e-Journal S1 PTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume 3 Tahun 2014)
KONTRIBUSI PENGGUNAAN MEDIA FLASH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA JARINGAN INTERNET KELAS XI TKJ2 SMKN 2 SERIRIT Made Krishna Yogiswara, I Made Santo Gitakarma, Ketut Udy Ariawan
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang objektif tentang korelasi antara penggunaan media flash dengan pemahaman siswa dalam mempelajari jaringan internet kelas XI TKJ 2 SMKN 2 Seririt Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian yang penulis lakukan menggunakan metode deskriptif. Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat, yakni penggunaan media flash sebagai variabel bebas dan pemahaman siswa sebagai variabel terikat. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI TKJ 2 yang berjumlah 35 orang. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket dan dokumentasi. Setelah data diperoleh, dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji linieritas. Uji hipotesis menggunakan teknik analisis product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang siginifikan antara penggunaan media flash dengan pemahaman siswa dalam mempelajari jaringan internet. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis di mana t-hitung lebih besar dari pada t-tabel (t-hitung = 3,04 dan t-tabel = 2,035). Dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak. Kata kunci : kontribusi, media flash, pemahaman Abstract This study aimed to determine the correlation with the use of flash media student understanding in studying the Internet in class XI student of SMK 2 Seririt TKJ2 Academic Year 2012/2013. Research conducted by the author using a quantitative approach. In a quantitative study consisted of two variables: the independent variable and the dependent variable, namely the use of flash media as independent variables and the dependent variable of student understanding. The subjects were students of class XI TKJ 2 totaling 35 people. The technique of collecting data using questionnaires and documentation. Once the data is obtained, the analysis is prerequisite test test test normality and linearity. Hypothesis testing using product moment analysis techniques. The results showed the use of flash media play a significant role in improving student learning outcomes in accordance with the results of hypothesis testing where the ttest is greater than t-table (t-test = 3.04 and t-table = 2.035) which means there is a relationship significantly between the use of flash media with an increase in students' understanding. Keywords : contributions, flash media, understanding
e-Journal S1 PTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume 3 Tahun 2014) PENDAHULUAN Dalam proses pembelajaran kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada siswa dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat menyampaikan pesan yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikongkritkan dengan kehadiran media. Menurut Gagne (dalam Azhar, 2003:4) “bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari buku, taperecorder, kaset, video camera, film, foto, gambar, grafik, televis, dan komputer”. Disamping itu menurut Hamidjojo (dalam Azhar, 2003:4) menjelaskan bahwa “media adalah sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan, atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima dengan baik”. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah sebagai alat perantara yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran, sehingga dengan penggunaan media tersebut akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian isi pesan dan materi pelajaran oleh guru pada saat itu. Mengingat pentingnya media pembelajaran di atas, maka dituntut seorang guru agar mampu menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disajikan,sehingga hal tersebut dapat meningkatkaan pemahamaman siswa dalam mempelajari Jaringan Internet. Untuk mencapai sasaran dan target di atas guru harus mampu melaksanakan penataan alat, bahan, dan media atau sumber belajar agar dapat dilihat dan mudah digunakan oleh siswa. Salah satu media yang dapat digunakan adalah media flash, dimana media ini termasuk salah satu jenis media visual yang bermanfaat untuk mengkongkritkan hal-hal yang bersifat abstrak ke dalam bentuk gambar atau foto dan video yang bisa menggambarkan bagaimana jaringan internet itu sendiri Baugh (dalam Azhar, 2003:9) “memperkirakan bahwa kurang lebih 90% hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang dan hanya sekitar 5% diperoleh melalui indera dengar dan 5% lagi dengan indera lainnya”.
