Jurnal EduBio Tropika, Volume 2, Nomor 1, April 2014, hlm. 121-186
Muhiddin Palennari Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Makassar, Sulawesi Selatan
Hamka Lodang Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Makassar, Sulawesi Selatan
Andi Faridah Arsal Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Makassar, Sulawesi Selatan
A. Agusniman H.P.N. Alumni Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Makassar, Sulawesi Selatan Korespondensi:
[email protected]
KONTRIBUSI KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PENGUASAAN MATERI SISTEM SARAF PADA SISWA SMA NEGERI 1 DONRI-DONRI ABSTRAK: Penelitian bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kebiasaan belajar terhadap penguasaan materi sistem saraf siswa. Penelitian ini termasuk penelitian korelasi (Sebabakibat). Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Donri-Donri semester genap tahun ajaran 2012/2013. Sampel penelitian yang digunakan yaitu sampel jenuh menggunakan seluruh siswa kelas XI IPA yang terdiri dari 76 siswa. Kebiasaan belajar yang diukur meliputi 5 indikator, yakni: Kebiasaan belajar biologi secara teratur, kebiasaan mempersiapkan keperluan studi pada malam hari, kebiasaan hadir di kelas sebelum pelajaran biologi dimulai, kebiasaan belajar sampai paham dan tuntas, dan kebiasaan mengunjungi perpustakaan. Data penelitian kebiasaan belajar diperoleh melalui angket tertutup dan data penguasaan materi sistem saraf diperoleh dari tes pilihan ganda yang kemudian diolah dengan analisis regresi linear dan korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ada kontribusi kebiasaan belajar terhadap penguasaan materi sistem saraf siswa kelas XI IPA SMAN 1 Donri-Donri sebesar 54,3%. Nilai sig 0,000 < 0,05 artinya kebiasaan belajar berpengaruh signifikan terhadap penguasaan materi sistem saraf siswa. Nilai korelasi 0,737 berada pada kategori tinggi, artinya kebiasaan belajar memiliki korelasi yang tinggi terhadap penguasaan materi sistem saraf siswa. Kata Kunci: Kebiasaan Belajar dan Penguasaan Materi
CONTRIBUTION OF STUDY HABITS TO THE STUDENT’S MATERIAL MASTERING OF THE NERVOUS SYSTEM IN SENIOR HIGH SCHOOL 1 DONRI-DONRI ABSTRACT: The research aims to find out how much contribution of study habits to student’s material mastery of the nervous system. This research includes correlation study (Cause and effect). The study population was all students of class XI Senior Hig h School 1 Donri Donri semester academic year 2012/2013. The sample used is saturated samples using the all class XI IPA consisting of 76 students. Measured study habits includes 5 indicators, namely: regular biology study habits, study habits in preparation for the night, a habit is present in biology class before the lesson starts, study habits to understood and finished the material, and the habit of visiting the library. Study habits research data obtained through closed questionnaires and Student’s material mastering data obtained through from the nervous system multiple choice test which is then processed by linear regression and correlation analysis. The results showed that there was a contribution to study habits of students' mastery of the nervous system of class XI Science Senior High School 1 Donri Donri of 54.3%. Sig value 0.000 < 0.05 means study habits significantly influence students' material mastering of the nervous system. Correlation value 0,737 at the high category, meaning study habits have a high correlation to the student’s material mastering of the nervous system. Keywords: Study Habits and Material Mastering
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan investasi jangka pan- baik. Perwujudan pendidikan yang baik, diharapjang yang harus dioptimalkan, karena menjadi pe- kan mampu menciptakan karakter-karakter manunentu dalam berjalannya kehidupan yang lebih sia yang mampu berkompeten serta memiliki kua128
Kontribusi Kebiasaan Belajar terhadap Penguasaan Materi Sistem Saraf
