SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 | PENELITIAN
Konsep Penataan Pura Dalem Desa Adat Negari, Desa Singapadu Tengah sebagai Objek Baru Wisata Sejarah I Made Suarya(1), I Nyoman W idya Paramadhyaksa(2), Ni Ketut Agusinta Dewi(3), I Gusti Agung Bagus Suryada(1) mdsuary a@y ahoo.com (1)
Lab. P erancangan/P rogram S tudi A rsitektur/F akultas Teknik/U niv ersitas U day ana. Buday a/P rogram S tudi A rsitektur/F akultas Teknik/U niv ersitas U day ana. (3)Lab. P ermukiman/P rogram S tudi A rsitektur/F akultas Teknik/U niv ersitas U day ana. (2)Lab.
Abstrak Desa Singapadu Tengah adalah sebuah desa yang akan dijadikan sebagai desa wisata baru di wilayah Kabupaten Gianyar. Hal ini d isebabkan karena desa ini memang memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Salah satu objek potensial di desa ini yang dapat dikembangkan sebagai suatu daya tarik wisata adalah berupa kompleks Pura Dalem Adat Negari. Dalam kompleks pura ini terdapat banyak artifak tinggalan sejarah berwujud arca-arca kuno yang masih disucikan hingga saat ini. Pada bagian belakang kompleks pura yang berbatasan langsung dengan tepian Sungai Oos ini juga terdapat tinggalan arkeologis bernilai sejarah tinggi yang berupa sumber mata air suci, gerbang petirtan, dan tinggalan candi tebing pasraman kuno dalam kondisi yang sangat tidak terawat. Makalah in i berisikan ringkasan hasil studi kasus tentang konsep penataan kompleks pura tersebut sebagai daya tarik wisata bersejarah di wilayah Desa W isata Singapadu Tengah. Penyusunan konsep desain dilakukan dengan mengakomodir beragam gagasan dari pihak pemuka desa, pemuka agama, dan pemerintah daerah. Kata-kunci : konsep, penataan, Pura Dalem Desa Pakraman Kutri, sejarah, wisata
Pendahuluan Desa Singapadu Tengah adalah sebuah desa yang berada dalam wilayah Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Desa ini direncanakan akan dijadikan sebagai sebuah desa wisata baru oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar yang bernapaskan konsepsi Tri Hita Karana, yang memuat hubungan harmonis antara manusia, lingkungan, dan Tuhan Tim Penyusun RPJM Desa Singapadu. (2010). Singapadu Tengah juga dikenal memiliki banyak objek potensial yang dapat dikembangkan dan dikemas sebagai objek wisata baru yang dapat mendongkrak angka kunjungan wisatawan di daerah ini. Salah satu objek potensial yang akan dikembangkan tersebut adalah berupa kompleks bangunan suci bernilai sejarah yang kaya tinggal artifak dan bangunan arkeologis. Kompleks bangunan tersebut bernama Pura Dalem Desa Adat Negari yang berada di zona timur laut desa. Kompleks pura ini memiliki tinggalan arkelogis berupa bangunan candi tebing dan goa petirtan yang diperkirakan berasal dari abad ke-18. Pada saat ini kondisi bangunan-bangunan bersejarah ini sama sekali belum terawat. Beberapa bagian masih banyak dit umbuhi alang -alang dan tanaman liar lainnya. Material struktur bangunannya pun terliat sangat gampang rapuh dan sudah aus termakan waktu. Melalui sebuah kajian, maka disusunlah suatu upaya penyelamatan dan penataan bangunan tinggalan arkelogis tersebut dari kerusakan sekaligus sebagai upaya menjadikan bangunan bersejarah tersebut sebagai objek wisata potensial yang dapat mendukung kegiatan desa wisata di wilayah in i. Tulisan in i berisikan tentang ulasan studi kasus tentang konsep desain penataan kompleks bangunan Pura Dalem Desa Adat Negari yang dapat segera diaplikasikan untuk menjawab Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | B 061
Konsep Penataan Pura Dalem Desa Adat Negari, Desa Singapadu Tengah sebagai Objek Baru Wisata Sejarah
semua masalah keruangan dan kebutuhan wisata dengan tanpa menurunkan tata nilai budaya dan sejarah yang termuat di dalamnya. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan ini menerapkan metode pengumpulan data dan analisis sebagai berikut. a. Metode Pengumpulan Data Dalam proses pengumpulan data, tim peneliti menerapkan metode observasi lapangan, wawancara, dan studi pustaka. (1) Observasi lapangan Observasi lapangan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara langsung mengenai segala potensi dan permasalahan keruangan Pura Dalem Desa Pakraman Kutri.
(2) W awancara W awancara yang akan dijalankan dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk memperoleh gambaran deskriptif tentang: (a) segala ide maupun gagasan dari pihak PEMDA dan masyarakat setempat tentang pengembangan objek; (b) gambaran sejarah dan karakteristik objek; serta (c) berbagai permasalahan tentang aspek keruangan, kultur, sosial, dan ekonomi yang berpeluang terjadi apabila rencana penataan pura ini sebagai objek wisata baru. Kegiatan wawancara ini juga dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kesamaan visi, ide, dan konsep tata kelola Pura Dalem itu. (3) Studi pustaka Studi pustaka yang dijalankan bertujuan untuk mengumpulkan berbagai data yang berelasi dengan kasus objek kajian ini, seperti: data tentang sejarah, aspek sosial budaya, ritual, pola aktivitas para civitas dan wisatawan, data kondisi fisik bangunan, serta data artifak di objek studi. b. Fokus kajian Kajian terfokus pada ulasan tentang dasar-dasar penyusunan konsep desain penataan Pura Dalem Desa Pakraman Kutri di Desa Singapadu Tengah sebagai objek wisata yang banyak mempertimbangkan aspek kebutuhan real, konservasi, dan proteksi terhadap kesucian pura. Kajian Pustaka Pada masa sekarang, perkembangan wilayah desa di Bali sebagai satu daya tarik wisata baru berkembang semakin pesat. Hal ini disebabkan karena wilayah desa dan masyarakatnya di Bali memiliki potensi alam yang masih alami dan kebudayaan masyarakatnya yang unik. Kondisi ini memunculkan wacana desa wisata sebagai alternatif pengembangan daya tarik wisata yang selama ini masih didominasi oleh daya tarik wisata konvensional. Menurut Inskeep (1991), pariwisata di wilayah perdesaan merupakan suatu bentuk kegiatan wisata yang menyajikan berbagai potensi desa, sehingga wisatawan dapat terlibat langsung dalam aktivitas masyarakat dan mempelajari tradisi dan budaya masyarakat setempat. Masyarakat desa secara aktif turut merencanakan, mengelola, dan memperoleh manfaat dari kunjungan para wisatawan. Oleh karena itu desa wisata diyakin i merupakan terobosan untuk memberikan manfaat sektor pariwisata secara langsung terhadap masyarakat, terutama dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Meskipun demikian menurut Pitana (1999), pengembangan desa wisata masih menjadi alternatif yang sensitif, karena dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat apabila tidak B 062 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
I Made Suary a
direncanakan dan dikelola secara benar. Dalam upaya memin imalisir dampak negatif tersebut, maka pengembangan desa wisata harus melibatkan masyarakat desa dengan segala perangkat nya secara aktif (Muljadi, 2009). Dengan demikian, desa wisata dapat meningkatkan kesejahteraan, melestarikan alam, sosial dan budaya masyarakat. Kelestarian alam, sosial dan budaya masyarakat menjadi penting bagi keberlanjutan desa wisata karena merupakan potensi utama yang dapat menarik minat para wisatawan untuk berkunjung ke tempat tersebut . Ada suatu prinsip pengembangan desa wisata yang harus diperhatikan adalah pengembangan tersebut harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat desa sehingga tidak dapat direncanakan dan dikelola secara sepihak. Ada berbagai macam potensi suatu desa yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata dalam suatu desa wisata. Beberapa di antaranya dapat berupa objek bangunan bersejarah maupun daya tarik alam asri