PROPOSAL DISERTASI
KORELASI TARJAMAH HARFIYAH DAN EKSTRIMISME Studi Kritis Terhadap Al Qur`an Terjemah Kementrian Agama RI
Disusun oleh: ASYHARI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Masuk Program Doctor (S3) Pasca Sarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2015 /1436
1
KORELASI TARJAMAH HARFIYAH DAN EKSTRIMISME Studi Kritis Terhadap Al Qur`an Terjemah Kementrian Agama RI
A. Latar belakang Masalah Al Qur`an adalah sumber utama ajaran Islam. Secara umum al Qur`an berisi tiga ajaran pokok Islam yaitu akidah, ahkam dan akhlak. Dalam rangka
untuk
mensosialisasikan ajaran Islam kepada seluruh umat Islam, maka sejak awal Allah telah mengutus Rasulullah untuk menjelaskannya sebagaimana firman Allah:
ِّ ك ِ الذ ْك َر لِتُبَ يِّ َن لِلن َّاس َما نُ ِّز َل إِلَْي ِه ْم َولَ َعلَّ ُه ْم يَتَ َف َّك ُرو َن َ َوأَنْ َزلْنَا إِلَْي Maknanya “Dan kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang Telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan” (Q.S an Nahl:44) Selanjutnya para sahabat juga melakukan penafsiran-penafsiran terhadap al Qur`an seperti Abdullah bin Umar, Abdullah bin Mas‟ud dan Abdulah bin Abbas dan lainnya. Bahkan nama yang terakhir diberi gelar oleh umat Isalam dengan sebutan Turjuman al Qur`an, karena penguasaan beliau yang sangat dalam terhadap tafsir al Qur`an. Hal ini juga tidak dapat terlepas dari do‟a Rasulullah untuk beliau ketika masih kecil;
ِّ اللّ ُه َّم فَ ِّق ْههُ فِي الديْ ِن َو َعلِّ ْمهُ التَّأْ ِويْ ِل Maknanya: “ Ya Allah pahamanlah dia (Ibnu Abbas) agama dan ajarkanlah kepadanya ta‟wil (tafsir) al Qur`an) Generasi selanjutnya; para ulama tafsir mulai dari para tabi‟in, tabi‟it tabi‟in dan seterusnya telah juga mengarang ratusan kitab tafsir al Qur`an dengan berbagai macam metode dan corak. Demikian juga para ulama mujtahidin seperti imam Abu Hanifah dan imam syafi‟I, mereka juga telah menggali hukum-hukum Islam dari al
2
Qur‟an (ijtihad), sehingga umat Islam dapat mengetahui hukum suatu perbuatan dan perkataan berdasarkan al Qur`an. Di sisi lain, seiring dengan kemajuan zaman dan semakin bergeliatnya minat umat Islam untuk mempelajari Islam, ditambah lagi slogan “kembali kepada al Qur`an dan sunnah” yang didengungkan oleh umat Islam modernis secara terus menerus, maka sebagian cendekiawan muslim menemukan urgensi dan signifikasi penerjemahan al Qur‟an. Sehingga sejumlah organisasi Islam telah melakukan penerjemahan terhadap al Qur`an. Bahkan Departemen Agama yang sekarang telah berganti nama menjadi Kementrian Agama juga telah menerbitkan al Qur`an terjemah. Al Imam Az Zarqani dalam kitab Manahil al Irfan menguraikan bahwa pada masa beliau, al Qur‟an telah diterjemahkan sebanyak 120 terjemahan dengan 35 bahasa. Bahkan beberapa versi terjemah al Qur`an telah di terbitkan puluhan kali.1 Namun keberadaan terjemah-terjemah al Qur`an tersebut ternyata tidak hanya membawa dampak positif bagi umat Islam. Tetapi juga membawa dampak negative yang sangat berbahaya. Di antara dampak negative yang paling nyata adalah berkurangnya minat umat Islam untuk mempelajari kitab-kitab para ulama pada para ulama/kyai. Sebab mereka merasa bahwa hanya dengan membaca terjemah al Qur‟an maka mereka telah memahami Islam secara sempurna, karena mereka telah mengambil ajaran Islam secara langsng dari sumbernya. Menjamurnya buku-buku terjemah al Qur`an ternyata juga ikut menyumbang munculnya paham-paham yang menyimpang dari paham umumnya umat Islam. Munculnya paham radikal yang berujung pada tindakan terror
dan kekerasan
