KONSTRUKSI GENDER DALAM INFOTAINMENT RELIGI DI TRANS MEDIA (Kajian Media terhadap Berita Islami Masa Kini dan Khazanah)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh:
Ahmad Dawam Pratiknyo 11540074
JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015
xvi
MOTTO
ِِ ََرب ا ْل َعالَ ِميه
ي َو َم َما ِتي ُ ُصالَ ِتي َوو َ س ِكي َو َم ْحيَا َ اِن
Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah karena Allah, Tuhan seluruh alam
xvi
PERSEMBAHAN
Karya ini dedikasikan kepada: Kedua Orang Tua: Sunaryo dan Masrukhah, serta Saudara-saudara sekandung; Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta; NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
xvi
KATA PENGANTAR Alhamdulillahi Rabbil „Alamin, puji syukur kepada Allah swt Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad saw atas segala suri tauladannya kepada kita semua, yang kita nanti-nantikan syafaatnya kelak. Dengan ridha-Nya serta restu dari orang tua, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari akan adanya kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian dan penulisan skripsi. Oleh karena itu penulis sangat berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulisan skripsi ini tentu tidak akan dapat terwujud tanpa adanya bantuan dari orang-orang hebat di sekitar penulis. Penulis ucapkan terimkasih kepada: 1. Bapak Prof. Drs. Akh. Minhaji, MA., Ph.D. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2. Bapak Dr. Alim Roswantoro, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 3. Ibu Adib Sofia, S. S., M.Hum. selaku Ketua Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selain itu, beliau juga selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah berkenan dan bersedia meluangkan waktum tenaga dan pikiran demi selesainya penyusunan skripsi ini dengan baik.
xvi
4. Ibu RR Siti Kurnia Widiastuti, S. Ag., M.Pd., M.A. selaku Dosen Penasihat Akademik. 5. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah membagi ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis. 6. Seluruh jajaran Pegawai Tata Usaha Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam serta Pegawai Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah banyak membantu dalam proses pembelajaran penulis. 7. Bapak Sunaryo dan Ibu Masrukhah selaku “guru kehidupan” yang senantiasa sabar dalam memberikan arahan dan mendidik hingga sampai saat ini kepada penulis, serta memberikan ketulusan doa dan motivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Saudara-saudara (Aslihatin Nihaya, Ratih Purbowisanti, Miyosi Kiromin Bararah dan M. Ulul Azmi) dan keluarga besar penulis yang selalu memberikan dukungan semangat dalam memberikan harapan hingga mampu menyelesaikan skripsi ini. 9. Teman-teman seperjuangan Sosiologi Agama angkatan 2011 yang telah berjuang dalam melakukan dealektika bersama-sama kepada penulis. 10. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam (Ainur Rahman, Hanif Irwansyah, Regenovi C.T., Fian Israhmat, Fandi Ahmad S., Zulkifli, dkk) yang telah memberikan
xvi
pembelajaran kepada penulis tentang bagaimana manusia itu bukan hanya mengkritik, akan tetapi juga harus siap untuk dikritik. 11. Keluarga Mahasiswa Pelajar Pati yang telah menjadi pengobat rindu atas kerinduan terhadap kearifan lokal daerah kelahiran. 12. Teman-teman asrama Cemara Indah yang selalu memberi kearifan akan multikulturalnya (Ajip dari Lombok, Edi dari Kalimantan, Hanif dari Medan, serta Muhaimin dari Bekasi), serta inspirasi-inspirasinya kepada penulis. Akhirnya dengan bangga penulis mempersembahkan skripsi ini kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi. Semoga kebaikan dan keikhlasan selalu menyertai kita semua. Dengan demikian, besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 2 Juli 2015
Ahmad Dawam Pratiknyo
xvi
ABSTRAK Televisi selain sebagai media pembelajaran bagi masyarakat luas, juga berperan sebagai lembaga yang dapat mengkonstruk masyarakat lewat tayangantayangan. Mulai dari cara berbicara, cara berpikir, bahkan sampai cara bertingkah laku, seperti pada program acara infotainment religi di Trans Media, yaitu Berita Islami Masa Kini dan Khazanah. Konstruksi yang ada di dalam Berita Islami Masa Kini dan Khazanah merupakan konstruksi yang berupaya menyamakan kedudukan antara laki-laki dan perempuan. Akan tetapi, konstruksi yang dibangun dalam infotainment religi tersebut memberikan ketidakadilan gender di dalamnya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini memiliki rumusan masalah tentang bagaimana konstruksi gender dan factor penyebab kosntruksi gender dalam tayangan Berita Islami Masa Kini dan Khazanah. Metodologi penelitian ini menggunakan library research, dengan data primer yakni tayangan infotainment religi serta data pendukung yang diperoleh dari website. Sementara itu, untuk melakukan kajian media ini digunakan analisis wacana sebagai alat analisisnya. Dalam melakukan proses analisis, penelitian menggunakan teori analisis wacana van Dijk dengan lima belas elemen yang dimilikinya untuk mengetahui struktur makro, superstruktur dan struktur mikro. Sementara untuk mengetahui bentuk-bentuk ketidakadilan gender dalam Berita Islami Masa Kini dan Khazanah peneliti menggunakan analisis gender Mansour Fakih tentang bentuk-bentuk ketidakadilan gender, yakni marginalisasi, subordinasi, kekerasan, stereotipe, dan beban ganda. Hasil kajian pada obyek tersebut terdapat tiga faktor penyebab yang mempengaruhi konstruksi gender pada ulasan agama tersebut. Faktor tersebut diantaranya terdapat pada kondisi sosial keagamaan di masyarakat Indonesia yang beragama Islam, yakni (i) masih adanya dominasi maskulin terhadap penafsiran sumber agama; (ii) kuasa media terhadap konstruksi gender dalam masyarakat; (iii) budaya masyarakat yang masih konsumtif, sehingga menciptakan peluang bagi para kapitalis untuk memproduksi tayangan tersebut; (iv) spirit kapitalisme masyarakat modern.
Kata kunci: Konstruksi, Analisis Media, Ketidakadilan Gender.
xvi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i SURAT PERNYATAAN .................................................................................. ii SURAT NOTA DINAS ..................................................................................... iii SURAT PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. iv MOTTO ............................................................................................................. v PERSEMBAHAN .............................................................................................. vi KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii ABSTRAK ......................................................................................................... ix DAFTAR ISI ...................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv DAFTAR BAGAN .............................................................................................xvi BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................. 8 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................... 9 D. Kajian Pustaka ....................................................................................... 11
xvi
E. Kerangka Teori ...................................................................................... 15 F. Metodologi Penelitian ............................................................................ 25 1. Jenis Penelitian................................................................................. 25 2. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................ 25 3. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 26 a. Survey Media ............................................................................. 26 b. Studi Dokumenter ...................................................................... 26 4. Teknik Pengolahan Data .................................................................. 27 G. Sistematika Pembahasan ........................................................................ 27 BAB II INFOTAINMENT RELIGI DI TRANS MEDIA ............................. 31 A. Tinjauan Aspek Produsen ....................................................................... 32 1. Sejarah Perkembangan Trans Media ................................................. 37 a. Trans TV ..................................................................................... 38 b. Trans 7 ......................................................................................... 39 2. Profil Infotainment Religi di Trans Media ........................................ 43 a. “Berita Islami Masa Kini” ........................................................... 43 b. “Khazanah” ................................................................................. 51 B. Tinjauan Aspek Unsur-Unsur Wacana Infotainment Religi ................... 56 1. Bentuk dan Isi ................................................................................... 56 2. Gaya Presentasi ................................................................................. 60 3. Amanat Cerita ................................................................................... 64 BAB III KONSTRUKSI GENDER DI TRANS MEDIA .............................. 65
xvi
A. Bentuk Konstruksi Gender dalam Infotainment Religi Berita Isalmi Masa Kini dan Khazanah .................................................................................. 70 1. Tematik ............................................................................................. 74 2. Skematik............................................................................................ 77 3. Latar .................................................................................................. 81 4. Detil ................................................................................................... 84 5. Maksud .............................................................................................. 87 6. Koherensi .......................................................................................... 89 7. Koherensi Kondisional ...................................................................... 91 8. Koherensi Pembeda ........................................................................... 93 9. Pengingkaran ..................................................................................... 95 10. Bentuk Kalimat ................................................................................. 97 11. Kata Ganti ......................................................................................... 99 12. Leksikon ............................................................................................ 101 13. Praanggapan ...................................................................................... 103 14. Grafis ................................................................................................. 104 15. Metafora ............................................................................................ 106 B. Ruang yang Digenderkan ........................................................................ 108 C. Bentuk Ketidakadilan Gender dalam Infotainment Religi ...................... 113 1. Marginalisasi ..................................................................................... 115 2. Subordinasi........................................................................................ 117 3. Stereotipe........................................................................................... 119 4. Kekerasan .......................................................................................... 120
