KONTRIBUSI PENDAPATAN PERJENIS PRODUK PADA BUDIDAYA DENGAN SISTEM AGROFORESTRI DI AGROWISATA DESA BUKIT BIRU TENGGARONG
Oleh : JAILAN WALI NIM. 110500009
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2014
KONTRIBUSI PENDAPATAN PERJENIS PRODUK PADA BUDIDAYA DENGAN SISTEM AGROFORESTRI DI AGROWISATA DESA BUKIT BIRU TENGGARONG
Oleh : JAILAN WALI NIM. 110500009
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2014
KONTRIBUSI PENDAPATAN PERJENIS PRODUK PADA BUDIDAYA DENGAN SISTEM AGROFORESTRI DI AGROWISATA DESA BUKIT BIRU TENGGARONG
Oleh : JAILAN WALI NIM. 110500009
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2014
HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah
: Kontribusi Pendapatan Perjenis Produk Pada Budidaya Dengan Sistem Agroforestri Di Agrowisata Desa Bukit Biru Tenggarong
Nama
: Jailan Wali
Nim
: 110 500 009
Program Studi
: Manajemen Hutan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Dr. Ir. H. Suwarto, MP NIP. 19641010 199203 1 003
Penguji I,
Ir. Sofyan Bulkis. MP Ir. Dadang Suprapto. MP NIP 19600321 198903 1 002 NIP 19620101 1198803 1 003
Menyetujui Ketua Program Studi Manajemen Hutan
Ir. M. Fadjeri, MP NIP. 19610812 198803 1 003
Lulus ujian pada tanggal :
Penguji II,
Mengesahkan Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. Hasanudin, MP NIP.19630805 198903 1 005
ABSTRAK JAILAN WALI. Kontribusi Pendapatan Perjenis Produk pada Budidaya dengan Sistem Agroforestri di Agrowisata Desa Bukit Biru Tenggarong (di bawah bimbingan Suwarto ) Penelitian ini dilatar belakangi mengetahui kontribusi berbagai produk baik kehutanan maupun pertanian. Dipihak lain, agroforestri merupakan warisan sekaligus modal produksi untuk mendapatkan pendapatan oleh para petani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, Jenis-jenis produk dari budidaya dengan sistem agroforestri, Pendapatan perjenis produk dari budidaya dengan sistem agroforestri dan Kontribusi pendapatan perjenis produk terhadap pendapatan total. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi mengenai jenis-jenis produk, pendapatan perjenis produk, pendapatan total dan kontribusi pendapatan perjenis produk pada budidaya dengan sistem agroforestri. Penelitian ini dilaksanakan di Agrowisata Desa Bukit Biru Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara. Sedangkan waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini selama 5 (lima) bulan pada bulan Mei sampai dengan September 2014. Bahan atau obyek penelitian berupa areal agroforestri dan pengelola agroforestri. Pengambilan data dilakukan langsung turun ke lapangan untuk melakukan tanya jawab kepada pihak pengelolah di Agrowisata Desa Bukit Biru Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara. Jenis-jenis tanaman kehutanan yang dibudidayakan antara lain yaitu Agathis (Agathis lorantifolia), Mahoni (Swietenia mahagoni), Jati (Tectona grandis), Ulin (Eusideroxylon swageri). Pinus (Pinus mercusii), Meranti (Shorea sp), Sungkai (Peronema canescens ). Jenis produk yang dikembangkan antara lain Petai (Parkia speciosa), Nangka (Artocarpus heterophyllus), Telur Ayam Kate, serta usaha lain berupa penjualan makanan dan minuman. Pendapatan perjenis produk dari budidaya dengan sistem agroforestri yaitu produk Petai dan Nangka masing masing sebesar Rp. 200.000,- per tahun, produk Telur Ayam Kate sebesar Rp. 1.440.000,- per tahun, produk Makanan dan Minuman masing – masing Rp. Rp.36.500.000,- per tahun, serta sarana penelitian/pendidikan sebesar Rp.3.000.000,-. Kontribusi terbesar dalam pendapatan perjenis produk terhadap pendapatan total adalah komponen lainnya yaitu sarana penelitian/pendidikan, produk Makanan dan Minuman sebesar 97,64 %, selanjutnya komponen peternakan yaitu produk Telur Ayam Kate sebesar 1,85 % dan kontribusi terkecil adalah komponen pertanian yaitu produk Petai dan Nangka sebesar 0,51 %, sedangkan komponen kehutanan dan perikanan belum memberikan kontribusi pendapatan terhadap ekonomi rumah tangga. Kata kunci : Pendapatan, Kontribusi, Agroforestri.
RIWAYAT HIDUP JAILAN WALI, Lahir pada tanggal 29 Januari 1990 di Ambon. Merupakan anak ke 3 (tiga) dari 4 (empat) bersaudara dari pasangan Bapak Usman Wali dan Ibu Wa Muhuji. Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar Negeri 1 Kahulungaya pada tahun 1995 dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama melanjutkan Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasarwajo, lulus pada tahun 2005. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Wolowa pada tahun 2006 dan lulus pada tahun 2010. Pendidikan tinggi dimulai di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mengambil Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Manajemen Hutan pada tahun 2011. Aktif dalam Organisasi Mahasiswa Pencinta Alam (mapa politani) sebagai bendahara umum periode 2012/2013. Pada bulan Maret sampai April 2014 mengikuti program PKL (Praktik Kerja Lapang) di PT. Bhineka Wana sub Unit Separi Kabupaten Kutai Kartanegara.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan karuniaNya sehingga Karya Ilmiah ini dapat diselesaikan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Manajemen Hutan. Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Ayah dan Ibu tercinta yang telah banyak memberi bantuan baik berupa do’a maupun material demi keberhasilan Penulis menyelesaikan pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 2. Bapak Dr. Ir. H. Suwarto, MP sebagai dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan membimbing Penulis sehingga karya Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. 3. Bapak Ir. Sofyan Bulkis, MP selaku dosen penguji I yang telah banyak memberikan saran-saran untuk perbaikan Karya Ilmiah ini. 4. Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP. Selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan saran-saran untuk perbaikan Karya Ilmiah ini. 5. Bapak Ir. Hasanudin, MP. selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 6. Bapak Ir. M. Fadjeri, MP. Selaku ketua program studi Manajemen Hutan. 7. Bapak Suhendri yang telah banyak memberi informasi tentang agroforetri sehingga dapat membantu Penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. 8. Serta rekan-rekan mahasiswa angkatan 2011 banyak membantu dan memberi dukungan untuk menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan, untuk itu saran dan kritikan yang bersifat membangun dalam perbaikan sangat diharapkan dan Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis Kampus Sei Keledang, September 2014
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iv ABSTRAK ...........................................................................................................
v
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii DAFTAR TABEL................................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
x
I.
PENDAHULUAN ...........................................................................................
1
II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. A. Tinjauan Umum Tentang Agroforestri .................................................. B. Keuntungan dan Kelemahan Sistem Agroforestri ................................ C. Kegiatan Agroforetri .............................................................................. D. Produk Agroforestri ............................................................................... E. Pendapatan Agroforestri ...................................................................... F. Keadaan Umum Agroforestri ................................................................
3 3 13 15 18 19 20
III. METODE PENELITIAN ................................................................................ A. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ B. Alat dan Bahan...................................................................................... C. Prosedur Penelitian............................................................................... D. Pengolahan Data ..................................................................................
22 22 22 22 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 25 A. Hasil ...................................................................................................... 25 B. Pembahasan ......................................................................................... 28 V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 32 A. Kesimpulan ........................................................................................... 32 B. Saran ..................................................................................................... 33 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 34 LAMPIRAN.......................................................................................................... 35
DAFTAR GAMBAR
No
Lampiran
Halaman
1
Kontribusi Pendapatan Per Jenis Produk………………………..........
28
2
Wawancara Dengan Pemilik Lahan……………………………...........
37
3
Pengambilan Data Dilapanga……………………................................
37
4
Kondisi Lahan Agroforestri Milik Bapak Suhendri…..…………..........
38
5
Kolam Ikan Milik Bapak Suhendri………………………………...........
38
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1
Daftar Pertanyaan…………………………………………………..........
39
2
Surat Pernyataan………………………………....................................
42
DAFTAR TABEL
No
Tubuh Utama
Halaman
1
Jenis Komponen yang Dibudidayakan dengan Sistem Agroforestri
25
2
Jenis – jenis Produk dari Budidaya dengan Sistem Agroforestri .....
