KONSEP PRODUKSI DALAM TINJAUAN SOSIOLOGI EKONOMI Amiruddin K Jurusan Ekonomi Islam, UIN Alauddin, Jl. St. Alauddin No. 36 Samata-Gowa
[email protected]
Abstract Despite having different economic doctrines, capitalism, Marxism, and Islamic Economics share and maximize utilization of the nature in their doctrines. The three doctrines agree the importance of these objectives, as well as in the realization according to the lines of each doctrine. Economical Sociology studies many complex activities that involve production, distribution, exchange, and consumption of goods and services hardly found within communities, which focuses on economic activities, and the relationship among sociological variables involved in non-economic context. Concept of production in Islamic economics is always based on the philosophy of Islamic economics itself. Islamic economics philosophy provides spirit to the value of Islamic teaching and to production factors. These factors of production are: manpower, capital, natural resources, and skills/technology. The relationship of these production factors results in mathematical equation, called the production function: O = f{L, C, NR, T} The production concept in Islamic economics especially for capital factor is based on mudharabah and profit sharing. In the other side, conventional economics is based on interest using loans from conventional bank to finance production activities. Thus, production activities should be based on muamalah principles, such as tawhid, khilafah and ‘adl. Keywords: Economical Sociology, Islamic Economics, mudharabah, production process
I. PENDAHULUAN Sistem ekonomi yang selama ini dikenal dan diimplementasikan di dunia dalam perjalanan sejarahnya semakin lepas dari perspektif moral dan pranata sosial-budaya. Perekembangannya menjadi segmentatif dan mikro, sehingga hanya bisa menjelaskan secara parsial fenomena-fenomena kemasyarakatan yang ada. Dari sekian banyaknya peristiwa kesejarahan yang patut kita lakukan
60
penghampiran bersama yakni masalah-masalah sosial ekonomi.1 Bukan hanya masalah teknologi atau kealaman saja yang dapat direkayasa, melainkan kita mengenal social economic engeneering atau rekayasa sosial ekonomi. Namun hal ini, harus ada pengendalian secara etis menurut perspektif agama. Dalam aktifitas produksi terdapat dua aspek: aspek obyektif (saranasarana yang digunakan, kekayaan alam yang diolah, dan kerja yang dicurahkan) dan aspek subyektif (motif psikologis, tujuan yang hendak dicapai lewat aktifitas produksi menurut berbagai konsepsi keadilan yang dianut).2 Doktrin ekonomi memiliki peran positif pada sisi inilah tercermin kontradiksi doktrinal diantara berbagai masyarakat berbeda dengan doktrin ekonominya masing-masing karena setiap masyarakat memiliki sudut pandang khasnya berkenaan dengan proses produksi, dan mengevaluasi proses tersebut berdasarkan berbagai konsepsi umumnya serta metode-metode doktrinalnya: seperti dalam hal penentuan motif serta kontribusi {aktifitas produksi} dalam mewujudkan idealitas kehidupan. Ada satu hal yang menjadi kesepakatan bagi doktrin ekonomi, baik itu ekonomi Kapitalis, Marxis maupun Ekonomi Islami, yaitu pertumbuhan produksi dan pemanfaatan alam hingga batas tertinggi dalam kerangka umum masingmasing doktrin. Ketiga doktrin ekonomi ini sepakat ihwal pentingnya tujuan ini, juga realisasinya dengan seluruh cara serta metode yang sesuai dengan kerangka dan warna masing-masing doktrin.3 Demikian pula, sebagai hasil dari koordinasi organik doktrin ekonomi yang tunggal, masing-masing doktrin menolak apapun yang tidak sesuai dengan kerangka doktrinalnya. Karena prinsip pertumbuhan produksi dan pemanfaatan alam hingga batas tertinggi, adalah bagian dari keseluruhan, maka dalam setiap doktrin ia bersinggungan dengan bagian-bagian doktrin itu serta bekerja sesuai dengan posisinya dalam kesatuan tersebut dan hubungannya dengan seluruh bagian lainnya. Kapitalisme menolak pertumbuhan produksi dan peningkatan kekayaan apapun yang bertentangan dengan prinsip
1
A.M. Saefuddin, Antologi Sosial Ekonomi perspektif Islam, (Cet.I. Ujung Pandang: Lembaga Percetakan dan Penerbitan Universitas Muslim Indonesia LEPPEN UMI, 1988), h. 1. 2 Muhammad Baqir Ash Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam (Iqtishaduna), diterjemahkan oleh Yudi, (Cet. I. Jakarta: Sahra,2008), h. 393. 3 Ibid. h. 397
61
kebebasan ekonominya. Sementara Islam menolak seluruh cara yang tidak selaras dengan berbagai teorinya tentang distribusi dan cita-cita keadilannya. Sedangkan Marxisme percaya bahwa doktrin ekonomi tidak akan pernah bisa bertentangan dengan pertumbuhan produksi karena keduanya akan selalu berjalan di atas satu lintasan (hubungan antara produksi dan bentuk distribusi).4 Hal ini kita akan kaji nanti dalam makalah ini tentang konsepsi produksi dalam tinjauan sosiologi ekonomi. Dari uraian latar belakang di atas penulis akan merusmuskan dan membatasi masalah yang akan menjadi pembahasan utama dalam makalah ini sebagai berikut 1. Bagaimana konsep sosiologi ekonomi dalam kehidupan sosial ? 2. Bagaimana konsep produksi dalam Tinjauan sosiologi ekonomi ? 3. Bagaimana hubungannya Sosiologi, Ekonomi dan Produksi ?
