Jurnal Pendidikan:
Tersedia secara online EISSN: 2502-471X
Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 1 Nomor: 9 Bulan September Tahun 2016 Halaman: 1806—1816
KONTRIBUSI KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KETERAMPILAN SOSIAL TERHADAP PENCAPAIAN KOMPETENSI KEJURUAN SISWA PAKET KEAHLIAN TEKNIK PERMESINAN DI KOTA MAKASSAR Andi Muadz Palerangi, Tuwoso, Andoko Pendidikan Kejuruan Pascasarjana-Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang. E-mail:
[email protected] Abstract: This aim of this research is to determine the contribution of self-regulated learning and social skills towards the achievement of vocational competence of vocational students packages machining engineering expertise in the city of Makassar. Type and data analysis of this study are included in the quantitative approach. The samples used as many as 150 students in class XI. Data collection techniques for the variable self-regulated learning and social skills using questionnaires while variable vocational competency achievement using tests and documentation. Data analysis included descriptive and regression. The results showed: (1) selfregulated learning contributes to the achievement of vocational competence of 7,67%; (2) social skills contribute to the achievement of vocational competence of 4,28%; and (3) contribution of self-regulated learning and social skills of students simultaneously towards the achievement of vocational competence of 40,5%. Keywords: self-regulated learning, social skills and the achievement of vocational competence Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kemandirian belajar dan keterampilan sosial terhadap pencapaian kompetensi kejuruan siswa SMK paket keahlian teknik permesinan di kota Makassar. Jenis dan data analisis penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 150 siswa pada kelas XI. Teknik pengumpulan data untuk variabel kemandirian belajar dan keterampilan sosial menggunakan angket, sedangkan variabel pencapaian kompetensi kejuruan menggunakan tes dan dokumentasi. Analisis data meliputi deskriptif dan regresi. Hasil penelitian menunjukkan: (1) kontribusi kemandiran belajar terhadap pencapaian kompetensi kejuruan sebesar 7,67%; (2) kontribusi keterampilan sosial terhadap pencapaian kompetensi kejuruan sebesar 4,28%; (3) kontribusi kemandirian belajar dan keterampilan sosial siswa secara simultan terhadap pencapaian kompetensi kejuruan sebesar 40,5%. Kata kunci: kemandirian belajar, keterampilan sosial dan pencapaian kompetensi kejuruan
Sekolah menengah kejuruan merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang secara substansial memiliki pola dan orientasi dalam mengarahkan, menyiapkan, dan mengembangkan siswa menjadi lulusan yang siap kerja di dunia usaha dan industri dengan berbagai kompetensi yang relevan di bidangnya. Baiti (2014:165), menyatakan bahwa sekolah menengah kejuruan merupakan wahana pengembangan pengetahuan, keterampilan dalam mencetak tenaga kerja terampil dan up to date dalam menghasilkan lulusan yang dibutuhkan oleh industri. Begitu pula Clarke & Witch (2007:26), menyatakan bahwa pendidikan kejuruan merupakan upaya pengembangan sosial ketenagakerjaan, pemeliharaan, percepatan, dan peningkatan kualitas tenaga kerja tertentu dalam rangka peningkatan produktivitas masyarakat. Hal ini diperkuat pendapat Wang (2012:2), menyatakan bahwa pendidikan kejuruan difokuskan untuk membekali siswa dengan berbagai kompetensi spesifik, keterampilan, perilaku, dan sikap kerja sama serta tanggung jawab sosial dalam memasuki dunia kerja. Lulusan SMK diharapkan dapat bekerja dan memenuhi segala tuntutan serta kebutuhan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah, yang idealnya merupakan tenaga kerja yang siap pakai dan bisa bekerja di dunia industri. Namun keberadaan pendidikan kejuruan masih dinilai prematur untuk diharapkan sebagai lulusan tenaga kerja yang terampil dan siap pakai. Sehubungan dengan itu, Samsudin dalam Agus (2013:3), menyatakan bahwa idealnya secara Nasional lulusan SMK yang bisa langsung memasuki dunia kerja sekitar 80—85%, sedangkan selama ini yang terserap hanya 61%. Selain itu, pada hasil kajian Putrianingrum (2009:12) mengenai lulusan SMK di kota Malang diketahui kebanyakan lulusan masih mengalami kesulitan dan cenderung mudah frustrasi untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahlian mereka.