litas, baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab sebagai warga masyarakat. Meskipun diakui bahwa pendidikan adalah investasi jangka panjang, namun demikian realita yang ada masih jauh dari harapan. Indonesia masih terkendala dengan permasalahan mendasar pada sektor pendidikan yaitu masalah kualitas pendidikan. Berbagai upaya yang telah ditempuh dan dilaksanakan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satu diantaranya adalah melalui revisi kurikulum secara berkala. Namun hal itu, tampaknya belum mencapai hasil yang optimal. Oleh karena itu, masih banyak hal yang harus dibenahi pada tingkat yang lebih khusus sehingga bisa mengatasi permasalahan yang terjadi pada sektor pendidikan. Pada sistem pendidikan nasional, terdapat sasaran dan tujuan pendidikan yang harus terealisasi. Tujuan pendidikan nasional menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Depdiknas, 2003). Dalam mewujudkan tujuan tersebut diperlukan sistem pembelajaran yang mampu mengoptimalkan semua komponen dalam sistem pendidikan. Menurut Slameto (1995), pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi adanya perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Untuk mendapatkan hasil yang baik diperlukan kebiasaan belajar yang baik pula. Kebiasaan belajar bukan merupakan bawaan sejak lahir, namun lebih dapat dikatakan merupakan hasil dari usaha siswa untuk mencapai hasil belajar yang tinggi (Setiawan, 1995). Witherington (1991), menyatakan bahwa kebiasaan merupakan cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis. Hal senada diungkapkan oleh Gilmer (1978: 264 dalam Wirahadi, 2008), bahwa kebiasaan belajar siswa cenderung menguasai perilakunya pada setiap kali mereka melakukan kegiatan belajar, sebab kebiasaan mengandung motivasi yang kuat. Kedua pernyataan di atas mengisyaratkan bahwa kebiasaan belajar yang efektif akan berdampak positif terhadap penguasaan materi siswa. Demikian sebaliknya, kebiasaan belajar yang tidak efektif akan ber-
129
dampak negatif terhadap pada tingkat penguasaan materi siswa. Slameto (1995), berpendapat dalam pelajaran, siswa menjadi makin baik penguasaannya jika kepada mereka diberikan banyak kesempatan untuk mengulang. Jadi siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang baik cenderung berperilaku disiplin dan bertanggung jawab dalam setiap tindakan belajarnya untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi. Menurut Lazarowitz (1992), bahwa pada pembelajaran materi sistem saraf, siswa seharusnya sudah pada tahap berpikir operasi formal karena materi sistem saraf termasuk materi yang sulit dikuasai. Hal ini disebabkan karena siswa memerlukan konsentrasi dan pemahaman yang baik untuk dapat menguasai materi tersebut. Berdasarkan tingkat kesulitan tersebut, maka pembelajaran materi sistem saraf di SMA seringkali tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Tingkat kesulitan yang tinggi pada materi sistem saraf menuntut siswa untuk memiliki kebiasaan belajar yang baik pula. Terkait dengan kebiasaan belajar, Djamarah (2002), menambahkan bahwa kebiasaan belajar yang baik itu akan membawa dampak atau hasil yang positif bagi para siswa, seperti pembuatan jadwal kegiatan oleh siswa yang dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan sendiri. Adanya jadwal kegiatan tersebut, siswa bisa membagi waktu belajarnya agar dapat mengulang-ulang pelajaran sehingga tidak mudah lupa dan sebagai persiapan untuk memasuki sekolah pada esok harinya. Kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi belajar. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Slameto (1995) bahwa kebiasaan belajar juga akan mempengaruhi belajar itu sendiri atau dengan kata lain kebiasaan belajar yang dapat mempengaruhi keberhasilan studi adalah kebiasaan belajar yang baik, sedangkan yang membuat individu gagal adalah karena melaksanakan kebiasaan belajar yang kurang baik. Menurut Gie (1995), kebiasaan belajar yang baik, akan membantu siswa menguasai pelajarannya, mencapai kemajuan studi dan akhirnya meraih sukses di sekolahnya. Bentuk-bentuk dari kebiasaan belajar yang baik tersebut adalah: melakukan studi secara teratur setiap hari, mempersiapkan semua keperluan studi pada malam hari sebelum keesokan harinya berangkat kesekolah, selalu hadir di kelas sebelum pelajaran dimulai, terbiasa belajar sampai paham dan bahkan tuntas tak terlupakan lagi, dan terbiasa mengunjungi perpustakaan.