II. PEMBAHASAN A. Konsep Ilmu Sosiologi Kata sosiologi berasal dari bahasa Latin Socius dan Logos. Socius artinya masyarakat dan Logos artinya ilmu. Jadi sosiologi adalah ilmu tentang masyarakat. Para ahli kemudian mencoba memberikan definisi yang lain tentang sosiologi, walaupun pada intinya definisi yang mereka kemukakan tidak berbeda jauh dengan arti secara etimologis. Perbedaannya terletak pada sudut pandang yang dilihat oleh masing-masing pakar/ahli.5 Ada yang menekankan pada aspek interaksi sosial, struktur sosial dan ada pula yang menekankan pada fakta-fakta sosial, perubahan sosial dan lain sebagainya. Sosiologi ekonomi mempelajari berbagai macam kegiatan yang sifatnya kompleks dan melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan konsumen barang dan jasa yang bersifat langka dalam masyarakat. Jadi, fokus analisis untuk
4 5
Ibid, h. http://www.jestor.org
62
sosiologi ekonomi adalah pada kegiatan ekonomi, dan mengenai hubungan antara variabel-variabel sosiologi yang terlihat dalam konteks non-ekonomis.6 Soerjono Soekanto mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial, proses sosial termasuk perubahan-perubahan sosial dan masalah sosial. Sementara itu, Roucek dan Waren mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok.7 William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff mengatakan bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial. Sedangkan Emile Durkheim mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yaitu fakta-fakta yang berisikan cara bertindak, berfikir dan merasakan yang mengendalikan individu tersebut. Dari berbagai pendapat para ahli tersebut di atas terlihat bahwa pada umumnya mereka sepakat bahwa sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai interaksi manusia di dalam kehidupan sosialnya. Sosiologi berfokus pada interaksi manusia, khususnya pada pengaruh timbal balik diantara dua orang atau lebih dalam hal perasaan, sikap, dan tindakan. Dengan kata lain bahwa sosiologi tidak begitu difokuskan pada apa yang terjadi di dalam manusia (area psikologi), melainkan pada apa yang berlangsung di antara manusia. B. Pengertian Ilmu Ekonomi Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan alat pemenuh kebutuhan yang terbatas. Dari pengertian tersebut memunculkan masalah-masalah ekonomi, motif ekonomi dan tindakan ekonomi. a. Masalah-masalah Ekonomi memiliki beberapa faktor, antara lain:8 1. Faktor Ekonomi 2. Faktor Sosial-Budaya 3. Faktor Fisik 4. Faktor Pendidikan 6
File://G: Konsep sosiologi dalam Sosiologi Ekonomi. Ibid. 8 Ibid. 7
63
b. Motif Ekonomi mencakup antara lain; motif internal (autonomous) dan motif eksternal (mobilized), selain itu juga ada motif-motif lainnya, yaitu: 1. Memenuhi kebutuhan 2. Motif keuntungan 3. Motif penghargaan 4. Motif kekuasaan 5. Motif sosial: yang mencakup tiga poin, yaitu Integrasi sosial, struktur sosial, dan juga status sosial. Integrasi sosial diindikasikan dengan adanya asimilasi, akulturasi, dan kooperasi dimana akan terjadi pembauran nilai-nilai yand ada pada masyarakat. c. Dari adanya motif-motif di atas akan menimbulkan tindakan ekonomi yang dibedakan menjadi 2, yaitu:9 1. Tindakan Rasional 2. Tindakan Irrasional Berdasarkan teori kebutuhan Maslow, kebutuhan sendiri memiliki beberapa tingkatan, yaitu: 1. Kebutuhan Fisiologis dasar 2. Kebutuhan rasa aman dan tentram 3. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi 4. Kebutuhan untuk dihargai 5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri. C. Perkembangan Ilmu Sosiologi Ekonomi Ilmu Sosiologi Ekonomi oleh Max Weber dan Emile Durkheim didefinisikan sebagai fenomena ekonomi yang dilihat dari perspektif Sosiologi. Smelser menambahkan tentang perspektif sosiologi dari interaksi personal, kelompok, struktur sosial (kelembagaan), dan kontrol social (yang terdiri dari sanksi-sanksi, norma-norma, dan yang paling utama adalah nilai-nilai). Sosiologi Ekonomi mempelajari berbagai macam kegiatan yang sifatnya kompleks dan 9
Ibid.