1806
1807 Jurnal Pendidikan, Vol. 1, No. 9, Bln September, Thn 2016, Hal 1806—1816
Hasil kajian Rogahang (2011:34), mengungkapkan masalah lain yang akan terjadi pada pendidikan kejuruan saat ini dan bahkan mungkin pada masa yang akan datang adalah banyaknya tawaran pekerjaan di bursa kerja, serta jenis pekerjaan baru muncul dan belum pernah ada sebelumnya, sehingga para lulusan gagal memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja. Hal tersebut menunjukkan terdapat kesenjangan antara kualitas dan kuantitas lulusan SMK yang disebabkan keterampilan para lulusan SMK belum sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Hal ini ditandai dengan tingkat angka pengangguran usia muda (usia 15 tahun ke atas) seperti pada tabel 1 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) edisi November 2015 tentang data angkatan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut pendidikan yang ditamatkan. Tabel 1. Data Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Menurut Pendidikan yang telah lulus (Persen) Tahun 2013—2015 No 1 2 3 4 5 6
Pendidikan yang telah lulus SD ke bawah SMP SMA SMK Diploma I/II/III Perguruan Tinggi Jumlah
2013 Feb 3.55 8.21 9.45 7.72 5.72 5.02 5.88
Agu 3.44 7.59 9.72 11.2 5.95 5.39 6.17
Feb 3.69 7.44 9.10 7.21 5.87 4.31 5.70
Tahun 2014 Agu 4.04 7.15 9.55 11.2 6.14 5.65 5.94
2015 Feb 3.61 7.14 8.17 9.05 7.49 5.34 5.81
Agu 2,74 6,22 10,3 12,6 7,54 6,40 6,18
Sumber: Berita Resmi Statistik No. 103/05/Th. XVIII, 6 November 2015 Berdasarkan data pada tabel 1 di atas, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa lulusan SMK menempati urutan pertama sebagai pengangguran terbuka. Pada tahun 2014, jumlah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang menganggur mencapai 813.776 jiwa, atau 11,24 persen dari jumlah total pengangguran terbuka di Indonesia, yakni 7,24 juta jiwa. Sementara itu, pada bulan Agustus 2015 bertambah 415 ribu jiwa menjadi 8,75 juta jiwa pengangguran terbuka dan paling besar jumlah pengangguran didominasi oleh masyarakat dengan latar belakang pendidikan SMK, yaitu 12,6% (BPS, November 2015). Data di atas menunjukkan terdapat persoalan dalam sistem penyelenggaraan pendidikan kejuruan (SMK) dengan sektor ketenagakerjaan yang disebabkan (1) rendahnya kualitas sistem penyelenggara pendidikan dalam menghasilkan lulusan SMK yang siap kerja dan kemampuan perekonomian dalam menyediakan lapangan kerja; (2) belum semua lulusan SMK dapat memenuhi tuntutan lapangan kerja baik secara kualifikasi dan spesialisasi; (3) ketidaksiapan lulusan SMK dalam memasuki dunia kerja dan industri; (4) rendahnya pencapaian kompetensi kejuruan, sehingga menyebabkan keterampilan yang dimiliki para lulusan SMK belum sesuai dengan yang dibutuhkan dunia industri. Sementara itu, apabila dihubungkan dengan konteks pendidikan, terdapat kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki oleh para pencari kerja, akan teridentifikasi dengan permasalahan yang berkaitan dengan persoalan mutu dan relevansi dari kualitas hasil pendidikan tersebut. Memasuki dunia kerja dan industri merupakan salah satu tujuan utama para lulusan SMK, modal utama yang harus dimiliki adalah kecakapan hidup (life skills). Sesuai dengan amanah kurikulum 2013 berbasis life skill dalam mencapai tujuan pendidikan kejuruan, siswa diharapkan dapat mengenal dengan baik dunianya dan dapat hidup wajar di masyarakat. Menurut Anwar (2012:28), kecakapan hidup yang dimaksud adalah (1) kecakapan mengenali diri (self-awareness) atau kecakapan pribadi (personal skill); (2) kecakapan akademik (academic skill); (3) kecakapan sosial (social skill); (4) kecakapan vokasional (vocasional skill); dan (5) kecakapan berpikir (thinking skill). Meskipun program pendidikan kecakapan hidup telah dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan ekstrakurikuler, namun kecakapan hidup (life skills) dianggap penting untuk tetap diperhatikan dan diterapkan dalam pembelajaran kejuruan, sehingga para lulusan SMK diharapkan mampu menyelesaikan segala problematika yang dihadapkan dalam memenuhi tuntutan dunia kerja dan industri. Kondisi ini memberikan tantangan terhadap keberadaan dunia pendidikan, khususnya kualitas lulusan SMK yang seharusnya memiliki kompetensi yang relevan di bidangnya dalam memasuki dunia industri. Kegiatan pembelajaran kejuruan difokuskan untuk membentuk pengetahuan siswa dalam mengembangkan kompetensi kejuruan baik pada aspek academic skill, technical skill, dan tata nilai maupun pada aspek sikap guna menunjang pengembangan potensinya. Pencapaian kompetensi kejuruan merupakan salah satu aspek keberhasilan lulusan SMK dalam meraih kecakapan hidupnya. Menurut Syahril (2012:4), pencapaian kompetensi kejuruan adalah terkuasainya semua kompetensi (SK-KI) dari setiap kompetensi kejuruan pada kelompok mata pelajaran produktif di SMK. Sementara itu, Diah (2012:28) menyatakan dengan bekal pendidikan dan pelatihan keterampilan (kompetensi kejuruan), siswa akan memiliki kesiapan diri dalam memasuki dunia kerja. Berdasarkan hasil observasi pada SMK di kota Makassar, khususnya paket keahlian teknik permesinan diperoleh informasi bahwa hasil yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran kejuruan belum sepenuhnya dapat mencapai kompetensi kejuruan berdasarkan standar kelulusan yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan terjadinya kesenjangan antara kualitas hasil pembelajaran dengan kualitas proses pembelajaran dalam mencapai kompetensi kejuruan.
