabel input dan output digunakan data persentase variabel input dan output tersebut terhadap jumlah penduduk di tiap kabupaten/kota. Sarana pelayanan kesehatan dipersiapkan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Sebagian besar sarana pelayanan kesehatan dipersiapkan untuk menangani masyarakat yang akan berobat jalan. Akan tetapi ada beberapa sarana kesehatan yang dilengkapi berbagai fasilitas untuk dapat menangani kunjungan pasien rawat inap. Di Provinsi Jawa Timur, kunjungan rawat jalan mencapai 93% sedangkan kunjungan rawat inap hanya 7%. Hal tersebut disebabkan karena tidak semua sarana kesehatan menerima kunjungan pasien rawat inap. Hanya Rumah Sakit, Puskesmas, sarana persalinan, dan klinik tertentu yang mempunyai fasilitas tersebut. Rumah Sakit (RS) merupakan sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang dapat menangani kunjungan pasien rawat jalan maupun rawat ini. Pada tahun 2009, ada sebanyak 287 RS di Jawa Timur. Meliputi 205 RS Umum, 3 RS Jiwa, 56 RS Bersalin, dan 23 RS khusus lainnya. Jumlah paling banyak adalah Kota Surabaya yaitu mencapai 48 RS. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis pelayanan kesehatan yang berada di wilayah kecamatan. Untuk melaksanakan tugasnya, ada yang dinamakan Puskesmas (terdiri dari Puskesmas Perawatan dan non Perawatan), Puskesmas Pembantu, dan Puskesmas Keliling. Kota Surabaya memiliki jumlah Puskesmas terbanyak. Sedangkan Kabupaten Jember mempunyai Jumlah Puskesmas Pembantu terbanyak. Untuk Kabupaten dengan jumlah Puskesmas Keliling terbanyak adalah Kabupaten Ponorogo.
Tabel 2 Jumlah dan Proporsi Tenaga Kesehatan di Jawa Timur Tahun 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Kategori Medis Perawat Bidan Farmasi Kesehatan Masyarakat Gizi Keterapian Fisik Teknisi Medis Jumlah
Jumlah 8148 21922 12055 3026 2141 1394 273 1451 50380
% 16.17% 43.51% 23.87% 6.01% 4.25% 2.77% 0.54% 2.88% 100%
Pembiayaan program dan kegiatan kesehatan tiap kabupaten/kota Jawa Timur diperoleh dari berbagai sumber. Diantaranya dari dana APBD tiap kabupaten/kota. persentase anggaran kesehatan terhadap APBD di tiap kabupaten/kota berbeda-beda. Kabupaten Banyuwangi memiliki persentase anggaran kesehatan terendah yaitu sebesar 2.54% dari total APBD kabupaten tersebut. Sedangkan Kota Blitar memiliki persentase terbesar, anggaran kesehatan di Kota Blitar 16.18% dari total APBD Kota Blitar. Persentase tersebut
4
berbeda-beda karena tergantung dari banyaknya penduduk, banyaknya sarana kesehatan serta tenaga kesehatan. Selain itu memang ada kabupaten/kota yang sedang fokus dalam pengembangan di bidang lainnya, seperti bidang pendidikan, atau pariwisata,
Kota Blitar, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto, Kota Madiun, dan Kota Batu. Kabupaten/kota yang tidak efisien dalam pelayanan kesehatan adalah kabupaten/kota dengan nilai efisiensi di bawah 100%, yaitu Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sumenep, Kediri Kota, dan Surabaya Kota. Peringkat kabupaten/kota berdasarkan persentase anggaran kesehatan terhadap total APBD tiap kabupaten/kota di Jawa Timur dari yang memiliki persentase anggaran yang terkecil hingga terbesar ditunjukkan di Tabel 3.
4.2 Perhitungan Efisiensi Pelayan Kesehatan Menggunakan DEA Analisis efisiensi yang digunakan adalah metode DEA-CCR dengan pendekatan yang berorientasi input. Maksud dari orientasi input adalah ingin diketahui tingkat penggunaan optimal suatu sumber daya pelayanan kesehatan. Model DEA-CCR digunakan untuk mencari nilai efisiensi teknis CRS (Constant Return to Scale) yang didefinisikan sebagai θk. Hasil pengukuran efisiensi pelayanan kesehatan 38 kabupaten/kota di Jawa Timur dapat dilihat pada Gambar 1.
