perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KONTRIBUSI PANJANG TUNGKAI, KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL TERHADAP PENCAPAIAN PRESTASI OLAHRAGA SELAM PADA ATLET SELAM PUTERA PERSATUAN OLAHRAGA SELAM SELURUH INDONESIA DI PROVINSI JAWA TENGAH
TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan
Oleh Satrio Sakti Rumpoko A.121008025
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2013 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ILMIAH
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa : 1. Tesis
yang
KEKUATAN
berjudul OTOT
:
“KONTRIBUSI TUNGKAI
DAN
PANJANG
TUNGKAI,
VOLUME
OKSIGEN
MAKSIMAL TERHADAP PENCAPAIAN PRESTASI OLAHRAGA SELAM PADA ATLET SELAM PUTERA PERSATUAN OLAHRAGA SELAM SELURUH INDONESIA DI PROVINSI JAWA TENGAH” ini adalah karya penelitian saya sendirian bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan (Permendiknas No 17, tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Ilmu Keolahragaan PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Ilmu Keolahragaan PPs UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku. Surakarta, 12 Februari 2013 Mahasiswa
commit to user
iv
Satrio Sakti Rumpoko A.121008025
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Tesis ini dipersembahkan kepada: - Bapak, Ibu, Adik dan Keluarga Besarku - Vera Septi Sistiasih - Pengurus dan Atlet Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia di Jawa Tengah - Teman
–
teman
Program
Keolahragaan Pascasarjana UNS - Almamater
commit to user
v
Studi
Ilmu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Hari Ini Mengabdi, Esok Kami Berbakti” (BAKORLAK EMERGENCY SAR UNS)
“Masa depan adalah sebuah usaha yang sedang kita kerjakan
saat ini” (Satrio Sakti R)
“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah” (Thomas Alva Edison)
" Sukses bukanlah akhir dari segalanya, kegagalan bukanlah sesuatu yang fatal: namun keberanian untuk meneruskan kehidupanlah yang diperhatikan " (Sir Winston Churchill)
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim, Dengan memanjatkan Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan rahmatNya, sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Tesis ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan serta dukungan dari semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S
selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Prof. Dr. Sugiyanto, Selaku pembimbing I yang telah secara seksama dan dengan penuh kesabaran dalam mencurahkan pikiran, waktu, serta tenaga untuk memberikan bimbingan sampai tesis ini dapat selasai. 4. Prof. Dr. Kiyatno, dr, PFK, M.Or, AIFO selaku pembimbing II yang telah secara seksama dan dengan penuh kesabaran dalam mencurahkan pikiran, waktu, serta tenaga untuk memberikan bimbingan sampai tesis ini dapat selasai. 5. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd selaku ketua program studi ilmu keolahragan yang telah memberikan masukan dan arahan demi kesempurnaan produk hasil penelitian. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Ketua POSSI Solo Bapak Trisno Sudjarwanto telah memberikan ijin, masukan dan arahan dalam penyelesaian penelitian serta dukunganya hingga terselesaikanya studi ini. 7. Ketua POSSI Semarang Bapak Nur Hidayat. A.Md yang telah memberikan ijin, masukan dan arahan dalam penyelesaian penelitian serta dukunganya hingga terselesaikanya studi ini. 8. Ketua POSSI Demak Bapak Ir. Gatot Sampurno yang telah memberikan ijin, masukan dan arahan dalam penyelesaian penelitian serta dukunganya hingga terselesaikanya studi ini. 9. Ketua POSSI Pekalongan Bapak H. M. Freddy Wijaya, Sm. Hk yang telah memberikan ijin, masukan dan arahan dalam penyelesaian penelitian serta dukunganya hingga terselesaikanya studi ini. 10. Atlet selam putra POSSI di Jawa tengah yang bersedia menjadi sampel penelitian. 11. Seluruh
staf
pengajar/dosen
Prodi
Ilmu
Keolahragaan
Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis. 12. Teman - teman Program Studi IOR angkatan 2010 yang telah membantu dalam proses penyelesaian penulisan tesis ini. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan baik moril atau materiil sehingga dapat terselesaikan penulisan tesis ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan yang diberikan dengan tulus dan ikhlas. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai bekal demi kesempurnaan tesis ini. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Surakarta, Penulis commit to user
viii
Februari 2013
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI .......................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ v HALAMAN MOTTO ................................................................................ vi KATA PENGANTAR ............................................................................... vii DAFTAR ISI .............................................................................................. ix DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvi ABSTRAK ................................................................................................. xvii ABSTRACT ................................................................................................. xix BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 5 C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 6 D. Perumusan Masalah ...................................................................... 6 E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7 F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 9 commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................... 10 A. Kajian Teori .................................................................................. 10 1. Olahraga Selam ...................................................................... 10 a. Pengertian Olahraga Selam .......................................... 10 b. Sejarah Olahraga Selam ............................................... 11 c. Jenis Penyelaman ......................................................... 14 d. Syarat Menjadi Penyelam ............................................. 16 e. Standar Jenjang Penyelaman Olahraga ........................ 16 f. Program Pendidikan dan Pelatihan Selam Olahraga .... 19 g. Kelompok Umur dan Nomor Perlombaan Selam......... 56 h. Analisis Mekanik Gerak Olahraga Selam .................... 58 i. Prestasi Olahraga Selam ............................................... 62 2. Panjang Tungkai .................................................................... 65 a. Definisi Panjang Tungkai ............................................. 65 b. Faktor-faktor yang Menyebabkan Panjang Tungkai .... 66 c. Anatomi Tungkai .......................................................... 68 d. Peranan Panjang Tungkai dalam Olahraga Selam ....... 71 3. Kekuatan Otot Tungkai .......................................................... 73 a.
Pengertian Kekuatan Otot Tungkai .............................. 73
b.
Macam-macam Kekuatan ............................................. 74
c.
Faktor-faktor yang Penyebab Kekuatan Otot ............... 78
d.
Latihan Kekuatan ......................................................... 82
e.
Peranan Kekuatan Otot Tungkai Dalam commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Olahraga Selam ............................................................. 87 4. Volume Oksigen Maksimal ................................................... 89 a. Pengertian Daya tahan Kardiovaskuler ........................ 89 b. Sistem Energi .............................................................. 90 c. Sistem Kardiovaskuler ................................................. 95 d. Pengertian Volume Oksigen Maksimal ........................ 100 e. Peranan Volume Oksigen Maksimal dalam Olahraga Selam ............................................................ 106 B. Penelitian Yang Relevan ............................................................... 107 C. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 107 D. Perumusan hipotesis ..................................................................... 111 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 112 A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 112 B. Metode Penelitian ......................................................................... 113 C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 114 D. Definisi Operasional Variabel ...................................................... 115 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 117 F. Petunjuk Pelaksanaan Tes dan Pengukuran ................................. 118 G. Teknik Analisis Data..................................................................... 122 1.
Uji Prasyarat Analisis .......................................................... 123
2.
Pengujian Hipotesis ............................................................. 125
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................ 130 A.
Deskripsi Data ............................................................................... 130 commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B.
Uji Prasyarat Analisis ................................................................... 132
C.
Pengujian Hipotesis ...................................................................... 136
D.
Pembahasan Hasil Analisis Data .................................................. 148
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................. 152 A.
Simpulan ....................................................................................... 152
B.
Implikasi ....................................................................................... 154
C.
Saran ............................................................................................. 157
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 159 LAMPIRAN ............................................................................................... 161
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Persamaan tekanan ........................................................................ 35 Tabel 2. Jadwal Penelitian........................................................................... 113 Tabel 3. Deskripsi Data Hasil Tes Panjang Tungkai, Kekuatan Otot Tungkai, Volume Oksigen Maksimal dan Prestasi Olahraga Selam ............................................................... 130 Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas ................................................. 133
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Masker ...................................................................................... 21 Gambar 2. Snorkel ...................................................................................... 22 Gambar 3. Snorkel ...................................................................................... 22 Gambar 4. Snorkel ...................................................................................... 23 Gambar 5. Fins
...................................................................................... 24
Gambar 6. Fins
...................................................................................... 24
Gambar 7. Boot
...................................................................................... 25
Gambar 8. Wetsuit ...................................................................................... 25 Gambar 9. Buoyancy vest ........................................................................... 26 Gambar 10. BCD ...................................................................................... 27 Gambar 11. Tabung SCUBA ...................................................................... 28 Gambar 12. K-Valve ................................................................................... 30 Gambar 13. J-Valve .................................................................................... 30 Gambar 14. Regulator ................................................................................. 32 Gambar 15. Weight Belt ............................................................................. 32 Gambar 16. Deep Gauge dan Pressure Gauge ............................................ 33 Gambar 17. Perbandingan Tekanan ............................................................ 34 Gambar 18. Pengaruh Tekanan ................................................................... 37 Gambar 19. Tekanan Parsial Gas ................................................................ 39 commit to user Gambar 20. Daya Apung............................................................................. 42 xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 21. Tabel Selam ............................................................................. 53 Gambar 22. Prestasi olahraga ...................................................................... 64 Gambar 23. Panjang Tungkai ...................................................................... 66 Gambar 24. Muscle of The Knee Joint ...................................................... 69 Gambar 25. Muscle of The Ankle and Foot ................................................ 71 Gambar 26. Sistem Pengungkit ................................................................... 81 Gambar 27. Glikolisis Aerobik ................................................................... 104 Gambar 28. Daur Krebs .............................................................................. 104 Gambar 29. Sistem Transport Elektron ....................................................... 105 Gambar 30. Grafik Uji linieritas ................................................................. 134 Gambar 31. Grafik uji Linieritas ................................................................. 135 Gambar 32. Grafik Uji Linieritas ................................................................ 136
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Data Atlet POSSI Putra Provinsi Jawa Tengah ...................... 161 Lampiran 2. Data Panjang Tungkai ............................................................ 162 Lampiran 3. Data Kekuatan Otot Tungkai .................................................. 163 Lampiran 4. Data Volume Oksigen Maksimal ........................................... 164 Lampiran 5. Data Prestasi Selam ................................................................ 165 Lampiran 6. Rekapitulasi Data .................................................................... 166 Lampiran 7. Uji Normalitas ........................................................................ 167 Lampiran 8. Tabel Kerja Menghitung Korelasi .......................................... 171 Lampiran 9. Uji Linieritas ........................................................................... 172 Lampiran 10. Analisis Korelasi Tiap Prediktor .......................................... 179 Lampiran 11. Analisis Regresi Tiga Prediktor ............................................ 197 Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian ........................................................ 207
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Satrio Sakti Rumpoko. A.121008025. 2013. Kontribusi Panjang Tungkai, Kekuatan Otot Tungkai, dan Volume oksigen Maksimal Terhadap Pencapaian Prestasi Olahraga Selam Pada Atlet Selam Putera Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia di Provinsi Jawa tengah. TESIS. Pembimbing 1: Prof. Dr. Sugiyanto, II: Prof. Dr. Kiyatno, dr, PFK, M.Or, AIFO Program Studi Ilmu Keolahragaan, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan panjang lengan dengan prestasi olahraga selam dan bila ada seberapa besar kontribusi tersebut. (2) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kekuatan otot tungkai dengan prestasi olahraga selam dan bila ada seberapa besar kontribusi tersebut. (3) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam dan bila ada seberapa besar kontribusi tersebut. (4) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan prestasi olahraga selam dan bila ada seberapa besar kontribusi tersebut. (5) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan panjang tungkai dan volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam dan bila ada seberapa besar kontribusi tersebut. (6) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam dan bila ada seberapa besar kontribusi tersebut. (7) Untuk mengetahui hubungan panjang tungkai, kekuatan otot tungkai, dan volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam dan bila ada seberapa besar kontribusi tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan studi korelasional. Populasi penelitian ini adalah atlet selam putera di provinsi Jawa Tengah yang berjumlah 17 atlet. Dari jumlah populasi tersebut diambil 14 atlet sebagai sampel dengan menggunakan proportional random sampling Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan tes dan pengukuran penelitian dengan menggunakan yang terdiri dari empat variabel yaitu panjang tungkai, kekuatan otot tungkai, volume oksigen maksimal dan prestasi olahraga selam. Untuk mengukur panjang tungkai diukur dari pangkal paha sampai kaki, untuk mengukur kekuatan otot tungkai dengan leg dynamometer, untuk mengukur volume oksigen maksimal dengan Multistage Fitness Tes dan prestasi olahraga selam dengan 15 menit endurance swim. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment dan analisis regresi tiga prediktor dengan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Ada hubungan yang signifikan antara panjang tungkai dengan prestasi olahraga selam, rhitung = 0,841 > rtabel 5%. = 0,497 dan memberikan kontribusi sebesar 18,12%. (2) Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dengan prestasi olahraga selam, rhitung = 0,851 > rtabel 5%. = 0,497 dan memberikan kontribusi sebesar 7,67 %. (3) Ada hubungan yang signifikan antara volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam, rhitung = 0,928 > rtabel 5%. = 0,497 dan memberikan kontribusi sebesar 24,45 %. (4) Ada hubungan yang signifikan antara panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan prestasi olahraga selam, rhitung = 0,878 > rtabel 5%. = commit to user 0,497) dan memberikan kontribusi sebesar 41,24%. (5) Ada hubungan yang xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
signifikan antara panjang tungkai dan volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam, rhitung = 0,863 > rtabel 5%. = 0,497 dan memberikan kontribusi sebesar 7,96%. (6) ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam, rhitung = 0,929 > rtabel 5%. = 0,497 dan memberikan kontribusi sebesar 5,42%. (7) Ada hubungan yang signifikan antara panjang tungkai, kekuatan otot tungkai, volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam dan memberikan kontribusi sebesar 50,25%.
Kata kunci: Panjang Tungkai, Kekuatan Otot Tungkai, Volume Oksigen Maksimal, Olahraga Selam
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Satrio Sakti Rumpoko. A.121008025. 2013. The Contribution of Limb Length, Limb Muscle Strength, and Maximum Oxygen Volume to the Achievement of Diving Sport Feat in the Male Diving Athletes of Indonesian Diving Sport Association in Central Java Province. THESIS. First Advisor: Prof. Dr. Sugiyanto, Second Advisor: Prof. Dr, Kiyatno, dr, PFK, M.Or., AIFO, Sports Science Study Program, Postgraduate Program of Surakarta Sebelas Maret University.
ABSTRACT
The objectives of research are: (1) to find out whether or not there is a relationship between limb length and diving sport achievement and if there is, how much the contribution is; (2) to find out whether or not there is a relationship between limb muscle strength and diving sport achievement and if there is, how much the contribution is; (3) to find out whether or not there is a relationship between maximum oxygen volume and diving sport achievement and if there is, how much the contribution is, (4) to find out whether or not there is a relationship of limb length and limb muscle strength to diving sport achievement and if there is, how much the contribution is, (5) to find out whether or not there is a relationship of limb length and maximum oxygen volume to diving sport achievement and if there is, how much the contribution is, and (6) to find out whether or not there is a relationship of limb muscle strength and maximum oxygen volume to diving sport achievement and if there is, how much the contribution is, and (7) to find out whether or not there is a relationship of limb length, limb muscle strength and maximum oxygen volume to diving sport achievement and if there is, how much the contribution is. This study employed a descriptive method with correlational study. The population of research was the male diving athletes in Central Java province consisting of 17 athletes. Out of these number, 14 athletes were taken as the sample using proportional random sampling. Techniques of collecting data used were test and research instrument consisting of four variables: limb strength, limb muscle strength, maximum oxygen volume and diving sport achievement. To find out the limb length, it was measured from the thigh base to the foot, while to measure the limb strength, leg dynamometer was used, and to measure the maximum oxygen volume, Multistage Fitness Test and diving sport achievement were used with 15 minutes endurance swim. Technique of analyzing data used was product moment correlation and three predictor regression analysis at significance level of 5%. Considering the result of research, the following conclusions could be drawn. (1) There was a significant relationship between limb length and diving sport achievement, rstatistic = 0.841commit > rtable 5% 0.497 and it contributed 18.12%. (2) to =user There was a significant relationship between limb muscle strength and diving xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sport achievement, rstatistic = 0.851 > rtable 5% = 0.497 and it contributed 7.67%. (3) There was a significant relationship between maximum oxygen volume and diving sport achievement, rstatistic = 0.928 > rtable 5% = 0.497 and it contributed 24.45%. (4) There was a significant relationship of limb length and limb muscle strength to diving sport achievement, rstatistic = 0.878 > rtable 5% = 0.497 and it contributed 41.24%. (5) There was a significant relationship of limb length and maximum oxygen volume to diving sport achievement, rstatistic = 0.863 > rtable 5% = 0.497 and it contributed 7.96%. (6) There was a significant relationship of limb muscle strength and maximum oxygen volume to diving sport achievement, rstatistic = 0.929 > rtable 5% = 0.497 and it contributed 5.42%. (7) There was a significant relationship of limb length, limb muscle strength and maximum oxygen volume to diving sport achievement, and it contributed 50.25%.
Keywords: Limb Strength, Limb Muscle Strength, Maximum Oxygen Volume, Diving Sport.
commit to user xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Olahraga di air merupakan salah satu jenis olahraga yang digemari oleh masyarakat Indonesia.Selam merupakan salah satu jenis olahraga di air yang saat ini telah mulai diminati oleh semua orang baik dari kalangan anak kecil hingga orang dewasa. Salah satu bukti nyata banyaknya peminat pada olahraga selam adalah pada saat pemecahan rekor dunia penyelam terbanyak pada acara upacara bendera merah putih memperingati hari kemerdekaan Indonesia di bawah air pantai Manado tahun 2009. Olahraga Selam merupakan jenis atau cabang olahraga yang istimewa, karena olahraga ini memiliki muatan yang dapat dikembangkan kearah prestasi, rekreasi maupun profesi. Olahraga selam masuk dalam induk organisasi Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) dimana POSSI menjadi anggota dari Federasi Olahraga Perairan Indonesia (FOPINDO) serta diterima sebagai anggota KONI Pusat dan Federasi Selam Dunia yaitu Confederation Mondiale Des Activities Subaquatiques (CMAS) yang bermarkas di Roma – Italia dan anggota dari Federasi Selam Asia (AUF). Saat ini Pengurus Besar POSSI (PB POSSI) memiliki 27 Pengurus Daerah POSSI (Pengda POSSI) salah satunya adalah di Jawa Tengah. Di provinsi Jawa tengah sendiri terdapat tujuh pengurus kota POSSI, namun dikarenakan 3 PengKot POSSI yang ada sedang vakum melakukan commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
pembenahan organisasi dan atlet maka PengKot POSSI yang masih aktif ada 4 yaitu POSSI Solo, POSSI Semarang, POSSI Demak, dan POSSI Pekalongan. Dalam upaya pencapaian prestasi olahraga selam dapat dimulai dari peningkatan pembinaan di daerah-daerah. Salah satu wilayah yang cukup pesat perkembangannya saat ini adalah di Jawa Tengah. Klub-klub selam yang ada di Jawa Tengah belum memberi hasil yang memuaskan dalam berbagai perlombaan. Oleh sebab itu perlu peningkatan kualitas pembinaan supaya prestasi yang diraih lebih maksimal. Pengurus organisasi dan pelatih perlu mengkaji berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi. Permasalahan yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi pada olahraga selam yang perlu diperhatikan antara lain organisasi yang baik, kualitas pelatih, sarana dan prasarana yang memadai, dukungan dari pemerintah dan masyarakat, dan kualitas dari atlet sendiri. Pencapaian prestasi dalam olahraga merupakan sesuatu hal yang cukup kompleks, sebab banyak faktor yang berpengaruh. Pembinaan pada olahraga selam merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan pencapaian prestasi maksimal melalui pembinaan pada usia muda. Kondisi fisik merupakan salah satu unsur penting dalam pencapaian prestasi, termasuk pada olahraga selam. Oleh karena itu, setiap atlet selam harus memiliki kondisi fisik yang prima dalam menghadapi suatu perlombaan atau kejuaraan. Dalam olahraga prestasi, seseorang atau atlet memerlukan kondisi fisik yang yang baik selain kemampuan teknik. Sajoto (1988:57) menjelaskan “kondisi fisik adalah salah satu prasyarat yang sangat diperlukan dalam setiap usaha commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai dasar landasan titik tolak suatu awalan olahraga prestasi”. Dalam upaya untuk mencapai prestasi yang maksimal harus mendapat latihan fisik yang benar dan sistematis. Demikian juga pada POSSI Jateng dalam upaya mencapai prestasi yang maksimal, perlu meningkatkan kemampuan fisik atlet selamnya. Latihan fisik yang diberikan harus seuai dengan karakteristik nomor yang dikembangkan dan sesuai dengan kondisi fisik atlet selam itu sendiri. Unsur kondisi fisik yang diperlukan untuk menunjang pencapaian prestasi selam antara lain adalah panjang tungkai, kekuatan otot tungkai, dan volume oksigen maksimal. Kemampuan fisik (kekuatan otot tungkai, dan volume oksigen maksimal) serta panjang tungkai dalam olahraga selam sangat diperlukan dalam gerakan mendayung dengan jarak yang cukup jauh dengan menggunakan sebuah alat. Panjang tungkai yang dimiliki penyelam dapat memberikan sumbangan terhadap pencapaian prestasi dalam olahraga selam. Tungkai kaki berfungsi untuk mengayuh kaki dan memberikan dorongan kedepan saat menyelam. Tungkai yang panjang dapat memberikan tenaga yang lebih besar dalam kayuhan. Kekuatan merupakan unsur dasar yang penting dalam menunjang ketrampilan gerak. Kekuatan diperlukan pada semua cabang olahraga untuk semua aktivitas yang bergantung pada kekuatan. Kekuatan sebagai daya aktif maksimal dapat dilakukan oleh sekelompok otot dalam sekali usaha. Kekuatan juga berfungsi sebagai sejumah usaha otot yang melakukan kontraksi untuk mendapatkan kemampuan dengan tegangan maksimal. kekuatan otot tungkai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
merupakan komponen dasar untuk memberikan dorongan terhadap gerakan menjadi efektif dan efisien dalam melakukan penyelaman. Daya dorong pada penyelaman banyak dihasilkan oleh gerakan kaki. Kemampuan fisik merupakan unsur penting dalam mencapai prestasi pada olahraga selam. Bagaimana sumbangan kondisi fisik terhadap prestasi olahraga selam masih perlu dikaji. Dalam
upaya
mencapai
prestasi
dalam
olahraga
selam,
perlu
memperhatikan unsur-unsur kondisi fisik yang berpengaruh terhadap olahraga selam tersebut. Dalam memberi latihan, seorang pelatih harus memperhatikan unsur panjang tungkai, kekuatan otot tungkai, dan volume oksigen maksimal dengan memberikan program latihan yang tepat. Volume oksigen maksimal merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang penting dalam pencapaian prestasi. Volume oksigen maksimal sangat penting dalam olahraga selam khususnya dalam pencapaian prestasi. Seorang atlet yang memiliki volume oksigen maksimal yang baik akan mampu melakukan aktivitas yang berat dengan jangka waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan. Menurut Sajoto (1988:193) bahwa “seorang awam, atlet maupun pelatih yang ingin meningkatan daya tahan atau endurance harus mengetahui benar bahwa yang perlu ditingkatkan adalah kemampuan kerja sistem kardiovaskuler”. Untuk dapat memberikan latihan fisik secara tepat dan sesuai dengan perkembangan otot dan volume oksigen maksimal atlet selam, dapat disusun sesuai dengan variabel terhadap pencapaian prestasi olahraga selam. Peranan dari panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal terhadap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
prestasi olahraga selam dapat dilihat melalui besarnya kontribusi tiap variabel terhadap pencapaian prestasi. Karena kontribusi dari tiap variabel belum diketahui, maka diadakan penelitian terlabih dahulu. Untuk mengetahui besarnya kontribusi panjang tungkai, kekuatan otot tungkai, dan volume oksigen maksimal terhadap pencapaian prestasi olahraga selam.
B. Identifikasi Masalah Dari
latar
belakang
masalah
dapat
diidentifikasikan
beberapa
permasalahan sebagai berikut: 1. Upaya dalam mengatasi kendala dalam pembinaan cabang olahraga selam. 2. Pembinaan
pada
olahraga
selam
kurang
berkembang
sehingga
pencapaian prestasi kurang maksimal. 3. Bentuk atau metode latihan yang belum tepat sehingga pencapaian prestasi yang kurang maksimal. 4. Penyempurnaan pada kondisi fisik dan teknik dapat mencapai prestasi olahraga selam. 5. Besarnya kontribusi panjang tungkai, kekuatan otot tungkai, dan Volume oksigen maksimal terhadap pencapaian prestasi olahraga selam belum diketahui.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
C. Pembatasan Masalah Dari masalah yang diidentifikasi, perlu adanya pembatasan masalah. Penelitian ini dibatasi pada masalah sebagai berikut; 1. Kontribusi panjang tungkai terhadap pencapaian prestasi olahraga selam. 2. Kontribusi kekuatan otot tungkai terhadap pencapaian prestasi olahraga selam. 3. Kontribusi volume oksigen maksimal terhadap pencapaian prestasi olahraga selam. 4. Pencapaian prestasi olahraga selam pada Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia di Provinsi Jawa Tengah.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pada pembatasan masalah dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Adakah hubungan antara panjang tungkai dengan pencapaian prestasi pada olahraga selam dan apabila ada hubungan, seberapa besar kontribusinya ? 2. Adakah hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan pencapaian prestasi pada olahraga selam dan apabila ada hubungan, seberapa besar kontribusinya ? 3. Adakah hubungan antara volume oksigen maksimal dengan pencapaian prestasi pada olahraga selam dan apabila ada hubungan, seberapa besar kontribusinya ?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
4. Adakah hubungan antara panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai secara bersama dengan pencapaian prestasi pada olahraga selam dan apabila ada hubungan, seberapa besar kontribusinya ? 5. Adakah hubungan antara panjang tungkai dan Volume oksigen maksimal secara bersama dengan pencapaian prestasi pada olahraga selam dan apabila ada hubungan, seberapa besar kontribusinya ? 6. Adakah hubungan antara kekuatan otot tungkai dan Volume oksigen maksimal secara bersama dengan pencapaian prestasi pada olahraga selam dan apabila ada hubungan, seberapa besar kontribusinya ? 7. Adakah hubungan antara panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan Volume oksigen maksimal dengan pencapaian prestasi pada olahraga selam dan apabila ada hubungan, seberapa besar kontribusinya ?