xvi
5. Beban Ganda ..................................................................................... 122 BAB
IV
FAKTOR
PENYEBAB
KONSTRUKSI
GENDER
PADA
INFOTAINMENT RELIGI DI TRANS MEDIA .......................................... 125 A. Kondisi Sosial Keagamaan di Masyarakat .............................................. 127 1. Dominasi Maskulin terhadap Penafsiran Agama .............................. 132 2. Gender dan Media di Masyarakat Beragama .................................... 135 B. Budaya Masyarakat yang Konsumtif ...................................................... 138 C. Spirit Kapitalisme Masyarakat Modern .................................................. 140 BAB V PENUTUP ............................................................................................. 150 A. Kesimpulan ............................................................................................. 151 B. Saran ........................................................................................................ 153 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 156 LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 162 CURICULUM VITAE ...................................................................................... 163
xvi
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Elemen Wacana van Dijk ................................................................... 15 Tabel 2.1 Daftar Program Acara Ulasan Agama Berperspektif Gender Berita Islami Masa Kini ................................................................................................ 38 Tabel 2.2 Daftar Program Acara Ulasan Agama Berperspektif Gender Khazanah ............................................................................................................................. 45
xvi
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Pembawa Acara Berita Islami Masa Kini Muslimah yang begitu menarik................................................................................................................ 43 Gambar 2.2 Salah Satu Sesi Berita Islami Masa Kini ........................................ 44 Gambar 2.3 Sesu Infotainment Religi Khazanah................................................ 48 Gambar 2.4 Infotainment religi Di Balik Hidayah Wanita Berhijab .................. 61 Gambar 3.1 Program Acara Infotainment Religi ................................................ 74 Gambar 3.2 Sesi Tematik Infotainment Religi bulan Januari-Maret 2015 ......... 74 Gambar 3.3 Berita Islami Masa Kini pada sesi Pakaian Isteri Kemuliaan Suami 23 Maret 2015 .......................................................................................................... 83 Gambar 3.4 Gaya Pembawa Acara Infotainment Religi ..................................... 101 Gambar 3.5 Dominasi Pembawa Acara Perempuan ........................................... 112 Gambar 4.1 Simbol Agama dalam Infotainment Religi...................................... 124 Gambar 4.2 Androsentrisme dalam Infotainment Religi .................................... 128 Gambar 4.3 Bentuk Gender dan Media .............................................................. 131 Gambar 4.4 Sesi Infotainment Religi Bertemakan Hijab.................................... 139
xvi
DAFTAR BAGAN Bagan 1.1
Sirkuit Encoding dan Decoding .................................................... 58
xvi
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasca reformasi, bangsa Indonesia berhasil menciptakan kebebasan dalam berbagai aspek, mulai dari kebebasan dalam bidang pendidikan, ekonomi, agama dan sebagainya. Kebebasan itu diberikan pemerintah kepada masyarakat Indonesia untuk dapat dinikmati oleh anak bangsa. Namun, tidak semua anak bangsa dapat menikmati kebebasan itu khususnya masyarakat kurang mampu yang masih belum bebas biaya pendidikan. Padahal pendidikan menjadi salah satu elemen terpenting dalam membangun bangsa. Adapun fungsi dari pendidikan pada saat ini adalah membentuk karakter (corak kepribadian), transmisi kebudayaan, memilih dan mengajarkan peranan sosial. Beberapa fungsi tersebut ketika dilihat dari hakikatnya adalah mengkonstruk bangsa. Dan bahkan media yang secara tidak langsung disadari bahwa salah satu dari bagian pendidikan adalah sebuah pendidikan konstruktivisme. Proses konstruksi lebih tepatnya digambarkan sebagai proses eksternalisasi, yakni sebuah pencurahan kedirian manusia secara terus menerus ke dalam dunia, baik dalam aktivitas fisik maupun mentalnya. Yang kemudian manusia melalui objektivasi, yakni hal yang menempel dan disandang oleh dirinya dituangkan dalam aktivitas baik fisik maupun mental. Serta internalisasi sebagai bentuk peresapan, yang akan membentuk cara berbicara, cara berpikir, cara bertingkah laku terhadap orang
1
dalam memahami dan praktiknya.1 Dengan memiliki variabel atau fenomena yang berpengaruh dalam konstruksi sosial atas realitas, sebuah konstruksi itu hadir bukan hanya lewat pertemuan antara satu orang dengan orang lainnya secara langsung, tetapi konstruksi itu dapat dilakukan dengan menggunakan media elektronik yang hampir setiap rumah memilikinya, yakni televisi. Televisi dapat mengkonstruk masyarakat lewat tayangan-tayangan tersebut, karena bahwasannya media memiliki fungsi untuk membentuk atau mengkonstruk masyarakat, mulai dari cara berbicara, cara berpikir, dan bahkan sampai cara bertingkah laku.2 Tayangan-tayangan televisi sendiri memiliki dua mata pisau di dalamnya, satu sisi televisi memiliki konstruksi nilai positif guna membangkitkan semangat perubahan kepada masyarakat, namun di sisi lainnya mengandung konstruksi nilai provokatif yang dapat memecah hubungan antar sesama manusia itu sendiri. Pada gilirannya nanti, televisi memunculkan pertanyaan krusial tentang kebudayaan dan tentang identitas kultural. Oleh karena itu, masyarakat tidak boleh lengah dalam memperhatikan fakta bahwa, di dunia yang makin dibanjiri oleh produk industri media, arena utama yang sepenuhnya baru telah diciptakan bagi proses pemolesan diri. Inilah arena yang mampu menghadapi kendala-kendala temporal dan spasial yang berlaku dalam interaksi tatap muka dan, karena aksesibilitas televisi dan 1
Peter L. Berger, Langit Suci Agama sebagai Realitas Sosial (Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia, Anggota IKAPI, 1991), hlm. 5 2 Iswandi Syahputra, Rezim Media: Pergulatan Demokrasi, Jurnalisme, dan Infotainment dalam Industri Televisi (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011), hlm. 60
2
ekspansi globalnya, ia semakin tersedia bagi banyak individu di seluruh dunia”.3 Oleh karena itu televisi perlu untuk dipahami dalam hal; teks (program), hubungan antara teks dengan penonton (penelitian penonton), ekonomi politik (organisasi/industri), dan pola-pola makna kultural. Penentu atas apa yang bisa diambil oleh masyarakat dari berbagai program televisi tentunya tidak mengesampingkan peran dari pembawa acara atau gaya presentasi. Berita televisi tersusun bukan hanya oleh pilihan topik dan cerita, namun juga oleh idiom verbal dan visual atau cara mengarahkan yang nantinya akan terlihat kemana pembentukan atau konstruk dari pembawa acara tersebut terhadap penonton. Gaya presentasi menjadi subjek bagi ketegangan antara tujuan informasionalpendidikan dengan kebutuhan untuk melibatkan kita secara menyenangkan. Sementara program berita terkini sering kali bernuansa „serius‟, dengan keterikatan aturan keseimbangan, program yang lebih populer mengadopsi idiom yang lebih akrab dan ringan dimana kita diundang untuk memikirkan dampak berita tertentu dari perspektif „orang yang berlalu lalang di jalan‟.4 Oleh karena itu, tidak jarang apabila berita yang telah disampaikan oleh pembawa berita dengan gaya presentasinya bisa dikonstruksi kepada audien dalam hal keragaman arus maknanya, yang terkadang dijadikan sebagai makna induk atau dominan.5
3
Chris Barker, Cultural Studies Teori dan Praktik terj. Nurhadi (Yogyakarta: Kreasi Wacana. 2013), hlm. 276 4 Chris Barker, Cultural StudiesTeori dan Praktik, hlm. 281 5 Makna induk dan dominan di sini adalah, ketika berita yang disampaikan dengan gaya presentasi yang mampu menarik perhatian para audien. Maka dengan mudahnya para audien akan
3
Bahkan sekarang televisi menyediakan ruang khusus yang sengaja dirancang memberikan fokus dan peresapan atas perasaan yang disampaikan sosok tokoh terhadap seseorang. Terutama ketika perempuan ditampilkan dalam beberapa acara televisi, akan menjadikan semangat tersendiri bagi audien untuk menontonnya. Perempuan kemudian menjadi seperangkat bentuk sosialisasi yang mendukung nilai feminin yang ada di masyarakat, antara lain berperilaku halus dan keberadaannya hanya untuk kenyamanan dan menyenangkan suami. Tidak jarang ketika kita melihat media televisi khususnya telah banyak ditemukan sosok perempuan mendominasi laki-laki, dari apa yang diinginkan oleh para industrialis sendiri. Salah satu dari acara yang menampilkan sosok perempuan yang nantinya disampaikan dengan program yang berperpektif gender nya adalah Trans TV dan Trans7, yang merupakan stasiun televisi swasta dengan sama-sama berada di bawah naungan Trans Corp dalam bidang media (TRANS MEDIA) yang dimiliki oleh CT Corp oleh kepemimpinan Chairul Tanjung. Trans Media memperoleh izin siaran pada Oktober 1998, setelah dinyatakan lulus dari uji kelayakan yang dilakukan tim antar departemen pemerintah, kemudian mulai siaran resmi secara komersial pada 15 Desember 2001. Dua stasiun televisi di bawah naungan Chairul Tanjung tersebut telah melihat peluang dari berbagai macam acara yang diselenggarakan oleh stasiun lain, TRANS lebih memilih hal yang tidak sama seperti acara-acara lainnya. Mereka mengikuti dari apa yang telah disampaikan oleh pembawa berita tersebut. Dengan tidak meninggalkan hal-hal apa yang menjadi kegelisahan para audien pada saat itu. Sehingga ketika berita yang disampaikan oleh pembawa berita, dianggap menjadi salah satu hal yang sedang dibutuhkan oleh audien tersebut dalam mengikuti perkembangan arus yang terjadi di sekitar (yang dominan dalam masyarakat).
