KONSEP MULTIPLE INTELLIGENCE DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PAI DI KELAS 3 SDIT ASSALAMAH UNGARAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh:
Hanifah Lutfiati NIM : 3103025
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2008
DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH SEMARANG Alamat : Jl. Prof. DR. Hamka Ngaliyan Telp. (024) 7601295 Semarang 50185
PENGESAHAN Skripsi Saudara : Hanifah lutfiati Nomor Induk
: 3103025
Judul
: Konsep Multiple Intelligence dan Implementasinya IIiDalam PAI di Kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran.
Telah dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude / baik / cukup, pada tanggal : 22 Januari 2008. Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata 1 tahun akademik 2007/2008.
Semarang, 22 Januari 2008 Ketua Sidang/Dekan
Sekretaris Sidang
Prof. Dr. H. Djamaluddin Darwis, M. A. NIP. 150 030 529 Penguji
Drs. Sajid Iskandar NIP. 150 231 364 Penguji
Prof. Dr. H. Erfan Soebahar, M. Ag. NIP. 150 231 369 Pembimbing I
Ahmad Ismail, M. Ag. NIP. 150 279 718 Pembimbing II
Prof. Dr. H. Djamaluddin Darwis, M. A. NIP. 150 030 529
Syamsul Ma’arif, M. Ag. NIP. 150 321 619
ii
Prof. Dr. H. Djamaluddin Darwis, M. A. Jln. Tandang Raya No. 6 Semarang. Syamsul Ma’arif, M. Ag. Jati Sari Permai Blok C 11/6.
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eks. Hal
: Naskah Skripsi An. Sdr. Hanifah Lutfiati.
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi Saudara : Nama
: Hanifah lutfiati
Nomor Induk : 3103025 Judul
: Konsep Multiple Intelligence dan Implementasinya IIDalam PAI di Kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran.
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudara tersebut dapat segera dimunaqasyahkan. Demikian harap menjadikan maklum. Wassalamu’alikum Wr. Wb.
Semarang, Desember 2007 Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. H. Djamaluddin Darwis, M. A. Syamsul Ma’arif, M. Ag. NIP. 150 030 529 NIP. 150 321 619
iii
MOTTO
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri. Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dan kehidupan.
Oleh : Dorothy Law Nolte.
iv
PERSEMBAHAN
Penulis persembahkan skripsi ini kepada : ¾ Ayahanda H. Muchtar Lutfi dan Ibunda Hj. Chusnul Chotimah tersayang yang setiap saat rela berkorban demi masa depan anakmu ini, semoga Allah SWT senantiasa menyayangi dan memberi., mencurahkan rahmat-Nya kepada beliau. ¾ Adik-adiku tercinta, Wihdah, Hisnie dan Hasani, thanks atas dukungannya, aku sayang kalian. ¾ Mas Fahku, yang menjadi penyemangat hidup penulis.
v
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 8 Januari 2008 Deklarator,
Hanifah Lutfiati NIM. 3103025
vi
ABSTRAK Hanifah Lutfiati (NIM. 3103025) Konsep Multiple Intelligence dan Implementasinya Dalam PAI di Kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran. Skripsi. Semarang Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo Semarang, 2008. Penelitian ini berusaha untuk memfokuskan dan mencurahkan segenap pikiran dan wawasan dalam rangka melacak dan mengetahui: (1) Bagaimana konsep umum multiple intelligence dan PAI (2) Bagaimana implementasi konsep multiple intelligence dalam PAI di Kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis non statistik, yaitu menggunakan analisis deskriptif kualitatif, analisis yang diwujudkan bukan dalam wujud angka melainkan dalam bentuk uraian deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Multiple intelligence adalah suatu konsep pemikiran yang timbul untuk menepis anggapan bahwa kecerdasan manusia hanya dapat diukur dengan penilaian IQ yang hanya menggambarkan dua kecerdasan saja, yaitu kecerdasan linguistik dan kecerdasan logis-matematis. Gardner menafsirkan bahwa penilaian IQ ini terlalu sempit. Kemudian Gardner mengungkapkan kecerdasan manusia berjumlah banyak, antara lain: Kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan merupakan kemampuan seseorang yang dilakukan secara terus menerus, sehingga menjadi sebuah kecerdasan. Teori multiple intelligence (kecerdasan ganda) membahas lingkup potensi manusia, dengan adanya teori multiple intelligence maka setiap individu dapat di kelompokkan ke dalam kecerdasannya masing-masing. (2) Pelaksanaan multiple intelligence dalam pembelajaran menuntut pendidik harus mempunyai daya kreativitas dalam menerapkan pendekatan multiple intelligence. Di SDIT Assalamah Ungaran pembelajaran PAI dengan pendekatan multiple intelligence sangat bervariasi. Pendidik menggunakan variasi metode pembelajaran ada yang menggunakan metode sosiodrama pada kelas interpersonal, pendidik juga menggunakan metode permainan dalam pelaksanaan pelajaran. Sehingga dalam penyampaian materi peserta didik langsung menjadi subjek (yang melakukan), baik itu melalui sosiodrama dan praktek-praktek lainnya sesuai dengan kecerdasan peserta didik Ini akan menjadikan pembelajaran yang mempunyai arti lebih dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (tradisional). Di kelas konvensional, pendidik mengajar sambil berdiri di depan kelas, menulis di depan tulis, bertanya kepada peserta didik tentang materi kemudian peserta didik disuruh mengerjakan soal dan pendidik menunggu. Model pengajaran tradisional sekedar menempatkan pendidik sebagai pemberi materi. Di kelas kecerdasan ganda pendidik dapat mengajar dengan presentasi, menggabungkan metode linguistik, musik, kinestetik secara kreatif.
vii
KATA PENGANTAR
ﺮﺣِﻴ ِﻢ ﻤ ِﻦ ﺍﻟ ﺣ ﺮ ﺴ ِﻢ ﺍﻟ ﹼﻠ ِﻪ ﺍﻟ ِﺑ Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Segala kelemahan, kekurangan dan kelalaian yang ada dalam skripsi ini semata-mata hanyalah dari penulis sendiri. Sedangkan kebenaran dan kesempurnaan skripsi ini hanyalah pertolongan dari Allah SWT. Karena kebenaran dan kelebihan hanyalah milik-Nya. Shalawat serta salam selalu penulis haturkan kepada beliau Nabi Agung Muhammad SAW, Rasul utusan Allah yang telah membukakan tirai gelap kehidupan manusia. Dengan sepenuh hati penulis sadar dalam penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan jika tanpa uluran tangan dan bantuan dari berbagai pihak, ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan sebagai balasan kepada yang terhormat: 1. Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hajar, M. Ed., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang beserta staf, yang telah berkenan menerima judul skripsi yang penulis ajukan sekaligus memberikan izin untuk penulisan skripsi ini. 2. Bapak Prof. Dr. H. Djamaluddin Darwis, M.A., selaku dosen pembimbing I dan Bapak Syamsul Ma’arif, M.Ag., selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis. 3. Bapak Drs. Darmuin, M. Ag., selaku wali studi yang telah memberikan bimbingan dalam permasalahan akademis. 4. Seluruh dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, semoga amalnya bermanfaat. 5. Pihak Sekolah (Kepala sekolah, staf pengajar, dan siswa) SDIT Assalamah Ungaran, yang telah memberikan tempat, waktu, data dan informasi-informasi kepada penulis. 6. Kedua orang tuaku, H. Muchtar Lutfi dan Hj. Chusnul Chotimah, yang tanpa henti memberikan kasih sayang dan do’anya selama ini. 7. Adik-adiku, Wihdah, Hisnie, Hasani, makasih atas dukungannya selama ini.
viii
8. Mas Fah, yang selalu memberikan semangat dan dukungannya untuk segera menyelesaikan skripsi ini, dan selalu menyakinkan “ Hanifah Pasti Bisa !! ”. 9. Sahabat dan teman-temanku paket K : Isti, Uun, Maria, Asrikah, Hidayah, Mu’sodah, Lina, Bima, Kasdi, Nur Hadi, Absor, Yazid, Saiful, Riyadi, Temen-temen A5 : Mbak Nik, Mbak Ria, Dwi, Ning, dan Linda. Tementemen A4 : Ina, Ani, dan Atun, persahabatan kalian takkan pernah aku lupakan. Penulis tidak dapat berbuat apa-apa untuk membalas budi baik semua, selain memanjatkan do’a semoga amal dan jasa baik mereka dicatat dan diterima oleh Allah SWT., juga mendapatkan balasan pahala yang sesuai dengan amalnya. Amin.
Semarang, 8 Januari 2008
Penulis
ix
DAFTAR ISI Halaman Judul....................................................................................................
i
Halaman Pengesahan .........................................................................................
ii
Persetujuan Pembimbing ...................................................................................
iii
Halaman Motto ..................................................................................................
iv
Halaman Persembahan .......................................................................................
v
Deklarasi ............................................................................................................
vi
Abstrak ............................................................................................................... vii Kata Pengantar ................................................................................................... viii Daftar Isi ............................................................................................................
BABI.
x
PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah ...............................................................
1
B. Penegasan Istilah ..........................................................................
5
C. Rumusan Masalah ........................................................................
7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................
7
E. Telaah Pustaka..............................................................................
8
F. Metode Penelitian......................................................................... 10 G. Sistematika Penulisan Skripsi ...................................................... 12 BABII. KONSEP
UMUM
MULTIPLE
INTELLIGENCE
DAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Konsep Umum Multiple Intelligence........................................... 14 1. Pengertian, Latar Belakang dan Tujuan Multiple Intelligence ... 14 a. Pengertian Multiple Intelligence ............................................ 14 b. Latar Belakang Multiple Intelligence..................................... 16 c. Tujuan Multiple Intelligence.................................................. 18 2. Teori dan Pembelajaran Multiple Intelligence ............................ 20 a. Teori Multiple Intelligence .................................................... 20 b. Pembelajaran Multiple Intelligence ....................................... 27
x
B. Pendidikan Agama Islam ............................................................. 34 1. Pengertian Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam......... 34 2. Materi Pendidikan Agama Islam............................................. 39 3. Metode Pendidikan Agama Islam… ................................... …39 C. Multiple Intelligence Dalam Perspektif Pendidikan Agama Islam 45 BABIII. GAMBARAN UMUM SDIT ASSALAMAH UNGARAN A. Gambaran SDIT Assalamah Ungaran .......................................... 50 1. Sejarah Berdirinya SDIT Assalamah Ungaran ......................... 50 2. Latar Geografis…………................ ……………………..….. .51 3. Visi dan Misi SDIT Assalamah Ungaran.................................. 51 4. Kondisi Siswa, guru dan Staf .................................................... 52 5. Sarana dan Prasarana................................................................. 52 6. Kegiatan Ekstra kulikuler.......................................................... 53 7. Struktur Organisasi dan pengelolaannya................................... 53 B. Sistem Pembelajaran SDIT Assalamah Ungaran. ........................ 54 C. Implementasi Multiple Intelligence dalam PAI di Kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran…….................................................. ………55 BABIV. ANALISIS
KONSEP
IMPLEMENTASINYA
MULTIPLE DALAM
PAI
INTELLIGENCE DI
KELAS
3
DAN SDIT
ASSALAMAH UNGARAN A. Analisis Konsep Umum Multiple Intelligence ............................. 60 a. Analisis Teori Multiple Intelligence ........................................ 61 b. Analisis Pembelajaran Multiple Intelligence ........................... 66 B. Analisis Implementasi Multiple Intelligence dalam PAI di Kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran............................................................ 71 BABV. PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................... 81 B. Saran-saran ................................................................................... 83 C. Penutup......................................................................................... 84 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan produk kemajuan sain dan teknologi, maka peningkatan kualitas SDM muslim untuk memajukan sain dan teknologi perlu mendapatkan prioritas. Perhatian pendidikan Islam kaitannya dengan globalisasi, juga harus memperhatikan “sosok lulusan” yang diharapkan yaitu manusia “cerdas, kreatif dan beradab”, sosok yang sangat dibutuhkan pendidikan Islam untuk menghadapi era globalisasi. Sosok yang diharapkan memiliki berbagai macam kecerdasan di dalam dirinya, baik itu kecerdasan fisik, kecerdasan intelektual, kecerdasan sosial, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Hal tersebut untuk merealisasikan misi pendidikan membentuk manusia yang shaleh dan produktif seperti yang diharapkan. Pendidikan Islam harus menumbuhkan prakasa dan memekarkan potensi kreatif pada peserta didiknya dengan berbagai macam kecerdasan. Pendidikan Islam harus segera memperhatikan berbagai macam kecerdasan yang harus dikembangkan. Maka, masing-masing kecerdasan dalam diri siswa harus ditumbuhkembangkan
secara
proposional
dan
seimbang.
Ini
berarti
pendidikan Islam yang “demokratis” harus memberlakukan beragam metode yang menggali kemampuan siswa untuk berperan secara aktif, dengan mengakui perbedaan kemampuan intelektual, kecepatan belajar, sifat, sikap, dan minatnya.1 Banyak orang cukup lama percaya bahwa bila seseorang mempunyai IQ tinggi, maka ia akan sukses dalam hidup ini. Maka pengukuran IQ sejak lama menjadi salah satu ukuran terpenting dalam menentukan kemungkinan sukses seseorang. Dalam kenyataannya sekarang ini, dapat dilihat bahwa orang yang ber- IQ tinggi belum tentu sukses dan belum tentu hidup bahagia. 1
121-125.
Syamsul Ma’arif, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hlm.
2
Untuk sukses dalam kehidupan ini, ada berbagai faktor yang perlu dilihat dan diperhatikan. Kepandaian berpikir logis dan kemampuan vokal sering dominan dalam menentukan IQ bukanlah satu-satunya jaminan kesuksesan hidup, bila melihat kehidupan lebih secara menyeluruh, dan bukan partial.2 Perlu diketahui setiap orang mempunyai keragaman inteligensi. Inteligensi bukanlah tunggal, melainkan banyak, tidak ada seorang normal pun yang hanya memiliki satu jenis kecerdasan, meskipun keadaannya terdokumentasi dalam literatur psikologi.3 Dengan adanya kecerdasan ganda, seorang anak memiliki lebih dari satu kecerdasan. Seorang peserta didik yang memiliki kecerdasan matematika, belum tentu memiliki kecerdasan yang lainnya. Sebab setiap anak memiliki kecerdasan masing-masing. Kecerdasan itu meliputi : linguistik, matematis-logis, visual, kinestetis, musikal, interpersonal dan intrapersonal. Sehingga tidak akan ada justifikasi bahwa anak itu bodoh. Teori multiple intelligence ditemukan dan dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang ahli psikologi perkembangan dan profesor pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard University, Amerika Serikat. Ia mulai menuliskan gagasannya tentang kecerdasan ganda dalam bukunya Frames of Minds pada tahun 1983. Pada tahun 1993 ia mempublikasikan bukunya berjudul Multiple Intelligences, setelah melakukan banyak penelitian tentang implikasi teori inteligensi ganda di dunia pendidikan. Dalam penelitiannya, Gardner menemukan bahwa meskipun peserta didik hanya menonjol pada beberapa Inteligensi, mereka dapat dibantu lewat pendidikan dan bantuan pendidik untuk mengembangkan Inteligensi yang lain, sehingga dapat digunakan dalam mengembangkan hidup yang lebih menyeluruh.4 Teori kecerdasan ganda memberikan pendekatan pragmatis tentang definisi
2
Paul Suparno, Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah, (Yogyakarta : Kanisus, 2004), Cet. I, hlm. 12. 3 Julia jasmine, Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligences, (Bandung: Nuansa, 2007), Cet. I, hlm.28. 4 Paul Suparno, op.cit., hlm. 15-17.
3
kecerdasan dan memanfaatkan kelebihan (potensi) peserta didik untuk membantu mereka belajar serta meningkatkan kemandirian peserta didik. Berdasarkan definisinya, kecerdasan merupakan kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Kecerdasan bergantung pada konteks, tugas, serta tuntunan yang diajukan oleh kehidupan dan bukan tergantung pada nilai IQ, gelar perguruan tinggi atau reputasi bergengsi.5 Kecerdasan akan lebih tepat digambarkan sebagai suatu kumpulan kemampuan atau keterampilan yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan, kecerdasan bersifat laten, ada pada setiap manusia dengan kadar pengembangan yang berbeda. 6 Gardner memberikan definisi tentang kecerdasan, sebagai : (1) Kecakapan untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dalam kehidupannya. (2) Kecakapan untuk mengembangkan masalah baru untuk dipecahkan. (3) Kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat di dalam kehidupannya.7 Definisi-definisi tersebut dilandasi oleh pandangan Gardner yang didasarkan atas teori multikultural. Menurut Gardner ada tujuh macam kecerdasan: 1. Kecerdasan Linguistik, merupakan kecakapan berpikir melalui kata-kata, menggunakan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks. 2. Kecerdasan logis matematis, kecakapan untuk menghitung, serta memecahkan perhitungan-perhitungan matematis yang kompleks. 3. Kecerdasan visual, merupakan kecakapan berfikir dalam ruang 3 dimensi. 4. Kecerdasan kinestetik atau gerakan fisik, kecakapan melakukan gerak dan keterampilan kecekatan fisik. 5. Kecerdasan musik, kecakapan untuk menghasilkan dan menghargai musik, menghargai bentuk-bentuk ekspresi musik. 5
Thomas Armstrong, 7 Kinds of Smart, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002),
hlm. 1-2. 6
Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 229-230. 7 Nana Syaodih Sukmodinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 95-96.
4
6. Kecerdasan intrapersonal, kecakapan memahami dan merespon serta berinteraksi dengan orang lain dengan tepat, dan kecenderungan terhadap orang lain. 7. Kecerdasan interpersonal, kecakapan memahami kehidupan emosional, membedakan emosi orang-orang, pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri.8 Bagi Gardner, suatu kemampuan disebut inteligensi bila menunjukkan suatu kemahiran dan keterampilan seseorang untuk memecahkan persoalan dan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya, dalam kemampuan itu ada unsur pengetahuan dan keahlian. Kemampuan itu sungguh mempunyai dampak, yaitu dampak memecahkan persoalan yang dialami dalam kehidupan nyata.9 Apabila dipelajari dengan seksama, model kecerdasan Gardner tersebut akan membantu dalam memetakan berbagai macam kecerdasan yang dimiliki setiap peserta didik. Setiap jenis kecerdasan bisa tumbuh bersamaan hingga level yang sangat tinggi pada setiap anak, bahkan dengan metode yang tepat peserta didik bisa sampai ke pencapaian tingkat prestasi yang luar biasa. Kecerdasan majemuk yang tinggi, jika dibarengi dengan bakat yang dirawat dengan optimal, maka akan membawa anak ke prestasi sekelas world champion namun tetap dapat menikmati hidupnya secara utuh.10 Dari apa yang telah dipaparkan tersebut, maka jelas bahwa multiple intelligence atau kecerdasan ganda merupakan kecerdasan atau kepandaian yang mempunyai beberapa aspek dalam diri seseorang secara bersama-sama membangun kecerdasan orang tersebut. Sehingga penulis sangat tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai konsep multiple intelligence dalam sebuah skripsi yang berjudul “ Konsep Multiple Intelligence dan Implementasinya dalam PAI di Kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran ”.
