Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol III, No. 6, Oktober 2012
ISSN 1411-3570
PEMBINAAN PRESTASI OLAHRAGA BOLA BASKET DI KABUPATEN/KOTA PEKANBARU, KAMPAR, ROHUL, DAN KUANSING RIAU (The Establishment of Basketball Perfomance in Pekanbaru, Kampar, Rohul and Kuansing Riau) Daharis*) *)
Dosen FKIP Universitas Islam Riau
ABSTRACT The purpose of this research is to find out the establishment of Basketball performance in Pekanbaru, Kampar, Rohul and Kuansing. The populations in this research are 101 persons, consists of athletes, coaches and organization committee. The questionnaire is used as an instrument to find out the establishment of basketball performance by classifying into four answer alternatives based on scoring. Finding of this research are 1) most of Basketball club in developing future athletes have not considered the best common practice, 2) most of coaches already have basic requirements as a coach, categorized as very good quality, 3) the basketball training program given to athletes categorized as fair quality, 4) most of basketball clubs do not have good enough facilities in term of quality and quantity, 5) the organization committee of basketball clubs have not meet requirements needed by every basketball club either in committee selection or the quantity of the organization. Keywords: basket ball performance, basket ball PENDAHULUAN Sebelum masuk kepada pembahasan terhadap aspek-aspek yang sangat mempengaruhi dalam pembinaan olahraga bola basket, maka penting untuk memberikan penjelasan tentang makna pembinaan itu sendiri. Mulyono (2001:4) mengemukakan bahwa pembinaan adalah pengembangan dan pembinaan olahraga yang dilakukan secara
berjenjang berkesinambungan yang diawali tahap pemasalan, pembibitan, sampai pencapaian prestasi. Di sisi lain, Arsil (1987:18) mengemukakan bahwa pembinaan adalah usaha yang dijalankan secara teratur dan berkesinambungan untuk meningkatkan jumlah dan prestasi para olahragawan.
147 140
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol III, No. 6, Oktober 2012
Berdasarkan kutipan serta uraian di atas bahwa pada mulanya struktur pembinaan olahraga itu haruslah dikemas dalam bentuk setting pembinaan yang berbasis IPTEK, jelas arah dan tujuannya secara efektif dan efisien. Oleh karena itu harus dikelola dengan manajemen SDM yang profesional, dengan iklim yang kondusif, tersedianya dana yang cukup memadai, bagi atlet dan pelaku olahragawan terkait lainnya serta penyelenggaraan dapat dilakukan kerjasama kemitraan dengan
ISSN 1411-3570
pemerintah, swasta, masyarakat maupun organisasi keolahragaan. Suatu alternatif pola umum pembinaan olahraga yang disampaikan Direktorat Jenderal Olahraga DEPDIKNAS, mempunyai tujuan misi yang sama yaitu membina kemajuan olahraga secara nasional, melalui pembinaan olahraga di daerah masing-masing secara sinergis. Modal pola umum pembinaan tersebut menurut Mulyono (2001) digambarkan sebagai berikut:
PENGELOLAAN LINGKUNGAN FISIK SOSIAL DASAR HUKUM KEBIJAKA N
Tupoksi Penyelenggaraan Latihan
IPTEK OR
PEMBINA OR
PELATIH OR
PEMASAL PEMBIBIT PEMBINA AN AN AN OLAHRAG OLAHRAG PRESTASI A A OR SARANA DAN PRASARANA OLAHRAGA
DAMPAK GAYA (SIFAT ATLET)
Perkembangan Prestasi Atlet
DAMPAK TEMPO KEMAJUA N ATLET
SARANA DAN PRASARANA OLAHRAGA Dari model suatu alternatif dalam pembinaan olahraga yang digariskan oleh pemerintah pusat di atas, tidak akan terlaksana dengan baik oleh klub-klub bola basket yang ada di daerah, tanpa dukungan seperti Kepala Dinas Bidang Olahraga. Hal ini karena di tingkat Provinsi dan daerah Kepala Dinas Bidang Olahraga merupakan penyelenggara dalam
penyediaan sarana dan prasarana olahraga, pelaksanaan pengawasan dan evaluasi di bidang olahraga sebagai mitra pemerintah pusat dalam hal ini Dirjen Olahraga. Berpedoman pada uraian serta pendapat-pendapat terdahulu, jelas terlihat bahwa untuk membina peningkatan bola basket di klub-klub daerah yang ada di Riau diperlukan
148 148
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol III, No. 6, Oktober 2012