Tabel 3 Peringkat Kabupaten/Kota di Jawa Timur Berdasarkan Peringkat Persentase Anggaran Kesehatan Terhadap Total APBD Tahun 2009
141.52
7.58
100%
52.34
9.93
100%
142.62
6.37
100%
146.96
9.46
88.32% 51% 23.54% 92% 96.83% 59.17% 100%
55.13 24.67 12.35 111.43 41.95 53.78 78.01
3.14 2.23 0.32 0.40 2.89 1.73 2.78
74.81%
43.42
3.66
87.09% 100% 81.56% 72.64% 100% 73.88% 55.03% 100% 47.84% 100% 91.70% 56.90%
79.65 25.64 84.45 53.09 107.60 57.89 62.58 129.90 46.79 155.09 118.20 18.43
2.17 1.56 6.00 5.59 3.77 1.86 4.92 2.97 4.77 2.47 2.41 5.6
1 2
Banyuwangi Batu (Kota) Malang (Kota) Malang Pasuruan (Kota) Probolinggo (Kota) Bojonegoro Jember Kediri Kediri (Kota) Pamekasan Blitar Bangkalan Surabaya (Kota) Probolinggo Sampang Jombang Mojokerto Situbondo Pacitan Ponorogo Gresik Tulungagung Magetan Madiun Trenggalek
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
5
100%
Efisiensi
4
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa dari 38 kabupaten/kota terdapat 18 kabupaten/kota yang efisien secara teknis dan 20 kabupaten/kota lainnya tidak efisien secara teknis. Terdapat 18 kabupaten/kota yang memiliki nilai efisiensi 100%. Kabupaten/kota yang efisien secara teknis antara lain Kabupaten Malang, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Magetan, Kabupaten Gresik, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang,
Pasien Rawat Inap 3.86 6.21
DMU
3
Gambar 1 Nilai Efisiensi Pelayanan Kesehatan 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2009
100% 100%
Pasien Rawat Jalan 84.29 104.59
Peringkat
dibuatlah pemetaan seperti pada Gambar 2. Pemetaan ditujukan agar pembuat kebijakan lebih mudah dalam melakukan tidakan terhadap kabupaten/kota di Jawa Timur yang tidak efisien dalam pelayanan kesehatan.
Tabel 3 Lanjutan Peringkat
DMU
Efisiensi
27
Bondowoso Mojokerto (Kota) Sumenep Madiun (Kota) Ngawi Lumajang Nganjuk Pasuruan Sidoarjo Lamongan Tuban Blitar (Kota)
100%
Pasien Rawat Jalan 79.73
100%
48.09
16.70
72.69%
37.82
4.02
100%
216.84
35.09
76.32% 68.81% 100% 100% 100% 83.42% 62.75% 100%
48.97 69.88 81.67 52.91 77.66 99.54 61.56 246.42
28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Pasien Rawat Inap 15.03
TU B A N
6.77 0.61 8.67 2.00 8.23 3.74 3.71 32.25
SU M E NE P
SA M PA N G G R ES IK
B A NG K AL A N
LA M O N G A N B O JON E G O R O
PA M E KA SA N
S U R A B A Y A ( K OT A )
NG A W I M O JO K E R T O (K OT A ) SID O A R J O J OM B A N G M AD I UN M OJ O K E R T O NG A N J UK M A D I U N ( KO T A ) PA SU R U A N (K OT A ) M AG E T A N PA SU R U A N PR O B O L IN G G O ( K OT A ) K E D IR I ( K O T A ) B A TU ( KO T A ) PR O B O L IN G G O PO N O R OG O KE D IR I M AL A N G ( KO T A ) B LI T A R ( K O T A) LU M A J A NG TU L U N G A G UN G PA C I TA N TR E NG G A LE K
B LI T A R
M AL A N G
S IT U B O N D O B O ND O W O SO
JE M B E R
B A NY U W A N G I
Tidak efisien
Efisien
Gambar 2 Pemetaan Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Tingkat Efisiensi Pelayanan Kesehatan Tahun 2009
Pemeringkatan pada Tabel 3 berdasarkan kabupaten/kota di Jawa Timur berdasarkan persentase anggaran kesehatan terhadap total APBD yang terkecil hingga terbesar. Peringkat pertama sampai keenam menunjukkan bahwa kabupaten/kota efisien dalam pelayanan kesehatan dengan memiliki anggaran kesehatan kecil yaitu Kabupaten Banyuwangi, Kota Batu, Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Pasuruan, dan Kota Probolinggo. Akan tetapi pada peringkat ketujuh yaitu Kabupaten Bojonegoro tidak efisien dalam pelayanan kesehatan . Dapat dilihat pada Tabel 4.2 bahwa Kabupaten Banyuwangi dengan anggaran kesehatan hanya 2.54% dari APBD mampu melayani pasien rawat jalan sebanyak 84.29% sedangkan Kabupaten Bojonegoro dengan anggaran kesehatan sebesar 4.36% dari APBD hanya mampu melayani pasien rawat jalan sebanyak 55.13% saja jumlah penduduk yang ada.
