IV DESKRIPSI UMUM KAWASAN TELUK KENDARI
4.1. Batas Administratif
Kota Kendari dengan luas wilayah mencapai 29.589 Ha memiliki batas administrasi sebagai berikut :
-
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Soropia
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo dan Kecamatan Konda
-
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Ranorneeto dan Kecamatan Sampara
Saat ditetapkan sebagai wilayah administrasi kotamadya pada tahun 1995, Kota Kendari pada mulanya terdiri dari 3 kecvatan (Kecamatan Mandonga, Kecamatan Poasia dan Kecamatan Kendari) dan 34 kelurahan. Namun, mengingat Kota Kendari dianggap memiliki tingkat pertumbuhan cukup pesat, maka sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 1998 telah mengalami dua kali pemekaran wilayah kecamatan dan kelurahan, yaitu dengan dikeluarkannya SK Gubernur KDH Tk I Sulawesi Tenggara Nomor 37911997 dan SK Gubuenur KDH Tk I Sulawesi Tenggara Nomor 86211998. Berdasarkan kedua Surat Keputusan tersebut, maka wilayah dengan luas wilayah 29.589 Ha, dibagi kedalam 4 kecamatan dan 51 wilayah kelurahan. Wilayah yang mengalami pemekaran adalah wilayah Keecamatan Mandonga yang dimekarkan menjadi dua wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Mandonga dan Kecamatan Baruga, sedangkan dua kecamatan lainnya mengalami pemekaran wilayah kelurahan. 34
4.2. Kondisi Lingkungan Fisik
4.2.1. Letak Geografis
Secara geograf~s,Kota Kendari terletak pada posisi 121' 73' Byur Timur dan 3' 00'
-
-
123' 15'
4' 25' Lintang Selatan, membentang mengelilingi Teluk
Kendari. Berdasarkan kedudukan geografisnya maka Kota Kendari terletak 3' 00' di sebelah selatan garis khatulistiwa, sehingga dengan kedudukannya tersebut Kota Kendari memiliki temperatur udara panas karena posisinya termasuk dalarn gans edar matahari.. Teluk Kendari merupakan perairan pesisir yang menjorok ke wilayah daratan Kota Kendari, Ibu Kota Propinsi Sulawesi Tenggara. Luas perairan Teluk tersebut f 18'75 Km2 d m berbentuk tapal kuda. Secara geografis
perairan ini
dikeliliigi oleh daratan Kota Kendari pada sisi-sisinya. Pada mulut teluk atau pada bagian timur berbatasan denganpulau Bungkotoko dan Laut Banda (BPS Kendari, 2000).
4.2.2. Topografi dan Oseanografi
dilihat dari keadaan topografinya, pada dasarnya wilayah Kota Kendari dapat dikategorikan sebagai daerah yang bervariasi antara datar dan berbukit. Ketinggian tanah dari pantai utara teluk sarnpai ke pegunungan Nipa-Nipa (dengan kemiringan hingga lebih dari 40%) d m Teluk Kendari memberikan ciri yang menonjol pada kondisi topografi wilayah ini berkisar antara 0 - 300 meter di atas permukaan 1aut.sedmgkm dari pantai selatan dari wilayah Kota Kendari *
35
berkisar antara 0 - 100 meter di atas permukaan Laut. Pantai bagian barat telah merupakan d a t m pantai yang agak luas dengan bukit-bukit di sekitarnya, sedangkan bagian selatan merupakan lembah yang luas yang sebagian merupakan daerah rawa-rawa. Perbukitan yang ada di daerah sebelah barat dibentuk mengikuti pola daerah aliran sungai yang ada (Bappeda, 1999). Kondisi topografi Kota Kendari sangat bervariasi. Kota Kendari memiliki luas 29.589 Km2 . Sekitar 35% dari luasan tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai lahan budidaya, karena merupakan bukit-bukit terjal yang harus dijaga keberadaannya untuk memelihara kesinambungan daya dukung lingkungan, yakni sebagai areal hutan lindung (Bappeda, 1999). Perairan Teluk Kendari memiliki kedalarnan yang bervariasi antara 0 - 30 meter. Kondisi dasar laut tergolong datar, walaupun pada bagian tertentu agak
dalam. Kondisi oseanografi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni keadaan geomorfologi perairan, arus pasang surut, serta aliran sungai. Pada kolam Teluk Kendari bermuara beberapa sungai kecil dan dua sungai yang cukup besar, yakni Sungai Wanggu clan Sungai Kambu. Data arus pasang surut pada teluk ini menunjukan pasang surut bersifat campuran yang mengarah pada pola harian ganda (mixed semi diurnal). Perairan pada kolam teluk relatif tenang dengan kecepatan arus maksimum mencapai 14,60 mlmenit pada pasang mati dan 19,9 mlmenit pada pasang purnama. Sedangkan
arus di muara Sungai Wanggu dan muam Sungai Kambu berkisar antara 20,32 mlmenit pada pasang mati dan 12,26 dmenit pada pasang purnama (Bappeda, 1999).
