KORELASI TINGKAT PEMAHAMAN KEAGAMAAN TERHADAP TOLERANSI (studi kasus masyarakat desa Kembangarum, kelurahan Dukuh, kecamatan Sidomukti kota Salatiga tahun 2010)
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh ROCHMADI 111 05 043 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
PERNYATAAN PENULIS Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: ROCHMADI
NIM
: 111 05 043
Progdi
: TAR/ PAI Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat boleh di publikasikan ke orang lain , guna
untuk menambah wawasan ataupun refrensi. Demikian pernyataan ini Saya tulis dengan keadaan sadar dan telah saya tambah dengan tanda tangan asli dari Saya pribadi.
Salatiga, 17 Oktober 2012
(Rochmadi)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan penelitian ini dapat kami laksanakan dan kami selesaikan sesuai rencana. Kita sebagai generasi muda islam dalam berperilaku harus sesuai dengan alQur’an dan as- Sunnah, maka penelitian ini kami beri judul “Korelasi Tingkat Pemahaman Keagamaan Terhadap Toleransi” dengan studi kasus masyarakat Desa Kembangarum, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga. Semoga ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dunia pendidikan dan masyarakat pada umumnya. Amin. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini tidak akan terwujud tanpa adanya pemberian kesempatan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis sampaikan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada : 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak serta Ibu yang tak henti-hentinya memberikan motivasi baik berupa material maupun spiritual. 3. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag yang sangat sabar dan teliti di dalam membimbing skripsi penulis. 4. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku kaprogdi PAI STAIN Salatiga. 5. Bapak Ustadz Hafidz, M.Ag selaku pengasuh Ma’had STAIN Salatiga yang telah membimbing dan memotivasi penulis semasa penulis memperdalam ilmunya si Ma’had STAIN Salatiga.
6. Seluruh saudara kandungku, kakak dan adik-adikku (rukiyanto, Darwati dan Bayu Aji Saputra) 7. Masyarakat Desa Kembangarum, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga sehingga peneliti bisa melakukan penelitian dengan baik dan lancar sampai selesai. 8. Seluruh teman ma’had STAIN Salatiga seperjuangan (M. Khooirul Muna, Ahmad Mahsun, Muadzib Mahasin, Samingan, Muhyidin Anwar, Muntaha Sl Misbah, dll) yang selalu mendukung penulis. 9. Teman-teman remaja Desa Pakopen, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. 10. Dan teman-teman yang mengenalku dan membaca tulisan ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masuh jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan adanya kritik, saran dan masukan yang dapat kami gunakan untuk menyempurnakan kegiatan penulisan hasil penelitian mendatang. Semoga Tuhan Yang maha Esa selalu memberikan rahmat, bimbingan dan petunjukkan kepada kita semua. Amin. Salatiga, 4 oktober 2010
Penulis.
ABSTRAK Rochmadi, 2010. Korelasi Tingkat Pemahaman Keagamaan Terhadap Toleransi (studi kasus masyarakat Desa Kembangarum, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga tahun 2010). Skripsi jurusan tarbiyah. Progran studi pendidikan agama islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Pembimbing: Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag,. Kata kunci : pemahaman keagamaan dan toleransi. Sebagai bangsa yang mempunyai multi agama, keanekaragaman perilaku dan adat istiadat membuat masyarakat Indonesia mempunyai watak yang dipengaruhi oleh agama yang mereka anut. Tetapi karena bangsa Indonesia menyadari nilai-nilai bangsa Indonesia dan nilai-nilai Pancasila beserta penjabarananya dalam UUD 1945, maka perbedaan agama bukanlah suatu hal yang merintangi dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pada dasarnya setiap agama menginginkan hal yang sama. Yaitu kedamaian dalam hidup pada suatu negara dan kebebasan dalam menganut serta menjalankan peribadatan dalam agamanya masing-masing. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan tidak bisa lepasa dari bantuan orang lain. Konsep islam mengenai sikap sosial sebagaimana disebutkan bahwa setiap muslim itu adalah saudara. Dipertegas lagi adalam sebuah hadis nabi adalkah sebaik-baik umat yang berbuat baik pada umat lainnya. Dari kedua konsep iaslam tersebut secara tegas bahwa syariat islam mengajarkan bersikap soaial dan seimbang antara sikap terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan sikap terhadap makhluknya. Akan tetapi idealismenya ajaran islam sering kali dalam terapannya menjadi di harmonisasai, dimana agama hanya dipersepsikan sebagai dimensi vertikal saja degan mengabaika dimensi horisontal. Rumusan masalah penelitian ini : (1) bagaimana variasi tingkat pemahaman tingkat keagamaan masyarakat Kembangarum Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti tahun 2010.; (2) untuk mengetahui variasi tingkat toleransi masyarakat Kembangarum Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti tahun 2010.; (3) untuk mengetahui tingkat korelasi pemahaman tingkat keagamaan masyarakat Kembangarum Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti tahun 2010. Proses pelaksanaan penelitian ini, renspondennya sebanyak 40 orang masyarakat Desa Kembangarum dan pengumpulan data meggunakan observasi dan interwiew. Sehingga hipotesis yang menyatakan tingkat pemahaman keagamaan ada korelasi terhadap toleransi masyarakat.
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................ i PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................... ii PENGESAHAN KELULUSAN ........................................ iii PERNYATAAN KEALIAN TULISAN ...........................
iv
MOTTO ................................................................ ...........
v
PERSEMBAHAN .............................................................
vi
KATA PENGANTAR ......................................................
vii
ABSTRAK .......................................................................
ix
DAFTAR ISI .....................................................................
x
DAFTAR TABEL .............................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................
4
C. Tujuan Penelitian ..................................................
4
D. Manfaat Hasil Penelitian ......................................
5
E. Hipotesis ..............................................................
5
F. Metode Penelitian ................................................
6
G. Definisi Operasional ............................................
7
H. Sistematika Penulisan Skripsi. .............................
11
BAB II LANDASAN TEORI A. Tingkat pemahaman keagamaan 1. Pengertian tingkat pemahaman keagamaan .....................
13
2. Agama dan pengaruhnya terhadap lingkungan ................
18
3. Agama dan kehidupan individu .......................................
21
4. Agama dan kehidupan masyarakat ..................................
22
5. Fungsi agama dalam masyarakat. ...................................
23
B. Pengertian toleransi 1. Prinsip-prinsip etika islam ........................ ......................
25
2. Moral dan etika ................................................ ...............
28
3. Moral dan akhlak ........................ ........................ ...........
29
4. Faedah mempelajari etika ........................ .......................
30
C. Korelasi tingkat pemahaman keagamaan terhadap toleransi BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Kondisi geografis, soaial budaya dan ekonomi. ........................
33
B. Proses terjadinya toleransi dalam kehidupan masyarakat Desa Kembangarum ........................ ................................................
36
C. Daftar nama responden ........................ ........................ ..............
38
D. Data hasil interview tingkat pemahaman keagamaan .................
40
E. Data hasil observasi / interview toleransi. ........................ ..........
43
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis data korelasi tingkat pemahaman keagamaan Terhadap toleransi ........................ ........................ .....................
46
DAFTAR TABEL
Tabel I
Data nama responden ……………………………………. 38
Tabel II
Data hasil interview tingkat pemahaman keagamaan ........ 40
Tabel III
Data hasil observasi / interview toleransi. ......................... 43
Tabel IV
Data nilai interview tingkat pemahaman keagamaan ........ 48
Tabel V
Data interval tingkat pemahaman keagamaan .................. 51
Tabel VI
Data nilai nominal tingkat pemahaman keagamaan .......... 53
Tabel VII
Data nilai komparasi tingkat pemahaman keagamaan ....... 56
Tabel VIII
Data komparasi tingkat pemahaman keagamaan ............... 58
Tabel IX
Data nilai interview toleransi ........................ .................... 61
Tabel X
Data nilai nominasi toleransi ......................... ................... 62
Tabel XI
Data prosentase nilai layanan toleransi .............................
Tabel XII
Data pengolahan korelasi tingkat pemahaman keagamaan terhadap toleransi .............................................................................
