[124] Meneruskan Jejak Syeikh Burhanuddin Kuntu Monday, 05 May 2014 08:19
Ponpes Salafiyah Syekh Burhanuddin Kuntu, Kampar Kiri, Kampar, Riau
Di tengah mahalnya biaya pendidikan sekolah, Ponpes Salafiyah Syekh Burhanuddin Kuntu bisa menjadi pilihan untuk menimba ilmu di Tingkat Wustho (setingkat MTs/SMP) dan di Tingkat ‘Ulya (setingkat MA/SMA). Karena di samping fasilitas dan kurikulum pendidikannya mendukung anak untuk menguasai agama, pengetahuan umum dan ketrampilan, orang tua pun tidak direpotkan memikirkan biaya. Karena semuanya gratis!
Sedangkan operasional ponpes didapat dari infak, shadaqah warga sekitar, kaum Muslimin di mana saja yang mau berbagi, unit usaha ponpes dan juga dari pemerintah.
Sejarah
Miris melihat warga Kampar Kiri banyak yang tidak mendalami dasar-dasar ajaran Islam secara intensif, serta bagi yang ingin memperdalam pun harus nyantri jauh-jauh ke luar Kampar Kiri, maka ulama Kampar KH Angku Mudo Djamarin (almarhum) pada 1 Februari 1973 mendirikan pondok pesantren yang diberi nama Ponpes Salafiyah Syekh Burhanuddin Kuntu.
1/5
[124] Meneruskan Jejak Syeikh Burhanuddin Kuntu Monday, 05 May 2014 08:19
Nama tersebut diambil untuk mengenang jasa ulama besar asal Mekah yang menyebarkan agama Islam selama 20 tahun di Sumbar dan Riau hingga wafat dan dikebumikan di Kuntu, Kampar Kiri pada 1191 Masehi.
Sejak didirikan, Ponpes ini mendapat dukungan positif, baik moral maupun materil dari Pemda dan lapisan masyarakat sekitar, sehingga mengalami kemajuan yang sangat menggembirakan.
Hanya saja ketika pemerintah mengetahui KH Angku Mudo Djamarin yang berstatus pegawai negari sipil (PNS) itu tidak mau masuk dan menyoblos (Partai) Golkar, Ponpes tidak mendapatkan dukungan. “Sehingga banyak tekanan dan tidak ada bantuan dari pemerintah sampai masa Reformasi 1998,” ungkap Pimpinan Ponpes Syekh Burhanuddin Kuntu KH Ahmad Junaidi Djamarin.
Fasilitas dan Kurikulum
Ponpes yang berada di Desa Kuntu, Kecamatan Kampar Kiri Kabupaten Kampar Provinsi Riau memiliki lahan empat hektar. Sedangkan yang sudah diisi bangunan baru dua hektar. Bangunan tersebut di antaraya berupa masjid, mushala, gedung lokal belajar, kantor, asrama santri putra, asrama santri putri dan juga tempat tinggal para guru ponpes.
Jumlah santri pada awal berdiri 30 orang dan saat ini berjumlah 700 orang—termasuk tingkat Wustho (setara MTs) dan tingkat Ulya (setara MA). Setiap santri yang menimba ilmu tidak dipungut biaya. Ponpes ini memadukan pendidikan agama, pendidikan umum dan keterampilan.
Selain mendapatkan perpaduan kurikulum tersebut, santri pun dididik agar memiliki ketrampilan berdakwah yang mumpuni dan belajar kitab kuning. Untuk mendukung tujuan tersebut maka Ponpes membuka tiga program yang menjadi ciri khas Ponpes ini.
Pertama, Takhassus (Program khusus). Untuk mempertajam kemampuan kurikulum ilmu alat Bahasa Arab (Nahwu,Sharaf, Ushul, Fiqhi, Mantiq dan Balaghah), kepada siswa diberikan pelajaran tambahan dengan sistem halaqah yang dibina oleh guru-guru tua. Tradisi ini tetap
2/5
[124] Meneruskan Jejak Syeikh Burhanuddin Kuntu Monday, 05 May 2014 08:19
dipertahankan sebagai identitas Pondok Pesantren Sykeh Burhanuddin Kuntu.
Kedua, program bahasa Arab dan bahasa Inggris aktif. Dengan improvisasi kurikulum dan pola pengajaran intensif dan Ta’limul Lugah Arabiah, maka 1 tahun siswa diharapkan mampu berbahasa Arab dan Inggris aktif. Dan melalui diklat dan kursus, dalam bidang ini, Ponpes telah mengakader guru melalui kursus.
Ketiga, program Hifzul Ayat. Bagi santri diharuskan menghafal 2 Juz setiap tahun.
Sedangkan ketrampilan yang diajarkan agar setamat Ponpes bisa mandiri adalah agrobisnis, perkebunan, pertanian, perikanan dan peternakan, kursus komputer dan menjahit.
Santri Ponpes pernah juara umum Musabaqoh Qiraatul Kutub tahun 1999 tingkat Kabupaten, Juara I tilawah. Dan hampir mayoritas khatib Jumat di Kampar Kiri adalah santri alumni Syekh Burhanuddin Kuntu.
Hingga sekarang Ponpes telah meluluskan sekitar 1.665 alumni yang tersebar di berbagai daerah di Propinsi Riau dan Sumatera Barat. Mereka berkiprah di berbagai bidang dan tidak sedikit pula yang membuka pesantren.
Ada juga yang melanjutkan menimba ilmu ke Al Azhar Kairo, ada yang ke Jawa seperti Yogyakarta dan Jakarta. Ada yang masuk kelas Internasional UIN Suska Riau, dan melanjutkan
3/5
[124] Meneruskan Jejak Syeikh Burhanuddin Kuntu Monday, 05 May 2014 08:19
di Unviersitas Riau dan Universitas Islam Riau.[] apri siswanto/joy
BOKS
KH Ahmad Junaidi Djamarin, Pimpinan Ponpes Syeikh Burhanuddin
Syariah untuk Kemashlahatan Muslim dan Non Muslim
KH Ahmad Junaidi Djamarin menyatakan syariah Islam wajib ditegakkan hingga ke level negara. “Karena syariat Islam wajib dan perlu untuk kemaslahatan umat Islam dan non Islam,” tegas lelaki yang pernah aktif di Partai Kebangkitan Nahdlatul Ulama (PKNU) tersebut.
Makanya lelaki kelahiran Batu Bersurat, 1 Januari 1970, menyatakan mendukung semua kelompok yang berjuang untuk menerapkan syariah Islam kaffah. Tak aneh pula bila ia juga mendukung perjuangan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang memperjuangkan tegaknya syariah dalam naungan khilafah.
Hanya saja kyai yang pernah kuliah di Universitas Al Azhar Kairo tersebut mengaku
merasa perlu belajar lebih banyak lagi tentang sistem pemerintahan Islam. Karena ada hal-hal yang memang belum dipahaminya secara detail bagaimana khilafah mengimplementasikan syariah kepada masyarakat yang multietnis, agama dan ras.
Ia berharap di sisi itulah HTI dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci terkait hal itu. “Karena saya dan juga masyarakat secara umum masih awam mengenai masalah itu,” akunya.[]apri siswanto/joy
4/5
[124] Meneruskan Jejak Syeikh Burhanuddin Kuntu Monday, 05 May 2014 08:19
5/5