Berdasarkan kondisi topografi dan oseanografi, perairan Teluk Kendari sangat rawan dan berpotensi mengalami gangguan pencemaran. Pencemaran yang diakibatkan terganggunya proses pencucian massa air merupakan ancaman utarna pada kolam teluk saat ini. Topografi yang terjal di sebelah utara kolam teluk sangat berpotensi mengalirkan sedimen dari erosi tanah. Demikian halnya dengan pergerakan arus yang sangat lemah, menyebabkan massa air kurang bersirkulasi.
4.2.3. Hidrologi
Kawasan Teluk Kendari merupakan muara dari beberapa sungai besar dan keeil seperti Sungai Wanggu, Sungai Lepo-Lepo, Sungai Karnbu, Sungai Abeli d m Sungai Anggoeya. Sungai-sungai besar pada urnumnya mengalir sepanjang tahun seperti Sungai Wanggu dan Sungai Karnbu, sedangkan sunngai-sungai kecil hanya mengalir pada musim hujan. Air dari sungai-sungai kecil lebih jernih dari pada sungai-sungai besar, tetapi pada musim hujan air sungei sangat keruh berwarna kecoklatan sebagai ciri tingginya kandungan sedimen. Debit air sungai-sungai kurang dari 1 m3/detik, sedangkan sungai-sungai besar lebih dari 3 m3/detik (Bappeda, 1999).
4.2.4. Klimatologi
Iklim daerah studi termasuk bertipe C (BPS, 2000) dengan bulan basah berkisar 5 - 6 bulan dan bulan kering 3 - 5 bulan. Dengan posisi geografis pada jalur orbit matahari termasuk kategori wilayah beriklim panas, dengan indikator
udara antara 23°C - 33°C. Untuk komponen iklim rata-rata bulanan Kota Kendari dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komponen Iklim Rata-rata Bulanan Kota Kendari, 1998 No.
-
Bulan
Hari Hujan (HH)
Curah Hujan (mm)
Suhu Udara Maksimu
Suhu Udara Minimum (O
C)
Kelembaban Udara (Bar)
Kecepatan Angin
Tekanan Angin
(Knot)
m (" C)
1
Januari
18
236
33
23
80
10
1.010,lO
3
Maret
15
211
32
24
84
8
1.010,30
4
April
15
136
30
24
83
8
1.010,lO
5
Mei
24
495
29
24
90
8
1.O 10,30
7
Juli
24
331
30
23
84
55
1.000,20
8
Agustus
17
201
29
23
83
5
1.010,lO
9
September
17
110
33
23
83
10
1.O 12,OO
10
Oktober
19
255
33
23
80
8
1.008,30
11
November
17
24
31
23
84
9
1.007,lO.
