1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Provinsi Kepulauan Riau terbentuk berdasarkan Undang - Undang Nomor 25 tahun 2002 merupakan Provinsi ke-32 di Indonesia yang mencakup Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Lingga. Provinsi Kepulauan Riau secara administratif, pada tahun 2008 mengalami pemekaran wilayah, dimana berdasarkan UU No.33/2008 Kabupaten Natuna dibagi menjadi Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas. Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi yang terdiri dari beberapa pulau besar dan pulau-pulau kecil. Data badan pusat statistik provinsi kepulauan riau (BPS, 2012) Jumlah pulau di provinsi Kepulauan Riau 1.795 buah pulau, dimana 304 pulau sudah berpenghuni dan 1.401 pulau belum berpenghuni. Jarak antara pulau yang satu dengan pulau yang lainnya terpaut jauh terutama untuk pulau-pulau besar yang sudah berpenghuni membuat jalur transportasi barang semakin sulit.
Gambar 1.1. Jumlah pulau menurut kabupaten/kota (BPS KEPRI, 2012)
2
Tabel 1.1 Jarak antara Kota Batam dengan Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau (BPS KEPRI, 2012)
Dari sisi aktivitas distribusi komoditi pangan di Provinsi Kepulauan Riau. Hal - hal yang mempengaruhi rantai pasok komoditi pangan yaitu : 1. Karakteristik daerah terdiri dari beberapa pulau, dimana jarak antar pulau terpaut jauh membuat alur ditribusi pada tahapan rantai pasok (supply chain) komoditi pangan di Provinsi Kepulauan Riau menjadi panjang karena menghubungkan dari satu pulau ke pulau lain. 2. Provinsi Kepulauan Riau yang terdiri dari 95% lautan dan 5% daratan dari total luas seluruh Provinsi Kepulauan Riau maka faktor iklim akan mempengaruhi terhadap kelancaran alur distribusi produk komoditi pangan. Seperti terjadinya musim utara yang diikuti oleh gelombang yang tinggi. Apabila gelombang laut tinggi maka pelayaran tidak bisa ditempuh oleh kapal kecil sehingga harus ditempuh oleh kapal besar. Penjelasan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam (antarakepri.com, 2014). Berdasarkan badan pusat statistik Provinsi Kepulauan Riau (BPS, 2012 dan 2013), bahwa ketersediaan komoditi bahan pangan perlu mendapat perhatian dikarenakan tidak seimbangnya antara produksi bahan pangan di dalam Provinsi Kepulauan Riau dengan pasokan kebutuhan bahan pangan dari luar Provinsi Kepulauan Riau. Hampir seluruhnya dari total kebutuhan komoditi bahan pangan di Kepulauan Riau didatangkan dari luar Provinsi Kepulauan Riau. Terutama
3
produk - produk yang bersifat mudah rusak dan jumlah produksi untuk kebutuhan dalam daerah sendiri yang sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Hal ini tersaji pada tabel 1.2 dan tabel 1.3. Tabel 1.2 Ketersediaan pangan beberapa komoditi di Kepri (BPS KEPRI, 2012)
Tabel 1.3 Produksi tanaman sayuran semusim tahun 2013 (BPS KEPRI, 2013) No
Komoditi
Produksi (ton)
1
Bawang Merah
0
2
Wortel
0
3
Tomat
4
Petsai/Sawi
42,748.00
5
Kacang Panjang
47,283.00
6
Kangkung
65,617.00
7
Mentimun
73,002.00
1,581.00
Sebagai contoh komoditi pangan jenis cabe merah, harga cabe merah di pulau Batam Rp 28.000,- sedangkan harga cabe merah di pulau Bintan Rp 36.000,-. Terdapat selisih harga antara pulau Batam dengan pulau Bintan. Contoh lain untuk harga komoditi pangan dalam satu daerah yaitu di kota Tanjungpinang terdapat pada lampiran 4. Masalah akan timbul ketika produk tersebut merupakan produk yang tidak tahan lama (perishable) atau cepat sekali rusak jika disimpan tanpa perlakuan dan penanganan khusus serta memiliki rantai pasok (supply chain) yang panjang. Kualitas dari produk akan menurun signifikan sepanjang rantai pasok. Pada lampiran 4 dapat dilihat bahwa hampir semua produk yang tergolong produk mudah rusak mengalami fluktuasi harga terutama produk produk dalam kelompok sayur - sayuran.
4
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi rantai pasok komoditi pangan seperti jalur distribusi yang panjang dan faktor iklim. Hal ini akan mempengaruhi harga suatu komoditi pangan antara satu pulau dengan pulau yang lainnya, mulai dari produsen hingga ke konsumen akhir setelah melalui tahapan pada supply chain. Penelitian ini dilakukan untuk pemetaan proses supply chain produk yang mudah rusak (perishable) dan mencari besarnya nilai tambah di masing-masing pelaku supply chain.
1.3.
Batasan Masalah Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa batasan sebagai
berikut : a. Penelitian dilakukan di Provinsi Kepulauan Riau, yang meliputi daerah penelitian adalah Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kabupaten Lingga, Kabupetan Kepulauan Anambas dan Kabupeten Natuna. b. Penelitian ini difokuskan kepada produk komoditi pangan yang merupakan produk yang mudah rusak (perishable) serta memiliki life cycle yang pendek. c. Jenis produk yang akan diteliti adalah produk cabe merah, bawang merah telur, tomat, dan wortel. Dasar dari pemilihan produk ini adalah dari sisi produksi di dalam provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat pada tabel 1.2 dan tabel 1.3. Pada tabel 1.2 terlihat bahwa produksi cabe secara keseluruhan tidak dapat memenuhi ketersedian atau kebutuhan selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 dan begitu juga dangan komoditi telur. Pada tabel 1.3 untuk komoditi bawang merah dan wortel produksi didalam daerah tidak ada sama sekali serta komoditi tomat produksinya tergolong kecil dibandingkan dengan produksi komoditi petsai/sawi, kacang panjang, kangkung dan ketimun.
5
1.4.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : a. Pemetaan proses supply chain produk yang mudah rusak (perishable) yaitu produk cabe merah, bawang merah, telur, tomat, dan wortel. b. Menghitung nilai tambah dari sisi harga dan cost pada masing - masing pelaku supply chain pada produk cabe merah, bawang merah, telur, tomat, dan wortel.
1.5.
Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah pengetahuan tentang nilai tambah pada rantai pasok produk mudah rusak (perishable) cabe merah, bawang merah, telur, tomat, dan wortel dan ketersediaan supply produk dengan harga yang terjangkau serta kualitas yang baik diprovinsi Kepulauan Riau.