4
lebih memilih untuk mengambil peluang yang ada untuk mencari penonton yang dibutuhkan dengan apa yang belum ada di acara stasiun lainnya. TRANS selalu menayangkan tampilan, gaya, serta program yang inovatif, berbeda, dan kreatif sehingga menjadi trendsetter di industri pertelevisian.6 Acara Berita Islami Masa Kini merupakan salah satu program televisi swasta yang tayang setiap hari Senin sampai dengan Jum‟at pukul 17.15 WIB. Dengan jargon Berita Islami Masa Kini, berita tentang perkembangan Islam terkini”. Pembawa acara di dalamnya disetting secara Islami, yakni Teuku Wisnu dan Zhe zhe Shahab. Sementara itu Khazanah juga menampilkan segmen-segmen penayangan dengan genre berbau Islam terkini yang tayang setiap pagi setelah shalat subuh. Dari sekian banyak segmen acara yang disajikan stasiun dibawah naungan Trans Media tersebut mencoba mengkomparasikan kajian ke-Islam-an7 dengan diintegrasikan permasalahan sekarang. Masyarakat yang tengah menonton dari acara yang ditayangkan oleh dua tayangan tersebut oleh Trans Media secara tidak sadar telah menerima sebuah konstruksi yang sengaja dibangun oleh media televisi dengan menampilkan acara yang diindikasikan guna membentuk masyarakat dalam memahami Islam. Tayangan agama yang tersirat dalam infotainment religi Berita Islami Masa Kini dan Khazanah terdapat beberapa segmen yang mencoba menampilkan sisi 6
http://www.transtv.co.id/index.php/about#.VSOmLPApqwg dikutip pada tanggal 16 april 2015 pukul 01:39 WIB. 7 Kajian ke-Islam-an merupakan sebuah kajian yang memuat tentang dalil-dalil yang didasarkan pada al Qur‟an dan al Hadist.
5
perempuan. Perempuan yang terdapat dalam tayangan tersebut digambarkan sebagai perempuan yang hadir sesuai dengan syariat Islam. Perempuan digambarkan bahwa pada hakikatnya memiliki sifat yang lemah lembut dan laki-laki digambarkan dengan sosok yang superioritas atas keputusan. Dengan melihat mayoritas penduduk Indonesia yang ada sekarang, merupakan penduduk yang memeluk ajaran agama Islam. Agama Islam merupakan salah satu agama di Indonesia yang mempunyai prinsip-prinsip keadilan gender.8 Salah satu prinsip pokok dari ajaran Islam adalah persamaan antar manusia baik dari segi gender, kebangsaan, kesukuan maupun keturunan. Perbedaan yang digarisbawahi dan yang kemudian meninggikan dan merendahkan seseorang hanyalah nilai ketakwaan dan pengabdiannya kepada Allah Swt. Infotainment religi yang ada pada saat ini di Indonesia mencoba untuk memberikan konstruk kepada masyarakat terhadap sifat dan peran laki-laki dan perempuan. Masalah perempuan pada dasarnya terkait dengan realitas serta persepsi kita tentang realitas masyarakat itu sendiri yang menempatkan perempuan dan lakilaki dalam keadaan tertentu dengan hak-hak dan kewajiban tertentu pula. Realitas tersebut sangat ditentukan oleh nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat tertentu.9
8
Asghar Ali Enginer, Hak-hak Perempuan dalam Islam, bahwa prinsip-prinsip keadilan gender juga termuat dalam Firman Allah QS Al Hujurat (49): 13 “Wahai umat manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (terdiri) dari laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang termulia di antara kamu adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengenal. 9 Azizah al-Hibri, Suad Ibrahim Salib, Lapian M. Gandi, dll. Wanita dalam Masyarakat Indonesia Akses, Pemberdayaan dan Kesempatan (Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press. 2011), hlm. 257
6
Masyarakat juga yang menciptakan sebuah konstruksi tentang pembedaan peran antara laki-laki dan perempuan, sehingga dari konstruksi gender tersebut akan menciptakan sebuah ketidakadilan gender dalam manifestasinya. Oleh karena itu, kaum perempuan merupakan separuh lebih dari sumber daya manusia Indonesia, maka kajian mendasar terhadap kaum perempuan Islam di Indonesia menjadi sangat penting. Gender dalam khasanah ilmu sosial digunakan dengan makna khusus yang secara fundamental adalah konstruksi sosial atas seks antara laki-laki dengan perempuan, dan bukan sesuatu yang bersifat biologi. Akan tetapi, seks itu sendiri merupakan sebuah ketentuan terhadap pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Perbedaan gender adalah perbedaan yang dibangun secara sosial kultural, baik perbedaan status, sifat, peran, maupun tanggung jawab laki-laki dan perempuan.10 Gender juga dipergunakan untuk menunjukkan pembagian kerja yang dianggap tepat bagi laki-laki dan perempuan dan harapan masyarakat tentang apa yang harus dilakukan oleh perempuan dan apa yang tidak seharusnya dilakukan oleh laki-laki. Dalam hal tayangan yang berspektif gender, televisi diharapkan mampu menjadi salah satu wadah guna mensosialisasikan bagi semua informasi tentang gender. Wadah yang mampu menampilkan perempuan dalam pandangan objektif 10
Inayah Rohmaniyah, Konstruksi Patriarkhi dalam Tafsir Tafsir Agama Sebuah Jalan Panjang, (Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin & Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga bekerjasama dengan Diandra Pustaka Indonesia, 2014), hlm. 8
7
sosok perempuan, bukan dari pandangan patriarki atau bahkan dari pemilik industri media demi keuntungan sepihak. Untuk merubah anggapan tersebut setidak-tidaknya akan menghentikan institusi patriarkhal, menghapus ideologi supremasi laki-laki, dan juga sosialisasi bentuk-bentuk kebiasaan yang mendukung masalah-masalah yang berhubungan dengan status, peran, dan sikap temperamental.11 Oleh karena itu, program yang ditayangkan oleh Trans Media dengan menampilkan acara Berita Islami Masa Kini dan Khazanah merupakan salah satu bagian dari penerimaan atas peluang yang ada di dalam masyarakat Indonesia saat ini. Infotainment religi yang mencoba untuk menanamkan atau mengingatkan kembali nilai-nilai ke-Islam-an yang telah diajarkan dalam ajaran agama Islam. Bentuk konstruksi dalam infotainment religi terhadap mayoritas masyarakat Islam menjadi program dalam membentuk perspektif tentang pemahaman gender. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konstruksi gender dalam tayangan Berita Islami Masa Kini dan Khazanah di Trans Media ? 2. Apa faktor penyebab konstruksi gender pada tayangan Berita Islami Masa Kini dan Khazanah di Trans Media ?
11
Widjayanti M. Santoso, Sosiologi Feminisme Konstruksi Perempuan dalam Industri Media (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta. 2011), hlm. 34
8
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Studi penelitian ini disusun bertujuan untuk: a. Mengetahui bentuk konstruksi gender dalam tayangan Berita Islami Masa Kini dan Khazanah di Trans Media. b. Mengetahui faktor penyebab terhadap konstruksi gender pada tayangan Berita Islami Masa Kini dan Khazanah di Trans Media. 2. Kegunaan Penelitian Studi penelitian ini dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek teoretis dan aspek praktis. a. Kegunaan teoretis Aspek teoretis, studi ini dimaksudkan untuk menjadi karya ilmiah dan memperkaya khasanah keilmuan baik dalam bidang sosial keagamaan, budaya, gender, media ataupun cultural studies, yang khususnya membahas tentang masalah sosial keagamaan dalam budaya media televisi pada Trans Media. Penelitian ini juga menyangkut pengetahuan tentang konstruksi gender dalam infotainment religi dan bentuk konstruksi perempuan serta manifestasinya. Terutama pada kajian media televisi dengan menggunakan analisis wacana berperspektif gender.
