Artikel Penelitian
Korelasi Antara Kekuatan Pinch dengan Advanced Hand Activities Berdasarkan Motor Assessment Scale pada Pasien Pasca Stroke Cice Tresnasari, Vitriana, Sunaryo Barki Sastradimaja Departemen Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi,Fakultas Kedokteran Universitas Padadjaran / Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung
Abstrak Pendahuluan: Kekuatan otot merupakan salah satu komponen dari suatu gerakan. Dalam melakukan gerakan fungsional pada akitivitas sehari-hari diperlukan deksteriti tangan. Deksteriti tangan melibatkan gerakan pinch, baik tip pinch, lateral pinch, maupun palmar pinch. Pada pasien pasca stroke terjadi gangguan deksteriti tangan yang menurunkan kemampuan melakukan aktivitas fungsional berupa advanced hand activities. Berdasarkan hal ini perlu dilakukan penelitian pada pasien pasca stroke yang menghubungkan setiap jenis kekuatan pinch dengan aktivitas fungsional tangan menggunakan penilaian objektif yang meliputi kegiatan fungsional sehari-hari. Metode: Pasien pasca stroke (34 orang) terdiri atas laki-laki (17 orang) dan perempuan (17 orang) berusia antara 40 dan 59 tahun diukur kekuatan tip pinch, lateral pinch dan palmar pinch menggunakan pinch meter serta dinilai kemampuan fungsi tangan dengan advanced hand activities berdasarkan Motor Assessment Scale (MAS). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi bermakna (p<0,05) antara kekuatan tip pinch dan lateral pinch dengan advanced hand activities berdasarkan MAS. Kesimpulan: Tipe tip pinch dan lateral pinch berkorelasi secara bermakna dengan advanced hand activities menurut MAS pada pasien pasca stroke. Kata kunci: kekuatan pinch, advanced hand activities, motor assessment scale, pasca stroke
Korespondensi: Cice Tresnasari E-mail:
[email protected]
264
J Indon Med Assoc, Volum: 64, Nomor: 6, Juni 2014
Korelasi Antara Kekuatan Pinch dengan Avanced Hand Activities Berdasarkan Motor Assessment Scale
Correlations Between Pinch Strength and Advanced Hand Activities in Motor Assessment Scale of Post Stroke Patients Cice Tresnasari, Vitriana, Sunaryo Barki Sastradimaja Departemen Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi,Fakultas Kedokteran Universitas Padadjaran/ Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung
Abstract: Introduction: Muscle strength is one of the components in a movement. Hand dexterity is needed in doing everyday functional activities which consists of pinch, tip pinch, lateral pinch and palmar pinch. In post stroke patients with distorted hand dexterity, advanced hand activities in doing functional movements are also distorted. This is the reason behind the study to correlate each types of pinch movement to everyday functional activities. Methods: Thirty four pasca stroke patients (17 female and 17 male) aged 40-59 years old were measured for tip pinch, lateral pinch and palmar pinch strength using pinch meter and then functionally measured using advanced hand activities motor assessment scale (MAS). Result: This study resulted in significant correlation (p<0.05) between tip pinch and lateral pinch strength to advanced hand activities in motor assessment scale. Conclusion: Pinch types of tip and lateral are significantly correlated to advanced hand activities in MAS in post stroke patients. Keywords: pinch strength, advanced hand activities, motor assessment scale, post stroke
