JURNAL NANGGROE ISSN 2302-6219 Volume 4 Nomor 1 (April 2015) Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh
HASIL PENELITIAN
Konsep Perlindungan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Terhadap Penata Laksana Rumah Tangga Indonesia Malahayati1 Amrizal2 Muhammad Nasir3 Correspondence:
[email protected] 1. 2.
3.
Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh
Abstract This paper describes the concept of legal protection and human rights on Indonesian domestic workers, especially those working in Malaysia. This research is a normative juridical research using secondary data in the form of primary, secondary, and tertiary legal materials. Data were analyzed through conceptual approaches. The result shows that the legal and human rights protection against domestic workers is still not maximal, both in terms of the substance of the law and practices because the concept of legal protection has not been properly accommodated within the existing legal instruments. Properly, the concept of law and human rights protection of domestic workers should be based on international legal instruments. The important things to note in drafting legal protection of domestic workers is the protection of the dignity, security, and legal certainty. Keywords: Concept, Legal Protection, Domestic Workers
Human
Rights,
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM… – Malahayati, dkk. (1-28)| 1
ISSN 2302-6219
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM… – Malahayati, dkk. (1-28)
LATAR BELAKANG
menyebutkan dalam penelitiannya bahwa
Perlindungan
terhadap
berdasarkan
Lembaga
data
Swadaya
dari
Masyarakat
tenaga kerja Indonesia yang bekerja
Migrant CARE tahun 2004-2010, di
di luar negeri selama ini telah diatur
Malaysia angka kekerasan terhadap
dalam
TKI menduduki posisi kedua setelah
beberapa
aturan
hukum.
Pengaturan hukum tentang tenaga
Arab
kerja dibagi atas 2 yaitu tenaga
pertama di tahun 2009. Padahal
kerja dalam negeri yang diatur
sebelumnya, Malaysia dan Indonesia
dalam
telah
Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 13 tahun 2003 1
tentang
Ketenagakerjaan ,
dan
Saudi
dan
bahkan
posisi
memprakarsai
Memorandum
of
(selanjutnya
disebut
suatu
Understanding MoU)
yang
tenaga kerja luar negeri yang diatur
mengatur mengenai migrasi tenaga
dalam
Republik
kerja antara kedua Negara pada
Indonesia Nomor 39 tahun 2004
tahun 1998 dan dilanjutkan dengan
tentang
dan
menandatangani satu MoU lagi pada
Kerja
tahun 2004. Kedua MoU tersebut
Undang-Undang Penempatan
Perlindungan
Tenaga 2
Indonesia (UU PPTKILN). Walaupun kebijakan
terkait
tidak beberapa
perlindungan
mencakup
pengaturan
terhadap Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT).
tenaga kerja Indonesia di Malaysia
Untuk
itu
kesepakatan
telah diupayakan oleh Indonesia dan
mengenai
Malaysia,
memiliki keterampilan” perlu dibuat
termasuk
menghasilkan
buruh
“yang
tidak
perjanjian bilateral antara kedua
terpisah.3
negara, namun Ana Sabhahana Azmy
Indonesia dan Malaysia membentuk
1
2
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4279. Undang-Undang Nomor 39 tahun 2004 tentang Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 133, Tambahan
Sehingga
Lembar Negara Republik Tahun 2004 Nomor 4445. 3
kemudian
Indonesia
YB Datuk Dr. Fong Chan Onn, Menteri Sumber Daya Manusia, membuat pernyataan ini dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Human Rights Watch pada jumpa pers, Kuala Lumpur, Malaysia, 16 Februari 2004. Lebih lanjut lihat Human Rights Watch VOL.16, No.9 (C). 2004 terjemahan Bahasa Indonesia.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 2
ISSN 2302-6219
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM – Malahayati, dkk. (1-28)
perlindungan
terhadap
hak-hak
kekerasan yang ada, menunjukkan
dasar TKI di Malaysia khususnya
bahwa kebijakan perlindungan yang
sektor PRT yang tertuang dalam MoU
ada di era demokrasi, belum dapat
tentang Perekrutan dan Penempatan
memberikan jaminan perlindungan
Penata
Tangga
bagi TKW, khususnya di Malaysia7.
Indonesia yang disahkan di Bali pada
Terhitung mulai tanggal 1 Desember
13 Mei 20064.
2011, Menteri Tenaga Kerja dan
Laksana
Rumah
Transmigrasi (selanjutnya disebut Pada tahun 2009, pemerintah Indonesia
juga
memberlakukan 5
Menakertrans)
secara
resmi
mencabut moratorium penempatan
moratorium untuk sektor informal .
TKW ke Malaysia. Setelah lebih dari
Selama moratorium sektor informal
dua
tersebut berjalan6, terjadi kasus
diterapkan
kekerasan
yang
Winfaidah,
seorang
4
5
di
kebijakan sejak
Juni
tersebut 2009.
dialami
oleh
Pencabutan moratorium dilakukan
PLRT
yang
setelah pemerintah Indonesia dan
dianiaya dan diperkosa hingga babak belur
tahun
Malaysia.
Malaysia
menyepakati
untuk
Kasus-kasus
Penempatan TKI ke Malaysia dibedakan menjadi 2, yakni sektor formal yang bekerja pada pertambangan, perkebunan, pabrik dan bangunan diatur dalam MoU tentang sektor formal tahun 2004, sedangkan sektor informal wanita yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga diatur dalam MoU tentang sektor informal tahun 2006. Berdasarkan data dari BNP2TKI bahwa pengiriman TKI sektor informal di negara penempatan lebih banyak, bahkan Malaysia menjadi Negara terbesar penempatan sektor informal dari tahun 2006-2012 yakni sebesar 1.870.580. Diakses melalui http://www.bnp2tki.go.id/statistikmainmenu-86/penempatan/6756penempatan-per-tahun-per negara2006-2012.html. Moratorium adalah pemberhentian sementara pengiriman tenaga kerja wanita (TKW) yang bekerja di sektor informal, yaitu pekerja rumah tangga (PRT) migran yang ditempati oleh perempuan. Langkah ini digunakan pemerintah Indonesia untuk mengatasi masalah kekerasan yang terjadi pada TKW di Malaysia.
6
Kebijakan moratorium yang diberlakukan malah menjadikan TKW illegal di sektor PRT menjadi bertambah, data dari KBRI di Kuala Lumpur menunjukan bahwa sekitar 5000 TKW disektor PRT dikirim ke Malaysia dimasa moratorium. Anis Hidayah, Buruh MIgran: Membangun Hubungan Republik Indonesia-Malaysia Berbasis HAM, Migrant CARE, 2010, lebih lanjut lihat http://www.tabloiddiplomasi.org/curre nt-issue/101-diplomasi-oktober2010/955--buruh-migran-membangunhubungan-ri-malaysia-berbasisham.html, diakses 16 Oktober 2014, Pukul 10:10 WIB.
7
Ana Sabhahana Azmy, 2011, Negara dan Buruh Migran: Kebijakan Perlindungan Buruh Migran Perempuan Indonesia Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono 2004-2010 (Studi Terhadap Perlindungan Buruh Migran Perempuan Indonesia di Malaysia, Tesis, Jurusan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Jakarta, hlm. 8.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 3
ISSN 2302-6219
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM… – Malahayati, dkk. (1-28)
menandatangani
Protokol
asasi
tentang
Indonesia, khususnya yang bekerja di
Perekrutan dan Penempatan Penata
Malaysia yang telah dilaksanakan
Laksana Rumah Tangga Indonesia 30
selama ini.
Amandemen
MoU
manusia
terhadap
PLRT
Mei 2011. Menakertrans menjelaskan beberapa
kegiatan
dilakukan
yang
sebelum
moratorium,
telah
mencabut
diantaranya
dengan
melakukan serangkaian pertemuan bilateral, baik berupa forum joint working group (JWG) dan joint task force (JTF) sebagai persiapan teknis pelaksanaan kembali penempatan dan perlindungan tenaga kerja ke Malaysia.8 Oleh memberikan
METODE PENELITIAN Hasil
penelitian
didapatkan juridis
ini
melalui
penelitian
normative
dengan
menggunakan data-data sekunder dalam bentuk bahan hukum primer, sekunder, dianalisis
maupun melalui
tersier.
