PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN/KOTA DI BANDUNG RAYA TAHUN 2008-2013 THE INFLUENCE OF OWN-SOURCE REVENUE, AND GENERAL ALLOCATION FUND FORCAPITAL EXPENDITURE DISTRICTS/CITIES ON UNITED BANDUNGIN 2008-2013 Anjar Guritno1, Leny Suzan2 1,2
Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Telkom, Bandung 1
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau menambah aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang dikeluarkan pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari pendapatan asli daerah, dan dana alokasi umum terhadap belanja modal. Populasi dalam penelitian ini adalah Laporan Realisasi APBD pemerintah Kab/Kota di Jawa Barat tahun 2008-2013. Sampel penelitian berjumlah lima pemerintah Kab/Kota yang dipilih dengan metode sampling jenuh, dengan periode pengamatan enam tahun. Metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel pendapatan asli daerah, dan dana alokasi umum berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Secara parsial variabel pendapatan asli daerah berpengaruh positif signifikan terhadap belanja modal. Sedangkan variabel dana alokasi umum berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap belanja modal. Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Belanja Modal
ABSTRACT Capital expenditure is the expenditure budget that used in order to obtain or increase of fixed assets and other assets that gives benefit more than one period of accounting and exceed the minimum capitalization limit of fixed assets or other assets who issued by the government. This research aims to analyze the influence of own-source revenue, and general allocation fund for capital expenditure. The population in this study is the local government budget realization report the district/city in West Java from the years of 2008-2013. Research sample amounts to 5districts/cities who selected with saturatedsampling method, with observation period of 6 years. The method that been used to analyses the correlation between variable are multiple linier regression analysis. The results showed that simultaneous own-source revenue, and general allocation fundvariables significantly influence the acceptance of capital expenditure. Partially, own-source revenue variables positive significantly influence the acceptance of capital expenditure. While the general allocation fund is positive but not significantly influence the acceptance of capital expenditure. Keywords : Own-source Revenue, General Allocation Fund, Capital Expenditure
1. Pendahuluan Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dengan menggunakan sumber keuangan, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang berkembang di daerah sesuai dengan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004. Diberlakukannya otonomi daerah memberi kesempatan kepada pemerintah daerah untuk mengelola sumber daya alam yang dimiliki secara efektif dan efisien dan mengembangkan potensi daerah yang tujuannya untuk meningkatkan pendapatan daerah. Untuk menghasilkan
1
pendapatan daerah, pemerintah daerah perlu mengeluarkan belanja modal untuk membangun sarana dan prasarana yang dapat menunjang produktivitas masyarakat. Belanja modal memiliki peranan penting karena memiliki masa manfaat jangka panjang untuk memberikan pelayanan kepada publik (Nuarisa,2013). Dengan adanya belanja modal maka suatu daerah dianggap akan mampu melayani kebutuhan pembangunan daerah dalam jangka panjang dan meningkatkan investasi modal serta dampaknya akan dapat dinikmati langsung oleh masyarakat. Pemerintah daerah berhak memperoleh pendapatan yang dihasilkan dari pengelolaan daerah itu sendiri. Pendapatan tersebut dituangkan kedalam APBD sebagai Pendapatan Asli Daerah. Daerah yang memiliki potensi sumber daya alam sangat besar serta ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai akan berpengaruh terhadap peningkatan partisipasi dan produktivitas masyarakat terhadap pembangunan daerah tersebut. Peningkatan pembangunan daerah juga akan berpengaruh terhadap ketertarikan investor untuk menanamkan modalnya pada daerah tersebut. Dengan demikian, peningkatan pembangunan daerah akan berpengaruh pada peningkatan pendapatan asli daerah. Belanja modal yang dikeluarkan pemerintah daerah ternyata lebih besar dari pendapatan asli daerah yang dikeluarkan. Permasalahan tersebut yang terjadi pada Kabupaten/Kota di Bandung Raya ketika belanja modal lebih besar dari pendapatan asli daerah, sehingga pemerintah pusat perlu memberikan dana perimbangan kepada pemerintah daerah, salah satunya yaitu dana alokasi umum. Dana alokasi umum digunakan untuk mengoptimalkan alokasi pendapatan asli daerah yang didapat untuk membiayai belanja modal di daerah tersebut. Maka, dalam melaksanakan belanja modal, pemerintah daerah berhak menggunakan Dana Alokasi Umum tersebut. Untuk itu peneliti melakukan penelitian ini dengan judul Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal pada Kab/Kota di Bandung Raya Tahun 2008-2013 dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana pendapatan asli daerah, dan dana alokasi umum terhadap belanja modal pada Kab/Kota di Bandung Raya tahun 2008-2013. Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan referensi untuk penelitian berikutnya mengenai pengaruh pendapatan asli daerah, dan dana alokasi umum terhadap belanja modal dan dapat membantu pemerintah daerah dalam memberi masukan dan penilaian. 