Dalam peranannya sebagai alat bantu proses pembelajaran, media flash dapat membantu perubahan pada diri siswa , hal ini tercermin pada beberapa penelitian sebelumnya dimana media flash cukup membantu dalam proses belajar siswa sehingga menyebabkan perubahan pada siswa seperti dalam penelitian Taharudin ( Taharudin,2003), terdapat pengaruh yang signifikan pada pada penggunaan media flash, kemudian dalam penelitian Andriyanto ( Andriyanto 2000 ), terdapat pengaruh yang positif dan signifikan terhadap hasil belajar ilmu pengetahuan alam siswa kelas V SD Negeri Kebumen
Jadi dapat kita ketahui betapa besarnya peranan media flash untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam mempelajari jaringan internet. Namun dalam kenyataan yang ada sekarang ini berdasarkan observasi di lapangan, media flash jarang digunakan sebagai media untuk mempelajari jaringan internet, guru lebih sering menyajikan materi dengan metode ceramah. Padahal setiap materi pelajaran tentu memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Bahan pelajaran dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar diproses oleh siswa, apalagi bagi peserta yang mempunyai tipe belajar visual. Siswa akan cepat merasa bosan dan kelelahan disebabkan penjelasan guru yang sukar dicerna dan dipahami. Jadi guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan dapat menumbuhkan minat belajar siswa yaitu dengan menggunakan media flash. Dari latarbelakang diatas maka penulis mengambil judul penelitian “Kontribusi Penggunaan Media Flash Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Siswa Dalam Mempelajari Jaringan Internet Di Kelas XI TKJ2 SMKN 2 Seririt ”, dimana peneliti mencoba untuk meneliti tentang hubungan antara media pembelajaran dengan pemahaman siswa Kelas XI di SMKN2. LANDASAN TEORI Media Pembelajaran Arsyad, Azhar menyatakan bahwa, “Kata media berasal dari bahasa latin Medius yang secara harfiah berarti “tengah”, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan”. (2009:3). Arief S. Sardiman, dkk (2009:64) menyatakan : “Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses
e-Journal S1 PTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume 3 Tahun 2014) penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/ media dan penerima pesan merupakan komponenkomponen proses komunikasi. Pesan yang dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum. Sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan prosedur media. Salurannya adalah media pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa dan juga guru. Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada dalam kurikulum dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik simbol verbal (kata-kata lisan ataupun tertulis) maupun simbol non verbal atau visual” Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian media merupakan suatu alat yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan anak didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Knirk & Gustafson menjelaskan bahwa, “Pembelajaran merupakan setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar”.(1985:10) Gagne dan Briggs mengungkapkan “Pengertian Pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal”. (2002:3) Menurut UU SPN No.20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (2003:2) Pembelajaran menurut Surya, (2004) Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dimyati & Mudjiono menjabarkan bahwa, “Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”. (2005:14) Sehingga bisa diartikan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah wahana penyalur informasi guna membantu proses belajar siswa agar proses pembelajaran lebih mudah dimengerti, dipahami yang pada akhirnya merupakan katalis dalam sebuah proses transformasi ilmu antara guru dan siswa. Pemahaman Pemahaman adalah suatu titik temu antara 2 pola yang terdapat didalam diri manusia, yaitu pola akal dan pola rasa, jika disetiap pembelajaran dimulai dan didasari oleh suatu pemahaman terlebih dahulu maka akan lebih berharga dan bermakna suatu pembelajaran tersebut. Pemahaman sangat berguna ketika seorang individu mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat menggunakan materi atau ide yang dikomunikasikan tanpa perlu menghubungkannya dengan materi lain atau melihatnya dalam implikasi selengkapnya.(Abin Syamsudin, 2000: 87). Dimensi pemahaman ini mempunyai beberapa aspek, yaitu : Penerjemahan, Penafsiran, dan Extrapolasi. Penerjemahan dinilai berdasarkan kebenaran dan ketelitian, yakni mencakup materi di dalam komunikasi yang asli walaupun bentuk komunikasi telah berubah. Kemampuan penerjemahan ini meliputi : kemampuan memahami pernyataanpernyataan non literal (metafora, simbolisme, ironi, karikatur), dan keterampilan dalam menerjemahkan materi verbal dari matematika ke dalam pernyataan-pernyataan simbolis atau yang lainnya. (Slameto, 2000: 154) Penafsiran merupakan penyimpulan tentang suatu komunikasi. Bila proses penerjemahan mengandung perubahan bagian demi bagian secara objektif, maka penafsiran meliputi suatu penyusunan kembali atau suatu pandangan baru mengenai materi tersebut. Kemampuan penafsiran ini meliputi : kemampuan menangkap pikiran dari suatu karya sebagai keseluruhan pada setiap taraf umum yang diinginkan, dan kemampuan untuk menafsirkan berbagai tipe data sosial.(Slameto, 2000:154) Ekstrapolasi biasanya diungkapkan secara real matematis dalam teori-teori statistik.(Anas Sudijono, 2002: 121).