Data
pendekatan
konseptual dan diuraikan secara deskriptif analitis.
karena
itu,
untuk
perlindungan
hukum
KONSEP PERLINDUNGAN HUKUM
yang maksimal terhadap PLRT di
Satjipto
Rahardjo
Malaysia khususnya, atau di luar
mengatakan bahwa hukum hadir
negeri umumnya, maka dibutuhkan
dalam
sebuah konsep perlindungan hukum
mengintegrasikan
yang dapat diakomodir dalam sebuah
mengkoordinasikan
instrumen hukum yang lebih kuat
kepentingan yang bisa bertubrukan
secara yuridis.
satu sama lain. Pengkoordinasian
masyarakat
adalah
dan kepentingan-
kepentingan-kepentingan
PERMASALAHAN
untuk
tersebut
di-lakukan dengan cara membatasi
Tulisan ini akan menjawab permasalahan tentang bagaimana konsep perlindungan hukum dan hak
8
Pendapat Menakertrans yang dijelaskan oleh Pusat Humas Kemenakertrans 01Desember2011, dapat diakses melalui http://menteri.depnakertrans.go.id/?s
how=news&news_id=771. Diakses November 2014, Pukul 12: 20 WIB.
23
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 4
ISSN 2302-6219
dan
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM – Malahayati, dkk. (1-28)
melindungi
kepentingan-
kepentingan tersebut.9
penilaian
manusia
menciptakan melindungi
Hukum
melindungi
martabat
untuk
kondisi dan
manusia
yang
memajukan serta
untuk
kepentingan seseorang dengan cara
memungkinkan manusia menjalani
memberikan kekuasaan kepadanya
kehidupan yang wajar sesuai dengan
untuk bertindak dalam memenuhi
martabatnya.12
kepentingannya
tersebut.
Pemberian kekuasaan, atau yang sering
disebut
dengan
hak
ini,
Philipus
M.
Hadjon
berpendapat bahwa:
dilakukan secara terukur, keluasan dan kedalamannya.10 Menurut kepentingan hak,
bukan
Paton,
suatu
merupakan
sasaran
hanya
karena
ia
dilindungi oleh hukum, melainkan juga karena ada pengakuan terhadap itu. Hak tidak hanya mengandung unsur
perlindungan
dan
“Prinsip perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindak pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarahnya di Barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindugan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan pada pembatasanpembatasan dan peletakan kewajiban pada masyarakat dan pemerintah.”13
kepentingan, tapi juga kehendak.11 Terkait
fungsi
hukum
untuk
memberikan
perlindungan,
Rasjidi
B.
dan
mengatakan ditumbuhkan
Arief
bahwa dan
Lili
Sidharta
hukum
itu
dibutuhkan
manusia justru berdasarkan produk
9
Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti, hlm. 53.
10
Ibid.
11
Ibid, hlm. 54.
12
Lili Rasjidi dan B. Arief Sidharta, 1994, Filsafat Hukum Madzab dan Refleksi, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, hlm. 64.
Sejalan Milne
dengan
dalam
itu,
tulisannya
A.J. yang
berjudul the Idea of Human Rights mengatakan:
“A
regime
which
protects human rights is good, one which fails to protect them or worse
13
Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Rakyat Bagi Rakyat di Indonesia (sebuah Studi tentang Prinsip-Prinsipnya, Penanganannya oleh Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara), Surabaya, PT. Bina Ilmu, hlm. 38.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 5
ISSN 2302-6219
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM… – Malahayati, dkk. (1-28)
still does not acknowledge their
harus
senantiasa
mampu
existence is bad.”14
memberikan jaminan perlindungan hukum bagi semua orang, bahkan
Perlindungan hukum dalam Bahasa
Inggris
disebut
legal
harus mampu menangkap aspirasiaspirasi hukum dan keadilan yang
protection, sedangkan dalam Bahasa
berkembang
Belanda disebut rechtsbecherming.
tersebut
Harjono
ketentuan yang mengatur tentang
mencoba
pengertian sebagai
memberikan
perlindungan perlindungan
di
masyarakat.
Hal
dapat
dilihat
dari
hukum
adanya
dengan
hukum bagi setiap warga negara.
persamaan
kedudukan
menggunakan sarana hukum atau perlindungan yang diberikan oleh hukum,
ditujukan
kepada
Perlindungan
hukum
juga
dapat diartikan sebagai tindakan
perlindungan terhadap kepentingan-
atau
kepentingan tertentu, yaitu dengan
masyarakat
menjadikan kepentingan yang perlu
sewenang-wenang
dilindungi tersebut dalam sebuah
yang tidak sesuai dengan aturan
15
upaya
hak hukum. Dapat dikatakan bahwa
hukum,
perlindungan
ketertiban
hukum
adalah
perlindungan yang diberikan dengan
sehingga
berlandaskan hukum dan perundang-
untuk
undangan.
untuk
melindungi
dari
perbuatan
hukum
bagi
penguasa
untuk
mewujudkan
dan
ketentraman
memungkinkan menikmati
sebagai manusia.
Perlindungan
oleh
Dalam
manusia
martabatnya
16
Negara
kesatuan
setiap warga negara Indonesia tanpa
Republik Indonesia (NKRI), konsep
terkecuali, dapat ditemukan dalam
perlindungan hukum, yang tidak
Undang-Undang
Negara
lepas dari perlindungan hak asasi
1945
manusia, merupkan konsep negara
Republik
Dasar
Indonesia
Tahun
(UUDNRI 1945), untuk itu setiap
hukum
yang
merupkan
istilah
produk yang dihasilkan oleh legislatif
sebagai terjemahan dari dua istilah
14
Ibid.
16
15
Harjono, 2008, Konstitusi sebagai Rumah Bangsa, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, hlm. 357.
Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), 2004, Tesis Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, hlm. 3.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 6
ISSN 2302-6219
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM – Malahayati, dkk. (1-28)
rechstaat dan rule of law. Sehingga,
memprihatinkan karena saat itu
dalam penjelasan UUD RI 1945
dipimpin oleh orang-orang atas dasar
sebelum amandemen
kesewenangwenangan.
disebutkan,
“Negara Indonesia berdasar atas
dikembangkan
hukum,
lebih
Ide
Plato
lanjut
oleh
(rechtsstaat),
tidak
Aristoteles. Dalam pandangannya,
kekuasaan
belaka
suatu negara yang baik ialah negara
berdasarkan (Machtsstaat)”.
yang diperintah dengan konstitusi dan
Teori negara hukum secara essensial bermakna bahwa hukum
berkedaulatan
Pandangan
ini
hukum.
termuat
dalam
karyanya yang berjudul politica.
adalah supreme dan kewajiban bagi setiap penyelenggara negara atau
Terdapat
tiga
unsur
dari
pemerintahan untuk tunduk pada
pemerintahan berkonstitusi, yaitu:
hukum (subject to the law), tidak
(1)
ada kekuasaan diatas hukum (above
untuk
the law), semuanya ada dibawah
pemerintah dilaksanakan menurut
hukum (under the rule of law),
hukum yang berdasar ketentuan-
dengan kedudukan ini, tidak boleh
ketentuan umum, bukan hukum yang
ada
dibuat
kekuasaan yang sewenang-
wenang
(arbitrary
power)
atau
penyalahgunaan kekuasaan (misuse of power).
17
pemerintahan kepentingan
secara
dilaksanakan umum,
(2)
sewenang-wenang
yang mengesamping-kan konvensi dan
konstitusi,
berkostitusi,
(3)
pemerintah
berarti
pemerintah
yang dilaksanakan atas kehendak Sejarah perkembangan cita
rakyat,
bukan
berupa
paksaan-
negara hukum berawal dari konsep
tekanan seperti yang dilaksanakan
pemikiran Plato (427-347 SM) yang
pemerintahan despotis. Pemikiran
kemudian
oleh
tentang negara hukum ini dilatari
Plato
oleh situasi dan kondisi yang sama
berjudul
ketika era Plato dan Aristoteles
Aristoteles dalam
dilanjutkan (384-322
bukunya
SM).
yang
Politea
memberikan
terhadap
kondisi
17
negara
respons
mengemukakan
idenya
tentang
yang
Muh. Hasrul, 2013, Eksistensi Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah Dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Efektif, Disertasi,
Program Doktor Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makasar, hlm. 15.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 7
ISSN 2302-6219
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM… – Malahayati, dkk. (1-28)
Negara hukum, yaitu merupakan
law sebagaimana dikemukan oleh
reaksi terhadap kekuasaan yang
Julius Stahl dan A.V. Dicey kemudian
absolut dan sewenang-wenang.18
diintegrasikan pada pencirian baru yang
Sementara, menurut Julius
lebih
pemerintah bersikap aktif dalam
Stahl, konsep negara hukum yang
melaksanakan
disebutnya
Perumusan
dengan
istilah
memungkinkan tugas-tugasnya. kembali
ciri-ciri
‘rechtsstaat’ itu mencakup empat
tersebut, antara lain, dihasilkan oleh
elemen penting, yaitu:
International Comission of Jurist
a. Perlindungan hak asasi manusia. b. Pembagian kekuasaan. c. Pemerintahan berdasarkan undang-undang. d. Peradilan tata usaha Negara.19 Selanjutnya,
A.V.