disinyalir juga merupakan akibat dari pemahaman ajaran Islam dengan hanya berpedoman pada al Qur`an terjemah. Sebab pada umumnya al Qur`an terjemah yang telah beredar menganut metode tarjamah harfiyah. Metode ini mengantarkan pada
1
Az Zarqani, Manahil al Irfan fi ‘Ulumi al Qur’an, hal.327
3
para pembacanya pada pemahaman tekstual dan mengabaikan pemahaman kontekstual. Thariq Lahham dalam kitab Rihlah at Tatharruf menjelaskan salah satu penyebab munculnya paham radikal adalah penafsiran terhadap nash-nash syara‟ yang bertentangan dengan maksud yang sebenarnya, karena kesesatan daLam hatinya dan mengikuti hawa nafsu.2 Sebagai contoh; ketika menerjemahkan Q.S al Maidah; 44
ك ُه ُم الْ َكافِ ُرو َن َ َِنز َل اللّهُ فَأ ُْولَئ َ َوَمن لَّ ْم يَ ْح ُكم بِ َما أ hampir selaruh buku tterjemah al Qur‟an menerjemahkannya sebagai berikut; “Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir “ Seseorang yang membaca terjemah seperti ini dia akan berkesimpulan bahwa seluruh umat Islam di Indonesia telah kafir, karena mereka tidak menggunakan al Qur‟an sebagai
dasar bernegara, sebaliknya mereka menggunakan Pancasila
sebagai
gantinya. Akibatnya mereka akan menganggap bahwa darah dan harta umat Islam selain golongannya adalah halal. Dampak negative seperti inilah agaknya yang menjadikan para ulama al Qur`an telah menegaskan larangan penerjemahan lafazh al-Qur'an secara harfiah, mereka hanya memperbolehkan penerjemahan makna-makna al Qur'an. Karena bahasa Arab memiliki derivasi kata, makna-makna balaghi dan majazi yang tidak dimiliki oleh bahasa-bahasa lain, dan hal inilah yang menjadikan al-Qur'an memiliki tingkat balaghah paling tinggi dan sebagai mukjizat terbesar. Dengan al-Qur'an Nabi Muhammad menantang orang kafir dan tantangan itu masih berlanjut sampai hari kiamat kelak. Dampak buruk akan semakin berbahaya tatkala terjemahan tersebut adalah bersumber dari musuh-musuh Islam yang sengaja menerjerjmahkan al Qur‟an dengan 2
Thariq Lahham, Rihlatu at Ttharruf (Bairut: Dar al Masyari,2012) hal.14
4
tujuan menyesatkan umat Islam. Hal ini bukan sesuatu yang mustahil, karena imam az Zarqani sendiri telah mengetahui indikasi penerjemahan musuh-musuh Islam. Beliau mengatakan bahwa terkadang al Qur‟an diterjemahkan oleh orang-orang yang menyimpan permusuhan terhadap Islam, terkadang al Qur‟an juga diterjemahkan oleh orang-orang yang mencintai Islam tetapi mereka bodoh dan tidak memahami ajaran Islam.3 Tarjamah harfiyah juga dapat menjadikan ayat-ayat al Qur`an; satu dengan lainnya saling kontradiktif. Padahal adaya kontradiksi dalam al Qur`an adalah mustahil, sebab al Qur`an adalah kalam Allah yang Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu. Kotradiksi dalam perkataan adalah pertanda kebodohan, dan bodoh adalah mustahil bagi Tuhan. Sebagai contoh; ketika menerjemahkan Q.s Thaha: 5 dan Q.S as Syura: 11:
ِ الع ْر استَ َوى ْ ش َ الر ْحم ُن َعلَى ّ biasanya diterjemahkan dengan perkataan: “(yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam di atas 'Arsy” (Q.S Thaha: 5) Allah berfirman:
ِِ ِ ٌس َكمثْله َشىء َ لَْي Maknanya: “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan Melihat. (Q.S as Syura: 11) Dua terjemahan dua ayat di atas terlihat dengan jelas ada kontradiktif di antara keduanya. Terjemah ayat pertama menunjukkan bahwa Allah memiliki serupa dengan makhluk-Nya, sebab bertempat di suatu tempat dan bersemayam adalah sifat makhluk, sementara terjemah ayat yang kedua menegaskan bahwa tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah.
