KONSERVASI TUMBUHAN DI LINGKUNGAN HOTEL Oleh : I Ketut Ginantra Staf Pengajar Jurusan Biologi FMIPA Unud Makalah disajikan dalam seminar Nasional Hotel Berwawasan Lingkungan, dalam rangka Dies Natalis Universitas Udayana ke-50 tahun, yang diselenggarakan oleh Kelompok Studi Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan Fakultas Mipa Universitas Udayana, Pada Tanggal 11 September 2012. Abstrak Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman tumbuhan yang amat besar, Namun banyak diantaranya sudah punah dan terancam punah. Konservasi tumbuhan mencakup 3 hal yaitu (1) pengawetan jenis (2) perlindungan dan (3) pemanfaatan secara berkelanjutan. IUCN menetapkan bahwa keanekaragaman tumbuhan telah mengalami status kelangkaan dari langka dengan resiko rendah (least concern) sampai punah (extinct). Berbagai upaya dilakukan untuk menyelamatkan keanekaragaman tumbuhan, yaitu konservasi secara ek-situ, in-situ, dan menetapkan peraturan untuk perlingdungan dan pemanfaatan secara berkelanjutan. Konservasi tumbuhan di lingkungan hotel marupakan bagian dari pembangunan berkelanjutan. Ditemukan 122 jenis tumbuhan di lingkungan hotel, 23 jenis diantaranya merupakan tumbuhan langka baik nasional, Bali maupun langka menurut IUCN. Dari jumlah yang langka tersebut 7 diantaranya adalah jenis yang dilindungi. Eksistensi tumbuhan di lingkungan hotel merupakan investasi yang besar sebab mengandung nilai konservasi keanekaragaman tumbuhan, pelestarian tumbuhan langka, tumbuhan dilindungi, tumbuhan asli, memberikan peran positif pada fungsi ekologis, kualitas lingkungan dan memberikan nilai estetika. Kata kunci : konservasi tumbuhan, lingkungan hotel, nilai konservasi, tumbuhan langka. I. Pendahuluan Indonesia memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan yang sangat tinggi. Bahkan Indonesia merupakan negara yang termasuk dalam peringkat lima besar di dunia dalam keanekaragaman jenis tumbuh-tumbuhan, Indonesia memiliki lebih dari 38.000 spesies tumbuhan yang telah dipertelakan, lebih dari 50 % termasuk jenis endemik (Santosa, 2008). Hal ini tentu menjadi kebanggaan dan juga menjadi tantangan bagi kita untuk mengelolanya. Kekayaan flora merupakan rahmat yang amat besar bagi bangsa Indonesia, tetapi kekayaan itu juga memberikan tantangan yang berat bagi kita, yaitu tantangan untuk mendatanya, tantangan untuk mempelajarinya, memanfaatkannya dan mangamankannya (mengkonservasinya), sebab tanpa mengamankan niscaya ribuan spesies kita akan punah sebelum kita mengenal/mempelajarinya. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menyatakan bahwa dari 30.000 spesies tumbuhan berbunga yang ada di Indonesia, baru 60 % yang telah dipertelakan secara ilmiah. Disamping itu, upaya konservasinya baru sekitar 18% nya, dengan demikian masih sebagian besarnya beresiko hilang atau punah.