Dicey
menguraikan adanya tiga ciri penting dalam setiap Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah “The Rule of Law”, yaitu: a. Supremacy of Law (supremasi hukum). b. Equality before the law (persamaan di depan hukum). c. Due Process of Law (proses hukum yang adil).20 Perumusan ciri negara hukum
yang pada konferensinya di Bangkok pada tahun 1965, mencirikan konsep negara hukum yang dinamis atau konsep
Negara
hukum
materiil
sebagai berikut: a. Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individu, konstitusi harus pula menentukan cara prosedural untuk memperoleh perlindungan atau hak-hak yang dijamin. b. Adanya badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak. c. Adanya pemilihan umum yang bebas. d. Adanya kebebasan menyatakan pendapat. e. Adanya kebebasan berserikat/ berorganisasi dan beroposisi. f. Adanya pendidikan kewarganegaraan.21
dari konsep rechtsstaat dan rule of
18
Ibid.
19
Dikutip dari Jimly Assiddiqie, Orasi Ilmiah pada Wisuda Sarjana Hukum Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Palembang, 23 Maret 2004. Lihat juga, Notohamidjojo, 1970, Makana Negara Hukum, Badan Penerbit Kristen, Djakarta, hlm. 24-28.
20
A.V. Dicey, 2007,
Hukum Konstitusi, Terjemahan dari Introduction to the Study of the Law of the Constitution, Nusamedia, Bandung, hlm. 254-259. 21
Mahfud MD, 2006, Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, Jakarta: Pustaka LP3ES, hlm. 187.
Pengantar Studi
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 8
ISSN 2302-6219
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM – Malahayati, dkk. (1-28)
Sementara, Arief Sidharta, mengatakan
bahwa
Scheltema,
merumuskan pandangannya tentang unsur-unsur negara
dan
hukum
asas-asas adalah
dasar sebagai
berikut: 1. Pengakuan, penghormatan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia yang berakar dalam penghormatan atas martabat manusia (human dignity). 2. Berlakunya asas kepastian hukum. Negara Hukum untuk bertujuan menjamin bahwa kepastian hukum terwujud dalam masyarakat. Hukum bertujuan untuk mewujudkan kepastian hukum dan prediktabilitas yang tinggi, sehingga dinamika kehidupan bersama dalam masyarakat bersifat ‘predictable’. Asas-asas yang terkandung dalam atau terkait dengan asas kepastian hukum itu adalah: i. Asas legalitas, konstitusionalitas, dan supremasi hukum; ii. Asas undang-undang menetap-kan berbagai perangkat peraturan tentang cara pemerintah dan para pejabatnya melakukan tindakan pemerintahan; iii. Asas non-retroaktif perundang-undangan, sebelum mengikat undangundang harus lebih dulu diundangkan dan diumumkan secara layak; iv. Asas peradilan bebas, independent, imparial, dan objektif, rasional, adil dan manusiawi; v. Asas non-liquet, hakim tidak boleh menolak perkara
karena alasan undangundangnya tidak ada atau tidak jelas; vi. Hak asasi manusia harus dirumuskan dan dijamin perlindungannya dalam undangundang atau UUD. 3. Berlakunya Persamaan (Similia Similius atau Equality before the Law). Dalam Negara Hukum, Pemerintah tidak boleh mengistimewakan orang atau kelompok orang tertentu, atau mendiskriminasikan orang atau kelompok orang tertentu. Dalam prinsip ini, terkandung (a) adanya jaminan persamaan bagi semua orang di hadapan hukum dan pemerintahan, dan (b) tersedianya mekanisme untuk menuntut perlakuan yang sama bagi semua warga Negara. 4. Asas demokrasi dimana setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk turut serta dalam pemerintahan atau untuk mempengaruhi tindakan-tindakan pemerintahan. Untuk itu asas demokrasi itu diwujudkan melalui beberapa prinsip, yaitu: a. Adanya mekanisme pemilihan pejabat-pejabat publik tertentu yang bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil yang diselenggarakan secara berkala; b. Pemerintah bertanggungjawab dan dapat dimintai pertanggungjawaban oleh badan perwakilan rakyat; c. Semua warga Negara memiliki kemungkinan dan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 9
ISSN 2302-6219
d.
e. f. g.
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM… – Malahayati, dkk. (1-28)
politik dan mengontrol pemerintah; Semua tindakan pemerintahan terbuka bagi kritik dan kajian rasional oleh semua pihak; Kebebasan berpendapat/berkeyakinan dan menyatakan pendapat; Kebebasan pers dan lalu lintas informasi; Rancangan undang-undang harus dipublikasikan untuk memungkinkan partisipasi rakyat secara efektif.
Konsep rechtsstaat bertumpu pada sistem hukum kontinental yang disebut “civil law” atau “modern Roman Law” sedangkan konsep “the rule of law” bertumpu atas sistem hukum yang disebut “common law”. Karakteristik
“civil
law”
adalah
“administratif”, sedangkan karakteristik
“common
law”
adalah
“judicial”. Berbeda dengan latar belakang negara hukum Republik
5. Pemerintah dan Pejabat mengemban amanat sebagai pelayan masyarakat dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan bernegara yang bersangkutan. Dalam asas ini terkandung hal-hal sebagai berikut: a. Asas-asas umum pemerintahan yang layak; b. Syarat-syarat fundamental bagi keberadaan manusia yang bermartabat manusiawi dijamin dan dirumuskan dalam aturan perundangundangan, khususnya dalam konstitusi; c. Pemerintah harus secara rasional menata tiap tindakannya, memiliki tujuan yang jelas dan berhasil guna (doelmatig). Artinya, pemerintahan itu harus diselenggarakan secara efektif dan efisien. 22
22
B. Arief Sidharta, “Kajian Kefilsafatan tentang Negara Hukum”, dalam Jentera (Jurnal Hukum), “Rule of Law”, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK),
Indonesia,
sama
halnya
istilah
“demokrasi”,
dengan yang
sebelumnya tidak dikenal namun dengan
pengaruh
pikiran
barat
dikenal demokrasi dengan atribut tambahan, yang melalui Tap MPRS Nomor XXXVII/MPRS/1967, disebut dengan “Demokrasi Pancasila”. Begitu juga halnya dengan negara hukum yang dikenal dengan Negara Hukum Pancasila. Sehingga, negara hukum Republik Indonesia bukan
sekedar
terminologi
dari
“rechtsstaat” atau “rule of law”.23 Pancasila memiliki sekurangkurangnya empat kaedah penuntun yang harus dijadikan pedoman dalam Jakarta, edisi 3 Tahun II, November 2004, hlm. 124-125. 23
Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya, hlm. 72-74.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 10
ISSN 2302-6219
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM – Malahayati, dkk. (1-28)
pembentukan dan penegakan hukum
prinsip
di Indonesia. Pertama, hukum harus
tersebut harus ditegakkan.
melindungi
segenap
bangsa
dan
menjamin
keutuhan
bangsa
dan
karenanya
tidak
diperbolehkan
negara
Dalam suatu
Assiddiqie
menanam benih-benih disintegrasi.