2. Dasar Teori/ Material dan Metodologi/Perancangan 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Pendapatan Asli Daerah Menurut Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004, pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah dengan sesuai peraturan perundang-undangan. Pendapatan asli daerah bertujuan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Pendapatan asli daerah terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. 2.1.2 Dana Alokasi Umum Menurut Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004, dana alokasi umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan kemampuan keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, dengan jumlah keseluruhan yang ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN. Dana alokasi umum dialokasikan untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota. Menurut Undang Undang Nomor 25 Tahun 1999, dana alokasi umum dialokasikan dengan tujuan pemerataan dengan memperhatikan potensi daerah, luas daerah, keadaan geografi, jumlah penduduk, dan tingkat pendapatan masyarakat di daerah, sehingga perbedaan antara daerah yang maju dengan daerah yang belum berkembang dapat diperkecil. 2.1.3 Belanja Modal Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal digunakan untuk mendorong sarana dan prasarana suatu daerah yang bertujuan menunjang produktivitas masyarakat dan menunjang potensi suatu daerah. Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung, dan bangunan, peralatan, aset tak berwujud. Jenis-jenis belanja modal terdiri dari belanja modal tanah, belanja modal peralatan dan mesin, belanja modal gedung dan bangunan, belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan, serta belanja modal fisik lainnya. 2.2 Kerangka Pemikiran 2.2.1 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Modal
2
Pendapatan asli daerah yang merupakan sumber penerimaan daerah perlu terus di tingkatkan agar dapat menanggung sebagian beban belanja yang diperlukan untuk penyelenggaraan pemerintahan dan kegiatan pembangunan yang setiap tahun meningkat sehingga kemandirian otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab dapat dilaksanakan (Pelealu, 2013). Pendapatan asli daerah memiliki pengaruh positif terhadap belanja modal karena semakin besar pengeluaran pemerintah lewat belanja modal melalui pembangunan di berbagai sektor publik akan berujung pada peningkatan pendapatan asli daerah. Pemerintah daerah akan memaksimalkan pendapatan asli daerah yang akan membiayai pengeluaran pemerintah lewat belanja modal untuk membangun sarana dan prasarana yang dapat meningkatkan investasi modal, sehingga mampu meningkatkan kualitas publik daerah tersebut dan pada akhirnya mampu meningkatkan partisipasi dan produktivitas masyarakat terhadap pembangunan yang tercermin dari adanya peningkatan pendapatan asli daerah. Dengan didukung oleh penelitian yang dilakukan Mawarni, Darwanis, dan Abdullah (2013) yang mengatakan pendapatan asli daerah mempunyai koefisien positif yang menunjukkan bahwa semakin besar pendapatan asli daerah maka pengeluaran pemerintah daerah atas belanja modal juga akan semakin besar. 2.2.2 Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal Dana alokasi umum merupakan sarana untuk mengatasi ketimpangan fiskal antar daerah dan juga merupakan sumber penerimaan daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa dana alokasi umum lebih di prioritaskan untuk daerah yang memiliki kapasitas fiskal yang rendah (Uhise,2013). Dana alokasi umum memiliki pengaruh positif terhadap belanja modal karena daerah yang memiliki dana alokasi umum yang besar maka alokasi anggaran untuk belanja modal akan meningkat. Pemerintah daerah dapat menggunakan dana alokasi umum untuk memberikan pelayanan kepada publik yang direalisasikan melalui belanja modal. Dengan didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Uhise (2013) yang mengatakan dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap belanja modal, maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar dan alokasi umum maka semakin tinggi juga belanja modal yang dikeluarkan. Model penelitian dapat dilihat pada gambar 1 berikut:
Pengaruh secara Parsial Pengaruh secara Simultan Gambar 1 Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian: H1 : Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Belanja Modal. H2 : Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Belanja Modal. H3 : Dana Alokasi Umum memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap Belanja Modal. 2.3 Metode Penelitian 2.3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif verifikatif bersifat kausalitas. Tujuan penelitian deskriptif dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi dan gambaran mengenai pengaruh pendapatan asli daerah, dan dana alokasi umum terhadap belanja modal pada Kab/Kota di Bandung Raya tahun 2008-2013. 2.3.2 Variabel Operasional Variabel operasional menurut Sugiyono (2011:38), adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel penelitian ini menggunakan dua kategori utama, yaitu Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum sebagai Variabel Independen serta Belanja Modal sebagai Variabel Dependen.
