KORBAN PRAKTIK POLIGAMI ( ANALISIS HUKUM ISLAM ) Studi Kasus Poligami Daerah Ibu Kota Jakarta Timur
Oleh: AINUL YAQIN NIM : 103045128133
KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM ( JINAYAH SYAR’IYAH )
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
KORBAN PRAKTIK POLIGAMI ( ANALISIS HUKUM ISLAM ) Studi Kasus Poligami Daerah Ibu Kota Jakarta Timur
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh: AINUL YAQIN NIM : 103045128133
KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM ( JINAYAH SYAR’IYAH )
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiblakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Rajab 1429 H. 30 Juli 2008 M. Penulis
KORBAN PRAKTIK POLIGAMI (Analisis Hukum Islam) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Oleh :
AINUL YAQIN NIM : 103045128133 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. H. Abdurrahman Dahlan, MA
Sri Hidayati, M.Ag.
NIP: 150 234 469
NIP: 150 282 403
KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM ( JINAYAH SYAR’IYAH )
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul KORBAN PRAKTIK POLIGAMI (ANALISIS HUKUM ISLAM) telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 08 September 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Jinayah Siyasah Konsentrasi Kepidanaan Islam. Jakarta, 08 Ramadhan 1429 H 08 september 2008 M Mengesahkan, Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum
Prof. Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN MUNAQASAH 1. Ketua
: Asmawi, M.Ag. NIP. 150 282 394
(.............................)
2. Sekretaris
: Sri Hidayati, M.Ag. NIP. 150 282 403
(..............................)
3. Pembimbing I : Dr. Abdurrahman Dahlan, M.A NIP. 150 234 496
(..............................)
4. Pembimbing II: Sri Hidayati, M.Ag NIP. 150 282 403
(..............................)
5. Penguji I
: Asmawi, M.Ag. NIP. 150 282 394
(..............................)
6. Penguji II
: Drs. H. Tabrani Syabirin, LC.M.Ag. NIP. 150 312 427
(..............................)
MOTTO
“Ingatlah, Hanya dengan mengingat Allahlah Hati menjadi tenteram”. (QS. Ar-Raad: 28)
Tidak kah telah kami lapangkan dadamu untukmu? Dan kami lepaskan bebanmu daripada mu Yang memberatkan punggungmu Dan kami meninggikan bagimu sebutan (nama-Mu) Sebab sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Maka apabila kamu telah selesai, (urusan dunia) maka Bersungguh-sungguhlah (dalam beribadah) Dan hanya kepada Tuhanmu lah berharap. (QS. Al-Insyirah: 1-8)
ABSTRAK
Maraknya kasus kekerasan dalam rumah tangga, mulai dari penganiayaan, pemukulan bahkan sampai hal yang lebih tragis lagi.
Kini banyak dibicarakan
diberbagai tempat mulai dari media massa, televisi dan lainnya. Bahkan tidak jarang kita melihat langsung terjadinya kasus kekerasan tersebut disekitar lingkungan kita. Hal itu banyak membicarakan penderiataan yang dialami oleh istri dan bahkan anak. Penderitaan yang dialami korban seakan tidak ada habisnya. Adanya kasus-kasus yang terjadi pada sebuah keluarga dapat menimbulkan citra buruk bagi tujuan perkawinan. Keharmunisan dalam sebuah keluarga adalah merupakan manhaj dan tujuan pokok dari adanya perkawinan. Lalu bagaimana keharmunisan akan di dapat dalam sebuah keluarga kalau dalam keluarga itu sendiri tidak ada keadilan. Keadilan yang dimaksud adalah keadilan dalam hal materiel dan immateriel. Baik adil dalam pembagian nafkah maupun adil dalam pembagian malam seperti yang seharusnya dilakukan oleh keluarga yang berpoligami. Bukan kekerasan yang didapatkan oleh istri, pemukulan, penganiayaan bahkan kekerasan lainnya. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan sejumlah kasus tentang poligami dan dampaknya terhadap keutuhan suatu keluarga. Kedua fenomena ini dalam kajiannya senantiasa dikaitkan dengan hukum Islam. Sejalan dengan metode penelitian yang digunakan, format penyajiannya lebih menekankan pada data dan analisis yang bernuansa kualitatif. Dalam penelitian ini ditentukan bahwa semua
respinden adalah perempuan, dengan alasan karena mereka yang sering kali menjadi pihak yang sangat dirugikan dari praktek poligami yang dilakukan para suami. Pendekatan kualitatif digunakan pada tiga pertimbangan pokok. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila apabila berhadapan dengan gejala yang kompleks. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Pendekatan ini juga didasarkan pada pertimbangan bahwa pendekatan kualitatif dapat menampilkan data-data dan informasi kepada tingkat abstraksi yang lebih tinggi. Dari hasil pengolahan data membuktikan bahwa perkawinan poligami merupakan perkawinan yang tidak ideal. Hal ini dibuktikan dari banyaknya kekerasan yang dilakukan oleh para suami terhadap para istri dalam keluarga poligami. Kekerasan tersebut tidak hanya berbentuk kekerasan fisik tapi juga berbentuk kekerasan psikis. Disamping itu juga istri tua lebih kurang diperhatikan dalam pembagian nafkah, baik nafkah lahir maupun nafkah bathin. Mengingat hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat ketidakharmunisan bahkan terjadinya kekerasan dalam keluarga poligami, maka disarankan kepada semua pihak terutama para suami untuk lebih hati-hati dalam melakukan poligami. Meskipun, disamping itu poligami buhan hal yang dilarang tapi ingat, keadilan adalah manhaj dan tujuan dari adanya perkawinan itu sendiri, bukan sebaliknya. Poligami akan menjadi haram dilakukan kalau dalam prakteknya tidak ada keadilan.
ﺑــــــﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, tiada kata yang pantas untuk diucapkan selain rasa syukur penulis kehadirat Allah SWT, Dialah sumber tertinggi spirit, optimisme, dan energi bagi penulis sehingga skripsi ini terselesaikan meskipun melalui proses yang dalam pengalaman pribadi peneliti. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang telah mengantarkan manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang beserta para sahabat dan keluarganya beliau yang telah memperjuangkan agama Allah SWT dalam berbagai gelombang kehidupan, hingga berakhir dengan kemenangan dan kejayaan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Walaupun waktu, tenaga, dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis sangat berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana hukum Islam. Oleh karena itu, penulis menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Teristimewa, yang tercinta Bapak dan Ibu, dengan curahan cinta dan kasih sayangnya telah memberikan semua bantuan yang tiada habisnya kepada penulis. Dengan bangga penulis persembahkan skripsi ini sebagai bukti tanggung jawab penulis merinci jasa dan kebaikan beliau berdua. “ Semoga Allah selalu menyertai dalam setiap langkah beliau”. 2. Prof. Dr. Drs. H. Amin Suma, SH, MA.MM. Selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bpk. Asmawi, M.Ag. selaku ketua program studi dan Ibu Sri Hidayati, M.Ag. selaku sekretaris program studi Jinayah Siyasah yang selalu memberikan kemudahan demi lancarnya dan terselesaikannya skripsi ini. 4. Bpk Dr. Abdurrahman Dahlan, MA selaku pembimbing I dan Ibu Sri Hidayati, M.Ag. selaku pembimbing II. Terima kasih atas kebaikan dan kesabaranya dalam membimbing penulis, semoga waktu, tenaga dan pikiran yang tersita untuk membimbing penulis selalu dicatat sebagai amal ibadah. 5. Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag. Selaku pembantu Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum. 6. Para dosen dan staf karyawan Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah membantu memberi kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi. 7. Bapak ketua dan wakil ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur serta para informan khususnya, terima kasih karena telah banyak membantu berpartisipasi dengan meluangkan waktunya dalam proses wawancara. Semoga Allah memberikan yang terbaik bagi kalian.
8. Semua teman-teman Fakultas Syari’ah dan Hukum Angkatan 2003, khususnya temen-temen kelas PI, terima kasih atas senyuman dan kebaikan kalian semangat kalian yang selalu diberikan kepada penulis 9. Semua pihak yang terkait yang tidak disebutkan satu-persatu, terima kasih telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya, hanya kepada Allah semua amal baik tersebut penulis kembalikan, semoga mendapat balasan yang berlipat ganda. Hanya kepada Allah penulis berserah diri dan memohon ridhanya dalam menggapai masa depan yang cerah. Amin Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari sistematika bahasa maupun dari segi materi yang terkandung. Atas dasar ini, komentar, saran, dan kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat membuka cakrawala yang lebih luas bagi pembaca sekalian dan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, 27 Rajab 1429 H. 30 Juli 2008 M. Penulis
KORBAN PRAKTIK POLIGAMI: (Analisis Hukum Islam) HALAMAN JUDUL ............................................................................................. LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................................................
ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ..........................................................................
iii
MOTTO ................................................................................................................
iv
ABSTRAK ............................................................................................................
v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii DAFTAR ISI ......................................................................................................... BAB I
BAB II
BAB III
:
xi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .....................................................
7
D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan.......................................
8
E. Sistematika Penulisan ...................................................................
10
:
TINJAUAN UMUM TENTANG POLIGAMI
A. Pengertian Poligami .......................................................................
19
B. Dasar Hukum dan Pengaturan Poligami .......................................
20
C. Praktik Poligami Rasulullah SAW.................................................
25
:
GAMBARAN UMUM TENTANG KORBAN PRAKTIK POLIGAMI
BAB IV
A. Motif Terjadinya Praktik Poligami ...............................................
37
B. Dampak Negatif Terjadinya Praktik Poligami terhadap Istri ........
40
C. Sisi Negatif Terjadinya Praktik Poligami terhadap Anak ............
42
D. Realitas Kehidupan Praktik Poligami ...........................................
50
:
ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG KORBAN PRAKTIK POLIGAMI
BAB V
A. Poligami dalam Pandangan Ulama Mazhab .................................
55
B. Pandangan Ulama tentang Berlaku Adil terhadap Para Istri .........
61
C. Fenomena Poligami: Gambaran Kasus ..........................................
69
D. Tinjauan Hukum Islam terhadap Korban Praktik Poligami...........
75
:
PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................
83
B. Saran-saran ....................................................................................
84
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
86
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................
90
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah Allah SWT. Menciptakan semua makhluk yang ada di alam raya ini berpasang-pasangan, seperti ada siang dan malam, jantan dan batina, termasuk tumbuh-tumbuhan pun masing-masing mempunyai pasangannya, begitu seterusnya. Demikian juga manusia, yang dikenal dengan istilah laki-laki dan wanita. Melalui pasangan ini, maka berkembanglah manusia dan hewan serta makhluk lainnya yang membentuk sebuah kelompok yang menghuni bumi ini.1 Kehidupan rumah tangga merupakan dasar bagi kehidupan manusia dan merupakan faktor utama dalam membina masyarakat. Dari sebuah keluarga, segala suasana yang harmonis dan bahagia. Mereka akan mudah bersosialisasi dengan baik kepada anggota masyarakat di lingkungannya, karena sudah terbiasa bersikap baik seperti yang telah dilakukan di dalam keluarganya. Suamilah sebagai kepala keluarga dalam sebuah rumah tangga yang mempunyai kewajiban dalam membina sebuah keluarga yang harmonis dan sejahtera. Suami sebagai kepala keluarga yang dihasilkan oleh sebuah perjanjian dalam perkawinan. Hal ini telah tercantum dalam al-Qur’an surat Yasin/36 ayat 36:
☺
1
Muhammad Ali al-Barr, Hikmah Kejadian Alam Semesta (Kuala Lumpur: Darul Nu’man, 2001), h. 7.
☺
☺
“Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (QS. Yasin/36: 36).
☯
⌧
⌧ “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa’/4: 1). Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia, sempurna, dan istimewa serta telah dilantik sebagai khalifah di muka bumi sejak awal kejadiannya. Mulai dari pasangan Nabi Adam dan Hawa, maka berkembangbiaklah keturunan manusia di bumi ini hingga hari kiamat nanti.2 Untuk memlihara kesucian dan kemuliaan manusia, Allah telah menetapkan syariat sebagai pedoman bagi kehidupan dan kemaslahatan hambanya, yaitu undangundang perkawinan atau hukum keluarga (mu’amalah ahliyah). Perkawinan
2
Syahrun Nasution, Fiqh Lengkap Perkawinan, cet. II (Kuala Lumpur: Pustaka Syuhada, 1993), h. 3.
merupakan salah satu kaedah bagi pembentukan keluarga dan untuk menciptakan regenerasi/keturunan. Ia merupakan salah satu daripada sunnah Rasulullah SAW.3 Perjanjian yang dibuat oleh seorang muslim untuk menjadikan seorang muslimah sebagai istri adalah perjanjian yang dibuat atas nama Allah SWT. Oleh karena itu, seorang suami tidak boleh semena-semena terhadap istrinya, seperti menceraikan istri tanpa alasan, berlaku kasar terhadap istri, berpoligami tanpa alasan yang dapat dibenarkan dan mendapat idzin dari istri pertama.4 Salah satu bentuk perkawinan yang diatur dalam Islam ialah poligami, ia adalah salah satu bentuk perkawinan yang sangat terkenal sejak zaman jahiliyah sampai sekarang. Poligami dalam pengertian umum bermaksudnya seorang laki-laki yang mengawini lebih dari seorang perempuan tanpa ada batasan dan syarat tertentu. Tetapi setelah Islam datang, maka ajaran ini menetapkan batasan jumlah perempuan yang boleh dinikahi dalam satu masa dan berdasarkan syarat-syarat kelayakan bagi orang yang hendak melakukan poligami.5 Poligami tidak boleh dilakukan secara sembarangan oleh suami. Jangan karena istri sudah tidak cantik lagi lalu cintanya kepada istri pudar begitu saja, kemudian ia memutuskan untuk menikah lagi. Pernikahan bukan semata-mata karena ketampanan atau kecantikan, kekayaan atau harta benda dan bukan pula karena 3
Walid Muhammad ‘Afif, Panduan dan Tata Cara Lengkap Kelahiran, Pernikahan dan Kematian menurut Aturan Islam (Kuala Lumpur: Pustaka Syuhada, 1996), h. 78. 4
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Akademika Pressindo, 2004),
h. 127. 5
M. Haswadi, Poligami dan Perspektif Islam, Makalah Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, 2006), h. 2.
tujuan-tujuan lain yang bersifat duniawi. Namun pernikahan adalah perjanjian yang sangat kokoh antara suami-istri dilandasi dengan rasa kasih sayang agar tercipta keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. Lembaga bantuan hukum APIK (LBH-APIK) menyatakan tentang semakin meningkatnya jumlah kekerasan dalam keluarga. Pada tahun 2001 terdapat 3.169 kasus, tahun 2002 meningkat 62 % menjadi 5.163 kasus, tahun 2003 meningkat 51 % menjadi 7.787 kasus, tahun 2004 meningkat 80 % menjadi 14.020 kasus, dan pada tahun 2005 meningkat 45 % menjadi 20.391 kasus.6 Berdasarkan data tersebut 82 % adalah kasus kekerasan dalam rumah tangga, termasuk kasus poligami. Bahkan tahun-tahun berikutnya dipastikan jumlah tersebut akan semakin meningkat. Poligami bagaikan kata yang menggambarkan kesan buruk dan meresahkan mayoritas kaum perempuan, bahkan merupakan kata yang sangat dibenci oleh mereka. Kebencian itu timbul karena adanya semacam rasa tidak percaya terhadap adanya keadilan dalam poligami, yang mana hal tersebut akan menyebabkan ketidakharmonisan (keretakan) dalam rumah tangga. Memang hal ini tidak mustahil terjadi, karena secara realitas biasanya suami lebih memperhatikan dan mencintai istri muda dari pada istri tua. Sehingga muncullah berbagai macam problem psikologis yang berbeda dalam bentuk konflik internal keluarga, baik di antara sesama istri maupun anak-anak. Menjadi persoalan kemudian adalah bagaimana hakikat dari pada keadilan yang merupakan syarat dari pada poligami tersebut – termasuk bagaimana 6
LBH.APIK,”Kekerasan Dalam Rumah Tangga”, diakses pada 13 November 2007 dari http://www.lbh-apik.or.id/kdrt.htm.
mewujudkannya di tengah-tengah keluarga sebagaimana yang dimaksud dalam Islam.7 Islam tidak melarang umatnya melakukan poligami (membolehkan seorang laki-laki memiliki empat orang istri dalam satu masa), namun kebolehan ini dengan syarat ia mampu berbuat adil di antara istri-istrinya. Sebagaimana firman Allah SWT: ...
☺ “… Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (QS. An-Nisa’/4: 3). Pada ayat di atas, poligami memang dibolehkan. Namun pada tataran praktiknya, poligami sering disalahgunakan sehingga kesucian poligami ternodai dan dianggap oleh sebagian besar perempuan sebagai penyebab hancurnya keutuhan suatu keluarga. Anggapan tersebut karena didasarkan pada mayoritas para suami yang berpoligami tidak lagi memperhatikan dan melaksanakan keadilan di antara para istri dan anak-anaknya. Akhirnya, istri tidak hormat dan tidak taat lagi kepada suami, adanya permusuhan di antara istri-istri, permusuhan di antara anak-anak, pembagian nafkah yang tidak adil merata, tempat tinggal yang tidak sama nilainya, padahal pembagian dalam hal yang sifatnya lahiriyah seperti ini sangat mungkin dilakukan oleh suami yang berpoligami. Dan inilah pengertian keadilan yang dimaksud oleh 7
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, h. 126.
surat an-Nisa’ ayat 3, sekaligus syarat yang membolehkan para suami berpoligami bilamana diiringi sebab-sebab dan faktor-faktor si istri tidak mampu lagi melaksanakan kewajibannya sebagai seorang istri.8 Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti praktik poligami dan dampaknya terhadap keluarga, dan mengangkatnya menjadi sebuah karya tulis yaitu skripsi sebagai gambaran sisi lain kehidupan berpoligami. Disamping itu juga poligami menjadi bahan diskusi yang aktual di kalangan pemikir muslim kontemporer, sehingga banyak kalangan yang menyempatkan diri mengulas dan membahas soal tersebut. Diantaranya; karya Dr. ‘aisyah bintusy Syathi’9 - karya Arij Abdurrahman As-Sanan - Karya Dr. Karim Hilmi Farhat Ahmad.10 Dari beberapa karya tersebut peneliti melihat belum ada yang mengupas secara husus tentang korban praktik poligami, padahal penelitian ini menurut penulis sangat penting untuk diteliti. Namun demikian, karya-karya tersebut masih punya relevansi dan bisa dijadikan acuan dalam penelitian ini. Selanjutnya skripsi ini penulis memberi judul: “KORBAN PRAKTIK POLIGAMI (Analisis Hukum Islam)”. Pembatasan dan Perumusan Masalah Untuk mempermudah penulisan dalam skripsi ini, maka perlu bagi penulis untuk membatasi ruang lingkup dari permasalahan yang akan dibahas pada kajian ini.
8
Ibid.
9
‘Aisyah Bintusy Syathi’, Istri-istri Nabi Saw: Poligami di Mata Seorang Ahli Tafsir Wanita (Bandung: Pustaka Hidayah, 2004). 10
2007).
Karim Hilmi Farhat Ahmad, Poligami Berkah atau Musibah? (Jakarta: Senayan Publishing,
Agar pembahasan dalam skripsi ini jelas dan terarah penulis hanya akan memfokuskan permasalahan mengenai pembahasan yang berkaitan dengan korban praktik poligami yang terjadi dalam suatu keluarga, yang pokok bahasannya dititikberatkan kepada akibat-akibat atau dampak terjadinya praktik poligami. Berdasarkan pembatasan di atas, maka rumusan yang diajukan adalah sebagai berikut: Apa motif terjadinya praktik poligami? Bagaimana dampak poligami terhadap keharmonisan rumah tangga? Bagaimana pandangan hukum Islam tentang korban praktik poligami? Tujuan dan Manfaat Penelitian Dengan mengacu kepada permasalahan sebagaimana penulis rumuskan di atas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, di antaranya: Untuk mengetahui dan menjelaskan motif terjadinya praktik poligami. Untuk mengetahui dampak terjadinya praktik poligami terhadap keharmunisan rumah tangga. Untuk mengetahui bagaimana pandangan hukum Islam tentang korban praktik poligami. Sedangkan manfaat yang dapat dipetik dari penelitian ini adalah: 1. Menjelaskan dan mengetahui secara umum motif terjadinya praktik poligami. 2. Memberikan informasi kepada masyarakat umum tentang dampak terjadinya praktik poligami terhadap keharmunisan rumah tangga.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam pelaksaan praktik poligami sehingga pelaksanaanya sesuai dengan syariat Islam. 4. Menjadi sumbangan sederhana bagi wacana keilmuan tentang praktik poligami dari sudut pandang Islam.
Metode Penelitian Dan Teknik Penulisan Dilihat dari segi tujuannya penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Sedangkan dilihat dari segi jenis data, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan, yakni dengan cara mencatat dan mendokumentasikan informasi dari bahan-bahan tertulis, yaitu dengan mengumpulkan data-data yang bersifat normatif (al-Qur’an dan al-Sunnah) sebagai landasan analisis serta pendapat-pendapat para ahli fikih dari berbagai literatur yang ada seperti buku-buku, jurnal, makalah serta tulisan-tulisan lain yang ada relevansinya dengan penelitian ini. Di samping itu diterapkan juga studi lapangan, teknik observasi dan teknik wawancara. Observasi dan wawancara dilakukan untuk memperoleh data-data primer yang diperlukan pada korban praktik poligami. Peneliti sendiri merupakan alat pengumpul data yang utama. Adapun teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara mendalam (in-depth interviuw) yang tidak terstruktur.11 11
Wawancara tak terstruktur digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal. Hasil wawancara ini menekankan kekecualian penyimpangan, penafsiran yang tidak lazim, penafsiran kembali, pendekatan baru, pandangan ahli, atau perspektif tunggal. Wawancara jenis ini biasanya dilakukan ketika pewawancara berhubungan dengan orang “penting”. Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 139.
Teknik observasi diterapkan dengan cara turun langsung mengamati objek penelitian mengenai keadaan yang sebenarnya terjadi di lapangan yang berkaitan dengan korban praktik poligami. Teknik wawancara diterapkan dengan cara mewawancarai yang berkenaan dengan hal-hal yang berkaitan dengan pokok bahasan yang akan dibahas. Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak terkait. Populasi pada penelitian ini, sebagaimana (data tahun 2007) yang penulis dapatkan dari Pengadilan Agama Jakarta Timur, terdapat 30 kasus (keluarga) korban praktik poligami. Dari populasi tersebut di atas, sebanyak 10%
akan dijadikan
informan, yaitu sebanyak 3 orang yang kesemuanya bertempat tinggal di kawasan Bekasi Jakarta Timur. Ditetapkan informan semuanya perempuan, karena secara umum yang selalu menjadi korban praktik poligami adalah pihak perempuan. Analisis data dengan menggunakan teknik analitis kualitatif bersifat iteratif (berkelanjutan) dan dikembangkan sepanjang program. Maksudnya, analisis data tidak dilakukan setelah pengumpulan data selesai, tetapi dilaksanakan mulai penetapan masalah, pengumpulan data dan setelah data terkumpulkan. Dengan demikian, peneliti dapat mengetahui kekurangan data yang harus dikumpulkan dan dapat mengetahui metode mana yang harus dipakai pada tahap berikutnya.12 Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara induktif, yaitu penulis berangkat dari fakta-fakta dan ketentuan-ketentuan yang bersifat khusus, kemudian
12
Ibid., h. 192
membuat generalisasi analisis sehingga dapat ditarik kesimpulan yang bersifat umum.13 Adapun Teknik dan sistematika Penulisan skripsi berpedoman pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.14 Sistematika Penulisan Adapun sistematika pembahasan skripsi ini terdiri dari lima bab yang terdiri dari beberapa sub bab. Secara sistematis bab-bab tersebut adalah sebagai berikut: Bab pertama diawali dengan pendahuluan yang menjadi alasan diangkatnya kajian ini. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua menjelaskan tinjauan umum tentang poligami, yang meliputi: pengertian poligami, dasar hukumdan pengetahuan poligami dan praktik poligami Rasulullah saw. Bab ketiga menguraikan gambaran umum tentang korban praktik poligami. Pada bab ini menjelaskan tentang motif terjadinya praktik poligami, dampak negatif praktik poligami terhadap istri, sisi negatif terjadinya praktik poligami terhadap anak, dan realitas kehidupan praktik poligami.
13 14
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), h. 5
Djawahir Hejazziey, dkk., Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: Fakultas Syari’ah dan Hukum, 2007), Cet. Pertama.
Bab keempat merupakan inti persolan yang diangkat dalam skripsi ini, yaitu berupaya menerangkan analisis hukum Islam tentang korban praktik poligami, yang meliputi: poligami dalam pandangan ulama mazhab, pandangan ulama tentang berlaku adil terhadap para istri, fenomena poligami: gambaran kasus, dan terakhir tinjauan hukum Islam terhadap korban praktik poligami. Bab kelima merupakan akhir atau penutup dari penulisan skripsi ini, berisi kesimpulan dan saran-saran. Pada bagian penutup ini merupakan jawaban terhadap beberapa pertanyaan yang termuat dalam rumusan masalah.
***
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG POLIGAMI Pengertian Poligami Salah satu bentuk perkawinan yang sering diperbincangkan dalam masyarakat muslim adalah poligami. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai poligami, berikut ini akan diperjelas dahulu sepintas lalu apakah yang dimaksud dengan poligami itu. Menurut tinjauan bahasa, poligami (وﺟَﺎت ْ ) َﺗ َﻌ ﱡﺪ ُد اﻟ ﱠﺰyaitu berbilangan isteri. Kata poligami adalah berasal dari bahasa Yunani, poly atau polos yang berarti banyak dan gamien atau gamos yang berarti kawin/perkawinan. Jadi, secara bahasa poligami berarti suatu perkawinan yang banyak atau suatu perkawinan yang lebih dari seorang, baik pria maupun wanita.15 Sedangkan dalam pengertian umum yang berlaku dalam masyarakat kita sekarang ini, poligami diartikan seorang laki-laki yang mengawini beberapa wanita. Poligami dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1. Poliandri, yaitu perkawinan seorang perempuan dengan beberapa orang lakilaki. Poliandri tidak banyak dipraktikkan, hanya dapat ditemukan pada sukusuku tertentu, seperti pada suku Tuda dan beberapa suku di Tibet.16
15
Kafrawi Ridwan (ed.), dkk., Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, cet. x (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Vanhoeve, 1997), h. 107. 16
Musdah Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami (Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Jender dengan Perserikatan Solidaritas dan The Asia Foundation, 1999), cet. Pertama, h. 2.
2. Poligini, yaitu perkawinan antara seorang laki-laki dengan beberapa orang perempuan.17 Namun dalam perkembangannya, istilah poligini jarang sekali kita dengar, bahkan bisa dikatakan praktis istilah ini tidak dipakai lagi di kalangan masyarakat. Sehingga istilah poligami secara langsung menggantikan istilah poligini dengan mengartikan sebagai perkawinan antara seorang laki-laki dengan beberapa orang perempuan disebut dengan poligami, dan kata ini dipergunakan sebagai lawan poliandri. Lawan dari poligami yang sebenarnya adalah monogami, monogami berasal dari bahasa Yunani, mono yang berarti satu dan gamien atau gamos yang berarti perkawinan. Jadi monogami adalah satu perkawinan yang hanya memperbolehkan seorang laki-laki mempunyai satu isteri.18 Monogami ini merupakan satu prinsip bahwa suami hanya mempunyai satu isteri pada jangka masa tertentu. Poligami merupakan sebuah persoalan yang tak pernah sepi dari perdebatan terutama kaum perempuan dalam Islam. Bahkan di kalangan pengamat luar Islam, menganggap dibolehkannya melakukan poligami ini membuktikan bahwa Islam sangat mengabaikan konsep demokrasi dan hak-hak asasi manusia dalam kehidupan suami isteri. Poligami menurut mereka, merupakan salah satu bentuk diskriminasi terhadap kaum perempuan (isteri).19
17
Kafrawi Ridwan (ed.), dkk., Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, h. 62
18
Ibid. h. 63
19
Syafiq Hasyim, Hal-hal Yang Tak Terpikirkan tentang Isu-isu Keperempuanan dalam Islam, cet. II (Bandung: Mizan, 2001), h. 159.
Dasar Hukum dan Pengaturan Poligami Dalam hukum Islam, poligami biasa dikenal dengan ﺗﻌﺪّد اﻟﺰّوﺟﺎتyang berarti berbilangnya isteri, maksudnya seorang suami yang memiliki isteri lebih dari seorang dalam waktu yang bersamaan.20 Terbukanya pintu poligami dalam ajaran Islam telah tersurat dalam firman Allah SWT:
☺ “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (Q.S. an-Nisa’/4: 3) Dan juga dalam ayat 129:
☺
⌧
⌧
☺ ☺
20
⌧
Abd. Aziz Dahlan, et.al., Ensiklopedi Hukum Islam, cet. VII (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 1187.
☺
⌧
⌧
“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteriisteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, Karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. an-Nisa’/4: 129) Kedua ayat di atas, dengan jelas menunjukkan bahwa asas perkawinan dalam Islam adalah asas monogami. Poligami dibolehkan, apabila syarat-syaratnya terpenuhi dan dapat menjamin keadilan suami kepada isteri-isterinya dapat dipenuhi. Syarat keadilan tersebut menurut ayat 129, terutama dalam hal membagi cinta tidak dapat dilakukan. Namun demikian, hukum Islam tidak menutup rapat pintu kemungkinan untuk berpoligami, atau beristeri lebih dari seorang perempuan, sepanjang persyaratan keadilan materi di antara isteri dapat dipenuhi dengan baik.21 Terdapat beberapa pendapat tentang hukum poligami, ada yang mengatakan mubah, sunnah, bahkan ada yang mengatakan bahwa poligami adalah haram. Namun sebagian kalangan berpendapat, bahwa poligami merupakan suatu perkara yang sunnah. Karena poligami adalah perkara yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Semua perkara yang pernah dilakukan oleh Nabi baik berupa ucapan maupun perbuatan merupakan sunnah bagi kita semua.22
21
22
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h. 170
Mushfir Al-Jahrani, Poligami dan Berbagai Persepsi, terj. Moh. Suten Ritonga, cet. II (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h. 67.
Menurut Mahmud Syaltut mantan Syeikh Al-Azhar, sebagaimana dikutip oleh Dr. Huzaimah Tahido Yanggo, MA., hukum poligami adalah mubah.23 Poligami diperbolehkan selama tidak takut atau tidak dikhawatirkan terjadinya penganiayaan terhadap para isteri. Jika terdapat kekhawatiran terhadap kemungkinan terjadinya penganiayaan dan untuk melepaskan diri dari perbuatan dosa yang dikhawatirkan itu, maka dianjurkan bagi laki-laki untuk mencukupkan satu isteri saja. Dengan demikian, jelas bahwa kebolehan poligami adalah terkait dengan terjaminnya keadilan dan tidak terjadinya penganiayaan terhadap si isteri. Az-Zamakhsyari dalam kitabnya Al-Kassyaf, mengatakan bahwa poligami menurut syari’at Islam adalah suatu rukhshah (kelonggaran) ketika darurat. Sama halnya dengan rukhshah bagi musafir dan orang sakit yang dibolehkan buka puasa ketika dalam perjalanan. Darurat yang dimaksud adalah berkaitan dengan tabiat lakilaki dari segi kecenderungannya untuk bergaul lebih dari seorang isteri. Kecenderungan yang ada pada diri laki-laki itulah seandainya syari’at Islam tidak memberikan kelonggaran niscaya akan membawa kepada perzinahan, oleh sebab itu poligami diperbolehkan dalam Islam.24 Menurut Muhammad Abduh, sebagaimana juga dikutip oleh Huzaimah Tahido Yango, mengatakan: Bahwa haram berpoligami bagi seseorang yang merasa khawatir akan berlaku tidak adil. Poligami dalam pandangan Abduh, boleh jika dalam
23
Huzaimah Tahido Yanggo, “Pandangan Islam Tentang Gender”, dalam Membincang Feminisme: Diskursus Gender Perspektif Islam (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), h. 2. 24
Muhammad bin ‘Umar az-Zamakhsyari al-Khawarizmi, Al-Kassyaf, Juz I (Lubnan: Dar alFikr, 1977), h. 497.
keadaan darurat, yaitu jika isteri tidak bisa memberikan keturunan (mandul). Kebolehan poligami dalam keadaan darurat sama dengan hukum memakan bangkai, darah dan babi. Umat Islam dilarang memakan bangkai, darah dan babi bilamana dalam keadaan darurat atau terpaksa maka kita boleh memakannya (QS. 2: 137). Jadi, hukum poligami itu sama dengan memakan bangkai, darah atau babi yang boleh dilakukan dalam keadaan darurat saja.25 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hukum poligami terlingkup dari beberapa hukum yang diantaranya sunnah, haram, wajib, mubah dan makruh. Namun, pada tingkat pelaksanaannya sangat tergantung pada kondisi seorang laki-laki terkait dengan kebutuhannya terhadap poligami dan kemampuannya memenuhi hak-hak istri-istrinya. Pada ayat tersebut (QS. 4:3), dijelaskan bahwa poligami dihalalkan dengan anjuran berlaku adil. Jika syarat ini tidak dapat dipenuhi, dimana seorang suami yakin bahwa ia akan terjatuh kepada suatu kezaliman dan menyakiti istri-istrinya, dan tidak dapat memenuhi hak-hak mereka dengan adil, maka poligami menjadi haram. Jika ia merasa kemungkinan besar menzalimi salah satu istrinya, maka poligami menjadi makruh. Namun jika ia yakin akan terjatuh kepada perbuatan zina jika tidak berpoligami, maka poligami menjadi wajib atasnya.