diperlukan
Kedua,
sehingga
hukum-hukum hukum
harus
mampu
pancasila
konteks
negara
yang
adanya
hukum
tegaknya
modern,
Jimly
menambahkan, pilar-pilar dapat
utama,
disebut
sebagai
menjamin keadilan sosial dengan
Negara Hukum (The Rule of Law,
memberikan proteksi khusus bagi
ataupun Rechtsstaat) dalam arti
golongan
yang sebenarnya, antara lain:
lemah
tereksploitasi
agar
dalam
tidak
persaingan
bebas melawan golongan yang kuat. Ketiga,
hukum
secara
harus
dibangun
demokratis
membangun
sekaligus
demokrasi
sejalan
dengan nomokrasi (Negara hukum). Keempat, diskriminatif
hukum
tidak
boleh
berdasarkan
ikatan
primordial
apapun
dan
mendorong
terciptanya
harus
toleransi
beragama berdasarkan kemanusian dan keberadaban.24 pandangan
diatas dan sesuai dengan prinsip sebagai
Adanya pengakuan normatif dan empirik terhadap prinsip supremasi hukum, yaitu bahwa semua masalah diselesaikan dengan hukum sebagai pedoman tertinggi. Dalam perspektif supremasi hukum (supremacy of law), pada hakikatnya pemimpin tertinggi negara yang sesungguhnya, bukanlah manusia, tetapi konstitusi yang mencerminkan hukum yang
Berdasarkan NKRI
a. Supremasi Hukum (Supremacy of Law) 25
negara
hukum
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD RI 1945, amandemen ketiga, tahun 2001, maka prinsip-
24
Mahfud MD, Op., Cit., hlm. 56.
25
Jimly Assiddiqie, 2010, Negara Hukum Indonesia, Ceramah Umum dalam rangka Pelantikan Dewan Pimpinan Pusat Ikatan
tertinggi. Pengakuan normatif mengenai supremasi hukum adalah pengakuan yang tercermin dalam perumusan hukum sedangkan
dan/atau pengakuan
konstitusi, empirik
Alumni Universitas Jayabaya, di Jakarta, Sabtu, 23 Januari 2010.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 11
ISSN 2302-6219
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM… – Malahayati, dkk. (1-28)
adalah pengakuan yang tercermin
kelompok
dalam perilaku sebagian terbesar
tertentu untuk mengejar kemajuan
masyarakatnya bahwa hukum itu
sehingga
memang ‘supreme’. Bahkan, dalam
perkembangan yang sama dan setara
republik
dengan
yang
menganut
sistem
warga
masyarakat
mencapai kelompok
tingkat masyarakat
presidential yang bersifat murni,
kebanyakan yang sudah jauh lebih
konstitusi itulah yang sebenarnya
maju.
lebih tepat untuk disebut sebagai ‘kepala
negara’.
dalam
sistem
Itu
sebabnya,
pemerintahan
Kelompok masyarakat tertentu yang
dapat
diberikan
perlakuan
presidential, tidak dikenal adanya
khusus melalui ‘affirmative actions’
pembedaan antara kepala Negara
yang
dan kepala pemerintahan seperti
diskriminasi itu misalnya adalah
dalam
kelompok masyarakat suku terasing
sistem
pemerintahan
tidak
termasuk
pengertian
atau kelompok masyarakat hukum
parlementer.
adapt
tertentu
yang
kondisinya
b. Persamaan dalam Hukum (Equality before the Law)
terbelakang. Sedangkan kelompok
Adanya persamaan kedudukan
dapat diberi perlakuan khusus yang
warga masyarakat tertentu yang
setiap orang dalam hukum dan
bukan
bersifat
pemerintahan, yang diakui secara
misalnya,
normative dan dilaksanakan secara
ataupun anak-anak terlantar.
adalah
diskriminatif, kaum
wanita
empirik. Dalam prinsip persamaan ini,
segala
sikap
dan
tindakan
diskriminatif dalam segala bentuk dan manifestasinya diakui sebagai sikap dan tindakan yang terlarang, kecuali
tindakan-tindakan
yang
bersifat khusus dan sementara yang dinamakan ‘affirmative actions’. Affirmative
action
diberikan
untuk mendorong dan mempercepat kelompok masyarakat tertentu atau
c. Asas Legalitas (Due Process of Law) Dalam setiap Negara Hukum, dipersyaratkan
berlakunya
asas
legalitas dalam segala bentuknya (due process of law), yaitu bahwa segala tindakan pemerintahan harus didasarkan
atas
peraturan
perundang-undangan yang sah dan tertulis.
Peraturan
perundang-
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 12
ISSN 2302-6219
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM – Malahayati, dkk. (1-28)
undangan tertulis tersebut harus ada
PERLINDUNGAN
dan
MANUSIA
berlaku
lebih
dulu
atau
HAK
ASASI
mendahului tindakan atau perbuatan Sejarah panjang perjuangan
administrasi yang dilakukan.
kemanusiaan di berbagai kawasan Dengan
demikian,
perbuatan
atau
setiap
menunjukkan
bahwa
untuk
tindakan
membangun peradaban baru dengan
administrasi harus didasarkan atas
dasar kemanusiaan tidaklah mudah.
aturan atau ‘rules and procedures’
Pelanggaran
(regels). Prinsip normative demikian
masih terus terjadi di berbagai
nampaknya seperti sangat kaku dan
belahan dunia karena adanya pihak-
dapat
pihak yang bekerja sama dengan
menyebabkan
birokrasi
menjadi lamban.
terhadap
hak
asasi
para pelaku, baik langsung maupun tidak langsung. Struktur yang ada,
Oleh karena itu, untuk menjamin ruang
gerak
bagi
para
administrasi
negara
menjalankan
tugasnya,
pejabat
baik
lokal,
internasional
nasional belum
maupun
benar-benar
dalam
menjadikan prinsip hak asasi sebagai
maka
dasar yang ditaati secara konsisten.
sebagai pengimbang, diakui pula
Padahal, sejak 10 Desember 1948,
adanya prinsip ‘frijs ermessen’ yang
Deklarasi
memungkinkan para pejabat tata
Manusia (DUHAM) disepakati oleh
usaha
seluruh anggota PBB sebagai norma
negara
negara
atau
administrasi
mengembangkan
dan
menetapkan sendiri ‘beleid-regels’
dan
Universal
dasar
Hak
pijakan
Asasi
hukum
internasional.
(‘policy rules’) ataupun peraturanperaturan kebutuhan regulation) mandiri.
yang
dibuat
internal secara
untuk (internal
bebas
dan
Selanjutnya,
berbagai
instrumen Hak Asasi Manusia (HAM) telah disepakati sebagai panduan bersama
penegakkan
HAM.
Perkembangan wacana konsep HAM melalui
instrumen-instrumen
tersebut kadangkala memunculkan isu-isu
sulit,
nasional,
seperti
kedaulatan
universalisme
dan
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 13
ISSN 2302-6219
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM… – Malahayati, dkk. (1-28)
partikularisme, gender, hak anak
Hak Asasi Manusia (DUHAM) tersebut
sampai pada isu tentang mana yang
melalui resolusi 217 A (III). DUHAM
lebih penting antara hak-hak sipil
inilah kemudian menjadi landasan
dan politik dengan hak-hak ekonomi,
utama penegakan hukum HAM di
sosial dan budaya.
dunia termasuk Indonesia. Terdapat 30 pasal regulasi substansi HAM
Di
dunia
dalam DUHAM ini dalam konteks
ketiga, menurut Gros, terdapat tiga
basic rights (hak-hak dasar), dan
kelompok pendukung konsep hak
basic needs (kebutuhan dasar).
asasi
negara-negara
manusia,
pertama
yang
yaitu
kelompok oleh
Selanjutnya, pada tanggal 16
marxisme;
Desember 1966, melalui Resolusi
kelompok kedua yang dipengaruhi
Majelis Umum 2200 A (XXI) dan
oleh konsep Barat; dan ketiga adalah
terbuka
negara-negara yang karena filsafat
ratifikasi, dan aksesi oleh negara-
hidup, ideologi dan latar belakang
negara anggota PBB dibentuk dua
sejarahnya
merumuskan
konvenan yaitu;
tersendiri
tentang
konsep
sosialis
dipengaruhi dan
hak
konsep
Instrumen HAM Merefleksi sejarah regulasi hukum HAM (DUHAM) yang menjadi rujukan internasional ternyata telah selam
60
tahun
penandatangan,
asasi
manusia.26
dilalui
untuk
i. International Covenant on Civil and Political Rights (Kovenan Internasional HakHak Sipil dan Politik); ii. International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial Dan Budaya);
lebih.