3
2.3.3 Prosedur Penelitian Metode ilmiah mengikuti prosedur yang sistematis mulai dari menetapkan masalah, mengkaji teori-teori, mengajukan hipotesis, uji hipotesis, dan menarik kesimpulan dari pengujian itu. 2.3.4 Populasi dan Sampel Menurut Sanusi (2011:87), populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang menunjukkan ciri-ciri tertentu yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan. Populasi penelitian ini adalah laporan realisasi APBD Kab/Kota di Jawa Barat dari tahun 2008-2013. Sampel menurut Sugiyono (2011:120) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan laporan realisasi APBD tiga Kabupaten dan dua Kota dari tahun 2008-2013, yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, Kota Bandung, dan Kota Cimahi. 2.3.5 Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu Laporan Realisasi Anggaran pada Kab/Kota di Bandung Raya Tahun 2008-2013. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: 1. Studi Pustaka Mempelajari literatur-literatur yang erat kaitannya dengan pembahasan masalah atau hasil penelitian terdahulu yang mendukung penelitian yang dilakukan sehingga diperoleh teori-teori yang dibutuhkan untuk menunjang penelitian. 2. Studi Lapangan Mengumpulkan data yang diperoleh dari media internet melalui situs www.jabar.bps.go.id, situs resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat yang menerbitkan data APBD. 2.4 Teknik Analisis Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, model regresi linier berganda, dan pengujian hipotesis. Pengujian teknik analisis dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 20. 2.4.1 Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif dalam penelitian ini adalah menggambarkan dan mendeskripsikan data untuk semua variabel dalam bentuk tabel yang mencakup nilai minimum, nilai maximum, nilai mean, dan standar deviasi. Berikut ini merupakan tabel statistik deskriptif untuk semua variabel yang digunakan dalam penelitian. 2.4.2 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Menurut Ghozali (2007:110) uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Cara menentukan normalitas distribusi data adalah dengan KolmogorovSmirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi normalitas residual, dengan kriteria: a. Jika Signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal. b. Jika Signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. 2. Uji Multikolinearitas Menurut Ghozali (2013:105) uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Dasar pengambilan keputusan uji multikolinearitas adalah sebagai berikut: a. Nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi. b. Nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi. 3. Uji Heteroskedastisitas Menurut Ghozali (2013:139) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Menurut Sanusi (2011:135) untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas diuji dengan metode Glejser dengan cara menyusun regresi antara nilai absolut residual dengan variabel bebas. Dasar pengambilan keputusan uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut: a. Signifikansi > 0,05 maka bebas dari heteroskedestisitas. b. Signifikansi < 0,05 maka terkena heteroskedestisitas. 4. Uji Autokorelasi Menurut Ghozali (2013:110) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengguna pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya).