Praktik Poligami Rasulullah SAW 25
Huzaimah Tahido Yanggo, “Pandangan Islam Tentang Gender”, dalam Membincang Feminisme: Diskursus Gender Perspektif Islam, h. 2
Tidak sedikit orang yang keliru dalam memahami praktik poligami Nabi Muhammad saw., termasuk kaum muslim sendiri. Ada anggapan bahwa Nabi melakukan poligami dengan tujuan sebagaimana yang dilakukan banyak orang yakni hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis semata.26 Sesungguhnya motif yang paling mendasar dari setiap perkawinan Nabi Muhammad saw. adalah “Islamisasi” yang merupakan tugas utama beliau. Ekspresi dakwah tercermin dalam segala aktifitas beliau baik berupa perbuatan, perkataan maupun persetujuan beliau. Dari motifasi dakwah di atas terbawa pula motifasi lain seperti politik, sosial kemanusiaan dan akhlak. Namun dari itu semua, dapat dikembalikan pada satu tujuan yaitu dakwah untuk mensyiarkan Islam.27 Tidak juga dapat dikatakan bahwa Rasulullah saw. kawin lebih dari satu hendaknya diteladani, karena tidak semua apa yang dilakukan Rasulullah saw. perlu diteladani, sebagaimana tidak semua yang wajib atau terlarang bagi beliau, wajib dan terlarang pula bagi ummatnya. Bukankah Rasulullah saw. antara lain wajib bangun shalat malam dan tidak boleh menerima zakat? Bukankah tidak batal wudhu’ beliau bila tertidur? Bukankah ada hak-hak bagi seorang pemimpin guna menyukseskan misinya? Atau apakah mereka yang menyatakan itu benar-benar ingin meneladani Rasulullah saw. dalam perkawinannya? Kalau benar demikian, maka perlu mereka sadar bahwa semua wanita yang beliau kawini, kecuali ‘Aisyah ra., adalah jandajanda, dan kesemuanya untuk tujuan menyukseskan dakwah, atau membantu dan 26
27
Musdah Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami, h. 17
Asro Sosroatmojo, et. all., Hukum Perkawinan di Indonesia, cet. III (Jakarta: Bulan Bintang, 1981), h. 84-85.
menyelamatkan para wanita yang kehilangan suaminya, yang pada umumnya bukanlah wanita-wanita yang dikenal memiliki daya tarik yang memikat.28 Adapun istri-istri Rasulullah saw. penulis uraikan sebagai berikut: Khadijah binti Khuailid Rasulullah saw. menikahi Khadijah binti Khuailid dalam usia 25 tahun, sedangkan Khadijah berumur 40 tahun. Beliau tidak menikah lagi dengan wanita lain sampai Khadijah meninggal dunia pada usia 65 tahun. Perkawinan dengan Sayyidah Khadijah berlangsung selama 15 tahun sebelum kenabian. Dan setelah beliau diangkat sebagai nabi, khadijah orang pertama beriman.29 Saudah binti Zam’ah Saudah adalah orang pertama dinikahi Rasulullah saw. sepeninggal Khadijah. Usianya hampir mendekati 60 tahun. Ia tidak memiliki paras yang cantik dan bukan wanita yang kaya raya. Ia hanyalah wanita muslimah yang ikut hijrah bersama suaminya ke negeri Habasyah, karena ancaman Kafir Quraisy. Sekembalinya dari negeri Habasyah, suami Saudah yaitu Sakran Ibnu Amr Ibn Abi Syams meninggal dunia dan Saudah menjadi Janda. Tiada tempat untuk berlindung terkecuali kembali ke pangkuan keluarganya yang musyrik. Jika hal itu terjadi, tentu keluarga Saudah memaksa dirinya untuk kembali ke agama sebelumnya atau dipaksa menikah dengan laki-laki musyrik seperti keluarga lain. 28
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an, Vol. 2, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), cet. Pertama, h. 326 29
Abduttawab Haikal, Rahasia Perkawinan Rasulullah SAW; Poligami dalam Islam VS. Monogami Barat, terj. Ilyas Ismail al-Sendany (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), cet. Pertama, h. 114
Untuk
menyelamatkannya
dari
berbagai
fitnah
tersebut,
maka
Nabi
mengawininya ia selamat dari ancaman kaumnya dan tetap menjadi orang beriman. Perkawinan Nabi dengan Saudah ini berlangsung di Mekkah sebelum hijrah ke Madinah.30 Aisyah binti Abu Bakar Perkawinan Nabi dengan ‘Aisyah merupakan salah satu upaya penyebaran ajaran hukum-hukum Islam. Walaupun hikmah ini ada pada setiap istri beliau, namun ‘Aisyah adalah istri Nabi yang paling berperan dalam masalah ini. ‘Aisyah adalah istri yang paling banyak meriwayatkan hadis dan paling banyak memberikan informasi tentang ketentuan yang berlaku dalam keluarga Nabi. Allah SWT. memilihkan Nabi saw. seorang gadis yang jenius dan mempunyai pemikiran-pemikiran yang cemerlang yaitu ‘Aisyah. Perkawinan Nabi dengan ‘Aisyah berlangsung di Mekkah. Pada waktu ‘Aisyah baru berusia 6 tahun. Namun bersama sebagai suami istri mulai dirintis beliau di Madinah. ‘Aisyah adalah satu-satunya istri Nabi yang masih gadis. Dialah istri beliau yang paling dicintai. Namun beliau tetap adil dalam hal-hal yang lain. Selian itu, perkawinan Nabi dengan ‘Aisyah juga merupakan penghargaan terhadap Abu Bakar yang selalu mendampingi Nabi dikala suka maupun duka. Dengan kedudukan Abu Bakar sebagai mertua membuat kedudukannya semakin terhormat dan mulia.31
30
Ibid., h. 114-115
31
Ibid., h. 115-116.
Hafshah binti Umar Ibn al-Khatthab Perkawinan Nabi dengan Hafshah dimaksudkan untuk menghormati keberadaan Hafshah yang suaminya meninggal dalam perang Badar, sekaligus untuk melegakan hati sahabat beliau yaitu Umar Ibn al-Khatthab yang merasa sedih karena anaknya hidup sendiri, setelah Umar menawarkan Hafshah kepada Abu Bakar dan Utsman untuk dipersuntingnya, namun keduanya tidak menyambutnya. Ketika itu Umar r.a. mengadukan kesedihannya kepada Nabi Muhammad saw. yang kemudian bersedia mengawini Hafshah r.a. demi persahabatan dan demi tidak membedakan antara Umar dengan Abu Bakar yang sebelumnya telah dikawini putrinya, yakni ‘Aisyah r.a.32 Zainab binti Jahsyin Perkawinan Nabi dengan Zainab juga atas perintah Allah SWT. untuk merombak warisan Jahiliyah. Perkawinan ini terjadi setelah Zainab diceraikan suaminya Zaid bin Haritsah yang merupakan anak angkat Nabi Muhammad saw. Rumah tangga mereka tidak bahagia sehingga mereka bercerai, dan sebagai penanggung jawab perkawinan itu, Nabi Muhammad mengawininya atas perintah Allah, sekaligus untuk membatalkan adat Jahiliyah yang menganggap anak angkat sebagai anak kandung, sehingga tidak boleh mengawini bekas istrinya.33 Allah menjelaskan hikmah perkawinan Nabi Muhammad saw. dengan Zainab ini dalam surat al-Ahzab ayat 37:
32
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, h. 326.
33
Ibid., h. 327.
☺ ☺
⌧ “Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.” (QS. al-Ahzab: 37). Karena ayat inilah Zainab seperti diceritakan Imam Bukhari dalam kitab shahih-nya
membanggakan
terhadap
istri-istri Nabi yang lain, seperti
perkatannya:
( )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري.ت ٍ ﺳﻤَﺎوَا َ ﺳ ْﺒ َﻊ َ ق ِ ﷲ َﺗﻌَﺎﻟَﻰ ِﻣ ْﻦ َﻓ ْﻮ ُ زَوﱠﺟَ ُﻜﻦﱠ َأهَﺎِﻟ ْﻴ ُﻜﻦﱠ َو َز ﱠو َﺟﻨِﻲ ا “Kalian (istri-istri Nabi yang lain) dikawinkan oleh keluargamu sendiri sedang aku dikawinkan oleh Allah, dzat yang berada di luar tujuh langit.”34 Dari perkawinan Nabi di atas, umat Islam mendapatkan ketentuan undangundang pengangkatan anak yang baru secara islami, pengganti undang-undang pengangkatan anak tradisi Jahiliyah. Sejak ini sistem Jahiliyah itu dinyatakan tidak berlaku, karena itu Muhammad bukanlah bapaknya Zaid, juga bukan bapak siapa-siapa. Akan tetapi beliau adalah Rasulullah, Nabi akhir zaman.35 Juwairiyah binti Harits 34
Abdullah Muhammad bin Isma’il al-Bukhari, Shahih al-Bukhari (Beirut: Dar al-Fikr, 1414H / 1994 M), h. 153. 35
Abduttawab Haikal, Rahasia Perkawinan Rasulullah SAW; Poligami dalam Islam VS. Monogami Barat, h. 118-119.
Perkawinan Nabi dengan Juwairiyah bertujuan untuk membebaskan sistem perbudakan yang diakibatkan dari pertempuran antara kaum muslimin dengan Bani Mushthaliq, yang mana umat Islam dapat menawan dua ratus keluarga yang berisikan wanita-wanita dan anak-anaknya. Salah satu dari mereka yang tertawan adalah Juwairiyah binti Harits. Rasulullah kemudian membebaskannya dan mengawininya pada pertengahan tahun 6 Hijriyah. Demi menghormati Juwairiyah, para sahabat yang menawan anggota keluarganya kemudian membebaskan sebanyak dua ratus keluarga istri Rasulullah ini. Setelah mereka terbebas, mereka berbondong-bondong memeluk Islam. Hal ini tentu saja memperkuat Islam dan umat Islam.36 Hindun binti Abu Ummayyah (Ummu Salamah) Perkawinan Nabi dengan Ummu Salamah bertujuan untuk menolong anak-anak yatim Abu Salamah (suami Hindun binti Abi Ummayah), Abu Salamah gugur pada perang Uhud, ia meninggalkan seorang istri yaitu Ummu Salamah dan anakanak yang masih kecil-kecil, lalu Rasulullah saw. menikahi Ummu Salamah demi menentramkan jiwanya dan menyelamatkan anak-anaknya. Ummu Salamah bukanlah wanita cantik, muda dan kaya.37 Zainab binti Khuzaimah Perkawinan Nabi dengan Zainab binti Khuzaimah bertujuan untuk mendorong wanita agar berakhlak dan berhati mulia, karena Zainab memiliki sifat ini dan
36
Ibid., h. 120.
37
Ibid., h. 121.
tentunya sesuai dengan kepribadian Rasulullah saw. Walaupun Zainab bukan termasuk yang cantik dan kaya, namun ia dikenal sebagai wanita yang santun, lebih-lebih terhadap orang miskin dan anak-anak yatim, sehingga pada zaman jahiliyah ia diberi gelar sebagai “Ummul Masakin”, yang artinya ibunya orangorang miskin.38 Ummu Habibah (Ramlah) Perkawinan Nabi dengan Ummu Habibah bertujuan untuk melunakkan hati pemimpin-pemimpin musyrik, ini terlihat ketika ayah dari Ummu Habibah yang bernama Abi Sufyan bin Harb. Ia adalah salah seorang tokoh Kafir Quraisy yang pada saat itu anak buahnya berbondong-bondong masuk Islam. Ummu Habibah bukanlah seorang yang cantik, muda dan kaya raya, ia hanyalah seorang janda dari suaminya yang bernama Ubaidillah Ibn Jahsyin yang murtad dan masuk kristen sewaktu mereka dan rombongan umat Islam hijrah ke Ethiopia untuk kedua kalinya.39 Shafiyah binti Huyai Perkawinan Nabi dengan Shafiyah binti Huyai bertujuan politis. Shafiyah merupakan putri keturunan Israel, yang amat terpandang yang berasal dari tokohtokoh bangsawan Bani Nazhir. Ayahnya meninggal dunia pada perang Bani
38
39
Ibid., h. 122.
Ibid.
Quraizhah, sedangkan suaminya, Kinanah Ibn Abi Huqaq, termasuk pemimpin Yahudi, terbunuh pada perang Khaibar. Shafiyah bukanlah wanita yang cantik, melainkan ia termasuk wanita yang bertubuh pendek. Nabi memilih dia, membebaskan dan mengawininya. Nabi memberi kebebasan kepada Shafiyah untuk kembali kepada keluarganya atau tetap menjadi istri Nabi. Penawaran pembebasan itu dilakukan karena menghargai kedudukan Shafiyah sebagai seorang putri bangsawan yang berdarah Israel. Shafiyah membulatkan tekad untuk tetap bersama Nabi. Perkawinan ini mempunyai dampak positif terhadap musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi. Mereka tidak lagi memusuhi Islam, bahkan sebagian dari mereka memeluk agama Islam.40
Maimunah binti Harits Ibn Hazn al-Hilaliyah Perkawinan Nabi dengan Maimunah bertujuan untuk melunakkan hati pemimpin orang-orang musyrik. Ia adalah bibi Abdullah Ibn Abbas, Khalid bin Walid. Kerabat Maimunah banyak berasal dari keluarga Bani Hasyim dan Bani Makhzum, dan ini juga merupakan salah satu sebab mengapa Nabi saw. menikahi Maimunah binti Harits Ibn Hazn al-Hilaliyah.41 Itulah istri-istri Nabi Muhammad saw. yang keseluruhannya janda, kecuali ‘Aisyah, dan yang beliau kawini setelah bermonogami hingga usia lima puluh 40 41
Ibid., h. 123. Ibid.
tahun lebih dan selama hidup bersama ibu putra-putrinya, Khadijah r.a., istri pertama dan tercinta beliau. Istri-istri yang disebut di atas inilah yang seringkali disoroti oleh mereka yang tidak mau tahu atau enggan memahami latar belakang perkawinan itu. Di samping alasan-alasan yang telah dikemukakan di atas, pernikahan Nabi Muhammad saw. sampai memiliki sembilan orang istri merupakan kekhususan yang diberikan oleh Allah SWT. kepada beliau, sebagaimana firman-Nya:
☺
☺
⌧ ☺
☺ ☺
⌧ ⌧
⌧
⌧ ☺
“Hai nabi, Sesungguhnya kami telah menghalalkan bagimu isteri- isterimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara lakilaki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada nabi kalau nabi
mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. Sesungguhnya kami telah mengetahui apa yang kami wajibkan kepada mereka tentang isteri-isteri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. al-Ahzab: 50). M. Quraish Shihab menjelaskan dengan mengutip pendapat Sayyid Quthub, bahwa ayat ini berkaitan dengan ayat-ayat sebelumnya menyangkut pengaturan kehidupan bermasyarakat kaum muslimin. Kalau ayat sebelumnya menguraikan persoalan hukum yang berkaitan dengan masyarakat umum, maka ayat ini berkaitan dengan pribadi Nabi saw. dan istri-istri beliau – yang berbeda dengan wanita-wanita lain seperti telah ditegaskan oleh ayat 32 pada surat al-Ahzab ini. Sebelum turunnya ayat ini, Allah SWT. Telah menetapkan bahwa pria muslim tidak boleh menghimpun dalam saat yang sama lebih dari empat orang wanita (Q.S. an-Nisa’: 4). Ketika itu Nabi saw. Memiliki sembilan orang istri. Mereka semua telah menjadi Ummahat alMu’minin, dan semua telah rela memilih Allah dan Rasul-Nya walau hidup dalam kesederhanaan.42 Di samping itu, Rasulullah saw. pun menikahi mereka atas pertimbangan kemaslahatan dakwah dan dalam konteks pemberdayaan (pemeliharaan kaum lemah). Dari hal ini, sangat berat bagi mereka jika Rasulullah saw. Menceraikannya, karena tidak mungkin lagi mereka mendapatkan jodoh setelah pintu pernikahan mereka ditutup oleh Allah SWT. (sebagaimana dijelaskan dalam ayat 53 surat al-Ahzab), berbeda dengan wanita-wanita lain. Atas dasar inilah, maka Allah membenarkan Rasulullah saw. mempertahankan perkawinan beliau dengan mereka, dan dalam saat
42
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, h. 299.
yang sama beliau tidak lagi diperkenankan menikahi wanita lain, tidak juga mengganti salah seorang di antara mereka dengan wanita lain.43 Demikian lebih kurang apa yang dipaparkan oleh Quraish Shihab.
َ ﻚ ِﻣ ْﻦ ُد ْو ِن ا ْﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣ ِﻨ ْﻴ َ ﺼ ًﺔ َﻟ َ ( ﺧَﺎِﻟhanya khusus Dalam ayat di atas, terdapat pernyataan ﻦ bagimu, bukan untuk semua orang mukmin), menurut para mufassir merupakan penegasan bahwa hal tersebut hanya khusus buat Nabi Muhammad saw. tidak berlaku kepada semua orang mukmin secara keseluruhan.44 Kata ﺼ ًﺔ َ ﺧَﺎِﻟadalah kata mashdar muakkad (bentuk kata yang memperkuat dan mempertegas) semua kandungan pada kalimat sebelumnya. Dengan kata lain kalimat seperti itu berarti: Kami (Allah) telah mengkhususkan bagimu (Muhammad saw.) penghalalan terhadap siapa saja yang telah kami halalkan.45 Dengan demikian, hemat penulis, jelas bahwa poligami yang dilakukan Rasulullah saw. merupakan kekhususan bagi beliau, bukanlah suatu sunnah yang dianjurkan atau harus dilaksanakan oleh semua ummatnya.
***
43
Ibid., h. 300
44
Ibid., h. 302
45
Yusuf Qardhawi, Terjehaman Huda Al-Islam Fatawa Mu’ashirah (Surabaya: Risalah Gusti, 1994), cet. Pertama, h. 213.
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG KORBAN PRAKTIK POLIGAMI
A. Motif Terjadinya Praktik Poligami Kalau kita mengkaji perihal poligami tentu akan didapatkan bahwa poligami dilaksanakan dengan berbagai motifasi. Ada di antaranya bermotif penyaluran hasrat seksual semata, kemegahan diri, kebutuhan ekonomis, menata pembagian kerja, untuk memperoleh keturunan atau mempertahankan bahkan meningkatkan mutu gen melalui generasi, dan motif-motif lain seperti motif Rasulullah saw. berpoligami dengan motif untuk mendukung keberhasilan dakwahnya atau perjuangan ajaran Islam,46 sebagaimana penulis telah uraikan pada bab dua tentang tujuan perkawinan Nabi Muhammad saw. dengan istri-istrinya. Mushfir Al-Jahrani mengutip pendapat Musthafa As-Syiba’i membagi alasanalasan berpoligami secara umum ke dalam dua motif, yaitu: Motif sosial dan Motif pribadi. 2 1. Motif sosial Motif sosial ini berupa fakta sejarah yang terjadi pada masyarakat dunia, yakni bahwa: a. Jumlah wanita ternyata secara kuantitas melebihi jumlah laki-laki.
46
2
Ahmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h. 159.
Mushfir Al-Jahrani, Poligami dan Berbagai Persepsi, terj. Moh. Suten Ritonga, cet. II (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h. 47.
b. Kurangnya jumlah laki-laki akibat terjadinya peperangan yang mengakibatkan banyaknya janda-janda yang terabaikan tanpa suami. 2. Motif pribadi Motif pribadi ini berupa hal-hal yang melekat pada diri suami atau istri yang bersangkutan. Motif ini sangat subjektif mengingat betapa seorang istri selalu harus selalu mengalah dami kebahagiaan sang suami tanpa ada yang peduli terhadap kebahagiaannya. Sehubungan dengan motif ini, orang yang melakukan poligami harus mempunyai alasan yang dapat dibenarkan dan dapat dipertanggung jawabkan, di antaranya: a. Sebab yang ada pada wanita itu sendiri, seperti: sakit keras yang menyebabkan dirinya tidak dapat melaksanakan kewajibannya sebagai seorang istri, mandul, lemah nafsu seksnya, panjang masa haid dan nifasnya, kurang setia sehingga menyebabkan hubungan tidak intim, atau mengidap penyakit kronis. Suami dalam kondisi itu ada dalam dua pilihan, yaitu: menceraikan istrinya yang dalam keadaan sakit dan tentunya perbuatan ini tidak berprikemanusiaan, kecuali atas izinnya karen tidak mau dipoligami walaupun dalam keadaan sakit keras. Atau suami menikah lagi dengan perempuan lain dan menetapkan istrinya yang pertama tetap mempunyai hak
untuk mendapatkan nafkah termasuk di dalamnya biaya pengobatan. Dan hal ini adalah pilihan yang tepat dan lebih bijaksana dari keduanya.47 b. Sebab yang berada pada diri suami, seperti: suami memiliki kemauan seksualitas yang sangat tinggi sehingga tidak cukup hanya dengan seorang istri, ingin memiliki keturunan yang banyak karena mampu memenuhi kebutuhan hidup dan pendidikan kepada anak-anaknya, suami sangat mencintai perempuan lain khawatir berbuat zina, suami suka bepergian jauh dan tidak memungkinkan untuk selalu membawa istrinya bersama. c. Sebab yang berupa kejadian yang bersifat pribadi, seperti ada kerabat yang menjanda dan membawa tanggungan banyak anak, maka ia mengawininya untuk menanggung nafkah mereka.48 Selain motif di atas, menurut Musjfir Al-Jahrani, ada dua motif lagi yang menjadi alasan seseorang melakukan poligami, yaitu: 1. Motif yang bersifat ekonomis, seperti poligami untuk membantu usaha atau pekerjaannya. Contohnya yang terjadi pada masyarakat agraris. 2. Motif yang bersifat tidak menentu, seperti seseorang yang pekerjaannya mengharuskan dia untuk hidup merantau dalam waktu yang cukup lama dan tidak
47
Abduttawab Haikal, Rahasia Perkawinan Rasulullah SAW; Poligami dalam Islam VS. Monogami Barat, terj. Ilyas Ismail al-Sendany (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), cet. Pertama, h. 57-63. 48
Ibid., h. 63-65
mampu membawa istrinya, karena khawatir melakukan perzinahan maka lebih baik menikah lagi (berpoligami).49 Itulah beberapa motif seseorang melakukan poligami, tentu saja kebolehan itu dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan syari’at Islam, seperti keharusan berbuat adil dan memperlakukan dengan baik terhadap semua istri-istrinya. B. Dampak Negatif Terjadinya Praktik Poligami terhadap Istri Pada dasarnya dampak psikologis yang terjadi pada sebuah keluarga yang berpoligami tidak hanya terjadi pada istri dan anak-anaknya, tetapi bisa juga terjadi kepada suami. Seorang suami atau pelaku poligami adalah seseorang yang dituntut untuk berlaku adil dan dituntut untuk selalu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dalam dua, tiga atau empat keluarga yang dipimpinnya. Apabila suami yang berpoligami tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka ia akan berusaha untuk menutup-nutupi keterbatasan atau kesalahannya agar kharisma dan wibawanya sebagai seorang suami dan seorang ayah tidak ternodai akibat ulah perbuatannya. Pada kondisi seperti inilah suami berbuat kebohongan kepada istri yang satu dan kepada yang lainnya. Adapun dampak psikologis yang terjadi pada istri, salah satu akibat dari poligami adalah bermula dari masalah cemburu, terlebih lagi terhadap istri yang dipoligami tanpa izinnya. Maka ia akan merasa dikhianati cintanya, akan marah dan
49
Mushfir Al-Jahrani, Poligami dan Berbagai Persepsi, h. 64
sakit hati. Adapun dampak yang umum terjadi terhadap istri yang suaminya berpoligami adalah sebagai berikut:50 1. Munculnya perasaan inferior, menyalahkan diri sendiri, istri merasa tindakan suaminya berpoligami adalah akibat ketidakmampuan dirinya memenuhi kebutuhan biologis suaminya atau tidak dapat memenuhi kewajiban lainnya sebagai seorang istri. 2. Selama masa perkawinan, sudah ketergantungan secara ekonomi kepada suami. Ada beberapa suami memang dapat berlaku adil terhadap istri-istrinya. Tetapi tidak jarang pula dalam praktiknya, suami lebih mementingkan istri muda dan menelantarkan istri tua dan anak-anaknya terdahulu. Akibatnya istri yang tidak memiliki pekerjaan akan sangat kesulitan menutupi kebutuhan sehari-harinya. 3. Hal lain yang sering kita saksikan akibat adanya poligami adalah seringnya terjadi kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak yang dikenal dengan istilah KDRT (Kekerasan dalam Rumah Tangga), baik kekerasan fisik, ekonomi, seksual maupun psikologis. 4. Mayoritas laki-laki yang berpoligami, melakukan perkawinan dengan wanita lain di bawah tangan, yaitu perkawinan yang tidak dicatatkan pada kantor pencatatan nikah (Kantor Catatan Sipil atau Kantor Urusan Agama). Perkawinan yang tidak dicatatkan dianggap tidak sah oleh negara, walaupun perkawinan tersebut sah menurut agama. Bilamana hal ini terjadi, maka yang dirugikan adalah pihak perempuan karena perkawinan tersebut dianggap tidak pernah terjadi oleh negara. 50
Eni Setiati, Hitam putih Poligami; Menelaah Perkawinan Poligami Sebagai Fenomena (Jakarta: Cisera Publishing, 2007), cet. Pertama, h. 41.
Sebuah
Ini berarti bahwa segala konsekwensinya juga dianggap tidak ada, seperti harta gono gini, hak waris dan sebagainya. 5. Budaya perkawinan poligami dikhawatirkan menjadi pemicu munculnya penyakit menular seksual (PMS) dan bahkan rentan terjangkit virus HIV/AIDS.51 Namun, hal ini terbantahkan dengan tujuan disyariatkannya poligami dalam Islam, karena Islam tidak akan mensyariatkan sesuatu yang akan membawa kemudharatan bagi umat manusia. C. Sisi Negatif Terjadinya Praktik Poligami terhadap Anak Tidak diragukan lagi bahwa orang tua memiliki tanggung jawab menyiapkan putra putrinya, mendidik mereka menuju kehidupan yang baik dan memberikan pertolongan dengan berbagai macam petunjuk sehingga kebahagiaan mereka dapat diwujudkan, sesuai dengan firman Allah surat At-Tahrim ayat 6 :
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. At-Tahrim : 6).52 Oleh karena itu, seorang anak membutuhkan pemeliharaan jiwa, pemberian rasa cinta dan kasih sayang orang tuanya. Dengan kasih sayang itulah mereka akan
51
52
Ibid., h. 42
Moh. Rifa’i, Tafsir Al-Qur'an al-Karim; Terjemah/Tafsir Al-Qur'an (Semarang: CV. Wicaksana, 1993), cet. Pertama, h. 1006.
tumbuh dengan lurus, selamat dan terlepas dari kompleksitas penyakit jiwa dan kerapuhan pribadi. Anak-anak selalu menjadi korban bila suatu kehidupan keluarga tidak seimbang, penuh konflik dan pertengkaran orang tua, perkembangan akan terhambat, ia bisa menjadi anak bermasalah. Seorang anak memerlukan kasih sayang dari ayah dan ibunya. Bisa terjadi bahwa orang tua yang merasa dibohongi bersekutu dengan anaknya melawan bapaknya, ketidakharmonisan dalam kehidupan keluarga menjadi nyata. Cara menghadapi situasi yang tidak menyenangkan ini bisa dengan membolos sekolah atau berkelahi dengan teman-teman, anak-anak yang sering terombangambing dalam menentukan kepada siapa (ayah/ibu) mereka harus loyal. Bila konflik loyalitas terjadi, anak-anak sering bereaksi dengan mencoba melindungi secara berlebihan salah satu orang tua dengan mengabaikan kebutuhan sendiri untuk menyenangkan mereka, tetapi lama kelamaan bisa menjadi depresif dan melakukan tindakan yang destruktif.53 Dampak negatif dari kehidupan keluarga di atas, tidak akan hilang walaupun anak sudah meninggalkan rumah tangga. Kualitas rumah tangga atau kehidupan keluarga jelas memerankan peranan yang amat signifikan dalam membentuk karakter dan kepribadian anak. Misalnya rumah tangga yang berantakan disebabkan oleh kematian ayah atau ibu, perceraian antara ayah dengan ibu, hidup terpisah, poligami, ayah mempunyai simpanan “istri lain”, keluarga yang diliputi konflik keras, semua
53
Utami Munandar, Bungan Rampai Psikologi Perkembangan Pribadi Dari Bayi Sampai Lanjut Usia (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2001), cet. Pertama, h. 176.
itu merupakan sumber yang subur untuk memunculkan kenakalan remaja. Adapun sebabnya antara lain sebagai berikut: 1. Anak kurang mendapatkan perhatian, kasih sayang dan tuntunan pendidikan pendidikan, terutama bimbingan ayah, karena ayah dan ibunya masing-masing sibuk mengurusi permasalahan serta konflik batin sendiri. 2. Tidak terpenuhinya kebutuhan fisik maupun psikis anak. Keinginan dan harapan anak tidak bisa tersalur dengan baik dan memuaskan, atau tidak mendapatkan kompensasinya. 3. Anak-anak tidak pernah mendapatkan latihan fisik dan mental yang sangat diperlukan untuk hidup susila. Mereka tidak dibiasakan dengan hidup disiplin dan kontrol diri yang baik.54 Sebagai akibatnya dari ketiga pengabaian di atas, anak menjadi bingung, risau, sedih, malu, sering diliputi perasaan dendam dan benci, sehingga anak menjadi kacau dan liar. Di kemudian hari mereka mencari kompensasi bagi kerisauan batin sendiri di luar lingkungan keluarga, yaitu menjadi anggota dari suatu kelompok kriminal; lalu melakukan banyak perbuatan brandalan dan kriminal. Adakalanya ia secara terang-terangan menunjukkan ketidakpuasan terhadap orang tuanya, dan mulai melawan atau memberontak, sambil melakukan tindakan yang destruktif, baik terhadap orang tua maupun terhadap dunia luar yang kelihatan tidak ramah baginya. Tegasnya, anak-anak yang merasa tidak bahagia dipenuhi banyak konflik batin serta mengalami frustasi terus menerus akan menjadi sangat 54
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, cet. v (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 59.
agresif. Kemudian ia mulai mengadakan “serangan-serangan kemarahan” ke dunia sekitar, menteror lingkungan, mengambil milik orang lain dan sebagainya. Semua itu dilakukan sebagai tindakan penyalur atau pelepas bagi semua ketegangan, kerisauan dan dendam hatinya.55 Fakta menunjukkan bahwa tingkah laku delinkuen (perilaku yang menyimpang aturan) tidak hanya terbatas pada strata sosial di bawah dan strata ekonomi rendah saja, akan tetapi juga muncul pada semua kelas, khususnya pada keluarga berantakan. Semua bentuk ketegangan batin dan bentuk konflik keluarga itu mengakibatkan ketidak seimbangan kehidupan psikis anak. Di samping itu, juga akan mengakibatkan tidak berkembangnya tokoh (sosok) ayah sebagai sumber otoritas bagi anak laki-laki. Sehingga anak berkembang menjadi kasar, binal, brutal, tidak terkendali, sangat agresif dan kriminal. Peran orang tua sebagai tempat orientasi dan identifikasi bagi seorang anak dalam perkembangan psikisnya tidak bisa digantikan. Kalau seorang anak tidak bisa menjalin hubungan keakraban yang tetap dengan satu atau dua orang, maka perkembangan afektif, mental dan sosial secara sehat dan seimbang dari anak tersebut akan terancam.56 Selanjutnya, pola keluarga yang patologis (dalam keadaan sakit atau abnormal/ gangguan jiwa) selalu membutuhkan masalah psikologis, konflik terbuka dan tertutup, serta menjadi penyebab utama timbulnya kenakalan remaja. Misalnya 55
56
Ibid., h. 61
Johannes Muller, Pendidikan sebagai Jalan Pembebasan Manusia dari Cengkraman Kemelaratan? (Jakarta: Prisma, 1980), h. 45.
