KORELASI PANJANG TULANG JARI TELUNJUK TANGAN (Digiti II) TERHADAP TINGGI BADAN PRIA DEWASA SUKU BALI DAN SUKU BATAK DI KECAMATAN TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG
Skripsi
Oleh : Indrani Nur Winarno Putri
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
KORELASI PANJANG TULANG JARI TELUNJUK TANGAN (Digiti II) TERHADAP TINGGI BADAN PRIA DEWASA SUKU BALI DAN SUKU BATAK DI KECAMATAN TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG
Oleh : Indrani Nur Winarno Putri
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN Pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
ABSTRACT THE CORRELATION BETWEEN INDEX FINGER LENGTH (digiti II) AND STATURE OF BALINESE AND BATAKNESE MAN IN TANJUNG SENANG SUBDISTRICT BANDAR LAMPUNG DISTRICT
By INDRANI NUR WINARNO PUTRI
The crime rate of Lampung in 2012-2014 was increased. The murder with mutilation cases also increased, it was proven by six mutilation cases that reported to media in 2005-2008. The incomplete body make a difficult condition to identifying process. Stature prediction not only can be predicted by the length of long bone but also by the length of short bone such as index finger bone. The aim of this study are to identify the correlation between index finger length and stature. The study was conducted in October - November 2016 in Tanjung Senang subdistrict using analytic correlative method and cross sectional approach. Sample was taken by consecutive sampling and obtained 35 man in the age of 21-45 years old. The index finger length mean in Balinese man is 7,264 cm while the stature mean is 167,449 cm with the coefficient correlation (r) in right index finger 0,466 and 0,538 in left index finger. The index finger length mean in Bataknese man is 7,358 cm while the stature mean is 169,789 cm with the coefficient correlation (r) in right index finger 0,508 and 0,613 in left indext finger.Both index finger length in Balinese showed intermediate correlation with positive direction. The right index finger in Bataknese showed intermediate correlation while the left index finger showed strong correlation with positive direction. Keyword : Forensic Identifying, Index Finger Length, Stature, Balinese, Bataknese
ABSTRAK KORELASI PANJANG TULANG JARI TELUNJUK TANGAN (digiti II) TERHADAP TINGGI BADAN PRIA DEWASA SUKU BALI DAN SUKU BATAK DI KECAMATAN TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG
Oleh INDRANI NUR WINARNO PUTRI
Angka kriminalitas di Provinsi Lampung pada tahun 2012-2014 mengalami peningkatan. Kasus pembunuhan disertai mutilasi pun meningkat dibuktikan dalam tahun 2005-2008 terdapat 6 kasus mutilasi yang dilaporkan ke media. Kondisi jasad yang tidak utuh dapat mempersulit proses identifikasi. Prediksi tinggi badan tidak hanya menggunakan panjang tulang panjang namun bisa juga menggunakan panjang tulang pendek seperti panjang jari telunjuk tangan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui korelasi panjang tulang jari telunjuk tangan dengan tinggi badan. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober – November 2016 di Kecamatan Tanjung Senang, dengan metode analisis korelatif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel sebanyak 35 pria berusia 21-45 tahun setiap suku Bali dan Batak dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Rerata panjang jari telunjuk tangan pria dewasa suku Bali adalah 7,246 cm sementara rerata tinggi badannya adalah 167,449 dengan koefisien korelasi (r) pada telunjuk kanan 0,466 dan 0,538 pada telunjuk kiri. Rerata panjang jari telunjuk tangan pria dewasa suku Batak 7,358 cm dan tinggi badan 169, cm dengan koefisien korelasi (r) pada telunjuk kanan 0,508 dan 0,613 pada telinjuk kiri. Panjang tulang jari telunjuk pada kedua tangan memiliki korelasi sedang dengan arah positif terhadap tinggi badan suku Bali. Pada panjang tulang jari telunjuk kanan suku Batak memiliki korelasi sedang sementara pada telunjuk kiri memiliki korelasi kuat dengan arah positif terhadap tinggi badan. Kata Kunci : Identifikasi Forensik, Panjang Tulang Jari Telunjuk Tangan, Tinggi Badan, suku Bali, suku Batak.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada 17 Januari 1995, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Winarno ST dan Ibu Miroah S.Pd.,M.Pd. Pendidikan Taman Kanak (TK) diselesaikan di TK Abdul Halim Jakarta Barat pada tahun 2001. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri Grogol Selatan 01 Pagi Jakarta Selatan pada tahun 2007. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 19 Jakarta Selatan pada tahun 2010. Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 78 Jakarta Barat pada tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung penulis pernah aktif sebagai Bendahara Umum Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam dan Tanggap Darurat (PMPATD) Pakis Rescue Team periode 2015-2016.
i
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan karya sederhana ini untuk kalian keluargaku…
Mama, Papa tercinta Adik Rani dan Adik Sasa tersayang
Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengankat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. (GS. Al-Mujadalah, ayat 11)
ii
SANWACANA
Assalamualaikum Wr.Wb Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah melimpatkan anugrah, nikmat dan ridho-Nya, serta bantuan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat beriring salam tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya. Skripsi yang berjudul “Korelasi Panjang Tulang Jari Telunjuk Tangan (digiti II) terhadap Tinggi Badan Pria Dewasa suku Bali dan suku Batak di Kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung” ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Universitas Lampung. Melalui kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih terhadap semua pihak yang telah memberi dukungan moril dan spiritual, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Kedua orangtuaku, Mama dan Papa tercinta Miroah, S.Pd., M.Pd dan Winarno, ST yang menjadi inspirasi terbesar penulis. Terimakasih atas segala dukungan baik moral, spiritual dan materil yang diberikan. Semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik, umur panjang, kesehatan kebahagian dan perlindungan kepada Mama dan Papa;
iii
2. Adik-adikku tersayang Tyas Nur Winarno Putri dan Faris Nur Winarno Putra, terimakasih telah menjadi adik-adik yang pintar dan penurut semoga penulis bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian berdua; 3. Kepada Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung; 4. Kepada Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp. PA selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung; 5. Kepada dr. Novita Carolia, M.Sc selaku pembimbing I saya yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga pikiran, dan semangat untuk saya selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini. Terimakasih untuk bimbingan dan arahan yang diberikan selama proses penyusunan skripsi; 6. Kepada dr. Anggraeni Janar Wulan M.Sc selaku pembimbing II saya yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan arahan yang diberikan selama proses penyusunan skripsi; 7. Kepada dr. Handayani Dwi Utami, M.Sc., Sp.F dan dr. Khairun Nisa B. M.Kes.,AIFO selaku penguji yang telah memberikan kritik, saran dan masukan dalam memperbaiki skripsi; 8. Kepada dr. Merry Indah Sari M.MedEd yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi; 9. Kepada ibu Soraya Rahmanisa, S.Si., M.Sc selaku pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi, dukungan dan saran;
iv
10. Seluruh Staf dosen pengajar dan Staf karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang telah berbagi ilmu dan pengalaman selama perkuliahan; 11. Keluarga besar yang telah membantu dalam berbagai hal dan selalu memberikan dukungan; 12. Kepada seluruh responden warga Kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung yang telah bersedia meluangkan waktu demi terpenuhinya data penelitian dan terselesaikannya skripsi ini; 13. Kepada sahabat terdekat dan terbaik Marco Manza Adi Putra terimakasih atas dukungan, perhatian dan waktunya selama tiga tahun ini semoga selalu menemani di tahun-tahun berikutnya; 14. Kepada Dea Saragih, Luh Dina, Rachel Sitepu, Ayu Lingga, Desindah, Julia dan Aradila atas kebaikannya meluangkan waktu dalam membantu penelitian; 15. Kepada Kuah Ketoprak Faridah, Sayyik, Fauziah, Nida, Zahra, Kak Christine, Meti, Hanum, Zulfa, Wahid, Marco, Fadel, Tito, Fuad, Firza yang menjadi keluarga utama di tempat perantuan ini, semoga persahabatan kita bisa terjaga selamanya; 16. Kepada dosen-dosen anatomi dr. Anggraeni Janar Wulan M.Sc, dr. Rekha Nova Iyos dan dr. Catur Ariwibowo serta teman-teman asdos anatomi Iqbal Reza, Jyuldi Prayoga, M Azzaky, Bang Joshua, Marliando, Teguh, Sutria, Fauziah, Kak Ria, Indah Iswara, Rosi Indah, Azzren, Ira, dan Ara terimakasih atas ilmu dan dukungan yang diberikan selama ini.