adanya beberapa faktor yang harus diperhatikan seperti,atlet pada usia 8-9 tahun hendaknya sudah mulai terjun ke klub untuk siap dibina. Di samping atlet yang memenuhi persyaratan yang baik, yang tak kalah pentingnya yaitu seorang pelatih yang memenuhi persyaratan yang baik. Seorang pelatih yang baik memiliki persyaratan seperti: mempunyai pengetahuan yang luas dan ilmiah, memiliki karakter dan kepribadian baik, memiliki skill dalam cabang olahraga yang bersangkutan, pengalaman cukup sebagai atlet, jujur dan bertanggung jawab, dapat bekerjasama, pendidikan pelatih, kesehatan yang baik, memiliki sifat humor, kreatif serta mau menerima kritikan-kritikan, disamping ilmu-ilmu penunjang lainnya. Apabila atlet serta pelatih sudah memenuhi persyaratan yang baik, maka sarana dan prasaranapun harus memenuhi persyaratan standar seperti yang ditetapkan oleh peraturan yang berlaku dalam pertandingan bola basket. Sarana dan prasarana yang dimaksudkan disini seperti: adanya ruangan khusus untuk berlatih, serta jenis-jenis alat lainnya yaitu lampu penerang untuk bermain pada malam hari. Apabila ketiga faktor tersebut telah ada, maka pelatih harus mampu membuat program latihan yang sudah direncanakan jauh sebelum terjun ke lapangan basket. Penyusunan program itu tersusun secara sistematis, baik rencana latihan tahunan, rancangan bulanan maupun rancangan latihan harian. Di samping itu, Suharno (1986:80) mengemukakan bahwa seorang pelatih dalam membuat
ISSN 1411-3570
rencana program latihan harus mengetahui prinsip-prinsip rencana latihan. Dengan memperhatikan beberapa komponen yang disebutkan di atas, maka faktor organisasi merupakan penggerak yang akan menentukan maju mundurnya pembinaan prestasi bola basket. Organisasi bertugas untuk mengkoordinir seluruh tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembinaan berbagai kegiatan, baik berupa persiapan latihan, penyediaan sarana/prasarana, menyiapkan tenaga pelatih serta mengadakan pendekatan baik terhadap pemerintah maupun terhadap masyarakat umumnya. Berpedoman kepada uraian di atas, jelaslah bahwa di dalam pembinaan olahraga bola basket diperlukan perhatian terhadap beberapa faktor ke arah tersebut. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pembinaan olahraga bola basket ini antara lain seperti, pembinaan terhadap atlet itu sendiri, terhadap pelatih, terhadap program latihan yang dibuat oleh pelatih, sarana-prasarana, serta pembinaan terhadap organisasi itu sendiri. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk menyelidiki pembinaan prestasi olahraga bola basket di Provinsi Riau. Dalam pembinaan olahraga bola basket di Riau memerlukan beberapa unsur-unsur pokok yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, 142 149
140
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol III, No. 6, Oktober 2012
Artinya unsur-unsur itu secara serentak sangat menentukan dalam pembinaan prestasi olahraga bola basket. Unsur-unsur tersebut adalah mengenai atlet, pelatih, program latihan, sarana dan prasarana, serta mekanisme organisasi. Pengambilan data dilakukan pada SeptemberDesember 2013. Sedangan data diperoleh dengan melakukan observasi dan menyebarkan kuesioner (angket) kepada sampel yang terpilih.dengan teknik purposive sampling. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penemuan dalam penelitian ini melalui analisis yang telah dikemukakan di atas, maka diperoleh kesimpulan bahwa dari kelima aspek yang dilihat dalam penelitian ini, ternyata semua pertanyaan yang diajukan pada bagian terdahulu dapat dijawab oleh responden menurut kenyataan yang ada. Berkaitan dengan pengajuan pertanyaan penelitian tersebut, dalam uraian berikut ini akan dibahas satu persatu masalah yang sangat besar pengaruhnya dengan pembinaaan olahraga bola basket kabupaten/kota ini secara terperinci. 1. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap masukan jawaban kuesioner dari responden atlet, ternyata bahwa pemilihan atlet bola basket yang dibina masih tergolong belum baik, artinya masih banyak dari pemain basket itu belum berprestasi secara maksimal. Untuk memilih atlet bola basket yang baik itu dipandang
2.