130
Palennari, dkk.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah kebiasaan belajar dan kontribusinya terhadap penguasaan materi sistem saraf pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Donri-Donri.
Baik pada rentang nilai 70-84 berjumlah 36 siswa dengan persentase 47,4%. Kategori Cukup pada rentang nilai 50-69 berjumlah 34 siswa dengan persentase 44,7%. Dan kategori Kurang pada rentang nilai ≤ 49 berjumlah 2 siswa dengan persentase 2,6%.
METODE Penelitian ini merupakan penelitian korelasi. Tabel 2. Kategori penguasaan materi sistem saraf sisVariabel dalam penelitian ini adalah kebiasaan bewa kelas XI IPA SMAN 1 Donri-Donri lajar dan penguasaan materi. Populasi penelitian No. Rentang Siswa PersenKategori Nilai tase adalah seluruh kelas XI SMA Negeri 1 Donri1. 85 – 100 4 5,3 Amat Baik Donri. Sampel yang digunakan adalah sampel je2. 70 – 84 36 47,4 Baik nuh, yang berjumlah 76 siswa kelas XI IPA. Instrumen yang digunakan dalam penelitian 3. 50 – 69 34 44,7 Cukup ini terdiri dari angket untuk mengukur kebiasaan 4. < 49 2 2,6 Kurang belajar siswa dan tes pilihan ganda materi sistem Jumlah 76 100 saraf untuk mengukur tingkat penguasaan materi siswa. Analisis data yang digunakan adalah regresi Pada data tersebut dapat dilihat bahwa katelinear dengan progam SPSS 18.0. gori Baik dan kategori cukup mendominasi tingkat penguasaan materi siswa dengan jumlah masingHASIL DAN PEMBAHASAN masing 36 dan 34 siswa. Sedangkan siswa yang Kebiasaan Belajar masuk kategori Amat Baik dan kategori Kurang Kebiasaan belajar biologi siswa berdasarkan berjumlah sedikit yakni masing-masing berjumlah angket (kuesioner) hasil penelitian dapat dilihat 4 dan 2 siswa. pada Tabel 1. Tabel 1. Kategori kebiasaan belajar biologi siswa kelas XI IPA SMAN Negeri 1 Donri-Donri Rentang PersenNo. Siswa Kategori Nilai tase 1. 89 – 100 0 0 Sangat Baik 2. 64 – 88 51 67,1 Baik 3. 39 – 63 25 32,9 Cukup 4. < 38 0 0 Kurang Jumlah
76
Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kebiasaan belajar kategori baik sebesar 67,1% siswa. Kategori cukup sebesar 32,9%. Sedangkan, untuk kategori sangat baik dan kurang tidak ada. Jadi secara keseluruhan kebiasaan belajar siswa hanya mencakup dua kategori yakni kategori baik dan kategori cukup. Penguasaan Materi Kategori tingkat penguasaan materi sistem saraf siswa berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Pada Tabel 2 menunjukkan tentang penguasaan materi sistem saraf siswa yang terdiri dari 76 siswa di kelas XI IPA. Untuk penguasaan materi siswa dengan kategori Amat baik pada rentang nilai 85-100 berjumlah 4 siswa dengan persentase 5,3%. Penguasaan materi siswa dengan kategori
Kontribusi Kebiasaan Belajar terhadap Penguasaan Materi Siswa Uji Deskriptif Hasil Uji deskriptif penguasaan materi dan kebiasaan belajar dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil uji deskriptif kebiasaan belajar dengan penguasaan materi sistem saraf siswa kelas XI IPA SMAN 1 Donri-Donri Penguasaan Kebiasaan Uraian Materi Belajar Mean 67,34 67,26 Median 70 67,5 Minimum 40 48 Maximum 90 85 Std. Deviation 10,2711 8,8394 N
76
76
Tabel 3 menunjukkan bahwa untuk penguasaan materi siswa memiliki mean = 67,34 dengan median yakni 70. Nilai minimum yaitu 40 sedangkan nilai maksimum yaitu 90 dengan standar deviasi = 10,2711. Untuk kebiasaan belajar nilai mean = 67,26 dengan median = 67,5. Nilai minimum = 48 sedangkan nilai maksimum = 85. Standar deviasi 8,8394. Jumlah siswa yang menjadi objek penelitian yakni 76 siswa.