v
17. Kepada teman-teman seluruh angkatan 2013 (Cere13ellums) semoga kita semua bisa menjadi dokter yang amanah; 18. Kepada SC 08 dan keluarga besar PMPATD Pakis Rescue Team, terimakasih atas pengalaman, ilmu, dan kebersamaan selama menjalankan setiap amanah yang diberikan kepada saya. Semoga selalu berjaya, semangat, tanggap terampil mandiri. Salam Lestari; 19. Kepada KKN Banding Agung Dede, Cantika, Rosihan, Andan, Sarah dan Dhiah terimakasih atas kebersamaan dan pengalaman-pengalaman yang kalian ajarkan; Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Namun, penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga segala keikhlasan, kebaikan dan dukungan selama ini mendapat balasan oleh Allah SWT. Amin.
Bandar Lampung, Desember 2015 Penulis
Indrani Nur Winarno Putri
vi
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI .........................................................................................
i
DAFTAR TABEL ................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................
v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..........................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................
3
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................
4
1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................
7
2.1.1 Pengertian Rangka Tubuh Manusia ..................................
7
2.1.2 Osteogenesis ......................................................................
8
2.1.3 Anatomi Pergelangan Tangan dan Jari Tangan ................
10
2.1.4 Tinggi Tubuh Manusia ......................................................
13
2.1.5 Penyakit yang Mempengaruhi Tinggi Badan.....................
16
2.1.6 Hubungan Panjang Tulang dengan Tinggi Badan ............
17
2.1.7 Suku Bali dan Suku Batak .................................................
19
2.1.8 Kecamatan Tanjung Senang ..............................................
20
vii
2.2 Kerangka Teori ...........................................................................
21
2.3 Kerangka Konsep .......................................................................
22
2.4 Hipotesis .....................................................................................
22
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ........................................................................
23
3.2 Tampat dan Waktu Pelaksanaan ................................................
23
3.3 Populasi Penelitian .....................................................................
23
3.4 Sampel Penelitian .......................................................................
24
3.5 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ........................................................
25
3.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Oprasional Variabel .............
27
3.7 Instrumen dan Prosedur Penelitian .............................................
28
3.8 Pengolahan Data dan Analisis Data ...........................................
30
3.9 Etik Penelitian ............................................................................
32
3.10 Alur Penelitian .........................................................................
33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ..........................................................................
34
4.2 Pembahasan ................................................................................
40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ................................................................................
45
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
47
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Rumus Perkiraan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Tulang ..........
16
2. Definisi Oprasional Variabel ..............................................................
28
3. Uji Normalitas Tinggi Badan dan Panjang Jari Telunjuk tangan suku Bali dan Batak.................................................................
35
4. Rerata Tinggi Badan dan Panjang Jari Telunjuk Tangan suku Bali dan suku Batak....................................................................
35
5. Hasil Analisis Korelasi Pearson suku Bali.........................................
37
6. Hasil Analisis Korelasi Pearson suku Batak ......................................
38
7. Aplikasi rumus regresi dan perbandingan panjang tulang jari telunjuk tangan terhadap tinggi badan ........................................
40
8. Kriteria tinggi badan menurut Martin Knussman .............................
41
9. Interpretasi koefisien korelasi .............................................................
43
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Osifikasi Endokondral ........................................................................
9
2. Tulang pada Tangan Kanan ...............................................................
10
3. Kerangka Teori ...................................................................................
21
4. Kerangka Konsep ...............................................................................
22
5. Microtoise dan Kaliper Geser ............................................................
28
6. Cara Pengukuran Tinggi Badan .........................................................
29
7. Pengukuran Panjang Jari Telunjuk Tangan ........................................
30
8. Alur Penelitian ...................................................................................
33
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Badan Pusat Statistik dalam studi statistik kriminalitas tahun 2015 di Indonesia mengungkapkan bahwa selama periode tahun 2012–2014, jumlah kejadian kejahatan atau tindak kriminalitas di Indonesia berfluktuasi, begitu pula di Provinsi Lampung. Data di Biro Pembinaan dan Operasional, Mabes Polri memperlihatkan jumlah kejadian kejahatan (total crime) di Lampung yang dilaporkan ke kepolisian daerah selama tahun 2012, 2013 dan 2014 adalah 5.197, 4.812 dan 7.755 (Badan Pusat Statistik, 2015). Termasuk didalamnya kasus pembunuhan disertai mutilasi. Humas Polda Metro Jaya melaporkan dalam analisa dan evaluasi situasi keamanan dan ketertiban masyarakat selama periode Januari-Desember 2010 kasus pembunuhan yang menonjol dan menjadi laporan utama adalah 2 kasus pembunuhan disertai mutilasi dari 3 kasus pembunuhan yang menjadi laporan utamanya (Pusat Komunikasi dan Informasi Bidang Humas Polda Metro Jaya, 2010). Setidaknya dalam kurun waktu empat tahun sejak 2005-2008 tercatat ada 6 kasus mutilasi dan diberitakan di media massa (Markum et al., 2010). Identifikasi terhadap korban mutilasi memerlukan data-data yang mendukung, namun biasanya terdapat keterbatasan data karena penemuan potongan jasad korban
2
tidak terkumpul pada satu tempat. Penemuan potongan jasad tidak selalu dalam bentuk tulang panjang bisa juga dalam bentuk potongan tulang pendek seperti jari tangan. Data tinggi badan yang diketahui dapat memperkirakan postur tubuh korban agar lebih mudah diketahui identitasnya. Terdapat berbagai manfaat lain dari pengukuran panjang tulang dengan tinggi badan diantaranya digunakan oleh para arkeolog untuk mengidentifikasi fosil atau mengidentifikasi korban pada bencana alam yang menyebabkan beberapa bagian tubuh korban terpisah dari badan (Ebite et al., 2008). Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mencari korelasi antara panjang tulang dengan tinggi badan diantaranya panjang tulang humerus, tibia, femur, ulna, telapak kaki, telapak tangan, lengan bawah dengan tinggi badan (Amalia, 2014; Sutriani, 2013; Handajani dan Prima, 2014; Ilayperuma, Nanayakkara dan Palahepitiya, 2009). Penelitian pada pengukuran tulang pendek tidak jarang dilakukan di luar negeri seperti pengukuran panjang jari tangan (Suseelamma et al., 2014; Kumar et al., 2014). Namun penelitian mengenai korelasi panjang tulang jari terhadap tinggi badan masih jarang dilakukan di Indonesia. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan diantaranya adalah suku, jenis kelamin dan umur (Moore dan Agur, 2002). Setiap suku di Indonesia walaupun memiliki kemiripan (ras mongoloid) tetapi memiliki ciri fisik yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya persilangan antar ras (Koentjaraningrat, 1997). Umur berpengaruh pada tinggi badan terutama dalam maturasi tulang. Pertumbuhan tulang jari dan telapak tangan terhenti pada usia 19
