Kontribusi Ilmuwan Islam di Bidang kesehatan Posted on 01 january 2009 by admin
* Ali bin Isa Ali adalah ilmuwan paling terkemuka di antara pakar spesialis mata di zamannya. Dilahirkan di Baghdad, Irak, Ali menulis kitab Tadzkiratul Kahhaliin dan mengembangkan ilmu kedokteran mata hingga menjadi rujukan ilmuwan Muslim lainnya. Kitab Tadzkiratul diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman oleh Hirschberg dan Lippert pada tahun 1904 dan ke dalam bahasa Inggris oleh Casey Wood pada tahun 1936. Kitab karya Ali memang merupakan kitab ilmu kedokteran mata yang paling banyak dikutip oleh para ilmuwan lain. Kitab Tadzkiratul pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa Persia dan kemudian ke dalam bahasa Latin dan dicetak di Venesia pada tahun 1497. Para ilmuwan yang banyak merujuk karya Ali adalah Ammar bin Ali Al-Mosuli dan Abul Hasan Ahmed bin Muhammad AtTabari yang menulis Kitabul Mualaja-ul Buqratiyya. * Ammar bin Ali Al-Mosuli Lahir di Mosul, Irak, sekitar tahun 1010. Ammar menulis Kitabul Muntakhab fi Ilajul Ayn dan banyak melakukan percobaan di Mesir. Buku Ammar banyak mengulas anatomi, ilmu penyakit, enam riwayat penyakit pasien untuk operasi katarak, dan kasus-kasus yang berhubungan dengan radang urat syaraf yang berhubungan dengan mata. Hirschberg mengungkapkan bahwa Ammar adalah ahli bedah mata paling cerdas dalam literatur Arab. Dalam kitabnya Ammar mengulas sekitar 48 jenis penyakit mata. Naskah kitabnya pertama kali ditemukan di Escorial Library, sebuah perpustakaan di Madrid, Spanyol. Meskipun lebih pendek daripada kitab Tadzikiratul karya Ali bin Isa, kitab karya Ammar berisi hasil-hasil pengamatan asli.
Sampai abad ke-20, karya Ammar hanya terdapat dalam bahasa Arab dan sebuah terjemahan dalam bahasa Ibrani oleh Nathan Jew pada abad ke-13. Ammar adalah penemu metode operasi katarak dengan metode pengisapan menggunakan sebuah jarum cekung yang disisipkan melalui limbus, tempat bertemunya kornea dan selaput mata. Hingga hari ini, metode temuan Ammar ini masih dipakai. * Zarrindast Tangan Emas Abu Ruh Muhammad bin Mansur Abdullah, yang lebih dikenal dengan nama AlJurjani, seorang ahli bedah dari Persia kelahiran tahun 1088, menulis kitab Nurul Ayyun. Zarrindast menulis karya-karyanya sepanjang pemerintahan Sultan Malikshah yang terdiri dari 10 bab. Di bab ketujuh dia menguraikan sekitar 30 jenis penyakit mata yang mencakup 3 jenis operasi katarak. Ia juga mendalami anatomi dan ilmu faal mata. Sebuah bab dalam kitabnya membahas penyakit mata seperti katarak, trakhom, skeral, dan korneal. * Al-Ghafiqi Muhammad ibn Qassoum ibn Aslam Al-Ghafiqi (wafat tahun 1165) berasal dari Spanyol. Ia menulis kitab Al-Murshid fil Kuhl. Al-Ghafiqi banyak merujuk kepada karya Ammar bin Ali Al-Mosuli tetapi lebih menekankan penelitian pada jaringan otak yang berhubungan dengan mata. Masyarakat Cordoba sangat menghormati Al-Ghafiqi. Hingga kini nama Al-Ghafiqi terukir di rumah sakit di Cordoba, yang dipakai sebagai cara untuk mengenang jasa-jasa ilmuwan tersebut. * Ibnu Haitam Dilahirkan pada tahun 965, Ibnu Haitam