26
3
Pendapatan Agroforestri Per Jenis Produk dalam Satu Tahun………………………………………………………………......... Kontribusi Pendapatan Perjenis Produk Terhadap Pendapatan Total dalam Satu Tahun…………………………...............................
4
27 27
No
Lampiran
Halaman
5
Pendapatan Agroforestri dalam Satu Periode Milik Bapak Suhendri…………………………………………………………..............
36
BAB I PENDAHULUAN Agroforestri adalah suatu sistem usaha yang merupakan kombinasi budidaya kehutanan dan pertanian dalam satu unit lahan. Dari kontribusi budidaya kehutanan dan pertanian dihasilkan berbagai macam produk yang bermanfaat, produk dari budidaya kehutanan antara lain : kayu, damar, kulit pohon. Sedangkan produk dari budidaya pertanian antara lain : sayur-sayuran, padi, umbi-umbian. Untuk mengetahui kontribusi berbagai produk baik kehutanan maupun pertanian dalam budidaya sistem agroforestri perlu dilakukan studi kontribusi pendapatan perjenis produk terhadap pendapatan total pada sistem agroforestri yang dilakukan. Dipihak lain, agroforestri merupakan struktur pertanian yang dibentuk dan dirawat. Tanaman bermanfaat yang umum dijumpai di hutan alam menghadapi ancaman langsung karena daya tarik manfaatnya. Dewasa ini sumber daya hutan dikuras tanpa kendali. Berbeda dengan kebun agroforestri bagi petani, agroforestri merupakan kebun bukan hutan. Agroforestri merupakan warisan sekaligus modal produksi. Sumber dayanya, baik yang tidak maupun yang sengaja ditanam, dimanfaatkan dengan selalu mengingat kelangsungan dan kelestarian kebun. Pohon di hutan dianggap tidak ada yang memiliki. Sebaliknya, pohon di kebun ada pemiliknya sehingga pohon tersebut mendapat perlindungan yang lebih efektif dari pada yang terdapat di hutan negara. Sumber daya hutan di dalam agroforestri dengan demikian turut berperan dalam mengurangi tekanan terhadap sumber daya
2
alam. Secara tidak lansung agroforestri turut melindungi hutan alam. Karya ilmiah ini dilakukan untuk mengetahui kontribusi pendapatan perjenis produk pada budidaya dengan sistem agroforestri di Desa Bukit Biru Tenggarong. Tujuan dari penelitiaan ini adalah untuk mengetahui : 1. Jenis-jenis produk dari budidaya dengan sistem agroforestri 2. Pendapatan perjenis produk dari budidaya dengan sistem agroforestri 3. Kontribusi pendapatan perjenis produk terhadap pendapatan total Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi mengenai jenis-jenis produk, pendapatan perjenis produk, pendapatan total dan kontribusi pendapatan perjenis produk pada budidaya dengan sistem agroforestri.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Agroforestri Agroforestri adalah suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan banyak jenis tanaman pohon (berbasis pohon) baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam dan ekosistem menyerupai hutan. Di dalam sistem ini, selain terdapat beraneka jenis pohon, juga tanaman perdu, tanaman memanjat (liana), tanaman musiman dan rerumputan dalam jumlah banyak (Dudi, 2012). Penciri utama dari sistem agroforestri kompleks ini adalah kenampakan fisik dan dinamikadi dalamnya yang mirip dengan ekosistem hutan alam baik hutan primer maupun hutan sekunder, oleh karena itu sistem ini dapat pula disebut sebagai Agroforestri (De Foresta dkk, 2000). Sardjono dkk, (1993) mengartikan agroforestri sebagai pola pengelolaan lahan yang dapat mempertahankan dan bahkan menaikan produktivitas lahan secara keseluruhan. Istilah agroforestri dikenal pula dengan istilah wanatani, yaitu metode bertani dengan menanam pepohonan hutan di lahan pertanian. Menurut De Foresta dkk (1997 ), dalam Anonim (2011), agroforestri dapat dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem agroforestri sederhana dan system agroforestri kompleks. Sistem agroforestri sederhana adalah menanam pepohonan secaratumpang-sari dengan satu atau beberapa jenis tanaman semusim. Jenis-jenis pohon yang ditanam bisa bernilai ekonomi tinggi misalnya kelapa, karet, cengkeh dan jati atau bernilai ekonomi
4
rendah seperti dadap, lamtoro dan kaliandra. Sedang jenis tanaman semusim misalnya padi, jagung, palawija, sayur-mayur dan rerumputan atau jenis tanaman lain seperti pisang, kopi dan kakao. Menanam pohon secara tumpangsari dengan tanaman semusim, pada satu tempat dan waktu yang bersamaan maupun bergiliran (sistem bera), merupakan pola dasar sistem agroforestri. Menurut De Foresta dkk, (1997) dalam Anonim (2011), pada sistem agroforestri terjadi interaksi yaitu adanya proses yang saling mempengaruhi dari komponen-komponen
penyusun
agroforestri.
Interaksi
tersebut
bisa positif
(komplimentasi)atau negatif (kompetisi). Oleh karena itu dalam memilih jenis pohon yang menjadi komponen agroforestri harus didasarkan pada sifat dan bentuk pohon yang
berpengaruh
terhadap
tanaman
semusim,
apakah
merugikan
atau
menguntungkan. Beberapa pengaruh pohon yang merugikan bila ditanam secara tumpangsari dengan tanaman semusim antara lain : 1.
Kompetisi Cahaya Pohon biasanya tumbuh lebih tinggi daripada tanaman semusim, oleh karena itu kanopi pohon akan menaungi tanaman semusim.
2.
Kompetisi Air dan Hara Akar pepohonan dan tanaman semusim yang berkembang di lapisan yang sama akan saling berebut air dan hara sehingga mengurangi jumlah yang dapat diserap tanaman semusim.Kompetisi antara dua jenis tanaman terjadi bila kedua jenis tanaman (atau lebih) membutuhkan sumberdaya yang sama dan ketersediaan sumberdaya yang dibutuhkan tersebut terbatas. Tanaman yang pertumbuhannya cepat membutuhkan cahaya, air dan hara yang lebih banyak.
5
Menurut Soemarwoto (1985), agroforestri sebagai suatu sistem tata guna yang permanen dimana tanaman semusim maupun tanaman tahunan ditanam bersama atau dalam rotasi membentuk suatu tajuk berlapis. Sedangkan menurut Suhaemi (1987), agroforestri adalah suatu sistem tata guna lahan yang permanen dimana jumlah dari lahan meningkat dengan secara bergilir menanam tanaman berumur pendek serta berumur lebih dari satu tahun dan dengan ternak. Struktur agroforestri terbagi menjadi dua komponen yaitu : 1.
Kombinasi Secara Waktu Pada dasarnya kombinasi yang ideal adalah bahwa seluruh komponen agroforestri yaitu kehutanan, pertanian dan peternakan secara terus menerus berada pada lahan yang sama. Akan tetapi secara alami hampir senantiasa terjadi, bahwa kombinasi berkaitan erat dengan dinamika dari keseimbangan perubahan musim sesuai dengan musim tahunan ataupun suksesi tertentu akibat dari gangguan atau perladangan manusia secara periodik.
2.
Kombinasi Secara Ruang Penyebaran berbagai komponen, khususnya komponen kehutanan dan pertanian, dengan sistem dapat secara vertikal ataupun horizontal penyebaran tersebut dapat bersifat merata atau tidak merata (Sardjono, 1993). Menurut Lundgren (1982), definisi agroforestri seyogyanya menitikberatkan
dua karakter pokok yang umum dipakai pada seluruh bentuk agroforestri yang membedakan dengan sistem penggunaan lahan lainnya: 1.
Adanya pengkombinasian yang terencana/disengaja dalam satu bidang lahan antara tumbuhan berkayu (pepohonan), tanaman pertanian dan ternak/hewan
6
baik secara bersamaan (pembagian ruang) ataupun bergiliran (bergantian waktu); 2.
Ada interaksi ekologis dan/atau ekonomis yang nyata/jelas, baik positif atau negatif antara komponen-komponen sistem yang berkayu maupun tidak berkayu. Beberapa ciri penting agroforestri yang dikemukakan oleh Lundgren dan
Raintree, (1982) adalah : 1.
Agroforestri biasanya tersusun dari dua jenis tanaman atau lebih (tanaman dan/atau hewan). Paling tidak satu di antaranya tumbuhan berkayu.