3
tahun pada pria (Gilsanz dan Ratib, 2012). Berdasarkan penelitian hubungan antara panjang jari terhadap tinggi badan yang dilakukan di India menggunakan rumus korelasi Pearson terdapat korelasi yang lebih kuat jika dilakukan pada pria dibanding wanita dengan koefisien korelasi pada wanita adalah 0,342 dan pada pria 0,513 (Oladipo et al., 2014). Sementara dalam korelasi antara panjang jari tangan dengan tinggi badan, jari tangan yang memiliki korelasi terkuat adalah jari telunjuk (Tyagi, 1999). Sampai saat ini, penelitian mengenai korelasi antara panjang tulang pendek salah satunya panjang jari telunjuk tangan (digiti II) masih jarang dilakukan di Indonesia. Pemilihan suku didasarkan pada banyaknya jumlah suku Bali di Indonesia, di Provinsi Lampung sendiri jumlahnya cukup banyak yaitu 104.810 orang dan suku Batak merupakan suku terbanyak ketiga di Indonesia dengan jumlah di Provinsi Lampung sebesar 52.311(Badan Pusat Statistik, 2011). Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti korelasi antara panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) terhadap perkiraan tinggi badan pria dewasa suku Batak dan suku Bali di Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung. 1.2 Rumusan Masalah Menarik kesimpulan dari latar belakang bahwa adanya korelasi antara panjang tulang dengan tinggi badan dan hal ini dipengaruhi oleh ciri fisik yang berbeda dari setiap suku, maka didapatkan rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
4
1. Bagaimana korelasi panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) terhadap tinggi badan pria dewasa suku Batak di Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung? 2. Bagaimana korelasi panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) terhadap tinggi badan pria dewasa suku Bali di Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung? 3. Bagaimana rumus regresi panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) terhadap tinggi badan pria dewasa suku Batak di Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung? 4. Bagaimana rumus regresi panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) terhadap tinggi badan pria dewasa suku Bali di Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan
umum
dari
penelitian
ini
adalah
mengetahui
korelasi
dan
memformulasikan rumus regresi tinggi badan dengan panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) pada pria dewasa suku Bali dan suku Batak. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis korelasi panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) terhadap tinggi badan pria dewasa suku Batak di Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung.
5
2. Menganalisis korelasi panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) terhadap tinggi badan pria dewasa suku Bali di Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung. 3. Mencari rumus regresi panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) terhadap tinggi badan pria dewasa suku Batak di Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung. 4. Mencari rumus regresi panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) terhadap tinggi badan pria dewasa suku Bali di Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan di atas, berikut manfaat yang diharapkan dari penelitian ini : 1. Bagi peneliti, menambah ilmu pengetahun dibidang anatomi, antropometri, dan forensik terkait panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) terhadap tinggi badan pria dewasa suku Bali dan suku Batak, sehingga dapat menerapkan ilmu yang didapat. 2. Bagi pembaca, menambah pengetahuan menganai panjang tulang jari telunjuk dan korelasinya dengan tinggi badan pria dewasa di suku Bali dan Suku Batak, serta menambah wawasan lain dibidang kesehatan. 3. Bagi instansi terkait, memperkirakan tinggi badan jenazah yang sudah tidak utuh dengan menggunakan panjang tulang jari telunjuk (digiti II), serta menambah data base mengenai perhitugan perkiraan tinggi badan berdasarkan
6
panjang tulang jari telunjuk (digiti II) pada suku Bali dan suku Batak (Ilmu Kedokteran Forensik). 4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai referensi untuk penelitian yang serupa. 5. Bagi popuasi yang diteliti, membuat perhitungan khusus untuk mencari tinggi badan melalui panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) pada suku Bali dan suku Batak.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Rangka Tubuh Manusia Definisi dari tulang adalah jaringan ikat yang bersifat kaku dan membentuk sebagian besar kerangka serta merupakan jaringan penunjang tubuh yang utama (Moore dan Dalley, 2013). Kerangka manusia terdiri dari jaringan tulang yang menyangga struktur tubuh yang berdaging dan melindungi organ– organ vital seperti organ di dalam tengkorak yaitu otak, rongga dada seperti jantung, paru-paru, sumsum tulang, sel darah dan sebagainya. Selain berfungsi sebagai organ pelindung, tulang
juga memiliki fungsi sebagai penyimpan
cadangan kalsium, fosfat dan ion-ion lainnya yang dapat dilepas dan disimpan dengan cara terkendali untuk mempetahankan konsentrasi ion-ion penting dalam cairan tubuh (Mescher, 2012). Pada bayi jumlah total tulangnya adalah lebih sekitar 300 tulang yang sebagian besar berpasangan, namun ketika dewasa jumlah itu menjadi genap 206 akibat dari penyatuan beberapa tulang seperti tulang sacrum dan tulang coxae (Basmajian dan Slonecker, 2010). Keseluruhan dari struktur rangka inilah yang akan membentuk tinggi tubuh manusia.
8
2.1.2 Osteogenesis Cara terbentuknya tulang ada dua cara osifikasi intramembranosa dan endokondral. Osifikasi intramembranosa biasa menghasilkan tulang pipih sementara osifikasi endokondral menghasilkan tulang panjang dan tulang pendek. Pada osifikasi endokondral jaringan tulang mula-mula terbentuk seperti suatu kerah (bone collar) yang mengelilingi diafisis model kartilago. Adanya kerah ini dapat menghambat difusi oksigen dan nutrien ke dalam kartilago dibawahnya. Hal ini memicu perubahan degeneratif di tempat tersebut sehingga terproduksinya alkali fosfatase dan menimbulkan kalsifikasi di daerah tersebut. (Mescher, 2012). Pembuluh darah berpenetrasi melalui kerah tulang yang sebelumnya di susupi osteoklas yang membawa sel-sel osteoprogenitor ke daerah sentral. Berikutnya osteoblas melekat pada matriks kartilago yang telah mengapur dan menghasilkan lapisan tulang primer yang mengelilingi sisa matriks tulang rawan. Proses ini membentuk pusat osifikasi primer (Mescher, 2012). Proses osifikasi endokondral dapat dilihat pada gambar 1. Pusat osifikasi sekunder muncul tidak lama kemudian di epifisis model kartilago dan berkembang dengan cara yang sama. Selama perluasan dan remodeling berlangsung, pusat osifikasi primer dan sekunder membentuk rongga yang secara berangsur diisi dengan sumsum tulang. Pada pusat osifikasi sekunder, tulang rawan ada pada dua daerah yaitu kartilago sendi yang ada sepanjang usia dewasa tidak ikut dalam pertumbuhan memanjang tulang dan
9
kartilago epifisial (lempeng pertumbuhan yang menghubungkan epifisis dan diafisis). Kartilago
epifisial
bertanggung
jawab
atas
pertumbuhan
tulang
memanjang dan biasanya sudah hilang pada orang dewasa. Hilangnya lempeng pertumbuhan terjadi pada waktu yang berbeda-beda dan tuntas hilang di semua tulang pada usia 20 tahun (Mescher, 2012). Pertumbuhan panjang tulang tangan terutama semua carpal, metacarpal dan phalanx akan terhenti di usia 15 - 17 tahun pada perempuan dan 17 - 19 tahun pada laki-laki (Gilsanz dan Ratib, 2012).