E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan permasalahan yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Mengetahui hubungan antara panjang tungkai dengan pencapaian prestasi olahraga selam dan besarnya kontribusi. 2. Mengetahui hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan pencapaian prestasi olahraga selam dan besarnya kontribusi. 3. Mengetahui hubungan antara Volume oksigen maksimal dengan pencapaian prestasi olahraga selam dan besarnya kontribusi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
4. Mengetahui hubungan antara panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai secara bersama dengan pencapaian prestasi olahraga selam dan besarnya kontribusi. 5. Mengetahui hubungan antara panjang tungkai dan Volume oksigen maksimal secara bersama dengan pencapaian prestasi olahraga selam dan besarnya kontribusi. 6. Mengetahui hubungan antara kekuatan otot tungkai dan Volume oksigen maksimal secara bersama dengan pencapaian prestasi olahraga selam dan besarnya kontribusi. 7. Mengetahui hubungan antara panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan Volume oksigen maksimal dengan pencapaian prestasi olahraga selam dan besarnya kontribusi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
F. Manfaat Penelitian Pentingnya masalah untuk diteliti sangat terkait dengan manfaat yang akan didapatkan dari hasil penelitian ini. Adapun hasil penelitian ini
dapat
digunakan sebagai berikut : 1. Untuk Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia di Provinsi Jawa Tengah dapat sebagai bahan evaluasi dalam usaha mencapai sebuah prestasi yang maksimal. 2. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada para pelatih khususnya pelatih pada cabang olahraga selam sebagai salah satu referensi dan motivasi yang positif dalam upaya mencapai sebuah prestasi. 3. Penelitian ini juga diharapkan memberikan manfaat kepada masyarakat luas bahwa olahraga selam tidak hanya sebagai rekreasi atau pun profesi tetapi dapat sebagai olahraga prestasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Olahraga Selam
a.
Pengertian Olahraga Selam Kondisi lingkungan dibawah air berbeda dengan kondisi di darat yang
membuat dibutuhkannya peralatan khusus untuk melakukan aktivitas selama menjelajahi perairan. Alat yang digunakan setidaknya menggunakan Fin (sirip kaki), Masker, dan Snorkel yang digunakan dalam aktivitas selam dipermukaan air yang disebut dengan Skin Diving atau disebut Selam Bebas. Menurut Ariadno, Baroeno dkk (2003:1.3) Skin Diving adalah aktivitas yang dilakukan pada kedalaman yang relatif dangkal dan waktu penyelaman yang relatif terbatas tergantung pada kemampuan paru-paru. Sedangkan Scuba Diving dijelaskan Ariadno, Baroeno dkk (2003:1.3) adalah penyelaman yang dilakukan lebih lama dibawah air dengan menggunakan SCUBA (Self Contained Underwater Breathing Apparatus) dan peralatan lain sesuai kebutuhan. Menyelam adalah kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan air, dengan atau tanpa menggunakan peralatan, untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
commit to user 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
b. Sejarah Olahraga Selam Menyelam merupakan kegiatan yang sudah tua usianya dalam sejarah peradaban umat manusia. disebutkan bahwa pada dunia pewayangan, mengenal Raden Jayakatwang, salah seorang putra dari Aria Bima, kemampuannya adalah menyelam di laut. Dari literatur asing, sejarah penyelaman diterangkan secara ringkas pada 415 SM para penyelam Yunani menghancurkan dermaga bekas di Sirakusa. Tahun. 1837. Augustus Siebe”s menciptakan pakaian selam dengan sistem saluran udara dari permukaan, yang kemudian dikenal sebagai ASK (Alat Selam Klasik). Tahun 1959. J.Y. Cousteau melaksanakan eksplorasi bawah air dengan kapal Calypso. Menurut dari web POSSI (http://www.possi.or.id, diakses 12 Mei 2012) mengenai sejarah olahraga selam di Indonesia dijelaskan Olahraga Selam adalah jenis atau cabang olahraga yang istimewa, karena olahraga ini memiliki muatan yang dapat dikembangkan kearah prestasi, rekreasi maupun profesi. Olahraga selam telah ada di Indonesia sebelum tahun 1962 tetapi kebanyakan masih dilakukan oleh orang asing yang bekerja di Indonesia. Pada tahun 1962 TNI – AL mendirikan Instalasi Pusat Penyelaman dan Sekolah Penyelaman. Dengan berdirinya kedua lembaga tersebut maka makin bertambah banyak orang Indonesia yang berlatih dan belajar selam, terutama di lingkungan TNI – AL. Pada tahun 1973 olahraga selam dikembangkan oleh beberapa tokoh masyarakat seperti Adam Malik, Sudomo, Saleh Basarah dan Urip Santoso serta beberapa orang lainnya. Bersama-sama dengan tokoh tersebut, mereka membentuk club selam pertama di Indonesia yaitu: Nusantara Diving Club (NDC) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
dan kemudian juga terbentuk Surabaya Diving Club (SDC), kedua club selam ini masuk ke dalam wadah Organisasi Persatuan Olahraga Perairan Indonesia (PEROPI) sebagai cabang olahraga selam, Perkembangan Olahraga di Indonesia sangat banyak didukung oleh TNI – AL baik personil maupun material serta pembinaan di daerah-daerah. Pada tahun 1973 dengan persetujuan pimpinan PEROPI olahraga selam berdiri sendiri sebagai Induk Organisasi menjadi POSSI. Pada tanggal 5 Agustus 1977 POSSI resmi menjadi Induk Organisasi Selam di Indonesia. Sebagai induk organisasi POSSI menyusun PPDSI sebagai pedoman kegiatan. POSSI menjadi anggota dari Federasi Olahraga Perairan Indonesia (FOPINDO) serta diterima sebagai anggota KONI Pusat dan Federasi Selam Dunia yaitu Confederation Mondiale Des Activities Subaquatiques (CMAS) yang bermarkas di Roma – Italia dan anggota dari Federasi Selam Asia (AUF) Tahun 1981 olahraga selam pertama kali masuk dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) yaitu pada PON XI dan Pengda yang ikut dalam Pekan Olahraga Nasional tersebut berjumlah 4 Pengda POSSI yaitu: Pengda POSSI DKI, Pengda POSSI Jawa Barat, Pengda POSSI Jawa Timur dan Pengda POSSI Bali. Tahun 1984 POSSI juga menyusun buku Petunjuk Wisata Tirta untuk DITJENPAR serta mendidik Scuba Diver untuk Personil PHPA. Tahun 1985 POSSI melaksanakan Pendidikan Selam dan Pemotretan / Video Bawah Air untuk kameramen PPFN, pada tahun 1985 cabang selam juga dipertandingkan kembali dalam Pekan Olahraga Nasional XII dan Pengda yang ikut dalam kegiatan tersebut berjumlah 10 Pengda POSSI yaitu : Pengda POSSI DKI, Pengda POSSI commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Jawa Barat, Pengda POSSI Jawa Timur, Pengda POSSI Bali, Pengda POSSI Irian Jaya, Pengda POSSI Maluku, Pengda POSSI Sulawesi Utara, Pengda POSSI Sulawesi Selatan, Pengda POSSI Lampung dan Pengda POSSI Kalimantan Selatan. Tahun 1987 – 1997 dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini telah terjadi pengembangan yang luar biasa, terutama dari jumlah peselam yang meningkat sampai 10 kali lipat. Tahun 1988 Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah pada Kejuaraan Asia Competition of Fin Swimming I di Jakarta. Tahun 1993 Indonesia dipercaya untuk menyelenggarakan Asia Championship of Fin Swimming III di Jakarta. Tahun 1997 Indonesia mengikuti Kejuaraan Asia Championship of Fin Swimming V di Hobart – Australia dan Indonesia menempati urutan ke IV. Tahun 1998 PB POSSI melaksanakan Kongres V sebagai wujud nyata dari pelaksanaan Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga (AD/ ART) PB POSSI. Setelah PB POSSI melaksanakan Kongres, PB POSSI kembali berupaya kembali agar cabang olahraga selam masuk kembali ke dalam PON XV di Surabaya, melalui perjuangan yang tidak kenal lelah dari para Pengurus PB POSSI akhirnya KONI Pusat menyetujui dan memutuskan bahwa cabang olahraga selam dapat dipertandingkan dalam Pekan Olahraga Nasional XV tahun 2000 di Surabaya dengan catatan bahwa semua biaya penyelenggaraan ditanggung sendiri oleh PB POSSI. Pada tahun 2000 cabang olahraga selam dipertandingkan kembali dalam event PON XV di Surabaya dan PB POSSI berhasil dengan sukses menyelenggarakan event terbesar di Indonesia tersebut untuk cabang selam. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
PB POSSI saat ini telah memiliki 27 Pengda POSSI yaitu: Pengda POSSI Jawa Timur, Pengda POSSI Nanggroe Aceh Darussalam, Pengda POSSI Sumatera Selatan, Pengda POSSI Bangka Belitung, Pengda POSSI Lampung, Pengda POSSI Yogyakarta, Pengda POSSI Kalimantan Timur, Pengda POSSI Jawa Tengah, Pengda POSSI Maluku, Pengda POSSI Sumatera Barat, Pengda POSSI Kalimantan Barat, Pengda POSSI Kalimantan Selatan, Pengda POSSI DKI Jaya, Pengda POSSI Jawa Barat, Pengda POSSI Papua, Pengda POSSI Sulawesi Selatan, Pengda POSSI Sulawesi Tenggara, Pengda POSSI Sulawesi Tengah, Pengda POSSI Sulawesi Utara, Pengda POSSI Kalimantan Tengah, Pengda POSSI Bali, Pengda POSSI Sumatera Utara, Pengda POSSI Riau, Pengda POSSI Batam, Pengda POSSI Bengkulu, Pengda POSSI Nusa Tenggara Barat, Pengda POSSI Jambi. c.
Jenis Penyelaman Kegiatan menyelam dapat dibedakan menjadi 3 macam antara lain:
kedalaman, tujuan dan jenis peralatan yang digunakan. Pada penyelaman kedalaman, maka penyelaman dapat dibedakan menjadi : a. Penyelaman dangkal Yaitu penyelaman yang dilakukan dengan kedalaman maksimum 10 m. b. Penyelaman sedang Yaitu penyelaman yang dilakukan dengan kedalaman < 10 m s/d 30 m.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
c. Penyelaman dalam Penyelaman yang dilakukan dengan kedalaman > 30 m. Penyelaman didasarkan kepada tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan, maka penyelaman dibedakan menjadi : 1) Penyelaman untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara, antara lain : -
Tactical (Combat) Diving yaitu penyelaman untuk tugas-tugas tempur
-
Submarine Rescue, penyelamatan kapal selam
-
Search & Rescue (SAR)
-
Inspection & Repair (inspeksi dan perbaikan)
-
Ship Salvage
Penyelaman-penyelaman jenis ini pada umumnya dilaksanakan oleh para penyelam Angkatan Bersenjata. 2) Penyelaman komersial Yaitu penyelaman professional antara lain untuk kepentingan konstruksi dibawah permukaan air, penambangan lepas pantai (Off shore drilling), salvage, dll. 3) Penyelaman Ilmiah (Scientific Diving) Penyelaman yang dilakukan untuk kepentingan ilmiah, antara lain : penelitian biologi, geologi, arkeologi dan kelautan pada umumnya. 4) Penyelaman Olah Raga (Sport Diving) Penyelaman
yang
dilakukan
untuk
kepentingan
mempertahankan
atau
meningkatkan kondisi kesehatan dan kebugaran jiwa dan raga. Penyelaman olah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
raga (sport diving) ini dapat dibedakan berdasarkan peralatan yang digunakan yaitu : - Skin Diving : penyelaman yang dilakukan dengan menggunakan peralatan dasar selam (masker, snorkel dan fins). - Scuba Diving : penyelaman menggunakan peralatan Scuba. Pada umumnya seseorang harus terlebih dahulu mahir dalam skin diving sebelum menjadi penyelam scuba (Scuba Diver). d. Syarat Menjadi Penyelam Setiap orang dapat menjadi penyelam jika dapat memenuhi dan melewati beberapa prasyarat dan syarat yang ditentukan sesuai jenjangnya. Menurut Pramono, Djoko (2006:3) prasyarat calon penyelam harus memenuhi: -
Batas usia minimum
-
Berbadan sehat dan layak meyelam
-
Memiliki kemampuan di air yang layak
-
Memiliki mental yang sehat dan disiplin pribadi.
Sedangkan syarat usia minimum untuk jenjang pemula adalah usia 14 tahun. Untuk seorang calon penyelam menurut Pramono, Djoko (2006:3) harus memenuhi prakualifikasi antara lain: 1) Syarat dokumen. 2) Syarat kemampuan air yang layak. e.
Standar Jenjang Penyelaman Olahraga Pelaksanaan pendidikan selam olahraga dilakukan secara bertahap yang
mewajibkan setiap calon penyelam mempelajari tingkat menurut jenjang yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
telah dibakukan dan berlaku di Indonesia. Dengan mengadakan penjejangan, diharapkan setiap penyelam akan menyelam dalam batas kewajaran dan keamanan sesuai dengan tingkat kemahiran yang telah dicapainya. Menurut Pramono, Djoko (2006:3) jenjang olahraga selam di Indonesia terdiri atas: 1) Jenjang Peselam non Bintang a) Junior Snorkel Diver b) Snorkel Diver 2) Jenjang Peselam a) 1 Star Diver CMAS Indonesia – A1 b) 2 Star diver CMAS Indonesia – A2 c) 3 Star Diver CMAS Indonesia – A3 d) 4 Star diver CMAS Indonesia – A4 3) Instruktur a) Star Instruktur – B1 b) 2 Star Instruktur – B2 c) 3 Star Instruktur – B3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Keterangan: 1. Peselam non Bintang/ Skin Diver Merupakan jenjang bagi seorang pemula yang mempunyai kemampuan atau kemahiran selam bebas, dasar-dasar P.A.P. dan penggunaan peralatan dasar selam. 2. One Star (A1) Jenjang bagi seorang penyelam yang telah mampu menyelam dilingkungan terbatas dengan kondisi perairan yang baik, jernih dan tidak terlalu dalam (maks. 18 meter) dan diawasi oleh instruktur atau 3 star diver. 3. Two Star (A2) Jenjang bagi penyelam Scuba Diver A1 yang sudah melakukan penyelaman minimal 10 kali dan dengan penyelaman kedalaman 18 meter. Pada jenjang ini bertujuan untuk memberi pengetahuan pada 5 spesialisasi selam. 4. Three Star (A3) Jenjang ini merupakan kursus bagi penyelam jenjang A2 yang tertarik untuk meningkatkan kompetensi dalam peran tanggung jawab terhadap penyelam lain pada tingkat dasar kepemimpinan selam. Pada jenjang ini bertujuan untuk memberi pengetahuan pada 4 spesialisasi selam. Penyelaman yang wajib dilakukan minimal 30 kali penyelaman dengan batas kedalaman 30 meter. 5. Master Scuba (A4) Jenjang ini bagi penyelam dengan jenjang A3 yang tertarik untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan spesialisasi selam pada 7 area penyelaman khusus, serta meningkatkan tanggung jawab terhadap peselam. f.
Program Pendidikan dan pelatihan Selam Olahraga Menyelam merupakan aktivitas yang mempunyai resiko tinggi bagi
kesehatan dan keselamatan. Karena itu, pendidikan dan pelatihan selam harus dikelola sebagai suatu kegiatan belajar-mengajar yang bersistem dalam arti mempunyai program yang jelas, terukur dan terorganisir penyelenggaraannya,. Adapun program pendidikan & pelatihan selam menurut Pramono, Djoko (2006:5) disusun dalam tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) Pengetahuan Akademis Penyelaman (PAP) Kegiatan menyelam jika dilakukan tanpa prosedur yang benar dapat mengandung bahaya yang tinggi, terutama bila dilakukan dengan ceroboh tanpa didukung oleh mental dan fisik yang memadai, serta pendidikan dan latihan yang baik. Pengetahuan Akademis Penyelaman merupakan pengetahuan teoritis yang harus dimiliki oleh setiap penyelam agar memahami baik peralatan yang digunakan, batas kemampuan fisik manusia dalam cara kerja tubuh terhadap pengaruh-pengaruh yang timbul dari aktivitas selam, penerapan hukum-hukum fisika dalam penyelaman, daerah dan kondisi penyelaman, dan sebagainya, yang akan membantunya menjadi penyelam yang berkompeten dan dapat melakukan penyelaman dengan aman dan selamat. Dalam melakukan penyelaman seorang penyelam memerlukan sebuah alat untuk memasuki dunia di bawah air, antara lain:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
a) Peralatan Dasar Selam Penyelaman olah raga pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu: Skin Diving dan Scuba Diving. Skin Diving adalah penyelaman olahraga yang hanya menggunakan peralatan dasar selam (Skin Diving Equipment), antara lain: Mask, Snorkel, Fins, WetSuit, Weight belt dan Buoyancy Vest. (1) Mask (kacamata selam) Mask dapat memberikan suatu rongga udara antara mata dengan air. Selain itu mask dapat membuat pandangan menjadi lebih jelas dan melindungi mata terhadap iritasi. Penggunaan mask dapat menyebabkan tejadinya tekanan hidrostatis pada daerah wajah pada saat menyelam. Syarat dari sebuah mask yang baik untuk menyelam adalah : -
Safety glass Kaca dari mask harus dibuat kuat dari tekanan (tempered) bukan dari plastik yang mudah tergores.
-
Volume kecil Dengan volume kecil dapat memudahkan melakukan equalizing (penyamaan tekanan pada rongga telinga) ataupun mask clearing (pembersihan kaca mata selam).
-
Pengelihatan luas Sebuah mask dibuat supaya dapat melakukan pengelihatan secara luas. Hal ini dapat dilakukan dengan dilakukan dengan cara yaitu memilih kaca yang luas atau dengan cara memilih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
kaca yang tidak lerlalu luas tetapi sedekat mungkin dengan mata.
Gambar 1. Masker (Clinchy, Richard. 1992:7)
(2) Snorkel Snorkel merupakan sebuah pipa untuk bernafas secara sederhana dan berguna pada skin diving atau beristirahat dipemukaan air dan digunakan pada perlombaan finswimming. Dengan menggunakan snorkel, dapat mudah bernafas tanpa harus mengeluarkan kepala dari dalam air untuk mengambil udara. Tipe dari snorkel dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu: 1. Dilihat dari bahan -
Neoprene
-
Silikon
2. Dilihat dari bentuk -
J shaped Tipe dari snorkel ini cukup efisien dan udara lancar melalui commit to user pipa tanpa hambatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Gambar 2. Snorkel mavericksdiving.co.uk. (Diakses 12 Mei 2012) -
Tipe Counter Tipe ini lebih efisien dari tipe J, karena pada bagian ujungnya dibuat melengkung yang memudahkan untuk pergerakan pada tangan.
Gambar 3. Snorkel scuba-snorkeling-adventures (Diakses 12 Mei 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
-
Fleksible Hose Pada bagian pipa yang melengkung terbuat dari bahan yang fleksibel dan didalamnya dibuat bergelombang.
Gambar 4. Snorkel sportdiver.com (Diakses 12 Mei 2012)
(3) Fin Fin diartikan dengan istilah “sirip selam” atau “kaki katak” diciptakan untuk memberi kekuatan pada kaki dan merupakan peralatan penggerak. Fin dibuat tidak untuk menambah kecepatan berenang melainkan untuk menambah daya kayuh. Dengan bantuan fin kemampuan renang kita bertambah 10 kali lebih besar dibanding tanpa menggunakan fins. Ada dua macam jenis fin : 1. Jenis Full foot Fin dari tipe full foot mempunyai ukuran yang sama dengan ukuran sepatu. Pada umumnya fin tipe ini lebih nyaman bila dipakai bertelanjang kaki tanpa menggunakan sepatu atau boot. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Gambar 5. Fin (Ariadno, Baroeno. 2003:2.14)
2. Jenis Open Heel Fin pada tipe open heel mempunyai strap yang bisa diatur sesuai dengan ukuran kaki selain itu dilengkapi juga dengan buckle yang dapat dipasang dan dilepas dengan mudah. Fins open heel biasanya dibuat dengan ukuran yang berbeda yaitu kecil, medium, besar, dan ekstra besar.
Gambar 6. Fin (Ariadno, Baroeno. 2003:2.15) (4) Boots Boot atau pelindung kaki merupakan keharusan, terutama digunakan untuk daerah-daerah berkarang dan bebatuan. Penggunaan boot juga memberi to user perlindungan akibat kejang kaki commit disebabkan kedinginan dan kemungkinan kaki
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
lecet. Boots dari karet busa dengan sol keras adalah jenis perlengkapan pelindung kaki yang umum dipakai penyelam. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah pada pemilihan ukuran fins yang cocok dan pas jika menggunakan boot.
Gambar 7. Boot (Ariadno, Baroeno. 2003:2.16)
(5) Wetsuit Didalam melakukan olahraga selam, para penyelam sering menggunakan pakaian pelindung. Pakaian pelindung yang dipakai oleh penyelam umumnya adalah Foam Neoprene Wetsuit, terbuat dari karet neoprene yang mempunyai gelembung udara. Fungsi dari wetsuit adalah untuk mengurangi panas tubuh yang keluar di dalam air dan melindungi penyelam dari goresan karang. Wetsuit tidak membuat penyelam menjadi hangat, tetapi mencegah penyelam dari kedinginan.
Gambar 8. Wetsuit (Clinchy, Richard A.1992:34) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
(6) Buoyancy Vest Buoyancy vest adalah perlengkapan penting bagi seorang penyelam. Fungsi dari peralatan tersebut adalah : -
Untuk memberikan daya apung positif selama berenang di permukaan air, dengan demikian seorang penyelam dapat bergerak tanpa banyak mengeluarkan tenaga.
-
Untuk memberikan daya apung agar dapat beristirahat atau menyangga penyelam yang mengalami keadaan darurat.
-
Untuk memberi daya apung netral (neutral buoyancy) terkendali di dalam air.
Gambar 9. Buoyancy vest (Ariadno, Baroeno. 2003:2.16)
b) Peralatan SCUBA Untuk dapat melakukan penyelaman lebih lama dan lebih dalam maka digunakan peralatan yang disebut dengan SCUBA Diving (Self Contained Underwater Breathing Apparatus). Peralatan dasar SCUBA diving terdiri dari bermacam-macam alat antara lain: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
(1) Buoyancy Compensator Device (BCD) Secara umum BCD didesain dalam satu kesatuan dengan back pack untuk digunakan pada tabung SCUBA. Udara dapat ditambahkan kedalam BCD untuk mendapat daya apung netral. Selain itu BCD juga bermanfaat untuk mempertahankan daya apung positif saat beristirahat dipermukaan air dan bermanfaat dalam penyelamatan diri saat keadaan darurat. Syarat kelengkapan standar BCD untuk penyelaman antara lain: -
Low pressure power inflator dan oral inflator
-
Over expansion relief valve, dump valve, tombol deflator manual
-
Buckle dan strap yang mudah disetel
-
Back pack yang kuat untuk menyangga tabung SCUBA
-
Ring atau tempat untuk mengaitkan perlatan seperti console, octopus dan lain-lain.
-
Ada kantung untuk membawa perlengkapan kecil.
Gambar 10. BCD (Ariadno, Baroeno.2003:2.18) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Ada 2 tipe utama BCD yang umum antara lain: 1. Tipe jaket 2. Tipe back mounted 3. Tipe human underwater breathing system
(2) Tabung SCUBA Suatu tabung udara yang bertekanan tinggi dapat dibawa kemana saja dikenal dengan istilah tabung SCUBA. Tabung SCUBA terbuat dari bahan steel (baja) dan Alluminium Alloy yang kuat terhadap tekanan udara yang tinggi. Volume dan tekanan dari tabung bermacam-macam ukurannya, antara lain 50, 71.2, 80, 90, dan 100 Cuft. Tabung yang dapat digunakan dan memiliki standar dalam penyelaman memiliki tanda pada tabung seperti : DOT-3Al-3000 P 353463 LUXFER 7 87 H 7 92
Gambar 11. Tabung SCUBA (Ariadno, Baroeno. 2003:2.22) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
Dimana: DOT
= Departement of Transportation yaitu badan yang berwenang di Amerika yang mengawasi peredaran tabung gas yang bertekanan.
3 Al
= Kode logam aluminium yang dipakai
3000
= Tabung udara yang bisa diisi udara hingga tekanan
3000 Psi P 353463
= Nomor seri tabung, huruf P untuk tabung ukuran tabung 80 cuft, Y untuk 71.2 cuft, R untuk 50 cuft, dan KK untuk tabung 15 cuft
LUXFER
= pabrik yang mengeluarkan tabung.
7 87
= tanggal dan tahun tes hidrostatis yang pertama
H 7 92
= tanggal dan tahun tes hidrostatis yang terakhir
dilakukan.
Tabung SCUBA memiliki salah satu bagian di bagian atas yang disebut dengan Tank Valve. Tank valve ini dipasang pada leher tabung yang dilengkapi dengan sebuah karet kecil berbentuk bundar yang disebut dengan O – ring yang berfungsi sebagai kran air yang menutup dan membuka udara. Bentuk dari tank valve ini terdiri dari 2 macam:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
1. Bentuk K – Valve Bentuk ini merupakan tipe yang paling sederhana, yang mempunyai lubang untuk keluar dan masuk udara dengan sebah kran yang terletak disampingnya.
Gambar 12. K-Valve (Ariadno, Baroeno.2003:2.25) 2. Bentuk J – Valve Bentuk valve tipe J ini hampir sama dengan valve tipe K, tetapi perbedaannya
memiliki
sebuah
klep
cadangan
mekanis
(reserve). Reserve mekanis akan bekerja menghentikan aliran udara jika tekanan tabung turun dibawah batas tekanan yang ditentukan (300 Psi). Untuk dapat bernafas, penyelam dapat membuka katup cadangan dengan menarik katup tersebut.
commit to user
Gambar 13. J-Valve (Ariadno, Baroeno.2003:2.25)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
(3) Back Pack Back pack merupakan alat untuk mengikat tabung supaya dapat dipakai pada punggung penyelam. Sekarang ini back pack telah banyak didesain menjadi satu dengan BCD sehingga penyelam dapat mudah memasang BCD pada tabung tanpa mengalami kesulitan. (4) Regulator Regulator SCUBA merupakan alat sederhana yang berfungsi merubah tekanan tinggi pada tabung menjadi udara yang bertekanan sesuai dengan kebutuhan. Ada beberapa macam Regulator, yaitu : 1. Single Hose Pada umumnya, penyelam menggunakan single hose regulator yang terdiri dari 2 tingkatan yaitu tingkat pertama (first stage) yang dipasang pada valve tabung dan tingkat kedua (second stage) yang dipasang pada mulut penyelam. 2. Double Hose Regulator double hose ini sering dipakai untuk penyelaman di air dingin, penyelam komersional dan ilmiah. Cara kerja regulator ini hampir sama dengan single hose, tetapi sisa udara dari mouth piece dikembalikan ke first stage dan kemudian dikeluarkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Gambar 14. Regulator (Ariadno, Baroeno.2003:2.29)
(5) Weight Belt Weight belt atau sabuk beban diperlukan untuk mengatur daya apung (buoyancy). Setiap penyelam mempunyai daya apung yang berbeda.. Weight belt harus dilengkapi dengan Quick Release Buckle yaitu suatu gesper pengancing yang dapat dilepas secara cepat. Cara pemakaian weight belt dipasang paling terakhir dan paling pertama dilepas, jika dalam keadaan darurat.
