Selamat... | Poligami dalam al-Qur'an Copyright Ahda Bina
[email protected] http://ahdabina.staff.umm.ac.id/archives/137
Poligami dalam al-Qur'an Poligami merupakan kata bahasa Indonesia. Dalam bahasa Arab, poligami disebut dengan ﺍﻟﺰﻭﺟﺎﺕ ﺗﻌﺪﺩ. Poligami secara bahasa adalah sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan jenisnya di waktu yang bersamaan. Secara bahasa, poligami yang merupakan bahasa Indonesia ini bisa digunakan untuk seorang laki-laki yang memiliki lebih dari satu istri. Demikian pula, poligami juga bisa digunakan untuk seorang wanita yang memiliki lebih dari satu suami. Adapun sistem perkawinan yang membolehkan seorang pria memiliki beberapa wanita sebagai istrinya di waktu yang bersamaan disebut dengan poligini. Sedangkan poligami secara istilah yaitu seorang laki-laki beristri lebih dari satu orang perempuan dalam waktu yang sama. Jadi nampaknya telah terjadi penyempitan makna poligami. Poligami yang semula bermakna untuk laki-laki dan perempuan, menyempit untuk laki-laki saja. Boleh jadi hal ini karena secara fitrah manusia bisa menerima –atau paling tidak bisa memberikan toleransi pada- praktek poligami (atau poligini), tentu saja dengan syarat-syarat cukup ketat yang akan penulis jelaskan kemudian. Sementara poliandri tidaklah demikian. Sebagaimana juga akan penulis jelaskan kemudian. 1. Ayat, Sabab al-Nuzul dan Munasabah-nya Terdapat beberapa ayat al-Qur’an yang mengatur poligami. Berikut ayat-ayat tersebut penulis urutkan sesuai dengan tertib turunnya: a. Surat al-Nisa' (4) ayat 3 . ْﻭَﺇِﻥْ ﺧِﻔْﺘُﻢْ ﺃَﻻَّ ﺗُﻘْﺴِﻄُﻮﺍْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻴَﺘَﺎﻣَﻰ ﻓَﺎﻧﻜِﺤُﻮﺍْ ﻣَﺎ ﻃَﺎﺏَ ﻟَﻜُﻢ ﻣِّﻦَ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀ ﻣَﺜْﻨَﻰ ﻭَﺛُﻼَﺙَ ﻭَﺭُﺑَﺎﻉَ ﻓَﺈِﻥْ ﺧِﻔْﺘُﻢْ ﺃَﻻَّ ﺗَﻌْﺪِﻟُﻮﺍْ ﻓَﻮَﺍﺣِﺪَﺓً ﺃَﻭْ ﻣَﺎ ﻣَﻠَﻜَﺖْ ﺃَﻳْﻤَﺎﻧُﻜُﻢْ ﺫَﻟِﻚَ ﺃَﺩْﻧَﻰ ﺃَﻻَّ ﺗَﻌُﻮﻟُﻮﺍ
Sabab al-Nuzul ﻋَﻦْ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻬَﺎ ﺃَﻥَّ ﺭَﺟًُﻼ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻟَﻪُ ﻳَﺘِﻴﻤَﺔٌ ﻓَﻨَﻜَﺤَﻬَﺎ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﻟَﻬَﺎ ﻋَﺬْﻕٌ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﻳُﻤْﺴِﻜُﻬَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ ﻟَﻬَﺎ ﻣِﻦْ ﻧَﻔْﺴِﻪِ ﺷَﻴْءٌ ﻓَﻨَﺰَﻟَﺖْ ﻓِﻴﻪِ } ﻭَﺇِﻥْ ﺧِﻔْﺘُﻢْ ﺃَﻥْ َﻻ ﺗُﻘْﺴِﻄُﻮﺍ . ِ ﺃَﺣْﺴِﺒُﻪُ ﻗَﺎﻝَ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺷَﺮِﻳﻜَﺘَﻪُ ﻓِﻲ ﺫَﻟِﻚَ ﺍﻟْﻌَﺬْﻕِ ﻭَﻓِﻲ ﻣَﺎﻟِﻪ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻴَﺘَﺎﻣَﻰ ُ ﻓَﻘَﺎﻟَﺖْ ﻳَﺎ ﺍﺑْﻦَ ﺃُﺧْﺘِﻲ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟْﻴَﺘِﻴﻤَﺔُ ﺗَﻜُﻮﻥ ﻋَﻦْ ﺍﺑْﻦِ ﺷِﻬَﺎﺏٍ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﺧْﺒَﺮَﻧِﻲ ﻋُﺮْﻭَﺓُ ﺑْﻦُ ﺍﻟﺰُّﺑَﻴْﺮِ ﺃَﻧَّﻪُ ﺳَﺄَﻝَ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﻋَﻦْ ﻗَﻮْﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ } ﻭَﺇِﻥْ ﺧِﻔْﺘُﻢْ ﺃَﻥْ َﻻ ﺗُﻘْﺴِﻄُﻮﺍ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻴَﺘَﺎﻣَﻰ ﻓِﻲ ﺣَﺠْﺮِ ﻭَﻟِﻴِّﻬَﺎ ﺗَﺸْﺮَﻛُﻪُ ﻓِﻲ ﻣَﺎﻟِﻪِ ﻭَﻳُﻌْﺠِﺒُﻪُ ﻣَﺎﻟُﻬَﺎ ﻭَﺟَﻤَﺎﻟُﻬَﺎ ﻓَﻴُﺮِﻳﺪُ ﻭَﻟِﻴُّﻬَﺎ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﺰَﻭَّﺟَﻬَﺎ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺃَﻥْ ﻳُﻘْﺴِﻂَ ﻓِﻲ ﺻَﺪَﺍﻗِﻬَﺎ ﻓَﻴُﻌْﻄِﻴَﻬَﺎ ﻣِﺜْﻞَ ﻣَﺎ ﻳُﻌْﻄِﻴﻬَﺎ ﻏَﻴْﺮُﻩُ ﻓَﻨُﻬُﻮﺍ ﻋَﻦْ ﺃَﻥْ ﻳَﻨْﻜِﺤُﻮﻫُﻦَّ ﺇَِّﻻ َﺃَﻥْ ﻳُﻘْﺴِﻄُﻮﺍ ﻟَﻬُﻦَّ ﻭَﻳَﺒْﻠُﻐُﻮﺍ ﻟَﻬُﻦَّ ﺃَﻋْﻠَﻰ ﺳُﻨَّﺘِﻬِﻦَّ ﻓِﻲ ﺍﻟﺼَّﺪَﺍﻕِ ﻓَﺄُﻣِﺮُﻭﺍ ﺃَﻥْ ﻳَﻨْﻜِﺤُﻮﺍ ﻣَﺎ ﻃَﺎﺏَ ﻟَﻬُﻢْ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀِ ﺳِﻮَﺍﻫُﻦَّ ﻗَﺎﻝَ ﻋُﺮْﻭَﺓُ ﻗَﺎﻟَﺖْ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔُ ﻭَﺇِﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﺍﺳْﺘَﻔْﺘَﻮْﺍ ﺭَﺳُﻮﻝ ْ ﺭَﻏْﺒَﺔُ ﺃَﺣَﺪِﻛُﻢ َّ ﻗَﺎﻟَﺖْ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔُ ﻭَﻗَﻮْﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻓِﻲ ﺁﻳَﺔٍ ﺃُﺧْﺮَﻯ } ﻭَﺗَﺮْﻏَﺒُﻮﻥَ ﺃَﻥْ ﺗَﻨْﻜِﺤُﻮﻫُﻦ ِﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺑَﻌْﺪَ ﻫَﺬِﻩِ ﺍْﻵﻳَﺔِ ﻓَﺄَﻧْﺰَﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪُ } ﻭَﻳَﺴْﺘَﻔْﺘُﻮﻧَﻚَ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀ َّﻋَﻦْ ﻳَﺘِﻴﻤَﺘِﻪِ ﺣِﻴﻦَ ﺗَﻜُﻮﻥُ ﻗَﻠِﻴﻠَﺔَ ﺍﻟْﻤَﺎﻝِ ﻭَﺍﻟْﺠَﻤَﺎﻝِ ﻗَﺎﻟَﺖْ ﻓَﻨُﻬُﻮﺍ ﺃَﻥْ ﻳَﻨْﻜِﺤُﻮﺍ ﻋَﻦْ ﻣَﻦْ ﺭَﻏِﺒُﻮﺍ ﻓِﻲ ﻣَﺎﻟِﻪِ ﻭَﺟَﻤَﺎﻟِﻪِ ﻓِﻲ ﻳَﺘَﺎﻣَﻰ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀِ ﺇَِّﻻ ﺑِﺎﻟْﻘِﺴْﻂِ ﻣِﻦْ ﺃَﺟْﻞِ ﺭَﻏْﺒَﺘِﻬِﻢْ ﻋَﻨْﻬُﻦَّ ﺇِﺫَﺍ ﻛُﻦ . ِﻗَﻠِﻴَﻼﺕِ ﺍﻟْﻤَﺎﻝِ ﻭَﺍﻟْﺠَﻤَﺎﻝ Berdasarkan sabab nuzul di atas, seseorang dilarang untuk menikahi seorang perempuan yatim karena bertujuan hendak menguasai hartanya semata. Sikap yang demikian tentu jauh dari sifat adil yang diperintahkan, khususnya yang berhubungan dengan praktik poligami. Apabila demikian keadaannya, maka Allah telah memberikan jalan keluar kepada orang yang seperti itu untuk menikahi perempuan lain, sehingga ia terhindar dari sikap tidak adil.
Munasabah Ayat Dengan ayat sebelumnya: Pada ayat sebelumnya Allah Swt. memerintahkan kepada para wali anak yatim untuk bersikap amanah dalam menjaga harta mereka. Bila ada di antara para wali itu hendak menikahi anak yatim yang ada dalam asuhannya, baik sang wali menikahinya karena tertarik akan kecantikan maupun hartanya, Allah tidak melarangnya. Namun hendaknya para wali tetap berhati-hati dalam menjaga amanah yang telah dipikul sebelumnya (memberikan harta anak yatim itu). Apabila para wali itu khawatir tidak bisa melakukannya, maka Allah memberikan perintah kepada mereka untuk menikahi wanita yang lain saja. Berdasarkan munasabah ayat, perintah untuk menikah pada ayat ini bermakna boleh (al-amr ba‘d al-nahy li al-ibahah). Dengan ayat setelahnya: Pada ayat ke-5 Allah menegaskan kewajiban para suami untuk memberikan mahar kepada para istri yang dinikahinya. Dengan demikian, mahar adalah hak semua istri yang hendak dinikahi. Baik istri itu seorang anak yatim maupun bukan.
