KORELASI ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN STRESS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI RSUP Dr. KARIADI Wahyu Dhewa Yhani, Karyono *penulis penanggung jawab Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Email:
[email protected]/
[email protected] Abstrak Diabetes mellitus (DM) mulai menjadi salah satu permasalahan terbesar di dunia, hal ini disebabkan oleh meningkatnya resiko DM tipe 2 di banyak negara berkembang. Tahun 2003 WHO memperkirakan 194 juta atau 5,1% dari penduduk Indonesia usia 20-79 tahun menderita DM tipe 2 dan pada tahun 2025 meningkat menjadi 333 juta kasus. Stres psikologis dan psikososial dapat memberatkan control metabolit pada DM Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara penerimaan diri dengan stres yang dialami pasien DM tipe-2 di RSUP Dr Kariadi. Jumlah sampel penelitian ini adalah 40 pasien yang melakukan kontrol gula darah di Instalasi Rawat Jalan Penyakit Dalam RSUP Dr Kariadi. Sampel dibatasi dengan usia 40 hingga 60 tahun dan terdiagnosa DM tipe-2 kurang dari lima tahun. Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling. Pengumpulan data menggunakan skala stres pada penderita DM tipe-2 yang terdiri dari 24 aitem (α=0,904) dan skala penerimaan diri yang terdiri dari 29 aitem (α=0,910). Hasil analisis regresi menunjukkan koefisien korelasi (rxy) = -0,451 dengan p = 0,003 (p<0,05), sehingga hipotesis yang menyatakan adanya hubungan negatif antara stres pada penderita DM tipe 2 dengan penerimaan diri dapat diterima. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa, terdapat hubungan negatif yang signifikan antara penerimaan diri dengan stres pada penderita DM tipe 2 di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Kata kunci: stres, penerimaan diri, diabetes mellitus, RSUP Dr Kariadi. Abstract Diabetes mellitus (DM) is likely to become one of the most prevalent important diseases of the 21st century largely owing to an increasing incidence of type 2 DM in many of the developing nations. WHO calculation 194 million or 5,1% Indonesian people at age 20-79 year old are diabetic, recent calculations suggest that in the year 2025 more than 333 million Indonesian people will have overt diabetes. Psychological and psychosocial stress result in aggravate metabolic control in diabetic. The purpose of this research is analyzing correlation between self acceptance and stress in type 2 diabetic. The subjects of this study were 40 patients who controlling sugar blood in Instalasi Rawat Jalan, Penyakit Dalam, Dr.Kariadi Hospital. The subjects aged 40-60 years old and diagnosed of type 2 DM less than five years. This research
use accidental sampling method. Scale of stress in type 2 diabetic (24 item) and scale of self acceptance (29 item) are data collection method for this research. The result of regression analysis showed coefficients correlation (r xy)= -0,451 with p=0,003 (p<0,05), this meant hypothetic significantly relation between self acceptance an stress in type 2 diabetic are accepted. The conclusion is there is a negative correlation between self acceptance and stress in type 2 diabetic patients at Dr. Kariadi Hospital. PENDAHULUAN
Perubahan
ini
ditandai
dengan
Latar Belakang
perubahan perilaku para penderita
Diabetes mellitus (DM) mulai
yang mudah menjadi emosional dan
menjadi salah satu permasalahan
kurang dapat ,mengendalikan diri
terbesar di dunia, hal ini disebabkan
dengan baik. Menjaga pola makan,
oleh meningkatnya resiko DM tipe 2
menjalani diet, berolahraga teratur,
di
pengecekan
banyak
negara
berkembang
gula
darah
rutin,
(Scobie, 2007, h.1). DM tipe 2
aktivitas tersebut mudah dijalani
sebagian besar terjadi pada individu
tetapi tidak jarang menimbulkan
yang memiliki berat badan lebih dari
kejenuhan.
atau sama dengan 120%
membuat
relative
Kejenuhan penderita
tersebut mengalami
body weight (RBW) atau yang
frustasi dan stres (Tjokoprawiro,
disebut
2001, h.55).
obesitas
(Tjokroprawiro,
2001, h 27).
Kondisi fisik dan psikis dari
Di seluruh dunia, timbulnya
penderita DM tipe 2 membawa
DM tipe 2 meningkat dengan cepat.
dampak
Pada tahun 1995, terdapat 135 juta
perkembangannya. Penderita yang
kasus.
meningkat
tidak dapat menerima diri sendiri
menjadi 300 juta kasus pada tahun
akan merasa dirinya tidak berarti,
2025 (Watkins, 2003, h.5).
tidak
Diperkirakan
negatif
berguna,
bagi
sehingga
akan
Walaupun DM mengganggu
semakin merasa terasing dan terkucil
fisiologis manusia, kenyataan yang
dari lingkungannya (Monty dkk,
ditemukan
2003).
penderita
dilapangan DM
juga
adalah mengalami
gangguan pada kondisi psikisnya.