e-Journal S1 PTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume 3 Tahun 2014) Ekstrapolasi merupakan perluasan arah atau kecenderungan data yang ditentukan untuk menentukan implikasi, konsekuensi,hasil urutan yang wajar, efek, dan sebagainya yang sesuai dengan kondisi yang dinyatakan di dalam komunikasi yang asli. Ekstrapolasi ini menurut pandangan Winkel (1992: 96) meliputi : kemampuan untuk bekerja dengan kesimpulan-kesimpulan sementara yang dibuat dari pernyataan-pernyataan yang ada, dan kemampuan untuk memprediksi arah yang kontinyu. Untuk mengukur kemampuan pemahaman peserta didik akan materi yang telah diajarkan dibuat tes pemahaman yang memiliki karakteristik tertentu. Apabila soal ingatan dapat dijawab dengan melihat buku atau catatan, tidaklah demikian untuk soal pemahaman. Untuk menjawab pertanyaan pemahaman siswa dituntut hafal sesuatu pengertian kemudian menjelaskan dengan kalimat sendiri. Atau siswa memahami dua pengertian atau lebih kemudian memahami dan menyebutkan hubungannya. Jadi dalam menjawab pertanyaan pemahaman siswa selain harus mengingat juga berpikir. Oleh karena itu pertanyaan pemahaman lebih tinggi daripada ingatan (Suharsimi Arikunto, 2005:156). Menurut Nana Sudjana (2008: 25), karakteristik soal-soal pemahaman sangat mudah dikenal. Misalnya mengungkapkan tema, topik, atau masalah yang sama dengan yang pernah dipelajari atau diajarkan, tetapi materinya berbeda. Mengungkapkan tentang sesuatu dengan bahasa sendiri dengan simbol tertentu termasuk ke dalam pemahaman terjemahan. Dapat menghubungkan hubungan antar unsur dari keseluruhan pesan suatu karangan termasuk ke dalam pemahaman penafsiran. Item ekstrapolasi mengungkapkan kemampuan di balik pesan yang tertulis dalam suatu keterangan atau tulisan. Pertanyaan pemahaman menuntut peserta didik mendemonstrasikan bahwa ia mempunyai pengertian yang memadai untuk mengorganisasikan dan menyusun secara mental. Untuk dapat menjawab pertanyaan ini peserta didik harus memiliki fakta yang berarti. Dengan demikian ia harus berbuat lebih daripada mengingat. Ia harus mampu menangkap suatu makna dan menjelaskan makna tersebut dengan menggunakan katakata sendiri. Kata operasional kemampuan memahami antara lain: mengubah (misalnya: mengubah satuan), memberi alasan, mengapa, menjelaskan, membedakan, memberi contoh lain, mendeskripsikan dengan
kata-kata sendiri, meramalkan (atas dasar sebab akibat), dan merangkum. Korelasi Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008:328). Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Jenis penelitian ini biasanya melibatkan ukuran statistik/tingkat hubungan yang disebut dengan korelasi (Mc Millan dan Schumacher, dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:25). Penelitian korelasional menggunakan instrumen untuk menentukan apakah, dan untuk tingkat apa, terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih yang dapat dikuantitatifkan. Menurut Gay dalam Sukardi (2004:166) penelitian korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi. Selanjutnya, Fraenkel dan Wallen (2008:329) menyebutkan penelitian korelasi ke dalam penelitian deskripsi karena penelitian tersebut merupakan usaha menggambarkan kondisi yang sudah terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan kondisi sekarang dalam konteks kuantitatif yang direfleksikan dalam variabel. Penelitian korelasional dilakukan dalam berbagai bidang diantaranya pendidikan, sosial, maupun ekonomi. Penelitian ini hanya terbatas pada penafsiran hubungan antarvariabel saja tidak sampai pada hubungan kausalitas, tetapi penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk diajadi penelitian selanjutnya seperti penelitian eksperimen (Emzir, 2009:38). Menurut Sukardi (2004:166) penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut adalah sebagai berikut. a. Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen.