9
b. Kegunaan praktis Pada aspek praktis, penelitian ini memiliki beberapa kegunaan, yakni: 1) Penelitian secara analisis media ini dapat menjadi khazanah tentang penyelesaian masalah sosial terutama tentang analisis media televisi yang menyangkut tentang konstruksi perempuan dalam infotainment religi di Trans Media. 2) Kajian ini bisa berguna untuk masyarakat luas dalam pengembangan lanjutan kajian-kajian mengenai media massa dan khususnya konstruksi sosial di dalam media Indonesia sendiri. 3) Menjadi
rujukan
bagi
media
untuk
ke
depannya
dalam
mengembangkan usaha-usahanya, sehingga nantinya bisa mengarah pada citra komunikasi dan citra bisnis yang sehat dan santun. c. Kegunaan dalam Bidang Sosiologi Agama Sementara pada aspek Sosiologi Agama, penelitian ini memiliki beberapa kegunaan, yakni: 1) Penelitian ini akan menambah khasanah sebagai literatur tentang kajian sosiologi agama tentang konstruksi terhadap gender kepada masyarakat Islam. 2) Menciptakan
dealektika
keilmuan
terhadap
kajian
masyarakat
beragama dalam dunia modernitas.
10
D. Kajian Pustaka Sejauh mana objek penelitian dan kajian yang diangkat dalam penelitian ini, penulis telah melakukan pengkajian terhadap sejumlah literatur. Hal ini dilakukan untuk memastikan apakah ada penelitian dengan tema kajian yang sama, sehingga nantinya tidak terjadi sebuah pengulangan dengan peneliti sebelumnya. Dalam pengkajian tentang pustaka ini penulis mencoba mengkaji dari penelitian dan jurnal. Adapun skripsi yang memiliki fokus kajian dalam konstruksi dalam media massa dengan memiliki perbedaan pada objek kajiannya, yakni skripsi yang berjudul “Konstruksi Citra Keluarga Sakinah pada Media Massa: Aspek Komunikasi Interpersonal (Analisa Framming tentang Konstruksi Citra Keluarga Sakinah di Harian Umum Solopos Edisi November-Desember 2006)” oleh Hudri dari Fakutas Dakwah dan Komunikasi12. Dalam skripsi tersebut dibahas bagaimana media massa banyak memberikan persepsi yang kemudian membentuk citra mengenai keluarga sakinah dengan landasan agama, sakinah, mawaddah, rahmah. Dengan harapan kehidupan akan berjalan sesuai alur yang benar, sehingga dari isi yang ada dalam skripsi tersebut menunjukkan bahwasannya pembangunan citra terhadap konsep keluarga sakinah banyak diproduksi oleh media massa.
12
Hudri. “Konstruksi Citra Keluarga Sakinah pada Media Massa: Aspek Interpersonal (Analisa Framming Tentang Konstruksi Citra Keluarga Sakinah di Harian Umum Solopos Edisi November – Desember 2006)”. Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2007, hlm.1
11
Bentuk konstruksi perempuan dalam sebuah media juga pernah ditulis oleh Diroh dari Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam pada tahun 2007 dengan judul “Konstruksi Perempuan dalam Novel Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El Khalieqy”.13 Novel yang dijadikan objek kajian tersebut memuat tentang bagaimana perempuan yang berada dalam cerita novel tersebut dibentuk seperti halnya perempuan yang menjadi apa yang diharapkan dari syariat Islam itu sendiri, yang nantinya akan menjadi representasi perempuan yang ada pada masa ini dengan segala modernitas yang ada. Pada literatur ini peneliti menggunakan objek yang berada dalam novel, sementara penulis akan mengkaji dalam infotainment religi yang berada di Trans Media dengan teori yang sama. Penulis Ayu Farchatul Islami dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi pada tahun 2011 dengan judul “Perempuan dalam Media Massa (Studi Analisis Wacana Berita Penyiksaan TKW pada SKH Republika Tahun 2010)”.14 Peneliti tersebut mencoba membawa sosok perempuan yang hidup di dalam sebuah kehidupan dunia maya, yakni media massa. Dalam segi kajian medianya inilah yang membedakan Penulis dengan saudara Ayu Farchatul Islami. Peneliti tersebut memiliki objek kajian yang sama akan namun dalam hal teori terdapat perbedaan, peneliti menggunakan analisis framing sementara penulis menggunakan analisis wacana van Dijk. 13
Diroh. “Konstruksi Perempuan dalam Novel Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El Khalieqy”. Skripsi fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Yogyakarta. 2007. 14 Ayu Farchatul Islami. “Perempuan dalam Media Massa (Studi Analisis Wacana Beritta Penyiksaan TKW pada SKH Republika Tahun 2010)”. Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Yogyakarta. 2011. hlm. 1
12
Penelitian-penelitian di atas yang fokus kajiannya hampir menyerupai apa yang nantinya penulis kaji ini, belum begitu jelas pada pisau analisis yang digunakannya. Sebab itu penulis mencoba mengkaji dari penelitian-penelitian lainnya pada pisau analisis yang digunakan. Hal yang menggunakan teori yang sama juga ditemukan dalam hasil penelitiannya Farida Hilmi dari Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam pada tahun 2015 dengan judul “Miss World dalam Media Massa di Indonesia (Analisis Wacana Berperspektif Gender di Koran Sindo dan Republika)”.15 Dari kajian perempuan yang telah diangkat oleh saudari Farida tersebut memiliki pisau analisis van Dijk yang digunakan menganalisa permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam media tersebut. Adapun jurnal yang membahas tentang permasalahan gender yang dimuat dalam media. Dalam hal jurnal permasalahan tersebut pernah ditulis oleh Hany Amaria di dalam Jurnal Ilmiah Agama dan Perubahan Sosial Sosiologi Agama dengan judul “Representasi Perempuan dalam Perkawinan (Studi atas Teks NovelNovel Islami)”.16 Di mana dalam tulisan tersebut menunjukkan bahwa apa yang direpresentasikan dalam novel Perempuan Berkalung Sorban tidak sesuai dengan realitas yang ada di dalam kehidupan masyarakat. Novel tersebut juga merepresentasikan bahwa seorang ayah mempunyai hak ijbar (memaksa) untuk menikahkan anak perempuan dengan laki-laki pilihannya tanpa persetujuannya, 15
Farida Hilmi. “Miss World dalam Media Massa di Indonesia (Analisis Wacana Berperspektif Gender di Koran Sindo dan Republika)”. Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Yogyakarta. 2015. 16 Hany Amaria, “Representasi Perempuan dalam Perkawinan (Studi atas Teks Novel-Novel Islami)”. Jurnal Ilmiah Agama dan Perubahan Sosial Sosiologi Agama, hlm. 45.
13
sehingga perempuan tidak memiliki hak untuk menentukan dengan siapa dia akan menikah. Analisis yang digunakan dalam hal ini Peneliti saudari Hany sama dengan Penulis, yakni analisis wacana van Dijk, akan namun dalam tujuan kajiannya saudari Hany lebih kepada representasi dari perempuannya itu sendiri. Sementara Penulis akan mengkaji tentang konstruksi perempuan. Sementara kajian yang mengenai konstruksi gender dalam media, Penulis juga mencoba untuk mengkajinya, yakni buku “Sosiologi Feminisme; Konstruksi Perempuan dalam Industri Media”.17 Merepresentasikan feminitas di dunia industri media telah memperlihatkan adanya stereotipe dan stigma tertentu, berupa nilai dan ideology misoginis yang sangat tidak menguntungkan perempuan. Stereotipe cenderung menghegemoni sehingga perempuan tidak bisa lepas dari konstruksi yang mengikatnya. Dalam buku ini menghadirkan suatu analisis yang mendalam tentang media televisi, melalui produksi sinetron sebagai unsur yang cukup berperan di dalam konstruksi nilai-nilai feminitas yang dominan. Dengan demikian, berdasarkan penelusuran penulis belum menemukan penelitian yang serupa dalam hal objek dan media yang diangkat, yakni Konstruksi Perempuan dalam Tayangan Agama di Trans Media (Kajian Media Berperspektif Gender Berita Islami Masa Kini dan Khazanah) dengan menggunakan pisau analisis wacana serta analisis framing, dan konsep ketidakadilan gender. Selain itu, penulisan
17
Widjayanti M. Santoso, Sosiologi Feminisme Konstruksi Perempuan dalam Industri Media (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta. 2011), hlm. 1
14
ini sangat urgen guna diteliti karena banyak hal yang perlu diungkap sekiranya khalayak mengetahuinya, berhubung media sekarang memiliki orientasi ganda dalam menyampaikan tayangan. E. Kerangka Teori Dalam membahas tentang permasalahan konstruksi perempuan dalam infotainment religi di Trans Media, penulis mencoba menganalisis dengan analisis wacana berperspektif gender. Pada analisis ini penulis mencoba menggunakan analisis wacana, analisis wacana digunakan dalam pembahasan ini untuk mengetahui konstruksi perempuan dalam tayangan agama di Trans Media (Berita Islami Masa Kini dan Khazanah). Dari sekian banyak model analisis wacana yang telah ada sebelumnya, model van Dijk adalah model yang paling banyak dipakai. Hal ini karena van Dijk mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa diaplikasikan secara praktis. Model van Dijk sering disebut sebagai kognisi sosial, istilah ini sebenarnya diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial, terutama untuk menjelaskan strukur dan proses terbentuknya suatu teks. Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati.18
18
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantat untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdkarya. 2006), hlm. 73
15
Van Dijk membuat kerangka analisis wacana yang dapat didayagunakan . ia melihat suatu wacana terdiri atas berbagai struktur/tingkatan, yang masing-masing bagian saling mendukung. Van Dijk membaginya ke dalam tiga tingkatan: 1) Struktur makro. Ini merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topic dari suatu teks. Tema wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu peristiwa. 2) Superstruktur adalah kerangka suatu teks: bagaimana struktur dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh. 3) Struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dengan menganailisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, paraphrase yang dipakai dan sebagainya. Tabel 1.1: Elemen Wacana van Dijk Struktur Wacana
Hal yang Diamati
Elemen
Struktur Makro
Tematik Tema/topik yang dikedepankan dalam suatu berita.