8
Ibid, hlm. 96-97. Paul suparno, Teori Intelligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), Cet. I., hlm. 21. 10 Andyda Meliala, Anak Ajaib, Temukan dan Kembangkan Keajaiban Anak Anda Melalui Kecerdasan Majemuk, (Yogyakarta: Andi, 2004), hlm. 32-33. 9
5
B. Penegasan Istilah 1. Konsep Konsep berasal dari bahasa Inggris, dari kata concept yaitu pengertian.11 Dalam kamus bahasa Indonesia konsep mengandung arti ide umum; pengertian; pemikiran; rancangan; rencana dasar.12 2. Multiple Intelligence Multiple intelligence berasal dari bahasa Inggris, dari kata multiple berarti bermacam-macam; berkali-kali.13 Intelligence berarti kecerdasan; berita; kabar.14 Berarti multiple intelligence adalah bermacam-macam kecerdasan, dalam penelitian ini artinya kecerdasan ganda. 3. Implementasi Implementasi berasal dari bahasa Inggris yakni implementation yang berarti penerapan, pelaksanaan.15 Dalam kamus bahasa Indonesia, implementasi berarti pelaksanaan, penerapan, implemen.16 Implemen berarti alat, perabot atau peralatan. Sedangkan yang dimaksud implementasi di sini adalah penerapan. Artinya dalam skripsi ini lebih difokuskan konsep multiple intelligence dalam penerapan mata pelajaran PAI di kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran.
11
Wojowasito dan Poerwadarminta, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, (Bandung: Hasta, 1991), Cet. 10, hlm. 29. 12 Widodo, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Absolut, 2002), Cet. II, hlm. 328. 13 Wojowasito dan Poerwadarminta, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, (Bandung: Hasta, 1991), Cet. 10, hlm, 120. 14 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta:Gramedia, Pustaka Utama, 2003), Cet, 25, hlm. 326. 15 Wojowasito, Poerwandarminta, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, (Bandung: Hasta, 1991), Cet. 10, hlm. 81. 16 M. Dahlan al Barry, Kamus Modern Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Arkola, 94), hlm. 215.
6
4. Pendidikan Agama Islam Pendidikan adalah bimbingan yang dengan sengaja diberikan oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhan jasmani dan rohani agar berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat.17 Sedangkan menurut Zakiah Darajat, pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh.18 Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.19 Pada hakekatnya, pengertian ini memberi makna bahwa pendidikan agama Islam sebagai sebuah proses penanaman ajaran Islam dan kajian materi pembelajaran agama Islam dan kajian materi pembelajaran yang dikemas menjadi bidang studi. 5. SDIT Assalamah Ungaran SDIT Assalamah Ungaran lembaga pendidikan tingkat dasar setara dengan madrasah ibtidaiyah adalah tempat di mana penulis melakukan penelitian berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah suatu penelitian terhadap multiple intelligence atau kecerdasan ganda pendidikan dapat menaruh perhatian pada perbedaan diantara anak didik dan mencoba menggunakannya dalam pembelajaran dan pendidikan serta evaluasi yang lebih personal.
17
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: CV. Misaka Galiza, 2003), Cet. II., hlm. 14. 18 Zakiah Darajat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1989), hlm. 87. 19 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2004), hlm. 132.
7
C. Rumusan Masalah Berdasarkan judul dan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana Konsep Umum Multiple Intelligence dan PAI itu ? 2. Bagaimana Implementasi Konsep Multiple Intelligence dalam PAI di Kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran ? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut, maka tujuan yang hendak dicapai dari tulisan ini sebagai berikut : a. Mengkaji secara umum konsep multiple intelligence dan PAI. b. Mengetahui implementasi dari konsep multiple intelligence dalam PAI di Kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran. 2. Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi Penulis a. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang konsep multiple intelligence dan implementasinya. b. Meningkatkan kemampuan penulis dalam meneliti berbagai teks yang terkait dengan persoalan pendidikan dan menuliskannya dengan menggunakan metode penulisan yang baik dan sistematis. 2. Bagi Masyarakat Menambah pemahaman, terutama bagi mereka yang mempunyai perhatian besar terhadap pendidikan multiple intelligence.
8
3. Bagi Khasanah Ilmu Pengetahuan Menambah wacana dan khazanah ilmu pengetahuan, baik di bidang ilmu tarbiyah khususnya, metode tarbiyah untuk proses materi pendidikan pada pendekatan multiple intelligence. E. Telaah Pustaka Kecerdasan ganda membantu perubahan dalam sistem pengajaran dan pendidikan. Sekarang ini banyak sekolah menyesuaikan kurikulumnya, pembelajaran pengaturan kelas dengan teori kecerdasan ganda, seperti di madrasah. Madrasah sebagai salah satu bentuk sekolah yang berciri khas Islam diharapkan menjadi pioner yang dapat memainkan peran strategis dan diperhitungkan untuk dijadikan modal bagi sekolah umum, dan kaitannya dengan multiple intelligence yang digulirkan banyak kalangan dewasa ini. Oleh karena itu madrasah mau tidak mau harus mengadakan perbaikan, pembaharuan dan pengembangan dalam sistem pengelolaannya. Dengan fokus kajian tentang konsep multiple intelligence dan implementasinya yang penulis kaji ini, diharapkan bisa memberikan kontribusi positif bagi rekonstruksi dan revitalisasi pendidikan di madrasah sehingga memungkinkan bagi lembaga pendidikan lain untuk mengembangkan pembelajaran dan pendidikan tentang kecerdasan ganda. Dalam melakukan penelitian skripsi dengan judul Konsep Multiple Intelligence dan Implementasinya dalam PAI di Kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran, penulis mengacu pada buku yang ada relevansinya dengan judul di atas. Pertama buku 7 Kinds of Smart menemukan dan meningkatkan kecerdasan berdasarkan teori Multiple Intelligence, dengan pengarang Thomas Amstrong, Ph. D. dalam buku tersebut Thomas Amstrong menjelaskan dan menjabarkan teori kecerdasan ganda yang telah dikembangkan oleh psikolog Howard Gardner. Dalam bukunya, Gardner berpendapat bahwa kebudayaan terlalu banyak memusatkan perhatian pada pemikiran verbal dan logis, kemampuan yang secara tipikal dinilai dalam tes kecerdasan dan
9
mengesampingkan pengetahuan lainnya. Ia menyatakan sekurang-kurangnya ada tujuh kecerdasan yang patut diperhitungkan secara sungguh-sungguh sebagai cara berpikir yang penting. Selain memuat teori kecerdasan ganda, Thomas Amstrong juga menyajikan contoh-contoh konkret perilaku cerdas dari bermacam-macam pekerjaan dalam berbagai kebudayaan di seluruh dunia. Kedua buku Teori Intelligence Ganda dan Aplikasinya di Sekolah, cara menerapkan Teori Multiple Intelligence Howard Gardner, dengan pengarang Paul Suparno. Menjelaskan teori Inteligensi ganda Gardner, dampak
teori
Inteligensi
ganda,
mengembangkan
inteligensi
ganda,
mempersiapkan pembelajaran, model pembelajaran dan tanggapan terhadap teori inteligensi ganda. Ketiga buku Anak Ajaib, Temukan dan Kembangkan Keajaiban Anak Anda Melalui Kecerdasan Majemuk, oleh Andyda Meliala. Mengungkapkan tentang mengenai setiap jenis kecerdasan dalam diri anak; menggali, mengasah, dan mempertajam setiap kecerdasan anak; mengembangkan bakat dan potensi diri anak hingga seluas-luasnya. Keempat Buku Kerja Multiple Intelligence: Pengalaman new City School Di St. Louis, AS, Dalam Menghargai Aneka Kecerdasan Anak, oleh Thomas R. Hoerr. Buku ini menunjukkan bahwa teori multiple intelligence (kecerdasan ganda) telah membuat New City School di St. Louis, Amerika Serikat, dapat menjalankan kegiatan belajar mengajarnya secara kreatif dan memberdayakan. Potensi peserta didik digali lewat pendidikan berbasis kecerdasan
ganda.
Buku
ini
juga
berisi
tentang
bagaimana
mengoperasionalkan kecerdasan ganda di kelas. Kelima buku Multiple Intelligences:The Theory in Practice, oleh Howard Gardner. Buku ini berisi tentang pemamparan teori multiple intelligence, dan implikasinya dalam pendidikan. Adapun naskah atau tulisan tentang konsep multiple intelligence dalam bentuk skripsi, tesis dan disertasi, penulis belum menemukannya. Disebabkan
10
beberapa alasan, seperti karya-karya intelektual muslim yang membahas multiple intelligence masih sangat terbatas. F. Metode Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode antara lain: 1. Pendekatan Penelitian Penelitian yang penulis lakukan tergolong jenis penelitian yang bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang.20 Adapun metode yang digunakan adalah metode kualitatif yang didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati dan diarahkan pada latar alamiah dan individu secara holistik atau menyeluruh.21 Berdasarkan pada permasalahan yang diajukan dalam penelitian, maka bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Bentuk penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan berbagai informasi kualitatif tentang penerapan konsep multiple intelligence pada PAI. 2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan, baik yang berhubungan dengan studi literatur maupun data yang dihasilkan dari data empiris. Dalam studi literatur penulis menelaah buku-buku, karya tulis, karya ilmiah maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan tema penelitian untuk selanjutnya dijadikan sebagai acuan dan alat utama bagi praktek penelitian lapangan. 20
Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru Offset, 1989), hlm. 64. 21 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1993), hlm. 3.
11
Adapun untuk data empirik penulis menggunakan beberapa metode yaitu: a. Observasi Data yang dihimpun dengan teknik ini adalah situasi umum sekolah yang meliputi letak geografis, sarana dan prasarana sekolah serta proses belajar mengajar. Dalam hal ini, peneliti berkedudukan sebagai non-participant observer, yakni peneliti tidak turut aktif setiap hari berada di sekolah tersebut, hanya pada waktu penelitian, metode observasi ini juga digunakan untuk mengamati : (1) Kesiapan guru, peserta didik serta sarana belajar dalam pembelajaran PAI. (2) Metode pembelajaran yang digunakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (3) Alat
dan
media
yang
digunakan
dalam
mendukung
pembelajaran. (4) Kondisi kelas dalam pembelajaran PAI. b. Interview Metode ini digunakan untuk mengadakan wawancara kepada kepala sekolah SDIT Assalamah Ungaran, Staf Tata Usaha, Guru serta beberapa orang yang dapat dijadikan sebagai sumber data. Metode interview ini dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait kebijakan-kebijakan sekolah terhadap pembelajaran, yang berkaitan dengan implementasi multiple intelligence di SDIT Assalamah Ungaran. c. Dokumentasi Metode ini adalah salah satu metode yang digunakan untuk mencari data-data otentik yang bersifat dokumen, baik data itu berupa catatan harian, memori/catatan penting lainnya. Adapun yang
12
dimaksud dengan dokumen di sini adalah data atau dokumen tertulis.22 Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan kondisi sekolah, seperti letak geografis, latar belakang sekolah dan struktur organisasi atau data kepengurusan SDIT Assalamah Ungaran. 3. Metode Analisis Data Analisis data merupakan upaya mencari dan menata data secara sistematis. Dalam hal ini digunakan metode analisis kualitatif dengan menggunakan pola berpikir induktif, yaitu berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang bersifat empiris kemudian temuan tersebut dipelajari dan dianalisis sehingga bisa dibuat suatu kesimpulan dan generalisasi yang bersifat umum.23 Analisis data yang digunakan adalah analisis non statistik, yaitu menggunakan analisis deskriptif kualitatif, analisis yang diwujudkan bukan dalam wujud angka melainkan dalam bentuk uraian deskriptif. Selanjutnya dengan analisis ini peneliti akan diketahui konsep multiple intelligence dan implementasinya dalam PAI di Kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran. G.
Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika penulisan diperlukan dalam rangka mengarahkan tulisan agar runtut, sistematis dan mengerucut pada pokok permasalahan, sehingga memudahkan pembaca untuk memahami kandungan suatu karya ilmiah. Adapun sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: 1. Bagian Awal, terdiri dari. Pada bagian ini memuat: Halaman judul, Abstrak Penelitian, Persetujuan Pembimbing, Pengesahan, Motto, Persembahan, Kata Pengantar, Daftar Isi dan Daftar Lampiran. 22
Irawan Sarlito, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), cet. IV, hlm. 71-73 23 Sutrisno Hadi, Metode Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 2001), hlm. 42
13
2. Bagian Isi Bab I : Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, penegasan istilah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II : Konsep umum multiple intelligence dan PAI, yang mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut : Pengertian, latar belakang dan tujuan multiple intelligence, teori dan pembelajaran multiple intelligence, dan strategi pengembangan multiple intelligence. Pendidikan agama Islam, yang mendiskripsikan : Pengertian, dasar dan tujuan pendidikan agama Islam; materi pendidikan agama Islam; dan metode pendidikan agama Islam; dan multiple intelligence dalam perspektif PAI. Bab III : Gambaran umum SDIT Assalamah Ungaran, berisi tentang: Gambaran umum SDIT Assalamah Ungaran, meliputi: sejarah berdirinya, letak geografis, visi dan misi, kondisi peserta didik, pendidik dan staf; sarana dan prasarana, kegiatan ekstrakulikuler, struktur organisasi dan pengelolaanya. Selanjutnya akan membahas sistem pembelajaran SDIT Assalamah Ungaran, dan implementasi multiple intelligence dalam PAI di kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran. Bab
IV
:
Analisis
konsep
multiple
intelligence
dan
implementasinya dalam PAI di kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran, yang mendeskripsikan : Analisis konsep umum multiple intelligence dan analisis implementasi multiple intelligence dalam PAI di kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran. Bab V : Kesimpulan, Saran-saran, dan penutup. 3. Bagian Akhir Pada bagian akhir skripsi ini memuat : Daftar Pustaka, Lampiran, dan Daftar Pustaka.
BAB II KONSEP UMUM MULTIPLE INTELLIGENCE DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Konsep Umum Multiple Intelligence 1. Pengertian, Latar Belakang dan Tujuan Multiple Intelligence a.iPengertian Multiple Intelligence Howard
Gardner
mendefinisikan
kecerdasan
sebagai
kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata.1 Gardner juga mendefinisikan kecerdasan sebagai potensi biopsikologi untuk memproses bentuk-bentuk informasi yang spesifik dalam cara-cara tertentu.2 Multiple intelligence is a natural way to structure learning. All the aspects of the person are taught to, meaning can be extracted, and applications can be made to life. The childern in our classrooms are multifaceted and have many abilities.3 “ Kecerdasan ganda adalah cara dasar pada pembelajaran struktur. Semua aspek-aspek manusia telah dipelajari juga, arti dapat dikutip dan penerapan dapat dibuat untuk hidup. Peserta didik di kelas beranekaragam segi dan memiliki banyak kemampuan”. Menurut Gardner arti dari multiple intelligence di sini adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah, untuk mendapatkan jawaban yang spesifik dan untuk belajar materi baru dengan cepat dan efisien. Intelligence has the ability to solve problems, to find the answers to specific questions, and to learn new material quickly and efficiently.4
1 Paul Suparno, Teori Inteligensi Ganda, dan Aplikasinya di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius 2004), Cet. I, hlm. 17. 2 Howard Gardner, Changing Minds, Seni Mengubah Pikiran Kita dan Orang Lain, (Jakarta: Transmedia, 2006), hlm. 36. 3 http: //www.mitest.com/omultint.htm. 4 Howard Gardner, Multiple Intelligence : The Theory in Practice, (USA: Basic Books, 1993), hlm. 14.
15
Penelitian Gardner telah menjelaskan kecerdasan manusia sebelumnya, serta menghasilkan definisi tentang konsep kecerdasan yang sungguh pragmatis. Gardner tidak memandang kecerdasan manusia berdasarkan skor tes standar semata, namun Gardner menjelaskan kecerdasan sebagai berikut: a) Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan nyata. b) Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan. c) Kemampuan
untuk
menciptakan
sesuatu
yang
akan
menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang. Definisi
Gardner
Tentang
kecerdasan
manusia
tersebut
menegaskan hakekat teorinya.5 Teori kecerdasan ganda merupakan validasi tertinggi gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting. Pemakaiannya dalam pendidikan sangat tergantung pada pengenalan, pengakuan dan penghargaan terhadap setiap minat dan bakat masingmasing. Teori kecerdasan ganda bukan hanya mengakui perbedaan individual ini untuk tujuan-tujuan praktis, tetapi juga menganggap sebagai sesuatu yang normal, wajar dan sangat berharga.6 Pada sisi lain Gardner menjelaskan bahwa kecedasan ganda mempunyai karakteristik konsep sebagai berikut : a. Semua inteligensi itu berbeda-beda. b. Semua kecerdasan dimiliki manusioa dalam kadar yang berbeda. Semua kecerdasan dapat dieksplorasi, ditumbuhkan dan dikembangkan secara optimal. c. Adanya indikator kecerdasan dalam tiap-tiap kecerdasan. Dengan
latihan,
seseorang
dapat
membangun
kekuatan
kecerdasan yang dimiliki. 5
Linda Campbell, Bruce Campbell dan Dee Dickinson, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligence, (Depok: Intuisi Press, 2006), hlm. 2. 6 Julia Jasmine, Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligences, (Bandung: Nuansa, 2007), hlm. 11-12.
16
d. Semua
kecerdasan-kecerdasan
tersebut
bekerjasama
mewujudkan aktivitas yang dilakukan individu. e. Semua jenis kecerdasan ditemukan disemua lintas kebudayaan di dunia dan kelompok usia. f. Kecerdasan dapat diekspresikan melalui profesi dan hobi.7 b. Latar Belakang Multiple Intelligence Upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan tidak pernah berhenti. Beragam program inovatik ikut serta dalam reformasi pendidikan. Reformasi pendidikan adalah restrukturisasi pendidikan, yakni memperbaiki pola hubungan sekolah dengan lingkungannya
dan
dengan
pemerintah,
pola
pengembangan
perencanaan serta pola mengembangkan pemberdayaan pendidik dan restrukturisasi model-model pembelajaran.8 Masalah pokok pendidikan di Indonesia saat ini masih berkisar pada soal pemerataan kesempatan relevansi, kualitas, efisien dan efektivitas pendidikan.9 Sesuai dengan masalah pokok tersebut serta memperhatikan isu dan tantangan masa kini dan kecenderungan di masa depan, maka dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan untuk mengatasi persoalan dan menghadapi tantangan itu, perlu diciptakan pendidikan yang unggul yaitu pendidikan yang dapat mengembangkan potensi dan kapasitas peserta didik secara optimal. Berbagai bentuk reformasi dan inovasi dikembangkan para tokoh pendidikan yang berorientasi pada wujud generasi yang lebih berkualitas. Dengan memperhatikan hal tersebut, masalah peningkatan SDM merupakan prioritas utama, maka diperlukan adanya pendekatan 7
Mumbiar Agustin, “Mencoba Mengembangkan Potensi Kecerdasan Jamak Pada Anak”. http://www.Pikiran-rakyat.com/cetak/2006/092006/21/0703.htm. 8 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi Pendidik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-2, hlm. 3. 9 Syaifudin Nurdin, Model Pembelajaran Yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam KBK, (Jakarta: Quantum Teaching, 2003), hlm. 1.