4.4 Proyeksi DEA-CCR Orientasi Input Efisien secara teknis berasumsi bahwa semua sumber daya dalam pelayanan kesehatan digunakan secara optimal. Pada penelitian ini digunakan metode optimasi orientasi input. Suatu DMU dikatakan efisien secara teknis pada model jika θk=1 dan semua slacknya nol ( S i = 0, S r = 0). Nilai slack digunakan untuk proyeksi perbaikan variabel input dan variabel output penyebab tidak efisiennya suatu pelayanan kesehatan. Peningkatan efisiensi pada kabupaten/ kota dilakukan dengan cara proyeksi menggunakan model DEA-CCR orientasi input. Hasil proyeksi didapatkan dengan melibatkan nilai input dan output, nilai efisiensi, slack input, slack output. Perhitungan proyeksi menggunakan persamaan 2.3 dan 2.4. Persamaan tersebut digunakan untuk menghitung proyeksi dari variabel input dan output dari kabupaten/kota yang tidak efisien. Sesuai dengan tujuan dari model DEA-CCR orientasi input adalah untuk mengetahui batas optimal penggunaan sumber daya yang menjadi indikator pelayanan kesehatan. Data yang digunakan untuk analisis adalah data persentase. Akan tetapi setelah didapatkan proyeksi variabel input dan output, maka dikembalikan pada data asli dari masing-masing variabel output dan input.
4.3 Pemetaan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Berdasarkan Efisiensi Pelayanan Kesehatan Análisis efisiensi pelayanan kesehatan tiap kabupaten/kota di Jawa Timur menunjukkan bahwa terdapat 18 kabupaten/kota yang sudah efisien. Sedangkan 20 kabupaten/kota lainnya tidak efisien. Berdasarkan status efisiensi tersebut, maka dilakukan pemetaan untuk visualisasi kabupaten/kota mana sajakah yang sudah efisien dan belum efisien. Maka .
6
Hasil proyeksi variabel input dan output dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Data Asli dan Hasil Proyeksi Variabel Indikator Pelayanan Kesehatan dengan Metode CCR-I DMU Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Lumajang Jember Probolinggo Mojokerto Jombang Madiun Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Pamekasan Sumenep Kediri (Kota) Surabaya (Kota)
Data Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi
X1 1 1 6 2 4 2 11 3 6 3 9 1 5 2 11 3 5 2 10 5 10 5 3 2 2 2 8 3 4 2 5 4 1 1 2 1 14 3 48 19
X2 116 40 161 84 114 42 129 62 116 63 154 16 118 58 234 80 153 54 119 80 142 112 108 81 111 85 137 63 150 59 185 87 102 58 131 56 43 40 175 107
X3 1101 643 1745 960 1157 541 1775 849 1955 1104 2387 331 1689 1162 3294 1007 1972 1461 1829 1218 2127 1735 1272 1166 1602 1150 2435 1303 2065 1296 2680 2171 1202 730 2017 885 429 296 3044 846
X4 106 45 248 95 111 61 183 60 159 74 249 22 102 70 118 60 214 92 236 96 202 121 126 84 180 123 328 90 274 94 399 138 230 55 228 83 4 4 12 9
X5 4 3 16 4 2 1 19 8 14 8 21 2 5 3 35 9 9 2 20 14 49 12 6 5 13 8 8 7 9 3 42 6 3 3 9 4 16 6 150 19
X6 80 35 124 68 96 55 182 87 134 79 83 20 128 71 249 97 74 64 163 87 244 184 99 91 99 59 179 71 94 59 131 104 84 40 57 41 88 81 2655 502
X7 507 210 1043 487 625 356 1147 478 698 335 675 103 636 438 1382 543 693 467 818 426 1162 948 746 522 903 468 1057 431 778 463 1249 694 602 271 1130 349 1028 376 2868 2146
X8 114 40 242 133 227 127 212 101 101 60 79 19 180 97 252 129 146 86 94 68 243 198 162 149 286 90 85 75 134 84 151 126 136 51 101 65 325 130 1240 928
X9 5.22 3.86 5.33 2.93 5.62 2.18 5.37 2.32 4.68 2.19 4.41 0.55 6.22 3.14 4.38 1.12 5.01 3.89 5.2 2.52 5.12 3.98 5.57 4.72 6.09 4.36 4.36 2.65 10.95 3.63 9.19 4.75 4.58 3.13 5.89 2.59 4.54 3.78 4.95 3.65
Y1 312182 312182 550159 550159 128617 220396 467451 467451 611347 611347 189427 189427 731222 731222 585689 585689 866398 866398 535705 535705 1048887 1048887 791171 791171 419048 419048 696890 696890 709413 709413 1266536 1266536 314524 314524 390242 390242 293305 293305 1255464 1255464
Y2 10010 11149 43230 43230 39089 39089 47695 47695 19649 24347 4969 7114 6349 25877 53016 53016 23590 30364 56432 56432 74553 74553 16126 23961 57917 57917 39691 39691 42784 42784 47601 47601 21653 21653 41512 41512 1066 18801 105831 143066