Gambar 15. Weight Belt (Clinchy, Richard A. 1992:44) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
(6) Pressure Gauge Pressure gauge merupakan alat ukur yang mengukur tekanan dari sebuah tabung dalam ukuran Psi atau bar. (7) Deep Gauge Deep gauge merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengukur kedalaman. Satuan dalam deep gauge ditunjukkan dalam feet atau meter.
Gambar 16. Deep Gauge dan Pressure Gauge (Ariadno, Baroeno.2003:2.31)
c) Fisika penyelaman (Physics of Diving) Pengetahuan terapan hukum-hukum fisika yang berhubungan dengan penyelaman merupakan syarat penting bagi teknik penyelaman yang aman. Banyak masalah kesehatan penyelaman yang secara langsung diakibatkan oleh pengaruh-pengaruh fisiologis dari hukum-hukum tersebut terhadap manusia. (1) Satuan tekanan Tekanan udara di permukaan laut pada suhu 0 C pada dasarnya adalah tekanan yang disebabkan oleh berat atmosfir di atasnya. Tekanan ini konstan yaitu sekitar 760 mm Hg (14.7 Psi) dan dijadikan dasar ukuran satu atmosfir. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Persamaan tekanan 1 Atmosfir = 10.07m (10m) air laut = 33.05feet (33feet) air Laut = 33.93feet (34feet) air tawar = 1.033 kg/cm2 = 14.696 (14.7) Lbs/inc2 = 1.013 bars = 101 kilopascals = 760 mm air raksa ( mm Hg)
Gambar 17. Perbandingan tekanan (Clinchy, Richard A. 1992:135)
Tekanan akan menurun pada ketinggian karena atmosfir diatasnya berkurang, sehingga berat udara berkurang. Demikian sebaliknya tekanan akan meningkat bila seorang menyelam dibawah permukaan air. Hal ini disebabkan commit to user karena berat dari atmosfir dan berat dari air diatas penyelam. Ukuran-ukuran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
tekanan dari berbagai kedalaman mengungkapkan bahwa tekanan 760 mm Hg (yaitu sama dengan standard atmosferik pressure) akan terasa pengaruhnya kirakira pada kedalaman 10 m dari air laut (33 kaki). Berdasarkan Hukum Pascal yang menyatakan bahwa tekanan yang terdapat di permukaan cairan akan menyebar ke seluruh arah secara merata dan tidak berkurang pada setiap tempat dibawah permukaan laut, tekanan akan meningkat sebesar 760 mm Hg (1 atmosfir) untuk setiap kedalaman 10 m. Tekanan yang terdapat pada suatu titik menunjukkan tekanan 1 atmosfir (tekanan di permukaan + tekanan yang disebabkan oleh kedalaman air laut). Satuan-satuan dari jumlah tekanan adalah Atmosfir Absolut (ATA) yaitu : Tabel 1. Persamaan Tekanan Kedalaman (depth)
Tekanan Absolut
(Gauge Pressure)
Di permukaan
1 ATA
0 ATG
10 meter
2 ATA
1 ATG
20 meter
3 ATA
2 ATG
30 meter
4 ATA
3 ATG
Ukuran tekanan (Gauge Pressure) menunjukkan tekanan yang terlihat pada alat pengukur dimana terbaca 0 pada tingkat permukaan. Karenanya tekanan ini selalu 1 atmosfer lebih rendah dari pada tekanan absolut. (2) Hukum-hukum Gas Udara yang dihirup mengandung komponen-komponen sebagai berikut : - 78 % Nitrogen (N2) - 21 % Oksigen (O2) - 0,93 % Argon (Ar) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
- 0,04 % Carbon Dioxide (CO2) - Gas-gas mulia (Ne, He, dsb.) Gas yang umumnya digunakan untuk penyelaman adalah : - Udara (bebas kotoran) - Campuran oksigen - Campuran O2 dan Helium (He), kadang-kadang + N2 Hukum-hukum gas yang berlaku terhadap gas-gas di dalam ronggarongga tubuh seperti paru-paru, saluran yang menghubungkan hidung dengan sinus serta gas-gas di dalam larutan antara lain adalah : (a) Hukum Boyle (Hukum Perubahan Tekanan dan Volume) Hukum ini menjelskan hubungan antara tekanan dan volume dari suatu kumpulan gas akan berbanding terbalik dengan tekanan absolut, yaitu:
Jadi
V
= 1/P
PV
= K atau
P1V1
= P2V2
P = Tekanan V = Volume K = Konstan Hal ini berarti bila tekanan meningkat, volume dari suatu kumpulan gas akan berkurang atau sebaliknya. Selama tekanan sebanding dengan kedalaman, maka volume akan menjadi setengah volume dari semula. Hukum Boyle terjadi pada penyelam yang menghirup napas penuh di permukaan akan merasakan paru-parunya semakin lama semakin tertekan oleh air commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
di sekelilingnya sewaktu ia turun, contoh : Seseorang penyelam Scuba menghirup napas penuh (6 liter) pada kedalaman 10 meter (2 ATA), menahan nafasnya dan naik ke permukaan (1 ATA), udara di dalam dadanya akan berlipat ganda volumenya menjadi 12 liter, maka harus menghembuskan 6 liter udara pada saat naik kepermukaan untuk menghindari paru-paru tidak meledak.
Gambar 18. Pengaruh tekanan (Ariadno, Baroeno. 2003:2.8)
P1V1 = P2V2 P1
= 2 ATA
P2
= 1 ATA
V1
= 6 liter
V2
=? =(P1.V1)/ P2 =(2x6)/ 1 commit to user = 12 liter
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Semua gas yang berada di dalam rongga tubuh akan terpengaruh oleh hubungan tekanan volume ini. pada telinga bagian tengah, tekanan air yang berperan di dalam tubuh akan dihantar oleh cairan-cairan tubuh ke rongga udara di dalam telinga bagian tengah. Selama tekanan meningkat volume akan berkurang, karena telinga bagian tengah ada di dalam rongga tulang yang kaku, rongga yang sebelumnya terisi oleh udara akan diisi jaringan yang membengkak dan menonjol ke dalam gendang telinga. Rangkaian kejadian yang menuju pada kerusakan jaringan dapat dicegah dengan menyeimbangkan tekanan (Equalizing). Udara ditiupkan ke dalam saluran Eustachius dari tenggorokan untuk menjaga agar volume gas yang ada di telinga bagian tengah tetap konstan, sehingga tekanannya menyamai tekanan air. Proses serupa dapat terjadi di dalam rongga-rongga sinus, akan tetapi dapat diseimbangkan sendiri (self equalizing) dalam keadaan normal, karena rongga sinus punya hubungan terbuka dengan rongga hidung. Perubahan terbesar volume gas yang mengikuti perubahan air terjadi dekat permukaan. (b) Hukum Dalton (Tekanan Partial dari Campuran Gas). Hukum ini berhubungan udara (suatu campuran Nitrogen dan Oksigen) dan dengan pernafasan gas campuran. Dinyatakan bahwa jumlah tekanan dari suatu campur an gas-gas adalah jumlah dari tekanan secara tersendiri menempati seluruh ruang (volume), selama tekanan secara menyeluruh meningkat, tekanan partial dari tiap-tiap gas akan meningkat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Ariadno, Baroeno (2003:3.12) menjelaskan tekanan partial sebagai berikut: karena udara adalah suatu campuran yang terdiri dari kurang lebih 80% bagian N2 dan 20% bagian O2, maka udara di permukaan terdiri dari : N2
= 80% dari 1 ATA (760 mm Hg). = 0,8 ATA (608 mm Hg).
O2
= 20 % dari 1 ATA (760 mm Hg) = 0,2 ATA (152 mm Hg)
Gambar 19. Tekanan parsial gas (Ariadno, Baroeno. 2003:3.13)
Tekanan partial dari suatu gas di dalam campuran diperoleh dengan mengkalikan persentasi gas dengan tekanan total. Dengan kedalaman tertentu, peningkatan tekanan partial yang terjadi adalah sebagai berikut : Permukaan = 1 ATA = 0,8 ATA N2 + 0,2 ATA 02 (PP O2 = 20% x 1 ATA) 10 meter
commit userN2 + 0,4 ATA O2 = 2 ATA = 1,6 to ATA
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
(PP O2 = 20% x 2 ATA) 30 meter
= 4 ATA = 3,2 ATA N2 + 0,8 ATA O2 (PP O2 = 20% x 4 ATA)
40 meter
= 5 ATA = 4,0 ATA N2 + 1,0 ATA O2 (PP O2 = 20% x 5 ATA)
Hukum ini penting untuk mengetahui efek Toksik Gas Pernafasan pada kedalaman, Penyakit Dekompresi dan Penggunaan Oksigen maupun Campuran Gas untuk tujuan pengobatan, sebagai contoh : Seorang penyelam yang menghirup suatu campuran 60% / 40% Oksigen dan Nitrogen, resiko menderita keracunan Nitrogen terjadi pada kedalaman sekitar 30 meter (4 ATA). (c) Hukum Henry (Larutan Gas dan Cairan) Hukum ini berhubungan dengan penyerapan gas
di dalam cairan.
Dinyatakan bahwa pada suhu tertentu jumlah gas yang terlarut di dalam suatu cairan berbanding lurus dengan tekanan partial dari gas tersebut di atas cairan. Di permukaan laut (1 ATA) dalam tubuh manusia terdapat kira-kira 1 liter larutan Nitrogen. Apabila seorang penyelam turun sampai pada kedalaman 10 meter (2 ATA) tekanan partial dari Nitrogen yang dihirup akan menjadi 2 kali lipat dan akhirnya yang telarut dalam jaringan menjadi 2 kali lipat (2 liter). Waktu sampai terjadinya keseimbangan tergantung pada daya larut gas di dalam jaringan dan pada kecepatan suplai gas ke jaringan oleh darah. Pengaruh fisiologis dari hukum ini terhadap seorang penyelam berlaku untuk Penyakit dekompresi, keracunan gas dan pembiusan gas Lembam (Inert Gas Narcosis). Bila tekanan yang terdapat dalam larutan terlarut cepat berkurang, gas akan keluar dari larutan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
dalam bentuk gelembung-gelembung gas. Pada penyelam, pelepasan gelembunggelembung ini dapat menyumbat pembuluh darah atau merusakkan jaringanjaringan, hal ini menyebabkan berbagai pengaruh dari penyakit dekompresi. (d) Hukum Charles (Perubahan Suhu dan Volume) Hukum ini berhubungan antara suhu, volume dan tekanan. Dinyatakan bahwa bila tekanan tetap konstan, volume dari sejumlah gas tertentu adalah berbanding lurus dengan suhu absolut. Hukum ini ada hubungannya dengan kompresi dan dekompresi dari gas-gas dan pengaruhnya terhadap silinder, regulator, chamber dan lain-lain, serta menerangkan bahwa perubahan tekanan dapat dilihat bilamana silinder yang berisi udara tekan terjemur di matahari. Bila volume tetap konstan dan suhu meningkat, tekanan akan meningkat. (e) Daya Apung/ Buoyancy Hukum Archimedes menyatakan bahwa setiap benda yang dibenamkan seluruhnya atau sebagian ke dalam cairan mendapat tenaga dorong sebesar berat cairan yang digantikan. Semakin padat cairan itu semakin besar daya apungnya. Dengan demikian penyelam dan kapal memiliki daya apung lebih tinggi di air laut daripada di air tawar. Dengan paru-paru yang mengembang, orang biasanya akan mengapung di atas permukaan air laut, hal ini karena orang mempunyai daya apung positif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
Gambar 20. Daya apung (Ariadno, Baroeno. 2003:2.3)
Ariadno, Baroeno (2003:2.3) menyatakan bahwa seorang penyelam memiliki daya apung secara positif, netral atau negatif. Penyelam dapat mengapung secara positif atau negatif merupakan ciri dari setiap penyelam. Manfaat mengetahui memiliki daya apung positif atau negatif adalah untuk upaya yang diperlukan pada penyelaman, daya apung positif memberikan kesulitan pada saat turun, tetapi membantu saat naik kepermukaan. (f) Suhu/ Temperatur Suhu air menentukan kenyamanan seorang penyelam. Rata-rata suhu diperairan lebih dingin dari suhu badan yang normal sehingga seorang penyelam akan kehilangan panas terhadap air karena konduksi. Suhu air akan berkurang secara signifikan bersamaan dengan bertambahnya kedalaman dan perubahan suhu terbesar terjadi setelah kira-kira 10 meter pertama. Hal ini disebabkan karena hilangnya sebagian besar panas matahari pada kedalaman yang lebih dalam. Air dingin dapat menyebabkan gangguan-gangguan fisiologis yang gawat seperti pusing/vertigo dan sakit kepala. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
(g) Penglihatan dan Cahaya Melihat tanpa bantuan cahaya di bawah air merupakan hal yang kurang baik. Hal ini dapat diatasi dengan memakai suatu masker dimana terdapat suatu lapisan udara antara mata dengan air. Pemakaian masker di bawah air akan menyebabkan suatu kesan palsu pada jarak, membuat benda-benda terlihat lebih jauh tiga perempat jauhnya daripada jarak yang sebenarnya. Ketajaman penglihatan di bawah air juga sangat rendah, ini disebabkan oleh penyebaran cahaya yang membentuk bayang-bayang dari benda halus yang mengambang di dalam air dan apabila kontras berkurang, penglihatan akan terganggu. Di bawah air warna- warna tidak tampak seperti pada permukaan, hal ini disebabkan penyerapan terhadap panjang gelombang tiap warna yang tidak sama besarnya. Merah ----------------- Paling banyak diserap Orange Kuning ----------------- Sedikit kurang diserap Hijau
----------------- Kurang banyak diserap Biru Indigo
Ungu
----------------- Paling sedikit diserap (h) Suara
Suara di bawah air dipengaruhi oleh penghantarnya yaitu melalui sebuah cairan. Kecepatan suara di bawah permukaan air kira-kira 4 kali lipat lebih cepat daripada di udara. Suara dari udara akan cepat kehilangan energinya bila dipancarkan ke dalam air, dengan demikian di dalam air akan sukar mendengarkan suara yang dibuat di udara dekat permukaan air. Pendengaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
seseorang di bawah air akan berkurang akibat pengaruh air terhadap gendang telinga. d) Fisiologi Penyelaman Seorang penyelam harus dapat beradaptasi dengan lingkungan baru di bawah air dan mempelajari batasan fisiologisnya. Ariadno, Baroeno (2003:3.2) menyatakan fisiologi penyelaman mempelajari fungsi tubuh di dalam air, serta bagaimana reaksi tubuh terhadap lingkungannya. (1) Pernapasan Bernapas merupakan upaya memasukkan oksigen (O2) ke semua jaringan tubuh dan mengeluarkan karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan oleh darah melalui paru-paru. Ariadno, Baroeno (2003:3.2) menjelaskan pernafasan sebagai berikut: Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang makin menyempit (Bronchi dan Bronchioles) yang bercabang di kedua belah paru-paru dari saluran udara utama (Trachea). Pipa ini berakhir di gelembunggelembung paru-paru (Alveoli) yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan karbon dioksida dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ruang udara ini dipelihara dalam keadaan terbuka oleh bahan kimia semacam deterjen yang dapat menetralkan kecenderungan alveoli untuk mengempis. Permukaan bagian luar paru-paru ditutup oleh selaput (Pleura) dan selaput serupa yang membatasi permukaan bagian dari dinding dada. Kedua selaput tersebut terletak sangat dekat dan hanya dipisahkan oleh lapisan cairan yang tipis, karenanya dapat dipisahkan dan terdapat suatu rongga di antara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
selaput-selaput itu yang diberi nama ruang antar rongga selaput dada (Intra Pleural Space). Saat menarik napas (inspirasi), dinding dada secara aktif tertarik keluar oleh pengerutan dinding dada, dan sekat rongga dada (Diafragma) tertarik ke bawah. Berkurangnya tekanan di dalam menyebabkan udara mengalir ke paruparu. Hembusan napas keluar (ekspirasi) disebabkan karena mengkerutnya paruparu dan dinding yang mengikuti pengembangan. Tekanan yang meningkat di dalam dada memaksa gas-gas keluar dari paru-paru. (2) Peredaran Darah Peredaran atau suplai darah diberikan pada jaringan-jaringan tubuh, darah beroksigen dari paru-paru dan mengalirkan sisa berupa CO2 ke paru-paru untuk dikeluarkan. Sistem ini terdiri dari suatu pompa sentral (jantung) dimana darah vena yang tidak mengandung O2 dipompakan ke paru-paru. e) Aspek Medis Pada Penyelaman (1) Penyakit Dekompresi Menyelam pada kedalaman tertentu mengakibatkan jumlah nitrogen yang larut didalam darah akan bertambah, dan sebaliknya jika pada saat naik kepermukaan. Semakin dalam dan semakin lama di bawah air maka nitrogen yang diserap akan semakin banyak. Kelebihan nitrogen di dalam darah dapat membentuk gelembung udara di pembuluh darah dan menimbulkan penyakit yang disebut dengan penyakit dekompresi atau bends. Gejala yang dihasilkan dari penyakit dekompresi ini bermacam-macam, mulai dari gatal-gatal pada kulit, sakit pada persendian, dan sampai menyebabkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
kelumpuhan dan kematian. Pengobatan pada penyakit dekompresi ini adalah dengan memasukkan penyelam yang terkena dekompresi ke dalam sebauh ruangan yang bertekanan atau sering yang disebut dengan Decompression Chamber. Penyakit dekompresi ini dapat dicegah dengan menggunakan tabel selam (dive table) dengan benar. (2) Barotrauma Di dalam tubuh terdapat ronga-rongga udara dan sesuai dengan Hukum Boyle yang berhubungan dengan volume udara dan tekanan, oleh sebab itu setiap perubahan tekanan akan berpengaruh dengan rongga udara yang ada dalam tubuh. Akibat dari perubahan tekanan akan mengakibatkan kerusakan pada jaringan-jaringan yang berhubungan dengan rongga udara. Kerusakan jaringan ini sering disebut dengan Barotrauma. Menurut Ariadno, Baroeno (2003:4.2) Barotrauma adalah “kerusakan jaringan yang terjadi akibat dari ketidakseimbangan tekanan pada rongga udara dalam tubuh dengan jaringan tubuh”. Barotrauma terjadi pada saat penyelam turun ke kedalaman atau pada saat naik ke permukaan. Barotrauma pada saat turun disebut dengan “Squeeze” dan menimbulkan kerusakan berupa pembengkakan hingga pendarahan pada jaringan yang melapisi rongga. Barotrauma dapat terjadi pada rongga udara dalam tubuh penyelam antara lain: (a) Paru-paru Salah satu rongga udara yang dapat merasakan langsung akibat dari perubahan tekanan adalah paru-paru. Saat berada dalam kedalaman dan bernafas dengan normal akan menghirup udara yang bertekanan sama dengan tekanan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
sekelilingnya. Jika saat naik ke permukaan dalam keadaan menahan nafas, maka udara yang ada dalam paru akan mengembang sesuai dengan perbedaan tekanan. Pada batas tertentu menyebabkan jaringan pada paru-paru akan pecah. Akibat dari pecahnya jaringan paru akan berakibat: -
Pneumathorax Pecahnya jaringan paru-paru dan menyebabkan udara mengalir ke dalam rongga dada sehingga menyebabkan kolaps paru-paru. Jika tekanan terus terjadi maka udara yang ada pada rongga dada akan memperberat kolaps jantung.
-
Mediastinal Emphysema Akibat pecahnya alveoli dalam paru-paru, udara masuk ke dalam jaringan paru-paru dan mengalir disepanjang jaringan disekitar pembuluh darah ke dalam bagian mediastinum. Mediastinum terdiri dari batang tenggorokan, jantung dan pembuluh darah besar ditengah rongga dada.
-
Emboli Udara Akibat dari pecahnya jaringan paru-paru, udara akan masuk ked dalam jaringan darah sehingga aliran darah dapat tersumbat. Jika udara menyumbat aliran darah arteri, maka suplai udara yang menuju ke otak akan terhenti sehingga jaringan disekitar otak akan rusak. Emboli udara di aliran darah arteri ini disebut Arterial Gas Embolism (AGE) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
(b) Sinus Apabila saluran Ostium dalam rongga sinus tersumbat (saat Flu) pada saat turun, udara pernafasan dari hidung dan tenggorokan tidak akan masuk ke ddalam
ruangan
untuk
menyamakan
tekanan.
Sehingga
mengakibatkan
pembengkakan dan perdarahan dari jaringan. (c) Telinga Barotrauma pada telinga merupakan penyakit yang sering terjadi. Penyebab utama adalah kemampuan yang kurang dalam melakukan teknik turun dan ekualisasi yang mengakibatkan kehilangan keseimbangan tekanan pada telinga. Jika ekualisasi gagal dilakukan dan tetap memaksakan turun ke kedalaman, maka hal ini dapat menyebabkan pecahnya gendang telinga. f) Keadaan Darurat pada Penyelaman Keadaan darurat mungkin terjadi pada setiap penyelam. Banyak faktor yang dapat menyebabkan penyelam dalam keadaan darurat antara lain kondisi penyelaman, panik, cuaca, kedalaman, kerusakan peralatan dan sebagainya. Untuk mengurangi kesalahan dari manusia para penyelam sebaiknya melakukan persiapan, perencanaan, dan pengecekan sebelum melakukan penyelaman. Dari sekian banyak keadaan darurat yang dapat terjadi setiap kali menyelam, situasi tanpa udara merupakan hal yang paling rumit dalam penanggulangannya. Beberapa cara atau prosedur untuk mengatasi keadaan darurat tersebut antara lain:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
(1) Buddy Breathing (BB) Dilakukan dengan cara bergantian bernapas melalui satu Second Stage dari satu regulator dari penolong . hal ini dilakukan terus menerus dengan naik ke permukaan secara terkendali, karena itu BB sering juga disebut buddy breathing ascent (BBA). (2) Emergency Swimming Ascent (ESA) Merupakan cara menghadapi keadaan darurat secara mandiri, dimana penyelam yang kehabisan udara berenang ke permukaan secara terkendali sambil terus menerus menghembuskan udara keluar, untuk menjaga agar tidak terjadi pengembangan paru-paru yang berlebihan. g) Lingkungan Penyelaman Perencanaan dalam penyelaman dan latihan yang benar akan membantu penyelaman menjadi lebih aman. Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan penyelaman adalah sebagai berikut: (1) Ombak dan Gelombang Ombak ditimbulkan oleh angin dan bergerak secara perlahan kearah pantai. Ombak akan menjadi semakin beriak jika sampai di tempat yang dangkal disebut dengan crest dan patah ke depan sebagai gelombang memecah (breaker). Ombak yang terjadi berbeda di daerahnya dan dapat bertemu menjadi satu membentuk suatu alunan dan menghasilkan gelombang yang lebih besar. Akibat dari gelombang dan ombak yang memecah mengakibatkan air terdorong kearah pantai. Aliran air yang mengarah ke pantai disebut dengan Uprush. Sedangkan aliran air yang kembali kelaut disebut dengan Backrush. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
(2) Pasang dan Surut Pasang surut terjadi akibat adanya gaya tarik bulan dan matahari yang berbeda terhadap bumi. Perubahan dari pasang ke surut atau sebaliknya dapat menyebabkan adanya gelombang dan arus. (3) Rip Current Rip current atau arus celah terjadi didekat pantai dan disebakan karena air didorong oleh gelombang atau angin ke pantai dan mengalir kembali ke laut melalui suatu celah yang sempit. h) Mengunakan Tabel Selam (1) Tabel U.S. Navy Untuk mengurangi dampak salah satu penyakit yang dihadapi oleh penyelam yaitu penyakit dekompresi dapat dicegah dengan menggunakan tabel selam secara benar. Terdapat istilah-istilah yang terdapat pada tabel selam antara lain: 1. Actual Bottom Time (ABT) Adalah lamanya penyelaman yang dihitung pada saat mulai masuk (entry) hingga pada saat naik. Waktu untuk naik (ascent time) tidak dihitung sebagai bottom time. 2. Decompression Stop Adalah kedalaman tertentu dan waktu tertentu dimana seorang penyelam harus berhenti selamai naik, yang bertujuan untuk menetralkan/ mengurangi kadar nitrogen didalam tubuh yang berlebihan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
3. No Decompression Limit (NDL) Adalah lamanya waktu maksimal penyelaman (bottom time) pada suatu kedalaman tertentu yang tidak terkena dekompresi. Jika melewati angka (bottom time dari NDL , maka harus melakukan decompression stop sesuai dengan tabel. 4. Residual Nitrogen (RN) Adalah sisa nitrogen didalam tubuh setelah melakukan sebuah penyelaman. 5. Residual Nitrogen Time (RNT) Adalah sejumlah waktu yang dinyatakan dalam menit pada kedalaman tertentu yang menunjukkan jumlah dari nitrogen yang tersisa didalam tubuh. Untuk penyelaman berikutnya, RNT harus ditambah ke ABT pada penyelaman berikutnya untuk mendapat pressure group. 6. Pressure Group Adalah sebuah abjad pada tabel yang digunakan untuk menunjukkan jumlah dari sisa nitrogen didalam tubuh setelah melakukan penyelaman. 7. Surface Interval (SI) Adalah lamanya waktu istirahat yang dilakukan sebelum melakukan sebuah penyelaman kembali. Surface interval digunakan untuk menentukan jumlah RNT. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
8. Repetitive Dive Adalah sebuah penyelaman yang dilakukan setelah penyelaman sebelumnya dengan SI tertentu 9. Total Bottom Time (TBT) Adalah jumlah dari RNT dan ABT dari sebuah penyelaman yang digunakan untuk menentukan pressure group pada sebuah penyelaman ulang. 10. Actual No Decompression Limit (ANDL) Adalah NDL untuk suatu kedalaman tertentu yang telah dikurangi dengan RNT pada kedalaman untuk penyelaman ulang. 11. Dive Schedule Adalah rencana penyelaman yang dinyatakan dalam X/Y, dimana X menyatakan kedalaman (dalam feet/ meter) dan Y menyatakan bottom time (ABT dalam menit)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Gambar 21. Tabel Selam (Ariadno, Baroeno.2003:4.27) 2) Latihan Ketrampilan Kolam Latihan ini bertujuan untuk membekali penyelam dengan ketrampilanketrampilan praktek selam sesuai dengan jenjangnya, dari ketrampilan yang paling sederhana sampai pada yang paling kompleks di kolam/ perairan tertutup sehingga ketrampilan tersebut dapat dikuasai oleh penyelam. a) Masuk ke air (Entry) Ada beberapa macam cara yang digunakan oleh seorang penyelam untuk masuk ke air menurut Clinchy, Richard A (1992:24) yaitu : (1) Standing Front Entry Seorang penyelam dapat masuk ke air dari geladak kapal, dan dermaga dengan menggunakan posisi berdiri. Hal ini merupakan cara yang aman untuk digunakan. Penyelam masuk dengan kaki terlebih dahulu, dengan posisi Melangkahkan kaki (Giant Step). Saat kaki menyentuh air, kedua kaki dirapatkan commit to agar user tetap di permukaan.Satu tangan kembali untuk menjaga posisi penyelam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
memegang mask dan regulator agar tidak lepas pada saat bersentuhan dengan air, sedangkan satu tangan lagi memegang bagian bawah BC. untuk menjaga supaya tabung tidak mengenai tengkuk bila tabung tidak terikat pada BC. (2) Sitting front entry Cara ini berguna jika masuk ke air dari dermaga yang rendah ataupun dari tepi kolam. Dalam posisi duduk, fins dijulurkan keluar, tempatkan tangan di kedua sisi, berputarlah dan masuk ke air, kedua kaki mengayuh agar tidak menyembul ke permukaan. (3) ack Roll Entry Cara dengan back roll entry digunakan jika masuk ke air dari kapal kecil atau perahu karet yang memiliki sedikit keseimbangan. Maka back roll entry adalah cara yang terbaik. Dilakukan dengan cara duduk di pinggir perahu karet, dengan membelakangi air. b) Muncul ke permukaan (safety ascent) Untuk menghindari cedera pada waktu muncul ke permukaan penyelam harus selalu melihat ke atas, menggapai dan kemudian muncul perlahan-lahan berputar 360o sambil tetap mengawasi permukaan. c) Menjelajah di bawah permukaan air Penyelam harus dapat menguasai peralatan dengan baik dan benar. Peralatan dasar selam dan peralatan scuba merupakan alat bantu untuk melakukan kegiatan penyelaman. Latihan di kolam sangat membantu untuk terbiasa dengan semua peralatan tersebut dengan melakukan skin diving, scuba diving, regulator commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
clearing, mask clearing, ekualisasi muncul secara lambat dan bongkar pasang peralatan scuba. 4) Membersihkan mask (mask clearing) Tujuan mask clearing adalah untuk menghilangkan pengembunan pada mask saat penyelaman di kedalaman. Pengembunan akan terjadi karena adanya perbeedaan suhu dalam air. Dengan cara mengisi air ke dalam mask pengembunan akan hilang, dan dengan menekan bagian atas mask serta menghembuskan udara melalui hidung, maka air akan terdorong keluar melalui sela-sela mask, sehingga pandangan menjadi jelas kembali. 5) Membersihkan mouthpiece Pada saat melakukan penyelaman kadang regulator terlepas dari mulut sehingga mouthpiece kemasukan air. Cara untuk membersihkan mouthpiece adalah dengan menghembuskan udara terlebih dahulu untuk menguras air yang ada di dalam mouthpiece kemudian menghisapnya. 3) Latihan Perairan Terbuka Latihan praktek di tempat penyelaman di perairan terbuka misalnya laut, danau merupakan perwujudan dari hasil penguasaan teori dan ketrampilan teknis penyelaman dari latihan. Semakin sering berlatih di perairan terbuka akan menjadi semakin terampil dan mengetahui kemampuan diri terhadap lingkungan bawah permukaan
air,
serta
semakin
mampu
merasakan
melaksanakan aktivitas tersebut.
commit to user
kenyamanan
dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
g.