e-Journal S1 PTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume 3 Tahun 2014) b. Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata. c. Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan. Tujuan penelitian korelasional menurut Suryabrata (dalam Abidin, 2010) adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Sedangkan menurut Gay dalam Emzir (2009:38) Tujuan penelitian korelasional adalah untuk menentukan hubungan antara variabel, atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi. Studi hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel yang dipercaya berhubungan dengan suatu variabel mayor, seperti hasil belajar variabel yang ternyata tidak mempunyai hubungan yang tinggi dieliminasi dari perhatian selanjutnya. Pada dasarnya penelitian korelasioanal melibatkan perhitungan korelasi antara variabel yang komplek (variabel kriteria) dengan variabel lain yang dianggap mempuyai hubungan (variabel prediktor). Langkahlangkah tesebut penelitian ini antara lain secara umum menurut Mc Milan dan Schumaker (2003), yaitu penentuan masalah, peninjauan masalah atau studi pustaka, pertanyaan penelitian atau hipotesis, rancangan penelitian dan metodologi penelitian, pengumpulan data, dan analisis data, simpulan. Dewey (dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:42) menyatakan masalah dalam penelitian merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada atau sesuatu yang dijadikan target yang telah ditetapkan oleh peneliti, tetapi target tersebut tidak tercapai. Disetiap penelitian langkah awal yang harus dilakukan peneliti adalah menentukan masalah penelitian yang akan menjadi fokus studinya. Ciri-ciri permasalahan yang layak diteliti adalah yang dapat diteliti (researchable), mempunyai kontribusi atau kebermanafaatan bagi banyak pihak, dapat didukung oleh data empiris serta sesuai kemampuan dan keinginan peneliti (Sukardi, 2004:27-28). Dalam penelitian korelasional, masalah yang dipilih harus mempunyai nilai yang berarti dalam pola perilaku fenomena yang kompleks yang memerlukan pemahaman. Disamping itu, variabel yang dimasukkan dalam penelitian harus didasarkan pada pertimbangan, baik secara teoritis maupun nalar, bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan tertentu. Hal ini
biasanya dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian sebelumnya. Setelah penentuan masalah, kegiatan penelitian yang penting adalah studi kepustakaan yang menjadi dasar pijakan untuk memperoleh landasan teori, kerangka pikir dan penentuan dugaan sementara sehingga peneliti dapat mengerti, mengalokasikan, mengorganisasikan, dan menggunakan variasi pustaka dalam bidangnya. Macam-macam sumber untuk memperoleh teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti adalah dari jurnal, laporan hasil penelitian, majalah ilmiah, surat kabar, buku yang relevan, hasilhasil seminar, artikel ilmiah dan narasumber. Pada tahap rancangan metodologi peneliti menentukan subjek penelitian yang akan dipilih dan menentukan cara pengolahan datanya. Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini harus dapat diukur dalam variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian. Subyek tersebut harus relatif homogen dalam faktor-faktor di luar variabel yang diteliti yang mungkin dapat mempengaruhi variabel terikat. Bila subyek yang dilibatkan mempunyai perbedaan yang berarti dalam faktor-faktor tersebut, korelasi antar variabel yang diteliti menjadi kabur. Untuk mengurangi heterogenitas tersebut, peneliti dapat mengklasifikasikan subyek menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkat faktor tertentu kemudian menguji hubungan antar variabel penelitian untuk masing-masing kelompok. Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data masing-masing variabel, seperti angket, tes, pedoman interview dan pedoman observasi, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan. Data yang dikumpulkan dengan instrumen-instrumen tersebut harus dalam bentuk angka. Dalam penelitian korelasional, pengukuran variabel dapat dilakukan dalam waktu yang relatif sama. Sedang dalam penelitian prediktif, variabel prediktor harus diukur selang beberapa waktu sebelum variabel kriteria terjadi. Jika tidak demikian, maka prediksi terhadap kriteria tersebut tidak ada artinya. Pada dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional dilakukan dengan cara mengkorelasikan hasil pengukuran suatu variabel dengan hasil pengukuran variabel lain. Dalam penelitian korelasional, teknik korelasi bivariat, sesuai dengan jenis datanya, digunakan untuk menghitung tingkat hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain. Sedang dalam penelitian prediktif, teknik yang digunakan adalah analisis regresi untuk