Pasien
DM
tipe
2
memerlukan penerimaan diri yang
baik
agar
dapat
menjalani
kehidupannya dengan normal. Salah satu
dampak
jika
pasien
terancam
tersebut
(Calhoun
dan
Accocella,1990,h.12)
tidak
Pervin,
dkk
(2004,h.496)
memiliki penerimaan diri yang baik
mendefinisikan stres sebagai situasi
adalah
yang membebani atau melampaui
stres
memperparah
sehingga kondisi
dapat fisiknya.
kemampuan individu.
Penerimaan diri merupakan sikap individu
yang
Stres didefinisikan sebagai
mencerminkan
reaksi fisik dan psikis terhadap
perasaan menerima dan senang atas
stimulus dari luar (stressor) yang
segala kelebihan dan kekurangan
mengancam dan menuntut adanya
yang ada pada dirinya serta mampu
penerimaan diri terhadap stressor
mengelola segala kekhususan diri
yang terjadi pada individu dengan
dengan
penyakit DM tipe 2.
baik
sehingga
dapat
menumbuhkan kepribadian dan fisik
Penerimaan Diri
yang sehat.
Penerimaan diri merupakan
Rumusan Masalah
sikap positif terhadap dirinya sendiri,
Apakah ada korelasi antara
dengan
segala
kelebihan
dan
penerimaan diri pasien DM tipe 2
kekurangannya. Individu bebas dari
dengan stres yang dialami?
rasa bersalah, rasa malu, dan rendah
Tinjauan Pustaka
diri karena keterbatasan diri serta
Stres
kebebasan
dari
kecemasan
akan
Stres adalah respons umum
adanya penilaian dari orang lain
terhadap adanya tuntutan pada tubuh.
terhadap keadaan dirinya (Maslow
Tuntutan tersebut adalah keharusan
dalam Hjelle & Ziegler, 1992,h.32).
untuk menyesuaikan diri disebabkan
Menurut
Perls
(dalam
oleh keseimbangan tubuh terganggu
Schultz, 1991, h.186) penerimaan
(Selye, 1976,h.64)
diri berkaitan dengan orang yang
Stres terancam
merupakan
disertai
perasaan
dengan
usaha
mengatasi untuk mengurangi rasa
sehat
secara
psikologis
yang
memiliki kesadaran dan penerimaan penuh terhadap dirinya.
Calhoun dan Acocella (1990, h.28)
menyatakan
orang
yang
memiliki penerimaan terhadap diri sendiri
adalah
orang
dengan nilai penerimaan diri yang rendah, begitu pula sebaliknya. Identifikasi Variabel Penelitian
yang
Variabel-variabel
memberikan penilaian yang tinggi
digunakan
pada individualitas dan keunikan diri
adalah sebagai berikut:
mereka sendiri.
1.
Penerimaan diri didefinisikan
dalam
Variabel
yang
penelitian
terikat
(dependent
variable) : stres.
sebagai sikap positif terhadap dirinya
2.
sendiri, dapat menerima keadaan
variable) : penerimaan diri
dirinya dengan segala kelebihan dan
Subjek Penelitian
kekurangan
yang
dimiliki,
ini
Variabel
serta
bebas
Subjek
(independent
penelitian
adalah
memiliki kesadaran dan penerimaan
pasien Instalasi Rawat Jalan RSUP
penuh terhadap siapa dan apa diri
Dr.Kariadi yang melakukan kontrol
mereka,
gula darah. Kriteria subjek yang akan
dapat
menghargai
diri
sendiri dan menghargai orang lain,
digunakan
serta
keadaan
adalah
individu
mengganggu
dengan
usia
menerima
emosionalnya
tanpa
orang lain.
dalam
penelitian dewasa
40-60
ini
madya
tahun
dan
menderita DM tipe 2 selama kurang dari
lima
tahun.
Peneliti
METODE PENELITIAN
mendapatkan 40 subjek penelitian
Desain Penelitian
Pengumpulan Data
Metode
yang
digunakan
Definisi Operasional
dalam penelitian ini adalah metode
Stres didefinisikan sebagai
kuantitatif korelasional negatif yaitu
reaksi fisik dan psikis terhadap
bilamana nilai variabel X yang tinggi
stimulus dari luar (stressor) yang
selalu disertai oleh variabel Y yang
mengancam dan menuntut adanya
rendah nilainya., dan sebaliknya
penerimaan diri terhadap stressor
(Hadi, 2000, h.233) Dalam penelitian
yang terjadi pada individu dengan
ini adalah, nilai stres pada penderita
penyakit DM tipe 2. Data tentang
DM tipe 2 yang tinggi akan diikuti
stres didapat melalui skala yang
disusun berdasarkan aspek gangguan
(Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak
emosional, gangguan kognitif dan
Sesuai).
gangguan psikologis.