90 % dari keluarga tidak bahagia dan berantakan akan mengembangkan emosi kepedihan dan sikap negatif pada lingkungannya. Anak juga ikut menjadi tidak bahagia dan bingung. Misalnya anak merasa ditolak oleh orang tua, menjadi iri terhadap adik atau kakaknya, merasa minder kepada teman-temannya, selalu menderita konflik batin yang serius dan lain sebagainya.57 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa anak akan menjadi kriminal dan melakukan pola kebiasaan delinkuen sangat bergantung kepada interaksi yang kompleks dari berbagai penyebab sebagai latar belakangnya. Jadi, ada interrelasi internal dan eksternal dari macam-macam variabel yang membawa anak-anak ke jalan kriminal. Namun demikian, variabel-variabel yang memberikan dampak buruk itu dapat dikompensir oleh beberapa peristiwa berikut: a. Pengaruh buruk subkultur gang delinkuen (suatu budaya tingkah laku yang selalu melanggar aturan) yang ada di sekitar (misalnya daerah rawan/kriminal, kampung miskin, tetangga yang a-susila, daerah yang tradisional yang cepat berubah dan lain-lain) itu dapat dikompensir (diatasi atau diimbangi) oleh keluarga yang kohesif (sebuah keluarga yang memiliki hubungan yang sangat erat/kokoh), penuh perhatian dan kasih sayang, serta akrab dalam bantu membantu (bergotong-royong). b. Ayah yang kejam, sadis, suka mengabaikan bahkan menolak anak lakilakinya, dapat dikompensir oleh sikap ibu yang lembut, penuh cinta kasih,
57
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, h. 62
sehingga anak tidak menjadi delinkuen karena masih memiliki tempat bertumpu. c. Tidak konsekwen pendisiplinan terhadap anak, dan kontroversi antara proses pendisiplinan dengan perbuatan nyata orang tua, mendorong timbulnya kriminalitas anak remaja. Hal ini bisa dikompensir oleh disiplin yang diterapkan dengan baik dan contoh perilaku orang tua yang utama.58 Biasanya antara ketiga hal di atas, terdapat jalinan yang akrab, yang bisa mencetak anak-anak delinkuen atau justru memberantasnya. Oleh karena itu, usaha preventif dan rehabilitatif terhadap anak-anak jahat itu sangat bergantung pada kondisi ketiga peristiwa di atas. Dampak psikologi pada anak akibat dari beberapa hal di atas akan membawa pengaruh pada mental kejiwaan. Anak akan menjadi rendah diri, pendiam, tidak dapat bergaul dengan teman-temannya. Dengan demikian, keluarga yang kurang harmonis akan mengakibatkan anak menjadi kurang cerdas/pemurung. Sebagaimana Sarlito Wirawan Sarwono mengatakan: “Anak yang kurang mendapat perhatian orang tua kabanyakan menjadi pemurung, tidak semangat dan daya tangkapnya kurang baik, karena itu perkembangan kecerdasannyapun terbelakang.”59 Dari pernyataan di atas, penulis berkesimpulan bahwa dalam keluarga berpoligami apabila berkurangnya perhatian orang tua terhadap anak-anaknya akan menyebabkan anak tersebut kurang cerdas dan ini akan berpengaruh kepada prestasi
58 59
Ibid., h. 64
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi (Jakrta: Bulan Bintang, 1976), cet. Pertama, h. 34.
belajar si anak. Tetapi keadaan ini dapat pula terjadi pada keluarga monogami, hal ini tergantung dari kemampuan orang tua dalam memberikan perhatian dan kasih sayang pada anaknya. Agar anak sukses dalam belajar, maka faktor pendukungnya harus terpenuhi. Belajar adalah suatu proses yang memerlukan banyak faktor pendukung. Bilamana salah satu faktor tidak terpenuhi maka kegiatannya akan terganggu. Faktor tersebut yakni lingkungan suasana keluarga yang harmonis dan menunjang proses kegiatan belajar sang anak. Suasana rumah yang selalu tegang, selalu berada dalam kesedihan dan sering terjadi pertikaian antara ayah dan ibu akan melahirkan anak yang tidak sehat mentalnya. Jika sudah demikian, maka tidak heran jika anak memilih menghabiskan waktu di luar rumah bersama teman-temannya. Dan melupakan tugasnya yakni belajar. Hal ini akan terjadi dalam keluarga poligami, di mana tidak ada kerukunan keluarga dan keharmonisan yang menyebabkan anak-anaknya menjadi korban. Sehubungan dengan ini, Syekh Muhammad Abduh, dalam kritiknya terhadap poligami, mengatakan: “Pada masa permulaan Islam betul ada faedahnya poligami dan belum ada lagi bahaya sebagaimana yang kelihatan di zaman sekarang, kalau ada bahayanya maka bahaya itu tidak melampaui perempuan yang dimadu. Adapun di zaman sekarang bahaya permaduan telah mengenai anak, suami dan karib kerabat yang lain. Perempuan yang dimadu telah menyebabkan permusuhan di antara semua karib kerabat, maka rusak binasalah keluarga karena permaduan.”60
60
39
Humaidi Tatapangarsa, Hakikat Poligami dalam Islam (Surabaya: Usaha Nasional, t.t), h.
Dari uaraian di atas, penulis dapat simpulkan bahwa keluarga yang tidak harmonis dimana suasana rumahnya tidak menunjang untuk proses kegiatan belajar anak, karena seringnya terjadi konflik antara kedua orang tua akan mengganggu proses kegiatan belajar anak. Apalagi sarana/fasilitas belajar anak kurang memadai. Hal ini dapat dilihat dari nilai prestasi belajar anak. Oleh karena itu, Peranan keadaan keluarga terhadap perkembangan anak tidak hanya terbatas pada situasi sosio ekonomi atau keutuhan struktur dan keutuhan interaksinya. Juga cara-cara dan sikap dalam pergaulannya memegang peranan yang cukup penting di dalamnya. Hal ini mudah diterima apabila kita ingat bahwa keluarga itu sudah merupakan sebuah kelompok sosial dengan tujuan-tujuan, struktur, normanorma, yang sangat mempengaruhi individu yang menjadi anggota kelompok tersebut.
D. Realitas Kehidupan Praktik Poligami Landasan pembenaran bagi kebolehan berpoligami di kalangan umat Islam adalah Q.S. an-Nisa’/4: 3 yang di dalamnya terkandung pembicaraan anak yatim. Surat an-Nisa’ ini merupakan surat yang diturunkan di kota Madinah, terdiri dari 176 ayat dan merupakan surat terpanjang setelah surat al-Baqarah. Surat ini dinamakan surat an-Nisa’ dikarenakan di dalamnya banyak membicarakan perempuan. Ada juga yang beranggapan bahwa poligami merupakan sunnah Rasulullah, karena beliau melakukannya. Maka tidak jarang orang yang mau berpoligami berlindung di balik alasan melaksanakan sunnah rasul.
Dalam sejarah Nabi Muhammad saw. telah dijelaskan bahwa poligami hanyalah “persoalan budaya”, yang sudah ada sejak berabad-abad sebelum Islam datang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Bahkan poligami dipraktikkan secara luas di kalangan Yunani, Persia dan Mesir kuno. Di jazirah Arab sendiri pun jauh sebelum Islam masyarakatnya telah mempraktikkan poligami, malahan poligami yang tak terbatas, jadi bukan sunnah. Hal ini berarti, poligami terjadi pada kehidupan masyarakat dan menyebar luas adalah karena pengaruh pemahaman budaya lingkungan dan tingkat kehidupan sosial yang berbeda. Dan kini dilakukan setelah wafatnya Nabi oleh mereka yang memiliki kemampuan materi berlebih, bukan menekankan unsur kemuliaan hati untuk melindungi anak yatim dan kaum janda.61 Adapun realitas kehidupan berpoligami dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang sebagai berikut: 1. Poligami dalam sudut pandang budaya Pandangan poligami dari sudut budaya berkembang dari meluasnya praktik perkawinan poligami mulai dari kalangan non priyayi: umumnya dilakukan orang sebagai strategi pertahanan hidup untuk penghematan pengelolaan sumber daya. Misalnya, lewat perkawinan poligami laki-laki itu tanpa susah payah akan memperoleh tenaga kerja ganda tanpa upah. Kultur ini dibawa migrasi ke kota meskipun struktur sosial telah berubah.
61
Eni Setiati, Hitam putih Poligami; Menelaah Perkawinan Poligami Sebagai Sebuah Fenomena, h. 27 .
Sementara untuk kalangan priyayi: perkawinan poligami ditujukan pada pemenuhan kebutuhan biologis, disepadankan dengan harta dan takhta yang berguna untuk mendukung penyempurna derajat sosial lelaki priyayi tersebut.62 Dengan cara pandang di atas, menjadi jelas bahwa poligami merupakan proses dehumanisasi perempuan. Yang dimaksud dehumanisasi dalam konteks poligami ini adalah manakala perempuan yang dipoligami mengalami selfdepreciation. Di mana perempuan tersebut mengijinkan atau setuju dengan tindakan poligami meskipun di dasar hatinya ia mengalami penderitaan lahir batin luar biasa. Namun,
tidak
sedikit
perempuan
yang
dipoligami
menganggap
penderitaan itu adalah pengorbanan yang sudah sepatutnya dijalani karena kepatuhannya sebagai seorang istri terhadap suami (orang kerap menyebutnya istri yang shalihah), atau poligami itu terjadi karena ketidakmampuannya menolak karena kesalahannya sendiri (misal perempuan itu tidak mampu memberi keturunan kepada suaminya). 2. Poligami dalam sudut pandang demografis Sedangkan poligami dalam sudut pandang demografis adalah tergambar dari pelaku poligami yang melakukan perkawinan tersebut dengan alasan untuk menutupi kesenjangan jumlah penduduk yang tidak seimbang antara laki-laki dan
62
Ibid.
perempuan. Mereka beranggapan jumlah perempuan lebih banyak dibanding dengan jumlah laki-laki.63 3. Poligami dalam sudut pandang agama Poligami ditinjau dari sudut agama, sebagaimana penulis kemukakan di awal didasarkan pada Q.S. an-Nisa’/4: 3. Dasar argumentasi poligami dari sudut pandang agama ini dilihat sebagai jalan darurat (emergency exit) sebagaimana diungkapkan Aa Gym yang melakukan perkawinan poligami atas dasar ini).64 Namun sesungguhnya, pilihan perkawinan dalam bentuk monogami atau poligami adalah hak pribadi seseorang dan tidak perlu diributkan. Karena pada dasarnya keputusan untuk menikah adalah hak pribadi seseorang yang tidak boleh kita campuri. Yang perlu ditekankan dari persoalan poligami ini adalah prinsip dasar syari’ah, yaitu keadilan. Dimana seorang laki-laki yang melakukan poligami harus memiliki kemampuan untuk bersikap adil terhadap istri-istri yang dinikahinya. Sehingga dalam kehidupan perkawinannya kelak akan membawa kemashlahat-an dan tidak mendatangkan mudharat atau kerusakan (mafsadah). Persoalannya kemudian adalah mengapa orang-orang cenderung kepada poligami? Karena banyak orang yang berpoligami dengan alasan menjalankan hukum Allah tetapi meninggalkan kewajiban untuk adil. Sedangkan manhaj Ilahi harus diamalkan seutuhnya. Mengapa kebanyakan istri membenci poligami? Karena banyak didapatkan apabila suami menikah dengan wanita lain, dia
63
64
Ibid., h. 28
Ibid.
berpaling kepada istri barunya, lebih mencintai dan menyayangi dari istri tuanya. Oleh karena itu, wajar bila perempuan membenci suaminya menikah dengan perempuan lain.65 Dengan demikian, dapat penulis tegaskan bahwa orang yang mengambil syariat-Nya dalam poligami, maka dia juga harus menjalankan syariat-Nya untuk berlaku adil di antara istri-istrinya. Karena bila mereka tidak melakukan hal tersebut, maka mereka telah melanggar hukum Allah untuk berlaku adil terhadap istri-istrinya. Oleh karena itu, rusaknya hukum Allah terjadi karena orang hanya menjalankan hukum secara terpisah-pisah, tanpa melaksanakan aspek yang lain. Permasalahan poligami ini lebih baik dilihat dengan cara yang mudah dan jelas, serta harus dilihat sebagai permasalahan serius dan realistis yang terkait erat dengan masyarakat.
65
Karim Hilmi Farhat Ahmad, POLIGAMI; Berkah atau Musibah? (Jakarta: Senayan Publishing, 2007), cet. Pertama, h. 34.
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG KORBAN PRAKTIK POLIGAMI
A. Poligami dalam Pandangan Ulama Mazhab Salah satu persoalan fiqh munakahah yang sampai saat ini masih ramai menjadi bahan diskusi di kalangan umat Islam adalah poligami. Poligami adalah sistem yang telah lahir sebelum Islam. Islam muncul di tengah-tengah sistem yang mempraktikkan poligami. Poligami menjadi sebuah sistem yang melekat di Arab, yang dilaksanakan semata-mata untuk kebutuhan biologis dan beberapa aspek masyarakat. Islam sendiri tidak memisahkan antara kehidupan bangsa Arab pada masa jahiliyah dengan bangsa Arab pada masa Islam, tetapi Islam membersihkan pola kehidupan tersebut dengan mempertahankan kebaikan yang terkandung di dalamnya, membuang segala hal yang seharusnya dibuang, dan meluruskannya dengan tujuan yang sesuai. Islam tidak melarang umatnya untuk berpoligami dan tidak pula mengajaknya secara mutlak tanpa batasan. Tetapi Islam membatasinya dengan ikatan keimanan yang terkandung dalam nash al-Qur'an dengan cara membatasinya, cukup dengan empat perempuan, di mana sebelum Islam tidak terdapat batasan jumlah perempuan yang boleh dinikahi. Allah SWT. berfirman:
☺ “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (QS. An-Nisa’/4: 3). Ayat di atas menunjukkan bahwa kemudahan berpoligami dan pembatasannya dengan empat perempuan tergabung dalam satu ayat dengan rasa takut sebagai perbandingan untuk berlaku zalim atau tidak adil.66 Ketentuan poligami ini diperbolehkan dengan bersyarat. Ayat di atas secara lebih khusus merujuk kepada keadilan yang harus dilaksanakan terhadap anak-anak yatim. Ayat ini turun setelah perang Uhud, ketika Umat Islam dibebankan dengan banyaknya anak yatim, janda dan tawanan perang. Maka pelaksanaan poligami itu diatur dengan prinsip-prinsip kemanusiaan dan keadilan terbesar.67 Apabila seorang lelaki merasa tidak akan mampu berbuat adil, atau tidak memiliki harta untuk membiayai istri-istrinya, dia harus menahan diri dengan hanya menikahi satu istri saja. Imam Malik berkata dalam al-Muwattha’, sebagaimana dikutip oleh A. Rahman, bahwa Ghailan bin Salman memeluk Islam sedang mempunyai sepuluh istri.68 Maka Rasulullah SAW. Bersabda: 66
Karim Hilmi Farhat Ahmat, POLIGAMI: Berkah atau Musibah? Terj. Munirul Abidin dan Farhan (Jakarta: Senayan Publishing, 2007), cet. Pertama, h. 18. 67
Asghar Ali Engineer, Hak-hak perempuan dalam Islam, terj. Farid Wajidi dan Cici Farkha Assegaf, cet. II (Yogyakarta: LSPPA, 2000), h. 153. 68
A. Rahman I. Doi., Penjelasan Lengkap Hukum-hukum Allah (Syari’ah) (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), cet. Pertama, h. 192.
ﻦ ق ﺳَﺎ ِﺋ َﺮ ُه ﱠ ْ ﻚ ِﻣ ْﻨ ُﻬﻦﱠ أَ ْرﺑَﻌًﺎ ﻓَﺎ ِر ْ ﺴ ِ َأ ْﻣ “Peliharalah empat orang istri di antara mereka dan bebaskanlah (ceraikanlah) yang lainnya.” (HR. Imam Malik). Begitu pula Abu Daud meriwayatkan dari Haris bin Qais:
ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﱠﻠ ُﻪ َ ﻲ ﻚ ﻟِﻠ ﱠﻨ ِﺒ ﱢ َ ت َذِﻟ ُ ﺴ َﻮ ٍة َﻓ َﺬ َآ ْﺮ ْ ن ِﻧ ُ ﻋ ْﻨﺪِي َﺛﻤَﺎ ِ ﺖ َو ُ ﺳَﻠ ْﻤ ْ َأ:ل َ ﻗَﺎ ﺧ َﺘ ْﺮ ِﻣ ْﻨ ُﻬﻦﱠ َأ ْر َﺑﻌًﺎ ْ ﺳﱠﻠ َﻢ ا َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﱠﻠ ُﻪ َ ﻲ ل اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱡ َ ﺳﱠﻠ َﻢ َﻓﻘَﺎ َ َو “Haris bin Qais berkata: “Aku memeluk Islam sedang aku memiliki delapan orang istri. Aku mengadukan hal ini kepada Nabi SAW., beliau bersabda: “Pilihlah empat istri saja dari mereka.” (HR. Abu Daud). Mempunyai lebih dari satu istri sangat penting bagi si suami berlaku seadil mungkin terhadap setiap istrinya. Tujuan utama perkawinan dalam Islam adalah menciptakan suatu keluarga yang sejahtera, suami dan istri-istrinya serta anakanaknya hidup rukun dan damai, berkasih sayang dan sejahtera sebagaimana yang dimaksudkan dalam al-Qur'an surah ar-Rum/30 ayat 21:69
☯ ☺ ⌧ “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Rum/30: 21). Istri memliki hak atas suami yang telah mengakadnya. Suami harus melaksanakan kewajibannya. Apabila seseorang memiliki istri yang lain, maka dia
69
Ibid., h. 193
harus adil. Membatasi laki-laki untuk menikah dengan empat perempuan merupakan usaha yang paling dekat supaya berbuat adil daripada memiliki istri lebih. Teradapat beberapa pendapat yang menafsirkan QS. An-Nisa’/4: 3 di atas, di antaranya: pandangan yang dikemukakan Al-Qurthubi, menurutnya, ayat tersebut menjelaskan bahwa kaum laki-laki diperintahkan untuk mengawini wanita-wanita pilihannya dengan cara yang baik, yaitu sesuai dengan syari`at agama. Ia boleh mengawini wanita pilihannya sebanyak dua, tiga atau empat, jika dapat berbuat adil. Akan tetapi jika tidak dapat berbuat adil, sebaiknya ia mengawini seorang saja, atau cukup budak yang ia miliki.70 Ibn Jarîr al-Thabarî mengatakan bahwa surat al-Nisâ’ ayat 3 mengandung pengertian kekhawatiran tidak mempunyai seorang wali yang berbuat adil terhadap harta anak yatim. Jika sudah khawatir terhadap anak yatim, mestinya demikian juga khawatir terhadap wanita. Maka janganlah menikahi mereka kecuali dengan wanita yang kalian yakin bisa berbuat adil ketika berpoligami, cukuplah menikah dengan seorang wanita saja. Bahkan kalau dengan itu pun masih ada kekhawatiran, maka cukup menikahi budak yang dimiliki. Sebab, menurut al-Thabarî, dengan menikahi budak lebih memungkinkan untuk tidak akan berbuat penyelewengan.71 Sementara Ibnu ‘Arabi berpendapat, “Yang dimaksud dengan khauf (takut) dalam ayat di atas adalah berdasarkan pada perkiraan. Atau kalian boleh menikah 70
97.
Al-Qurthubi, Al-Jami li Ahkam al-Qur’an, Juz XVII, cet. II (Beirut: Dar al-Fikr, 1962, h. 71
Abi Ja’far Muhammad bin Jarir al-Thabari, Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an, Jus IV, (Berut: Dar al-Fikr, 1398/1978), h. 155.
dengan empat perempuan, tetapi apabila menurut perkiraan (prasangka) kalian tidak dapat berbuat adil maka menikahlah dengan tiga perempuan. Jika menurut prasangka kalian tidak bisa berbuat adil, maka menikahlah dengan dua perempuan, dan jika menurut prasangka kalian tidak bisa berbuat adil, maka menikahlah dengan satu perempuan saja.72 Adapun makna firman Allah swt. “Maka nikahilah wanita-wanita yang kamu senangi,” adalah nikahilah perempuan yang boleh kalian nikahi, bukan yang dilarang untuk dinikahi. Kalian semua hendaknya menikah dengan dua, tiga, atau empat. Apabila kalian takut tidak bisa berbuat adil – yang harus diemban – sebagaimana yang diwajibkan oleh Allah SWT. bagi kalian, maka nikahlah kalian dengan satu perempuan saja. Apabila kalian tidak bisa berbuat adil maka menikahlah dengan satu (istri) saja, maknanya adalah, “Apabila kalian takut tidak akan berbuat adil terhadap dua istrimu, maka nikahlah dengan satu perempuan saja, kemudian berkata, ‘Apabila kalian masih juga tidak bisa berbuat adil, maka cukuplah dengan budak yang kalian miliki.”73 Berbeda dari pendapat di atas, Menurut Mahmoud Muhamed Taha, poligami bukan ajaran murni Islam. Prinsip murni Islam adalah perkawinan antara satu lakilaki dan satu perempuan tanpa perceraian.74 Namun, pendapat tersebut ditolak oleh jumhur ulama’. Sementara menurut Rasyid Ridha, jika diktum QS. An-Nisa’/4 ayat: 129 dikaitkan dengan QS. An-Nisa’/4 ayat: 3 tersebut, menunjukkan bahwa poligami 72 73 74
Ibnu ‘Arabi, Ahkam al-Qur'an, Jilid 1, h. 313. Muhammad Ibn Jarir ath-Thabari, Tafsir ath-Thabari, Jilid 7, h. 842-843.
Lihat, Mahmoud Muhamed Taha, Syari’ah Demokratik, terj. Nur Rachman, (Surabaya: ELSAD, 1996), cet Pertama, h. 204.
itu diharamkan bagi mereka yang akan berlaku zalim terhadap kaum wanita lantaran tidak adil terhadap istri-istrinya. Itulah sebabnya, maka kaum pria wajib memiliki keteguhan hati dalam menjaga perasaannya. Menurut Ridha ada tiga hal pokok dalam masalah ini, yaitu: pertama, Islam tidak mewajibkan atau melarang poligami, melainkan sebagai petunjuk bahwa sedikit sekali pelaku poligami yang bebas dari kezaliman. Kedua, Islam tidak secara mutlak mengharamkan, juga tidak terlalu longgar, sebuah hukum yang universal untuk semua kondisi. Ketiga, persoalan ini didudukkan dalam hukum mubah dengan syarat yang telah ditentukan, yang harus dipertimbangkan betul mudharatnya, dan akan membawa manfaat bagi mereka yang mempraktikkannya manakala semua hukum Islam yang berkenaan dengan itu dipenuhi.75 Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa ayat tersebut tidak mewajibkan poligami atau menganjurkannya, ia hanya berbicara tentang bolehnya poligami, dan itu pun merupakan pintu darurat kecil, yang hanya dilalui saat amat diperlukan dan dengan syarat yang tidak ringan. Oleh karena itu, pembahasan tentang poligami dalam syari`at al-Qur’an, hendaknya tidak ditinjau dari segi ideal atau baik dan buruknya, tetapi harus dilihat dari sudut pandang pengaturan hukum, dalam aneka kondisi yang mungkin terjadi. B. Pandangan Ulama tentang Hukum Berlaku Adil terhadap Para Istri
75
Muhammad Rasyid Ridha, Panggilan Islam Terhadap Wanita, terj. Afif Muhammad, (Bandung: Pustaka, 1986), cet. Pertama, h. 55-56.
Islam datang untuk mengikat poligami dengan keadilan dan membatasinya serta tidak membiarkan permasalahan yang ada di dalamnya karena syahwat laki-laki saja. Keadilan terhadap para istri adalah sebab kestabilan hidup berumah tangga, dan jalan menuju terwujudnya pergaulan dan perlakuan baik yang diperintahkan oleh Allah SWT. dalam firman-Nya: ... ... ☺ “Dan bergaullah dengan mereka secara patut.” (QS. an-Nisa’/4: 19). Oleh sebab itu, para ulama telah sepakat berdasarkan dalil-dalil yang amat kuat bahwa berlaku adil terhadap semua istri adalah kewajiban seorang suami, sekaligus dihalalkannya poligami, sebagaimana dalam surat an-Nisa’ ayat 3. Keadilan yang dimaksud adalah keadilan yang bersifat materialis yang dapat kontrol suami dan menjadi kesanggupannya, seperti: perlakuan baik, pembagian waktu dalam bermalam, dan pemberian nafkah hidup.76 Sedangkan yang berhubungan dengan hati, maka dia tidak mungkin dapat melakukannya, karena berada di luar kontrol suami atau di luar kesanggupannya: seperti: perasaan cinta, kecenderungan hati dan hubungan seksual. Maka dalam hal ini suami tidak dituntut mewujudkannya karena berada di luar kekuasaan manusia yang mustahil dapat dipenuhinya.77 Sebagaimana firman Allah SWT:
76
Arij Abdurrahman As-Sanan, Memahami Keadilan dalam Poligami (Jakarta: PT. Globalmedia Cipta Publishing, 2003), h. 49-50; lihat juga Yusuf Qardhawi, Kedudukan Wanita dalam Islam, h. 124-126. 77
Wahbah Zuhaili, Tafsir Munir, cet. III (Damaskus: Dar al-Fikr, 1991), h. 235.
☺
⌧
⌧
☺ ☺
☺
⌧
⌧
⌧
“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteriisteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, Karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. an-Nisa’/4: 129). Menurut Muhammad Ibnu Ali Asy-Syaukani, bahwa adil dalam ayat tersebut (ﻦ اﻟ ﱢﻨﺴَﺎ ِء َ ن َﺗ ْﻌ ِﺪُﻟﻮْا َﺑ ْﻴ ْ ﻄ ْﻴ ُﻌﻮْا َأ ِ ﺴ َﺘ ْ ﻦ َﺗ ْ ) َوَﻟadalah adil dalam hal cinta dan kasih sayang, serta keinginan dalam bersetubuh.78 Jadi seseorang tidak akan sanggup untuk berlaku adil kepada istri-istrinya dalam hal cinta dan bersetubuh. Oleh karenanya, dalam ayat tersebut juga ditegaskan agar jangan terlalu cenderung kepada salah satunya sehingga yang lain menjadi terkatung-katung. Ibnu ‘Arabi juga mempunyai pendapat yang sama dengan pendapat di atas, bahwa adil yang dimaksud dalam ayat 129 surat an-Nisa’ ini adalah adil dalam hal cinta dan bersetubuh. Menurutnya, adil dalam cinta diluar kesanggupan seseorang, sebab hanya ada dalam genggaman Allah SWT yang membolak-balikkan hati menurut kehendak-Nya.79
78
Muhammad Ibnu Ali Ibnu Muhammad Asy-Syaukani, Fath al-Qadir al-Jami’ Baina Fanni al-Riwayat wa al-Dirayah min al-Tafsir, Juz. I (Beirut: Lubnan: Dar al-Ma’arif, 1997), h. 666. 79
Ibnu ‘Arabi, Ahkam al-Qur'an, Jilid 1, h. 313
Dari penjelasan di atas, dapatlah penulis simpulkan bahwa seseorang wajib berlaku adil dalam hal materi dan terus berusaha pula untuk dapat berlaku adil dalam hal immateri (cinta dan bersetubuh), dengan memperlakukan (bergaul) secara patut terhadap semua istrinya. Walaupun dalam hal immateri ini tidak bisa diwujudkan, sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam surat an-Nisa’ ayat 129 di atas, namun tetap harus berusaha agar terus berlaku adil sebagaimana yang telah dilakukan Rasulullah saw. Ketika beliau membagi waktunya untuk istri-istrinya nabi bersabda:
ﻦ َ ﺴ ُﻢ َﺑ ْﻴ ِ ﺳﱠﻠ َﻢ َﻳ ْﻘ َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﱠﻠ ُﻪ َ ل اﻟﱠﻠ ِﻪ ُ ن َرﺳُﻮ َ آَﺎ:ﺖ ْ ﺸ َﺔ ﻗَﺎَﻟ َ ﻦ ﻋَﺎ ِﺋ ْﻋ َ ﻚ ُ ﻚ ﻓَﻠَﺎ َﺗُﻠ ْﻤﻨِﻲ ﻓِﻴﻤَﺎ َﺗ ْﻤِﻠ ُ ﻲ ﻓِﻴﻤَﺎ َأ ْﻣِﻠ ْ ﺴ َﻤ ِﺘ ْ ل اﻟﻠﱠ ُﻬﻢﱠ َهﺬَا َﻗ ُ ل َو َﻳﻘُﻮ ُ ِﻧﺴَﺎ ِﺋ ِﻪ َﻓ َﻴ ْﻌ ِﺪ ﻚ )رواﻩ أﺑﻮ داود واﻟﺘﺮﻣﺬي واﻟﻨﺴﺎﺋﻲ واﺑﻦ ﻣﺎﺟﺔ وأﺣﻤﺪ واﺑﻦ ُ وَﻟَﺎ َأ ْﻣِﻠ (أﺑﻲ ﺷﻴﺒﺔ “Dari ‘Aisyah ia berkata: Rasulullah selalu membagi giliran di antara istriistrinya dengan adil, kemudian beliau berdo’a: “Ya Allah inilah pembagian yang dapat aku lakukan janganlah Engkau mencelaku dalam hal yang aku tidak kuasa melakukannya.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad dan Ibnu Abi Syaibah).80 Rasulullah saw. mengakui bahwa berlaku adil dalam membagi cinta bukan kemampuan manusia dan bukan pula wewenangnya, maka beliau berdoa, memohon agar tidak dicela akibat tidak mampu berlaku adil dalam hal ini. Namun beliau telah berupaya untuk berlaku adil dalam pembagian harta. Beliau sangat mencintai ‘Aisyah namun kecintaannya bukan semata-mata kepada penampilan ‘Aisyah sebagai wanita yang termuda, akan tetapi karena ada hal lain yang sangat berguna bagi kepentingan dakwah. ‘Aisyah berperan sebagai penyambung lidah Rasulullah terutama kepada
80
Al-Maktabah al-Syamilah, Abû al-Husain Muslim bin al-Hajjâj al-Qusyairî an-Naisâbûrî: Shahîh Muslim, (al-Ishdar al-Tsani, al-Qism: Kutub al-Mutun) Juz VII, h. 378. .
kaum wanita. Meskipun demikian, kecintaan tersebut tidak mengalahkan kecintaan kepada istrinya yang pertama dan lebih tua lima belas tahun usianya dari beliau sendiri, yaitu Sayyidah Khadijah.81 Zhahir hadits di atas, menunjukkan bahwa hal-hal yang menjadi kesanggupan suami harus dilakukan dengan adil, sedangkan hal-hal yang berada di luar kesanggupannya tidak wajib dilakukan dengan adil seperti jumlah hubungan seksual, jumlah ciuman, karena hal-hal seperti ini tidak mungkin dapat dihitung. Oleh karena itu para ulama sepakat bahwa keadilan di sini tidak diwajibkan.82 Menurut Abu Daud, yang dimaksud dengan Engkau kuasai tetapi tidak aku kuasai adalah “hati”. Sedangkan menurut al-Khattabi, hadits ini menunjukkan sebagai penguat adanya wajib melakukan pembagian kepada istri-istrinya yang merdeka, dan dimakruhkan bersifat berat sebelah dalam menggaulinya yang berarti mengurangi haknya, tetapi bukan terlarang untuk lebih mencintai yang satu dengan yang lainnya, karena soal cinta itu di luar kemampuannya. Di dalam hadits lain Rasulullah saw. bersabda:
ﺖ َﻟ ُﻪ ْ ﻦ آَﺎ َﻧ ْ ل َﻣ َ ﺳﱠﻠ َﻢ ﻗَﺎ َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﱠﻠ ُﻪ َ ﻲ ﻦ اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱢ ِﻋ َ :ل َ ﻦ َأﺑِﻲ ُه َﺮ ْﻳ َﺮ َة ﻗَﺎ ْﻋ َ ﻞ )رواﻩ اﺑﻮداود ٌ ِﺷ ﱡﻘ ُﻪ ﻣَﺎﺋ ِ ﺣﺪَا ُهﻤَﺎ ﺟَﺎ َء َﻳ ْﻮ َم ا ْﻟ ِﻘﻴَﺎ َﻣ ِﺔ َو ْ ل ِإﻟَﻰ ِإ َ ن َﻓﻤَﺎ ِ ا ْﻣ َﺮَأﺗَﺎ (واﻟﺘﺮﻣﺬي واﺑﻦ ﻣﺎﺟﺔ “Dari Abu Hurairah ia berkata: dari Nabi Muhmaad saw. beliau bersabda: Barangsiapa yang mempunyai dua orang istri, lalu memberatkan salah
81
Syaiful Islam Mubarak, Poligami yang Didambakan Wanita (Bandung: Syamil Cipta Media, 2003), h. 89. 82
Arij Abdurrahman As-Sanan, Memahami Keadilan Poligami, h. 52.
satunya, maka ia akan datang di hari kiamat nanti dengan bahunya miring.” (HR. Abu Daud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).83 Mengenai soal keadilan ini, Muhammad Abduh dalam Tafsir al-Manar menjelaskan, sebagaimana dikutip oleh Abdul Natsir al-‘Athar, adil adalah seorang suami menjadikan pergaulan dengan istri-istrinya itu seperti dua karung yang sama beratnya, sedangkan ia letakkan di atas daun timbangan, maka jika tidak sanggup mencintai istri-istrinya dengan cara yang sama, janganlah memberatkan timbangan kepada yang satu, sehingga yang lain seperti tergantung pada daun timbangan yang satu lagi.84 Kaum pria diperintahkan untuk memelihara istri-istrinya dengan cara adil dan baik, bahkan bila seorang laki-laki ternyata bosan dan tidak menyukai istrinya, dia tidak boleh memperlakukannya dengan tidak baik sebab boleh jadi, dia menemukan sifat-sifat lain yang baik dan mengimbangi sifat-sifat yang tidak disukainya.85 Masalah keadilan ini dijelaskan kembali oleh Sayyid Sabiq, bahwa yang dimaksud dengan adil adalah adil dalam urusan makanan, tempat tinggal, pakaian, menginap (bermalam) dan segala yang bersifat lahiriyah tanpa membedakan antara istri yang kaya dengan yang miskin, dari keturunan ningrat atau anak petani.86
83
Muhammad bin Ali bin Muhammad Asy-Syaukani, Fath al-Qadir al-Jami’ Baina Fanni alRiwayat wa al-Dirayah min al-Tafsir, Juz. I, h. 216. 84
Abdul Natsir Taufiq al-‘Atthar, Poligami Ditinjau dari Segi Agama, Sosial dan Perundangundangan (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), cet. Pertama, h. 154. 85
Jamilah Jones dan Abu Aminah Philips, Monogami dan Poligini dalam Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), cet. Pertama, h. 55. 86
Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, cet. IV (Beirut: Dar al-Fikr 1403/1983), h. 98.
Adil yang berkaitan dengan bermalamnya seorang suami dengan istri-istrinya harus sama walaupun istri sedang haid, sehat, sakit atau nifas. Karena yang dimaksud dengan bermalamnya seorang suami di sini adalah hiburan dan kesenangan bagi istri karena
seorang
suami
terhibur
oleh
istrinya
meskipun
tanpa
berstubuh.
Penyemarataan dalam hal jima’ tidak wajib tetapi diberlakukan sebagai sunnah, dengan rincian waktu yang disunnahkan adalah satu hari satu malam untuk setiap istri. Menginapnya seorang suami di rumah istrinya tidak boleh lebih dari tiga malam, kecuali atas kesepakatan istri-istrinya.87 Dalam masalah penggiliran terutama bila suami baru menikah dengan seorang gadis, maka bagi suami melaksanakan giliran selama tujuh hari berturut-turut, setelah itu menyamakan di antara mereka, disunnahkan dimulai pada istri pertama. Jika yang dinikahinya adalah seorang janda, maka yang harus dilalui adalah tiga hari berturutturut, kemudian membagi rata di antara mereka setelahnya, sesuai dengan hadits Nabi Muhammad saw:
ﺲ ِ ﻦ َأ َﻧ ْﻋ َ ﻦ َأﺑِﻲ ِﻗﻠَﺎ َﺑ َﺔ ْﻋ َ ﻦ ﺧَﺎِﻟ ٍﺪ ْﻋ َ ﺸ ْﻴ ٌﻢ ِ ﺧﺒَﺮَﻧَﺎ َه ْ َﺤﻴَﻰ أ ْ ﻦ َﻳ ُ ﺤﻴَﻰ ْﺑ ْ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َﻳ َ ج َ ﺳ ْﺒﻌًﺎ َوِإذَا َﺗ َﺰ ﱠو َ ﻋ ْﻨ َﺪهَﺎ ِ ﺐ َأﻗَﺎ َم ِ ﻋﻠَﻰ اﻟ ﱠﺜ ﱢﻴ َ ج ا ْﻟ ِﺒ ْﻜ َﺮ َ ل ِإذَا َﺗ َﺰ ﱠو َ ﻚ ﻗَﺎ ٍ ﻦ ﻣَﺎِﻟ ِ ْﺑ ( )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ.ﻋ ْﻨ َﺪهَﺎ َﺛﻠَﺎ ًﺛﺎ ِ ﻋﻠَﻰ ا ْﻟ ِﺒ ْﻜ ِﺮ َأﻗَﺎ َم َ ﺐ َ اﻟ ﱠﺜ ﱢﻴ “Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya, telah memberitakan kabar kepada kami Hasyim dari Khalid dari Ibn Qilabah dari Anas bin Malik ia berkata: “Apabila kamu telah mengawini seorang gadis, maka menginaplah selama tujuh hari, sedangkan bagi seorang janda adalah tiga hari.” (HR. Imam Muslim).88 87
Mushfir Al-Jahrani, Poligami dan Berbagai Persepsi, terj. Moh. Suten Ritonga, cet. II (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h. 60-61. 88
Al-Maktabah al-Syamilah, Abû al-Husain Muslim bin al-Hajjâj al-Qusyairî an-Naisâbûrî: Shahîh Muslim, (al-Ishdar al-Tsani, al-Qism: Kutub al-Mutun) Juz VII, h. 378..
Kemudian kewajiban memberi nafkah terhadap para istrinya pada dasarnya dituntut menurut kadar kemampuan suami, hanya saja suami diwajibkan berlaku adil terhadap para istrinya beserta keluarga yang menjadi tanggungannya. Baik berupa makanan atau pakaian yang berhubungan dengan kebutuhan berumah tangga. Demikian masalah keadilan yang harus dipenuhi oleh seorang suami sebagai salah satu syarat diperbolehkannya berpoligami. Namun, nafkah dalam konteks zaman sekarang ini tidak cukup hanya dengan memberi makan, pakaian, dan tempat tinggal, tetapi membutuhkan pendidikan bagi anak-ananknya dan harta benda untuk kelancaran pendidikannya. Apabila tidak bisa mengolah hartanya, maka poligami hanya akan menjadi faktor peningkatan kemiskinan dan kebodohan. Oleh karena itu, Islam tidak hanya mensyaratkan adil kepada istri-istrinya, tetapi juga mampu memberi nafkah kepada keluarganya. Dari uraian-uraian di atas, hemat penulis, sudah jelas bahwa pembahasan tentang “adil” merupakan puncak dalam manhaj dan tujuan ini, serta menjadi inti terpenting darinya. Seharusnya keadilan diperhatikan untuk membangun dan menyatukan keluarga. Keadilan adalah batu pertama dalam membangun masyarakat dan poin terpenting dalam masyarakat secara menyeluruh. Demikian juga pemberian nafkah kepada keluarga, karena dalam keluarga terdapat generasi penerus. Apabila tidak dilaksanakan keadilan, kasih sayang dan kesejahteraan, maka tidak akan terbina masyarakat yang penuh kasih sayang, keselamatan dan kesejahteraan, malah yang terjadi sebaliknya yaitu korban dari praktik poligami. Islam telah mengingatkan manusia bahwa monogami tak ubahnya seperti kebutuhan dalam kehidupan
bermasyarakat, dan poligami seperti halnya obat yang digunakan untuk mengobati penyakit dalam masyarakat sebagai sebuah solusi.
C. Fenomena Poligami: Gambaran Kasus Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan sejumlah kasus tentang poligami dan dampaknya terhadap keutuhan suatu keluarga. Kedua fenomena ini dalam kajiannya senantiasa dikaitkan dengan hukum Islam. Sejalan dengan metode penelitian yang digunakan, format penyajiannya lebih menekankan pada data dan analisis yang bernuansa kualitatif. Sejak awal dalam penelitian ini ditentukan bahwa semua responden adalah perempuan, dengan alasan karena mereka yang sering kali menjadi pihak yang sangat dirugikan dari praktik poligami yang dilakukan oleh para suami. Dalam pengumpulan data lapangan, penekanan diletakkan pada kelengkapan data sesuai dengan tujuan penelitian dan tidak pada jumlah responden. Data sekunder didapatkan dari berbagai leteratur seperti: buku-buku, jurnal, majalah, artikel dan makalah-makalah yang relevan dengan penelitian ini. Dari hasil temuan di lapangan penulis uraikan tiga kasus korban praktik poligami sebagai berikut: Kasus 1: IH, 39 tahun, ibu rumah tangga, pendidikan SMA IH adalah salah seorang ibu rumah tangga, yang saat ini ia berusia 39 tahun. Sekitar empat tahun yang lalu ia menikah dengan seorang pria (SM) yang secara kebetulan seusia dengannya (39 tahun). Ia melangsungkan pernikahannya tepatnya
pada tangga 02 Oktober 2004, dihadapan pejabat PPN KUA Kecamatan KUA Muara Gembong Bekasi, Jakarta Timur. Setelah menikah keduanya hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dengan baik, dan bertempat tinggal bersama di Cilangkap, Jakart Timur, selama 1 tahun 6 bulan dan keduanya belum dikaruniai keturunan. Namun dengan berjalannya waktu, kehidupan rumah tangga keduanya mulai goyah dan terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang sulit diatasi sejak bulan Februari tahun 2006. Perselisihan dan pertengkaran antara IH dan MS semakin tajam dan memuncak terjadi pada bulan September tahun 2006. Menurut keterangan IH penyebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut dipicu oleh perbuatan MS yang telah menikah lagi dengan wanita lain EL sekitar bulan Februari 2006. Sejak MS menikah lagi tidak memperdulikan IH lebih mementingkan diri sendiri. Selain itu, MS pisah rumah sejak bulan September 2006 sampai sekarang dan tidak pernah memberikan nafkah lahir batin. IH sebenarnya telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan MS secara baik-baik tetapi tidak berhasil. Dengan keadaan seperti itu, maka IH merasa rumah tangganya tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka IH berkesimpulan lebih baik bercerai. Akhirnya pada hari rabu tanggal 03 Januari 2007 ia mengajukan gugat cerai ke Pengadilan Agama Jakarta Timur.89
89
Wawancara Pribadi dengan Ida Herawati, Cipayung. 16 Maret 2008.
Kasus 2: SZ, 31 tahun, ibu rumah tangga, pendidikan SMA Tidak jauh berbeda dengan kasus di atas, yang dialami oleh SZ umur 31 tahun salah seorang ibu rumah tangga. Ia menikah dengan HW yang saat ini berusia 33 tahun, salah seorang karyawan swasta. SZ dan HW melangsungkan pernikahan pada hari Rabu, tanggal 07 Juli 1993 di KUA Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur. Setelah menikah keduanya tinggal di Condet Batu Ampar Jakarta Timur. selama 14 tahun mereka berdua membangun rumah tangga yang harmonis, dalam Islam disebut dengan keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Dalam kurun waktu 14 tahun itu mereka dikarunia empat orang anak. Yaitu: CN (13 tahun), RZ (11 tahun), HZ (9 tahun) dan AD (7 tahun). Jika dilihat dari segi waktu, SZ dan HW tentu cukup lama membina kehidupan rumah tangganya. Namun, lamanya waktu dalam membina rumah tangga ternyata bukan suatu jaminan bagi keutuhan struktur keluarga tersebut. Karena kehidupan rumah tangga SZ dan HW mulai goyah dan terjadi perselisihan dan pertengkaran sejak Juli tahun 2006 lalu. Dan puncaknya terjadi pada bulan Agustus tahun 2006. Adapun penyebab terjadinya perselisahan tersebut, karena HW menikah lagi dengan wanita lain (RM) tanpa seizinnya. Menurut SZ sejak bulan Agustus 2006 HW tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagai suami, yaitu tidak memberi nafkah lahir dan nafkah batin sejak Juli 2006 sampai sekarang. Dengan sebab-sebab tersebut
maka SZ lebih memilih cerai daripada ia harus hidup dimadu. Akhirnya, pada tanggal 03 Januari 2007 ia mengajukan gugat cerai ke Pengadilan Agama Jakarta Timur.90 Kasus 3: SS, 28 tahun, pekerjaan swasta, pendidikan SMA SS seorang karyawati swasta umur 28 tahun, tinggal di Kelurahan Pulogebang Kecamatan Cakung Kota Jakarta Timur, menikah dengan seorang pria (WW) umur 32 tahun seorang karyawan swasta yang berasal dari Surabaya, Jawa Timur. Keduanya menikah pada hari kamis, tanggal 9 September 1999 KUA Kecamatan Cakung, Jakarta Timur. Setelah menikah SS dan WW mereka memutuskan tinggal di Surabaya Jawa Timur. Sebagaimana layaknya suami istri rumah tangga mereka rukun. Hubungan harmonis yang dibangun oleh SS dan WW ini hanya bertahan selama 3 tahun, dan dalam waktu tiga tahun itu mereka belum dikarunia keturunan. Namun, sejak bulan September tahun 2002 kehidupan rumah tangga mereka mulai goyah dan terjadi perselisihan. Perselisihan tersebut kian hari kian bertambah tajam dan sulit diatasi. Penyebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut dipicu oleh perbuatan WW yang menikah lagi dengan wanita lain (DS) dan telah mempunyai 1 orang anak. Selain itu, WW pernah menyakiti badan jasmani SS dengan cara memukul dengan tangan yang terkena bagian wajah sampai memar. Puncak dari perselisihan ini sejak tahun 2003 WW tidak memberikan nafkah lahir dan batin sampai sekarang (2007) kurang lebih 4 tahun.
90
Wawancara Pribadi dengan Siti Zahrah. Batu Ampar, 23 Maret 2008.
Akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya pada bulan Desember tahun 2002 hingga sekarang kurang lebih 4 tahun, SS dan WW telah berpisah tempat tinggal karena WW telah pergi meninggalkan kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini SS bertempat tinggal di Jakarta Timur dan WW bertempat tinggal di Surabaya, Jawa Timur. Otomatis sejak berpisah selama 4 tahun meskipun belum resmi bercerai, maka hak dan kewajiban suami istri tidak terlaksana sebagaimana mestinya karena sejak itu WW tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagai suami terhadap SS sebagai istrinya. Akhirnya, pada tanggal 18 April 2007 ia mengajukan gugat cerai ke Pengadilan Agama Jakarta Timur.91 Dari uraian di atas (kasus 1, 2 dan 3), dapat diketahui bahwa orang-orang yang mempraktikkan poligami belum menjalankan syari’at poligami dengan baik. Mereka melakukan poligami hanya melihat segi kebolehannya saja, tetapi tidak berlaku adil kepada istri-istrinya. Mereka hanya mengambil hukum Allah untuk bersenang-senang saja. Padahal sangat jelas di dalam Islam bahwa kebolehan berpoligami apabila dipastikan mampu berlaku adil kepada semua istrinya, sebagaimana firman Allah SWT: ...
☺ “…Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (QS. An-Nisa’/4 : 3).
91
Wawancara Pribadi dengan Sulis Setiawati. Pulo Gebang, 30 Maret 2008.
Dari ayat tersebut, sudah jelas bahwa pembahasan tentang adil adalah puncak dalam manhaj dan tujuan poligami ini, serta menjadi inti terpenting darinya.92 Masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam banyak menentang perkawinan poligami, bukan karena mereka tidak mengerti bahwa poligami itu boleh (halal). Tetapi karena buruknya praktik tersebut akhirnya berdampak pada perpecahan dan kebencian. Umat Islam tahu bahwa secara agama perkawinan poligami itu halal dan didukung oleh hadits dan al-Qur'an. Masyarakat bersikap kontroversi terhadap poligami – terutama kaum perempuan – didasarkan pada rasa prihatin terhadap kaum istri atau wanita yang menjadi objek dimadu dan menjadi pihak yang peling dirugikan atau teraniaya, sebagaimana gambaran kasus di atas. Sehingga muncul anggapan bahwa perkawinan poligami adalah perkawinan yang tidak ideal, dan perkawinan monogamilah yang merupakan perkawinan yang ideal. Sejalan dengan hasil kasus penelitian ini berdasarkan data dari LBH-APIK, tercatat selama tahun 2001-2003 terdapat lebih dari 58 kasus poligami yang memperlihatkan bentuk-bentuk kekerasan terhadap istri-istri dan anak-anak. Bentuk kekerasan fisik tersebut dilakukan oleh suami atau laki-laki poligami terhadap istri dan anak-anak mereka dimulai dari tekanan psikis, ancaman dan teror serta pengabaian hak seksual istri.93 Oleh karena itu, menurut LBH-APIK, perlu kiranya negara kita mengeluarkan UU yang mengatur bagi pelaku poligami yang melindungi anak dan istri. Sehingga 92
93
Karim Hilmi Farhat Ahmat, POLIGAMI: Berkah atau Musibah? h. 41.
Eni Setiati, Hitam Putih Poligami; Menelaah Perkawinan Poligami Sebagai Sebuah Fenomena, (Jakarta: Cisera Publishing, 2007), cet. Pertama, h. 48.
wacana perkawinan poligami tidak disalahtafsirkan karena adanya pembenaran dari sisi agama saja, akan tetapi juga melindungi wanita dan anak-anak yang menjadi bagian dari lingkup perkawinan poligami.94 D. Tinjauan Hukum Islam terhadap Korban Praktik Poligami Sebagaimana telah dijelaskan pada sub-sub bab sebelumnya, bahwa poligami merupakan syari’at terdahulu dan pernah pula dijalankan oleh para nabi sebelum nabi Muhammad SAW. Islam dalam mengatur syari’at (undang-undang) tentang poligami juga undang-undang perkawinan, bukanlah membuat hal baru yang belum dikenal sebelumnya. Islam hanya menetapkan apa yang diperlukan menurut hukum alam dan perikemanusiaan dengan mengubah yang perlu diperbaiki dan dapat menjamin kebahagiaan hidup umat manusia. Terkait dengan persoalan poligami ini – menurut Mahmud Syaltut – setidaknya ada dua segi yang diperbaiki oleh Islam sebagaimana berikut: 1. Menetapkan bilangan sampai ke batas yang memenuhi fitrah (sifat) laki-laki, sehingga dia tidak terpengaruh oleh suatu kondisi di mana akan kelebihan atau bahkan kekurangan wanita. 2. Diwajibkan kepada laki-laki untuk berlaku adil menghadapi kepentingan hidup di antara istri-istrinya, sebab keadilan itulah yang mampu menolong keutuhan keluarga yang akan mengantarkan kepada kehidupan keluarga yang
94
Ibid., h. 49
sakinah, mawaddah wa rahmah. Di samping dapat menyelamatkan kaum suami dari perbuatan dosa atau aniaya (berbuat tidak adil kepada istrinya).95 Ketentuan ini telah disepakati oleh ahli hukum dan sesuai dengan al-Qur'an surat an-Nisa’ ayat 3, Allah SWT. berfirman:
☺ “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (Q.S. an-Nisa’/4: 3). Berdasarkan ayat tersebut, dapat dilihat bahwa penekanan ayat tentang poligami ini bukan kepada mengawini lebih dari seorang perempuan, tetapi kepada berbuat adil kepada anak-anak yatim. Di sini harus diingat bahwa pada masa itu mereka yang bertugas memelihara kekayaan anak yatim sering berbuat tidak semestinya dan kadang-kadang melakukan hal itu dengan mengawini mereka tanpa membayar maskawin. Al-Qur'an ingin memperbaiki perbuatan yang salah tersebut. Inilah sebabnya, menurut Shahih Muslim sebagaimana dikutip oleh Asghar Ali Engineer, ‘Aisyah memahami ayat ini dengan pengertian bahwa jika para pemelihara
95
Mahmud Syaltut, Akidah dan Syari’ah Islam I, terj. Fachruddin HS. dan Nasharuddin Thaha, cet. II (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), h. 196.
anak-anak perempuan yatim khawatir dengan mengawini mereka tidak akan mampu berbuat adil kepada perempuan tersebut, mereka sebaiknya mengawini perempuan lain.96 Dengan demikian, ayat ini bukanlah pembolehan yang bersifat umum tetapi merujuk kepada suatu konteks yang jelas dimana keadilan terhadap anak-anak perempuan yatim lebih sentral daripada mengawini lebih dari seorang istri pada saat yang sama. Konteks ini tentu saja tidak boleh diabaikan. Harus dicatat di sini bahwa pada masa jahiliyah (periode pra-Islam) tidak ada pembatasan tentang jumlah perempuan yang boleh dikawini. Maka sangat jelas, pembatasan menjadi empat istri merupakan sebuah reformasi, yakni pengurangan yang sangat drastis dalam kondisi yang berlaku saat itu. Dilihat dari perspektif ini, orang dapat memahami maksud sebenarnya dari pembolehan kawin sampai empat istri. Namun, kaum muslim sendiri memperlakukannya sebagai izin yang bersifat umum
dan
mengabaikan
syarat-syarat
diperbolehkannya
untuk
melakukan
poligami.97 Dengan demikian, cukup jelas bahwa pada teori dan praktik menunjukkan sejak masa Rasulullah, bahwa poligami itu hukum asalnya adalah boleh selama seseorang yang melakukan poligami ini tidak khawatir akan berbuat aniaya (tidak adil) terhadap istrinya. Jika dia khawatir akan berbuat aniaya, tentu saja kebolehan poligami menjadi terlarang untuk menyelamatkan dirinya dari perbuatan dosa.
96
Asghar Ali Engineer, Hak-hak Perempuan dalam Islam, h. 154.
97
Ibid., h. 156
Terkait dengan tiga kasus poligami dalam penelitian ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa para suami telah berbuat tidak adil kepada istri-istrinya, seperti pada kasus IH bahwa setelah suaminya menikah lagi, ia tidak memperdulikannya dan lebih mementingkan diri sendiri. Demikian juga pada kasus SZ setelah suaminya menikah dengan perempuan lain ternyata suaminya tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagai suami, yaitu tidak memberikan nafkah lahir dan batin kurang lebih satu tahun. Tidak jauh berbeda kasus ketiga yaitu SS bahwa setelah suaminya menikah lagi tidak menunaikan kewajibannya sebagai suami, SS tidak mendapatkan nafkah lahir dan batin kurang lebih empat tahun bahkan sempat terjadi kekerasan fisik dalam rumah tangganya. Dengan sebab keadaan seperti itulah akhirnya mereka (IH, SZ dan SS) menggugat cerai suaminya ke pengadilan. Mereka inilah dalam pandangan penulis sebagai korban praktik poligami. Perceraian diperbolehkan dalam Islam karena pernikahan dianggap sebagai sebuah kontrak/akad yang dapat diputuskan baik karena kehendak keduanya atau karena kehendak salah satu pihaknya. Perceraian memang merusakkan hubungan di antara dua manusia dan karena itu sedapat mungkin harus dihindari. Namun, dalam keadaan-keadaan tertentu (termasuk seperti kasus korban praktik poligami di atas), perceraian mutlak diperlukan. Pernikahan tidak dapat selalu dianggap sebagai ikatan yang tidak dapat diputuskan. Allah SWT. berfirman:
⌧
⌧ ⌧ ☺ “Jika keduanya bercerai, Maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masingnya dari limpahan karunia-Nya. Dan adalah Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa’/4: 130).
Berdasarkan ayat tersebut, menurut M. Quraish Shihab, jika keadilan minimal itu tidak dapat diwujudkan dan perdamaian yang dianjurkan pun gagal, maka tidak ada jalan lain yang dapat ditempuh kecuali bercerai secara baik. Ini karena tujuan perkawinan adalah lahirnya ketenangan dan kedamaian dalam kehidupan rumah tangga suami istri. Jika keduanya, yakni pasangan suami istri itu tidak menemukan titik temu shingga mereka bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masing, yang boleh jadi masing-masing mendapat pasangan baru, atau masing-masing merasa puas hidup sendiri dengan aneka kesibukan atau apa saja dari keluasan karunia-Nya. Dan adalah Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Bijaksana dalam segala ketetapan-Nya.98 Lebih lanjut M. Quraish Shihab menyatakan, pada ayat tersebut ada dua sifat Allah SWT. Pertama, Maha Luas karunia-Nya. Hal ini adalah menjadi argumen bagi aneka anugerah-Nya, sekaligus mengisyaratkan bahwa perceraian boleh jadi lebih baik dari percekcokan yang berkesinambungan dalam rumah tangga.99 Sebagaimana yang terjadi dalam tiga kasus di atas. Kedua, Maha Bijaksana, sebagai argumen tentang kebenaran dan ketepatan ketetapan-Nya, antara lain menyangkut perceraian. Dahulu, sementara orientalis mengecam Islam karena membenarkan perceraian, tetapi kini, tidak sedikit pakar non muslim yang kemudian mengakui penting dan tepatnya jalan keluar yang diajarkan
98
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur'an, Vo. 2, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), cet. Pertama, h. 582-583. 99
Ibid., h. 583
ayat ini. Apalagi seperti terbaca di atas, perceraian baru dibenarkan setelah semua jalan untuk kelanggengan perkawinan telah di tempuh.100 Islam juga memperbolehkan perempuan mempunyai hak cerai. Seorang perempuan dapat membatalkan pernikahannya dalam bentuk perceraian yang dikenal dengan khulu’.101 Islam barangkali merupakan agama pertama di dunia yang telah mengakui adanya hak semacam ini. Di dalam al-Qur'an Allah SWT. berfirman: ...
⌧ ☺ ⌧
“jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukumhukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah/2: 229). Ayat inilah yang menjadi dasar hukum khulu' dan penerimaan 'iwadh. Khulu' yaitu permintaan cerai kepada suami dengan pembayaran yang disebut 'iwadh. Harus dicatat bahwa hak istri untuk khulu’ adalah mutlak dan tidak seorang pun dapat menghalangi menggunakannya. Seorang istri dapat mengajukan khulu’ ke pangadilan dan memenangkan pemutusan hubungan perkawinannya secara hukum karena adanya cacat fisik pada suaminya, perlakuan yang buruk atau kekejaman yang dibenarkan secara hukum. Yang termasuk sebagai dharar banyak jenisnya dan tentu saja 100
101
Ibid. Asghar Ali Engineer, Hak-hak Perempuan dalam Islam, h. 211.
berbeda-beda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Ketidakmampuan atau ketidakmauan suami bercampur dengan istrinya karena dia dihukum penjara seumur hidup, atau karena sudah tidak sayang dan tidak cinta lagi, maka hal ini merupakan dharar. Tidak hanya itu, jika suami menjadi tidak mampu memenuhi kewajibannya sebagai suami, seperti memberikan tempat tinggal dan nafkah, maka istri dapat menggunakan haknya untuk khulu’.102 Bahkan dalam suatu hadits dikisahkan kasus Jamilah, istri Tsabit Ibn Qais. Jamilah sangat tidak puas dengan perkawinannya walaupun tidak ada perselisihan antara suami dan istri. Dengan pilu dia menyatakan kepada Nabi bahwa dia tidak menemukan kasalahan pada diri suaminya dalam hal moral dan agamanya; tetapi dia sama sekali tidak menyukainya. Nabi mengizinkannya bercerai asalkan dia mengambalikan kepada suaminya kebun buah-buahan yang telah diberikan kepadanya sebagai mas kawin. Dan ternyata Jamilah bersedia mengembalikannya, maka keduanya bercerailah.103 Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa perempuan memiliki hakhak di samping kewajibannya yang harus dipenuhi oleh kaum laki-laki, dan mendapat tempat/kedudukan yang seimbang dengan laki-laki dalam kehidupan rumah tangga. Islam membukakan jalan keluar pada wanita (istri) bilamana keadaan rumah tangganya tidak harmonis untuk membawa perkaranya kepada qadhi (hakim pengadilan) dan dibuktikannya di depan pengadilan itu segala penderitaan yang
102
Ibid., h. 212-213
103
Mahmud Syaltut, Akidah dan Syari’ah Islam, h. 185.
ditanggungnya. Berdasarkan pertimbangan demikian, hakim boleh menceraikan perempuan itu dari suaminya, yaitu dibebaskan dari segala siksaan dan kekejaman suaminya, baik penderitaan jasmani maupun rohani. Jelaslah, kepentingan-kepentingan perempuan telah dipertimbangkan sedapat mungkin dalam masalah perceraian, bahkan oleh para fuqaha dalam perumusan hukum-hukum syari’ah. Dengan demikian, apa yang telah dilakukan oleh IH, SZ dan SS mengajukan gugat cerai terhadap suaminya yang dianggap tidak memenuhi kewajibannya sebagai seorang suami, tentu saja mendapat tempat dalam hukum Islam dan pengadilan dapat mengabulkan gugatan cerai tersebut selama mereka dapat mempertenggung jawabkannya.
***
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari uraian pembahasan yang telah penulis paparkan, dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut: 1. Adapun motif dari praktik poligami secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam dua macam, yaitu motif sosial dan motif pribadi. Motif sosial tidak terlepas dari kondisi sosial masyarakat, seperti banyaknya jumlah wanita ketimbang laki-laki akibat suatu peperangan yang mengakibatkan banyak janda yang tanpa suami. Di samping itu, motif dakwah sebagaimana yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW. Sedangkan motif pribadi adalah sesuatu yang melekat pada diri suami atau si istri. Dan motif ini sangat subjektif mengingat superiornya seorang laki-laki terhadap istrinya. Sehingga tidak jarang pada motif pribadi ini pihak perempuan yang sering dirugikan, karena istri harus selalu mengalah walaupun harus menanggung penderitaan perasaan tertekan yang amat mendalam. 2. Berdasarkan hasil penelitian lapangan, bahwa praktik poligami sebagian besar menyebabkan pada kehancuran rumah tangga yang berakhir dengan percaraian. Sekalipun tidak bercerai keharmonisan dan keutuhan interaksi di dalamnya tidak berjalan seimbang dan harmonis. Hal ini disebabkan oleh praktik poligami yang disalahgunakan, yaitu orang yang melakukan poligami hanya melihat aspek kehalalannya saja, sementara keharusan berbuat adil
yang diperintahkan oleh syariat Islam yang sekaligus menjadi syarat kehalalan poligami tidak dilaksanakan. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa mereka yang berpoligami tidak lagi memberi nafkah (baik lahir dan batin) kepada istri pertamanya secara adil, karena lebih mementingkan kepentingan dirinya dan lebih memihak kepada istri mudanya. Poligami semacam inilah yang menurut sebagian ulama terlarang bahkan diharamkan karena berbuat ke-zhalim-an. 3. Menurut hukum Islam poligami bukanlah hal yang diperbolehkan secara longgar, tetapi ia diperbolehkan dalam konteks tertentu, yakni dipenuhinya prasyarat keadilan atau mampu berlaku adil terhadap semua istri-istrinya. Oleh karena itu, pembahasan tentang poligami dalam syariat Islam, hendaknya tidak ditinjau dari segi ideal atau baik dan buruknya, tetapi harus dilihat dari sudut pandang pengaturan hukum, dalam aneka kondisi yang mungkin terjadi.