Topik
Superstruktur
Skematik Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh.
Skema
Struktur Mikro
Semantik Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita. Missal dengan memberi detail pada satu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi
Latar, Detil, Maksud, Pra-anggapan, Nominalisasi
16
detil sisi lain. Struktur Mikro
Sintaksis Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih
Struktur Mikro
Stilistik Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita
Struktur Mikro
Retoris Bagaimana dan dengan cara penekanan dilakukan
Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti Leksikon
Grafis, Metafora, Ekspresi
Sumber: Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001) halaman 228 Dari sekian banyak model analisis wacana yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh beberapa ahli, dalam model yang dipakai van Dijk dia mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa didayagunakan dan dipakai secara praktis. Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Di sini harus dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga kita memperoleh suatu pengetahuan kenapa teks bisa semacam itu. Kalau ada suatu teks yang memarjinalkan wanita, dibutuhkan suatu penelitian yang melihat bagaimana produksi teks itu bekerja, kenapa teks tersebut memarjinalkan wanita.
17
Suatu teks yang cenderung memarjinalkan posisi wanita, misalnya, lahir karena kognisi atau kesadaran mental di antara wartawan bahkan kesadaran dari masyarakat yang memandang wanita secara rendah. Dengan demikian teks di sini hanya bagian kecil saja dari praktik wacana yang merendahkan wanita. Oleh karena itu, penelitian mengenai wacana tidak bisa mengeksklusi seakan-akan teks adalah bidang yang kosong, sebaliknya ia adalah bagian kecil dari struktur besar masyarakat. Pendekatan yang dikenal sebagai kognisi sosial ini membantu memetakan bagaimana produksi teks yang melibatkan proses yang kompleks tersebut dapat dipelajari dan dijelaskan. Teks bukan sesuatu yang datang dari langit, bukan juga suatu ruang hampa yang mandiri. Akan tetapi, teks dibentuk dalam suatu praktik diskursus, suatu praktik wacana. Kalau ada teks yang memarjinalkan wanita, bukan berarti teks tersebut suatu ruang hampa, bukan pula suatu yang datang dari langit. Teks itu hadir dan bagian dari representasi yang menggambarkan masyarakat yang patriarkal. Di sini ada dua bagian; teks yang mikro yang merepresentasikan marjinalisasi terhadap wanita dalam berita, dan elemen besar berupa struktur sosial yang patriarkal. Van Dijk membuat suatu jembatan yang menghubungkan elemen besar berupa struktur sosial tersebut dengan elemen wacana yang mikro dengan sebuah dimensi yang dinamakan kognisi sosial. Kognisi sosial tersebut mempunyai dua arti, di satu sisi ia menunjukkan bagaimana proses teks tersebut diproduksi oleh wartawan atau media, di sisi lain ia menggambarkan bagaimana nilai-nilai masyarakat yang
18
patriarkal itu menyebar dan diserap oleh kognisi wartawan, dan akhirnya digunakannya untuk membuat teks berita.19 Dengan menggunakan analisisnya van Dijk ini nantinya akan dilihat dalam sudut pandang gender, yang mana perspektif ini menggunakan konsep ketidakadilan gender. Konsep ketidakadilan gender tersebut meliputi (marginalisasi, subordinasi, stereotip, kekerasan, dan beban ganda). Konsep gender merupakan suatu sifat yang melekat pada para laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi oleh dunia sosialnya. Konsep gender yang masih berlangsung dan menjadi budaya telah melahirkan sebuah ketidakadilan gender. Ketidakadilan merupakan sistem dan struktur dimana laki-laki dan perempuan menjadi korban dari sistem tersebut. Bentuk-bentuk dari ketidakadilan gender tersebut: a. Marginalisasi Proses marginalisasi mengakibatkan kemiskinan terhadap perempuan, dan sesungguhnya telah banyak terjadi dalam masyarakat dan negara yang menimpa kaum laki-laki dan perempuan, yang disebabkan oleh berbagai kejadian. Hal mendasar yang menjadi ketidakadilan gender telah dimulai sejak manusia itu lahir, dan dilegitimasi oleh masing-masing dari kebudayaan yang diangkatnya.
19
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001), hlm.
229
19
b. Subordinasi Anggapan bahwa perempuan itu irrasional atau emosional sehingga perempuan tidak bisa tampil memimpin, berakibat munculnya sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting. Hal inilah yang menjadi alasan utama bahwa perempuan dalam melaksanakan segala hal kegiatannya menjadi terhambat, bahkan tidak memiliki kekuatan di dalam sebuah permusyawarahan. c. Stereotipe Stereotipe merupakan pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu. Hal demikian sering terjadi ketika dalam permaslahan pekerjaan, dimana perempuan dipekerjakan sesuai dengan sifat yang menempel di dalam dirinya oleh hasil konstruksi sosial dan kulturnya. d. Kekerasan Kekerasan (violence) adalah serangan atau invasi terhadap fisik maupun integritas mental psikologi seseorang. Kekerasan terhadap sesama manusia pada dasarnya berasal dari berbagai sumber, namun salah satu kekerasan terhadap salah satu jenis kelamin tertentu yang disebabkan oleh anggapan gender. Pada dasarnya kekerasan gender disebabkan oleh ketidaksetaraan kekuatan yang ada dalam masyarakat. Seperti halnya pemerkosaan terhadap perempuan, tindakan pemukulan dan serangan fisik, penyiksaan yang mengarah pada organ kelamin, kekerasan dalam bentuk 20
pelacuran, kekerasan dalam bentuk pornografi, kekerasan dalam bentuk pemaksaan sterilisasi dalam KB, serta pelecehan seksual yang terjadi pada perempuan. e. Beban Ganda Adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab kaum perempuan.20 Anggapan perempuan masih dalam kepemilikan sifat inferior yang kemudian dipandang sebagai suatu hal yang kodrati, dengan hal tersebut akan menjadi alat para kaum laki-laki dengan superioritasnya untuk menguasainya. Dengan melihat hal-hal tersebut dan efek-efek negatif yang ditimbulkan dari perbedaan gender, yang jelas menjadi ancaman terhadap keberlangsungan masyarakat terutama kaum perempuan. Dalam buku ini penulis juga mengajukan beberapa agenda penting yang harus dilakukan untuk mengakhiri sistem ketidakadilan tersebut. Untuk dapat memahami dari apa yang disampaikan infotainment religi pada televisi sekarang, masyarakat dihadapkan kepada pemahaman yang harus dipahami dan dicerna sesuai kapasitasnya masing-masing, yakni dengan encoding dan decoding. Dalam hal ini dijelaskan bagaiamana penerimaan makna oleh penonton
20
Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), hlm. 12-21
21