64
melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan konsumen barang dan jasa yang bersifat langka dalam masyarakat. Yang fokus pada kegiatan ekonomi, dan mengenai hubungan antara variable-variabel sosiologi yang terlibat dalam konteks non-ekonomis. Pola dan sistem yang berlaku dalam mekanisme pasar-interaksi ekonomi yang dilakukan oleh antar individu dan masyarakat-sebenarnya berawal dari hubungan yang sederhana antara individu dan masyarakat (interaksi sosial) dalam rangka mengatasi kelangkaan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa, Ekonomi tidak dapat dipisahkan dari aspek sosial. Bahkan aktifitas ekonomi selalu melekat dalam sosialitas tempat kejadian ekonomi itu berlangsung. Meskipun sosiologi juga menempatkan manusia dan masyarakat sebagai objek material bersama dengan ekonomi namun sosiologi memiliki perangkat dan wilayah analisis yang berbeda dengan ilmu ekonomi. Jadi, pada ekonomi sosiologi fenomena-fenomena Ekonomi yang ada akan dilihat dan dianalisa melalui perspektif sosiologi. Untuk membandingkan antara Mainstream Ekonomi dengan Ekonomi Sosiologi dapat dibedakan melalui: 1. Konsep pelaku, 2. Konsep tindakan Ekonomi, 3. Batasan-Batasan dalam Tindakan Ekonomi, 4. Hubungan Ekonomi dengan Masyarakat, 5. Tujuan Analisa, 6. Model yang dipakai, dan 7. Kebiasaan-kebiasaan Intelektual. Ilmu ekonomi sosiologi mencapai puncaknya pada tahun 1890-1920 dengan tokoh-tokoh klasik, dan juga pada awal 1980an hingga sekarang, di mana tetap menggabungkan antara analisa ekonomi dengan analisa hubungan-hubungan sosial. a. Perkembangan Keilmuan Ada
beberapa
periode
perkembangan
keilmuan
seiring
berkembangnya Sosiologi Ekonomi, yaitu yang, pertama, Yunani kuno, yang kedua, pada sekitar abad-XIV agama mengalami perkembangan yang sangat pesat, namun yang terjadi dengan keilmuan justru sebaliknya, zaman ini disebut zaman Skolastik. Skolastik disebut juga dengan zaman kegelapan, di Eropa agama Kristen mengalami perkembangan yang sangat pesat, pada zaman ini kaum pemuka agama dianggap sebagai yang mengetahui segalanya, sehingga jika ada yang bertentangan dengan Gereja maka harus minta maaf 65
dan tidak boleh mempertahankan anggapannya meskipun benar, atau akan dihukum mati. Salah satu contohnya adalah Galileo Galilei, salah satu ilmuwan besar Italia yang dihukum dengan dikucilkan sampai akhirnya mati karena mempertahankan pendapat bahwa bumi beredar mengitari matahari, beliau dianggap merusak iman, sementara Gereja beranggapan matahari yang beredar mengitari bumi. Karena banyak ilmuwan yang berbeda pendapat dan tidak mau minta maaf banyak ilmuwan yang dihukum mati, sehingga pada masa tersebut keilmuwan tidak berkembang, justru mengalami kemunduran karna banyak ilmuwan yang mati. Yang ketiga, yaitu pada sekitar abad XVII, era Renaissance atau pencerahan kembali, dimana zaman Skolastik tersebut menimbulkan adanya kekuatan secara berlebihan untuk menguasai dunia. Hal tersebut menimbulkan gejolak Conselior oleh Marthin Luther King, sehingga akhirnya hak memeluk agama tidak lagi terkekang. Perlahan tapi pasti keilmuan mulai berkembang lagi dan hingga sekarang pada budaya barat antara urusan kenegaraan dengan agama dipisah untuk menghindari terjadinya hal seperti pada zaman skolastik yang secara langsung menyebabkan matinya keilmuan. b. Ciri-Ciri Masyarakat