17
layanan pendidikan yang mempertimbangkan bakat, minat dan kemampuan dan kecerdasan peserta didik. Dari berbagai penelitian oleh para ilmuwan psikologi, khususnya di bidang psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan akhirnya terdorong untuk terus mengembangkan penelitian dan menemukan berbagai metode baru untuk mendiagnosis dan merencanakan program pendidikan yang lebih sesuai yaitu dengan memberikan pelayanan peserta didik secara proporsional. Dr. Howard Gardner, Co. Director of Project Zero dan Guru Besar di Harvard University, selama bertahun-tahun telah melakukan penelitian tentang perkembangan kapasitas kognisi manusia. Howard telah mendobrak tradisi umum teori kecerdasan yang menganut dua asumsi dasar, bahwa kognisi manusia itu bersifat satuan dan bahwa setiap individu dapat dijelaskan sebagai makhluk yang memiliki kecerdasan yang dapat diukur dan tunggal. Setiap kecerdasan memiliki ciri perkembangan, dapat diamati dalam populasi tertentu.10 Gardner berpendapat bahwa kecerdasan manusia tidak dapat disimpulkan hanya dengan penilaian IQ saja, karena nilai tes IQ hanya menggambarkan 2 jenis kecerdasan saja, yaitu kecerdasan bahasa dan kecerdasan matematika. Tes IQ bukan mengukur kualitas yang dibutuhkan untuk sukses dalam pendidikan seperti kemauan keras, percaya diri, motivasi. Meskipun nilai IQ peserta didik sangat tinggi pada suatu waktu tanpa pendidikan yang mendukung kecerdasan anak (kurang stimulus, masalah keluarga, kurang tantangan, dan lain sebagainya) nilai IQ bisa mengalami penurunan.11 Dari
sini
tampak
bahwa
pendidikan
berperan
dalam
mengembangkan kecerdasan peserta didik. Kecerdasan bukanlah sesuatu yang sudah mati yang tidak dapat dikembangkan lagi, tetapi 10
Linda Campbell, Bruce Campbell, Dee Dickinson, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis multiple Intellegence, (Depok: Intuisi Press, 2006), hlm. 1-2. 11 Andyda Meliala, Anak Ajaib, Temukan dan Kembangkan Keajaiban Anak Anda Melalui Kecerdasan Majemuk, (Yogyakarta: Andi, 2004), hlm. 31-32.
18
kecerdasan dapat berkembang lagi. Menurut teori kecerdasan ganda seseorang anak dapat mempelajari materi apapun, asal materi tersebut disampaikan sesuai dengan kecerdasan yang cocok dengan kecerdasan yang menonjol pada anak tersebut. c. Tujuan Multiple Intelligence Sekolah melalui pendidik mengatur anak dalam upaya mengembangkan kecerdasan mencapai kemanfaatan. Di dalam dua lingkungan dasar yaitu rumah dan sekolah anak memperoleh rasa percaya diri. Dengan orang tua, anak dapat belajar untuk menghormati melalui pengalaman untuk membangun citra diri, kepercayaan diri dan keterampilan. Orang tua dapat mengembangkan rasa hormat dan penerimaan bawaan anak terhadap semua modalitas. Pendidik dapat mendorong tumbuhnya modalitas belajar dan membantu anak menghubungkan keterampilan dengan berkembangnya kecerdasan.12 Secara makro pendidikan bertujuan membentuk organisasi pendidikan yang bersifat otonom sehingga mampu melakukan inovasi dalam pendidikan untuk menuju suatu lembaga yang beretika, selalu menggunakan nalar, dan memiliki sumber daya manusia yang sehat dan tangguh. Secara mikro pendidikan bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki nalar (maju, cakap, cerdas, kreatif, inovatif dan bertanggung jawab), dan berbadan sehat sehingga menjadi manusia mandiri.13 Tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia antara lain ditandai dengan adanya unsur kreativitas dan produktivitas yang direalisasikan dengan hasil kerja atau kinerja yang baik secara perorangan menghasilkan
12
atau
kelompok.
kerja
produktif
Sumber secara
daya
manusia
rasional
dan
mampu memiliki
Bob Samples, Revolusi Belajar untuk Anak : Panduan Belajar Sambil Bermain Untuk Membuka Pikiran Anak-anak Anda, (Bandung: Kaifa, 2002), Terj. Hlm. 145. 13 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 8, hlm. 21.
19
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dapat diperoleh melalui pendidikan. Menurut Chabib Thoha tujuan akhir pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi kreatif peserta didik agar menjadi manusia baik, menurut pandangan manusia dan Tuhan YME. Persoalan manusia baik atau persoalan nilai, tidak hanya persoalan fakta dan kebenaran ilmiah rasional. Akan tetapi menyangkut masalah penghayatan dan pemahaman yang bersifat afektif dan kognitif.14 Hilda Taba mengemukakan bahwa prinsip-prinsip pokok dalam perumusan tujuan pendidikan adalah sebagai berikut : 1. Rumusan tujuan hendaknya meliputi aspek bentuk kelakuan yang dirapikan (mental) dan bahan yang berkaitan dengannya (pokok). 2. Tujuan-tujuan yang kompleks harus ditata secara analitis dan spesifik. 3. Dalam perumusan tujuan pendidikan, harus direformulasikan dengan jelas bentuk tingkah laku dengan kegiatan belajar. 4. Tujuan-tujuan
pada
dasarnya
bersifat
developmental
mencerminkan arah yang hendaknya dicapai. 5. Tujuan harus realistis, dalam kurikulum dan pengalaman belajar. 6. Tujuan harus mencakup segala aspek perkembangan peserta didik yang menjadi tanggung jawab sekolah.15 Unsur kreativitas, diskusi, problem solving masih langka dalam proses
belajar
mengajar.
Pendidik
harus
dapat
menyediakan
lingkungan yang kondusif yang memungkinkan kreativitas dan potensi kecerdasan muncul, merangsang dan memupuk agar berkembang.
14
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), Cet. I, hlm. 59. 15 Sama’un Bakry, Menggagas Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005), hlm. 33.
20
Rasa ingin tahu (Curiousity) peserta didik harus selalu dikembangkan. Curiousity ini dapat berkembang jika peserta didik diberi ruang untuk berfikir dan berinovasi, sehingga mereka bisa menemukan sesuatu yang baru (discovery). Peserta didik diajarkan problem solving untuk membantu masalah agar dapat mengambil langkah untuk menerapkan solusi kreatif
mereka.
Pendidik
memotivasi
peserta
didik
untuk
mengemukakan ide mereka kemudian me-review yang telah mereka ketahui tentang permasalahan tersebut, peserta didik yang lain merangkum dan menilai dari perspektif yang beragam. Hasan Langgulung telah memberikan 3 prinsip yang harus diketahui oleh pendidik, agar kreativitas peserta didik dapat diaktualisasikan dengan baik. Pertama, mengakui potensi kreatif anakanak. Kedua, menghormati pertanyaan dan ide-ide mereka. Ketiga, memberikan permasalahan-permasalahan yang bersifat proaktif untuk menimbulkan rasa ingin tahu (curiousity) dan Khausal (imagination).16 Pejabaran
dari
ketiga
prinsip
diatas,
pendidik
dapat
mengaplikasikannya seperti; pertama, menghargai keunikan setiap peserta didik dengan memberikan pujian kepada peserta didik yang aktif. Kedua, pendidik menghargai pendapat peserta didik dan memotivasi untuk mengungkapkan ide-ide mereka. Ketiga, memberi waktu kepada peserta didik untuk berpikir, membolehkan peserta didik mengambil keputusan sendiri, serta mendorong dalam mengerjakan tugas. 2. Teori dan Pembelajaran Multiple Intelligence a. Teori Multiple Intelligence Teori kecerdasan ganda ini menyatakan bahwa setiap anak memiliki
16
51-53.
sedikitnya
tujuh
kecerdasan
ganda.
Dalam
proses
Syamsul Ma’arif, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hlm.
21
perkembangannya, anak-anak itu kemudian akan memiliki satu atau dua kecerdasan yang dominan. Tidak ada kecerdasan yang berdiri sendiri saat digunakan oleh seseorang. Penggunaan satu kecerdasan akan melibatkan dua atau lebih kecerdasan lain. Berikut ini teori tujuh kecerdasan ganda : 1). Linguistic Intelligence (kecerdasan linguistik) Linguistik berasal dari bahasa Inggris yang artinya ilmu bahasa.17 Terdapat beberapa definisi yang disampaikan oleh para pakar tentang kecerdasan linguistik, diantaranya adalah Linda Campbell. Menurutnya kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk berfikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks.18 Thomas Amstrong, dalam bukunya 7 Kinds of Smart mengartikan kecerdasan linguistik adalah kecerdasan dalam mengolah kata. Ini merupakan kecerdasan para jurnalis, penyair, dan pengacara. Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat berargumentasi, meyakinkan orang, menghibur atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya.19 Sedangkan
kecerdasan
linguistik
dalam
arti
luas
sebagaimana dinyatakan Howard, adalah hasil kemampuan dalam penggunaan bahasa lisan dan tulisan.20 Linguistik dapat distimulus melalui bacaan, latihan, menulis, berdiskusi, bermain dengan katakata. Peserta didik yang mempunyai inteligensi yang tinggi dalam
17
Wojowasito dan Poerwadarminta, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, (Bandung: Hasta, 1982), hlm. 102. 18 Linda Campbell, Bruce Campbell dan Dee Dickinson, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligence, (Depok: Intuisi Press, 2006), hlm. 2. 19 Thomas Armstrong, 7 Kinds of Smart Menemukan dan Meningkatkan Kecerdasan Anda Berdasarkan Teori MI, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 3. 20 Howard Gardner, Changing Minds, Seni Mengubah Pikiran Kita dan Orang Lain, (Jakarta: Transmedia, 2006), hlm. 39.
22
linguistik mempunyai kepekaan yang tajam terhadap bunyi atau fonologi.21 Di awal sejarah manusia, bahasa mengubah spesialisasi dan fungsi otak manusia untuk menggali dan mengembangkan kecerdasan manusia. Membaca telah memungkinkan manusia untuk mengetahui objek, tempat, proses dan konsep yang secara personal tidak mengalaminya. Kemampuan berpikir melalui katakata dapat mengingat, menganalisis, menyelesaikan masalah, merencanakan ke depan dan mencipta sesuatu.22 Pusat kecerdasan terletak pada otak kiri.23 2).iLogical
Mathematical
Intelligence
(kecerdasan
logika
matematika) Merupakan kemampuan dalam menghitung, mengukur dan mempertimbangkan proposisi dan hipotesis serta menyelesaikan operasi-operasi melibatkan
matematis.24
keterampilan
Kecerdasan
mengolah
logis
matematis
dan
kemahiran
angka
menggunakan logika atau akal sehat. Ciri-ciri orang yang cerdas secara logis matematis mencakup kemampuan dalam penalaran, berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis.25 Pusat kecerdasan logika matematika adalah terletak pada otak kiri.26 Kecerdasan
logis
matematis
dapat
dilatih
dan
dikembangkan melalui banyak tantangan dan inovasi dari bermacam-macam teknologi multimedia. Peserta didik dari
21 N. Tientje dan Yul Iskandar, Pendidikan anak Usia Dini Untuk Mengembangkan Multiple Intelligensi, (Jakarta: Dharma Graha, 2004), hlm.38. 22 Linda Campbell, Bruce dan Dee Dickinson, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligence, (Jakarta: Intuisi Press, 2006), hlm. 10. 23 N. Tientje dan Yul Iskandar, Op. Cit., hlm. 39. 24 Ibid, hlm. 2. 25 Thomas Armstrong, 7 Kinds of Smart Menemukan dan Meningkatkan Kecerdasan Anda Berdasarkan Teori MI, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 3. 26 N. Tientje dan Yul Iskandar, Pendidikan Anak Usia Dini Untuk Mengembangkan Multiple Intelligence, (Jakarta: Dharma Graha, 2004), hlm. 38.
23
berbagai tingkat kemampuan dapat belajar dengan efektif dan praktek. Satu cara untuk memperkenalkan pemikiran secara logis matematis dalam bidang pelajaran melalui tema yang digambarkan dari konsep-konsep secara matematis. Pendidik dapat mengatur unit pelajaran berdasarkan tema, dan meminta peserta didik untuk meneliti dengan menggunakan potensi atau kecerdasan yang dimiliki. 3). Visual Intelligence (kecerdasan visual) Kecerdasan ini merupakan kecerdasan gambar dan visualisasi.
Kecerdasan
ini
melibatkan
kemampuan
untuk
memvisualisasikan gambar di dalam kepala seseorang atau menciptakannya dalam bentuk dua atau tiga dimensi.27 Kecerdasan visual adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual secara akurat, dan kemudian bertindak atas persepsi tersebut. Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warna, garis, bentuk, ruang dan ukuran. Jenis kecerdasan ini sangat menonjol dalam diri pemain catur, navigator, arsitek maupun desainer. Kemampuan kecerdasan visual terlihat pada peserta didik bermain dengan melibatkan imajinasi mereka. Hemisfer kanan atau otak kanan berperan besar dalam mengendalikan kegiatan ini.28 Peserta
didik
yang
memiliki
kemampuan
untuk
menggambarkan yang mereka lihat dengan penuh ketelitian. Ciri anak yang memiliki potensi visual menikmati waktu luangnya dengan menggambar dan melukis dengan jelas.
27
Thomas Armstrong, Setiap Anak Cerdas: Panduan Membantu Anak Belajar dengan Memanfaatkan Multiple Intelligencenya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 20. 28 Adi W. Gunawan, Genius Learning Starategy, Petunjuk Praktis Untuk Menerapkan Accelarated Learning, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm. 234-235.
24
4). Kinesthetic Intelligence (kecerdasan kinestetik) Kecerdasan
kinestetik,
menurut
Gardner
adalah
kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan.29 Kecerdasan ini juga meliputi
keterampilan
fisik
dalam
bidang
koordinasi,
keseimbangan, daya tahan, kekuatan dan kecepatan. Kecerdasan ini sangat menonjol pada diri seorang penari, atlit, pematung, pemusik, aktor, mekanik, dokter, peserta didik dapat diberdayakan dengan menggunakan teknik simulasi, permainan peran, dan drama.30 Untuk mengoptimalkan kecerdasan kinestetik diperlukan ruang kelas yang kondusif, artinya ruang kelas dalam proses belajar mengajar harus memberikan pemahaman bahwa ruang kelas harus menjadi sebuah hal yang aktif yaitu ruang kelas bisa menjadi sarana bagi pengembangan lingkungan pembelajaran. Para peserta didik lebih banyak orientasi gerakan dalam kebutuhan sebuah proses belajar. 31 Hal
yang
terpenting
bagi
pendidik
adalah
untuk
memberikan contoh aktivitas fisik sebagai metode pembelajaran dan kesadaran peserta didik dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh dalam mata pelajaran bahasa: pesrta didik dapat mempelajari kosakata dengan menggambarkan bagian kata atau ucapan tersebut. Secara individual mereka dapat menembangkan jari atau tubuh kemudian mempraktikkan di kelas.
29
Paul Suparno, Teori Intelligence ganda dan Aplikasinya di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), Cet. I., hlm. 34. 30 Adi W. Gunawan, Genius Learning Starategy,Petunjuk Praktis Untuk Menerapkan Accelarated Learning, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm. 240-241. 31 Linda Campbell, Bruce dan Dee Dickson, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligence, (Jakarta: Intuisi Press, 2006), hlm. 78-86.
25
5). Musical Intelligence (kecerdasan musik) Kecerdasan musik merupakan kemampuan menangani bentuk-bentuk musik, dengan cara mempersepsi, membedakan, dan mengekspresikan.32 Gardner menjelaskan kecerdasan musik sebagai kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara. Di dalamnya termasuk kepekaan akan ritme, melodi dan intonasi kemampuan memainkan alat musik, kemampuan menyanyi, kemampuan untuk mencipta lagu.33 Pusat kecerdasan musik terletak pada lobus kanan.34 Terbentuknya keterkaitan terhadap musik bisa terjadi pada usia yang sangat dini melalui aktivitas yang dilakukan. Musik di dalam rumah dan lingkungan awal memberikan dasar yang penting bagi pengalaman bermusik yang dikemudian hari dapat menyatu dengan mata pelajaran sekolah. Karena adanya hubungan yang kuat antara musik dan emosi, musik di ruang kelas dapat membantu menciptakan keadaan emosi yang kondusif bagi pendidikan. Selama abad pertengahan dan renaissance, musik dianggap sebagai salah satu dari empat pilar pendidikan, sejajar dengan geometri, astronomi dan aritmatika. Dalam upaya mengidentifikasi peserta didik yang memiliki bakat musik atau kecerdasan musik yang berkembang dengan baik adalah persoalan yang komplek. Dalam kelas musik dapat menciptakan suasana yang positif yang akan membantu peserta didik untuk fokus pada pelajaran.35
32
Hernowo, Andaikan Buku itu Sepotong Pizza, Rangsangan Baru Untuk Melejitkan Word Smart (Bandung: Kaifa, 2004), Cet. III., hlm. Viii. 33 Paul Suparno, Teori Intelligence ganda dan Aplikasinya di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), Cet. I, hlm. 36-37. 34 Thomas Armstrong, Sekolah Para Juara: Menerapkan Multiple Intelligence di Dunia Pendidikan, (Bandung: Kaifa, 2002), terj., hlm. 13. 35 Linda Campbell, Bruce Campbell dan Dee Dickinson, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligence, (Depok: Intuisi Press, 2006), hlm. 145-147.