dari tayangan tersebut dengan istilah encoding dan decoding. Oleh karena itu, tugas pembawa acara hanya terlepas pada wilayah penyampaian dari berita saja, dengan gaya pembawa acara seolah mampu membawa penonton untuk menikmati. Seperti yang dilukiskan dalam gambar berikut: Bagan 1.1: Sirkuit Encoding dan Decoding Program sebagai wacana yang bermakna
encoding struktur-struktur makna 1
decoding struktur-struktur makna 2
kerangka Pengetahuan kerangka pengetahauan ------------------------------------------------------hubungan produksi hubungan produksi -----------------------------------------------------infrastruktur teknis infrastruktur teknis Sumber: John Storey, Pengantar Komprehensif Teori dan Metode Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop, halaman 12 Pada gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa momen produksi media dibingkai seluruhnya oleh makna-makna dan ide-ide; praktik pengetahuan yang menyangkut rutinitas produksi, secara historis mendefinisikan keahlian teknis, ideologi professional, pengetahuan institusional, definisi dan asumsi, asumsi tentang khalayak dan seterusnya membingkai komposisi program melalui struktur produksi ini. Lebih lanjut, meskipun struktur produksi televisilah yang memulai wacana
22
televise, ia bukan merupakan sistem tertutup. Struktur produksi televisi mengangkat topik, reportase, agenda, peristiwa-peristiwa, person-person, citra khalayak, definisi situasi dari sumber-sumber lain dan formasi-formasi diskursif lainnya dalam struktur politik dan sosial kultural yang lebih luas, di mana struktur produksi televisi merupakan bagian yang dibedakan. Dengan demikian, para professional media yang terlibat di dalamnya menentukan bagaimana peristiwa sosial yang masih mentah diencoding dalam wacana. Momen kedua, segera sesudah makna dan pesan itu mengambil bentuk wacana televisual, aturan formal bahasa dan wacana bebas dikendalikan; karena wacana televisual menerjemahkan dunia tiga dimensi ke dalam pesawat dua dimensi, yang tentu saja ia tidak bisa menjadi referen atau konsep yang ia tandakan. Realitas mengada di luar bahasa, namun realitas terus-menerus dimediasi oleh dan melalui bahasa. Apa yang bisa ketahui dan katakana harus dihasilkan dalam dan melalui wacana. Pengetahuan diskursif bukanlah produk dari representasi transparan dari yang nyata dalam bahasa, melainkan produk dari artikulasi bahasa terhadap berbagai hubungan dan kondisi yang nyata. Maka, tidak ada wacana yang dapat dimengerti tanpa adanya sebuah operasi kode. Pada momen ketiga, momen decoding yang dilakukan khalayak, serangkaian cara lain dalam melihat dunia (ideologi) bisa dengan bebas dilakukan. Seorang khalayak tidak dihadapkan dengan peristiwa sosial mentah melainkan dengan terjemahan diskursif dari suatu peristiwa. Jika suatu peristiwa menjadi bermakna bagi
23
khalayak, pastilah peristiwa itu menyertakan interpretasi dan pemahaman terhadap wacana. Jika tidak ada makna yang diambil, maka boleh jadi tidak ada konsumsi. Jika makna tidak diartikulasikan dalam praktik, pasti tidak ada efek. Jika seorang khalayak bertindak atas dasar decoding-nya, maka tindakan ini menjadi praktik sosial itu sendiri, sebuah peristiwa sosial mentah, yang siap untuk di-encoding dalam wacana lainnya. Jadi, melalui sirkulasi wacana, produksi menjadi reproduksi untuk menjadi produk lagi. Sirkuit bermula dalam yang sosial dan berakhir, untuk selanjutnya memulai lagi, dalam yang sosial.21 Dengan kata lain, makna dan pesan tidak sekadar ditransmisikan, keduanya senantiasa diproduksi: pertama oleh sang pelaku encoding dari bahan mentah kehidupan sehari-hari; kedua, oleh khalayak dalam kaitannya dengan lokasinya pada wacana-wacana lainnya. Setiap momen itu sudah pasti beroperasi dalam kondisi produksinya sendiri. Selain itu, momen encoding dan decoding tidak benar-benar simetris. Tidak ada yang niscaya berkenaan dengan hasil dari proses apa yang dimaksudkan dan apa yang diterima, boleh jadi tidak klop dan bisa saja apa yang ditangkap (decoding) dari yang disampaikan (encoding) melenceng jauh dari harapan. Para profesional media mungkin menginginkan decoding sama dengan encoding, namun mereka (penonton) tidak bisa memastikan atau menjamin hal ini. Encoding dan decoding terbuka bagi resiprositas yang berubah-ubah, ditentukan oleh kondisi eksistensi berbeda. Senantiasa ada kemungkinan dan kesalahpahaman, baik pesan 21
John Storey, Pengantar Komprehensif Teori dan Metode Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop, hlm. 12-13
24
dengan memiliki nilai moral atau pesan iklan yang ditangkap, dari semuanya tersebut dikembalikan kepada khalayak. F. Metode Penelitian Teknik pengumpulan data memiliki cara kerja untuk dapat memahami fokus kajian dari ilmu yang akan dibahas, yakni: 1. Jenis Penelitian Pengkajian penulis dalam hal ini akan menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan yang tidak dapat dicapai melalui prosedur pengukuran dan statistik.22 2. Subjek dan Objek dalam Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah peneliti. Objek dari kajian ini adalah Trans Media (Berita Islami Masa Kini dan Khazanah), segmen-segmen yang berperspektif gender di dalam ulasan tersebut, yang nantinya dijadikan objek kajian formal dalam menggali data terkait dengan penelitian ini. sedangkan objek material dalam penelitian ini adalah wacana kritis mengenai konstruksi perempuan atas infotainment religi dalam acara tersebut. Pembahasan dalam acara memiliki segmen yang begitu banyak, maka dari itu batasan atas penelitian nanti Penulis memberi batasan kajian yang akan diteliti 22
Moh. Soehada, Metode Penelitian Sosiologi Agama (Yogyakarta: Teras. 2010), hlm. 34
25
nantinya. Dalam objek penelitian ini, Penulis mengambil data atas infotainment religi dalam acara Berita Islami Masa Kini dan Khazanah hanya pada batas antara bulan Januari-Maret 2015 yang berperspektif gender. 3. Metode Pengumpulan Data Data dalam penulisan kajian ini akan dikumpulkan dengan dua cara, yakni: a. Survey Media Survey media adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengawasan, peninjauan, penyelidikan, dan riset.23 Survey media juga merupakan kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan dan diagnosis.24 Peneliti nantinya akan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek kajian dengan seksama dan objektif pada acara Trans Media (Berita Islami Masa Kini dan Khazanah), dengan objek penayangan infotainment religi pada bulan Januari-Maret 2015 berperspektif gender di dalam media tersebut. b. Studi Dokumenter Studi dokumenter merupakan salah satu bukti atas studi pengumpulan data berupa foto dan video yang sudah menjadi dokumenter. Objek kajian yang akan diteliti sebagai data akurat, juga sebagai bahan analisis dari apa yang ada dalam objek tersebut.