Pendahuluan Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular.1 Prevalensi stroke di dunia pada tahun 2004 menurut Global Burden of Disease sebanyak 30,7 juta orang, sedangkan di Asia Tenggara sebanyak 4,5 juta orang.2 Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi pasca stroke di Indonesia adalah 12,1 per 1000 penduduk dan secara khusus Jawa Barat dengan prevalensi 12,0 per 1000 penduduk.3 Stroke menyebabkan kelemahan satu sisi tubuh dengan derajat yang bervariasi.4 Pasca serangan stroke, kelemahan anggota gerak atas (AGA) membatasi penggunaan AGA secara fungsional pada aktivitas kegiatan sehari-hari (AKS). Hal ini berdampak pada penurunan kualitas hidup serta partisipasi dalam masyarakat.5 Pola kelemahan lebih jelas pada bagian distal daripada bagian proksimal.4 Hal itu menyebabkan gangguan pada dua tipe prehension tangan, yaitu power grip (full hand prehension) dan precision handling (finger-thumb prehension). Gerakan precision handling digunakan pada saat menulis, memegang anak kunci, J Indon Med Assoc, Volum: 64, Nomor: 6, Juni 2014
menggunakan sendok dan garpu saat makan, merupakan variasi dari tiga gerakan dasar pinch, yaitu tip to tip prehensiontip pinch, pad to pad prehension/lateral pinch dan pad to side prehension/palmar pinch.6 Ketiga gerakan tersebut menentukan kemampuan deksteriti manual seseorang, yaitu kemampuan tangan dan jari untuk melakukan gerakan terkoordinasi.7 Pemulihan penggunaan tangan yang lemah pada rehabilitasi pasca stroke merupakan salah satu determinan utama dalam penilaian kemajuan status fungsional.8 Salah satu cara evaluasi fungsi tangan dilakukan melalui penilaian bagaimana tangan digunakan saat melakukan AKS adalah melalui MotorAssessment Scale (MAS). Dengan MAS, penilaian kemampuan tangan dan jari dilakukan berdasarkan pengamatan langsung terhadap pasien pada saat ia menggunakan alat gerak paresis untuk melakukan enam tugas fungsional pada domain advanced hand activities (AHA). Domain ini terdiri dari beberapa aktivitas yang melibatkan gerakan pinch dan menggambarkan aktivitas tangan dalam AKS.9 Kelemahan AGA pada pasien pasca stroke salah satunya ditunjukkan dengan penurunan kekuatan pinch. Hal ini dilaporkan dari berbagai penelitian yang meneliti hubungan kekuatan pinch dengan fungsi tangan menggunakan alat ukur 265
Korelasi Antara Kekuatan Pinch dengan Avanced Hand Activities Berdasarkan Motor Assessment Scale yang berbeda seperti penggunaan Duruoz Hand Index (DHI) pada evaluasi hubungan kekuatan tip pinch, lateral pinch dan palmar pinch pada pasien rheumatoid artritis. Penelitian tersebut menunjukkan hubungan negatif antara ketiga tipe kekuatan pinch dengan skor DHI.10,11 Penelitian lain dengan Minnesota Manual Dexterity Test (MMDT) menunjukkan hubungan kekuatan pinch pada pasien pasca stroke dengan fungsi tangan,12 namun diketahui pula bahwa kecepatan koordinasi tangan dan mata lebih dinilai pada tes ini daripada deksteriti tangan yang tidak mencakup gerakan dalam AKS.13 Kedua tes pada penelitian terdahulu tersebut memiliki reliabilitas yang tinggi (Conbrach α >0,8), begitu pula MAS dengan nilai reliabilitas tinggi yaitu 0,98. Dibandingkan dengan MAS, DHI tidak berdasarkan pengamatan langsung dan MMDT lebih menilai kecepatan koordinasi mata dan tangan.9,11,13 Sampai saat ini penelitian yang menghubungkan kekuatan pinch dengan fungsi tangan yang menilai deksteriti tangan pada pasien pasca stroke berdasarkan pengamatan langsung belum ada. Berdasarkan hal tersebut, peneliti bermaksud meneliti korelasi antara kekuatan pinch menggunakan pinch meter dengan advanced hand activities (AHA) yang dinilai menggunakan MAS pada pasien pasca stroke berusia antara 40 sampai 59 tahun.
Pasien hemiparesis pasca stroke
Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
Informed consent
1.
2.