Berdasarkan
DUHAM
dan
Regulasi hukum HAM ini dibentuk
kedua konvenan inilah selanjutnya,
setelah disepakati bersama oleh
negara-negara yang menjadi anggota
negara-negara di dunia. Kemudian
PBB
oleh Majelis Umum PBB pada tanggal
mengimplementasikan,
10 Desember 1948 mengumumkan
dengan
mengenai Deklarasi Universal Hak-
negaranya. Untuk menjalankannya,
26
Dardiri Hasyim, 2009, Perencanaan Pembangunan Berwawasan HAM Menuju
terikat aturan
dan
untuk sesuai kedaulatan
Pembangunan Berpusat Pada Rakyat, Universitas Batik Solo.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 14
ISSN 2302-6219
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM – Malahayati, dkk. (1-28)
terlebih dahulu negara para pihak
Hukum HAM Internasional dalam
termasuk
praktek dapat dibuat efektif hanya
Indonesia
ratifikasi
melakukan
(mengundangkannya)
kedalam
peraturan
perundang-
undangan.
kalau
setiap
negara
membuat
aturan-aturan ini menjadi bagian dari
sistem
hukum
domestiknya
sendiri.28 Dalam konteks Hukum HAM Internasional, memamng terdiri dari
Inti
paham
HAM
adalah:
kumpulan aturan, prosedur, dan
Pertama bahwa HAM secara kodrati
lembaga-lembaga internasional yang
inheren atau melekat, universal
dikembangkan untuk melaksanakan
mengacu bahwa HAM itu tanpa
konsep
pembedaan warna kulit, ras, agama,
ini
penghormatan
dan
memajukan
terhadap
HAM
di
semua negara di seluruh dunia.
suku, etnis, bangsa, atau status sosial
lainnya
dan
tidak
dapat
dicabut; hak-hak itu dimiliki oleh Namun demikian, sekalipun
individu
Internasional
memusatkan
mereka adalah manusia ciptaanNya
perhatian pada aturan, prosedur,
bukan karena mereka adalah warga
dan lembaga, hukum itu secara khas
negara suatu negara.
HAM
juga
mewajibkan
semata-mata
karena
sekurang-
kurangnya sedikit pengetahuan dan
Kedua, perlindungan efektif
kepekaan terhadap hokum dalam
terhadap
negeri yang terkait dari negara-
kerangka batas-batas legitimasi yang
negara
demokratis.
dimana
mempunyai
praktisi
hukum
kepentingan
HAM
terdapat
dalam
-
nasional
Ketiga, batas-batas pelak-
mengenai pelaksanaan perjanjian
sanaan HAM hanya dapat ditetapkan
dan kewajiban internasional lain,
atau dicabut oleh undang-undang
perilaku hubungan internasional dan
sebagai bagian dari konsep negara
perlindungan yang diberikan oleh
hukum yang bermakna bahwa hak
khususnya,
hukum 27
hukum
domestik
kepada
HAM.27
harus
Richard. B Bilder, 2005, Tinjauan Umum Hukum Hak Asasi Manusia, Seri Bahan
dilindungi
oleh
undang-
Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara X Tahun 2005, ELSAM, Jakarta, hlm. 1. 28
Ibid.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 15
ISSN 2302-6219
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM… – Malahayati, dkk. (1-28)
undang, dan bahwa ketika mencabut
individu
atau mengurangi hak-hak individu,
memiliki hak dasar. Setiap individu,
pemerintah
disamping mempunyai hak asasi juga
wajib
persyaratan konstitusional.
mematuhi
hukum
yang
29
yang
kewajiban untuk
juga mengatakan:
dan
tanggung
menghormati
individu Selanjutnya, Thomas Paine,
masing-masing
lain
masyarakat
hak
atau
lain.
jawab asasi
komunitas
Dalam
istilah
Baramuli, dilihat dari sejarahnya,
“Tetapkan hak-hak asasi manusia, junjung tinggi kesetaraannya, jangan biarkan ada hak-hak istimewa. Tidak ada perbedaan karena kelahiran, dan tidak ada monopoli. Selamatkan kebebasan industri dan perdagangan, serta pembagian warisan keluarga secara adil.” 30
HAM
di
Indonesia
merupakan
pembauran antara hak kolektif dan hak orang per-orang.31 Secara normatif, substansi hak asasi manusia telah dirumuskan dalam
berbagai
peraturan
perundang-undangan, baik implisit
Implementasi HAM di Indonesia
maupun
eksplisit.
Sebelum
bangsa
amandemen regulasi mengenai HAM
Indonesia memiliki pandangan dan
dalam UUD 1945 tidak diatur secara
sikap mengenai hak asasi manusia
eksplisit dan komprehensif.
Pada
dasarnya
yang bersumber dari nilai agama, nilai moral universal, dan nilai luhur budaya bangsa, serta berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Bangsa Indonesia mengakui bahwa setiap individu
merupakan
masyarakat
dan
bagian
Hanya
pasal
(1-2) disebutkan: (1) Segala warga negara bersamaan
dari
kedudukannya dalam hukum dan
sebaliknya,
Retno Kusniati, 2011, Sejarah Perlindungan Hak Hak Asasi Manusia Dalam Kaitannya Dengan Konsepsi Negara Hukum, Makalah disampaikan pada Bimbingan Teknis HAM Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Jambi di Hotel Ceria, Jambi, 24 Mei 2011.
dua
pengaturannya, yaitu Pasal 27 ayat
pemerintahan
masyarakat terdiri dari individu29
ada
menjunjung
dan hukum
wajib dan
30
Dikutib dari Geoffrey Robertson QC, 2002, Kejahatan Terhadap Kemanusia: Perjuangan Untuk Mewujudkan Keadilan Global, hlm. 3.
31
Dardiri Hasyim, Ibid.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 16
ISSN 2302-6219
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM – Malahayati, dkk. (1-28)
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
Adnan
Buyung
menyebutkan,
(2) Tiap-tiap warga negara berhak
hukum,
bahwa
dalam
Nasution dari
sepuluh
segi tahun
atas pekerjaan dan penghidupan
terakhir ini ada sejumlah kemajuan
yang layak bagi kemanusiaan.
penting mengenai upaya bangsa ini untuk melindungi HAM. Sejumlah
Kemudian,
Pasal
28
produk politik yang penting tentang
“Kemerdekaan
HAM, seperti dikeluarkannya TAP
berkumpul,
MPR No. XVII/1998, amandemen UUD
mengeluarkan pikiran dengan lisan
1945 yang secara eksplisit sudah
dan
memasukkan
disebutkan: berserikat
dan
tulisan
dan
sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang”. Pasca tahun
2000,
amandemen UUD
1945
kedua, secara
eksplisit dan spesifik menetapkan dalam
BAB
XA,
Selanjutnya,
Pasal
28-28J.
dibentuk
UU
No.39/1999 tentang HAM dan UU No.26/2000 tentang Peradilan HAM. Pasal No.39/1999
1
Ayat tentang
(1)
UU HAM
pasal-pasal
cukup
mendasar mengenai hak-hak asasi manusia, UU No.39/1999 tentang Hak-Hak Asasi Manusia joncto UU No.26/2000
tentang
Pengadilan
HAM. Setelah amandemen, dengan sendirinya UUD 1945 sebenarnya sudah
dapat
dijadikan
dasar
konstitusional untuk memperkokoh upaya HAM.
peningkatan Adanya
perlindungan undang-undang
tentang HAM dan peradilan HAM merupakan perangkat organik untuk
menyebutkan:
menegakkan hukum dalam kerangka “Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.