2.
Siklus sistem agroforestri selalu lebih dari satu tahun.
3.
Ada interaksi (ekonomi dan ekologi) antara tanaman berkayu dengan tanaman tidak berkayu.
4.
Selalu memiliki dua macam produk atau lebih (multi product), misalnya pakan ternak, kayu bakar, buah-buahan dan obat-obatan.
5.
Minimal mempunyai satu fungsi pelayanan jasa (service function), misalnya pelindung angin, penaung, penyubur tanah, peneduh sehingga dijadikan pusat berkumpulnya keluarga/masyarakat.
6.
Untuk sistem pertanian masukan rendah di daerah tropis, agroforestri tergantung pada penggunaan dan manipulasi biomasa tanaman terutama dengan mengoptimalkan penggunaan sisa panen. Sistem agroforestri yang paling sederhanapun secara biologis (struktur dan
fungsi) maupun ekonomis jauh lebih kompleks dibandingkan sistem budidaya monokultur.
7
Menurut Nair, (1989) dalam Chundawat dan Gautam, (1993) keragaman sistem agroforestri dapat dikelompokkan kedalam empat dasar utama yaitu sebagai berikut : 1.
Berdasarkan strukturnya (structural basis) yang berarti penggolongan sistem agroforestri dilihat dari komposisi komponen penyusunnya (tanaman pertanian, hutan, pakan dan/atau ternak).
2.
Berdasarkan fungsinya (functional basis), penggolongan sistem agroforestri ditinjau dari fungsinya seperti fungsi produksi dan fungsi proteksi atau perlindungan.
3.
Berdasarkan sosial ekonominya (socioeconomic basis) yang ditinjau dari segi tingkat pengelolaan dan tujuan komersialnya.
4.
Berdasarkan ekologisnya (ecological basis) yang didasarkan pada kondisi ekologis tempat atau lokasi sistem agroforestri diterapkan atau ditemukan. Berdasarkan strukturnya, sistem agroforestri dibedakan atas beberapa tipe
antara lain yaitu : 1.
Agrisilvicultural yaitu sistem agroforestri yang mengkombinasikan tanaman pohon (hutan) dengan tanaman pertanian, kebun pepohonan multispesies, tanaman pagar, pohon penahan angin dan sejenisnya termasuk kedalam tipe agrisilvicultural.
2.
Silvopastural yaitu sistem agroforestri yang mengkombinasikan tanaman pakan dan atau ternak dengan tanaman pohon (hutan). Tanaman pohon yang digunakan terutama yang dapat menjadi sumber pakan ternak seperti tanaman leguminosa dan pohon buah-buahan.
8
3.
Agrosilvopastural atau sistem campuran yaitu sistem agroforestri yang mengkombinasikan sekaligus tanaman pohon (hutan), tanaman pertanian, dan tanaman pakan dan/atau ternak Chundawat dan Gautam (1993) melengkapi tipe agroforestri berdasarkan
strukturnya : 1.
Apicultural yaitu kombinasi budidaya tanaman pohon dengan pemeliharaan lebah madu.
2.
Aquaforestry
atau
Agroaquaforestry
yaitu
sistem
agroforestri
yang
mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan tanaman pohon (hutan) dan tanaman pertanian. Interaksi antara sistem hutan, pertanian dan kolam ikan merupakan bentuk yang lazim ditemui, selain penanaman pohon bernilai ekonomis yang mampu tumbuh dalam kondisi tergenang (dalam rawa atau gambut) termasuk ke dalam tipe aquaforestry. Berdasarkan fungsinya, sistem agroforestri dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : 1.
Fungsi produksi yaitu sistem agroforestri yang lebih ditujukan untuk mendapatkan hasil (produksi) bahan pangan, pakan, bahan bakar kayu, serat, kayu dan lain-lain.
2.
Fungsi proteksi yaitu sistem agroforestri yang lebih ditujukan untuk perlidungan atau pencegahan dari kerusakan sumberdaya lingkungan dan sekaligus pemeliharaan sistem produksi seperti tanaman pagar, pematah angin, kebakaran, konservasi tanah dan air, penguat bantaran sungai (Nair, 1989 dalam Chundawat dan Gautam, 1993). Fungsi ekologi merupakan salah satu fungsi hutan yaitu dapat mencegah erosi dan banjir, menjaga dan
9
mempertahankan kesuburan tanah, sebagai wilayah untuk melestarikan kenaekaragaman hayati (Anonim, 2013). Berdasarkan sosial ekonomis, sistem agroforestri dibedakan sebagai berikut : 1.
Tujuan
komersial
yaitu
pengelolaannya
dimaksudkan
terutama
untuk
menghasilkan produk bernilai ekonomis tinggi melebihi sistem monokultur. 2.
Subsistence yaitu sistem agroforestri yang dikelola tanpa mempertimbangkan input dan output, berbasis tenaga keluarga dan umumnya merupakan dampak dari sistem perladangan berpindah.
3.
Intermediate yaitu sistem agroforestri yang memiliki sifat diantara komersil dan subsisten dengan tingkat pengelolaan dan pencapaian produksi yang medium dan tetap mempertimbangkan input meski pada tingkat yang tidak maksimal (Nair, 1989 dalam Chundawat dan Gautam, 1993). Berdasarkan ekologisnya, sistem agroforestri dapat dibedakan kedalam tiga
kategori yaitu sistem agroforestri pada dataran rendah humid dan subhumid, pada daerah arid dan semi arid serta pada dataran tinggi (Nair, 1989 dalam Chundawat dan Gautam, 1993). Di Indonesia khususnya di Sumatera, sistem agroforestri banyak dijumpai pada daerah dataran tinggi atau lereng-lereng bukit yang umumnya terbentuk akibat konversi penggunaan lahan hutan menjadi lahan budidaya (Michon, Mary dan Bompard, 1989). Menurut Sardjono dkk (2003), dalam pengembangannya agroforestri memiliki beberapa kendala antara lain sebagai berikut :
10
1.
Masih simpang siurnya terminologi hutan, perkebunan, dan penghijauan (reforestation) yang dipakai, sehingga seringkali menimbulkan kerancuan terutama bila dikaitkan dengan penguasaan dan penggunaan lahan.
2.
Terbatasnya penyediaan bibit berkualitas tinggi, yang dibutuhkan terutama pada stadia awal pembentukan agroforestri.
3.
Terbatasnya ketrampilan masyarakat dalam mengelola lahan dan kemampuan mengatur produksi tanamannya yang sesuai dengan permintaan pasar.
4.
Adanya peraturan penjualan kayu yang rumit yang cukup menghambat akses pasar bagi produk lahan yang dikelola oleh masyarakat.
5.
Belum adanya mekanisme kompensasi (reward mechanism) dari pemerintah untuk petani yang melaksanakan sistem pertanian yang ramah lingkungan (agroforestri). Menurut Darusman, (2002) dalam Sardjono dkk, (2003) sistem agroforestri
memiliki beberapa keunggulan baik dari segi ekologi/lingkungan, ekonomi, sosial-budaya dan politik. Keunggulan ekologi/lingkungan agroforestri memiliki stabilitas ekologi yang tinggi, karena agroforestri memiliki: 1.
Multi-jenis, artinya memiliki keanekaragaman hayati yang lebih banyak atau memiliki rantai makanan/energi yang lebih lengkap. Konversi hutan alami menjadi lahan pertanian mendorong penurunan keanekaragaman hayati secara drastis. Hasil penelitian Trudy O’Connors (sumber ICRAF) menunjukkan bahwa adanya alih guna lahan hutan menjadi agroforestri berbasis kopi di Sumberjaya (Lampung Barat) menyebabkan berkurangnya jenis burung yang hidup di kebun
11
kopi. Apakah keberadaan burung-burung di sekeliling kita ini memberikan manfaat, fungsi ekologi burung ini antara lain adalah : a. Pengendali hama (burung pemakan serangga) b. Pengendali gulma: burung pemakan biji rumput-rumputan, walaupun jenis burung pemakan biji ini dapat menjadi hama di sawah c. Penyerbuk bunga d. Hiburan: kicauan burung memberikan/membangkitkan rasa senang dan menciptakan suasana damai. 2.
Multi-strata tajuk dapat menciptakan iklim mikro dan konservasi tanah dan air yang lebih baik. Selain itu, dengan adanya kombinasi pohon dan tanaman semusim dapat mengurangi serangan hama dan penyakit
3.