ISSN 1411-3570
dari sisi umur. Bompa (1986 dikutip Harsono, 1982:46) mengemukakan bahwa umur permulaan masuk klub berlatih pada usia 8-9 tahun, dan usia 10 – 12 sudah spesialis serta usia 20 – 25 tahun sudah memiliki prestasi top. Berdasarkan kutipan di atas, kalau dikaitkan dengan atlet – atlet di empat kabupaten/ kota di atas mayoritas 18- 20 tahun baru mulai latihan di klub, dan itupun tidak kontiniu. Di sisi lain para atlet-atlet di empat kabupaten/kota di atas belum pernah mengikuti kejuaraan tingkat nasional, sehingga untuk ke depan sangat sulit untuk mendapatkan prestasi menjadi seorang pemain profesional di tingkat nasional apalagi di tingkat internasional. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap jawaban responden yang berasal dari pelatih bola basket di setiap klub yang ada di empat kabupaten/ kota sudah baik, artinya bahwa pelatih bola basket di setiap klub sebagian besar sudah memenuhi persyaratan pokok yang harus ada dipunyai oleh seorang pelatih, untuk lebih lengkapnya dalam menjalankan tugas sebagai seoarang pelatih harus menguasai berbagai ilmu terkait. Harsono (1988:20) menyebutkan “keahlian pelatih harus dalam segala seginya, dan bukan hanya segi teknis atau taktis saja. Akan tetapi ilmu – ilmu yang berhubungan dengan gerakan – gerakan tubuh, perkembangan dan pertumbuhan 143 150 141
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol III, No. 6, Oktober 2012
anak, mekanika gerak, gizi, pengaruh – pengaruh latihan pada sistem faal tubuh, ilmu jiwa dan sebagainya “. 3. Dari hasil analisis kedua yaitu berkenaan dengan program latihan, terbukti bahwa pelatih bola basket disetiap klub bola basket yang ada di empat kabupaten/ kota sudah memiliki program latihan yang cukup dan terinci. Demikian juga pelaksanaannya kurang dari setengah jumlah pelatihannya dapat dilaksanakan di bawah 60%. Disini penulis tidak berlebihan mengatakan bahwa apa yang dilaksanakan saat sekarang balum tentu untuk masa mendatang program itu dapat dilaksanakan. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem yang kita anut, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di negara kita atau di daerah kita sendiri. 4. Bagian ini merupakan bagian terakhir dari pembahasan yang bersumberkan dari analisis data, serta pembuktian dari pertanyaan penelitian yang diajukan kepada pengurus tentang sarana dan prasarana. Ternyata bahwa setiap klub bola basket di kabupaten/ kota tidak mempunyai sarana dan prasarana yang baik dan cukup, akibatnya tentu akan menemui kesulitan dalam usaha meningkatkan pembinaan yang lebih baik dan sempurna. Untuk penyempurnaan pembinaan yang lebih produktif terhadap prestasi bola basket di
5.