Kapitalis Berikut ini adalah ciri-ciri dari masyarakat kapitalis: 1. Individualisme 2. Laizzes Faire 3. Minim peran negara Dengan tercapainya hal-hal di atas diharapkan akan meningkatkan tingkat kreatifitas masyarakat sehingga akan tercapai prestasi yang tinggi sehingga masyarakatnya akan makin kompetitif. Contoh tokoh di era Kapitalisme Klasik adalah John Stuart Mill. Pada era Kapitalisme Modern adalah John Maynard Keynes, yang pada saat itu sedang booming tentang prinsip Welfare State, dimana tiap individu berhak untuk mendapatkan standar hidup minimal dan pemerintah bertanggungjawab untuk menyediakan
lapangan kerja. Pada era tersebut J.M.Keynes juga
banyak dikritik oleh banyak pihak, antara lain: 1. New left: yaitu berorientasi pada negara berkembang yang menolak aliran kapitalis tapi juga tidak sependapat dengan aliran Marxist. 66
2. New right: yaitu aliran yang ingin kembali pada kapitalisme klasik. Yang biasa disebut juga dengan Neo-Konservatisme. Tokohnya antara lain adalah Milton Friedman. Dengan ciri-ciri sebagai berikut:10 a. Deregulasi ekonomi b. Dekonsentrasi pemerintah c. Kebijakan pemerintah pusat kurang d. Kebijakan pemerintah pusat bersifat kaku pada pelaksanaannya di daerah. e. Pengalihan fungsi-fungsi pemerintah ke swasta f. Kesangsian pada detente. 3. Neo-Marxist: pendukung pemikiran Marxist, yang terkenal dengan teori Dependensi-nya. D. Konsep Produksi 1. Pengertian Produksi Produksi adalah menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Dalam memproduksi membutuhkan faktor-faktor produksi, yaitu alat atau sarana untuk melakukan proses produksi, faktor-faktor produksi yang dimaksud adalah, (1) Tenaga kerja, (2) Modal, (3) Sumber daya alam, (4) Skill/teknologi. Hubungan faktor produksi tersebut membentuk fungsi matematis, yang disebut dengan fungsi produksi: O = f(Tk,M,SDA,T).11 Dalam kehidupan sehari-hari, apabila kita mendengar kata produksi, maka yang terbayang di pikiran kita adalah suatu kegiatan besar yang memerlukan peralatan yang serba canggih, serta menggunakan ribuan tenaga kerja untuk mengerjakannya. Sebenarnya dugaan tersebut tidak benar. Produksi artinya, kegiatan menambah nilai guna suatu barang atau jasa untuk keperluan orang banyak. Dari pengertian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa, tidak semua kegiatan yang menambah nilai guna suatu barang dapat dikatakan proses produksi.12
10
http://www.jestor.org, op. cit. Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam, (Cet. I. Yogyakarta: BPFEYogyakarta, 2004), h. 255. 12 http://adsensecomp.com. 11
67
Dalam sebuah proses produksi, rumah tangga produksi (organisasi produksi) dan rumah tangga konsumen dilibatkan. Proses produksi membutuhkan perangkat teknis, yaitu faktor-faktor produksi (secara lebih spesifik adalah faktor modal seperti mesin-mesin pabrik dan sumber daya alam sebagai bahan baku). Untuk melangsungkan proses itu diperlukan tenaga kerja yang juga menjadi faktor produksi. Dalam sebuah proses produksi diperlukan pula peranan okupasi untuk memungkinkan produksi barang dan jasa oleh rumah tangga produksi (organisasi produksi). Terdapat dua macam organisasi produksi, yaitu organisasi formal dan informal.13 Proses produksi ini dalam pandangan sosiologis ternyata memiliki peran yang cukup vital dalam rangka mempertahankan eksistensi (keberadaan) sebuah