12
Desember
11
108
32
23
83
8
1.007,20
Jumlahl
207
2.554
33
23
83
8
1.009,60
-
Rata-Rata
Sumber :Kota Kendari Dalam Angka, 2000 ;Dan Lanud Wolter Monginsidi Kendari, 1998
Kota Kendari memiliki curah hujan cukup tinggi yaitu mencapai 2.554
rnrn per tahun dengan jurnlah hari hujan 207 hari hujan per tahun. Dalam kaitannya dengan curah hujan, maka pada bulan November sampai dengan Maret, angin yang bertiup banyak mengandung uap air yang berasal dari Benua Asia dan Sarnudera Pasifik, setelah melewati beberapa lautan. Pada bulan-bulan tersebut terjadi musim hujan sekitar bulan April, arus angin selalu tidak menentu dengan curah hujan yang tidak merata. Musim ini dikenal sebagai musim pancaroba atau
pralihan antara m u s h hujan dan musim kemarau. Kemudian pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus, angin bertiup dari arah timur berasal dari Benua Australia yang kurang mengandung uap air. Hal ini mengakibatkan kurangnya curah hujan di daerah ini. Pada bulan Agustus sarnpai dengan bulan Oktober terjadi musim kemarau. Mengingat kedudukannya di daerah khatulistiwa, maka arah angin dipengaruhi angin Barat/Barat Daya ptida bulan November sampai dengan bulan Maret dan angin TimurlTenggara pada bulan Mei sampai bulan Agustus.
4.2.5. Geologi dan Struktur Tanah
Jenis tanah di daerah studi terdiri dari jenis tanah rensina, gleisol eutrik, alluvial tionik, karnbisol destrik, podsolik plintit dan mediteran haplik (Bappeda, 1999).
Tanah resnsina tergolong tanah muda dengan tingkat pelapukan rendah, kedalaman tanah sangat dangkal yakni kurang dari 50 cm, di bawah lapisan tanah langsung berbatasan dengan batu kapur atau sebagian batu kapur muncul di permukaan. Warna tanah ini berkisar ai~taracoklat muda hingga coklat gelap.
Tanah rensina berstruktur pasir lempung smpai geluh lempungan, pH tanah cenderung agak netral sampai basa. Kandungan bahan organik tergolong rendah, kejenuhan basa antara sedang sampai tinggi dengan kapasitas tukar kation (KTK) lebih dari 16 me1100 g lempung. Jenis tanah gleisol eutrik adalah jenis tanah yang karena kondisi topografinya yang selalu jenuh air sehingga menghambat proses pelapukan dan pematangan tanah. Kedalaman tanah bervariasi dari sedang sampai lebih dari 90 39
cm. Wama tanah urnumnya gelap dan tedapat ciri-ciri terjadinya proses gleisasi yaitu adanya bercak-bercak yang bewarna biru kehijauan. Kedalarnan tanah umtunnya lebih dari 90 cm, dengan tekstur pasir geluhan sampai geluhan, pH tanah sangat masarn sampai agak masarn. Kandungan bahan organik tergolong sedang sampai tinggi tetapi kematangannya masih rendah. Mempunyai kandungan ion natrium ma') lebih dari 15 %. Kejenuhan basa rendah dan kapasitas tukar kation (KTK) kurang dari 16 me1100 g lempung. Jenis tanah alluvial tionik adalah jenis tanah yang berkembang dari bahan alluvium muda (recent), mempunyai susunan berlapis-lapis yang diskontinyu pedologi (multi sequm). Warna tanah umumnya gelap dan pada matriks tanah terdapat bercak-bercak berwama kebiruan hingga kehijauan sebagai ciri adanya proses gleisasi dan kandungan bahan sulfida yang cukup tinggi. Tekstur tanah sangat bervariasi dari tekstur pasir geluhan sampai lempungan, pH tanah antara sangat masam sampai agak masam. Kandungan bahan organik tergolong rendah sarnpai tinggi. Kejenuhan basa kurang dari 50% dm kapasitas tukar kation (KTK) kurailg dari 16 meI100 g lempung. Jenis tanah kambisol destrik adalah jenis tanah yang tergolong tingkat pelapukan sedang, proses illuviasi belum tegas. Warna tanah umwaya coklat tua sarnpai merah. Bertekstur pasir geluhan sampai geluhan, pH tanah berkisar agak masam sampai netral. Kandungan bahan organik tergolong rendah sampai sedang. Mempunyai kejenuhan basa kurang dari 50% dan kapasitas tukar kation (KTK) kurang dari 16 me1100 g lempung. Jenis tanah podsolik plintit adalah jenis tanah yang tergolong mengalami pelapukan lanjut, proses pencucian basa sangat intensif sehingga mengindikasikan 40