Analisis Data
Penerimaan diri didefinisikan
Metode analisis data yang
sebagai sikap positif terhadap dirinya
digunakan untuk penelitian ini adalah
sendiri, dapat menerima keadaan
uji
dirinya dengan segala kelebihan dan
digunakan
kekurangan
adalah :
yang
dimiliki,
serta
memiliki kesadaran dan penerimaan
korelasi.
Hipotesis
dalam
yang
pengujian
ini
Ho : Variabel bebas (penerimaan diri)
penuh terhadap siapa dan apa diri
tidak
mempunyai
pengaruh
mereka,
yang
signifikan
terhadap
dapat
menghargai
diri
sendiri dan menghargai orang lain,
variabel terikat (stres
serta
penderita DM tipe 2).
menerima
emosionalnya
tanpa
keadaan mengganggu
pada
Ha : Variabel bebas (penerimaan diri)
orang lain. Data tentang penerimaan
mempunyai
diri didapat melalui skala yang
signifikan
disusun berdasarkan aspek memiliki
terikat (stres pada penderita
gambaran positif terhadap dirinya,
DM tipe 2).
dapat mengatur keadaan emosinya,
pengaruh terhadap
yang
variabel
Penghitungan akan dilakukan
dapat mengatur serta bertoleransi
dengan
menggunakan
komputer
dengan rasa frustrasi dan kemarahan,
program Statistical Packages for
dapat berinteraksi dengan orang lain
Social Sciences (SPSS) for Window
tanpa memusuhi apabila orang lain
versi 16.0.
memberi kritik. Masing-masing skala memuat
HASIL DAN PEMBAHASAN
40 aitem, yang terdiri dari 20 aitem
Hasil Penelitian
favorable dan 20 aitem unfavorable.
Uji coba
Setiap aitem terdiri dari 5 pilihan
Uji coba ini dilaksanakan
respon jawaban, yaitu SS (Sangat
pada 3 September 2012 hingga 16
Sesuai), S (Sesuai), N (Netral), TS
Oktober 2012 di RSUP. Dr Kariadi. Peneliti mendapatkan subjek secara
accidental sampling. Data penelitian
(5%), yang berarti data berdistribusi
skala yang terkumpul sebanyak 30
normal.
dari hasil pengisian skala yang
penerimaan diri dengan stres linear.
memenuhi kriteria.
Variabel penerimaan diri terbukti
Hubungan
variabel
Dari 40 item skala stres yang
mempengaruhi variabel stres terlihat
diuji coba tersisa sebanyak 23 item
dari nilai signifikansi 0,003 < 0,05
valid. Koefisien validitas berkisar
(5%).
antara 0,378 hingga 0,719 dengan
Berdasarkan
hasil
analisis
koefisien korelasi kurang dari 5%.
regresi diperoleh koefisien korelasi
Hasil
(rxy) = -0,451 pada p = 0,003
pengujian
reliabilitas
menghasilkan koefisien alpha 0,904. Dari
40
item
skala
(p<0,05). Nilai signifikansi 0,003 (p<0,05)
menunjukkan
bahwa
penerimaan diri yang diuji coba
terdapat hubungan yang signifikan
tersisa 29 item valid. Koefisien
antara stres pada penderita DM tipe 2
validitas berkisar antara 0,305 hingga
dengan
0,805
koefisien
dengan
koefisien
korelasi
penerimaan
diri.
Nilai
korelasi
negatif
adanya
hubungan
kurang dari 5%. Hasil pengujian
menunjukkan
reliabilitas menghasilkan koefisien
negatif antara stres pada penderita
alpha 0,910.
DM tipe 2 dengan penerimaan diri
Penelitian
dapat
diterima.
regresi
pada
Penelitian dilakukan kepada 40 pasien IRJ Penyakit Dalam RSUP
Persamaan hubungan
kedua
variabel tersebut adalah:
Dr. Kariadi yang memenuhi kriteria
Y = 115,235 - 0,431 X
subjek.
Persamaan
Sebelum
diuji
hipotesis
garis
nilai
tersebut
dilakukan uji normalitas dan uji
menunjukkan
B
konstan
liniarias data.
115,235. Dapat diartikan bahwa jika
Tes untuk menguji normalitas
penerimaan diri diabaikan maka stres
pada data penelitian ini adalah
pada penderita DM tipe 2 berada
Kolmogorov-Smirnov. Dari hasil uji
pada tingkat 115,235. Dengan kata
normalitas
nilai
lain penambahan satu poin pada
signifikansi 0,200 (20%) > 0,05
penerimaan diri menurunkan stres
didapatkan
pada penderita DM tipe 2 sebesar
penelitian yang menyatakan tingkat
0,431.
stres yang rendah pada subjek.