Pemeriksaan kekuatan tip pinch lateral pinch palmar pinch Penilaian kemampuan melakukan advanced hand activites
Analisis
Gambar 1. Bagan Alur Penelitian
Metode Penelitian Subjek penelitian adalah 34 pasien pasca stroke hemiparesis yang datang ke Poliklinik Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Rumah Sakit Dr Hasan Sadikin, Bandung, selama periode Februari-April 2014. Subjek dipilih berdasarkan kriteria inklusi, yaitu usia 40-59 tahun, memperoleh skor mini mental state examination (MMSE) lebih dari 23, kekuatan motorik AGA paresis >3; dan dieksklusi bila terdapat gangguan kognisi, penglihatan dan pendengaran, gangguan muskuloskeletal AGA, serta terdapat spastisitas AGA dengan skala modified Asworth (MA) 3. Penilaian AHA diberikan nilai 1 bila subjek bisa melakukan gerakan yang dimaksud dan nilai 0 bila tidak dapat melakukan. Tabel 1. Tipe Advanced Hand Activities9 Advanced hand activities AHA - 1 AHA - 2 AHA - 3
AHA - 4 AHA - 5
AHA - 6
266
Memindahkan pulpen di atas meja ke arah depan subjek. Memindahkan 8 butir kacang merah dari cangkir ke dalam cangkir lain. Membuat 10 garis horisontal tegak lurus terhadap gais vertikal yang sudah ada dalam waktu 20 detik Subjek minimal dapat membuat 5 garis horisotal yang menyentuh garis vertikal. Membuat titik-titik menggunakan pulpen dengan perhitungan minimal 2 titik dalam 5 detik Membawa sendok berisi air ke arah mulut tanpa merendahkan posisi kepala dan air dalam sendok tidak boleh tumpah. Menyisir rambut.
Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional korelasional dengan rancangan potong lintang. Analisis korelasi kekuatan pinch dengan advanced hand activities menggunakan uji korelasi Spearman. Penelitian ini telah diuji Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran - RS dr. Hasan Sadikin, Bandung, dan dinyatakan layak untuk dilaksanakan. Hasil Penelitian Hasil penelitian didapatkan dari 34 subjek (laki-laki 17 orang dan perempuan 17 orang) dengan median usia 56 tahun (rentang 42-59 tahun). Rerata IMT 24,63 kg/m2 (standar deviasi 3,12 kg/m2). Subjek dengan sisi paresis kiri berjumlah 18 orang, sedangkan paresis kanan berjumlah 16 orang. Median spastisitas 0,67 dengan rentang antara 0 sampai 2 skala MA. Median kekuatan tip pinch adalah 2,24 kg (rentang 0,50-5,66 kg). Rerata kekuatan tip lateral adalah 3,52 kg (standar deviasi 1,64). Median kekuatan tip palmar adalah 2,58 kg (rentang 0,50-5,83 kg). Median nilai AHA-total adalah 3,88 (rentang antara 1 dan 6).(tabel 2). Korelasi antara kekuatan pinch dengan AHA-total ditunjukkan pada tabel 3 dengan korelasi sangat bermakna pada ketiga kekuatan tipe dengan AHA-total (p=0,00). Hasil analisis korelasi setiap tugas fungsional AHA dengan masing-masing kekuatan pinch ditunjukkan pada tabel 4. Korelasi bermakna ditemukan antara kekuatan tip pinch, lateral pinch, dan palmar pinch dengan tugas fungsional AHA-4 dan AHA-5. Korelasi bermakna juga J Indon Med Assoc, Volum: 64, Nomor: 6, Juni 2014
Korelasi Antara Kekuatan Pinch dengan Avanced Hand Activities Berdasarkan Motor Assessment Scale Tabel 2. Karakteristik Subjek Penelitian
Usia IMT Sisi paresis
Kiri Kanan
Spastisitas KP T KP L KP P AHA-tot
N
Mean
34 34 18 16 34 34 34 34 34
24,63
Median
3,52 -
Minimum
Maksimum
Standar deviasi
56 -
42 -
59 -
3,12
1 2,24 2,58 4
0 0,5 0,5 1