26
6). Interpersonal Intelligence (kecerdasan interpersonal) Kecerdasan
interpersonal
adalah
kemampuan
untuk
mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, tempramen orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain juga termasuk dalam kecerdasan ini. Secara umum kecerdasan interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang.36 Peserta didik yang mempunyai kecerdasan interpersonal tinggi mudah bergaul dan berteman. Dalam konteks belajar peserta didik lebih suka belajar bersama dengan orang lain, lebih suka mengadakan studi kelompok. Kecerdasan interpersonal dapat stimulus melalui pertemuan dan diskusi dan mampu menyelesaikan konflik dengan baik. Peserta didik yang mempunyai kecerdasan interpersonal yang tinggi mempunyai kepekaan untuk memahami orang lain. Pemahaman sosial ini diarahkan ke dalam dirinya untuk disalurkan menjadi sebuah karya. Peserta didik yang dominan interpersonal akan mudah menangkap pelajaran bila dilakukan dengan diskusi kelompok.37 Kecerdasan interpersonal ini berada pada otak bagian lobus depan dan hemisfer kanan.38 7). Intrapersonal Intelligence (kecerdasan intrapersonal) Kecerdasan intrapersonal tercermin dalam kesadaran mendalam akan perasaan, kecerdasan seseorang memahami diri sendiri, kemampuannya dan pilihannya sendiri. Orang dengan kecerdasan interpersonal tinggi pada umumnya mandiri, tidak 36
Paul Suparno, Op. Cit.,hlm. 39. N. Tientje dan Yul Iskandar, Pendidikan Anak Usia Dini Untuk Mengembangkan Multiple Intelligence, (Jakarta: Dharma Graha, 2004), hlm. 39. 38 Thomas Armstrong, “ Sekolah Para Juara: Menerapkan Multiple Intelligence di Dunia Pendidikan, (Bandung: Kaifa, 2002), terj., hlm. 13. 37
27
tergantung orang lain dan yakin dengan pendapat diri yang kuat tentang hal-hal yang kontroversial, serta senang sekali bekerja berdasarkan program sendiri dan hanya dilakukan sendirian.39 Lingkungan
sekolah
dapat
diorganisasikan
untuk
memotivasi para peserta didik dengan menciptakan atmosfer yang hangat
dan
peduli,
menggunakan
prosedur-prosedur
yang
demokratis, sehingga sekolah dapat membantu peserta didik merasa diterima dan diakui. Proses belajar mengajar dapat bergantung pada emosi yang mempengaruhi semua proses-proses berpikir merupakan komponen dari kecerdasan intrapersonal. Para pendidik dapat membantu peserta didik dalam pencapaian dan penemuan cara-cara yang positif untuk mengekspresikan emosi mereka. Ada beberapa cara untuk mendorong dan mengembangkan ekspresi
emosional
yang
sehat
dalam
pendidikan,
yaitu
membangun lingkungan kelas yang positif, mengenali pengalaman perasaan peserta didik, mengajarkan metode-metode ekspresi emosional yang tepat dan menawarkan umpan balik pada perilaku emosional.40 Pusat kecerdasan terletak pada lobus depan, lobus pariental.41 b. Pembelajaran Multiple Intelligence 1.) Proses Pembentukan Belajar Akal yang berpusat di otak (al-dimagh), adalah komponen yang ada dalam diri manusia yang memiliki kemampuan memperoleh pengetahuan 39
secara
nalar.
Kemampuan
memperoleh
maupun
Julia Jasmine, Panduan Praktis Mengajar Berbasis MI, (Bandung: Nuansa, 2007), Cet. I., hlm. 27-28. 40 Linda Campbell, Bruce Campbell dan Dee Dickinson, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligence, (Jakarta: Intuisi Press, 2006), hlm. 201-217. 41 Thomas Armstrong, “ Sekolah Para Juara: Menerapkan Multiple Intelligence di Dunia Pendidikan, Op. cit., hlm. 13.
28
menyimpan ini berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain, bergantung pada wadah kognitif yang dimiliki seseorang. Penggunaan akal untuk berpikir mengantarkan individu menjadi pribadi yang unggul.42 Kecerdasan intelektual dapat dikembangkan untuk mencapai sukses. Kecerdasan intelektual dapat dikembangkan optimal dengan memahami bagaimana sistem kerja otak manusia dan seperangkat latihan praktis.43 Otak manusia adalah massa protoplasma yang paling kompleks yang pernah dikenal di alam semesta ini.44 Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat At-Tiin ayat 4 :
(4 : ﺗ ﹾﻘ ِﻮ ٍﱘ )ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻟﺘﲔ ﺴ ِﻦ ﺣ ﺎ ﹶﻥ ﻓِﻲ ﹶﺃﺎ ﺍﹾﻟﺈِﻧﺴﺧﹶﻠ ﹾﻘﻨ ﺪ ﹶﻟ ﹶﻘ Artinya : “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (QS. At-Tiin ayat 4). 45 Manusia diberi otak yang luar biasa kemampuannya, namun ini baru potensi, potensi ini harus dikembangkan. Kecerdasan seseorang sebenarnya tergantung pada seberapa banyak koneksi yang terjadi di antara setiap sel otak tersebut. Teori otak Triune pertama kali dicetuskan oleh Dr. Paul Maclean. Di dalam kepala manusia terdapat tiga macam otak yang berkembang sesuai dengan tahap evolusi manusia. Perkembangan terjadi secara bertahap mulai dari otak reptil, otak mamalia dan neo-cortex.46 Masing-masing bagian juga mempunyai struktur saraf tertentu dan mengatur tugas-tugas yang harus dilakukan. Yang 42
Fuad Nashori, Potensi-potensi Manusia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. I., hlm. 119-120. 43 Dimitri Mahayana, Quantum Quotent, (Bandung : Nuansa, 2005), Cet. 6., hlm. 37. 44 Bobbi De porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung : Kaifa, 1999), Cet. V, hlm. 26. 45 Departemen Agama, Al-Qur’an al-Karim dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra, 1996), hlm. 478. 46 Adi W. Gunawan, Loc. Cit., hlm. 22
29
pertama dalam perkembangan evolusi adalah batang atau otak reptil (dinamakan
demikian
karena
reptilpun
memilikinya).
Inilah
komponen kecerdasan terendah dari spesies manusia. Bagian otak ini bertanggung jawab atas fungsi-fungsi motor sensor, pengetahuan tentang realitas fisik yang berasal dari panca indra.47 Bila otak kecil aktif, tidak dapat mengontrolnya dengan cara berpikir jernih, yang lebih mendukung adalah insting. Otak reptil akan aktif jika dalam kondisi, stress, terancam, marah dan emosi.48 Di sekeliling otak reptil terdapat sistem limbik yang sangat kompleks dan luas, atau otak mamalia. Otak mamalia terletak di bagian tengah dari otak manusia. Sistem limbik (otak mamalia) berfungsi mengendalikan emosi dan perasaan kita. Peran emosi dalam kehidupan dan belajar telah diteliti oleh Daniel Goleman.49 Salah satu fungsi penting lainnya adalah mengatur sistem kekebalan tubuh.50 Selain itu, sistem limbik juga mengendalikan hormon, rasa haus, lapar, metabolisme, fungsi kekebalan dan memori ingatan. Dorongan emosi akan berkerja lebih baik daripada argumen rasional yang mempengaruhi perilaku manusia.51 Neo-cortex (otak depan) terbungkus di sekitar bagian atas dan sisi-sisi limbik, 80 % dari seluruh materi otak, adalah tempat kecerdasan yang mengatur pesan-pesan yang diterima melalui indera penglihatan, pendengaran dan sensasi tubuh yang menimbulkan proses penalaran, berpikir intelektual, pembuatan keputusan, bahasa.52
47
Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning, : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 1999), Terj., Cet. V., hlm. 26-28. 48 Amir Tengku Ramly, Pumping Talent: Memahami Diri, Memompa Bakat, (Jakarta: Kawan Pustaka, 2005), Cet. II., hlm. 45. 49 Dimitri Mahayana, Quantum Quotient, (Bandung: nuansa, 2005), Cet. 6, hlm. 43. 50 Andyana Meliala, Anak Ajaib, Temukan dan Kembangkan Keajaiban Anak Anda Melalui Kecerdasan Majemuk, (Yogyakarta: Andi, 2004), hlm. 24. 51 Amir Tengku Ramly, Pumping Talent: Memahami Diri, Memompa Bakat, (Jakarta: Kawan Pustaka, 2005), Cet. II., hlm. 44. 52 M. Yaniyullah Delta, Melejitkan Kecerdasan Hati dan Otak Menurut Petunuk AlQur’an dan Neourologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 41.
30
Pada otak neo-cortex terdapat empat lobus otak yang mempunyai fungsi berbeda : a. Lobus frontal terletak di belakang kening, berfungsi untuk melakukan penilaian, kreativitas, berpikir, merencanakan dan memecahkan masalah. b. Lobus parietal terletak di bagian atas agak ke arah belakang dari otak dan berfungsi memproses sensasi dan fungsi bahasa. c. Lobus temporal yang terletak di samping kiri dan kanan, berfungsi untuk memproses pendengaran, memori, arti dan bahasa. d. Lobus occipital yang terletak di bagian belakang otak berfungsi untuk penglihatan.53 Menurut Ary Ginanjar dengan penggunaan neo-cortex ini maka lahir IQ, kemampuan intelektual. Hal ini berkaitan dengan kesadaran akan ruang, kesadaran akan sesuatu yang tampak, dan penguasaan matematika. IQ mampu bekerja mengukur kecepatan, mengukur halhal baru, menyimpan dan mengingat serta berperan aktif dalam menghitung angka, dan lain sebagainya. Lapangan otak lebih dalam dari neo-cortex atau limbik system (lapangan tengah) berfungsi sebagai pengendali emosi dan perasaan.54 Dalam neo-cortex ini semua kecerdasan yang lebih tinggi berada, yang membuat manusia unik sebagai spesies dan pikiran yang kreatif, yaitu intuisi. Intuisi adalah kemampuan untuk menerima atau menyadari informasi yang tidak dapat diterima kelima indera. Agar kecerdasan-kecerdasan dapat berkembang, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi : a) Struktur saraf bagian bawah harus cukup berkembang agar energi dapat mengalir ke tingkat yang lebih tinggi. 53
Adi W. Gunawan, Born to Be a Genius, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003),
hlm. 24-25. 54
Ary Ginanjar Agustian, ESQ POWER, Sebuah Inner Journey Melalui Al-Hasan, (Jakarta: Arga, 2003), hlm. 60.
31
b) Anak harus merasa aman secara fisik dan emosional. c) Harus ada model untuk memberikan rangsangan yang wajar.55 Bila dalam keadaan bahagia, tenang dan rileks, maka otak neocortex akan aktif dan akan digunakan untuk berpikir. Hal ini menjelaskan orang yang tegang saat mengerjakan ujian pikirannya akan kosong dan tidak dapat mengingat apa yang telah dipelajari sebelumnya. Selain terdiri dari tiga bagian otak; yaitu otak reptil, otak mamalia, dan otak neo-cortex. Otak manusia terbagi lagi menjadi dua belahan atau hemisfer, hemisfer kiri dan hemisfer kanan. Setiap hemisfer mempunyai fungsi berbeda tetapi saling mendukung. Pada umumnya setiap hemisfer mengatur 50 % dari setiap bagian tubuh. Hemisfer kiri mengatur bagian tubuh sebelah kanan, dan hemisfer kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri.56 Otak kiri mempunyai fungsi dan cara belajar khusus, yaitu : -
Menyukai hal-hal yang berurutan.
-
Belajar maksimal dari hal-hal yang bersifat detail dulu, kemudian ke hal-hal yang bersifat global.
-
Menyukai sistem membaca yang berdasarkan pada fonetik.
-
Menyukai kata-kata, simbol dan huruf.
-
Menyukai sesuatu yang terstruktur dan dapat diprediksi.
-
Mengumpulkan informasi yang faktual.
Otak kanan mempunyai fungsi dan cara belajar khusus yaitu: -
Lebih menyukai dengan hal-hal yang bersifat acak.
-
Belajar maksimal dari hal-hal yang bersifat global dulu, kemudian ke hal-hal yang bersifat detail.
55
Bobbi De Potter dan Mike Hernackl, Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa: 1999), hlm. 30. 56 Adi W. Gunawan, Loc. Cit, hlm. 24-26.
32
-
Lebih menyukai sistem membaca yang bersifat menyeluruh (whole language).
-
Menyukai gambar dan grafik.
-
Lebih menyukai suatu pengalaman.
-
Ingin mengumpulkan informasi mengenai hubungan di antara berbagai hal.57
2.) Cara Pembelajaran Multiple Intelligence Berbagai macam cara peserta didik dalam belajar, membuat pendidik harus memahami karakter setiap cara belajar peserta didik. Pendidik memberikan materi dengan suatu cara, biasanya melalui perpaduan antara ceramah, penggunaan papan tulis, buku pelajaran dan lembar latihan, itu membuat sebagian peserta didik masalah. Pendidik dapat menciptakan cara belajar secara optimal yang disesuaikan dengan kemampuan belajar peserta didik. Langkah-langkah yang harus ditempuh pendidik dalam proses belajar multiple intelligence akan meningkat jika peserta didik melakukan hal-hal berikut ini :58 1) Mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata mereka sendiri. 2) Memberikan contoh. 3) Mengenali dalam bermacam bentuk dan situasi. 4) Melihat kaitan antara informasi dengan fakta atau gagasan lain. 5) Menggunakan beragam cara. 6) Memprediksi sejumlah konsekuensi. 7) Menyebutkan lawan atau kebalikannya.
57
Adi W. Gunawan, Born to Be a Genius, (Jakarta: Gramedia Putaka Utama, 2003), hlm.
26-27. 58
Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nuansa, 2004), terj., hlm. 19.
33
Cara belajar kecerdasan ganda menurut Thomas Amstrong, sebagai berikut :59 a) Belajar Dengan Cara Linguistik. Cara belajar terbaik dalam bidang ini adalah dengan mengucapkan, mendengarkan, dan melihat kata-kata. Cara untuk memotivasi peserta didik dengan menyediakan buku, seperti perpustakaan dan kaset rekaman. b) Belajar Dengan Cara Logis-Matematis. Peserta didik yang mempunyai kelebihan dalam jenis kecerdasan ini belajar dengan membentuk konsep dan mencari pola serta hubungan abstrak. Pendidik memberi materi konkret yang bisa dijadikan bahan percobaan, waktu yang lama untuk mempelajari gagasan baru. c) Belajar Dengan Cara Visual. Peserta didik yang unggul dalam bidang ini efektif belajar secara visual. Mereka perlu diajari melalui gambar, visual dan warna. Cara untuk memotivasi mereka adalah melalui media seperti: film, vidio, peta dan grafik. d) Belajar Dengan Cara Kinestetik. Peserta didik yang bakat dalam kecerdasan ini belajar dengan menyentuh, memanipulasi dan bergerak. Cara terbaik memotivasi mereka melalui seni peran, gerakan kreatif dan semua jenis kegiatan yang melibatkan fisik. e) Belajar Dengan Cara Musik. Peserta didik dengan kecerdasan musikal belajar melalui irama dan melodi. Mereka bisa mempelajari apapun dengan mudah jika hal itu dinyanyikan, serta mereka belajar dengan diiringi musik kesukaan mereka.
59
Thomas Armstrong, Setiap Anak Cerdas: Panduan membantu Anak Belajar Dengan Memanfaatkan Multiple Intelligence-nya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005) terj., hlm.7780.
34
f) Belajar Dengan Cara Interpersonal. Cara belajar terbaik anak-anak yang berbakat dengan kecerdasan ini adalah dengan berhubungan dan bekerjasama mereka perlu belajar melalui interaksi dengan orang lain. g) Belajar Dengan Cara Intrapersonal. Peserta didik dengan kecenderungan ke arah ini paling efektif belajar ketika diberi kesempatan untuk menetapkan target, memilih kegiatan mereka sendiri. Anak-anak ini memotivasi diri sendiri. B. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian, Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan Islam merupakan kebutuhan manusia, karena sebagai makhluk pedagogis manusia dilahirkan dengan membawa potensi dapat dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi.60 Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk lain. Bagi manusia, belajar merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan ke arah kehidupan yang lebih berarti. Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.61 Menurut Zakiyah Darajat pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Kemudian menghayati
60
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung: Remaja rosdakarya, 2004), hlm. 130. 61 Ibid, hlm. 132.
35
tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Pendidik
sebagai
pelaksana
utama
penyelenggaraan
pendidikan agama akan menghadapi peserta didik yang memiliki watak dan kemampuan yang tumbuh secara individual. Setiap peserta didik harus menjadi pusat perhatian, dalam hal tingkat perkembangan dan kecerdasan anak. Sehingga peserta didik mampu memahami pelajaran dalam proses pembelajaran. b. Dasar Pendidikan Agama Islam Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah mempunyai dasar yang kuat. Dasar-dasar tersebut dibagi menjadi tiga jenis. Ketiga jenis itu adalah dasar hukum yuridis, dasar hukum agama dan dasar hukum psikologi. Masing-masing dasar hukum akan dijelaskan dibawah ini. 1.) Dasar Hukum (Yuridis) Dasar
pelaksanaan
pendidikan
agama
berasal
dari
perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis tersebut terdiri dari tiga macam :62 1. Dasar Ideal, yaitu dasar falsafah negara pancasila, sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa. 2. Dasar Struktural / Konstitusional, yaitu UUD 1945 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.
62
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2004), hlm.132.
36
3. Dasar Operasional, yaitu terdapat dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2.) Dasar Agama Dasar agama dalam uraian ini adalah dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hadits. Al-Qur’an sebagai wahyu Tuhan yang disampaikan kepada manusia dengan perantara Nabi Muhammad saw membawa pengajaran dan pendidikan. Al-Qur’an memuat beberapa ayat yang menjadi landasan adanya pendidikan agama:
(25:)ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻟﻨﺤﻞ...ﻨ َِﺔﺴ ﺤ ﻮ ِﻋ ﹶﻈ ِﺔ ﺍﹾﻟ ﻤ ﺍﹾﻟﻤ ِﺔ ﻭ ﺤ ﹾﻜ ِ ﻚ ﺑِﺎﹾﻟ ﺑﺭ ﺳﺒِﻴ ِﻞ ﻉ ِﺇﻟِﻰ ﺩ ﺍ Artinya : “ Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan secara hikmah dan ajaran yang bijaksana”. (QS. an-Nahl:125)63 Arti ayat di atas terdapat pendidikan dan pengajaran ialah mengajar dengan menggunakan metode dalam ilmu. Memberi pengajaran dengan bijaksana, mengenai bahan atau metode harus sesuai dengan kemampuan. 3.) Dasar Psikologis Yang dimaksud dasar-dasar psikologis yaitu dasar-dasar kejiwaan dan kejasmanian manusia. Realitas psikologis manusia menunjukkan bahwa pribadi manusia merupakan kesatuan antara: a) Potensi-potensi dan kesadaran rohaniah baik segi piker, rasa, karsa, cipta maupun budi pekerti. b) Potensi-potensi dan kesadaran jasmani yakni jasmani yang sehat dengan pancaindera secara fisiologis bekerja sama dengan system syaraf dan kejiwaan.