Tabel 4 merupakan hasil proyeksi input dan output ke daerah efisien pada kabupaten/ kota yang tidak efisien dengan menggunakan DEA-CCR orientasi input. Pada Tabel 4 terlihat setiap input masing-masing DMU mengalami pengurangan tergantung pada nilai efisiensi teknis dan nilai slack variabel input tersebut. Sedangkan perubahan outputnya hanya tergantung pada nilai slack variabel output. Misalkan saja Kabupaten Pacitan dikatakan efisien apabila bisa melayani pasien rawat jalan sejumlah 312182 dan pasien rawat inap sejumlah 11149 dengan satu RS, 40 Puskesmas, 643 Sarana Kesehatan Desa, 45 Sarana Persalinan, 3 Klinik, 35 Tenaga Medis, 210 Asisten Medis, 40 Tenaga Kesehatan Lainnya serta persentase anggaran kesehatan sebesar 3.86% dari total APBD Kabupaten Pacitan. Dari sembilan sumber daya kesehatan, yang paling perlu dioptimalkan karena berpengaruh besar dalam penyebab ketidakefisienan adalah jumlah Puskesmas(X2) disusul oleh jumlah tenaga kesehatan lainnya(X8). Begitu juga interpretasi untuk kabupaten/kota yang lain. Berdasarkan Tabel 4 maka dapat dianalisis untuk persentase penurunan input dan kenaikan output yang ditampilkan seperti pada Tabel 5.
7
Tabel 5 Persentase Penurunan Input dan Kenaikan Output dari DMU yang Tidak Efisien DMU Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Lumajang Jember Probolinggo Mojokerto Jombang Madiun Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Pamekasan Sumenep Kediri Kota Surabaya Kota
X1 26% 64% 47% 73% 47% 91% 57% 71% 50% 52% 48% 20% 24% 58% 39% 17% 3% 27% 80% 61%
X2 66% 48% 63% 52% 46% 90% 51% 66% 64% 33% 21% 25% 24% 54% 61% 53% 43% 57% 8% 39%
X3 42% 45% 53% 52% 44% 86% 31% 69% 26% 33% 18% 8% 28% 46% 37% 19% 39% 56% 31% 72%
X4 58% 62% 45% 67% 54% 91% 31% 49% 57% 59% 40% 34% 32% 73% 66% 65% 76% 64% 8% 25%
Berdasarkan pada Tabel 5 dapat dilihat sumber daya apa saja yang paling mempengaruhi ketidak efisienan masingmasing DMU. Sumber daya tersebut adalah sumber daya yang mempunyai persentase penurunan paling besar dibanduingkan dengan sumber daya yang lain pada masing-masing DMU. a. Kabupaten Pacitan: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah Puskesmas. b. Kabupaten Ponorogo: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah klinik. c. Kabupaten Trenggalek: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah Puskesmas. d. Kabupaten Tulungagung: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah RS. e. Kabupaten Blitar: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah adalah persentase anggaran biaya kesehatan. f. Kabupaten Kediri: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah klinik. g. Kabupaten Lumajang: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah RS.
X5 26% 75% 43% 60% 41% 92% 35% 75% 73% 31% 76% 22% 40% 12% 66% 86% 3% 58% 65% 87%
8
X6 57% 45% 43% 52% 41% 76% 44% 61% 13% 46% 24% 8% 40% 60% 37% 21% 53% 27% 8% 81%
X7 58% 53% 43% 58% 52% 85% 31% 61% 33% 48% 18% 30% 48% 59% 40% 44% 55% 69% 63% 25%
X8 65% 45% 44% 52% 41% 76% 46% 49% 41% 27% 18% 8% 69% 12% 37% 17% 63% 35% 60% 25%
X9 26% 45% 61% 57% 54% 88% 50% 74% 23% 52% 22% 15% 28% 39% 71% 48% 32% 56% 17% 26%
Y1 0% 0% 71% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Y2 11% 0% 0% 0% 24% 43% 308% 0% 29% 0% 0% 49% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 1664% 35%
h. Kabupaten Jember: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah klinik. i. Kabupaten Probolinggo: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah klinik. j. Kabupaten Mojokerto: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah sarana persalinan. k. Kabupaten Jombang: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah klinik. l. Kabupaten Madiun: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah sarana persalinan. m. Kabupaten Ngawi: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah tenaga kesehatan. n. Kabupaten Bojonegoro: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah sarana persalinan. o. Kabupaten Tuban: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah persentase anggaran biaya kesehatan. p. Kabupaten Lamongan: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah klinik. q. Kabupaten Pamekasan: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan
pelayanan kesehatan adalah jumlah sarana persalinan. r. Kabupaten Sumenep: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah asisten medis. s. Kota Kediri: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah RS. t. Kota Surabaya: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah klinik.