b. Surat al-Nisa' (4) Ayat 23 ُﺣُﺮِّﻣَﺖْ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺃُﻣَّﻬَﺎﺗُﻜُﻢْ ﻭَﺑَﻨَﺎﺗُﻜُﻢْ ﻭَﺃَﺧَﻮَﺍﺗُﻜُﻢْ ﻭَﻋَﻤَّﺎﺗُﻜُﻢْ ﻭَﺧَﺎﻻَﺗُﻜُﻢْ ﻭَﺑَﻨَﺎﺕُ ﺍﻷَﺥِ ﻭَﺑَﻨَﺎﺕُ ﺍﻷُﺧْﺖِ ﻭَﺃُﻣَّﻬَﺎﺗُﻜُﻢُ ﺍﻟﻼَّﺗِﻲ ﺃَﺭْﺿَﻌْﻨَﻜُﻢْ ﻭَﺃَﺧَﻮَﺍﺗُﻜُﻢ ﻣِّﻦَ ﺍﻟﺮَّﺿَﺎﻋَﺔِ ﻭَﺃُﻣَّﻬَﺎﺕُ ﻧِﺴَﺂﺋِﻜُﻢْ ﻭَﺭَﺑَﺎﺋِﺒُﻜُﻢ ْﺍﻟﻼَّﺗِﻲ ﻓِﻲ ﺣُﺠُﻮﺭِﻛُﻢ ﻣِّﻦ ﻧِّﺴَﺂﺋِﻜُﻢُ ﺍﻟﻼَّﺗِﻲ ﺩَﺧَﻠْﺘُﻢ ﺑِﻬِﻦَّ ﻓَﺈِﻥ ﻟَّﻢْ ﺗَﻜُﻮﻧُﻮﺍْ ﺩَﺧَﻠْﺘُﻢ ﺑِﻬِﻦَّ ﻓَﻼَ ﺟُﻨَﺎﺡَ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﻭَﺣَﻼَﺋِﻞُ ﺃَﺑْﻨَﺎﺋِﻜُﻢُ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻣِﻦْ ﺃَﺻْﻼَﺑِﻜُﻢْ ﻭَﺃَﻥ ﺗَﺠْﻤَﻌُﻮﺍْ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻷُﺧْﺘَﻴْﻦِ ﺇَﻻَّ ﻣَﺎ ﻗَﺪ . ﺳَﻠَﻒَ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠّﻪَ ﻛَﺎﻥَ ﻏَﻔُﻮﺭًﺍ ﺭَّﺣِﻴﻤًﺎ
Sabab al-Nuzul : ﻗﻠﺖ ﻟﻌﻄﺎﺀ: ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﺟﺮﻳﺞ ﻗﺎﻝ، ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺣﺠﺎﺝ: ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺍﻟﺤﺴﻴﻦ ﻗﺎﻝ: ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺍﻟﻘﺎﺳﻢ ﻗﺎﻝ ﻗﺎﻝ، ﺣﻴﻦ ﻧﻜﺢ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﺯَﻳْﺪ ﺑﻦ ﺣﺎﺭﺛﺔ، ﺃﻧﻬﺎ ﻧﺰﻟﺖ ﻓﻲ ﻣﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﻭﺍﷲ ﺃﻋﻠﻢ، ﻛﻨﺎ ﻧُﺤﺪَّﺙ: ﻗﺎﻝ، " " ﻭﺣﻼﺋﻞ ﺃﺑﻨﺎﺋﻜﻢ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻣﻦ ﺃﺻﻼﺑﻜﻢ: ﻗﻮﻟﻪ : ﻓﻨﺰﻟﺖ، ﺍﻟﻤﺸﺮﻛﻮﻥ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ . ( ْ ) ﻣَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻣُﺤَﻤَّﺪٌ ﺃَﺑَﺎ ﺃَﺣَﺪٍ ﻣِﻦْ ﺭِﺟَﺎﻟِﻜُﻢ: ﻭﻧﺰﻟﺖ، " ْ " ﻭَﻣَﺎ ﺟَﻌَﻞَ ﺃَﺩْﻋِﻴَﺎءَﻛُﻢْ ﺃَﺑْﻨَﺎءَﻛُﻢ: ﻭﻧﺰﻟﺖ، " " ﻭﺣﻼﺋﻞ ﺃﺑﻨﺎﺋﻜﻢ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻣﻦ ﺃﺻﻼﺑﻜﻢ Sabab al-nuzul ayat ini menjelaskan penghapusan hubungan antara anak angkat dan ayah angkatnya, termasuk dalam hal pernikahan. Ayat ini menyebutkan secara rinci siapa saja wanita yang tidak boleh dinikahi. Selain menjawab pergunjiingan
page 1 / 5
Selamat... | Poligami dalam al-Qur'an Copyright Ahda Bina
[email protected] http://ahdabina.staff.umm.ac.id/archives/137 yang dihembuskan oleh kaum musyrik, berkaitan dengan tema makalah ini, ayat ini menyebutkan bahwa di antara wanita yang dilarang untuk dimadu adalah dua orang wanita yang bersaudara.
Munasabah Ayat Dengan ayat sebelumnya: Secara tegas, pada ayat sebelumnya (22) Allah menyampaikan larangan kepada kaum muslim untuk menikahi wanita yang telah dinikahi oleh ayah mereka (ibu tiri). Hal itu ditegaskan pada ayat ini (23), yaitu dengan disebutnya ibu –baik ibu kandung maupun ibu sambung- pada permulaan ayat yang menjelaskan siapa saja wanita yang tidak boleh dinikahi. Dengan demikian, ayat 23 merupakan penegasan sekaligus keterangan tambahan bagi ayat 22. Dengan ayat setelahnya: Pada ayat setelahnya (24) Allah melanjutkan keterangan tentang siapa saja wanita yang tidak boleh dinikahi oleh kaum muslim. Sesungguhnya ayat 24 ini merupakan lanjutan ayat 23 sebagai satu kesatuan kalimat yang utuh.