Gambar 1. Osifikasi endokondral ( Mescher, 2012).
10
2.1.3 Anatomi Jari Tangan Tulang jari tangan (digitorum) melekat pada tulang-tulang metacarpal. Tulang – tulang digitorum (phalanges) memiliki 14 ruas tulang, 2 ruas untuk ibu jari dan 3 ruas untuk jari lainnya yang terdiri dari phalanx proksimal, medial dan distal. Pada setiap phalanx-nya terdiri dari caput, corpus dan basis. Corpus-nya berbentuk runcing ke arah distal, dan permukaannya berbentuk konveks di dorsal sementara bagian sisinya datar dan kasar yang berfungsi sebagai tempat melekatnya tendo otot-otot fleksor. Basis dari phalanx bagian proksimalnya berbentuk oval dengan permukaan sendi berbentuk konkaf. Caput phalanx lebih kecil dari basisnya (Basmajian dan Slonecker, 2010). Gambar tulang digitorum dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Tulang pada tangan kanan (Moore dan Dalley, 2013).
11
Tulang-tulang phalanges dihubungkan oleh sendi-sendi yang disebut articulationes digitorium. Sendi-sendi ini terdiri atas sendi metacarpophalangeal dan interphalangeal. Sendi metacarpophalangeal adalah sendi condyloid yang menghubungkan ossa metacarpi dan ossa phalanges proximales. Selain sendi tulang-tulang phalanges juga dihubungkan oleh ligamen yaitu ligamentum collaterale medial dan ligamentum collateral lateral yang berada di lateral dan medial persendian, ligamentum palmaria ventral yang berada di ventral persendian
dan
ligamentum
metacarpale
tranversum
profundum
yang
menghubungkan ligamentum palmaria dan articulations metacarpophalangeal (Pulsen dan Waschke, 2010). Tulang-tulang jari tangan dilapisi oleh beberapa lapisan. Lapisan paling luar adalah kulit. Fascia adalah lapisan dibawah kulit, fascia dibagi menjadi dua yaitu fascia superficialis (jaringan subkutan) yang terdiri atas lemak dan fascia profunda yang mengelilingi otot (Moore dan Agur, 2013). Terdapat tendo-tendo yang melekat pada jari tangan dan membanttu pergerakan. Pada bagian dorsal terdapat tendo m. extensor pollicis brevis dan m. extensor pollicis longus yang melekat pada digiti I, sementara tendo m. extensor digitorum melekat pada empat jari lainnya. Pada bagian ventral terdapat tendo m. flexor digitorum superficialis dan m. flexor digotorum profundus. Tendo-tendo pada jari-jari tangan ini memiliki pembungkus yang disebut dengan vaginae tendinum palmar. Pada digiti I terdapat tendo m. flexor pollicis longus dan tempat perlekatan distal dari m. abductor pollicis brevis dan m. flexor pollicis
12
brevis, caput superficiale. Terdapat mm. lumbricales yang berada di articulationes metacarpophalangeae pada bagian proximal digiti II, III, IV. Pada bagian proximal digiti V tepatnya di sekitar articulationes metacarpophalangeae terdapat m. lumbricalis (Pulsen dan Waschke, 2010). Aliran vena pada os digitorum didapat dari vv. digitales palmares dan arteri yang memperdarahi os digitorum adalah aa. digitales palmares propriae dan aa. digitales palmares communes. Saraf yang mempersarafi digiti I, II, III adalah cabang dari n. medianus sementara digiti IV dan V dipersarafi oleh n. ulnaris (Pulsen dan Waschke, 2010). Perhitungan panjang jari telunjuk tangan pada manusia hidup dipengaruhi oleh panjang tulang, dan panjang jaringan-jaringan disekitar tulang seperti jaringan epidermis, dermis, subkutis yang berisikan jaringan lemak dan kuku. Terdapat beberapa perubahan yang mempengaruhi panjang jari telunjuk manusia yang masih hidup dengan panjang tulang jari telunjuk tangan dari jasad ataupun potongan jari telunjuk tangan. Perubahan tersebut adalah tanda-tanda pembusukan atau dekomposisi yang disebabkan oleh terhentinya sirkulasi ke jaringan. Pembusukan pada jari tangan tidak secepat organ lain yang memiliki vaskularisasi yang banyak seperti otak, lien, lambung dan lain-lain. Pembusukan dapat ditandai dengan perubahan warna kehijauan, adanya bau busuk, pembengkakan dan terlepasnya kuku bisa juga didapatkan larva lalat setelah 3648 jam pasca kematian (Idries, 2002)
13
2.1.4 Tinggi Tubuh Manusia Tinggi badan adalah jarak yang diukur dari ujung kepala (vertex) hingga ke ujung kaki atau calcaneus (Suseelamma et al., 2014). Pengukuran tinggi badan berguna dalam bidang Ilmu Antropologi Forensik yaitu dalam mengidentifikasi jasad melalui analisis sisa rangka manusia dengan tujuan mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya tentang rangka manusia yang diperiksa. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi badan secara garis besar dibedakan menjadi : a. Faktor internal Faktor internal yang mempengaruhi tinggi badan seseorang diantaranya adalah genetik, ras, jenis kelamin dan usia. Faktor genetik adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kapasitas maksimal pertumbuhan seseorang. Kadar normal hormon seperti
GH (Growth Hormone)
yang mutlak
dibutuhkan, hormon tiroid, insulin dan hormon seks yang berperan sekunder dalam pertumbuhan perlu diperhatikan. Selama masa kehamilan faktor pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor hormon-hormon dari plasenta, setelah kelahiran GH baru berperan aktif. Terdapat 2 masa pertumbuhan pesat selama masa kehidupan seseorang yaitu fase 2 tahun pertama pascakelahiran dan masa pubertas. Growth Hormone memiliki peran penting dalam meningkatkan jumlah sel dan ukuran sel dari jaringan tulang. Hormon tiroid memiliki peran tersendiri dalam mempengaruhi pertumbuhan, GH akan bermanifestasi penuh apabila kadar
14
hormon tiroid memadai, hal ini ditandai oleh pada anak kondisi hipotiroid pertumbuhannya mempengaruhi
akan
terganggu
pertumbuhan.