Kelompok Umur dan Nomor Perlombaan Selam Pada perlombaan selam dibedakan berdasarkan kelompok umur menurut
peraturan dari CMAS oleh Lolli, Roberto (2008) Yunior, Senior dan Master. Pembagian kelompok umur tersebut antara lain: 1. Master -
V0 : 25 – 34 tahun
-
V1 : 35 – 44 tahun
-
V2 : 45 – 54 tahun
2. Senior -
Kategori A : 18 tahun ke atas
3. Yunior -
Kategori B : 16 – 17 tahun
-
Kategori C : 14 – 15 tahun
-
Kategori D : 12 – 13 tahun
-
Kategori E : 11 tahun ke bawah
Sedangkan pada nomor perlombaan selam dibedakan menjadi 2 yaitu: 1) nomor perlombaan di perairan tertutup atau kolam renang, dan 2) nomor perlombaan di perairan terbuka. 1) Nomor perlombaan di perairan tertutup atau kolam renang Nomor perlombaan dikolam renang adalah perlombaan selam dengan menggunakan peralatan dasar selam seperti mask, snorkel dan fins atau yang sering disebut dengan perlombaan fins swimming. Perlombaan di kolam renang dibagi menjadi 3 nomor yaitu 1) nomor perlombaan Fin Swimming di permukaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
air, 2) nomor perlombaan fin swimming di bawah permukaan air tanpa alat bantu pernafasan dan 3) perlombaan fin swimming dengan alat bantu pernafasan. Nomor-nomor yang diperlombakan di permukaan air antara lain: -
-
Putra:
Putri:
50 meter
50 meter
100 meter
100 meter
200 meter
200 meter
400 meter
400 meter
800 meter
800 meter
1500 meter
1500 meter
Estafet:
Estafet:
4 X 100 meter
4 X 100 meter
4 X 200 meter
4 X 200 meter
2) Nomor Perlombaan di Perairan Terbuka Pada perlombaan di periaran terbuka terdapat sedikit perbedaan yaitu dengan menggunakan peralatan SCUBA. Dalam perlombaan, nomor yang dilombakan juga dibagi menjadi 2 yaitu: 1) fins swimming, dan 2) Orientasi Bawah Air (OBA). Nomor yang dilombakan pada fins swimming antara lain: -
Putra
Putri
2000 meter
2000 meter
3000 meter
3000 meter
5000 meter
5000 meter
>5000 meter
>5000 meter commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Sedangkan nomor perlombaan OBA (orientasi bawah air) antara lain -
Jalur M course
-
Jalur 5 point course.
h. Analisis Mekanik Gerak Olahraga Selam Dalam olahraga selam pasti akan berhubungan dengan air, oleh sebab itu dalam olahraga selam perlu diperhatikan tentang teknik, hukum-hukum, dan prinsip-prinsip yang berlaku pada benda yang bergerak di air. Seorang pelatih maupun atlet harus mengetahui mekanika gerak secara ilmiah menurut ilmu pengetahuan yang berlaku dalam prinsip-prinsip yang menyebabkan gerak menjadi lebih efektif dan efisien. Adapun prinsip-prinsip yang harus diketahui menurut Sukintoko (1983:73-77) sebagai dasar dasar dalam melakukan kegiatan di air adalah sebagai berikut: 1) Tahanan dan dorongan Pada setiap gerak ke depan di air merupakan hasil dari dua kekuatan yaitu kekuatan yang cenderung menahan atau disebut hambatan dan kekuatan yang mendororng maju atau dorongan. Hambatan disebabkan oleh air yang terdesak saat gerak maju dan dorongan diperoleh dari gerakan atau tarikan tangan dan kaki. Untuk menghasilkan gerak yang lebih cepat dapat dilakukan dengan a)mengurangi hambatan, b) menambah dorongan, dan c)kombinasi dari keduanya. 2) Hambatan Menurut Sukintoko (1983:74) hambatan di air dibedakan menjadi 3 jenis: a) hambatan dari depan, b) geseran kulit, c) hambatan ekor atau pusaran air. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
a) Hambatan dari depan Hambatan dari depan adalah hambatan pada gerak maju yang ditimbulkan oleh air yang ada di depan atau di setiap bagian badan. b) Geseran kulit Geseran kulit dengan air dapat menyebabkan hambatan air pada sisi badan. c) Hambatan ekor atau pusaran air Hambatan pada ekor disebabkan oleh air yang tidak mampu mengisis bagian belakang badan yang tidak datar, sehingga badan menarik sejumlah molekul air. Misalnya pada mobil balap bagian depan dan belakang dibuat meruncing dimaksudkan untuk mengurangi adanya hambatan ekor. Dalam kegiatan di air, untuk mengurangi hambatan ekor adalah dengan berenang membuat sijap badan sedatar mungkin dengan air. 3) Dorongan Dorongan merupakan kekuatan yang mendorong tubuh untuk maju yang dihasilkan dari gerak tangan dan kaki. Dalam prinsip ini terdapat juga hukum Newton III yaitu Aksi = Reaksi yang dijelaskan bahwa setiap aksi mempunyai rekasi yang berlawanan yang sama. Dengan kata lain aksi yang dilakukan akan menghasilkan reaksi yang berlawanan. Jika seseorang menekan air kebawah maka reaksi yang dihasilkan adalah dorongan ke atas. Menurut peraturan dari CMAS oleh Lolli, Roberto (2008) yang dimaksud dengan Finswimming adalah sebagai gerakan dengan menggunakan monofin atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
dua fins, baik pada permukaan air ataupun dengan cara menyelam dibawah air. Untuk finswimming dibawah air bisa dibantu dengan menggunakan peralatan pernafasan, yaitu peralatan yang berfungsi menggambil udara untuk bernafas didalam air. Dalam gerak tersebut gaya yang digunakan tidak dispesifikasikan apakah menggunakan teknik gaya crwal, gaya dada, gaya punggung dan gaya kupu-kupu. Namun untuk menghasilkan catatan waktu yang terbaik dalam finswimming sering digunakan gaya berenang crawl. Dalam teknik gaya crawl menurut Sukintoko (1983:88) dibagi menjadi tahap yaitu:a) Posisi badan, b) Gerakan Kaki, c) Gerakan Lengan dan d) Pernafasan. a) Posisi badan Hasil yang dicapai dalam gaya crawl pada akhir-akhir ini disebabkan oleh posisi badan. Dengan posisi badan yang dibuat sedatar mungkin dengan air atau streamline akan mengurangi hambatan yang cukup besar. Soemanto Y (1979:20) berpendapat bahwa “ setiap tahanan karena letak badan tidak tepat akan mengurangi kecepatan berenang”. b) Gerakan kaki Pada gaya crawl, gerak kaki dilakukan dengan bergantian naik dan turun. Pada finswimming kaki penyelam akan diberi alat tambahan yaitu sebuah fin. Dengan menggunakan sebuah fin maka akan dapat menmberikan dorongan yang lebih kuat dan menghasilkan laju yang cepat. Menurut Sukintoko (1983:93) gerakan kaki gaya crawl dikenal dengan 4 macam tendangan kaki: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
-
2 tedangan kaki dalam 2 kali gerakan lengan
-
4 tendangan kaki dalam 2 gerakan lengan
-
6 tenddangan kaki dalam 2 gerakan lengan
-
8 tendangan kaki dalam 2 gerakan lengan.
c) Gerakan lengan Dalam proses gerak lengan gaya crwal menurut Sukintoko (1983:96) ada 3 fase yaitu a) menarik, b) mendorong, c) istirahat. Pada finswimming, gerakan lengan tidak menjadi sumber dorongan yang utama. Hal ini disebabkan pengunaan fin yang menghasilkan dorongan yang lebih kuat. d) Pernafasan Pengambilan nafas pada gaya crawl adalah dengan memutar kepala ke kanan atau kiri. Dalam fin swimming pengambilan nafas dengan memutar kepala tidak akan terjadi. Hal ini dikarenakan pada surface fin swimming akan menggunakan sebuah alat tambahan yaitu snorkel. Snorkel merupakan sebuah pipa yang digunakan sebagai alat bantu pernafasan sehingga penyelam tidak perlu memutar kepala untuk mengambil nafas. Karena gerakan kaki pada finswimming merupakan dorongan yang utama dalam olahraga selam, hal ini berakibat pada gerak lengan menjadi tidak efektif, tetapi masih memberikan sumbangan yang tidak terlalu besar dalam gerak laju ke depan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
i.
Prestasi Olahraga Selam Prestasi pada olahraga selam merupakan suatu bentuk penampilan yang
diperlihatkan oleh atlet dalam suatu latihan sehingga pada saat melakukan perlombaan atlet mampu menampilkan kemampuan maksimalnnya. Prestasi merupakan suatu bentuk perubahan yang diperlihatkan oleh seseorang baik secara fisik maupun psikis. Dalam olahraga selam yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil dari catatan waktu
yang diperlihatkan atau yang
ditunjukan oleh seorang atlet ketika berlomba pada nomor yang dilombakan. Sedangkan pada nomor orientasi bawah air khususnya pada perlombaan jalur 5 point course, yang digunakan adalah sistem point. Atlet dikatakan mempunyai prestasi yang baik yaitu mampu menyelam secepat mungkin dengan menempuh suatu jarak dalam hitungan waktu yang sesingkat mungkin. Jadi semakin singkat waktu yang ditempuh bagi seorang atlet maka semakin baik prestasi yang diraih oleh atlet tersebut. Tolak ukur dalam menentukan suatu prestasi bagi atlet adalah adanya berbagai macam kejuaraan pada tingkat Daerah, Nasional, maupun Internasional. Dalam mengikuti kejuaraan tersebut semakin baik atau dengan kata lain semakin singkat waktu yang ditempuh oleh atlet selam pada setiap nomor yang dilombakan, maka atlet tersebut dapat dikatakan mengalami peningkatan dalam suatu prestasi. Pencapaian prestasi yang diperoleh atlet tidak hanya disebabkan dari
suatu
bakat
saja, tetapi diperoleh dari suatu latihan yang
dilakukan dengan teratur dan disiplin. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Noseck (1982:16-18) berpendapat mengenai unsur prestasi olahraga bahwa pengaturan gerak badan secara genetika ditentukan oleh struktur badan (tinggi, kecil, kurus dan sebagainya), bakat dan lain-lain. Perilaku afektif diperlihatkan
sebagai
reaksi
emosional
terhadap
rangsangan-rangsangan
lingkungan yang berada. Reaksi yang muncul bersifat khas dalam situasi-situasi olahraga yang bervariasi. Karakteristik prestasi olahraga merupakan gabungan dari watak pribadi, kemampuan dan bakat yang berasal dari dalam (Inner faktor) yang kurang lebih bisa dipengaruhi dengan latihan. Sedangkan faktor yang lain seperti faktor luar (Outer factor) juga disebut faktor lingkungan, berupa unsurunsur seperti perlengkapan, fasilitas, lawan, penonton, cuaca, iklim dan sebagainya. Prestasi olahraga mampu tercapai dengan baik akibat dari latihan yang terprogram, teratur, dan terukur dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu
dan teknologi.
Selain itu, M. Anwar Pasau dalam Sajoto (1988:3-4)
berpendapat bahwa faktor-faktor penentu pencapaian prestasi prima dalam olahraga dikelompokkan dalam 4 aspek: 1. Aspek Biologis a. Kemampuan dasar tubuh (fundamental motor skill) b. Fungsi organ tubuh c. Postur dan organ tubuh d. gizi 2. Aspek Psikologis a. Intelektual
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
b. Motivasi c. Kepribadian d. Koordinasi kerja otot dan syaraf 3. Aspek Lingkungan a. Sosial b. Prasarana dan sarana olahraga c. Cuaca iklim sekitar d. Orang tua keluarga dan masyarakat 4. Aspek penunjang a. Pelatih yang berkualitas b. Program yang tersusun secara sistematis c. Penghargaan dari masyarakat dan pemerintah
Unsur-unsur prestasi psikologis
Unsur prstasi dari luar
Unsur-unsur prestasi gerakan badan
Prestasi olahraga
Tingkah laku taktis
Unsur-unsur prestasi kondisional Gambar 22. Prestasi olahraga commit 1982:18) to user (Noseck
Unsur –unsur prestasi koordinatif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
2. Panjang Tungkai
a.
Definisi Panjang Tungkai
Salah satu komponen penting dalam prestasi olahraga adalah postur dan struktur tubuh. Fox, Bowers dan Foss (1993:542) menyebutkan bahwa “olahragawan profesional dan guru mempunyai pandangan ketertarikan pada postur dan struktur tubuh sebagai pengertian relatif dari tipe tubuh dalam kesuksesan pada berbagai cabang olahraga”. Sajoto (1988:3) menyatakan bahwa “struktur dan postur tubuh meliputi a) ukuran tinggi dan panjang tungkai, b) ukuran besar, lebar dan berat tubuh, c) somatotype (bentuk tubuh)”. Tungkai merupakan anggota gerak bawah yang terdiri dari seluruh kaki, mulai dari pangkal paha sampai dengan kaki. Menurut Soedarminto (1995: 60) tulang-tulang anggota gerak bawah bebas terdiri dari : 1) Femur (tulang paha) 2) Crus / crural (tungkai bawah) a) Tibia b) Fibula 3) Ossa pedis a) Ossa tarsalia Tulang-tulang pergelangan kaki yang terdiri dari tujuh buah tulang. commit to user b) Ossa metatarsalia
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Tulang-tulang telapak kaki yang terdiri dari lima buah tulang. c) Ossa palangea digitorum pedis Tiap-tiap jari terdiri dari tiga ruas tulang kecuali ibu jari hanya terdiri dari dua ruas tulang. Dalam hal ini Johnson dan Nelson (1986:191)
menyatakan bahwa
ukuran panjang tungkai diukur dari tulang belakang bawah atau dapat juga dari trochanter sampai ke lantai (telapak kaki)”.
Gambar 23. Panjang tungkai Johnson dan Nelson(1986:191)
b.
Faktor-faktor Yang Menyebabkan Panjang Tungkai
Perkembangan ukuran dan proporsi tubuh seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada usia tertentu ukuran dan proporsi tubuh mengalami perkembangan. Demikian juga panjang tungkai juga mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan pertumbuhan anak. Sugiyanto (1996:149) menyatakan “Secara proporsi anak, kaki dan tangan tumbuh lebih cepat dibanding commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
pertumbuhan togok”. Hal ini terjadi pada masa anak kecil. Dengan percepatan pertumbuhan kaki dan pertumbuhan togok tidak sama, maka anak besar umumnya menjadi tampak panjang kakinya. Perkembangan ukuran dan proporsi tubuh dipengaruhi oleh makanan yang dikomsumsi setiap hari. Makanan yang bergizi akan mempengaruhi pertumbuhan seseorang, baik rangka tubuh maupun organ lainnya. Selain faktor gizi, keturunan merupakan faktor yang sangat menentukan keadaan fisik seseorang. Sugiyanto (1996: 37) mengemukakan bahwa” Faktor keturunan atau genetik merupakan sifat bawaan lahir yang diperoleh dari orang tuanya. Faktor ini menentukan potensi maksimum dan penampilan fisik”. Panjang tulang berkembang melalui osifikasi endokondral (tulang rawan digantikan oleh tulang). Pada janin manusia, model tulang rawan sudah mulai terbentuk. Osifikasi endokhondral dari kerangka tulang rawan dimulai sebelum kelahiran. Setelah lahir, poros dari tulang panjang telah kaku, namun ujungujungnya masih terdiri dari tulang rawan. Tulang rawan pada ujung tulang panjang mengeras segera setelah lahir, kecuali tulang rawan yang memisahkan ujung dari sisa tulang. Kartilago ini disebut tulang rawan epifisis dan ujung yang terpisah dari tulang disebut epiphysis. Bagian yang tersisa dari tulang di sisi lain dari tulang rawan epifisis disebut diaphysis. karena tulang panjang tunggal pada anak-anak sebenarnya dapat terdiri dari dua atau tiga tulang yang terpisah, anak-anak memiliki tulang yang lebih daripada orang dewasa. Tulang rawan epifisis bertanggung jawab untuk pertumbuhan panjang dari tulang panjang. Tulang rawan ini tumbuh, tulang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
rawan terdekat diaphysis mulai mengeras. jika tingkat proses adalah sama, pertumbuhan tulang membujur terjadi. Jika tingkat osifikasi melebihi laju pertumbuhan tulang rawan, tulang rawan epifisis seluruh mengeras, bergabung diaphysis dengan epiphysis dan berhenti pertumbuhan longitudinal. penutupan epifisis seperti ini terjadi secara alami pada usia tertentu tetapi tidak menutup sampai setelah usia 25. c.
Anatomi Tungkai Tulang pada tungkai dilapisi dengan berbagai macam otot. Otot-otot
yang ada di tungkai menurut Luttgens dan Hamilton (1997:212-217) antara lain sebagai berikut: a. Muscle of the knee joint Anterior : 1)
Quadriceps femoris group -
Rectus femoris
-
Vastus intermedius
-
Vastus lateralis
-
Vastus medialis
Posterior : 1) Hamstring group -
Biceps femoris
-
Semimembranosus
-
Semitendinosus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
2) Sartorius 3) Gracilis 4) Popliteus 5) Gastrocnemius
Gambar 24. Muscle of the knee joint Luttgens dan Hamilton (1997:214)
b. Muscle of the ankle and foot Extrinsic muscle : 1)
Anterior aspect of leg -
Tibialis anterior
-
Extensor digitorum longus
-
Extensor hallucis longus
-
Peroneus tertius commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
2)
3)
Lateral aspect of leg -
Peroneus longus
-
Peroneus brevis
Posterior aspect of leg -
Gastrocnemius
-
Soleus
-
Tibialis posterior
-
Flexor digitorum longus
-
Flexor hallucis longus
Intrinsic muscle : a) Extensor digitorum brevis b) Flexor digitorum brevis c) Quadratus plantae d) Lumbricales e) Abductor hallucis f) Flexor hallucis brevis g) Adductor hallucis h) Abductor digiti minimi i) Flexor digiti minimi brevis j) Dorsal interossei k) Plantar interossei
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Gambar 25. Muscle of the ankle and foot Luttgens dan Hamilton (1997:229)
d. Peranan Panjang Tungkai Dalam Olahraga Selam Fungsi tungkai merupakan bagian penting dalam mencapai pencapaian prestasi dalam olahraga selam. Tungkai memiliki peran penting dalam melakukan dorongan untuk mendapatkan daya dorong besar untuk melaju kedepan. Panjangnya tungkai yang dimiliki atlet selam akan memberikan keuntungan dalam melakukan olahraga selam. Gerakan kaki pada olahraga selam khususnya fin swimming adalah menggunakan gerak kaki renang gaya bebas, dimana tungkai bergerak naik dan turun secara bergantian. Dengan demikian tungkai mempunyai peran penting dalam memberikan sebuah dorongan. Hukum aksi reaksi merupakan hukum Newton ketiga yang menyatakan setiap aksi akan ada reaksi yang sama yang arahnya berlawanan. Prinsip ini dapat dilihat dalam gerak renang yaitu commit dayungan ke arah belakang akan menghasilkan to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
dorongan yang sama besar ke arah depan. Dalam tugas yang berkenaan dengan gerak tubuh dipelajari prinsip kerja pengungkit yang dicontohkan dalam gerak pengumpil dan sendi pada manusia. Sistem pengungkit terdiri dari 3 jenis pengungkit, yaitu pengungkit jenis 1 yaitu titik tumpu berada di antara beban dan titik kuasa, pengungkit jenis 2 yaitu beban diantara titik tumpu dan titik kuasa, dan pengungkit jenis 3 yaitu titik kuasa diantara titik tumpu dan beban. Pada sistem pengungkit jenis 3 diaplikasikan dalam gerak kaki renang gaya bebas. Dimana sendi lutut menggerakkan tungkai bawah dan kaki yang terdapat beban akan bergerak dan menghasilkan gaya. Jika titik tumpu dekat dengan titik kuasa maka akan menghasilkan gaya yang lebih besar.sebaliknya jika titik tumpu dekat dengan beban maka akan menghasilkan gaya yang lebih kecil. Sehingga panjang atau pendeknya tungkai mempunyai peran yang yang besar dalam gerak kaki fin swimming. Semakin panjang tungkai akan menghasilkan dorongan yang lebih besar daripada tungkai yang pendek. Atlet yang memiliki tungkai yang panjang akan memiliki keuntungan dalam melakukan dorongan. Ditinjau dari biomekanika, tungkai yang panjang memiliki jangkauan yang jauh atau panjang. Selain itu dengan tungkai yang panjang juga memperoleh keuntungan dalam hal pengungkit (tuas).
Dengan
tungkai yang panjang, seorang atlet selam memiliki pengungkit yang lebih panjang sehingga menghasilkan tenaga yang lebih besar. Hal ini sependapat dengan Soedarminto (1995: 40) bahwa, “Makin panjang pengungkit makin besar usaha yang digunakan untuk mengayun”. Dengan demikian, tungkai yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
panjang memiliki ayunan yang lebih panjang atau jauh, sehingga dapat membantu pencapaian dorongan kedepan lebih maksimal. Daya dorong ke depan dalam melakukan dayungan diperoleh dari besarnya kekuatan tungkai yang melakukan dayungan. Dengan tungkai yang panjang, maka permukaan untuk mendayung lebih besar. Dengan tungkai yang lebih panjang merupakan hal yang menguntungkan pada atlet selam untuk memperoleh jangkauan dalam mendayung. Hal ini dapat menambah daya dorong ke depan. Dengan demikian atlet yang memiliki panjang tungkai akan memperoleh keuntungan terhadap dayungan yang dilakukan.
3. Kekuatan Otot Tungkai
a.