Al, Fe dan Mn sebagai penyumbang kemasaman tanah yang tinggi. Warna tanah terdiri dari coklat kekuningan sampai kuning kemerahan. Pada matriks tanah tertiapat bercak-bercak (karatan) atau plintit yang dapat benvama merah lebih dari
5% luas penampang tanah. Tanah jenis ini bertekstur geluh lempungan sampai lempungan, pH tanah antara sangat masam sampai masam. Kejenuhan basa kurang dari 50% dan kapasitas tukar kation (KTK) kurang dari 16 me1100 g lempung. Jenis tanah mediteran haplik &ah
tergolong jenis tanah yang mengalami
pelapukan sedang, terjadi proses alluviasi yang nyata pada horison B. pada Horison B terdapat akumulasi lempung yang dapat dicirikan adanya selaput lempung. Warna tanah terdiri dari merah sampai merah gelap (kecoklatan), kedalaman tanah cukup bervariasi dari dangjal sampai lebih dari 90 cm. Tekstur
tanah berkisar antara geluhan sampai lempung geluhan, pH tanah berkisar antara
agak masam sampai netral. Kandungan bahan organik tergolong rendah sampai sedang. Kejenuhan basa dapat lebih dari 50% clan kapasitas tukar kation (KTK) lebih dari 16 me1100 g lempung. Erosi yang terjadi pada daerah studi tergolong ringan sampai berat. Tingkat bahaya erosi yang tinggi terutama terjadi pada daerah yang bertopografi berbukit sampai bergunung curam, berpenutupan lahan terbatas dan kedalaman tanah yang dangkal serta sifat tanah yang mudah terdispersi. Daerah yang berpeluang dengan tingkat bahaya erosi tinggi terutama pada kawasan hutan yaitu hutan produksi terbatas dan taman hutan raya serta daerah budidaya tanaman lahan tegalan.
4.3. Keadaan Penduduk
Menurut data Rona Kota Kendari tahun 1999, jumlah penduduk Kota Kendari tahun 1999 berjurnlah 175.857 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk Kota Kendari pada tahun 1996 mencapai 164.584 jiwa, yang berarti selama periode tahun 1996-1999, laju pertumbuhan penduduk di Kota Kendari per tahun rata-rata
2,28%.
Tabel 3. Kepadatan Penduduk Kota Kendari Berdasarkan Luas Kecamatan, 2000
-
Tahun 1996
Kecamatan
Tahun 1999
Luas (Ha)
Penduduk (Jiwa)
Kepadatan (ji&a/~a)
Baruga
-
Poasia Kendari
-
Mandonga
-
Jumlah
5
Luas (Ha)
7.941
Penduduk (Jiwa)
Kepadatan (ji&a/Ha)
40.897
3
4.922
42.416
10
13.176
26.341
2
13.176
36.869
3
3.550
55.418
13
3.550
52.658
20
29.589
164.584
6
29.589
175.857
11
12.863
39.928
43.914
11
Sumber :BPS Kendari, 2000
Diantara keempat kecamatan di dalamnya, maka laju pertumbuhan penduduk tertinggi terdapat di kecamatan Poasia, yaitu rata-rata mencapai 10,03 % per tahun pada periode 1996-1999. Sedangkan pada periode yang sama laju
pertumbuhan penduduk terendah, bahkan menunjukan penurunan, terjadi di Kecamatan Kendari, yaitu sebesar -1,66%. Smentara jika dilihat dari sejarah terbentuknya Kota Kendari, maka sebenarnya Kota Kendari lama berawal dari Kecamatan Kendari itu sendiri. Kajian terhadap sebaran penduduknya (Tabel 3), maka secara rata-rata Kota Kendari, tingkat kepadatan penduduknya mencapai 17 jiwa per Ha pada
tahun 1996, yang kemudian meningkat menjadi 44 jiwa per Ha pada tahun 1999. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecarnatan Kendari, yaitu 20 jiwa per Ha, sedangkan tingkat kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecarnatan Poasia, sebesar 3 jiwa per Ha. Kajian sebaran penduduk pada tingkat kelurahan pada tanun 1999, menemukan bahwa tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di kelurahan Sanua Kecamatan Kendari, yaitu sebesar 80 jiwa per Ha. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk terendah terdapat di kelurahan Watulondo (Kecamatan Mandonga), Kelurahan Matabubu, Kelurahan Petoaha, Kelurahan Bungkotoko, dan Kelurahan Tondonggeu (Kecamatan Poasia) masingmasing sebesar 1j iwa per Ha.