65
67
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Sebagai bangsa yang mempunyai multi agama, keanekaragaman perilaku dan adat istiadat membuat masyarakat Indonesia mempunyai watak yang dipengaruhi oleh agama yang mereka anut. Tetapi karena bangsa Indonesia menyadari nilai-nilai bangsa Indonesia dan nilai-nilai Pancasila beserta penjabarananya dalam UUD 1945, maka perbedaan agama bukanlah suatu hal yang merintangi dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pada dasarnya setiap agama menginginkan hal yang sama. Yaitu kedamaian dalam hidup pada suatu negara dan kebebasan dalam menganut serta menjalankan peribadatan dalam agamanya masing-masing Bhinneka tunggal ika merupakan semboyan negeri Indonesia yang menyatakan keanekaragaman orang, sosial, budaya agama dan lain-lain yang mengisis bumi pertiwi ini. Suatu konflik akan dekat kehadirannya dala suatu keragaman. Konflik mempunyai sisi negatis yang kental yang seyogyanya harus di hindari. Konflik dapat menimbuklan huru-hara dan kehancuran dimuka bumi ini. Toleransi datang sebagai obat untuk menghilangkan konflik. Toleransi antar umat beragama menjadi salah satu ciri utama negara Indonesia, disamping prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa dan gotong royong. Kita menyadari bahwa masalah kerukkunan umat beragama bukanlah jadi begitu saja, melainkan suasana yang terbentuk melalui rekayasa dalam proses
1
waktu yang panjang mengikuti irama dan gerak perubahan masyarakat. Masalah kerukunan juga buan merupakan suatu yang permanen sifatnya, melainkan suatu yang terkait dengan suasana batin manusia dari umat beragama itu sendiri. Suasana umat kerukunan umat beragama yang sudah terbentuk umpamnaya dapat saja berubah kepada keadaan sebaliknya apabila terjadi gangguan. (Harun Nasution 1985:23). Untuk itu, di dalam upaya menjaha kemantapan stabilitas kerukunan umat beragama, pentiinga adanya dialog antar umat beragama dalam arti seluas-luasnya agar teyap terpelihara suasana kerukunan yang mantap. Dialog dalam arti luas tidak saja dilakukan untuk meredam peistiwa kerusuhan yang ditimbulkan oleh masalah SARA dan lainnya, tetapi berkaitan juga dengan penggalian dan perumusan konsep-konsepnya dilakukan oleh para ahli dengan disiplin ilmu maupun para agamawan tentang kerukunan berdasarkan ajaran-ajara agamanya. (Harun Nasution 1985:23). Untuk itu menjadi tugas kita semua dalam mengupayakan secara jujur dan ikhlas, semua pihak umat beragama harus melmulai terlaksananya praktekpraktek sosial dalam kehidupan bermasyarakat untuk mencapai kerukunan yang hakiki antar umat beragama, bersatu dan kuat dalam menghadapi berbagai tentangan dan ronrongan dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab dimana pihak itu ingin melihat kerukunan terjadi pada tempat tertentu atau untuk kepentingan pribadi atau kelompok saja. (Harun Nasution 1985:23). Wajah ajaran islam
menyimpulkan
adanya
perintah
“wa‟tasimu
bihabluminAllah wa habluminannas”. Yang mengandung arti bahwa islam
2
menganjurkan adanya harmonisasi-harmonisasi antara dimensi vertikal agama sekaligus dimensihorisintal dalam kehidupan masyarakat islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan tuhan kepaa masyarakat melalui nabi muhammad Saw sebagai rasul. Islam pada hakikatnya membawa ahjaran-ajaran bukan hanya mengenai satu segi tetapi mengenai beberapa segi kehidupan manusia (Harun Nasution 1985:24). Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan tidak bisa lepasa dari bantuan orang lain. Konsep islam mengenai sikap sosial sebagaimana disebutkan bahwa setiap muslim itu adalah saudara. Dipertegas lagi adalam sebuah hadis nabi adalah sebaik-baik umat yang berbuat baik pada umat lainnya. Dari kedua konsep islam tersebut secara tegas bahwa syariat islam mengajarkan bersikap sosial dan seimbang antara sikap terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan sikap terhadap makhluknya. Akan tetapi idealismenya ajaran islam sering kali dalam terapannya menjadi di harmonisasai, dimana agama hanya dipersepsikan sebagai dimensi vertikal saja degan mengabaikan dimensi horisontal. (Harun Nasution 1985:24). Sedangkan G.W. Allport mengatakan bahwa pengalaman mistik yang sering kali dipandang sebagai pencapaian tertinggi dari suatu cita-cita atau tujuan keagamaan tidak dengan sendirinya sebagai suatu tanda kematangan (maturitas agama). Sehubungan dengan hal ini, diungkapkan pendapatnya Amin Rais dan Amin Abdullah dalam seminar dengan tema senrel tauhid sosial di UMY, mengatakan bahwa tauhid sosial yaitu menguratkan adanya kewajiban penegakan
3
keadilan sosial harus pula memperkuat kesadaran etis disamping kesalahan pribadi (D. Islamiyah, 1996:9). Begitu baiknya agama islam yang mengatur segalanya sampai pada tingkat toleransi bagi pemeluk agama, realitas di lapangan masih banyak ditemukan siswa sekolah yang tingkat keberagamaanya tinggi belum memiliki tingkat toleransi yang tinggi pula. Akan tetapi sebaliknya semakin tinggi tingkat keberagamaannya semakin tidak toleran. Dari uraian di atas, penulis terdorong untuk meneliti mengenai “KORELASI TINGKAT PEMAHAMAN KEAGAMAAN TERHADAP TOLERANSI“ masyarakat Desa Kembangarum, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga tahun 2010. B. RUMUSAN MASALAH Mengacu pada latar belakang masalah, dapat dirumuskan pokok-pokok masalah penelitian ini antara lain : 1. Bagaimana variasi
tingkat pemahaman tingkat keagamaan masyarakat
Kembangarum Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti tahun 2010? 2. Bagaimana variasi tingkat toleransi masyarakat Kembangarum Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti tahun 2010? 3. Bagaimana
korelasi
pemahaman
tingkat
keagamaan
masyarakat
Kembangarum Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti tahun 2010? C. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui variasi tingkat pemahaman tingkat keagamaan masyarakat Kembangarum Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti tahun 2010
4
2. Untuk mengetahui variasi tingkat toleransi masyarakat Kembangarum Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti tahun 2010.; 3. Untuk
mengetahui
tingkat
korelasi
pemahaman
tingkat
keagamaan
masyarakat Kembangarum Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti tahun 2010. D. MANFAAT HASIL PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi yang jelas tentang ada tidaknya korelasi antara tingkat pemahaman keagamaan terhadap toleransi. Dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun teoritis, yaitu : 1. Secara praktis, apabila ternyata ada korelasi, hal ini berarti terutama bagi diri khususnya dapat memperoleh pemahaman tentang betapa pentingnya tingkat pemahaman keagamaan korelasinya terhadap sikap toleransi, sehingga dengan ini guru akan senantiasa membangkitkan semangat keberagamaan dalam diri muridnya. 2. Secara teoritik, dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan pendidikan pada umumnya, khususnya dalam khasanah dunia pendidikan islam yang diperoleh dari penelitian lapangan. E. HIPOTESIS Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar atau mungkin salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkan (Suharsimi Arikunto,1999:67).
5
Sedangkan menurut penelitian penulis, hipotesis adalah anggapan dasar atau kesimpulan awal terhadap masalah penelitian yang mungkin benar atau salah. Hipotesis ini akan diterima jika benar dan ditolak jika salah, berdasarkan asumsi atau anggapan tersebut maka hipotesis dikemukakan bahwa “adanya korelasi pemahaman tingkat keagamaan terhadap toleransi. F. METODE PENELITIAN Dalam pembahasan metodologi dibahas beberapa komponen yang meliputi populasi, sampel, variabel penelitian dan difinisi operasional. 1. Populasi dan sampel Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto,1999:67). Sedangkan menurut Sutrisno Hadi, populasi adalah semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan
yang diperoleh dari sampel itu hendak
digeneralisasikan disebut populasi atau universe (Sutrisno Hadi,1987:31). Adapun pengertian sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diselidiki (Suharsimi Arikunto,1999:177). Berdasarkan pendapat diatas, populasi adalah seluruh individu atau pendidik dalam wilayah penelitian yang nantinya akan dikenai hasil penelitian. Populasi ini mencakup masyarakat di Desa Kembangarum Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti tahun 2010, yaitu jumlah warga sedangkan sampelnya adalah 25 % dari populasi. 2. Variabel penelitian. Penelitian ini memfokuskan dua variabel, yaitu tingkat pemahaman keagamaan
sebagai
variabel
pertama
Kembangarum sebagai variabel kedua.
6
sedangkan
toleransi
di
Desa
G. DEFINISI OPERASIONAL Untuk menghindari timbulnya beragai persepsi yang keliru dalam penggunaan kata pada judul dan untuk membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, perlu penulis jelaskan kata kunci yang terkandung dan menjadi variabel penelitian. Istilah uang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut : a. Korelasi Korelasi berarti hubungan timbal balik, saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Dimaksudkan hubungan antara tingkat pemahaman keagamaan terhadap toleransi dalam suatu masyarakat. b. Pemahaman Dalam kamus besar bahasa Indonesia pemahaman berasal dari kata paham yang mendapatkan imbuhan awalan pe dan akhiran an yang berarti mengetahui secara keseluruhan. Dimaksudkan sejauh mana responden dalam pemahaman keagamaan yang dia miliki. c. Keagamaan Menurut GW Allport bahwa perasaan agama yang matang (maturitas) dalam pribadi seseorang adalah sebagai suatu sifat yang menanggapi dengan senang dan dengan cara yang sudah menjadi kebiasaan pada objek dan prinsip-prinsip konseptual yang dipandang seseorang sebagai yang sangat penting di dalam kehidupannya yang berkaitan dengan apa dan yang dipandang sebagai yang tetap dan sentral dalam hakikat segala sesuatu (D. Islamiyah, 1996:09). d. Toleransi
7
Kata toleran berarti sikap kepedulian, sikap menghargai dan menghormati perasaan orang lain serta dapat menempatkan diri pada situasi yang di alami orang lain sehingga dapat ikut merasakannya dan dengan tindakan sebagai perwujudannya. Secara kongkrit sikap toleransi yang dimaksud dalam judul penelitian ini adalah perbuatan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kembangarum sebagai perwujudan kepekaan sosialnya dalam lingkungan masyarakat. Untuk mengetahui toleransi penulis menentukan indikator sebagai berikut : 1. Masyarakat lebih mengutamakan kepentingan kelompok dari pada kepentingan pribadi 2. Masyarakat selalu peka terhadap lingkungan dan teman di kehidupan bermasyarakat. 3. Masyarakat yang selalu menghargai pendapat orang lain di masyarakatnya 4. Masyarakat yang selalu membantu dengan tetangganya dalam kehidupan bermasyarakat yang membutuhkan. 5. Masyarakat yang selalu peduli dengan keadaan tetangganya di kehidupan bermasyarakat. 6. Masyarakat yang selalu menghargai dan menghormati sesama anggota masyarakat. 7. Masyarakat menghindari dan menerima bahwa perbedaan itu suatu anugerah Allah sehingga idak perlu untuk dipertentangkan.
8
e. Tingkat pemahaman keagamaan masyarakat. Untuk mengukur tingkat pemahaman keagamaan masyarakat, ditentukan indikator sebagai berikut : 1. Masyarakat melaksanakan sholat wajib berjamaah 2. Masyarakat yang sering melaksanakan sholat-sholat sunnah 3. Masyarakat yang melakukan puasa sunah 4. Masyarakat yang sering menghadiri pengajian atau majlis ta‟lim 5. Masyarakat setelah melaksanakan sholat melaksanakan dzikir dan bermunajad kepada Allah SWT 6. Masyarakat yang sering membaca Al Qur‟an 4. Teknik Pengumpulan data Untuk
mengumpulkan
data
yang
mendukung
penelitian
ini
penulis
menggunakan teknik : 1) Teknik angket Teknik angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 1999:140). 2) Teknik observasi Istilah observasi sering diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki (Departeman Pendidikan dan Kebudayaan,1987:137). Penulis menggunakan teknik pengumpulan data ini tentang sikap toleransi masyarakat di Desa Kembangarum.
9
3) Teknik wawancara Wawancara
digunakan
untuk
memperoleh
data
penunjang
yang
menguraikan secara sekilas gambaran global masyarakat di Desa Kembangarum, sekaligus cros cheking atas data yang diperoleh dari angket. 4) Analisis data Setelah data terkumpul, penulis gunakan teknik analisa diskriptif, yaitu data yang dikimpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan dianalisa dengan teknik prosentase untuk mengukur frekuensi gejala yang muncul. Pada analisis selanjurnya penulis gunakan teknik statistik. Untuk mencari atau tidaknya korelasi tingkat pemahaman keagamaan terhadap toleransi masyarakat Desa Kembangarum, dengan teknik statistik produk moment :
rxy
N xy x y N x 2 x2 N y 2 y 2
keterangan : rxy : koefisien antara varable x dan y xy
: perkalian antara x dan y
x2
: variabal pengaruh
y2
: variabel Terpengaruh
N
: jumlah sampel yang dimiliki
∑
: sigma (jumlah)
10
Jika diketahui rxy maka dilakukan dilakukan analisa uji hipotesis, sehingga hipotesis yang dikemukakan dapat diterimat diterima atau di tolak.
H. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI. Dalam penulisan skripsi ini, terdiri dalam lima bab yang dapat dijelaskan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bab 1 pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, hipotesis, metodologi penelitaian dan sistematika penulisan skripsi. BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab II landasan teori ini diuraikan sebagai pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian kemungkinan adanya korelasi terhadap sikap toleransi sera bentuk-bentuk indikasi pengaruh tingkat kegberagaman. Adapun isi dari bab II berisi tentang penjelasan dari pengertian tingkat pemahaman keagamaan, pengertian toleransi dan hubungan tingkat pemahaman keagamaan terhadap toleransi. Diuraikan juga mengenai teori-teori yang berhubungan dengan tingkat pemahaman keagamaan, tidak ketinggalan diuraikan pula mengenai teori mengenai toleransi antara tingkat pemaaman keagamaan terhadap tolerandi. BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN Pada bab III ini akan dilaporkan hasil pengumpulan data yang berkaitan dengan variabel penelitian, yakni data mengenai tingkat pemahaman keagamaan serta
11
toleransi masyaraka di Desa Kembangarum, juga dilaporkan beberapa hal mengenai lembaga pendidikan yang dijadikan sebagai tempat penelitian, baik itu situasi masyarakat serta kegiatan yang lain. BAB IV ANALISIS DATA Pada bab IV analisis data ini, akan dilakukan analisis terhadap data yang terkumpul dengan pentahapan, klasifikasi data, tabulasi data, penghitungan frekuensi dan presentase untuk menjaab terhadap pokok masalah pertama dan kedua. Sedangkan untuk menjawab pokok masalah yang kedua. Sedangkan untuk menjawab pokok masalah yang ketiga yaitu ada tidaknya korelasi tingkat pemahaman keagamaan terhadap toleransi masyarakat di Desa Kembangarum, dengan menggunakan analisis statistik humus koefisien kontingensi. BAB V PENUTUP Merupakan bagian akhir penulissan skripsi, akan diuraikan mengenai kesimpulan akhir dan hasil penelitian. Saran-saran yang berhubungan dengan penelitian dari pihak-pihak terkait dari subjek penelitian.
12
BAB II LANDASAN TEORI
A. TINGKAT PEMAHAMAN KEAGAMAAN 1. Pengertian tingkat pemahaman keagamaan Pemahaman kegagamaan disini mengandung pengertian bahwa sampai simana kemampuan seseorang untuk mengenali atau memahami nilai agama yang mengandung nilai-nilai luhurnya serta mempraktikkan nilai-nilai tersebut dalam bersikap dan bertingkah laku. Hal ini akan terlihat dari kemampuan seseorang untuk memahami, menghayati dan mengaplikasikan nilai-nilai luhur agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari. Ia menganut agama karena menganut keyakinan agam tersebutlan yang terbaik karena itu ia berusaha menjadi penganut yang baik. Keyakinan itu dotampilkannya
dalam
dikap
dan
tingkah
laku
keagamaan
yang
mencerminkan ketaatan terhadap agamanya. Agama sering dipraktikkan hanya menyangkut hubungan vertikal dengan tuhannya. Sama sekali tidak berkaitan dengan persoalan sehari-hari. Dogmatisme dan ritualisme semata bukanlah pertanda “kebangkitan agama”karena ada yang amat menDesak masyarakat kita saat ini adalah nilai praktis dan aplikatif dari ajaran-ajaran agama tersebut. Tatkala sebuah konsepsi tentang agama tidak lagi punya makna, ia akan ditinggalkan dan diganti dengan ajaran yang baru. Citra agama harus selali di sesuaikan dengan perkembangan zaman, artinyaa setiap generasi harus melahirkan senduru
13
“agama yang layak” agar kehadirannya berarti jamnan atas kelangsungan kemanusiaan universal tanpa pandang bulu. Pada konteks inilha kita menaati perwujudann agama “autentik” yang senantiasa memberi jawaban mrmuaskan atas segala persoalan soaial yang melanda masyarakat. Dalam kehidupan kemasyarakatan banyak ditemukan mereka yang beragam itu dilatar belakangi oleh berbagai pengalaman agama serta tipe kepribadian masing-masing. Kondisi ini menrut temuan psikologi agama mempengaruh sikap keagamaan seseorang, dengan demikian pengaruh tersebut secara umum meberi ciri-ciri tersendiri dalam sikap keberagamaan masung-masing. Willian James melihat adanya hubungan antara tingkah laku keagaam seseorang dengan pengalaman keagamaan yang dimilikinya. Dalam bukunya “The Varieties of religious eksperience” menilai secara garis besarnya sikap dan perilaku keagamaan itu dapat dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu: (Dr. jalaludin,1966:109) a. Tipe orang yang sakit jiwa (the sick soul) 1) Tipe ini dilatar belakangi oleh faktor interen (dalam diri) adalah : (a) Tempramen Adalah unsur dalam membentuk kepribadian manusia sehingga dapat tercermin dari kehidupan kejiwaan seseorang. (b) Gangguan jiwa Tindak tanduk keagamaan dan pengalaman keagamaan yang dita,pilkan tergantung dari gejala gangguan juwa yang mereka hadapi.
14
(c) Konflik dari keraguan Konflik dan keraguan ini dapat mempengaruhi sikap seseorang terhadap agama seperti taat, fanatik hingga ke atcis. (d) Jauh dari tuhan Seseorang yang kehidupannya jauh dari ajaran ahama, lazimnya akan merasa dirinya lemah dan kehilangan pegangan saat mengahadapi cobaan. (Dr. Jalaludin,1996:110) 2) Ciri-ciri tindak keagamaan mereka yang mengalami kelainan kejiwaan itu pada umumnya menampilkan sikap: (a) Pesimis Dalam mengamalkan ajaran agama mereka cennderung untuk berpasrah kepada nasib yangtelah mereka terima (b) Introvert Sikap pesimis membawa mereka bersikap objektif, segala marabahaya dan penderitaan selalu dihubungkan dengan kesalahan diri dan dosa yang telah di perbuatnya. (c) Menyenangi paham ortodoks sebagai pengaruh sifat pesimis dan introvert kehidupan jiwanya menjadi pasih, sehingga mereka lebih menyenangi paham keagamaan yang lebuh konservatif dan ortodoks. (d) Mengalami proses keagamaan non graduasi Proses timbulnya keyakinan terhadap ajaran agama umumnya tidak berlangsung melalui prosedur yang biasa yaitu dari tidak tahu
15
menjadi tahu dan kemudian mengamalkan nya dalam bentuk amalan rutin yang wajar. Jadi timbulnya keyakinan beragama pada mereka ini berlangsung secara mendadak dan berubah tiba-tiba. 3) Faktor ekstern
yang diperkirakan turut
mempengaruhi sikap
keagamaan secara mendadak adalah : (a) Musibah Suatu musibah dapat menggoncangkan jiwa sering menimbulkan kesadaran pada diri manusia berbagai macam tafsiran, yaitu sebagai peringatan dari Tuhan kepada dirimya. (b) Kejahatan Munculnya perasaan berdosa, menyesal dan bertobat atas perbuatan jahatnya akan mendorong mereka untuk mencari penyaluran menurut penilaiannya dapat memberi ketentraman jiwa, yaitu kembali kepada agama sehingga akan menjadi penganut agama yang taat dan fanatic (Dr. Jalaludin, 1996:114)
b. Tipe orang yang sehat jiwa (healthy-Minded-Janes) 1) Ciri-ciri dan sifat agama pada orang yang sehat jiwa menurut W Starbuck yang dikemukakan oleh W.H. Clark dalam bukunya “Psychology of Religion” adalah : (a) Optimis dan gembira Orang yang sehat jiwa menghayati segala bentuk ajaran agama dengan perasaan optimis. Mereka beranggapan bahwa pahala
16
adalah sebagai hasil jerih payahnya yang diberikan Tuhan. Musibah dan penderitaan dianggap sebagai keteledoran dan kesalahan yang dibuatnya, bukan sebagai peringatan Tuhan. (b) Ekstovet dan tak mendalam Sikap optimis yang terbuka yang dimiliki orang sehat jiwa ini menyebabkan mereka mudah melupakan kesan-kesan buruk dan luka hati yang tergores sebagai akses agamis tindakannya. Mereka berpandangan keluar dan membawa suasana hatinya lepas dari kungkungan ajaran keagamaan yang terlampaui menjelimet. (c) Menyenangi ajaran ketauhidan yang liberal Sikap yang dimiliki orang yang sehat jiwa ini cenderung menyenangi ajaran ketauhidan yang liberal, yang mana mereka lebih menyukai keislaman yang lunak (Dr. Jalaludin, 1996:116) 2) Sebagai pengaruh kepribadian yang ekstrovert maka mereka cenderung : (a) Menyenangi teologi yang luwes dan tidak kaku; (b) Menunjukkan tingkah laku keagamaan yang lebih bebas; (c) Menentukan ajaran cinta kasih dari pada kemungkaran dan dosa; (d) Mempelopori pembelaan terhadap kepentingan agama secara sosal; (e) Tidak menyenangi implikasi penebusan dosa dan kehidupan kebiaraan; (f) Bersifat liberal dalam menafsirkan pengertian ajaran agama; (g) Selalu berpandangan positif; (h) Berkembang secara graduasi.
17
Walaupun keberagaman orang dewasa ditandai dengan keteguhan dalam pendirian, ketepatan dalam kepercayaan baik dalam bentuk positif maupun negatif. Namun dalam kenyataan yang ditemui masih banyak juga orang dewasa yang berubah keyakinan dan kepercayaan. Perubahan itu bisa berubah dari acuh tak acuh dari agama, atau ke arah ketaatan terhadap agama (Dr. Jalaludin, 1996:117). 2. Agama dan Pengaruhnya dalam Kehidupan Di tengah semakin kentalnya ghirah keagamaan masyarakat sekitar, tidak bisa dipungkiri justru banyak pertanyaan kritis yang terlontar seiring semakin kentalnya simbolisme ketaqwaan. Pangkal sebabnya, tatkala tingkat pemahaman keagamaan (relogiositas) seseorang pada tataran ritual dipandang berkorelasi positif dengan dimensi etis kesehariannya, tak pelak bakal selalu menjadi pertanyaan besar jika kenyataan yang kasat mata menunjukkan hal sebaliknya. Kenyataan bahwa kebangkitan agama-agama dengan semakin derasnya simbol-simbol religiositas di bumi ini malah menjadi paradoks dengan kenyataan kehidupan sosial kita sehari-hari, semakin mengencangkan kritisme sementara kalangan tentang apa sebenarnya makna ghirah ritual keagamaan yang menyala-nyala itu. Sering disampaikan bahwa agama mempunyai peran vital dalam meletakkan kerangka landasan moral, etik dan spiritual. Jika itu yang dijadikan sasaran akhir, jelas bahwa agama-agama harus menunjukkan “prestasi” lebih dari apa yang telah ditampilkannya. Perilaku semangat
18
ritualisme atau ghirah keagamaan yang mengedepankan dalam kehidupan sosial masyarakat ternyata tidak lantas pararel, dengan gelagak yang sama dengan memberi solusi implemaentatif bagi segenap ketimpangan dan penyakit sosial yang melanda masyarakat saat ini (Dr.Jalaludin, 1996: 228). Banyak persoalan yang amat mendasar di negeri ini, membutuhkan sumbangsih agama sesegera mungkin untuk menyelesaikannya. Agama tidak bisa disebut berhasil bila hanya membuat pemeluknya khusyu‟ berdo‟a, tetapi tidak bermanfaat apa-apa dalam meningkatkan kesejahteraan hidup, tidak bersuara apa-apa ketika hak-hak kepentingan masyarakat yang sah diabaikan, hanya menanamkan kebencian tetapi tidak mampu memberikan kedamaian di hati bagi para pemeluknya. Agama sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap suatu yang bersifat adikodrati (supranatural) ternyata seakan menyertai manusia dalam ruang lingkup yang luas. Menurut seorang ahli psikolog agama bernama Elisabeth K. Borttinghm berpendapat bahwa agama bukan sesuatu yang dapat dipahami melalui definisi melainkan melalui diskripsi atau menggambarkan tak ada satupun definisi tentang agama yang benar-benar memuaskan. Dengan demikian unsur-unsur penting yang terdapat dalam agama ialah : (a) Kekuatan ghaib, manusia merasa dirinya dan berhajat pada kekuatan ghaib itu sebagai tempat minta tolong. Hubungan baik ini dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah dan menjauhi larangan Tuhan.
