PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA NEGERI 1 PURWOSARI PADA MATERI ANIMALIA Eka Budiarti Nengseh1, Masjhudi2, Triastono Imam Prasetyo3 Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang 65145 1 Email:
[email protected] 2 Email:
[email protected] 3 Email:
[email protected]
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif model Group Investigation terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Purwosari. Model Group Investigation dipilih karena sesuai dengan pembelajaran Kurikulum 2013. Selain berpusat pada siswa, model pembelajaran Group Investigation mampu meningkatkan pengetahuan, sikap sosial serta keterampilan siswa. Metode yang dilakukan adalah melakukan pretes dan postes untuk hasil belajar kognitif, dan observasi untuk hasil belajar afektif dan psikomotor. Hasil yang diperoleh menunjukkan, model pembelajaran Group Investigation berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Peningkatan nilai kognitif kelas eksperimen sebesar 34, sedangkan kelas kontrol sebesar 29. Nilai afektif yang diperoleh kelas eksperimen 87 dan kelas kontrol 85. Nilai psikomotor yang diperoleh kelas eksperimen 84 dan kelas kontrol 80. Kata Kunci: Pembelajaran kooperatif, Group Investigation, hasil belajar.
ABSTRACT: This study aims to find out the effects of Group Investigation learning model toward student’s learning outcomes in State Senior High School 1 Purwosari. Group Investigation model choosed because it suitable for Curriculum 2013 learning. Beside student center, Group Investigation learning model can increase knowledge, social attitude, and student’s skills. The method used was doing pretes and postes for cognitive learning outcome, and onservation for affective and psychomotor learning outcome. The results showed that Group Investigation learning model take effect in student’s cognitive, affective, and psychomotor learning outcome. Increasing of experiment class’s cognitive score was 34, while control class was 29. Affective score that gained by experiment class was 87 and control class was 85. Psychomotor score that gained by experiment class was 84 and control class was 80. Keywords: Cooperative learning, Group Investigation, learning outcomes.
Pendidikan merupakan usaha sadar seseorang untuk mengubah tingkah laku dan sikap dalam upaya untuk mendewasakan dan mengembangkan potensi diri melalui pengajaran, bimbingan, dan pelatihan. Indonesia sudah menerapkan berbagai macam kurikulum sebagai usaha untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia sehingga dihasilkan sumber daya manusia yang mampu bersaing di era global saat ini. Kurikulum terbaru yang diterapkan dalam dunia pendidikan Indonesia saat ini adalah Kurikulum 2013 yang berpusat pada siswa. Berbagai macam jenis kurikulum yang telah diterapkan di Indonesia ternyata belum mampu untuk membawa perubahan yang signifikan terhadap sumber daya manusia yang
1
2
ada di Indonesia. Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 127 negara di dunia dalam bidang pendidikan. Peringkat ini ditentukan berdasarkan nilai Indeks Pembangunan Pendidikan atau Education Development Index (EDI) yang dikeluarkan oleh UNESCO (Admindisdikpor, 2014). Kurikulum 2013 sudah banyak diterapkan di berbagai SMA Negeri di seluruh Indonesia. Salah satu SMA Negeri di Kabupaten Pasuruan yang telah menerapkan Kurikulum 2013 adalah SMA Negeri 1 Purwosari. Penerapan Kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Purwosari ternyata belum seluruhnya mengikuti persyaratan dari Kurikulum 2013 tersebut. Kurikulum 2013 menekankan pada proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center). Namun, dalam pelaksanaan pembelajaran oleh guru di SMA Negeri 1 Purwosari, guru masih belum dapat sepenuhnya menerapkan pembelajaran student center, kebanyakan guru masih menerapkan pembelajaran teacher center dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pembelajaran Kurikulum 2013 menuntut pembelajaran yang berpusat pada siswa. Kurikulum 2013 juga menuntut penilaian terhadap hasil belajar siswa yang meliputi 3 ranah pembelajaran, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Salah