tetapi
Hormon
kondisi
androgen
hipertiroid seperti
tidak
testosteron
merupakan hormon yang paling poten dalam membuat lonjakan pertumbuhan pada pria. Sementara hormon estrogen menghentikan pertumbuhan linier dengan merangsang perubahan komplit lempeng epifisial menjadi tulang (Sherwood, 2009). Perbedaan ras memiliki peran yang penting pada pengukuran tinggi badan, perbedaan ras dapat diliat dari warna kulit rambut dan sebagainya. Pada ras Afrika dan Skandinavia memiliki tinggi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan ras Asia hal ini disebabkan oleh tungkai mereka yang panjang (Moore dan Agur 2002). Penentuan ras juga berguna untuk menentukan tinggi badan kaitannya dengan formula yang tersedia. Dengan melakukan pemeriksaan yang baik seorang ahli dapat menentukan apakah tulang yang diperiksa berasal dari ras Mongoloid, Negroid ataupun Kaukasoid (Idries dan Tjiptomartono, 2013). Hal-hal lain yang mempengaruhi tinggi badan adalah jenis kelamin, pria dewasa cenderung lebih tinggi dibanding perempuan karena memiliki tungkai yang lebih panjang, tulang pria juga lebih berat dan besar. Sementara pada wanita memiliki tulang-tulang yang lebih pendek dan kecil dan lemak subkutan di panggul dan paha sehingga terkesan lebih pendek. Pelvis pada perempuan juga lebih lebar dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan
15
memiliki sudut lateral siku yang lebih luas sehingga deviasi lateral lengan bawah terhadap lengan atas juga lebih besar (Moore dan Agur, 2002). Pacu tumbuh selama masa pubertas berperan sebesar 17% dari tinggi badan anak laki-laki sementara perempuan hanya 12%. Hal ini disebabkan oleh adanya growth hormone (GH) yang meningkat pada masa pubertas akhir pada lakilaki dan pubertas awal pada perempuan (Styne, 2003). Hal ini pula yang mungkin menyebabkan pada umur 12 tahun laki-laki memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan perempuan, sementara perempuan pada umur 10-14 tahun (Moore dan Agur, 2002). Selain itu perbedaan tinggi tulang pada manusia juga disebabkan oleh maturasi dari berbagai tulang yang menyusun tinggi badan. Faktor-faktor yang mempengaruhi maturasi tulang adalah jenis kelamin, suku, hormon dan umur (Gilsanz dan Ratib, 2012). b. Faktor Eksternal Faktor eksternal yang mempengaruhi tinggi badan adalah gizi, sosioekonomi dan aktivitas fisik. Diet yang memadai, termasuk protein total dan asam amino potensial penting untuk sintesis protein yang dibutuhkan dalam pertumbuhan. Anak yang memiliki kondisi malnutrisi tidak akan mencapai potensi pertumbuhan yang maksimal. Sebaliknya seseorang tidak akan melebihi pertumbuhan maksimal yang telah ditentukan secara genetis walaupun mengkonsumsi makanan yang melebihi dari jumlah yang dibutuhkan. Kelebihan asupan makanan dengan pola aktifitas yang sedikit akan menyebabkan obesitas bukan pertumbuhan (Sherwood, 2009).
16
2.1.5 Penyakit yang Mempengaruhi Tinggi Badan Defisiensi GH dapat menyebabkan dwarfism (cebol) yang memiliki gambaran utama pertumbuhan tulang yang terhambat disertai dengan karakteristik yang kurang tampak yaitu otot yang kurang berkembang dan lemak subkutis yang berlebihan. Hipersekresi GH paling sering disebabkan oleh sel tumor penghasil GH di hipofisis anterior. Gejalanya bergantung pada usia pasien ketika kelainan sekresi tersebut dimulai. Jika hal ini terjadi pada masa anak-anak dimana lempeng episial belum menutup maka yang terjadi adalah kelainan yang disebut gigantisme (Sherwood, 2009). Kifosis adalah suatu kelainan dimana kurva dari tulang belakang berada di luar batas normal.Menurut The Scoliosis Re-search Society (SRS) rentan sudut antara upper end plate T5 dan lower end plate T12 sebesar 10-40 derajat. Kifosis paling sering terjadi pada laki-laki (Yaman dan Dalbayrak, 2014). Lordosis adalah melengkungnya tulang belakang di daerah lumbal atau pinggang ke arah depan sehingga kepala tertarik kearah belakang. Skoliosis merupakan suatu kondisi penderita tidak merasakan sakit namun pada suatu kondisi tertentu misalnya saat tiba-tiba akan berdiri atau duduk dalam waktu yang lama posisi tubuh tidak akan seimbang karena ketidakseimbangan kerja dari salah satu sisi tubuh sehingga apabila terjadi terus menerus terjadi ketidakseimbangan posisi tubuh pada salah satu sisi tubuh (Rosadi, 2009)
17
2.1.6 Hubungan Panjang Tulang dengan Tinggi Badan Terdapat beberapa kasus dimana barang bukti yang ada tidak berbentuk tubuh korban yang lengkap, melainkan potongan rangka manusia sehingga dokter diharapkan dapat mampu memperkirakan perkiraan tinggi badan dan penentuan ras. Dalam memperkirakan tinggi badan akan menjadi lebih mudah untuk dikerjakan bila tulang yang diperiksa adalah tulang panjang dan kemudian dengan formula Stevenson atau formula Trotter (Idris dan Tjiptomartono, 2013). Pada umumya tinggi badan dapat diketahui dari pengukuran tulang panjang, yaitu (Idries, 2002): a) Tulang pada paha (femur) menunjukkan 27 persen tinggi badan b) Tulang kering (tibia) menunjukkan 22 persen tinggi badan c) Tulang lengan menunjukkan 35 persen tinggi badan d) Tulang belakang menunjukkan 35 persen dari tinggi badan Hal –hal yang sebaiknya diperhatikan dalam perhitungan tulang adalah. Pengukuran tulang menggunakan osteometric board.
Tulang harus dalam
keadaan kering (dry bone). Formula yang dapat digunakan untuk pengukuran tinggi pada ras mongoloid adalah formula Stevenson, Trotter dan Gleser (Idries, 2002). Rumus perkiraan tinggi badan berdasarkan panjang tulang dapat dilihat pada tabel 1.
18
Tabel 1. Rumus perkiraan tinggi badan berdasarkan panjang tulang (Idries, 2002) Formula Stevenson TB = 61,7207 + 2,4378 x F ± 2,1756 TB = 81,5115 + 2,8131 x H ± 2,8903 TB = 59,2256 + 3,0263 x T ± 1,8916 TB = 80,0276 + 3,7384 x R ±2,6791 Formula Trotter dan Glesser TB = 70,73+ 1,22 (F+T) ±3,24 Keterangan : TB = Tinggi Badan F = Femur H = Humerus T = Tibia R = Radius
Pada hubungan antara tinggi badan dengan jari tangan ditemukan korelasi yang bermakna terutama pada jari telunjuk, jari tengah dan jari manis namun pada ibu jari dan kelingking tidak ditemukan korelasi. Semakin panjang jari maka semakin tinggi pula perkiraan tingginya (Fatati, 2014). Menurut penelitian yang dilakukan di India Utara terdapat korelasi yang bermakna dengan rumus korelasi Pearson antara panjang jari telunjuk dan jari manis terhadap tinggi badan dan hal ini lebih berkorelasi pada pria dibandingkan dengan wanita (Krishan et al,. 2012). Penelitian hubungan antara panjang jari terhadap tinggi badan yang dilakukan di India menggunakan rumus korelasi Pearson juga menunjukkan adanya korelasi yang lebih kuat jika dilakukan pada pria dibanding wanita dengan koefisien korelasi pada wanita adalah 0,342 dan pada pria 0,513 (Oladipo et al., 2014). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di India pada suku
19
Uttarakhand mengenai hubungan panjang telunjuk dengan tinggi badan pada laki-laki rumus regresi sebagai berikut (Kumar et al,. 2014) : Tangan kanan
: Tinggi Badan = 136,051 + 5,538 (Panjang Jari Telunjuk
Tangan Kanan) Tangan kiri
: Tinggi Badan = 134,602 + 5,571 (Panjang Jari Telunjuk
Tangan Kiri) 2.1.7 Suku Bali dan Suku Batak Indonesia memiliki mayoritas penduduk ras Melayu. Ras melayu memiliki dua jenis kelompok yaitu Proto-Melayu (Melayu muda) dan Deutro-Melayu (Melayu tua). Suku Batak merupakan salah satu suku dari kelompok ProtoMelayu yang pada awal kedatangan menempati daerah Sumatra Utara. Suku Bali merupakan salah satu suku dari kelompok Deutro-Melayu (Daldjoeni, 1991). Suku Bali merupakan suku asli Indonesia yang telah ada sejak zaman praklasik atau sebelum abad kesembilan. Sekitar 80% suku Bali menganut Hindu dan hal ini telah berlangsung sangat lama yaitu sejak agama Hindu masuk ke Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI,1998). Suku Bali berasal dari provinsi Bali itu sendiri, namun seiring dengan perkembangan zaman banyak orang-orang suku Bali yang berpindah tempat tinggal ke daerah lain. Jumlah suku Bali di Indonesia adalah 3,9 juta orang, sementara di Lampung sendiri jumlah suku Bali menduduki peringkat keenam dengan jumlah penduduk 104.810 orang (Badan Pusat Statistik, 2011).