adalah orang pertama yang menjelaskan bahwa semua penglihatan mungkin terjadi karena sinar refraksi cahaya. Temuantemuan Ibnu Haitam dikembangkan dan disebarluaskan oleh ilmuwan Persia, Kamaluddin (wafat tahun 1320) yang banyak mengamati alur dari sinar cahaya di bagian dalam kaca dalam rangka menguji pembiasan dari cahaya matahari saat hujan menetes. Kamaluddinlah orang yang pertama kali menjelaskan asal-usul gejala primer dan sekunder pelangi. Dikutip dari Majala Annida * Ibnu Sina Dalam kitabnya yang fenomenal, Canon of Medicine, Ibnu Sina juga mengupas tentang farmakologi dan farmasi. Ia menjelaskan lebih kurang dari 700 cara pembuatan obat dengan kegunaannya. Ibnu Sina menguraikan tentang obat-obatan yang sederhana.Orang mengatakan bahwa pada umur 10 tahun dia sudah hafal Al Quran dan pada umur 18 tahun menguasai semua ilmu yang ada pada waktu itu. Ia adalah seorang ahli kedokteran yang bukunya Qanun Fi At Thibb selama 5
abad menjadi buku pegangan di universitas-universitas Eropa. Namun ia memiliki karya-karya ilmiah di bidang logika, matematika, astronomi, fisika dan mineralogi. Ia juga menulis tentang ekonomi dan politik. * Al-Zahrawi Bapak ilmu bedah modern ini juga ikut andil dalam membesarkan farmakologi serta farmasi. Dia adalah perintis pembuatan obat dengan cara sublimasi dan distilasi.Selama separuh abad mendedikasikan diri nya untuk pengembangan ilmu kedokteran khususnya bedah, Al-Zahrawi telah menemukan puluhan alat bedah modern. Dalam Kitab Al-Tasrif, ‘Bapak Ilmu Bedah’ itu memperkenalkan lebih dari 200 alat bedah yang dimilikinya. Di an tara ratusan koleksi alat bedah yang dipunyainya, ternyata banyak peralatan yang tak pernah digunakan ahli bedah sebelumnya. Menurut catatan, selama karirnya Al-Zahrawi telah menciptakan atau menemukan 26 peralatan bedah. Salah satu alat bedah yang ditemukan dan digunakan AlZahrawi adalah catgut. Alat yang d gu nakan Al-Zahrawi untuk menjahit bagian dalam itu hingga kini masih digunakan ilmu bedah modern. Selain itu, juga menemukan forceps untuk mengangkat janin yang meninggal. Alat itu digambarkan dalam Kitab Al-Tasrif. Dalam Al-Tasrif, Al-Zahrawi juga memperkenalkan penggenaan ligature 9benang pengikat luka) untuk mengontrol pendarahaan arteri. Jarum bedah ternyata juga ditemukan dan dipapar kan secara jelas oleh Al-Zahrawi dalam kitabnya yang paling fenomenal itu. Selain itu, Al-Zahrawi juga memperkenalkan sedere alat bedah lain hasil penemuannya dalam Kitab Al-Tasrif. Peralatan penting untuk bedah yang ditemukan Al-Zahrawi itu antara lain, pisau bedah (scalpel), curette, retractor, sendok bedah (surgical spoon), sound, pengait bedah (surgical hook), surgical rod, dan specula. Tak cuma itu, Al-Zahrawi juga menemukan peralatan bedah yang digunakan untuk memeriksi dalam uretra, alat untuk memindahkan benda asing dari tenggorokan serta alat pemeriksa telinga. Kontribusi Al- Zahrawi bagi dunia kedokteran khususnya bedah hingga kini tetap dikenang dunia. * Abu Hasan 'Ali bin Sahl Rabban at- Tabari At-Tabari lahir pada tahun 808 M. Pada usia 30 tahun, dia dipanggil oleh Khalifah Al-Mu'tasim ke Samarra untuk menjadi dokter istana. Salah satu sumbangan AtTabari dalam bidang farmakologi adalah dengan menulis sejumlah kitab. Salah satunya yang terkenal adalah Paradise of Wisdom. Dalam kitab ini dibahas mengenai pengobatan menggunakan binatang dan organ-organ burung. Dia juga memperkenalkan sejumlah obat serta cara pembuatannya. * Ibn Zuhr
