IATMI 2005-50 PROSIDING, Simposium Nasional Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) 2005 Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, 16-18 November 2005.
KORIDOR ETIKA KONSULTAN TEKNIK PERMINYAKAN Supomo M. Atmodjo, Doct-Ing. dan Asep K. Permadi Ph.D.; Teknik Perminyakan ITB
Tentunya prosedur yang bagus harus memperhitungkan dengan cermat berba-gai hal yang tidak dapat diramalkan, yang bisa memelesetkan pelaksanaan pengembangan lapangan, operasi dan kelakuan produksinya dari rancangan semula. Bisnis migas selama ini dibayang-bayangi harga (minyak mentah) yang sukar diramal (volatile) maupun pera-malan geologis, yang pada gilirannya mengundang tantangan ketepatan peni-laian dengan metoda penilaian yang paling maju sekalipun. Sampai saat ini belum ada satu patokan klasifikasi cadangan yang dise-pakati secara bulat dikalangan antar bangsa. Sulitnya menjawab masalah ini karena menyangkut campur aduknya berbagai aturan dan regulasi, perkiraan geologi serta bervariasinya budaya korporat yang kait mengkait dengan harga komoditas yang selalu berubah-ubah, laju produksi maupun biaya operasi yang kompleks. Disinilah terpanggil peran etika profesi ahli perminyakan dan budaya korporat, paling tidak pada sisi membu-kukan besaran cadangan.
Pengantar. Lonjakan harga minyak mentah dunia dari tingkat US $ 25 – 30 an pada tahun 2003 menjadi sekitar US $ 60 – 65 an (gambar 1) dewasa ini menimbulkan dampak yang luar biasa pada berbagai bidang kehidupan, termasuk juga memunculkan berbagai gejolak yang aneh aneh pada tatanan bisnis migas yang umum dikenal selama ini. Mensitir pendapat beberapa filosof yang kurang lebih menyatakan bahwa pada situasi yang normal, norma dan etika bersandar pada tata nilai (values) yang kurang lebih hampir seragam dipahami dan dimaknai bersama oleh para aktor yang bersangkutan (barangkali analog dengan istilah “wajar” vs “tidak wajar” atau “pantas” vs “tidak pantas”). Justru dalam situasi yang luar biasa, keseragaman tersebut dapat terusik dan bahkan bisa saja memunculkan kesepakatan tata nilai (values) yang baru. Tulisan berikut mengurai masalah tersebut, menyegar-kan kembali pemahaman arti kewajaran dan tata nilai yang berlaku pada situasi “normal” yang berlaku selama ini dalam tatanan bisnis migas. Pada dasarnya istilah penilaian harta benda migas (petroleum property valua-tion) berkaitan dengan prosedur analitis yang dipakai untuk mengkaji nilai komersial lapangan migas. Kajian ini dimaksudkan untuk digunakan oleh para pembeli dan penjual serta berbagai pihak lain yang terkait seperti penyandang dana, para birokrat regulator maupun pejabat penilai pajak. Kajian ini dimaksudkan untuk membuat perkiraan nilai pasar yang wajar dan adil tentang deposit migas bawah tanah yang tentunya langsung berkaitan dengan nilai akhir (ultimate) pengambilannya dimasa depan. Disini muncul berbagai ketidak pastian karena berbagai faktor risiko seperti faktor geologi, engineering maupun faktor ekonomis, sebagaimana diskemakan dengan sederhana pada gambar 2.
