KONTSTRUKSI BUDAYA MAPALUS DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT MINAHASA
Juliana Lumintang
ABSTRACT Long-term goal of this research is to inventory the mapalus culture in public life in order to preserve local culture in the District of North Langowan Minahasa Regency. Specific target in this study known types mapalus culture in a society that is still going on in the social activities of the community as well as the perceived benefits of the public against the mapalus activities. The data collected in this study are primary data and secondary data. The primary data were taken, among others, by (1) Interviews with respondents who are members of the group mapalus; (2) In-depth interviews to key informants such as mapalus group leaders, village elders, community leaders, religious leaders and local government officials; (3) Observations participate for 5 days in each village. While secondary data obtained from government and non-government agencies with library research methods and literature. Based on the above results it can be concluded that mapalus or commonly known as' helping the county Minahasa terkonstruks strongly and become lifestyle Minahasa community itself. With the passage of time, the development of mapalus the previous form of agricultural labor has been replaced mapalus denganjenis other mapalus namely mapalus grief and mapalus marriage. Of the second kind is a very strong mapalus is mapalus grief caused grief events can not be predicted when it would happen so that a sense of responsibility and awareness of the whole society is higher. Keywords: Culture Mapalus
interaksi
PENDAHULUAN Masyarakat
Indonesia
adalah
yang
terus
menerus
akan
menghasilkan suatu kesepakatan bersama.
masyarakat yang terus berkembang. Hal ini
Berger (1991) menyatakan bahwa
sejalan dengan perkembangan pembangunan
konstruksi sosial merupakan produk manusia
di Indonesia dan modernisasi yang terjadi
yang berlangsung terus menerus sebagai
terus menerus di berbagai aspek kehidupan
keharusan antropologis yang berasal dari
yang
biologis manusia. Konstruksi sosial itu
diartikan
sebagai
suatu
proses
perubahan sosial. Dan hal ini tidak lepas dari
bermula
apa
pencurahan kedirian manusia secara terus
yang
telah
terkonstruksi
dalam
kehidupan masyarakat itu sendiri. Pada
dasarnya
lihat
ketika
manusia
seseorang
eksternalisasi,
yakni;
menems ke dalam dunia, baik dalam aktivitas fisik maupun mentalnya.
telah
melakukan konstruksi sosial. Semua ini bisa kita
dari
Konstruksi sosial menjadi realitas
melakukan
kehidupan
sehari-hari
pada
pokoknya
interaksi dengan orang lain, pada proses
merupakan realitas sosial yang bersifat khas
interaksi
(contohnya budaya, sehingga individu tak
tersebut
masing-rnasing
pihak
berusaha untuk mempengaruhi orang lainagar
mungkin
mempercayai ucapannya. Melalui proses
totalitas yang teratur-terikat struktur ruang
73
untuk
mengabaikannya),
dan
dan
waktu,
dan
obyek-obyek
yang
kenyataan obyektif dimana individu harus
menyertainya (Samuel 1993)
menyesuaikan dirinya (Anonimous 2010).
Kehidupan sehari-hari menampilkan realitas
objektif
individu,
atau
yang
ditafsirkan
memiliki
Sesuatu yang dikonstruksikan secara
oleh
sosial
makna-makna
adalah
berdasarkan
sesuatu
yang
dibangun
dan
interaksi
komunikasi
subjektif. Di sisi lain, kehidupan sehari-hari
berdasarkan individu. Konstruksi social dapat
merupakan silatu dunia yang berasal dari
disepakati secara sanar maupun tidak sadar
pikiran-pikiran
tindakan-tindakan
oleh masing-masing individu, yang kemudian
individu, dan dipelihara sebagai ’yang nyata’
diturunkan dari generasi ke generasi yang
oleh pikiran dan tindakan itu. Dasar-dasar
secara terus menerus berkembang dalam
pengetahuan tersebut diperoleh melalui obj
suatu masyarakat yang membentuk suatu
ektivasi dari proses-proses
kebudayaan yang tidak bisa dipisahkan dari
dan
(dan makna-
makna) subjektif yang membentuk dunia akal-sehat
inte-rsubjektif
(Berger
aktivitas sebagai Manusia.