Pengertian Kekuatan Otot Tungkai Kekuatan otot merupakan salah satu komponen kondisi fisk yang penting
dalam mendukung aktivitas olahraga. Selain itu, kekuatan otot merupakan unsur penting dalam mencapai prestasi yang maksimal dalam olahraga. Berkaitan dengan kekuatan, Sajoto
(1988:58)
menyatakan bahwa
“Kekuatan (strength) adalah “Komponen kondisi fisik yang menyangkut masalah kemampuan seorang atlet pada saat mempergunakan otot-ototnya untuk menerima
beban dalam waktu kerja tertentu. Sedangkan menurut Harsono
(1988:176) “strenght adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan”. Kemudian, yang dimaksud dengan kekuatan otot menurut Fox, Bowers dan Foss (1993:160) menyebutkan bahwa “daya atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
tegangan pada otot atau lebih tepatnya sekelompok otot yang dapat digunakan untuk menahan beban dalam sekali usaha maksimal”. Dari pengertian tersebut dapat dikemukakan pengertian kekuatan otot tungkai adalah kemampuan otot atau segerombol otot tungkai untuk mengatasi suatu beban atau tahanan dalam menjalankan suatu aktivitas secara maksimal. b. Macam – macam Kekuatan Kekuatan merupakan salah satu komponen fisik yang mendasar. Sebagai unsur yang mendasar dalam kemampuan fisik, untuk meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan sebaiknya kekuatan dimiliki lebih dahulu. Dalam menjalankan aktivitas fisik, beban atau tahanan dalam latihan tiap orang berbeda-beda. Tahanan
atau
beban
dalam kegiatan olahraga tersebut menuntut adanya
kekuatan otot yang bermacam-macam pula. Berdasarkan beban yang harus dihadapi atau diatasi, maka kekuatan yang dengan kegiatan
olahraga tersebut.
harus
Menurut
dikerahkan
Suharno
HP.
disesuaikan (1993:40)
membedakan kekuatan menjadi tiga jenis yaitu: (1) Kekuatan maksimal adalah kemampuan otot dalam kontraksi maksimal serta dapat melawan/ menahan beban yang maksimal pula. (2) Explosive power (kekuatan daya ledak) adalah kemampuan sebuah otot atau segerombolan otot untuk mengatasi suatu tahanan beban denan kecepaan tinggi dalam satu gerakan yang utuh. (3) Daya tahan kekuatan otot (power endurance) adalah kemampuan tahan lamanya kekuatan otot untuk melawan tahanan beban dengan intensitas tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
Menurut Harre yang dikutip Noseck (1982:46) bahwa, “Kekuatan dibagi
menjadi
kekuatan maksimum, kekuatan kecepatan dan daya tahan
kekuatan”. Perbedaan jenis kekuatan tersebut didasarkan pada jenis beban yang harus diatasi dan dihadapi. Selain jenis kekuatan diatas, kekuatan dapat dibedakan atas jenis kontraksi otot. Sudjarwo (1993:26) menyatakan bahwa “Sesuai dengan cara atau tipe kontraksi otot, maka dapat dibedakan dua macam kekuatan yaitu, kontraksi isotonik dan kontraksi isometrik. Dalam kontraksi isotonik ini akan terlihat adanya perubahan sikap atau gerakan-gerakan dari anggota tubuh yang disebabkan memanjang dan memendeknya otot". Kekuatan dinamis (isotonis) merupakan kekuatan otot yang dikembangkan oleh otot dalam kelangsungan gerak terhadap suatu tahanan, dengan ditandai adanya perubahan memanjang dan memendeknya otot. Sedangkan kekuatan statis atau isometrik merupakan kekuatan otot yang dapat dikembangkan oleh otot-otot atau sekelompok otot terhadap
tahanan yang tetap. Jenis kekuatan yang banyak digunakan dalam
olahraga adalah kekuatan dinamis. Bompa (1994:268-270) membagi tipe kekuatan menjadi beberapa jenis kekuatan, antara lain: 1) Kekuatan umum Kekuatan umum mengacu pada kekuatan sistem otot secara keseluruhan. karena aspek ini adalah dasar dari program kekuatan keseluruhan, hal ini harus sangat berkembang dengan upaya terpusat selama tahap persiapan, atau selama beberapa tahun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
pertama atlet pemula pelatihan. Tingkat rendah kekuatan umum dapat menjadi faktor pembatas bagi kemajuan keseluruhan atlet 2) Kekuatan khusus Kekuatan khusus dianggap sebagai kekuatan otot-otot yang khusus untuk gerakan olahraga yang dipilih. Tipe dari kekuatan ini merupakan karakteristik untuk setiap jenis olahraga, karena setiap perbandingan antara tingkat kekuatan atlet yang terlibat dalam olahraga yang berbeda tidak sesuai. Kekuatan khusus harus dikembangkan ke tingkat maksimal yang harus secara progresif dimasukkan menjelang akhir dari fase persiapan untuk semua atlet kelas elite. 3) Kekuatan maksimum Kekuatan maksimum mengacu pada kekuatan tertinggi yang dapat dilakukan oleh sistem neuromuskular selama kontraksi secara maksimal. Hal ini ditunjukkan oleh beban terberat yang seorang atlet dapat mengangkat beban tersebut sekali waktu. 4) Dayatahan otot Daya tahan otot biasanya diartikan sebagai kemampuan otot untuk mempertahankan pekerjaan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini merupakan produk dari penekanan pada kedua latihan yaitu kekuatan dan daya tahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
5) Power Power merupakan produk dari dua kemampuan yaitu kekuatan dan kecepatan dan dianggap sebagai kemampuan untuk melakukan kekuatan maksimum dalam periode waktu terpendek. 6) Kekuatan absolut (AS) Kekuatan absolut mengacu pada kemampuan seorang atlet untuk mengerahkan gaya maksimum terlepas dari berat badan sendiri (BW). Dalam tujuan supaya sukses dalam beberapa olahraga seperti angkat besi, gulat, tolak peluru, kekuatan absolut sangat dibutuhkan untuk meraih level yang tinggi. 7) Kekuatan realtif Kekuatan relatif ditunjukkan sebagai perbandingan antara kekuatan absolut atlet dan berat badannya sendiri RS = Kekuatan relatif sangat penting dalam olahraga dimana atlet membutuhkan penampilan tubuh. 8) Kekuatan cadangan Kekuatan cadangan dianggap sebagai perbedaan antara kekuatan mutlak atlet dan jumlah kekuatan yang diperlukan untuk melakukan keterampilan di bawah kondisi kompetitif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
c.
Faktor – faktor Penyebab Kekuatan Otot Kekuatan otot merupakan komponen yang penting untuk meningkatkan
kondisi fisik secara keseluruhan maupun prestasi olahraga selam. Untuk meningkatkan prestasi dalam olahraga selam, kekuatan otot yang dimiliki atlet selam harus ditingkatkan. Kekuatan otot dapat meningkat bila melakukan latihan secara sistematis dan teratur dengan program latihan yang tepat.
Dalam
memberikan latihan kekuatan otot, pelatih harus dapat membuat program latihan yang tepat. Selain latihan yang baik dan benar, kekuatan dapat meningkat tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Seorang pelatih harus memahami
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kekuatan
otot.
Menurut
Suharno HP. (1993: 39-40) bahwa faktor-faktor penentu baik tidaknya kekuatan seseorang antara lain: a. Besar kecilnya potongan melintang otot (potongan morfologis yang tergantung dari proses hypertropy otot). b. Jumlah fibril otot yang turut bekerja dalam melawan beban, makin banyak fibril otot yang bekerja berarti kekuatan bertambah besar. c. Tergantung besar kecilnya rangka tubuh, makin besar skelet makin besar kekuatan. d. Innervasi otot baik pusat maupun perifer. e. Keadaan zat kimia dalam otot (glycogen, ATP). f. Keadaan tonus otot saat istirahat, tonus makin rendah berarti kekuatan otot tersebut pada saat bekerja makin besar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
g. Umur dan jenis kelamin juga menentukan baik dan tidaknya kekuatan otot. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa besarnya potongan melintang fibril otot dan banyaknya fibril otot merupakan faktor utama yang mempengaruhi kekuatan
otot.
Semakin
besar
ukuran
fibrilnya
dan
semakin
banyak
fibrilnya, maka otot tersebut semakin besar sehingga semakin kuat pula kemampuannya. Faktor umur dan jenis kelamin juga sangat menentukan baik dan tidaknya kekuatan. Semakin banyak latihan yang dilakukan, maka semakin baik pula pembesaran fibril otot. Pembesaran fibril ototlah yang menyebabkan meningkatnya kekuatan otot. Pada anak kecil normal, otot dan tulang akan tumbuh mengimbangi satu dengan yang lain. Selama pada masa pubertas, otot tumbuh dengan cepat khusus pada anak remaja. Peningkatan pada jaringan otot biasanya terjadi setelah peningkatan dan penambahan tinggi badan. Pada anak laki-laki peningkatan ukuran otot relatif pada peningkatan kekuatan. Brooks dan Fahey (1984:672) mengatakan “rata-rata peningkatan cepat dimulai dari usia 14 tahun sampai pada masa adolesen”. Namun perbedaan individual menjadi perbedaan pada pencapaian tingkat kedewasaan. Perkembangan daan penampilan otot tergantung pada kematangan sistem saraf. Level tinggi dari kekuatan, power, dan kemampuan tidak mungkin terjadi jika anak belum mencapap pada kematangan saraf. Kematangan dari saraf tidak tercapai hingga pada kematangan secara seksual. Sehingga anak yang belum commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
matang atau dewasa tidak dapat menerima respon pada latihan atau mencapai level yang sama dengan orang dewasa. Sajoto (1988:108) mengemukakan selain faktor fisiologis, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan otot. Faktor tersebut adalah biomekanika, sistem pengungkit, ukuran otot, jenis kelamin dan faktor umur. 1) Faktor biomekanik Dilihat dari faktor biomekanik, sangat mungkin bila dua orang yang mempunyai jumlah tegangan otot yang sama akan berbeda dalam mengangkat beban. Sebaai contoh A dan B dapat mengangkat beban dengan gaya 200 pound. Keduanya memiliki panjang lengan bawah 12 cm. Tetapi A memiliki panjang jarak antara titik insersio dengan sudut siku 1,5 cm. B memiliki titik insersio dengan sudut siku 2 cm. Maka benda yang dapat diangkat dengan flexi sudut pada siku 900 berbeda jumlahnya. A
= 25 pound
B
= 33.3 pound
2) Faktor pengungkit Setiap gaya yang ada hubungannya dengan pengungkit dapat dihitung secara
mekanik,
sehingga
letak
gaya
yang
berbeda
akan
menghasilkan kekuatan yang berbeda. Menurut Sajoto (1988:109) pengungkit dikelompokkan dalam 3 kelas yaitu dibagi menurut letak sumbu pengungkit, gaya beban, dan gaya gerak mengangkat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
-
Kelompok III : letak gaya angkat berada diantara sumbu dengan gaya beban
-
Kelompok II : letak beban diantara sumbu dengan gaya angkat
-
Kelompok I : letak sumbu diantara gaya beban dan gaya angkat.
Gambar 26. Sistem pengungkit M. Sajoto (1988:110)
3) Faktor ukuran Besar kecilnya suatu otot berpengaruh pada kekuatan tersebut. Semakin besar serabut otot seseorang, maka semakin kuat pula otot tersebut. Dan semakin panjang ukuran ototnya, semakin kuat juga to user ototnya. Pembesarancommit otot disebabkan karena bertambah luasnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
serabut otot akibat dari suatu latihan dan bukan akibat dari pecahnya serabut per serabut otot.. pembesaran pada otot disebut dengan hypertrophy otot dan mengecilnya otot disebut dengan atrophy. 4) Faktor jenis kelamin Meskipun wanita yang mengikuti program latihan beban akan berkembang kekuatannya sama dengan perkembangan pada pria. Dan kekuatan otot laki-laki dan perempuan tiap sentimeter sama besar. Namun fakta menunjukkan bahwa pada akhir masa puber, anak lakilaki mulai memiliki ukuran otot yang lebih besar dibanding dengan wanita d. Latihan Kekuatan Salah satu komponen kondisi fisik untuk mendukung komponen lain adalah kekuatan otot. Kekuatan otot merupakan kondisi fisik yang dapat ditingkatkan sampai batas submaksimal sesuai dengan cabang olahraga.setiap cabang olahraga memiliki karakteristik berbeda pada kebutuhan kekuatan. Kekuatan dapat meningkat dengan melakukan sebuah latihan. Latihan yang disusun harus sesuai dengan karakteristik atau ciri dari kekuatan otot. O’Shea dalam M. Sajoto berpendapat bahwa “program latihan peningkatan kekuatan otot yang paling efektif adalah program latihan dengan memakai beban atau weight training program”. Menurut Brooks dan Fahey (1984:397) latihan kekuatan dibagi menjadi 3 kategori yaitu isometrik, isotonik dan isokinetik. Latihan isometrik melibatkan penerapan gaya tanpa menggunakan gerak, latihan isotonik penggunaan gaya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
dengan melakukan gerakan, dan isokinetik menggunakan pengerahan gaya dengan kecepatan yang stabil. 1) Latihan isometrik Latihan isometrik tidak meningkatkan kekuatan sepanjang rentang gerak sendi melainkan khusus untuk sudut sendi di mana latihan sedang dilakukan. Dengan kata lain, latihan isometrik tidak memperbaiki pengerahan kemampuan gaya secara cepat. Menurut Sajoto (1988:147) bahwa otot yang berkontraksi secara isometrik adalah menegang, tetapi tidak ada perubahan panjang pada serabut otot. Sebagian besar manfaat dari isometrik tampak terjadi selama tahap awal latihan. Kontraksi maksimal sangat penting untuk efek yang optimal dan durasi kontraksi harus cukup panjang untuk menambah serabut otot sebanyaknya dalam kelompok otot. Peningkatan
terbesar
ketika
menngunakan
latihan
isometrik
dilakukan dalam beberapa kali dalam sehari. 2) Latihan isotonik Latihan isotonik merupakan latihan kekuatan yang paling sering digunakan oleh pelatih dan atlet. Metode pembebanan isotonik termasuk konstan, variabel, eksentrik, plyometric dan ketahanan kecepatan. Dalam latihan tahanan tetap, beban tetap konstan, tetapi kesulitannya dalam mengatasi beban bervariasi dengan sudut sendi. Sajoto (1988:117) mengatakan bahwa kontraksi isotonik adalah suatu otot dimana serabut otot memendek selagi terjadi tegangan dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
otot tersebut. Seperti mengangkat beban dipundak kemudian melakukan gerakan jongkok berdiri beberapa kali. 3) Latihan isokinetik latihan isokinetik mengontrol laju pemendekan otot. Fox, Bowers dan Foss (1993:164) berpendapat selama kontraksi isokinetik, ketegangan dikembangkan oleh otot karena lebih pendek (iso) kecepatan (kinetik) maksimal di semua sudut sendi. Kontraksi semacam ini umum selama pada penampilan olahraga, contohnya adalah stroke lengan selama berenang gaya bebas. Penerapan ketegangan penuh baik dalam pengaturan kinerja olahraga atau selama uji klinis atau laboratorium adalah tergantung pada tingkat motivasi pelaku. Untuk melakukan kontraksi isokinetik, memerlukan peralatan khusus yang diperlukan. Pada dasarnya, peralatan harus memiliki pengatur kecepatan sehingga kecepatan gerakan konstan tidak masalah berapa banyak tegangan yang dihasilkan kontraksi otot. Dalam latihan dengan menggunakan beban sebaiknya bersifat khusus sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Brooks dan Fahey (1984:11) menyatakan bahwa latihan hendaknya dapat merangsang sistem fisiologi tubuh. Dimana rangsang tersebut disebut dengan stress atau tekanan dan tanggapan sebagai rangsang disebut dengan strain atau tegangan”. Dimana pada tujuan dalam latihan secara fisiologis dapat memberikan tekanan pada tubuh sehingga terjadi adaptasi pada fungsi tubuh. Fox dalam Sajoto menyatakan bahwa program latihan beban berpedoman pada empat prinsip dasar yaitu: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
a. Prinsip penambahan beban lebih (overload) Prinsip latihan ini merupakan latihan yang mendasar yang harus dipahami oleh pelatih dan atlet. Menurut Harsono (1998:103) “Beban latihan yang diberikan kepada atlet haruslah cukup berat dan cukup bengis, serta harus diberikan berulang-ulang kali dengan intensitas yang cukup tinggi”. Dengan melakukan latihan secara periodik dan sistematis, maka tubuh atlet akan mampu beradaptasi menerima beban latihan yang diberikan. Sehingga beban latihan akan dapat ditingkatkan pada tingkat yang maksimal terhadap latihan yang lebih berat. Selain itu, Fox, Bowers dan Foss (1993:170) menerangkan bahwa secara prinsip fisiologi pada kekuatan dan daya tahan dapat berkembang tergantung dengan apa yang disebut prinsip beban lebih (overload). Prinsip ini secara mendasar menyatakan bahwa kekuatan, daya tahan dan hypertrophy otot akan meningkat hanya jika otot menerima dalam beberapa jangka waktu dengan mendekati beban kekuatan maksimal dan kapasitas daya tahan. b. Prinsip peningkatan beban terus menerus Peningkatan beban secara progresif merupakan peningkatan beban secara teratur dan bertahap sedikit demi sedikit. Menurut Suharno HP (1993:14) “peningkatan beban jangan dilakukan setiap kali latihan, sebaiknya dilakukan dua atau tiga kali latihan, bagi atlet masalah ini sangat penting karena ada kesempatan untuk beradaptasi terhadap beban latihan sebelumnya yang memerlukan waktu paling sedikit dua puluh empat jam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
agar timbul superkompensasi”. latihan Pada saat permulaan latihan dengan beban latihan yang berat, atlet akan mengalami kesulitan karena tubuh belum mampu beradaptasi. Dengan melakukan latihan yang berulang-ulang, maka beban latihan yang dirasa berat semakin lama akan menjadi ringan. Pada saat beban latihan terasa ringan maka beban latihan harus ditambah. Hal yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah memberikan beban latihan yang berat dengan meningkatkan beban secara teratur. Dengan memberikan beban latihan
yang terlalu berat
mengakibatkan tubuh atlet tidak mampu beradaptasi sehingga prestasi tidak mungkin bisa diraih. c. Prinsip urutan pengaturan latihan Latihan diatur sehingga kelompok otot besar mendapat latihan dahulu sebelum kelompok otot kecil. Pengaturan ini dilakukan supaya otot kecil tidak mengalami kelelahan terlebih dahulu. Pengaturan latihan harus disesuaikan sehingga tidak terjadi dua bagian otot yang sama mendapat dua giliran latihan secara berurutan. d. Prinsip kekhususan program latihan Latihan dengan suatu beban harus bersifat khusus. Latihan dengan beban merupakan peningkatan pada kekuatan sehingga program yang digunakan
harus
sesuai
dengan
nomor
cabang olahraga
yang
bersangkutan. Dalam aktivitas berbagai cabang olahraga, meskipun dalam kelompok otot yang sama gerakannya, dalam gerak motorik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
memerlukan hubungan penerapan kekuatan, dengan kecepatan yang berbeda sifat kekhususannya. e.
Peranan Kekuatan Otot Tungkai Dalam Olahraga Selam Olahraga selam sangat membutuhkan bantuan adanya kemampuan dari
kekuatan otot tungkai. Peranan otot tungkai terhadap gerak kaki mendayung secara maksimal merupakan salah satu faktor dalam pencapaian prestasi. Menurut Pate, McClenaghan dan Rotella (1984:181) kekuatan adalah tenaga yang dipakai untuk mengubah keadaan gerak atau bentuk dari sebuah benda. Gerak mendorong atau menarik mengakibatkan suatu benda bergerak, berhenti atau berubah arah tergantung pada sifat fisik benda dan besarnya kekuatan, titik tumpuan dan arah kekuatan.sebagian besar penampilan pada olahraga melibatkan gerakan-gerakan yang disebabkan oleh kekuatan yang dihasilkan dari kontraksi otot, kekuatan gaya berat dan kekuatan yang digunakan oleh sesuatu dari luar. Susunan pada otot rangka pada manusia dilengkapi dengan suatu sistem pengungkit yang kompleks, memiliki fungsi yang penting dalam penampilan olahraga. Pengungkit pada tulang digunakan untuk mengatasi suatu tahanan atau untuk menambah kecepatan bagian badan. Menurut Pate, McClenaghan dan Rotella (1984:182) pengungkit adalah sebuah mesin sederhana yang dipergunakan untuk mendapatkan keuntungan mekanik dalam melakukan suatu kegiatan. Tergantung pada macam pengungkit dan susunan serta panjang lengan pengungkit. Keuntungan pada mekanik pengungkit adalah sebagai penambah kecepatan suatu bagian. Pengungkit dengan lengan usaha yang lebih besar atau panjang memungkinkan untuk penggunaan gaya yang bertambah. Sedangkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
memperpanjang lengan tahanan akan menghasilkan kecepatan bagian yang lebih besar. Sistem rangka pada manusia terdiri dari pengungkit jenis ke 3 yang dirancang untuk kecepatan. Selain itu banyak olahraga yang memerlukan penggunaan
kekuatan
tenaga
dengan
menggunakan
suatu
alat
untuk
memperpanjang lengan tahanan sehingga menghasilkan kecepatan yang tinggi. Apabila lengan tahanan diperpenjang maka akan memerlukan tambahan penggunaan tenaga. Hal ini akan menghasilkan kontrol dan ketepatan yang kurang. Telah diketahui bahwa semakin cepat pertumbuhan tulang maka akan diimbangi dengan pertumbuhan otot. Semakin panjang tulang maka jumlah otot akan bertambah semakin banyak. Pada anak laki-laki penambahan ukuran dan jumlah otot merupakan peningkatan dari kekuatan. Peningkatan ini terjadi di mulai dari usia 14 tahun hingga sampai pada masa adolesen. Untuk meningkatkan kekuatan otot dapat dilakukan dengan sebuah latihan. Latihan harus dapat merangsang sistem fisiologi tubuh yaitu otot. Otot yang mendapatkan rangsangan diharapkan dapat beradaptasi dengan kondisi yang berat. Untuk mencapai kekuatan dalam latihan harus menggunakan pedoman dalam program latihan yaitu prinsip penambahan beban lebih (overload), prinsip peningkatan beban terus menerus, prinsip urutan pengaturan latihan, dan prinsip kekhususan program latihan Kekuatan otot tungkai diperlukan untuk melakukan gerakan mendayung pada tungkai dengan cepat dan kuat, sehingga mendapat daya dorong yang lebih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
besar. Daya dorong dalam olahraga selam dapat diperoleh dari hasil dayungan tangan dan kaki. Tetapi peranan kaki dalam menghasilkan daya dorong kedepan lebih besar tidak dapat diabaikan. Kekuatan otot pada tungkai sangat berperan besar dalam menghasilkan daya dorong kedepan lebih besar. Semakin besar kekuatan otot tungkai yang dimiliki oleh seorang atlet selam, maka semakin besar dan makin cepat dorongan atau luncuran yang dicapai. Daya dorong dan luncuran yang kuat dan jauh dalam olahraga selam akan dapat menunjang prestasi yang maksimal.
4. Volume Oksigen Maksimal Penampilan pada olahraga ketahanan tergantung pada pengangkutan oksigen menuju pada otot yang aktif dan penggunaan oksigen dalam metabolisme aerobik. Proses pengiriman oksigen dilakukan dengan sistem kardiovaskuler yang terdiri dari paru, jantung, pembuluh darah dan darah. Daya tahan atlet pada olahraga ketahanan ditentukan oleh volume oksigen maksimal. a.