23
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset. 2000), hlm. 92 Haris Hardiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta: Salemba Humanika. 2010), hlm. 131 24
26
4. Teknik Pengolahan Data Dari data yang sudah didapatkan kemudian akan diolah secara sistematis agar menghasilkan suatu pemikiran dan gagasan-gagasan baru. Dalam pengolahan data ini, penulis akan menggunakan analisis wacana serta framing berperspektif gender. Dengan harapan konstruksi perempuan yang ada dalam tayangan tersebut dapat dipahami secara objektif tanpa ada kepentingan produksi. Data yang telah ada nantinya akan dijadikan acuan dalam menganalisis untuk dijadikan materi pokok pada persoalan yang sedang penulis kaji. G. Sistematika Pembahasan Bab I Pendahuluan, pada bab ini dikemukakan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian. Latar belakang dituliskan dalam penulisan ini dengan tujuan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang melatarbelakangi penulis guna diteliti lebih mendalam, dengan judul Konstruksi Gender dalam Tayangan Agama di Trans Media (Berita Islami Masa Kini dan Khazanah). Rumusan masalah, dengan maksud ingin memberi kejelasan tentang permasalahan-permasalahan apa yang perlu dikaji oleh penulis. Tujuan dan kegunaan penelitian merupakan bagian dari penjelasan tentang untuk apa penulisan ini diperjuangkan sehingga nantinya akan tersusun sebuah skripsi. Kajian pustaka yang ada difungsikan untuk menelusuri tentang karya-karya yang melatarbelakangi sehingga tidak terjadinya penelitian untuk yang kedua kalinya. Kerangka teori, dengan maksud untuk menjelaskan tentang
27
penggunaan teori dalam mengkaji penelitian nantinya. Metodologi penelitian, yakni tentang kerangka penelitian yang sistematis guna menjadikan penelitian ini mendekati sempurna. Bab II merupakan bagian dari sistematika penulisan yang isinya akan memuat tentang profil Trans Media, Trans Media tersebut di dalam bidang televisi memiliki dua stasiun berupa Trans TV dan Trans 7 yang tengah beroperasi dalam satu perusahaan CT Group. Dengan satu frame yang dibawanya nanti akan terlihat bagaimana Trans Media itu mampu membawa sebuah tayangan yang menjadi pembelajaran bagi masyarakat Indonesia secara luas. Dengan fokus tayangan dibuat berbeda dengan stasiun televisi swasta lainnya. Program Berita Islami Masa Kini dan Khazanah ini juga akan dibahas di dalamnya yang merupakan wujud dari salah satu bukti tentang bagaimana Trans Media mampu menangkap peluang yang belum pernah disentuh oleh stasiun televisi lainnya, serta bagaimana persepsi masyarakat terhadap program acara berupa infotainment religi, termasuk pro dan kontra. Pada Bab II ini juga akan membahas lebih detail dan mendalam tentang tinjauan aspek wacana infotainment religi, yang tentunya pada segmen konstruksi perempuan pada infotainment religinya, dengan mencakup di dalamnya berupa; bentuk dan isi, gaya presentasi, amanat cerita, serta bagaimana ulasan tersebut mampu meletakkan realitas secara bersama-sama. Bab III merupakan bagian bab yang nantinya akan memuat tentang pembahasan bagaimana konstruksi gender dalam tayangan Berita Islami Masa Kini 28
dan Khazanah di Trans Media. Infotainment religi tersebut nantinya akan dibahas lebih mendalam dengan sudut pandang kita sebagai aktivis dalam analisisnya (analisis wacana berperspektif gender). Analisis yang digunakan untuk menganalisis permasalahan tersebut adalah analisis wacana van Dijk dengan 15 elemennya. Serta seberapa jauhnya tayangan tersebut mampu mengkonstruksi gender, yang kemudian juga akan memuat tentang bentuk-bentuk ketidakadilan gender di dalam infotainment religi tersebut dengan menggunakan teori ketidakadilan gender, terutama perempuan secara manifestasinya dalam segmen-segmen yang diputar dalam tayangan-tayangan tersebut. Bab IV akan membahas tentang faktor apa yang menyebabkan konstruksi gender yang terdapat dalam tayangan Berita Islami Masa Kini dan Khazanah di Trans Media. Dengan melihat sisi latar belakang dan tujuan Trans Media. Tentunya dengan menggunakan analisis terhadap media ketika menampilkan infotainment religi, dengan menggunakan pemahaman encoding-decoding. Pada Bab IV ini akan dibahas faktor tersebut dengan menggunakan tiga bidang, yakni sosiologi, budaya, serta ekonomi. Diharapkan dalam pembahasan tersebut akan semakin jelas bagaimana permasalahan gender ini termuat dalam tayangan tersebut. Bab V merupakan bagian penutup dari hasil kajian ini. Dengan muatan isi seperti kesimpulan, pesan dan kesan. Kesimpulan nantinya akan memuat tentang nilai-nilai penting yang termuat dalam isi atas berbagai kajian ini. Saran atau pesan sendiri dalam bab penutup berupa bagaimana pesan apa yang akan disampaikan
29
dalam kajian ini. Kesan dalam hal ini maksudnya akan memuat tentang niai-nilai yang didapatkan selama menjalani atau melakukan proses pengumpulan dan penyusunan data.
30
BAB V PENUTUP Tidak dapat dihindarkan bahwa televisi dianggap sebagai media massa paling populer di Indonesia. Ketika televisi memiliki keinginan untuk meraih simpati publik, perempuan dijadikan salah satu elemen penting dan bagian terbesar secara kuantitatif dalam sistem kehidupan sosial masyarakat. Oleh karena itu, produk-produk yang disajikan di media sesuai dengan kondisi pasar, yakni perempuan. Akan tetapi dalam memberikan gambaran tentang peran dan posisi perempuan di masyarakat, televisi justru dianggap bersikap diskriminatif dan bias gender hingga memunculkan ketidakadilan gender. Televisi Indonesia dalam hal ini juga sebagai agen sosialisasi dari masyarakat yang menganut budaya male dominated culture dalam upaya memperkuat stereotipe yang merugikan perempuan. Islam sebagai agama kepercayaan yang diyakini mayoritas penduduk Indonesia dijadikan sebagai legitimasi untuk mengkonstruksi masyarakat terhadap tayangan di televisi. Meskipun Islam telah memberikan peran dan posisi yang sama antara laki-laki dan perempuan, akan tetapi dalam kenyataannya masih terjadi bentukbentuk ketidakadilan gender terhadap tayangan tersebut. Ketidakadilan gender tersebut kemudian dikonstruksi media dengan dikemas dalam program acara infotainment religi Berita Islami Masa Kini dan Khazanah. Oleh karena itu, dalam
150
mengkonstruksi gender dalam masyarakat media menggunakan agama untuk melegitimasinya. A. Kesimpulan Konstruksi gender di Trans Media dalam infotainment religi Berita Islami Masa Kini dan Khazanah telah membentuk persepsi masyarakat terhadap bentukbentuk ketidakadilan gender. Konstruksi gender dalam infotainment religi tersebut pada saat ini banyak diminati oleh sebagian masyarakat, karena dalam penyampaian infotainment religinya terlihat menarik dengan pembawa acara Islami serta isi dari berita sesuai dengan perkembangan Islam terkini. Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam perkembangan terkini dimuat dalam infotainment religi yang kemudian dibahas dengan sudut pandang Islam. Sesi demi sesi yang ditayangkan program acara tersebut telah memberikan nilai tersendiri terhadap masyarakat yang menontonnya. Mulai dari nilai budaya, nilai keteladanan, nilai estetika dan nilai pendidikan telah mengkonstruk masyarakat dalam segala bicara, bertindak dan mengambil sikap. Konstruksi gender dalam infotainment religi Berita Islami Masa Kini dan Khazanah adalah sebagai berikut: 1. Laki-laki dikonstruksikan untuk memiliki tanggung jawab terhadap anak, yang bukan hanya dibebankan kepada sang isteri.
151
2. Laki-laki sebagai suami dalam infotainment religi diposisikan sebagai pelengkap perempuan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan berumah tangga. 3. Infotainment religi mengkonstruk bahwa perempuan juga bisa mengambil keputusan di dalam keluarga, dengan ketentuan bila hal tersebut dianggap mendesak dan dikarenakan tidak adanya suami di sampingnya. 4. Pekerjaan rumah bukan semata-mata dibebankan kepada seorang isteri, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab suami. 5. Hak berbicara atau pun hak asasi lainnya seutuhnya menjadi kepemilikan antara laki-laki dan perempuan, bukan hanya pada laki-laki ketika mengambil keputusan. 6. Infotainment religi memperlihatkan bahwa tugas seorang isteri bukan hanya mengurus pekerjaan rumah, tetapi juga mengurus anak-anaknya, sehingga diminta dari pihak laki-laki untuk tidak membebankan pekerjaan yang ganda terhadap isteri. 7. Perempuan dijadikan sebagai objek dalam mengiklankan produk-produk rumah tangga, mengindikasikan bahwa perempuan mampu bekerja di ruang publik. 8. Simbol-simbol agama yang diberikan kepada laki-laki dan perempuan memperlihatkan keseimbangan dalam wilayah sosial dan ekonomi.
152
9. Penafsiran terhadap sumber-sumber al Quran dan Hadis bukan hanya menunjukkan keberpihakan, sehingga dominasi maskulin dalam dunia sosial keagamaan tidak begitu terlihat. 10. Pendidikan dasar yang menjadi kontributir dalam memberikan pendidikan terhadap kesetaraan terhadap peran laki-laki dan perempuan. Dari beberapa kesimpulan di atas, dengan demikian diketahui konstruksi gender dalam infotainment religi di Trans Media, yang tentunya memanifestasikan bentuk-bentuk ketidakadilan gender. Dalam hal ini penulis berharap dalam penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun pengetahuan terhadap kajian media berperspektif gender. B. Saran Hasil penelitian ini terhadap kajian media berperspektif gender ini, penulis menyarankan: 1. Dalam pembentukan berita yang ditayangkan, haruslah bersifat objektif terhadap realitas, dan produsen harus mampu mempertimbangkan tayangan-tayangan yang layak untuk dikonsumsi masyarakat dalam segi konstruksinya. Masyarakat dalam menonton televisi bukan hanya menikmati hiburan yang disajikan, akan tetapi juga berimplikasi terhadap cara bicara, berpendapat dan bertingkah laku dalam keseharian dari tayangan tersebut.