satu pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran Group Investigation. Model pembelajaran Group Investigation menekankan kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Selain itu, model pembelajaran Group Investigation mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Group Investigation merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang memiliki 6 sintaks dalam kegiatan pembelajarannya. keenam sintaks tersebut adalah menentukan topik pembelajaran, merencanakan kegiatan investigasi, melakukan kegiatan investigasi, menyiapkan laporan akhir, mempresentasikan laporan akhir, dan evaluasi. Model pembelajaran Group Investigation tidak hanya mampu meningkatkan hasil belajar kognitif saja, namun juga mampu meningkatkan hasil belajar afektif dan psikomotor siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Pitoyo, dkk. (2014) menunjukkan hasil bahwa siswa yang belajar dengan model pembelajaran Group Investigation memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Adora (2014) menunjukkan hasil bahwa model Group Investigation dapat membangun sikap kepemimpinan dan keterampilan sosial siswa, serta melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dapat membangun kebiasaan bekerja sama. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu atau quasy experiment karena semua variabel luar yang mempengaruhi hasil penelitian ini tidak dapat dikontrol dengan ketat. Sejalan dengan Leedy & Jeanne (2005:227) yang menyatakan bahwa penelitian quasy experiment tidak mengontrol semua variabel yang ada. Penelitian eksperimen ini menggunakan rancangan randomized control group pretes-postes design dengan variabel bebas model pembelajaran Group Investigation dan variabel terikatnya hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Purwosari dengan kelas X MIA 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIA 7 sebagai kelas kontrol.
3
Data penelitian dikumpulkan dengan melakukan pretes dan postes untuk hasil belajar kognitif, serta melakukan observasi menggunakan lembar observasi untuk hasil belajar afektif dan psikomotor. Pelaksanaan penelitian terdiri dari kegiatan persiapan dan pelaksanaan. Kegiatan persiapan meliputi kegiatan menyiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), serta LKS dan instrumen penilaian yang meliputi soal pretes dan postes, serta lembar observasi sikap afektif dan psikomotor siswa dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Tahap pelaksanaan meliputi melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran biologi kelas X, melakukan validasi terhadap perangkat pembelajaran dan instrumen penilaian, melakukan pretes terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol, menerapkan model pembelajaran Group Investigation pada kelas eksperimen, dan melakukan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis data dilakukan dengan melakukan uji statistika terhadap data hasil belajar siswa dengan bantuan software aplikasi SPSS 20 for Windows. Data hasil belajar kognitif diuji menggunakan uji anakova, sedangkan data hasil belajar afektif dan psikomotor diuji menggunakan uji-T. Sebelum dilakukan uji anakova dan uji-T, dilakukan terlebih dahulu uji normalitas dan uji homogenitas terhadap data hasil belajar siswa. Analisis data keterlaksanaan pembelajaran dilakukan dengan teknik analisis presentase dengan rumus sebagai berikut. Nilai % = HASIL A. Data Hasil Penelitian 1) Keterlaksanaan Proses Pembelajaran Pembelajaran kooperatif model Group Investigation yang terdiri dari 6 sintaks, yaitu mengidentifikasi topik dan memilih kelompok belajar, merencanakan tugas yang akan dipelajari dari topik yang telah ditentukan, melaksanakan investigasi, menyiapkan laporan akhir, mempresentasikan laporan akhir, dan terakhir evaluasi. Data keterlaksanaan model pembelajaran Group Investigation dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Keterlaksaan Pembelajaran oleh Guru Kelas Eksperimen
Kontrol
Pertemuan Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5 Ke-6 Ke-7 Ke-8 Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5 Ke-6
Keterlaksanaan Pembelajaran (%) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