Kesinambungan vegetasi, sehingga tidak pernah terjadi keterbukaan permukaan tanah yang ekstrim, yang merusak keseimbangan ekologinya.
4.
Penggunaan bentang lahan secara efisien. Pada suatu lahan, kemungkinan terdapat 'relung' (niches) yang beragam tergantung pada kesuburan tanah, kemiringan lereng, kerentanan terhadap erosi, ketersediaan air, dsb. Pada sistem monokultur, keragaman ‘niches’ ini seringkali diabaikan, bahkan cenderung ditiadakan. Dalam agroforestri, petani memiliki banyak pilihan untuk menyesuaikan tanaman apa yang akan ditanam pada suatu ‘niches’, dan bukan ‘mengkoreksi’ untuk memanfaatkan ’niches’ tersebut, yang seringkali justru memboroskan biaya dan tenaga. Keunggulan ekonomi yakni memberi kesejahteraan kepada petani relatif lebih
tinggi dan berkesinambungan, karena agroforestri memiliki:
12
1.
Tanaman yang ditanam lebih beragam, yang biasanya dipilih jenis-jenis tanaman yang mempunyai nilai komersial dengan potensi pasar yang besar. Keragaman atau diversifikasi jenis hasil ini akan meningkatkan ketahanan terhadap fluktuasi harga dan jumlah permintaan pasar. Jadi sebenarnya dengan sistem ini petani telah menebar risiko, dengan jalan tidak 'meletakkan semua telur unggasnya dalam satu sarang' (do not put all eggs in one basket). Selanjutnya, dengan diperolehnya jenis hasil yang beragama dan berkesinambungan ini akan menjamin pendapatan petani lebih merata sepanjang tahun.
2.
Kebutuhan investasi yang relatif rendah, atau mungkin dapat dilakukan secara bertahap. Keunggulan sosial budaya yaitu keunggulan agroforestri yang berhubungan
dengan kesesuaian (adoptibility) yang tinggi dengan kondisi pengetahuan, ketrampilan dan sikap budaya masyarakat petani. Hal ini karena agroforestri memiliki: 1.
Teknologi yang fleksibel, dapat dilaksanakan mulai dari sangat intensif untuk masyarakat yang sudah maju, sampai kurang intensif untuk masyarakat yang masih tradisional dan subsisten.
2.
Kebutuhan input, proses pengelolaan sampai jenis hasil agroforestri umumnya sudah sangat dikenal dan biasa dipergunakan oleh masyarakat setempat.
3.
Filosofi budidaya yang efisien, yakni memperoleh hasil yang relatif besar dengan biaya atau pengorbanan yang relatif kecil. Keunggulan politis adalah agroforestri dapat memenuhi hasrat politik
masyarakat luas dan kepentingan bangsa secara keseluruhan, yakni:
13
1.
Agroforestri dapat dan sangat cocok dilakukan oleh masyarakat luas, adanya pemerataan kesempatan usaha, serta menciptakan struktur supply yang lebih kompetitif.
2.
Dapat meredakan ketegangan atau konflik politik, yang selama ini terus memanas akibat ketimpangan peran antar golongan dan ketidakadilan ekonomi.
3.
Kepercayaan yang diberikan masyarakat akan direspon dengan ‘‘rasa memiliki’’ dan menjaga sumber daya hutan/lahan yang memberi manfaat nyata kepada mereka. B. Keuntungan dan Kelemahan Sistem Agroforestri
1.
Keuntungan Keuntungan yang diperoleh dari identifikasi tumpang sari petani dilahan ini (Soekartiko, 1980 dalam Adiputranto, 1995) adalah : a. Meningkatkan produksi pangan, pendapatan petani , kesempatan kerja dan meningkatkan kualitas gizi masyarakat sehingga tercapai kesejahteraan petani sekitar hutan; b. Meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan petani sehingga diharapkan dapat dikembangkan sistem intensifikasi pertanian pada tanah-tanah kering di pedesaan yang berarti meningkatnya produktivitas tanah pertanian kering (tegalan). c. Meningkatnya kesadaran mayarakat akan fungsi-fungsi hutan yang diharapkan dapat mengurangi tekanan terhadap gangguan hutan. Pemanfaatan hutan sebagai penyedian pangan juga dilakukan secara tidak langsung, yaitu degan memanfaatkan kawasan hutan untuk memproduksi
14
sumber pangan. Pemanfaatan kawasan hutan; khususnya pada kawasan hutan produksi, zona pemanfaatan kawasan hutan konservasi, atau buffer zone pada kawasan hutan lindung; sudah banyak dilakukan bersama masyarakat untuk pengembangan komoditas lain diluar sektor kehutanan, khususnya untuk mendukung pemenuhan pangan dan obat-obatan, serta energi . kegiatan agroforesrty , silvofishery dan bhakan rencana pemanfaatan kawasan hutan produksi yang sudah tidak produktif melalui silvopastura, menjadi alternatif utama dalam meningkatkan kontribusi sektor kehutanan dalam penyediaan pangan (Dephut, 2009). 2.
Kelemahan Selain kebaikan-kebaikan yang dimiliki sistem agroforestri tersebut diatas, sistem ini juga memiliki kelemahan-kelemahan, baik kelemahan secara ekologis atau lingkungan, maupun kelemahan secara sosial ekonomis. Kelemahan dari aspek lingkungan antara lain : a. Kemungkinan terjadinya persaingan matahari, air tanah dan hara antara tanaman pohon (hutan) dengan tanaman pertanian/pangan dan pakan. b. Kerusakan tanaman pangan saat dilakukan pemanenan tanaman pohon (terutama saat penebangan kayu). c. Tanaman pohon secara potensial dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit tanaman pertanian. d. Relatif lamanya regenerasi tanaman pohon menyebabkan penyempitan lahan untuk tanaman pangan sejalan dengan semakin besarnya tanaman pohon (Chundawat dan Gautam, 1993).
15
Kelemahan dari segi sosial ekonomis antara lain sebagai berikut : a. Terbatasnya tenaga kerja yang berminat dibidang pertanian, khususnya dalam membangun sistem agroforestri. b. Terjadinya persaingan antara tanaman pohon dengan tanaman pangan yang dapat
menurunkan
hasil
tanaman
pangan
(sumber
gizi
keluarga)
dibandingkan pada penanaman dengan sistem monokultur. c. Waktu yang cukup panjang untuk menunggu panen tanaman pohon dapat mengurangi produksi sistem agroforestri.sistem agroforestri terutama yang berorientasi komersial diakui lebih komplek sehingga lebih sulit diterapkan, apalagi dengan pengetahuan petani yang terbatas dibandingkan pada sistem pertanian monokultur. d. Keengganan
sebagian
besar
petani
untuk
menggantikan
tanaman
pertanian/pangan dengan tanaman pohon atau sebaliknya yang lebih bernilai ekonomi (Chundawat dan Gautam, 1993). 3.
Mengatasi Kelemahan Sistem Agroforestri Dengan
tingkat
pengetahuan
yang
memadai,
sebenarnya
kelemahan-kelemahan sistem agroforestri tersebut di atas dapat dikendalikan sebagian atau seluruhnya dengan jalan yaitu : a. Penggunaan pohon leguminosa (pohon kacangan) atau tanaman berbuah polong yang sedikit dalam menghambat sinar matahari, sehingga kebutuhan cahaya untuk tanaman pangan dapat terpenuhi.
16
b. Pemilihan tanaman pohon dengan sistem perakaran dalam, sehingga mengurangi persaingan hara dan air dengan tanaman pangan di sekitar permukaan atau tanah lapisan atas. c. Jarak tanaman pohon dibuat lebih lebar, sehingga mengurangi persaingan cahaya matahari, hara dan air tanah dengan tanaman pangan dan memudahkan pada saat tanaman pohon akan dipanen (ditebang) dan lahan sela dapat ditanami tanaman semusim secara berkelanjutan (Nair, 1989 dalam Chundawat dan Gautam, 1993). C. Kegiatan Agroforetri Pada dasarnya agroforestri terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu kehutanan, pertanian dan peternakan atau perikanan. Pelaksanaan agroforestri tergantung pada keadaan fisik, sosial, ekonomi dan kondisi-kondisi ekologis setempat, sehingga dijumpai aneka bentuk agroforestri. Berbagai bentuk agroforestri ini diarahkan dalam rangka
diversifikasi
dan
optimalisasi
penggunaan
lahan
terutama
pada
daerah-daerah padat penduduk. Menurut Satjapradja (1981), di Indonesia paling sedikit ada lima jenis agroforestri, yang pelaksanaannya dapat dilakukan di dalam dan di luar kawasan hutan. Bentuk-bentuk agroforestri yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1.