dan
Di zaman orde lama dan baru yang
Luckman 1990 ).
membudaya
adalah
perilaku
yang
Sehingga dapat didefinisikan, sesuatu
digolongkan sebagai bentuk gotong royong
yang dikonstruksikan secara sosial adalah
yang merupakan latar belakang dari aktivitas
sesuatu
tolong menolong dan bantu membantu antara
yang
di
bangun
berdasarkan
komunikasi dan interaksi antar individu
individu
melalui pembuatan signifikasi oleh manusia
kelompok masyarakat. Sedangkan di daerah
melalui bahasa yang kemudian diturunkan
Minahasa kegiatan gotong royong yang
dari generasi ke generasi yang secara terus
dilatar belakangi oleh tolong menolong ini
menerus
lebih
berkembang
dalam
suatu
dengan
dikenal
individu
dengan
dalam
sebutan
suatu
budaya
masyarakat yang kemudian membentuk suatu
mapalus. Mapalus adalah bentuk solidaritas
kebudayaan yang tidak bisa dipisahkan dari
masyarakat
aktivitas sebagai Manusia.
berkembang sebagai pola perilaku tradisi
Hal ini yang pada akhirnya akan membentuk
struktur
dalam
agraris
Minahasa
yang
yang diwariskan secara turun temumn yang
masyarakat
terus berkembang dari generasi ke generasi
seperti, norma, etika, sistem dan lain-lain.
secara terus menerus.
Stmkmr sosial atau institusi merupakan
Berdasarkan
observasi
yang
bentuk atau pola yang sudah mapan yang
dilakukan di Kecamatan Langowan Utara,
diikuti
Kabupaten
oleh
kalangan
luas
di
dalam
Minahasa,
kegiatan
gotong
masyarakat. Akibatnya institusi atau strukmr
royong atau tolong menolong yang dikenal
sosial
dengan
itu
mungkin
kelihatan
mengkonfrontasikan individu sebagai suatu
Mapalus
masih
dapat
dilihat
keberadaanya. Konstruksi budaya mapalus yang tercipta di Kecamatan Langowan Utara,
74
Kabupaten Minahasa ini pada dasarnya
Dan uraian di atas, maka peneliti
dibangun atas keterikatan satu sama lain,
tertarik untuk mengetahui tentang Konstruksi
berdasarkan relasi sosial yaitu antara lain
budaya mapalus yang terbentuk dalam
ikatan keluarga, ikatan kesatuan, kedekatan
kehidupan
geografis serta ikatan kesamaan kepercayaan
Langowan Utara, Kabupaten Minahasa .
masyarakat
di
Kecamatan
yang nyata dilaksanakan dalam aktivitas METODOLOGI PENELITIAN
masyarakat. Budaya
mapalus
yang
Metode Penelitian
telah
Penelitian ini merupakan penelitian
terkonstruksi secara sosial di kalangan
studi kasus. Untuk pengambilan data primer
masyarakat Kecamatan Langowan Utara,
yaitu
Kabupaten Minahasa ini, telah dilakukan
wawancara
secara turun temurun dari generasi ke
Desa
yang
Metode Pengambilan Sampel
mapalus.