Palerangi, Tuwoso, Andoko, Kontribusi Kemandirian Belajar…1808
Keberhasilan pembelajaran kejuruan sangat ditentukan dari kualitas hasil belajar itu sendiri. Zamroni (2007:2), menyatakan bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan maka perlu memerhatikan kualitas hasil pembelajaran dan kualitas proses dalam mencapai hasil tersebut. Salah satu faktor dalam mencapai hasil pembelajaran dapat dilihat dari salah satu aspek, yaitu kemandirian belajar (self-regulated learning) siswa. Umar & Sulo, (2005:50) menyatakan bahwa kemandirian belajar (self regulated learning) merupakan aktivitas belajar yang berlangsung dan didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri. Begitu pula, hasil penelitian Dhyanita (2012:76) menyatakan bahwa semakin tinggi (positif) kemandirian belajar siswa akan semakin tinggi pula prestasi belajar dan sebaliknya jika kemandirian belajar semakin rendah (negatif) maka prestasi belajar juga rendah. Berkaitan dengan itu, siswa yang memiliki kemandirian belajar dapat menguasai materi dengan mandiri dalam mencapai kompetensi kejuruannya. Kemandirian belajar (self-regulated learning) siswa dapat terlihat dari kondisi belajarnya dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar. Hasil wawancara dengan salah satu guru produktif paket keahlian teknik permesinan di SMK Negeri 2 Makassar, menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran, baik teori maupun praktikum, siswa belum sepenuhnya menunjukkan sikap atas perhatian dan kesiapan dalam menerima pelajaran yang ditandai dengan rendahnya kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas, melaksanakan praktikum, dan mengikuti ujian. Hal ini disebabkan belum sepenuhnya siswa memiliki sikap terhadap kesiapan belajar atas dirinya, sehingga mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran dan dapat berpengaruh terhadap hasil pencapaian kompetensi kejuruannya. Kesulitan dalam belajar merupakan faktor penghambat dalam mencapai kompetensi kejuruan dan merupakan suatu masalah yang berkaitan dengan perilaku dalam mengikuti proses pembelajaran. Perubahan perilaku siswa dapat dilihat dari kebiasaannya berinteraksi dengan teman sebayanya (social skill). Menurut Partnership for 21st Century Skills (2007), keterampilan sosial atau social skill merupakan unsur keterampilan dasar dalam pembelajaran abad XXI yang dibutuhkan sebagai bekal siswa dalam memasuki dunia kerja. Goleman (2007:24), menyatakan bahwa individu yang kompeten secara sosial (social skill) mempunyai pengendalian diri yang baik, terampil dalam menyelesaikan masalah, mempunyai keterlibatan yang intens dengan teman sebaya, memiliki efektivitas dan popularitas antar pribadi, terampil dalam mengatasi kecemasan dan terampil dalam menyelesaikan konflik. Hal ini diperkuat hasil kajian Winarno (2008:12) yang menyatakan bahwa faktor keberhasilan seseorang dalam bekerja ternyata bukan semata-mata ditentukan oleh faktor pendidikan formal bahkan bukan ditentukan oleh kemampuan dan kecerdasan intelektual saja, tetapi faktor keterampilan sosial (social skill) pun merupakan salah satu modal dalam meraih hasil pekerjaan. Keterampilan sosial (social skill) dapat berkembang melalui proses interaksi, kemudian menghasilkan pengalaman dari berbagai kegiatan dan situasi kondisi yang dialami. Hasil wawancara dengan salah satu guru produktif di SMK Negeri 1 Provinsi Sulawesi Selatan, menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran khususnya praktikum, diperoleh informasi belum sepenuhnya siswa berpartisipasi aktif dalam mengikuti praktikum yang ditandai kurangnya kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, rendahnya kepercayaan diri atas kemampuan dan keterampilan yang dimiliki, sehingga siswa memilih diam dan merasa rendah diri dalam mengikuti praktikum. Hal ini disebabkan siswa belum sepenuhnya memiliki sikap dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan melakukan interaksi antara satu sama lain dalam mengikuti praktikum. Sesuai uraian permasalahan di atas, maka penelitian ini akan mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan sikap siswa dalam proses pembelajaran kejuruan dan kemampuan yang harus dipersiapkan dalam memasuki dunia kerja yakni kemandirian belajar (self regulated learning) dan keterampilan sosial (social skill) dalam mencapai suatu kompetensi kejuruan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dianggap perlu melakukan penelitian tentang kontribusi kemandirian belajar dan keterampilan sosial terhadap pencapaian kompetensi kejuruan siswa SMK Paket Keahlian Teknik Permesinan di kota Makassar. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui seberapa besar kontribusi kemandirian belajar terhadap pencapaian kompetensi kejuruan; (2) mengetahui seberapa besar kontribusi keterampilan sosial terhadap pencapaian kompetensi kejuruan; (3) mengetahui seberapa besar kontribusi kemandirian belajar dan keterampilan sosial secara simultan terhadap pencapaian kompetensi kejuruan. METODE Mengacu pada rumusan masalah dan hipotesis yang telah dikemukakan, maka rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Dalam metode survei, peneliti mendeskripsikan secara kuantitatif (angka-angka), kecenderungan-kecenderungan, perilaku atau opini-opini dari suatu populasi dengan meneliti sampel populasi tersebut (Creswell, 2013:216). Analisis regresi digunakan untuk memprediksikan seberapa jauh perubahan nilai variabel terikat, apabila variabel bebasnya dimanipulasi atau dinaik turunkan (Sugiyono, 2011:220). Variabel bebas (X) dan terikat (Y) yang akan diteliti, meliputi kemandirian belajar (X1), keterampilan sosial (X2), dan pencapaian kompetensi kejuruan (Y).