2 5,66 5,83 6
1,64 -
Keterangan: KP T = kekuatan tip pinc KP L = kekuatan lateral pinch KP P = kekuatan palmar pinch I M T = indeks massa tubuh AHA-tot = semua tugas fungsional advanced hand activities berdasarkan Motor Assessment Scale Tabel 3. Korelasi antara Kekuatan Pinch dengan AHA-Total pada semua subjek N AHA-tot & KP T AHA-tot & KP L AHA-tot & KP P
34 34 34
R 0,70 0,63 0,51
T (N-2)
P
5,50 4,64 3,37
0,00 0,00 0,00
terdapat antara kekuatan tip pinch dan lateral pinch dengan AHA-6. Sedangkan antara kekuatan tip pinch, lateral pinch. dan palmar pinch dengan tugas fungsional AHA-1, AHA2 dan AHA-3, serta antara kekuatan palmar pinch dengan tugas fungsional AHA-6 tidak ditemukan korelasi. Diskusi Penelitian ini dilakukan terhadap 34 pasien pasca stroke berusia antara 40 sampai 59 tahun dengan rerata 54,97 Tabel 4. Korelasi antara Setiap Tugas Fungsional AHA dengan Kekuatan Pinch Variabel AHA-1 AHA-1 AHA-1 AHA-2 AHA-2 AHA-2 AHA-3 AHA-3 AHA-3 AHA-4 AHA-4 AHA-4 AHA-5 AHA-5 AHA-5 AHA-6 AHA-6 AHA-6
& & & & & & & & & & & & & & & & & &
KP-T KP-L KP-P KP-T KP-L KP-P KP-T KP-L KP-P KP-T KP-L KP-P KP-T KP-L KP-P KP-T KP-L KP-P
R
P
0,25 0,28 0,22 0,27 0,30 0,01 0,22 0,30 0,32 0,79 0,61 0,66 0,55 0,46 0,40 0,38 0,36 0,24
0,16 0,11 0,21 0,12 0,08 0,97 0,20 0,84 0,07 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 0,02 0,02 0,03 0,18
J Indon Med Assoc, Volum: 64, Nomor: 6, Juni 2014
(rentang usia 42-59 tahun). Rentang usia tersebut sesuai dengan berbagai kepustakaan yang menyebutkan bahwa insidensi pasca stroke meningkat di atas usia 40 tahun dengan insidensi tertinggi terjadi pada usia diatas 65 tahun.1,14,15 Namun penelitian ini mengeksklusi usia diatas 59 tahun sehingga tidak dapat melihat insidensi diatas usia tersebut. Karakteristik rerata IMT ssubjek sebesar 24,42 kg/cm2 menunjukkan bahwa rata-rata ssubjek memiliki IMT overweight. Temuan ini sesuai dengan penelitian Song, et al16 yang menyatakan IMT di atas 22-23kg/cm2 sebagai salah satu faktor risiko terjadinya pasca stroke. Rerata kekuatan tip pinch, lateral pinch, dan palmar pinch pada penelitian ini ditemukan lebih kecil dibandingkan dengan rerata pada orang sehat di rentang usia 40-59 tahun menurut penelitian Mathiowetz17 (kekuatan tip pinch 5,2-9,35 kg; kekuatan palmar pinch 7,7-12,4 kg). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan kekuatan tip pinch, lateral pinch, maupun palmar pinch dengan terjadinya pasca stroke. Analisis korelasi menunjukkan sangat bermakna antara setiap kekuatan tip pinch, lateral pinch dan palmar pinch dengan AHA-total. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rajkumar dkk18 yang menunjukkan korelasi bermakna antara kekuatan pinch dengan fungsi tangan pada AKS yang dinilai berdasarkan aktivias kegiatan sehari-hari dasar.18 Pada korelasi antara tugas fungsional AHA dan kekuatan pinch (tabel 4) ditunjukkan hasil yang bervariasi. Hal ini dapat terjadi karena pada AHA-1 sampai AHA-6 melibatkan gerakan pinch yang berbeda. Pada AHA-1, gerakan memindahkan pulpen di atas meja menuju ke arah depan subjek melibatkan gerak tip pinch, lateral pinch atau palmar pinch. Pada AHA2, gerakan memindahkan delapan butir kacang merah dari cangkir ke dalam cangkir lain melibatkan gerak tip pinch. Pada AHA-3, pembuatan 10 garis horisontal tegak lurus terhadap garis vertikal yang sudah ada dalam 20 detik melibatkan gerak palmar pinch. Pada AHA-4 gerakan membuat titik-titik menggunakan pulpen melibatkan gerak palmar pinch. Pada AHA-5 gerakan membawa sendok berisi air kearah mulut