e-Journal S1 PTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume 3 Tahun 2014) mengetahui tingkat kemampuan prediktif variabel prediktor terhadap variabel kriteria. Namun demikian, dapat pula digunakan analisis korelasi biasa bila hanya melibatkan dua variabel. Bila melibatkan lebih dari dua variabel, misalnya untuk menentukan apakah dua variabel prediktor atau lebih dapat digunakan untuk memprediksi variabel kriteria lebih baik dari bila digunakan secara sendirisendiri, teknik analisis regresi ganda, multiple regresion atau analisis kanonik dapat digunakan. Hasil analisis tersebut biasanya dilaporkan dalam bentuk nilai koefisien korelasi atau koefisien regresi serta tingkat signifikansinya, disamping proporsi variansi yang disumbangkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat. Interpretasi data pada penelitian korelasional adalah bila dua variabel hubungkan maka akan menghasil koefisen korelasi dengan simbol (r). Hubungan variabel tersebut dinyatakan dengan nilai dari -1 samapai +1. Nilai (-) menunjukan korelasi negatif yang variabelnya saling bertolak belakang dan nilai (+) menunjukkan korelasi positif yang variabelnya saling mendekati ke arah yang sama (Syamsudin dan Vismaia, 2009:25). Penelitian korelasional mengandung kelebihan-kelebihan, antara lain: kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersamasama (simultan); dan Penelitian korelasional juga dapat memberikan informasi tentang derajat (kekuatan) hubungan antara variabelvariabel yang diteliti (Abidin, 2010). Selanjutnya, Sukardi menambahkan kelebihan penelitian ini adalah penelitian ini berguna untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, ekonomi, sosial. Dengan penelitian ini juga memungkinkan untuk menyelidiki beberapa variabel untuk diselidiki secara intensif dan penelitian ini dapat melakukan analisis prediksi tanpa memerlukan sampel yang besar. Sedangkan, kelemahan penelitian korelasional, antara lain: Hasilnya cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal; Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional itu kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap variabelvariabel bebas; Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur; sering merangsang penggunaannya sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih
dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna. (Abidin, 2010). Kuesioner atau Angket Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Teknik kuesioner merupakan cara mengumpulkan data dengan menyampaikan daftar seperangkat pertanyaan baik langsung maupun melalui pos kepada responden penelitian. Berkaitan dengan kuesioner, Hamdani (2008:76) mengatakan bahwa kuesioner ada dua macam yaitu kuesioner berstruktur dan kuesioner tidak berstruktur. Kuesioner berstruktur atau tertutup berisi pertanyaan disertai dengan pilihan jawaban. Kuesioner tidak berstruktur pertanyaan tidak disertai dengan jawaban. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditarik suatu pengertian bahwa kuesioner adalah penyelidikan mengenai suatu masalah dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk mendapatkan informasi, keterangan, tanggapan, atau hal lain yang diketahui secara tertulis. Peneliti menggunakan teknik ini untuk mendapatkan data variabel X yaitu penggunaan media flash. Tes Pengumpulan data variabel Y (pemahaman siswa) dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes. Tes adalah seperangkat stimuli yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawabanjawaban yang dijadikan penetapan skor angka (Hamdani, 2008:77). Teknik ini peneliti gunakan untuk menganalisis sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang dibuat peneliti terkait dengan materi pelajaran. Kerangka Berfikir Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antar unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya dalam situasi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut diperlukan suatu komponen yang mendukung proses pembelajaran tersebut, salah satunya adalah dengan menggunakan media pembelajaran. Dari temuan saat melakukan