32
perlindungan HAM atau sebaliknya, penegakan supremasi hukum dalam rangka perlindungan HAM.32 Sementara, dalam konteks implementasi DUHAM dan kedua konvenan diatas setelah 57 tahun disahkan, baru pada tahun 2005
Ibid, hlm. 3
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 17
ISSN 2302-6219
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM… – Malahayati, dkk. (1-28)
pemerintah
Indonesia
mengesah
dihadapi dalam
pemajuan
dan
kedua konvenan tersebut melalui UU
perlindungan HAM
No.11/2005
based asessment yang berpijak pada
tentang
International
Pengesahan
Covenant
on
data
melalui
empiris
rights-
(evidence-based
Economic, Social and Cultural Rights
target)
(Kovenan Internasional tentang Hak-
pembangunan
Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya).
kelompok
Dilanjutkan dengan UU No.12/2005
Kedua,
tentang Pengesahan International
ketata-pemerintahan
Covenant on Civil and Political
governance) baik di tingkat nasional,
Rights
provinsi dan kabupaten/kota melalui
(Kovenan
Internasional
pada
setiap
sektor
terutama
sasaran
pada
yang
rentan.
meningkatkan
kualitas (improving
tentang Hak-Hak Sipil dan Politik).
pendekatan
Jika merujuk kepada pemenuhan
berbasis
regulasi hukum HAM di Indonesia
menetapkan
sampai saat ini, boleh dikatakan
rekomendasi
telah terpenuhi. Namun demikian,
yang
dalam konteks implementasi masih
perencanaan
terdapat kendala dan kekurangannya
reformasi di bidang pemerintahan,
terutama,
legislasi, politik dan budaya (holistic
konteks
pembangunan
yang berwawasan HAM.
and
HAM.
Hukum
dan
melalui
HAM
Badan
dan
systemic kepada
ketiga,
menyajikan
kebijakan
prioritas
bagi
dan
yang
proses
pelaksanaan
reforms) mereka
yang yang
lemah.33
(Depkumham)
Penelitian
dan
Pengembangan Hak Asasi Manusia (Balitbang
Dan,
diperlukan
memihak Oleh karena itu, Departemen
pembangunan
HAM),
saat
KONSEP PERLINDUNGAN PENATA LAKSANA RUMAH TANGGA
ini Salah satu tujuan dari Negara
memfokuskan tiga kegiatan dalam Paradigma
sebagaimana yang tertuang pada
Pembangunan Nasional Berwawasan
Pembukaan Undang-Undang Dasar
HAM.
Negara Republik Indonesia Tahun
kaitannya
Pertama,
berbagai 33
dengan
kendala
mengidentifikasi utama
yang
1945
(UUD
NRI
1945)
adalah
Hukumham info, Tiga Fokus Balitbang HAM Dalam Pembangunan Berwawasan HAM, 21 Mei 2008.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 18
ISSN 2302-6219
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM – Malahayati, dkk. (1-28)
melindungi
segenap
bangsa
perencanaan terhadap hal tersebut
Indonesia dan seluruh tumpah darah
untuk
menyediakan
lapangan
Indonesia. Sebagai konsekuensi dari
pekerjaan
negara hukum, maka negara harus
kesadaran atas kewajiban
memberikan perlindungan terhadap
negara, sehingga hak setiap warga
HAM setiap warganya.
negara
agar
terciptanya
dalam
suatu
memperoleh
pekerjaan dapat terpenuhi. Pekerjaan
merupakan
hal
yang sangat penting bagi setiap
Perlindungan hukum dan HAM
warga negara untuk tetap menjaga
adalah menjadi prioritas utama yang
kelangsungan hidupnya, arti penting
harus
disini adalah karena hal tersebut
Indonesia.
merupakan HAM yang dimiliki oleh
hukum
setiap warga negara. Sebagaimana
spesifik dari arti perlindungan secara
terdapat dalam UUD NRI 1945 pada
luas. Adapun yang dimaksud dengan
Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa
perlindungan
“tiap-tiap warga negara berhak atas
adalah:34
dijalankan Dalam
yang
oleh
negara
perlindungan
merupakan
hukum
bagian
tersebut
pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi
kemanusiaan.”
Ketentuan ini diperkuat lagi dalam BAB X A UUDN RI 1945 memuat berbagai
perlindungan
terhadap
HAM, salah satunya terdapat dalam Pasal 28 D ayat (2) menyebutkan “Setiap orang berhak untuk bekerja serta
mendapat
imbalan
dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja”. Dalam pasal ini menerangkan
bahwa
pemerintah
a. Perlindungan
harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap HAM yang dimiliki oleh subjek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenang-wenangan; b. Berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun; c. Kumpulan peraturan atau kaidah yang dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya.
Indonesia dituntut untuk melakukan
34
Umu Hilmy, Urgensi Perubahan UU Nomor: 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri, RDP antara
Pakar dengan Panja Pekerja Indonesia Komisi IX tanggal 16 Desember 2010, hlm. 8-9.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 19
ISSN 2302-6219
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM… – Malahayati, dkk. (1-28)
Sedangkan
bentuk
perlindungan hukum ada 2 yaitu:35
dokumen jati dirinya dipalsukan dan atau yang direkrut dengan tidak melalui prosedur yang ditetapkan
a. Perlindungan hukum preventif
yaitu perlindungan hukum yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya sengketa antara pemerintah dengan rakyat. Perlindungan ini dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada hukum untuk mengajukan keberatan (insprak) atau pendapatnya sebelum keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif; b. Perlindungan hukum represif yaitu perlindungan hukum yang bertujuan untuk menyelesaikan sengketa yang dilakukan oleh lembaga peradilan, yaitu peradilan hukum dan peradilan administratif di Indonesia.
dalam peraturan.36 Selain
itu
juga
dapat
dikelompokkan berdasarkan Profesi; a) pekerja Indonesia yang memiliki keterampilan
(skilled)
dan
b)
pekerja Indonesia tidak memiliki keterampilan
(unskilled).
Pengelompokan pekerja Indonesia di luar negeri seperti tersebut diatas, selayaknya tidak memberikan makna yang
berbeda
dalam
hal
perlindungan bagi mereka. Semua pekerja Indonesia yang bekerja di
yang
luar negeri mempunyai derajat yang
bekerja di luar negeri digolongkan
sama sebagai manusia, untuk itu
atas kepemilikan dokumen, yaitu
dalam hal memberikan perlindungan
pekerja Indonesia berdokumen dan
negara
tidak
memebedakan
Pekerja
Indonesia
Indonesia
berdokumen.
Pekerja
yang memiliki dokumen
dituntut
untuk
pekerja
tidak
Indonesia
berdasarkan golongan maupun jenis
lengkap dan sah serta direkrut
pekerjaan,
melalui prosedur yang ditetapkan
merupakan bagian dari HAM yang
dalam peraturan merupakan pekerja
diakui oleh negara.
Indonesia berdokumen, sementara pekerja Indonesia tidak berdokumen adalah pekerja Indonesia yang tidak memiliki dokumen lengkap atau
35 36
Ibid., hlm. 10 The Institute for Ecosoc Rihgts, Naskah Akademik Perubahan UU No.39 Tahun 2004 tentang Perekrutan dan
karena
kesemua
itu
HAM memiliki tempat dan bersubjek pada setiap diri manusia. Pihak yang menikmati dan bisa
Penempatan TKI di Luar Negeri, 2010, dalam DPR RI, Naskah Akademik Perubahan RUU PPILN Final, Jakarta, 7 Juni 2012.hlm. 12.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 20
ISSN 2302-6219
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM – Malahayati, dkk. (1-28)
mengklaim suatu perlindungan dan
dilaksanakan,
keharusan
(sesuatu
pemenuhan HAM adalah seorang
hal yang harus dilaksanakan).
individu. Secara ideal pemenuhan Pekerja
HAM harus mencakup setiap individu
Indonesia
yang
dan tidak terpisahkan dari individu.
bekerja di Malaysia, khususnya yang
Sementara
berkewajiban
bekerja disektor PLRT merupakan
melindungi
salah satu sektor yang rentan sekali
serta memenuhi HAM tersebut. Tiga
mendapatkan pelanggaran atas hak-
kewajiban negara ini dikenal sebagai
haknya sebagai pekerja maupun
trias of state obligation.37
sebagai
untuk
negara
menghormati,
individu.
