Konsep Penataan Kota berbasis Berkelanjutan: Belajar di Eropa WIDIASTUTI
PENGERTIAN
Kota yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kebutuhan generasi mendatang (Brundtland,1987)
suatu interaksi antara sistem biologis dan sumberdaya, sistem ekonomi dan sistem sosial (Stern, Whitney & While, 1992)
komunitas yang berkelanjutan adalah tempat yang menunjukkan bentuk perkotaan (urban form) yang kompak (Beatley, dalam Roo, 2003),
Pembangunan kota berkelanjutan diartikan sebagai upaya meningkatkan kualitas kehidupan kota dan warganya tanpa menimbulkan beban bagi generasi yang akan datang akibat berkurangnya sumberdaya alam dan penurunan kualitas lingkungan (Urban21 Conference, Berlin, July 2000)
ISSU (Wheeler, 2004)
1. Pengelolaan pertumbuhan dan perencanaan tata ruang
2. Transportasi
3. Perlindungan dan restorasi lingkungan, ruang terbuka hijau
4. Kesetaraan dan keadilan
5. Pengembangan ekonomi
6. Zonasi dan perijinan pemanfaatan ruang
7. Perencanaan kota, perencanaan lanskap
8. Bentuk perkotaan (kepadatan, compact, mixed-use development)
9. Kesehatan masyarakat
10. Perumahan
11. Penggunaan energi dan sumberdaya
CIRI-CIRI mengurangi kebutuhan energi; mempromosikan swasembada pangan; mempunyai siklus makanan tertutup; permintaanya kecil terhadap air, bahan bakar dan materi lain dari luar; bentuk kotanya compact; mempunyai keseimbangan dengan wilayah lain atau kota lain.
CIRI-CIRI
(Dantzig da Saaty, 1978)
CIRI-CIRI (Leittman, 1999)
Memiliki jejak ekologi perkapita yang relatif rendah
Tidak mengalami kemunduran kekayaan perkapita
Mengurangi resiko-resiko kesehatan, meminimalkan pencemaran, memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya terbarukan
PRINSIP (Graham Haughton and Colin Hunter, 1994)
1.Prinsip kesetaraan antar generasi (intergeneration equity) yang menjadi asas pembangunan berkelanjutan dengan orientasi masa mendatang. 2.Prinsip keadilan sosial (social justice) dalam kesenjangan akses dan distribusi sumberdaya alam secara intragenerasi untuk mengurangi kemiskinan yang dianggap sebagai faktor degradasi lingkungan. 3.Prinsip tanggung-jawab transfrontier yang menjamin pergeseran geografis dampak lingkungan yang minimal dengan upaya-upaya kompensasi. Dalam konteks perkotaan diharapkan tidak terjadi pemanfaatan sumberdaya alam dan penurunan kualitas lingkungan pada wilayah di luar perkotaan bersangkutan secara berlebihan yang berdampak terhadap laju pertumbuhannya.
PRINSIP (Indonesia
Decentralized Environmental and Natural Resources Management Project (IDEN) dan Urban and Regional Development Institute (URDI), 2004)
1.Memiliki visi, misi dan strategi jangka panjang yang diwujudkan secara konsisten dan kontinyu melalui rencana, program, dan anggaran disertai mekanisme insentif-disinsentif secara partisipatif. 2.Mengintegrasikan upaya pertumbuhan ekonomi dengan perwujudan keadilan sosial, kelestarian lingkungan, partisipasi masyarakat serta keragaman budaya. 3.Mengembangkan dan mempererat kerjasama dan kemitraan antar pemangku kepentingan, antar-sektor, dan antar-daerah. 4.Memelihara, mengembangkan, dan menggunakan secara bijak sumberdaya lokal serta mengurangi secara bertahap ketergantungan terhadap sumberdaya dari luar (global) dan sumberdaya tidak terbarukan. 5.Meminimalkan tapak ekologis (ecological footprint) suatu kota dan memelihara dan bahkan meningkatkan daya dukung ekologis setempat. 6.Menerapkan keadilan sosial dan pengembangan kesadaran masyarakat akan pola konsumsi dan gaya hidup yang ramah lingkungan demi kepentingan generasi mendatang. 7.Memberikan rasa aman dan melindungi hak-hak publik. 8.Pentaatan hukum yang berkeadilan. 9.Menciptakan iklim yang kondusif yang mendorong masyarakat yang belajar terhadap perbaikan kualitas kehidupan secara terus-menerus.