63
Departemen Agama, Al-Qur’an al-Karim dan Terjemahannya, (Semarang: Toha putra, 1996), hlm. 224.
37
c) Potensi-potensi psikologis berada dalam suatu lingkungan hidup alamiah (fisik). Ketiga kesadaran ini menampilkan watak dan kepribadian seseorang sebagai suatu keutuhan.64 Sehingga proses belajar mengajar inilah psikologi memegang peranan yang penting. Kajian-kajian
dalam
psikologi,
menunjukkan
bahwa
memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai dari seseorang kepada peserta didik tidak hanya menerima dalam keadaan pasif tetapi aktif dan mempunyai tiga syarat yang harus diwujudkan agar pembelajaran dapat terjadi dengan baik. Pertama harus ada rangsangan dari pendidik. Kedua adanya respon peserta didik, dan ketiga respon diteguhkan seperti dengan memberikan sanksi apabila peserta didik tidak memperhatikan pelajaran. Tugas pendidik adalah menolong peserta didik belajar dengan menekankan pada kemampuan dan potensi untuk mengetahui dan mengaplikasikan hasil belajar mereka, agar potensi kecerdasan anak digunakan secara optimal. Beberapa dasar yang penting dalam membimbing anak dalam proses pembelajaran yaitu setiap anak memiliki sifat kepribadian yang unik, tiap-tiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda, dan setiap pertumbuhan mempunyai cirri-ciri tertentu.65 c. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan pendidikan agama Islam secara umum, ialah : a. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
64
Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,1980), hlm. 137-138. 65 Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik (Dasar-dasar Ilmu Mendidik), (Jakarta: PT.Rineka Cipta,1997), hlm.97-101.
38
c. Menumbuhkan semangat ilmiah pada peserta didik untuk mengetahui dan mengkaji ilmu tersebut. d. Menyiapkan peserta didik dengan potensi, agar dapat menguasai potensi tertentu, dan keterampilan sehingga mengamalkannya dalam hidup.66 Pendidikan agama bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengarahan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara.67 Tujuan pendidikan merupakan hal yang dominan dalam pendidikan, baik makna maupun tujuan harus mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Dalam kurikulum PAI tahun 2004 pendidikan agama Islam bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.68 Secara
konseptual
pendidikan
Islam
bertujuan
untuk
membentuk muslim yang seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia
yang
berbentuk
jasmaniah
maupun
rohaniah
dan
berhubungan setiap pribadi dengan Allah SWT, manusia dan alam semesta.69
Dengan
demikian
pendidikan
Islam
berupaya
mengembangkan individu seutuhnya.
66
Zuhairimi, dkk., Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm. 17. Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hlm. 58. 68 Depdiknas, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, 2004). 69 Syamsul Ma’arif, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), Cet., I, hlm. 35-34. 67
39
2. Materi Pendidikan Agama Islam Sebagaimana diketahui, bahwa inti ajaran Islam meliputi : a. Masalah keimanan (aqidah). b. Masalah keislaman (syari’ah). c. Masalah ikhsan (akhlak). a) Aqidah adalah mengajarkan keesaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang mencipta, dan mengatur alam ini. b) Syari’ah adalah berhubungan dengan amal untuk mentaati semua peraturan dan hukum Tuhan, guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia. c) Akhlak adalah amalan yang bersifat penyempurna bagi kedua amal di atas dan yang mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup manusia.70 Tiga
inti
ajaran
Islam
ini
kemudian
dijabarkan
secara
keseluruhannya dalam mata pelajaran al-qur’an, hadits, akhlak, fiqih atau ibadah dan sejarah atau tarikh. Sehingga menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup perwujudan keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, maupun lingkungannya. 3. Metode Pendidikan Agama Islam Maksud dari metode pendidikan di sini ialah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik, maka metode yang di sini mencakup juga metode mengajar. Metode mengajar ini menuntut syarat-syarat yang perlu dipenuhi misalnya setiap guru yang akan menggunakan metode itu (jalannya pengajaran serta kebaikan dan kelemahannya, situasi-situasi yang tepat di mana metode itu efektif dan wajar). Secara
rinci
metode-metode
tersebut
baik
pengertiannya,
keuntungan dan kelemahannya dapat dilihat dalam penjelasan berikut ini: 70
Zuhairini, dkk., Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm. 61.
40
1. Metode Ceramah Metode ceramah merupakan bentuk interaksi edukatif oleh pendidik kepada peserta didik.71 Dalam pelaksanaan metode ini pendidik dapat menggunakan alat-alat Bantu, seperti: gambar, peta. Namun metode utama yang digunakan dengan menggunakan ceramah atau berbicara. Keuntungan-keuntungan metode ceramah, antara lain: a. Dalam waktu yang relatif singkat dapat disampaikan pelajaran sebanyak-banyaknya. b. Pendidik dapat menguasai seluruh kelas dengan mudah, walaupun jumlah peserta didik cukup banyak. c. Organisasi kelas lebih sederhana, tidak perlu mengadakan pengelompokan peserta didik seperti pada beberapa metode lainnya. Metode ini juga mempunyai beberapa kelemahan yang membutuhkan
penggunaan
pendekatan
lain
untuk
menutupi
kekurangan yang terdapat dalam metode ceramah., kekurangannya terletak pada : a. Pendidik sulit mengetahui pemahaman peserta didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan. b. Kadang pendidik hanya mengajar penyampaian bahan sebanyakbanyaknya sehingga terlihat adanya unsur paksaan, dari segi edukatif hal ini kurang menguntungkan. c. Murid cenderung bersikap pasif dan kurang menerima pelajaran dan mengambil kesimpulan. d. Pendidik kurang memperhatikan aspek-aspek psikologis peserta didik, sehingga ceramah akan membosankan.72 Untuk pelajaran agama metode ceramah pada mata pelajaran tauhid. Misalnya untuk memberikan pengertian tentang tauhid maka 71
Abd. Rachman Shaleh, Didaktik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 92),
hlm. 81. 72
Zuhairini, dkk., Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm. 74-75.
41
metode yang tepat digunakan adalah metode ceramah. Karena tauhid tidak dapat diperagakan, pendidik akan memberikan uraian menurut caranya masing-masing dengan tujuan murid dapat memahami penjelasan pendidik. 2. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab ialah cara penyampaian pelajaran dengan cara pendidik mengajukan pertanyaan dan memberikan peserta didik memberikan jawaban, atau juga sebaliknya peserta didik bertanya dan pendidik memberikan jawaban.73 Metode ini dimaksudkan untuk mengenal tingkat-tingkat pemikiran yang dipakai oleh peserta didik, merangsang perhatian peserta didik, dan dapat mengarahkan peserta didik ke arah kecerdasan dan minat sehingga peserta didik akan aktif mengikuti pelajaran dengan berpikir. Kelebihan metode tanya jawab terletak pada hal-hal sebagai berikut: a. Suasana kelas akan lebih hidup, karena peserta didik dirangsang
secara
aktif
berpikir
dan
menyampaikan
pikirannya. b. Melatih keberanian peserta didik mengemukakan pendapatnya dengan lisan. c. Adanya perbedaan jawaban di antara peserta didik akan membawa kelas pada situasi diskusi.74 Kekurangan metode tanya jawab antara lain: a. Terdapat perbedaan pendapat atau jawaban, akan memerlukan waktu yang banyak untuk menyelesaikannya, sehingga pendidik harus menguasai permasalahannya.
73
Abd. Rachman Shaleh, Didaktik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 92), hlm.
77-78. 74
Winarno Surakhmad, Dasar dan Teknik Interaksi Mengajar dan Belajar, (Bandung: Tarsito,1973), Cet.3, hlm.102.
42
b. Terjadi penyimpangan perhatian peserta didik, apabila terdapat jawaban-jawaban yang menarik perhatiannya, padahal bukan tujuan yang diinginkan dari pokok permasalahan. c. Relatif memerlukan waktu yang lebih banyak, karena kurang cepat merangkum bahan-bahan pelajaran.75 3. Metode Diskusi Metode diskusi adalah cara untuk merangsang peserta didik berpikir dan mengeluarkan pendapat sendiri, serta berperan serta dalam proses pembelajaran.76 Di dalam diskusi kelas pendidik memimpin jalannya diskusi dan persoalan ke tengah-tengah kelas untuk
didiskusikan.
Untuk
pelaksanaannya
pendidik
harus
memberikan pertolongan berupa penyajian problema sebagai tema dan pembuka diskusi serta bimbingan dan pengarahan belajar anak. Secara garis besar metode diskusi mempunyai keunggulan antara lain: 1. Situasi dan suasana kelas lebih hidup, sebab perhatian murid terpusat pada masalah atau bahan diskusi. Partisipasi interaksi murid dalam metode ini lebih baik dan aktif. 2. Dapat meningkatkan prestasi kepribadian individu dan sosial peserta didik. 3. Peserta didik terlatih mematuhi peraturan dan tata tertib dalam suatu diskusi. Di samping itu metode diskusi ini mempunyai kelemahankelemahan, yaitu: a. Hendaknya diusahakan agar setiap peserta didik mendapat giliran berbicara dan mengemukakan pendapatnya.
75 76
Ibid, hlm. 76. Abd. Rahman Shaleh, op.cit, hlm. 81.
43
b. Diusahakan agar setiap murid mendengar dan memperhatikan serta memberikan tanggapan terhadap peserta didik yang lain.77 4. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode interaksi yang sangat efektif dalam membantu murid untuk mengetahui proses pelaksanaan sesuatu, dan memperlihatkan cara yang paling tepat dan sesuai.78 Beberapa kelebihan metode demonstrasi ialah: 1. Murid tidak menghayati sepenuhnya mengenai pelajaran yang diberikan. 2. Memberi pengalaman praktis yang dapat membentuk perasaan dan minat serta kemauan peserta didik. 3. Perhatian peserta didik lebih terpusat pada hal-hal yang didemonstrasikan. Beberapa kelemahan metode demonstrasi, yaitu: 1. Dalam pelaksanaannya, biasanya memerlukan waktu yang relatif lama. 2. Apabila tidak ditunjang dengan peralatan dan perlengkapan yang memadai atau tidak sesuai dengan kebutuhan, maka metode ini kurang efektif.79 Sebagai metode interaksi edukatif, metode ini banyak digunakan dalam mata pelajaran ibadah dan akhlak, misalnya : Pendidikan mendemonstrasikan cara berwudhu, shalat, dan haji. 5. Metode Sosiodrama Metode sosiodrama sangat penting untuk dipakai di dalam kelas yang mencakup masalah hubungan sosial, dan bermain peran di mana peserta didik diikut sertakan.80 77
Winarno Surakhmad, Dasar dan Teknik Interaksi Mengajar dan Belajar, (Bandung: Tarsito,1973), Cet.3, hlm.104. 78 Abd. Rahman Shaleh, Op. Cit., hlm. 84-85. 79 Zuhairini, dkk., Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm. 82-83.
44
Metode sosiodrama mempunyai kelebihan, antara lain: a. Melatih murid untuk mendramatisasikan sesuatu serta melatih keberanian untuk menjadi peran. b. Metode ini menarik perhatian peserta didik, sehingga suasana kelas menjadi hidup. c. Peserta didik dapat menghayati suatu peristiwa, sehingga mudah mengambil kesimpulan berdasarkan penghayatannya sendiri. d. Peserta didik dilatih dapat menyusun sebuah pikiran yang teratur dan sistematis. Kelemahan metode sosiodrama, antara lain: a. Metode sosiodrama memerlukan waktu cukup banyak. b. Memerlukan persiapan yang teliti dan matang. c. Peserta didik kadang tidak mau mendramatisasikan, karena malu dan takut. d. Bila pelaksanaan dramatisasi gagal, maka tidak akan mendapatkan suatu kesimpulan.81 Jadi metode sosiodrama atau bermain peran ini digunakan untuk menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak. Metode sosiodrama ini dapat dilaksanakan dalam bidang pendidikan agama mata pelajaran sejarah Islam. Misalnya: bagaimana sikap sahabat Nabi Muhammad SAW diantaranya Umar bin Khattab tatkala akan masuk Islam. Setelah mendengarkan ayatayat al-Qur’an yang dibaca oleh adiknya, maka tergugahlah untuk memeluk Islam.82 6. Metode Pemberian Tugas Metode pemberian tugas disebut juga dengan metode pekerjaan rumah merupakan metode interaksi edukatif, di mana peserta didik
80
Abd. Rahman Shaleh, Loc. Cit., hlm.85. Ibid, hlm. 90. 82 Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: 1985), cet.2, hlm. 236. 81
45
diberi tugas khusus di luar jam-jam pelajaran. Ada beberapa kelebihan dalam metode ini : 1. Sangat efektif untuk mengisi waktu luang dengan kegiatankegiatan yang konstruktif. 2. Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala bentuk tugas pekerjaan. 3. Memberi kebiasaan pada peserta didik untuk giat belajar. Sebagai metode edukatif metode ini mempunyai beberapa kelemahan: 1.
Apabila tidak dikontrol secara baik, tugas yang seharusnya dikerjakan peserta didik dikerjakan oleh orang lain, sehingga peserta didik tidak tahu tentang tugasnya. Hal ini tidak akan tercapai tujuan pelajaran.
2.
Sulit memberikan tugas karena perbedaan individual murid dalam kemampuan dan minat belajarnya.
3.
Peserta didik sering tidak mengerjakan sendiri tugas yang menjadi tanggung jawabnya, karena hanya menyalin atau meniru hasil pekerjaan temannya.83
Cara pemberian tugas dapat dilakukan : peserta didik diberi tugas mempelajari dari buku teks, secara kelompok atau secara perorangan, diberi waktu untuk mengerjakannya kemudian peserta didik mempertanggung jawabkan nya.84 C. Multiple Intelligence Dalam Perspektif PAI Multiple intelligence merupakan sebuah pendekatan pada kecerdasan setiap individu. Setiap individu memiliki tujuh kecerdasan, sedangkan manusia biasanya hanya dapat menggunakan satu atau dua kecerdasan. Kecerdasan ganda ini dapat berkembang pada proses belajar di kelas. Peserta didik dapat mengembangkan bermacam-macam kecerdasan ganda dengan
83 84
Zuhairini, dkk., Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm. 84-85. Ibid, hlm.234.
46
bantuan pendidik yang harus memahami potensi-potensi kecerdasan ganda yang dimiliki oleh peserta didik. Kecerdasan berarti kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang mempunyai nilai budaya.85 Definisi lain dari kecerdasan adalah kapasitas seseorang untuk memperoleh pengetahuan (yakni belajar dan memahami), mengaplikasikan pengetahuan (memecahkan masalah) dan melakukan penalaran abstrak.86 Pendekatan
kecerdasan
ganda
berbeda
dengan
pembelajaran
konvensional yang terlalu menekankan pada pendidik. Pada pembelajaran kecerdasan ganda, pembelajaran lebih bersifat pada peserta didik, situasi dan kepentingan peserta didik, serta kemampuan intelektual peserta didik bukan kepada pendidik. Maka pendekatannya juga lebih personal dan bukan umum. Peserta didik diperhatikan bakat, keunggulan dan kelemahannya. Sehingga pendidik harus menggunakan berbagai pendekatan
belajar, bukan hanya
ceramah atau menghitung. Hal yang sama juga diungkapkan Suparlan bahwa dalam pembelajaran pendidik yang mengajar secara klasik tanpa pernah memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Di mana fungsi pendidik seharusnya memberikan fasilitas agar anak didik dapat berkembang secara maksimal selaras dengan tipe kecerdasan yang mereka miliki.87 Pendidik juga harus menerapkan metode pembelajaran yang tepat, sehingga peserta didik mampu dalam mengikuti proses belajar. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah : (1) Mengerakkan aktivitas dan kreativitas pendidikan, orang tua dan peserta didik dalam proses belajar mengajar. (2) Mengaktualisasikan potensi kecerdasan ganda pada setiap
85
Thomas Amstrong, Setiap Anak Cerdas, Panduan Membantu Anak Belajar dengan Memanfaatkan MI-nya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm 19. 86 George Boeree, Belajar dan cerdas Bersama Psikolog Dunia, (yogyakarta: Prisma Shopie, 2006), Cet. I., hlm. 125. 87 Suparlan, Mencerdaskan Kehidupan Bangsa Dari Konsepsi Sampai Dengan Implementasi, (Yogyakarta: Hikayat, 2004), hlm. 146.
47
peserta didik dengan kerjasama pendidik dan orang tua. (3) Memberikan bahan pelajaran sesuai dengan irama dan kemampuan setiap peserta didik.88 Salah satu implikasi dalam teori kecerdasan ganda adalah adanya tanggung jawab lembaga-lembaga pendidikan untuk memperhatikan bakat masing-masing peserta didik. Selain di sekolah banyak hal yang penting bagi peserta didik untuk menemukan, setidaknya satu kemampuan. Hal ini akan menimbulkan kegembiraan dalam proses belajar juga akan membangkitkan ketekunan dan upaya-upaya yang perlu bagi penguasaan suatu ilmu, serta akan meningkatkan daya cipta mereka. Sebaliknya jika para peserta didik tidak menemukan satu atau beberapa bidang yang mereka minati, mereka tidak akan pernah mengembangkan kecintaan mereka terhadap belajar dan akan menjalani sekolah tanpa tujuan, bahkan akan mengabaikan pendidikan formal.89 Pendidikan Islam menurut Malik Fadjar dapat dirumuskan sebagai suatu upaya yang sistematis dalam mengejawantahkan nilai-nilai Islami, yaitu pendidikan yang berusaha mentransformasikan pengetahuan dan nilai-nilai ajaran Islam dari satu generasi ke generasi selanjutnya.90 Pendidikan Islam dapat menggabungkan antara pandangan Islam dengan pemikiran pendidikan modern sepanjang memiliki relevansi yang kuat dalam merekonstruksi pemikiran pendidikannya. Pendidikan Islam harus mendesain “kurikulum dan silabi” yang tidak hanya tradisi normatif klasik, tetapi juga mencakup ilmu-ilmu sosial dalam konteks kekinian dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.91 Yaitu dengan menggunakan pendekatan kecerdasan ganda. Kurikulum dan metode merupakan elemen penting dalam proses belajar mengajar. Kehidupan yang dialami oleh peserta didik, menyebabkan 88
N. Tientje dan Yul Iskandar, PADU Untuk Mengembangkan MI, (Jakarta: Dharma Graha, 2004), hlm. 72-73. 89 Linda Campbell, Bruce Campbell dan Dee Dickson, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligence, (Jakarta: Intuisi Press, 2006), hlm. 308. 90 Samaun Bakry, Menggagas Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005), hlm. 11. 91 Syamsul Ma’arif, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hlm. 13-17.