masyarakat. Proses produksi dilihat sebagai institusi ekonomi berperan untuk mengadakan kebutuhan-kebutuhan ekonomis sebuah masyarakat. Oleh karena itu, proses produksi tidak hanya dilihat dari segi ekonomis tetapi juga sosiologis yang mempunyai peran subsisten dalam sebuah struktur. a. Konsep Produksi dalam Sosiologi Ekonomi Islam Produksi dalam konsep Islam adalah wajib hukumnya karena produksi adalah merupakan tugas kekhalifahan manusia di muka bumi,dan salah satu tugas kekhalifahan adalah memakmurkan bumi artinya mengelola sumberdaya alam yang telah disediakan Allah untuk pemenuhan hajat hidup manusia. Disamping itu dalam konsep Islam produksi identik dengan “ahsanu amala”(Q.S. al-Mulkt:2). Oleh karena itu konsep produksi dalam ekonomi Islam senantiasa mengacu pada filosofi ekonomi Islam itu sendiri. Filosofi ekonomi Islam adalah memberikan ruh pemikiran terhadap nilai-nilai ajaran Islam,14 dengan demikian maka dalam melakukan produksi berpijak pada prinsip-prinsip muamalah. Menurut Umer Chapra bahwa prinsip muamalah terdapat dalam trilogi Islam yaitu; ketauhidan, khilafah, dan keadilan.15 Dalam faktor-faktor produksi 13
File://G: Konsep sosiologi dalam Sosiologi Ekonomi. op. cit.
14
Muhammad, op. cit, h. 256. Masyarakat Ekonomi Syariah MES, Profil Pelaku Bisnis Syariah Tahun 2005, h. 22
15
68
tersebut di atas maka yang menjadi focus perhatian dalam ekonomi Islam adalah factor modal. Modal dalam ekonomi konvensional berhubungan dengan bunga sedangkan bungan dalam Islam adalah riba.(dilarang).16 Dengan demikian Umer Chapra sistem ekonomi Islam adalah sistem yang berkeadilan sosial dan dapat mewujudkan kesejahteraan sosia sehingga dapat mengurangi kesnjangan.17 Di sisi lain yang membedakan konsep produksi dalam Islam dengan ekonomi konvensional yaitu dimana faktor produksi menempatkan manusia sebagai faktor produksi yang bersifat objek saja sehingga manusia dalam produksi seringkali menjadi korban eksploitasi yang tidak humanis (manusiawi), contohnya para pekerja buruh di perusahaan. b. Fungsi Produksi Dalam Sosiologi Ekonomi Materi pokok dari teori produksi berkisar pada fungsi produksi. Yang dimaksud dengan fungsi produksi adalah hubungan teknis yang menghubungkan antara faktor produksi atau disebut pula masukan atau (inputs) dan hasil produksinya atau (outputs).18 Disebut faktor produksi karena adanya bersifat mutlak agar supaya produksi dapat dijalankan untuk enghasilkan produk. Fungsi produksi menggambarkan agar teknologi yang diakui oleh suatu perusahaan, suatu industri atau suatu perekonomian secara keseluruhan. Dalam keadaan teknologi tertentu hubungan antara input dan outputnya tercermin dalam rumusan fungsi produksinya. Apabila teknologi berubah maka berubah pulalah fungsi produksinya. Suatu fingsi produksi menggambarkan semua metode produksi yang efesien secatra teknis dalam arti menggunakan kuantitas bahan mentah yang minimal, tenaga kerja minimal, dan barang-barang modal lainnya yang minimal. Metode produksi yang boros tidak diperhitungkan dalam funsi produksi.19 Dalam Islam dilarang berlaku boros, karena prilaku boros adalah derivasi dari mubazzir (berlebihan).
16
Muhammad, op. cit, h.260. Masyarakat Ekonomi Syariah, op. cit, h.26. 18 Sudarsono, Pengantar Ekonomi Mikro, (Cet. 8.Edisi Revisi. Jakarta: LP3ES, 1995), h. 17
120. 19
Ibid. h.