I Ketut Ginantra: Konservasi Tumbuhan di Lingkungan Hotel
Seminar Nasional Hotel Berwawasan Lingkungan~1
Perkembangan
pembangunan
diberbagai
sektor
(termasuk
sektor
pariwisata)
memberikan dampak terhadap lingkungan, baik lingkungan geofisik-kimia, lingkungan hidup maupun sosial budaya masyarakat disekitarnya. Hal ini menuntut manusia untuk senantiasa bertindak arif terhadap lingkungan agar tidak menimbulkan dampak yang negatif atau merusak. Dalam menunjang program untuk meningkatkan pengelolaan sumber daya alam hayati diperlukan usaha-usaha konservasi baik secara in-situ maupun ek-situ terhadap flora dan fauna, utamanya terhadap jenis-jenis yang telah dilindungi maupun yang sedang mengalami penurunann populasi. Usaha konservasi flora tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah tapi juga masyarakat luas, lembaga non pemerintah, institusi swasta termasuk didalamnya adalah pengusaha dibidang pariwisata. II. Konservasi/Pelestarian Tumbuhan Berdasarkan PPRI No 7. thn. 1999, bahwa konservasi tumbuhan merupakan upaya pengelolaan
secara
bijaksana
dengan
tetap
mempertahankan
kualitas
dan
nilai
keanekaragamannya, sebagai berikut: menghindarkan dari kepunahan; menjaga kemurnian keanekaragaman genetik dan jenis tumbuhan; memelihara stabilitas dan kemantapan ekosistem, agar bisa dimanfaatkan bagi kesejahteraan manusia secara berkesinambungan. Kelestarian sumberdaya alam (termasuk tumbuhan di dalamnya) merupakan bagian dari ide dasar dari pembangunan berkelanjutan (termasuk pembangunan di sektor pariwisata. Pembangunan sumberdaya (atraksi, aksestability, amenitas) pariwisata bertujuan untuk memberikan keuntungan optimal terhadap stakeholder dan nilai kepuasan bagi wisatawan dalam jangka panjang. (disamping
dimensi
Untuk tujuan tersebut, ekologi merupakan salah satu dimensi ekonomi
dan
sosial-budaya)
dalam
pembangunan
pariwisata
berkelanjutan. Salah satu aspek penting dalam dimensi ekologi adalah tentang peningkatan kesadaran lingkungan dengan kebutuhan konservasi (Damanik & Weber, 2006). Mengapa kita harus mengkonservasi biodiversitas (termasuk tumbuhan)?. Para ahli telah merangkum beberapa alasan tentang pentingnya konservasi tumbuhan (biodiversitas) (sumber : http://www.irwantoshut.com) Alasan ekologi. Semakin besar habitat dan spesies hilang maka semakin besar pula kerusakan system ekologis yang ada. Beberapa dampak yang terjadi akibat kehilangan spesies/rusaknya ekosistem adalah meningkatnya emisi CO2 atau emisi gas rumah kaca di atmosfir, yang memicu terjadinya global warming.
I Ketut Ginantra: Konservasi Tumbuhan di Lingkungan Hotel
Seminar Nasional Hotel Berwawasan Lingkungan~2
Alasan ekonomi. Kehilangan keanekaragaman hayati, berarati akan menyebabkan hilangnya spesies yang bernilai ekonomi dan social sebelum manusia dapat memanfaatkannya. Keanekaragaman spesies yang ada di hutan hujan tropis besar potensinya dalam menghasilkan bahan kimia dan obat-obatan untuk kesejahteraan. Alasan etis. Jika hutan dan keanekaragamannya hilang, maka mata pencaharian dan tradisi masyarakat lokal yang bergantung pada habitat tersebut. Pola hidup dan dalam kasus ekstrem, kehidupan masyarakat, mungkin akan terancam. Tentu, penghancuran habitat atau ekosistem berarti akan menghilangkan tradisi dan mata pencaharian masyarakat local. Alasan estetis. Manusia secara alamiah akan lebih menyenangi bahwa area bervegetasi dengan ekosistemnya yang seimbang akan lebih menarik daripada yang gersang, gundul atau terbakar, atau hanya berupa beton yang luas. Keberadaan manusia terkait dengan dunia alami. Perbedaan jenis tumbuhan dan hewan yang ada memberikan keindahan bagi alam dengan cara. Sebagian besar manusia dapat menikmati kehidupan alam untuk rekreasi seperti hiking, menikmati pemandangan, camping, dll. Konservasi Keanekaragaman hayati secara umum dilakukan dengan dua cara, yaitu konservasi in-situ berarti konservasi dalam habitat alaminya dan konservasi ex-situ dilakukan di luar habitat alaminya. Konservasi ex-situ dilakukan jika habitat alami tidak mampu lagi mendukung kehidupan jenis tumbuhan atau hewan yang telah langkaatau terancam. (Hadi, 2010; Santosa, 2008).