1809 Jurnal Pendidikan, Vol. 1, No. 9, Bln September, Thn 2016, Hal 1806—1816
Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah peserta didik kelas XI Paket Keahlian Teknik Permesinan pada SMK Negeri dan Swasta di Kota Makassar. SMK di kota Makassar yang memiliki Paket Keahlian Teknik Permesinan adalah SMK Negeri 5 Makassar, SMK Kartika XX-1 Wirabuana Makassar, SMK Negeri 2 Makassar, dan SMK Negeri 1 Sulawesi Selatan. Populasi penelitian tersebut disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Populasi Penelitian No
Nama Sekolah
Alamat
Jumlah Siswa
1
SMK Negeri 5 Makassar
Jl. Sunu No.162, Kec. Tallo, Kota Makassar
52
2
SMK Negeri 2 Makassar
Jl. Pancasila No. 15, Kec. Rappocini, Kota Makassar
55
3
SMK Negeri 1 Makassar SMK Kartika XX-1 Wirabuana Makassar
Jl. Bonto Manai No. 14, Kec. Rappocini, Kota Makassar
25
Jl. Jend. Urip Sumoharjo km.7, Kec. Panakukkang, Kota Makassar
46
4
Jumlah Populasi
178
Sumber: Dokumentasi Dinas Pendidikan kota Makassar Untuk menentukan ukuran sampelnya digunakan tabel bilangan random dengan taraf kesalahan α = 5%, sehingga dari jumlah populasi 178 maka sampel yang digunakan adalah 150 siswa. Untuk memperoleh perimbangan jumlah sampel pada masing-masing sekolah maka dilakukan secara proporsional dengan menggunakan rumus alokasi proporsional (Riduwan, 2007:66) yaitu: 𝑛𝑖 =
𝑁𝑖 𝑛 𝑁
Keterangan: n_i = jumlah sampel untuk setiap sekolah n = jumlah sampel seluruhnya N_i = jumlah populasi untuk setiap sekolah N = jumlah populasi seluruhnya Berdasarkan hasil perhitungan, jumlah sampel untuk tiap sekolah seperti disajikan pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Sampel Penelitian No
Nama Sekolah
Alamat
Jumlah Sampel
1
SMK Negeri 5 Makassar
Jl. Sunu No.162, Kec. Tallo, Kota Makassar
44
2
SMK Negeri 2 Makassar
Jl. Pancasila No. 15, Kec. Rappocini, Kota Makassar
46
3
SMK Negeri 1 Makassar SMK Kartika XX-1 Wirabuana Makassar
Jl. Bonto Manai No. 14, Kec. Rappocini, Kota Makassar Jl. Jend. Urip Sumoharjo km.7, Kec. Panakukkang, Kota Makassar
21
Jumlah Sampel
150
4
39
Sumber: Dokumen Dinas Pendidikan kota Makassar Instrumen Penelitian Data penelitian untuk self regulated learning dan social skill diperoleh dengan menggunakan instrumen angket. Data penelitian untuk variabel pencapaian kompetensi kejuruan dengan menggunakan tes dan dokumentasi nilai keterampilan. Angket yang digunakan merujuk pada Skala Likert empat skala, sehingga data yang dihasilkan dalam bentuk interval. Perumusan pernyataan-pernyataan dalam angket tersebut didasarkan pada indikator-indikator dari variabel penelitian yang digunakan. Uji coba instrumen yang dilakukan pada penelitian ini meliputi uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas terdiri atas dua tahapan uji coba, yaitu uji validitas konstruk dan uji validitas butir angket. Uji validitas konstruk dilakukan dengan cara memvalidasi instrumen yang digunakan ke ahli materi, yaitu 2 orang dosen bidang pendidikan kejuruan di Universitas Negeri Malang, yaitu Dr. Eddy Sutadji, M.Pd dan Dr. H. Purnomo, S.T., M.Pd. Hasil uji validitas butir angket masing-masing variabel, yaitu (1) instrumen angket untuk variabel kemandirian belajar dari 25 butir dinyatakan 23 valid dan 2 butir tidak valid; (2) instrumen angket untuk keterampilan sosial dari 25 butir dinyatakan 22 butir angket valid dan 3 butir angket tidak valid; (3)
Palerangi, Tuwoso, Andoko, Kontribusi Kemandirian Belajar…1810
instrumen tes untuk variabel pencapaian kompetensi kejuruan dari 25 butir soal, dinyatakan 22 valid dan 3 butir angket tidak valid, sehingga butir soal tes dan angket yang tidak valid dihapus dari angket yang akan digunakan untuk mengambil data penelitian. Hasil uji reliabilitas masing-masing variabel, yaitu (1) nilai alpha untuk instrumen angket variabel kemandirian belajar sebesar 0,747; (2) nilai alpha untuk instrumen angket variabel keterampilan sosial sebesar 0,746; (3) nilai alpha untuk instrumen tes variabel pencapaian kompetensi kejuruan sebesar 0,741. Nilai alpha dari ketiga variabel bernilai > 0,700 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tes dan angket untuk ketiga variabel adalah reliabel. Instrumen tes dan angket layak digunakan untuk mengambil data penelitian. Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian terdiri atas dua analisis, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data-data berdasarkan tendensi sentral dan dispersi. Tendensi sentral berupa mean, median, nilai minimum, dan nilai maksimum. Dispersi berupa standar deviasi dan range data. Variabel variabel kemandirian belajar, keterampilan sosial, dan pencapaian kompetensi kejuruan yang dikelompokkan menjadi data interval untuk dibagi menjadi 4 kriteria berdasarkan banyaknya sampel penelitian, yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah, dan sangat rendah. Masing-masing kriteria ditentukan frekuensi, persentase, dan diagram flow chart. Uji prasyarat analisis dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi syarat uji hipotesis menggunakan analisis regresi. Uji prasyarat analisis, meliputi uji normalitas, uji linieritas, uji heterokedastisitas, dan uji multikolinieritas. Uji hipotesis menggunakan analisis regresi, yaitu (1) analisis regresi linier sederhana untuk mengetahui kontribusi masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat secara individual dan (2) analisis regresi linier berganda untuk mengetahui kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan SPSS berdasarkan pada nilai siginifikansi. Dasar pengambilan keputusan didasarkan dengan membandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig yaitu (1) jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima atau Ha ditolak, artinya tidak signifikan dan (2) jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 ≥ Sig], maka Ho ditolak atau Ha diterima, artinya signifikan. HASIL Hasil penelitian yang diuraikan berupa deskripsi data masing-masing variabel, uji prasyarat, dan uji hipotesis baik secara parsial ataupun secara individual. Berikut ini merupakan uraian hasil penelitian. Deskripsi Data Deskripsi data secara deskriptif untuk variabel kemandirian belajar, keterampilan sosial, dan pencapaian kompetensi kejuruan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Deskripsi Data Masing-masing Variabel No
Variabel
Min
1 2 3
Self Regulated Learning (X1) Social Skill (X2) Pencapaian Kompetensi Kejuruan (Y)
50 53 70
Max
Mean
Median
78 82 88
67,53 68,65 81,37
67,40 60,00 62,00
Standar Deviasi 5,507 5,869 3,807
Range 28 29 18
Kemandirian Belajar (X1) Data keman yang dikategorikan dikategorikan menjadi 4 kriteria. Penjabaran distribusi frekuensi variabel kemandirian belajar terdapat pada Tabel 4 dan Gambar 1. Hasil analisis deskriptif terhadap distribusi frekuensi dan rentang skor dari 150 responden siswa diperoleh (1) 25 siswa (16,67%) berada pada kategori sangat tinggi, (2) 62 siswa (41,33%) berada pada kategori sangat tinggi, (3) 48 siswa (32%) berada pada kategori rendah dan (4) 15 siswa (10%) berada pada kategori sangat rendah. Dengan melihat hasil presentasi kategori skor, maka dapat dikatakan skor untuk variabel kemandirian belajar termasuk dalam kategori tinggi. Selanjutnya berdasarkan data rentang skor dan frekuensi responden di atas, dapat digambarkan diagram lingkaran (pie chart) sebagai berikut.