PLRT
bekerja
dalam ranah domestik yang jauh dari Setiap orang atau individu di
pantauan
negara
pengirim
dan
bawah yurisdiksinya ini, termasuk
negara penerima, hal tersebutlah
baik warga negaranya maupun orang
yang
atau warga asing yang berada di
pelanggaran
wilayah hukumnya.38 Warga asing
haknya. Seharusnya
para
disini termasuk mereka yang tidak
(negara
dan
memiliki kewarganegaraan apapun,
penerima) bertanggung jawab dalam
pencari suaka, pengungsi, dan buruh
menghormati,
migrant.39 Seperti yang tercantum
memenuhi PLRT.
menjadikan
banyak
atas
pengirim
hakpihak negara
melindungi
serta
dalam ketentuan Kovenan Sipil dan Junio
Politik, yang selalu dimulai dengan “setiap orang berhak atas/untuk…”, atau “setiap Negara pihak dalam Kovenan
ini
berjanji
untuk
menghormati dan melindungi hakhak…”. merupakan
37
Sedangkan sesuatu
kewajiban yang
wajib
Tim KontraS, Panduan Untuk Pekerja HAM: Pemantauan dan Investigasi Hak Asasi Manusia, KontraS bekerja sama dengan Indonesia Australia Legal Development Facility (IALDF) 2009, hlm. 33.
Gerfasius
Damanik,
dalam penelitiannya menyebutkan: “Hak Asasi Manusia tersebut merupakan kewajiban negara untuk melindungi dan menegakkan hak-hak itu, termasuk hak bebas dari kekerasan dan penindasan. Sehingga negara harus bertanggung jawab penuh atas buruh migrannya, termasuk juga Indonesia. Oleh karena itu, para buruh migran 38
Lihat: komentar umum Komite HAM No.31, paragraph 3 dan 10.
39
Tim KontraS., Op Cit.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 21
ISSN 2302-6219
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM… – Malahayati, dkk. (1-28)
Indonesia yang berada di luar negeri harus memperoleh perlindungan dibawah Undang-undang nasional dan perjanjian bilateral mengenai tenaga kerja.” 40
diplomatik. Kedua hal ini diatur dalam
Hukum
Perjanjian
Internasional yang berbeda, yaitu Konvensi
Wina
1961
mengenai
kasus
hubungan diplomatik dan Konvensi
internasional, baik yang masuk ke
1963 mengenai hubungan konsuler.
Makamah Internasional ataupun yang
Hal
hanya menjadi isu internasional,
perbedaan signifikan antara kedua
menunjukan
hubungan antar negara tersebut
Banyaknya
bahwa
warga
asing
penting
cenderung mendapatkan perlakuan
adalah
yang
merupakan
tidak
adil
ataupun
yang
menjadi
pejabat wakil
diplomatik politik
sebuah
negara, sedangkan pejabat konsuler
diskriminatif.
tidak mengenal fungsi tersebut.41 Perlakuan
yang
diberikan Semakin
kepada warga asing cenderung lebih
berkembangnya
buruk dibandingkan yang diberikan
pengaturan mengenai hal hubungan
kepada warga asli negara penerima,
antar
misalnya
warga
Indonesia
yang
perkembangan isu mengenai HAM
bekerja
sebagai
PLRT,
sering
hingga
diperlakukan secara tidak adil di
hukum
Malaysia. Hal tersebut jelas telah
perlindungan
melanggar prinsip perlakuan yang
menjadi
sama dan merata bagi seluruh umat
negara saat
dan ini
maraknya
mengakibatkan
mengenai
adanya
diplomatik
bagian
dari
kebiasaan internasional.
telah hukum
42
manusia (HAM). Perlindungan
diplomatik
negara
merupakan salah satu bentuk HAM
terbagi menjadi dua macam, yaitu
yang paling tua.43 Masalah mengenai
hubungan konsuler dan hubungan
perlindungan
40
Junio Gerfasius Damanik, Perlindungan HAM Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Di Malaysia Ditinjau Dari Konvensi Buruh Migran, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2011, hlm. 56.
42
Anna MariaHelena Vermeer-Kunzli, Protection of Individuals by mean of Diplomatoc Protection: Diplomatic Protection as a Human Rights Instrument, Proefschift, 1979, hlm. 13.
43
41
Gracia Amador, Second Report, ILC Yb 1957, hlm. 114-116.
United Nations, Year Book of the International Law Commission 1997.
Hubungan
antar
diplomatik
mengisi
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 22
ISSN 2302-6219
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM – Malahayati, dkk. (1-28)
sebagian
besar
gugatan
diajukan
dalam
ruang
internasional
sampai
yang lingkup
saat
ini.
municipal
statues
circumstances and limits exercised,
each
perlindungan
determines
for
adalah
the
within
which this righ of protection shall be
Perkembangan terbaru dalam hal diplomatik
specify
government itself
the
expediency
and
diadopsinya draft Article mengenai
justification,
perlindungan diplomatik pada tahun
manner of making the international
2006
appeal.”
oleh
ILC
yang
menyebabkan
telah
memanasnya
(tidak
mengenai
posisi
dan
perlindungan
diplomatik
dalam
perlindungan
batas-batas hak
dilakukan,
dimana ini
harus
masing-masing
pemerintah John Dugard, seorang Special
peraturan
khusus yang menentukan keadaan
perdebatan
hukum internasional.
ada
menentukan
dirinya
sendiri
Rapporteur, dalam laporan pertama
pembenaran,
mengenai perlindungan diplomatik
cara
menyatakan bahwa “perlindungan
internasional).45
untuk
mengenai
kebijaksanaan
membuat
dan
permohonan
diplomatik seharusnya dikategorikan dalam
mekanisme
HAM.
perlindungan
Namun
perlindungan
kenyataan
diplomatik
yang
Bantuan konsuler sering kali dikaitkan diplomatik
dengan
perlindungan
dalam
hukum
digunakan sebagai alat perlindungan
internasional. Sementara itu, dalam
HAM
rezim
belum
diterima
secara
universal”.44
hubungan
antar
negara,
dikenal dua macam perlindungan yang dapat diberikan oleh negara
Pada
tataran
praktis,
asal untuk warga negara mereka
menurut Borchard, negara memiliki
yang berada di wilayah negara lain,
pilihan
yaitu perlindungan diplomatik dan
untuk
perlindungan
melaksanakan
diplomatik.
Secara
bantuan konsuler. Dalam kedua jenis
litelatur, ia menuliskan bahwa, “no
perlindungan yang diberikan oleh
44
Anne Maria Helena Vermeer-Kunzli, Ibid, hlm. 13.
45
Jenifer, Pemberitahuan Konsuler Sebagai Bentuk Pelaksanaan Hak Asasi
Manusia Ditinjau dari Kasus Avena, Artikel, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2013, hlm. 9.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 23
ISSN 2302-6219
negara
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM… – Malahayati, dkk. (1-28)
asal
tersebut,
terdapat
kerja ILC. Batasan antar bentuk
perbedaan-perbedaan
yang
perlindungan
mendasar.
saat
selalu jelas dalam penulisan hukum,
Walaupun
pelaksanaan-nya, diplomatik sebagai
perlindungan
sering
kali
karena
dan
tidak
bantuan dapat
tidak
terlepas
dianggap
kemungkinan bahwa sesuatu yang
bantuan
dimulai dengan bantuan konsuler
pelaksanaan
konsuler.
dapat berkembang menjadi perlindungan diplomatik.47
Perlindungan biasa-nya
diplomatik
menyangkut
masalah
Bantuan
konsuler
maupun
prosedur dalam peradilan. Campur
perlindungan diplomatik memiliki
tangan di luar proses peradilan atas
kesamaan yaitu dilaksanakan demi
kepentingan warga
negara suatu
keuntungan warga negaranya. Selain
negara biasanya tidak dilakukan
perbedaan yang telah dijelaskan di
dengan
atas, perbedaan-perbedaan
perlindungan
melainkan
diplomatik, bantuan
antara perlindungan diplomatik dan
konsuler. Hal ini dikemukan oleh
bantuan konsuler adalah: batasan
Warbrick dan Mac Goldrick, “there is
dalam
no exercise of diplomatic protection
bantuan konsuler yang diatur dalam
unless an official claim has been
konvensi
brought. (tidak ada pelaksanaan
perlindungan
perlindungan
memiliki
adanya
dengan
lain
diplomatik
sebuah
sebelum
tuntutan
resmi
diajukan)”.46
pelaksanaan
perbedaan
1963
sedangkan
diplomatik batasan tingkatan
tidak
tersebut, perwakilan
yang dapat dilakukan antara bantuan konsuler
Walaupun sebenarnya belum ada
Wina
pelaksanaan
pengaturan
secara
standar
dan
perlindungan
diplomatik, yakni bantuan konsuler memiliki sifat pencegahan sebelum
mengenai pelaksanaan perlindungan
terjadinya
diplomatik secara
perlindungan diplomatik memiliki
tertulis dalam
hukum internasional, peraturan
hukum,
baik
dalam
kasus-kasus
masalah
sedangkan
sifat memperbaiki suatu masalah yang telah terjadi.
hukum internasional, maupun hasil
46
Anne, Op.Cit, hlm. 46.