267
Korelasi Antara Kekuatan Pinch dengan Avanced Hand Activities Berdasarkan Motor Assessment Scale tanpa merendahkan posisi kepalanya mendekati sendok akan melibatkan gerak lateral pinch.Pada AHA-6 gerakan menyisir rambut akan melibatkan gerak lateral pinch atau palmar pinch.11 Menurut Rabischong21 gerakan prehension terdiri dari approach (mendekat), grip (menggenggam) dan release of the grip (melepaskan genggaman). Pendahuluan gerakan mendekat dapat dilakukan melalui tiga macam pendekatan, yaitu melalui penglihatan, perabaan dan memori sehingga dapat ditentukan arah dan jarak lintasan tangan untuk mendekati objek. Setelah penentuan arah dan jarak, diperlukan gerakan bahu, siku dan pergelangan tangan untuk mendekatkan alat gerak atas menuju objek. Pada setiap gerakan AHA tersebut terlibat juga gerakan pergelangan tangan, siku dan bahu, sehingga perbedaan kemampuan menggerakkan pergelangan tangan, siku atau bahu dapat mempengaruhi keberhasilan melakukan tugas fungsional AHA.21,22 Tahap selanjutnya setelah gerakan mendekat adalah menggenggam. Gerakan menggenggam terdiri dari tiga tahap, yaitu membuka tangan, mendekatkan jari-jari untuk memegang objek dan regulasi force dari menggenggam. Kekuatan pinch terlibat pada saat memegang objek dan regulasi force, sedangkan pada tahap membuka tangan dan demikian pula pada saat melepaskan genggaman yang diperlukan adalah gerakan ekstensi dan abduksi ibu jari dan jari-jari lain.19-21 Ibu jari dan keempat jari lain masing-masing memiliki beberapa arah gerak. Pada penelitian ini kekuatan pinch yang dinilai hanya pada gerak tip pinch, lateral pinch, dan palmar pinch, namun tidak menilai kekuatan setiap jari pada semua arah geraknya masing-masing. Keterlibatan setiap jari dalam setiap tugas fungsional AHA berbeda, sehingga kekuatan setiap jari pada setiap arah geraknya dianggap dapat memberi kontribusi pada keberhasilan melakukan gerak pada tugas fungsional tertentu.21 Hal ini dapat menjadikan korelasi yang berbeda antara tiap kekuatan pinch dengan setiap tugas fungsional AHA. Faktor lain yang membuat korelasi berbeda antara tiap kekuatan pinch dengan setiap tugas fungsional AHA adalah bahwa pada gerakan palmar pinch terlibat ibu jari (digiti I) dan 2 jari lain, yaitu digiti II dan digiti III. Pada area homunkulus, setiap bagian tubuh termasuk jari memiliki pemetaan pada area tertentu di korteks serebri. Tangan dan jari memiliki area yang lebih luas dan tidak proporsional dibandingkan bagian tubuh lain karena tangan dan jari melakukan gerakan yang lebih kompleks. Semakin banyak jari yang terlibat, semakin luas area yang terlibat dalam gerakannya, maka makin banyak dan makin kompleks input sensoris, koordinasi dan output motorik yang dibutuhkan dalam kontrol motorik gerakan tersebut agar terjadi gerakan fungsional yang diharapkan. Hal ini membuat gerakan palmar pinch lebih kompleks dan lebih sulit daripada gerakan tip pinch dan lateral pinch.21-25 268