4.4. Keadaan Perekonomian
PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) kota Kendari pada tahun 1997 menurut harga konstan tahun 1993 mencapai nilai sebesar Rp. 279,171.320.000,- dan memberikan konstribusi 16,98% terhadap PDRB Propinsi Sulawesi Tenggara. Komposisi PDRB Kota Kendari menunjukan kegiatan ekonominya didominasi sektor pengangkutan dan komunikasi, 27,60% dari PDKB. Kontributor urutan berikutnya adalah sektor perdagangadhotellrestauran (14,57%) dan sektor pertanian (13,45%). Sektor-sektor kegiatan usaha lainnya memberikan kontribusi kurang dari 13% terhadap nilai PDRB. Menurut penilaian harga berlaku PDRB Kota Kendari pada tahun 1997 mencapai nilai sebesar Rp. 395.337.210.000,- dan memberikan kontribusi sebesar 16,56% terhadap PDRB Propinsi Sulawesi Tenggara. Komposisi sektoral PDRB Kota Kendari tahun 1997 menunjukan kegiatan ekonominya didominasi sektor 43
pengangkutan dan komunikasi, yaitu 30,48% dari PDRB Kota Kendari. Ko~ltributorurutan berikutnya adalah sektor pertanian (29,37%) dan sektor jasa (2 1.,38%). Sektor-sektor kegiatan usaha lainnya memberikan kontribusi kurang dari 20% terhadap nilai PDRB (BPS Kendari, 1999) Sedangkan kajian terhadap nilai PDRB per kapita rata-rata menurut harga konstan maupun harga berlaku periode 1995-1997 mengalami peningkatan per tahun masing-masing sebesar Rp. 100.967,40,- dan Rp. 3 10.2 11,23
4.5. Lingkungan Hidup
4.5.1. Kondisi Topografi Sebagian besar daerah Kotamadya Kendari mempunyai topografi berbukit. Berbagai kegiatan pembangunan sering tidak mengindahkan keterbatasan alamiah topografi daerah tersebut, lebih cenderung merubah pola topografi yang ada.
Perbukitan banyak yang diratakan. Hasil penggerukan banyak yang digunakan untuk me,nimbun daerah-daerah pemukiman atau untuk membuat badan jalan. Perubahan pola topografi akan merubah pola aliran perrnukaan alamiah.
Saluran drainase yang ada menjadi tidak sesuai daya tarnpung, letaklposisi dan koniigurasinya. Akibatnya sering dijumpai pada musim hujan air mengalir atau meluap pada badan jalan dan pemukiman. Pengerukan sebahagian bukit yang membentuk tebing-tebing baru akan meqadi daerah yang rawan longsor karena pembentukan tebing-tebing baru akan menlbah kestabilan humus muka lahan. Kenyataan yang sangat mengkhawatirkan adal~ihtebing-tebing barn yang terbentuk terletak pada daerah-daerah padat 44
penlukiman, dengan demikian longsor tidak hanya merubah konfigurasi l a h d u k i t , tetapi sebagai sumber angkutan sedimen baru dan sumber bencana lain bagi kehidupan manusia.