3
Az Zarqani, Manahil al Irfan fi ‘Ulumi al Qur’an, hal.327
5
Hendaklah diketahui bahwa kata "istiwa'" dalam bahasa Arab memiliki 15 makna sebagaimana dikatakan oleh al Hafizh Abu Bakr ibn al 'Arabi, di antaranya adalah: istiqrar (menetap dan bersemayam), tamam (sempurna), i'tidal (lurus), isti'la' (berada di atas sesuatu), 'uluww (tinggi), istiilaa' (menguasai), dan lain-lain.Di antara makna-makna tersebut, ada yang layak bagi Allah dan ada yang tidak layak bagi Allah, makna yang termasuk sifat-sifat benda tidak layak bagi Allah. Tidak ditemukan dalam bahasa selain bahasa Arab kata yang sepadan
dengan
kata"istawa", sehingga maknanya tidak dapat dibatasi dengan
makna "julus"(duduk) yang merupakan sifat manusia, binatang, jin dan malaikat. Kontradikif terutama banyak terjadi pada terjemah ayat-ayat muutasyabihat. Ayat mutasyabihat adalah ayat yang dari segi bahasa memiliki makna lebihh dari satu. Sementara ayat Muhkamat adalah kebalikannya. Adanya dua macam ayat ini diegaskan oleh al Qur‟an:
ِ َ هو الَّ ِذي أَنْ ز َل َعلَي ِ َات ُه َّن أُم الْكِت اب َوأُ َخ ُر ٌ ات ُم ْح َك َم ٌ َاب ِم ْنهُ ءَاي ْ َ ْ َ َك الْكت َُ شابَهَ ِم ْنهُ ابْتِ غَاءَ ال ِْف ْت نَ ِة َ َات فَ أ ََّما الَّ ِذيْ َن فِي قُلُ ْوبِ ِه ْم َزيْ ٌغ فَ يَتَّبِعُ ْو َن َما ت ٌ شابِ َه َ َُمت ِ الر اس ُخ ْو َن فِي ال ِْعل ِْم يَ ُق ْولُ ْو َن ءَ َامنَّا بِ ِه َّ َوابْتِ غَاءَ تَأْ ِويْلِ ِه َوَما يَ ْعلَ ُم تَأْ ِويْ لَهُ إِلَّ اللُ َو ِ َُكل ِم ْن ِع ْن ِد َربِّنَا َوَما يَ َّذ َّكر إِلَّ أ ُْولُْوا اْألَلْب اب ُ Maknanya : "Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada Muhammad. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat muhkamat, itulah Umm Al Qur'an (yang dikembalikan dan disesuaikan pemaknaan ayat-ayat al Qur'an dengannya) dan yang lain ayat-ayat mutasyabihat. Adapun orang-orang yang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-
6
cari takwilnya sesuai dengan hawa nafsunya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya (seperti saat tibanya kiamat) melainkan Allah serta orang-orang yang mendalam ilmunya mengatakan : "kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran darinya kecuali orang-orang yang berakal" (Q.S. Al Imran : 7)
Ayat-ayat Muhkamat adalah seperti firman Allah :
ِِ ِ ٌس َكمثْله َشىء َ لَْي Maknanya: “Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya (baik dari satu segi maupun semua segi, dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya)”. (Q.S. asy-Syura: 11)
َح ٌد َ َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ ُك ُف ًوا أ Maknanya: “Dia (Allah) tidak ada satupun yang menyekutui-Nya”. (Q.S. al Ikhlash : 4)
َه ْل تَ ْعلَ ُم لَهُ َس ِميًّا Maknanya: “Allah tidak ada serupa bagi-Nya”. (Q.S. Maryam : 65) Sedangkan ayat-ayat Mutasyabihat adalah seperti firman Allah :
ِ الع ْر استَ َوى ْ ش َ الر ْحم ُن َعلَى ّ Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang terjemah harfiyah pada terjemah al Qur`an yang diterbitkan oeh kementrian Agama RI. Terjemah al Qur‟an ini sengaja penulis pilih karena beberapa hal:
7
1. Kementrian agama adalah lembaga resmi kepemerintahan yang menjadi rujukan mayoritas umat Islam Indonesia dalam menjalankan agama 2. Ada indikasi yang kuat yang menunjukkan bahwa terjemahan tersebut hanya menukil dari al Qur‟an terjemah yang sudah beredar sebelumnya, terutama al Qur‟an terjemah yang diterbitkan oleh Saudi Arabia. Indikasi tersebut di antaranya ketika menerjemahkan Q. S Thaha:5 di atas
B. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, permasalahan yang muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut: a)
Hubungan radikalisme dan tarjamah harfiyah
b)
Hubungan tektualisme dan tarjamah harfiyah
c)
Konsekwesi tarjamah harfiyah terhadap ayat-ayat al Qur‟an
d)
Keistimewaan dan kemukjizatan lafadz-lafadz al Qur`an
e)
Metode Takwil; metode untuk memahami ayat-ayat mutasyabihat
2. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian disertasi ini penulis hanya membatasi permasalahan pada tarjamah harfiyah terhadap ayat-ayat mutasyabihat dalam terjemah al Qur‟an yang diterbitkan oleh Kementrian Agama Republik Indonesia. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan
pembatasan
masalah
di
atas,
penulis
merumuskan
permasalahan pada satu masalah pokok yaitu, bagaimana korelasi tarjemah harfiyyah Dan Ekstrimisme?= C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1) Mengetahui peran aktif Kementrian Agama RI dalam penyebaran ajaran al Qur‟an
8
2) Mendiskripsikan terjemah Kemenag RI terhadap ayat-ayat Mutasyabihat 3) Membuktikan adanya tarjamah harfiyah dalam terjemah al Qur‟an Kemenag RI
D. Manfaat / Signifikasi Penelitian Realisasi penelitian ini akan bermanfaat/signifikan secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut: 1) Menggugah kewaspadaan umat Islam atas terjemah-terjemah al Qur‟an 2) Mengingatkan pentingnya selektifitas dalam membaca buku terjemah al Qur‟an 3) Memberi wacana yang berbeda seputar terjemah al Qur‟an Kemenag RI 4) Memberi penjelasan tentang terjemah al Qur‟an Kemenag RI Sedangkan secara praktis, penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut: 1) Memberi kontribusi ilmiah dalam disiplin ilmu-ilmu al-Qur‟ân dan tafsir Rl
memberi
bahan
perbaikan
kepada
Kementrian
Agama
untuk
penyempurnaan Terjemah al Qur`an pada edisi berikutnya 2) Memberikan arah bagi penelitian serupa yang lebih intensif dibelakang hari
E. Studi Terdahulu yang Relefan Untuk menghasilkan tulisan yang terarah, tidak tumpang tindih dan komprehensif, maka sebagai langkah awal, penulis melakukan review terhadap beberapa studi terdahulu yang dianggap relefan. Obyek review dibagi menjadi dua variable; pertama, tulisan yang berkaitan dengan terjemah al Qur‟an, kedua, tulisan yang berkaitan dengan terjemah al Qur`an Kemenag RI. Pada variable pertama penulis menemukan beberapa tulisan, diantaranya sebuah kitab karya Jamil Halim al Hasani berjudul “ al Furqan fi Tashih ma hurrifa tafsiruhu min ayatil Qur`an”. Kitab ini menjelaskan beberapa ayat yang dipahami secara keliri, akibat dari pemahaman tekstual.