Agrisilvikultur Yaitu suatu bentuk agroforestri yang merupakan campuran dari kegiatan kehutanan dan pertanian.
17
2.
Silvopastur Yaitu suatu bentuk agroforestri yang merupakan campuran kegiatan kehutanan dan peternakan. Bentuk ini cocok dikembangankan di daerah dimana penduduknya mengembangkan usaha peternakan sedangkan padang atau areal pengembalaan menjadi masalah. Pada silvopastur di bawah tegakan hutan di tanam rumput-rumput dan hijauan makanan ternak lainnya guna membantu memenuhi kebutuhan makanan ternak.
3.
Silvofishery Yaitu suatu bentuk agroforestri yang merupakan campuran kegiatan kehutanan dan perikanan. Bentuk ini umumnya dilaksanakan di daerah hutan payau atau daerah yang terpotong-potong oleh aliran sungai. Manfaat yang dapat diperoleh dengan menerapkan silvofishery pada tambak budidaya (Sualia dkk, 2010) yaitu a. Peningkatan produksi dari hasil tangkapan alam dan ini akan meningkatkan pendapatan petani ikan. b. Mencegah erosi pantai dan intrusi air laut ke darat, sehingga pemukiman dan sumber air tawar dapat dipertahankan. c. Dengan model sistem silvofishery, aspek ekonomi masyarakat dapat terpenuhi dari kegiatan budidaya ikan dan udang dalam tambak, sedangkan aspek perlindungan pantai dan konservasi bakau dilakukan dengan tetap menjaga bakau-bakau di pematang tambak dan bagian luar dari tambak. d. Kegiatan penanaman bakau dan pembuatan tambak dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat tanpa bantuan pemerintah, sehingga konsep social forestry
18
atau community forestry tercipta dengan sendirinya di wilayah pesisir tersebut. 4.
Farm Forestry Yaitu suatu bentuk agroforestri yang merupakan campuran kegiatan kehutanan dan pertanian di daerah pemukiman dimana tanaman hutan bukan merupakan tanaman utama. Pohon yang di tanam jenis yang cepat tumbuh dan cepat menghasilkan.
5.
Hutan Serba Guna (Agrisilvopastur) Yaitu suatu bentuk agroforestri yang merupakan campuran kegiatan kehutanan, pertanian dan peternakan. Ada berbagai bentuk sistem atau pratek agroforestri, baik yang bersifat
tradisional maupun modern, yang tersebar di wilayah tropis dan sub-tropis. Hal tersebut menunjukan rentang yang luas dari pada agroforestri yang bagi para ahli kehutanan/pertanian konvensional sulit untuk menerimanya. Kuenzel (1989), menyarankan berdasarkan interaksi yang nyata dari komponen-komponen penyusunnya. Oleh karenannya ada dua karakter pokok yang membedakan agroforestri dengan pemanfaatan lahan lainnya, yaitu : 1. Adanya pengkombinasian yang terencana/disengaja dalam satu unit lahan antara tumbuhan berkayu., tanaman pertanian dan atau peternakan baik secara bersamaan (pembagian ruang) ataupun bergiliran (bergantian). 2. Adanya
interaksi
ekologis
dan
atau
ekonomis
komponen-komponen sistem berkayu maupun tidak.
yang
nyata
antara
19
D. Produk Agroforestri Menurut Sardjono (1993), Sistem agroforestri memiliki karakter yang berbeda dan unik dibandingkan sistem pertanian monokultur. Adanya beberapa komponen berbeda yang saling berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan/atau ternak) membuat sistem ini memiliki karakteristik yang unik, dalam hal jenis produk, waktu untuk memperoleh produk dan orientasi penggunaan produk. Karakteristik agroforestri yang sedemikian ini sangat mempengaruhi fungsi sosial ekonomi dari sistem agroforestri. Jenis produk yang dihasilkan sistem agroforestri sangat beragam, yang bisa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : 1.
Produk untuk komersial misalnya bahan pangan, buah-buahan, hijauan makanan ternak, kayu bangunan, kayu bakar, daun, kulit, getah, dan lain-lain.
2.
Pelayanan jasa lingkungan, misalnya konservasi sumber daya alam (tanah, air, dan keanekaragaman hayati). Pola tanam itu dapat dilakukan dalam suatu unit lahan pada waktu
bersamaan (simultan) atau pada waktu yang berbeda/berurutan (sekuensial), melibatkan beraneka jenis tanaman tahunan maupun musiman. Pola tanam dalam sistem agroforestri memungkinkan terjadinya penyebaran kegiatan sepanjang tahun dan
waktu
panen
yang
berbeda-beda,
mulai
dari
harian,
mingguan,
musiman,tahunan, atau sewaktu-waktu. Keragaman jenis produk dan waktu panen memungkinkan penggunaan produk yang sangat beragam pula. Tidak semua produk yang dihasilkan oleh sistem agroforestri digunakan untuk satu tujuan saja. Ada sebagian produk yang digunakan untuk kepentingan subsisten, sosial atau komunal dan komersial maupun untuk jasa lingkungan (Sardjono, 1993).
20
E. Pendapatan Agroforestri Pearce dan Moran (1994) menjelaskan, bahwa nilai ekonomi total (total economic value) sumber daya lingkungan terdiri dari nilai terpakai (use value) dan nilai yang tidak terpakai (non-use value). Nilai terpakai dikelompokkan kedalam nilai terpakai langsung (inderect use value) sebagai manfaat fungsional ekosistem , seperti hutan untuk penyangga Daerah Aliran Sungai (DAS) dan nilai pilihan (option value) yaitu kesanggupan untuk membayar (willingness to pay-WTP)
untuk
melingdungi kepentingan generasi mendatang, seperti nilai asuransi. Pendapatan atau revenue merupakan kenaikan kotor atau gross dalam modal pemilik yang dihasilkan dari penjualan barang dagangan, pelaksanaan jasa kepada pelanggan atau klien, penyewa harta, peminjam uang, dan semua kegiatan usaha serta profesi yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan Pearce dan Moran (1994). Menurut PSAK (1999) dalam Anonim (2011),
pendapatan adalah arus
masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Menurut Senoaji (2009) pendapatan masyarakat dibedakan menjadi pendapatan yang diperoleh dari kegiatan di dalam kawasan hutan dan pendapatan lainnya dari kegiatan di luar kawasan hutan. F. Keadaan Umum Agroforestri Pada tahun 1971 dari asalnya Suka Bumi, Jawa Barat merantau Kalimantan Timur bersama Tatang berkerja di PT ITCI Kenangan Balikpapan sebagai tenaga
21
bangunan dan beliau tertarik akan kehutanan dengan cara mengamati akan arti hutan tersebut tetapi belum begitu di tekuni. Baru pada tahun 1974 melalui Kepala Desa Timbau (bapak Norsi) beliau pinjam pakai tanah seluas ¾ ha, pada lokasi ini membuat persemaian diantaranya rambutan (Nephellium lappacium), cengkeh (Eugenia aromaticum), mahoni (Swietenia mahagoni) sengon (Albizia chinensis) dan tanaman hias berupa bonsai dan lainnya. Dari penghasilan beliau mengolah tanah. Beliau lalu membeli tanah seluas 1,5 ha sehargga Rp.100.000,00 dan kondisinya padang ilalang pada lahan ini mulai pembukaannya system agroforestri dengan system tumpang sari berupa tanaman padi (Oryza sativa L.), kopi (Coffea arabica), cengkeh (Eugenia aromaticum), teh (Camelia sinensis) dan belinjo (Gnetum gnemon) sebagai tanaman pionir (utama) sedangkan tanaman kehutanan dengan sistem jalur di tanam dengan menggunakan bibit sisa hasil persemaian yang menjadi usaha yang pada masa itu sangat dibutuhkan oleh pemerintah dalam rangka penghijaun Bukit Suharto. Dari lahan tersebut terdapat berbagai tanaman pohon kehutan yang didominasi oleh pohon Agathis (Agathis lorantifolia) dimana benih diperoleh dari bogor sebagai uji coba dan ternyata dapat tumbuh dengan baik serta jenis buah-buahan (Wiyanto, 2005). Kemudian pada 1981 memulai program pemerintah, proyek nasional. Lahan ini mendapatkan kesempatan untuk pengukuhan tanah sebagai hak milik tanah dan bersertifikat atas nama R.E. Suhendri, untuk memperluas lokasi agroforestrnya pada tahun 1984 membeli lagi tanah seluas 1,5 ha yang terletak di seberang jalan raya dengan jarak
dari lahan pertama kurang lebih 50 m. lahan ini berharga Rp.
