Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Keanekaragaman Flora dan Fauna di Kota Pekanbaru, Riau Ahmad Muhammad Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Riau, Pekanbaru Email:
[email protected] Abstrak. Pembangunan yang berlangsung di lingkungan perkotaan membawa banyak dampak terhadap lingkungan, baik dampak positif maupun negatif. Perubahan lingkungan yang terjadi tercermin antara lain pada keanekaragaman hayati yang ada di kota ini. Hilangnya lingkungan-lingkungan alamiah atau semi-alamiah telah mengakibatkan tersingkirnya sebagian besar keanekaragaman hayati asli. Sebaliknya, perubahan-perubahan yang berlangsung justru menghadirkan keanekaragaman hayati antropogenik, baik melalui kesengajaan maupun ketidaksengajaan. Kehadiran keanekaragaman hayati antropogenik ini secara berangsur menggantikan keanekaragaman hayati asli yang hilang, terutama sekali di kawasan-kawasan dimana pengaruh manusia sangat dominan. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi dan menganalisis struktur komunitas flora dan fauna yang ada di sebuah lingkungan perkotaan. Dalam penelitian yang telah dilakukan di kota Pekanbaru ini telah dikumpulkan baik data primer maupun data sekunder untuk menghasilkan daftar yang selengkap mungkin tentang spesies flora dan fauna yang ada selama kurun waktu antara 2010 hingga 2012. Flora yang ditemukan terdiri dari 48 spesies pohon liar dan 99 spesies semak dan perdu liar, 142 spesies pohon tanaman yang terdiri dari pohon peneduh, pohon penghias, pohon buah-buahan dan pohon dengan peruntukan lain, 170 spesies semak dan perdu pertamanan, 39 spesies semak dan perdu palawija, sayur dan buah, serta tiga spesies palem liar dan 26 spesies palem pertamanan, dua spesies bambu liar dan enam spesies bambu pertanamanan. Sementara fauna yang telah ditemukan berupa 24 spesies mamalia liar, 15 spesies mamalia peliharaan, 93 spesies burung liar, 41 spesies burung liar yang dijadikan peliharaan, 26 reptilia liar, 11 spesies reptil peliharaan, 11 amfibia liar, 72 spesies ikan liar, 70 spesies ikan hias dan enam spesies ikan pangan budidaya. Kata-kata Kunci: Flora, fauna, keanekaragaman hayati, perubahan lingkungan, lingkungan perkotaan, Pekanbaru
PENDAHULUAN Kota merupakan sebuah ekosistem yang didominasi oleh manusia. Oleh karenanya kepentingan-kepentingan manusia menjadi penentu utama keanekaragaman flora dan fauna yang terdapat di dalamnya. Dalam hal ini manusia biasanya berusaha menyingkirkan flora maupun fauna yang mengganggu kepentingan-kepentingannya dan sebaliknya berusaha menghadirkan yang sesuai dengan kepentingankepentingannya. Spesies-spesies flora dan fauna yang cenderung disingkirkan adalah yang dianggap dapat membahayakan manusia, menimbulkan gangguan psikis, menimbulkan kerugian material atau yang
dianggap tidak menarik dan tidak berguna. Sementara yang cenderung dihadirkan adalah spesies-spesies flora dan fauna yang dianggap mendatangkan manfaat, baik secara fisik, misalnya menghasilkan bahan pangan, bahan obat-obatan, bahan bangunan, atau menciptakan keteduhan lingkungan, maupun secara psikis, seperti sebagai penghias (tanaman) dan sebagai atau kesayangan (hewan). Meskipun sangat dominan, manusia tidak dapat sepenuhnya mengendalikan kehadiran flora dan fauna yang ada dalam eksosistem kota. Berbagai spesies flora dan fauna, yang kehadirannya tidak dikehendaki, justru sering hadir di tengahtengah lingkungan yang didominasi manusia, misalnya sebagai gulma, hama Semirata 2013 FMIPA Unila |31
Ahmad Muhammad: Keanekaragaman Flora dan Fauna di Kota Pekanbaru, Riau
maupun pengganggu secara fisik maupun psikis atau bahkan sebagai agen penyebar penyakit. Makalah ini menyampaikan hasil inventarisasi flora dan fauna yang terdapat di Pekanbaru. Kota yang juga merupakan Ibukota Provinsi Riau ini memiliki wilayah yang cukup luas, yaitu 63.226 ha atau kurang-lebih seluas DKI Jakarta dan Singapura. Sebagai sebuah ibukota provinsi, kota ini adalah salah satu kota besar di Indonesia yang mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam dua dasawarsa terakhir. Dalam makalah ini baru dapat disampaikan pendataan tahap pertama yang masih lebih ditekankan pada spesies-spesies flora antropogenik dan baru sedikit menyertakan spesies-spesies flora liar dan asli Sedangkan keanekaragaman fauna yang didata masih terbatas pada spesies-spesies fauna vertebrata, namun menyertakan spesies fauna liar dan peliharaan.