9
Buku kedua berjudul “ Sharih al Bayan fi ar Raddi „ala man khalafa al Qur‟an” karya Abdullah al Harari. Kitab ini berisi bantahan terhadap beberapa sekte di luar Ahlussunnah Wal Jama‟ah, khususnya Wahhabi yang beraidah tajsim, sebagai konsekwensi pemahaman al Qur‟an secara tekstual terrutama ayat-ayat sifat yang mutasyabihat. Buku ketiga berjudul “KaifaTufassiru al Ayat al Mutasyabihat”, disusun oleh Bagian Litbang Jam‟iyah al Masyari‟ Bairut Lebanon. Buku ini meluruskan beberapa pemahaman tekstual terhadap ayat-ayat mutasyabihat. Pada variabel kedua penulis belum menemukan tesis, disertasi ataupun buku yang membahasnya. Namun ada beberapa tulisan di Web yang membuktikan adanya kekeliruan daam terjemah al Qur‟an terbitan Kemenag RI. Dari review pustaka diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: a) Penelitian terdahulu, umumnya berbicara tentang pelurusan pemahaman yang menyimpang akibat dari pemahaman yang tekstual dan harfiyah. b) Penelitian tafsir yang menjadikan tarjamah harfiyah yang dikaitkan dengan tarjamah al Qur‟an Kemenag sebagai obyek penelitian belum ada. Dengan demikian, penelitian tentang Terjemah Harfiyah Terhadap Ayat Mutsyabihat Dalam Terjemah al Qur‟an Kemeng RI perlu dilakukan. Selain belum ada penelitian tentang itu, juga berguna untuk pengembangan tradisi kritik tafsir.
F. Metodologi Penelitian Berdasarkan judul tesis, obyek penelitian disertasi ini adalah buku Terjemah al Qur`an terbitan Kementrian Agama RI. Karena itu penelitian disertasi ini dilakukan melalui riset kepustakaan (library reseach). Data-data yang berhubungan dengan penerjemahan ayat-ayat mutasyabihat diteusuri secara langsung dari buku terjemah al Qur‟an Kementrian Agama RI. Buku tersebut penulis jadikan sebagai sebagai sumber primer (primary resoueces). Sedangkan data-data yang berkaitan dengan teori tentang terjemah secara umum dan terjemah harfiayah secara khusus ditelusuri dari buku-buku „ulum al-
10
Qur'an, ilmu tafsir dan tafsir seperti al- Burhân fî „Ulum al-Qur‟ân, al-Itqân fî „Ulûm al-Qur‟ân, Manâhil al-Irfân, tafsir al- Tabari, tafsir Ibnu Katsîr dan lainnya. Bukubuku tersebut penulis jadikan sebagai sumber skunder (secondary resoueces). Sumber skunder diperlukan untuk memperkuat sekaligus mengkritisi terjemah al Qur‟an Kemenag RI, sehingga didapatkan suatu hasil penelitian yang komprehensif. Selain library reaseach, penulis juga menggunakan internet reaseach terutama dalam pengumpulan data awal tentang sub topik yang akan dibahas dan dalam rangka updating data. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; penulis berusaha menelusuri, menggali dan mengemukakan data-data yang diperlukan menyangkut tarjamah harfiyah al Qur‟an dari buku terjemah al Qur‟an Kementrian Agama RI. Langkah selanjutnya, penulis membandingkan data yang satu dengan data yang lain, yang memiliki relevansi. Setelah itu baru penulis melakukan pengolahan data dengan menggunakan Contens analisys atau disebut juga analisis isi yakni suatu cara sistematik untuk menganalisis isi pesan, mengolah pesan, dan mempertajam isi bahasan yang kemudian penulis ungkapkan dalam bentuk konsepsional dan menyelidiki kandungannya menjadi satu rangkaian pengertian yang lurus, baik secara deduktif maupun induktif4. Terjemahan ayat mutasyabihat yang tertuang dalam buku terjemah al Qur‟an Kementrian Agama RI, penulis analisis dari segi maknanya dalam bahasa arab, selanjutnya penulis memperbandingkannya dengan penafsiran dan takwil para ulama terhadap ayatayat tersebut. Sehingga penulis dapat merumuskan secara konsepsional terjemah al Qur‟an Kementrian Agama RI secara tepat dan komprehensif. Sedangkan dalam teknik penulisan dan transliterasi, penulis mengacu kepada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi),” karya Hamid Nasuhi, dan kawan-kawan ( Jakarta: CeQDA Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, cet.2, 2007 M). 4
Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, cet.I, 2000 M)
h.68
11
G. Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan suatu bentuk tulisan yang sistematis sehingga tampak adanya gambaran yang jelas, terarah, logis dan saling berhubungan antara satu bab dengan bab berikutnya, maka tesis ini penulis klasifikasikan menjadi enam bab, yang terdiri dari satu bab pendahuluan, dua bab kerangka teori dan satu bab pembahasan serta satu bab penutup. Bab pertama, merupakan landasan umum penelitian dari tesis ini. Bagian ini berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, studi terdahulu yang relefan, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua, penulis membangun kerangka teoritis dan konsepsional sebagai tempat bertolak dalam pembahasan tentang Terjemah al Qur‟an. Bab ini berisi pembahasan tentang perdebatan seputar terjemah al Qur‟an, anatara yang mengharamkannya dan yang membolehkannya. Bab ketiga, berisi tentang perdebatan seputar ayat mutasyabihat dan metode memahaminya, antara kelompok tekstualis dan kontekstualis. Kelompok pertama sangat anti pati terhadap takwil, sementara kelompok kedua menjadikan takwil sebagai satu-atunya meted untuk memahami ayat-ayat mutasyabihat. Bab keempat, berisi terjemah ayat-ayat mustasyabihat dalam buku terjemah al Qur‟an Kementrian Agama RI. Pembahasan diklasifikasikan menjadi beberapa bagian; yaitu Ayat-ayat mutasyabihat tentang akidah dan tauhid, kedua pembahasan tentang ayat-ayat mutasyabihat tentang ayat-ayat perang dan yang mengindikasikan kebebasan beragama. Ketiga pembahasan ayat mutasyabihat tentang hukum dan akhlak. Bab kelima, bab penutup, penulis menulis kesimpulan-kesimpulan dari isi disrtasi secara keseluruhan sebagai penegasan jawaban atas permasalahan yang