milik desa. Pengembangan pariwisata juga dapat berperan positif terhadap upaya pelestarian suatu area bersejarah yang dilestarikan, melalu i beberapa cara: (a) penempatan jalur keluar masuk wisat awan dalam area secara tepat; (b) pengadaan tourist information; (c) pengelolaan infrastruktur secara terpadu; (d) pengaturan pola sirkulasi wisatawan; (e) sarana akomodasi pendukung; (f) penataan kembali lanskap dan landmark; (g) pengaturan jaringan pendukung dan utilitas Andrei ( 2013). Dalam hal pengelolaan dan keberlanjutannya, perlu dilakukan pengaturan (a) alur pengunjung; (b) antisipasi jumlah pengunjung; dan (c) upaya terintegrasi dengan penduduk setempat Patin (2010). Pada bagian lainnya, adanya kebijakan pengelolaan objek wisata yang tegas terhadap wisatawan dapat ikut mengingatkan bahwa para wisatawan juga ikut berperan dan bertanggung jawab terhadap pelestarian objek yang dikunjunginya itu Anagnostopoulos ( 1994). Hasil dan Pembahasan Pura Dalem Desa Adat Negari merupakan salah satu dari tiga Pura Kahyangan Tiga yang berada dalam wilayah Desa Adat Negari, Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Kompleks bangunan pura ini diperkirakan merupakan sebuah kompleks bangunan pura pengembangan dari kompleks bangunan pura kuno yang sudah ada sejak masa lalu. Diperkirakan kompleks bangunan pura ini sudah ada sejak abad ke -18. Hal ini ditandai dengan ditemukannya artifak-artifak arca kuno yang bercorak masa itu dalam wilayah pura in i. Selain dari pada itu , di zona belakang kompleks pura yang berbatasan langsung dengan daerah tepian Sangai Oos terdapat arsitektur tinggalan masa lalu berupa candi tebing dan goa pertirtaan. Cukup disayangkan, hingga saat ini objek-objek yang kaya nilai sejarah tersebut belum banyak digali dan ditata ke lola sebagai objek-objek bersejarah yang dapat dikemas mendukung rencana pengembangan desa wisata di wilayah ini.
Lokasi
Gambar 1. Lokasi Pura Dalem Negari
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017| B 063
Konsep Penataan Pura Dalem Desa Adat Negari, Desa Singapadu Tengah sebagai Objek Baru Wisata Sejarah
Kompleks Pura Dalem Desa Adat Negari ini berlokasi di tepi jalan Palguna yang menghubungkan wilayah Singapadu Tengah dan Ubud. Di sebelah utara tapak pura terdapat area setra adat Desa Adat Negari dan Pura Mrajapati. Pura Dalem Desa Adat Negari ini menerapkan konsepsi tata ruang pura yang tersusun atas tiga halaman/ mandala sesuai dengan Konsepsi Tri Mandala. Ketiga area mandala pura tersebut adalah dikenal dengan nama (a) nista mandala yang merupakan halaman terluar dari kompleks pura ini; (b) madya mandala sebagai halaman yang berada di bagian tengah atau area transisi; serta area utama mandala yang berada di bag ian yang paling utama kompleks Pura Dalem Desa Adat Negari ini. Dalam area Nista mandala atau yang dikenal juga sebagai area jaba sisi pura, terdapat area parkir dan bangunan wantilan. Area parkir in i sehari-harinya difungsikan sebagai area memarkir kendaraan para pemedek atau umat yang akan bersembahyang ke Pura Dalem in i. Bangunan wantilan yang ada di dekatnya, sehari-harinya difungsikan sebagai bangunan untuk para pemedek duduk, berteduh, dan merapikan pakaian sembahyangnya sebelum memasuki area utama pura untuk bersembahyang. Dalam beberapa kondisi, bangunan wantilan ini juga dapat difungsikan sebagai tempat latihan menabuh, bale gong , dan tempat persiapan sesajen ritual pura.