penjualan hewan peliharaan (ikan, reptilia, burung dan unggas serta mamalia) (7), lahan-lahan perkebunan (4) dan pertanian (12), lahan-lahan terbengkalai (10). Disamping itu juga telah dilakukan pemeriksaan sisa-sisa hutan alam (3) serta vegetasi riparian (sempadan) sungai, terutama di Sungai Siak (3) dan Sungai Sail (4). Flora yang didata dipilah menjadi empat kelompok berdasarkan bentuknya, yaitu: (a) pohon; (b) semak dan perdu; (c) palem; dan (d) bambu. Sementara fauna vertebrata yang didata dikelompokkan menjadi: (a) mamalia; (b) burung dan unggas; (c) reptilia; (d) amfibia; dan (e) ikan. Identifikasi spesies fauna dilakukan dengan bantuan buku-buku panduan yang dilengkapi foto-foto dan/atau gambargambar. Data-data yang diperoleh ditabulasikan dan dianalisis secara diskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Keanekaragaman flora
METODE Pengumpulan data flora dan fauna di Kota Pekanbaru telah dilakukan dengan tiga cara, yaitu: (a) pendataan langsung ke berbagai penjuru kota; (b) pendataan melalui wawancara dengan masyarakat warga kota; dan (c) penelusuran laporan penelitian serta pemberitaan media massa yang ada selama kurun waktu antara 2009 s/d 2012. Melengkapi pendataan yang telah dirintis pada tahun-tahun sebelumnya, pendataan secara langsung di lapangan telah dilaksanakan antara lain selama bulan Maret s/d November 2012, yaitu dengan memeriksa hutan kota (1), taman kota (5), taman sempadan jalan (5), taman pemakaman (4), taman wisata alam (2), kebun/taman pekarangan rumah (673), taman perkantoran (41), kampus (2) dan sekolah-sekolah (21), tempat-tempat penjualan tanaman hias (9), tempat-tempat
32|Semirata 2013 FMIPA Unila
Jumlah pohon liar yang cukup mudah ditemukan di kota ini terdiri tidak lebih dari sekitar 48 spesies saja dan tiga diantaranya yang paling mudah dijumpai adalah mahang, terap dan balik angin. Spesies pohon liar lain yang sangat dominan adalah akasia (Acacia mangium), yang merupakan spesies eksotis yang sangat invasif Data yang dapat dikumpulkan tentang spesies tumbuhan yang berupa semak, perdu, perambat juga masih sangat terbatas. Dalam pendataan yang telah dilakukan baru tercatat 98 spesies tumbuhan liar yang berupa semak dan perdu, baik dari kelompok paku-pakuan (19 spesies), rumput-rumputan/ teki-tekian (30 spesies) maupun tumbuhan berdaun lebar (49 spesies). Semua spesies ini umumnya cukup sering dijumpai di pinggir-pinggir jalan, pada lahan-lahan yang tidak dikelola, semak belukar serta kebun-kebun yang
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
tidak terlalu sering disiangi ataupun disemprot herbisida. Diantara spesies-spesies yang ada, mungkin yang paling menarik masyarakat adalah bunga bangkai atau yang dikenal sebagai ―suweg‖ (Amorphophallus campanulatus). Tumbuhan ini beberapa kali muncul secara tidak terduga di lingkunganlingkungan yang justru didominasi oleh manusia, seperti pemukiman. Dari pendataan yang telah dilaksanakan, diketahui bahwa di kota ini terdapat sekurang-kurangnya 142 spesies pohon sebagai tanaman pertamanan dan/atau tanaman pekarangan. Secara umum dapat dikemukakan bahwa sebagian besar spesies pohon ditemukan di halaman/pekarangan rumah (86 spesies atau 61%), yang disusul oleh halaman perkantoran, kampus dan sekolah-sekolah (69 spesies atau 48,9%), lingkungan lain (41 spesies atau 29%), taman-taman kota (36 spesies atau 25,5%) dan taman-taman sempadan jalan (35 spesies atau 24,8%). Meskipun pendataan yang telah