1.500.000,00 dengan jalan meminjam uang kepada bank sebesar RP. 3.000.000,00
22
sebagai jaminan sertifikat lahan pertama, sisa dari pinjaman digunakan untuk membuat sarana dan prasarana pada lahan pertama. Barulah sekitar tahun 1987 memulai secara intensif penanaman jenis kayu kehutanan dengan cara menyulaman jenis buah-buahan yang tidak produktif lagi dengan jenis Agathis, (Agathis lorantifolia) mahoni (Swietenia mahagoni), jati (Tectona grandis), dan jenis lokal lainnya pada lahan pertama. Sedangkan pada lahan kedua lebih banyak ditanam jenis Agathis (Aghatis lorantifolia) dan mahoni (Swietenia mahagoni) (Wiyanto, 2005). Dengan berhasilnya sistem agroforestri yang dilakukan, lokasi tersebut sering digunakan sebagai objek penelitian oleh beberapa lembaga pendidikan antara lain Universitas Mulawarman Samarinda, Universitas 17 Agustus Samarinda, Universitas Kutai Kartanegara, Balai Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan Samarinda, Civor Bogor dan LSM. Karena daya tarik baik keindahan maupun kesegaran udaranya lokasi tersebut juga dimanfaatkan sebgai sarana rekreasi bagi masyarakat umum (Wiyanto, 2005).
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Agrowisata Desa Bukit Biru Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara. Sedangkan waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini selama 5 (lima) bulan pada bulan Mei sampai dengan bulan September 2014 meliputi penyusunan proposal, pengambilan data, pengolahan data, dan penyusunan laporan penelitian. B. Alat dan Bahan 1.
Alat Alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut : a.
Alat tulis menulis digunakan untuk mencatat data yang diperoleh di lapangan.
b.
Daftar pertanyaan (kuisioner) digunakan sebagai bahan pertanyaan yang di sampaikan kepada narasumber.
c.
Kamera digunakan untuk pengambilan gambar atau dokumentasi pada saat pengambilan data.
d.
Kalkulator digunakan sebagai alat untuk menghitung data yang telah diperoleh.
2.
Bahan a.
Lahan agroforestri sebagai obyek penelitian
b.
Bapak Suhendri (pemilik lahan)
23
C. Prosedur Penelitian 1.
Persiapan Pelaksanaan Penelitian Persiapan yang dilakukan sebelum melaksanakan penelitian ada beberapa tahapan, antara lain : a. Persiapan Administrasi Persiapan ini antara lain : pembuatan proposal, surat perijinan, pembuatan kuisioner (tally sheet), penyusunan rencana kerja, dan konsultasi dosen pembimbing. b. Persiapan di Lapangan Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu melakukan observasi terlebih dahulu dimana penelitian akan di laksanakan.
2.
Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan langsung turun ke lapangan untuk melakukan tanya jawab kepada pihak pengelolah di Agro Wisata Desa Bukit Biru Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara. D. Pengolahan Data Pengelolah data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan berdasarkan
teknik wawancara diolah degan cara : 1.
Hasil Perjenis Produk, di hitung berdasarkan jumlah dari masing - masing jenis produk.
2.
Pendapatan Perjenis Produk, dihitung menggunakan rumus yang digunakan oleh. Kasim,( 2004)
24
PPP = HPP x HS Keterangan : PPP : Pendapatan Perjenis Produk HPP : Hasil Perjenis Produk HS : Harga Satuan 3.
Menghitung Pendapatan Total Pendapatan total merupakan jumlah keseluruhan dari pendapatan pada
budidaya/usaha yang dilakukan. Dengan rumus sebagai berikut : PT = PPP1 + PPP2 + PPP3 + ... + PPPn Keterangan : PT
: Pendapatan Total
PPP1
: Pendapatan Perjenis Produk 1 (pertama)
PPP2
: Pendapatan Perjenis Produk 2 (kedua)
PPP3
: Pendapatan Perjenis Produk 3 (Ketiga)
PPPn
: Pendapatan Perjenis Produk n (seterusnya)
4. Menghitung Kontribusi Pendapatan Perjenis Produk Terhadap Pendapatan Total Kontribusi pendapatan perjenis produk terhadap pendapatan total merupakan persentase kontribusi pendapatan perjenis produk terhadap pendapatan total. Dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan : X
: Kontribusi (%)
PPP
: Pendapatan perjenis produk
PT
: Pendapatan Total
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Berdasarkan
hasil
penelitian,
diketahui
responden
mengembangkan
budidaya agroforestri sejak tahun 1985 secara intensif dengan menanam jenis kayu kehutanan di sekitar tanaman palawija seperti jenis Agathis (Agathis lorantifolia), Mahoni (Swietenia mahagoni), Jati (Tectona grandis), dan Ulin (Eusideroxylon swageri). Sebelumnya beberapa jenis tanaman telah dikembang kan di areal tersebut seperti Palawija Teh (Camelia sinensis), Kopi (Coffea arabica) dan cengkeh (Eugenia aromaticum). Bentuk agroforestri yang dikembangkan oleh responden merupakan bentuk Hutan Serba Guna yang mengkombinasikan tanaman kehutanan, pertanian, peternakan dan perikanan. 1.
Jenis Komponen yang Dibudidayakan Dengan Sistem Agroforestri Jenis komponen yang dibudidayakan dengan sisitem agroforestri merupakan jenis tanaman kehutanan, pertanian, peternakan dan perikanan. Untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 1, Tabel 1. Jenis Komponen yang Dibudidayakan Dengan Sistem Agroforestri No 1
Komponen Kehutanan
Jenis Agathis (Agathis lorantifolia) Ulin (Eusideroxylon swageri) Mahoni (Swietenia mahagoni) Jati (Tectona grandis) Pinus (Pinus mercusii) Meranti (Shorea sp) Sungkai (Peronema canescens) Sengon (Albizia chinensis)
26
Tabel 1. lanjutan 2
Pertanian
3 4
Peternakan Perikanan
Teh (Camelia sinensis) Kopi (Coffea arabica) petai (Parkia speciosa) Nangka (Artocarpus heterophyllus Ayam kate Ikan nila
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jenis komponen yang dikembangkan
dengan
usaha
agroforestri
merupakan
jenis
komponen
kehutanan, pertanian, peternakan dan perikanan. Komponen kehutanan meliputi tanaman Agathis (Agathis lorantifolia), Mahoni (Swietenia mahagoni), Jati (Tectona grandis), Pinus (Pinus mercusii), Meranti (Shorea sp), Sungkai (Peronema canescens), Ulin (Eusideroxylon swageri), Buah nangka (Artocarpus heterophyllus) dan Buah petai (Parkia speciosa). Komponen pertanian meliputi tanaman teh dan kopi. Komponen peternakan meliputi ayam kate. Serta komponen perikanan yaitu ikan nila. 2. Jenis-Jenis Produk Dari Budidaya Dengan Sistem Agroforestri Jenis – jenis produk yang dikembangkan dari budidaya dengan sistem agroforestri merupakan jenis tanaman kehutanan, peternakan dan jenis usaha lain. Untuk lebih jelas dapat di lihat pada Tabel 2,. Tabel 2. Jenis – jenis Produk dari Budidaya dengan Sistem Agroforestri No
Jenis Komponen
1
Pertanian
2 3
Peternakan Usaha Lain
Jenis Produk Buah petai (Parkia speciosa) Buah nangka (Artocarpus heterophyllus) Telur Ayam Kate Sarana penelitian/pendidikan Makanan dan minuman
Dari tabel di atas dilihat bahwa jenis produk yang dikembangkan oleh responden antara lain produk Buah petai (Parkia speciosa), produk Buah
27
nangka (Artocarpus heterophyllus), produk Telur Ayam Kate serta usaha lain berupa sarana penelitian/pendidikan dan ditambah makanan dan minuman. 3.