Paradigma bisnis perminyakan 6 Alur kerja (work flow), valuasi dan simpul keputusan (decision). Bisnis migas secara spesifik tidak lepas dari urusan eksploitasi (yaitu pengembangan) lapangan atau reservoir. Kegiatan ini terkait dengan berbagai aspek bisnis seperti aspek legal, eko-nomi, teknologi serta dampak terhadap lingkungannya dipermukaan, disamping reservoir bawah tanah sebagai objek bisnis utamanya (Gambar 3). Akibatnya, keputusan untuk mengembangkan suatu lapangan / reservoir memerlukan strategi tertentu agar diperoleh keuntungan ekonomi sebesarnya-besarnya. Setelah pertimbangan pertimbangan masalah -masalah yang bersifat makro (misalnya masalah dampak lingkungan dan aspek legal), maka pertimbangan selanjutnya menyangkut masalah spesifik dan 1
•
teknis yang berkaitan dengan reservoir nya (Gambar 4). Kajian pengembangan lapangan dapat bervariasi berdasarkan waktu penger-jaannya (atau beban kerjanya) maupun berdasarkan kompleksitas pekerjaannya. Suatu reservoir pada dasarnya meng-alami “siklus hidup” seperti ditunjukkan pada gambar 5. Terkait dengan siklus hidup reservoir tersebut maka suatu kajian yang pendek dapat berupa evaluasi prospek atau studi deliver-abilitas reservoir. Studi ini biasanya dilakukan ketika data yang berkaitan dengan deskripsi reservoir sangat terbatas dan belum ada data sejarah pro-duksinya yaitu ketika pengembangan reservoir baru mencapai tahap delineasi. Sedangkan kajian pengembangan yang bersifat moderat dapat berupa kajian ketika peta geologi dan sifat fisik reservoir yang rinci serta data sejarah produksi sudah tersedia yaitu setidaknya pengembangan reservoir sudah menca-pai tahap primary Selanjutnya, studi production................... yang paling panjang dan kompleks dapat berupa studi pengembangan lanjut (advanced). Dalam jenis studi ini, biasanya karakterisasi fluida dan batuan reservoir sudah tersedia lengkap dan model geologi serta sejarah sumur yang lebih kompleks sudah ada datanya. Dalam setiap tahap atau tingkat studi pengembangan lapangan tersebut di atas, kegiatan yang dilakukan selalu melibat-kan pemodelan reservoir. Pemodelan reservoir ini pada mulanya hanya meru-pakan perhatian yang melibatkan para peneliti di laboratorium saja. Namun saat ini, kegiatan tersebut dilakukan secara rutin oleh para ahli teknik reservoir di lapangan. Sayangnya, belum ditemukan metodologi yang bersifat umum dan / atau standar dalam literatur. Yang telah banyak dibahas hanya terbatas pada pemodelan matematis, studi kasus, pengalaman lapangan, dan masalah-masalah yang timbul yang pada umumnya berkaitan dengan lapangan tertentu. Oleh karenanya, pemodelan reservoir menjadi sulit untuk diukur derajat ”kebenaran” atau ketepatannya.
Ini merupakan pengantar hu-bungan antara risiko teknikal dengan risiko finansial. • Ini dapat menjadi parameter komunikasi antar berbagai sistem pengkategorian, dengan hirarki dalam skema keteknikan, ekono-mik, finansial dan pandangan kedepan sebagaimana diskemakan pada gambar 6. Dua kutipan berikut menyegarkan kembali pemahaman kita tentang definisi cadangan dari dua institusi yang banyak dirujuk :
6 Titik rawan, ketidak pastian, risiko dan metoda jalan keluarnya.
•
SEC reserves definition (1978) : “Proved oil and gas reserves are estimated quantities of crude oil, natural gas, and natural gas li-quid which geological and engi-neering data demonstrate with reasonably certainty to be reco-verable in future years from known reservoirs under existing economic and operating condi-tions, i.e. prices and costs as of the date the estimate is made. Prices include consideration of changes in existing prices pro-vided by contractual arrangements, but not on escalations based upon future conditions.”
•
SPE reserves definitions (1997 and further up-dated in 2000 in conjuction with WPC and AAPG) uses a ‘probabilistic’ approach to arrive at ‘proven’, ‘probable’ and ‘possible’ reserves estimates. Probabilistic - geological, engineering and economic data are used to generate a range of reserves estimates with asso-ciated Economic probabilisties. definition - should include relevant historical pe-troleum prices and associated costs and may involve an aver-ageing period that is consistent with the purpose of the reserve estimate, appropriate contract obligations, corporate proce-dures, and government regu-lations.