Data adalah
budaya
pada
Minahasa
turut
mengambil bagian atau berpartisipasi dalam
Mapalus
berpedoman
Kecamatan Langowan Utara, Kabupaten
masyarakat, yang masih mendapat respon warga
langsung
teknik
diperoleh dari instansi terkait seperti Kantor
asli yang merupakan wadah pemersatu bagi
dari
menggunakan
kuisioner, sedangkan untuk data sekunder
generasi sebagai salah satu warisan budaya
positif
dengan
yang
anggota
primer
dikumpulkan
kelompok
mapalus,
dari tokoh
merupakan penjabaran dari falsafah Sitou
masyarakat, tua-tua kampung, aparat desa,
Timou Tomou Tou ialah suatu aktivitas
dan ketua kelompok mapalus. Data primer
kehidupan masyarakat dengan sifat gotong
dikumpulkan dengan metode ;
royong (kerja-sama) dan telah melekat pada
1. Wawancara
terstruktur
dengan
kuisioner
kepada
setiap insan putra-putri masyarakat suku
menggunakan
Minahasa. Kata dasar Mapalus ialah palus
responden. Yang menjadi responden
yang antara lain artinya menuangkan dan
dalam penelitian ini adalah anggota
mengerahkan,
kelompok
sehingga
Mapalus
mapalus
di 7 Desa
di
mengandung makna suatu sikap dan tindakan
Kecamatan Langowan Utara Kabupaten
yang
Minahasa.
didasarkan
keharusan menghimpun
pada
untuk
kesadaran
beraktivitas
(mempersatukan)
akan dengan
Pemilihan
responden
menggunakan tehnik snowball
daya
2. Wawancara mendalam digunakan untuk
(kekuatan dan kepandaian) setiap personil
mengumpulkan
masyarakat untuk memperoleh suatu hasil
sejarah desa, perilaku dan karakter
yang optimal sesuai tujuan yang telah
masyarakat
disepakati sebelumnya (Sumual 1995)
budaya mapalus terkonstruksi dalam kehidupan
75
informasi
mengenai
masyarakat
mengenai
bagaimana
dan
lain
sebagainya. Wawancara mendalam ini
HASIL PEMBAHASAN
dilakukan pada cerdik pandai, tokoh Jenis- Jenis Kegiatan Mapalus
masyarakat, tua-tua kampung, dan ketua
Mapalus
kelompok mapalus
yang
menjadi
kehidupan masyarakat dengan sifat gotong royong atau kerja-sama dan telah melekat
subyek penelitian serta makna dari Terdapat
metodologis,
dua
kenapa
pada orangl masyarakat yang berada di suku
alasan
Minahasa.
peneliti
Budaya
menggunakan tehnik pengumpulan data
karena besarnya kesadaran warga desa akan
dan
pentingnya budaya mapalus yang menjadi
memaknai dunia beserta ragam peristiwa dan
gejala
social
identitas diri dari masyarat itu sendiri. Dan
didalamnya
pada pfinsipnya mapalus terbentuk dengan
sebagaimana tineliti melihat, merasakan
tujuan untuk saling bantu membantu afau
dan memaknai. Kedua, pengamatan memungkinnya pengetahuan
tolong
pembentukan secara
bersama
Kabupaten
aktivitas masyarakat desa. Hal ini disebabkan
Pertama, pengamatan memungkinkan merasakan,
di
melekat dan tidak bisa di pisahkan dari
1989:138 dalam Sitorus, 1998).
melihat,
mapalus
Minahasa merupakan budaya yang sudah
pengamatan berperanserta (Moleong,
peneliti
yang
Timou Tomou Tou ialah suatu aktivitas
subyek
penelitian untuk memahami keseharian
tindakannya.
budaya
merupakan penjabaran dari falsafah Sitou
3. Pengamatan berperan serta terhadap masyarakat
adalah
menolong
dan
meningkatkan
persatuan serta kesejahteraan masyarakat.
oleh
Aturan
peneliti dan diteliti (intersubyektivitas).
dalam
mapalus
kerja
pertanian antara lain, yaitu wajib hadir dalam aktivitas
Analisis dan Interpretasi Data
kerja
pertanian
yang
telah
Berbagai data yang diperoleh, baik
dijadwalkan, bekerja sampai waktu yang
data primer maupun data sekunder, dianalisis
ditentukan. Jika ada yang tidak memenuhi
dengan menggunakan metode analisis data
kewajibannya sebagai anggota mapalus
kualitatif.