69
Fungsi produksi adalah hubungan teknis antara faktor produksi (input) dan hasil produksi (ouput).20 Hal ini berarti bahwa produksi hanya bisa dilakukan dengan menggunakan faktor-faktor produksi, yakni faktor, tenaga kerja, modal, sumber daya alam, skill/teknologi. Bila faktor produksi tidak ada proses produksi. Sedangkan jika produksi dilakukan dengan manipulasi faktor-faktor produksi disebut produksi rekayasa. Lebih jauh dikemukakan bahwa produksi
yang
bersifat alami tidak dapat dikontrol, baik dari sisi efesiensi maupun efektivitasnya sebab ia bersifat eksternal. Kelebihan dan kekurangan produksi alami merupakan sesuatu yang seharusnya diterima oleh pemakai. Sedangkan produksi rekayasa adalah produksi yang bersifat internal. Produksi seperti ini dapat dikontrol oleh pemakai. Efektivitas dan efesiensi produksi dapat diatur dengan menggunakan teknologi. Fungsi utama dari produksi menurut kajian ekonomi Islam adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang berdimensi kemaslahatan dan mbermuara pada kesejahteraan dan kemakmuran dunia dan sekaligu kemakmuran akhirat. c. Proses Produksi Dalam sebuah proses produksi, rumah tangga produksi (organisasi produksi) dan rumah tangga konsumen dilibatkan. Proses produksi membutuhkan perangkat teknis, yaitu faktor-faktor produksi (secara lebih spesifik adalah faktor modal seperti mesin-mesin pabrik dan sumber daya alam sebagai bahan baku). Untuk melangsungkan proses itu diperlukan tenaga kerja yang juga menjadi faktor produksi. Dalam sebuah proses produksi diperlukan pula peranan okupasi untuk memungkinkan produksi barang dan jasa oleh rumah tangga produksi (organisasi produksi). Terdapat dua macam organisasi produksi, yaitu organisasi formal dan informal. Proses produksi ini dalam pandangan sosiologis ternyata memiliki peran yang cukup vital dalam rangka mempertahankan eksistensi (keberadaan) sebuah masyarakat. Proses produksi dilihat sebagai institusi ekonomi berperan untuk mengadakan kebutuhan-kebutuhan ekonomis sebuah masyarakat. Oleh karena itu, 20
Muhammad, op. cit.
70
proses produksi tidak hanya dilihat dari segi ekonomis tetapi juga sosiologis yang mempunyai peran subsisten dalam sebuah struktur masyarakat. 2. Perkembangan dan Ruang Lingkup Sosiologi Ekonomi a.
Perkembangan Historis Sosiologi Ekonomi Secara historis perkembangan pemikiran Sosiologi Ekonomi antara lain
disebabkan oleh berkembangnya paham-paham, pemikiran-pemikiran dan teoriteori tentang ekonomi yang melihat cara kerja sistem ekonomi dengan menekankan pula pada aspek-aspek non-ekonomi. Paham-paham, pemikiran-pemikiran dan teori-teori yang mendukung perkembangan Sosiologi Ekonomi tersebut antara lain: Paham Merkantilisme, yang berpandangan, bahwa kekayaan dianggap sama dengan jumlah uang yang dimiliki oleh suatu negara dan cara untuk meningkatkan kekuasaan adalah dengan meningkatkan kekayaan negara. b. Ekonomi Sebagai Subsistem Masyarakat Di dalam kehidupan masyarakat sebagai satu sistem maka bidang ekonomi hanya sebagai salah satu bagian atau subsistem saja. Oleh karena itu, di dalam memahami aspek kehidupan ekonomi masyarakat maka perlu dihubungkan antara faktor ekonomi dengan faktor lain dalam kehidupan masyarakat tersebut. Faktorfaktor tersebut antara lain; faktor kebudayaan, kelompok solidaritas, dan stratifikasi sosial. Secara historis perkembangan pemikiran Sosiologi Ekonomi antara lain disebabkan oleh berkembangnya paham-paham, pemikiran-pemikiran dan teoriteori tentang ekonomi yang melihat cara kerja sistem ekonomi dengan menekankan pula pada aspek-aspek non-ekonomi. Paham-paham, pemikiran-pemikiran dan teori-teori yang mendukung perkembangan Sosiologi Ekonomi tersebut antara lain: Paham Merkantilisme, yang berpandangan, bahwa kekayaan dianggap sama dengan jumlah uang yang dimiliki oleh suatu negara dan cara untuk meningkatkan kekuasaan adalah dengan meningkatkan kekayaan negara.