Gambar 2. Eksisting Pura Dalem Negari
B 064 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
I Made Suary a
Gambar 3. Bangunan Gerbang, Patung Dwarapala , dan Relief Singa di Kompleks Pura Dalem Desa Adat Negari
Dalam area madya mandala atau area jaba tengah dapat dijumpai adanya bangunan bale gong, bale pemasaran , dan bale perantenan yang masing-masing memang difungsikan sebagai bangunan persiapan upacara pada saat adanya upakara yadnya di pura ini. Dalam area utama mandala atau area jeroan pura terdapat bangunan-bangunan pelinggih pemujaan seperti bangunan padmasana, bangunan meru tumpang telu , bangunan gedong sari, bangunan pelinggih bale panggungan , bangunan pelinggih Sapta Patala, bangunan Bale Pepelik, bangunan Gedong Dalem, dan beberapa bangunan pelinggih lainnya. Area setra adat (kuburan) dan Pura Mrajapati yang terletak di sisi utara tapak pura berbatasan langsung dengan kompleks pura. Area setra adat (pekuburan) juga berbatasan langsung dengan ruas jalan Palguna dengan tanpa adanya elemen pembatas atau tembok penyengker sebagai elemen dinding pembatasnya. Pada bagian utara area pura terdapat tinggalan arsitektural berwujud candi tebing yang terdapat tepat di bagian dasar bangunan gedong penyimpenan. Pada area yang cukup berdekatan dengan lokasi bangunan candi tebing ini, terdapat pula sebidang area terbuka yang lazim digunakan sebagai tempat sambung ayam ( metajen) untuk keperluan upacara adat tabuh rah oleh masyarakat desa setempat.
Gambar 4. Bangunan-bangunan Suci dalam Kompleks Pura
Pura Dalem Desa Adat Negari juga cukup dikenal dengan adanya elemen arsitektural kuno berwujud goa yang ada di bagian timur atau bagian belakang kompleks pura. Ada dugaan bahwa goa yang ada ini merupakan jalur lintasan untuk sebuah prosesi ritual dari tep ian sungai ke area kompleks pura ini. Pada bagian lain di zona ini juga terdapat terdapat mata air suci yang juga lazimnya dimanfaatkan sebagai sumber air suci ( tirta) untuk keperluan pura saat adanya aktivitas persembahyangan sejak zaman dahulu. Pada beberapa bagian bangunan dalam kompleks Pura Dalem Desa Adat Negari termuat beragam wujud bangunan dan ragam hias bercorak khusus dan be rmotif-motif langka, seperti in i adanya wujud bangunan Candi Bentar dari material bata merah yang dilengkapi dengan reliaf pepatran dan kekarangan serta patung dwarapala yang terbuat dari material batu. Pada bagian lainnya, terdapat sebentuk bangunan pintu masuk utama yang menjadi gerbang pembatas antara area madya mandala dan area utama mandala. Bangunan ini mengambil wujud sebagai bangunan kori agung . Ada hal yang cukup menarik dari wujud kori agung dalam kompleks bangunan pura ini. Pada area depan kori agung ini terdapat sepasang sosok singa jantan sebagai pengapit tangga masuk ke area utama pura. Agaknya figur kedua singa ini sengaja ditempatkan sedemikian rupa berkaitan dengan konteks nama desa ini sendiri, yaitu Singapadu Tengah. Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017| B 065
Konsep Penataan Pura Dalem Desa Adat Negari, Desa Singapadu Tengah sebagai Objek Baru Wisata Sejarah
Gambar 5. Bangunan Candi Tebing
Gambar 6. Goa Petirtan di Timur Kompleks Pura
Dalam area inti pura juga terdapat bangunan pelinggih Padma Agung yang menjadi bangunan untuk menempatkan berbagai artifak arca kuno bernilai sejarah tinggi yang ditemukan dalam area kompleks pura ini. Selain dari pada itu dalam kompleks pura juga dapat ditemukan adanya bangunan pelinggih berwujud meru tumpang telu (‘meru beratap tingkat tiga’) dan sebuah pelinggih untuk tokoh ancangan pura sebagai spirit penjaga kesucian kompleks pura ini. Gambaran Konsep Penataan Area Pura Dalem Desa Adat Negari Area kompleks Pura Dalem Desa Adat Negari ditata sedemikian rupa dengan beberapa macam konsep penataan, yaitu: (a) optimalisasi pelestarian elemen bangunan bernilai sejarah, seperti bangunan candi tebing, bangunan goa, dan mata air sakral; (b) penataan area ruang terbuka demi kenyamanan beraktivitas para pemedek, para wisatawan, dan para pengelola pura itu sendiri, seperti para pendeta; (c) penataan area parkir untuk kenyamanan sirkulasi kendaraan dalam area tapak; dan (d) pemisahan alur sirkulasi pemedek dalam area pura dan wisatawan ( lihat gambar 7 ).