Pendapatan Perjenis Produk Dari Budidaya Dengan Sistem Agroforestri Berdasarkan hasil penelitian, diketahui pendapatan perjenis produk usaha agroforestri yaitu produk Buah petai, Buah nangka, Telur Ayam Kate, makanan dan minuman yang dijual, serta sarana penelitian dan pendidikan Untuk lebih jelas dapat di lihat pada Tabel 3, Tabel 3. Pendapatan Agroforestri Per Jenis Produk dalam Satu Tahun No 1
Jenis Produk Pertanian a. Buah petai (Parkia
speciosa)
2 3
b. Buah nangka (Artocarpus heterophyllus) Peternakan Telur Ayam Kate Usaha Lain a. sarana penelitian dan pendidikan b. Makanan c. Minuman Total
Jumlah
Harga (Rp)
Satuan
Jumlah (Rp)
25
8.000
Ikat
200.000
40
5.000
Buah
200.000
480
3.000
Butir
1.440.000
-
-
-
3.000.000
3.650 3.650
10.000 10.000
Mangkok Gelas
36.500.000 36.500.000 76.840.000
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pendapatan jenis produk yang terbesar adalah produk dari hasil makanan dan minuman masing-masing sebesar Rp. 36.500.000,- per tahun selanjutnya sarana penelitian dan pendidikan sebesar Rp.3.000.000,- per tahun kemudian pendapatan produk telur ayam kate sebesar Rp.1.440.000,- per tahun sedangkan pendapatan paling kecil yaitu hasil dari
produk buah petai dan buah nangka masing -
masing sebesar Rp.200.000,- per tahun.
28
4.
Kontribusi Pendapatan Perjenis Produk Terhadap Pendapatan Total Dalam Satu Tahun Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kontribusi pendapatan perjenis produk terhadap pendapatan total dalam satu tahun dihasilkan dari komponen pertanian, peternakan, serta komponen lain seperti sarana penelitian/pendidikan, makanan dan minuman. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 4, Tabel 4. Kontribusi Pendapatan Perjenis Produk Terhadap Pendapatan Total Dalam Satu Tahun No
Komponen
1 2 3 4
Kehutanan Pertanian Peternakan Perikanan Lain-lain (sarana penelitian/pendidikan, makanan dan minuman) Pendapatan Total
5
Pendapatan Perkomponen (Rp)
Kontribusi (%)
0 400.000 1.440.000 0
0 0,51 1,85 0
76.000.000
97,64
77.840.000
100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kontribusi terbesar dihasilkan dari komponen lainnya yaitu sarana penelitian/pendidikan, produk makanan dan minuman sebesar 97,64 % dan kontribusi terkecil dihasilkan dari komponen pertanian yaitu produk buah petai dan buah nangka sebesar 0,51 %. Sedangakan komponen kehutanan dan perikanan tidak memberikan kontribusi terhadap pendapatan total.
29
Kon ntribusi Pendapatan Per Jenis Produk 0,51 %
1,85 %
Pertanian Peternakan
97,64 %
Lainlain
Gamba ar 1. Kontribusi Pendapatan per Jenis Produk B. Pembahasan Berdasarkan pe enelitian dan perhitungan diketahui rata-rata a pendapatan perjenis produk dalam tahun berjalan adalah Rp. 76.840.000,- per tah hun. Dari hasil hwa responden mengembangkan sistem agrofforestri dalam penelitian diketahui bah bentuk Agrowisata yan ng diharapkan dapat menarik wisatawan untuk menikmati berbagai jenis hasil p pertanian dan sekaligus memberikan dorong gan terhadap pengenalan berbagai jenis lainnya seperti pertanian, kehutanan n, perikanan, ultura. Bilamana agrowisata dikelola secara a profesional, peternakan dan holtiku agrowisata dapat mem mberikan manfaat cukup luas terhadap ling gkungan dan membantu masyarakat dalam bentuk pendapatan. Hal ini sejalan dengan pendapat Gumelar s. Sastrayuda a (2010) yang menyatakan Aktivitas agrowisata diharapkan dapat menarik para wissatawan untuk menikmati berbagai jenis hasil pertanian dan
30
sekaligus memberikan dorongan kepada pengenalan berbagai jenis hasil lainnya seperti perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan dan holtikultura. Jenis – jenis produk yang dikembangkan antara lain produk Buah petai (Parkia speciosa) dan buah Nangka (Artocarpus heterophyllus) merupakan komponen dari jenis pertanian. Sedangkan produk Telur Ayam Kate merupakan komponen dari peternakan. Serta dari jenis usaha lain berupa Sarana penelitian dan pendidikan, penjualan makanan dan minuman. Pendapatan perjenis produk dari budidaya dengan sistem agroforestri dihasilkan dari produk buah petai dan buah nangka masing - masing sebesar Rp.100.000,- per periode (6 bulan) dan produk tersebut dapat menghasilkan pendapatan satu tahun sebanyak 2 kali sebesar Rp. 200.000,- merupakan produk pertanian yang dihasilkan sebagai pendapatan pada budidaya dengan sistem agroforestri berupa produk buah–buahan seperti buah Petai dan buah nangka, sedangkan hutan yang dikelolah tidak dimanfaatkan kayunya tetapi dimanfaatkan sebagai fungsi perlidungan atau pencegahan dari kerusakan sumberdaya lingkungan (proteksi). Hal ini sependapat oleh Nair, (1989) dalam Chundawat dan Gautam, (1993) bahwa fungsi proteksi yaitu sistem agroforestri yang lebih ditujukan untuk perlidungan atau pencegahan dari kerusakan sumberdaya lingkungan dan sekaligus pemeliharaan sistem produksi seperti tanaman pagar, pematah angin, kebakaran, konservasi tanah dan air, penguat bantaran sungai. Sedangkan pendapatan dari peternakan berupa produk telur ayam kate sebesar Rp.1.440.000,- per tahun. Produk tersebut dapat menghasilkan pendapatan setiap minggunya. Karena waktu yang dibutuhkan ayam kate untuk bertelur selasa 5
31
sampai 6 hari. Sementara pendapatan dari jenis usaha lainya dari sarana penelitian dan pendidikan sebesar Rp.3.000.000,- per tahun yang dihasilkan dari pengunjung yang ingin melakukan penelitian maupun kegiatan pembelajaran secara langsung di areal Agroforestri milik Bapak Suhendri. Sementara jenis usaha lainya yang juga merupakan pendapatan paling besar dari hasil penjualan makanan dan minuman masing-masing menyumbang sebesar Rp.36.500.000,- yang didapat dari tamu pengunjung yang ingin menikmati suasana yang agroforestri milik bapak suhendri. Kontribusi
pendapatan
perjenis
produk
terhadap
pendapatan
total
merupakan persentase dari pendapatan perjenis produk dari keseluruhan pendapatan. Kontribusi pendapatan dari hutan dapat berupa produk - produk agroforestri yang ditanam di lahan seperti buah petai dan buah nagka dan ditambah dengan kontribusi pendapatan dari luar kawasan hutan seperti usaha telur ayam kate dan usaha warung. Hal ini didukung penelitian Senoaji (2009) yang menyatakan pendapatan masyarakat dibedakan menjadi pendapatan yang diperoleh dari kegiatan di dalam kawasan hutan dan pendapatan lainya dari kegiatan diluar kawasan hutan. Selanjutnya pendapatan lainnya dari kegiatan di luar kawasan hutan berupa Sarana penelitian dan pendidikan diperoleh dari santunan pengunjung yang datang ingin melakukan penelitian maupun praktek di areal tersebut. Hal ini disebabkan tanaman kehutanannya tidak dimanfaatkan secara ekonomi tetapi dimanfaatkan sebagai Hutan konservasi. Sehingga digunakan sebagai sarana penelitian dan pendidikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Suhendri, (2014) yang menyatakan agroforestri yang dikembangkan merupakan hutan konservasi yang hanya untuk
32
dijadikan tempat penelitian dan pendidikan yang jenis kehutananya tidak untuk dipanen. Dari pembahasan di atas menunjukan bahwa pola agroforestri mampu memberikan kontribusi dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga melalui pengkombinasian tanaman kehutanan dengan tanaman pertanian, peternakan serta perikanan. Pengembangan agroforestri mempunyai prospek yang cukup baik dalam kontribusinya terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga disamping menjaga keamanan dan kelestarian hutan. Sistem agroforestri yang diatur dengan baik akan meningkatkan kesuburan produktifitas tanaman. Apabila dirancang dan dibimbing dengan baik, sistem agroforestri dapat diarahkan untuk meningkatkan kontribusi pendapatan rumah tangga melalui penanaman komoditas tertentu yang bernilai ekonomi tinggi seperti pangan dan hortikultura.