12
dikemukakan sebelumnya dalam rumusan masalah, disertai dengan saran-saran yang dianggap penting berkaitan dengan tema.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur`an Terjemah Depag Abu Ghudah, Zaki Ali al-Sayyid, al-Irhab fi al-Yahudiyah wa al-Masihiyah wa alIslam wa al-Siyasat al-Mu'asirah. Kuala Lumpur: al-Hidayah Publishers, 2005 Abû Zayd, Nasr Hâmid, Isykaliyatu al-Qira`ah wa 'Aliyatu al-Ta`wil. Bairut: alMarkaz al-Tsaqâfah al-Arabiy, cet V, 1999 --------, Isykaliyatu al-Qira`ah wa 'Aliyatu al-Ta`wil. Bairut: al-Markaz al-Tsaqâfah al-Arabiy, cet. V, 1999 --------, Naqd al-Khitâb al-Dîniy. Kairo: Sina li al-Nasyr, 1992 al-Amidiy, Saif al-Din Abû al-Hasan 'Ali bin Abu 'Ali bin Muhammad, al-Ihkam fi Usûl al-Ahkâm. Bairut: Dar al-Kutub al-'Ilmiah, 1983 al-Andalusi, Abu Hayyan, al-Bahr al-Muhît. Bairut: Dar Ihya al-Turats al-'Arabiy, cet II, 1411 H/ 1990 al-Baghdâdi, Abu Mansûr Abd al-Qâhir, al-Faqih wa al-Mutafaqqih. Bairut: Dar Ihya` al-Sunnah al-Nabawiyyah, t.t --------, al-Farqu baina al-Firaq. Bairut: Dâr al-Ma'rifah,t.t al-Bâqilani, Abu Bakr Muhammad ibn al-Tayyib ibn Muhammad ibn Ja'far ibn alQâsim, I'jaz al-Qur'an. Kairo: Dar al-Ma'arif, tahqiq: Ahmad Saqr, t.t al-Farmâwî, Abd al-Hayyi, al-Bidâyah fî al-Tafsîr al-Maudû‟I, Dirâsât Manhajiyah Maudû‟iyah. Kairo, Maktabah al-Hadarah al-„Arabiyah , 1977
13
Fayid, Abd al-Wahhâb, al-Dakhîl fi Tafsîr al-Qur‟ân al-Karîm. Kairo: Jami‟ah al Azhar al Syarif, 1980 al-Ghumâri, „Abd Allâh ibn Muhammad al-Siddîq, Bida' al-Tafasir. Kairo: Maktabah al-Qahirah --------, Itqân al-Sun‟ah. Bairut: „Âlam al-Kutub, 1986 al-Habasyi, Abd Allâh, al-Bayân al-Muwatstsaq. Bairut: Dar al-Masyari', 2005 --------, al-Dalîl al-Qawîm 'ala al-Sirat al-Mustaqîm. makhtut, --------, mukhtasar Bughyah al-Talib li Ma'rifati 'ilm al-Dîn al-Wâjib. Bairut: Dar alMasyari', 2008 --------, Risâlah al-Tahdzîr min al-Firaq al-Tsalâts. Bairut: Dar al-Masyari', 1995 --------, Sarîh al-Bayân fi Raddi 'ala man Khâlafa al-Qur`an. Bairut, Dar al-Masyari, 2001 Ibn Baz, Abd al-'Azîz bin Abd al-Rahman, Majmû' Fatâwa wa Maqâlat Mutanawwi'ah. Riyad: Maktabah al-Ma'arif, 1992 --------, Tanbihât fi al-Rad 'al-a Ta`wîl al-Sifât. Riyad: Idarah al-Buhuts al-'Ilmiyah wa al-Ifta Ibn Taimiyyah, Ahmad, Majmû' al-Fatâwâ. Maktabah al-Syamilah Vol.2 --------, Minhâj al-Sunnah al-Nabawiyyah. Maktabah al-Syamilah Vol.2 Ibnu al-Manzûr, Abu al-Fadl Jamâl al-Dîn Muhammad bin Mukarram, Lisân al'Arab. Bairut: Dar al-Sadir, 1997 --------, Abu al-Fadl Jamâl al-Dîn Muhammad bin Mukarram, Tafsir al-Qur'an al'Azîm. Mesir: Dar Misr li al-Tiba'ah, t.t Ja‟far, „Abd al Ghafûr Mahmud Mustafa, al Asîl wa al Dakhîl fî Tafsîr al Qur‟ân wa Ta‟wîluhu Riwâyatan wa Dirâyatan. Kairo, Jami‟ah al Azhar al Syarif 1995 al-Jassâs, Abu Bakr Ahmad bin Ali al-Râzi al-Hanafiy, Ahkam al-Qur'an. Bairut: Dâr al-Fikr, 1993