e-Journal S1 PTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume 3 Tahun 2014) observasi di SMK N 2, bahan pelajaran dengan tingkat kesukaran yang tinggi sukar diproses oleh siswa, apalagi bagi peserta yang mempunyai tipe belajar visual. Siswa akan cepat merasa bosan dan kelelahan disebabkan penjelasan guru yang sukar dicerna dan dipahami. Melihat permasalahan tersebut, peneliti merasa sangat penting mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan dapat menumbuhkan minat belajar siswa yaitu dengan menggunakan media flash. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan (Griadi, Cakra.2010:36). Berdasarkan permasalahan yang diajukan, tujuan penelitian, kajian pustaka, serta kerangka berpikir yang telah diuraikan diatas diduga bahwa: 1. Ada hubungan yang signifikan antara penggunaan media flash dengan peningkatan pemahaman siswa. 2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara penggunaan media flash dengan peningkatan pemahaman siswa. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMKN 2 Seririt. Penelitian dilakukan di kelas XI TKJ2 SMKN 2 Seririt yang berjumlah 35 siswa yang terdiri dari 28 siswa putra dan 7 siswa putri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Hadari Nawawi (2007:67), “Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/ melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga masyarakat dan lain-lain), pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya”. Bentuk penelitian ini adalah studi hubungan atau korelasi yaitu untuk mengetahui hubungan penggunaan media flash dengan pemahaman siswa pada jaringan internet kelas XI TKJ 2 SMKN 2 Seririt. Melihat populasi kelas XI TKJ 2 SMKN 2 Seririt yang relatif kecil, yaitu sebanyak 35 orang, maka keseluruhan populasi dijadikan sampel dalam penelitian, sehingga dalam penelitian ini disebut penelitian populasi. Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara menggunakan angket dan data test yang ada. Angket digunakan untuk
menjaring data tentang penggunaan media flash (X) sedangkan data pemahaman siswa (Y) diambil dari nilai test yang diberikan. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai kevalidan yang tinggi,dan sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti mempunyai validitas yang rendah. Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas konstrak. Instrumen disusun berdasarkan teori yang relevan kemudian melalui konsultasi dan atas persetujuan dosen pembimbing sampai alat ukur yang berupa angket tersebut dianggap sudah memenuhi syarat dari segi validitas. Setelah kuesioner disusun dan dilakukan uji coba pada 10 responden, hasil uji coba itu kemudian dicari reliabilitasnya. Uji Reliabilitas digunakan sebagai pengukur layak tidaknya instrumen dipakai sebagai alat ukur kapanpun instrumen tersebut digunakan. Reliabilitas menunjukkan pada “Suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen itu sudah baik”. Salah satu prosedur untuk mengetahui tingkat reliabilitas yang digunakan dalam penelitian adalah yang menghasilkan estimasi reliabilitas split half (teknik belah dua), yaitu dengan membelah item berdasarkan nomor genap dan ganjil. Setelah data terkumpul,dilakukan pengecekan agar diketahui bahwa apakah instrumen tersebut dapat dikatakan valid atau tidak. Pengujian dilakukan dengan menggunakan rumus Pearson Moment menurut Sugiyono (2012:255) yaitu sebagai berikut.
rxy
n.( XY ) ( X ).( Y )
{n( X 2 ) X }{n( Y 2 ) Y } (1) Harga X dan Y baru merupakan koefisien korelasi antara kedua belah tes. Untuk melihat estimasi reliabilitas keseluruhan yaitu r11 dilakukan dengan formula Speaman Brown sebagai berikut 2
r11
2
2( r1/2 ½) 1 r1/2 ½ (2)
Bila rhitung lebih besar dari pada rtabel maka instrumen penelitian dikatakan reliabel.