1811 Jurnal Pendidikan, Vol. 1, No. 9, Bln September, Thn 2016, Hal 1806—1816
Sangat Rendah Sangat Tinggi 10% 17% Rendah 32%
Tinggi 41%
Gambar 1. Lingkaran (pie chart) variabel kemandirian belajar Keterampilan Sosial (X2) Data keterampilan sosial dikategorikan menjadi 4 kriteria. Penjabaran distribusi frekuensi variabel keterampilan sosial terdapat pada Tabel 5 dan Gambar 2. Hasil analisis deskriptif terhadap distribusi frekuensi dan rentang skor dari 150 responden siswa diperoleh (1) 21 siswa (14%) berada pada kategori sangat tinggi; (2) 71 siswa (47,3%) berada pada kategori tinggi; (3) 37 siswa (24,7%) berada pada kategori rendah; (4) 21 siswa (14%) berada pada kategori sangat rendah. Dengan melihat hasil presentasi kategori skor, maka dapat dikatakan skor untuk variabel social skill termasuk dalam kategori tinggi.
No 1 2 3 4
Kategori Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat Rendah
Tabel 5. Rentang Skor dan Frekuensi Social Skill (X2) Rentang Skor Frekuensi 75,5—82 21 68,6—74,5 71 62,8—67,6 37 53—61,8 21
Jumlah
150
Persentase (%) 14 47,3 24,7 14 100
Berdasarkan data rentang skor dan frekuensi responden di atas, dapat digambarkan diagram lingkaran (pie chart) sebagaimana terlihat pada Gambar 2 di bawah ini.
Sangat Rendah 14% Rendah 25%
Sangat Tinggi 14%
Tinggi 47%
Gambar 2. Lingkaran (pie chart) variabel keterampilan sosial Pencapaian Kompetensi Kejuruan (Y) Data pencapaian kompetensi kejuruan yang dikategorikan dikategorikan menjadi 4 kriteria. Penjabaran distribusi frekuensi variabel pencapaian kompetensi kejuruan terdapat pada Tabel 6 dan Gambar 3. Hasil analisis deskriptif terhadap distribusi frekuensi dan rentang skor dari 150 responden siswa diperoleh (1) 22 siswa (14,6%) berada pada kategori sangat tinggi; (2) 68 siswa (45,3%) berada pada kategori tinggi; (3) 44 siswa (29,3%) berada pada kategori rendah dan (4) 16 siswa (10,6%) berada pada kategori sangat rendah. Dengan melihat hasil presentasi kategori skor, maka dapat dikatakan skor untuk variabel pencapaian kompetensi kejuruan termasuk dalam kategori tinggi.
Palerangi, Tuwoso, Andoko, Kontribusi Kemandirian Belajar…1812
Tabel 6. Rentang Skor dan Pencapaian Kompetensi Kejuruan (Z) No 1 2 3 4
Kategori Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat Rendah Jumlah
Rentang Skor 86,17—88 81,37—85,17 77,5—80,37 70—76,5
Sangat Rendah 10,6%
Rendah 29,3%
Frekuensi 22 68 44 16 150
Persentase (%) 14,6 45,3 29,3 10,6 100
Sangat Tinggi 14,6%
Tinggi 45,3%
Gambar 3. Lingkaran (pie chart) variabel pencapaian kompetensi kejuruan Uji Prasyarat Uji prasyarat analisis yang dilakukan meliputi uji normalitas, uji linieritas, uji heterokedastisitas, dan uji multikolinieritas diuraikan sebagai berikut: Uji Normalitas Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh tersebut berdistribusi normal atau tidak. Tujuan dari uji normalitas adalah untuk apakah hipotesis diuji secara parametrik atau nonparametrik. Pengujian normalitas sampel menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS. Normalitas diketahui dengan melihat nilai signifikasi yaitu apabila nilai signifikasi (Asymp.sig) > 0,05 maka data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa (1) nilai signifikansi variabel kemandirian belajar 0,293; (2) variabel keterampilan sosial 0,242; (3) variabel pencapaian kompetensi kejuruan 0,107, dimana nilai signifikansi masing-masing variabel tersebut lebih dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data hasil penelitian untuk masing-masing variabel tersebut berdistribusi normal. Uji Linieritas Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat bersifat linier. Penelitian ini menggunakan uji linieritas dengan metode Test for Linearity dengan bantuan SPSS, dimana bila nilai probabilitas (Asymp.sig) < 0,05 maka distribusi data adalah linier. Hasil uji linieritas menunjukkan bahwa nilai signifikansi masing-masing hubungan variabel, yaitu kemandirian belajar terhadap pencapaian kompetensi kejuruan sebesar 0,00 dan keterampilan sosial terhadap pencapaian kompetensi kejuruan sebesar 0,00. Hasil uji linieritas kedua hubungan variabel dinyatakan kurang dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data antara dua variabel (variabel bebas dan terikat) memiliki hubungan yang linier. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas untuk mengetahui apakah data masing-masing variabel terjadi heteroskedastisitas atau tidak. Penelitian ini menggunakan uji heteroskedasitisitas dengan metode scatterplot dengan bantuan SPSS, dimana hasilnya dalam bentuk grafik. Prasyarat analisis mengharuskan tidak terjadinya heteroskedastisitas dimana titik-titik pada scatterplot tersebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y atau tidak membentuk pola yang jelas. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Gambar 4, dimana grafik scatterplot tidak membentuk suatu pola tertentu, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
1813 Jurnal Pendidikan, Vol. 1, No. 9, Bln September, Thn 2016, Hal 1806—1816