kerja akan diberikan sanksi sesuai dengan kebijakan dari ketua mapalus yang
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian
ini
disepakati anggotanya. Contoh sanksi yang
dilaksanakan
di
diberikan adalah jika anggota tidak bisa hadir
Kecamatan Langowan Kabupaten Minahasa
tanpa alasan yang jelas biasanya orang
selama 6 bulan sejak disetujuinya proposal penelitian
ini
mulai
dari
tersebut di kucilkan dari masyarakat, tidak
persiapan,
diikutsertakan
pengumpulan data, wawancara mendalam,
mapalus
hingga penyusunan laporan hasil penelitian.
dianggap
76
di
pada kelompok
tidak
mampu
kegiatan-kegiatan lainnya
karena
membayarnya.
Sedangkan jika ketidakhadiran karena alasan
dalam acara perkawinan atau lebih dikenal
sakit, orang tersebut diharuskan membayar
dengan kerukunan pesta hanya diikuti oleh
sejumlah uang yang telah ditentukan bersama
sebagian masyarakat karena hanya didorong
atau mencari orang yang bisa menggantikan
oleh
pekeriaannva
hubungan keluarga yang mengikat.
(biasanva
digantikan
oleh
kedekatan
hubungan
darah
atau
anggota keluarga). Keikutsertaan Masyarakat Kegiatan Mapalus
Hasil penelitian terungkap bahwa, mapalus pada awal mulanya hanya di bidang pertanian
saja
(sesuai
aktivitas
Partisipasi
hidup
kegiatan
mapalus
dalam
masyarakat sangat
dalam
tinggi
karena
masyarakat yang adalah petani), dimana saat
masyarakat sangat menyadari manfaat yang
itu belum ada buruh tani sehingga pekerjaan
mereka peroleh dengan ikut sebagai anggota
lahan pertanian harus digarap oleh petani
mapalus. Terutama pada mapalus kedukaan.
pemilik. Dalam aktivitas mapalus tani ini,
Pada mapalus kedukaan ini biasanya
seorang pemimpin harus matu’ur (yang
seluruh
meneladani di depan) serta mempertunjukkan
seluruh aturan yang ada. Aturan yang
kemampuan dan rasa tanggung-jawab. Hal
dimaksud sini adalah kewajiban seluruh
ini di tunjukkan dengan jam kerja yang
anggota setiap kali terjadi peristiwa duka
sangat ketat, di mulai dari jam 06.00 pagi dan
pada keluarga yang tergabung dalam mapalus
selesai pada jam 17.00 sore. Berangkat
duka. Aturan yang ada dalam mapalus duka
bersama-sama dan pulang bersama-sama
antara lain, membawa iuran wajib Rp. 5.000,
pula.
dan 1 Liter Beras. Seluruh uang dan betas Berkembangnya
waktu,
masyarakat
(100%)
mematuhi
mapalus
yang terkumpul akan diserahkan seluruhkan
mulai mengalami perubahan. Mapalus bukan
kepada keluarga yang berduka. Tetapi aturan
hanya pada aktivitas penanian tetapi juga
tersebut
berkembang pada aktivitas seperti kematian
masing kelompok mapalus. Ada juga yang
dengan rangkaian upacara perkabungan dan
membawa bahan makanan, kopi, gula dan
pada acara sukacita seperti perkawinan.
lain sebagainya yang telah ditentukan.