dilakukan sementara ini sudah cukup mendetail, diperkirakan kemungkinan masih terdapat sekitar 25 spesies pohon peneduh, penghasil buah, penghias atau pohon untuk kepentingan lain yang dapat ditemukan di wilayah kota ini. Spesies pohon peneduh yang paling mudah ditemukan di Kota Pekanbaru antara lain adalah mahoni (Swietenia macrophylla), angsana (Pterocarpus indicus) dan ketapang (Terminalia catappa). Ketiganya terlihat di hampir semua ruas jalan yang memiliki pohon peneduh di sempadannya. Ketiga spesies pohon ini banyak ditanam antara tahun 1995 dan 2005. Antara tahun 2005 hingga 2010, mahoni yang lebih banyak ditanam. Pulai (Alstonia scholaris) dan trembesi (Samanea saman) juga mulai banyak ditanam di kota ini sejak tahun 2007, tetapi hingga saat ini keduanya relatif belum menonjol dalam pemandangan kota. Spesies pohon buah-buahan yang paling banyak dijumpai adalah mangga
(Mangifera indica), rambutan (Nephelium lappaceum), jambu air (Syzygium aqueum), nangka (Artocarpus heterophyllus) dan pepaya (Carica papaya). Setidaknya salah satu diantara pohon-pohon ini hampir dapat dijumpai di setiap kebun pekarangan. Keanekaragaman genetik pohon buahbuahan terutama dapat dilihat pada varietasvarietas mangga dan jambu air. Diduga terdapat sekitar enam varietas mangga dan lima varietas jambu air di kota ini, tetapi hal ini perlu diverifikasi lebih lanjut. Sementara spesies pohon buah-buahan yang langka adalah jamblang (Syzygium cumini), kapulasan (Nephelium ramboutan-ake), mempelam (Mangifera laurina), nona (Annona reticulata), pala (Myristica fragans), rambai (Baccaurea motleyana), redan (Nephelium sp.), rukam (Flacourtia roukam), sentul (Sandoricum koetjape), tampoi (Baccaurea macrocarpa) serta tempunik (Artocarpus rigidus) dan terap (Artocarpus odoratissimus.). Sebagian dari spesies-spesies ini sejak tahun 2008 lalu mulai ditanam di dalam lingkungan Kampus Universitas Riau yang berada di Panam. Dalam pendataan spesies semak dan perdu pertamanan dapat ditemukan tidak kurang dari 170 spesies tanaman hias, baik yang berupa semak maupun perdu, termasuk rumput (tetapi belum termasuk palem dan bambu). Jumlah ini diduga belum meliputi semua spesies tanaman semak dan perdu hias yang ada. Diperkirakan masih ada lebih dari 30 spesies tanaman pertamananan semak dan perdu lain yang belum terdata, termasuk berbagai spesies anggrek. Dalam hal ini, sebanyak 157 spesies tanaman pertamanan (92,4%) tersebut dapat ditemukan di taman halaman rumah, 106 spesies (62,4%) di halaman perkantoran, kampus dan sekolah, sementara yang dijumpai di taman kota dan taman jalan sebanyak 64 spesies (37,6%) saja. Dengan demikian, terlihat bahwa taman halaman rumah dan halaman
Semirata 2013 FMIPA Unila |33
Ahmad Muhammad: Keanekaragaman Flora dan Fauna di Kota Pekanbaru, Riau
perkantoran, kampus dan sekolah merupakan ―hot spots‖ bagi keanekaragaman hayati flora antropogenik yang berupa tanaman hias. Banyak spesies tanaman hias memiliki ukuran relatif kecil dan dapat ditanam dalam pot-pot, sehingga sebuah halaman rumah yang berukuran relatif kecil pun dapat menampung cukup banyak spesies tanaman hias. Palem yang ditemukan terdiri dari 23 spesies. Spesies palem yang paling banyak dijumpai di kota ini adalah kelapa (Cocos nucifera), yang disusul oleh pinang (Areca catechu), palem merah (Cyrtostachys lakka) dan palem kuning (Crysalidocarpus lutescens). Di Kota Pekanbaru sebenarnya juga masih dapat ditemukan beberapa spesies palem liar, seperti