III. Status Kelangkaan Tumbuhan dan Perlindungan Kekayaan Tumbuhan. Dasar keputusan untuk menetapkan suatu jenis termasuk kategori dilindungi atau tidak adalah berdasarkan tingkat ancaman jenis tersebut di alam. Komisi pelestarian plasma nutfah Nasional menetapkan beberapa status kelangkaan spesies dan IUCN Redlist juga telah merilis kategori-kategori menganai status kelangkaan jenis (termasuk tumbuhan), seperti berikut : 1. Kategori Punah (Extinct) adalah status konservasi yangg diberikan kepada spesies individu terakhir spesies tersebut sudah mati. 2. Kategori Punah di alam liar (Extinct in the Wild ) adalah status yang diberikan kepada spesies yang hanya diketahui berada di penangkaran, namun di alam liar sudah tidak ditemukan. 3. Kategori Kritis (Critically Endangered) adalah status konservasi terhadap spesies yang menghadapi risiko kepunahan dalam beberapa waktu mendatang. 4. Kategori terancam atau genting (Endangered) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar yang tinggi pada waktu yang akan datang. I Ketut Ginantra: Konservasi Tumbuhan di Lingkungan Hotel
Seminar Nasional Hotel Berwawasan Lingkungan~3
5. Kategori Rentan (Vulnerable) adalah spesies yang sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar pada waktu yang akan datang. 6. Kategori hamper terancam (Near Threatened) adalah spesies yang mungkin berada dalam
keadaan terancam atau mendekati terancam kepunahan, karena populasinya kecil di dunia. 7. Kategori Beresiko rendah (Least Concern) adalah spesies yang telah dievaluasi namun tidak masuk ke dalam kategori manapun. Dalam IUCN redlist tercatat 17.535 hewan dan 1.488 tumbuhan. Contoh Tumbuhan berstatus Least Concern seperti nyamplung (Calophylum inophylum) dan Palem Nipa (Nypa fruticans), sawo kecik (Manilkara kauki),
8. Kategori Informasi kurang (Data Deficient), sebuah takson dinyatakan “informasi kurang” ketika informasi yang ada kurang memadai untuk membuat perkiraan akan risiko kepunahannya berdasarkan distribusi dan status populasi. Upaya perlindungan/pelestarian dan pemanfaatan
terhadap flora/tumbuhan telah
ditetapkan berdasarkan beberapa peraturan/perudangan. Undang-undang RI no 5 1990, menegaskan perlunya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, Salah satu pasalnya menyatakan bahwa pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa dilaksanakan di dalam dan di luar kawasan suaka alam. Jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi digolongkan dalam: dalam bahaya kepunahan, dan populasinya jarang. Sebagai pelaksanaan dari amanat undang-undang tersebut maka ditetapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) no 7. 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa. Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa di luar habitatnya adalah upaya menjaga keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa agar tidak punah. Kemudian pada PP RI 36 2010, terkait dengan pengusahaan pariwisata alam di suaka margastwa, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam,
diatur mengenai pemanfaatan kawasan konservasi untuk kegiatan pariwisata pada