Kontribusi Kebiasaan Belajar terhadap Penguasaan Materi Sistem Saraf
131
Tabel 6. Hasil uji F kebiasaan belajar dengan peUji Korelasi nguasaan materi sistem saraf siswa kelas XI Hasil analisis korelasi antara kebiasaan belaIPA SMAN 1 Donri-Donri jar dengan penguasaan materi sisetm saraf ditunSum of Mean Model Df F Sig. jukkan pada Tabel 4. Squares Square Tabel 4. Hasil uji korelasi kebiasaan belajar dengan penguasaan materi sistem saraf siswa kelas XI IPA SMAN 1 Donri-Donri Uraian Nilai Pearson Correlation
Regression Residual Total
4294.798
1
3617.307
74
7912.105
75
4294.798 87.860 .000a 48.883
.737
Nilai signifikansi pada tabel adalah 0,000 < 0,05, berarti berarti kebiasaan belajar berpengaruh Tabel 4 menunjukkan bahwa korelasi antara terhadap penguasaan materi saraf. kebiasaan belajar dengan penguasaan materi sistem saraf berada pada angka +0,737. Angka terse- Uji Regresi dan Konstanta Hasil uji regresinya kebiasaan belajar dengan but bernilai positif maka arah korelasinya positif, artinya semakin tinggi kebiasaan belajar siswa ma- penguasaan materi sistem saraf ditunjukkan pada ka penguasaan materi sistem saraf akan cenderung Tabel 7. juga meningkat. Nilai pearson correlation 0,737 berada pada rentang 0,60 ≤ p < 0,80 jadi korelasi Tabel 7. Uji regresi dan konstanta kebiasaan belajar dengan penguasaan materi sistem saraf siswa kebiasaan belajar dengan penguasaan materi siskelas XI IPA SMAN 1 Donri-Donri tem saraf siswa termasuk dalam kategori korelasi StandarUnstandartinggi. Pada Tabel menunjukkan nilai Sig. (1 Taildized dized ed) 0,000 < 0,05 berarti ada hubungan korelasi anCoeffici Coefficient Model T Sig. tara kebiasaan belajar dengan penguasaa materi ents Std. siswa. β Beta Error Derajat hubungan antarvariabel ini dapat di1. (Constant) 9.760 6.195 1.575 .119 lihat pada Tabel 5. Sig. (1-Tailed)
.000
Tabel 5. Hasil uji determinasi kebiasaan belajar dengan penguasaan materi sistem saraf siswa kelas XI IPA SMAN 1 Donri-Donri Model
R
R Square
1.