4
Ke-7 Ke-8
100 100
2) Data Hasil Belajar a. Data Hasil Belajar Kognitif Data hasil belajar kognitif diperoleh dari tes pengetahuan awal siswa (pretes) yang diberikan sebelum pembelajaran. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, siswa diberikan soal tes pengetahuan akhir (postes). Data hasil belajar kognitif siswa dapat dilihat pada Tabel 2 untuk nilai pretes dan Tabel 3 untuk nilai postes. Diagram kenaikan nilai kognitif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 1. Tabel 2 Ringkasan Rerata Nilai Kognitif Awal (Pretes) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas Rata-rata Jumlah Siswa Eksperimen 48 36 Kontrol 48 36 Tabel 3 Ringkasan Rerata Nilai Kognitif Akhir (Postes) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas Rata-rata Jumlah Siswa Eksperimen 82 36 Kontrol 77 36
N i l a i
S i s w a
35 34 33 32 31 30 29 28 27 26
34
Eksperimen 29
Eksperimen
Kontrol
Kontrol
Gambar 1 Diagram Kenaikan Nilai Kognitif Siswa berdasarkan Nilai Pretes dan Postes
b. Data Hasil Belajar Afektif Data hasil belajar afektif siswa dapat dilihat pada Tabel 4 dan histogram data hasil belajar afektif dapat dilihat pada Gambar 2. Tabel 4 Ringkasan Rerata Nilai Afektif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas Rata-rata Jumlah Siswa Eksperimen 87 36 Kontrol 85 36
5
87.5
87
87 N i l a i
S 86.5 i 86 s 85.5 w a 85
Eksperimen 85
Kontrol
84.5 84 Eksperimen
Kontrol
Gambar 2 Diagram Rerata Nilai Afektif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
c. Data Hasil Belajar Psikomotor Data hasil belajar psikomotor siswa dapat dilihat pada Tabel 5 dan histogram data hasil belajar psikomotor siswa dapat dilihat pada Gambar 3. Tabel 5 Ringkasan Rerata Nilai Psikomotor Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas Rata-rata Jumlah Siswa Eksperimen 84 36 Kontrol 80 36 85
84
84 N i l a i
S i s w a
83 82
Eksperimen
81
80
Kontrol
80 79 78 Eksperimen
Kontrol
Gambar 3 Diagram Rerata Nilai Psikomotor Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
B. Analisis Data Hasil Penelitian 1) Uji Normalitas Data Hasil uji normalitas data hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Siswa KolmogorovData N smirnov Kognitif 36 1,102 Afektif 36 1,338 Psikomotor 36 1,281
Asymp.Sig (2tailed) 0,176 0,056 0,075
Keterangan Normal Normal Normal
6
2) Uji Homogenitas Data Hasil uji homogenitas data hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa menggunakan Levene’s Test dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Siswa Data df1 df2 Kognitif 1 70 Afektif 1 70 Psikomotor 1 70
Sig. 0,126 0,531 0,061
Keterangan Homogen Homogen Homogen
3) Uji Hipotesis a. Uji Anakova Hasil Belajar Koginitif Data hasil belajar kognitif siswa dianalisis menggunakan uji anakova. Hasil uji anakova data hasil belajar kognitif siswa bisa dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Hasil Uji Anakova Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Model GI terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Type III Sum of Source df Mean Square F Sig. Squares a Corrected Model 639.982 2 319.991 16.491 .000 Intercept 8964.858 1 8964.858 462.005 .000 Pretes 214.635 1 214.635 11.061 .001 Kelas 494.062 1 494.062 25.462 .000 Error 1338.893 69 19.404 Total 458469.000 72 Corrected Total 1978.875 71
b. Uji-T Hasil Belajar Afektif Data hasil belajar afektif siswa dianalisis menggunakan uji-T. Hasil uji-T data hasil belajar afektif siswa bisa dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Hasil Uji-T Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model GI terhadap Hasil Belajar Afektif Siswa Levene's Test for Equality of Variances
Nila i_Si kap
Equal varian ces assum ed Equal varian ces not assum ed
F
Sig.
.756
.388
t-test for Equality of Means
t
df
Sig. (2tailed)
Mean Differe nce
Std. Error Differe nce
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
-2.70
70
.009
-2.118
.7833
-3.6803
-.5558
-2.70
61.47
.009
-2.118
.7833
-3.6841
-.5519
c. Uji-T Hasil Belajar Psikomotor Data hasil belajar psikomotor siswa dianalisis menggunakan uji-T. Hasil uji-T data hasil belajar psikomotor siswa bisa dilihat pada Tabel 10.