Dari dua panduan tersebut terlihat beberapa contoh titik rawan (crucial problems), misalnya :
Mengapa perkiraan cadangan perlu disepakati kategorinya; barangkali bebe-rapa alasannya antara lain :
•
2
bahwa SEC bersandar pada cadangan terbukti (proven reserves), sehingga
•
wajar jika ada penurunan nilai cadangan terbukti berdasarkan data teknis sekalipun akan dipandang seba-gai kehilangan (lost). •
•
•
bahwa bisa saja dilakukan revisi cadangan dengan menambahkan sebagian cadangan dari kategori mungkin (probable) ke cadangan terbukti (proven) jika ada tam-bahan data teknis baru yang mendukung, tetapi karena istilah itu tidak dikenal pada pengkate-goriannya, dapat menimbulkan masalah yang krusial.
• •
Tantangan kompleksitas permasalahan dan perkembangan teknologi eksplorasi dan eksploitasi
bahwa untuk ukuran cadangan besar yang memerlukan penyan-dang dana antar bangsa, masing masing korporat yang terkait terikat pada panduan baku yang berlaku di negara nya masing masing; lain halnya dengan cadangan yang berukuran relatip kecil dengan skala bisnis kecil pula kadang-kadang cukup bersandar kepada penyandang dana nasional dan bahkan lokal.
•
bahwa kelaziman yang ada menggunakan perkiraan cadang-an terbukti (proven) dan mungkin (probable) untuk dasar pengam-bilan keputusan mengenai invest-tasi, perancangan infrastruktur, portofolio management, pinjam-an projek maupun penilaian ko-mersialitas, sebagaimana diske-makan pada gambar 7.
•
tidak lazim mencantumkan selang kesalahan (error bars) pada perhitungan cadangan.
•
tidak lazim pula mencantumkan analisa asumsi dan batasan yang dipakai dalam perhitungan.
6 Kompleksitas permasalahan hulu . Presence of reservoir facies . Effective source rock . Migration of hydrocarbon . Effective porosity . Presence of trap . Seal . Retention after accumulation 6 Kompleksitas permasalahan hilir Secara praktis pemodelan reser-voir saat ini masih mempunyai berbagai keterbatasan. Menurut Saleri dan Toro-nyi, beberapa kendala yang sering dite-mui diantaranya: (1) ketiadaan standar baku, (2) ketidak-unikan solusi model, dan (3) ketidakpastian dalam pemodelan. Menurut Saleri dan Toronyi, ke-tiadaan standar dipicu oleh situasi dima-na pemodelan reservoir umumnya bersi-fat khas untuk suatu lapangan ( specific problem). Ketiadaan standar baku dapat mengakibatkan keadaan yang lebih bu-ruk dimana ia dapat menyamarkan masa-lah sebenarnya yang sedang dipelajari atau, dengan kata lain, pertanyaan men-dasar dalam masalah yang sedang dikaji tidak terjawab sepenuhnya. Kajian lain-nya kemudian hanya akan mengikuti ”kebiasaan” (precedence) yang pernah dilakukan sebelumnya. Dalam hal ini, praktek pemodelan reservoir seperti itu hanya mengikuti ”rule of thumb” semata. Terkait dengan hal tersebut , muncul masalah ketidak-unikan solusi model. Umumnya, model reservoir yang sedang dikembangkan menghasilkan parameter yang tidak diketahui (un-known parameters) lebih banyak dari pada
Bagaimana jalan keluarnya ? Tentunya tidak serta merta pertanyaan ini dapat dijawab dengan tuntas, tetapi beberapa butir berikut barangkali dapat menjadi pematik diskusi lebih lanjut, seperti : •
langkah langkah metoda teknisnya seyogyanya bertumpu pada acuan baku dan dapat dirunut kembali perhitungannya (reproducible). harus memiliki sistem validasi yang konsisten. harus memiliki sistem peramalan ke masa depan yang teruji dan konsisten. harus memiliki struktur pelaporan yang konsisten pula.
data dan analisa teknikal yang disitir hendaknya konklusif dan tidak menimbulkan kerancuan (unambiguous).