19
(b) Keyakinan manusia bahwa kesejahteraan di dunia ini dan hidupnya di akherat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan ghaib yang dimaksud. (c) Respon yang bersifat emosional dari manusia. Respon itu mengambil bentuk cara hidup tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan. (d) Paham adanya yang kudus (sacred) dan suci dalam bentuk kekuatan ghaib, dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama yang bersangkutan dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu (Harun Nasution, 1995:11). Manusia beragama berarti mensucikan dan membersihkan jiwa yang akan membina manusia baik-baik, manuasia yang jauh dari kejahatan. Dalam hal ini berarti agama erat hubungannya dengan pendidikan moral. Agama tanpa ajaran moral tidak akan berarti dan tidak akan dapat merubah kehidupan manusia. Tidak mengherankan jika agama selalu diidentifikasikan dengan moralitas. Agama berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong individu untuk melakukan suatu aktifitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur kesucian, serta etaatan. Keterkaitan ini akan memberikan pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu sekaligus sebagai nilai etik karena dalam melakukan tindakan seseorang akan terikat pada ketentuan antara mana yang boleh dan mana yang tidak boleh menurut ajaran agama yang dianutnya (Dr.Jalaludin, 1996: 229).
20
3. agama dalam kehidupan individu agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu system nilai yang memuat norma-norma tertentu. Norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Menurut Mc. Guire ,diri manusia memiliki bentuk system nilai tertentu. System nilai ini merupakan sesuatu yang dianggap bermakna bagi dirinya. Sytem ini dibentuk melalui belajar dan proses sosialisasi. Perangkat system ini dipengaruhi oleh keluarga, teman, institusi pendidikan dan masyarakat luas (Dr. Jalaludin,1996: 226). Kebangkitan agama-agama yang muncul sebagai respon atas semakin derasnya dekadensi moral, melonggarnya nilai-nilai yang dulu sangat dijaga untuk tidak dilanggar di masyarakat, membuat masyarakat beitu peka terhadap persoalan menyangkut etika, misalnya saja tentang pelecehan seksual, pelecehan agama dan lain-lain. Sebetulnya hal ini merupakan hal yang positif yang menunjukkan masyarakat kita amasih memiliki kepedulian yang tinggi terhadap situasi sosial dan sekitarnya. Hanya saja pait di telaah lebih lanjut bahwasanya kepedulisn ini cenderung hanya menyemtuh persoalan-persoalan etika bukan hal yang paling mendasar “etika” Agama juga berfungsi sdan berperanmemberi pengaruh terhadap individu, baik alam, bentuk sistem nilai, motivasi maupun pedoman hidup. Maka pengaruh yang paling penting adalah sebagai bentuk kata hati. Kata hati
21
menurut Erick Fromm adalah panggilan kembali manusia pada dirinya sekaligus membagi kata hati menjadi dua : 1. Kata hati otoritarian, yang dibentuk oleh pengaruh luar yang berkaitan dengan kepatuhan, pengorbanan diri dan tugas manusia atau penyesuaian solusinya. 2. Kata hati humanistic, bersumber dari dalam diri manusia sebagai pernyataan kepentingan diri dan integrasi manusia. (Dr.Jalaludin, 1996: 228). Apabila keduanya berjalan seiring sejalan dengan harmonis, maka manusia akan merasa bahagia. Karena adanya motivasi yang mendorong sesorang untuk merkreasi, berbuat kebajikan maupun berkorban. Sedangkan nilai etik mendiring seseorang untuk berlaku jujur, menepati janji, sabar dan sebagainya. Sedangkan harapan mendorong seseorang untuk bersikap ikhlas menerima cobaan dan berdoa. Sikap ini akan lebih terasa mendalam jika bersimber dari keyakinan terhadap agama. 4. Agama dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat adalah gabungan dari berbagai individu yang terbentuk berdasarkan tatanan sosial tertentu. Dimana masyarkat terbentuk dari adanya solidaritas-solidaritas dan konsensus sebagai dasar dalam organisaso terhadap nilai-nilai dan norma-morma dan memberikan arah dan makna bagi kehidupan kelompok. Unsur solidaritas dan konsensus ini bersumber dari ajaran suatu agama sebagai pedoman hidup sehari-hari. Maka fungsi agama adalah sebagai motivasi dan etos masyarakat.
22
Dalam konteks ini maka agama juga dapat menjadi pemecah, bila solidaritas dan konsensus melemah dan mengendor. Kondisi seperti inidapat kita lihat pada masyarakat yang majemuk dan heterogen maka akan memberi pengaruh dalam menjaga solidaritas dan konsensus bersama. Agama sebagai panutan masyarakat, sehingga masalah aga,a tak mungkin dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat. 5. fungsi agama dalam masyarakat. (1) Edukatif Ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang dan memberi ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. (2) Penyelamat Keselamatan yang diberikan agama meliputi dua alam yaitu kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. (3) Perdamaian Seseorang yang bersalah dan berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama melalui taubat, penyucian jiwa ataupun penebusan dosa. (4) Kontrol sosial Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma, sekaligus sebagai pengawasan sosial secara individu maupun kelompok. (5) Pemupuk solidaritas Dalam ajaran agama dijelaskan bahwa agama itu adalah menjunjung tinggi rasa persaudaraan yang kokoh
23
(6) Transformative Ajaran agama dapat mengubah kehidupan pribadi seseorang atau kelompok mejadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran yang dianutnya. (7) Kreatif Agama mengajak para penganutnya untuk bekerja produktif, melakukan inovasi dan penemuan baru. (8) Sublimatif Ajaran agama yang mengkuduskan segala usaha manusia, bukan saja uyang bersifat ukhrawi juga bersifat duniawi (Dr. Jalaludin,1996:236).
B. PENGERTIAN TOLERANSI Sikap toleransi berarti sikap kepedulian, menghargai dan menghormati orang lain serta dapat menempatkan diri pada situasi yang dialami orang lain sehingga dapat ikut merasakannya dan dengan tindakan sebagai perwujudannya. Maka toleransi menjadi bagian dari etika islam itu sendiri, yang diambil dari sumber ajaran islam yaitu al_qur‟an , hadits, ijma‟, qiyas. Sebagaimana hadis nabi: “janganlah kalian saling membenci, mendengki, membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Ingat, haram bagi seseorang muslim ........(tak berbicara) kepada saudaranya lebih dari tiga hari” (HR. Bukhory) islam memberi petunjuk kepada umatnya berupa konsep untuk memelihara persaudaraan, sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup menyendiri tanpa melakukan hubungan dengan manusia lainnya. Hidup bermasyarakat bagi setiap manusia adalah mutlak sifatnya. Dengan kontak sosial
24
seseorang dapat memenuh kepentingan dan kebutuhan pribadinya, juga kebutuhan pada umumnya. Selain itu hubungan sosial juga berfungsi mengangkat harkat hidup dan derajat manusia. Islam mengajarkan umatnya untuk saling mengasihi, menyayangi dan mencintai dan menolong sesama melalui persaudaraan. Selain menyayangi manusia islam juga menyuruh kita mencintai makhluk tuhan yang lain seperti binatang, tumbuhan, alam dan lain-lain. Ajaran menggalang persaudaraan ini dianjurkan bukan hanya terbatas antar umat islam sendiri, melainkan antar golongan, suku dan berbagai kelompok masyarakat lainnya (khotimatul Husna, Dkk:106-108) Berkaitan dengan perbuatan dan pertanggungjawaban manusia Al Qur‟an surat Al Baqarah ; 286 :
“. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa)” untuk manusia pahala bagi perbuatan baik yang dilakukannya, dan siksa bagi perbuatan buruk yang dilakukannya. Setiap apa yang dikerjakan akan mendapat penilaian secara personal dan hanya saja pertanggungjawaban manusia pada pengetahuan, kemampuan dan kesadaran. 1. prinsip-prinsip etika islam a. Etika Terhadap Allah Sebenatnya ajaran islam begitu indah mngatus segala sesuatunya baik ketika “hablu minAllah wahablu minannas wa hablu min‟alam” bahkan
25
dalam al Qur‟an pun disebutkan bahwa dada pada iwa Rasulullah SAW. Suri Tauladan :
Artiny “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (al Ahzab : 21) ( AlQur‟an dan terjemahnhannya Departemen Agama RI, 2007:420) Etika terhadap Allah berangkat dari kesadaran yang terpatri tentang tauhid (keesaan Allah). Sebagai sesuatu yang mutlak, tidak ada yang menyamai atau menandungi dalam segala sifat yang dimilikinya. Hal ini diawali dengan pengakuan yang tertera dalam kalimah syahadat tauhid dan syahadat rasul. Oleh karena Allah dipahami dan diyakini sebagai yang berhak memiliki pujian, keagungan, kemulyaan dan atasnya lah manusia diberi potensi hingga harsus bersyukur dan tidak sombong, angkuh dan sebagainya. Disinilah kenudian akhlak atau etika kepada Allah menemukan relefansinya,
yakni
berbuat
baik
serta
diperintah_Nya dan mematuhi larangan-Nya.
26
mematuhi
segala
yang
b. Etika terhadap rasul Rasul merupakan orang-orang terpilih dan terpiji karena segala perbuatannya dikontrol langsung oleh Allah. Oleh karena itu etika islam mengajarkan menaati Muhammad dalam kehidupan sehari-hari. Sebab apa yang menjadip perkataan, kebiasaan dan perbuatannya merupakan merupakan bagian tak terpisahkan dari ajaran iislam sekaligu ssebagai “uswatuh Khasanah” penyempurna akhlak manusia di muka bumi. c. Etika antar sesama manusia Manusia lahir kemuka bumi sebagai kholifatullah,
sehingga manusia
mengemban tugas dan tanggungjawab yang dipikulnya. Ajaran agama islam mengatakan bahwa etika terhadap sesama manusia merupakan bagian penting yang harus dikerjakan untuk dapat menilai kualitas kemanusiaan yang telah tuhan berian kepada tiap-tiap manusia itu sendiri. Kebaikan dan kejahatan inilah puncak penilaian tuhan terhadap manusia. d. Etika terhadap lingkungan Etila islam mengajarkan kepada manusia untuk menghormati, menghargai dan menjaga lingkungan sekitarnya. Kerusakan alam sekitar merupakan kerusakan yang ditimbulkan perbuatan manusia yang dzalim (aniaya) terhadap
dirinya
sendiri
dan
alam
(Dr.