asam payau (Salacca conferta), bayas (Oncosperma horridum), nipah (Nypa fructicans), palas (Licuala sp.), ranggam (Salacca wallichiana) dan sagu (Metroxylon sago) serta sejumlah spesies rotan. Sangat disayangkan bahwa di kota ini spesies palem asli yang menjadi tanaman hias hanya palem merah dan serdang (Livistonia rotundifolia). Semestinya palem asli lain yang indah, seperti salo (Johannesteijsmannia altrifrons) dan nipai (Licuala paludosa) juga dipopulerkan di kota ini. Keduanya memiliki daun-daun lebar yang indah. Bambu pertamanan yang ditemukan terdiri dari enam spesies dan yang paling banyak dijumpai adalah bambu cina (Bambusa multiplex), yang disusul bambu jepang (Arundinaria japonica) dan bambu kuning (Bambusa vulgaris). Sementara spesies bambu yang dijumpai hidup liar di sempadan sungai adalah bambu cina dan bambu kuning Tanaman yang berkaitan dengan kebutuhan pangan dan bumbu yang dibudidayakan di Kota Pekanbaru terdiri dari 39 spesies. Dari tanaman-tanaman ini hanya 17 spesies yang benar-benar memiliki arti ekonomi yang signifikan. Tanaman buah-buahan yang penting adalah
34|Semirata 2013 FMIPA Unila
apokat (Persea americana), belimbing (Averrhoa carambola), duku (Lansium domesticum), durian (Durio zibethinus), jambu (Syzygium aqueun dan Psidium guajava), jeruk (Citrus reticulata), mangga (Mangifera indica), manggis (Garcinia mangostana), melinjo (Gnetum gnemon), nangka (Artocarpus heterophyllus), pepaya (Carica papaya), rambutan (Nephelium lappaceum), sawo (Achras zapota) dan sirsak (Annona muricata). Keanekaragaman fauna Sumatra memiliki 201 spesies mamalia liar, dengan 23 diantaranya merupakan spesies endemik dan di Kota Pekanbaru dapat ditemukan setidaknya 24 spesies diantaranya. Meskipun demikian, pendataan yang telah dilakukan di kota ini belum menyertakan ordo Chiroptera (kelawar dan kalong, kecuali Pteropus vampyrus) serta sebagian anggota ordo Rodentia (tikus dan bajing). Selain spesies mamalia liar, juga ditemukan 15 spesies mamalia yang dipelihara manusia. Diantara spesies mamalia peliharaan adalah anjing (Canis lupus familiaris), babi (Sus scrofa), kambing (Capra aegragus), kerbau (Bubalis bubalis), kucing (Felis catus domesticus) dan sapi (Bos taurus dan Bos javanicus domestica). Menurut data statistik yang tersedia (2012), spesies hewan ternak yang memiliki populasi terbesar di Kota Pekanbaru adalah babi (15.145 ekor), yang disusul kambing dan domba (4.624 ekor) serta sapi (3.982 ekor) dan kerbau (740 ekor). Burung liar yang ditemukan setidaknya terdiri dari 93 spesies. Namun, melihat kondisi kota yang ada saat ini, diduga ada sekitar 15-20 spesies burung lain yang kemungkinan masih dapat ditemukan di wilayah kota ini. Diantara semua spesies burung liar, yang memiliki nilai ekonomi terpenting sementara ini adalah walet, terutama walet sarang putih. Tingginya harga sarang burung ini (hingga sekitar Rp 10.000.000/kg), membuat burung walet
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