4
Untuk mendeteksi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan pengujian Durbin-Watson (DW test). Dasar pengambilan keputusan Uji autokorelasi adalah sebagai berikut: a. Angka D-W di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif. b. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. c. Angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif. 2.5 Model Regresi Linier Berganda Persamaan model regresi linier berganda adalah sebagai berikut: Y = a + β1X1 + β2X2 + e Keterangan: Y = Belanja Modal X1 = Pendapatan Asli Daerah a = Konstanta X2 = Dana Alokasi Umum β1-β2 = Koefisien regresi dari setiap variabel e = Error independen 2.6 Pengujian Hipotesis 2.6.1 Uji Statistik F Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh antara pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum terhadap belanja modal pada Kabupaten/Kota di Bandung Raya secara simultan. Langkah-langkah yang digunakan adalah : 1. Merumuskan hipotesis (Ha) H0 : ρ = 0 diduga variabel independen secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. H1 : ρ ≠ 0 diduga variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. 2. Menentukan tingkat signifikansi yaitu sebesar 0,05 (α = 0,05) 3. Berdasarkan signifikansi. Dengan menggunakan tingkat signifikansi, Ha akan diterima jika signifikansi kurang dari 0,05 2.6.2 Uji Koefisien Determinasi Menentukan nilai koefisien determinasi, dimana koefisien ini menunjukan seberapa besar variabel independen pada model yang digunakan mampu menjelaskan variabel dependen nya. 2.6.3 Uji Statistik t Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian statistik t parsial adalah : 1. Menyusun hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1) H0 : β1 = β2 = β3 = 0, diduga variabel independen secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. H1 : β1 ≠ 0, diduga variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. 2. Menentukan tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05 3. Berdasarkan signifikansi. H1 akan diterima jika nilai signifikansinya kurang dari 0,05 3. Pembahasan Hasil Penelitian 3.1 Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Belanja Modal Kab/Kota Bandung Raya Tahun 2008-2013 Tabel 1 Statistik Deskriptif Variabel Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
PAD
30
33617474.00 1344159105.00 232162102.1793 264422720.03536
DAU
30 305008920.00 1730063709.00 838033134.9667 374260929.48846
BM
30
77822261.00 1444629031.00 283582598.2413 282394096.67739
Valid N (listwise) 30
Sumber : Output Olah Data SPSS 20
5
Berdasarkan uji statistik deskriptif diperoleh informasi bahwa rata-rata pendapatan asli daerah untuk Kab/Kota di Bandung Raya dari tahun 2008-2013 sebesar Rp 232.162.102,18. Pendapatan asli daerah terendah sebesar Rp 33.617.474 terjadi pada tahun 2008 di Kab. Bandung Barat, sedangkan pendapatan asli daerah tertinggi sebesar Rp 1.344.159.105 terjadi pada tahun 2013 di Kota Bandung. Standar deviasi sebesar Rp 264.422.720,04 yang menunjukkan bahwa data pendapatan asli daerah untuk Kab/Kota di Bandung Raya dari tahun 2008-2013 mengelompok atau tidak bervariasi. Berdasarkan uji statistik deskriptif diperoleh informasi bahwa rata-rata dana alokasi umum untuk Kab/Kota di Bandung Raya dari tahun 2008-2013 adalah sebesar Rp 838.033.134,97. Dana alokasi umum terendah sebesar Rp 305.008.920 terjadi pada tahun 2008 di Kota Cimahi, sedangkan dana alokasi umum tertinggi adalah sebesar Rp 1.730.063.709 terjadi pada tahun 2013 di Kab. Bandung. Standar deviasi sebesar Rp 374.260.929,49 yang menunjukkan bahwa data dana alokasi umum untuk Kab/Kota di Bandung Raya dari tahun 2008-2013 mengelompok atau tidak bervariasi. Berdasarkan uji statistik deskriptif diperoleh informasi bahwa rata-rata belanja modal untuk Kab/Kota di Bandung Raya dari tahun 2008-2013 adalah sebesar Rp 283.582.598,24. Belanja modal terendah sebesar Rp 77.822.261 terjadi pada tahun 2008 di Kab. Bandung Barat, sedangkan belanja modal tertinggi adalah sebesar Rp 1.444.629.031 terjadi pada tahun 2013 di Kota Bandung. Standar deviasi sebesar Rp 282.394.096,68 yang menunjukkan bahwa data belanja modal untuk Kab/Kota di Bandung Raya dari tahun 2008-2013 mengelompok atau tidak bervariasi. 3.2 Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Berdasarkan uji normalitas diperoleh informasi bahwa besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov yang diuji terhadap belanja modal sebagai variabel dependen adalah 1,012 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,257 yang melebihi nilai yang ditetapkan sebesar 0,05. Dengan kata lain, residual terdistribusi secara normal. b. Uji Multikolinearitas Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas diperoleh informasi menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum masing-masing memiliki nilai tolerance sebesar 0,563 dan nilai VIF sebesar 1,775. Dengan pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum yang masing-masing memiliki nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas diantara variabel independen. c. Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan hasil pengujian heteroskedastisitas diperoleh informasi bahwa pendapatan asli daerah memiliki nilai signifikansi sebesar 0,220 dan dana alokasi umum memiliki nilai signifikansi sebesar 0,336. Dengan pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum yang memiliki nilai signifikansi > 0,05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi. d. Uji Autokorelasi Berdasarkan hasil pengujian autokorelasi diperoleh informasi bahwa nilai D-W yang dihasilkan sebesar 1,416. Dari hasil tersebut terlihat bahwa nilai D-W berada di antara -2 sampai +2, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi. 3.3 Analisis Regresi Linier Berganda Tabel 2 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant) 1
Std. Error
11449910.689
20059583.757
PAD
1.015
.039
DAU
.043
.028
Beta .571
.573
.951
25.850
.000
.058
1.567
.129
a. Dependent Variable: BM
Sumber : Output Olah Data SPSS 20 (2015)
6
Berdasarkan hasil pengujian model regresi linier berganda, diperoleh informasi bahwa hasil persamaan regresi linier berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = 11.449.910,689 + 1,015X1 + 0,043X2 Dari model regresi tersebut, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Konstanta (α) bernilai positif 11.449.910,689 menyatakan bahwa apabila variabel independen pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum bernilai nol, maka variabel dependen yaitu belanja modal adalah sebesar 11.449.910,689. 2. Koefisien regresi (β) pendapatan asli daerah bernilai positif 1,015. Menyatakan bahwa setiap kenaikan satu satuan pendapatan asli daerah, maka belanja modal akan meningkat sebesar 1,015 satuan dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya dari model regresi bernilai tetap. 3. Koefisien regresi (β) dana alokasi umum bernilai positif 0,043. menyatakan bahwa setiap kenaikan satu satuan dana alokasi umum, maka belanja modal akan meningkat sebesar 0,043 satuan dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya dari model regresi bernilai tetap. 3.4 Pengujian Hipotesis a. Uji Statistik F Tabel 3 Hasil Uji Statistik F a
ANOVA Model
Sum of Squares Regression
1
Residual Total
df
Mean Square
2265077208566456830.000
2
1132538604283228420.000
47569140742420080.000
27
1761820027497040.000
2312646349308876800.000
29
F 642.823
Sig. b
.000
a. Dependent Variable: BM b. Predictors: (Constant), DAU, PAD
Sumber : Output Olah Data SPSS 20 (2015) Berdasarkan hasil pengujian statistik F menghasilkan tingkat signifikansi 0,000. Karena signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi nilai variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum secara bersama-sama berpengaruh terhadap belanja modal. Hasil pengujian ini mendukung hipotesis satu yaitu pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum memiliki pengaruh terhadap belanja modal secara simultan, sehingga H1 diterima. Hasil tersebut konsisten dengan penelitian Mawarni, Darwanis, dan Abdullah (2013), bahwa terdapat pengaruh dari pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum secara simultan terhadap belanja modal pada Kab/Kota di Provinsi Aceh. b. Uji Koefisien Determinasi Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi, diketahui nilai R Square adalah sebesar 0,979. Menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Belanja Modal sebesar 97,9%, sedangkan sisanya 2,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. c. Uji Statistik t-Parsial Berdasarkan hasil uji parsial dari tabel regresi linier berganda sebelumnya, masing-masing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Modal secara parsial Hasil pengujian parsial pendapatan asli daerah diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Maka dapat dikatakan bahwa variabel pendapatan asli daerah memiliki kontribusi yang signifikan terhadap belanja modal. Nilai β positif dapat diartikan bahwa variabel pendapatan asli daerah memiliki hubungan yang searah dengan belanja modal. Semakin tinggi jumlah pendapatan asli daerah maka jumlah belanja modal akan ikut meningkat. Dapat disimpulkan bahwa variabel pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan secara positif terhadap belanja modal secara parsial. Hipotesis dua menyebutkan bahwa pendapatan asli daerah memiliki pengaruh signifikan terhadap belanja modal, sehingga H2 diterima. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nuarisa (2013) bahwa variabel pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pada Kab/Kota di Jawa Tengah.