4.5.2. Tanah, Hidrologi dan Perairan Teluk Jenis tanah yang berada di daerah penelitian pada umumnya tergolong jenis tanah dengan kesuburan rendah. Berbagai kegiatan budidaya tanaman akan menghadapi masalah serius terhadap pencapaian hasil tanarnan yang tinggi tanpa diikuti oleh aktivitas yang tinggi terhadap peningkatan kesuburan tanah. Kesuburan tanah yang rendah tidak hanya karena rendahnya kandungan unsur hara, tetapi juga karena tingginya kandungan unsur Al, Fe, Mn dan SO4 yang bersifat sangat toksit bagi tanaman. Pembenahan jenis tanah yang seperti ini jika tanpa mengandalkan pupuk kimiawi dosis tinggi seperti yang umum dilakukan
akan menimbulkan pencemaran Teluk Kendari. Daya sanggah terhadap jenis pupuk kimiawi bagi tanah-tanah di daerah penelitian umumnya sangat rendah, sehlgga residu pupuk yang keluar dari tanah cukup banyak dan akan mencemari badan-badan air termasuk pencemaran Teluk Kendari. Sebagian besar Teluk Kendari dikelilingi oleh daerah yang bertopografi berlereng. Erosi daerah berlereng akan tertampung atau diendapkan di kawasan telluk. Kenyataan yang ada menunjukan bahwa tingkat erosi daerah berlereng cukup tinggi. Hal ini nampak jelas pada waktu musim hujan angkutan aliran permukaan (run 08dan aliran air sungai mengandung sedimen yang cukup tinggi yang aklan diendapkan pada kawasan Teluk Kendari. Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa telah teqadi kerusakan vegetasi pada ekosistem Daerah Aliran 45
Smgai (DAS) terutama pada bagian hulu, sistem usahatani yang tidak mengikuti kaidah konservasi dan luasan hutan sebagai daerah penyangga yang semakin terbatas. Pesatnya pertumbuhan penduduk dan pemukiman di Kota Kendari dikhawatirkan akan menimbulkan masalah pencemaran dan pengrusakan lingkungan yakni berupa meningkatnya limbah rumah tangga, erosi (akibat pengrusakan hutan di daerah berbukit), banjir (akibat pengrusakan hutan mangrove di pesisir Teluk Kendari) serta masalah instrusi air laut (akibat penggunaan air tanah yang berlebihan). Hasil analisis laboratorium keadaan air Teluk Kendari menunjukan bahwa kondisi air pada kolam teluk masih baik, kecuali kadar Pb yang di atas kadar batas (Tabel 4).
Tabel 4. Kondisi Fisika dan Kimia Air Teluk, 1999
-
No.
-
Parameter
Satuan
Kadar Maksimum 6-9
Hasil Analisa Laboratorium 8,6
1
PH
2
Temperatur
"C
35 " C
29,5
3
TSS
mdl
-
0,16
4
TDS
mfl
1000
28,5
5
BOD
mg/l
150
10,8
6
COD
mg;/l
300
210
7 8
Hg Cr
mfl
0,0002
Ttd
midl
0,05
Ttd
9
Minyakhmak
mfl
1,o
0,O 1
10
Pb
mdl
0,003
0,019
11
Cd
mdl
0,O 1
0,002
-
Sumber : Bapedalda Prop. Sultra 1999
4.5.3. Flora dan Fauna
Seperti urnurnnya daerah estuaria, daerah ini tennasuk miskin akan keragaman jenis tumbuhan pantai. Hal ini disebabkan wilayah perairan ini terdiri dari substrat berlumpur yang tidak cocok untuk melekatnya mikroalgae. Komunitas tumbuhan pantai yang memenuhi pesisir teluk kendari ini adalah mangrove dan nipa. Akibat dari pengaruh kegiatan budidaya manusia yang cukup tinggi, batas zonasi tumbuhan mangrove sudah tidak jelas lagi.
Tabel 5. Beberapa Jenis Ikan yang Sering Tertangkap di Perairan Teluk Kendari. 1994 Nama ~ o k a l Nama Indonesia Nama Ilmiah Ikan Mujair Mujair Oreocormis sp Holu Bandeng Chanos-chanos Haronang Baronang Siganus virgatus Kembung Kembung Rastrelliger sp I~~ang La~ang Decapterus ruselli Kuma-ruma Selar Selaroides sp Ekor Kuning Ekor Kuning Coesio erithrogaster Tembang Tembang Sardinella sp Pisang-pisang Ikan merah Coesio chrysozona Pisang-pisang Ikan Biru Coesio coerularus Teri Lure Stolephorus sp Hemerhampus sp Julung-julung L,arudak
UdangKepiting Sitto IJdang Putih Kepiting Bakau -
Udang Windu UdangPutih Kepiting
Panaeus monodon Panaeus merguinensis ~ c y j serrata a
Sumber : Suhaeb (2000)
Sebagai daerah estuaria, komposisi fauna yang terdapat di perairan ini terdiri dari berbagai jenis spesies yang relatif menetap dan beberapa jenis peruaya.