B. Saran-saran 1. Bagi orang yang hendak melakukan poligami perlu dipikirkan secara matang agar tidak melanggar ketentuan-ketentuan agama dan berbuat zalim kepada istrinya. Jika sekiranya tidak yakin –sebagaimana penjelasan Ibn Jarir atThabari– mampu berbuat adil, maka sebaiknya menahan diri dan mencukupkan dengan satu istri saja agar tidak terjerumus ke lembah kehinaan. 2. Demikian
juga,
bagi
kaum
perempuan,
hendaknya
meningkatkan
keseimbangan kemajuan perempuan dengan kesadaran akan kodratnya serta membangun persepsi masyarakat terhadap tanggung jawab perempuan
muslimah dalam aspek kehidupan, sehingga tercipta keselarasan pada peningkatan mutu perempuan dan pandangan masyarakat terutama laki-laki. 3. Kepada umat Islam hendaknya tidak dengan mudah membenarkan kawin di bawah tangan dan sebaiknya tercatat di PPN KUA Kecamatan. Karena dengan memberikan peluang yang seluas-luasnya kasus kawin di bawah tangan ini khawatir dengan mudah dan gampang para suami menikah lagi dengan perempuan lain karena berlindung dibalik keabsahan secara agama. 4. Kepada pemerintah, terutama PPN KUA Kecamatan hendaknya lebih meningkatkan lagi usaha dan upaya dalam memberikan penyuluhan dan penyadaran kepada masyarakat luas akan pentingnya menikah di hadapan pejabat PPN KUA Kecamatan dan tercatat dengan bukti Akta Nikah guna melindungi hak-hak perempuan agar tidak menjadi korban kaum pria yang tidak bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA ‘Afif, Walid Muhammad, Panduan dan Tata Cara Lengkap Kelahiran, Pernikahan dan Kematian menurut Aturan Islam, Kuala Lumpur: Pustaka Syuhada, 1996 Al-‘Atthar, Abdul Natsir Taufiq, Poligami Ditinjau dari Segi Agama, Sosial dan Perundang-undangan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), cet. Ke-1, h. 154 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia pasal 58 ayat 1 huruf a, Jakarta: Akademika Pressindo, 2004 Ahmad, Karim Hilmi Farhat, POLIGAMI: Berkah atau Musibah? Terj. Munirul Abidin dan Farhan, Jakarta: Senayan Publishing, 2007, cet. Ke-1 Al-Barr, Muhammad Ali, Hikmah Kejadian Alam Semesta, Kuala Lumpur, Darul Nu’man, 2001 CD Program al-Maktabah al-Syamilah; al-Ishdar al-Tsani, al-Qism: Kutub al-Mutun. Dahlan, Abd. Aziz, et.al., Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, cet. Ke-7 Doi., A. Rahman I., Penjelasan Lengkap Hukum-hukum Allah (Syari’ah), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000, cet. Ke-1 Engineer, Asghar Ali, Hak-hak perempuan dalam Islam, terj. Farid Wajidi dan Cici Farkha Assegaf, Yogyakarta: LSPPA, 2000, cet. Ke-2 Haikal, Abduttawab, Rahasia Perkawinan Rasulullah SAW; Poligami dalam Islam VS. Monogami Barat, terj. Ilyas Ismail al-Sendany, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993, cet. Ke-1 Haswadi, M., Poligami dan Perspektif Islam, Makalah Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, 2006 Hasyim, Syafiq, Hal-hal Yang Tak Terpikirkan tentang Isu-isu Keperempuanan dalam Islam, Bandung: Mizan, 2001, cet. Ke-2 Al-Jahrani, Mushfir, Poligami dan Berbagai Persepsi, terj. Moh. Suten Ritonga, Jakarta: Gema Insani Press, 1997, cet. Ke-2 Kartono, Kartini, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, cet. Ke-5 Khawarizmi, Muhammad bin ‘Umar az-Zamakhsyari al- Al-Kassyaf, Juz I, Lubnan: Dar al-Fikr, 1977
Kuzari, Ahmad, Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995 Malik, Imam, Al-Muwattha’, Juz. IV, dalam al-Maktabah al-Syamilah al-Qism kutub al-mutun. Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000 Mubarak, Syaiful Islam, Poligami yang Didambakan Wanita, Bandung: Syamil Cipta Media, 2003 Mulia, Musdah, Pandangan Islam Tentang Poligami, Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Jender dengan Perserikatan Solidaritas dan The Asia Foundation, 1999, cet. Ke-1 Muller, Johannes, Pendidikan sebagai Jalan Pembebasan Manusia dari Cengkraman Kemelaratan? Jakarta: Prisma, 1980 Munandar, Utami, Bungan Rampai Psikologi Perkembangan Pribadi Dari Bayi Sampai Lanjut Usia, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2001, cet. Ke-1 Naisâbûrî, Abû al-Husain Muslim bin al-Hajjâj al-Qusyairî an- Shahîh Muslim, Juz VII, h. 378, dalam CD Program al-Maktabah al-Syamilah al-Ishdar al-Tsani, al-Qism: Kutub al-Mutun. Nasuhi, Hamid, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi), Jakarta: CeQDA, 2007, cet. ke-2 Nasution, Syahrun, Fiqh Lengkap Perkawinan, Kuala Lumpur: Pustaka Syuhada, 1993, cet. Ke-2 Philips, Jamilah Jones dan Abu Aminah, Monogami dan Poligini dalam Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996, cet. Ke-1 Qardhawi, Yusuf, Terjehaman Huda Al-Islam Fatawa Mu’ashirah, Surabaya: Risalah Gusti, 1994, cet. Ke-1 Al-Qurthubi, Al-Jami li Ahkam al-Qur’an, Juz XVII, Beirut: Dar al-Fikr, 1962, cet. Ke-2 Ridha, Muhammad Rasyid, Panggilan Islam Terhadap Wanita, terj. Afif Muhammad, Bandung: Pustaka, 1986, cet. Ke-1 Ridwan, Kafrawi (ed.), dkk., Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Vanhoeve, 1997, cet. Ke-10 Rifa’i, Moh., Tafsir Al-Qur'an al-Karim; Terjemah/Tafsir Al-Qur'an, Semarang: CV. Wicaksana, 1993, cet. Ke-1
Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995 As-Sanan, Arij Abdurrahman, Memahami Keadilan dalam Poligami, Jakarta: PT. Globalmedia Cipta Publishing, 2003 Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, Jakrta: Bulan Bintang, 1976, cet. Ke-1 Setiati, Eni, Hitam putih Poligami; Menelaah Perkawinan Poligami Sebagai Sebuah Fenomena, Jakarta: Cisera Publishing, 2007, cet. Ke-1 Setiati, Eni, Hitam Putih Poligami; Menelaah Perkawinan Poligami Sebagai Sebuah Fenomena, Jakarta: Cisera Publishing, 2007, cet. Ke-1 Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an, Vol. 2, Jakarta: Lentera Hati, 2000, cet. Ke-1 Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986 Sosroatmojo, Asro, et. all., Hukum Perkawinan di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1981, cet. Ke-3 Syaltut, Mahmud, Akidah dan Syari’ah Islam I, terj. Fachruddin HS. dan Nasharuddin Thaha, Jakarta: Bumi Aksara, 1990, cet. Ke-2 Syathi’, ‘Aisyah Bintusy, Istri-istri Nabi Saw: Poligami di Mata Seorang Ahli Tafsir Wanita, Bandung: Pustaka Hidayah, 2004 Asy-Syaukani, Muhammad Ibnu Ali Ibnu Muhammad, Fath al-Qadir al-Jami’ Baina Fanni al-Riwayat wa al-Dirayah min al-Tafsir, Juz. I, Beirut: Lubnan: Dar alMa’arif, 1997 Taha, Mahmoud Muhamed, Syari’ah Demokratik, terj. Nur Rachman, Surabaya: ELSAD, 1996, cet ke-1 Tatapangarsa, Humaidi, Hakikat Poligami dalam Islam, Surabaya: Usaha Nasional, t.t. Al-Thabari, Abi Ja’far Muhammad bin Jarir, Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an, Juz IV, Beirut: Dar al-Fikr, 1398/1978 Yanggo, Huzaimah Tahido, “Pandangan Islam Tentang Gender”, dalam Membincang Feminisme: Diskursus Gender Perspektif Islam, Surabaya: Risalah Gusti, 1996 Zuhaili, Wahbah, Tafsir Munir, Damaskus: Dar al-Fikr, 1991, cet. Ke-3
Hejazziey, Djawahir. dkk, “Pedoman Penulisan Skripsi”, Jakarta: Fakultas Syari’ah dan Hukum, 2007, Cet-1
LAMPIRAN – LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
1. Berapa lama anda menikah ? 2. Bagaimana kehidupan anda selama menikah ? 3. Berapa lama anda menjalani hubungan baik tersebut ? 4. Berapa lama anda mendapatkan perlakuan buruk dari suami anda ? 5. Perlakuan buruk seperti apa yang anda alami ? 6. Semenjak kapan suami anda berlaku kasar terhadap anda ? 7. Apakah suami anda melakukan kekerasan fisik terhadap anda ? 8. Apakah suami anda melakukan kekerasan psikis terhadap anda ? 9. Bagaimana anda menyikapi perlakuan buruk suami anda ? 10. Sejauh mana anda bertahan dengan perlakuan suami anda ? 11. Apa penyebab perlakuan buruk suami anda ? 12. Apakah perlakuan buruk suami anda ada kaitannya dengan menikahnya kembali suami anda ? 13. Apakah sebelum suami anda menikah lagi pernah melakukan kekerasan seperti yang dilakukan kepada anda saat ini ? 14. Disamping kekerasan yang dilakukan kepada anda, masihkah ada perhatian suami anda terhadap anda selayaknya seorang suami ? 15. Bagaimana dengan pembagian nafkah lahir bathin terhadap anda ? 16. Tidak adil seperti apa ? 17. Bagaimana dengan pembagian waktu suami anda ?
18. Apakah suami anda memberikan nafkah lahir terhadap anda ? 19. Apakah suami anda memberikan nafkah bathin dengan layak terhadap anda ? 20. Lalu bagaimana anda menyikapi pembagian yang tidak adil tersebut ? 21. Langkah apa yang anda tempuh untuk menyelesaikan hal tersebut ? 22. Pernahkah anda mencoba bermusyawarah dengan suami anda ? 23. Bagaimana dengan perubahan sikap suami anda setelah bermusyawarah dengan anda ? 24. Apa harapan terahir anda kepada suami anda ? 25. Bagaimana sikap anda setelah tidak berhasil dengan cara musyawarah ? 26. Kenapa anda memilih berpisah dengan suami anda ? 27. Tidakkah ada jalan lain yang bisa anda lakukan selain cerai ?
Jakarta, 27 Rajab 1429 H 30 Juli 2008 M Penulis
1. Ida Herawati Binti M.Suganda, umur 39 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan -, tempat tinggal di Jalan Raya Cipayung Setu Gg. Ralin RT.001 RW. 004 No. 64 Kelurahan Cilangkap Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat:
Mursid Bin H. Lipi, umur 39 tahun, agama Islam, pendidikan SMP, pekerjaan Dagang, tempat tinggal di Jalan Jl. Usman RT.12 RW. 11 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. Tergugat telah menikah lagi dengan wanita lain bernama 'Ela' setidaknya bulan Oktober 2006 b.
Tergugat tidak memperdulikan penggugat lebih mementingkan diri sendiri
c.
Tergugat telah pisah rumah sejak bulan September 2006 sampai sekarang
d. Tergugat tidak memberikan nafkah lahir batin sejak September 2006 sampai sekarang
2. Siti Zahroh binti H. Abdilah, umur 31 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat tinggal di Jalan Batu Jamrud RT.014 RW. 02 No. 6 Kelurahan Batu Ampar Kecamatan Kramatjati Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat:
Heryawan bin HM Daud, umur 33 tahun, agama Islam, pendidikan STM, pekerjaan swasta, tempat tinggal di Jalan Lapangan RT.004 RW. 03 No. 118 Kelurahan Batu Ampar Kecamatan Kramatjati Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a.
Tergugat menikah lagi dengan wanita lain yang bernama Rahmawati
b. Tergugat tidak memberi nafkah lahir sejak Agustus 2006 dan nafkah bathin sejak Juli 2006 sampai sekarang Januari 2007 c.
Tergugat pergi meninggalkan tempat tinggal sejak Bulan Agustus 2006
3. RR.Vivanda Widayanti Putri Binti R.Widodo, umur 37 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan
ibu rumah tangga, tempat tinggal di Jalan
Kav.Marinir Blok AC / 3 RT.001 RW. 013 No. 3 Kelurahan Pondok Kelapa Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat:
Garuman Bin H.Moh. Anwar, umur 40 tahun, agama Islam, pendidikan S1, pekerjaan Wiraswasta, tempat tinggal di Jalan Kav.Marinir Blok AC / 3 RT.001 RW. 013 No. 3 Kelurahan Pondok Kelapa Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat;
Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. Tergugat tidak memberikan nafkah lahir dan batin sejak tahun 2005 sampai sekarang b. Tergugat sudah menikah lagi dengan wanita lain yang bernama El Vrisna pada tahun 2005
4. Ir. Rina Pradipta Djaidun binti Djaidun Kromodiharjo, umur 42 tahun, Agama Islam, pendidikan S1, pekerjaan swasta, tempat tinggal di Jalan Kp. Rawa Domba RT.02 RW. 07 No. 78 Kelurahan Duren Sawit Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat, nama :
Ir. Oce Setiyawan bin R. Moeharam, umur 54 tahun, agama Islam, pendidikan S1, pekerjaan swasta, tempat tinggal di Jalan Kp. Rawa Domba RT.02 RW. 07 No. 78 Kelurahan Duren Sawit Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat berubah menjadi tidak harmonis lagi dan goyah, setidaknya terjadi mulai bulan Oktober tahun 2006, disebabkan oleh hal - hal sebagai berikut : a. Tergugat telah menikah lagi dengan wanita lain yang bernama Dian tanpa ijin penggugat sejak bulan September 2006
b. Tergugat tidak memperdulikan penggugat dan lebih mementingkan diri sendiri c. Tergugat tidak ada komunikasi lagi dengan penggugat sehingga hubungan keluarga sudah tidak harmonis lagi
5. Sri Turiyati Binti Totong, umur 25 tahun, Agama Islam, pendidikan SD, pekerjaan Ibu Rumah Tangga, tempat tinggal di Jalan Pengaten Ali RT.003 RW. 006 Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat, nama :
Maryanto Bin Sanangwar, umur 26 tahun, agama Islam, pendidikan -, pekerjaan -, tempat tinggal di Jalan Pengaten Ali RT.003 RW. 006 Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Kota Jakarta Timur, Sekarang tidak diketahui alamatnya dengan jelas dan pasti di wilayah Republik Indonesia selanjutnya disebut Tergugat; Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat berubah menjadi tidak harmonis lagi dan goyah, setidaknya terjadi mulai bulan Januari tahun 2002, disebabkan oleh hal - hal sebagai berikut : a. Tergugat telah menikah lagi dengan wanita lain tanpa izin penggugat b. Tergugat tidak memperdulikan penguggut dan lebih mementingkan diri sendiri
c. Tergugat telah pisah rumah sejak bulan Juli tahun 2003 selama 2 tahun 6 bulan d. Tergugat tidak memberikan nafkah lahir dan batin selama 2 tahun 6 bulan
6. Etika Dewi binti Made Kawiana, umur 41 tahun, Agama Islam, pendidikan S1, pekerjaan karyawati, tempat tinggal di Jalan Porselen Raya Kp Ambon RT.016 RW. 003 No. 20 Kelurahan Rawamangun Kecamatan Pulogadung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat:
Kade Budiyasa bin I Ketut Bidja, umur 41 tahun, agama Islam, pendidikan S1, pekerjaan swasta, tempat tinggal di Jalan Pratekan Gg. H. Sabirin II RT.012 RW. 03 No. 34 Kelurahan Rawamangun Kecamatan Pulogadung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. Tergugat telah menikah lagi dengan wanita lain tanpa ijin penggugat dan sudah dikaruniaianak b.
Tergugat tidak memperdulikan penggugat lebih mementingkan diri sendiri
c.
Tergugat tidak bertanggung jawab dalam keuangan
7. Supriyati binti San Muhidi, umur 44 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat tinggal di Jalan Raya Bekasi KM.18 RT.007
RW. 007 No. 21 Kelurahan Jati Negara Kaum Kecamatan Pulogadung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat:
Chaerudin bin Cholid, umur 43 tahun, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan -, tempat tinggal di Jalan Lembaga Pemasyarakatan Cipinang Jakarta Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. Tegugat tidak memberikan nafkah lahir sejak tahun 2004 sampai sekarang kurang lebih 2 tahun b.
Tergugat sudah menikah dengan wanita lain tanpa ijin penggugat
c.
Tergugat dan penggugat berbeda pendapat/ paham satu sama lain
d.
Tergugat dan penggugat sudah tidak ada komunikasi lagi
e. Tergugat terlibat dalam hal tindak pidana sehingga dipenjarakan di LP Cipinang Jakarta Timur
8. Aroh binti Arsyad, umur 33 tahun, Agama Islam, pendidikan SMP, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat tinggal di Jalan H. Siun RT.001 RW. 005 No. 119 Kelurahan Ceger Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat, nama :
Carim bin Suryadi , umur 40 tahun, agama Islam, pendidikan SD, pekerjaan supir, tempat tinggal di Jalan H. Siun RT.001 RW. 005 No. 119 Kelurahan Ceger Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat berubah menjadi tidak harmonis lagi dan goyah, setidaknya terjadi mulai bulan Juli tahun 1997, disebabkan oleh hal - hal sebagai berikut : a. Tergugat sudah menikah lagi dengan wanita lain yang bernama Ida tanpa ijin penggugat b. Tergugat jarang pulang dan baru pulang 1 bulan lamanya c. Tergugat tidak memberikan nafkah lahir bathin sejak Juni 2006 sampai saat ini Januari 2007
9. Ellystyawati Dwi Cahyani Binti Soepardjo BA, umur 37 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan Ibu Rumah Tangga, tempat tinggal di Jalan Damai RT.02 RW. 08 No. 72 Kelurahan Pulogebang Kecamatan Cakung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat:
Eko Darmayanto Bin Supartoyo, umur 37 tahun, agama Islam, pendidikan S-1, pekerjaan PNS Pajak, tempat tinggal di Jalan Mutiara RT.21 RW. 06 No. 12A
Kelurahan Jati Kecamatan Pulogadung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a.
tergugat telah menikah lagi dengan anita lain tanpa ijin penggugat
b. tergugat sering pergi meninggalkan rumah baru pulang 7 hari lamanya tanpa alasan yang jelas c. tergugat pernah mengusir penggugat pulang kerumah orang tua yang terjadi pada tanggal16 Juli 2007 d.
selain itu tergugat sering mengatakan cerai kepada penggugat.
10. Nurbani binti Abu Bakar, umur 33 tahun, Agama Islam, pendidikan S2, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat tinggal di Jalan Pedati RT.007 RW. 009 No. 15B Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat:
Drs. Yaya Mulyana bin A. Sanusi, umur 42 tahun, agama Islam, pendidikan S1, pekerjaan swasta, tempat tinggal di Jalan Kp. Jati RT.002 RW. 001 No. 18 Kelurahan Jatinegara Kecamatan Cakung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena :
a. Tergugat tidak memberikan nafkah lahir dan bathin sejak Oktober 2006sampai sekarang Januari 2007 b. Tergugat dan penggugat berbeda pendapat/ paham satu sama lain tidak dapat menerima satu sama lain c. Tergugat telah menikah lagi dengan wanita lain yang bernama Tati Mulyati tanpa ijin penggugat d.
Tergugat tidak peduli dalam urusan rumah tangganya
11. Yufriska Pancowati binti Edy Purwanto, umur 23 tahun, Agama Islam, pendidikan D3, pekerjaan
ibu rumah tangga, tempat tinggal di Jalan Raya
Skadron Gg. Ahmad RT.006 RW. 003 No. 93 Kelurahan Makasar Kecamatan Makasar Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat:
Febri Yudhista bin Teddy Achmadi, umur 26 tahun, agama Islam, pendidikan D3, pekerjaan tidak ada, tempat tinggal di Jalan Villa Tangerang Indah RT.03 RW. 010 No. Blok CA Kelurahan Gebang Raya Kecamatan Periuk Tangerang, selanjutnya disebut Tergugat; Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a.
Tergugat tidak memberikan nafkah lahir dan bathin sejak Mei 2006
b. Tergugat telah menikah lagi dengan wanita lain yang bernama Dewi Purnama Sari dan sudah mempunyai anak
c. Tergugat telah pergi meninggalkan tempat tinggal tanpa ijin penggugat sejak Mei 2006
12. Munawaroh Binti Nasrip, umur 32 tahun, Agama Islam, pendidikan SD, pekerjaan Pembantu Rumah Tangga, tempat tinggal di Jalan Anggur Kav. DKI Blok E 1/15 RT.001 RW. 008 No. 15 Kelurahan Cipayung Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat:
Taufik Bin Jaka, umur 33 tahun, agama Islam, pendidikan SD, pekerjaan Supir, tempat tinggal di Jalan Nurul Hidayah Pintu Air Gang Masjid 2 RT.08 RW. 06 Kelurahan Cipayung Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a.
tergugat telah menikah lagi tanpa ijjin penggugat
b. tergugat tidak memberikan nafkah lahir dan batin sejak Juni 2001 sampai sekarang kurang lebih 5 tahun 2 bulan c. tergugat sering menyakiti badan jasmani penggugat dengan cara memukul dengan tangan dan kaki yang terkena bagian punggung dan lengan sampai memar
13. Kartikawati Binti Rochadi, umur 38 tahun, Agama Islam, pendidikan SMEA, pekerjaan Ibu Rumah Tangga, tempat tinggal di Jalan Kaja RT.01 RW. 11 No. 23 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat, nama :
Jamalludin Bin Muhasim, umur 40 tahun, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan , tempat tinggal di Jalan Kaja RT.01 RW. 11 No. 23 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Kota Jakarta Timur, Sekarang tidak diketahui alamatnya dengan jelas dan pasti di wilayah Republik Indonesia selanjutnya disebut Tergugat; Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat berubah menjadi tidak harmonis lagi dan goyah, setidaknya terjadi mulai bulan Januari tahun 2006, disebabkan oleh hal - hal sebagai berikut : a. tergugat telah menikah lagi dengan perempuan lain dan telah mempunyai anak, tanpa ijin penggugat b. tergugat tidak memberikan nafkah lahir sejak tahun 2003 sedangkan nafkah batin sejak Oktober 2006 c. tergugat telah pergi meninggalkan rumah sejak Oktober 2006 sampai sekarang kurang lebih 5 bulan d. tergugat tidak memperdulikan penggugat lebih mementingkan diri dalam urusan rumah tangga.
14. Tyti Mintarsih binti Didi Kusumaningrat, umur 47 tahun, Agama Islam, pendidikan D3, pekerjaan wiraswasta, tempat tinggal di Jalan Malaka IV RT.003 RW. 008 No. Blok 2/15 Kelurahan Malaka Sari Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat, nama :
Muhardy Ratu Yang Sakti bin Awaludin, umur 54 tahun, agama Islam, pendidikan S1, pekerjaan swasta, tempat tinggal di Jalan Malaka IV RT.003 RW. 008 No. Blok 2/15 Kelurahan Malaka Sari Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat berubah menjadi tidak harmonis lagi dan goyah, setidaknya terjadi mulai bulan Januari tahun 2004, disebabkan oleh hal - hal sebagai berikut : a.
Tergugat telah menikah lagi dengan wanita yang bernama Erni binti Hamzah
di PPN KUA Kec. Situ Raja, Sumedang, Jawa Barat (wanita malam dengan alamat Balai rakyat III/ 4A RT.013 RW. 01 Kel. Pondok Bambu ( Asrama DKI Jakarta Timur) dengan menggunakan identitas palsu dan tanpa ijin penggugat b.
Penggugat merasa dibohongi oleh tergugat dalam segala hal
c. Penggugat merasa harga diri terkucilkan serta tidak memperdulikan penggugat
d. Tergugat tidak rutin dan tidak mencukupi dalam memberikan nafkah lahir/ uang belanja selama pernikahan e.
Tergugat mempunyai sifat egois tidak memperdulikan rumah tangganya
f. Tergugat tidak menghargai penggugat sebagai penggugat sebagai istri tidak mau menerima pendapat penggugat g. Tergugat selalu curiga terhadap penggugat masalah keuangan, lebih mementingkan kepada orang lain h. Penggugat merasa terganggu dengan teror yang dilakukan oleh keluarga Erni ( selingkuhan tergugat)
15. Tri Komala Iriani binti Lalu Nuh, umur 44 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat tinggal di Jalan Pedati RT.04 RW. 10 No. 27A Kelurahan Bidara Cina Kecamatan Jatinegara Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat, nama :
M. Yusman bin Mahasiun, umur 51 tahun, agama Islam, pendidikan D3, pekerjaan wiraswasta, tempat tinggal di Jalan Pedati RT.04 RW. 10 No. 27A Kelurahan Bidara Cina Kecamatan Jatinegara Kota Jakarta Timur, Sekarang tidak diketahui alamatnya dengan jelas dan pasti di wilayah Republik Indonesia selanjutnya disebut Tergugat;
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat berubah menjadi tidak harmonis lagi dan goyah, setidaknya terjadi mulai bulan ........... tahun 1985, disebabkan oleh hal - hal sebagai berikut : a. Tergugat tidak mencukupi nafkah lahir kepada penggugat b. Tergugat menikah lagi dengan wanita lain pada tahun 1985 c. Tergugat menikah lagi dengan wanita lain bernama Zakiah di NTB tahun 1999 d. Tergugat memukul dan menendang penggugat mengenai bagian muka dan perut penggugat pada tahun 2005 e. Tergugat meninggalkan penggugat dengan alasan bekerja pada tanggal 2 Agustus 2006 sampai dengan sekarang dan tidak diketahui lagi alamatnya f. Tergugat tidak memberi nafkah lahir kepada penggugat sejak bulan Nopember 2006 sampai dengan sekarang g. Tergugat tidak memberi nafkah batin kepada penggugat sejak tanggal bulan Juli tahun 2006 sampai dengan sekarang
16. Faridah binti A. Bahri, umur 60 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat tinggal di Jalan Condet Raya Gg. Seruni II RT.04 RW. 06 No. 13 Kelurahan Cililitan Kecamatan Kramatjati Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat, nama :
Suhaimi bin Achmad , umur 60 tahun, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan Pensiunan Pemda, tempat tinggal di Jalan Condet Raya Gg. Seruni II RT.04 RW. 06 No. 13 Kelurahan Cililitan Kecamatan Kramatjati Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat berubah menjadi tidak harmonis lagi dan goyah, setidaknya terjadi tahun 2003, disebabkan oleh hal - hal sebagai berikut : a.
Tergugat telah menikan lagi dengan wanita lain yang bernama Een
b. Tergugat tidak memberikan nafkah lahir dan bathin sejak tahun 2003 sampai sekarang kurang lebih 4 tahun c.
Tergugat berbeda pendapat satu sama lain dalam urusan rumah tangga
d. Tergugat pernah menyakiti badan jasmani penggugat dengan cara memukul dengan tangan yang terkena bagian kepala, wajah penggugat hingga sakit dan terakhir Januari 2007
17. Sulys Setyawati binti Suratmin, umur 28 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan swasta, tempat tinggal di Jalan Bojong Rangkong RT.016 RW. 08 No. 23 Kelurahan Pulogebang Kecamatan Cakung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat:
Wawan Herwindo bin Soetomo, umur 32 tahun, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan swasta, tempat tinggal di Jalan Perumahan
Rungkut Mananggal
Harapan RT.- RW. - No. Blok D/7 Surabaya, Jawa Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. Tergugat telah menikah lagi dengan wanita lain yang bernama Desi dan telah mempunyai 1 orang anak b. Tergugat tidak memberikan nafkah lahir dan bathin sejak tahun 2003 sampai sekarang kurang lebih 4 tahun c. Tergugat pernah menyakiti badan jasmani penggugat dengan cara memukul dengan tangan yang terkena bagian wajah sampai memar terakhir Desember 2002 d.
Tergugat dan penggugat telah pisah rumah sejak Desember 2002
18. Fatimah binti Djamsari, umur 32 tahun, Agama Islam, pendidikan , pekerjaan swasta, tempat tinggal di Jalan Cibubur VI RT.005 RW. 04 No. 36 Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat:
Ir. Abas Srianto bin Soegiarto, umur 38 tahun, agama Islam, pendidikan , pekerjaan swasta, tempat tinggal di Jalan Gg. Ganceng RT.004 RW. 006 No. 18
Kelurahan Jatiranggon
Kecamatan Jatisampurna Bekasi, selanjutnya disebut
Tergugat; Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. Tergugat sebelum menikah dengan penggugat telah mempunyai istri dan 3 orang anak tanpa sepengetahuan penggugat b. Tergugat sering pergi meninggalkan rumah dan baru pulang 3 hari lamanya tanpa alasan yang jelas c.
Tergugat tidak bertanggung jawab dalam hal keuangan
d.
Tergugat pergi meninggalkan tempat tinggal sejak Agustus 2004 tanpa ijin penggugat
19. Wawat Rosilawati binti D. Edi Ruswandi , umur 44 tahun, Agama Islam, pendidikan D2, pekerjaan PNS (Guru), tempat tinggal di Jalan Lingkar Duren Sawit RT.001 RW. 010 No. 1617 Kelurahan Duren Sawit Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat, nama :
H. Saaman bin H. Naimin, umur 46 tahun, agama Islam, pendidikan S1, pekerjaan Wiraswasta, tempat tinggal di Jalan Lingkar Duren Sawit RT.001 RW. 010 No. 1617 Kelurahan Duren Sawit Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat;
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat berubah menjadi tidak harmonis lagi dan goyah, setidaknya terjadi mulai bulan Februari tahun 2006, disebabkan oleh hal - hal sebagai berikut : a.
Tergugat telah menikah lagi dengan wanita lain tanpa ijin penggugat
20. Neni Heryanti binti Sobandi, umur 38 tahun, Agama Islam, pendidikan D3, pekerjaan Karyawati Swasta, tempat tinggal di Jalan Rawa Kuning No. 40 RT.08 RW. 02 Kelurahan Pulogebang Kecamatan Cakung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat:
Gatot Kardio Subagio bin Muchamad Arief Roesman, umur 37 tahun, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan Karyawan Swasta, tempat tinggal di Jalan Arjuna V No. 89 RT.09 RW. 20 Kelurahan Mekar Jaya Kecamatan Sukma Jaya Depok, selanjutnya disebut Tergugat; Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a.
tergugat menikah dengan wanita lain yang bernama Marti.
b. tergugat pernah menyakiti badan/jasmani penggugat dengan cara memukul yang terkena bagian punggung c. tergugat tidak memperdulikan penggugat dan lebih mementingkan diri sendiri d. selain, itu penggugat dan tergugat telah pisah rumah selama 1 tahun 7 bulan.
21. Ari Istikomah Binti Isnaeni, umur 28 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan karyawati Swasta, tempat tinggal di Jalan Jaha RT.03 RW. 10 No. 30 Kelurahan Kalisari Kecamatan Pasar Rebo Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat:
Asep Nurul Huda Bin Misar , umur 28 tahun, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan tidak bekerja, tempat tinggal di Jalan Kp. Cibodas RT.02 RW. 02 Kelurahan Cibodas... Kecamatan Cibodas Tanggerang, selanjutnya disebut Tergugat; Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a.
tergugat menikah lagi dengan wanita lain tanpa ijin penggugat
b. tergugat tidak memberikan nafkah lahir dan bathin sejak Mei 2006 c. teergugat telah pergi meninggalkan rumah sejak Mei 2006 sampai saat ini kurang lebih 1 tahun
22. Ari Istikomah Binti Isnaeni, umur 28 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan karyawati Swasta, tempat tinggal di Jalan Jaha RT.03 RW. 10 No. 30 Kelurahan Kalisari Kecamatan Pasar Rebo Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat:
Asep Nurul Huda Bin Misar , umur 28 tahun, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan tidak bekerja, tempat tinggal di Jalan Kp. Cibodas RT.02 RW. 02 Kelurahan Cibodas... Kecamatan Cibodas Tanggerang, selanjutnya disebut Tergugat; Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a.
tergugat menikah lagi dengan wanita lain tanpa ijin penggugat
b. tergugat tidak memberikan nafkah lahir dan bathin sejak Mei 2006 c. teergugat telah pergi meninggalkan rumah sejak Mei 2006 sampai saat ini kurang lebih 1 tahun
23. Nani binti Tohir , umur 49 tahun, Agama Islam, pendidikan Tidak Sekolah, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat tinggal di Jalan Mandor Hasan No. 50 RT.010 RW. 001 Kelurahan Bambu Apus Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat:
M. Yani bin Marzuki, umur 50 tahun, agama Islam, pendidikan Tidak Sekolah, pekerjaan Wiraswasta, tempat tinggal di Jalan Penganten Ali d/a Ibu Maryani/ Bang Iyan
RT.012 RW. 06 Kelurahan Rambutan Kecamatan Ciracas Kota
Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat;
Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a.
Tergugat telah menikah lagi dengan wanita lain
b.