Kompleksitas gerakan pada AHA-1 sampai AHA-6 tidak sama, sebagai contoh, pada AHA-4 subjek diminta membuat titik sebanyak dua titik dalam lima detik tanpa goresan. Dalam membuat titik diperlukan kekuatan jari yang terlibat dalam gerakan palmar pinch dalam hal ini three jaw chuck, kontrol motorik, dan koordinasi. Dalam setiap gerakan, terlebih pada proses menghasilkan gerakan yang kompleks dibutuhkan kognisi. Pengaruh faktor kognisi dalam penelitian ini telah diminimalkan dengan membatasi MMSE dari subjek yang dilibatkan dalam penelitan pada nilai di atas 23. Selain itu, pada AHA-4 pembatasan waktu menambah kompleksitas gerakan karena diperlukan kecepatan tertentu untuk berhasil membuat sejumlah titik dalam waktu yang ditentukan. Perbedaan kompleksitas gerakan serta pembatasan waktu dapat mempengaruhi keberhasilan melaksanakan dan menyelesaikan suatu tugas fungsional.21 Secara fungsional, AHA berdasarkan MAS ini menilai beberapa macam gerakan yang biasa dilakukan dalam AKS, sehingga dianggap mewakili AKS. Meskipun demikian, hasil uji statistik pada korelasi setiap tugas fungsional dengan kekuatan pinch menunjukkan hasil yang bervariasi. Hal ini dapat disebabkan oleh alat ukur (dalam hal ini adalah keenam tugas fungsional pada domain advanced hand activities berdasarkan MAS) yang tidak sensitif, sehingga meskipun gerakan-gerakan yang dilakukan pada tes tersebut dianggap mewakili tugas fungsional dalam AKS, namun tidak dapat menganalisis kompleksitas setiap tugas fungsional dari AHA1 sampai AHA-6.9 Pada pasien pasca stroke terjadi perubahan pada unit motorik berupa pengurangan jumlah unit motorik, berkurangnya firing rate, atrofi serabut otot tipe cepat, hipertrofi serabut otot tipe lambat dan pemanjangan waktu yang diperlukan oleh komponen otot untuk melakukan kontraksi, sehingga terjadi perlambatan dalam gerakan berurutan, terlebih pada tes yang juga membatasi waktu sebagai penilaiannya. Hal ini tampak pada tes AHA-4.26 Kesulitan dalam melakukan tugas fungsional pada AHA4bertambah dengan syarat gerakan yang tidak memperbolehkan adanya goresan. Untuk membuat satu titik dan berpindah untuk membuat satu titik berikutnya tanpa goresan dalam suatu waktu membutuhkan kecepatan gerak. Perlambatan gerakan pada pasien pasca stroke membuat jumlah titik yang diharapkan berkurang.26 Selain itu untuk berpindah ke area lain untuk membuat titik berikut dibutuhkan kerja pergelangan tangan, siku, dan bahu.20 Pada pasien pasca stroke gangguan dapat terjadi baik pada tingkat kortikal maupun subkortikal. Kedua bagian tersebut terlibat dalam kontrol motorik dan masing-masing memiliki peran dalam keberhasilan menghasilkan gerak terkoordinasi dan bertujuan. Pada penelitian ini tidak diketahui secara jelas pada subjek terjadi gangguan pada area otak yang mana, sehingga secara tepat faktor apa yang terlibat dalam setiap kegagalan melakukan tugas fungsional AHA tidak diketahui. J Indon Med Assoc, Volum: 64, Nomor: 6, Juni 2014
Korelasi Antara Kekuatan Pinch dengan Avanced Hand Activities Berdasarkan Motor Assessment Scale Kesimpulan Terdapat korelasi bermakna antara kekuatan pinch (tip, lateral, palmar) dengan advanced hand activities berdasarkan Motor Assessment Scale pada pasien pasca stroke. Perlu dilakukan pemeriksaan satu persatu kekuatan jari pada setiap arah geraknya karena gerakan kompleks membutuhkan kekuatan jari yang berbeda pada arah gerak yang berbeda. Daftar Pustaka 1.