Beberapa jenis ikan dan udang yang mempunyai nilai ekonomis penting masih sering dijumpai di daerah ini (Tabel 5). Hal ini merupakan salah satu alasan ekologis dan ekonomis untuk mengadakan preservasi pada lingkungan perairan tersebut. Kerusakan vegetasi hutan baik kuantitas maupun kualitas akan membawa konsekuensi yang cukup berat terhadap ekosistem kawasan Teluk Kendari, karena vegetasi hutan diharapkan sebagai penyangga utama keselamatan ekosistem
kawasan Teluk Kendari. Percepatan pendangkalan Teluk Kendari lebih dominan disebabkan oleh terjadinya kerusakan hutan. Pada saat sekarang ini kerusakan hutan telah mencapai ambang yang cukup kritis dengan indikasi tingginya erosi
dan nagkutan sedimen yang terbawa aliran air yang bermuara dan diendapkan di kawasan Teluk Kendari. Selain masalah tersebut, maka sistem penataan tanaman pada daerahdaerah tegalan belum memenuhi kaidah-kaidah konservasi. Hal ini akan meningkatkan erosi dan angkutan sedimen yang terbawa oleh aliran air. Jalur pepohonan bakau dan nipah yang ada di sepanjang bagian se!atan Teluk Kendari ymg diharapka sebagai jalur Ejau, kemungkinan besar sangat sulit d i p e r t a h h keberadaannya. Hal ini dimunglunkan karena intensifnya ganggum yang terjadi yang bersumber dari aktivitas para nelayan dan yang lebih mengkhawatirkan adalah posisi jalur hijau yang langsung berbatasarn dengan
pertambakan dan pemukiman sehingga berpeluang besas terjadinya perluasan kawstsan tambak, pemukiman dan eksploitasi hasil hutan. Kenyataan yang dihadapi sekarang adalah narnpaknya jalur hijau tersebut telah mengalami kerusakan yang berat. 48
Saat ini jenis fauna yang terdapat di sekitar teluk telah mengalami pengurangan jenis yang sangat drastis. Informasi dari BKSDA dan BRLKT menyebutkan bahwa pada sekitar 10 tahun yang lalu masih didapatkan berbagai jerkis fauna seperti jenis-jenis burung, biawak, ular pada kawasan mangrove di teluk.
4.6. Rencana Tata Guna Lahan Wilayah Kota Kendari Dilihat dari pemanfaatan ruangnya, rasio luas areal terbangun Kota Kendari relatif masih rendah yaitu sebesar 8.699 Ha atau 29,40% dari luas total wilayah kota. Secara umum kawasan terbangun di dominasi oleh bangunan penunahan, fasilitas sosial, jasa, perdagangan, industri dan jaringan infiastruktur . Sedangkan kawasan yang belum terbangun mempunyai luas 20.890 Ha atau 70,60% dari lw total. Kawasan yang belum terbangun ini didominasi oleh pemanfaatan hutan, KTL (kebun, tegalan, ladang dan pekarangan) clan tanah kosong. Lebih jelasnya penggunaan lahan di Kota Kendari tahun 1998 dapat dilihat pada Tabel 6. Luas wilayah Kota Kendari
+ 29.589 Ha. Pada wilayah Kota Kendari
mengalir tidak kurang dari delapan buah sungai yang semwmya bermuara pada Teluk Kendari. Berdasarkan tingkat kemiringan lahan di Kota Kendari maka menurut Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota Kendari 2000 - 2010 dibagi menjadi 3 kawasan yaitu kawasan yang dapat dibangun, kawasan yang dapat dibangun dengan pertinbangan dan kawasan yang tidak dapat dibangun.
Tabel 6. Penggunaan Lahan Kota Kendari Diperinci Menurut Kecamatan, 1999
-
No.