c. Surat al-Nisa' (4) Ayat 129 . ﻭَﻟَﻦ ﺗَﺴْﺘَﻄِﻴﻌُﻮﺍْ ﺃَﻥ ﺗَﻌْﺪِﻟُﻮﺍْ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀ ﻭَﻟَﻮْ ﺣَﺮَﺻْﺘُﻢْ ﻓَﻼَ ﺗَﻤِﻴﻠُﻮﺍْ ﻛُﻞَّ ﺍﻟْﻤَﻴْﻞِ ﻓَﺘَﺬَﺭُﻭﻫَﺎ ﻛَﺎﻟْﻤُﻌَﻠَّﻘَﺔِ ﻭَﺇِﻥ ﺗُﺼْﻠِﺤُﻮﺍْ ﻭَﺗَﺘَّﻘُﻮﺍْ ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟﻠّﻪَ ﻛَﺎﻥَ ﻏَﻔُﻮﺭًﺍ ﺭَّﺣِﻴﻤًﺎ
Sabab al-Nuzul: " ﻧﺰﻟﺖ ﻫﺬﻩ ﺍﻻﻳﺔ " ﻭﻟﻦ ﺗﺴﺘﻄﻴﻌﻮﺍ ﺃﻥ ﺗﻌﺪﻟﻮﺍ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻭﻟﻮ ﺣﺮﺻﺘﻢ: ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﻋﻦ ﺣﺴﻴﻦ ﺑﻦ ﻋﻠﻲ ﻋﻦ ﺯﺍﺋﺪﺓ ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻌﺰﻳﺰ ﺑﻦ ﺭﻓﻴﻊ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻣﻠﻴﻜﺔ ﻗﺎﻝ .ﻓﻲ ﻋﺎﺋﺸﺔ " ﻭﻟﻦ ﺗﺴﺘﻄﻴﻌﻮﺍ ﺃﻥ: ﻧﺰﻟﺖ ﻫﺬﻩ ﺍﻵﻳﺔ: ﻗﺎﻝ، ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻣﻠﻴﻜﺔ، ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻌﺰﻳﺰ ﺑﻦ ﺭﻓﻴﻊ، ﻋﻦ ﺯﺍﺋﺪﺓ، ﺛﻨﺎ ﺣﺴﻴﻦ ﺍﻟﺠﻌﻔﻲ، ﺛﻨﺎ ﺍﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺷﻴﺒﺔ، ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮ ﺯﺭﻋﺔ ﻛﻤﺎ ﺟﺎﺀ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺍﻟﺬﻱ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﺣﻤﺪ ﻭﺃﻫﻞ، ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻛﺎﻥ ﻳﺤﺒﻬﺎ ﺃﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﻏﻴﺮﻫﺎ: ﻳﻌﻨﻲ . ﺗﻌﺪﻟﻮﺍ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻭﻟﻮ ﺣﺮﺻﺘﻢ " ﻓﻲ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﻛﺎﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻘﺴﻢ ﺑﻴﻦ ﻧﺴﺎﺋﻪ: ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﻗﺎﻟﺖ، ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺑﻦ ﻳﺰﻳﺪ، ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻗِﻼﺑﺔ، ﻋﻦ ﺃﻳﻮﺏ، ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺣﻤَّﺎﺩ ﺑﻦ ﺳﻠﻤﺔ، ﺍﻟﺴﻨﻦ . ﺍﻟﻘﻠﺐ: ﻓﻼ ﺗﻠﻤﻨﻲ ﻓﻴﻤﺎ ﺗﻤﻠﻚ ﻭﻻ ﺃﻣﻠﻚ" ﻳﻌﻨﻲ، "ﺍﻟﻠﻬﻢ ﻫﺬﺍ ﻗَﺴْﻤﻲ ﻓﻴﻤﺎ ﺃﻣﻠﻚ: ﺛﻢ ﻳﻘﻮﻝ،ﻓﻴﻌﺪﻝ Berdasarkan sabab nuzul tersebut, bisa dipahami bahwa makna adil di sini adalah masalah cinta dan hubungan seksual. Hal ini disebabkan dalam urusan cinta dan hubungan seksual, manusia memang selamanya tidak akan mampu adil. Adapun di luar dua urusan itu, seperti nafkah lahiriah dan sikap yang baik, seorang suami yang melakukan poligami wajib membaginya dengan adil.
Munasabah Ayat Dengan ayat sebelumnya Pada ayat ke-128 Allah memberikan penjelasan apa yang sebaiknya dilakukan seorang istri ketika mendapati suaminya mulai enggan mendekatinya, yaitu menggugurkan sebagian haknya sebagai istri. Kemudian pada ayat ke-129 ini Allah memberikan penjelasan kepada suami apa yang harus dilakukan ketika mulai merasakan hatinya condong kepada salah seorang istrinya, yaitu berlaku adil, minimal dalam hal yang bersifat dhahir. Dengan demikian antara ayat ke-128 dan 129 ini, Allah telah memberikan keseimbangan antara perilaku pasangan hidup berumah-tangga dalam menjaga keutuhan keluarga. Munasabah dalam ayat Ayat ini diakhiri dengan larangan: ِﻓَﻼَ ﺗَﻤِﻴﻠُﻮﺍْ ﻛُﻞَّ ﺍﻟْﻤَﻴْﻞ Allah memang telah memahami bahwa seorang suami memang tidak akan mampu berlaku adil adil kepada para istrinya dalam urusan cinta dan hubungan seksual. Namun demikian, hendaknya suami itu tidak melanjutkan ketidakadilan tersebut kepada urusan-urusan yang lain. Dengan ayat setelahnya: Pada ayat ke-130 Allah memberikan penjelasan, apabila suami-istri tidak lagi nyaman hidup bersama, dan tidak memperoleh jalan keluar dari permasalahan mereka, hendaknya keduanya tidak bersikap pesimis. Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masing dengan limpahan karunia-Nya. Berdasarkan munasabah ayat ini, memang secara kodrati manusia memiliki banyak kelemahan, termasuk ketidakmampuan manusia sebagai suami maupun istri untuk berlaku adil, bijaksana dan pengertian 100% di segala waktu, tempat dan sarana. Apabila suami istri itu memang tidak bisa mendapatkan jalan keluar atas ego masing-masing, maka Allah telah memahami keadaan mereka. Allah akan memberikan kemurahan-Nya pada mereka berdua. Tentu saja, asalkan mereka tetap memiliki etiked baik, yaitu tetap berkumpul atau berpisah untuk ridha Allah Ta‘ala.