47
Ibid.,hlm. 11.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 24
ISSN 2302-6219
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM – Malahayati, dkk. (1-28)
Prinsip
non-intervensi
hanya menguntungkan sebelah pihak
pelaksanaan
saja. Kepentingan PLRT merupakan
menjadi
pembatas
bantuan
konsuler,
akan
prinsip
tersebut
tidak
diterapkan
pada
diplomatik.
diplomatik
diperbolehkan
bisa
perlindungan
Kenyataan
pejabat
tetapi
untuk
tidak
akan tetapi perlindungan diplomatik hukum
sesuai
internasional
merupakan
bentuk
dengan bukan
intervensi
terhadap masalah nasional negara lain
karena
perhatian
para
aktor
pelaksana. PENUTUP
melakukan
negara lain tidak dapat dipungkiri, dilaksanakan
fokus
bahwa
intervensi dalam masalah nasional
jika
hal terpenting yang harus menjadi
pelaksanaan
perlindungan diplomatik merupakan hak suatu negara.48
Perlindungan hukum dan HAM terhadap PLRT selama ini masih belum maksimal diberikan, baik dari segi substansi hukum yang ada maupun dari praktik di lapangan. Selayaknya,
konsep
perlindungan
hukum dan HAM PLRT dibuat dengan merujuk kepada berbagai instrument hukum
internasional,
sudah
diratifikasi
baik
oleh
yang negara
penerima dan pengirim, maupun perlindungan
yang belum diratifikasi oleh kedua
terhadap PLRT Indonesia di Malaysia,
atau salah satu negara tersebut. Hal
tentunya hubungan diplomatik dan
penting yang harus diperhatikan
konsuler
diintensifkan.
dalam konsep perlindungan PLRT
Perlindungan terhadap warga negara
menyangkut perlindungan terhadap
Indonesia di luar negeri, akan sangat
harkat dan martabat, rasa aman,
ditentukan dari hubungan diplomatic
kepastian
dengan negara tujuan. Untuk itu,
preventif maupun represif.
Terkait
perlu
hukum,
baik
secara
konsep perlindungan harus dibuat dengan hubungan
mempertim-bangkan kedua
negara
dalam
kedudukan yang seimbang dan tidak 48
Alfred M. Boll, Multiple Nationality and International Law, Koininklijke Brill NV, 2007, hlm. 114. Dalam Jenifer, Ibid.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 25
ISSN 2302-6219
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM… – Malahayati, dkk. (1-28)
DAFTAR PUSTAKA
(PSHK), Jakarta, edisi 3 Tahun II, November 2004.
Buku/Jurnal/Makalah A.V. Dicey, 2007, Pengantar Studi Hukum Konstitusi, Terjemahan dari Introduction to the Study of the Law of the Constitution, Nusamedia, Bandung. Alfred M. Boll, 2007, Multiple Nationality and International Law, Koininklijke Brill NV. Ana Sabhahana Azmy, 2011, Negara dan Buruh Migran: Kebijakan Perlindungan Buruh Migran Perempuan Indonesia Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono 2004-2010 (Studi Terhadap Perlindungan Buruh Migran Perempuan Indonesia di Malaysia, Tesis, Jurusan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Jakarta. Anis Hidayah, Buruh MIgran: Membangun Hubungan Republik Indonesia-Malaysia Berbasis HAM, Migrant CARE, 2010, http://www.tabloiddiplomasi.or g/current-issue/101-diplomasioktober-2010/955--buruhmigran-membangun-hubunganri-malaysia-berbasis-ham.html Anna Maria Helena Vermeer-Kunzli, 1979, Protection of Individuals by mean of Diplomatoc Protection: Diplomatic Protection as a Human Rights Instrument, Proefschift. B.
Arief Sidharta, “Kajian Kefilsafatan tentang Negara Hukum”, dalam Jentera (Jurnal Hukum), “Rule of Law”, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan
Dardiri Hasyim, 2009, Perencanaan Pembangunan Berwawasan HAM Menuju Pembangunan Berpusat Pada Rakyat, Universitas Batik Solo. Foreign Affairs Commitee, Fourth Report of Session 2006-2007, 2007, Great Britain, Parliamant: House of Commons. Geoffrey Robertson QC, 2002, Kejahatan Terhadap Kemanusiaan: Perjuangan Untuk Mewujudkan Keadilan Global. Gracia Amador, Second Report, ILC Yb 1957. Harjono, 2008, Konstitusi sebagai Rumah Bangsa, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. Hukumhaminfo, 2013, Tiga Fokus Balitbang HAM Dalam Pembangunan Berwawasan HAM, 21 Mei 2008.Jenifer, Pemberitahuan Konsuler Sebagai Bentuk Pelaksanaan Hak Asasi Manusia Ditinjau dari Kasus Avena, Artikel, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan. John Quigley, William J. Aceves,and Adele Shank, The Law of Consular Access: A Documentary Guide, Routledge, New York, 2009, hlm.39. Dalam Jenifer. Junio Gerfasius Damanik, 2011, Perlindungan HAM Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Di Malaysia Ditinjau Dari Konvensi Buruh Migran, Skripsi, Fakultas
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 26
ISSN 2302-6219
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM – Malahayati, dkk. (1-28)
Hukum Universitas Utara, Medan.
Sumatera
Kursus HAM untuk Pengacara X Tahun 2005, ELSAM, Jakarta.
Lili Rasjidi dan B. Arief Sidharta, 1994, Filsafat Hukum Madzab dan Refleksi, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya.
Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), 2004, Tesis Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Mahfud MD, 2006, Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, Jakarta: Pustaka LP3ES. Muh. Hasrul, 2013, Eksistensi Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah Dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Efektif, Disertasi, Program Doktor Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makasar. Notohamidjojo, 1970, Makana Negara Hukum, Badan Penerbit Kristen, Djakarta. Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Rakyat Bagi Rakyat di Indonesia (sebuah Studi tentang Prinsip-Prinsipnya, Penanganannya oleh Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara), Surabaya, PT. Bina Ilmu. Retno Kusniati, 2011, Sejarah Perlindungan Hak Hak Asasi Manusia Dalam Kaitannya Dengan Konsepsi Negara Hukum, Makalah disampaikan pada Bimbingan Teknis HAM Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Jambi di Hotel Ceria, Jambi, 24 Mei 2011. Richard. B Bilder, 2005, Tinjauan Umum Hukum Hak Asasi Manusia, Seri Bahan Bacaan
The Institute for Ecosoc Rihgts, Naskah Akademik Perubahan UU No.39 Tahun 2004 tentang Perekrutan dan Penempatan TKI di Luar Negeri, 2010, dalam DPR RI, Naskah Akademik Perubahan RUU PPILN Final, Jakarta, 7 Juni 2012. Tim KontraS, Panduan Untuk Pekerja HAM: Pemantauan dan Investigasi Hak Asasi Manusia, KontraS bekerja sama dengan Indonesia Australia Legal Development Facility (IALDF) 2009. Umu Hilmy, Urgensi Perubahan UU Nomor: 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri, RDP antara Pakar dengan Panja Pekerja Indonesia Komisi IX tanggal 16 Desember 2010. United Nations, Year Book of the International Law Commission 1997. YB Datuk Dr. Fong Chan Onn, Human Rights Watch VOL.16, NO.9 (C). 2004 Terjemahan Bahasa Indonesia. Perundang-Undangan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39,
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 27
ISSN 2302-6219
Konsep Perlindungan Hukum dan HAM… – Malahayati, dkk. (1-28)
Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4279. Undang-Undang Nomor 39 tahun 2004 tentang Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 133, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4445. Website/Online Materials http://menteri.depnakertrans.go.id /?show=news&news_id=771. http://www.bnp2tki.go.id/statistikmainmenu86/penempatan/6756penempatan-per-tahun-per negara-2006-2012.html.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 1 (April 2015) | 28