zona/blok pemanfaatan. PP RI No 8 tahun 1999 mengatur tentang pemanfaatan tumbuhan dan satwa, baik yang dilindungi maupun tidak dilindungi. Pemanfaatan jenis tumbuhan maupun satwa liar dan atau bagian-bagiannya serta hasil dari padanya adalah dalam bentuk pengkajian, penelitian dan pengembangan; penangkaran; perburuan; perdagangan; peragaan; pertukaran; budidaya tanaman obat-obatan; dan pemeliharaan untuk kesenangan. Terkait dengan kegiatan untuk pariwisata, Tumbuhan yang dilindungi bisa melalui kegiatan Penangkaran, atau pemeliharaan untuk rekreasi. Pemanfaatan jenis tumbuhan untuk tujuan perbanyakan tumbuhan secara buatan dalam lingkungan yang terkontrol, dengan memenuhi ketentuan perijinan dan ketentuan dari lembaga konservasi terkait. Pemanfaatan ini bisa dilakukan oleh perorangan, badan hukum, koperasi atau lembaga konservasi. Jenis tumbuhan yang bisa dilakukan pada pemanfaatan penangkaran adalah jenis yang dilindungi I Ketut Ginantra: Konservasi Tumbuhan di Lingkungan Hotel
Seminar Nasional Hotel Berwawasan Lingkungan~4
atau tidak dilindungi. Sedangkan pemanfaatan tumbuhan untuk tujuan kesenangan hanya dapat dilakukan terhadap jenis yang tidak dilindungi, namun jenis yang dilindungi ini bisa dipelihara/dimanfaatkan untuk tujuan kesenangan tetapi yang merupakan hasil dari kegiatan penangkaran tumbuhan yang dilindungi. IV.
Eksistensi Tumbuhan di Lingkungan Hotel Eksistensi tumbuhan di lingkungan hotel yang merupakan bagian dari pengelolaan
lingkungan dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan menjadi investasi yang besar sebab mengandung nilai konservasi keanekaragaman tumbuhan/pelestarian tumbuhan langka, memberikan peran positif pada lingkungan/ekologis, memberikan nilai estetika. 1. Peran dalam konservasi tumbuhan. Pelestarian lingkungan hidup (termasuk tumbuhan) merupakan bagian dari upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan (UKL-UPL) yang merupakan suatu kewajiban bagi pemrakarsa usaha pariwisata. Ruang terbuka hijau yang dipersyaratkan dalam pembangunan usahanyanya adalah diperuntukkan untuk pelestarian tumbuhan. Dalam implementasi undang-undang no 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, yang secara teknis dirinci dalam peraturan menteri liungkungan hidup (Permen LH no 13 tahun 2012 tentang upaya pengelolaan lingkungan dan pemantauan (UKL-UPL). Penjabaran dari peraturan menteri tersebut dilaksanakan oleh Badan lingkungan Hidup (BLH) kabupaten/kota dengan mewajibkan pemrakarsa (manajemen hotel/usaha lain) untuk mengelola lingkungan termasuk kesepakatan pemrakarsa
untuk melestarikan
lingkungan, termasuk konservasi tumbuhan. Di Kabupaten Badung, sebagai bagian dari pengelolaan lingkungan untuk kegiatan usaha bidang pariwisata, pemrakarsa diwajibkan menanam minimal 10 jenis tumbuhan, seperti bungur (Lagerstroemia speciosa), ketapang (Terminalia cattapa), gelodog (Polyalthea longifolia), keben (Barringtonia asiatica), naga sari (Mesua ferica), Angsana (Pterocarpus sp.), majegau (Dysoxylum densiflorum), nyamplung (Calophylum inopylum), badung (Garcinia sp), bambu dan tanaman hias lainnya. Jenis- jenis tumbuhan