.737a
.543
Adjusted R Std. Error of Square the Estimate .537
6.9916
Pada Tabel 5 angka R sebesar 0,737a menunjukkan bahwa korelasi antara kebiasaan belajar dengan penguasaan adalah kuat (karena besarnya lebih dari 0,5 atau mendekati 1). Angka R square atau koefisien determinasi adalah 0,543 Angka ini berarti bahwa 0,543 atau 54,3% sumbangan kebiasaan belajar terhadap pengusaaan materi sistem saraf. Dengan demikian, sebanyak 45.7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam penelitian ini. Uji F
Kebiasaan Belajar
.856
.091
.737
9.373 .000
Koefisien B menunjukkan koefisien regresi yaitu 0,856 (nilai yang menunjukkan peningkatan atau penurunan variabel Y yang didasarkan pada variabel X). Nilai koefisien Beta semakin mendekati 0 maka hubungan variabel X dengan Y semakin lemah. Pada tabel menunjukkan angka 0,737 berarti lebih dari 0,5 dan mendekati 1, jadi hubungan antara variabel X dengan Y adalah kuat. Jika nilai probabilitas < 0,05 maka menunjukkan ada hubungan antara variabel. Pada Tabel 4.7 menunjukkan probabilitas 0,000 < 0,05, jadi ada hubungan antara kebiaaan belajar dengan penguasaan materi sistem saraf siswa. Persamaan regresi linear: Y= a + bX jadi persamaan regresi linearnya adalah: Y= 9,760 + 0,856X
Hasil uji anova pengaruh kebiasaan belajar Keterangan: terhadap penguasan materi sistem saraf ditunjuk- 1. Nilai konstanta (a) adalah 9,760. Hal ini dapat kan pada Tabel 6. diartikan jika koefisien kebiasaan belajar bernilai 0, maka penguasaan materi bernilai + 760.
132
Palennari, dkk.
2. Nilai koefisien regresi variabel kebiasaan belajar (b) bernilai + yaitu 0,856. Hal ini dapat diartikan setiap peningkatan kebiasaan belajar 1 poin, maka penguasaan materi juga akan meningkat sebesar 0,856 poin. Berdasarkan hasil penelitian pada 76 siswa kelas XI IPA, kebiasaan belajar siswa yang berada pada kategori baik sebanyak 53 (69,74%) dan 23 (30,26%) siswa berada berada pada kategori cukup. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebiasaan belajar siswa tergolong baik karena tidak ada yang berada pada kategori kurang. Kebiasaan belajar siswa hanya tersebar pada rentang 31-70 yang berada pada kategori cukup atau baik. Walaupun demikian tidak ada siswa yang berada pada kategori sangat baik. Berdasarkan angket kebiasaan belajar siswa terlihat bahwa untuk indikator (1) kebiasaan belajar biologi secara teratur sebesar 60,53%. Indikator (2) kebiasaan mempersiapkan keperluan studi pada malam hari sebesar 73,36%. Indikator (3) kebiasaan hadir di kelas sebelum pelajaran biologi dimulai sebesar 70,89%. Indikator (4) kebiasaan belajar sampai paham dan tuntas sebesar 64,31%. Indikator (5) kebiasaan mengunjungi perpustakaan sebesar 67,24%. Adanya perbedaan kategori kebiasaan belajar siswa disebabkan karena setiap siswa memiliki cara pandang tersendiri dan motivasi yang berbeda-berbeda. Penguasaan materi sistem saraf, sebanyak 36 (47%) siswa berkategori baik, 34 (44,74%) siswa berkategori cukup, sedangkan 5,26% dan 2,63% siswa berkategori amat baik dan kurang. Hal tersebut menunjukkan siswa secara dominan memiliki penguasaan materi sistem saraf yang baik. Berdasarkan analisis korelasi kebiasaan belajar dengan penguasaan materi sistem saraf diperoleh