Pembahasan
Individu
Hasil skor skala penerimaan
memiliki
dewasa
kesadaran
madya
lebih
baik
diri ini sesuai dengan hasil yang
mengenai apa yang dapat mereka
didapat dari skala stres membuktikan
lakukan untuk mengubah keadaan
bahwa
diri
stres tinggi dan lebih baik dalam
mempengaruhi stres yang dialami
menerima apa yang tidak bisa diubah
penderita DM tipe 2. Karena hasil
(Feldman, 2009, h.246). Pernyataan
dari skala stres berada pada ketegori
tersebut adalah salah satu alasan
sedang maka penerimaan diri berada
adanya hasil skor penerimaan diri
pada kategori tinggi, kondisi ini
yang tinggi pada penelitian ini, fase
sesuai dengan pernyataan bahwa
dewasa
individu lanjut usia atau
sudah
pengalaman masa lalu yang labih
terkena
rentan
banyak dibandingkan dengan fase
terhadap perubahan terhadap stres
dewasa awal. Pengalaman hidup
(Segerstrom dan Miller 2004 dalam
yang lebih banyak membuat individu
Feldman, 2009.h.246).
dewasa madya dapat berfikir lebih
penerimaan
penyakit
Masa
lebih
dewasa
madya
madya
juga
memiliki
baik untuk menghindari stres dan
dikarakteristikkan dengan penurunan
lebih dapat menerima kodisinya.
umum kebugaran fisik, penurunan
Kesimpulan
tertentu dalam kesehatan juga telah
Berdasarkan hasil penelitian
diperkirakan dan lebih banyak waktu
yang
dihabiskan untuk menghawatirkan
disimpulkan
kesehatan dibandingkan pada masa
hubungan negatif yang signifikan
dewasa awal (Santrock, 2002, h.141).
antara penerimaan diri dengan stres
Adanya fasilitas kesehatan yang
pada penderita DM tipe 2 di RSUP
lengkap serta banyaknya asuransi
Dr. Kariadi Semarang. Pernyataan
yang
tersebut
tersedia
membuat
untuk
masyarakat
kekhawatiran
ini
berkurang. Terbukti dengan hasil
dilakukan
maka
bahwa,
menunjukkan
dapat terdapat
bahwa
hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima.
Saran
yang mempengaruhi kondisi pasien.
1. Bagi Pasien Pasien menerima
Dokter dapat memberikan masukan
harus
kondisi
dapat
lebih
kesehatannya
sehingga tidak memperberat beban yang
dipikirkannya,
menjalani
pada
pasien
untuk
mengembangkan
lebih
penerimaan
diri
terhadap DM tipe 2. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
rutinitas sehat sesuai anjuran dokter.
Bagi
peneliti
Dimulai dengan menjalani aktivitas
disarankan
olahraga ringan dan diet rendah
memperhatikan faktor penyusunan
glukosa.
alat ukur dan tidak memberatkan
2. Bagi Pihak Rumah Sakit Rumah sakit hendaknya lebih memperhatikan
aspek
pasien
untuk
selanjutnya
dengan
lebih
memberikan
pertanyaan penelitian terlalu banyak.
psikologis
DAFTAR PUSTAKA Calhoun, J.F., Acocella, J.R. 1990. Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan (Edisi ketiga). New York: McGraw-Hill. Feldman, Ruth Duskin., Papalia, Diane E., Olds, Sally W. 2009. Human Development (Perkembangan manusia) Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika. Hadi, Sutrisno. 2000. Statistik, Jilid 2. Yogyakarta: Andi Hjelle, L.A., Zeigler, D.J. 1992. Personality Theories: Basic Assumptions, Research And Application. Tokyo: MC Graw Hill Monty, P., Satiadarma, A. 2003. Hubungan Antara Penerimaan Diri dengan Kesepian. Suatu Studi Pada Penderita Stroke Berat. Abstrak Penelitian. Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara. Pervin, Lawrence.A., Cervone, Daniel., John, Oliver.P. 2004. Personality: Theory and Research, 9nd Edition. New York: McGraw-Hill. Santrock, John.W. 2002. Life Span Development, Jilid 2, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat. Yogya: Kanisius Scobie, Ian N. 2007. Atlas of diabetes mellitus, third edition. London: Replika Press Selye, H, 1976. The Stress of Life (Revised Edition). New York: McGraw-Hill. Tjikoprawiro, Askandar. 2001. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Watkins, Peter J. 2003. ABC of Diabetes.Fifth Edition. London: BMJ Publishing