H.
Muoch
Qosim
Mukhtar,2007:28). Apabila orang-orang muslim khususnya mampu menjadikan etika islam sebagai prindip universal, kehadiran islam sebagai agama yang
27
mendamaikan dan menyelamatkan akan benar-benar dirasakan oleh setiap manusia. Sehingga stereotype yang diberikan bangsa barat bagi kaum muslim islam yang selalu tampil dengan wajahnya yang sangar, menakutkan, tidak bersahabat dengan umat agama lain dan sebagainya. Hal itu perlu reinterpretasi untuk mampumenjadikan umatnya benar-benar rahman dan rahim bagi seluruh alam. Pemeluk islam yang memahami islam masih sedikit sehingga merupakan agama yang dipeluk mayoritas pemeluknya. Memahami kondisi demikian, karena pemahaman kita tentang ajaran islam sangat lemah justru al qur‟an tidak dibaca ecara kritis (Syaruddin ahmad,2004 :15). 2. Moral dan etika Dalam bahasa inggris, Etnic berarti system of moral principles, atau system of moral standar values. Secara terminologi etika didefinisikan sebagai “The normative science of the coundact to be right or wrong to be good or bad”. Secara singkat etika dapar di definisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang kesusilaan (moral) (Dr. H. Muoch Qosim Mukhtar,2007:28). Secara etimologis etika juga memiliki makna yang sama dengan moral, tetapi secara terminologis dalam posisi tertentu etika memiliki mekna yang berbeda dengan moral. Sebab etika memiliki tiga posisi, yakni sebagai system nilai, kode etik dan filsafat moral. Sebagai sistem nilai etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya atau dapat dipahami sebagai etika islam, etika budha, etika
28
kristen dan sebagainya. Dalam posisi ini pula makna etika sama dengan morak. Pengertian moral sebagai system nilai juga dapat dilihat dalam definisi franz magnis susenoyang mengartikan etika sebagai keseluruhan norma dan penilaian yang digunakan oleh masyarakat untuk mengetahui bagaimana seseorang seharusnya menjalankan kehidupannya, bagaimana seseorang membawa diri, sikap-sikap dan tindakan yang mana yang harus seseorang kembangkan agar hidup sebagai manusia berhasil. Sebagai kode etik, etika berari asas atau nilai moral. Disini etika menjadi landasan sesuatu aturan profesi yang tidak boleh dilanggar. Posisi etika yang lain adaah sebagai filsafat moral sekaligus sebagai ilmu. Pengertian ini terwakili melalui pengertia n yang dikemukakan oleh Berters Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap daik dan buruk ) menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Dalam posisi inilah etika berarti filsafat moral.
3. Moral dan akhlak Akhlak merupakan konsep morak dalam islam, nabi sendiri di uttus oleh Allah dimika bumi untuk menyempurnakan akhlak. Hal ini berarti bahwa akhlak identik dengan moral dengan dengan substnsi wacana pada nilai-nilai kemanusiaan ibnu maskawih (320-421/932-1030) mengartikan akhlak sebagai “a taste of the soul which causes it to perform it is action without or deiberation”. Keadaan jiwa
yang karenanya menyebabkan muncunya
29
perbuatan-perbuatan tanpa pemikiran atau pertimbangan yang mendalam. Definisi senada juga dikatakan oleh imam al gazali “ akhlak adalah keadaan sifat yang tertaman dalam jiwa yang darinya muncul perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melakukan pemikiran dan pertimbangan 4. faedah mempelajari etika bangunan doktrin agama mewujud dalam simbol-simbol ritual dan perangkat nilai yang wajib dihayati pemeliknya untuk pembentukan kesalehan pribadi dan memelihara keberlangsungan hidup agama itu sendiri. Cara pandang dari dimensi ritual dengan pemaknaan agam acesara fungsional memiliki bobot kualitas religius sehingga melahirkan integritas pribadi terhadap nasib umat serta penghormatan terhadap harkat manusia (Drs. Imam Sutomo, Dkk.1999:1) adapun faedah mempelajari etuka sebagai berikut : a. memberikan arah dan orientasi ketika harus menentukan baik buruknya perbuatan. b. Etika tidak dapat menjadikan menusis baik, tetapi dapat membukakan matanya untuk melihat baik dan buruk. C. KORELASI
TINGKAT
PEMAHAMAN
KEAGAMAAN
TERHADAP
TOLERANSI Idealiasme ajaran normatif tidak selamanya terwujud indah dalam realitas sosialnya, kalau tidak dikatakannya kontradiktif. daya serap individu dan pengaruh lingkungan memberi warna khusus pada individu dalam memaknai agamanya.
30
GW All Port yang dikutip oleh Djami‟atul islamiyah mengemukakan dalam “sikap keagamaan intrinsik-ekstrinsik tinjauan tipologi adalah religious orientation and prejudice mengenai hubungan kadar religiusitas dengan toleransi sebagai berikut.: “orang yang mempunyai kadar religiusitas tinggi tidak memiliki toleransi yang lebih tinggi dibanding dengan orang yang rajin ke tempat ibadah cenderung lebih tidak toleran terhadap minoritas etnis ketimbang yang tidak rajin. (Dra. Djami‟atul Ialamiyah:73) masalahnya adalah mengapa atas agama orang dapat membenarkan keimanan sementara banyak orang berjuang mati-matian juga dimotivasi oleh agama. Perlu dipertanyakan bahwa agama itu sendiri yang membuat seseorang menjadi prejudice dan tidak toleran. Karena pada kasus lain agama justru mampu menjadi motivasi bagi seseorang untuk berlaku saleh. All Port juga menolak anggapan bahwa faktor pendidikan lah yang mempengaruhi tingkat prejudice seseorang, artinya semakin rendah tingkat pendidikan seseorang semakin tinggo tingkat prejudicenya dan sebaliknya (Dra. Djami‟atul islamiyah : 73). Membangkitkan kesadaran yang lebih tinggi dalam diri manusia mengenai hubngan dengan Tuhan dan sesamanya. Agama meripakan sikap peduli yang sungguh-sungguh, keyakunan dan tindakan merupakan kesatuan iman tanpa tindakan akan tumpul dan sis-sia, tindakan tanpa iman akan ta berdasar dan tak terarah, keduanya harus bersama-sama (Muh. Sugaidi Ardani, Kamdani. 1997:18).
31
Dalam bukunya “Etiks Intervensi Negara Perspektif Etika Politik Ibnu Taimiyyah” Ibnu Taimiyyah juga mengemukakan bahwa syari‟at islam adalah menegakkan amar ma‟ruf dan nahi mungkar, memeng penegakan amar ma‟ruf dan nahi mungkar pararel dengan upaya perwujudan terciptanya sebuah tata sosial tertib hukum yang adil dan beriman kepada Allah serta mrealisasikan syari‟at (M. Arskal Salim, GP,1998:64). Dalam tataran normative, islam juga agama-agama lain selalu mengajarkan perdamaian, kerukunan dan kasih sayang. Namun misi awal ini sering kali terjebak ke dalam interpretasi banyak orang yang memandang agama dari segi legal frmalnya saja. Pada ritual agamanya semata bukan paa nilai substansinya, orangpun lantas terpesona dengan simbol agamanya sendiri. Sebenarnya persoalan dan musuh (bersama) agama yang sebenarnya adalah moralitas dan pudarnya peradaban yang sudah demikian takut menjangkiti dunia (tim Redaksi Tanwirul Afkar ma‟had,2000:11) Oleh karena itu kita sebagai makhluk sosial yang tak lpas dari orang lain sepantasnyalah kita menjadikan pedoman kita (Al Qur‟an) sebagai motivasi terwujudnya toleransi antar umat beragama, menghormati dan saling membantu dalam urusan kebaikan.
32
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Geografis, Sosial Budaya Dan Ekonomi. Desa Kembangarum, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga berada di bagian barat daya Kota Salatiga. Di sebelah barat berbatasand engan kelurahan Sraten, di sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Mangunsari, di sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Cabean dan di sebelah selatan berbatasan dengan dukuh Karangalit. Tidak ditemukan indikasi bahwa masyarakat Kembangarum memiliki potensi untuk menjadi daerah pertanian, bukan hanya karena letaknya yang berdekatan dengan kota melainkan disebabkan wilayahnya sempit tergolong daerah hunian yang cukup padat. Pergaulan masyarakat Kembangarum yang individual di satu sisi dan yang kekeluargaan sosial masyarakat di sisi lain menunjukkan adanya perpaduan sistem pergaulan masyarakat perkotaan dan peDesaan. Ketika dihadapkan pada masalah-masalah pribadi, masyarakat Kembangarum tidak mau mencampuri urusan orang lain sesama warga Kembangarum, bahkan serngkali apa yang sebenarnya terjadi dalam rumah tangga orang lain mereka tidak tahu-menahu. Selain itu antara warga yang satu dengan yang lain tidak kenal secara dekat, hanya sebatas tahu nama dan tempat tinggalnya saja. Akan tetapi ketika ada salah seorang warga yang meninggal dunia dan diumumkan di Masjid maka mereka berduyun-duyun melakukan ta‟ziah, meskipun tidak merasa pernah berinteraksi
33
dengan yang meninggal atau keluarganya dan itu masih terjadi sampai saat ini peneliti melakukan penelitian. Kegotong-royongan masyarakat Kembangarum juga tampak ketika ada warga yang mengadakan hajatan dan perayaan baik bersifat keagamaan maupun nasional warga Kembangarum saling membantu. Menurut keterangan RW. III Desa Kembangarum Bp. H. Muhammad Ali, sebagian besar warga Kembangarum berasal dari suku Jawa. Bahasa Jawa yang dipergunakan sebagai bahasa pergaulan menunjukkan akar budaya Jawa tertanam kuat di Desa tersebut. Adapun suku lain yang tinggal di sana kebanyakan adalah pendatang yang masih belum menetap. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa hingga saat ini hanya ada satu keluarga pemeluk agama Hindu Bp. Nyoman dan Ibu Satiah di Kembangarum itupun pendatang dari kota Magelang daerah Candi Prambanan, selebihnya masyarakat Kembangarum beragama Islam dan Kristen data peneliti peroleh tahun 2010 Ketua RT Bp. Suwarno dan Bp. RW. H. Muhammad Ali. Bp. H. Muhammad Ali memperkirakan pemeluk agama Islam di masyarakat Kembangarum saat ini rata-rata dan sebanding dengan pendatang yaitu 50%. Berdasarkan keterangan pemuka agama Islam Bapak Dasio, masyarakat Islam Kembangarum tidak seperti umat Kristen. Dulu sampai tahun 1970 orang Kristen di Kembangarum hanya beberapa orang saja, tapi karena mereka pandai berdakwah dan mengambil hati warga maka hanya dalam beberapa tahun saja berhasil menarik orang-orang Islam ke dalam agama mereka.