Gambar 7. Gambaran Konsep Penataan Pura Dalem Negari
B 066 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
I Made Suary a
Lebih jelas mengenai gambaran konsep penataan area kompleks bangunan pura berse jarah ini dapat dikemukakan sebagai berikut ( cf. wawancara terhadap Rosman dan Suciarta, 2016). 1.
Pada bagian barat area kompleks pura, tepatnya di area bagian barat Jalan Palguna, akan ditata menjadi area parkir bus, parkir mobil, dan sepeda motor. Hal ini d ilakukan dengan tujuan untuk dapat meningkatkan kenyamanan para pengunjung pada saat pemedek memasuki area inti kompleks bangunan Pura Dalem Desa Adat Negari ini, baik bagi para wisatawan atau pun bagi mereka yang ingin melakukan kegiatan persembahyangan di pura ini. Area ini dimaknai sebagai area pendukung pura.
2.
Area jaba sisi pura yang berada di bagian pojok selatan kompleks pura akan dirancang sebuah bangunan informasi dan juga penjualan tiket masuk untuk kegiatan pelayanan kepada para pengunjung yang akan memasuki area kompleks Pura Dalem Desa Adat Negari ini.
3.
Pada area timur bangunan wantilan pura akan dibangun sebuah bangunan toilet yang akan difungsikan untuk dapat meningkatkan kenyamanan para pengunjung. Lokasi penempatannya terdapat di area yang merupakan area nista mandala yang juga berdekatan dengan wantilan . Seperti yang diketahui, bangunan wantilan memang sering digunakan sebagai tempat dudukduduk maupun juga tempat beristirahat bagi para pengunjung.
4.
Pada area timur Pura Mrajapati akan dibangun sebuah plaza untuk bangunan Candi Tebing yang bernilai sejarah itu sebagai tempat bersantai bagi para pengunjung kompleks pura ini.
5.
Jalur pedestrian dari kompleks bangunan pura, menuju area mata air, dan area tepian sungai yang melalui goa tepi sungai itu ditata dengan perkerasan dan material yang lebih solid akan tetapi tetap menjaga gambaran karakter bangunan lama ini.
6.
Area inti tata ruang dan tata bangunan dalam area inti pura tetap dipertahankan dan dikonservasi. Apabila dilakukan renovasi bangunan, maka bangunan yang dibuat tidak mengubah nilai estetika, posisi, material dari tata bangunan dan tata ruang semula. Elemenelemen tinggalan arkeologis dipertahankan sepenuhnya.
7.
Adanya penerapan aturan radius kesucian area pura secara tradisional Bali sesuai Keputusan Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat Nomor: 11/Kep/I/PHDIP/1994 tentang Bhisama Kesucian Pura. Radius kesucian Pura Dalem Negari adalah min imum berjarak apenimpug (‘sejauh lemparan orang dewasa’) atau sejauh 25 meter dari bangunan lain d i sekitarnya. Jarak ini sesuai dengan kedudukan Pura Dalem Negari ini sebagai sebuah Pura Kahyangan Tiga.
8.
Tapak kompleks pura sakral ini berbatasan langsung dengan sungai, sumber air, dan daerah hijau penyangganya. Keberadaan kompleks bangunan suci ini berdampak positif bagi pelestarian ekosistem tepian sungai itu. Hal semacam ini memang lazim berlaku pada hutan atau area alam yang berdekatan dengan objek bersejarah yang disucikan Ishii, dkk. (2010).
9.
Pada sisi tapak yang berbatasan langsung dengan kuburan adat ( setra) akan dibangun tembok penyengker. Tembok penyengker dalam budaya tradisional Bali memang dapat berperan sebagai elemen pemisah antara area sakral ( suci) dan profan ( cemer) dalam wujud yang estetis berpola tri angga; kepala, badan, dan kaki (Windhu, 1984).