153
2. Infotainment religi merupakan berita Islami masa kini, media dakwah yang dilegitimasi al Qur‟an dan as Sunnah. Dalam hal ini dalam penggunaan dalil maupun hadis haruslah disesuaikan dengan konteksnya, sehingga nantinya tidak adanya perselisihan terhadap organisasiorganisasi masyarakat yang bersebrangan dalam proses penafsirannya. 3. Media dalam menyampaikan berita harus memiliki tumpuan yang kuat dalam menyampaikan argumentasinya, terlihat dari sesi satu dengan sesi lainnya bersebrangan dalam penyampaiannya. Yang nantinya akan membawa penonton menjadi kebingungan dalam mengambil nilainilainya. 4. Dalam penyampaian berita, harus seimbang dalam keberpihakannya. Jangan hanya difokuskan dalam perempuan yang seakan-akan perempuan adalah pasar dari media sendiri. 5. Masyarakat harus mampu membaca situasi sosial yang sedang terjadi di sekitar, sehingga masyarakat tidak akan mudah terpengaruh terhadap tayangan-tayangan yang memicu perselisihan. 6. Masyarakat harus memiliki pemahaman yang cukup terhadap perbedaanperbedaan keyakinan yang ada di sekitar, sehingga tidak fanatik terhadap keyakinannya sendiri dan mudah terprovokasi. 7. Masyarakat diharapkan mampu untuk menjadi pelopor perubahan dalam mengatur alur pereknomian dan mengubahnya persepsi masyarakat terhadap budaya konsumerisme. 154
8. Masyarakat dan media harus bersinergi dalam menayangkan tayangan yang mendidik terhadap perkembangan pendidikan penerus bangsa. Demikian merupakan beberapa saran penulis kepada produsen maupun masyarakat luas terhadap apa yang telah penulis teliti. Semoga saran dari penulis bisa dijadikan pertimbangan dalam kelanjutannya.
155
DAFTAR PUSTAKA Buku: Abdullah, Irwan. Sangkan Paran Gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2006 Barker, Chris. Cultural Studies Teori dan Praktik. Yogyakarta: Kreasi Wacana. 2013 Berger, Peter L. Langit Suci Agama sebagai Realitas Sosial. Jakarta: Pustaka LP3ES. 1991 Bordieu, Pierre. Arena Produksi Kultural Sebuah Kajian Sosiologi Budaya. Yogyakarta: Kreasi Wacana. 2012 _______, Dominasi Maskulin. Yogyakarta: Jalasutra. 2010 Budiman, Kris. Feminis Laki-Laki dan Wacana Gender. Magelang: IndonesiaTera. 2000 Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi, dan Keputusan Konsumen serta Kritik Terhadap Peter L. Berger & Thomas Luckman. Jakarta: Kencana. 2008 Collin, Denis. Paulo Freire Kehidupan, Karya dan Pemikirannya . Yogyakarta: Komunitas APIRU bekerjasama dengan Pustaka Pelajar. 2011 Enginer, Asghar Ali. Hak-Hak Perempuan dalam Islam. Yogyakarta: LSPPA. 2000
156
Eriyanto. Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LKiS. 2002 _______. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS. 2001 Fakih, Mansour. Analisi Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2003 ______. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta: Insist Press bekerjasama dengan Pustaka Pelajar. 2001 Muhammad, Kyai Husein dkk. Fiqh Seksualitas Risalah Islam untuk Pemenuhan Hak-Hak Seksualitas. Yogyakarta: PKBI. 2011 Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset. 2000 Hardiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. 2010 Hasan, Sandi Suwardi. Pengantar Cultural Studies, Pendekatan Konseptual, & Isu Menuju Studi Budaya Kapitalisme Lanjut. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2011 Al-Hibri, Azizah, Suad Ibrahim, dkk. Wanita dalam Masyarakat Indonesia Akses, Pemberdayaan dan Kesempatan. Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press. 2001
157
Jones, Pip. Pengantar Teori-teori Sosial-dari Teori Fungsionalisme hingga Postmodernisme. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 2010 Kasiyan. Manipulasi dan Dehumanisasi Perempuan dalam Iklan. Yogyakarta: Ombak. 2008 Kuntowijoyo. Budaya dan Masyarakat Edisi Paripurna. Yogyakarta: Tiara Wacana. 2006 Lekachman, Robert dan Borin Van Loon. Kapitalisme: Teori dan Sejarah Perkembangannya. Yogyakarta: Resist Book. 2008 Mosse, Julia Cleves. Gender dan Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2007 Murata, Sachiko. The Tao of Islam: Kitab Rujukan tentang Relasi Gender dalam Kosmologi dan Teologi Islam. Bandung: Mizan. 1999 PMII. Menggagas Jurnalisme Sensitif Gender. Yogyakarta:Kerjasama PMII Komisariat IAIN Sunan Kalijaga Pact-INPI dengan dukungan USAID. 1998
Ritzer, George. Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012 Rohmaniyah, Inayah. Konstruksi Patriarkhi dalam Tafsir Agama Sebuah Jalan Panjang. Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin
& Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga
bekerjasama dengan Diandra Pustaka Indonesia. 2014 El-Sadawi, Nawal. Wajah Telanjang Perempuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2003
158
Santoso, Widjayanti M. Sosiologi Feminisme Konstruksi Perempuan dalam Industri Media. Yogyakarta: LKiS. 2011 Sarte, Jean-Paul. Seks dan Revolusi. Yogyakarta: Narasi dan Pustaka Promethea. 2015 Sholihari, Siti. Wanita dan Media Massa. Yogyakarta: Teras. 2007 Sobur, Alex. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing. Bandung: Rosdakarya. 2006 Soehada, Moh. Metodologi Penelitian Sosiologi Agama. Yogyakarta: Teras. 2010 Storey, John. Pengantar Komprehensif Teori dan Metode Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop. Yogyakarta: Jalasutra. 2010 Stuers, Cora Vreede-De. Sejarah Perempuan Indonesia Gerakan dan Pencapaian. Jakarta: Komunitas Bambu. 2008 Suryanegara, Ahmad Mansur. Api Sejarah: Mahakarya Perjuangan Ulama dan Santri dalam Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bandung: Grafindo Media Pratama. 2013 Syahputra, Iswandi. Rezim Media: Pergulatan Demokrasi, Jurnalisme, dan Infotainment dalam Industri Televisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2011
159
Turner, Bryan. Teori-Teori Sosiologi Modernitas Postmodernitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2008 Wahid, Abdurrahman. Islamku Islam Anda Islam Kita Agama Masyarakat Negara Demokrasi. Jakarta: The Wahid Institute. 2006 Portal Berita: Tim Penulis, Chairul Tanjung Profil dalam www.detik.com diakses pada tanggal 25 Mei 2015 _________, Chairul Tanjung Profil dalam www.merdeka.com diakses pada tanggal 25 Mei 2015 _________, Profil CT Corp dalam www.merdeka.com diakses pada tanggal 25 Mei 2015 _________, History CT Corp dalam www.ctcorpora.com diakses pada tanggal 26 Mei 2015 _________, Para Group Ubah Nama Menjadi CT Corp dalam www.kompas.com diakses pada tanggal 26 Mei 2015 ________, Chairul Tanjung Besar dari Jasa Fotokopi dalam www.tribunnews.com diakses pada tanggal 25 Mei 2015 ________, Dinilai Berkontribusi dalam Syiar Islam Chairul Tanjung Raih MUI Award dalam www.detik.com diakses pada tanggal 18 Mei 2015 ________, History Trans TV dalam www.transtv.co.id diakses pada tanggal 25 Mei 2015
160
________, Kontribusi Trans TV Tidak Kecil dalam www.bisnis.com diakses pada tanggal 25 Mei 2015 ________, Tentang Trans 7 dalam www.trans7.co.id diakses pada tanggal 25 Mei 2015 ________, Profil Trans 7 dalam www.merdeka.com diakses pada tanggal 25 Mei 2015 ________, Program Berita Islami Masa Kini dalam www.transtv.co.id diakses pada tanggal 15 Mei 2015 ________, Berita Islami Masa Kini dalam www.tvguide.co.id diakses pada tanggal 23 April 2015 ________, Zaskia Adya Mecca Jadi Host Berita Islami Masa Kini dalam www.detik.com diakses pada tanggal 23 April 2015 ________, Stop Khazanah Trans 7 dalam www.islamtoleran.com diakses pada tanggal 30 April 2015 ________, Tayangan Khazanah Tidak Berhenti Jatuhkan Ulama dalam www.nu.or.id diakses pada tanggal 26 Mei 2015 ________, Mengenang Kembali: Trans 7 yang Dipuja dan Dicerca dalam www.koepas.org diakses pada tanggal 30 April 2015
161
LAMPIRAN
162
CURICULUM VITAE 1.
Nama
: Ahmad Dawam Pratiknyo
2.
Tempat & Tanggal Lahir
: Pati, 22 Agustus 1993
3.
Nama Ayah
: Sunaryo
4.
Nama Ibu
: Masrukhah
5.
Alamat
: Jl. Raya Pakis Tayu km 03, Pakis RT 001 RW
006 Kecamatan Tayu Kabupaten Pati 6.
Riwayat Pendidikan Formal:
RA Raudlatut Tholibin Pakis tahun 1998 - 1999
MI Raudlatut Tholibin Pakis tahun 1999 - 2005
MTs Raudlatut Tholibin Pakis tahun 2005 - 2008
MA Raudlatut Tholibin Pakis tahun 2008 - 2011
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2011- sekarang
7.
Riwayat Pendidikan non Formal:
8.
Pengalaman Organisasi:
Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (2011-2015)
Anggota Keluarga Mahasiswa Pelajar Pati (2012-2014)
163