Pengertian Daya Tahan Kardiovaskuler Daya tahan kardiovaskuler merupakan komponen penting dalam
menunjang prestasi seorang atlet. Latihan atau pertandingan olahraga dengan usaha yang terus-menerus dan menggunakan intensitas dari sedang sampai tinggi sangat membutuhkan daya tahan kardiovaskuler yang baik. Menurut
Sajoto
(1988:192)
daya
tahan
kardiovaskuler
adalah
kemampuan tubuh untuk selalu bergerak dalam tempo yang sedang sampai cepat yang cukup lama. Sedangkan Pate, McClenaghan dan Rotella (1984:301) commit to user berpendapat bahwa ”ketahanan kardiovaskuler mengacu kepada kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
melakukan kegiatan berintensitas sedang keseluruh tubuh dan sebagian besar otot untuk periode waktu yang panjang. Pendapat lain dikemukakan oleh Hairy, Junusul (1989:176) bahwa “daya tahan kardiovaskuler adalah kapasitas sistem sirkulasi (jantung, pembuluh darah, dan darah) dan sistem repirasi (paru) untuk menyampaikan oksigen ke otot-otot yang sedang bekerja dan mengangkut limbah kimia dari otot tersebut”. Dari tiga pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa daya tahan kardiovaskuler adalah kemampuan tubuh (sistem sirkulasi dan sistem repirasi) untuk dapat melakukan aktivitas dari intensitas sedang sampai tinggi dalam jangka waktu yang lama. b. Sistem Energi 1) ATP Sumber energi yang sewaktu-waktu digunakan untuk memenuhi kebutuhan untuk aktivitas otot adalah Adenosin Tripospat (ATP). Bahan ini disimpan dalam jumlah yang terbatas dalam otot, dan diisi kembali bila diperlukan, dari bahan-bahan yang ada dalam tubuh untuk keperluan energi berikutnya. Sumber energi terpenting untuk melakukan olahraga secara intensif adalah karbohidrat. Karbohidrat mampu menyediakan energi terbanyak per unit waktu. ATP dapat diberikan kepada sel otot dengan tiga cara, dua diantaranya secara anaerob, yaitu sistem ATP-PC dan sistem LA, yang ketiganya adalah sistem aerob (memerlukan oksigen untuk menghasilkan ATP). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Semua energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh berasal dari ATP yang terdapat dalam otot. Apabila otot terlatih lebih banyak, maka persediaan ATP lebih besar. Untuk melakukan kontraksi berulang-ulang padahal ATP yang tersedia dalam otot sangat terbatas jumlahnya, maka ATP yang digunakan otot harus dibentuk kembali. Pembentukan ATP kembali juga memerlukan energi. Agar otot dapat berkontraksi dengan cepat, maka ATP harus dibentuk lebih cepat dengan senyawa Phospho Creatin (PC) yang terdapat dalam otot. Phospho Creatin adalah senyawa kimia yang mengandung fosfat (P), sehingga senyawa tersebut disebut sebagai “Phosphagen system”. Apabila PC pecah akan keluar energi, pemecahan ini tidak memerlukan oksigen PC ini jumlahnya sangat sedikit tetapi PC merupakan sumber energi yang tercepat untuk membentuk ATP kembali. Dengan latihan yang cepat dan berat, jumlah ATP-PC tersebut dapat ditingkatkan. Energi yang tersedia dalam sistem ATP-PC hanya untuk bekerja yang cepat dan energi cepat habis. Untuk pembentukan ATP lagi kalau cadangan PC habis, maka dilakukan pemecahan glukosa tanpa oksigen atau disebut sebagai “Anaerobics glycolisis”. 2) ATP-PC (Adenosine Tri Phosphate Phospo-Creatine) Sistem metabolisme anaerob yaitu ATP-PC dan glikolisis anaerobik (Lactic Acid) keduanya tanpa menggunakan oksigen, termasuk metabolisme bermacam-macam rangkaian reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh. Fosfokreatin dan ATP disimpan dalam sel otot. Karena ATP dan PC terdiri dari kelompok fosfat, maka secara bersamaan disebut dengan sistem Fosfagen. Apabila fosfat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
dipecah maka akan menghasilkan sejumlah energi besar yang dikeluarkan. Hasil akhir dari pemecahan PC adalah Kreatin (C) dan Fosfat Inorganik (Pi). Saat otot berkontraksi, ATP akan dipecah kemudian dibentuk kembali dari ADP + Pi oleh adanya energi yang berasal dari pemecahan simpanan PC. Yang terpenting dalam sistem fosfagen terhadap pendidikan jasmani dan pertandingan ditunjukkan dalam kegiatan yang memerlukan waktu yang singkat, misalnya sampai 10 detik, ATP segera diperoleh dari PC, suatu bahan yang tersedia di dalam otot rangka. Sistem fosfagen menggambarkan penyediaan sumber ATP yang paling cepat untuk dapat digunakan oleh otot. 3) Glikolisis Anaerobik/ LA (Lactic Acid) Sistem anaerobik selain resintesis ATP di dalam otot adalah glikolisis anaerobik, yang melibatkan pemecahan tidak sempurna dari bahan makanan yaitu karbohidrat (gula) menjadi asam laktat (LA). Di dalam tubuh, semua karbohidrat dirubah menjadi gula sederhana (glukose) yang disimpan dalam hati dan otot sebagai glikogen untuk dapat digunakan kemudian. Apabila simpanan ATP dan PC berkurang, maka energi untuk jangka pendek berikutnya diperoleh dari metabolisme glikolisis anaerobik. Dalam sistem ini, glikogen dipecah menjadi asam laktat (Lactic acid). ATP untuk kegiatan dengan intensitas tinggi yang berlangsung sampai 3 menit dapat dipenuhi oleh sistem glikolisis anaerobik. Latihan yang dapat meningkatkan produksi ATP dari sistem anaerob ini menghasilkan energi untuk kegiatan yang berat yang berlangsung antara 1-3 menit (lari 400 dan 800 meter). Akan tetapi dalam proses ini asam laktat tertimbun dalam otot dan darah, yang dapat menimbulkan gejala commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
kelelahan. Asam laktat tidak boleh dianggap menjadi limbah metabolisme, tetapi tumpukan asam laktat merupakan sumber energi kimia yang sangat bermanfaat dan tetap disimpan dalam tubuh selama latihan berat. Hairy, Junusul (1989:78) berpendapat apabila persediaan oksigen sudah tercukupi kembali seperti pada saat pulih asal, hidogen terikat ke asam laktat dan diangkut oleh NAD+ dan dioksidasi. akibatnya asam laktat telah siap dikonversi menjadi asam piruvat dan digunakan sebagai energi. Selanjutnya energi potensial dalam asam laktat dan asam piruvat dibentuk dalam otot selama latihan disimpan dalam kerangka karbon dari molekul ini digunakan untuk sintesis glukose dan proses ini disebut dengan Proses Glukoneogenesis yang terjadi dalam Daur Corl 4) Aerob Apabila aktivitas dengan intensitas rendah yang dilakukan lebih dari tiga menit, oksigen digunakan dalam suplai aerobik untuk memproduksi ATP yang digunakan untuk kontraksi otot. Efektivitas penggunaan oksigen tergantung pada sumber bahan lemak dan glikogen di dalam otot. Aktivitas fisik dalam jangka waktu singkat dan eksplosif sebagian besar energi diperoleh dari sistem anaerobik (ATP-PC dan LA), sedangkan aktivitas fisik yang dalam jangka waktu yang lama, energi dihasilkan dari sistem aerobik. Olahraga ketahanan yang tidak memerlukan gerakan yang cepat pembentukan ATP terjadi dengan metabolisme aerobik. Dengan adanya oksigen, maka 1 mol glikogen dipecah secara sempurna menjadi karbon dioksida (C02)dan air (H20), serta mengeluarkan energi yang cukup untuk resintesis 39 mol ATP. Reaksi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
tersebut mengeluarkan energi ATP yang terbesar, diperlukan banyak reaksi kimia reaksi enzim yang sangat rumit dibandingkan dengan sistem anaerobik. Metabolisme aerobik ini meskipun terjadi di otot, tetapi letaknya jauh dari mekanisme kontraksi, sehingga pengaruhn yang ditimbulkan juga lebih lambat dan tidak dapat digunakan secara cepat. Rekasi kimia aerob terjadi didalam kompartemen subseluler yang dinamakan Mitochondria. Pengetahuan mengenai persediaan dan penggunaan energi sangat penting bagi seorang pelatih maupun atlet. Latihan aerob dinyatakan membedakan antara peningkatan VO2 max dan ketahanan aerob. VO2 max yang utama adalah
kemampuan jantung untuk
memompa darah, kemampuan paru untuk menyerap oksigen dan kemampuan selsel untuk menyerap oksigen. Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan terukur dengan dosis dan waktu yang cukup, menyebabkan perubahan fisiologis yang mengarah pada kemampuan menghasilkan energi yang lebih besar dan memperbaiki penampilan atau prestasi fisik. Menurut Fox. Bower & Foss. (1993:322) mengatakan bahwa perubahan fisiologis yang terjadi akibat latihan fisik diklasifikasikan menjadi tiga macam perubahan antara lain; 1) Perubahan yang terjadi pada tingkat jaringan, yakni perubahan yang berhubungan dengan biokimia. 2) Perubahan yang terjadi secara sistematik, yakni perubahan pada sistem sirkulasi dan respirasi, termasuk sistem pengangkutan oksigen. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
3) Perubahan lain yang terjadi pada komposisi tubuh, kadar kolesterol darah dan trigleserida, perubahan tekanan darah, dan perubahan yang berkenaan dengan aklimatisasi panas. c.
Sistem Kardiovaskuler Dalam setiap aktivitas aerobik, oksigen akan diangkut ke sel-sel tubuh
dengan sistem kardiovaskuler. Sistem kardiovaskuler mempunyai peran penting dalam tubuh untuk memberikan reaksi pada olahraga. 1) Fungsi Jantung Jantung merupakan organ yang mempunya empat rongga dan otot yang berfungsi sebagai alat untuk memompa darah lewat sistem pembuluh jantung. Orang yang memiliki daya tahan kardiovaskuler yang baik akan dapat melakukan aktivitas lebih berat dan lebih lama. Hairy, Junusul (1989:177) menyatakan bahwa peningkatan daya tahan kardiovaskuler disebabkan oleh meningkatnya fungsi jantung dan perubahan fungsional lainnya dalam sirkulasi, repirasi dan sistem perototan”. Dalam segi latihan olahraga, rongga jantung yang penting adalah serambi kiri. Serambi kiri akan memompa darah yang mengandung oksigen ke seluruh organ dan jaringan tubuh termasuk otot.sejumlah darah yang dipompa menuju serambi kiri dalam setiap denyut disebut dengan isi sekuncup (stroke volume). Dalam keadaan istirahat isi sekuncup sekitar antara 70 – 120 mililiter darah. Peningkatan pada isi sekuncup disebabkan dari meningkiatnya rangsangan otot jantung oleh epinefrin dan norepinefrin yang berasal dari sistem saraf simpatetik dan kelenjar adrenal. Kedua hormon tersebut menyebabkan jantung berdetak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
dengan cepat dan berkontraksi lebih kuat sehingga nebgeluarkan darah lebih banyak dalam setiap kontraksi. Frekuensi dari kontraksi jantung disebut dengan tempo jantung. Tempo jantung istirahat berdenyut sekitar 50 – 80 denyut permenit pada setiap orang. Pada waktu istirahat jantung akan memompa darah empat sampai enam liter permenit dalam arteri pada orang dewasa. Hasil dari tempo jantung dan isi sekuncup disebut dengan curah jantung (cardiac output) yaitu volume darah yang dipompa oleh jantung permenit. Rowel dalam Hairy, Junusul (1989:177) menyebutkan bahwa “meningkatnya curah jantung yang disertai dengan latihan disebabkan oleh meningkatnya denyut nadi dan isi sekuncup. Curah jantung merupakan unsur penting dalam olahraga, karena besarnya curah jantung menjadi penentu tempo pengiriman oksigen ke otot-otot yang aktif. 2) Fungsi Paru Paru merupakan organ penting dalam proses pertukaran udara. Pertukaran udara atau respirasi adalah pertukaran gas yang terjadi antara organisme tubuh dengan lingkungan sekitar. Respirasi merupakan komponen penting dalam proses pengangkutan oksigen, karena oksigenasi darah terjadi saat sel darah merah beredar melewati kapiler di paru. Menurut Hairy, Junusul (1989:118) proses respirasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu: a) Pernafasan luar ( external respiration) Oksigen dari udara luar masuk ke alveoli paru kemudian masuk kedarah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
b) Pernafasan dalam (internal respiration) Oksigen dari darah masuk ke jaringan-jaringan. c) Pernafasan seluler (celluler respiration) Oksidasi biologis. Penggunaan oksigen oleh sel tubuh yang kemudian menghasilkan energi, air dan karbon dioksida. Karbon dioksida bergerak dengan berdifusi dari jaringan darah dan setelah diangkut paru kemudian keluar ke udara luar. Proses pertukaran udara luar dengan udara di dalam paru disebut dengan ventilasi paru. Pertukaran gas dalam membrane kapiler dengan alveolar dan kapiler dengan jaringan terjadi melalui proses difusi. Difusi diartikan sebagai proses gerakan molekul tanpa aturan dalam hal ini adalah molekul gas. Menurut Hairy, Junusul (1989:129) “gas cenderung berdifusi dari daerah yang berkonsentrasi tinggi ke arah yang konsentrasinya lebih trendah atau karena adanya perbedaan tekanan”. Pada pertukaran gas dalam paru terdapat perbedaan tekanan oksigen didalam alveoli lebih besar daripada tekanan pada pembuluh darah yang masuk pada kapiler pulmoner. Sehingga oksigen larut dan berdifusi ke darah melalui membrane kapiler. Di dalam jaringan, gas yang dikonsumsi pada proses metabolisme energi jumlahnya hampir sama dengan jumlah karbon dioksida yang dihasilkan dan tekanannya berbeda pada pembuluh darah arteri. Perbedaan tekanan gas dalam plasma dan jaringan menyebabkan terjadinya difusi. Oksigen yang meninggalkan darah berdifusi dengan sel yang sedang melakukan metabolism. Pada saat yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
sama karbon dioksida mengalir dari sel ke darah. Kemudian darah mengalir ke pembuluh vena dan kembali lagi ke jantung kemudian dikirim ke paru. Setelah darah masuk pada kapiler paru, proses difusi dimulai lagi. Karbon dioksida yang dihasilkan oleh mitokondria dikeluarkan melalui pertukaran udara dalam paru. Karbon dioksida masuk ke dalam darah melalui difusi dari darah menuju ke kapiler jaringan. Di dalam darah karbon dioksida akan bercampr dengan plasma dan masuk kedalam sel darah merah. Saat karbon dioksida memasuki sel darah merah dengan cepat akan terjadi reaksi kimia yang menghasilkan partikel bikarbonat. Kemudian darah kembali ke jantung dan memompa ke paru. Di dalam kapiler paru terdapat reaksi kimia yang memproduksi bikarbonat menjadi karbon dioksida. Karbon dioksida kemudian berdifusi dari darah ke kantung udara paru kemudian karbon dioksida dihembuskan ke udara 3) Fungsi pembuluh darah Darah akan di bawa ke otot melalui pembuluh darah. Menurut Pate, Pate, McClenaghan dan Rotella (1984:245) ada tiga jenis pembuluh darah yang utama yaitu: a) Arteri Pembuluh arteri akan membawa darah keluar dari jantung. Arteri mempunyai dinding yang cukup tebal dan berotot sehingga dapat menahan tekanan yang tinggi dihasilkan oleh gerakan memompa bilik jantung pada saat darah ditekan ke arteri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
b) Kapiler Kapiler adalah pembuluh yang berdinding tebal mengelilingi sel-sel tubuh. c) Vena Vena berfungsi untuk mengembalikan darah dari kapiler ke sisi kanan jantung. Dinding pada vena lebih tipis dari pada arteri. Pada vena darah berkurang tekanannya saat melalui kapiler sehingga tekanan vena menjadi rendah. 4) Fungsi darah Darah yang beredar dari sistem kardiovaskuler terbentuk dari plasma dan sel darah merah. Sel darah merah mengandung protein dengan konsentrasi yang tinggi
disebut
hemoglobin.
Dikatakan oleh Hairy, Junusul
(1989:183)
“hemoglobin di dalam sel darah merah mempunyai tugas untuk mengangkut oksigen”. Jadi sel darah merah dan hemoglobin di dalam sel sangat penting dalam menentukan banyaknya oksigen yang diangkut ke otot yang sedang aktif. Pate, Pate, McClenaghan dan Rotella (1984:246) mengatakan bahwa “hampir dalam semua keadaan, darah mengandung banyak sekali oksigen ketika bergerak melalui paru”. Ketika darah dari arteri mencapai kapiler dalam jaringan yang menyerap oksigen darah ditemui dalam kondisi lingkungan yang relatif rendah konsentrasi oksigennya, maka sebagian oksigen akan dilepas dari hemoglobin dan bercampur dengan sel jaringan. Pada jaringan yang lambat menyerap oksigen, oksigen yang dilepas akan relatif kecil. Tetapi pada jaringan yang cepat menyerap oksigen, oksigen pada darah akan banyak yang dilepas. Jadi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
pelepasan oksigen pada sel darah merah ke jaringan tergantung tingkat penggunaan oksigen oleh jaringan tersebut. d. Pengertian Volume Oksigen Maksimal Oksigen diperlukan untuk oksidasi karbohidrat maupun lemak menjadi energi yang siap pakai dalam tubuh yaitu Adenosin Tripospat (ATP). Jumlah oksigen yang dikonsumsi bervariasi karena banyak faktor yang mempengaruhinya seperti jenis kelamin, umur dan aktivitas seseorang. Pada keadaan istirahat ratarata oksigen yang dikonsumsi sekitar 0,2 liter-0,3 liter permenit dan dapat meningkat menjadi 3 liter – 6 liter permenit saat latihan yang disebut dengan konsumsi oksigen atau volume oksigen maksimal (Fox, 1984:234-6) Volume oksigen maksimal (VO2max) adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan oksigen (O2) selama kegiatan maksimal. Menurut Fox dalam Kiyatno (2009:71) disebutkan bahwa VO2max adalah volume oksigen maksimal yang dapat dikonsumsi oleh jaringan selama melakukan exercise per menit, disebut juga oxygen consumption atau volume oksigen maksimal, v menunjukkan volume, O2 menyatakan oksigen, titik diatas huruf V menyatakan per satuan waktu biasanya per menit, dan maks menyatakan jumlah maksimal oksigen yang dikonsumsi jaringan. Pendapat lain menyebutkan VO2max dengan istilah maximal oxygen uptake, maximal oxygen consumption, maximal aerobic power dimana mempunyai pengertian yang sama yang menunjukkan perbedaan antara oksigen yang dihisap masuk kedalam paru dan oksigen yang dihembuskan keluar. Menurut Pate, Pate, McClenaghan dan Rotella (1984:253) Pemakaian oksigen seseorang (VO2) dihitung dalam liter oksigen per menit (L/min). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
Pemakaian oksigen banyak dipengaruhi oleh berat badan, karena orang yang bertubuh besar mempunyai banyak jaringan aktif dan organ yang lebih besar dalam sistem kardiovaskuler. Oleh karena itu Vo2 dinyatakan dengan berat badan yaitu berapa milliliter oksigen yang digunakan per kilogram berat badan (mL/kg/min). Menurut Fox (1984:235-7) selama otot bekerja, tentu akan memerlukan banyak oksigen. Oksigen dapat dicukupi dengan dua jalan yaitu meningkatkan jumlah darah yang mengalir ke dalam jaringan (curah jantung) dan meningkatkan kapasitas ekstraksi oksigen. Pada atlet yang mengandalkan pada daya tahan, terjadi perubahan biokimia maupun seluler sehingga dapat meningkatkan ekstraksi oksigen oleh otot. Atlet enduran untuk mencukupi kebutuhan oksigen cukup dengan volume darah yang sedikit dengan kemampuan ekstraksi yang tinggi Volume oksigen maksimal dapat diukur dengan mengamati tingkat pemakaian oksigen yang intensitasnya sampai terjadi kelelahan. Menurut Hairy, Junusul (1989:187) untuk mengukur konsumsi oksigen maksimal harus tahu berapa banyak oksigen yang dihisap dan jumlah oksigen yang dihembuskan. Penggunaan oksigen akan mencapai suatu titik dimana kecepatan penggunaan oksigen tidak dapat bertambah lagi meski intensitas kerja terus meningkat. Nilai konsumsi oksigen maksimal berbeda-beda antara satu orang dengan yang lainnya. Menurut Pate, Pate, McClenaghan dan Rotella (1984:256) faktor yang yang menentukan VO2max adalah sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
(1) Fungsi Paru jantung (2) Metabolisme aerobik (3) Kegemukan badan (4) Keadaan latihan (5) Keturunan Penggunaan oksigen maksimal merupakan faktor yang menentukan penampilan
daya tahan,
yaitu
pengangkutan
dan
penggunaan
oksigen
maksimal oleh otot. Pada titik dimana pemakaian oksigen maksimal dicapai, maka konsumsi oksigen tidak meningkat lagi, walaupun beban diperberat. Ini disebut konsumsi oksigen maksimal/penggunaan volume oksigen maksimal. Penyediaan ATP saat kerja tubuh dalam penampilan daya tahan, dilakukan melalui suatu metabolisme. Dilihat dari jumlah oksigen maka jenis metabolisme untuk menunjang aktivitas daya tahan adalah metabolisme aerobik. Sistem energi utama yang bekerja dalam tubuh dalam proses resintesis ATP adalah dengan oksidasi karbohidrat, lemak, dan protein yang disimpan dalam sel. Disebut sebagai oksidasi karena dalam reaksinya menggunakan oksigen sehingga
metabolisme
jenis
ini
disebut
sebagai
metabolisme
aerobik.
Berbeda dengan metabolisme anaerobik, proses resintesis ATP secara aerobik tidak menghasilkan asam laktat. Sumber utama dalam metabolisme ini adalah oksigen dan tiga bahan makanan utama: karbohidrat, lemak dan protein. Walaupun protein bisa menjadi sumber tenaga tetapi ini jarang terjadi selama karbohidrat dan lemak masih tersimpan dalam tubuh. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
Selain tidak menimbulkan kelelahan karena tidak menghasilkan asam laktat, metabolisme aerobik juga sangat efisien dalam pembentukan ATP. Ini bisa dilihat dari besarnya jumlah unit ATP yang dihasilkan selama proses metabolisme aerobik yaitu sejumlah 36 ATP. Sebaliknya jumlah ATP yang dihasilkan dalam proses metabolisme anaerobik hanya sejumlah 2 ATP. Namun untuk mendapatkan ATP dalam jumlah yang besar, diperlukan beberapa reaksi
kimia
yang terjadi menurut Hairy, Junusul (1989:85) sistem energi
aerobik dibagi menjadi 3 bagian yaitu: 1) glikolisis aerobic, 2) daur Krebs (Tricarboxyclic acid), dan 3) Sistem transport elektron (Electron Transport System). 1) Glikolisis aerobik Reaksi pertama adalah pemecahan glikogen menjadi CO2 dan H2O disebut glikolisis. Dengan adanya suplai oksigen yang memadai penumpukan asam laktat tidak akan terjadi dan mitikondria dapat menghasilkan energi dari karbohidrat, lemak atau protein. Dalam glikolisis, hasil akhinya berupa dua molekul asam piruvat, dua ATP dan 4H. Asam piruvat yang terbentuk selama glikolisis aerobik akan masuk kedalam mitokondria dan melanjutkan rangkaian reaksi pemecahan yang disebut dengan Daur Krebs.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
Gambar 27. Glikolisis Aerobik (Hairy,Junusul. 1989:86)
2) Siklus krebs (Tricarboxyclic acid) Tahap
selanjutnya
dalam
degradasi
molekul
glukosa
dalam
mitokondria disebut siklus asam sitrat (juga disebut sebagai siklus asam trikarbosilat atau siklus krebs) Siklus ini merupakan suatu urutan reaksi kimia dimana gugus asetil dari asetil-KoA dipecah menjadi karbondioksida dan atom hydrogen. Reaksi ini terjadi di dalam matrik mitokondria.
Gambar 28. Daur Krebs commit to user (Hairy, Junusul. 1989:88)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
3) Sistem transpor elektron (Electron Transport System) Kelanjutan dalam pemecahan glikogen adalah hasil akhir berupa H2O yang dibentuk dari H+ dan elektron-elektron yang diambil dari siklus krebs dan oksigen yang dihirup. Reaksi khusus dalam proses pembentukan H2O ini disebut sistem transpor elektron (Electron Transport System)
atau
respiratory chain. Yang penting diketahui adalah apa yang terjadi ketika ion-ion hidrogen dan elektron-elektron memasuki ETS melalui FADH2 dan NADH dan ditransporkan ke oksigen melalui elektron pengangkut di dalam beberapa reaksi ezimatik yang berurutan, dan produk akhirnya adalah air. Lebih singkat di tuliskan sebagai berikut: 4H+ 4e + O2
2 H2O
Gambar 29. Sistem Transport Elektron (Hairy, junusul.1989:91) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
e.
Peranan Volume Oksigen Maksimal Dalam Olahraga Selam Telah dijelaskan bahwa Volume oksigen maksimal (VO2max) adalah
kemampuan seseorang untuk menggunakan oksigen (O2) selama kegiatan maksimal. Penggunaan volume oksigen maksimal dibutuhkan oleh setiap atlet untuk beraktivitas dalam jangka waktu yang lama. Volume oksigen maksimal termasuk dalam sistem metabolisme areobik dimana membutuhkan oksigen untuk menghasilkan energi. Saat beraktivitas dalam waktu yang lama, kebutuhan oksigen pada otot akan meningkat. Daya tahan kardiovaskuler yang baik tentu akan dapat menyuplai oksigen pada jaringan yang aktif. Sehingga kebutuhan akan oksigen di dalam jaringan selalu terpenuhi. Setiap bentuk aktivitas olahraga menggambarkan energi yang dikeluarkan pada setiap orang. Pada pelari jarak pendek akan mengeluarkan energi yang sangat banyak untuk waktu yang singkat. Sebaliknya pada perenang jarak jauh harus mengeluarkan energi sedang untuk waktu yang lama. Semakin panjang tungkai, otot akan melakukan penyesuaian dengan bertambahnya otot. Dengan semakin besarnya otot akan banyak membutuhkan energi untuk melakukan aktivitas. Energi diperoleh dari ATP dengan metabolisme anaerobik dan aerobik Dalam perlombaan fin swimming dengan menempuh jarak yang jauh penggunaan energi secara aerobik sangat dibutuhkan. Dengan memiliki VO2max yang baik, seorang atlet akan mampu melakukan kerja dalam jarak yang jauh tidak akan terjadi kelelahan sehingga dapat mencapai prestasi dengan maksimal. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
B. Penelitian Yang Relevan Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang dikemukakan. Berikut ini disajikan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini sebagai berikut: 1. Penelitian dari Kiyatno (2001) yang meneliti tentang Volume Oksigen Maksimal, studi korelasi antara volume tidal kadar hemogolobin, dan denyut jantung dengan Volume Oksigen Maksimal olahraga di Surakarta. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa ada hubungan positif secara bermakna antara volume tidal, kadar hemoglobin, dan denyut jantung dengan O2 max. 2. Penelitian oleh Budi Utomo (2010) dengan judul Hubungan antara Kekuatan Otot dan Daya Tahan Otot Anggota Gerak Bawah dengan Kemampuan Fungsional Lanjut Usia
C. Kerangka Pemikiran Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan dapat dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut : Kondisi fisik merupakan unsur yang penting dalam menunjang penampilan atlet selam dalam suatu perlombaan. Unsur kondisi fisik yang berpengaruh pada olahraga selam antara lain panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal. Secara skematis kontribusi antara panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal dengan pencapaian prestasi olahraga selam dapat digambar sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
Faktor-faktor pendukung prestasi selam
Kondisi fisik
Kekuatan otot tungkai
Anthropometrik
Volume oksigen maksimal
Panjang tungkai
Prestasi olahraga selam
Berdasarkan skema kerangka pemikiran di atas dapat diuraikan sumbangan antara panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan daya tahan kardiovaskuler dengan pencapaian prestasi olahraga selam sebagai berikut: 1.
Kontribusi Panjang Tungkai Tterhadap Prestasi Olahraga Selam Tungkai merupakan bagian dari anthropometrik tubuh yang sangat
mendukung dalam olahraga selam. Tungkai memiliki peran penting dalam melakukan dayungan untuk mendapat daya dorong yang besar ke depan. Daya dorong ke depan yang besar didapat dari besarnya kekuatan tungkai dalam melakukan dayungan. Panjang tungkai yang dimiliki atlet selam juga memberi keuntungan dalam hal pengungkit. Dengan memiliki tungkai yang panjang akan memiliki pengungkit yang lebih panjang, sehingga akan menghasilkan dorongan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
yang lebih besar. Dengan demikian panjangnya tungkai akan memberikan kontribusi terhadap pencapaian prestasi olahraga selam. 2.
Kontribusi Kekuatan Otot Tungkai terhadap Prestasi Olahraga Selam Kekuatan mendayung merupakan faktor yang akan menentukan jauh dan
tidaknya sebuah dorongan. Pada olahraga selam membutuhkan kekuatan otot tungkai untuk memberikan hasil dorongan yang lebih maksimal. Kekuatan otot tungkai diperlukan untuk melakukan gerakan mendayung dengan kuat, sehingga mendapat daya dorong yang lebih besar. Kekuatan otot tungkai memiliki peran yang besar dalam menambah dan menghasilkan dorongan yang besar. Semakin besar kekuatan otot tungkai yang dimiliki seorang atlet, maka akan semakin besar dan cepat daya dorong luncuran ke depan yang dicapai. Dengan demikian kekuatan otot tungkai akan memberikan kontribusi pada pencapaian prestasi olahraga selam. 3.
Kontribusi Volume Oksigen Maksimal Terhadap Prestasi Olahraga Selam Volume oksigen maksimal merupakan kemampuan tubuh menggunakan
oksigen dengan maksimal untuk dapat melakukan aktivitas dari intensitas sedang sampai tinggi dalam jangka waktu yang lama. Volume oksigen maksimal merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam prestasi olahraga selam. Untuk mencapai prestasi olahraga selam diperlukan ketahanan daya tahan paru jantung secara terus menerus. Daya dorong dalam olahraga selam didapatkan dari gerakan naik dan turun tungkai yang berkelanjutan. Dengan volume oksigen maksimal yang baik, atlet akan dapat melakukan gerakan mendayung kaki tanpa mengalami commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
suatu kelelahan yang berarti. Sehingga akan mendapat laju dorongan yang lebih jauh dan maksimal. Dengan demikian volume oksigen maksimal dapat memberikan
kontribusi
dalam
mempertahankan
kerja
tubuh
sehingga
menghasilkan daya gerak yang bertahan dalam waktu yang lama pada olahraga selam. 4.