7
Tabel 10 Hasil Uji-T Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model GI terhadap Hasil Belajar Psikomotor Siswa Levene's Test for Equality of Variances
Ni lai _K etr am pil an
Equal variance s assumed Equal variance s not assumed
F
Sig.
101.7
.000
t-test for Equality of Means
t
df
Sig. (2tailed)
Mean Differe nce
Std. Error Differe nce
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
-5.43
70
.000
-3.826
.7043
-5.2312
-2.421
-5.43
49.3
.000
-3.826
.7043
-5.2416
-2.411
PEMBAHASAN A. Keterlaksanaan Proses Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation (GI) Keterlaksanaan proses pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berjalan sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik apabila ada keterlibatan dari semua pihak yaitu guru dan siswa. Proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik juga apabila komunikasi antara guru dan siswa dapat berjalan dengan baik. Mulyasa (2013) menyatakan bahwa guru harus memiliki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua respon siswa. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, guru harus bisa menjaga komunikasi dengan siswanya, sehingga siswa tidak merasa diabaikan. Proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik apabila guru memiliki kreativitas yang tinggi. Seorang guru yang memiliki daya kreativitas yang tinggi akan memiliki banyak cara untuk membuat pembelajaran di kelas terasa menyenangkan, sehingga siswa tidak bosan mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru yang kreatif akan mampu mengatur setiap kegiatan pembelajaran dengan baik. Krea-tivitas guru dapat menentukan keberhasilan penerapan Kurikulum 2013 dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mulyasa (2013) yang menyatakan bahwa keberhasilan Kurikulum 2013 ditentukan oleh kreativitas guru. Jadi, tingginya daya kreativitas seorang guru dapat menentukan keberhasilan suatu pembelajaran di dalam kelas. B. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation (GI) terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Tahapan pertama dalam model pembelajaran GI adalah menentukan topik permasalahan yang akan dipelajari. Pada tahapan ini, siswa harus sudah mengetahui tentang materi yang akan dipelajari sehingga mampu menentukan topik apa yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Siswa harus membaca dan mempelajari terlebih dahulu materi yang akan dipelajari supaya mereka mengerti dan memahami materi apa yang dipelajari. Karafkan (2015) menyatakan bahwa kegiatan membaca merupakan salah satu cara untuk memahami sebuah
8
materi. Siswa yang rajin membaca materi pelajaran akan lebih cepat untuk mengerti dan memahami materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Tahapan kedua dari model pembelajaran GI adalah merencanakan tugas yang akan dilakukan sesuai dengan topik yang telah ditentukan. Tahapan kedua ini siswa harus mengerti dan memahami materi yang dipelajari supaya bisa merumuskan apa yang perlu dilakukan supaya hasil yang didapatkan sesuai dengan yang diharapkan. Siswa harus belajar materi yang relevan dengan materi yang sedang dipelajari supaya tidak terjadi kebingungan terhadap materi pelajaran yang diterima (Hosseini, 2014). Membaca materi yang relevan dengan materi yang dipelajari akan menambah wawasan bagi siswa serta dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi yang dipelajari. Tahapan ketiga dalam model pembelajaran GI adalah melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana investigasi yang telah dibuat. Tahapan investigasi kelompok memfasilitasi tiga tingkatan kognitif, mulai C1 (mengingat), C2 (memahami), dan C3 (mengaplikasikan). Pada tahap investigasi kelompok, setiap kelompok dituntut untuk melakukan investigasi dan mengumpulkan data informasi sebanyak mungkin mengenai topik yang dibahas. Selain melakukan pengamatan, identifikasi, pengelompokan, dan penentuan nama filum dari hewan yang diamati, siswa juga bisa mencari informasi dari sumber yang lain. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan membaca buku teks yang dimiliki. Membaca buku teks akan membuat siswa membuat ringkasan dari buku yang dibacanya. Dunlosky, dkk. (2013) menyatakan bahwa kegiatan merangkum yang dilakukan oleh siswa bisa meningkatkan kemampuan kognitif mereka. Jadi, dengan melakukan kegiatan merangkum dari buku yang mereka baca, kemampuan kognitif siswa bisa meningkat. Pada tahap melakukan investigasi, seluruh siswa secara langsung terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Pada tahapan ini, kemampuan siswa untuk mengingat, memahami, dan mengaplikasikan diasah lebih kuat. Peran aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran secara langsung dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa, karena mereka melakukan kegiatan pembelajaran secara langsung sehingga mereka mendapatkan pengalaman belajar sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Simsek (2012), yang menyatakan bahwa siswa belajar lebih banyak apabila melakukan suatu kegiatan secara aktif daripada hanya melihat dan mendengarkan. Sehingga kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif membuat siswa belajar lebih banyak dan mendapatkan pengetahuan lebih banyak juga. Tahapan keempat dalam model pembelajaran GI adalah menyiapkan laporan akhir. Pada tahapan menyiapkan laporan akhir, seluruh anggota kelompok harus bekerja sama untuk menentukan data apa saja yang akan dicantumkan dalam laporan akhir yang berupa poster. Penentuan data yang akan dicantumkan harus didasari oleh pemahaman terhadap materi yang dipelajari sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pembuatan poster yang dibuat. Data yang dicantumkan dalam poster merupakan data hasil investigasi yang telah dilakukan oleh kelompok terhadap hewan yang diamati. Tahap kelima dalam model pembelajaran GI adalah menyampaikan laporan akhir yang telah dibuat. Laporan akhir dalam bentuk poster yang telah dibuat dipresentasikan di depan kelas oleh perwakilan kelompok secara bergantian. Penyampaian laporan akhir ini memerlukan pemahaman materi yang
9
baik supaya mampu menyampaikan laporan akhir dengan tegas dan lugas serta percaya diri di depan kelas. Selain pemahaman materi, penguasaan materi harus dimiliki siswa ketika menyampaikan laporan akhir yang dibuat. Pemahaman dan penguasaan materi yang baik akan menambah kepercayaan diri siswa ketika mempresentasikan di depan kelas. Seperti yang disampaikan oleh Sina (2013) bahwa kemampuan kognitif dan afektif mempengaruhi kepercayaan diri seorang siswa. Tahap terakhir dari model pembelajaran GI adalah evaluasi. Pada tahap evaluasi, siswa diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan terhadap penampilan temannya yang telah mempresentasikan poster yang dibuat di depan kelas. Semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk menanggapi penampilan temannya. Menanggapi suatu penampilan seseorang membutuhkan pemahaman yang baik terhadap materi yang dipelajari. Pemahaman materi yang baik akan membuat siswa mampu memberikan tanggapan dan masukan yang sesuai dengan materi yang dipelajari. Model pembelajaran GI memberikan pengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa. Siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model GI lebih mampu menyerap informasi lebih banyak karena siswa mendapatkan lebih banyak kesempatan belajar secara mandiri dengan kelompoknya. Siswa bekerja sama untuk mencari informasi yang dibutuhkan sesuai dengan topik yang dibahas. Siswa menjadi seorang pembelajar aktif yang membuat ingatan memori yang didapatkan bisa bertahan lebih lama. Hal tersebut sesuai dengan yang diutarakan oleh Akcay & Doymus (2012), bahwa kegiatan belajar yang mengikutsertakan siswa sebagai pembelajar aktif membuat siswa memiliki memori belajar yang lebih lama. C. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation (GI) terhadap Hasil Belajar Afektif Siswa Pembagian kelompok secara heterogen sangat membantu terbentuknya interaksi di antara siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Masingmasing anggota kelompok mengkonstruk materi yang diajarkan dan berdiskusi dengan anggota kelompok yang lain untuk mengecek pemahaman dan menyamakan persepsi dalam kelompok. Interaksi ini mampu membangun terjadinya kerja sama dan saling mendukung unutk meningkatkan hasil belajar setiap anggota kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijono (2012) yang menyebutkan bahwa interaksi adalah saling mempengaruhi satu individu dengan yang lain. Pernyataan tersebut juga sejalan dengan pernyataan Lie (2008) bahwa kelompok yang heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer touring) dan saling mendukung. Jadi siswa yang lebih pandai bisa mengajari temannya yang kurang pandai, dan sebaliknya siswa yang kurang pandai bisa bertanya kepada siswa yang lebih pandai apabila ada yang belum dimengerti. Pada tahap melaksanakan investigasi, setiap kelompok dituntut untuk bisa bekerja sama dalam mengumpulkan data informasi. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk kegiatan indentifikasi, diskusi, dan mengerjakan tugas secara bersama. Semua kegiatan tersebut membutuhkan kerja sama dan dukungan dari setiap anggota kelompok agar dapat berjalan dengan baik. Keberhasilan suatu kerja kelompok tergantung dari kinerja setiap anggota kelompoknya. Seperti yang
10
diungkapkan oleh Lie (2008) yang menyatakan bahwa salah satu unsur model pembelajaran kooperatif adalah ketergantungan positif. Suatu kelompok akan bisa bekerja sama dengan baik apabila di antara setiap anggota kelompoknya ada rasa saling sopan dan menghargai, serta keaktifan dari setiap anggota kelompok. Salah satu hasil positif dari pembelajaran kooperatif adalah membuat siswa memiliki kepedulian dan sikap sopan kepada sesama siswa (Koc, dkk., 2010). Komunikasi yang berjalan baik di antara semua anggota kelompok juga akan mempengaruhi keberhasilan suatu kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Model pembelajaran GI memberikan kesempatan bagi siswa untuk bisa saling bekerja sama dengan kelompoknya. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Damini & Alessio (2013) yang menyatakan bahwa model pembelajaran GI dapat memicu dan menguatkan kebiasaan kooperatif pada siswa. Pada tahap melaksanakan investigasi, semua kelompok berusaha untuk mengumpulkan data dari hasil pengamatan terhadap hewan amatan maupun dari membaca literatur yang dimiliki. Pengumpulan data ini harus dilakukan secara jujur dan sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan atau dari membaca literatur yang dimiliki. Kegiatan pengamatan yang dilakukan secara langsung akan melatih siswa untuk memupuk sikap kejujuran dalam dirinya. Hal ini dikarenakan siswa secara langsung melakukan kegiatan pengumpulan data melalui kegiatan investigasi yang dilakukan. Seperti yang diungkapkan oleh Felder & Rebbeca (2007) bahwa praktik secara langsung dalam kegiatan pembelajaran akan menumbuhkan sikap jujur dan tanggung jawab dalam diri siswa. Pada tahap melakukan investigasi, tidak hanya sikap sosial siswa yang terasah selama kegiatan pembelajaran namun sikap spiritual siswa juga ikut diasah. Pada tahapan melakukan investigasi, siswa melakukan kegiatan pengamatan, mendeskripsikan ciri hewan yang diamati, menentukan persamaan ciri yang dimiliki oleh setiap hewan, serta menentukan klasifikasi dari hewan yang diamati. Kegiatan investigasi yang dilakukan membuat siswa mengetahui beragam ciri-ciri dari setiap hewan yang berbeda-beda dan beranekaragam. Pranata, dkk. (2015) menyebutkan bahwa kegiatan belajar yang menggunakan media realistis mampu menumbuhkan rasa kagum terhadap apa yang diamati. Jadi, dengan melakukan kegiatan praktikum secara langsung akan membuat siswa memiliki rasa kagum dan rasa syukur terhadap ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Semua tahapan dalam model pembelajaran GI mampu memunculkan sikap sosial pada siswa semenjak dari awal. Model pembelajaran GI menuntut adanya interkasi sosial yang tinggi pada diri siswa. Penelitian Adora (2014) menyebutkan bahwa model Group Investigation bisa membangun sikap kepemimpinan dan keterampilan sosial siswa, serta melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dapat membangun kebiasaan bekerja sama. Pembiasaan sikap sosial yang sudah dimulai sejak awal dan dilakukan terus menerus akan mampu menumbuhkan jiwa sosial yang tinggi dalam diri siswa. Jiwa sosial yang tinggi akan membantu siswa untuk bisa berinteraksi dengan sesama dengan lebih baik. Melalui pembelajaran GI yang dilakukan mampu untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam ranah afektif.