48
peserta didik tidak peka terhadap perkembangan globalisasi, sehingga sekolah tersebut “gagal” untuk mengantarkan peserta didiknya untuk menjadi anak yang cerdas, tanggap dan bersaing.92 Pendekatan kecerdasan ganda berarti mengembangkan kurikulum dan menggunakan pengajaran yang sesuai dengan minat dan bakat peserta didik. Peserta didik diberi pilihan berbagai cara untuk belajar dan mereka berbagi tanggung jawab untuk pembelajaran mereka.93 Berikut ini contoh pendekatan kecerdasan ganda peserta didik dalam PAI : a. Peserta didik dengan kecerdasan linguistik, pada mata pelajaran bahasa arab peserta didik mampu menghafal kosakata. b. Peserta
didik
dengan
kecerdasan
logis
matematis,
dapat
menghitung zakat dalam pelajaran fiqih. c. Peserta didik dengan kecerdasan visual, memahami materi pelajaran dengan memutar film-film kisah nabi, dalam mata pelajaran SKI. d. Peserta
didik
dengan
kecerdasan
kinestetik,
dengan
mendemonstrasikan gerakan salat atau wudhu, pada mata pelajaran fiqih. e. Peserta didik dengan kecerdasan musik, mampu menggunakan alat musik, maupun diiringi lagu-lagu Islam saat pelajaran. f. Peserta didik dengan kecerdasan interpersonal, bekerjasama untuk maju hafalan kosakata dalam pelajaran bahasa Arab. g. Peserta didik dengan kecerdasan intrapersonal, peserta didik senang mengerjakan tugas secara individu atau ke perpustakaan. Yang menarik dari Al-Qur’an adalah bahwa kitab suci ini tidak saja memberikan pandangan persepsionalnya, tetapi juga metode-metode pokok, bagaimana seharusnya pendidikan yang tepat diberikan kepada anak untuk mencapai aktualisasi kecerdasan dan peran manusia yang sempurna. Dengan
92
Ibid, hlm. 43. Thomas R. Hoer, Buku Kerja Multiple Intelligence, (Bandung: Kaifa, 2007), Terj., Cet. I., hlm. 31-32. 93
49
demikian dapat mengaplikasikan prinsip-prinsip dan penerapan kecerdasan tersebut dalam kehidupan nyata.94 Dalam kaitan antara multiple intelligence dalam PAI, kecerdasan ganda merupakan pendekatan yang memperhatikan kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik. Ini dapat dilakukan dalam proses pembelajaran PAI. Setiap peserta didik mempunyai berbagai kecerdasan yang berbeda, oleh karena itu sebagai pendidik mempunyai tugas dalam mendidik mereka dalam perkembangannya, pendidik perlu mengenali dan menyesuaikan dengan keadaan mereka. Artinya pendidik perlu menggunakan berbagai variasi pendekatan dalam pendidikan agama Islam. Pendidik membantu peserta didik dalam menggunakan kecerdasan yang dimiliki dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik mampu mengoptimalisasikannya. Artinya pendidik perlu menggunakan berbagai variasi dalam pembelajaran PAI dengan pendekatan multiple intelligence. Seperti dalam mengajar
pendidik
menggunakan
metode
diskusi
dan
pendekatan
interpersonal. Dimana peserta didik dengan kecerdasan interpersonal mempunyai sifat suka bekerjasama dan terbuka sehingga dapat menciptakan proses pembelajaran secara berkelompok. Pendidik menggunakan metode sosiodrama kepada peserta didik kinestetik, siswa dijadikan sebagai subjek dalam proses belajar. Sebagai contoh mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam, peserta didik dapat memerankan penokohan dalam cerita dalam cerita secara langsung. Sehingga peserta didik memahami pelajaran yang sedang berlangsung. Siswa yang mempunyai kecerdasan lain dapat ikut serta agar menggali kecerdasan-kecerdasan mereka yang lain, karena kecerdasan dapat berkembang sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan oleh peserta didik.
94
Ibid, hlm. 89.
BAB III GAMBARAN UMUM SDIT ASSALAMAH UNGARAN
A. Gambaran SDIT Assalamah Ungaran 1. Sejarah Berdirinya SDIT Assalamah Ungaran SDIT Assalamah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dikelola oleh yayasan Assalamah. Yayasan Assalamah didirikan dan diprakarsai oleh Hj. Rugayah Abdullah Assegaf dan H. Husein Abdullah pada tanggal 31 Januari 1989 dengan akte notaris Ny. Janny Dhewayanti Ardiyan, SH. Adapun prakarsa ini timbul dari kelangkaan dan minimnya fasilitas pendidikan Islam di kawasan kota Ungaran. Yayasan Assalamah mempunyai program secara bertahap mengupayakan agar kota Ungaran mempunyai fasilitas pendidikan yang dibutuhkan oleh umat Islam dan masyarakat pada umumnya. Pada awal berdirinya, yayasan Assalamah hanya mengelola Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ). Karena banyak tuntutan masyarakat untuk membuka kelas pagi, maka pada tahun ajaran 1989/1990, didirikanlah Taman Kanak-kanak Plus Assalamah. Pada tahun ajaran 1999/2000, didirikanlah Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Assalamah yang bertujuan untuk menarik anak-anak muslim untuk diarahkan ke lembaga sekolah Islam. SDIT Assalamah mendapat respon positif dari masyarakat, sehingga SDIT Assalamah mampu bersaing dengan SD-SD di Ungaran. Sekolah dasar yang didirikan oleh yayasan Assalamah, mempunyai konsep Islam Terpadu (IT). Terbentuknya konsep IT adalah untuk menepis isu dikotomi yang marak dalam dunia pendidikan, yaitu adanya jurang pemisah antara pelajaran agama dan pelajaran umum. SDIT Assalamah berdiri dengan menawarkan keterpaduan antara pelajaran agama dan pelajaran umum. Keterpaduan ini tidak hanya semata-mata menggabungkan antara keduanya, akan tetapi nilai-nilai agama yang diharapkan dapat mewarnai pelajaran umum, begitu pula sebaliknya. Dalam pelajaran PPKN misalnya, dari contoh-contoh yang
52
dijelaskan dapat dimasukkan nilai-nilai agama yang bertujuan untuk memperjelas.1 2. Letak Geografis SDIT
Assalamah
Ungaran
terletak
di
kompleks
yayasan
pendidikan Assalamah Ungaran satu kompleks dengan TK Assalamah dan SMP Assalamah Ungaran, JL. Gatot Subroto 104 B. Telp. (024) 6929694 Ungaran. Pemilihan lokasi ini cukup beralasan karena disamping letaknya strategis dan mudah dijangkau, yaitu berada di jalan raya Ungaran-Solo, juga karena tempatnya menjadi satu dengan TK Assalamah dan SMP Assalamah memudahkan bagi sekolah ini untuk melakukan sosialisasi dalam perekrutan siswa baru setiap tahun.2 3. Visi dan Misi SDIT Assalamah Ungaran Visi : Mewujudkan peserta didik yang unggul dalam aqidah, akhlak dan prestasi akademik. Misi : a. Anak mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. b. Anak mampu menghafal Juz Amma dan memahami beberapa kutipan Al-Qur’an yang relevan dengan kurikulum. c. Anak mampu menghafal 20-30 hadits dan do’a serta dapat membiasakan dalam kehidupan sehari-hari. d. Mengerti dan memahami untuk mengamalkannya.
1 2
Dokumentasi SDIT Assalamah Ungaran. Observasi, tanggal 6 Nopember 2007.
nilai-nilai Islami, selanjutnya belajar
53
e. Menguasai kaidah-kaidah dasar matematika, bahasa Indonesia, sains, pengetahuan sosial, bahasa Arab dan bahasa Inggris serta dapat memanfaatkannya untuk kepentingan umat.3 4. Kondisi Siswa, Guru dan Staf Siswi-siswi SDIT Assalamah Ungaran adalah lulusan TK/RA/BA yang semua siswanya beragama Islam dari berbagai golongan. Staf pengajar SDIT Assalamah Ungaran 90 % Sarjana S1, adalah lulusan perguruan tinggi UNDIP, IAIN, UNNES, STAIN dan perguruan tinggi lain yang memenuhi persyaratan di lingkungan SDIT Assalamah Ungaran. Berdasarkan test seleksi penerimaan guru baru yang diadakan oleh pihak SDIT Assalamah yang meliputi test kemampuan, teori dan wawancara sesuai dengan bidangnya masing-masing.4 Adapun status yaitu GTY (Guru Tetap Yayasan) dan guru tidak tetap (part time), selain itu juga ada pengajar ahli yang khusus di datangkan dari luar, misalnya: guru praktek haji dan beladiri karate.5 5. Sarana dan Prasarana SDIT Assalamah Ungaran banyak memberikan fasilitas pendidikan kepada siswa, agar memudahkan dan memaksimalkan belajar siswa sehingga proses pembelajaran akan lebih efisien. Adapun sarana dan prasarana SDIT Assalamah Ungaran : a. Ruang kelas yang representatif. b. Musholla. c. Perpustakaan. d. Laboratorium. e. Antar jemput. f. Sarana dan arena bermain yang luas dan edukatif. g. Ruang komputer ber-AC. 3
Wawancara dengan Bapak Ahmad Mahzum, Kepala Sekolah SDIT Assalamah Ungaran, Tanggal 30 Oktober 2007. 4 Dokumentasi SDIT Assalamah Ungaran. 5 Dokumentasi SDIT Assalamah Ungaran.
54
h. Lapangan olah raga yang memadai. i. Setiap kelas dibimbing 2 orang guru. j. Ruang kesehatan yang memadai. k. Ruang khusus bimbingan dan konseling (BK). 6. Kegiatan Ekstra Kurikuler SDIT Assalamah Ungaran memberikan pilihan kepada siswanya dalam memilih jenis kegiatan ekstra kurikuler sesuai dengan skill untuk menunjang kegiatan yang positif bagi siswa. Kegiatan ekstra kurikuler SDIT Assalamah Ungaran, meliputi : a. Drum band
g. Sains Club.
b. Kaligrafi
h. Teater.
c. Jurnalistik
i. Rebana.
d. Melukis
j. English Club.
e. Tilawah Al-Qur’an
k. Elektronika.
f. PMR
l. Bola basket.
7. Struktur Organisasi dan Pengelolaannya Struktur organisasi SDIT Assalamah Ungaran tahun 2006/2007.6
6
Dokumentasi SDIT Assalamah Ungaran.
55
B. Sistem Pembelajaran SDIT Assalamah Ungaran SDIT Assalamah Ungaran menggunakan sistem full day school (belajar dari pukul 07.00-15.30. WIB). Menjadikan sekolah ini lebih leluasa mengembangkan kurikulumnya dan dengan tekat mencetak generasi muda yang berakhlak mulia yang menguasai ilmu pengetahuan yang baik, terampil dan kreatif sesuai dengan norma agama. Sebagaimana misi SDIT Assalamah Ungaran, maka SDIT Assalamah Ungaran merupakan sistem pendidikan sebagai berikut : 1. Program pendidikan akademis di SDIT Assalamah Ungaran menerapkan kurikulum sekolah dasar yang telah digariskan oleh Departemen Pendidikan Nasional, antara lain : Matematika, Bahasa Indonesia, PPKN, Sains, Pengetahuan sosial, KTK, penjakes, dan Muatan Lokal. 2. program pendidikan non agama yang dirancang oleh sekolah antara lain : Bahasa Inggris, Bimbingan Konseling (BK), Audio Visual, dan Komputer. 3. Program pendidikan Agama Islam yang dirancang sendiri oleh sekolah antara lain : Aqidah Akhlak, Al-Qur’an Hadits, Fiqih, Bahasa Arab, Baca Al-Qur’an, Tahfiz dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Dilihat dari jumlah materi pelajaran di atas dapat diketahui bahwa pendidikan agama mempunyai porsi yang hampir sama dengan pengetahuan non agama. Hal ini dimaksudkan bahwa SDIT Assalamah Ungaran menjadi sekolah yang mempunyai nilai lebih (plus) yang menekankan nilai-nilai keagamaan, disamping pengetahuan dan keahlian yang harus dikuasai oleh peserta didik.
56
C. Implementasi Multiple Intelligence Dalam PAI di Kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran Multiple
intelligence
adalah
pendekatan
pembelajaran
yang
mendorong pendidik menjadi lebih kreatif dan inovatif karena pendidik harus menemukan strategi yang tepat untuk mengoptimalisasikan setiap kecerdasan yang ada. Optimalisasi potensi peserta didik dapat dilakukan secara baik melalui kecerdasan yang menonjol yang dimiliki peserta didik. Hal ini dilakukan oleh SDIT Assalamah dengan mengelompokkan kecerdasan yang dimiliki peserta didik menjadi tiga kelompok di kelas 3, yaitu: a. Kelas 3 Al-Fargani : Kelas musik, kinestetik dan linguistik. b. Kelas 3 Al-Jabar : Kelas intrapersonal dan logis-matematis. c. Kelas 3 Al-Biruni : Kelas interpersonal dan visual.7 Pembagian kelas berdasarkan kecerdasan peserta didik, sehingga proses pembelajaran PAI akan berjalan dengan efektif. Dengan adanya pendekatan multiple intelligence, termasuk dalam pembelajaran PAI maka akan terjadi hubungan antara pendidik dan peserta didik yang dirasakan harmonis, serta dapat mewujudkan tujuan akhir dalam pendidikan agama Islam. Ada beberapa hal penting kaitannya dengan penerapan multiple intelligence di SDIT Assalamah, antara lain persiapan pendidik PAI dalam menerapkan pendekatan multiple Intelligence dalam pembelajaran PAI. Dalam penerapan multiple intelligence perlu persiapan yang matang dari seorang pendidik. Pendidik harus tahu dan paham persiapan dan penerapannya. Persiapan ini dapat dilakukan dengan dua cara, yakni persiapan tertulis dan tidak tertulis. Persiapan tertulis meliputi persiapan lesson plan (perencanaan pembelajaran), sedangkan persiapan tidak tertulis meliputi persiapan mental, penguasaan bahan, dan lain sebagainya. Persiapan pendidik PAI SDIT Assalamah secara tertulis antara lain:
7
Dokumentasi SDIT Assalamah Ungaran.
57
a. Mempersiapkan lesson plan, sebagai acuan pada saat mengajar, dengan metode-metode yang digunakan untuk menyampaikan materi. Contoh lesson plan dapat dilihat dalam lampiran. b. Mempersiapkan bahan atau materi ajar dalam bentuk teks atau tugas yang disesuaikan dengan lesson plan. c. Setelah bahan ajar, persiapan selanjutnya adalah persiapan sarana dan
prasarana
yang
menunjang
pembelajaran
PAI
yang
disesuaikan dengan materi. Hal ini berkaitan dengan media yang digunakan untuk menyampaikan materi. d. Langkah selanjutnya adalah proses pembelajaran dilakukan. Dalam proses pembelajaran PAI, kegiatan awal pelajaran pendidik lebih dahulu melakukan scene setting, yaitu pemberian pengalaman belajar sebelum masuk ke materi pelajaran. Scene setting ini bermacam-macam
antara
lain:
Bertanya,
mendengarkan,
pertandingan kompetisi, riset, interview, membangun, memainkan, menggambar, mencatat, laporan. Sumber ide scene setting dari kegunaan atau manfaat, sebab akibat, penyampaian informasi atau berita, cerita imajinatif, pertanyaan film.8 Dalam melakukan scene setting pendidik dituntut menyampaikannya dalam bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik. Sebagai contoh dalam pelajaran bahasa Arab materi
ﺲ ﻼ ِﺑ( ﻣpakaian), pendidik
melakukan scene setting dengan sumber ide cerita imajinatif. Jadi pendidik menceritakan suatu peristiwa kemudian peserta didik mendengarkan.
Setelah
scene
setting
dilakukan,
pendidik
melanjutkan pada pokok atau inti pelajaran sesuai dengan lesson plan. Sehingga suasana dan aktivitas pembelajaran lebih mengena.9
8 9
Munif Chatib, Lebih Jauh dengan Scene Setting, (Gresik:2007), hlm. 1-5. Observasi, tanggal 30 Oktober 2007.
58
Secara garis besar pelaksanaan pendekatan multiple intelligence dalam pembelajaran PAI di kelas 3 adalah sebagai berikut: 1. Kelas 3 Al-Fargani Kecerdasan yang dimiliki peserta didik kelas 3 Al-Fargani ini antara lain musik, kinestetik dan linguistik. Pada proses pembelajaran bahasa Arab pendidik menggunakan metode bernyanyi dan demonstrasi. Pendidik menyanyikan materi ﺲ ﻼ ِﺑﻣ yang diikuti peserta didik. Setelah semua dapat mengucapkan kosa kata pakaian ke dalam bahasa Arab, peserta didik berlatih percakapan dengan intonasi yang baik dan benar.10 Dengan proses pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan peserta didik, maka cepat memahami materi pelajaran. Penilaian yang dilakukan oleh pendidik, meliputi tiga aspek : - Aspek Kognitif
:
Siswa menerjemahkan arti kata ke dalam bahasa Indonesia.
- AspekiPsikomotor :
Penilaian
ini
percakapan
dilakukan dalam
hal
pada
saat
kelancaran
bertanya atau menjawab, kebenaran dan intonasi. - Aspek Afektif
:
Meliputi kedisiplinan, kepatuhan dan perhatian pada saat pelajaran.11
2. Kelas 3 Al-Jabar Peserta didik kelas 3 Al-Jabar ini mempunyai kecerdasan dalam interpersonal dan logis-matematis. Peserta didik lebih tenang (diam) dalam menerima dan memahami materi pelajaran. Pendidik dalam menerangkan pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) bab kisah-kisah Rasul-rasul Allah, sub bab kisah Nabi Isa
10 11
Observasi, tanggal 30 Oktober 2007. Observasi, tanggal 30 Oktober 2007.
59
lebih difokuskan pada menerangkan materi, kemudian peserta didik diberi tugas mengerjakan lembar kerja siswa (LKS).12 Penilaian yang meliputi 3 aspek, sebagai berikut: - Aspek Kognitif
: Peserta didik mengerjakan tugas di LKS.
- Aspek Psikomotor : Peserta didik diberi tugas membuat cerita tentang kisah Nabi Isa sesuai yang pendidik terangkan. - Aspek Afektif
: Sikap peserta didik dalam memperhatikan pelajaran.