2. Pembatasan Praktek Poligami Dalam Islam, izin melakukan poligami diberikan dengan pembatasan-pembatasan sebagai berikut: a. Pembatasan jumlah istri, yaitu empat orang. Surat al-Nisa’: 3. b. Akan sanggup berbuat adil kepada para istrinya. Surat al-Nisa’: 3. c. Tidak ada hubungan saudara antara istri yang telah ada dengan calon istri yang akan dinikahi. Surat al-Nisa’: 23. d. Bukan bibi atau keponakan dari istri yang telah ada. . ُ ﺭَﻭَﺍﻩُ ﺍﻟْﺠَﻤَﺎﻋَﺔ } ﻧَﻬَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺃَﻥْ ﺗُﻨْﻜَﺢَ ﺍﻟْﻤَﺮْﺃَﺓُ ﻋَﻠَﻰ ﻋَﻤَّﺘِﻬَﺎ ﺃَﻭْ ﺧَﺎﻟَﺘِﻬَﺎ: َﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﻗَﺎﻝ َ ﺭَﻭَﺍﻩُ ﺍﻟْﺠَﻤَﺎﻋَﺔُ ﺇَّﻻ ﺍﺑْﻦَ ﻣَﺎﺟَﻪْ ﻭَﺍﻟﺘِّﺮْﻣِﺬِﻱَّ ﻭَِﻷَﺣْﻤَﺪَ ﻭَﺍﻟْﺒُﺨَﺎﺭِﻱِّ ﻭَﺍﻟﺘِّﺮْﻣِﺬِﻱِّ ﻣِﻦْ ﺣَﺪِﻳﺚِ ﺟَﺎﺑِﺮٍ ﻣِﺜْﻞ } ﻧَﻬَﻰ ﺃَﻥْ ﻳُﺠْﻤَﻊَ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟْﻤَﺮْﺃَﺓِ ﻭَﻋَﻤَّﺘِﻬَﺎ ﻭَﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟْﻤَﺮْﺃَﺓِ ﻭَﺧَﺎﻟَﺘِﻬَﺎ: ٍﻭَﻓِﻲ ﺭِﻭَﺍﻳَﺔ
page 2 / 5
Selamat... | Poligami dalam al-Qur'an Copyright Ahda Bina
[email protected] http://ahdabina.staff.umm.ac.id/archives/137 . ِﺍﻟﻠَّﻔْﻆِ ﺍْﻷَﻭَّﻝ
3. Wanita yang dimaksud oleh ayat ke-3 al-Nisa’ Terdapat perbedaan pendapat dalam menentukan wanita mana yang dimaksud dalam ayat itu. Sebagian ulama menyatakan bahwa wanita mana saja tidak ada pembatasan tertentu dengan hubungan pemeliharaan anak yatim. Sebagian ulama yang lain menghendaki bahwa wanita itu adalah wanita yang berkaitan dengan persoalan anak yatim, bahkan haruslah ibu anak yatim itu.
4. Hukum Membagi Giliran untuk Para Istri Para ulama sepakat bahwa kaum muslim yang mempraktekkan poligami berkewajiban membagi giliran hari untuk para istri secara merata. Tetapi para ulama berbeda pendapat untuk pribadi Nabi Saw.
5. Hukum Menikah pada Firman Allah: ( ) ﻢُﻜَﻟ َﺎﺏَﻃ ﺎَﻣ ْﻮﺍُﺤِﺎﻧﻜَﻓ Para ulama berbeda pendapat mengenai makna perintah dalam surat al-Nisa’ ayat ke-4 itu: - Jumhur ulama berpendapat bahwa perintah itu bermakna diperbolehkan (li al-ibahah). Hal ini sama dengan perintah dalam ayat: . ْﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍْ ﻛُﻠُﻮﺍْ ﻣِﻦ ﻃَﻴِّﺒَﺎﺕِ ﻣَﺎ ﺭَﺯَﻗْﻨَﺎﻛُﻢ - Madzhab al-Zahiri berpendapat bahwa perintah itu bermakna diwajibkan. Karena makna perintah itu asalnya adalah wajib (al-amr li al-wujub). Tetapi pendapat ini dibantah dengan dasar ayat: ِﻭَﻣَﻦ ﻟَّﻢْ ﻳَﺴْﺘَﻄِﻊْ ﻣِﻨﻜُﻢْ ﻃَﻮْﻻً ﺃَﻥ ﻳَﻨﻜِﺢَ ﺍﻟْﻤُﺤْﺼَﻨَﺎﺕِ ﺍﻟْﻤُؤْﻣِﻨَﺎﺕِ ﻓَﻤِﻦ ﻣِّﺎ ﻣَﻠَﻜَﺖْ ﺃَﻳْﻤَﺎﻧُﻜُﻢ ﻣِّﻦ ﻓَﺘَﻴَﺎﺗِﻜُﻢُ ﺍﻟْﻤُؤْﻣِﻨَﺎﺕِ ﻭَﺍﻟﻠّﻪُ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺑِﺈِﻳﻤَﺎﻧِﻜُﻢْ ﺑَﻌْﻀُﻜُﻢ ﻣِّﻦ ﺑَﻌْﺾٍ ﻓَﺎﻧﻜِﺤُﻮﻫُﻦَّ ﺑِﺈِﺫْﻥ َﺃَﻫْﻠِﻬِﻦَّ ﻭَﺁﺗُﻮﻫُﻦَّ ﺃُﺟُﻮﺭَﻫُﻦَّ ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُﻭﻑِ ﻣُﺤْﺼَﻨَﺎﺕٍ ﻏَﻴْﺮَ ﻣُﺴَﺎﻓِﺤَﺎﺕٍ ﻭَﻻَ ﻣُﺘَّﺨِﺬَﺍﺕِ ﺃَﺧْﺪَﺍﻥٍ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺃُﺣْﺼِﻦَّ ﻓَﺈِﻥْ ﺃَﺗَﻴْﻦَ ﺑِﻔَﺎﺣِﺸَﺔٍ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻬِﻦَّ ﻧِﺼْﻒُ ﻣَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤُﺤْﺼَﻨَﺎﺕِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻌَﺬَﺍﺏِ ﺫَﻟِﻚ . ٌﻟِﻤَﻦْ ﺧَﺸِﻲَ ﺍﻟْﻌَﻨَﺖَ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻭَﺃَﻥ ﺗَﺼْﺒِﺮُﻭﺍْ ﺧَﻴْﺮٌ ﻟَّﻜُﻢْ ﻭَﺍﻟﻠّﻪُ ﻏَﻔُﻮﺭٌ ﺭَّﺣِﻴﻢ Dari ayat di atas bisa dipahami, bahwa apabila seseorang tidak mampu menikahi seorang wanita yang merdeka, ia diperbolehkan untuk menikahi seorang budak dengan meminta izin terlebih dahulu kepada majikannya, dan tetap memberikan mahar sebagaimana menikahi seorang wanita merdeka. Namun dijelaskan pada akhir ayat, bahwa orang yang mampu menahan diri untuk tidak menikahi seorang budak adalah lebih baik baginya.
6. Makna Mufradat pada Firman Allah: ( ) َﺎﻉَﺑُﺭَﻭ َﺙَﻼُﺛَﻭ ﻰَﻨْﺜَﻣ Para ulama bersepakat bahwa makna kata mathna, thulath dan ruba‘ bermakna bilangan, yang berarti dua-dua, tiga-tiga dan empat-empat. Perintah ini ditujukan kepada banyak orang. Hal ini seperti kalimat perintah, “Bagilah uang sejumlah seribu dirham ini dua dirham-dua dirham, tiga-tiga dan empat-empat.” Maksud orang yang memberi perintah itu adalah uang itu hendaknya dibagi dua dirham-dirham, tiga dirham-tiga dirham, dan empat dirham-empat dirham. Kata “wa” di sini berarti “atau” yang menunjukkan pilihan. Seandainya perintahnya berbunyi, “Bagilah uang itu dua dirham-dua dirham, atau tiga-tiga, atau empat-empat.” Maka tidak ada pilihan bahwa uang itu harus dibagi dengan salah satu dari ketiganya: dua-dua, tiga-tiga, atau empat-empat. Seorang laki-laki dalam perkawinan poligami paling banyak mengawini empat orang dan tidak boleh lebih dari itu, kecuali bila salah seorang dari istrinya yang berempat itu telah diceraikannya dan habis pula masa iddahnya. Ayat ke-3 itu menasakh hukum yang berlaku pada masa jahiliyah. Dimana pembatasan poligami dalam ayat di atas dikuatkan oleh hadith: » ُّ ﻗَﺎﻝَ ﻟِﺮَﺟُﻞٍ ﻣِﻦْ ﺛَﻘِﻴﻒٍ ﺃَﺳْﻠَﻢَ ﻭَﻋِﻨْﺪَﻩُ ﻋَﺸْﺮُ ﻧِﺴْﻮَﺓٍ ﺣِﻴﻦَ ﺃَﺳْﻠَﻢَ ﺍﻟﺜَّﻘَﻔِﻰ-ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ- ِﻭَﺣَﺪَّﺛَﻨِﻰ ﻳَﺤْﻴَﻰ ﻋَﻦْ ﻣَﺎﻟِﻚٍ ﻋَﻦِ ﺍﺑْﻦِ ﺷِﻬَﺎﺏٍ ﺃَﻧَّﻪُ ﻗَﺎﻝَ ﺑَﻠَﻐَﻨِﻰ ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪ .« َّﺃَﻣْﺴِﻚْ ﻣِﻨْﻬُﻦَّ ﺃَﺭْﺑَﻌًﺎ ﻭَﻓَﺎﺭِﻕْ ﺳَﺎﺋِﺮَﻫُﻦ . ﻗﻮﻝ ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻟﻐﻴﻼﻥ ﺑﻦ ﺳﻠﻤﺔ ﺣﻴﻦ ﺃﺳﻠﻢ ﻭﺗﺤﺘﻪ ﻋﺸﺮ ﻧﺴﻮﺓ ﺃﻣﺴﻚ ﺃﺭﺑﻌﺎ ﻭﻓﺎﺭﻕ ﺳﺎﺋﺮﻫﻦ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ
7. Makna Firman Allah: ( ) ﺧﻔﺘﻢ ﻭﺇﻥ Ada kalanya yang ditakutkan itu bisa diketahui secara pasti, namun juga bisa tidak diketahui secara pasti. Oleh karena itu para ulama berbeda pendapat tentang makna kata wa in khiftum dalam ayat itu. Pertama bermakna yakin (ayqantum) dan kedua menduga (zanantum). Dengan kata lain, ia bermakna takut (al-khashyah) dan mengetahui (al-‘ilm) .