juga marak dibudidayakan di kota ini. Pada tahun 2012 diperkirakan jumlah rumah walet yang ada di kota ini sudah mencapai 500 buah. Sebagian spesies burung liar yang ditemukan merupakan burung-burung migran, yaitu seperti burung layang-layang api (Hirundo rustica) dan layang-layang pasifik (Hirundo tahitica) yang datang antara bulan September hingga menjelang bulan Maret. Burung layang-layang api diduga datang dari Cina, Jepang, Korea atau bahkan Rusia. Kegemaran memelihara burung liar juga dapat dijumpai di kalangan penduduk Kota Pekanbaru. Tidak kurang dari 42 spesies burung liar yang ditangkap dari alam dapat ditemukan sebagai peliharaan masyarakat warga kota. Diantara spesies-spesies ini, terdapat tiga spesies yang sudah dilindungi, yaitu beo/tiung (Gracula religiosa), kepodang kuduk hitam (Oriolus chinensis) dan kakaktua (Cacatua sulphurea yang berasal dari wilayah Indonesia Tengah atau Timur). Disamping burung-burung liar, terdapat 8 spesies burung/unggas domestik yang banyak dipelihara, termasuk ayam (Gallus gallus domesticus), bebek (Anas plattyhynchos) itik (Cairina moschata) dan merpati (Columba livia). Menurut data statistik yang tersedia (2012), populasi ayam di kota ini didominasi oleh ayam ras pedaging (11.171.196 ekor), disusul oleh ayam ras petelur (82.174 ekor) dan ayam buras (193.499 ekor). Populasi unggas selain ayam yang memiliki populasi cukup besar adalah bebek (6.428 ekor) dan itik (1.965 ekor). Reptilia liar yang ditemukan terdiri dari 26 spesies. Dari spesies-spesies ini, hanya sekitar lima diantaranya yang benar-benar mudah dijumpai di lingkungan perkotaan ini, yaitu biawak (Varanus salvator), cicak pohon (Hemydactylus plattyurus), cicak rumah (Hemydactylus frenatus), kadal (Mabouya multifasciata) dan tokek (Gecko gecko dan Gecko monarchus). Selain reptilia liar juga dapat dijumpai beberapa
spesies reptilia eksotik sebagai hewan peliharaan, seperti antara lain tokek totol (Eublepharis macularius), kadal naga (Pogona vitticeps), kura-kura (Trachemys scripta dan Testudo sp.), iguana hijau/coklat (Iguana iguana) dan ular boa (Boa constrictor). Masuknya spesiesspesies asing ini perlu dipantau dan dicegah agar tidak sampai dilepaskan ke alam bebas dengan alasan apapun, apalagi untuk spesies-spesies yang berpotensi menjadi pemangsa, seperti ular. Amfibia yang ditemukan terdiri dari 11 spesies, yang terdiri dari sembilan spesies katak dan dua spesies kodok. Spesies yang paling mudah dijumpai adalah Bufo melanosticus. Saat ini tercatat di Sumatra terdapat 589 spesies ikan air tawar dengan 58 spesies (9,8%) diantaranya merupakan spesies endemik. Di beberapa sungai (Sungai Siak, Sungai Tenayan, Sungai Ukai dan Sungai Sail) yang terdapat di Kota Pekanbaru, sementara ini dapat ditemukan 72 spesies. Tidak semua spesies ikan ini merupakan ikan asli Sumatra. Ikan lele dumbo (Clarias gariepienus), nila, patin, sapu-sapu (Hyposaccus pardalis) dan ikan seribu adalah contoh spesies ikan eksotik yang ada di perairan kota ini. Diantara ikan-ikan ini, mungkin kehadiran lele dumbo dan ikan patin (jambal Siam) (Pangasius sutchii) yang paling mengkhawatirkan karena keduanya merupakan ikan pemangsa yang rakus. Seperti halnya warga kota-kota lain di Indonesia, sebagian warga Kota Pekanbaru gemar memeliharan ikan-ikan hias. Kegemaran ini menghidupkan pasar ikan hias yang diperjual-belikan baik di tokotoko, pasar-pasar, maupun pinggiran jalan. Spesies ikan hias yang diperdagangkan dan dipelihara di kota ini sangat beragam. Diperkirakan saat ini ada lebih dari 70 spesies ikan hias, yang sekitar separuh diantaranya merupakan ikan-ikan yang berasal dari belahan dunia lain, terutama
Semirata 2013 FMIPA Unila |35
Ahmad Muhammad: Keanekaragaman Flora dan Fauna di Kota Pekanbaru, Riau