Mapalus kedukaan yang berkembang di
Minahasa
masing-
Bahkan di sebagian besar desa yang di Langowan Utara kelompok-kelompok
desa,
mapalus ini sudah memiliki aset yang besar,
kemkunan desa antar jaga, dan kerukunan
berupa gedung bangunan permanen, tenda
atas
sepeni
besi, bangku, seng, bambu, perlengkapan
Tulangow,
masak (belanga, dandang, belanga goreng)
Kerukunan keluarga besar Makarawung, lain
dalam ukuran besar, perlengkapan makan
sebagainya, 100% diikuti oleh seluruh kepala
(piring, sendok, garpu dan gelas), kursi
keluarga/penduduk desa. Sedangkan mapalus
plastik napoli, tempat tidur jenazah, taplak
baik
sejumlah
kerukunan
dalam
menurut
bentuk
kerukunan
dikemas
berbeda-beda
kerukunan
keluarga
keluarga
duka
besar,
besar
77
meja
besar
dan
seluruh
perlengkapan
seperti
dekorasi duka yang dibutuhkan keluarga
perkawinan
dan
acara
sukacita
lainnya.
yang berduka.
Budaya
Pada dasarnya setiap anggota sadar
mapalus
yang
telah
terkonstruksi secara sosial di kalangan
beml akan apa yang sudah menjadi aturan
masyarakat
Minahasa,
khususnya
di
yang ada pada mapalus dalam bentuk
Kecamatan Langowan Utara telah dilakukan
kerukunan duka, yang juga disebabkan
secara turun temurun dari generasi ke
peristiwa duka tidak dapat di prediksi kapan
generasi sebagai salah satu warisan budaya
akan terjadi sehingga rasa tanggung jawab
asli orang Minahasa yang dianggap sebagai
dan kepedulian anggota lebih tinggi. Mapalus
wadah pemersatu bagi masyarakat, yang
duka memiliki administrasi yang tergolong
masih cukup mendapat respon positif dari
baik sehingga jalannya mapalus duka ini
warga Desa yang tumt mengambil bagian
terkoordinjr dengan baik dan seluruh fasilitas
atau berpartisipasi dalam mapalus.
kelompok dapat dimanfaatkan oleh anggota
Mapalus sendiri bertujuan selain
secara gratis. Hal ini sangat membantu bagi
untuk lebih mensejahterahkan anggotanya
keluarga
juga untuk mempertahankan identitas dari
yang
kena
musibah
dengan
‘kedukaan’.
orang-orang minahasa yang sejak idulu
Sedangkan
pada
acara
dikenal dengan orang-orang yang memiliki
perkawinan atau mapalus pesta biasanya
rasa solidaritas atau kepedulian yang tinggi
hanya
berdasarkan
satu dengan yang lain.
keinginan sendiri atau keinginan keluarga,
Keikutéertaan
mengikuti
mapalus
aturan
masyarakat
dalam
karena biasanya yang membentuk kelompok
mapalus duka biasanya karena keinginan
mapalus perkawinan berdasarkan hubungan
sendiri dan budaya dalam keluarga sangat
darah.
kuat. Hal ini tidak lepas dari dorongan dan pengalaman dari orang tua mereka, sehingga
Faktor-faktor Sosial Budaya yang Mempengaruhi Masyarakat dalam Keikutsertaaan dalam Kegiatan Mapalus
setiap anggota masyarakat yang membentuk
Mapalus di Kabupaten Minahasa
otomatis akan mengikuti rukun duka di desa
keluarga baru dengan sendirinya secara
antar
khususnya di wilayah atau jaga tempat
masyarakat berkembang dari satu bentuk
mereka tinggal. Sedangkan pada mapalus
mapalus, yaitu mapalus kerja di bidang
dalam
pertanian. Dari hasil penelitian ini ternyata
masyarakat hanya berdasarkan keinginan
dengan berjalannya waktu lama-kelamaan
sendiri dan budaya dalam keluarga untuk
berkembang menjadi bentuk mapalus lain,
saling meinbantu satu dengan yang lain
seperti mapalus duka (mapalus dalam acara
sangat menonjol dalam mapalus pesta, karena
perkabungan), mapalus dalam acara sukacita
telah diajarkan dari orang tua secara terus
merupakan
bentuk
kemkunan
78
acara
penikahan
keikutsertaan
menerus dari genérasi ke generasi yang
LJIo07EJrudyct.com/PPS702ipb/0823
secara langsung membentuk rasa solidaritas
4/sonny_rambet.pdf+konsep+mapalus
dari pribadi seseorang.