tersebut sebagian besar merupakan tumbuhan yang sudah termasuk kategori langka di Bali, Nasional atau berdasarkan IUCN. Jadi penanaman jenis-jenis tersebut di lingkungan hotel memberikan kontribusi bagi pelestarian keanekaragaman tumbuhan dan juga pelestarian tumbuhan langka. Hasil survey di beberapa hotel di kawasan BTDC Nusa Dua, Kuta dan Bukit Badung Selatan ditemukan sekitar 122 jenis tumbuhan ditanam/tumbuh di lingkungan hotel (Lampiran 3). Dari jumlah jenis ini, menunjukkan bahwa dari segi kekayaan /keanekaragaman jenis cukup besar kontribusinya bagi upaya konservasi. Dari ratusan jenis tersebut terdapat 23 jenis tumbuhan merupakan tumbuhan langka baik nasional, Bali maupun langka menurut IUCN I Ketut Ginantra: Konservasi Tumbuhan di Lingkungan Hotel
Seminar Nasional Hotel Berwawasan Lingkungan~5
(Lampiran 2). Dari jumlah yang langka tersebut, 7 diantaranya adalah jenis yang dilindungi (berdasarkan SK Mentan No. 54/Kpts/Um/2/1972 dan PPRI No 7 1999), yaitu sawo kecik (Manilkara kauki), sonokeling (Dalbergia latifolia), bungur (Lagerstroemia speciosa), dan kemiri (Aleuritas moluccana), palem kipas (Livistona sp.), Buta-buta (Exoecaria agallocha), intaran (Azadirachta indica). Keberadaan jenis langka tersebut di lingkungan hotel memiliki nilai konservasi yang tinggi, yaitu merupakan upaya konservasi secara ex-situ atau in-situ. Exsitu artinya tanaman didatangkan dari luar kemudian ditanam di dalam lingkungan hotel. Insitu berarti tumbuhan tersebut sudah tumbuh di lingkungan hotel dan dipertahankan sebagai bagian dari pertamanan hotel. Forest Stewardship Council (FSC),1999, menetapkan beberapa kriteria suatu kawasan dengan nilai konservasi tinggi. Dinyatakan bahwa kawasan dengan nilai konservasi tinggi adalah kawasan yang mengandung keanekaragaman/kekayaan jenis tinggi, endemisitas suatu jenis, keaslian (indigenus species), kekhasan suatu spesies, kelangkaan suatu jenis tumbuhan dan kekhasan lainnya. Sehubungan dengan lingkungan hotel sebagai suatu habitat buatan, pelestarian tumbuhan juga baik diarahkan pada tinginya nilai konservasi, misalnya dengan menanam tumbuhan langka yang cocok dengan habitatnya. Beberapa tumbuhan langka yang ada di Bali seperti, kemlaka (Phylanthus emblica), kesambi (Scleichera oleosa), kemiri (Elaeurites mollucana), trengguli (Cassia fistula). Jenis-jenis tersebut banyak tumbuh di kawasan bukit Badung Selatan. Jenis-jenis tumbuhan tersebut bisa ditanam di lingkungan hotel untuk meningkatkan nilai konservasi. Konservasi lingkungan (termasuk pelestarian tumbuhan) memang sudah menjadi trend pariwisata saat ini. Wisatawan memberikan penghargaan yang tinggi pada akomodasi pariwisata yang ramah lingkungan. Lebih dari 60% wisatawan Inggris mau membayar lebih mahal bagi perjalanan liburan keluar negerinya, jika uang itu dipergunakan untuk konservasi lingkungan setempat, atau uang tersebut dimanfaatkan bagi kegiatan sosial (charity). Sebanyak 64% dari konsumen siap membayar 10-15 ponsterling lebih mahal untuk memilih operator pariwisata yang mempunyai komitmen terhadap proteksi lingkungan (Tearfund 2000, dalam Damanik & Weber, 2006). 