Gambar 4. Hasil Uji Heterokedastisitas Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, tidak terjadi multikolinieritas. Penelitian ini menggunakan uji multikolinieritas data dengan metode colinearity diagnostics dengan bantuan SPSS, dimana bila nilai Tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10 maka memenuhi syarat bebas multikolinieritas. Hasil uji multikolinieritas menunjukkan bahwa (1) variabel kemandirian belajar memiliki nilai tolerance sebesar 0,790 dan VIF sebesar 1,266 dan (2) variabel keterampilab sosial memiliki nilai tolerance sebesar 0,790 dan VIF sebesar 1,266. Masing-masing variabel menunjukkan bahwa nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10 dapat disimpulkan bahwa data penelitian tidak mempunyai sifat multikolinieritas. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas yang mengakibatkan perubahan pada variabel terikat, baik secara parsial ataupun secara simultan. Pengujiannya menggunakan bantuan program SPSS dengan uji regresi linier sederhana dan uji regresi linier berganda. Hipotesis Pertama Hipotesis pertama adalah terdapat kontribusi yang signifikan antara self regulated learning terhadap pencapaian kompetensi kejuruan siswa SMK paket keahlian teknik permesinan di kota Makassar. Hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi self regulated learning terhadap pencapaian kompetensi kejuruan. Hasil uji regresi linier sederhana untuk hipotesis pertama dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Pertama Model X1
Unstandard Coefficients B Std. Error 0,402 0,046
Standardized Coefficients Beta
t
Sig
R
R Square
Adjust R Square
Std. Error of The Estimate
0,277
8,689
0,000
0,581
0,338
0,333
3.108
Tabel 7 menunjukkan hasil analisis regresi linier sederhana dengan koefisien regresi untuk variabel kemandiran belajar (X1) terhadap pencapaian kompetensi kejuruan (Y) adalah sebesar 0,277 dan bernilai positif. Harga koefisien regresi tersebut menyatakan bahwa pencapain kompetensi kejuruan akan meningkat, apabila self regulated learning ditingkatkan. Semakin tinggi kemandirian belajar (self regulated learning) siswa, maka semakin tinggi pula capaian kompetensi kejuruannya. Nilai probabilitas signifikansi yang dihasilkan adalah 0,000 dan kurang dari 0,05 (p < 0,05) berarti bahwa hipotesis pertama diterima. Kesimpulannya adalah terdapat kontribusi yang signifikan antara self regulated learning terhadap pencapaian kompetensi kejuruan siswa SMK paket keahlian teknik permesinan di kota Makassar. Besarnya konstribusi self regulated learning terhadap pencapaian kompetensi kejuruan adalah dari nilai koefisien Beta2 dikalikan 100%, yaitu 0,277 x 100% = 0,767 atau 7,67%. Kesimpulannya adalah bahwa self regulated learning memberikan konstribusi sebesar 7,67% terhadap pencapaian komptensi kejuruan siswa SMK paket keahlian teknik permesinan di kota Makassar, sedangkan 92,33% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dapat diungkapkan dalam penelitian.
Palerangi, Tuwoso, Andoko, Kontribusi Kemandirian Belajar…1814
Hipotesis Kedua Hipotesis kedua adalah terdapat kontribusi yang signifikan antara social skill terhadap pencapaian kompetensi kejuruan siswa SMK paket keahlian teknik permesinan di kota Makassar. Hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi keterampilan sosial terhadap pencapaian kompetensi kejuruan. Hasil uji regresi linier sederhana untuk hipotesis pertama dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Kedua Model X2
Unstandard Coefficients B Std. Error 0,298 0,047
Standardized Coefficients Beta
t
Sig
R
R Square
Adjust R Square
Std. Error of The Estimate
0,207
6,298
0,000
0,460
0,211
0,206
3,392
Tabel 8 menunjukkan hasil analisis regresi linier sederhana dengan koefisien regresi untuk variabel social skill (X2) terhadap pencapaian kompetensi kejuruan (Y) sebesar 0,207 dan bernilai positif. Harga koefisien regresi tersebut menyatakan bahwa pencapaian kompetensi kejuruan akan meningkat apabila social skill siswa ditingkatkan. Semakin tinggi social skill siswa, maka semakin tinggi pula capaian kompetensi kejuruannya. Nilai probabilitas signifikansi yang dihasilkan adalah 0,000 dan kurang dari 0,05 (p < 0,05) berarti bahwa hipotesis kedua diterima. Kesimpulannya adalah terdapat kontribusi yang signifikan antara keterampilan sosial terhadap pencapaian kompetensi kejuruan siswa SMK paket keahlian teknik permesinan di kota Makassar. Besarnya konstribusi social skill terhadap pencapaian kompetensi kejuruan adalah dari nilai koefisien Beta2 dikalikan 100%, yaitu 0,207 x 100% = 0,428 atau 4,28%. Kesimpulannya adalah bahwa social skill memberikan konstribusi sebesar 4,28% terhadap pencapaian komptensi kejuruan siswa SMK paket keahlian teknik permesinan di kota Makassar, sedangkan 95,72% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dapat diungkapkan dalam penelitian. Hipotesis Ketiga Hipotesis ketiga adalah terdapat kontribusi yang signifikan antara self regulated learning dan social skill terhadap terhadap pencapaian kompetensi kejuruan siswa SMK paket keahlian teknik permesinan di kota Makassar. Hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh self regulated learning dan social skill siswa terhadap kompetensi pencapaian kompetensi kejuruan. Hasil uji regresi linier berganda dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Ketiga Model 1 X1 X2
Unstandard Coefficients B Std. Error 0,159 0,324
0,047 0,050
Standardized Coefficients Beta
t
Sig
R
R Square
Adjust R Square
Std. Error of The Estimate
0,405
0,37
3.005
3,362 6,444
0,000 0,000 0,000
0,621
0,277 0,207