7
2. Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal secara parsial Hasil pengujian parsial dana alokasi umum diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,129 > 0,05. Maka dapat dikatakan bahwa variabel dana alokasi umum tidak memiliki kontribusi yang signifikan terhadap belanja modal. Nilai β positif dapat diartikan bahwa variabel dana alokasi umum memiliki hubungan yang searah dengan belanja modal. Semakin tinggi jumlah dana alokasi umum maka jumlah belanja modal akan ikut meningkat. Dapat disimpulkan bahwa variabel dana alokasi umum tidak berpengaruh signifikan secara positif terhadap belanja modal secara parsial. Hipotesis tiga menyebutkan bahwa dana alokasi umum memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap belanja modal, sehingga H3 ditolak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ismail (2013) bahwa dana alokasi umum tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap belanja modal di Kabupaten Gorontalo. 4. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil pengujian dan analisis menggunakan statistik deskriptif dan analisis regresi linier berganda, maka diperoleh beberapa kesimpulan bahwa secara simultan, variabel pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum berpengaruh secara signifikan terhadap belanja modal pada Kab/Kota di Bandung Raya tahun 2008-2013. Dan hasil penelitian secara parsial, pendapatan asli daerah memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap belanja modal, sedangkan variabel dana alokasi umum secara parsial berpengaruh positif namun tidak signifikan, hal ini dikarenakan peningkatan dana alokasi umum yang relatif kecil dan juga karena mekanisme alokasi dana alokasi umum yang diprioritaskan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan desentralisasi, dengan demikian dana alokasi umum yang digunakan untuk membiayai belanja modal relatif dibatasi. Berdasarkan pada hasil analisis serta kesimpulan yang telah diuraikan, maka saran yang dapat diberikan dari aspek teoritis yaitu diharapkan dapat menambah variabel atau mengganti dengan variabel lain yang dapat mempengaruhi belanja modal. Perluasan ruang lingkup objek penelitian yang dijadikan sampel, dengan menambah jumlah sampel maupun mengganti dengan populasi lain yang jumlah sampelnya lebih banyak. Sedangkan saran dari aspek praktis yaitu bagi pemerintah daerah Kab/Kota di Bandung Raya adalah diharapkan dapat terus melaksanakan program pemanfaatan potensi daerahnya masing-masing untuk meningkatkan pendapatan asli daerah, serta tidak terus mengandalkan dana alokasi umum untuk membantu belanja daerah. Daftar Pustaka : [1] Ghozali, Imam. (2007). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Progran SPSS. Semarang : Universitas Diponegoro. [2] Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Progran IBM SPSS 21. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. [3] Glossary of Terms http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/2262711176706430507/3681211-1180923540599/EN_terms.pdf [diunduh 1 Februari 2015]. [4] Ismail, Heldy. (2013). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal pada Kabupaten Gorontalo.Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Vol.1 No.1. [5] Istilah APBN, Terms used in Indonesia Budget http://www.blog.jtc-indonesia.com/2010/05/singkataninggris-indonesiaenglish.html [diakses 1 Februari 2015] [6] Mawarni. Darwanis.dan Syukriy Abdullah. (2013). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal serta Dampaknya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Studi pada Kabupaten dan Kota di Aceh).Jurnal Akuntansi, Vol.2 No.2. [7] Nuarisa, Sheila Ardhian. (2013). Pengaruh PAD, DAU, dan DAK terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.Accounting Analysis Journal 2 (1), 89-95. [8] Pelealu, Andreas Marzel. (2013). Pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Modal Pemerintah Kota Manado Tahun 2003-2012. Jurnal EMBA, Vol.1 No.4. [9] Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan [diunduh 10 Februari 2014]. [10] Sanusi, Anwar. (2011). Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta : Salemba Empat. [11] Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. [12] Uhise, Stepvani. (2013). Dana Alokasi Umum (DAU) Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara dengan Belanja Modal sebagai Variabel Intervening.Jurnal EMBA, Vol.1 No.4. [13] Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah [diunduh 22 Februari 2014]. [14] Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah [diunduh 22 Februari 2014]. [15] Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah [diunduh 9 Januari 2014].
8