PRINSIP (Iwan Kustiawan, 2013) 1. Menciptakan dan preservasi terhadap bentuk-bentuk yang kompak dan berkepadatan lebih tinggi. 2. Mempertahankan lahan pertanian di sekitar kawasan perkotaan
3. Menyediakan penggunaan lahan campuran. 4. Mempertahankan kawasan terbangun yang telah ada
5. Menyediakan ruang terbuka hijau 6. Mendorong ukuran kapling perumahan yang berukuran sedang/menengah 7. Membatasi bangunan-bangunan untuk berukuran sedang.
8. Menyediakan bangunan yang beragam jenis, ukuran dan umur
PRINSIP Panca E (Research Triangle Institute, 1996)
1. Environment (ecology)
2. Economy (employment)
3. Equity
4. Engagement
5. Energy
COMPACT CITY
PERMASALAHAN PENERAPAN
·
Kurangnya infrastruktur sosial yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang melebihi pertumbuhan
·
ekonomi. Meningkatnya hunian liar (sgutter).
·
Spekulasi tanah.
·
Sulitnya urban redevelopment melalui demolisi permukiman kumuh.
·
Lemahnya sistem transportasi public.
·
Kurangnya kapasitas perencanaan kota.
Ekosistem Perkotaan
Masukanmasukan yang dilakukan manusia Masukanmasukan alami
Produk-produk
Limbah sampah
Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Satterhwaite, 2001) Tujuan 1: Pemenuhan kebutuhan saat ini. Aplikasinya:
Pemenuhan Ekonomi
Pemenuhan sosial, budaya, lingkungan, dan kesehatan
Pemenuhan politik
Tujuan 2: tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Aplikasinya:
Meminimalkan penggunaan unrenewable sources
Memanfaatkan yang berkelanjutan bagi keterbatasan sumberdaya yang alam yang terbarukan
Limbah organik tidak melebihi kapasitas sumber alam untuk memperbaharui
Limbah unorganik tidak boleh melebihi kapasitas tempat pembuangan lokal
PENCAPAIAN (Forum Sustainable Urban Development ,SUD) Pilar governance sebagai perangkat pengaturan, pelaksanaan, dan kontrol dielaborasi sebagai prinsip analisis 5R, meliputi : 1. Kewajiban dan tanggungjawab (responsibility) untuk melaksanakan dan mengimplementasikan pembangunan kota berkelanjutan. 2. Hak (right) untuk menjalankan kebijakan dan program pembangunan kota keberlanjutan yang menjadi kepentingan publik secara luas. 3. Risiko (risk), sebagai pertimbangan pengambilan keputusan pembangunan kota berkelanjutan kini dan pada masa mendatang. 4. Manfaat (revenue) penyelenggaraan kebijakan dan program pembangunan kota berkelanjutan bagi publik kini dan pada masa mendatang. 5. Hubungan (relation), sebagai manifestasi koordinasi para pemangku kepentingan untuk mengoptimalkan perwujudan pembangunan kota berkelanjutan.
GRENOBLE Morfologi Kota: kompak
TRANSPORTASI
5 lignes de tramways 50 lignes de bus 103 rames 18 parkings-relais pour 2 800 places de stationnement 73,2 millions de voyages en 2010
Ruang terbuka publik
KONTROL KUALITAS LINGKUNGAN
Test kualitas udara rutin
Test kualitas air minum rutin’
Pemanfaatan air dan nuklir sbg sumber energi
Pengelolaan sampah padat dan cair yang terpadu
Pemisahan jenis-jenis sampah
PENGADAAN AIR BERSIH DAN ENERGI
PENGELOLAAN SAMPAH
AIR MINUM
SARLAT LA CANEDA