Tabel 9 di atas menunjukkan hasil uji regresi linier berganda antara variabel X1 dan X2 terhadap Y secara simultan. Besarnya koefisien regresi secara simultan adalah sebesar 0,621, yang berarti memiliki pengaruh yang kuat karena mendekati angka 1. Maknanya adalah bahwa kemandirian belajar dan keterampilan sosial siswa memiliki pengaruh yang kuat terhadap pencapaian kompetensi kejuruan. Semakin besar nilai X1 dan X2, maka semakin besar pula nilai Y. Nilai probabilitas signifikansi yang dihasilkan adalah sebesar 0,000 dan kurang dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga diterima. Kesimpulannya adalah terdapat kontribusi yang signifikan antara kemandirian belajar dan keterampilan sosial terhadap terhadap pencapaian kompetensi kejuruan siswa SMK paket keahlian teknik permesinan di kota Makassar. Besarnya konstribusi kemandirian belajar dan keterampilan sosial siswa terhadap pencapaian kompetensi kejuruan adalah dari koefisien determinasi (r2) dikalikan 100%, yaitu 0,405 x 100% = 40,5%. Kesimpulannya adalah bahwa secara simultan kemandirian belajar dan keterampilan sosial siswa memberikan konstribusi sebesar 40,5% terhadap pencapaian kompetensi kejuruan siswa SMK paket keahlian teknik permesinan di kota Makassar, sedangkan 59,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dapat diungkapkan dalam penelitian.
1815 Jurnal Pendidikan, Vol. 1, No. 9, Bln September, Thn 2016, Hal 1806—1816
PEMBAHASAN Pembahasan dalam artikel ini berisi tentang konstribusi variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial maupun secara simultan. Konstribusi Kemandirian Belajar Terhadap Pencapaian Kompetensi Kejuruan (X1 terhadap Y) Hipotesis pertama menyebutkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara kemandirian belajar terhadap pencapaian kompetensi kejuruan siswa SMK paket keahlian teknik permesinan di kota Makassar. Hipotesis pertama tersebut disimpulkan diterima berdasarkan hasil analisis data menggunakan analisis regresi linier sederhana yaitu kontribusi secara langsung untuk hubungan variabel bebas X1 terhadap variabel terikat Y. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kemandirian belajar memiliki kontribusi sebesar 7,67% dalam upaya meningkatkan pencapaian kompetensi kejuruan siswa SMK paket keahlian teknik permesinan di kota Makassar. Temuan lain yang mendukung temuan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (2013:14), yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar pada mata pelajaran elektronika Industri Terapan siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Pengasih, dengan besar nilai pengaruh kemandirian belajar siswa sebesar 6,8 %. Begitu pula Prasetyaningsih (2013:5) menyatakan adanya hubungan positif dan signifikan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar IPS. Dengan demikian, dapat dikatakan jika kemandirian belajar tinggi, maka hasil belajar IPS juga tinggi dan sebaliknya jika kemandirian belajar rendah, maka hasil belajar IPS juga rendah. Sehubungan dengan itu, Prayuda (2014:6) menyatakan bahwa siswa yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi tentunya akan lebih bisa untuk memahami maksud dan isi materi pembelajaran dibandingkan siswa yang memiliki kemandirian belajar yang rendah. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang tentunya dapat memengaruhi hasil belajar siswa, semakin baik pemahaman siswa tentang maksud dan isi pembelajaran, maka semakin baik pula hasil belajar yang diraihnya. Hasil penelitian oleh peneliti lain tersebut mendukung temuan yang ada pada penelitian ini, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar berkontribusi secara signifikan terhadap pencapaian kompetensi kejuruan siswa SMK paket keahlian teknik permesinan di kota Makassar. Konstribusi Keterampilan Sosial Terhadap Pencapaian Kompetensi Kejuruan (X2 terhadap Y) Hipotesis kedua menyebutkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara social skill siswa terhadap pencapaian kompetensi kejuruan siswa SMK paket keahlian teknik permesinan di kota Makassar. Hipotesis kedua tersebut disimpulkan diterima berdasarkan hasil analisis data menggunakan analisis regresi linier sederhana yaitu kontribusi secara langsung untuk hubungan variabel bebas X2 terhadap variabel terikat Y. Temuan penelitian menunjukkan bahwa keterampilan sosial siswa memiliki kontribusi sebesar 4,28% dalam upaya meningkatkan pencapaian kompetensi kejuruan siswa SMK paket keahlian teknik permesinan di kota Makassar. Temuan lain yang mendukung temuan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Rustakahak (2014) yang mengungkapkan terdapat sumbangan efektif antara social skill dengan prestasi belajar sebesar 66,3%, dengan hasil analisis korelasi product moment diperoleh hasil koefisien korelasi sebesar 0,814 dengan p < 0,01 yang menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara keterampilan sosial (social skill) dengan prestasi belajar. Begitu pula dalam penelitian Wijaya (2015), menyatakan bahwa dari mahasiswa angkatan 2010 sampai 2014 dengan 92 responden di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro, terungkap bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara keterampilan sosial (social skill) terhadap prestasi akademik dengan sumbangsih efektif sebesar 47,90%. Hasil penelitian oleh peneliti lain tersebut mendukung temuan yang ada pada penelitian ini, sehingga dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial berkontribusi secara signifikan terhadap pencapaian kompetensi kejuruan siswa SMK paket keahlian teknik permesinan di kota Makassar. Konstribusi Kemandirian Belajar dan Keterampilan Sosial terhadap Pencapaian Kompetensi Kejuruan (X1 dan X2 terhadap Y) Secara simultan hasil analisis menunjukkan bahwa kemandirian belajar dan keterampilan sosial siswa memberikan dampak terhadap pencapaian kompetensi kejuruan. Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan besarnya konstribusi secara simultan adalah sebesar 40,5%, dan sisanya sebesar 59,5% dipengaruhi oleh beberapa faktor lain yang tidak dapat diungkapkan dalam penelitian. Semakin tinggi kemandirian belajar dan keterampilan sosial maka akan semakin baik pula hasil kompetensi keterampilan siswa dalam melakukan instalasi jaringan lokal.