3. Kelas 3 Al-Biruni Kecerdasan yang dimiliki peserta didik kelas 3 Al-Biruni adalah interpersonal dan visual. Pada saat proses pembelajaran bahasa Arab pendidik menggunakan metode kelompok. Setelah melakukan scene setting yaitu melalui cerita, pendidik membagi kelompok kemudian pendidik memerintah untuk menghafal kosa kata tentang ﻼ ِﺑﺲ( ﻣpakaian). Peserta didik menghafalkannya dengan metode sendiri-sendiri. Jadi peserta didik diberi kebebasan dalam mengekspresikan hafalan. Ada yang dengan lagu-lagu dan ada juga hanya hafalan biasa. Peserta didik sangat antusias dalam proses pelajaran karena penyampaian materi pelajaran mudah dicerna, dan sesuai dengan kemampuan peserta didik. Ini memudahkan peserta didik untuk menghafal setiap kosakata. Dalam penilaian, pendidik mengacu pada tiga ranah yaitu : Kognitif, psikomotor dan afektif. - Aspek Kognitif
: Setelah melakukan menghafal secara berkelompok,
peserta
didik
mengerjakan soal di lembar kerja.
12
Observasi, tanggal 19 Nopember 2007.
60
- Aspek Psikomotor : Dalam penilaian ini pendidik menilai pada saat maju menghafal secara berkelompok. - Aspek Afektif
: Sikap atau antusias peserta didik selama pelajaran.
Sedangkan implementasi dari cara pembelajaran multiple intelligence di kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran adalah. a.) Implementasi Belajar dengan Cara Linguistik Pada saat pelajaran bahasa Arab, pendidik memerintahkan kepada peserta didik untuk mengucapkan dan berlatih dengan percakapan tiap kosa kata, tentang ﻼ ِﺑﺲ( ﻣpakaian). Pada saat pelajaran aqidah akhlak peserta didik diberi tugas untuk membuat cerita yang berkaitan dengan materi. Dengan mengambil bahan dari buku cerita yang ada di perpustakaan. Di perpustakaan peserta didik mencari sendiri buku cerita, kemudian setelah dibaca peserta didik disuruh merangkum isi dari buku tersebut.13 b.) Implementasi Belajar dengan Cara Logis-matematis Pada saat pelajaran akidah akhlak tentang hormat kepada tetangga peserta didik diminta untuk mengelompok macam-macam tata cara bertetangga yang baik, ke dalam suatu klasifikasi yang bagi mereka untuk mudah dimengerti. Seperti: saling hormat, rukun dan saling bertenggang rasa. Setelah mengelompokkannya, siswa diminta untuk mengaplikasikan ke dalam pemecahan persoalan yang baru. Yaitu peserta didik diajak untuk mengemukakan contoh sederhana tentang hormat kepada tetangga dalam bentuk penyelesaian masalah.14
13 14
Observasi, tanggal 30 Oktober 2007. Observasi, tanggal 12 Nopember 2007.
61
c.) Implementasi Belajar dengan Cara Visual Pendidik menggunakan media audio visual yaitu memutar VCD cerita Islam pada pelajaran SKI. Peserta didik dibawa ke ruang laboratorium, di sana pendidik memutar film, peserta didik memperhatikan
cerita,
kemudian
setelah
selesai,
pendidik
menerangkan materi pelajaran dikaitkan dengan cerita film yang telah dilihat. Sehingga peserta didik lebih paham dalam memahami materi pelajaran.15 d.) Implementasi Belajar dengan Cara Kinestetik Implementasi dengan kinestetik antara lain pada saat proses belajar fiqih bab salat sunah rawatib. Pendidik menyuruh peserta didik untuk praktek pelaksanaan salat sunah rawatib. Setiap peserta didik maju untuk mempraktekkannya dengan benar. e.) Implementasi Belajar dengan Cara Musik Saat maju hafalan peserta didik mengekspresikannya dengan menggunakan lagu yang mereka suka. Karena untuk memudahkan dalam
menghafal
kata,
sehingga
peserta
didik
akan
selalu
mengingatnya.16 Hal lain dalam penerapan di kelas musik, kadang pada saat proses pembelajaran diiringi dengan memutar lagu-lagu Islami, sehingga peserta didik aktif dan senang mengikuti pelajaran, memberikan suasana yang berbeda.17 f.) Implementasi Belajar dengan Cara Interpersonal Pada pembelajaran aqidah akhlak, tentang akhlak terpuji pendidik menggunakan metode sosiodrama. Pada saat pelajaran dimulai guru membagi kelompok untuk mengekspresikan gagasan mereka tentang contoh sederhana dari menempati janji. Kegiatan ini 15
Wawancara dengan Ibu Ninik, (guru PAI), tanggal 6 Nopember 2007. Observasi, tanggal 6 Nopember 2007. 17 Wawancara, dengan Ibu Rohmah (Guru PAI), tanggal 5 Nopember 2007. 16
62
dimaksudkan agar peserta didik mudah memahami akhlak terpuji tema menepati
janji.
Karena
kecerdasan
interpersonal
mempunyai
kemampuan yang menonjol dalam bekerjasama dengan teman.18 g.) Implementasi Belajar dengan Cara Intrapersonal Cara intrapersonal dalam memahami pelajaran dengan suasana yang tenang untuk berkonsentrasi memahami pelajaran. Pada saat pelajaran Fiqih bab shalat sunah rawatib, pendidik lebih aktif, karena peserta didik cenderung pendiam, tidak gaduh pada saat pelajaran. Kecuali jika diperintah maka peserta didik akan melaksanakannya. Pada proses pembelajaran, pendidik menerangkan pengertian, waktu dan bilangan rakaat salat sunah rawatib. Kemudian pendidik memerintahkan peserta didik untuk menjelaskan pengertian salat sunah rawatib dan mengetahui jumlah bilangan rakaat salat sunah rawatib.19
18 19
Observasi, tanggal, 9 Nopember 2007. Observasi, tanggal 15 Nopember 2007.
BAB IV ANALISIS KONSEP MULTIPLE INTELLIGENCE DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PAI DI KELAS 3 SDIT ASSALAMAH UNGARAN A. Analisis Konsep Umum Multiple Intelligence a. Analisis Teori Multiple Intelligence Menurut Gardner Multiple Intelligence adalah kemampuan menyelesaikan masalah atau menghasilkan produk yang dibuat dalam satu atau beberapa budaya.1 Gardner mendefinisikan multiple intelligence sebagai kecerdasan yang dimiliki seseorang, baik itu dalam bentuk kreativitas, kemampuan berpikir, keterampilan. Proses perkembangan kecerdasan manusia berbeda-beda dan sangat dinamis. Suatu
bentuk
kecerdasan dapat
berguna untuk
membangkitkan jenis kecerdasan yang lain. Kecerdasan manusia dapat dibangkitkan dengan latihan pembelajaran ini dapat berupa hobi atau kesenangan dan permainan yang biasa dilakukan. Teori kecerdasan ganda dapat digunakan sebagai pendekatan pembelajaran yang mengoptimalisasikan kecerdasan yang dimiliki peserta didik. Adapun analisis ketujuh teori kecerdasan ganda sebagai berikut : 1. Linguistic Intelligence (Kecerdasan linguistik) Kecerdasan Linguistik didefinisikan oleh Linda Campbell. sebagai kemampuan untuk berfikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakannya untuk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks.2 Kemampuan peserta didik yang suka berbicara dalam mengekspresikan gagasan, memahami atau menghafal pelajaran. Biasanya yang terjadi dalam kenyataan bila peserta didik selalu ribut di dalam kelas, selalu membuat gaduh maka pendidik akan marah, 1
Thomas Armstrong, Setiap Anak Cerdas: Panduan Membantu Anak Belajar dengan Memanfaatkan Multiple Intelligencenya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 19. 2 Linda Campbell, Bruce dan Dee Dickson, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligence, (Jakarta: Intuisi Press, 2006), hlm. 2.
64
bahkan sampai menghukum. Padahal peserta didik ini mempunyai kecerdasan linguistik, pendidik tersebut tidak memahami kemampuan peserta didiknya. Maka pendidik harus pandai mengaplikasikannya dalam sebuah pembelajaran dengan kecerdasan linguistik yang dimiliki siswa. Contoh : Peserta didik menghafal do’a dan niat pada saat pelajaran fiqih bab shalat sunah rawatib. 2. Logical Mathematical Intelligence (kecerdasan logika matematika) Logis matematis adalah kemampuan yang berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif.3 Kecerdasan ini dimiliki oleh orang yang suka matematika dan sains, penggunaanya akan
lebih
baik
jika
menggunakan
pendekatan
ini
dalam
pembelajaran. Contoh : Pada pembelajaran fiqih bab zakat peserta didik dilatih untuk menghitung berapa zakat yang harus dikeluarkan, baik itu zakat mal atau zakat fitrah. 3. Visual Intelligence (kecerdasan visual) Kecerdasan visual adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual secara akurat, dan kemudian bertindak atas persepsi tersebut.4 Kemampuan peserta didik terhadap visual dapat dilihat dari kebiasaan dia, seperti : Suka mengambar, melukis, bermain teka-teki. Peserta didik yang memiliki kecerdasan visual mengisi waktu luangnya dengan menggambar dan melukis dengan jelas. Contoh : Pendidik menyampaikan materi melalui pemutaran film tentang kisah nabi Muhammad pada waktu remaja sesuai dengan pelajaran.
3
Paul Suparno, Teori Intelligence ganda dan Aplikasinya di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), Cet. I., hlm. 29. 4 Thomas Armstrong, Setiap Anak Cerdas: Panduan Membantu Anak Belajar dengan Memanfaatkan Multiple Intelligencenya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 20.
65
4. Kinesthetic Intelligence (kecerdasan kinestetik) Kecerdasan kinestetik menurut Gardner adalah kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan.5 Hal terpenting bagi pendidik adalah memberikan contoh aktivitas fisik sebagai metode pembelajaran. Sebagai contoh : Pada saat membahas tentang bab salat sunah rawatib. Secara langsung peserta didik mempraktekkan gerakan-gerakan salat yang benar. Sehingga kemampuan kinestetik peserta didik dalam pembelajaran diterapkan. 5. Musical Intelligence (kecerdasan musik) Kecerdasan musik merupakan kemampuan menangani bentukbentuk musik, dengan cara mempersepsi, membedakan, dan mengekspresikan.6 Jika dikaitkan dalam konteks pendidikan adalah kemampuan peserta didik dalam menggunakan musik, dengan cara mendengarkan, menyayikan, mengeksprsikan sebagai sarana untuk memudahkan dalam kegiatan belajar. Contoh : Dalam menghafal kosa kata bahasa Arab tentang, ﻼ ِﺑﺲ( ﻣpakaian) untuk memudahkannya, maka peserta didik dengan kecerdasan musik ini menyayikan kosa kata dengan lagu tersebut maka peserta didik lebih cepat dalam menghafal. 6. Interpersonal Intelligence (kecerdasan interpersonal) Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak dan tempramen orang lain.7 Peserta didik mempunyai sifat yang perhatian terhadap temannya. Dalam konteks belajar peserta didik lebih suka belajar bersama, seperti studi kelompok. Contoh : Belajar secara berkelompok 5
Paul Suparno, Teori Intelligence ganda dan Aplikasinya di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), Cet. I., hlm. 34. 6 Hernowo, Andaikan Buku itu Sepotong Pizza, Rangsangan Baru Untuk Melejitkan Word Smart (Bandung: Kaifa, 2004), Cet. III., hlm. Viii. 7 Paul Suparno, Op. Cit.,hlm. 39.
66
seperti pada pelajaran SKI peserta didik diberi metode sosiodrama yaitu peserta didik berperan langsung dalam pelaksanaan sosiodrama. 7. Intrapersonal Intelligence (kecerdasan intrapersonal) Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan untuk menganalisis
serta
menyadari
kekuatan
dan
kelemaan
diri.8
Kecerdasan ini tercermin dalam perasaan, kesadaran serta kemampuan memahami diri sendiri. Contoh : Peserta didik menggunakan kecerdasnya ini dengan memperhatikan penjelasan pelajaran dari pendidik untuk memahami dan konsentrasi pada pelajaran. Sehingga dalam mengerjakan tugas peserta didik lebih senang bekerja secara individu seperti pelajaran al-Qur’an hadits peserta didik disuruh mencari referensi yang terkait di perpustakaan. Teori kecerdasan ganda menurut analisis penulis merupakan konsep dari sebuah disiplin ilmu pendidikan yang mempunyai tujuh kecerdasan. Apabila dianalisis secara keseluruhan, teori kecerdasan ganda menjelaskan secara umum pengertian dari setiap kecerdasan, yang kemudian dari pengertian itu dapat diaplikasikan dan dapat dijabarkan sendiri ke dalam suatu bentuk pembelajaran yang sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki peserta didik. Dari penjelasan teori kecerdasan ganda yang telah dipaparkan di atas bahwa kecerdasan yang dimiliki peserta didik itu bermacam-macam. Di mana peserta didik mempunyai proses pembelajaran yang berbeda pula. Hal ini terkait dengan definisi setiap kecerdasan. Dalam diri peserta didik mempunyai dua atau tiga kecerdasan, minimal mempunyai satu kecerdasan. Sehingga dalam proses pembelajaran pun dilakukan pula pengembangan diantara dua atau tiga kecerdasan. Setiap kategori kecerdasan dapat disebut kecerdasan yang berkembang sepenuhnya
8
iSutan Surya, Melejitkan (Yogyakarta:Andi,2007), hlm. 3.
Multiple
Intelligence
Anak
Sejak
Dini,
67
apabila pendidik secara optimal membantu peserta didik dalam menggunakan kecerdasannya. b. Analisis Pembelajaran Multiple Intelligence 1. Analisis Proses Pembentukan Belajar Otak merupakan komponen yang ada dalam diri manusia yang memiliki kemampuan memperoleh pengetahuan.9 Teori otak Triune pertama kali dicetuskan oleh Dr. Paul Maclean. Di dalam kepala manusia terdapat tiga macam otak yang berkembang sesuai dengan tahap evolusi manusia. Yang pertama dalam perkembangan evolusi adalah batang atau otak reptil. Inilah komponen kecerdasan terendah dari spesies manusia. Bagian otak ini bertanggung jawab atas fungsifungsi motor sensor, pengetahuan tentang realitas fisik yang berasal dari panca indra.10 Otak reptil mengelola gerak reflek, memproses informasi yang masuk dari panca indra. Dikatakan otak reptil karena reptilpun memilikinya. Yang kedua sistem limbik berfungsi mengendalikan emosi dan perasaan manusia. Dorongan emosi akan bekerja lebih baik dari pada argumen rasional yang mempengaruhi perilaku manusia.11 Seperti rasa suka dan tidak suka. Ketiga neo-cortex (otak depan) adalah tempat kecerdasan yang mengatur pesan-pesan yang diterima melalui indra penglihatan, pendengaran dan sensasi tubuh yang menimbulkan proses penalaran, berpikir intelektual, bahasa.12 Neo-cortex ini dibagi menjadi empat belahan atau lobus yang mempunyai fungsi berbeda :
9
Fuad Nashori, Potensi-potensi Manusia, (yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. I.,
hlm. 119.
10
Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning, : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 1999), Terj., Cet. V., hlm. 26-28. 11 Amir Tengku Ramly, Pumping Talent: Memahami Diri, Memompa Bakat, (Jakarta: Kawan Pustaka, 2005), Cet. II., hlm. 44. 12 M. Yaniyullah Delta, Melejitkan Kecerdasan Hati dan Otak Menurut Petunjuk AlQur’an dan Neurology, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 41.
68
a. Lobus frontal terletak di belakang kening, berfungsi untuk melakukan penilaian, kreativitas, berpikir, merencanakan dan memecahkan masalah. b. Lobus parietal terletak di bagian atas agak ke arah belakang dari otak dan berfungsi memproses sensasi dan fungsi bahasa. c. Lobus temporal yang terletak di samping kiri dan kanan, berfungsi untuk memproses pendengaran, memori, arti dan bahasa. d. Lobus occipital yang terletak di bagian belakang otak berfungsi untuk penglihatan.13 Jika dianalisis keterangan tersebut, maka otak merupakan pusat seluruh aktivitas manusia, terdapat sel-sel saraf yang terjadi proses pembentukan koneksi (hubungan antar sel-sel saraf). Otak reptil yang mempunyai fungsi mengendalikan emosi aktif. Neo-cortex merupakan bentuk daya pikir tertinggi dan bagian otak yang paling objektif, menerima bergabungnya perasaan, kemampuan berpikir, ingatan, pengalaman. Aktivitas otak anak-anak perlu mendapatkan dari lingkungan dan keluarganya. Otak membutuhkan rangsangan dan pengalaman atau kejadian agar otak ini makin cepat dalam menangkap sinyalsinyal informasi. Anak-anak menyerap apa saja yang dilihat, didengar, disentuh dari lingkungan mereka. Stimulus anak dapat diberikan kepada peserta didik dalam berbagai bentuk antara lain: Mainan mobil-mobilan, melalui mainan tersebut anak akan kreatif dengan melakukan hal yang belum pernah dia coba, seperti membongkar mainan atau ingin mengubah bentuk. Aktivitas ini dilakukan tidak lain karena adanya hubungan antara bagian-bagian otak.
13
hlm. 24-25.
Adi W. Gunawan, Born to Be a Genius, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003),
69
2. Analisis Cara Pembelajaran Multiple Intelligence Analisis
penulis
dari
cara
pembelajaran
multiple
intelligence, sebagai berikut : a) Belajar Dengan Cara Linguistik Pendidik dalam mengajar selain menggunakan teknik linguistik kepada peserta didik, juga dapat menggunakan teknik yang lain seperti : Kegiatan menulis, bercerita, menggunakan kaset dan buku, pidato di depan kelas, mengarang, menyelipkan kata-kata humor kepada peserta didik agar pelaksanaan pembelajaran variatif dan efektif, sehingga dapat menambah kemampuan peserta didik dengan linguistik. Kecerdasan linguistik yang mempunyai kepandaian dalam menggunakan kata-kata membuat pendidik untuk memahami keadaan peserta didik. Biasanya peserta didik tidak bisa diam, sukanya berbicara entah itu hanya cari perhatian pendidik dan juga suka membuat lelucon atau perkataan humor sehingga menjadikan suasana kelas gaduh. Dalam hal ini
pendidik
menggunakan
siasat
agar
anak
mau
mendengarkan penjelasan pelajaran. Sebagai contoh: Pendidik memberikan tugas kepada peserta didik untuk membaca atau menulis materi di depan kelas. b) Belajar Dengan Cara Logis-Matematis Analisis dari penjelasn di atas bahwa peserta didik belajar dengan membentuk konsep dan mencari pola hubungan abstrak maksudnya pendidik dapat mengarahkan peserta didik dalam materi pelajaran ke dalam sebuah pembelajaran yang sesuai dengan pemikiran mereka. Membentuk konsep adalah pendidik membuat permasalahan sederhana berdasarkan materi diberikan kepada peserta didik dengan arahan untuk
70
mencari pemecahan masalah kemudian dikaitkan dengan penjelasan materi tersebut. Peserta didik dengan kecerdasan ini juga mampu dalammengoperasikan angka sehingga suka pada pelajaran matematika dan sains. c) Belajar Dengan Cara Visual Pembelajaran kepada peserta didik melalui model visual maupun audio dapat memudahkan pemahaman peserta didik terhadap pelajaran. Pendidik perlu memberikan model yang berbeda, sederhana dan peserta didik senang dan memahami materi. Seperti menggunakan benda asli yang ditunjuk sebagai objek, ini dalam hal menghafal kosakata benda. Cara belajar dengan cara yang lain dengan cara mengambar, mengilustrasikan dalam pembuatan benda dari malam, lilin terkait dengan materi. d) Belajar Dengan Cara Kinestetik Analisis
kinestetik
dengan
memanipulasi
gerak
maksudnya adalah mengoptimalisasi penggunaan gerak tubuh dalam pembelajaran. Dapat pula diaplikasikan melaluimetode sosiodrama, sosiodrama ini melibatkan gerakan yang banyak selain itu juga dapat menggunakan permainan kata-kata yang diperagakan
dengan
gerakan
(pantomim).