32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil melakukan penelitian di Agrowisata Desa Bukit Biru adalah sebagai berikut : 1.
Jenis-jenis tanaman kehutanan yang dibudidayakan antara lain yaitu Agathis (Agathis lorantifolia), Mahoni (Swietenia mahagoni), Jati (Tectona grandis), Ulin (Eusideroxylon swageri). Pinus (Pinus mercusii), Meranti (Shorea sp), Sungkai (Peronema canescens)
2.
Jenis produk yang dikembangkan antara lain Petai (Parkia speciosa), Nangka (Artocarpus heterophyllus), Telur Ayam Kate, serta usaha lain berupa sarana penelitian dan pendidikan ditambah hasil dari penjualan makanan dan minuman.
3.
Pendapatan perjenis produk dari budidaya dengan sistem agroforestri yaitu produk Petai dan Nangka masing - masing sebesar Rp. 200.000,- per tahun, produk Telur Ayam Kate sebesar Rp. 1.440.000,- per tahun, serta santunan dari
pengunjung
yang
melakukan
penelitian
dan
pendidikan
sebesar
Rp.3.000.000,- per tahun dan hasil penjualan makanan dan minuman masingmasing menyumbang sebesar Rp. 36.500.000,- per tahun 4.
Kontribusi terbesar dalam pendapatan perjenis produk terhadap pendapatan total adalah komponen lainnya yaitu sarana penelitian/pendidikan, produk makanan dan minuman sebesar 97,64 %. Selanjutnya komponen peternakan yaitu produk Telur Ayam Kate sebesar 1,85 % dan kontribusi terkecil adalah komponen pertanian yaitu produk Petai dan Nangka sebesar 0,51 %.
33
B. Saran Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Perlunya pengelola dengan system agroforestri dapat mengembangkan agroforestri
yang
lebih
baik
sehingga
dapat
meningkatkan
kontribusi
pendapatan bagi rumah tangga. 2.
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa bukit biru, pemerintah daerah khususnya Kalimantan Timur tepatnya Kabupaten Kutai Kartanegara perlu
memberikan
bantuan
dalam
bentuk
dana
atau
dalam
pembinaan/penyuluhan oleh pengelola Agroforestri mandiri dengan tujuan menambah daya tarik masyarakat untuk mengembangkan hutan dengan sistem Agroforestri.
34
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Defenisi Agroforestry. http:// www. scribd. com/ doc/ 53304694/ Definisi- Agroforestry (Di unduh pada tanggal 24 Agustus 2014) Anonim. 2011. Pengertian Definisi Pendapatan Menurut Para Ahli. http:// definis ipengertian. com/ 2012/ pengertian- definisi- pendapatan- menurut-paraahli/ 2011. (Di unduh pada tanggal 24 Agustus 2014) Anonim. 2013. Pengertian Hutan, Manfaat Hutan & yang Mempengaruhi Persebaran Hutan. http:// green. kompasiana. com/ penghijauan/ 2013/04/07/ pengertian –hutan –manfaat -hutan-yang-mempengaruhipersebaran-hutan-549007.html (Diunduh pada tanggal 24 Agustus 2014) Chundawat dan gautam, 1993. System Agroforestry Memiliki Beberapa Kelebihan. http://green.kompasiana.com/ penghijauan /2013/08/22/poinpenting-mengenai-agroforestri -583003. html Diunduh 2014 De Foresta, dkk. 2000. Ketika kebun berupa hutan Agroforest khas Indonesia sebuah sumbangan masyarakat. ICRAF. Bogor. Dudi 2012. Menciptakan Agribisnis Berpotensi Ekonomi. Badan Pengkajian dan Penerapan Jakarta. Jakarta Gumelar, s. Sastra Yuda, 2010. Pengembangan Dan Pengelolaan. http://google.com Resort And Lesure (Diunduh Pada tanggal 29 September 2014 Kasim, 2004. Petunjuk Menghitung Keuntungan Usaha Tani. Universitas Indonesia, Jakarta Pearce, D.W. dan D. Moran, 1994. The economic value of Biodiversity. In Association with the Biodiversity programe of IUCN-the World conservation Union. Earthscan publications Ltd. London. Sardjono, dkk. 1993. Agroforestri. INCRAF. Bogor. Sardjono, dkk. 1993. Fungsi dan Peran Agroforestri. INCRAF. Bogor. Sardjono, dkk. 2003. Prospek Penelitian dan Pengembangan Agroforestri di Indonesia. INCRAF. Bogor. Sartjapradja. O, 1981. Agroforestri di Indonesia, Pengertian dan Implementasinya, projiding Seminar Agroforestri dan Pengendalian Peradangan. Jakarta.
35
Senoaji. G, 2009. Kontribusi Hutan Lindung Terhadap Pendapatan Masyarakat Desa di Sekitarnya: Studi Kasus di Desa Air Lanang Bengkulu. Penelitian. Universitas Bengkulu. Bengkulu. Soemarwoto. O, 1985. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan Jembatan. Djambatan. Bandung Soekartiko, 1980 dalam Adiputranto, 1995. Meningkatnya Produksi Pangan Pendapatan Petani http://pse.litbang. deptan.go. id/ind/pdffiles /FAE292b.pdf Diunduh 2014 Suhaemi, M. 1987. Dinamika Kebun Pekarangan Masyarakat Transmigrasi Di Daerah Bukit Biru Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai. Skripsi Sarjana Kehutanan Universitas Kehutanan. Samarinda Suhendri. 2014. Agroforestri Memecahkan Berbagai Masalah. Kependudukan, pencemaran, Meningkatkan Pendapatan, Sarana Penelitian Dan Pendidikan.
37
Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian.
Gambar 2. Wawancara Dengan Pemilik Lahan
Gambar 3. Pengambilan Data Dilapangan
38
Lampiran 1. Lanjutan
Gambar 4. Kondisi Lahan Agroforestri Milik Bapak Suhendri
Gambar 5. Kolam Ikan Milik Bapak Suhendri
36
Pendapatan per periode
Tabel 5. Pendapatan Agroforestri Dalam Satu Periode Milik Pak Suhendri No
Jenis Produk
1
Pertanian a. Buah petai (Parkia speciosa)
b. Buah nangka (Artocarpus heterophyllus)
2
12.5
20
Harga (Rp)
8.000
5.000
Satuan
Ikat
Buah
Jumlah (Rp)
keterangan
100.000
Pendapatan dalam 1 periode jangka waktu 6 bulan
100.000
Pendapatan dalam 1 periode jangka waktu 6 bulan
30.000
Pendapatan dalam 1 periode jangka waktu 1 minggu
Peternakan Telur Ayam Kate
3
Jumlah
10
3.000
Butir
Usaha Lain a. sarana penelitian dan pendidikan
-
-
-
250.000
a. Makanan
304
10.000
Mangkok
3.040.000
b. Minuman
304
10.000
Gelas
3.040.000
Pendapatan Total .
Pendapatan dalam 1 periode jangka waktu 1 bulan Pendapatan dalam 1 periode jangka waktu 1 bulan Pendapatan dalam 1 periode jangka waktu 1 bulan
6.560.000
39
DAFTAR PERTANYAAN
I.
Identitas Responden 1. 2. 3. 4. 5.
Nama (Usia) Jenis Kelamin Suku Pendidikan Jumlah Anggota Keluarga
: : : : :
II. Data Umum Agroforestri Yang Dikelola 1. Alamat lokasi angroforestri : ....................................................................... 2. Berapa luas total lahan yang Bapak miliki : ............................................... 3. Jenis produk yang dikembangkan di agroforestri ? A. Kehutanan 1. …………………. 2. ………………… 3. ………………… 4. ………………... 5. ……………….. B. Perkebunan/Pertanian 1. ………………. 2. ………………… 3. ………………. 4. ……………… C. Jenis peternakan 1. ……………… 2. ………………. 3. …………….. 4. …………….. 5. ……………... D. Lainnya 1. ................... 2. .................... 3. .................. 4. .................. 5. ....................
Banyaknya
Tahun mulai
40
4. No
Hasil produk dari agroforestri
Jenis Produksi/Komoditi Pohon :
1
Buah-buahan :
2
Sayur-sayuran :
3
Ternak :
4
Lainnya :
5
Periode Produksi
Jenis Produksi
Jumlah Produksi
Harga Satuan
Jumlah Pendapatan