2. Peran membentuk fungsi ekologis dan kualitas lingkungan. Tumbuhan merupakan faktor yang penting dalam membetuk ekosistem. Peran tumbuhan sebagai produsen dalam ekosistem menjadi faktor sentral bagi terbentuknya interaksi yang lebih kompleks antara faktor biotik dan abiotik. Terbentuknya ekosistem ini memberikan dampak positif terhadap kualitas lingkungan. Dampak positif tersebut diuraikan seperti berikut: (1). Vegetasi yang terbentuk merupakan paru-paru dunia : tanaman sebagai elemen hijau, tumbuhan menghasilkan oksigen (O2) yang sangat diperlukan bagi mahkluk I Ketut Ginantra: Konservasi Tumbuhan di Lingkungan Hotel
Seminar Nasional Hotel Berwawasan Lingkungan~6
hidup untuk pernafasan. Tumbuhan menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen, sehingga mengurangi pemanasan global karena CO2. Semua manfaat ini adalah gratis dan biasanya diterima apa adanya (taken for granted) dan baru disadari kalau tidak memberikan manfaat lagi, (2) Sebagai pengatur lingkungan :vegetasi pohon akan menimbulkan hawa lingkungan menjadi sejuk, nyaman dan segar, (3). Perlindungan terhadap kondisi fisik alami : vegetasi bisa melindungi lingkungan sekitar dari angin kencang, terik matahari, gas dan debudebu, kebisingan suara dan kendaran bermotor, (4) Penutup tanah (ground cover atau surfacing), dalam kelompok ini tanaman dipergunakan untuk mengisi dan menutup permukaan tanah yang sekaligus juga berfungsi sebagai penahan erosi permukaan tanah (run-off). Perakaran tumbuhan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air hujan, juga penting dalam menahan intrusi air laut. Contoh tumbuhan yang berperan dalam hal ini adalah bermacam-macam rumput, bermacam-macam tanaman pendek (kurang dari 50 cm) seperti Widelia trilobata, sutra bombai (portulaca sp.), dan tumbuhan bawah lainnya, (5) Penyerap pencemaran udara, tumbuhan mempunyai kemampuan dalam menyerap polutan di udara. Beberapa jenis tanaman dapat menyerap timbal seperti glodogan (Polyalthea longifolia), keben (Barringtonia asiatica) dan tanjung (Mimusops elengi). 3. Peran dalam nilai Estetika Kehadiran berakeragam tumbuhan di lingkungan hotel juga menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung. Penataan tumbuhan di area hotel dapat menghadirkan nuansa alam pada lingkungan buatan. Sebagian besar manusia merasakan bahwa keindahan alam ini dapat memperkaya kehidupan mereka. Nilai keindahan/estetika yang didapat menjadikan nilai kepuasan jangka panjang bagi wisatawan. V. Kesimpulan Konservasi tumbuhan di lingkungan hotel marupakan bagian dari pembangunan berkelanjutan. Dari 122 jenis tumbuhan yang ditemukan di lingkungan hotel terdapat 23 jenis tumbuhan merupakan tumbuhan langka baik nasional, Bali maupun langka menurut IUCN. Dari jumlah yang langka tersebut 7 diantaranya adalah jenis yang dilindungi. Eksistensi tumbuhan di lingkungan hotel merupakan investasi yang besar sebab mengandung nilai konservasi keanekaragaman tumbuhan, pelestarian tumbuhan langka, tumbuhan dilindungi, tumbuhan asli, memberikan peran positif pada fungsi ekologis, kualitas lingkungan dan memberikan nilai estetika.