sekali Amerika Selatan. Diantara spesiesspesies yang populer diperdagangkan adalah beta (Betta), diskus (Symphysodon), gapi (Poecilia), manvis (Pterophyllum), mas koki (Carrasius), moli (Mollienesia), neon (Hyphessobrycon), pedang (Xyphophorus), pensil (Nannostomus), plati (Platypoecilus), tetra (Gymnocorymbus), tiger (Puntius) dan zebra (Brachydanio), yang umumnya berukuran relatif kecil. Salah satu spesies ikan hias yang berpotensi mencapai ukuran cukup besar (>200 cm) adalah ―alligator gar‖ (Atractosteus spatula) yang merupakan ikan pemangsa. KESIMPULAN Melalui pendataan ini dapat disimpulkan bahwa dalam wilayah Kota Pekanbaru dapat ditemukan sekurang-kurangnya: 48 spesies pohon liar dan 99 spesies semak dan perdu liar, 142 spesies pohon tanaman yang terdiri dari pohon peneduh, pohon penghias, pohon buah-buahan dan pohon dengan peruntukan lain, 170 spesies semak dan perdu pertamanan, 39 spesies semak dan perdu palawija, sayur dan buah, serta tiga spesies palem liar dan 26 spesies palem pertamanan, dua spesies bambu liar dan enam spesies bambu pertanamanan. Sementara fauna yang telah ditemukan berupa 24 spesies mamalia liar, 15 spesies mamalia peliharaan, 93 spesies burung liar, 41 spesies burung liar yang dijadikan peliharaan, 26 reptilia liar, 11 spesies reptil peliharaan, 11 amfibia liar, 72 spesies ikan liar, 70 spesies ikan hias dan enam spesies ikan pangan budidaya. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Pekanbaru yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk melaksanakan pendataan ini. Selain itu penulis juga berterimakasih kepada para asisten dari Jurusan Biologi, FMIPA,
36|Semirata 2013 FMIPA Unila
Universitas Riau, yang telah membantu pelaksanaan pendataan, yaitu Dendy Sukma Hariyadi, Agus Widodo, Fristya Nanda, Mona Anggrini, Diah Sulistyoningrum, Sugianto, Siska Rahmawati dan Dwi Febriyani. DAFTAR PUSTAKA Ahmad Muhammad (2102). Pekanbaru. Laporan Penelitian. Badan Lingkungan Hidup Kota Pekanbaru. Pekanbaru. Ahmad Muhammad (2008). Avian Fauna Associated with Urban Homegardens in Pekanbaru, Riau. Prosiding Seminar Bersama Universitas Riau & Universiti Kebangsaan Malaysia ke 5. Pekanbaru. Hal 62-67. C.P. Pulungan (2009). Fauna Ikan dari Sungai Tenayan, Anak Sungai Siak, dan Rawa Sekitarnya, Riau. Berkala Perikanan Terubuk 37 (2): 78-90 C.P. Pulungan (2011) Ikan-ikan Air dari Sungai Ukai, Anak Sungai Siak, Riau. Berkala Perikanan Terubuk 39 (1): 2432. Hadinoto, A. Mulyadi & Y.I. Siregar (2012) Keanekaragaman Jenis Burung di Hutan Kota Pekanbaru. Jurnal Ilmu Lingkungan 6 (1): 25-42. K. MacKinnon, G. Hatta, H. Halim & A. Mangalik (1996) The Ecology of Kalimantan. Periplus. Singapore. L. Hakim (2011) Keanekaragaman Jenis Burung di Tiga Habitat Lahan Terbuka di Kawasan Kampus Universitas Riau, Pekanbaru. Skripsi. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau. R.Y. Fithra, & Y.I. Siregar. 2010. Keanekaragaman Ikan Sungai Kampar – Inventarisasi dari Sungai Kampar Kanan. Jurnal Ilmu Lingkungan 2 (4): 139-147.
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
S. Saputra (2009) Biologi Reproduksi Ikan Famili Cyprinidae di Sungai Ukai Kelurahan Tebing Tinggi Okura Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau T. Whitten, R.E. Soeriaatmadja & S.A. Afif (1996). The Ecology of Java and Bali. Periplus. Singapore.
T. Whitten, S.J. Damanik, J. Anwar & N. Hisyam (1997) The Ecology opf Sumatra. Periplus. Singapore. Y.
Sulastri (2009). Aspek Biologi Reproduksi Ikan Famili Anabantidae di Rawa-Rawa Sekitar Sungai Tenayan, Pekanbaru, Riau. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau
Semirata 2013 FMIPA Unila |37
38|Semirata 2013 FMIPA Unila