20
Suku Batak merupakan suku terbanyak ketiga di Indonesia dengan jumlah suku menempati 3,58 persen dari total penduduk di Indonesia. Jumlah suku Batak di Lampung termasuk minoritas karena hanya berjumlah 52.311 orang (Badan Pusat Statistik, 2011). Suku Batak memiliki budaya yang sangat kaya dapat terlihat dari sub-suku batak yang cukup banyak seperti Batak Toba, Batak Karo, Batak Mandailing-Angkola, Batak Pakpak dan Batak Simalungun (Kozok, 1999). Seiring dengan berkemangnya waktu suku ini berkembang menjadi beberapa marga dan tradisi. 2.1.8 Kecamatan Tanjung Senang Kecamatan Tanjung Senang merupakan kecamatan yang terletak di kota Bandar Lampung. Luas wilayah kecamatan ini adalah 973 Ha. Pada awalnya Kecamatan Tanjung Senang merupakan bagian dari Kecamatan Kedaton dan menjadi kecamatan yang berdiri sendiri pada tahun 2001. Kecamatan ini terdiri dari lima kelurahan yaitu Tanjung senang, Way Kandis, Perumnas Way Kandis, Labuhan Dalam dan Pematang Wangi. Jumlah penduduk kecamatan ini adalah 39.980 orang dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 19.896 orang dan perempuan sebanyak 20.084 orang. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Tanjung Senang. Data penduduk berdasarkan suku tidak tersedia, namun terdapat data penduduk berdasarkan agama yaitu agama Hindu sebanyak 986 orang, sementara Kristen, Katolik, Budha berturut-turut 1.904, 1.836, 621 dan sisanya adalah penduduk beragama Islam.
21
2.2 Kerangka Teori Kerangka teori adalah kerangka hubungan antara teori-teori yang ingin diamati untuk di ukur melalui penelitian yang dilakukan (Notoatmojo, 2002). Banyak hal yang dapat mempengaruhi tinggi badan, adanya internal seperti faktor herediter, faktor hormonal dan faktor ekskternal. Berdasarkan teori diatas digambarkan kerangka teori penelitian sebagai berikut.
Faktor Internal Genetik dan Ras Faktor herediter
Tinggi Badan
Jenis Kelamin
Faktor hormon
Usia
Faktor Eksternal
Hormon Pertumbuhan
Gizi
Hormon lain yang mempengaruhi pertumbuhan
Sosioekonomi Aktivitas fisik
Gambar 3. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tinggi badan. (Moore, 2002; Sherwood, 2009; Gilanz dan Ratib, 2012) Keterangan : = mempengaruhi = ruang lingkup penelitian = terdiri atas
22
2.3 Kerangka Konsep
Variabel bebas Panjang Tulang Jari Telunjuk Tangan (Digiti II) Variabel Terkendali Kanan
Usia Jenis Kelamin Suku
Kiri
Rumus Regresi
Variabel terikat Tinggi Badan Gambar 4. Kerangka konsep penelitian
2.4 Hipotesis Berdasarkan penjelasan diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Terdapat korelasi panjang jari telunjuk tangan (digiti II) dengan tinggi badan pada suku Bali. 2. Terdapat korelasi panjang jari telunjuk tangan (digiti II) dengan tinggi badan pada suku Batak. 3. Terdapat rumus regresi khusus untuk menentukan tinggi badan pria dewasa suku Bali. 4. Terdapat rumus regresi khusus untuk menentuka tinggi badan pria dewasa suku Batak.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analisis korelatif dengan pendekatan cross sectional, dimana tiap subyek hanya di observasi satu kali saja dan pengukuran variabel bebas adalah panjang jari telunjuk pada suku dan variabel terikat yaitu tinggi badan diambil dalam satu waktu yang bersamaan (Dahlan, 2008). 3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan 3.2.1 Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung. 3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2016. 3.3 Populasi Penelitan Populasi adalah sejumlah besar subyek yang memiliki karakteristik tertentu dari peneliti. 3.3.1 Populasi target adalah pria dewasa suku Bali atau pria dewasa suku Batak 3.3.2 Populasi terjangkau adalah pria dewasa suku Bali atau pria dewasa suku di Kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung.
24
3.4 Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro dan Ismael, 1995). Pada penelitian ini peneliti menggunakan populasi pria dewasa suku Bali dan suku Batak dengan menggunakan rumus besar sampel untuk analisis korelatif yang bertujuan mencari korelasi antara variabel bebas dan terikat yang keduanya berskala numerik :
= =
(Zα + Zβ ) 1+ 0,5 ln 1−
(1,645 + 1,282 ) 1 + 0,513 0,5 ln 1 − 0,513
+3 +3
N= 29,668
Keterangan :
n = jumlah sampel = derivat baku normal untuk
(Kesalahan tipe I ) ditetapkan sebesar
5% dengan hipotesis satu arah, sehingga
= derivat baku normal untuk
(Kesalahan tipe II) ditetapkan sebesar
10% dengan hipotesis satu arah, maka
= 1,645
= 1,282
Koefisien korelasi r = 0,513 (Oladipo et.al., 2015)
25
Jumlah sampel yang didapat dari rumus diatas adalah minimal 29,668 dibulatkan menjadi 30 orang setiap sukunya. Pada penelitian kali ini untuk menghindari kesalahan dalam pemeriksaan kriteria inklusi, sampel dibulatkan menjadi 35 orang setiap sukunya. Pengukuran panjang jari telunjuk telapak tangan dilakukan secara bersamaan tidak dipisah satu sama lain. Sehingga jumlah total sampel yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu 70 orang. Cara pengambilan sampel menggunakan metode non-probability yaitu teknik consecutive sampling dimana pengambilan data dilakukan dengan cara urutan, setiap subyek yang datang terlebih dahulu dan memenuhi kriteria akan dimasukkan kedalam penelitian sampai jumlah sampel terpenuhi. 3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.5.1 Kriteria Inklusi a. Pria dewasa usia 20-45 tahun. b. Penduduk yang berdomisili di Kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung. c. Dua generasi diatas responden bersuku asli Bali untuk kelompok sampel suku Bali dan bersuku asli Batak untuk kelompok sampel suku Batak. d. Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informed concent. 3.5.2 Kriteria Eksklusi
26
a. Pernah atau sedang mengalami fraktur, trauma atau cidera pada tulang jari telunjuk tangan (digiti II) baik tangan kanan ataupun tangan kiri dan kerangka penyusun tinggi badan. b. Adanya kelainan penyusun tinggi badan seperti scoliosis, kyphosis dan lordosis, gigantism, cretinism, dwarfism. 3.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel 3.6.1 Identifikasi Variabel a. Variabel bebas
: Panjang tulang telunjuk jari tangan (digiti II)
b. Variabel terikat
: Tinggi badan
c. Variabel terkendali
: Usia, jenis kelamin dan suku
3.6.2 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional pada penelitian ini digunakan dengan tujuan memudahkan dalam melakukan penelitian. Tabel definisi operasional terdapat pada tabel 2.