34
Sukini pendatang masyarakat Kembangarum yang menjadi ketua PKK saat ini, menjelaskan bahwa kondisi Kembangarum sudah berbeda jauh dengan ketika ia masuk pertama kali pada tahun 1990. Saat itu satu-satunya kegiatan Islam yang berjalan secara rutin hanya shalat Jum‟at, sedangkan kegiatan lain bersifat temporal, seperti Maulid Nabi, Isra‟ mi‟raj atau kegiatan bulan Ramadhan. Selain itu praktek-praktek pemujaan dengan sesaji berupa kembang dan dupa sudah banyak berkurang bahkan sudah tidak ada yang dilakukan masyarakat Kembangarum. Sekarang ini agama Islam di Kembangarum sudah mulai berkembang dengan baik, demikian pula halnya dengan agama Kristen. Di Desa Kembangarum telah ada dua buah Masjid Nuruz Zahro dan Masjid Bustanul Muslim yang selalu dipakai berjamaah oleh lebih dari 20 orang pada masingmasing masjid setiap harinya, dua buah madrasah tempat anak-anak masyarakat Kembangarum belajar membaca dan menulis Al-Qur‟an Madrasah Nuruz Zahro Madrasah Bustanul Muslim dengan santri aktif masing-masing tidak kurang dari 40 orang. Kegiatan keagamaan umat Islam berupa pengajian rutin dan „Yasinan” tiap malam jum‟at sudah berjalan lebih dari 18 tahun lalu dan saat ini jama‟ah setiap minggunya lebih dari 50 orang. Kegiatan belajar Al-Qur‟an dan ilmu-ilmu keislaman yang lain berjalan baik di dua madrasah yang ada disana. Secara umum masyarakat Kembangarum saat ini tergolong agamis. Kegiatan umat Kristen juga berkembang dengan baik. Satu buah kantor gereja
35
Sinode yang merupakan pusat kegiatan umat Kristen Kota Salatiga selalu ramai dihadiri pemuka agama Kristen setiap minggunya bahkan setiap hari. Warga Kembangarum tergolong masyarakat ekonomi menengah. Hal ini nampak dari rumah penduduk yang rata-rata berbentuk permanen, terbuat dari batu bata dans emen dalam ukuran yang relatif sedang. Warga kembang arum memiliki profesi yang beraneka ragam, petani, pedagang/wiraswasta, karyawan swasta, pegawai pemerintah, guru dan serabutan. Sebagian kecul warga Desa kebmbangaru yang berprofesi sebagai petani adalah orang-orang tua yang masih bisa bekerja, memanfaatkan lahan sempit berupa pekarangan atau mereka bertani di luar Desa Kembangarum. Dari hasil penelitian, data yang peneliti dapatkan dari ketia RW maupun RT setempat tahun 2010, warga Kembangarum yang saat ini berusia dibawah 40 Tahun rata-rata berpendidikan minimal SMA/STM/SMEA, sedangkan yang berusia 40 – 50 tahun kebanyakan lulusan SD ata SMP, sedangkan yang berusia lebih dari 50 tahun kebanyakan tidak sekolah, pernah sekolah SR tapi tidak tamat atau hanya tamatan SR.
B. Proses Terjadinya Toleransi Dalam Kehidupan Masyarakat Desa Kembangarum Pada prinsipnya, islam adalah agama kebersatuan, agama kasih sayang. Kecenderungan untuk saling mengenal dan hidup menyatu antar pemeluknya adalah pangkal bagi ajaran-ajarannya. Islam tidak membawa mereka lari dari persoalan hidup dalam bermasyarakat.
36
Manusia sangatkan bermacam-macam karekteristik kepribadian yang berbedabeda. Ada yang berkepribadian merasa senang bila bersatu dalam perbedaan , bercengkrama kepada teman-teman dekat, juga sahabat-sahabat lamanya. Ada juga yang hanya menghadiri pertemuan-pertemuan tertentu. Bahkan mendirikan semacam pagar yang membatasi dirinya dengan eserta lain dalam pertemuan itu. Is mendekati dan didekati orang lain dengan cara yang sangat hatihati. Ia juga berjaga-jaga, mengintai dan bersembunyi, khawatir jangan-jangan ada yang punya hasrat tidak bauk kepadanya. Terhadap dua kecenderungan ini,
orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (Al Hujurat :10) Al Qur‟an dan terjemahnya. Departemen Agama RI,2007:516). Sesungguhnya islam mengajarkan sikap adil. Sikapnya sedang-sedang saja. Sikap tengah yang berada diantara dua kutub ekstrim itu. Katakan kepada kelompok yang pertama silahkan saja menyatu dengan siapapun, tapi jangan sampai agamamu terciderai. Kemudian katakan kepada kelompok yang kedua “orang mukmin seharusnya ramah, lembut, menyatu dan saing mengasihi.
37
TABEL I Daftar Nama Responden No
Nama
Umur
Keterangan
1
ALI
49
Guru SD
2
ANWAR
42
Wirausaha
3
BUDIMAN
30
Guru SD
4
ENDANG
32
Wirausaha
5
ERWANTO
50
Guru SMP
6
HAMBALI
45
Wirausaha
7
HANAFI
36
Wirausaha
8
IDA
29
Ibu rumah tangga
9
JUMI‟AN
35
Wirausaha
10
JUNAIDI
39
Wirausaha
11
KOSNAN
49
Guru SD
12
MAMIK
37
Buruh pabrik
13
MANDON
29
Wirausaha
14
MARDIYAH
36
Ibu rumah tangga
15
MARFU‟AH
30
Ibu rumah tangga
16
MIKEN
26
Ibu rumah tangga
17
MUHLASIN
35
Guru SMP
38
18
MUNAWIR
50
Wirausaha
19
MUSIWAN
36
Wirausaha
20
MUTAJAB
54
Pensiunan
21
PA‟AT
36
Wirausaha
22
PARDI
40
Buruh pabrik
23
RAHAYU
38
Buruh pabrik
24
RINTO‟AH
26
Ibu rumah tangga
25
RIZKI
45
Ibu rumah tangga
26
RUKIYANTO
34
Wirausaha
27
SARDI
30
Guru SMK
28
SOFIAH
49
Guru SMK
29
SUDARTO
50
Wirausaha
30
SUHARTO
35
Pensiunan Guru
31
SUKINI
35
Wirausaha
32
SUMARNO
37
Guru SD
33
SUMIYATI
35
Wirausaha
34
SUPANGAT
43
Wirausaha
35
SUPARDI
40
Wirausaha
36
SIPARNO
46
Guru SMK
37
SUPOMO
40
Guru SMK
38
SUYANTO
36
Sopir Angkot
39
SUYATNO
42
Wirausaha
39
40
TOTOK
37
Wirausaha
Untuk mendapatkan data dari tingkat pemahaman keagamaan di masyarakat Desa Kembangarum, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga. Penulis melakukan observasi terhadap responden, interview tersebut diklasifikasikan ke dalam bentuk nilai yang tersusun dalam tabe data. Adapun indikator yang peneliti jadikan pedoman dalam interview untuk mngetahui tingkat pemahaman keagamaan adalah : 1. Masyarakat melaksanakan sholat wajib berjamaah 2. Masyarakt yang sering melakukan sholat-sholat sunnah 3. Masyarakat yang melakukan puasa sunah 4. Masyarakat setelah melaksanakan sholat melaksanakan dzikir dan bermunajat kepada Allah SWT 5. Masyarakat yang sering membaca Al Qur‟an Penulis menggunakan metode interview dalam memperoleh data tingkat pemahaman keagamaan karena peneliti ingin mengetahui langsung jawaban yang diberikan oleh responden dalam pengetahuan pemahaman keagamaannya. Tabel II Data hasil interview tentang tingkat pemahaman keagamaan No
1
Nama responden
2
nilai A
B
C
D
3
4
5
6
40
1
ALI
-
7
3
-
2
ANWAR
1
5
4
-
3
BUDIMAN
1
3
4
2
4
ENDANG
2
2
5
1
5
ERWANTO
4
4
1
1
6
HAMBALI
4
-
5
1
7
HANAFI
1
3
4
2
8
IDA
2
2
5
1
9
JUMI‟AN
-
5
4
1
10
JUNAIDI
1
3
4
2
11
KOSNAN
3
6
-
1
12
MAMIK
1
4
3
2
13
MANDON
3
2
4
1
14
MARDIYAH
-
7
2
1
15
MARFU‟AH
2
5
3
-
16
MIKEN
2
4
1
3
17
MUHLASIN
3
4
1
2
18
MUNAWIR
3
3
3
1
19
MUSIWAN
-
4
4
2
20
MUTAJAB
4
5
-
1
21
PA‟AT
-
5
4
1
22
PARDI
2
4
3
1
41
23
RAHAYU
3
-
6
1
24
RINTO‟AH
-
5
4
1
25
RIZKI
3
3
3
1
26
RUKIYANTO
2
5
2
1
27
SARDI
3
3
3
1
28
SOFIAH
3
3
2
2
29
SUDARTO
3
5
-
2
30
SUHARTO
2
4
3
1
31
SUKINI
3
4
2
1
32
SUMARNO
3
4
1
2
33
SUMIYATI
1
2
4
3
34
SUPANGAT
1
4
3
2
35
SUPARDI
3
3
3
1
36
SIPARNO
4
4
1
1
37
SUPOMO
2
3
3
2
38
SUYANTO
5
-
5
-
39
SUYATNO
1
5
2
2
40
TOTOK
3
3
3
1
Untuk hasil data tentang toleransi di masyarakat Desa Kembangarum, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga tahun 2010. maka dapat dilihat dari hasil observasi / interview dibawah ini. Penulis menggunakan metode observasi
42
/interview dalam perolah data toleransi karena peneliti ingin mengetahui langsung kegiatan sosial yang dilaksanakan renponden dalam kehidupan bermasyarakat yang berhubungan dengan toleransi. Adapun indikator yang penulis gunakan dalam perolehan data toletansi adalah : 1. masyarakat
lebih
mengutamakan
kepentingan
kelompok
dari
pada
kepentingan pribadi. 2. masyarakat selalu peka terhadap lingkungan dan teman di kehidupan bermasyarakat. 3. masyarakat yang sealu menghargai pendapat orang lain di masyarakatnya. 4. masyarakat yang selalu membantu dengan tetangganya dalam kehidupan bermasyarakat yang membutuhkan. 5. masyarakat yang selalu peduli dengan keadaan tetangganya di kehidupan bermasyarakat. 6. masyarakat yang selalu menghargai dan menghormati sesama anggota masyarakat. 7. masyarakat menghindari dan enerima bahwa perbedaan itu suatu anugerah Allah seingga tidak perlu untuk dipertentangkan. Tabel III Data hasil Observasi / interview toleransi No
1
Nama responden
2
nilai A
B
C
D
3
4
5
6
43
1
ALI
1
6
3
-
2
ANWAR
7
3
-
-
3
BUDIMAN
5
4
1
-
4
ENDANG
8
2
-
-
5
ERWANTO
6
3
1
-
6
HAMBALI
6
1
3
-
7
HANAFI
2
5
3
-
8
IDA
1
6
3
-
9
JUMI‟AN
4
2
4
-
10
JUNAIDI
5
3
2
-
11
KOSNAN
3
4
3
-
12
MAMIK
6
3
1
-
13
MANDON
7
1
2
-
14
MARDIYAH
4
6
-
-
15
MARFU‟AH
2
5
3
-
16
MIKEN
3
6
1
-
17
MUHLASIN
4
5
1
-
18
MUNAWIR
4
1
5
-
19
MUSIWAN
2
4
4
-
20
MUTAJAB
3
6
1
-
21
PA‟AT
-
9
1
-
22
PARDI
1
6
3
-
44
23
RAHAYU
4
1
5
-
24
RINTO‟AH
-
9
1
-
25
RIZKI
8
2
-
-
26
RUKIYANTO
5
3
2
-
27
SARDI
8
2
-
-
28
SOFIAH
8
2
-
-
29
SUDARTO
9
1
-
-
30
SUHARTO
1
6
3
-
31
SUKINI
8
2
-
-
32
SUMARNO
4
5
1
-
33
SUMIYATI
5
2
3
-
34
SUPANGAT
5
2
3
-
35
SUPARDI
7
1
2
-
36
SIPARNO
2
7
1
-
37
SUPOMO
5
2
3
-
38
SUYANTO
7
3
-
-
39
SUYATNO
2
7
1
-
40
TOTOK
3
5
2
-
45
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Data Korelasi Tingkat Pemahaman Keagamaan Terhadap Toleransi Setelah data terkumpul, maka langkah peneliti tenpuh selanjutnya adalah menganalisis data. Hal ini dimaksudkan untuk memperolah jawaban dari pokok permasalahan yang ditanyakan. Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi tingkat keberagamaan terhadap sikap tleransi masyarakat, maka data yag diperoleh akan dianalisis statik. Karena data yang terkumpul berjumlah banyak dan data bersifat kualitatif. Adapun dalam menganalisiis data tersebut penulis menggunakan teknik korelasi product moment yang rumusnya sebaga berikut.