71
3. Hubungan Ekonomi dengan Sosiologi Dalam kehidupan masyarakat sebagai satu sistem maka bidang ekonomi hanya sebagai salah satu bagian atau subsistem saja. Oleh karena itu, di dalam memahami aspek kehidupan ekonomi masyarakat maka perlu dihubungkan antara faktor ekonomi dengan faktor lain dalam kehidupan masyarakat tersebut. Faktorfaktor tersebut antara lain; faktor kebudayaan, kelompok solidaritas, dan stratifikasi sosial.21 Faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh yang langsung terhadap perkembangan ekonomi. Faktor kebudayaan; ada nilai yang mendorong perkembangan ekonomi, akan tetapi ada pula nilai yang menghambat perkembangan ekonomi. Demikian pula dengan kelompok solidaritas, dalam hal ini yakni keluarga dan kelompok etnis, keluarga terkadang mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi terkadang pula memperlambat. 22 Sosiologi
merupakan
disiplin
ilmu
yang
berkembang
manakala
masyarakat menghadapi ancaman terhadap hal-hal yang selama ini dianggap sebagai hal-hal yang memang sudah seharusnya demikian, benar dan nyata. Kelahiran sosiologi berawal dari Eropa Barat di mana terjadi proses-proses perubahan seperti pertumbuhan kapitalisme pada akhir abad ke-15; perubahanperubahan di bidang sosial dan politik perubahan yang berkenaan dengan reformasi
Martin
Luther,
meningkatnya
individualisme;
lahirnya
ilmu
pengetahuan modern, berkembangnya kepercayaan pada diri sendiri, dan revolusi industri pada abad ke-18 serta revolusi Perancis. 23 Sosiologi ekonomi mempelajari berbagai macam kegiatan yang sifatnya kompleks dan melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan konsumen barang dan jasa yang bersifat langka dalam masyarakat. Jadi, fokus analisis untuk sosiologi ekonomi adalah pada kegiatan ekonomi, dan mengenai hubungan antara variabel-variabel sosiologi yang terlihat dalam konteks non-ekonomis.
21
file:///G:/Konsep Sosiologi Dalam Sosiologi Ekonomi, op.cit. Ibid. 23 Ibid. 22
72
III. PENUTUP 1. Produksi dalam pandangan sosiologis memiliki peran yang cukup signifikan dalam rangka mempertahankan eksistensi (keberadaan) sebuah masyarakat. Proses produksi dilihat sebagai institusi ekonomi berperan untuk mengadakan kebutuhan-kebutuhan ekonomis sebuah masyarakat. Oleh karena itu, proses produksi tidak hanya dilihat dari segi ekonomis tetapi juga sosiologis yang mempunyai peran subsisten dalam sebuah struktur masyarakat. 2. Secara historis sosiologi ekonomi mengalami perkembangan yang cukup maju seiring denga berkombangnya paham-paham, pemikiran-pemikiran dan teoriteori tentang ekonomi yang melihat cara kerja sistem ekonomi dengan menekankan pula pada aspek-aspek non-ekonomi. Paham Merkantilisme, yang berpandangan, bahwa kekayaan dianggap sama dengan jumlah uang yang dimiliki oleh suatu negara dan cara untuk meningkatkan kekuasaan adalah dengan meningkatkan kekayaan negara.
DAFTAR PUSTAKA Masyarakat Ekonomi Syariah MES, Profil Pelaku Bisnis Syariah, 2005. Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam, (Cet. I. Yogyakarta: BPFEYogyakarta, 2004). Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi, Jakarta: Persada, 2004.
PT Raja Grafindo
Saefuddin, M. A. Antologi Sosial Ekonomi perspektif Islam, Cet.I. Ujung Pandang: Lembaga Percetakan dan Penerbitan Universitas Muslim Indonesia LEPPEN UMI, 1988. Shadr Ash Muhammad Baqir, Buku Induk Ekonomi Islam (Iqtishaduna), diterjemahkan oleh Yudi, Cet. I. Jakarta: Sahra, 1988. Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu Pengantar, Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2005. Sudarsono, Pengantar Ekonomi Mikro, (Cet. 8.Edisi Revisi. Jakarta: LP3ES, 1995). 73