Kontribusi Panjang Tungkai, Kekuatan Otot Tungkai dan Volume Oksigen Maksimal Terhadap Prestasi Olahraga Selam Panjang tungkai, Kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal
merupakan komponen-komponen yang dapat mendukung pencapaian prestasi olahraga selam. Untuk mencapai prestasi olahraga selam yang maksimal komponen-komponen tersebut harus dikerahkan dengan benar. Panjang tungkai akan memberikan keuntungan dalam dorongan jauh ke depan. Kekuatan otot tungkai berperan pada saat gerakan mendorong yang kuat. Pada saat gerakan mendayung, volume oksigen maksimal akan dibutuhkan dengan maksimal. Untuk dapat mempertahankan kekuatan otot tungkai maka diperlukan volume oksigen maksimal yang baik. Dengan demikian panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal memberikan kontribusi dalam pencapaian prestasi olahraga selam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
D. Perumusan Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada hubungan positif antara panjang tungkai dengan pencapaian prestasi pada olahraga selam. 2. Ada hubungan positif antara kekuatan otot tungkai dengan pencapaian prestasi pada olahraga selam. 3. Ada hubungan positif antara Volume oksigen maksimal dengan pencapaian prestasi pada olahraga selam. 4. Ada hubungan positif antara panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai secara bersama dengan pencapaian prestasi pada olahraga selam. 5. Ada hubungan positif antara panjang tungkai dan Volume oksigen maksimal secara bersama dengan pencapaian prestasi pada olahraga selam. 6. Ada hubungan positif antara kekuatan otot tungkai dan Volume oksigen maksimal secara bersama dengan pencapaian prestasi pada olahraga selam. 7. Ada hubungan positif antara panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan Volume oksigen maksimal dengan pencapaian prestasi pada olahraga selam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian Untuk memperoleh data atau keterangan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan penelitian ini, maka penelitian ini dilakukan: Surakarta
: Kolam Renang Tirtomoyo Jebres
Semarang
: Kolam Renang Jatidiri
Demak
: Kolam Renang Taman Kota
Pekalongan
: Kolam Renang Kota Batik
2. Waktu Penelitian Secara formal penelitian ini dilaksanakan setelah proposal disetujui oleh dosen pembimbing. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 dan pembagian jadwal penelitian sebagai berikut :
commit to user 112
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
Tabel 2. Jadwal Penelitian Bulan No Kegiatan Penelitian
Mei 2012
Juni 2012
Juli 2012
Agustus
September
2012
2012
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 1. 2.
Judul dan Penyusunan Proposal Seminar Proposal
4.
Penyempurnaan Proposal Pelaksanaan Penelitian
5.
Penyusunan Laporan
3.
2 3 4
Pelaksanaan penelitian : Surakarta
: Tanggal 8 – 9 September 2012
Semarang
: Tanggal 15 – 16 September 2012
Demak
: Tanggal 22 – 23 Sepetember 2012
Pekalongan
: Tanggal 1 – 2 September 2012
B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik studi korelasional. Sugiyanto (1994:57) menyatakan, “Melalui studi korelasional dapat diketahui apakah satu
variabel
berasosiasi
dengan variabel
yang lain.
Hubungan antara variabel ditentukan dengan menggunakan koefisien korelasi yang dihitung dengan teknik analisis statistik”. Dalam penelitian ini akan commit to user dideskripsikan mengenai hubungan dan besarnya kontribusi antara
panjang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
tungkai, kekuatan
otot
tungkai,
dan volume oksigen maksimal terhadap
pencapaian prestasi olahraga selam. Dalam penelitian ini terdapat variabelvariabel sebagai berikut: 1) Variabel bebas terdiri atas: a. Panjang tungkai
: X1
b. Kekuatan otot tungkai
: X2
c. Volume oksigen maksimal
: X3
2) Variabel terikat yaitu: Pencapaian prestasi pada olahraga selam
:Y
C. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Menurut
Arikunto,
Suharsimi
(1996:115)
populasi
merupakan
keseluruhan subyek penelitian. Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek yang mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel, sedangkan sampel merupakan bagian kecil dari suatu populasi. Sedangkan Sugiyono (2008:117) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan commit to user oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
dalam penelitian ini adalah seluruh atlet selam putra di provinsi Jawa Tengah yang jumlah 17 orang. 2.
Sampel Menurut Arikunto, Suharsimi (1996 : 117) Sampel adalah sebagian atau
wakil yang diteliti. Sebagai sampel sebaiknya memiliki ciri-ciri yang sama dengan populasi sehingga dapat menggambar keadaan populasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling yaitu cara pengambilan sampel dari populasi dengan acak, sehingga tiap-tiap anggota populasi berhak menjadi sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari atlet selam putra di provinsi Jawa Tengah dengan jumlah 14 orang. D. Definisi Operasional Variabel Tujuan definisi operasional dalam penelitian adalah untuk menjelaskan masing-masing variabel dalam penelitian ini, agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda. Maka perlu dijelaskan definisi variabel-variabel penelitian sebagai berikut : 1. Panjang Tungkai Tungkai merupakan anggota gerak bawah yang terdiri dari seluruh kaki, mulai
dari
pangkal paha sampai dengan kaki. Yang dimaksud dengan
tungkai adalah anggota gerak badan bagian bawah yang terdiri dari tulang commit to user anggota gerak bawah bebas (skeleton extremitas inferior liberae).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
2. Kekuatan Otot Tungkai Kekuatan otot menurut Fox, Bowers dan Foss (1993:160) menyebutkan bahwa “daya atau tegangan pada otot atau lebih tepatnya sekelompok otot yang dapat digunakan untuk menahan beban dalam sekali usaha maksimal”. Dari pengertian tersebut dapat dikemukakan pengertian kekuatan otot tungkai adalah kemampuan otot atau segerombol otot tungkai untuk mengatasi suatu beban atau tahanan dalam menjalankan suatu aktivitas secara maksimal. 3. Volume oksigen maksimal Volume oksigen maksimal (VO2max) adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan oksigen (O2) selama kegiatan maksimal. menurut Fox dalam Kiyatno (2009:71) disebutkan bahwa VO2max adalah volume oksigen maksimal yang dapat dikonsumsi oleh jaringan selama melakukan exercise per menit, disebut juga oxygen consumption atau volume oksigen maksimal, V menunjukkan volume, O2 menyatakan oksigen, titik diatas huruf V menyatakan per satuan waktu biasanya per menit, dan maks menyatakan jumlah maksimal oksigen yang dikonsumsi jaringan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
4. Perstasi Olahraga Selam Dalam olahraga selam yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil dari catatan waktu yang diperlihatkan atau yang ditunjukan oleh seorang atlet ketika berlomba pada nomor yang dilombakan. Atlet dikatakan mempunyai prestasi yang baik yaitu mampu menyelam secepat mungkin dengan menempuh suatu jarak dalam hitungan waktu yang sesingkat mungkin. Jadi semakin singkat waktu yang ditempuh bagi seorang atlet maka semakin baik prestasi yang diraih oleh atlet tersebut. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan tes dan pengukuran. Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengukuran panjang tungkai Menurut Johnson dan Nelson (1986:191) pengukuran panjang tungkai dilakukan dengan mengukur panjang tungkai dari tulang ekor terakhir sampai menyentuh lantai 2. Kekuatan otot tungkai Pengumpulan data kekuatan otot tungkai dilakukan dengan leg dynamometer dari Johnson dan Nelson (1986:123) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
3. Volume oksigen maksimal Dari website brianmac.co.uk diakses 12 Mei 2012, alat ukur untuk mengukur volume oksigen maksimal adalah dengan menggunakan multistage fitness test. Tes jenis ini dilakukan dilapangan dengan menghasilkan perkiraan yang akurat mengenai konsumsi oksigen maksimal. 4. Prestasi olahraga selam Menurut Hewitt dalam Johnson dan Nelson (1986:307) Prestasi olahraga selam diukur dengan melakukan tes renang selama 15 menit. F. Petunjuk Pelaksanaan Tes dan Pengukuran 1. Pengukuran Panjang Tungkai a. Tujuan Mengukur panjang tungkai yang diukur dari tulang ekor terakhir sampai dengan menyentuh lantai. b. Perlengkapan 1) Pita pengukur 2) Penggaris 3) Blangko dan alat tulis c. Prosedur commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
1) Testi berdiri tegak dengan punggung, tumit, pantat dan bahu menempel pada dinding, kedua kaki rapat. 2) Diukur jarak antara tulang ekor terakhir sampai menyentuh lantai dengan menggunakan pita pengukur d. Pencatatan hasil tes Catat panjang tungkai hingga 0,1 cm terdekat. 2. Tes Kekuatan Otot Tungkai a. Tujuan Untuk mengukur kemampuan otot tungkai dengan Leg Dynamometer b. Perlengkapan 1) Leg Dynamometer 2) Ruangan 3) Blangko dan alat tulis c. Prosedur 1) Testi berdiri di atas Leg Dynamometer, tangan memegang handel, badan tegak, kaki ditekuk membentuk sudut kurang lebih 45 derajat. 2) Panjang rantai disesuiakan dengan kebutuhan testi 3) Testi menarik handel dengan cara meluruskan lutut sampai berdiri tegak commit to user 4) Dilakukan 3 kali ulangan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
d. Pencatatan Hasil Tes Dicatat jumlah berat yang terbanyak dari ketiga angkatan yang dilakukan 3. Tes Pengukuran Volume Oksigen Maksimal a. Tujuan Untuk mengukur volume oksigen maksimal dengan perkiraan yang akurat dengan menggunakan Multistage Fitness Test. b. Perlengkapan 1) Lapangan atau permukaan datar dan tidak licin sekurang-kurangnya panjang 22 meter. 2) Lebar lintasan kurang lebih 1 – 1,5 meter untuk tiap testi. 3) Mesin pemutar kaset (tape recorder) 4) Kaset atau CD Multistage Fitness Test 5) Kerucut sebagai tanda batas jarak 6) Blangko dan alat tulis 7) Asisten c. Prosedur 1) Testi berlari dengan jarak 20 meter dengan bunyi “tut” dari kaset atau commit to user CD.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
2) Testi harus meletakkan satu kaki tepat pada atau dibelakang tanda meter ke 20 pada tiap akhir lari. 3) Testi lari selama mungkin sampai tidak mampu lagi mengikuti kecepatan dalam kaset atau CD. d. Pencatatan Hasil Tes 1) Untuk mengetahui volume oksigen maksimal testi menggunakan tabel 2) Setelah diketahui volume oksigen maksimal testi digunakan tabel lagi untuk mengetahui kategori kesegaran jasmaninya 4. Tes Prestasi Olahraga Selam a. Tujuan Untuk mengetahui kemampuan penyelam dengan 15 minute endurance swim. b. Perlengkapan 1) Kolam renang dengan panjang 50 meter 2) Stop watch 3) Meteran 4) Blangko dan alat tulis c. Prosedur 1) 15 minute endurance swim commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
Testi berenang dengan jarak 50 meter selama jangka waktu 15 menit d. Pencatatan hasil tes 1) 15 minute endurance swim Dicatat hasil jarak yang diperoleh testi selama berenang 15 menit. Testi yang gagal berenang selama 15 menit tidak mendapat skor. G. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi ganda. Analisis regresi ganda adalah pengembangan dari analisis sederhana. Kegunaannya yaitu untuk meramalkan nilai variabel terikat (Y) apabila variabel bebas minimal dua atau lebih. Menurut Somantri dan Muhidin (2006:243) analisis regresi ganda digunakan untuk menelaah hubungan antara dua variabel atau lebih, terutama untuk menelusuri pola hubungan yang modelnya belum diketahui secara sempurna, atau untuk mengetahui bagaimana variasi dari beberapa variabel independen (X1), (X2), (X3) ….(Xn) mempengaruhi variabel dependen dalam suatu fenomena yang kompleks. Adapun langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
1. Uji Prasyarat Analisis Sebelum data dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu dilakukan beberapa uji prasyarat statistik yaitu: a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari sampel yang normal. Sudjana (1992:291) berpendapat cukup mudah dimengerti kiranya bahwa asumsi normalitas perlu dicek keberlakuannya agar langkah selanjutnya dapat dipertanggungjawabkan. dalam penelitian ini menggunakan metode Liliefors (Sudjana, 1992:466). Adapun prosedur pengujian normalitas adalah sebagai berikut: 1) Pengamatan x 1 , x 2 …, x n dijadikan bilangan baku zi , z 2 ,..., z n dengan menggunakan rumus :
Zi =
Xi
X S
Keterangan : X i = Nilai yang dimiliki tiap sampel
X
= Rata-rata
S
= Simpangan baku
2) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(zi) commit to user= P (z zi)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 124
3) Selanjutnya dihitung proporsi zi , z 2 ,..., z n yang lebih kecil atau sama dengan zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S (zi)
Maka S (Zi) =
banyaknyaZ1, Z 2 ,....Z n yang Z i n
4) Hitung selisih F(zi) – S (zi) kemudian tentukan harga mutlaknya b. Uji Linieritas Uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan dalam suatu studi empiris sebaiknya berbentuk linear, kuadrat atau kubik. Untuk uji linieritas regresi dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis varians dari Sudjana (1992:322) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
F=
S 2 TC S 2e
Keterangan : F
= Nilai linieritas
S
= Standar deviasi
TC
= Tuna cocok
E
= Kesalahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
2. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi masing-masing prediktor terhadap kriterium dan menghitung korelasi
ganda antara prediktor dan kriterium. Adapun penghitungan dalam
pengujian hipotesis sebagai berikut: a.
Menghitung Koefisien Korelasi Masing-Masing Prediktor Dilakukan untuk mengetahui apakah ada keterkaitan antar variabel bebas
dalam penelitian. Analisis yang digunakan untuk menguji independensi digunakan analisis product moment dari Sudjana (1992:369) sebagai berikut: r xy =
N N
X
2
XY (
X)
( 2
X )( Y ) N
keterangan : r xy
= korelasi antara X dan Y
X
= hasil tes
Y
= hasil re test = jumlah
N
= jumlah sampel
commit to user
Y 2 ( Y )2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
b. Menghitung Korelasi Ganda Dalam menghitung koefisien korelasi ganda antara prediktor dan kriterium menggunakan analisis regresi tiga prediktor. Adapun hal-hal yang akan dicari antara lain: 1) Menghitung Regresi Dalam menghitung regresi menggunakan analisis regresi tiga prediktor dari Sutrisno Hadi (1982:33-46). Adapun hal-hal yang dicari antara lain adalah:
= a1X1 + a2X2 + a3X3 + K
Keterangan: = Estimasi Y X1
= Prediktor 1
X2
= Prediktor 2
X3
= Prediktor 3
a1
= Bilangan koefisien prediktor 1
a2
= Bilangan koefisien prediktor 2
a3
= Bilangan koefisien prediktor 3
K
= Nilai angka konstanta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
2) Mencari koefisien korelasi tiga prediktor Rumus koefisien korelasi tiga prediktor dari Sutrisno Hadi (1982:21) sebagai berikut:
R(1, 2, 3) =
a1
x1Y
a2
x 2Y
a3
x 3Y
Y2
Keterangan : R(1, 2, 3) = koefisien korelasi antara prediktor dengan kriterium Y
= kriterium
∑ x1Y = jumlah produk skor deviasi antara prediktor 1 dengan kriterium ∑ x2Y = jumlah produk skor deviasi antara prediktor 2 dengan kriterium ∑ x3Y = jumlah produk skor deviasi antara prediktor 3 dengan kriterium a1
= bilangan kofisien prediktor 1
a2
= bilangan kofisien prediktor 2
a3
= bilangan kofisien prediktor 3
3) Melakukan uji signifikasi regresi Dalam melakukan uji signifikansi tersebut degan menggunakan rumus dari Sutrisno Hadi (1982:32) sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 128
Freg =
Keterangan : Freg
= Harga F garis regresi
RKreg = Rata-rata kuadrat regresi RKres = Rata-rata kuadrat residu 4) Mencari kontribusi masing-masing prediktor Untuk mencari seberapa besar kontribusi variabel tiap-tiap prediktor menggunakan rumus sebagai berikut : a) Sumbangan Relatif (1)
Prediktor X1 = SR % =
(2)
Prediktor X2 = SR % =
(3)
Prediktor X3 = SR % =
b) Sumbangan Efektif X1, X2, X3 terhadap Y dengan rumus: (1) SE % X1 = SR % X1. R2 (2) SE % X2 = SR % X2. R2 (3) SE % X3 = SR % X3. R2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 129
Keterangan : SR % = sumbangan relatif dalam persen SE % = Sumbangan efektif dalam persen JKreg
= Jumlah kuadrat regresi
Y
= Kriterium
∑ x1Y = Jumlah produk skor deviasi antara predikator 1 dengan kriterium ∑ x2Y = Jumlah produk skor deviasi antara predikator 2 dengan kriterium ∑ x3Y = Jumlah produk skor deviasi antara predikator 3 dengan kriterium a1
= Bilangan kofisien prediktor 1
a2
= Bilangan kofisien prediktor 2
a3
= Bilangan kofisien prediktor 3
R
= Koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktor
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Tujuan penelitian dapat dicapai dengan pengumpulan data dari masing-masing variabel penelitian. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel bebas yaitu: panjang tungkai, kekuatan otot tungkai, volume oksigen maksimal dan satu variabel terikat yaitu prestasi olahraga selam.
Data
yang diperoleh dari tiap-tiap variabel tersebut kemudian
dikelompokkan dan dianalisis dengan statistik, seperti terlihat pada lampiran. Adapun rangkuman deskripsi data secara keseluruhan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 3. Deskripsi Data Hasil Tes Panjang Tungkai, Kekuatan Otot Tungkai, Volume Oksigen Maksimal dan Prestasi Olahraga Selam
Variabel
N
Mean
SD
Max
Min
Panjang Tungkai
14
82,714
6,821
92
72
Kekuatan otot tungkai
14
91,071
7,000
105
80
Volume oksigen maksimal
14
39,386
3,212
43,9
35
Prestasi olahraga selam
14
0,789
0,102
0,95
0,65
commit to user 130
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 131
1. Data Panjang Tungkai (X1) Data panjang tungkai (X1) merupakan skor yang didapat dari pengukuran panjang tungkai. Dari hasil pengukuran tersebut diperoleh skor tertinggi sebesar 92, dan terendah sebesar 72. Mean sebesar 82,714, Simpangan baku (standar deviasi/SD) sebesar 6,821. 2. Data Kekuatan Otot Tungkai Data kekuatan otot tungkai (X2) merupakan skor yang didapat dari pengukuran kekuatan otot tungkai dengan Leg Dynamometer. Dari hasil pengukuran tersebut diperoleh skor tertinggi sebesar 105, dan terendah sebesar 80. Mean sebesar 91,071, Simpangan baku (standar deviasi/SD) sebesar 7,000. 3. Data Volume Oksigen Maksimal Data volume oksigen maksimal (X3) merupakan skor yang didapat dari pengukuran Volume oksigen maksimal dengan MFT. Dari hasil pengukuran tersebut diperoleh skor tertinggi sebesar 43,9, dan terendah sebesar 35. Mean sebesar 39,386, Simpangan baku (standar deviasi/SD) sebesar 3,212. 4. Data Pretasi Olahraga Selam Data prestasi olahraga selam (Y) merupakan skor yang didapat dari pengukuran Volume oksigen maksimal dengan MFT. Dari hasil pengukuran tersebut diperoleh skor tertinggi sebesar 0,95, dan terendah sebesar 0,65. Mean sebesar 0,789, Simpangan baku (standar deviasi/SD) sebesar 0,102.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 132
B. Uji Prasyarat Analisis 1
Uji Normalitas
Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji Lilliefors. Adapun hasil uji normalitas yang dilakukan pada hasil tes panjang tungkai (X1), kekuatan otot tungkai (X2), volume oksigen maksimal (X3) dan prestasi olahraga selam (Y) dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Normalitas Panjang Tungkai Dari penghitungan data diperoleh mean sebesar 82,714, Simpangan baku (standar deviasi/SD) 6,821. L hitung sebesar 0,1854 dengan n sebesar 14 dan taraf signifikasi 5%, nilai L tabel sebesar 0,2270. Ternyata niliai L hitung lebih kecil dari L tabel. Dengan demikian hipotesis nol diterima dan data termasuk berdistribusi normal b. Normalitas Kekuatan Otot Tungkai Dari penghitungan data diperoleh mean sebesar 91,071, Simpangan baku (standar deviasi/SD) 7,000. L hitung sebesar 0,1448 dengan n sebesar 14 dan taraf signifikasi 5%, nilai L tabel sebesar 0,2270. Ternyata niliai L hitung lebih kecil dari L tabel. Dengan demikian hipotesis nol diterima dan data termasuk berdistribusi normal c. Normalitas Volume Oksigen Maksimal Dari penghitungan data diperoleh mean sebesar 39,386, Simpangan baku (standar deviasi/SD) 3,212. L hitung sebesar 0,1808 dengan n sebesar 14 dan taraf signifikasi 5%, nilai L tabel sebesar 0,2270. Ternyata niliai L hitung lebih kecil commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 133
dari L tabel. Dengan demikian hipotesis nol diterima dan data termasuk berdistribusi normal d. Normalitas Prestasi Olahraga Selam Dari penghitungan data diperoleh mean sebesar 0,789, Simpangan baku (standar deviasi/SD) 0,102. L hitung sebesar 0,1622 dengan n sebesar 14 dan taraf signifikasi 5%, nilai L tabel sebesar 0,2270. Ternyata niliai L hitung lebih kecil dari L tabel. Dengan demikian hipotesis nol diterima dan data termasuk berdistribusi normal Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Variabel
N
Mean
SD
Lhitung
Ltabel 5%
Panjang Tungkai
14
82,714
6,821
0,1854
0,2270
Kekuatan otot tungkai
14
91,071
7,000
0,1448
0,2270
Volume oksigen maksimal
14
39,386
3,212
0,1808
0,2270
Prestasi olahraga selam
14
0,789
0,102
0,1622
0,2270
Berdasarkan hasil uji normalitas yang dilakukan pada tiap-tiap variabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai Lhitung dari tiap-tiap variabel lebih kecil dari nilai L dalam tabel. Dengan demikian hipotesis nol masing-masing variabel diterima. Hasil tersebut menunjukkan bahwa data hasil tes panjang tungkai (X1), kekuatan otot tungkai (X2), volume oksigen maksimal (X3) dan prestasi olahraga selam (Y) tersebut termasuk berdistribusi normal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 134
2
Uji Linieritas
Dalam bagian ini akan diuji apakah persamaan regresi sederhana Y atas X1, Y atas X2, dan Y atas X3, berarti dan linear atau tidak. Adapun rangkuman hasil uji linieritas tersebut
sebagai berikut:
a. Persamaan regresi Y atas X1 Hasil analisis regresi Y atas X1 diperoleh persamaan regresi Y = 0,255 + 0,012 X1.
Gambar 30. Grafik Uji Linieritas Y = 0,255 + 0,012 X1 Dari hasil penghitungan di atas diperoleh nilai t sebesar 5,38 dan p-value sebesar 0,000. Hal ini berarti persamaan regresi Y = 0,255 + 0,012 X1 bersifat linier. Sementara itu, dari hasil analisis variansi diperoleh F0 sebesar 28,90 dan pvalue sebesar 0,000. Dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi Y = 0,255 + 0,012 X1 bersifat linier dan korelasinya signifikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 135
b.
Persamaan regresi Y atas X2 Hasil analisis Y atas X2 diperoleh persamaan regresi Y = 0,34 + 0,012
X2.
Gambar 31. Grafik Uji Linieritas Y = 0,34 + 0,012 X2 Dari hasil penghitungan di atas diperoleh nilai t sebesar 5,61 dan p-value sebesar 0,000. Hal ini berarti persamaan regresi Y = 0,34 + 0,012 X2 bersifat linier. Sementara itu, dari hasil analisis variansi diperoleh F0 sebesar 31,52 dan pvalue sebesar 0,000. Dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi Y = 0,34 + 0,012 X2 bersifat linier dan korelasinya signifikan. c. Persamaan regresi Y atas X3 Hasil analisis Y atas X3 diperoleh persamaan regresi Y = 0,36 + 0,029 X3. Hasil perhitungan dengan bantuan program statistik Minitab 16 adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 136
Gambar 32. Grafik Uji Linieritas Y = 0,36 + 0,029 X3 Dari hasil penghitungan di atas diperoleh nilai t sebesar 7,99 dan p-value sebesar 0,000. Hal ini berarti persamaan regresi Y = 0,36 + 0,029 X3 bersifat linier. Sementara itu, dari hasil analisis variansi diperoleh F0 sebesar 63,77 dan pvalue sebesar 0,000. Dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi Y = 0,36 + 0,029 X3 bersifat linier dan korelasinya signifikan.
C. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis pada dasarnya merupakan langkah untuk menguji atau mengetahui apakah hipotesis nol (H0) yang diajukan pada taraf kepercayaan tertentu ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima, atau sebaliknya hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis alternatif (H1) ditolak. Sesuai dengan hipotesis yang diajukan, maka hasil pengujian terhadap hipotesis yang diajukan sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 137
1.
Hubungan antara Panjang Tungkai dengan Prestasi Olahraga Selam Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada
hubungan positif antara panjang tungkai dengan prestasi olahraga selam. Dalam hal ini akan diuji hipotesis nol (H0) yang menyatakan “tidak ada hubungan positif antara panjang tungkai dengann prestasi olahraga selam” melawan hipotesis alternatif (H1), yang menyatakan „ada hubungan positif antara panjang tungkai dengan prestasi olahraga selam”. Berdasarkan analisis korelasi antara panjang tungkai (X1) dengan prestasi olahraga selam (Y), diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,841. Dengan N =14, nilai r tabel 5% sebesar 0,497. Ternyata r hitung sebesar 0,841 lebih besar dari r tabel 5% sebesar 0,497. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara panjang tungkai (X1) dengan prestasi selam (Y). Analisis regresi linier sederhana antara panjang tungkai dengan prestasi olahraga selam menghasilkan koefisien regresi positif sebesar 0,012 dan konstanta 0,255. Bentuk hubungan antara panjang tungkai dengan pretasi olahraga selam digambarkan dengan persamaan regresi Y = 0,255 + 0,012 X1. Dari analisis variansi diperoleh harga Fo sebesar 28,90, p-value = 0,000. Oleh karena itu dapat dijelaskan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara panjang tungkai dengan prestasi olahraga selam. Dengan demikian hipotesis nol (H0) yang menyatakan “tidak ada hubungan positif antara panjang tungkai dengan prestasi olahraga selam” ditolak, dan hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan “ada hubungan positif antara panjang tungkai dengan prestasi olahraga selam” diterima.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 138
Sumbangan relatif panjang tungkai dengan prestasi olahraga selam sebesar 36, 07%, sedangkan sumbangan efektif panjang tungkai dengan prestasi olahraga selam sebesar 18, 12%. Yang artinya prestasi olahraga selam ditentukan oleh panjang tungkai dengan ketepatan garis regresi sebesar 18,12% dan kontribusi dari variabel bebas sebesar 36,07%. Semakin tinggi kontribusi panjang tungkai semakin baik prestasi olahraga selam. 2.