Tergugat suka berjudi ( Kartu), Minum- minuman keras
c. Tergugat tidak memberikan nafkah lahir dan bathin sejak tahun 2000 sampai saat ini kurang lebih 7 tahun d. Tergugat pernah menyakiti badan jasmani penggugat dengan cara memukul dengan tangan yang terkena bagian muka penggugat sampai memar e. Tergugat pergi meninggalkan rumah sejak tahun 2000 sampai saat ini kurang lebih 7 tahun
24. Sri Handayani binti Suhendar, umur 33 tahun, Agama Islam, pendidikan SMEA, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat tinggal di Jalan Taruna Jaya No. 11 RT.006 RW. 005 Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat, nama :
Nur Iman Gusnizal bin Mardjali, umur 36 tahun, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan Wiraswasta, tempat tinggal di Jalan Taruna Jaya No. 11 RT.006 RW. 005 Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat;
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat berubah menjadi tidak harmonis lagi dan goyah, setidaknya terjadi mulai bulan November tahun 2006, disebabkan oleh hal - hal sebagai berikut : a.
Tergugat telah menikah lagi dengan wanita lain Watih tanpa ijin penggugat
b. Tergugat dalam memberikan nafkah lahir/ uang belanja tidak rutin dan tidak mencukupi c. Tergugat pernah menyakiti badan jasmani penggugat dengan cara memukul, menendang, mencekik penggugat sampai memar terakhir Mei 2007 d.
Tergugat selalu berkata kasar kepada penggugat seperti Anjing, Babi
e. Tergugat sering mengancam penggugat dengan senjata tajam hingga penggugat merasa tertekan bathinnya
25. Purwaningsih binti Toenggono, umur 32 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan Karyawati Swasta, tempat tinggal di Jalan Pulo Nangka Barat II RT.05 RW. 016 No. 111 Kelurahan Kayu Putih Kecamatan Pulogadung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat:
Edwin Sonata bin Subiyanto , umur 34 tahun, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan Karyawan Swasta, tempat tinggal di Jalan Rawa Sari Barat XII/E RT.08 RW. 01 No. 94 Kelurahan Cempaka Putih Timur Kecamatan Cempaka Putih Jakarta Pusat, selanjutnya disebut Tergugat;
Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. Tergugat sebelum menikah dengan pengugat tergugat telah menikah lagi dengan wanita lain tanpa sepengetahuan penggugat b.
Tergugat tidak memperdulikan penggugat lebih mementingkan diri sendiri
c. Tergugat tidak memberikan nafkah lahir/ uang belanja sejak awal manikah Mei 2007 sampai saat ini Juli 2007 d.
Tergugat tidak menghargai penggugat dan keluarga
e. Tergugat pernah menyakiti badan jasmani penggugat dengan cara memukul dengan tangan terakhir tanggal 14 Juni 2007
26. Dian Ika Prabawati binti Usman, umur 27 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan Karyawati , tempat tinggal di Jalan Pancawarga 32 No. 25 RT.005 RW. 014 Kelurahan Cipinang Besar Selatan Kecamatan Jatinegara Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat:
Nasir bin Eddy Yusliman, umur 37 tahun, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan Karyawan, tempat tinggal di Jalan Basuki Rahmat No. 16 RT.002 RW. 014 Kelurahan Cipinang Muara Kecamatan Jatinegara Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a.
Tergugat menikah lagi dengan seorang wanita lain yang bernama Pegi
b. Tergugat egois tidak memperdulikan penggugat lebih mementingkan diri sendiri c. Tergugat tidak memberikan nafkah lahir dan bathin sejak tahun 2004 kurang lebih 3 tahun d. Tergugat setuju untuk bercerai sesuai dengan surat pernyataan tergugat tertanggal 23 Mei 2007 e. Tergugat dan penggugat telah pisah rumah sejak tahun 2004 kurang lebih 3 tahun
27. Yuliana binti Iyan Rosyid , umur 30 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat tinggal di Jalan Nakula I Blok U/10 RT.003 RW. 006 Kelurahan Duren Sawit Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat:
M. Taufik bin H. Abd Muis, umur 45 tahun, agama Islam, pendidikan S1, pekerjaan Wiraswasta, tempat tinggal di Jalan Kp. Melayu Kecil III Bukit Duri RT.005 RW. 009 No. 160 Kelurahan Bukit Duri Kecamatan Tebet Kota Jakarta Selatan, selanjutnya disebut Tergugat; Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. Tergugat telah menikah dengan wanita lain sebelum menikah dengan penggugat tanpa sepengetahuan penggugat
b. Tergugat tidak memperdulikan penggugat dan anak lebih mementingkan diri sendiri c. Tergugat tidak memberikan nafkah lahir bathin sejak Desember 2006 sampai saat ini kurang lebih 7 bulan d. Tergugat telah menlakukan hutang piutang dengan pihak rumah sakit yang menyebabkan penggugat ditagih oleh pihak rumah sakit e. Tergugat pernah menyakiti badan jasmani penggugat dengan cara memukul yang terkena bagian mata penggugat sampai memar, jari tangan penggugat hingga patah tahun 2004 dan terakhir tahun 2006 yang menyebabkan jari kaki penggugat patah f. Tergugat dan penggugat pisah rumah sejak September 2006 sampai saat ini kurang lebih 10 bulan
28. Nurlinawati pekerjaan
Binti Dasan, umur 24 tahun, Agama Islam, pendidikan SMP,
Ibu Rumah Tangga, tempat tinggal di Jalan Kampung Pulo Jahe
RT.009 RW. 005 No. 27 Kelurahan Jatinegara Kecamatan Cakung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat:
Hamda Bin M. Arief machmud, umur 26 tahun, agama Islam, pendidikan SMU, pekerjaan Karyawan Sawsta, tempat tinggal di Jalan Cipinang Pulo Maja RT.002
RW. 013 No. 07 Kelurahan Cipinang Besar Utara Kecamatan Jatinegara Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a.
tergugat menikah lagi dengan perempuan lain yangbernama Ayu
b. tergugat dalam memberikan nafkah tidak mencukupi kebutuhan rumah tangga dan tidak rutin c.
tergugat tidak jujur dalam hal keuangan dan pekerjaan
d.
tergugat telah pisah rumah sejak Juni 2007 sampai saat ini kurang lebih 1
bulan, tanpa nafkah lahir dan batin
29. Anik Ekowati binti Salim, umur 29 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan Kaeryawati, tempat tinggal di Jalan Cipinang Muara I RT.012 RW. 003 No. 21 Kelurahan Pondok Bambu Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat;
mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat:
Saimurgan bin Karyosuwito, umur 40 tahun, agama Islam, pendidikan SMP, pekerjaan Wiraswasta, tempat tinggal di Jalan Pondok Kelapa VI A Blok C2/13 RT.10 RW. 04 Kelurahan Pondok Kelapa Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena :
a. Tergugat telah menikah lagi dengan wanita lain yang bernama Wartini tanpa ijin penggugat b. Tergugat telah melakukan hutang piutang dengan orang lain tanpa sepengetahuan penggugat dan akhirnya menjadi tanggungan penggugat c. Tergugat pernah menyakiti badan jasmani penggugat dengan cara memukul, mencekik, penggugat d. Tergugat dalam memberikan nafkah lahir tidak rutin dan tidak mencukupi
DAFTAR KORBAN PRAKTIK POLIGAMI PENGADILAN AGAMA JAKARTA TIMUR Cerai Gugat Jakarta, 03 Januari 2007 Kepada Yth. Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur Jl. Raya PKP No.24 Kelapa Dua Wetan, Ciracas Jakarta Timur
Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Ida Herawati Binti M.Suganda, umur 39 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan -, tempat tinggal di Jalan Raya Cipayung Setu Gg. Ralin RT.001 RW. 004 No. 64 Kelurahan Cilangkap Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat: Mursid Bin H. Lipi, umur 39 tahun, agama Islam, pendidikan SMP, pekerjaan Dagang, tempat tinggal di Jalan Jl. Usman RT.12 RW. 11 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Tentang permasalahannya 1.
Bahwa pada hari Sabtu, tanggal 02 Oktober 2004, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, dihadapan pejabat PPN KUA Kecamatan KUA Muara Gembong, Bekasi dengan Akta Nikah Nomor : 813/29/X/2004 tanggal 04 Oktober 2004.
2.
Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dengan baik, telah/belum berhubungan badan dan keduanya bertempat tinggal bersama di di Cilangkap, Jakart Timur, selama 1 tahun 6 bulan. namun belum dikaruniai keturunan
3.
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat mulai goyah dan terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang sulit diatasi sejak bulan Februari tahun 2006,
4.
Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat semakin tajam dan memuncak terjadi pada bulan September tahun 2006.
5.
Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. Tergugat telah menikah lagi dengan wanita lain bernama 'Ela' setidaknya bulan Oktober 2006 b. Tergugat tidak memperdulikan penggugat lebih mementingkan diri sendiri c. Tergugat telah pisah rumah sejak bulan September 2006 sampai sekarang d. Tergugat tidak memberikan nafkah lahir batin sejak September 2006 sampai sekarang
6.
Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya pada bulan..... tahun ..... hingga sekarang kurang lebih .....tahun ....bulan, Penggugat
dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal/berpisah ranjang karena Penggugat/Tergugat telah pergi meninggalkan kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini Penggugat bertempat tinggal di......... dan Tergugat bertempat tinggal di ..... 7.
Bahwa sejak berpisah Penggugat dan Tergugat selama.....tahun ... bulan, maka hak dan kewajiban suami istri tidak terlaksana sebagaimana mestinya karena sejak itu Tergugat tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagai suami terhadap Penggugat
8.
Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik-baik tetapi tidak berhasil.
9.
Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka penggugat merasa rumah tangga antara penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka penggugat berkesimpulan lebih baik bercerai dengan tergugat
10. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka alasan dan dalil gugatan penggugat tersebut telah memenuhi maksud / tuntutan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI). Berdasarkan alasan - alasan tersebut di muka, penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur/Majelis Hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat Mursid Bin H. Lipi, terhadap penggugat Ida Herawati Binti M.Suganda 3. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Atau apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil - adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih. Cerai Gugat Jakarta, 03 Januari 2007 Assalamu'alaikum wr. wb.
Yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Siti Zahroh binti H. Abdilah, umur 31 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat tinggal di Jalan Batu Jamrud RT.014 RW. 02 No. 6 Kelurahan Batu Ampar Kecamatan Kramatjati Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat: Heryawan bin HM Daud, umur 33 tahun, agama Islam, pendidikan STM, pekerjaan swasta, tempat tinggal di Jalan Lapangan RT.004 RW. 03 No. 118 Kelurahan Batu Ampar Kecamatan Kramatjati Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Tentang permasalahannya 1.
Bahwa pada hari Rabu, tanggal 07 Juli 1993, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, dihadapan pejabat PPN KUA Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur dengan Akta Nikah Nomor : 336/27/VII/1993 tanggal 07 Juli 1993.
2.
Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dengan baik, telah/belum berhubungan badan dan keduanya bertempat tinggal bersama di di Condet Batu Ampar Jakarta Timur. selama 13 tahun. dan dikaruniai 4 orang anak bernama : a. Chintia Novianty, lahir 08 November 1994 b. Reza Zam- Zami, lahir 12 Agustus 1997 c. Hernita Zahrah, lahir 20 Agustus 1999 d. Abdil Hernian Dauz, lahir 12 April 2001
3.
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat mulai goyah dan terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang sulit diatasi sejak bulan Juli tahun 2006,
4.
Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat semakin tajam dan memuncak terjadi pada bulan Agustus tahun 2006.
5.
Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. Tergugat menikah lagi dengan wanita lain yang bernama Rahmawati b. Tergugat tidak memberi nafkah lahir sejak Agustus 2006 dan nafkah bathin sejak Juli 2006 sampai sekarang Januari 2007 c. Tergugat pergi meninggalkan tempat tinggal sejak Bulan Agustus 2006
6.
Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya pada bulan Agustus tahun 2006 hingga sekarang kurang lebih 5 bulan, Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal karena Penggugat/Tergugat telah pergi
meninggalkan kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini Penggugat bertempat tinggal dijl. Batu Jamrud Condet Jakarta Timur dan Tergugat bertempat tinggal di jl. Lapangan Condet Batu Ampar Jakarta Timur 7.
Bahwa sejak berpisah Penggugat dan Tergugat selama 6 bulan, maka hak dan kewajiban suami istri tidak terlaksana sebagaimana mestinya karena sejak itu Tergugat tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagai suami terhadap Penggugat
8.
Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik-baik tetapi tidak berhasil.
9.
Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka penggugat merasa rumah tangga antara penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka penggugat berkesimpulan lebih baik bercerai dengan tergugat
10. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka alasan dan dalil gugatan penggugat tersebut telah memenuhi maksud / tuntutan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI). Berdasarkan alasan - alasan tersebut di muka, penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur/Majelis Hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat Heryawan bin HM Daud, terhadap penggugat Siti Zahroh binti H. Abdilah 3. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Atau apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil - adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih.
Cerai Gugat
Jakarta, 12 Januari 2007 Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini, nama : RR.Vivanda Widayanti Putri Binti R.Widodo, umur 37 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat tinggal di Jalan Kav.Marinir Blok AC / 3 RT.001 RW. 013 No. 3 Kelurahan Pondok Kelapa Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat: Garuman Bin H.Moh. Anwar, umur 40 tahun, agama Islam, pendidikan S1, pekerjaan Wiraswasta, tempat tinggal di Jalan Kav.Marinir Blok AC / 3 RT.001 RW. 013 No. 3 Kelurahan Pondok Kelapa Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Tentang permasalahannya 1.
Bahwa pada hari Minggu, tanggal 01 Oktober 1989, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, dihadapan pejabat PPN KUA Kecamatan Kota Jakarta Timur dengan Akta Nikah Nomor : 482/03/X/1989 tanggal 02 Oktober 1989.
2.
Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dengan baik, telah/belum berhubungan badan dan keduanya bertempat tinggal bersama di di Pondok Kelapa, Jakarta Timur selama 16 tahun. dan dikaruniai 3 orang anak bernama : a. 1.Adil Wahyudin Anwar, lahir tanggal 08 Pebruari 1990 b. 2.Amandanu Nur Puteri, Lahir tanggal 18 Agustus 1994 c. 3.Adin Idsansyah Anwar, lahir tanggal 15 Juli 2005
3.
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat mulai goyah dan terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang sulit diatasi sejak bulan ........... tahun 2003,
4.
Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat semakin tajam dan memuncak terjadi pada bulan April tahun 2005.
5.
Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. 1.Tergugat tidak memberikan nafkah lahir dan batin sejak tahun 2005 sampai sekarang b. 2.Tergugat sudah menikah lagi dengan wanita lain yang bernama El Vrisna pada tahun 2005
6.
Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya pada bulan..... tahun ..... hingga sekarang kurang lebih .....tahun ....bulan, Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal/berpisah ranjang karena Penggugat/Tergugat telah pergi meninggalkan kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini Penggugat bertempat tinggal di......... dan Tergugat bertempat tinggal di .....
7.
Bahwa sejak berpisah Penggugat dan Tergugat selama.....tahun ... bulan, maka hak dan kewajiban suami istri tidak terlaksana sebagaimana mestinya karena sejak itu Tergugat tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagai suami terhadap Penggugat
8.
Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik-baik tetapi tidak berhasil.
9.
Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka penggugat merasa rumah tangga antara penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka penggugat berkesimpulan lebih baik bercerai dengan tergugat
10. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka alasan dan dalil gugatan penggugat tersebut telah memenuhi maksud / tuntutan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI). Berdasarkan alasan - alasan tersebut di muka, penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur/Majelis Hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat Garuman Bin H.Moh. Anwar, terhadap penggugat RR.Vivanda Widayanti Putri Binti R.Widodo 3. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Atau apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil - adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih.
Hal : Cerai Gugat Jakarta, 15 Januari 2007 Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Ir. Rina Pradipta Djaidun binti Djaidun Kromodiharjo, umur 42 tahun, Agama Islam, pendidikan S1, pekerjaan swasta, tempat tinggal di Jalan Kp. Rawa Domba RT.02 RW. 07 No. 78 Kelurahan Duren Sawit Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat, nama : Ir. Oce Setiyawan bin R. Moeharam, umur 54 tahun, agama Islam, pendidikan S1, pekerjaan swasta, tempat tinggal di Jalan Kp. Rawa Domba RT.02 RW. 07 No. 78 Kelurahan Duren Sawit Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Tentang permasalahannya 1.
Bahwa pada hari Senin, tanggal 25 Nopember 1985, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, tercatat di PPN KUA Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur dengan Akta Nikah Nomor : 917/91/IX/1985 tanggal 25 Nopember 1985, Dan setelah akad nikah tergugat mengucapkan sighat taklik talak sebagaimana tertera dalam kutipan akta nikah tersebut.
2.
Bahwa setelah menikah kehidupan rumah tangga Penggugat dan Tergugat dalam keadaan rukun, dan telah berhubungan badan sebagaimana layaknya suami isteri, dan bertempat tinggal bersama di Jalan Kp. Rawa Domba RT.02 RW. 07 No. 78 Kelurahan Duren Sawit Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur selama 21 tahun. dan dikaruniai 3 orang anak bernama : a. Tia Ardita, lahir 8 September 1986 b. Ines Larisa, lahir 18 Juni 1989 c. Sari Ardisa, lahir 27 Oktober 1993
3.
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat berubah menjadi tidak harmonis lagi dan goyah, setidaknya terjadi mulai bulan Oktober tahun 2006, disebabkan oleh hal - hal sebagai berikut : a. Tergugat telah menikah lagi dengan wanita lain yang bernama Dian tanpa ijin penggugat sejak bulan September 2006 b. Tergugat tidak memperdulikan penggugat dan lebih mementingkan diri sendiri c. Tergugat tidak ada komunikasi lagi dengan penggugat sehingga hubungan keluarga sudah tidak harmonis lagi
4.
Bahwa penggugat dan tergugat masih satu rumah, namun sejak Oktober 2006 kurang lebih 3 bulan sudah pisah ranjang dan sudah tidak berhubungan badan sebagaimana layaknya suami istri
5.
Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik, tetapi tidak berhasil.
6.
Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka penggugat merasa rumah tangga antara penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka penggugat berkesimpulan lebih baik bercerai dengan tergugat
7.
Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka alasan dan dalil gugatan penggugat tersebut telah memenuhi maksud / tuntutan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Berdasarkan alasan - alasan tersebut di muka, penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur/Majelis hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat Ir. Oce Setiyawan bin R. Moeharam, terhadap penggugat Ir. Rina Pradipta Djaidun binti Djaidun Kromodiharjo 3. Menetapakn anak penggugat dan tergugat yang bernama : Tia Ardita, lahir 8 September 1986 ; Ines Larisa, lahir 18 Juni 1989; Sari Ardisa, lahir 27 Oktober 1993, berada dalam pemeliharaan dan pengasuhan penggugat 4. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Atau apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil - adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih.
Hal : Cerai Gugat Jakarta, 22 Januari 2007 Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini : Sri Turiyati Binti Totong, umur 25 tahun, Agama Islam, pendidikan SD, pekerjaan Ibu Rumah Tangga, tempat tinggal di Jalan Pengaten Ali RT.003 RW. 006 Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat, nama : Maryanto Bin Sanangwar, umur 26 tahun, agama Islam, pendidikan -, pekerjaan -, tempat tinggal di Jalan Pengaten Ali RT.003 RW. 006 Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Kota Jakarta Timur, Sekarang tidak diketahui alamatnya dengan jelas dan pasti di wilayah Republik Indonesia selanjutnya disebut Tergugat; , Tentang permasalahannya : 1. Bahwa pada hari Selasa, tanggal 04 Juli 2000, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, tercatat di PPN KUA Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur dengan Duplikat Nomor : 321/17/VII/2000 tanggal 09 Januari 2007, Dan setelah akad nikah tergugat mengucapkan sighat taklik talak sebagaimana tertera dalam kutipan akta nikah tersebut. 2. Bahwa setelah menikah kehidupan rumah tangga Penggugat dan Tergugat dalam keadaan rukun, dan telah berhubungan badan sebagaimana layaknya suami isteri, dan bertempat tinggal bersama di di Ciracas, Jakarta Timur selama 6 tahun. dan dikaruniai 1 orang anak bernama : a. Sinta Riana, lahir tanggal 14 Januari 2001
3. Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat berubah menjadi tidak harmonis lagi dan goyah, setidaknya terjadi mulai bulan Januari tahun 2002, disebabkan oleh hal - hal sebagai berikut : a. Tergugat telah menikah lagi dengan wanita lain tanpa izin penggugat b. Tergugat tidak memperdulikan penguggut dan lebih mementingkan diri sendiri c. Tergugat telah pisah rumah sejak bulan Juli tahun 2003 selama 2 tahun 6 bulan d. Tergugat tidak memberikan nafkah lahir dan batin selama 2 tahun 6 bulan 4. Bahwa telah berusaha mencari alamat tergugat ke keluarganya di Jakarta maupun di tempat asalnya kebumen ternyata tidak ada yang mengetahui keberadaan tergugat dimana adanya. 5. Bahwa keadaan ketidakharmonisan rumah tangga penggugat dan tergugat tersebut diatas diikuti perselisihan dan pertengkaran semakin tajam dan memuncak antara penggugat dan tergugat sejak pada bulan Juli tahun 2003, sehingga penggugat saat ini bertempat tinggal di Jalan Pengaten Ali RT.003 RW. 006 Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Kota Jakarta Timur sedangkan tergugat tidak diketahui alamatnya 6. Bahwa anak-anak Penggugat dan Tergugat selama ini tinggal bersama Penggugat/Tergugat, karena itu untuk kepentingan anak-anak itu sendiri dan rasa kasih sayang Penggugat terhadap mereka, maka Penggugat mohon agar anakanak tersebut ditetapkan dalam pengasuhan dan pemeliharaan Penggugat. 7. Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik, tetapi tidak berhasil. 8. Bahwa berdasarkan data di muka, maka penggugat menderita lahir batin dan merasa rumah tangga penggugat dan tergugat tidak dapat dipertahankan lagi. Berdasarkan alasan-alasan tersebut di muka, Penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur untuk menjatuhkan putusan yang amarnya sebagai berikut : Primer 1. Mengabulkan gugatan pengguat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat Maryanto Bin Sanangwar, terhadap penggugat Sri Turiyati Binti Totong 3. Menetapkan anak penggugat dan tergugat yang bernama : Sinta Riana, lahir tanggal 14 Januari 2001 berada dalam pemeliharaan dan pengasuhan penggugat
4. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Subsider Atau apabila Pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih
Cerai Gugat Jakarta, 24 Januari 2007 Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Etika Dewi binti Made Kawiana, umur 41 tahun, Agama Islam, pendidikan S1, pekerjaan karyawati, tempat tinggal di Jalan Porselen Raya Kp Ambon RT.016 RW. 003 No. 20 Kelurahan Rawamangun Kecamatan Pulogadung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat: Kade Budiyasa bin I Ketut Bidja, umur 41 tahun, agama Islam, pendidikan S1, pekerjaan swasta, tempat tinggal di Jalan Pratekan Gg. H. Sabirin II RT.012 RW. 03 No. 34 Kelurahan Rawamangun Kecamatan Pulogadung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Tentang permasalahannya 1.
Bahwa pada hari Minggu, tanggal 14 April 1985, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, dihadapan pejabat PPN KUA Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat dengan Akta Nikah Nomor : 49/49/IV/1985 tanggal 14 April 1985.
2.
Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dengan baik, telah/belum berhubungan badan dan keduanya
bertempat tinggal bersama di di Kp. Ambon Jakarta Timur selama 21 tahun. namun belum dikaruniai 0 keturunan 3.
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat mulai goyah dan terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang sulit diatasi sejak bulan ........... tahun 1994,
4.
Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat semakin tajam dan memuncak terjadi pada bulan Juni tahun 2006.
5.
Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. Tergugat telah menikah lagi dengan wanita lain tanpa ijin penggugat dan sudah dikaruniaianak b. Tergugat tidak memperdulikan penggugat lebih mementingkan diri sendiri c. Tergugat tidak bertanggung jawab dalam keuangan
6.
Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya pada bulan.Juni tahun 2006 hingga sekarang kurang lebih 6 bulan, Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal karena Tergugat telah pergi meninggalkan kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini Penggugat bertempat tinggal diKp. Ambon Jakarta Timur dan Tergugat bertempat tinggal di Rawamangun Jakarta Timur
7.
Bahwa sejak berpisah Penggugat dan Tergugat selama 6 bulan, maka hak dan kewajiban suami istri tidak terlaksana sebagaimana mestinya karena sejak itu Tergugat tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagai suami terhadap Penggugat
8.
Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik-baik tetapi tidak berhasil.
9.
Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka penggugat merasa rumah tangga antara penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka penggugat berkesimpulan lebih baik bercerai dengan tergugat
10. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka alasan dan dalil gugatan penggugat tersebut telah memenuhi maksud / tuntutan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Berdasarkan alasan - alasan tersebut di muka, penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur/Majelis Hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat Kade Budiman bin I Ketut Bidja, terhadap penggugat Etika Dewi binti Made Kawiana 3. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Atau apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil - adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih.
Cerai Gugat Jakarta, 24 Januari 2007 Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Supriyati binti San Muhidi, umur 44 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat tinggal di Jalan Raya Bekasi KM.18 RT.007 RW. 007 No. 21 Kelurahan Jati Negara Kaum Kecamatan Pulogadung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat: Chaerudin bin Cholid, umur 43 tahun, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan -, tempat tinggal di Jalan Lembaga Pemasyarakatan Cipinang Jakarta Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Tentang permasalahannya 1.
Bahwa pada hari Senin, tanggal 21 Januari 1985, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, dihadapan pejabat PPN KUA Kecamatan Kramat
Jati, Jakarta Timur dengan Akta Nikah Nomor : 1014/86/I/1985 tanggal 21 Januari 1985. 2.
Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dengan baik, telah/belum berhubungan badan dan keduanya bertempat tinggal bersama di di Jatinegara Kaum, Jakarta Timur selama 21 tahun. dan dikaruniai 3 orang anak bernama : a. Ferry Hermansyah, lahir tanggal 7 Mei 1985 b. Sandy Ferdiansyah, lahir tanggal 23 Agustus 1986 c. Tommy Triansyah, lahir tanggal 27 Mei 1990
3.
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat mulai goyah dan terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang sulit diatasi sejak bulan ........... tahun 1990,
4.
Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat semakin tajam dan memuncak terjadi pada bulan April tahun 1992.
5.
Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. Tegugat tidak memberikan nafkah lahir sejak tahun 2004 sampai sekarang kurang lebih 2 tahun b. Tergugat sudah menikah dengan wanita lain tanpa ijin penggugat c. Tergugat dan penggugat berbeda pendapat/ paham satu sama lain d. Tergugat dan penggugat sudah tidak ada komunikasi lagi e. Tergugat terlibat dalam hal tindak pidana sehingga dipenjarakan di LP Cipinang Jakarta Timur
6.
Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya pada bulan September tahun 2006 hingga sekarang kurang lebih 5 bulan, Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal karena Tergugat telah pergi meninggalkan kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini Penggugat bertempat tinggal diJatinegara Kaum dan Tergugat bertempat tinggal di LP. Cipinang
7.
Bahwa sejak berpisah Penggugat dan Tergugat selama 6 bulan, maka hak dan kewajiban suami istri tidak terlaksana sebagaimana mestinya karena sejak itu Tergugat tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagai suami terhadap Penggugat
8.
Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik-baik tetapi tidak berhasil.
9.
Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka penggugat merasa rumah tangga antara penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena
perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka penggugat berkesimpulan lebih baik bercerai dengan tergugat 10. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka alasan dan dalil gugatan penggugat tersebut telah memenuhi maksud / tuntutan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI). Berdasarkan alasan - alasan tersebut di muka, penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur/Majelis Hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat Chaerudin bin Cholid, terhadap penggugat Supriyati binti San Muhidi 3. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Atau apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil - adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih.
Hal : Cerai Gugat Jakarta, 29 Januari 2007 Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Aroh binti Arsyad, umur 33 tahun, Agama Islam, pendidikan SMP, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat tinggal di Jalan H. Siun RT.001 RW. 005 No. 119 Kelurahan Ceger Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat, nama : Carim bin Suryadi , umur 40 tahun, agama Islam, pendidikan SD, pekerjaan supir, tempat tinggal di Jalan H. Siun RT.001 RW. 005 No. 119 Kelurahan Ceger Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Tentang permasalahannya
1.
Bahwa pada hari Senin, tanggal 26 September 1988, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, tercatat di PPN KUA Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur dengan Akta Nikah Nomor : 728/104/IX/1988 tanggal 26 September 1988, Dan setelah akad nikah tergugat mengucapkan sighat taklik talak sebagaimana tertera dalam kutipan akta nikah tersebut.
2.
Bahwa setelah menikah kehidupan rumah tangga Penggugat dan Tergugat dalam keadaan rukun, dan telah berhubungan badan sebagaimana layaknya suami isteri, dan bertempat tinggal bersama di di Ceger, Jakarta Timur selama 19 tahun. dan dikaruniai 3 orang anak bernama : a. Hasti Ariyani, lahir tanggal 07 Januari 1990 b. Hadi Haryanto, lahir tanggal 31 Juli 1996 c. Arifatul Ma' rifah, lahir tanggal 13 Nopember 2003
3.
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat berubah menjadi tidak harmonis lagi dan goyah, setidaknya terjadi mulai bulan Juli tahun 1997, disebabkan oleh hal - hal sebagai berikut : a. Tergugat sudah menikah lagi dengan wanita lain yang bernama Ida tanpa ijin penggugat b. Tergugat jarang pulang dan baru pulang 1 bulan lamanya c. Tergugat tidak memberikan nafkah lahir bathin sejak Juni 2006 sampai saat ini Januari 2007
4.
Bahwa penggugat dan tergugat masih satu rumah, namun sejak Juni 2006 kurang lebih 6 sudah pisah ranjang dan sudah tidak berhubungan badan sebagaimana layaknya suami istri
5.
Bahwa anak-anak Penggugat dan Tergugat selama ini tinggal bersama Penggugat, karena itu untuk kepentingan anak-anak itu sendiri dan rasa kasih sayang Penggugat terhadap mereka, maka Penggugat mohon agar anak-anak tersebut ditetapkan dalam pengasuhan dan pemeliharaan Penggugat.
6.
Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik, tetapi tidak berhasil.
7.
Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka penggugat merasa rumah tangga antara penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka penggugat berkesimpulan lebih baik bercerai dengan tergugat
8.
Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka alasan dan dalil gugatan penggugat tersebut telah memenuhi maksud / tuntutan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Berdasarkan alasan - alasan tersebut di muka, penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur/Majelis hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat Carmin bin Suryadi , terhadap penggugat Aroh binti Arsyad 3. Menetapakn anak penggugat dan tergugat yang bernama : Hasti Ariyani, lahir tanggal 07 Januari 1990; Hadi Haryanto, lahir tanggal 31 Juli 1996; Arifatul Ma' rifah, lahir tanggal 13 Nopember 2003, berada dalam pemeliharaan dan pengasuhan penggugat 4. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Atau apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil - adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih.
Cerai Gugat & Pengasuhan Anak Jakarta, 06 Februari 2007 Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Ellystyawati Dwi Cahyani Binti Soepardjo BA, umur 37 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan Ibu Rumah Tangga, tempat tinggal di Jalan Damai RT.02 RW. 08 No. 72 Kelurahan Pulogebang Kecamatan Cakung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat:
Eko Darmayanto Bin Supartoyo, umur 37 tahun, agama Islam, pendidikan S-1, pekerjaan PNS Pajak, tempat tinggal di Jalan Mutiara RT.21 RW. 06 No. 12A Kelurahan Jati Kecamatan Pulogadung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Tentang permasalahannya 1.
Bahwa pada hari Jumat, tanggal 21 Agustus 1992, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, dihadapan pejabat PPN KUA Kecamatan Cakung, Jakarta Timur dengan Akta Nikah Nomor : 471/84/VIII/1992 tanggal 21 Agustus 1992.
2.
Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dengan baik, telah/belum berhubungan badan dan keduanya bertempat tinggal bersama di di Mutiara Raya No. 12 a Jakarta Timur selama 14 tahun. dan dikaruniai 4 orang anak bernama : a. Abdul Hafidzh lahir pada tanggal 09 Agustus 1993 b. Nabila lahir pada tanggal 12 Februari 1995 c. Maryam lahir pada tanggal 12 Maret 1998 d. Muhammad Hanif lahir pada tanggal 28 Agustus 2001
3.
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat mulai goyah dan terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang sulit diatasi sejak bulan ........... tahun 2002,
4.
Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat semakin tajam dan memuncak terjadi pada bulan Juli tahun 2006.
5.
Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. tergugat telah menikah lagi dengan anita lain tanpa ijin penggugat b. tergugat sering pergi meninggalkan rumah baru pulang 7 hari lamanya tanpa alasan yang jelas c. tergugat pernah mengusir penggugat pulang kerumah orang tua yang terjadi pada tanggal16 Juli 2007 d. selain itu tergugat sering mengatakan cerai kepada penggugat.
6.
Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya pada bulan Juli 2006 hingga sekarang kurang lebih 7 bulan, Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal karena Penggugat telah pergi meninggalkan kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini Penggugat bertempat tinggal di Jl. Damai Cakung jakarta Timur dan Tergugat bertempat tinggal di Mutiara Raya Pulo Gadung Jakarta Timur.
7.
Bahwa sejak berpisah Penggugat dan Tergugat selama 7 bulan, maka hak dan kewajiban suami istri tidak terlaksana sebagaimana mestinya karena sejak itu
Tergugat tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagai suami terhadap Penggugat 8.
Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik-baik tetapi tidak berhasil.
9.
Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka penggugat merasa rumah tangga antara penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka penggugat berkesimpulan lebih baik bercerai dengan tergugat
10. Bahwa anak-anak Penggugat dan Tergugat selama ini tinggal bersama Penggugat, karena itu untuk kepentingan anak-anak itu sendiri dan rasa kasih sayang Penggugat terhadap mereka, maka Penggugat mohon agar anak-anak tersebut ditetapkan dalam pengasuhan dan pemeliharaan Penggugat. 11. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka alasan dan dalil gugatan penggugat tersebut telah memenuhi maksud / tuntutan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI). Berdasarkan alasan - alasan tersebut di muka, penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur/Majelis Hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menyatakan talak satu tergugat Eko Darmayanto Bin Supartoyo, terhadap penggugat Ellystyawati Dwi Cahyani Binti Soepardjo BA 3. Menetapkan anak-anak penggugat dan tergugat masing-masing bernama : Abdul Hafidzh lahir pada tanggal 09 Agustus 1993; Nabila lahir pada tanggal 12 Februari 1995; Maryam lahir pada tanggal 12 Maret 1998; Muhammad Hanif lahir pada tanggal 28 Agustus 2001 berada dalam pengasuhan dan pemeliharaan penggugat 5. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Atau apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil - adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih.
Cerai Gugat Jakarta, 08 Februari 2007 Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Nurbani binti Abu Bakar, umur 33 tahun, Agama Islam, pendidikan S2, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat tinggal di Jalan Pedati RT.007 RW. 009 No. 15B
Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat: Drs. Yaya Mulyana bin A. Sanusi, umur 42 tahun, agama Islam, pendidikan S1, pekerjaan swasta, tempat tinggal di Jalan Kp. Jati RT.002 RW. 001 No. 18 Kelurahan Jatinegara Kecamatan Cakung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Tentang permasalahannya 1.
Bahwa pada hari Senin, tanggal 01 Juli 1996, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, dihadapan pejabat PPN KUA Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur dengan Akta Nikah Nomor : 513/09/VII/1996 tanggal 05 Juli 1996.
2.
Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dengan baik, telah/belum berhubungan badan dan keduanya bertempat tinggal bersama di di Rawa Bunga, Jakarta Timur selama 10 tahun. dan dikaruniai 2 orang anak bernama : a. Rizky Nur Fajry, lahir tanggal 4 Mei 1998 b. Irene Irmasari, lahir tanggal 26 Januari 2001
3.
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat mulai goyah dan terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang sulit diatasi sejak bulan September tahun 2006,
4.
Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat semakin tajam dan memuncak terjadi pada bulan Oktober tahun 2006.
5.
Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. Tergugat tidak memberikan nafkah lahir dan bathin sejak Oktober 2006sampai sekarang Januari 2007 b. Tergugat dan penggugat berbeda pendapat/ paham satu sama lain tidak dapat menerima satu sama lain c. Tergugat telah menikah lagi dengan wanita lain yang bernama Tati Mulyati tanpa ijin penggugat d. Tergugat tidak peduli dalam urusan rumah tangganya
6.
Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya pada bulan Oktober tahun 2006 hingga sekarang kurang lebih 4 bulan, Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal karena Tergugat telah pergi meninggalkan kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini Penggugat
bertempat tinggal di Rawa Bunga, Jakarta Timur dan Tergugat bertempat tinggal di Jatinegara, Jakarta Timur 7.
Bahwa sejak berpisah Penggugat dan Tergugat selama 4 bulan, maka hak dan kewajiban suami istri tidak terlaksana sebagaimana mestinya karena sejak itu Tergugat tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagai suami terhadap Penggugat
8.
Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik-baik tetapi tidak berhasil.
9.
Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka penggugat merasa rumah tangga antara penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka penggugat berkesimpulan lebih baik bercerai dengan tergugat
10. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka alasan dan dalil gugatan penggugat tersebut telah memenuhi maksud / tuntutan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI). Berdasarkan alasan - alasan tersebut di muka, penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur/Majelis Hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat Drs. Yaya Mulyana bin A. Sanusi, terhadap penggugat Nurbani binti Abu Bakar 3. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Atau apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil - adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih.
Cerai Gugat
Jakarta, 01 Maret 2007 Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Yufriska Pancowati binti Edy Purwanto, umur 23 tahun, Agama Islam, pendidikan D3, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat tinggal di Jalan Raya Skadron Gg. Ahmad RT.006 RW. 003 No. 93 Kelurahan Makasar Kecamatan Makasar Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat: Febri Yudhista bin Teddy Achmadi, umur 26 tahun, agama Islam, pendidikan D3, pekerjaan tidak ada, tempat tinggal di Jalan Villa Tangerang Indah RT.03 RW. 010 No. Blok CA Kelurahan Gebang Raya Kecamatan Periuk Tangerang, selanjutnya disebut Tergugat; Tentang permasalahannya 1.
Bahwa pada hari Sabtu, tanggal 20 Mei 2006, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, dihadapan pejabat PPN KUA Kecamatan Makasar, Jakarta Timur dengan Akta Nikah Nomor : 698/111/V/2006 tanggal 22 Mei 2006.
2.
Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dengan baik, telah/belum berhubungan badan dan keduanya bertempat tinggal bersama di di Kp. Makasar, Jakarta Timur selama 1 bulan. dan dikaruniai 1 orang anak bernama : a. Sharreva Inka Deswita, lahir tanggal 1 Januari 2007
3.
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat mulai goyah dan terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang sulit diatasi sejak bulan ........... tahun 0,
4.
Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat semakin tajam dan memuncak terjadi pada bulan Mei tahun 2006.
5.
Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. Tergugat tidak memberikan nafkah lahir dan bathin sejak Mei 2006 b. Tergugat telah menikah lagi dengan wanita lain yang bernama Dewi Purnama Sari dan sudah mempunyai anak c. Tergugat telah pergi meninggalkan tempat tinggal tanpa ijin penggugat sejak Mei 2006
6.
Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya pada bulan Mei tahun 2006 hingga sekarang kurang lebih 9 bulan, Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal karena Tergugat telah pergi meninggalkan kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini Penggugat bertempat tinggal diJakarta Timur dan Tergugat bertempat tinggal di Tangerang
7.
Bahwa sejak berpisah Penggugat dan Tergugat selama 9 bulan, maka hak dan kewajiban suami istri tidak terlaksana sebagaimana mestinya karena sejak itu Tergugat tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagai suami terhadap Penggugat
8.
Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik-baik tetapi tidak berhasil.
9.
Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka penggugat merasa rumah tangga antara penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka penggugat berkesimpulan lebih baik bercerai dengan tergugat
10. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka alasan dan dalil gugatan penggugat tersebut telah memenuhi maksud / tuntutan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI). Berdasarkan alasan - alasan tersebut di muka, penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur/Majelis Hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat Febri Yudhista bin Teddy Achmadi, terhadap penggugat Yufriska Pancowati binti Edy Purwanto 3. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Atau apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil - adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih.
Cerai Gugat Jakarta, 05 Maret 2007 Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Munawaroh Binti Nasrip, umur 32 tahun, Agama Islam, pendidikan SD, pekerjaan Pembantu Rumah Tangga, tempat tinggal di Jalan Anggur Kav. DKI Blok E 1/15 RT.001 RW. 008 No. 15 Kelurahan Cipayung Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat: Taufik Bin Jaka, umur 33 tahun, agama Islam, pendidikan SD, pekerjaan Supir, tempat tinggal di Jalan Nurul Hidayah Pintu Air Gang Masjid 2 RT.08 RW. 06 Kelurahan Cipayung Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Tentang permasalahannya 1.
Bahwa pada hari Jumat, tanggal 01 September 1995, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, dihadapan pejabat PPN KUA Kecamatan Moga I, Pemalang dengan Akta Nikah Nomor : 2410/01/IX8/1995 tanggal 01 September 1995.
2.
Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dengan baik, telah/belum berhubungan badan dan keduanya bertempat tinggal bersama di di Nurul Hidayah Pintu Air Cipayung Jakarta Timur. selama 10 tahun. dan dikaruniai 1 orang anak bernama : a. Ulum Munafiah lahir pada tanggal 31 Agustus 1996
3.
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat mulai goyah dan terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang sulit diatasi sejak bulan ........... tahun 1997,
4.
Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat semakin tajam dan memuncak terjadi pada bulan Juni tahun 2001.
5.
Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. tergugat telah menikah lagi tanpa ijjin penggugat
b. tergugat tidak memberikan nafkah lahir dan batin sejak Juni 2001 sampai sekarang kurang lebih 5 tahun 2 bulan c. tergugat sering menyakiti badan jasmani penggugat dengan cara memukul dengan tangan dan kaki yang terkena bagian punggung dan lengan sampai memar 6.
Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya pada bulan Juni 2001 hingga sekarang kurang lebih 5 tahun 2 bulan, Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal/berpisah ranjang karena Penggugat/Tergugat telah pergi meninggalkan kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini Penggugat bertempat tinggal di......... dan Tergugat bertempat tinggal di .....
7.
Bahwa sejak berpisah Penggugat dan Tergugat selama 5 tahun 2 bulan, maka hak dan kewajiban suami istri tidak terlaksana sebagaimana mestinya karena sejak itu Tergugat tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagai suami terhadap Penggugat
8.
Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik-baik tetapi tidak berhasil.
9.
Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka penggugat merasa rumah tangga antara penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka penggugat berkesimpulan lebih baik bercerai dengan tergugat
10. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka alasan dan dalil gugatan penggugat tersebut telah memenuhi maksud / tuntutan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI). Berdasarkan alasan - alasan tersebut di muka, penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur/Majelis Hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat Taufik Bin Jaka, terhadap penggugat Munawaroh Binti Nasrip 3. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Atau apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil - adilnya.
Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih.
Hal : Cerai Gugat Jakarta, 20 Maret 2007 Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini : Kartikawati Binti Rochadi, umur 38 tahun, Agama Islam, pendidikan SMEA, pekerjaan Ibu Rumah Tangga, tempat tinggal di Jalan Kaja RT.01 RW. 11 No. 23 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat, nama : Jamalludin Bin Muhasim, umur 40 tahun, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan , tempat tinggal di Jalan Kaja RT.01 RW. 11 No. 23 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Kota Jakarta Timur, Sekarang tidak diketahui alamatnya dengan jelas dan pasti di wilayah Republik Indonesia selanjutnya disebut Tergugat; , Tentang permasalahannya : 1. Bahwa pada hari Minggu, tanggal 16 Agustus 1987, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, tercatat di PPN KUA Kecamatan Pasar Rebo,Kota Jakarta Timur dengan Akta Nikah Nomor : 534/164/VIII/1987 tanggal 19 Agustus 1987, Dan setelah akad nikah tergugat mengucapkan sighat taklik talak sebagaimana tertera dalam kutipan akta nikah tersebut. 2. Bahwa setelah menikah kehidupan rumah tangga Penggugat dan Tergugat dalam keadaan rukun, dan telah berhubungan badan sebagaimana layaknya suami isteri, dan bertempat tinggal bersama di berpindah pindah terakhir di Kaja Kelapa dua wetan Jakarta Timur selama 8 tahun. dan dikaruniai 2 orang anak bernama : a. Maryanti Nurwulansari lahir pada tanggal 17 Maret 1988 b. Muhamad Farhan lahir pada tanggal 24 Mei 1999
3. Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat berubah menjadi tidak harmonis lagi dan goyah, setidaknya terjadi mulai bulan Januari tahun 2006, disebabkan oleh hal - hal sebagai berikut : a. tergugat telah menikah lagi dengan perempuan lain dan telah mempunyai anak, tanpa ijin penggugat b. tergugat tidak memberikan nafkah lahir sejak tahun 2003 sedangkan nafkah batin sejak Oktober 2006 c. tergugat telah pergi meninggalkan rumah sejak Oktober 2006 sampai sekarang kurang lebih 5 bulan d. tergugat tidak memperdulikan penggugat lebih mementingkan diri dalam urusan rumah tangga. 4. Bahwa telah berusaha mencari alamat tergugat ke keluarganya di Jakarta ternyata tidak ada yang mengetahui keberadaan tergugat dimana adanya. 5. Bahwa keadaan ketidakharmonisan rumah tangga penggugat dan tergugat tersebut diatas diikuti perselisihan dan pertengkaran semakin tajam dan memuncak antara penggugat dan tergugat sejak pada bulan xxxx tahun , sehingga penggugat saat ini bertempat tinggal di Jalan Kaja RT.01 RW. 11 No. 23 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Kota Jakarta Timur sedangkan tergugat tidak diketahui alamatnya 6. Bahwa anak-anak Penggugat dan Tergugat selama ini tinggal bersama Penggugat, karena itu untuk kepentingan anak-anak itu sendiri dan rasa kasih sayang Penggugat terhadap mereka, maka Penggugat mohon agar anak-anak tersebut ditetapkan dalam pengasuhan dan pemeliharaan Penggugat. 7. Bahwa Penggugat adalah orang yang tidak mampu...... 8. Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik, tetapi tidak berhasil. 9. Bahwa berdasarkan data di muka, maka penggugat menderita lahir batin dan merasa rumah tangga penggugat dan tergugat tidak dapat dipertahankan lagi. Berdasarkan alasan-alasan tersebut di muka, Penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur untuk menjatuhkan putusan yang amarnya sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menyatakan talak satu tergugat Jamalludin Bin Muhasim terhadap penggugat Kartikawati Binti Rochadi
3. Menetapkan anak penggugat dan tergugat yang bernama : Maryanti Nurwulansari lahir pada tanggal 17 Maret 1988; Muhamad Farhan lahir pada tanggal 24 Mei 1999, berada dalam pemeliharaan dan pengasuhan penggugat 4. Menetapkan membebaskan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Atau apabila Pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih
Hal : Cerai Gugat Jakarta, 20 Maret 2007 Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Tyti Mintarsih binti Didi Kusumaningrat, umur 47 tahun, Agama Islam, pendidikan D3, pekerjaan wiraswasta, tempat tinggal di Jalan Malaka IV RT.003 RW. 008 No. Blok 2/15 Kelurahan Malaka Sari Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat, nama : Muhardy Ratu Yang Sakti bin Awaludin, umur 54 tahun, agama Islam, pendidikan S1, pekerjaan swasta, tempat tinggal di Jalan Malaka IV RT.003 RW. 008 No. Blok 2/15 Kelurahan Malaka Sari Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Tentang permasalahannya 1.
Bahwa pada hari Minggu, tanggal 01 April 1979, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, tercatat di PPN KUA Kecamatan Taman Sari, Jakarta Timur dengan Akta Nikah Nomor : 04/4/IV/1979 tanggal 02 April 1979, Dan setelah akad nikah tergugat mengucapkan sighat taklik talak sebagaimana tertera dalam kutipan akta nikah tersebut.
2.
Bahwa setelah menikah kehidupan rumah tangga Penggugat dan Tergugat dalam keadaan rukun, dan telah berhubungan badan sebagaimana layaknya suami isteri, dan bertempat tinggal bersama di Jalan Malaka IV RT.003 RW. 008 No. Blok
2/15 Kelurahan Malaka Sari Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur selama 28 tahun. dan dikaruniai 3 orang anak bernama : a. Ratih Hardy Putri, lahir tanggal 28 April 1979 b. Rahma Fitri Hardy, lahir tanggal 31 Juli 1981 c. Agnesia Vica Hardy, lahir tanggal 18 Agustus 1989 3.
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat berubah menjadi tidak harmonis lagi dan goyah, setidaknya terjadi mulai bulan Januari tahun 2004, disebabkan oleh hal - hal sebagai berikut : a. Tergugat telah menikah lagi dengan wanita yang bernama Erni binti Hamzah di PPN KUA Kec. Situ Raja, Sumedang, Jawa Barat (wanita malam dengan alamat Balai rakyat III/ 4A RT.013 RW. 01 Kel. Pondok Bambu ( Asrama DKI Jakarta Timur) dengan menggunakan identitas palsu dan tanpa ijin penggugat b. Penggugat merasa dibohongi oleh tergugat dalam segala hal c. Penggugat merasa harga diri terkucilkan serta tidak memperdulikan penggugat d. Tergugat tidak rutin dan tidak mencukupi dalam memberikan nafkah lahir/ uang belanja selama pernikahan e. Tergugat mempunyai sifat egois tidak memperdulikan rumah tangganya f. Tergugat tidak menghargai penggugat sebagai penggugat sebagai istri tidak mau menerima pendapat penggugat g. Tergugat selalu curiga terhadap penggugat masalah keuangan, lebih mementingkan kepada orang lain h. Penggugat merasa terganggu dengan teror yang dilakukan oleh keluarga Erni ( selingkuhan tergugat)
4.
Bahwa penggugat dan tergugat masih satu rumah, namun sejak Nopember 2006 kurang lebih 5 bulan sudah pisah ranjang dan sudah tidak berhubungan badan sebagaimana layaknya suami istri
5.
Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik, tetapi tidak berhasil.
6.
Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka penggugat merasa rumah tangga antara penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka penggugat berkesimpulan lebih baik bercerai dengan tergugat
7.
Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka alasan dan dalil gugatan penggugat tersebut telah memenuhi maksud / tuntutan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Berdasarkan alasan - alasan tersebut di muka, penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur/Majelis hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat Muhardy Ratu Yang Sakti bin Awaludin, terhadap penggugat Tyti Mintarsih binti Didi Kusumaningrat 3. Menetapakan anak penggugat dan tergugat yang bernama : Ratih Hardy Putri, lahir tanggal 28 April 1979; Rahma Fitri Hardy, lahir tanggal 31 Juli 1981; Agnesia Vica Hardy, lahir tanggal 18 Agustus 1989, berada dalam pemeliharaan dan pengasuhan penggugat 4. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Atau apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil - adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih. Hal : Cerai Gugat Jakarta, 13 April 2007 Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini : Tri Komala Iriani binti Lalu Nuh, umur 44 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat tinggal di Jalan Pedati RT.04 RW. 10 No. 27A Kelurahan Bidara Cina Kecamatan Jatinegara Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat, nama : M. Yusman bin Mahasiun, umur 51 tahun, agama Islam, pendidikan D3, pekerjaan wiraswasta, tempat tinggal di Jalan Pedati RT.04 RW. 10 No. 27A Kelurahan Bidara Cina Kecamatan Jatinegara Kota Jakarta Timur, Sekarang tidak diketahui alamatnya dengan jelas dan pasti di wilayah Republik Indonesia selanjutnya disebut Tergugat; , Tentang permasalahannya : 1. Bahwa pada hari Minggu, tanggal 04 Desember 1983, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, tercatat di PPN KUA Kecamatan KUA Kecamatan Beji, Bogor dengan Akta Nikah Nomor : 1290/III/1983 tanggal 20
Desember 1983, Dan setelah akad nikah tergugat mengucapkan sighat taklik talak sebagaimana tertera dalam kutipan akta nikah tersebut. 2. Bahwa setelah menikah kehidupan rumah tangga Penggugat dan Tergugat dalam keadaan rukun, dan telah berhubungan badan sebagaimana layaknya suami isteri, dan bertempat tinggal bersama di berpindah-pindah tempat tinggal dan terakhir tinggal Bidara Cina, Jakarta Timur selama 24 tahun. dan dikaruniai 3 orang anak bernama : a. Mega Wulandari, umur 23 tahun b. Puspita Apriani, umur 22 tahun c. Kartika, umur 15 tahun 3. Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat berubah menjadi tidak harmonis lagi dan goyah, setidaknya terjadi mulai bulan ........... tahun 1985, disebabkan oleh hal - hal sebagai berikut : a. Tergugat tidak mencukupi nafkah lahir kepada penggugat b. Tergugat menikah lagi dengan wanita lain pada tahun 1985 c. Tergugat menikah lagi dengan wanita lain bernama Zakiah di NTB tahun 1999 d. Tergugat memukul dan menendang penggugat mengenai bagian muka dan perut penggugat pada tahun 2005 e. Tergugat meninggalkan penggugat dengan alasan bekerja pada tanggal 2 Agustus 2006 sampai dengan sekarang dan tidak diketahui lagi alamatnya f. Tergugat tidak memberi nafkah lahir kepada penggugat sejak bulan Nopember 2006 sampai dengan sekarang g. Tergugat tidak memberi nafkah batin kepada penggugat sejak tanggal bulan Juli tahun 2006 sampai dengan sekarang 4. Bahwa telah berusaha mencari alamat tergugat ke keluarganya di Nusa Tenggara Barat ternyata tidak ada yang mengetahui keberadaan tergugat dimana adanya. 5. Bahwa keadaan ketidakharmonisan rumah tangga penggugat dan tergugat tersebut diatas diikuti perselisihan dan pertengkaran semakin tajam dan memuncak antara penggugat dan tergugat sejak pada bulan Agustus tahun 2005, sehingga penggugat saat ini bertempat tinggal di Jalan Pedati RT.04 RW. 10 No. 27A Kelurahan Bidara Cina Kecamatan Jatinegara Kota Jakarta Timur sedangkan tergugat tidak diketahui alamatnya 6. Bahwa anak-anak Penggugat dan Tergugat selama ini tinggal bersama Penggugat/Tergugat, karena itu untuk kepentingan anak-anak itu sendiri dan rasa kasih sayang Penggugat terhadap mereka, maka Penggugat mohon agar anakanak tersebut ditetapkan dalam pengasuhan dan pemeliharaan Penggugat. 7. Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik, tetapi tidak berhasil.
8. Bahwa berdasarkan data di muka, maka penggugat menderita lahir batin dan merasa rumah tangga penggugat dan tergugat tidak dapat dipertahankan lagi. Berdasarkan alasan-alasan tersebut di muka, Penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur untuk menjatuhkan putusan yang amarnya sebagai berikut : Primer 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat M. Yusman bin Mahasiun, terhadap penggugat Tri Komala Iriani binti Lalu Nuh 3. Menetapkan anak penggugat dan tergugat yang bernama : Mega Wulandari, umur 23 tahun; Puspita Apriani, umur 22 tahun; Kartika, umur 15 tahun berada dalam pemeliharaan dan pengasuhan penggugat 4. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku
Subsider Atau apabila Pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih
Hal : Cerai Gugat Jakarta, 18 April 2007 Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Faridah binti A. Bahri, umur 60 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat tinggal di Jalan Condet Raya Gg. Seruni II RT.04 RW. 06 No. 13 Kelurahan Cililitan Kecamatan Kramatjati Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat, nama : Suhaimi bin Achmad , umur 60 tahun, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan Pensiunan Pemda, tempat tinggal di Jalan Condet Raya Gg. Seruni II RT.04 RW. 06 No. 13 Kelurahan Cililitan Kecamatan Kramatjati Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Tentang permasalahannya
1.
Bahwa pada hari Rabu, tanggal 01 September 1971, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, tercatat di PPN KUA Kecamatan Tanjung Karang Timur, Tanjung Karang dengan Akta Nikah Nomor : 92/1971 tanggal 12 Oktober 1971, Dan setelah akad nikah tergugat mengucapkan sighat taklik talak sebagaimana tertera dalam kutipan akta nikah tersebut.
2.
Bahwa setelah menikah kehidupan rumah tangga Penggugat dan Tergugat dalam keadaan rukun, dan telah berhubungan badan sebagaimana layaknya suami isteri, dan bertempat tinggal bersama di Condet, Jakarta Timur selama 35 tahun. dan dikaruniai 5 orang anak bernama : a. Okti Septiana, umur 35 tahun b. Wina Sari Dewi, umur 33 tahun c. Cindo Mauliana, umur 31 tahun d. Andi Akhmad, umur 27 tahun e. Muhammad Royhan, umur 23 tahun
3.
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat berubah menjadi tidak harmonis lagi dan goyah, setidaknya terjadi mulai bulan ........... tahun 2003, disebabkan oleh hal - hal sebagai berikut : a. Tergugat telah menikan lagi dengan wanita lain yang bernama Een b. Tergugat tidak memberikan nafkah lahir dan bathin sejak tahun 2003 sampai sekarang kurang lebih 4 tahun c. Tergugat berbeda pendapat satu sama lain dalam urusan rumah tangga d. Tergugat pernah menyakiti badan jasmani penggugat dengan cara memukul dengan tangan yang terkena bagian kepala, wajah penggugat hingga sakit dan terakhir Januari 2007
4.
Bahwa penggugat dan tergugat masih satu rumah, namun sejak tahun 2003 kurang lebih 4 tahun sudah pisah ranjang dan sudah tidak berhubungan badan sebagaimana layaknya suami istri
5.
Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik, tetapi tidak berhasil.
6.
Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka penggugat merasa rumah tangga antara penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka penggugat berkesimpulan lebih baik bercerai dengan tergugat
7.
Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka alasan dan dalil gugatan penggugat tersebut telah memenuhi maksud / tuntutan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Berdasarkan alasan - alasan tersebut di muka, penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur/Majelis hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat Suhaimi bin Achmad , terhadap penggugat Faridah binti A. Bahri 3. Menetapakan anak penggugat dan tergugat yang bernama : Okti Septiana, umur 35 tahun; Wina Sari Dewi, umur 33 tahun; Cindo Mauliana, umur 31 tahun; Andi Akhmad, umur 27 tahun; Muhammad Royhan, umur 23 tahun, berada dalam pemeliharaan dan pengasuhan penggugat 4. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Atau apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil - adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih.
Cerai Gugat Jakarta, 18 April 2007 Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Sulys Setyawati binti Suratmin, umur 28 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan swasta, tempat tinggal di Jalan Bojong Rangkong RT.016 RW. 08 No. 23 Kelurahan Pulogebang Kecamatan Cakung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat: Wawan Herwindo bin Soetomo, umur 32 tahun, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan swasta, tempat tinggal di Jalan Perumahan Rungkut Mananggal Harapan RT.- RW. - No. Blok D/7 Surabaya, Jawa Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Tentang permasalahannya
1.
Bahwa pada hari Kamis, tanggal 09 September 1999, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, dihadapan pejabat PPN KUA Kecamatan Cakung, Jakarta Timur dengan Akta Nikah Nomor : 1088/83/IX/1999 tanggal 09 September 1999.
2.
Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dengan baik, telah/belum berhubungan badan dan keduanya bertempat tinggal bersama di Jalan Perumahan Rungkut Mananggal Harapan Blok D/7 Surabaya, Jawa Timur selama 3 tahun. namun belum dikaruniai keturunan
3.
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat mulai goyah dan terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang sulit diatasi sejak bulan September tahun 2002,
4.
Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat semakin tajam dan memuncak terjadi pada bulan Desember tahun 2002.
5.
Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. Tergugat telah menikah lagi dengan wanita lain yang bernama Desi dan telah mempunyai 1 orang anak b. Tergugat tidak memberikan nafkah lahir dan bathin sejak tahun 2003 sampai sekarang kurang lebih 4 tahun c. Tergugat pernah menyakiti badan jasmani penggugat dengan cara memukul dengan tangan yang terkena bagian wajah sampai memar terakhir Desember 2002 d. Tergugat dan penggugat telah pisah rumah sejak Desember 2002
6.
Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya pada bulan Desember tahun 2002 hingga sekarang kurang lebih 4 tahun , Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal karena Penggugat/Tergugat telah pergi meninggalkan kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini Penggugat bertempat tinggal di Jakarta Timur dan Tergugat bertempat tinggal di Surabaya, Jawa Timur
7.
Bahwa sejak berpisah Penggugat dan Tergugat selama 4 tahun, maka hak dan kewajiban suami istri tidak terlaksana sebagaimana mestinya karena sejak itu Tergugat tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagai suami terhadap Penggugat
8.
Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik-baik tetapi tidak berhasil.
9.
Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka penggugat merasa rumah tangga antara penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka penggugat berkesimpulan lebih baik bercerai dengan tergugat
10. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka alasan dan dalil gugatan penggugat tersebut telah memenuhi maksud / tuntutan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI). Berdasarkan alasan - alasan tersebut di muka, penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur/Majelis Hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat Wawan Herwindo bin Soetomo, terhadap penggugat Sulys Setyawati binti Suratmin 3. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Atau apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil - adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih.
Cerai Gugat Jakarta, 18 April 2007 Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Fatimah binti Djamsari, umur 32 tahun, Agama Islam, pendidikan , pekerjaan swasta, tempat tinggal di Jalan Cibubur VI RT.005 RW. 04 No. 36 Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat:
Ir. Abas Srianto bin Soegiarto, umur 38 tahun, agama Islam, pendidikan , pekerjaan swasta, tempat tinggal di Jalan Gg. Ganceng RT.004 RW. 006 No. 18 Kelurahan Jatiranggon Kecamatan Jatisampurna Bekasi, selanjutnya disebut Tergugat; Tentang permasalahannya 1.
Bahwa pada hari Jumat, tanggal 27 Desember 2002, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, dihadapan pejabat PPN KUA Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur dengan Akta Nikah Nomor : 1490/54/XII/2002 tanggal 27 Desember 2002.
2.
Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dengan baik, telah/belum berhubungan badan dan keduanya bertempat tinggal bersama di Cibubur, Jakarta Timur selama 5 bulan. dan dikaruniai 1 orang anak bernama : a. Putri Rania Arfariezki, lahir tanggal 29 Maret 2004
3.
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat mulai goyah dan terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang sulit diatasi sejak bulan Juli tahun 2003,
4.
Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat semakin tajam dan memuncak terjadi pada bulan September tahun 2004.
5.
Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. Tergugat sebelum menikah dengan penggugat telah mempunyai istri dan 3 orang anak tanpa sepengetahuan penggugat b. Tergugat sering pergi meninggalkan rumah dan baru pulang 3 hari lamanya tanpa alasan yang jelas c. Tergugat tidak bertanggung jawab dalam hal keuangan d. Tergugat pergi meninggalkan tempat tinggal sejak Agustus 2004 tanpa ijin penggugat
6.
Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya pada bulan Agustus tahun 2004 hingga sekarang kurang lebih 3 tahun, Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal/berpisah ranjang karena Tergugat telah pergi meninggalkan kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini Penggugat bertempat tinggal diJakarta Timur dan Tergugat bertempat tinggal di Bekasi
7.
Bahwa sejak berpisah Penggugat dan Tergugat selama 4 tahun , maka hak dan kewajiban suami istri tidak terlaksana sebagaimana mestinya karena sejak itu Tergugat tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagai suami terhadap Penggugat
8.
Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik-baik tetapi tidak berhasil.
9.
Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka penggugat merasa rumah tangga antara penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka penggugat berkesimpulan lebih baik bercerai dengan tergugat
10. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka alasan dan dalil gugatan penggugat tersebut telah memenuhi maksud / tuntutan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI). Berdasarkan alasan - alasan tersebut di muka, penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur/Majelis Hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat Ir. Abas Srianto bin Soegiarto, terhadap penggugat Fatimah binti Djamsari 3. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Atau apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil - adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih.
Hal : Cerai Gugat Jakarta, 07 Mei 2007 Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini, nama :
Wawat Rosilawati binti D. Edi Ruswandi , umur 44 tahun, Agama Islam, pendidikan D2, pekerjaan PNS (Guru), tempat tinggal di Jalan Lingkar Duren Sawit RT.001 RW. 010 No. 1617 Kelurahan Duren Sawit Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat, nama : H. Saaman bin H. Naimin, umur 46 tahun, agama Islam, pendidikan S1, pekerjaan Wiraswasta, tempat tinggal di Jalan Lingkar Duren Sawit RT.001 RW. 010 No. 1617 Kelurahan Duren Sawit Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Tentang permasalahannya 1.
Bahwa pada hari Senin, tanggal 14 Maret 1983, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, tercatat di PPN KUA Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur dengan Akta Nikah Nomor : 251/106/V/1983 tanggal 17 Maret 1983, Dan setelah akad nikah tergugat mengucapkan sighat taklik talak sebagaimana tertera dalam kutipan akta nikah tersebut.