Palerangi, Tuwoso, Andoko, Kontribusi Kemandirian Belajar…1816
1. 2. 3.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan pada uraian bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa: terdapat kontribusi yang signifikan antara kemandirian belajar terhadap pencapaian kompetensi kejuruan siswa SMK paket keahlian teknik permesinan di kota Makassar dengan kontribusi sebesar 7,67%; terdapat kontribusi yang signifikan antara keterampilan sosial terhadap pencapain kompetensi kejuruan siswa SMK paket keahlian teknik permesinan di kota Makassar dengan kontribusi sebesar 4,28%; terdapat kontribusi yang signifikan antara kemandirian belajar dan keterampilan sosial terhadap pencapain kompetensi kejuruan siswa SMK paket keahlian teknik permesinan di kota Makassar dengan kontribusi sebesar 40,5%.
Saran Saran yang dapat diberikan oleh peneliti kepada beberapa pihak yang berkepentingan atas manfaat dari hasil penelitian ini bagi sekolah yaitu dapat menjadi bahan evaluasi sekolah pada aspek proses pembelajaran. Sekolah dapat menyusun program untuk meningkatkan pencapaian kompetensi kejuruan dengan memerhatikan aspek-aspek yang dapat memengaruhi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran kejuruan. Tercapainya kompetensi kejuruan siswa dapat dilakukan dengan menerapkan metode pengajaran yang sifatnya mandiri dan dapat menunjang siswa dalam meningkatkan kemampuan akademiknya. DAFTAR RUJUKAN Agus, K. 2013. Kontribusi Kompetensi Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Teknik Kendaraan Ringan terhadap Kesiapan Siswa Memasuki Dunia Kerja. Jurnal Invotek, Universitas Pendidikan Indonesia, Volume 2 (3):7—15. Anwar. 2012. Kecakapan Hidup (Life Skill). Bandung. Alfabeta. Badan Pusat Statistik. 2015. Berita Resmi Statistik. No. 47/05/Th. XVIII, tanggal 5 Mei. Baiti. A.A. 2014. Pengaruh Pengalaman Praktik, Prestasi Belajar Dasar Kejuruan dan Dukungan Orangtua terhadap Kesiapan Kerja Siswa SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, Volume 4 (2):164—180. Clarke & Winch. C. 2007. Vocational Education International Approach Developmenth and System. New York; Routledge. Creswell, W.J. 2013. Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Goleman, D. 2007. Social Intelegence. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Putrianingrum, W 2009. Survei Tentang Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri Se-Kota Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FIP Universitas Negeri Malang. Partnership for 21st Century Skills. 2007. Framework for 21st century learning. Retrieved Februari 2016 from http://www.p21.org/documents/ProfDev.pdf. Purwanto, T. 2013. Pengaruh Kemampuan Bersosialisasi, Kemandirian Belajar, dan Kemampuan Beradaptasi terhadap Prestasi Belajar pada Mata Pelajaran Elektronika Industri Terapan Siswa Kelas Xi Smk Negeri 2 Pengasih. Skrpisi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Pendidikan Teknik Elektro FT UNY. Prayuda, R. 2014. Pengaruh Kemandirian Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA. Jurnal Skripsi Program Studi Pendidikan Ekonomi. FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak. Prasetyaningsih, A. 2013. Hubungan Kemandirian Belajar dan Interaksi Edukatif dengan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Se-kecamatan Purworejo. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: FKIP PGSD Universitas Negeri Sebelas Maret. Rustakahak. 2014. Hubungan Antara Social Skill dengan Prestasi Belajar Siswa. Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Riduwan. 2007. Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta. Rogahang. 2011. Kematangan Vokasional Siswa SMK Negeri 2 Manado. Jurnal Elektromatika, Volume. 1 (1); 33—43. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Jakarta: Alfabeta Syahril, I. 2012. Model Analisis Pencapaian Kompetensi Kejuruan Berdasarkan Fasilitas Praktik pada Sekolah Menengah Kejuruan dengan Pendekatan Sistem Dinamis: Studi Analisis Fasilitas Praktik pada Kompetensi Keahlian Teknik Permesinan SMK. Jurnal Penelitian Pendidikan LPPM P4TK BMTI Bandung Vol. 13 (2); 1—14. Umar, T & Sulo, L. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Wang, Y. 2012. Education in a Changing World: Flexibility, Skills, and Employability. Washington: The World Bank. Winarno, J. 2008. Emotional Intelegence sebagai Salah Satu Faktor Penunjang Prestasi Kerja. Jurnal Manajemen, Volume 8 (1), 12—19. Wijaya, L. 2015. Pengaruh Perilaku Belajar, Pengenalan Diri, Pengendalian Diri, Motivasi, Empati, Keterampilan Sosial, dan Kepercayaan Diri terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa di Udinus. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro. Wibowo. 2010. Manajemen Kinerja. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Zamroni. 2007. Meningkatkan Mutu Sekolah: Teori, Strategi, dan Prosedur. Jakarta: PSAP Muhammadiyah.