Meretoja A. Performance, Effectiveness, and Costs of treatment episodes ini Pasca stroke. Department of Neurology, Honours [tesis]. Helsinki: University Central Hospital Helsinki; 2011. 2. Fisher M, Norrving B. The International Agenda for Pasca stroke. First Global Conference on Healthy Lifestyles and Noncommunicable Diseases Control; 2014. 3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar. 2013. 92. 4. Patten C. Weakness and strength training in persons with postpasca stroke hemiplegia. Journal of Rehabilitation Reaserach & Developmet. 2004;41(3a):293-312. 5. Lum PS, Mulroy S, Amdur RL, Requejo P, Prilutsky BI, Dromerick AW. Gains in Upper Extremity Function After Pasca stroke via Recovery or Compensation. Top Pasca stroke Rehabilitation. 2009;16(4):237-53 6. Austin NM. The Wrist and Hand Complex. Dalam: Levangie PK. Joint Structure and Function. Edisi ke-4. Philadelphia. F. A Davis Company; 2005. p. 340-6. 7. Videler AJ. Tripod pinch strength and thumb opposition are the major determinants of manual dexterity in Charcot-Marie-Tooth disease type 1A. Dissertation. Faculty of Medicine. University of Amsterdam; 2009;149. 8. Lin K, Chuang L, Wu C, Hsieh Y, Chang W. Responsiveness and validity of three dexterous function measures in pasca stroke rehabilitation. Journal of Rehabilitation Research & Development. 2010:47(6).563–72. 9. Shepherd JC, Nordholm L. Investigation of a New Motor Assessment Scale for Pasca stroke. 1985. 10. Dedeoglu M, Gafuroglu Ü, Yilmaz Ö, Bodur H. The Relationship Between Hand Grip and Pinch Strengths and Disease. Turkey Journal of Rheumatology. 2013;28(2):69-77.
J Indon Med Assoc, Volum: 64, Nomor: 6, Juni 2014
11. Sezer N, Yavuzer G, Sivrioglu K, Basaran P, Koseoglu BF. Clinimetric Properties of the Duruoz Hand Index in Patients With Pasca stroke. Archieve Physical Medicion and Rehabilitation. 2007;(88):309-14. 12. Abbasi S, Hadian MR, Abdolvahab M, Jalili M, Jalaei S. Correlation between pinch and grip strength with dexterity in adult hemiplegic patients. Journal of Babol University. 2011;13(1). 13. The Minnesota Manual Dexterity Test. Examiner’s Manual. Lafayette Instrument Co. Europe. 1998. 14. Center Pasca stroke. Pasca stroke Statistic. www.pasca strokecenter.org. 15. American Association of Pasca stroke. Prevalence of pasca stroke. 2013 16. Song YM, Sung J, Smith GD, Ebrahim S. Body Mass Index and Ischemic and Hemorrhagic Pasca stroke: A Prospective Study in Korean Men. Journal of American Heart Association. 2004;35:831-6. 17. Mathowetz V. Grip and pinch strength: Normative Data for Adults. Archieve Physical Medicine and Rehabilitation. 1985;66:69-73. 18. Rajkumar P, Premkumar R, Richard J. Grip and pinch strength relation to function in denervated hands. Indian Journal of Leprosy. 2002;74(4):319-28. 19. Lippert LS. Hand. Dalam: Clinical Kinesiology and Anatomy. Edisi ke-4. Philadelphia: F. Davis Company; 2006.143-64. 20. Neumann DA. Hand. Dalam: Kinesiology of the Musculosceletal System. Mosby. 2002.194-240. 21. Tubiana R, Thomine JM, Mackin E. Function of the Hand. Dalam: Examination of the Hand and Wrist. Martin Dunitz. London. 1996.156-73. 22. Baehr M, Frotscher M. Sistem Motorik. Dalam: Suwono WJ, editor. Diagnosis Topik Neurologi DUUS. Jakarta: EGC; 2010. p. 48-59. 23. Cook AS, Woollacott MH. Physiology of Motor Control. Dalam: Motor Control : Translating Research into Clinical Practice. Edisi ke-4. Lippincott Williams & Wilkins. 2012.45-81. 24. Cook AS, Woollacott MH. Motor Control : Issues and Theories. Dalam Motor Control : Translating Research into Clinical Practice. Edisi ke-4. Lippincott Williams & Wilkins; 2012. p. 3-19. 25. Guyton C. Arthur Hall, John E. Cortical & Brain Stem Control of Motor Function. Dalam Medical Physiology. Edisi ke-11. Elsevier & Saunders; 2006. 689. 26. Bell GJ SD. Physiology and Biochemistry of Strength Generation and Factors Limiting Strength Development in Skeletal Muscle. In: Kumar S, editor. Muscle Strength. University of Alberta Edmonton AB, Canada. CRC PRESS; 2004. p. 26-30.
269