-
7. KESIMPULAN Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap 38 Kabupaten/Kota, kesimpulan yang dapat diambil antara lain : 1. Ada 18 kabupaten/kota yang memiliki kinerja efisien untuk pelayanan kesehatan pada model DEA-CCR yaitu Kabupaten Malang, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Magetan, Kabupaten Gresik, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kota Blitar, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto, Kota Madiun, dan Kota Batu. Artinya kabupaten/kota tersebut dapat secara optimal memanfaatkan sumber daya kesehatan dan dapat menangani kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap dengan optimal. Sedangkan 20 kabupaten/kota yang lain tidak efisien dalam pelayanan kesehatan. Artinya kabupaten/kota tersebut belum dapat secara optimal memanfaatkan sumber daya kesehatan dan dapat menangani kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap dengan optimal. 2. Pemetaan kabupaten/kota di Jawa Timur berdasarkan tingkat efisiensi pelayanan kesehatan menunjukkan bahwa ada 18 kabupaten/kota yang termasuk kategori efisien dan 20 kabupaten/kota yang tidak efisien. 3. Proyeksi perbaikan pada tiap kabupaten/ kota yang tidak efisien menjadi efisien dengan model CCR orientasi input umumnya perlu dilakukan perubahan pada semua variabel pelayanan kesehatan. Akan tetapi yang paling utama untuk diperbaiki dari tiap kabupaten/kota adalah sebagai berikut. - Kabupaten Pacitan : variabel Puskesmas.
-
Kabupaten Ponorogo : variabel klinik Kabupaten Trenggalek : variabel Puskesmas Kabupaten Tulungagung: variabel RS Kabupaten Blitar : variabel biaya Kabupaten Kediri : variabel klinik Kabupaten Lumajang: variabel RS Kabupaten Jember: variabel klinik Kabupaten Probolinggo: variabel klinik Kabupaten Mojokerto: variabel sarana persalinan Kabupaten Jombang: variabel klinik Kabupaten Madiun: variabel sarana persalinan Kabupaten Ngawi: variabel tenaga kesehatan lainnya Kabupaten Bojonegoro: variabel sarana persalinan Kabupaten Tuban: variabel biaya Kabupaten Lamongan: variabel klinik Kabupaten Pamekasan: variabel sarana persalinan Kabupaten Sumenep: variabel asisten medis Kota Kediri: variabel RS Kota Surabaya: variabel klinik
8. DAFTAR PUSTAKA Budi, D.S. 2010. Efisiensi Relatif PuskesmasPuskesmas di Kabupaten Pati Tahun 2009[tesis]. Jakarta: Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Charnes, A., Cooper, W.W., and Rhodes, E. 1978. Measuring the Efficiency of Decision Making Units. European Journal of Operation Research, Vol. 2, pp. 429-444. Cooper,W.W., Seiford, L.M., Tone, K. 2002. A Comprehensive Text with Models, Aplication, References, and DEASolver-Software. London: Kluwer Academic Publisher . Dinas Kesehatan. 2009. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur. Surabaya.
Farrel, M.J. 1957. The Measurement of Productive Efficiency. Journal of The Royal Statistical Society, Series A, CXX, Part 3, 253-290.
Osei, D. 2008. Technical Efficiency of Public District Hospital and Health Centres in Ghana. BioMed Central Ltd.. Ozcan, Y.A. 2008. Health Care Benchmarking and Performance Evaluation . New York: Springer.
9
Ramanathan, R. 2003. An Introduciton To Data Envelopment Analysis: A Tool For Performance Measurement. New Delhi: Sage Publications. Saputra, D. 2004. Penerapan Data Envelopment Analysis (DEA) untuk
Membandingkan Efisiensi Unit Gawat Darurat (UGD) [skripsi]. Surabaya: Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
10