3
parameter yang diketahui (known parameters). Akibatnya, deskripsi reser-voir yang berbeda dapat menghasilkan kinerja (history matching) yang sama. Ini akibat dari lebih banyaknya para-meter input yang tidak diketahui secara pasti (misalnya porositas, permeabilitas, dan sebagainya) dibandingkan dengan paramater input yang diketahui secara pasti (misalnya data produksi, tekanan reservoir, dan sebagainya). Hal yang ketiga adalah ketidak-pastian dalam pemodelan. Menurut Saleri dan Toronyi ketidakpastian ini timbul dari beberapa sumber, diantaranya: (1) data produksi dan reservoir, (2) solusi numerik, (3) scaled-up parameter reservoir, dan (4) deskripsi reservoir. Efek kumulatif dari keempat sumber ketidakpastian tersebut meng-akibatkan ketidakpastian hasil dari proses pemodelan reservoir. Oleh karena itu, salah satu prinsip dasar yang dianut dalam melaku-kan pemodelan reservoir saat ini adalah kesederhanan (simplicity). Terlepas dari derajat kompleksitas dari reservoir yang sedang dimodelkan, model yang seder-hana dapat memberikan indikasi kesa-lahan logika atau ketidakbenaran data yang digunakan dengan pelacakan yang dapat diterima dengan jelas oleh semua pihak yang terkait (pelaku konsultan maupun klien pemesan pelayanan). Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemodelan reservoir ditunjukkan pada gambar 9.
yang harus jelas formula maupun sumber referensinya, dilaku-kan dengan sarana yang jelas data teknisnya sehingga bila diperlu-kan verifikasi atau ada keraguan, maka pemrakarsa (klien) dapat merunut kembali (trace back) dengan mudah. Dari sisi ini kita lihat menonjolnya aspek sinergi antar berbagai disiplin yang terkait. Pencerahan harus menyadarkan kita semua bahwa masanya telah sampai pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu menjawab tantangan pemahaman objek alamiah (the nature of natural existance) dengan memadai bagi tujuan perancangan (disain) sarana buatan (man made engineering constructions) untuk sebesar-besar-nya manfaat eksploitasi jebakan migas. Ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sampai pada bentuknya sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi hambatan sarana komunikasi antar disiplin dalam bentuk pernyata-an kuantitatip; tetapi harus disadari pula makin pentingnya ada koridor etika yang jelas menyangkut peng-hormatan suatu disiplin terhadap disiplin lainnya (respect on part-icular disipline) terutama menyang-kut keluaran (output) dan lingkup dan jangkauan pertanggung-jawabannya. Benang merahnya adalah bukan masanya lagi ada super disiplin (baca ”super individu”) yang berada diatas disiplin lainnya dan merasa sudah credible dan paling bertanggungjawab terhadap hasil keluarannya. 6 Evaluasi kwalitatip Tulisan ini tidak bermaksud menggurui, tetapi sekedar menge-tengahkan cara pandang (approach) misalnya membagi permasalahan yang berkaitan dengan aspek legal, aspek finansial dan aspek keteknikan dalam tiga kategori sederhana, yaitu jebakan besar dan meli-batkan pendanaan antar bangsa, jebakan sedang dan kecil yang melibatkan penda-naan berskala nasional dan kategori lapangan tua dengan jebakan kecil dan marginal yang menjadi porsi pendanaan berskala nasional dan seringkali menarik minat pemain baru (new comers) dalam bisnis migas dalam POFD (Plan of
Koridor etika konsultan 6 Evaluasi kwantitatip Alur kerja sandaran evaluasi kwan-titatip diskemakan pada gambar 10. Pada dasarnya skema sederhana tersebut menampilkan 3 aspek mendasar yaitu : (1) adanya sumber data yang sahih (kesahihan ini menuntut pengendali-an kualitas = quality control yang mestinya dapat dibakukan), (2) hipotesa hipotesa, pemodelan alur pemikiran (school of tought ) dan interpretasi yang harus dapat dirunut referensinya, (3) penggarapan (treatments) menggunakan berbagai teknik dan metoda
4
further develop-ment), brownfields, ma-ture fields, rehabilitation, rejuvenation, stripper wells scratching, dsb.