27
Tabel 2. Definisi operasional variabel No
Variabel
Definisi
Satuan
Alat Ukur
Skala
1.
Tinggi Badan
Sentimeter (cm)
Microtoise
Numerik (Rasio)
2.
Panjang Tulang Jari Telunjuk (digiti II)
Sentimeter (cm)
Kaliper Geser
Numerik (Rasio)
3.
Suku
Diukur dari titik tertinggi di kepala (cranium) yang disebut vertex, ke titik terendah dari tulang calcaneus (the calcanear tuberosity) yang disebut heel. Pengukuran dilakukan tanpa alas kaki (Handajani dan Prima, 2014). Pengukuran panjang jari telunjuk diukur jaraknya dari batas proksimalnya adalah persendian metacarpophalangeal dan batas distalnya adalah ujung distal dari phalanx distal (dactylion) digiti ke 2 (Kumar et.al., 2014). Orang yang memiliki dua garis keturunan sebelumnya yaitu: a. suku Bali b. suku Batak
-
-
Nominal
3.7 Instrumen dan Prosedur Penelitian 3.7.1 Instrumen Penelitian a. Kuesioner untuk menyesuaikan identitas responden dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pada lembar ini juga disediakan kolom pencatatan hasil pengukuran tinggi badan dan panjang jari telunjuk tangan. b. Alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran.
28
c. Microtoise yang terkalibrasi untuk mengukur tinggi badan responden dengan satuan sentimeter (cm). Gambar microtoise terdapat pada gambar 5. d. Kaliper geser untuk mengukur panjang jari telunjuk tangan. Gambar caliper geser terdapat pada gambar 5.
Gambar 5. Microtoise dan Kaliper Geser
3.7.2 Prosedur Penelitian a. Pengumpulan data dan pengisian kuesioner Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan lembaran kuesioner yang berisikan tentang identitas responden dan hal-hal yang berhubungan dengan kriteria inklusi agar tidak terjadi kekeliruan dalam penelitian. Sebelum dilakukan pengumpulan, responden lebih dulu dijelaskan mengenai penelitian yang akan dilakukan dan diberi lembar informed concent untuk meminta kesediaan dalam mengikuti penelitian.
29
b. Pengukuran tinggi badan Pengukuran tinggi badan dilakukan menggunakan microtoise, tinggi diukur dari titik tertinggi kepala (cranium) yang disebut vertex, ke titik terendah dari tulang calcaneus yang disebul heel. Posisi pengukuran tinggi badan diambil dalam keadaan responden tidak memakai alas kaki dan berdiri pada tempat yang datar sementara bagian kepala belakang, punggung, bokong, dan tumit merapat pada dinding dengan posisi kepala menghadap lurus ke arah depan (Dilon dan Fahmida, 2007; Handajani dan Prima, 2014). Prosedur pengukuran tinggi badan diperlihatkan pada gambar 6.
Gambar 6. Cara Pengukuran Tinggi Badan (Dilon dan Fahmida, 2007)
3.7.2.1 Pengukuran panjang jari telunjuk tangan Pengukuran panjang jari telunjuk diukur jaraknya dari batas proksimalnya
adalah
persendian
metacarpo-phalyngeal
dan
batas
30
distalnya adalah ujung distal dari phalanx distal (dactylion) digiti ke-2. Pengukuran menggunakan kaliper geser dengan skala numerik dan satuan hasil sentimeter (Kumar et al., 2014). Prosedur pengukuran panjang jari telunjuk tangan terdapat pada gambar 7.
Gambar 7. Pengukuran Panjang Jari Telunjuk Tangan (Oladipo et al., 2015)
3.8 Pengolahan dan Analisi Data 3.8.1 Pengolahan Data Pengolahan data menggunakan menggunakan bantuan komputer dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Pengeditan, proses untuk mengoreksi data untuk memastikan kelengkapan dan kesempurnaan data b. Pengodean, memberi kode pada data sehingga menjadi lebih mudah dalam pengolahan data c. Memasukkan data menggunakan program computer
31
d. Tabulasi, menyajikan data dalam bentuk tabel 3.8.2 Analisis Data Perolehan hasil didapat dari analisa statistik sebagai berikut : a. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk menentukan nilai rata-rata dari variabel bebas dan terikat. Pada penelitian dilakukan penghitungan ratarata panjang tulang telunjuk tangan terhadap tinggi badan. b. Analisis Bivariat Analisis bivariat adalah analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan uji statistik. a) Korelasi Untuk melakukan uji statistik sebelumnya harus dilakukan uji untuk mengetahui apakah variabel bebas dan variabel terikat berdistribusi norma atau tidak (uji normalitas). Jumlah sampel pada penelitian ini adalah kurang dari 50 sampel maka uji normalitas yang digunakan adalah Shapiro Wilk. Setelah dilakukan uji normalitas didapatkan data terdistribusi normal. Selanjutnya untuk mencari hubungan korelasi antara panjang tulang jari telunjuk tangan dengan tinggi badan digunakan rumus korelasi Pearson (Dahlan, 2008). b) Regresi Linier Korelasi dan regresi linier mempunyai kesamaan dan perbedaan. Kesamaannya
yaitu
keduanya
digunakan
untuk
menunjukkan
hubungan antara 2 variabel yang numerik. Perbedaannya, pada
32
korelasi hanya sekedar menunjukkan adanya hubungan tanpa adanya penghitungan seberapa kuat variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. Sementara pada rumus regresi dapat menunjukkan seberapa kuat variabel bebas mempengaruhi variabel terikat dan meramalkan nilai variabel numerik. Persamaan regresi dapat dihitung dengan computer menggunakan rumus (Dahlan, 2008) : y = a + bx Keterangan : y = variabel terikat
x = variabel bebas
a = konstanta
b = koefisien regresi
3.9 Etik Penelitian Penelitian ini sudah mendapatkan persetujuan ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan Nomor Surat 107/UN26.8/DL/2017, izin dari Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung serta informed consent dari subjek penelitian.