e-Journal S1 PTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume 3 Tahun 2014) Dengan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Interpretasi rxy Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,20 Korelasi sangat lemah 0,20 – 0,40 Korelasi lemah 0,40 – 0,60 Korelasi sedang/ cukup 0,60 – 0,80 Korelasi kuat/ tinggi 0,80 – 0,100 Korelasi sangat kuat
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pada hasil angket penggunaan media flash (variabel X) yang disampaikan kepada 35 orang responden (sampel penelitian) dengan melakukan tabulasi data maka diperoleh skor tertinggi = 92, skor terendah = 75 nilai rata-rata = 84,03, varians = 31,654 dan standar deviasi = 5,63 Rumus rata-rata :
X
Xi n (3)
Uji coba instrumen dilakukan terhadap 10 siswa dengan maksud mengetahui tingkat reliabilitas yang dihitung dengan rumus korelasi Product Moment dan dilanjutnkan dengan rumus korelasi Spearman Brown. Hasil uji reliabilitas instrumen terhadap variabel Media Flash di mana n = 10 diperoleh angka koefisien sebesar 0,93 dan tingkat koefisien reliabilitasnya sebesar 0,93. interpretasi dari hasil perhitungan tersebut adalah golongan sangat kuat atau tinggi, karena berada pada tingkat interpretasi korelasi antara (0,80 – 1,00). Dengan demikian, instrumen penelitian penggunaan media flash ini dapat digunakan sebagai alat ukur. Subjek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI TKJ2 SMK Negeri 2 Seririt dengan jumlah siswa 35 orang diantaranya untuk siswa putri 7 orang dan siswa putra 28 orang. Alasan pengambilan subjek di kelas XI TKJ2 SMK Negeri 2 Seririt karena peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara penggunaan media flash dengan tingkat pemahaman siswa. Objek Penelitian Objek dari penelitian yang dilakukan terhadap subjek penelitian tindakan kelas di kelas XI TKJ2 SMK Negeri 2 Seririt adalah sebagai beikut. 1) Penggunaan media flash. 2) Pemahaman siswa dalam Jaringan internet. Prosedur Penelitian Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara menggunakan angket dan data test yang ada. Angket digunakan untuk menjaring data tentang penggunaan media flash (X) sedangkan data pemahaman siswa (Y) diambil dari nilai test yang diberikan.
Rumus varian :
( Xi X ) 2 (S ) n 1 2
(4) Rumus standar deviasi :
(S ) S 2 (5) Untuk pemahaman siswa (variabel Y) diperoleh skor tertinggi = 94, skor terendah = 75, nilai rata-rata = 86,4 varians = 38,72 dan standar deviasi = 6,2 Berdasarkan penyajian data penggunaan media flash dan rata-rata nilai pemahaman siswa, maka kedua data tersebut akan dianalisis ke dalam perhitungan statistik untuk mengetahui koefesien korelasi dengan rumus Product Moment.
r
n XY X . Y {n( X 2 ) X }{n Y 2 ) Y } 2
2
(6) Dari perhitungan statistik dapat diketahui bahwa antara variabel X (penggunaan media flash) dan variabel Y (pemahaman siswa berupa nilai hasil belajar) bertanda positif dengan memperhatikan besarnya rxy yang diperoleh sebesar 0,47. Apabila hasil tersebut diinterpretasikan dengan tabel pedoman untuk memberikan intrepretasi koefesien korelasi angka 0,47 berada di antara 0,40-0,60, maka korelasi tersebut termasuk kategori sedang.