Jenis Penggunaan Lahan
1
Tanah Sawah
2
Bangunan
Kecamatan Mandonga (Ha)
420,OO
dan
Kecamatan Baruga* (Ha)
-
1.397,00
Kecamatan Poasia (Ha)
Kecamatan Kendari (Ha)
1.650,OO
624,OO
4.2 1 1,OO
2.3 16,OO
253,OO
3.2 14,OO
690,OO
370,OO
1.463,OO
575,OO
-
70 1,00
2 16,OO
-
39 1,OO
106,OO
Jumlah (Ha) 526,OO
Halaman
3
Tegalan IKebun
645,OO
4
Ladang / Huma
403,OO
5
Padang Rumput
126,OO
6
Rawa yang tidak
175,OO
-
ditanami
7
Tambak,
Kolarn,
80,OO
-
184,OO
7,OO
27 1,OO
Tebat clan Empang
8
Lahan Kosong
1.797,OO
3.254,OO
9
Lahan
2.415.00
636,OO
29 1,OO
3.342,OO
530,OO
1.470,OO
4.353,OO
1.700,OO
5 18,OO
3.628,OO
1.3 19,OO
17,OO
2.438,OO
13.176,OO
3.550,OO
29.589,OO
Tanaman
5.05 1,OO
Kayu-kayuan
1Q
Hutan Negara
2.353,OO
11
Perkebunan
1.4 10,OO
1:2
Lainnya
1.102,OO
-
Jumlah
12.863,OO
-
-
Keterangan : * Pemekaran Kecamatan Menurut SK Gubemur Tk 1 Sultra Nomor 86211998 Sumber :Kota Kendari dalam Angka Tahun 2000
Dalam perencanaan penggunaan lahan di Kota Kendari terdapat kesulitan yang cukup berarti, disebabkan terbatasnya ruang ymg dapat dimanfaatkan secara langsung. Terdapat sekitar 353% dari areal yang ada merupakan perbukitan yang terjal. Untuk itu di dalam perencanaan pengembangan kota yang ada lebih dislrahkan pada daerah yang relatif datar, yakni pada bagian barat dan selatan Teluk Kendari. Berdasarkan RIK tahun 1987 - 2002 yang ditetapkan berdasarkan Perda Propinsi Dati I Sulawesi Tenggara Tahun 1987, pengembangan wilayah pemukiman dan pemerintahan diarahkan ke bagian barat, untuk kawasan
pendidikan dan industri ke arah selatan, sementara di bagian utara yang relatif sempit dan berbukit diperuntukan sebagai kawasan perdagangan. Potensi kawasan rencana yang dapat dikembangkan terdiri dari :
- Hutan lindung
- Kawasan Lindung - Sawah
- Kawasan Kota
=
3.430Ha(1lY59%)
=
9.025 Ha (30,50%)
=
514Ha(1,74%)
= 16.620 Ha (56,17%)
Berdasarkan potensi yang dapat dikembangkan serta permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan wilayah Kota Kendari maka menurut Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RUTRW) Kota Kendari 2000 - 20 10 tata guna lahan Kota Kendari dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Tata Guna Lahan Kota Kendari, 2000
No.
1
Unit
Kendari Mandonga Kawasan
Total
Kecarnatan (Ha) Baruga
Poasia
Ha
%
644,O 1
1.313,16
2.755,85
2.755,85
6.733,42
22,76
Hutan
1-408,OO
798,29
4.048,OO
4.048,OO
7.917,57
26,76
3
Sawah
-
-
425,OO
89,OO
514,OO
1,74
4
Kebun
1.232,OO
1.227,48
4.183,OO
4.183,65
9.732,65
32,89
5
Perikanan
4,OO
28,50
232,50
232,50
301,05
1,02
6
Rawa
62,OO
37,50
295,OO
295,OO
601,OO
2,03
199,99
1.632,49
384,83
1.572,OO
3.789,31
12,81
3.550,OO
7.941,OO
4.922,OO
13.176,OO
29.589.00
100
Terbangun 2
-
Lahan Terlantar Jumlah
Sumber :Dinas Tata Kota Kendari, 2000
Peta pemanfaatan lahan Kota Kendari berdasarkan Rencana Umurn Tata Ruang Wilayah (RUTRW) Kota Kendari dapat dilihat pada Gambar 5.