8. Makna “Adil” dalam Berpoligami -ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ- ِّﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪُ ﺑْﻦُ ﺑَﺸَّﺎﺭٍ ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺑْﻦُ ﻣَﻬْﺪِﻯٍّ ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻫَﻤَّﺎﻡٌ ﻋَﻦْ ﻗَﺘَﺎﺩَﺓَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﻀْﺮِ ﺑْﻦِ ﺃَﻧَﺲٍ ﻋَﻦْ ﺑَﺸِﻴﺮِ ﺑْﻦِ ﻧَﻬِﻴﻚٍ ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻰ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰ .« ٌﻗَﺎﻝَ » ﺇِﺫَﺍ ﻛَﺎﻥَ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞِ ﺍﻣْﺮَﺃَﺗَﺎﻥِ ﻓَﻠَﻢْ ﻳَﻌْﺪِﻝْ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻤَﺎ ﺟَﺎﺀَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻭَﺷِﻘُّﻪُ ﺳَﺎﻗِﻂ Masyarakat awam yang tidak menyukai poligami mengira bahwa makna adil dalam ayat ke-3 di atas adalah adil dalam segala hal, baik yang bersifat lahiriyah maupun batiniyah. Menurut mereka, perkiraan mereka itu ditegaskan pada ayat ke-129. Sehingga mereka berani mengatakan –tanpa ilmu- bahwa poligami itu sebenarnya haram. Tentu saja pendapat mereka ini adalah keliru sama sekali. Dan orang yang berpendapat demikian dapat disebut sebagai salah satu contoh dari istilah jahil murakkab, orang yang tidak tahu bahwa sebenarnya dirinya tidak tahu.
page 3 / 5
Selamat... | Poligami dalam al-Qur'an Copyright Ahda Bina
[email protected] http://ahdabina.staff.umm.ac.id/archives/137 Adil yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah adil dalam urusan selain cinta dan hubungan seksual. Maksudnya bahwa memang seorang suami tidak akan mampu membagi cinta dan ketertarikan seksual kepada para istrinya. Hal ini disebabkan keadaan para istri –baik lahir maupun batin, fisik maupun non-fisik- memang tidak sama. Ada istri yang cerewet, atau pendiam. Ada yang ceria, atau muram. Ada yang sabar, atau pemarah. Tentu saja, ada yang cantik atau tidak. Semua itu mempengaruhi sikap suami kepada mereka. Waktu ini setiap negara yang menetapkan Undang-undang Perkawinan bagi umat Islam dapat mengembangkan syarat adil itu dalam bentuk mempersempit terjadinya poligami dengan syarat yang lebih berat, seperti: kemampuan membelanjai semua istrinya yang dibuktikan dengan bukti penghasilan dalam setahun atau sebulan misalnya.
9. Hukum Berpoligami Setelah memaparkan banyaknya hadith yang memberikan penjelasan tentang beberapa hal berikut: - keutamaan menikah - keutamaan istri shalihah - contoh yang diberikan Nabi Saw. - keutamaan memiliki banyak anak - keutamaan anak shalih - menikah sebagai sarana beribadah Mustafa al-‘Adawi memberikan komentar, bahwa berpoligami hukumnya adalah sunnah, dengan syarat: - dapat berlaku adil kepada para istrinya - tidak melalaikan kewajiban-kewajibannya kepada Allah - mampu memenuhi kebutuhan –biologis dan materi- para istrinya.
10. Poligami dalam Syariat Para Nabi Sebelum Nabi Muhammad Saw. Orang-orang Yahudi memperbolehkan seorang suami melakukan poligami apabila ternyata istrinya yang pertama mandul. Nabi Ibrahim memadu Sarah dengan Hajar, setelah ternyata Sarah tidak bisa memberikan keturunan. Nabi Ya’qub memadu Rahil dengan Yalha’. Sedangkan orang-orang Nasrani telah memperbolehkan poligami dengan keluarnya keputusan pada tahun 650 M karena sedikitnya jumlah laki-laki. Dan siapa saja yang menelaah Kitab Injil tidak akan menemukan dasar dilarangnya poligami. Dalam Islam kita mengenal para nabi yang memili banyak istri yang berjumlah hingga ratusan orang, seperti Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman disebutkan dalam Taurat memiliki 700 istri dari kalangan wanita merdeka dan 300 istri dari hamba sahaya.
11. Poligami dalam Peradaban Selain Islam Masyarakat Cina telah lama mengenal poligami. Mereka menjadikan istri pertama sebagai kepala rumah tangga. Apabila suami meninggal, maka para istri akan membakar diri sebagai tanda kesetiaan dan suami bisa istirahat dengan tenang. Masyarakat Afrika amat dekat dengan praktek poligami. Hampir tidak ada laki keluarga tanpa poligami. Bahkan para istri akan bergembira apabila suaminya menikah lagi, karena mereka akan memperoleh teman dalam menyelesaikan tugas harian. Sementara para suami memerlukan istri yang banyak mengingat angka kematian bayi sangat tinggi, baik karena menjadi korban penyakit, kelaparan, maupun dimangsa oleh binantang buas. Demikian pula halnya masyarakat Arab. Para lelaki meperbanyak jumlah istri sebagai kebanggaan dengan jumlah anak, yang akah membantu mereka dalam menghadapi masa-masa sulit. Selain itu, dengan banyak istri, juga berarti banyak kerabat yang akan membantu mereka dalam peperangan. ‘Abd al-Muttalib memiliki enam orang istri, demikian pula Abu Sufyan b. Harb dan Sofwan b. Umayyah. Sementara alMughirah b. Syu’bah beristri tujuh puluh orang.