I Ketut Ginantra: Konservasi Tumbuhan di Lingkungan Hotel
Seminar Nasional Hotel Berwawasan Lingkungan~7
REFERENCE Anonim. Konservasi biodiversitas. Available at : http://www.irwantoshut.com/ Damanik, J. & H.F. Weber, 2006. Perencanaan Ekowisata, dari Teori ke Aplikasi. Penerbit Andi Yogyakarta. Hadi M. 2010. Konservasi Sumber daya Alam dan Pengelolaan Lingkungan. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Diponegoro. Forest Stewardship Council (FSC). 1999. High Conservation Value Forests ( HCVFs). IUCN. 2001. Red list of Plant Species. Available at : http://www.iucnredlist.org . Keputusan Menteri Pertanian. No.54/Kpt/Um/22/1972 , Tentang Pohon Yang Mutlak Dilindungi dan Pohon Dilindungi Yang Tidak Boleh Ditebang. KSDA Bali, 1998. Eksistensi Flora dan Fauna di Bali Serta Upaya Pelestariannya dan Permasalahaanya. Departemen Kehutanan dan Perkebunan Wilayah Propinsi Bali. PP RI No.7 Tahun1999. tentang Pengawetan Janis Tumbuhan dan Satwa PP RI No.. 8 Tahun1999. tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar Sukara, E. 2010. Konservasi Keanekaragaman di Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Santosa, A. 2008. Konservasi Indonesia, Sebuah Potret Pengelolaan dan Kebijakan. Pustaka Nasional. TNBB. 2011. Available at : dephut.go.id/tnbb-bali barat UU RI No.5 TahunTahun 1990. Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya TumanTumbuhan dandan SatwaSatwa LiarLia Lampiran 1. Daftar tumbuhan yang ditemukan di lingkungan Hotel (hasil survey di beberapa Hotel di Kawasan BTDC, Kuta dan Bukit Badung selatan) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama lokal Akasia Alamanda Ancak Angrek Angsana Asem Awar-awar Bambu Bambu kuning Bandotan Bekul Bentaro beringin Bunga cana Bungur
Nama ilmiah Acasia auriculiformis Allamanda catartica Ficus rumphii Dendrobium sp. Pterocarpus indicus Tamarindus indicus Ficus septica Schizotaschyum sp. Bambusa vulgaris Ageratum conyzoides Zyzipus mauritiana Cerbera manghas Ficus benyamina Canna edulis Lagerstroemia speciosa
16 17 18
Bunut Bunut tempel
Ficus glabela Ficus sp.
Buta-buta
Exoecaria agallocha
19 20 21 22 23 24
Canging Cemara nostok Cempaka kuning Dagdag se Daun kupu-kupu Euporbia
Erytrina sp. Casuarina sp Michelia champaca Pisonia alba Bauhinia purpurea Euphorbia sp.
I Ketut Ginantra: Konservasi Tumbuhan di Lingkungan Hotel
Keterangan Umum Umum Umum Umum Umum Umum Langka di Bali Umum Langka nasional Umum Umum Umum Langka di Bali Langka Nasional Langka, dilindungi SK menteri Pertanian No. 54/Kpts/Um/2/1972 Umum Umum Langka, dilindungi SK Menteri Pertanian No. 54/Kpts/Um/2/1972 Umum Umum Langka nasional Umum Umum Umum Seminar Nasional Hotel Berwawasan Lingkungan~8
25 26 27 28
Flamboyan Gamal Glodogan Intaran
Delonix regia Gliricidia sepium Polyalthea longifolia Azadirachta indica
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Jambu air Jambu biji Jarak Jati Jempiring /kacapiring Juwet Kamboja kamboja merah Kamboja putih Kayu eboni Keben kedondong Kelor Kembang kertas Kembang kertas Kembang kuning Kembang sepatu Kemiri/tingkih
Psidium guajava Psidium aquaeum Ricinus comunis Tectona grandis Gardenia augusta Syzigium cumini Plumeria acuminata Plumeria rubra Plumeria alba Diospyros celebica Baringtonia asiatica Spondias dulcis Moringa oleifera Bougenvillea spectabilis Bougenvillea spectabilis Cassia siamea Hibiscus rosa-sinensis Aleuritas moluccana