rxy
N xy x y N x 2 x2 N y 2 y 2
keterangan : rxy : koefisien antara varable x dan y xy
: perkalian antara x dan y
x2
: variabal pengaruh
y2
: variabel Terpengaruh
N
: jumlah sampel yang dimiliki
∑
: sigma (jumlah)
46
langkah selanjutnya adalah menyiapkan tabel nilaikorelasi tingkat Pemahaman Keagamaan Terhadap Toleransi dan juga tabel kerja untuk mencari koefisien korelasi antara variabel pengaruh tingkat pemahaman keagamaan dan toleransi masyarakat. Desa Kembangarum, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga 1. Data korelasi tingkat pemahaman keagamaan Data korelasi tingkat pemahaman keagamaan diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri dari 10 soal, masing-masing pertanyaan disediakan 4 alternatie dengan bobot nilai sebagai berikut. a. Alternatif jawaban A, memiliki bobot nilai 4 b. Alternatif jawaban B memiliki bobot nilai 3 c. Alternatif jawaban C memiliki bobot nilai 2 d. Alternatif jawaban D memiliki bobot nilai 1
47
Tabel IV Nilai interview tingkat pemahaman keagamaan Desa Kembangarum, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga tahun 20110
Nomor item
No.
Jumlah responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
4
3
3
3
2
2
3
3
3
1
27
2
3
2
3
3
4
2
2
3
3
2
27
3
2
2
2
2
3
1
3
3
4
1
23
4
4
3
2
2
4
1
3
2
2
2
25
5
3
3
3
4
4
1
4
4
3
2
31
6
2
2
2
2
4
1
4
4
4
2
27
7
3
2
3
2
4
2
2
3
2
23
8
3
2
3
2
4
1
2
2
4
2
25
9
3
2
2
3
3
1
2
3
3
2
24
10
2
1
2
3
4
2
3
2
2
3
23
11
4
3
3
3
4
1
4
2
4
2
31
12
2
2
1
3
3
2
3
3
4
1
24
13
2
2
3
3
4
1
4
2
4
2
27
14
2
3
3
3
3
1
3
3
3
2
26
15
3
3
3
3
4
3
2
2
2
4
29
48
16
3
17
4
18
4
19
2
1
3
4
1
3
3
4
1
25
3
3
4
1
4
3
3
3
28
4
3
3
4
1
1
2
2
4
28
2
2
2
3
3
1
2
3
3
1
22
20
4
3
3
3
4
1
4
3
4
3
32
21
3
2
2
3
3
1
2
3
3
2
24
22
3
3
3
3
4
1
2
2
4
2
27
23
4
2
2
2
4
1
2
2
4
2
25
24
3
2
2
3
3
1
2
3
3
2
24
25
3
2
2
4
4
1
3
3
4
2
28
26
3
2
3
3
4
1
3
3
4
2
28
27
3
2
2
3
4
1
3
4
4
2
28
28
3
2
2
4
4
1
3
3
4
1
27
29
3
3
3
4
4
1
3
3
4
1
29
30
3
3
3
3
4
1
2
2
4
2
27
31
3
3
2
3
4
1
4
3
4
2
29
32
3
1
2
3
4
4
4
3
3
1
28
33
2
1
2
2
4
1
3
2
3
1
21
34
2
2
3
3
4
1
3
2
3
1
24
35
3
2
3
3
4
1
4
2
4
2
28
36
2
3
3
4
4
1
3
4
4
3
31
37
4
2
2
3
4
1
3
3
3
1
25
49
38
2
2
2
4
4
2
4
4
4
2
30
39
3
2
2
3
3
1
3
3
4
1
25
40
3
3
2
2
4
1
4
3
4
2
28
Kemudian diintervalkan dengan rumus sebagai berukut : Untuk mengetahui korelasi tingkat pemahaman keagamaan masyarakat Desa Kembangarum, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga dengan jumlah item diketahui nilai tertinggi 32 dan nilai terendah 21, maka berdasarkan rumus interval sebagai berikut :
Xt Xr 1
i
:
i
: interval
Xt
: nilai tertinggi
Xr
: nilai terendah
Ki
: kelas interval
Jadi
:i
i
:
i
:
11 1 3
i
:
12 3
i
:4
Ki
:
Xt Xr 1 Ki
32 21 1 3
50
kemudian dimasukkan dalam tabel untuk mengetahui berapa banyak masyarakat tingkat pemahaman keagamaan , baik, sedang, maupun rendah tabel V interval tingkat pemahaman keagamaan masyarakat Desa Kembangarum, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga tahun 2010 Nilai interval
Banyak orang
Nilai nominasi
29 – 32
11
Tinggi
25 – 28
15
Serang
21 – 24
14
rendah
Grafik I interval tingkat pemahaman keagamaan masyarakat Desa Kembangarum, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga tahun 2010
51
35 30 25 20
nilai interval
15
jumlah orang
10 5 0 rendah
sedang
tinggi
Dengan demikian dapat diketahui : a. Untuk tingkat pemahaman keagamaan yang tinggi mendapat nilai antara 29 – 32 sebanyak 71 orang b. Untuk tingkat pemahaman keagamaan yang sedang mendapat nilai antara 25 – 28 sebanyak 15 orang c. Untuk tingkat pemahaman keagamaan yang rendah mendapat nilai antara 21 – 24 sebanyak 14 orang Kemudian dibuat tabel nominasi A (tinggi), B (sedang), C (rendah)
52
Tabel VI Nilai nominasi tingkat pemahaman keagamaan masyarakat Desa Kembangarum, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga tahun 2010 Nomor responden
Skor
Nilai nominal
1
227
B
2
27
B
3
23
C
4
25
C
5
31
A
6
29
A
7
24
C
8
27
B
9
25
B
10
22
C
11
32
A
12
23
C
13
23
C
14
30
A
15
27
B
16
25
B
17
31
A
53
18
28
B
19
22
C
20
32
A
21
24
C
22
27
B
23
24
C
24
24
C
25
28
B
26
24
C
27
28
B
28
27
B
29
29
A
30
27
B
31
29
A
32
28
B
33
21
C
34
24
C
35
27
B
36
32
A
37
23
C
38
32
A
39
23
C
54
40
29
A
Setelah diketahui berapa banyak masyarakat yang tingkat pemahaman keagamaannya tinggi, sedang, rendah, kemudian masing-masing variabel diprosentasikan dengan rumus :
P
F x100% N
a. Untuk mengetahui tingkat pemahaman keagamaan masyarakat yang mendapat kan nilai A, sebanyak 11 orang , maka : P
11 x100% 40
= 27,5% b. Untuk mengetahui tingkat pemahaman keagamaan masyarakat yang mendapat kan nilai A, sebanyak 11 orang, maka : P
25 x100% 40
= 37,5% c. Untuk mengetahui tingkat pemahaman keagamaan masyarakat yang mendapat kan nilai A, sebanyak 11 orang, maka : P
14 x100% 40
= 35%
55
tabel VII komparasi tingkat pemahaman keagamaan masyarakat Desa Kembangarum, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga tahun 2010 No
Nilai tingkat
Interval
Frekuensi
Presentase %
pemahaman keagamaan 1
Baik
29 – 32
11
27,5
2
Sedang
25 – 28
15
37,5
3
rendah
21 – 24
14
35
40
100
jumlah
56
Grafik II Komparasi tingkat pemahaman keagamaan masyarakat Desa Kembangarum, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga tahun 2010
40 35 30 25
interval
20
frekuensi presentase
15 10 5 0 baik
sedang
rendah
Dari tabel diatas dapat diketahui : a) Masyarakat yang mendapat nilai A, Tingkat pemahaman Keagamaannya sebanyak 11 orang dengan presentase 27,5% b) Masyarakat yang mendapat nilai B, Tingkat Pemahaman Keagamaannya sebanyak 15 orang dengan presentase 37,5% c) Masyarakat yang mendapat nilai C, Tingkat Pemahaman Keagamaannya sebanyak 14 orang dengan presentase 35%
57
2. Data Toleransi Adapun hasil interview Toleransi masyarakat Kembangarum dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel VIII Nilai Interview Masyarakat Desa Kembangarum, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga tahun 2010 Nomor
Skor Jumlah
responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10
1
2
3
4
3
2
3
3
2
3
3
28
2
3
4
4
4
4
3
4
4
3
4
37
3
4
3
4
4
3
4
3
2
3
4
34
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
38
5
3
3
4
4
2
3
4
4
4
4
25
6
4
4
4
3
4
4
2
2
4
2
24
7
2
3
4
4
2
3
3
2
3
3
29
8
3
3
4
3
2
2
3
2
3
3
5
9
4
4
4
2
3
4
4
2
3
2
30
10
4
4
4
4
3
4
4
3
2
4
33
11
3
3
3
2
2
4
4
3
3
4
31
12
2
3
3
4
4
4
4
4
3
4
35
13
4
4
4
4
2
3
4
4
4
4
35
58
14
3
3
4
3
3
3
4
3
4
4
33
15
3
3
4
3
2
2
3
2
3
4
28
16
3
3
4
4
3
3
3
2
3
4
32
17
3
3
3
4
2
4
4
3
3
4
33
18
2
2
4
4
2
3
2
2
4
4
29
19
2
2
3
4
2
2
3
3
3
4
28
20
3
3
3
3
2
4
4
3
3
4
32
21
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
29
22
3
3
4
3
2
2
3
2
3
3
28
23
2
2
4
4
2
3
2
2
4
4
29
24
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
29
25
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
38
26
2
3
3
4
3
4
4
2
4
4
33
27
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
38
28
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
38
29
4
4
4
4
4
4
4
2
4
39
30
3
3
4
3
2
2
3
2
3
3
28
31
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
28
32
2
3
4
4
3
3
4
3
3
4
33
33
2
3
4
4
2
4
4
3
2
4
32
34
2
3
4
4
2
4
4
3
2
4
32
35
4
2
4
4
2
3
4
4
4
4
35
59
36
3
3
2
3
3
3
3
3
4
4
31
37
2
3
4
4
2
4
4
3
2
4
32
38
3
4
4
4
3
4
4
3
4
4
37
39
3
3
4
3
2
3
3
3
3
4
31
40
3
3
4
3
3
2
4
2
3
4
33
Kemudian di intervalkan dengan rumus sebagai berikut : Toleransi dengan jumlah item diketahui nilai tertinggi 39 dan nilai terendah 28, maka interval ideal adalah: i
Xt Xr 1 Ki
i
= Interval
Xt
= Nilai tertinggi
Xr
= Nilai terendah
Ki
= Kelas Interval
Jadi i
=
=
39 28 1 3
111 3 12 3
=4
60
Kemudian dimasukkan kedalam tabel utnuk mengklasifikasikan masyarakat yang memiliki toleransi baik, seang dan rendah, sebagai berikut : Tabel IX Interval Toleransi Nilai interval