33
3.10 Alur Penelitian Proposal Penelitian
Pengurusan Ethical Clearance
Perizinan Kecamatan Tanjung Senang
Penampisan subyek dengan hasil data dari kuesioner
Pelaksanaan penelitian dengan pengukuran tinggi badan
Pengumpulan hasil pengukuran
Pelaksanaan penelitian dengan pengukuran panjang jari telunjuk kanan
Tabulasi Data
Penulisan Hasil Penelitian Gambar 8. Alur Penelitian
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : a. Terdapat korelasi sedang (r=0,466) antara panjang tulang jari telunjuk tangan kanan dengan tinggi badan dan terdapat korelasi sedang (r=0,538) antara panjang tulang jari telunjuk kiri dengan tinggi badan pria dewasa suku Bali di Kecamatan Tanjung Senang. b. Terdapat korelasi sedang (r=0,508) antara panjang tulang jari telunjuk tangan kanan terhadap tinggi badan dan terdapat korelasi kuat (r=0,613) antara panjang tulang jari telunjuk kiri dengan tinggi badan
pria dewasa suku Batak di
Kecamatan Tanjung Senang. c. Terdapat rumus regresi khusus pada panjang jari telunjuk kanan dengan tinggi badan (Y = 121,440 + 6,374x ± 5,37) dan terdapat rumus regresi khusus pada panjang jari telunjuk kiri dengan tinggi badan (Y = 121,924 + 6,257x ± 5,12) pria dewasa suku Bali di Kecamatan Tanjung Senang d. Terdapat rumus regresi khusus pada panjang jari telunjuk kanan dengan tinggi badan (Y = 119,939 + 6,788x ± 5,77) dan terdapat rumus regresi khusus pada
47
panjang jari telunjuk kiri dengan tinggi badan (Y = 102,573 + 9,118x ± 5,29) pria dewasa suku Batak di Kecamatan Tanjung Senang. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberi saran sebagai berikut : a. Rumus regresi yang diperoleh dalam penelitian ini dapat digunakan untuk kepentingan ilmu kedokteran forensik b. Sebaiknya diadakan penelitian terhadap tulang jari tangan lain ataupun bagian tubuh lainnya dengan jumlah sampel lebih besar yang dilakukan baik pada pria maupun perempuan dewasa suku Bali dan Batak untuk memperoleh rumus regresi yang lebih akurat. c. Sebaiknya diadakan penelitian pada suku-suku lain terutama suku mayoritas di Indonesia untuk melengkapi data antropometri dan diharapkan dapat memberi kontribusi pada ilmu kedokteran forensik. d. Pemerintah daerah sebaiknya melengkapi penduduk berdasarkan suku di daerahnya sehingga memudahkan dalam melakukan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia F. 2014. Hubungan tulang humerus dengan tinggi badan pada pria dewasa suku Lampung Pesisir dan suku Lampung Menggala. [Skripsi]. Lampung: Universitas Lampung.
Artaria MD, Glinka J, Koesbardiati T. 2008. Metode Pengukuran Manusia. Airlangga University Press.
Badan Pusat Statistik. 2011. Kewarganegaraan, suku bangsa, agama, dan bahasa sehari-hari penduduk Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik kriminal 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Bardale RV, Dahodwala TM, Sonar VD. 2013. Estimation of stature from index and ring finger lenght. J Indian Aced Forensic Med 4(35).
Basmajian JV, Slonecker CE. 2010. Grant anatomi klinik. Jakarta: Karisma.
Dahlan. 2008. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan, deskriptif, bivariat, dan multivariate, dilengkapi dengan menggunakan SPSS. Jakarta: Salemba Medika.
Daldjoeni N. 1991. Ras-ras umat manusia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1998. Sejarah kebudayaan Bali : kajian perkembangan dan dampak pariwisata. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Dilon, Fahmida. 2007. Handbook nutritional assessment. Jakarta: SEAMEO-UI.
Ebite LE, Ozoko TC, Eweka AO, Otuaga PO, On O, Om'Iniabohs FAE. 2008. Height: ulna ratio: a method of stature estimation in a rural community in Edo State, Nigeria. The internet Journal of Forensic Science 3(1).
Fatati A. 2014. Korelasi antara tinggi badan dan panjang jari tangan. Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Erlangga 40–44.
Gilsanz V, Ratib O. 2012. Hand bone age bone development. Los Angeles. [Online Jurnal] [diunduh 20 april 2016] Tersedia dari : http://doi.org/10.1007/978-3642-23762-1.
Handajani PT, Prima A. 2014. Panjang tulang femur dapat menjadi penentu tinggi badan. Jurnal Kedokteran Syah Kuala 14(2):38–42.
Idries AM. 2002. Pedoman ilmu kedokteran forensik. Tangerang Selatan: Karisma.
Idries AM, Tjiptomartono AL. 2013. Penerapan ilmu kedokteran forensik dalam proses penyidikan. Jakarta: Sagung Seto.
Ilayperuma I, Nanayakkara G, Palahepitiya N. 2009. Prediction of personal stature based on the hand length. Galle Medical Journal. (14:15–18). [Online Jurnal] [diunduh 20 april 2016] Tersedia dari : http://doi.org/10.4038/gmj.v14i1.1165. 20 April 2016
Koentjaraningrat. 1997. Masyarakat dan kebudayaan Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan.
Kosif R, Diramali M. 2012. Comparison of all hand digit length ratios in left- and right- handed individuals.Turkey Journal Medical Science. 42(3): 545-552
Krishan K, Kanchan T, Asha N. 2012. Estimation of stature from index and ring finger length in a North Indian adolescent population. Journal of Forensic and
Legal Medicine. [Online Jurnal] [diunduh 20 april 2016] Tersedia dari: http://doi.org/10.1016/j.jflm. 20 April 2016.
Kumar L, Agarwal S, Garg R, Dixit AP. 2014. Correlation between index finger and stature in Uttarakhand population. Anthropologist. 17(3):1007–1009.
Markum ME, Putra IE, Primadlhi A. 2010. Perilaku memutilasi di Indonesia. Insan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia 12 (1).
Mescher AL. 2012. Histologi dasar junquiera. Edisi Dua Belas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Moore KL, Agur AMR. 2002. Anatomi klinik dasar. Jakarta: Hipokrates.
Moore KL, Dalley EF. 2013. Anatomi berorientasi klinis. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Oladipo G, Ezi G, Okoh P, Abidoye A. 2015. Index and ring finger lengths and their correlation with stature in a Nigerian population. Annals of Bioanthropology, 3(1):18.
Paulsen F, Waschke J. 2013. Sobotta: atlas anatomi manusia jilid 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pusat Komunikasi dan Informasi Bidang Humas Polda Metro Jaya. 2010. Puskominfo Bidang Humas Polda Metro Jaya. [Online Jurnal] [diunduh 24 Mei 2016] Tersedia dari: http://humaspoldametrojaya.blogspot.co.id/2010/12/jumpa-persakhir-tahun-2010-polda.
Rosadi R. 2009. Hubungan kebiasaan duduk terhadap kejadian skoliosis pada anak usia 11-13 tahun di SD Pabelan Kartasura [skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sastroasmoro S, Ismael S. 1995. Dasar - dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.
Sheerwood L. 2009. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Styne DM. 2003. The regulation of pubertal growth. Horm Res (60):22-6.
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta
Suseelamma D, Gayathri P, Deepthi S, Chandra MMUK, Amarnath. 2014. Study of correlation between stature and length of fingers. Scholars Journal of Applied Medical Sciences (2):773–784.
Sutriani, K.T. 2013. Panjang ulna dengan tinggi badan aktual dewasa muda di kota semarang [Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro Semarang.
Tyagi AK, Kohli A, Verma SK, Aggrawal BBL. 1999. Correlation between stature and finger length. International Journal of Medical Toxicology and Legal Medicine 1(2): 20-22.
Wilujeng ID. 2016. Korelasi antara panjang tulang radius dengan tinggi badan pria dewasa suku lampung dan suku jawa di kelurahan gisting kecamatan tanggamus [Skripsi]. Lampung: Universitas Lampung Yaman O, & Dalbayrak S. (2014). Kyphosis : Diagnosis, classification and treatment methods. Turkish Neurosurgery, 24, 62–74.