ISSN 1411-3570
setiap klub, dibutuhkan sarana dan prasarana yang sempurna dan jumlah yang cukup. Sarana itu adalah memiliki ruangan khusus yang dipergunakan untuk berlatih, serta ukuran tidak terlalu sempit dan memerlukan alat penerangan yang lebih baik. Sedangkan prasarana yang baik dan cukup jumlahnya seperti: gedung yang tertutup dan tidak terlalu sempit, penerangan yang cukup, serta jumlah bola yang cukup baik secara kualitas maupun kuantitas. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap masukan jawaban kuesioner dari responden yang berasal dari pengurus, ternyata pertanyaan yang diajukan bahwa di dalam pembentukan pengurus belum menunjukan cara yang baik dalam pembentukannya. Akibatnya secara tidak langsung gerakan organisasi itu akan berjalan menurut selera masing–masing personil saja. Untuk mengembangkan serta membina cabang olahraga diperlukan adanya suatu susunan personil yang lengkap. Dari masing-masing personil itu secara ideal dibutuhkan orang-orang yang profesional dibidangnya, sehingga roda organisasi yang diembannya dapat berjalan dengan baik dan lancar.
KESIMPULAN Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bahagian terdahulu, maka pada 151 144 142
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol III, No. 6, Oktober 2012
bahagian ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan tentang pembinaan olahraga bola basket di empat kabupaten / kota sebagai berikut : 1. Dalam pemilihan atlet bola basket yang akan dilatih dan dibina untuk dijadikan sebagai atlet yang baik dimasa mendatang, ternyata setiap klub belum memperhatikan cara yang tepat menurut ketentuan yang berlaku dengan kategori baik. 2. Dalam penelitian ini terbukti bahwa, pelatih bola basket di setiap klub kabupaten / kota Pekanbaru, Kampar, Rohul serta Kuansing, sebagian besar pelatih sudah memiliki persyaratan pokok sebagai pelatih, dengan kategori sangat baik. 3. Program latihan dari empat kabupaten/Kota seperti Pekanbaru, Kampar, Rohul serta Kuansing yang dibuat tergolong kategori cukup. 4. Klub bola basket yang ada di setiap klub kabupaten/ kota ternyata belum memiliki sarana dan prasarana yang baik dan cukup jumlahnya. 5. Pengurus yang ada di setiap klub bola basket di kabupaten / kota ternyata belum memenuhi persyaratan yang dibutuhkan oleh setiap klub. Baik cara pemilihan maupun jumlah personil yang ada tergolong kategori kurang.
ISSN 1411-3570
DAFTAR PUSTAKA Arsil. 1987. Pembinaan Kondisi Fisik. Padang:FIK UNP Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Harsono. 1982. Ilmu Coaching. Jakarta: KONI Pusat Jakarta. Harsono. 1988. Coaching dan Aspekaspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Suharno,H.P. 1982. Ilmu Coaching Umum. Yogyakarta: FKIK IKIP Yogyakarta. Mulyono, Sugeng. 2001. Dampak Pengelolaan Lingkungan Fisik dan Sosial Terhadap Laju Perkembangan Atlet. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Iptek Olahraga, Departemen Pendidikan Nasional. Sudibyo, Setyobroto. 1989. Psikologi Kepelatihan. Jakarta: CV Jaya Sakti.
152 14 143
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol III, No. 6, Oktober 2012
ISSN 1411-3570
DAFTAR PUSTAKA Depdikbud. 2009. Tuntunan Mengajar Atletik. Jakarta: Depdikbud. Kasto, I Made. 1981. Pelatihan Olahraga. Jakarta: Rineka Cipta Poerwadarminta. 1988. Kamus umum bahasa Indonesia. Jakarta;:Balai Pustaka. Depdiknas. 2009. UU NO.2 tentang SISTEM PENDIDIKAN NASONAL. Jakarta: Depdiknas Sukarman. 1996. Dasar-dasar Olahraga. Jakarta : CV. Haji Massaging. Widya. 2004. Buku Pintar Olahraga. Jakarta: Lancar Aksara.
152
204