11
D. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation (GI) terhadap Hasil Belajar Psikomotor Siswa Pada tahapan melakukan investigasi, semua siswa harus melakukan kegiatan pengamatan terhadap hewan amatan. Pada kegiatan pengamatan yang dilakukan, siswa harus bisa menentukan alat apa yang akan digunakan untuk membantu kegiatan pengamatan. Selain itu, siswa juga harus terampil dan jeli ketika melakukan pengamatan supaya mendapatkan data yang akurat dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Kegiatan praktikum yang dilakukan bisa membuat siswa belajar secara langsung dan meningkatkan keterampilan siswa (Prince, 2004). Chabalengula, dkk. (2009) menjelaskan bahwa kegiatan praktikum yang dilakukan dapat meningkatkan pemahaman proses dan konsep siswa. Pada tahapan menyampaikan laporan akhir, menuntut siswa untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya mengenai topik yang dibahas. Perwakilan kelompok menyampaikan hasil laporan yang telah dibuat di depan kelas. Penyampaian data hasil investigasi oleh siswa dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Hal ini didukung oleh pendapat Chabalengula, dkk. (2009) yang menyebutkan bahwa tugas mendemonstrasikan apa yang telah dilakukan oleh siswa mampu meningkatkan pemahaman siswa. Chabalengula, dkk. (2009) juga menjelaskan bahwa kegiatan demonstrasi yang dilakukan oleh siswa dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa. Kegiatan penyampaian laporan akhir yang dilakukan oleh siswa membutuhkan keberanian diri untuk mampu menyapaikan di depan kelas di hadapan semua temannya. Kepercayaan diri serta peningkatan kompetensi kognitif dan afektif siswa dapat mempengaruhi seorang siswa untuk berani menyampaikan pendapat di depan semua temannya. Seperti yang disampaikan oleh Sina (2013) bahwa kemampuan kognitif dan afektif mempengaruhi kepercayaan diri seorang siswa. Pada tahapan evaluasi, siswa diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan terhadap apa yang telah disampaikan oleh temannya mengenai laporan yang dibuat. Pada tahapan ini melatih keberanian siswa untuk menyampikan pendapatnya di depan umum. Keberanian seorang siswa untuk menyampaikan pendapat di depan umum tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dalam dirinya saja, namun faktor luar seperti keadaan kelas juga dapat mempengaruhi keberanian seorang siswa untuk menyampaikan pendapat. Seperti yang telah diutarakan oleh Hannah (2013), yang menyatakan bahwa kondisi kelas yang kondusif dan mendukung mampu memunculkan sikap berani siswa untuk berbicara di depan umum. Kondisi kelas yang kondusi akan memicu siswa untuk ikut aktif dalam kegiatan diskusi kelas yang terjadi. Penilaian yang diberikan kepada kelompok yang paling menonjol mampu meningkatkan motivasi dari setiap kelompok untuk bersaing menjadi kelompok yang paling unggul. Penilaian yang diberikan dapat berupa penghargaan atau pemberian nilai lebih kepada kelompok yang paling unggul. Hal ini sesuai dengan permyataan Rusman (2012) yang menyatakan bahwa salah satu langkah pembelajaran kooperatif yaitu penghargaan tim. Penghargaan tim atau kelompok diharapkan dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan hasil pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut. 1. Ada pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif model Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas X di SMA Negeri 1 Purwosari.