Ibn Zuhr (1091-1161) yang namanya dilatinkan menjadi Avonzora, adalah seorang ahli kedokteran dan parasitologi yang kenamaan. Ia menggunakan psikologi dalam kegiatannya serta memelopori penerapan diet pada para pasiennya yang memerlukan. Ia menulis At Tafsir Fi Al Mudawat Wa At Tadbir untuk memenuhi permintaan Ibn Rusyd. * Ibn Nafis 18. Ibn Nafis (1213-1288) adalah seorang ahli kedokteran yang mendahului Harvey beberapa abad, mengungkapkan sistem peredaran darah dalam tubuh manusia, dan menguraikan struktur bronkial pada paru-paru serta interaksi pembuluh darah, udara dan darah dalam organ tersebut, ia juga mengungkapkan struktur pembuluh darah koroner. Kontribusi Ilmuwan Islam di Bidang kesehatan pada Zaman Ustmani Imperium Usmani memiliki konsep dan metode khusus dalam mendidik tenaga medis. Selain sudah memiliki tabib yang dikenal sebagai spesialis penyakit dalam pada era itu pemerintahan Usmani juga sudah memiliki dokter spesialis bedah, dokter spesiali orthopedi, dan lainnya. Para dokter itu dididik dengan cara yang berbeda-beda. Dokter pada masa itu menempati posisi yang amat tinggi. Para dokter itu dididik dan ditempa di sebuah madrasah dan dar al-shifa alias rumah sakit (RS). Di era itu, RS tak hanya menjadi tempat mengobati pasien, namun juga menjadi tempat bagi para calon dokter menempa diri. Di RS Kayseri, para calon dokter belajar mengenai dunia kedokteran secara teori dan praktik. Anak muda yang ingin menjadi dokter disebut talib. Sedangkan, mahasiswa kedokteran mendapat gelar Shaqirdi tabib. Para sakird atau mahasiswa kedokteran itu ikut hadir menangani berbagai kasus secara langsung di RS. Sedangkan di madrasah mereka mempelajari seluk-beluk kedokteran secara teori. Kerajaan Usmani Turki memiliki tradisi baru dalam membangun RS, yang berbeda dengan Dinasti Seljuk. Salah satunya adalah RS Bursa - bagian dari kompleks Sultan Yildirim. Di tempat itu juga dibuka sekolah kedokteran. Di RS Bursa itu ada ruang belajar dan ruangan guru yang juga para dokter. Di Istanbul, pemerintahan Usmani membangun RS Fatih pada 1470 M yang juga sekolah kedokteran. Selain itu di Edirne juga dibangun RS dan sekolah kedokteran yang bernama RS Bayezid II pada 1484. Hingga abad ke-19 M, para dokter dididik di RS yang sekaligus menjadi sekolah kedokteran. Orang Barat menyebutnya Mesue. Ibnu Masawayh merupakan anak seorang apoteker. Kontribusinya juga terbilang penting dalam pengembangan farmasi dan farmakologi. Dalam kitab yang ditulisnya, Ibnu Masawayh membuat daftar sekitar 30 macam aromatik.
Salah satu karya Ibnu Masawayh yang terkenal adalah kitab Al-Mushajjar AlKabir. Kitab ini merupakan semacam ensiklopedia yang berisi daftar penyakit berikut pengobatannya melalui obat-obatan serta diet.