&hl=id&g1=id&pid=bl&srcid=ADGE ESio3gT7OnGbz5QcthAl1VLwZ076
KESIMPULAN dan SARAN
W9XacxeBFScvmVXkEPaG9wxJAC dBXWh2G-
Kesimpulan
t70UOFdXvI65tiLti9OcO0j-
Berdasarkan hasil penelitian di atas
8v2U_ag6e0DBdW1
maka dapat disimpulkan bahwa mapalus atau biasa dikenal dengan
BHOBOHuKEeJC4glANKXiN6KEW
‘tolong menolong’ di Kabupaten Minahasa
jY3GazvF&sig=AHIEtbQKToo6EFm
sudah terkonstruks secara kuat dan menjadi
X_eqYiEKSWI9ZsZfiGQ. Diakses 10
gaya hidup masyarakat Minahasa itu sendiri.
Oktober 2013. Pukul 18.00 WITA
Dengan perkembangan
berjalannya mapalus
Anonimous,2013.
waktu,
yang
http://azwaruddin.blogspotcom/2008/0
dari
manafie
sebelumnya berupa mapalus kerja pertanian
6/pengertian-
sudah tergantikan dengan jenis mapalus
memkonstruksihtmlDiakses 9 Oktober
lainnya yaitu mapalus duka dan mapalus
2013. Pukul 06.50 WITA Anonimous,2013.
perkawinan. Dari kedua jenis mapalus ini yang sangat kuat adalah mapalus duka
http://pinaesaan.host56.com/belajar-
disebabkan karena peristiwa duka tidak dapat
diskusi/2009/ 1 1/ 1 9/ identifikasi-
di prediksi kapan akan terjadi sehingga rasa
ni1ai-ni1ai-budaya-mapalus-
tanggung jawab dan kepedulian dari seluruh
masihkah/. Diakses 9 Oktober 2013.
masyarakat lebih tinggi.
Pukul 07.25 WITA Berger, P.L dan Lukman. 1973, The social
Saran
construction of reality : A treatise inthe Seluruh
hendaknya solidaritas
masyarakat
terus antar
Minahasa
meningkatkan anggota
serta
sociologi
rasa
of
knowledge.
Harmondsworth. Penguin.
tetap
Christomy, T., dan Untung Yuwono (ed.).
mempertahankan budaya ‘tolong menolong
2004. Semiotika Budaya. Depok: Pusat
yang menjadi identitas dari orang minahasa
Penelitian
dan juga sebagai wadah pemersatu dalam
Budaya,
masyarakat.
Kemasyarakatan Direktorat
Riset
dan dan
Pengabdian Masyarakat UI. Doyle Paul Johnson. 1994. T eori Sosiologi
DAF TAR PUSTAKA Anonimous,2013.
Klasik dan Modern. Jakarta : PT http://docs.
goo
Gramedia Pustaka Utama
gle.com/viewer?a==v&q=cache:z5Oe
79
Eriyanto.
2005.
Konstruksi,
Analislls" Ideologi,
Framing; dan
Piotr Sztompka. 1993. sosiologi perubahan
Politik
sosial, Prenada Media Group. Jakarta.
Media. Yogyakartaz PT. LKiS Pelangi
Samuel,
Aksara
Perspektif
pembangunan
Universitas Bidang Ilmu-ilrnu Sosial
pertanian,
Universitas Indonesia.
Lappera Pustaka Utama. Jogja.
Sumual, H.N., 1995. Baku Beking Pande.
Marianne W.J & Louise J.P. 2007. Analisis Wacana
1993.
Sosiologis Peter Berger, Pusat Antar
Hanani. N, Ibrahim. J, Purnomo M. 2003. strategi
Hanneman.
;
Teori
dan
Bina Insani. Jakarta.
Metode.
Thomas Luckmann. 1990. T afsir Sosial atas
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan, Jakarta: LP3ES.
80