Jumlah orang
nilai nominasi
36 – 39
7
Tinggi
32 – 35
16
Sedang
28 – 31
17
Rendah
Diagram III Interval Toleransi Masyarakat Desa Kembangarum Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga tahun 2010
40 35 30 25 nilai interval
20
jumlah orang
15 10 5 0 rendah
sedang
61
tinggi
Dengan demikian dapat diketahui : a. Untuk toleransi yang tinggi mendapat nilai antara 36 – 39 sebanyak 7 orang b. Untuk toleransi yang nilainya sedang diantara 32 – 35 sebanyak 16 oarang c. Untuk toleransi yang mendapat nilai rendah antara 28 – 31 sebanyak 17 orang
Tabel X Nilai Nominasi Toleransi Masyarakat Desa Kembangarum Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga tahun 2010
Nomor Responden
Skor
Nilai Nominasi
1
28
C
2
37
A
3
34
B
4
38
A
5
35
B
6
34
B
7
29
C
8
28
C
9
30
C
62
10
33
B
11
31
C
12
35
B
13
35
B
14
33
B
15
28
C
16
32
B
17
33
B
18
29
C
19
28
C
20
32
B
21
29
C
22
28
C
23
29
C
24
29
C
25
38
A
26
33
B
27
38
A
28
38
A
29
39
A
30
28
C
31
28
C
63
32
33
B
33
32
B
34
32
B
35
35
B
36
31
C
37
32
B
38
37
A
39
31
C
40
33
B
Setelah diketahui berapa banyak masyarakat yang memiliki toleransi tinggi, sedang dan rendah, kemudian masing-masing vaeiabel diprosentasikan dengan rumus :
P =
F x100% N
a. Untuk mengetahui toleransi masyarakt yang mendapatkan nilai A (tinggi) sebanyak 7 orang sehingga P =
7 x100% 40
= 17,5% b. Untuk mengetahui toleransi masyarakt yang mendapatkan nilai B (sedang) sebanyak 16 orang maka:
64
P =
16 x100% 40
= 40% c. Untuk mengetahui toleransi masyarakt yang mendapatkan nilai C (rendah) sebanyak 17 orang maka: P =
17 x100% 40
= 42,5%
Tabel XI Prosentase nilai layanan toleransi Masyarakat Desa Kembangarum Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga tahun 2010 No
Nilai layanan toleransi
Interval
Frekuensi
Prosentase %
1
Tinggi
36 – 39
7
17,5
2
Sedang
32 – 35
16
40
3
Rendah
28 – 31
17
42,5
40
100
Jumlah
65
Grafik III Prosentase nilai layanan toleransi Masyarakat Desa Kembangarum Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga tahun 2010
Dari tabel diatas, dapat diketahui sebagai berikut : a. Masyarakat yang mendapat nilai A, memiliki toleransi sebanyak 7 orang dengan prosentase 17,5% b. Masyarakat yang mendapat nilai B, memiliki toleransi sebanyak 16 orang dengan prosentase 40% c. Masyarakat yang mendapat nilai C, memiliki toleransi sebanyak 17 orang dengan prosentase 42,5%
66
Tabel XII Pegolahan Interpretasi Korelasi Terhadap Pemahaman Keagamaan Terhadap Toleransi Masyarakat Desa Kembangarum Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga tahun 2010
No
X
Y
X2
Y2
XY
1
27
28
729
784
756
2
27
37
729
1369
999
3
23
34
529
1156
782
4
25
38
625
1444
950
5
31
25
961
625
1085
6
27
24
729
576
653
7
23
29
529
841
696
8
25
5
625
25
756
9
24
30
576
900
750
10
23
33
529
1089
426
11
31
31
961
961
992
12
24
35
576
1225
805
13
27
35
729
1225
805
14
26
33
676
1089
990
15
29
28
841
784
756
16
25
32
625
1024
800
67
17
28
33
784
1089
1023
18
28
29
784
841
812
19
22
28
484
784
616
20
32
32
1024
1024
1024
21
24
29
576
841
696
22
27
28
729
784
756
23
25
29
625
841
667
24
24
29
576
841
696
25
28
38
784
1444
1064
26
28
33
784
1089
792
27
28
38
784
1444
1064
28
27
38
729
1444
1026
29
29
39
841
1521
1131
30
27
28
729
784
756
31
29
28
841
784
812
32
28
33
784
1089
924
33
21
32
441
1024
672
34
24
32
576
1024
769
35
28
35
784
1225
945
36
31
31
961
961
992
37
25
32
625
1024
736
38
30
37
900
1369
1184
68
39
25
31
625
961
713
40
28
33
784
1089
957
Jumlah
1062
1285
28588
42372
34461
Diketahui : ∑X = 1062 ∑Y = 1285 ∑X2 = 28588 ∑Y2 = 42372 ∑XY = 34461 (∑X2 ) = 1127844 (∑Y2 ) = 1651225
rxy
Nxy x y Nx 2 x2 Ny 2 y 2 34461
rxy
10621285 40
2 1062 1285 28588 42372 40 40 2
1364670 40 rxy 1127844 1651225 28588 42372 40 40 34461
69
rxy
rxy
34461 34116,75
28588 28196,142372 41280,63 344,25 391,9.1091,37
rxy
344,25 653,99
rxy 0,526384195 rxy 0,526
B. Interprestasi Data Setelah data yang menggunakan teknik korelasi product moment diperoleh rxy sebesar 0,625, kemudian dikonsuktasikan dengan tabel product moment dengan N=40 dari tabel diperoleh nilai r dengan taraf signifikansi 1% sebesar 0,0403, sedangkan pada taraf signifikansi 5 % sebesar 0,312, maka dari itu berarti rxy lebih besar dari nilai tabel (0,403<0,526<0,312) Dengan demikian ada korelasi antara tingkat pemahaman keagamaan dengan toleransi pada masyarakat di Desa Kembangarum, Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Sehingga hipotesis yang penulis kemukakan ada pengaruh positif antara tingkat pemahaman keagamaan dengan toleransi pada masyarakat di Desa Kembangarum, Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga tahun 2010.
70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, baik teoritik maupun empirik, maka peneliti selaku penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari
variasi
tingkat
pemahaman
keagamaan
masyarakat
di
Desa
Kembangarum dapat diketahui : a. Variasi tingkat pemahaman keagamaan yang mendapat nilai tinggi (A) sebanyak 11 orang ada 27,5% b. Variasi tingkat pemahaman keagamaan yang mendapat nilai sedang (B) sebanyak 15 orang ada 37,5% c. Variasi tingkat pemahaman keagamaan yang mendapat nilai rendah (C) sebanyak 14 orang ada 35% 2. Dari variasi toleransi dapat diketahui: a. Untuk toleransi pada masyarakat yang mendapat nilai tinggi (A) sebanyak 7 santri berarti ada 17,5% b. Untuk toleransi pada masyarakat yang mendapat nilai sedang (B) sebanyak 16 santri berarti ada 40% c. Untuk toleransi pada masyarakat yang mendapat nilai rendah (C) sebanyak 17 santri berarti ada 42,5%
71
3. Setelah data dianalisis menggunakan rumus teknik korelasi product moment dan diperoleh nilai rxy sebeasar 0,526 kemudian dikonsultasikan dengan tabel product moment dengan N= 40 pada taraf signifikansi 1% sebesar 0,0403, sedangkan pada taraf signifikansi 5 % sebesar 0,312, maka dari itu berarti rxy lebih besar dari nilai tabel (0,403<0,526<0,312) Jadi ada pengaruh positif antara tingkat pemahaman keagamaan dengan toleransi pada masyarakat di Desa Kembangarum, Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga tahun 2010
B. Saran Menyadari betapa pentingnya sejauh mana tingkat pemahaman keagamaan dengan toleransi pada masyarakat di Desa Kembangarum, Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga maka penulis sarankan kepada: 1. Kepala lurah Desa Kembangarum Kelurahan Dukuh, selaku tokoh utama yang menentukan corak kehidupan masyarakat, dimana semua warga masyarakat akan patuh pada lurah. Sehingga diharapkan lurah menjadi pengawas dan pengkoordinir terhadap segala aktivitas di masyarakat 2. Para pemuka agama, hendaknya mampu menjadi suri tauladan bagi masyarakat Kembangarum khusunya dan masyarakat Salatiga pada umumnya 3. Para masyarakat Kembangarum yang plural agar senantiasa patuh dan taat kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah). Dengan tidak mengesampingkan hablum minas sebagai makhluk sosial yang tidak mampu hidup sendiri dan akan selalu senantiasa membutuhkan uluran tangan orang lain.
72
C. Penutup Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan berbagai rahmat kemudahan yang diberikan kepada penulis baik waktu, kesehatan, baik yang berwujud materi maupun non-materi, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi hasil dari penelitian ini. Namun penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekhilafan dan kekurangan. Kalaupun itu ada benarnya itu semata datangnya dari Allah SWT akan tetapi kalau ada kekhilafan itu karena kebodohan penulis sendiri. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan, agar dalam penulisan selanjutnya dapat lebih baik. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pribadi penulis khususnya dan para pembaca pada umunya.
Amiin
73