14
Khalîfah, Ibrahîm „Abd al-Rahman, al-Dakhîl fî al-Tafsîr. Kairo: Jami‟ah al Azhar al Syarif, t.t. al-Khâzin, Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Ibrâhim bin Umar al-Syihi, Lubâb al-Takwîl fi Ma'âni al-Tanzîl. Bairut: Dar al-fikr, t.t al-Qurtubi, Abu Abd Allah Ahmad bin Abu Bakr al-Ansari, al-Jâmi' li Ahkam alQur'an, Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, t.t Qutb, Sayyid, al-Taswîr al-Fanni fi al-Qur'ân, --------, fi Zilal- al-Qur'an Dâr Ihya al-Kutub al-'Arabiyah. cet 1, t.t al-Râzi, Zain al-Dîn Muhammad bin Abî Bakr bin Abd al-Qâdir al-Hanafiy. Mukhtâr al-Sihâh. Bairut: Syarikah Dâr al-Masyâri', 2004 --------, al-Tafsîr al-Kabîr wa Mafâtih al-Ghaib. Bairut: Dar al-Fikr, 1993 Rida, Muhammad Rasyîd, Tafsir al-Qur'an al-Hakim. Bairut: Dâr al-Kutub al-Ilmiah, cet 1, 1999 al-Sabt, Khalid Utsman, Qawa'id al-tafsir. Jam'an wa Dirasatan, Kairo: Dar Ibn Affan, 1421 H al-Sa'di, Abd al-Rahman bin Nâsir, al-Qawa'id al-Hisan li Tafsir al-Qur'an. Riyad: Maktabah al-Ma'ârif, 1980 Sayyid, Usamah, al-Qardâwi fi al-'Ara. Bairut: Dâr al Masyari', 2002 Schuon, Frithjof, The Transendent Unity of Religions. Wheaton,U.S.A, The Theosophical Publisihing House, Sihab, M.Quraisy, Ayat-Ayat Fitna, Sekelumit Keadaaban Islam di tengah Purbasangka. Jakarta: Lentera Hati, 2008 --------, M.Quraisy, Tafsîr al-Misbâh. Jakarta: Lentera Hati, 2002 --------, Membumikan al-Qur'an. Bandung: Mizan, 1999 --------,Wawasan al-Qur'an. Bandung, Mizan, 1999
15
al-Suyûti, Jalâl al-Dîn Abd al-Rahmân, al-Itqan fi „ulum al-Qur'an. Kairo: Dar alHadits, 2006 Syahrur, Muhammad, al-Kitab wa al-Qur'an: Qira‟ah Mu‟asirah. Damaskus: alAhali li al-Tiba‟ah wa al-Nasyr wa al-Tawzi‟, 1990 al-Syaukani, Fath al-Qadîr. Bairut: Muassasah al-A'lamiy li al-Matbu'at, cet.3, 1974 al-Tabataba'I, Muhammad Husain, al-Mîzan fi Tafsîr al-Qur'ân. Bairut: Muassasah al-'A'lami al-Matbu'at, 1983 al-Tahâwi, Ahmad ibn Salâmah Abu Ja'far, Aqîdah al-Tahâwiyah, Bairut: Dar alMasyari', 1995 al-Wahidi, Asbâb al-Nuzûl. Kairo: Dar al-Hadîts, 2003 Ya‟qub, Tahir Mahmud Muhammad, Asbâb al-Khata‟ fî al-Tafsîr. Dar ibn al-Jauzi, 1425 H Zaglul,Muhammad Hamd, al-Tafsir bi al-Ra`yi, Qawa'iduhu wa Dawabituhu wa a'lamuhu. maktabah al-Farabi, 1999 al-Zamakhsyari, Abd al-Qâsim Mahmûd bin Muhammad bin Umar, Tafsîr alKasysyâf 'an Haqâiq al-Tanzîl wa 'uyûn al-Aqâwil. Bairut: Dar al-Kutub alIlmiah, 1995 al-Zarqâni, Manâhil a-'Irfan fi 'Ulûm al-Qur'an. Bairut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, 1996
16