e-Journal S1 PTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume 3 Tahun 2014)
Tabel 2. Interpretasi rxy Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,20 Korelasi sangat lemah 0,20 – 0,40 Korelasi lemah 0,40 – 0,60 Korelasi sedang/ cukup 0,60 – 0,80 Korelasi kuat/ tinggi 0,80 – 0,100 Korelasi sangat kuat
Selanjutnya untuk mengetahui apakah korelasi itu signifikan atau tidak maka rxy dibandingkan dengan rtabel. Sebelum membandingkannya terlebih dahulu dicari derajat kebebasannya (db), db = N – 2 jadi db = 35 – 2 = 33. Dengan memeriksa rtabel Product Moment ternyata untuk N 33 pada taraf signifikan 5% diperoleh rtabel = 0,334. Dengan demikian rxy > rtabel (0,47>0,334) berarti hasil korelasi tersebut meyakinkan atau signifikan. Keputusannya adalah Hipotesis alternatif (Ha) diterima dan Hipotesis nol (Ho) ditolak, yang berarti terdapat korelasi yang signifikan antara penggunaan media flash dengan pemahaman siswa dalam mempelajari jaringan internet kelas XI TKJ 2 SMKN 2 Seririt. PENUTUP Simpulan Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara penggunaan media flash dengan tingkat pemahaman siswa di SMKN 2 Seririt, dimana berdasarkan pada analisis data yang diperoleh ditarik kesimpulan sebagai berikut: Penggunaan media pembelajaran khususnya media flash berperan signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan hasil pengujian hipotesis di mana thitung lebih besar dari pada t-tabel (t-hitung = 3,04 dan t-tabel = 2,035) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara penggunaan media flash dengan peningkatan pemahaman siswa. Saran Bagi Sekolah Dalam rangka meningkatkan pelayanan pendidikan kepada masyarakat, kemudian dikembalikan kepada target kurikulum pendidikan serta pencapaian Ketentuan Ketuntasan Minimal pada masing-masing pelajaran, maka Media Pembelajaran yang Atraktif (Aplikasi Presentasi Penggunaan Media flash), merupakan salah satu instrumen yang dapat menjadi katalis dalam proses PBM.
Oleh karena sekolah perlu menambah fasilitas, sarana – prasarana dan dukungan yang penuh kepada Guru Mata Pelajaran untuk dapat menggunakan fasilitas tersebut demi efektivitas pengajaran. Bagi Guru Guru adalah tulang punggung pendidikan, dimana pendidikan, kecerdasan bangsa terletak dari bagaimana ia mentransferkan ilmunya kepada anak didik. Selain kedalaman pemahaman serta wawasan pengetahuan yang mumpuni, seorang guru bisa menggunakan media belajar yang bervariasi serta menyenangkan bagi anak, sehingga apa yang telah disampaikannya dapat terserap sempurna. Yang pada akhirnya anak dapat mengerti, memahami, ahli dan dapat mengaplikasikannya di masa yang akan datang. Dengan penggunaan media pembelajaran menggunakan flash, maka guru dapat mempermudah penyampaian materi kepada siswa, serta dapat memberikan kesan mendalam kepada siswa. Bagi Siswa Dengan adanya instrumen media pembelajaran flash, maka siswa dapat menggunakan, mempelajari, mereferensi dari materi-materi yang telah disampaikan guru, untuk mempelajari lebih lanjut di rumah. Walaupun pada umumnya siswa mengalami kejenuhan setelah sekolah, tetapi dengan instrumen ini, siswa dapat menggunakannya pada waktu senggang nya untuk membuka kembali, membaca kembali, mengingat kembali, peristiwa pada saat materi disampaikan oleh guru, dengan harapan siswa akan lebih paham, lebih cinta dan lebih bersemangat untuk belajar, memahami dan menguasai atas materi-materi yang telah disampaikan. Bagi Peneliti Bagi peneliti, penelitian semacam ini merupakan latihan dan pengetahuan untuk membuat penelitian ilmiah di masa depan. DAFTAR PUSTAKA Ade Kurniadi. (2007). Jurnal Sains dan Inovasi, Jakarta : Rineka Cipta. Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), 112. Arief S. Sardiman, dkk. (2009). Media Pendidikan: pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya
e-Journal S1 PTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Volume 3 Tahun 2014) /RAJ, Jakarta : Rajawali PT Rajagrafindo Persada. Arif Pratisto.(2004), Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Jakarta : Elexmedia Komputindo. Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktek / Suharsimi Arikunto. Jakarta : Rineka Cipta Arsyad, Azhar. (2009). Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers. D. Knirk, J. Gustafson. (1986). Instructional Technology, United Kingdom: Thomson Learning Dimyati & Mudjiono. (2005). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri; Zain, Aswan. (1997). Strategi belajar mengajar, Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, O., (2004),Proses Belajar Mengajar,Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Hamzah B. Uno. 2007. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Nana Sudjana. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Siahaan, Sudirman, (2007), Media Pembelajaran: Pemahaman dan Pemanfaatannya dalam Kegiatan Pembelajaran,Jurnal Teknodik,Volume XI Nomor 20.