dari tanggung-jawab ketidak tepatan hasil keluaran (output) nya. Disini terpanggil kebijakan niat dan keber-sihan hati kita masing masing dalam melakukan profesi konsultan ini ter-panggil. Koridornya adalah apakah mumpung belum tertata ini kita men-jajakan jasa konsultasi kita sampai (maaf) batas bawah atau menjaga kredibilitas dengan senantiasa men-junjung tinggi etika profesi dan me-nyampaikan hanya yang terbaik dari pengetahuan kita.
Kenyataan menunjukkan bahwa pada lingkungan bisnis yang sudah tertata, segmen kegiatan konsultan ini sudah ”dipagari” koridor baku pelakunya, termasuk didalamnya adanya pre-requisite sertifikat (”kelaikan ?”) bagi pelaku konsultan untuk menjalankan profesinya. Rentang tanggungjawabnya dalam lingkup legal, finansial dan keteknik-an dinyatakan jelas koridornya, rambu-rambunya maupun hukuman (penalty) nya. Sertifikat ini ada yang diatur oleh regulator (baca : ”pemerintah”) baik negara bagian maupun federal, atau organisasi profesi (semacam izin praktek dokter oleh Ikatan Dokter Indonesia disini) atau kalangan bisnis dan investor yang lebih umum (pasar modal, perbankan, pialang investasi, dsb.). Rasanya kita masih jauh dari kemapanan tersebut dan masih banyak ”pekerjaan rumah” yang harus ditata bersama oleh kesepa-haman semua pihak yang terkait demi mencapai kondisi yang lebih baik. Barangkali ada baiknya kita catat disini bahwa bagi kategori pertama diatas, pada umumnya terikat oleh tatanan yang sudah disepakati para pemain (perusahaan multinasional, lembaga pendanaan maupun investor dan pialang pada pasar modal kelas dunia) sehingga dalam prakteknya serifikat disini otomatis sudah mele-kat pada saat promosi seseorang me-nempati jabatan yang mengandung risiko diatas (misalnya pejabat ser-tifikator cadangan yang bertugas membukukan asset / cadangan perusahaan setiap tahun), begitu pula para spesialis ilmu kebumian / earth scientists (biasanya dikenal dalam jenjang profesional di perusahaan migas), dsb.
Kesimpulan dan saran •
•
•
6 Tanggung jawab maya berjangka panjang.
•
Mengapa maya ? Karena objeknya berada jauh dibawah tanah (untach-able), bandingkan dengan objek yang nyata nyata ada dipermukaan (bangunan gedung bertingkat, jem-batan, jalan, bendungan, dsb.), se-hingga dengan konotasi negatip nya, ada saja akal-akalan untuk mengelak
5
Cadangan migas berikut pengkajian eksploitasinya, sebagai objek utama konsultan teknik perminyakan berada jauh dibawah permukaan, tidak dapat disentuh (untachable), merupa-kan besaran dinamis yang ber-implikasi pada aspek legal, finan-sial, teknikal dan lingkungan, yang rawan terhadap berbagai ekses penilaiannya, terutama dalam konteks pertanggung-jawaban maya nya berjangka panjang yang etika dan standard nya belum tertata dengan mema-dai. Pelaksanaan sinergi dengan penghormatan antar disiplin (respect of particular disipline) yang benar dapat menjadi pe-nawar menghindari ekses negatif penilaian untuk tetap berada pada koridor konsultan sesaat maupun pertanggung-jawaban mayanya berjangka panjang. Pada sisi teknis lebih sempit, tidak ada panduan baku misalnya terhadap suatu pekerjaan simu-lasi reservoir, senantiasa tidak ada jawaban yang unik, sehingga bisa saja model yang berbeda memberikan hasil yang sama; disamping itu berbagai penye-suaian (ajustments) masih dapat dilakukan untuk mencapai kese-larasan (history matching) yang memadai. Untuk tetap berada pada koridor konsultasi yang memadai, keti-dak pastian diatas dapat diatasi dengan mengupayakan bahwa setiap pekerjaan konsultasi merupakan hasil asli (genuine), menyatakan hipotesa, pemodelan dan interpretasi dengan jelas, mudah dipahami oleh semua pihak yang terkait (klien) serta
•
menyertakan referensi baku yang telah dipublikasikan sebagai sumbernya, menyatakan teknik komputasi dan sarana yang dipa-kai dengan jelas sehingga bila diperlukan verifikasi dapat dilakukan penelusuran kembali (trace back) keluaran (output) yang dihasilkannya. Pencantuman nama dan identitas seluruh anggota team pada suatu hasil pekerjaan konsultasi ba-rangkali dapat membangkitkan rasa memiliki (sense of belong-ing) yang pada gilirannya dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab (sense of responsability) maupun dapat menggairahkan semangat menjaga nama baik (credibility) insitusi maupun pribadi pribadi anggota team.