nilai Pearson correlation sebesar 0,737 atau 73,7%, dan angka ini menunjukkan korelasi tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kebiasaan belajar siswa maka penguasaan materinya akan cenderung meningkat. Hal tersebut sejalan dengan Bakare (1977), kebiasaan belajar memiliki korelasi yang kuat dengan penguasaan materi siswa. Hal ini ini menunjukkan bahwa ketika siswa melakukan kebiasaan belajar yang baik maka akan berkontribusi positif pada penguasaan materinya. Selain itu, diperoleh sumbangan kebiasaan belajar terhadap penguasaan materi sistem saraf sebanyak 54,3%. Sisanya merupakan faktor-faktor lain yang ikut berpengaruh terhadap penguasaan materi sistem saraf. Jadi bukan hanya kebiasaan belajar yang mempengaruhi penguasaan materi na-
mun ada pula faktor lain yang ikut berpengaruh. Seperti yang dijelaskan Bakare (1977), ada beberapa faktor yang mempengaruhi orientasi studi ekspresif selain kebiasaan dan sikap belajar siswa. Hasil analisis data juga menunjukkan bahwa nilai sig.(1-tailed) adalah 0,000.< 0,05 berarti ada hubungan korelasi antara kebiasaan belajar dengan penguasaan materi sistem saraf. Sebagaimana menurut Dimyati (2010), kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pencapaian siswa melalui penguasaan materi yang baik dan berujung pada prestasi belajar yang tinggi. Temuan tersebut juga sejalan dengan Hamid (2003), semakin baik kebiasaan belajar yang dilakukan, maka akan semakin baik pula tingkat penguasaan materi yang berdampak pada prestasi belajar yang diperoleh. Hasil analisis diperoleh tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa kebiasaan belajar berpengaruh signifikan terhadap penguasaan materi siswa. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Akpene (2011 bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kebiasaan belajar siswa dengan pencapaian akademik dalam hal ini penguasaan materi. Demikian pula hasil penelitian Sulastri (2012) yang menujukkan bahwa ada pengaruh posistif dan signifikan antara kebiasaan belajar siswa dengan penguasaan materi. Siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang baik cenderung dapat hidup dengan penuh disiplin dan bertanggung jawab dalam setiap tindakan belajarnya untuk dapat menguasai materi pelajaran dengan baik yang berujung dengan prestasi belajar yang tinggi. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Henry Clay Lindgren sebagaimana dikutip oleh Gie (1995), faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan studi adalah kebiasaan. Kecerdasan saja tidak cukup untuk menjadikan sukses dalam studi apabila tidak diikuti oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam belajar. Jadi dengan melakukan kebiasaan belajar yang baik, maka akan menghasilkan penguasaan materi yang baik pula. Untuk menentukan kebiasaan belajar siswa, Wrenn (1991), melakukan penelitian dan menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan dan positif antara kebiasaan belajar dan prestasi akademik. Hal tersebut senada dengan pendapat Gie (1995) yang menyatakan bahwa dengan melaksanakan kebiasaan-kebiasaan belajar yang baik maka siswa akan lebih cepat dalam menguasai apa yang dipelajarinya untuk mencapai kemajuan studi dan sukses di sekolahnya.