Hubungan antara Kekuatan Otot Tungkai dengan Prestasi Olahraga Selam Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan
positif antara kekuatan otot tungkai dengan prestasi olahraga selam. Dalam hal ini akan diuji hipotesis nol (H0) yang menyatakan “tidak ada hubungan positif antara antara kekuatan otot tungkai dengan prestasi olahraga selam” melawan hipotesis alternatif (H1), yang menyatakan „ada hubungan positif antara antara kekuatan otot tungkai dengan prestasi olahraga selam”. Berdasarkan analisis korelasi antara kekuatan otot tungkai (X2) dengan prestasi olahraga selam (Y), diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,851. Dengan N =14, nilai r tabel 5% sebesar 0,497. Ternyata r hitung sebesar 0,851 lebih besar dari r tabel 5% sebesar 0,497. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai (X2) dengan prestasi selam (Y). Analisis regresi linier sederhana antara antara kekuatan otot tungkai dengan prestasi olahraga selam menghasilkan koefisien regresi positif sebesar 0,012 dan konstanta 0,34. Bentuk hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 139
prestasi olahraga selam dapat digambarkan dengan persamaan regresi Y = 0,34 + 0,012 X2. Dari analisis variansi diperoleh harga Fo sebesar 31,52, p-value = 0,000. Oleh karena itu dapat dijelaskan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dengan prestasi olahraga selam. Dengan demikian hipotesis nol (H0) yang menyatakan “tidak ada hubungan positif antara kekuatan otot tungkai dengan prestasi olahraga selam” ditolak, dan hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan “ada hubungan positif antara kekuatan otot tungkai dengan prestasi olahraga selam” diterima. Sumbangan relatif kekuatan otot tungkai dengan prestasi olahraga selam sebesar 15, 27%, sedangkan sumbangan efektif panjang tungkai dengan prestasi olahraga selam sebesar 7, 67%. Yang artinya prestasi olahraga selam ditentukan oleh kekuatan otot tungkai dengan ketepatan garis regresi sebesar 7,67% dan kontribusi dari variabel bebas sebesar 15,27%. Semakin tinggi kontribusi kekuatan otot tungkai semakin baik prestasi olahraga selam. 3.
Hubungan antara Volume Oksigen Maksimal dengan Prestasi Olahraga Selam Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan
positif antara volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam. Dalam hal ini akan diuji hipotesis nol (H0) yang menyatakan “tidak ada hubungan positif antara volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam” melawan hipotesis alternatif (H1), yang menyatakan „ada hubungan positif antara volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 140
Berdasarkan analisis korelasi antara volume oksigen maksimal (X3) dengan prestasi olahraga selam (Y), diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,928. Dengan N =14, nilai r tabel 5% sebesar 0,497. Ternyata r hitung sebesar 0,928 lebih besar dari r tabel 5% sebesar 0,497. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara volume oksigen maksimal (X3) dengan prestasi selam (Y). Analisis regresi linier sederhana antara volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam menghasilkan koefisien regresi positif sebesar 0,029 dan konstanta 0,36. Bentuk hubungan antara volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam dapat digambarkan dengan persamaan regresi Y = 0,36 + 0,029 X3. Dari analisis variansi diperoleh harga Fo sebesar 63,77, p-value = 0,000. Oleh karena itu dapat dijelaskan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam. Dengan demikian hipotesis nol (H0) yang menyatakan “tidak ada hubungan positif volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam” ditolak, dan hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan “ada hubungan positif antara volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam” diterima. Sumbangan relatif kekuatan otot tungkai dengan prestasi olahraga selam sebesar 48, 66%, sedangkan sumbangan efektif panjang tungkai dengan prestasi olahraga selam sebesar 24, 45%. Yang artinya prestasi olahraga selam ditentukan oleh volume oksigen maksimal dengan ketepatan garis regresi sebesar 24,45% commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 141
dan kontribusi dari variabel bebas sebesar 48,66%.semakin tinggi volume oksigen maksimal semakin baik prestasi olahraga selam. 4.
Hubungan antara Panjang Tungkai dan Kekuatan Otot Tungkai secara bersama-sama dengan Prestasi Olahraga Selam Hipotesis keempat yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada
hubungan positif antara panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam. Dalam hal ini akan diuji hipotesis nol (H0) yang menyatakan “tidak ada hubungan positif antara panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai secara bersama-sam dengan prestasi olahraga selam” melawan hipotesis alternatif (H1), yang menyatakan “ada hubungan positif antara panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam”. Berdasarkan
analisis
korelasi
antara
kekuatan otot tungkai (X2) dengan prestasi
panjang tungkai
(X1) dan
olahraga selam (Y),
diperoleh
koefisien korelasi sebesar 0,878. Dengan N =14, nilai r tabel 5% sebesar 0,497. Ternyata r hitung sebesar 0,878 lebih besar dari r tabel 5% sebesar 0,497. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara volume oksigen maksimal (X3) dengan prestasi selam (Y). Analisis regresi ganda antara panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam menghasilkan koefisien regresi positif sebesar 0,0062 untuk panjang tungkai, 0,0071 untuk motivasi kerja dan konstanta 0,388. Bentuk hubungan antara panjang tungkai dan kekuatan otot commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 142
tungkai secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam dapat digambarkan dengan persamaan regresi Y = 0,388 + 0,00630 X1 + 0,00720 X2 .
Dari analisis variansi diperoleh harga Fo sebesar 18,55, p-value = 0,000.
Oleh karena itu dapat dijelaskan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam. Dengan demikian hipotesis nol (H0) yang menyatakan “tidak ada hubungan positif antara panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam” ditolak, dan hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan “ada hubungan positif antara panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam” diterima. Sumbangan relatif panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan prestasi olahraga selam sebesar 82,47%, sedangkan sumbangan efektif panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan prestasi olahraga selam sebesar 41,24%. Yang artinya prestasi olahraga selam ditentukan oleh panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan ketepatan garis regresi sebesar 41,24% dan kontribusi dari variabel bebas sebesar 82,47%. Semakin tinggi panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai semakin baik prestasi olahraga selam. 5.
Hubungan antara Panjang Tungkai dan Volume Oksigen Maksimal secara Bersama-sama dengan Prestasi Olahraga Selam Hipotesis kelima yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan
positif antara panjang tungkai dan volume oksigen maksimal secara bersamasama dengan prestasi olahraga selam. Dalam hal ini akan diuji hipotesis nol (H0) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 143
yang menyatakan “tidak ada hubungan positif antara panjang tungkai dan volume oksigen maksimal secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam” melawan hipotesis alternatif (H1), yang menyatakan “ada hubungan positif antara panjang tungkai dan volume oksigen maksimal secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam”. Berdasarkan analisis korelasi antara panjang tungkai (X1) dan volume oksigen maksimal (X3) dengan prestasi olahraga selam (Y), diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,863. Dengan N = 14, nilai r tabel 5% = 0,497. Ternyata r hitung sebesar 0,863 lebih besar r tabel 5% sebesar 0,497. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara antara panjang tungkai (X1) dan volume oksigen maksimal (X3) dengan prestasi olahraga selam (Y). Analisis regresi ganda antara panjang tungkai dan volume oksigen maksimal secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam menghasilkan koefisien regresi positif sebesar 0,0020 untuk panjang tungkai, 0,025 untuk volume oksigen maksimal dan konstanta 0,38. Bentuk hubungan antara panjang tungkai dan volume oksigen maksimal secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam dapat
digambarkan dengan persamaan regresi Y = 0,381 +
0,00203 X1 + 0,0254 X3 Dari analisis variansi diperoleh harga Fo sebesar 30,12, p-value = 0,000. Oleh karena itu dapat dijelaskan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara panjang tungkai dan volume oksigen maksimal secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam. Dengan demikian hipotesis nol (H0) yang menyatakan “tidak ada hubungan positif antara panjang tungkai dan volume commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 144
oksigen maksimal secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam” ditolak, dan hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan “ada hubungan positif antara panjang tungkai dan volume oksigen maksimal secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam” diterima. Sumbangan relatif panjang tungkai dan volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam sebesar 15, 93%, sedangkan sumbangan efektif panjang tungkai dan volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam sebesar 7,96%. Yang artinya prestasi olahraga selam ditentukan oleh panjang tungkai dan volume oksigen maksimal dengan ketepatan garis regresi sebesar 7,96% dan kontribusi dari variabel bebas sebesar 15,93%. Semakin tinggi panjang tungkai dan volume oksigen maksimal semakin baik prestasi olahraga selam. 6.
Hubungan antara Kekuatan Otot Tungkai dan Volume Oksigen Maksimal secara Bersama-sama dengan Prestasi Olahraga Selam Hipotesis keenam yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada
hubungan positif antara kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam. Dalam hal ini akan diuji hipotesis nol (H0) yang menyatakan “tidak ada hubungan positif antara antara kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam” melawan hipotesis alternatif (H1), yang menyatakan “ada hubungan positif antara antara kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam”. Berdasarkan analisis korelasi antara kekuatan otot tungkai
(X2) dan
volume oksigen maksimal (X3) dengan prestasi olahraga selam (Y), diperoleh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 145
koefisien korelasi sebesar 0,929. Dengan N = 14, nilai r tabel 5% = 0,497. Ternyata r hitung sebesar 0,929 lebih besar r tabel 5% sebesar 0,497. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara antara kekuatan otot tungkai (X2) dan volume oksigen maksimal (X3)dengan prestasi olahraga selam (Y). Analisis regresi ganda antara antara kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam menghasilkan koefisien regresi positif sebesar 0,0023 untuk kekuatan otot tungkai, 0,0247 untuk volume oksigen maksimal, konstanta 0,397. Bentuk hubungan antara kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam dapat
digambarkan dengan
persamaan regresi Y = 0,397 + 0,00233X2 + 0,0247X3 Dari analisis variansi diperoleh harga Fo sebesar 30,40 p-value = 0,000. Oleh karena itu dapat dijelaskan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam. Dengan demikian hipotesis nol (H0) yang menyatakan “tidak ada hubungan positif antara kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam” ditolak, dan hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan “ada hubungan positif antara kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam” diterima. kontribusi relatif kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam sebesar 10,9%, sedangkan kontribusi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 146
efektif kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam sebesar 5,45%. Yang artinya prestasi olahraga selam ditentukan oleh panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan ketepatan garis regresi sebesar 41,24% dan kontribusi dari variabel bebas sebesar 82,47%. Semakin tinggi kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal semakin baik prestasi olahraga selam. 7.
Hubungan antara Panjang Tungkai, Kekuatan Otot Tungkai dan Volume Oksigen Maksimal secara Bersama-sama dengan Prestasi Olahraga Selam Hipotesis ketujuh yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada
hubungan positif antara panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam. Dalam hal ini akan diuji hipotesis nol (H0) yang menyatakan “tidak ada hubungan positif antara panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam” melawan hipotesis alternatif (H1), yang menyatakan “ada hubungan positif antara panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam”. Berdasarkan hasil
penghitungan korelasi
ganda, panjang tungkai,
kekuatan otot tungkai, volume oksigen maksimal (X1,X2,X3) dengan prestasi selam (Y) diperoleh nilai Ry(1,2,3) sebesar 10,052 lebih besar dari r tabel 5% sebesar 0,497. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 147
antara panjang tungkai, kekuatan otot tungkai, volume oksigen maksimal (X1,X2,X3) dengan prestasi selam (Y). Analisis regresi ganda antara panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam menghasilkan koefisien regresi positif sebesar 0,0014 untuk panjang tungkai, 0,0018 untuk kekuatan otot tungkai, 0,022 untuk volume oksigen maksimal, konstanta 0,403. Bentuk hubungan antara panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal secara bersama-sama dengan prestasi olahraga selam dapat digambarkan dengan persamaan regresi Y = 0,403 + 0,00144 X1 + 0,00187 X2 + 0,0229 X3 Dari analisis variansi diperoleh harga Fo sebesar 18,68, p-value = 0,000. Oleh karena itu dapat dijelaskan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal. Dengan demikian hipotesis nol (H0) yang menyatakan “tidak ada hubungan positif antara panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal” ditolak, dan hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan “ada hubungan positif antara panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal” diterima. Dapat diketahui bahwa dari ketiga variabel tersebut memberikan sumbangan terhadap prestasi olahraga selam sebesar 50,25%. Hal ini berarti 50,25% prestasi olahraga selam dapat dijelaskan oleh kontribusi panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal bersama-sama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 148
D. Pembahasan Hasil Analisis Data Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran lebih lanjut mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan pengujian hipotesis telah menghasilkan kesimpulan analisis yang dapat dipaparkan lebih lanjut secara rinci sebagai berikut : 1. Hubungan antara Panjang Tungkai dengan Prestasi Olahraga Selam Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap data panjang tungkai
dengan
prestasi
olahraga selam, terdapat hubungan positif dan
signifikan antara kedua variabel tersebut. Hal ini berarti bahwa semakin panjang pada tungkai maka semakin tinggi prestasi olahraga selam yang dicapai. Kontribusi relatif yang diberikan melalui panjang tungkai sebesar 36,07%, sedangkan kontribusi efektifnya sebesar 18,12%. Yang artinya prestasi olahraga selam ditentukan oleh panjang tungkai dengan ketepatan garis regresi sebesar 18,12% dan kontribusi dari variabel bebas sebesar 36,07% 2. Hubungan antara Kekuatan Otot Tungkai dengan Prestasi Olahraga Selam Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap data kekuatan otot tungkai dengan prestasi olahraga selam, terdapat hubungan positif dan signifikan antara kedua variabel tersebut. Hal ini berarti bahwa semakin kuat pada kekuatan otot tungkai maka semakin tinggi prestasi olahraga selam yang dicapai. Kontribusi relatif yang diberikan melalui kekuatan otot tungkai sebesar 15,27%, user Yang artinya prestasi olahraga sedangkan kontribusi efektifnya commit sebesar to7,67%.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 149
selam ditentukan oleh kekuatan otot tungkai dengan ketepatan garis regresi sebesar 7,67% dan kontribusi dari variabel bebas sebesar 15,27%. 3. Hubungan antara Volume Oksigen Maksimal dengan Prestasi Olahraga Selam Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap data volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam, terdapat hubungan positif dan signifikan antara kedua variabel tersebut. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pada volume oksigen maksimal maka semakin tinggi prestasi olahraga selam yang dicapai. Kontribusi relatif yang diberikan melalui volume oksigen maksimal sebesar 48,66%, sedangkan kontribusi efektifnya sebesar 24,45%. Yang artinya prestasi olahraga selam ditentukan oleh volume oksigen maksimal dengan ketepatan garis regresi sebesar 24,45% dan kontribusi dari variabel bebas sebesar 48,66%. 4. Hubungan antara Panjang Tungkai dan Kekuatan Otot tungkai dengan Prestasi Olahraga Selam Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap data panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan prestasi olahraga selam terdapat hubungan positif dan signifikan. Dapat disimpulkan bahwa prestasi olahraga selam dapat diprediksi melalui panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai. Kedua variabel bebas ini memberikan kontribusi relatif sebesar 82,47%, sedangkan kontribusi efektifnya sebesar 41,24%. Yang artinya prestasi olahraga selam ditentukan oleh panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan ketepatan garis regresi sebesar 41,24% dan kontribusi dari variabel bebas sebesar 82,47%. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 150
5. Hubungan antara Panjang Tungkai dan Volume Oksigen Maksimum dengan Prestasi Olahraga Selam Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap data panjang tungkai dan volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam terdapat hubungan positif dan signifikan. Dapat disimpulkan bahwa prestasi olahraga selam dapat diprediksi oleh panjang tungkai dan volume oksigen maksimal. Kedua variabel bebas ini memberikan kontribusi relatif sebesar 15,93%, sedangkan kontribusi efektifnya sebesar 7,96%. Yang artinya prestasi olahraga selam ditentukan oleh panjang tungkai dan volume oksigen maksimal dengan ketepatan garis regresi sebesar 7,96% dan kontribusi dari variabel bebas sebesar 15,93%. 6. Hubungan antara Kekuatan Otot Tungkai dan Volume Oksigen Maksimal dengan Prestasi Olahraga Selam Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap data kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam terdapat hubungan positif dan signifikan. Dapat disimpulkan bahwa prestasi olahraga selam dapat diprediksi oleh kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal. Kedua variabel bebas ini memberikan kontribusi relatif sebesar 10,9%, sedangkan kontribusi efektifnya sebesar 5,45%. Yang artinya prestasi olahraga selam ditentukan oleh kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal dengan ketepatan garis regresi sebesar 5,45% dan kontribusi dari variabel bebas sebesar 10,9%. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 151
7. Hubungan antara Panjang Tungkai, Kekuatan Otot Tungkai, dan Volume Oksigen Maksimal dengan Prestasi Olahraga Selam Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap data panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam terdapat hubungan positif dan signifikan. Dapat disimpulkan bahwa prestasi olahraga selam dapat diprediksi oleh panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal. Ketiga variabel bebas ini memberikan kontribusi relatif terhadap prestasi olahraga selam sebesar 50,25%. Hal ini berarti ketiga variabel tersebut memberikan kontribusi pada prestasi olahraga selam sebesar 50,25%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dengan korelasi product moment dan analisis regresi yang telah dilakukan dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara panjang tungkai dengan Prestasi olahraga selam yang artinya semakin panjang pada tungkai maka semakin baik prestasi yang diraih dan memberikan kontribusi relatif sebesar 36,07 serta kontribusi efektif sebesar 18,12%. Yang artinya prestasi olahraga selam ditentukan oleh panjang tungkai dengan ketepatan garis regresi sebesar 18,12% dan kontribusi dari variabel bebas sebesar 36,07% 2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kekuatan otot tungkai dengan prestasi olahraga selam yang artinya semakin kuat pada otot tungkai maka semakin baik prestasi yang diraih dan memberikan kontribusi relatif 15,27 serta kontribusi efektif sebesar 7.67%. Yang artinya prestasi olahraga selam ditentukan oleh kekuatan otot tungkai dengan ketepatan garis regresi sebesar 7,67% dan kontribusi dari variabel bebas sebesar 15,27%. 3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam yang artinya semakin tinggi volume oksigen maksimal yang dimiliki oleh atlet maka semakin baik prestasi yang diraih dan memberikan kontribusi relatif sebesar 48,66% serta kontribusi efektif sebesar to selam user ditentukan oleh volume oksigen 24,45%. Yang artinya prestasicommit olahraga 152
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 153
maksimal dengan ketepatan garis regresi sebesar 24,45% dan kontribusi dari variabel bebas sebesar 48,66%. 4. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan prestasi olahraga selam yang artinya semakin panjang pada tungkai dan semakin kuatnya kekuatan pada otot tungkai yang dimiliki oleh atlet maka semakin baik prestasi yang diraih dan memberikan kontribusi relatif sebesar 82,47% serta kontribusi efektif sebesar 41,24%. Yang artinya prestasi olahraga selam ditentukan oleh panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan ketepatan garis regresi sebesar 41,24% dan kontribusi dari variabel bebas sebesar 82,47%. 5. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara panjang tungkai dan volume oksigen maksimum dengan prestasi olahraga selam yang artinya semakin panjang pada tungkai dan semakin tinggi volume oksigen maksimal yang dimiliki oleh atlet maka semakin baik prestasi yang diraih dan memberikan kontribusi relatif sebesar 15,93% serta kontribusi efektif sebesar 7,96%. Yang artinya prestasi olahraga selam ditentukan oleh panjang tungkai dan volume oksigen maksimal dengan ketepatan garis regresi sebesar 7,96% dan kontribusi dari variabel bebas sebesar 15,93%. 6. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam yang artinya semakin kuat kekuatan pada otot tungkai dan semakin tinggi volume oksigen maksimal yang dimiliki oleh atlet maka semakin baik prestasi yang diraih dan user serta kontribusi efektif sebesar memberikan kontribusi relatifcommit sebesarto10,9%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 154
5,45%. Hal ini berarti prestasi olahraga selam ditentukan oleh panjang tungkai dan volume oksigen maksimal sebesar 5,45%. Yang artinya prestasi olahraga selam ditentukan oleh kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal dengan ketepatan garis regresi sebesar 5,45% dan kontribusi dari variabel bebas sebesar 10,9%. 7. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara panjang tungkai, kekuatan otot tungkai, dan volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam yang artinya semakin panjang pada tungkai, semakin kuat kekuatan pada otot tungkai dan semakin tinggi volume oksigen maksimal yang dimiliki oleh atlet maka semakin baik prestasi yang diraih dan memberikan kontribusi sebesar 50,25%. Hal ini berarti prestasi olahraga selam ditentukan oleh panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal sebesar 50,25%. B. Implikasi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi olahraga selam di Provinsi Jawa Tengah. Upaya meningkatkan prestasi olahraga selam hendaknya mampu memanfaatkan panjang tungkai, mampu mengerahkan kekuatan otot tungkai dan memiliki volume oksigen maksimal yang baik sesuai tuntutan cabang olahraga selam. Dari segi panjang tungkai, atlet yang memiliki panjang tungkai yang cukup panjang memiliki keuntungan dalam sistem pengungkit. Hal ini akan menghasilkan atau memberi dampak pada sebuah dorongan yang lebih jauh pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 155
atlet selam. Pada kekuatan otot tungkai merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh atlet selam. Dalam perlombaan dengan jarak tertentu kekuatan pada otot tungkai sangatlah diperlukan. Untuk memperoleh kekuatan pada otot tungkai tentu memerlukan sebuah latihan yang disesuaikan dengan hasil yang ingin dicapai. Volume oksigen maksimal merupakan unsur yang penting dalam pencapaian sebuah prestasi. Tingkat volume oksigen yang tinggi dimiliki oleh atlet selam tentu sangat menguntungkan dalam perlombaan karena atlet berlomba tanpa suatu kelelahan yang berarti Dengan diketahuinya hubungan panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam, dalam pemilihan bibit atlet dapat memperhatikan variabel-variabel tersebut Secara teoritis, penelitian ini berimplikasi bahwa pencapaian prestasi olahraga selam oleh banyak faktor, antara lain adalah panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal. Bukti empiris menunjukkan bahwa 50,25% pencapaian prestasi olahraga selam dapat diprediksi melalui keetiga faktor tersebut. Hal ini berarti faktor panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal merupakan faktor-faktor yang sangat penting dalam pencapaian prestasi olahraga selam. Dengan demikian untuk dapat mencapai prestasi olahraga selam yang maksimal dapat dilakukan dengan cara pemilihan atlet selam dengan melihat dari faktor panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal yang baik. Dari implikasi yang sifatnya teoritis tersebut kemudian dikembangkan ke dalam implikasi yang sifatnya praktis yang dapat berupa upaya atau usaha yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 156
nyata agar pencapaian prestasi olahraga selam dapat lebih maksimal. Secara rinci, upaya dan usaha nyata tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Faktor panjang tungkai Dari segi panjang tungkai, atlet yang memiliki panjang tungkai yang cukup panjang memiliki keuntungan dalam sistem pengungkit. Jika titik tumpu dekat dengan titik kuasa maka akan menghasilkan gaya yang lebih besar.sebaliknya jika titik tumpu dekat dengan beban maka akan menghasilkan gaya yang lebih kecil. Sehingga panjang atau pendeknya tungkai mempunyai peran yang yang besar dalam gerak kaki. Hal ini akan menghasilkan atau memberi dampak pada sebuah dorongan yang lebih jauh pada atlet selam. Selain itu pertumbuhan dan perkembangan dari atlet perlu diperhatikan. Pada usia anak-anak proporsi pertumbuhan kaki dan tangan lebih cepat dibanding pertumbuhan pada togok. Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh faktor gizi dan keturunan. Makanan yang bergizi akan mempengaruhi pertumbuhan dan faktor keturunan merupakan sifat bawaan dari lahir yang diperoleh dari orangtuanya. Oleh karena itu, dalam pemilihan atlet yang baik harus benar-benar teliti dalam faktor panjang tungkai. 2. Faktor kekuatan otot tungkai Kekuatan otot tungkai merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh atlet selam. Dalam perlombaan dengan jarak tertentu kekuatan pada otot tungkai sangatlah diperlukan. Untuk memperoleh kekuatan pada otot tungkai tentu memerlukan sebuah latihan yang disesuaikan dengan hasil yang ingin dicapai. Selain itu faktor umur dan jenis kelamin juga menentukan baik dan tidaknya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 157
kekuatan. Selama pada masa pubertas otot akan tumbuh dengan cepat, peningkatan jaringan otot akan terjadi setelah peningkatan tinggi badan. Oleh sebab itu, seleksi dalam hal kekuatan otot tungkai harus cermat kemudian dalam program latihan harus jelas apa yang ingin dicapai dalam sebuah latihan. 3. Faktor volume oksigen maksimal Volume oksigen maksimal merupakan unsur yang penting dalam pencapaian sebuah prestasi. Tingkat volume oksigen yang tinggi dimiliki oleh atlet selam tentu sangat menguntungkan dalam perlombaan karena atlet berlomba tanpa suatu kelelahan yang berarti. Oleh karena itu, seorang atlet harus memiliki kapasitas volume oksigen yang baik untuk dapat meraih prestasi yang maksimal.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian, simpulan, dan implikasi yang telah diuraikan , maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut : 1. Untuk pelatih selam Upaya pencapaian prestasi olahraga selam hendaknya dilakukan pemilihan calon atlet yang baik, khususnya melihat faktor dari panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal yang baik. Supaya dalam latihan kondisi fisik lebih efektif dan efisien maka latihan yang dilakukan hendaknya sesuai dengan besarnya kontribusi yang diberikan oleh ketiga unsur kondisi fisik tersebut. Latihan diharapkan bisa memanfaatkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 158
panjang tungkai, kekuatan otot tungkai, volume oksigen maksimal yang baik dan menguasai teknik menyelam dengan menggunakan fins dengan benar, sehingga prestasi olahraga selam menjadi lebih maksimal. 2. Untuk atlet selam Dengan diketahuinya kontribusi yang diberikan dari faktor panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal, diharapkan atlet mau untuk meningkatkan kondisi fisik sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Dimana pada tujuan akhirnya adalah untuk mencapai sebuah prestasi yang maksimal dalam olahraga selam. 3. Untuk masyarakat luas Olahraga selam merupakan olahraga yang menyenangkan dan menyehatkan. Selain itu olahraga selam dapat dijadikan sebuah hobi, profesi maupun prestasi. Dalam rangka olahraga selam sebagai prestasi, diharapkan masyrakat ikut berpartisipasi dalam sosialisasi olahraga selam untuk mengenalkan olahraga selam.
commit to user