Adapun konsep manajemen pengelolaan pura ini dapat dikemukakan sebagai berikut. 1. 2.
Adanya konsep pengaturan yang ketat berkenaan dengan pola sirku lasi dan tata cara para umat dan wisatawan yang akan memasuki dan keluar area sakral untuk bersembahyang dan/atau area wisata arkelogis. Adanya tata tertib bagi umat atau wisatawan yang memasuki area pura wajib mengenakan busana adat Bali. Bagi wisatawan, dapat menyewa pakaian adat di area entrance pura. Pada area entrance akan dit empatkan berbagai informasi tentang pura dan tata aturan dalam memasukinya. Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017| B 067
Konsep Penataan Pura Dalem Desa Adat Negari, Desa Singapadu Tengah sebagai Objek Baru Wisata Sejarah
3. 4. 5.
Adanya sistem pengelolaan pura yang melibatkan pihak pemuka adat, pemuka desa, agamawan, dan pengelola desa wisata secara terpadu yang mengutamakan kesucian pura. Adanya pengaturan jadwal kegiatan ritual pura yang disosialisasikan bagi umat dan wisatawan. Akan disusun pola pengaturan batas waktu kunjungan bag i wisatawan dalam area pura ini.
Konsep tata ruang dan manajemen pengelolaan pura ini disusun berdasarkan hasil masukan dan ide dari pihak PEMDA selaku penyandang utama dana pembangunan, pihak PHDI, pihak pemuka desa, pihak pengelola pura, dan masukan dari pihak pihak penata pura. Simpulan Pada dasarnya konsep penataan area kompleks Pura Dalem Desa Adat Negari adalah mengedepankan upaya pelestarian bangunan bersejarah dan elemen tinggalan arkeologis lainnya agar dapat mendukung upaya pengembangan desa wisata yang berlangsung di wilayah ini. Konsep penataan yang dilakukan tetap sejalan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan wisatawan. Konsep penataan dan pengelolaan pura ini juga berupaya mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal tentang kesucian pura secara sekala (konkret) yang bersifat tangible dan niskala (abstrak) yang bersifat intangible , estetika, dan pelestarian berbagai tinggalan arkelogis di pura ini yang dijalankan dengan melibatkan masyarakat, pemerintah daerah, dan wisatawan secara aktif. Daftar Pustaka Anagnostopoulos, G.L. (1994). Tourism and Historic Landscape Management. Ekistics; Athens 61.368/369 (SepDec 1994). : 317-320. Andrei, Ruxandra Daniela, dr. dkk. (2013). Ecological Tourism - a Form of Responsible Tourism. Romanian Economic and Business Review, suppl. Special Issue 1; Brasov (Winter 2013): 373-388. Inskeep, E. (1991). Tourism Planning. An Integrated and Sustainable Development Approach . New York: Van Nostrand Reinhold. Ishii, H.T. dkk. (2010). Integrating ecological and cultural values toward conservation and utilization of shrine/temple forests as urban green space in Japanese cities. Landscape and Ecological Engineering; Dordrecht6.2 (Jul 2010): 307-315. Muljadi, A. J. (2009). Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat. (TT). Keputusan Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat Nomor: 11/Kep/I/PHDIP/1994 tentang Bhisama Kesucian Pura . Patin, V. (2010). The Economy of Cultural Heritage, Tourism and Conservation. International Preservation News; The Hague 52 (Dec 2010): 6-11. Pitana, I G. (1999). Pelangi Pariwisata Bali. Denpasar: Bali Post. Tim Penyusun RPJM Desa Singapadu. (2010). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Singapadu Tengah. Desa Singapadu Tengah. Windhu, I.B.O. (1984). Bangunan Tradisional Bali Serta Fungsinya . Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Daftar Informan 1. 2.
I Nyoman Rosman (49 tahun), Perbekel Desa Singapadu Tengah, Kec.Sukawati, Kab.Gianyar I Nyoman Suciarta (43 tahun), Klian Banjar Abasan, Desa Singapadu Tengah, Kec.Sukawati, Kab.Gianyar
Kedua informan diwawancarai pada tanggal 10 Desember 2016.
B 068 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017