Kontribusi Kebiasaan Belajar terhadap Penguasaan Materi Sistem Saraf
Pada setiap lingkungan sekolah, prestasi akademik adalah apa yang setiap siswa telah usahakan untuk dicapai, dan pencapaian kinerja yang baik hanya dapat ditingkatkan melalui kebiasaan belajar yang baik. Beberapa penelitian (Akinboye, 1980; Adetola 1988; dan Pinda, 2000), telah menyatakan bahwa "prestasi akademik dalam hal ini bagaimana siswa dapat menguasai materi dengan baik sangat dipengaruhi oleh kebiasaan belajarnya. Secara khusus Bakare (1977), menekankan bahwa kebiasaan belajar siswa tidak dapat diabaikan karena keberhasilan dalam usaha akademis sangat tergantung pada kebiasaan belajar mereka baik dalam pencarian pengetahuan maupun dalam pencarian fakta-fakta. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Rubingat (2012) yang menemukan bahwa ada perbedaan penguasaan materi antara siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang baik dengan siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang buruk. Selain itu, survei yang dilakukan oleh Brown dan Holtzman (1994) menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kebiasaan belajar dan penguasaan materi siswa. Jadi dapat dikatakan bahwa kebiasaan belajar memiliki korelasi yang tinggi serta pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan materi sistem saraf siswa. Dimana semakin tinggi kebiasaan belajar maka semakin tinggi pula penguasaan materi bagi siswa. DAFTAR RUJUKAN Adetola, L.O. 1988. Teaching to Improve Problem Solving Abilities. African Mathematics. 2 (1), 139-154. Akinboye, J. O. 1980. How to study and pass important examinations: A psychological approach. Ibadan: Maritime Printers. Akpene, F.A. 2011. Influence of Study Habits on Academic Performance of Junior High School Students in the Gomoa West District. University of Education, Winneba. Bakare, C.G.M. 1977. Study habits inventory (SHI). Ibadan: Education Research Production Psychology. Brown, A.L., & Holtzman, J. D. 1994. Macro rules for summarizing texts: The development of expertise. Verbal Learning, 22, 1-14. Depdiknas, 2003. UU No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS. Jakarta. Dimyati. 2010. Belajar dan Pembelajran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, S.B. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Gie, L. 1995. Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta: Pusat Kemajuan Study.
133
SIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: a) Kebiasaan belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Donri-Donri berada pada kategori baik dengan persentase 67,1%. kategori cukup persentase 32,9%. Dengan rincian bahwa untuk indikator pertama kebiasaan belajar biologi secara teratur sebesar 60,53%. Indikator kedua kebiasaan mempersiapkan keperluan studi pada malam hari sebesar 73,36%. Indikator ketiga kebiasaan hadir dikelas sebelum pelajaran biologi dimulai sebesar 70,89%. Indikator keempat kebiasaan belajar sampai paham dan tuntas sebesar 64,31%. Indikator kelima kebiasaan mengunjungi perpustakaan sebesar 67,24%. b) Ada kontribusi kebiasaan belajar terhadap penguasaan materi sistem saraf siswa kelas XI IPA SMAN 1 Donri-Donri sebesar 54,3%. Korelasi kebiasaan belajar tehadap penguasaan materi sistem saraf siswa dengan nilai 73,7% termasuk dalam kategori tinggi.
Hamid, A. 2003. Pengaruh Kebiasaan Belajar terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika FKIP Unsyiah. Banda Aceh: Unsyiah Press. Lazarowitz, R.P.S. 1992. High School Student’s Difficulties in Learning Biology Concepts. J.Biol. Educ. 26(3): 215-224. Pinda, J. 2000. A comparative study of the effecttiveness of client-centered and rational emotive group counseling models on the study habits of low achieving NCE students. Unpublished Ph.D thesis, University of Maiduguri. Rubingat. 2012. Pengaruh Motivasi Belajar dan Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Studi di SDN 1 Tamanan Kecamatan Tulungagung, Kabupaten Tulungagung. Program Pasca Sarjana Universitas Kanjuruhan Malang. Setiawan, J.L. 2005. Kebiasaan Belajar Yang Buruk. Anima. Vol. X No. 39. April-Juni. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara. Sulastri, Susi Sri. 2012. Pengaruh Konsep Diri dan Kebiasaan Belajar Terhadap Hasil Be-
134
Palennari, dkk.
lajar Akuntansi Siswa Kelas Xi IPS Madra- Witherington, B. 1991. Psikologi Pendidikan. Jasah Aliyah Negeri Yogyakarta Ii Tahun Ajakarta. Rineka Cipta. ran 2011/2012. Universitas Negeri Yogya- Wrenn, J. M., & Humber, L. 1991. Information karta. empowerment: power to the people through Wirahadi. 2008. Psikologi Pengajaran. Jakarta: automation. Grasindo.