12
2. Ada pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif model Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar afektif siswa kelas X di SMA Negeri 1 Purwosari. 3. Ada pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif model Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar psikomotor siswa kelas X di SMA Negeri 1 Purwosari. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diajukan saran sebagai berikut. 1. Pembagian kelompok secara heterogen harus diperhatikan sebagai syarat untuk terlaksanya model pembelajaran Group Investigation. 2. Heterogenitas siswa dalam setiap kelompok perlu diperhatikan supaya setiap siswa dalam setiap kelompok dapat berinteraksi dengan baik. DAFTAR RUJUKAN Admindisdikpor. 2014. Kualitas Pendidikan Indonesia Ranking 69 Tingkat Dunia. (Online), (http://disdikpora.palangkaraya.go.id/berita-160-kualitaspendidikan-indonesia-ranking-69-tingkat-dunia.html), diakses 20 Januari 2015. Adora, Nelia M. 2014. Group Investigation in Teaching Elementary Science. International Journal of Humanities and Management Sciences, 2 (3): 146-147. Akcay, Nilufer Okur & Doymus Kemal. The Effects of Group Investigation and Cooperative Learning Techniques Applied in Teaching Force and Motion Subjects on Students’ Academic Achievements. Journal of Educational Sciences Research, 1 (2). Chabalengula, Vivien Mweene, Frackson Mumba, William F. J. Hunter & Erin Wilson. 2009. A Model for Assessing Students’ Science Process Skills during Science Lab Work. Problems of Education in the 21st Century, 11. Damini, Marialuisa & Alessio Surian. 2013. Enhancing Intercultural Sensitivity through Group Investigation – a Co-opoerative Learning Approach. Journal of Co-operative Studies, 46 (2): 24-31. Dunlosky, John, Katherine A. Rawson, Elizabeth J. Marsh, Mitchell J. Nathan, & Daniel T. Willingham. 2013. Improving Students’ Learning with Effective Learning Techniques: Promising Directions from Cognitive and Educational Psychology. Psychological Science in the Public Interest, 14 (1). Felder, Richard M. & Rebbeca Brent. 2007. Cooperative Learning. Washington DC: American Chemistry Sosiety. Hannah, Ryan. 2013. The Effect of Classroom Environment on Student Learning. (Online), (http://scholarworks.wmich.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=3380&contex t=honors_theses), diakses 12 Juni 2016. Hosseini, Seyed Mohammad Hasan. 2014. Competitive Team-Based Learning versus Group Investigation with Reference to the Language Proficiency of Irian EFL Intermediate Student. International Journal of Instruction, 7 (1): 177-188.
13
Karafkan, Mohammad Amin. 2015. Investigating the Effects of Group Investigation (GI) and Cooperative Integrated Reading and Comprehention (CIRC) as the Cooperative Learning on Learner’s Reading Comprehention. International Journal of Applied Linguistics & English Literature, 4 (6): 8-15. Koc, Yasemin, Kemal Doymus, Ataman Karacop, & Umit Simsek. 2010. The Effects of Two Cooperative Learning Strategies on the Teaching and Learning of the Topics of Chemical Kinetics. Journal of Turkish Science Education, 9 (2): 52-65. Leedy, Paul D., & Jeanne Ellis O. 2005. Practical Research. United States: Pearson Education, Inc. Lie, Anderson. 2008. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Mulyasa. 2013. Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya. Pitoyo, Andri, Herman J. Waluyo, Sarwiji Suwandi, & Andayani. 2014. The Effect of Group Investigation Learning Model, Accelerated Learning Team and Role Playing on Elementary School Student’ Writing Skills Viewed from Cognitive Style. Journal of Education and Practice, 5 (1): 21-29. Pranata, Gede Elga, Desak Putu Parmiti, & I Made Citra Wibawa. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation terhadap Sikap Sosial dan Hasil Belajar Siswa. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 3 (1). Prince, Michael. 2004. Does Active Learning Work? A Review of the Research. Journal of Engginering Education, 93 (3). Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Simsek, Ufuk. 2012. The Effects of Reading-Writing-Presentation and Group Investigation Methods on Students’ Academic Achievements in Citizenship Lessons. Journal of Educational Sciences Research, 2 (2). Sina, Rif’at Agung. 2013. Meningkatkan Kompetensi Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika Menggunakan Media Konkrit. (Online), (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=130323&val=2338& title=MENINGKATKAN%20KOMPETENSI%20BELAJAR%20SISWA %20PADA%20PEMBELAJARAN%20MATEMATIKA%20MENGGUN AKAN%20%20MEDIA%20KONGKRIT.pdf), diakses 12 Juni 2016. Suprijono, A. 2012. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Belajar.