2.
Bahwa setelah menikah kehidupan rumah tangga Penggugat dan Tergugat dalam keadaan rukun, dan telah berhubungan badan sebagaimana layaknya suami isteri, dan bertempat tinggal bersama di Jalan Lingkar Duren Sawit RT.001 RW. 010 No. 1617 Kelurahan Duren Sawit Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur selama 24 tahun. dan dikaruniai 3 orang anak bernama : a. Noor Sarahwati, tanggal lahir tanggal 30 Oktober 1984 b. Sari Chairunnisa, lahir tanggal 14 September 1985 c. Syifa Fauziyah, lahir tanggal 10 April 1995
3.
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat berubah menjadi tidak harmonis lagi dan goyah, setidaknya terjadi mulai bulan Februari tahun 2006, disebabkan oleh hal - hal sebagai berikut : a. Tergugat telah menikah lagi dengan wanita lain tanpa ijin penggugat
4.
Bahwa penggugat dan tergugat masih satu rumah, namun sejak Juni 2006 kurang lebih 11 bulan sudah pisah ranjang dan sudah tidak berhubungan badan sebagaimana layaknya suami istri
5.
Bahwa anak-anak Penggugat dan Tergugat selama ini tinggal bersama Penggugat danTergugat, karena itu untuk kepentingan anak-anak itu sendiri dan rasa kasih sayang Penggugat terhadap mereka, maka Penggugat mohon agar anak-anak tersebut ditetapkan dalam pengasuhan dan pemeliharaan Penggugat.
6.
Bahwa penggugat pernah mengajukan gugatan cerai di Pengadilan Agama Jakarta Timur dengan Nomor perkara 1144/Pdt. G/ 2006/ PAJT, namun dicabut karena rujuk
7.
Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik, tetapi tidak berhasil.
8.
Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka penggugat merasa rumah tangga antara penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka penggugat berkesimpulan lebih baik bercerai dengan tergugat
9.
Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka alasan dan dalil gugatan penggugat tersebut telah memenuhi maksud / tuntutan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Berdasarkan alasan - alasan tersebut di muka, penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur/Majelis hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat H. Saaman bin H. Naimin, terhadap penggugat Wawat Rosilawati binti D. Edi Ruswandi 3. Menetapakan anak penggugat dan tergugat yang bernama : Noor Sarahwati, tanggal lahir tanggal 30 Oktober 1984; Sari Chairunnisa, lahir tanggal 14 September 1985; Syifa Fauziyah, lahir tanggal 10 April 1995, berada dalam pemeliharaan dan pengasuhan penggugat 4. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Atau apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil - adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih.
Cerai Gugat Jakarta, 25 Mei 2007
Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Neni Heryanti binti Sobandi, umur 38 tahun, Agama Islam, pendidikan D3, pekerjaan Karyawati Swasta, tempat tinggal di Jalan Rawa Kuning No. 40 RT.08 RW. 02 Kelurahan Pulogebang Kecamatan Cakung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat: Gatot Kardio Subagio bin Muchamad Arief Roesman, umur 37 tahun, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan Karyawan Swasta, tempat tinggal di Jalan Arjuna V No. 89 RT.09 RW. 20 Kelurahan Mekar Jaya Kecamatan Sukma Jaya Depok, selanjutnya disebut Tergugat; Tentang permasalahannya 1.
Bahwa pada hari Minggu, tanggal 01 Oktober 1995, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, dihadapan pejabat PPN KUA Kecamatan Cakung, Kota Jakarta Timur dengan Akta Nikah Nomor : 793 / 07 / X / 1995 tanggal 20 Oktober 1995.
2.
Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dengan baik, telah/belum berhubungan badan dan keduanya bertempat tinggal bersama di di Rawa Kuning Rt. 01 Rw. 016 No. 27.B, Jakarta Timur selama 10 tahun . dan dikaruniai 3 orang anak bernama : a. Mesya Althaf Arcadia, lahir tanggal 17 September 1996 b. Almyra Althaf Arcadia, lahir tanggal 8 Agustus 2000 c. Zahrah Zafiera Arcadia, lahir tanggal 6 Maret 2004
3.
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat mulai goyah dan terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang sulit diatasi sejak bulan Februari tahun 2000,
4.
Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat semakin tajam dan memuncak terjadi pada bulan September tahun 2005.
5.
Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. tergugat menikah dengan wanita lain yang bernama Marti. b. tergugat pernah menyakiti badan/jasmani penggugat dengan cara memukul yang terkena bagian punggung c. tergugat tidak memperdulikan penggugat dan lebih mementingkan diri sendiri d. selain, itu penggugat dan tergugat telah pisah rumah selama 1 tahun 7 bulan.
6.
Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya pada bulan September tahun 2005 hingga sekarang kurang lebih 1 tahun 7 bulan, Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal/berpisah ranjang karena Penggugat dan Tergugat telah pergi meninggalkan kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini Penggugat bertempat tinggal di Jl. Rawa Kuning No. 40 dan Tergugat bertempat tinggal di Jl. Arjuna, Depok.
7.
Bahwa sejak berpisah Penggugat dan Tergugat selama 1 tahun 7 bulan, maka hak dan kewajiban suami istri tidak terlaksana sebagaimana mestinya karena sejak itu Tergugat tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagai suami terhadap Penggugat
8.
Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik-baik tetapi tidak berhasil.
9.
Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka penggugat merasa rumah tangga antara penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka penggugat berkesimpulan lebih baik bercerai dengan tergugat
10. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka alasan dan dalil gugatan penggugat tersebut telah memenuhi maksud / tuntutan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI). Berdasarkan alasan - alasan tersebut di muka, penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur/Majelis Hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat Gatot Kardio Subagio bin Muchamad Arief Roesman, terhadap penggugat Neni Heryanti binti Sobandi 3. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Atau apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil - adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih.
Cerai Gugat Jakarta, 30 Mei 2007 Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Ari Istikomah Binti Isnaeni, umur 28 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan karyawati Swasta, tempat tinggal di Jalan Jaha RT.03 RW. 10 No. 30 Kelurahan Kalisari Kecamatan Pasar Rebo Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat: Asep Nurul Huda Bin Misar , umur 28 tahun, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan tidak bekerja, tempat tinggal di Jalan Kp. Cibodas RT.02 RW. 02 Kelurahan Cibodas... Kecamatan Cibodas Tanggerang, selanjutnya disebut Tergugat; Tentang permasalahannya 1.
Bahwa pada hari Jumat, tanggal 12 Desember 2003, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, dihadapan pejabat PPN KUA Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur dengan Akta Nikah Nomor : 890/30/XII/2003 tanggal 12 Desember 2003.
2.
Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dengan baik, telah/belum berhubungan badan dan keduanya bertempat tinggal bersama di Jalan Jaha RT.03 RW. 10 No. 30 Kelurahan Kalisari Kecamatan Pasar Rebo Kota Jakarta Timur selama 3 tahun. dan dikaruniai 1 orang anak bernama : a. Navira Sharen Assyfa, lahir tanggal 6 November 2004
3.
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat mulai goyah dan terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang sulit diatasi sejak bulan ........... tahun 2004,
4.
Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat semakin tajam dan memuncak terjadi pada bulan Mei tahun 2006.
5.
Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. tergugat menikah lagi dengan wanita lain tanpa ijin penggugat b. tergugat tidak memberikan nafkah lahir dan bathin sejak Mei 2006
c. teergugat telah pergi meninggalkan rumah sejak Mei 2006 sampai saat ini kurang lebih 1 tahun 6.
Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya pada bulan Mei tahun 2006 hingga sekarang kurang lebih 1 tahun, Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal karena Tergugat telah pergi meninggalkan kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini Penggugat bertempat tinggal diJakarta Timur dan Tergugat bertempat tinggal di Tangerang
7.
Bahwa sejak berpisah Penggugat dan Tergugat selama 1 tahun, maka hak dan kewajiban suami istri tidak terlaksana sebagaimana mestinya karena sejak itu Tergugat tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagai suami terhadap Penggugat
8.
Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik-baik tetapi tidak berhasil.
9.
Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka penggugat merasa rumah tangga antara penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka penggugat berkesimpulan lebih baik bercerai dengan tergugat
10. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka alasan dan dalil gugatan penggugat tersebut telah memenuhi maksud / tuntutan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI). Berdasarkan alasan - alasan tersebut di muka, penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur/Majelis Hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat Asep Nurul Huda Bin Misar , terhadap penggugat Ari Istikomah Binti Isnaeni 3. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Atau apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil - adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih.
Cerai Gugat Jakarta, 30 Mei 2007 Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Ari Istikomah Binti Isnaeni, umur 28 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan karyawati Swasta, tempat tinggal di Jalan Jaha RT.03 RW. 10 No. 30 Kelurahan Kalisari Kecamatan Pasar Rebo Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat: Asep Nurul Huda Bin Misar , umur 28 tahun, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan tidak bekerja, tempat tinggal di Jalan Kp. Cibodas RT.02 RW. 02 Kelurahan Cibodas... Kecamatan Cibodas Tanggerang, selanjutnya disebut Tergugat; Tentang permasalahannya 1.
Bahwa pada hari Jumat, tanggal 12 Desember 2003, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, dihadapan pejabat PPN KUA Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur dengan Akta Nikah Nomor : 890/30/XII/2003 tanggal 12 Desember 2003.
2.
Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dengan baik, telah/belum berhubungan badan dan keduanya bertempat tinggal bersama di Jalan Jaha RT.03 RW. 10 No. 30 Kelurahan Kalisari Kecamatan Pasar Rebo Kota Jakarta Timur selama 3 tahun. dan dikaruniai 1 orang anak bernama : a. Navira Sharen Assyfa, lahir tanggal 6 November 2004
3.
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat mulai goyah dan terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang sulit diatasi sejak bulan ........... tahun 2004,
4.
Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat semakin tajam dan memuncak terjadi pada bulan Mei tahun 2006.
5.
Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. tergugat menikah lagi dengan wanita lain tanpa ijin penggugat b. tergugat tidak memberikan nafkah lahir dan bathin sejak Mei 2006 c. teergugat telah pergi meninggalkan rumah sejak Mei 2006 sampai saat ini kurang lebih 1 tahun
6.
Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya pada bulan Mei tahun 2006 hingga sekarang kurang lebih 1 tahun, Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal karena Tergugat telah pergi meninggalkan kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini Penggugat bertempat tinggal diJakarta Timur dan Tergugat bertempat tinggal di Tangerang
7.
Bahwa sejak berpisah Penggugat dan Tergugat selama 1 tahun, maka hak dan kewajiban suami istri tidak terlaksana sebagaimana mestinya karena sejak itu Tergugat tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagai suami terhadap Penggugat
8.
Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik-baik tetapi tidak berhasil.
9.
Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka penggugat merasa rumah tangga antara penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka penggugat berkesimpulan lebih baik bercerai dengan tergugat
10. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka alasan dan dalil gugatan penggugat tersebut telah memenuhi maksud / tuntutan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI). Berdasarkan alasan - alasan tersebut di muka, penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur/Majelis Hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat Asep Nurul Huda Bin Misar , terhadap penggugat Ari Istikomah Binti Isnaeni 3. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku
Atau apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil - adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih.
Cerai Gugat Jakarta, 20 Juni 2007 Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Nani binti Tohir , umur 49 tahun, Agama Islam, pendidikan Tidak Sekolah, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat tinggal di Jalan Mandor Hasan No. 50 RT.010 RW. 001 Kelurahan Bambu Apus Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat: M. Yani bin Marzuki, umur 50 tahun, agama Islam, pendidikan Tidak Sekolah, pekerjaan Wiraswasta, tempat tinggal di Jalan Penganten Ali d/a Ibu Maryani/ Bang Iyan RT.012 RW. 06 Kelurahan Rambutan Kecamatan Ciracas Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Tentang permasalahannya 1.
Bahwa pada hari Senin, tanggal 04 Desember 1978, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, dihadapan pejabat PPN KUA Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan dengan Akta Nikah Nomor : 1133/6/XII/1978 tanggal 04 Desember 1978.
2.
Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dengan baik, telah/belum berhubungan badan dan keduanya bertempat tinggal bersama di berpindah- pindah terakhir di Bambu Apus selama 21 tahun. dan dikaruniai 5 orang anak bernama : a. Atikah, umur 30 tahun
b. c. d. e.
Eni, umur 28 tahun Irfan, umur 26 tahun Iwan, umur 24 tahun Heri, umur 23 tahun
3.
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat mulai goyah dan terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang sulit diatasi sejak bulan ........... tahun 1998,
4.
Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat semakin tajam dan memuncak terjadi pada bulan xxxx tahun 2000.
5.
Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. Tergugat telah menikah lagi dengan wanita lain b. Tergugat suka berjudi ( Kartu), Minum- minuman keras c. Tergugat tidak memberikan nafkah lahir dan bathin sejak tahun 2000 sampai saat ini kurang lebih 7 tahun d. Tergugat pernah menyakiti badan jasmani penggugat dengan cara memukul dengan tangan yang terkena bagian muka penggugat sampai memar e. Tergugat pergi meninggalkan rumah sejak tahun 2000 sampai saat ini kurang lebih 7 tahun
6.
Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya pada tahun 2000 hingga sekarang kurang lebih 7 tahun, Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal karena Tergugat telah pergi meninggalkan kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini Penggugat bertempat tinggal di Bambu Apus dan Tergugat bertempat tinggal di Rambutan, Jakarta Timur
7.
Bahwa sejak berpisah Penggugat dan Tergugat selama 7 tahun, maka hak dan kewajiban suami istri tidak terlaksana sebagaimana mestinya karena sejak itu Tergugat tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagai suami terhadap Penggugat
8.
Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik-baik tetapi tidak berhasil.
9.
Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka penggugat merasa rumah tangga antara penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka penggugat berkesimpulan lebih baik bercerai dengan tergugat
10. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka alasan dan dalil gugatan penggugat tersebut telah memenuhi maksud / tuntutan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI). Berdasarkan alasan - alasan tersebut di muka, penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur/Majelis Hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat M. Yani bin Marzuki, terhadap penggugat Nani binti Tohir 3. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Atau apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil - adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih.
Hal : Cerai Gugat Jakarta, 20 Juni 2007 Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Sri Handayani binti Suhendar, umur 33 tahun, Agama Islam, pendidikan SMEA, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat tinggal di Jalan Taruna Jaya No. 11 RT.006 RW. 005 Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat, nama : Nur Iman Gusnizal bin Mardjali, umur 36 tahun, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan Wiraswasta, tempat tinggal di Jalan Taruna Jaya No. 11 RT.006 RW. 005 Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Tentang permasalahannya 1.
Bahwa pada hari Jumat, tanggal 17 Januari 1997, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, tercatat di PPN KUA Kecamatan Pataruman,
Ciamis, Jawa Barat dengan Akta Nikah Nomor : 516/29/I/1997 tanggal 17 Januari 1997, Dan setelah akad nikah tergugat mengucapkan sighat taklik talak sebagaimana tertera dalam kutipan akta nikah tersebut. 2.
Bahwa setelah menikah kehidupan rumah tangga Penggugat dan Tergugat dalam keadaan rukun, dan telah berhubungan badan sebagaimana layaknya suami isteri, dan bertempat tinggal bersama di Jalan Taruna Jaya No. 11 RT.006 RW. 005 Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Kota Jakarta Timur selama 10 tahun. dan dikaruniai 2 orang anak bernama : a. M. Irfan Nur Hadi, lahir tanggal 27 Mei 1997 b. Rizky Fajriansyah, lahir tanggal 12 Agustus 1999
3.
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat berubah menjadi tidak harmonis lagi dan goyah, setidaknya terjadi mulai bulan November tahun 2006, disebabkan oleh hal - hal sebagai berikut : a. Tergugat telah menikah lagi dengan wanita lain Watih tanpa ijin penggugat b. Tergugat dalam memberikan nafkah lahir/ uang belanja tidak rutin dan tidak mencukupi c. Tergugat pernah menyakiti badan jasmani penggugat dengan cara memukul, menendang, mencekik penggugat sampai memar terakhir Mei 2007 d. Tergugat selalu berkata kasar kepada penggugat seperti Anjing, Babi e. Tergugat sering mengancam penggugat dengan senjata tajam hingga penggugat merasa tertekan bathinnya
4.
Bahwa penggugat dan tergugat masih satu rumah, namun sejak Januari 2007 kurang lebih 5 bulan sudah pisah ranjang dan sudah tidak berhubungan badan sebagaimana layaknya suami istri
5.
Bahwa anak-anak Penggugat dan Tergugat selama ini tinggal bersama Penggugat dan Tergugat, karena itu untuk kepentingan anak-anak itu sendiri dan rasa kasih sayang Penggugat terhadap mereka, maka Penggugat mohon agar anak-anak tersebut ditetapkan dalam pengasuhan dan pemeliharaan Penggugat.
6.
Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik, tetapi tidak berhasil.
7.
Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka penggugat merasa rumah tangga antara penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka penggugat berkesimpulan lebih baik bercerai dengan tergugat
8.
Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka alasan dan dalil gugatan penggugat tersebut telah memenuhi maksud / tuntutan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Berdasarkan alasan - alasan tersebut di muka, penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur/Majelis hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat Nur Iman Gusnizal bin Mardjali, terhadap penggugat Sri Handayani binti Suhendar 3. Menetapakan anak penggugat dan tergugat yang bernama : , berada dalam pemeliharaan dan pengasuhan penggugat 4. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Atau apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil - adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih.
Cerai Gugat Jakarta, 03 Juli 2007 Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Purwaningsih binti Toenggono, umur 32 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan Karyawati Swasta, tempat tinggal di Jalan Pulo Nangka Barat II RT.05 RW. 016 No. 111 Kelurahan Kayu Putih Kecamatan Pulogadung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat: Edwin Sonata bin Subiyanto , umur 34 tahun, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan Karyawan Swasta, tempat tinggal di Jalan Rawa Sari Barat XII/E RT.08 RW. 01 No. 94 Kelurahan Cempaka Putih Timur Kecamatan Cempaka Putih Jakarta Pusat, selanjutnya disebut Tergugat; Tentang permasalahannya
1.
Bahwa pada hari Sabtu, tanggal 05 Mei 2007, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, dihadapan pejabat PPN KUA Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur dengan Akta Nikah Nomor : 683/27/V/2007 tanggal 05 Juli 2007.
2.
Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dengan baik, telah/belum berhubungan badan dan keduanya bertempat tinggal bersama di Jalan Pulo Nangka Barat II RT.05 RW. 016 No. 111 Kelurahan Kayu Putih Kecamatan Pulogadung Kota Jakarta Timur selama 1 bulan. namun belum dikaruniai keturunan
3.
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat mulai goyah dan terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang sulit diatasi sejak bulan Mei tahun 2007,
4.
Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat semakin tajam dan memuncak terjadi pada bulan Juni tahun 2007.
5.
Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. Tergugat sebelum menikah dengan pengugat tergugat telah menikah lagi dengan wanita lain tanpa sepengetahuan penggugat b. Tergugat tidak memperdulikan penggugat lebih mementingkan diri sendiri c. Tergugat tidak memberikan nafkah lahir/ uang belanja sejak awal manikah Mei 2007 sampai saat ini Juli 2007 d. Tergugat tidak menghargai penggugat dan keluarga e. Tergugat pernah menyakiti badan jasmani penggugat dengan cara memukul dengan tangan terakhir tanggal 14 Juni 2007
6.
Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya pada bulan Mei tahun 2007 hingga sekarang kurang lebih 1 bulan, Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal karena Tergugat telah pergi meninggalkan kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini Penggugat bertempat tinggal di Jakarta Timur dan Tergugat bertempat tinggal di Jakarta Pusat
7.
Bahwa sejak berpisah Penggugat dan Tergugat selama 3 minggu, maka hak dan kewajiban suami istri tidak terlaksana sebagaimana mestinya karena sejak itu Tergugat tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagai suami terhadap Penggugat
8.
Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik-baik tetapi tidak berhasil.
9.
Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka penggugat merasa rumah tangga antara penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka penggugat berkesimpulan lebih baik bercerai dengan tergugat
10. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka alasan dan dalil gugatan penggugat tersebut telah memenuhi maksud / tuntutan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI). Berdasarkan alasan - alasan tersebut di muka, penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur/Majelis Hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat Edwin Sonata bin Subiyanto , terhadap penggugat Purwaningsih binti Toenggono 3. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Atau apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil - adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih.
Cerai Gugat Jakarta, 30 Juli 2007 Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Dian Ika Prabawati binti Usman, umur 27 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan Karyawati , tempat tinggal di Jalan Pancawarga 32 No. 25 RT.005 RW. 014 Kelurahan Cipinang Besar Selatan Kecamatan Jatinegara Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat:
Nasir bin Eddy Yusliman, umur 37 tahun, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan Karyawan, tempat tinggal di Jalan Basuki Rahmat No. 16 RT.002 RW. 014 Kelurahan Cipinang Muara Kecamatan Jatinegara Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Tentang permasalahannya 1.
Bahwa pada hari Sabtu, tanggal 03 Nopember 2001, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, dihadapan pejabat PPN KUA Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur dengan Akta Nikah Nomor : 1805/43/XI/2001 tanggal 05 Nopember 2001.
2.
Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dengan baik, telah/belum berhubungan badan dan keduanya bertempat tinggal bersama di Jalan Basuki Rahmat No. 16 RT.002 RW. 014 Kelurahan Cipinang Muara Kecamatan Jatinegara Kota Jakarta Timur selama 2 tahun. namun belum dikaruniai keturunan
3.
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat mulai goyah dan terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang sulit diatasi sejak bulan November tahun 2003,
4.
Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat semakin tajam dan memuncak terjadi pada bulan Desember tahun 2003.
5.
Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. Tergugat menikah lagi dengan seorang wanita lain yang bernama Pegi b. Tergugat egois tidak memperdulikan penggugat lebih mementingkan diri sendiri c. Tergugat tidak memberikan nafkah lahir dan bathin sejak tahun 2004 kurang lebih 3 tahun d. Tergugat setuju untuk bercerai sesuai dengan surat pernyataan tergugat tertanggal 23 Mei 2007 e. Tergugat dan penggugat telah pisah rumah sejak tahun 2004 kurang lebih 3 tahun
6.
Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya pada bulan Dessember tahun 2003 hingga sekarang kurang lebih 3 tahun 6 bulan, Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal karena Penggugat telah pergi meninggalkan kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini Penggugat bertempat tinggal diCipinang Besar Selatan dan Tergugat bertempat tinggal di Cipinang Muara
7.
Bahwa sejak berpisah Penggugat dan Tergugat selama 3 tahun, maka hak dan kewajiban suami istri tidak terlaksana sebagaimana mestinya karena sejak itu
tergugat tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagai suami terhadap penggugat 8.
Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik-baik tetapi tidak berhasil.
9.
Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka penggugat merasa rumah tangga antara penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka penggugat berkesimpulan lebih baik bercerai dengan tergugat
10. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka alasan dan dalil gugatan penggugat tersebut telah memenuhi maksud / tuntutan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI). Berdasarkan alasan - alasan tersebut di muka, penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur/Majelis Hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat Nasir bin Eddy Yusliman, terhadap penggugat Dian Ika Prabawati binti Usman 3. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Atau apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil - adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih.
Cerai Gugat Jakarta, 03 Agustus 2007 Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini, nama :
Yuliana binti Iyan Rosyid , umur 30 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat tinggal di Jalan Nakula I Blok U/10 RT.003 RW. 006 Kelurahan Duren Sawit Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat: M. Taufik bin H. Abd Muis, umur 45 tahun, agama Islam, pendidikan S1, pekerjaan Wiraswasta, tempat tinggal di Jalan Kp. Melayu Kecil III Bukit Duri RT.005 RW. 009 No. 160 Kelurahan Bukit Duri Kecamatan Tebet Kota Jakarta Selatan, selanjutnya disebut Tergugat; Tentang permasalahannya 1.
Bahwa pada hari Sabtu, tanggal 06 Maret 2004, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, dihadapan pejabat PPN KUA Kecamatan Cisaat, Sukabumi dengan Akta Nikah Nomor : 206/26/III/2004 tanggal 08 Maret 2004.
2.
Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dengan baik, telah/belum berhubungan badan dan keduanya bertempat tinggal bersama di Jalan Nakula I Blok U/10 RT.003 RW. 006 Kelurahan Duren Sawit Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur selama 2 tahun. dan dikaruniai 2 orang anak bernama : a. Rafael Ramdani, lahir tanggal 9 Oktober 2005 b. Mikhael Israardani, meninggal tanggal 19 Maret 2007 pada usia 7 bulan
3.
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat mulai goyah dan terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang sulit diatasi sejak bulan September tahun 2006,
4.
Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat semakin tajam dan memuncak terjadi pada bulan Januari tahun 2007.
5.
Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. Tergugat telah menikah dengan wanita lain sebelum menikah dengan penggugat tanpa sepengetahuan penggugat b. Tergugat tidak memperdulikan penggugat dan anak lebih mementingkan diri sendiri c. Tergugat tidak memberikan nafkah lahir bathin sejak Desember 2006 sampai saat ini kurang lebih 7 bulan d. Tergugat telah menlakukan hutang piutang dengan pihak rumah sakit yang menyebabkan penggugat ditagih oleh pihak rumah sakit e. Tergugat pernah menyakiti badan jasmani penggugat dengan cara memukul yang terkena bagian mata penggugat sampai memar, jari tangan penggugat
hingga patah tahun 2004 dan terakhir tahun 2006 yang menyebabkan jari kaki penggugat patah f. Tergugat dan penggugat pisah rumah sejak September 2006 sampai saat ini kurang lebih 10 bulan 6.
Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya pada bulan September tahun 2006 hingga sekarang kurang lebih 10 bulan, Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal karena Tergugat telah pergi meninggalkan kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini Penggugat bertempat tinggal di Duren Sawit dan Tergugat bertempat tinggal di Tebet, Jakarta Selatan
7.
Bahwa sejak berpisah Penggugat dan Tergugat selama 7 bulan, maka hak dan kewajiban suami istri tidak terlaksana sebagaimana mestinya karena sejak itu tergugat tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagai suami terhadap penggugat
8.
Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik-baik tetapi tidak berhasil.
9.
Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka penggugat merasa rumah tangga antara penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka penggugat berkesimpulan lebih baik bercerai dengan tergugat
10. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka alasan dan dalil gugatan penggugat tersebut telah memenuhi maksud / tuntutan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI). Berdasarkan alasan - alasan tersebut di muka, penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur/Majelis Hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat M. Taufik bin H. Abd Muis, terhadap penggugat Yuliana binti Iyan Rosyid 3. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Atau apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil - adilnya.
Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih.
Cerai Gugat Jakarta, 01 Agustus 2007
Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Nurlinawati Binti Dasan, umur 24 tahun, Agama Islam, pendidikan SMP, pekerjaan Ibu Rumah Tangga, tempat tinggal di Jalan Kampung Pulo Jahe RT.009 RW. 005 No. 27 Kelurahan Jatinegara Kecamatan Cakung Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat: Hamda Bin M. Arief machmud, umur 26 tahun, agama Islam, pendidikan SMU, pekerjaan Karyawan Sawsta, tempat tinggal di Jalan Cipinang Pulo Maja RT.002 RW. 013 No. 07 Kelurahan Cipinang Besar Utara Kecamatan Jatinegara Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Tentang permasalahannya 1.
Bahwa pada hari Sabtu, tanggal 20 April 2002, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, dihadapan pejabat PPN KUA Kecamatan Cakung,Kota Jakarta Timur dengan Akta Nikah Nomor : 794/113/IV/2002 tanggal 22 April 2002.
2.
Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dengan baik, telah/belum berhubungan badan dan keduanya bertempat tinggal bersama di di Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur selama 5 tahun 3 bulan. dan dikaruniai 1 orang anak bernama : a. Nanda Chairina Sabilla, umur 4 tahun
3.
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat mulai goyah dan terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang sulit diatasi sejak bulan ........... tahun 2006,
4.
Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat semakin tajam dan memuncak terjadi pada bulan Juni tahun 2007.
5.
Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. tergugat menikah lagi dengan perempuan lain yangbernama Ayu b. tergugat dalam memberikan nafkah tidak mencukupi kebutuhan rumah tangga dan tidak rutin c. tergugat tidak jujur dalam hal keuangan dan pekerjaan d. tergugat telah pisah rumah sejak Juni 2007 sampai saat ini kurang lebih 1 bulan, tanpa nafkah lahir dan batin
6.
Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya pada bulan Juni 2007 hingga sekarang kurang lebih1bulan, Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat tinggalkarena Penggugat telah pergi meninggalkan kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini Penggugat bertempat tinggal di cakung, Jakarta Timur dan Tergugat bertempat tinggal di Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur
7.
Bahwa sejak berpisah Penggugat dan Tergugat selama1 bulan, maka hak dan kewajiban suami istri tidak terlaksana sebagaimana mestinya karena sejak itu tergugat tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagai suami terhadap penggugat.
8.
Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik-baik tetapi tidak berhasil.
9.
Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka penggugat merasa rumah tangga antara penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka penggugat berkesimpulan lebih baik bercerai dengan tergugat
10. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka alasan dan dalil gugatan penggugat tersebut telah memenuhi maksud / tuntutan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI). Berdasarkan alasan - alasan tersebut di muka, penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur/Majelis Hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat , terhadap penggugat Nurlinawati Binti Dasan 3. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Atau apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil - adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih.
Cerai Gugat Jakarta, 27 Agustus 2007 Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Anik Ekowati binti Salim, umur 29 tahun, Agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan Kaeryawati, tempat tinggal di Jalan Cipinang Muara I RT.012 RW. 003 No. 21 Kelurahan Pondok Bambu Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Penggugat; mengajukan gugatan cerai terhadap suami Penggugat: Saimurgan bin Karyosuwito, umur 40 tahun, agama Islam, pendidikan SMP, pekerjaan Wiraswasta, tempat tinggal di Jalan Pondok Kelapa VI A Blok C2/13 RT.10 RW. 04 Kelurahan Pondok Kelapa Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat; Tentang permasalahannya 1.
Bahwa pada hari Sabtu, tanggal 21 Februari 1998, telah berlangsung pernikahan antara penggugat dan tergugat, dihadapan pejabat PPN KUA Kecamatan Bangilan, Tuban, Jawa Timur dengan Akta Nikah Nomor : 392/44/II/1998 tanggal 21 Februari 1998.
2.
Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dengan baik, telah/belum berhubungan badan dan keduanya bertempat tinggal bersama di Cipinang Muara I selama 9 tahun. dan dikaruniai 1 orang anak bernama : a. Eka Nurul Fajria, lahir tanggal 1 Maret 1999
3.
Bahwa kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat mulai goyah dan terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang sulit diatasi sejak bulan ........... tahun 2005,
4.
Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat semakin tajam dan memuncak terjadi pada bulan Agustus tahun 2007.
5.
Bahwa sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : a. Tergugat telah menikah lagi dengan wanita lain yang bernama Wartini tanpa ijin penggugat b. Tergugat telah melakukan hutang piutang dengan orang lain tanpa sepengetahuan penggugat dan akhirnya menjadi tanggungan penggugat
c. Tergugat pernah menyakiti badan jasmani penggugat dengan cara memukul, mencekik, penggugat d. Tergugat dalam memberikan nafkah lahir tidak rutin dan tidak mencukupi 6.
Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya pada bulan Agustus tahun 2007 hingga sekarang kurang lebih 1 minggu, Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal karena Penggugat telah pergi meninggalkan kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini Tergugat bertempat tinggal di Cipinang Muara I dan Tergugat bertempat tinggal di Pondok Kelapa
7.
Bahwa sejak berpisah Penggugat dan Tergugat selama 1 minggu , maka hak dan kewajiban suami istri tidak terlaksana sebagaimana mestinya karena sejak itu tergugat tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagai suami terhadap penggugat
8.
Bahwa penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan / cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik-baik tetapi tidak berhasil.
9.
Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka penggugat merasa rumah tangga antara penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka penggugat berkesimpulan lebih baik bercerai dengan tergugat
10. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka alasan dan dalil gugatan penggugat tersebut telah memenuhi maksud / tuntutan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI). Berdasarkan alasan - alasan tersebut di muka, penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur/Majelis Hakim untuk menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. 2. Menjatuhkan talak satu tergugat Saimurgan bin Karyosuwito, terhadap penggugat Anik Ekowati binti Salim 3. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku Atau apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil - adilnya. Demikian gugatan ini diajukan, selanjutnya penggugat mengucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum wr. Wb. Hormat Penggugat,
Anik Ekowati binti Salim