2. Saleri, N.G. and Toronyi, R.M.: Engineering Control in Reservoir Simulation: Part II – General Methodology, Addendum to SPE 18305 (1986). 3. Saleri, N.G. and Toronyi, R.M.: Engineering Control in Reservoir Simulation: Part III – Examples, Addendum to SPE 18305 (1986). 4. Ballin, P.R., Aziz, K., and Journel, A.G.: Quantifying the Impact of Geological Uncertainty on Reservoir Performing Forecasts, SPE 25238 (1993). 5. Dandona, A.K., Alston, R.B., and Braun, R.W.: Defining Data Requirements for a Simulation Study, SPE 22357 (1992). 6. Suro-Pereze, V., Ballin, P.R., Aziz, K., and Journel, A.G.: Modeling Geological Heterogeneities and Its Impact on Flow Simulation, SPE 22695 (1991). 7. Satter, A. and Thakur, G.: Integrated Petroleum Reservoir Management, PennWell Publishing Co., Tulsa, OK, 1994.
Daftar Pustaka 1. Saleri, N.G. and Toronyi, R.M.: Engineering Control in Reservoir Simulation: Part I – Critique of Current Practices, SPE 18305 (1986).
6
Gambar 1 Fluktuasi harga minyak mentah dunia.
Gambar 2 Skema faktor risiko pada bisnis migas.
7
wf - W ater Saturation 0.70
0.65
0.60
0.55
0.50
0.45
0.40
0.35
0.30
0.25
0.20 01/01/1993 00:57:35
4383.0400 days
Reservoir
Pengembangan Lapangan
Business, political, environmental climate
Technology
Gambar 3 Pengembangan lapangan dan bisnis migas.
Pengembangan dan Strategi Pengembangan
Pertimbangan Lingkungan
Pengumpulan dan Analisis Data
Studi Geologi dan Pemodelan Reservoir
Perkiraan Produksi dan Cadangan
Kebutulan Fasilitas dan Peralatan
Optimisasi Ekonomi
Keputusan dan Persetujuan Manajemen Gambar 4 Alur program pengembangan reservoir (dimodifikasi sedikit dari Satter & Thakur).
10
Delineation
Discovery Exploration
Development Pengembangan Reservoir
Abandonment Tertiary Production
Primary Production
Secondary Production
Gambar 5 Siklus hidup reservoir (dari Satter & Thakur).
Gambar 6 Skema hirarki keteknikan, ekonomik, finansial dan pandangan kedepan dalam bisnis migas.
11
Gambar 7 Skema klasifikasi cadangan menurut SPE.
Gambar 8 Perkiraan cadangan bagi penilaian komersialitas.
12
Gambar 9 Langkah pemodelan reservoir (dari Saleri & Toronyi).
13
Gambar 10 Alur kerja evaluasi kuantitatif dalam pemodelan reservoir (dimodifikasi dari Saleri dan Toronyi).
14