47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77
Kemuning Kenyeri kepipinis Kerasi hias ketapang Lamtoro Leli Lidah buaya Lidah mertua Mahoni Mangkokan Mengkudu Merak Singepur Nagasari Nyamplung Padang tepu Pakis haji Paku ekor kuda Paku pidpid Paku sarang burung Palem ekor tupai Palem botol Palem kuning Palem merah Palem payung Palem putri Palem raja Palem kipas Pandan duri Patikan
Murraya paniculata Nerium oleander Melia azaderacth Lantana sp. Terminalia cattapa Leucaena leococephala Lilium longiflorum Aloe vera Sanseviera trifasciata Sweitenia machropyla Nothopanax scutellarian Morinda citrifolia Caesalpinia pulcherima Muntingia calabura Mesua ferica Calophylum inophylum Tridax procumbens Cycas rumphii Equisetum sp. Nephrolepis sp. Asplenium sp. Wodyetia bifurcate Hyophorbe lagenicaulis Chrysalidacarpus lutescens Cyrtostachys lakka Licuala grandis Veitchia merilii Roystonia sp. Livistona sp. Pandanus tectorius Euphorbia hirta
I Ketut Ginantra: Konservasi Tumbuhan di Lingkungan Hotel
Langka, kategori V IUCN Umum Umum Langka, dilindungi SK Menteri Pertanian No. 54/Kpts/Um/2/1972 Umum Umum Umum Umum Umum Langka di Bali Umum Umum Umum Langka, kategori V IUCN Umum Umum Langka Nasional Umum Umum Umum Umum Langka, dilindungi SK Menteri pertanian No. 54/Kpts/Um/2/1972 Langka di Bali Umum Umum Umum Umum Umum Umum Umum Umum Umum Umum Umum Umum Umum Langka nasional Langka, kategori LC IUCN Umum Umum Umum Umum Umum Umum Umum Umum Umum Umum Umum Umum Dilindungi PPRI 7 1999 Umum Umum
Seminar Nasional Hotel Berwawasan Lingkungan~9
78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
Pepaya Pisang hias Pisang kipas Prasok Pudak Pulai Pungut Puring Putri malu Rontal Rumput Rumput Rumput Rumput belulang Rumput cakar ayam Rumput gerinting Rumput gerinting Rumput kembang goyang Rumput mutiara Rumput teki Sandat Santen Sawo kecik
Carica papaya Heliconia sp. Ravenala sp. Yucca sp Pandanus Alstonia scholaris Streblus asper Codiaeum variegatum Mimosa indica Borrasus flabelifer Temeda arguens Panicum eruciforme Eragrostis sp. Eleusine indica Dactyloctenium aegyptium Cynodon dactylon Cynodon dactylon Chloris barbata Axonopus sp. Cyperus haspan Canangium odoratum Lannea grandis Manilkara kauki
101 102 102 104 105 106 107
Sedap malam Sengon Sikat botol Silik Simbar menjangan Soka Sonokeling
Polianthus tuberosus Albazia falcata Callistemon sp. Annona squamata Platiceratum conorarium Ixora grandiflora Dalbergia latifolia
108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122
Spatodea suji Sukun Suplir Tanjung Tapak dara Teratai biru Teratai merah Teratai putih Trengguli Turi waru Waru laut Widelia Widuri
Spatodea sp. Pleomele angustifolia Artocarpus communis Adiantum sp. Mimosops elengi Catarantus roseus Nymphaea stelllata Nelumbium nelumbo Nymphaea lotus Cassia fistula Sesbania grandiflora Hibiscus sinensis Thespesia populnea Widelia sp. Calotropis gigantea
I Ketut Ginantra: Konservasi Tumbuhan di Lingkungan Hotel
Umum Umum Umum Umum Umum Langka Nasional Umum Umum Umum Umum Umum Umum Umum Umum Umum Umum Umum Umum Umum Umum Langka di Bali Umum Langka Nasional, dilindungi SK Menteri Pertanian No. 54/Kpts/Um/2/1972 Umum Umum Umum Umum Umum Umum Langka Nasional, kategori V IUCN, dilindungi SK Menteri Pertanian No. 54/Kpts/Um/2/1972) Umum Umum Umum Umum Langka Nasional Umum Umum Umum Umum Langka di Bali Umum Umum Umum Umum Umum
Seminar Nasional Hotel Berwawasan Lingkungan~10