12. Meminta Cerai karena Dimadu Seorang istri tidak dibenarkan meminta cerai kepada suaminya karena semata-mata telah dimadu. . ِﻋَﻦْ ﺛَﻮْﺑَﺎﻥَ ﻗَﺎﻝَ ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺃَﻳُّﻤَﺎ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓٍ ﺳَﺄَﻟَﺖْ ﺯَﻭْﺟَﻬَﺎ ﺍﻟﻄََّﻼﻕَ ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﻣَﺎ ﺑَﺄْﺱٍ ﻓَﺤَﺮَﺍﻡٌ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﺭَﺍﺋِﺤَﺔُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔ Selama seorang laki-laki mampu berlaku adil pada istri-istrinya, maka istri laki-laki itu tidak diperkenankan meminta cerai. Kecuali terdapat masalah lain yang membenarkan permintaan cerai itu, misalnya kekerasan dalam rumah tangga yang membahayakan keselamatan jiwanya.
13. Izin Istri Yang Telah Ada Sebelum Berpoligami Tidak ada satu pun ayat al-Qur’an maupun hadith yang secara tegas (sarih) memberikan perintah kepada suami yang hendak berpoligami untuk meminta izin kepada istri yang telah ada. Namun dalam hal ini negara telah memberikan aturan-aturan tambahan untuk mengantisipasi permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul, termasuk aturan meminta izin ini. Hal ini diatur oleh pasal 5 Undang-undang No. 1 Tahun 1974, yaitu: adanya persetujuan istri. Dalam hal istri tidak mau memberikan persetujuan, Pengadilan Agama dapat menetapkan tentang pemberian izin setelah memeriksa dan mendengar istri yang bersangkutan di persidangan Pengadilan Agama, dan terhadap penetapan ini istri atau suami dapat mengajukan banding atau kasasi.
page 4 / 5
Selamat... | Poligami dalam al-Qur'an Copyright Ahda Bina
[email protected] http://ahdabina.staff.umm.ac.id/archives/137 Oleh karena itu pencegahan perkawinan dapat dilakukan oleh suami atau istri yang masih terikat dalam perkawinan dengan salah seorang calon istri atau calon suami yang akan melangsungkan perkawinan.
14. Ancaman bagi Suami yang Tidak Berlaku Adil Kepada para suami yang mempraktikkan poligami, namun tidak berlaku adil kepada para istrinya, Rasulullah memberikan peringatan sebagai berikut: .« ٌ ﻗَﺎﻝَ » ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻟَﻪُ ﺍﻣْﺮَﺃَﺗَﺎﻥِ ﻓَﻤَﺎﻝَ ﺇِﻟَﻰ ﺇِﺣْﺪَﺍﻫُﻤَﺎ ﺟَﺎﺀَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻭَﺷِﻘُّﻪُ ﻣَﺎﺋِﻞ-ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ- ِّﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻰ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰ
15. Pesan tentang Praktek Berpoligami Imam al-Bukhari meriwayatkan dari ‘Aishah, bahwa ia mengatakan: َﻛَﺎﻥَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺇِﺫَﺍ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺳَﻔَﺮًﺍ ﺃَﻗْﺮَﻉَ ﺑَﻴْﻦَ ﻧِﺴَﺎﺋِﻪِ ﻓَﺄَﻳَّﺘُﻬُﻦَّ ﺧَﺮَﺝَ ﺳَﻬْﻤُﻬَﺎ ﺧَﺮَﺝَ ﺑِﻬَﺎ ﻣَﻌَﻪُ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﻳَﻘْﺴِﻢُ ﻟِﻜُﻞِّ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓٍ ﻣِﻨْﻬُﻦَّ ﻳَﻮْﻣَﻬَﺎ ﻭَﻟَﻴْﻠَﺘَﻬَﺎ ﻏَﻴْﺮَ ﺃَﻥَّ ﺳَﻮْﺩَﺓ . َﺑِﻨْﺖَ ﺯَﻣْﻌَﺔَ ﻭَﻫَﺒَﺖْ ﻳَﻮْﻣَﻬَﺎ ﻭَﻟَﻴْﻠَﺘَﻬَﺎ ﻟِﻌَﺎﺋِﺸَﺔَ ﺯَﻭْﺝِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺗَﺒْﺘَﻐِﻲ ﺑِﺬَﻟِﻚَ ﺭِﺿَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢ Jabir bin Zaid berkata, “Aku mempunyai dua orang istri dan aku berlaku adil di antara keduanya, hingga dalam masalah ciuman.” Mujahid berkata, “Mereka menganjurkan suapa berbuat adil di antara para istri, hingga dalam masalah wewangian.” Ibn Sirin berkata, “Makruh suami berwudhu di rumah salah seorang istrinya, tetapi tidak melakukan hal yang sama di rumah istrinya yang lain.”
16. Hikmah Disyariatkannya Poligami Agama Islam mengedepankan kepentingan umum (maslahah ‘ammah) atas kepentingan pribadi (maslahah khassah). Termasuk kepentingan umum dalam hal ini adalah diperbolehkannya poligami. Seandainya Islam tidak memperbolehkan poligami, maka pasti akan banyak anak-anak hasil perzinahan. Seperti yang sekarang terjadi di sekitar kita. Jumlah perempuan di mana pun lebih banyak dibandingkan jumlah laki-laki. Para perempuan itu menghadapi beberapa pilihan, yaitu: dibiarkan perawan sampai mati, menjadi istri simpanan yang memiliki hak jauh di bawah istri pertama, menjadi pelacur, atau dinikahi secara baik-baik dan memperoleh hak yang sama dengan istri pertama.
page 5 / 5