Sehingga
kecendrungan peserta didik yang suka gerak ini diapresiasikan dalam proses pembelajaran. e) Belajar Dengan Cara Musik Analisis ini adalah pendidik dapat menggunakan kaset membunyikan lagu-lagu Islami untuk mengiringi kegiatan belajar peserta didik. Cara lain yang dapat digunakan dengan
71
menggunakan
alat
musik
yang
ederhana,
kemudian
memainkannya sebagai refleksi setelah pelajaran. Dalam membangkitkan semangat belajar pendidik membuat lagu khusus atau yel-yel sebagi motivasi agar peserta didik
semangat
dengan
pembelajaran.
Pendidik
harus
memberikan suasana yang berbeda disaat peserta didik belajar. Sehingga strategi ini menjanjikan kesempatan yang luas untuk ekspresi kreatif baik dari pendidik maupun peserta didik. f) Belajar Dengan Cara Interpersonal Analisis belajar dengan cara interpersonal peserta didik membutuhkan kesempatan untuk melemparkan gagasan kepada orang lain agar belajar secara optimal di kelas. Pendidik perlu mengetahui pendekatan pengajaran yang melibatkan interaksi antara peserta didik. Tidak semua materi pelajaran dilakukan dengan kerjasama. Tapi materi pelajaran lebih efektif dilakukan dengan kerjasama (diskusi, kerja kelompok) agar peserta didik lebih cepat memahami pelajaran. g) Belajar Dengan Cara Intrapersonal Berbeda
dengan
interpersonal,
kecerdasan
yang
dimiliki intrapersonal adalah efektif belajar secara individu. Jika dianalisis kecerdasan intrapersonal termasuk kecerdasan diri, ini berkaitan kemampuan seseorang mengenali diri sendiri. Sehingga dalam proses belajar suka mandiri. Pendidik harus bisa mengenali emosi peserta didik lebih jauh. Sikap yang selalu pendiam, introvet yang dimiliki peserta didik menjadi
akan
lebih
berkesan
karena
pendidik
memperhatikannya. Pendidik juga perlu memberikan tugastugas
individu
seperti
memberikan
permainan dan kegiatan individual.
pekerjaan
rumah,
72
B. Analisis Implementasi Multiple Intelligence dalam PAI di Kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran Pendekatan multiple intelligence adalah cara penyampaian pelajaran PAI dengan menggunakan multiple intelligence yang menekankan pada kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik. Di mana pendidik mendorong peserta didik untuk mengetahui kecerdasannya. Penekanan pembelajaran PAI dengan pendekatan multiple intelligence adalah pembelajaran bukan hanya sekedar transfer pengetahuan semata dari pendidik ke peserta didik, melainkan peserta didik juga berperan dalam proses pembelajaran melalui kecerdasan yang dimiliki untuk diaktualisasikan pada waktu pelajaran. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan pada proses dan hasil. Proses pembelajaran yang dilakukan pendidik disesuaikan dengan latar belakang peserta didik (kecerdasan), situasi, persiapan sebelum mengajar. Sehingga proses pembelajaran akan berjalan lancar, dan mencapai hasil yang memuaskan. Pelaksanaan pendekatan multiple intelligence menuntut pendidik harus mempunyai daya kreativitas tinggi dan dedikasi penuh. Perhatian dari pendidik dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik kepada pendidik. Pendidik menjadi sahabat tempat bertanya, teman diskusi, dan mencurahkan ide dan pengetahuan tanpa rasa takut dan canggung. Oleh karena itu mereka memerlukan pendidik sebagai pembimbing dan pengarah. Dalam pemilihan metode dan alat atau media pendidikan SDIT Assalamah sudah cukup variatif sehingga tidak membosankan peserta didik. Dengan
menggunakan
metode
yang
bervariasi,
seperti:
Permainan,
demonstrasi, sosiodrama, serta media pembelajaran yang sederhana mungkin, di lingkungan kelas akan memudahkan peserta didik. Antara lain: Ruang audio visual, tape recorder, peta, gambar. Terbukti dalam pembelajaran peserta didik selalu aktif meskipun sebatas kemampuan mereka. Implementasi pendekatan multiple intelligence di SDIT Assalamah Ungaran, dapat dianalisis sebagai berikut:
73
1. Analisis Implementasi Pendekatan Linguistik Mengajar bahasa Arab ﻼ ِﺑﺲ ﻣ, pendidik membuka pelajaran dengan bercerita yang membuat peserta didik antusias (scene setting). Pendidik
: “Anak-anak, sebelum pelajaran dimulai ibu punya cerita, kalian mau mendengarkan ? “
Peserta didik
: “Cerita apa bu? “, mau denger dong ceritanya? ”
Pendidik
: “ Baik, tapi kalian harus memperhatikan dengan seksama”. (setelah pendidik bercerita, lalu menjelaskan maksud dari cerita tersebut).
Pendidik
: “ Anak-anak, kaliankan sudah denger cerita ibu, ini cerita berkaitan dengan materi pelajaran yang akan kita pelajari yaitu tentang ﻼ ِﺑﺲ( ﻣpakaian).
Pendidik
: “ Sekarang kalian buka bahasa Arab, ibu akan membaca kosakata nanti kalian mengikuti. Setelah itu nanti kita menyanyikan kosakata ini dengan lagu “aku anak gembala”.
(Setelah lancar dalam membaca dan menghafal kosakata dengan baik, siswa disuruh maju berpasangan untuk percakapan secara hafalan). Jika kita analisis pelaksanaan pelajaran bahasa Arab melalui pendekatan linguistik ini, pada kegiatan awal pendidikan memberikan cerita yang mendorong peserta didik mau mendengarkan, penasaran. Dimaksudkan agar peserta didik nantinya termotivasi belajar bahasa Arab sehingga mampu menghafal kosakata dan membaca dengan benar sesuai dengan kecerdasan linguistik. 2. Analisis Implementasi Pendekatan Logis-matematis Dalam mengajar Aqidah Akhlak tentang hormat kepada tetangga, sebelumnya pendidik terlebih dahulu melakukan scene setting yaitu tanya jawab kepada peserta didik “apakah ia pernah
74
berbuat baik kepada tetangga, seperti menolong tetangga yang sedang kesusahan”. Peserta didik
: “ Pernah bu, ikut mencarikan kucing teman yang hilang”.
Pendidik
: “ Oh, bagus sekali. Ada yang lain?”.
Peserta didik
: “ Itu bu, membagi kue kepada teman waktu main bareng”.
Pendidik
: “ Bagus, kalian pintar sekali, dapat menyebutkan contoh yang pernah kalian alami”.
(Setelah melakukan scene setting , pendidik menjelaskan pelajaran secara detail, kemudian memerintahkan kepada peserta didik untuk mengklasifikasi perbuatan-perbuatan yang harus dilakukan kepada tetangga). Lalu pendidik memberikan permasalahan yang ringan untuk dicari pemecahannya. Peserta didik disuruh mencari ide atau gagasan apa yang seharusnya dilakukan. Pendidik
: “ Anak-anak, ibu punya cerita, tapi gak tahu gimana cara menyelesaikannya. Kalian bisa bantu ibu kan?”.
Peserta didik
: “ Bisa, bu. Emang apa masalahnya?”.
Pendidik
: “ Begini. Tetangga ibu ada yang sakit di rawat di rumah sakit karena sakitnya parah namanya Siti, sedangkan dia orang yang tidak mampu tuk membayar rumah sakit. Trus gimana yaaa, caranya ibu membantu Siti agar meringankan beban dia ???”.
Peserta didik 1
: “ Ibu harus menjenguk dia, dengan membawa makanan”.
Peserta didik 2
: “ Ibu harus menghibur dia agar jangan sedih terus”.
Peserta didik 3
: “ Beri uang saja bu, untuk meringankan beban”.
75
(Peserta didik yang lain juga berlomba-lomba untuk memberikan pemecahan masalah, tentu saja sesuai dengan cara dia, baik bahasanya, gaya menyampaikan, dan juga kreativitas mereka dalam mencari jawaban). Kemudian disepakati dengan cara iuran agar uangnya diberikan kepada Siti secara langsung. Peserta didik menghitung berapa iuran setiap anak kemudian dikalikan dengan jumlah peserta didik, nanti jumlahnya yang akan diberikan. Dari kegiatan ini dapat dianalisis bahwa dalam menyampaikan pelajaran pendidik selain memberikan penjelasan materi, pendidik juga menggunakan teknik problem solving. Di mana pendidik memberi permasalahan yang kemudian peserta didik mencari penyelesaiannya, sesuai dengan materi pelajaran. Karena kecerdasan logis-matematis cenderung menggunakan logika atau akal sehat dalam menciptakan hipotesis atau problem solving. Ini dilakukan pendidik untuk memudahkan peserta didik dalam memahami materi pelajaran. 3. Analisis Implementasi Pendekatan Visual Media pembelajaran kecerdasan visual. Salah satunya adalah audio visual yaitu dengan memutar VCD berupa film Islami. Hal ini dilakukan pada saat pelajaran SKI tentang kisah Nabi Isa. Pendidik mengajak peserta didik ke laboratorium, di sana pendidik memutar film cerita tentang Nabi Isa. Pendidik
: “ Anak-anak, untuk pelajaran SKI tentang kisah Nabi
Isa,
laboratorium,
ibu
akan
mengajak
kalian
ke
untuk melihat cerita nabi Isa ,
mau???” Peserta didik
: “ Mauu, buuu !! “. Asyiik…..!! ”
Pendidik
: “ Ibu mengajak kalian ke sana agar kalian mudah memahami dan mengerti suasananya pada waktu itu. Tapi kalian harus membawa buku tulis kalian.
76
Karena setelah menyaksikan filmnya kalian harus merangkum ceritanya.” (Setelah film selesai maka pendidik menanyakan siapa ibu nabi Isa, apa saja mu’jizat nabi Isa, siapa orang yang wajahnya mirip nabi Isa). Baru pendidik menyuruh peserta didik untuk merangkum ceritanya, sebagai penilaian harian. Dalam menyampaikan materi pelajaran pendidik tidak selalu memberikan dalam bentuk audio visual. Pendidik dapat menyampaikan materi lewat gambar, peta, baik yang berbentuk dua atau tiga dimensi. Hal ini dapat dianalisis dari pelajaran SKI dengan media audio visual, pendidik sangat memperhatikan kecerdasan dan kemampuan peserta
didik
dalam
memahami
materi
pelajaran.
Pendidik
memberikan materi pelajaran dalam bentuk dan dikemas seefektif mungkin. Melalui pemutaran film kisah nabi Isa, secara tidak langsung peserta didik dapat mengetahui alur, setting dan penokohan film tersebut. Jelasnya bawa dalam pembelajaran pendidik bukan satusatunya seseorang yang harus menerangkan pelajaran, sehingga peserta didik tidak bosan. 4. Analisis Implementasi Pendekatan Kinestetik Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kinestetik pada mata pelajaran bahasa Arab tentang ﻼ ِﺑﺲ( ﻣpakaian) yaitu pada saat peserta didik maju hafalan di depan kelas dengan menunjukkan benda tersebut. Mula-mula pendidik membaca kosakata dan peserta didik mengikuti. Setelah itu kosakata tersebut dibuat percakapan. Agar peserta didik lebih paham. Misal :
< هﺬاﺳﺮوال---- ﻣﺎهﺬا؟
Baru pendidik memerintah maju berpasangan untuk percakapan. Pendidik
: “ Anak-anak, setelah kita tadi membaca kosakata secara bersama-sama, kini kalian maju percakapan, secara berpasangan ( 1 bangku), dengan membawa
77
bendanya. Nanti ketika kalian maju sembari melakukan
percakapan
kalian
menunjukkan
bendanya. Paham ??”. Peserta didik
: “ Paham bu…”. “ Bu kalo nggak ada yang gak punya gimana?”.
Pendidik
: “ Nanti kalian pinjam di temen, yang sudah maju.”. Ok sekarang kita mulai”.
(setelah percakapan selesai, peserta didik disuruh mengerjakan soal yang ada di buku mereka). Analisis dari pendekatan kinestetik pada pelajaran bahasa Arab ini adalah pendidik memerintahkan peserta didik untuk membawa dan menunjukkan
benda
saat
percakapan
(hiwar)
dilaksanakan.
Kecerdasan yang dimiliki peserta didik dalam bentuk perintah pendidik, sekaligus memudahkan peserta didik dalam mengingat kosakata tentang ٌﻼ ِﺑِﺲﻣ. Karena kecerdasan kinestetik ini lebih menyukai aktivitas gerak, dalam pembelajaran dapat diaplikasikan seperti contoh di atas. 5. Analisis Implementasi Pendekatan Musik Pada saat peserta didik diajari menghafal kosakata ٌﻼ ِﺑِﺲﻣ, pendidik mengajari dengan teknik menyanyi “aku anak gembala”. Setelah
semua
hafal
pendidik
memerintahkan
untuk
maju
berpasangan. Pendidik
: “ Anak-anak, ayo kita menghafal kosakata dengan dinyanyikan lagu “aku anak gembala”. Dengan menggunakan alat musik yang sederhana yaitu garpu dan kaleng”. Kalian tahukan lagunya?”.
Peserta didik
: “ Tahu bu !! “.
Pendidik
: “ Ayo kita mulai, 1…..2….3…..”.
78
(Setelah peserta didik menghafal kosakata dengan lagu, kini pendidik memerintahkan peserta didik untuk maju ke depan kelas, sesuai dengan urutannya sembari membawa benda). Pendidik
: “ Sudah hafal semua….??”. Sekarang kalian maju berpasangan dengan urutannya yaitu melakukan percakapan dengan pasangan kalian”.
Peserta didik
: “ Sudah, bu….!!”.
(Siswa berpasangan maju ke depan sesuai urutan bangku. Mereka melakukan percakapan kosakata dinyanyikan dengan menunjukkan benda yang dihafal. Berbagai macam ekspresi yang dilakukan, pada saat siswa maju: Ada yang sambil bergoyang, ada yang serius, ada yang bercanda). Analisis dari pendekatan musik ini adalah pendidikan menggunakan media yang sederhana yaitu garpu dan kaleng, kemudian menyanyikan kosakata dengan lagu “aku anak gembala” untuk menghafal. Dengan menggunakan lagu yang mudah diingat dan mereka tahu lagunya ini akan mempermudah proses belajar peserta didik. Setelah hafal mereka dapat menyanyikan lagu “aku anak gembala” dengan mengubah lirik lagu menjadi pelajaran. Sehingga kosakata itu akan diingat terus. 6. Analisis Implementasi Pendekatan Interpersonal Pendidik
menggunakan
metode
sosiodrama,
pada
saat
mengajar akidah akhlak bab akhlak terpuji, sub bab menepati janji. Pendidik memberikan materi pelajaran terlebih dahulu. Pendidik
: “ Perhatian, ibu akan menerangkan tentang menepati janji, siapa yang pernah menepati janji ??. Coba berikan contohnya??”.
Peserta didik 1
: “ Saya…. Saya pernah. Waktu lebaran kemarin, saya janji kalau saya mau main ke rumah nenek”.
79
Pendidik
: “ Bagus sekali…. Yang lain siapa yang pernah menepati janji ? ”.
Peserta didik 2
: “ Saya juga pernah, bu. Saya janji sama ayah kalau saya tidak akan memukul adik lagi”.
Pendidik
: “ Bagus, itu adalah salah satu contoh menepati janji. Kalau kita mempunyai janji kita harus menepatinya, karena kalau tidak menepati disebut munafik, pembohong.
Pendidik
: “ lalu siapa yang pernah tidak menepati janji ?”.
Peserta didik 3
: “ Dulu bu, saya lupa tidak mengerjakan PR “.
Pendidik
: “ Wah… itu tidak boleh sampai lupa lagi, berarti itu ingkar janji namanya. Sudah diberi waktu untuk mengerjakan di rumah malah lupa. Tapi lain kali jangan diulangi, karena ingkar janji itu dosa”.
Pendidik
: “ Baik pelajaran akan ibu lanjutkan dengan tugas untuk minggu depan. Ibu akan menyuruh kalian melakukan drama yang berkaitan dengan menepati janji”.
(Setelah membagi kelompok damn memberikan contoh seperti janji dengan teman mau belajar bersama, janji mau bantu pekerjaan ibu saat liburan, janji mau rekreasi ke pantai bersama teman). Dalam membagi peran dan alur cerita peserta didik melakukan dengan kelompoknya. Sehingga dalam hal ini pendidik hanya memberikan materi cerita kemudian peserta didik mengembangkannya sendiri. Jika kita analisis pelaksanaan pelajaran akidah akhlak dengan pendekatan interpersonal, pada kegiatan pembelajaran pendidikan menggunakan metode tanya jawab. Pendidikan menggali kecerdasan interpersonal mereka dengan diskusi ringan.
80
Pendidikan hanya menanyakan kepada peserta didik sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak kelas 3, seperti memberi contoh. Kecenderungan interpersonal yang suka bekerja kelompok, pendidik juga mengaplikasikan dengan sosiodrama. Secara kelompok peserta didik mengekspresikan kerjasamanya dalam sebuah drama dengan tema menepati janji. Kelompok dalam proses belajar, inilah cara untuk memudahkan dalam pemahaman materi pelajaran. 7. Analisis Implementasi Pendekatan Intrapersonal Pada proses pembelajaran fiqih, bab salat sunah rawatib. Pendidik menerangkan pelajaran , mulai dari pengertian, waktu dan bilangan rakaat shalat rawatib, waktu shalat sunah rawatib, keutamaan-keutamaan shalat sunah rawatib. Peserta didik yang cenderung tidak gaduh pada saat pelajaran, suasana kelas yang tenang sehingga memudahkan pendidik dalam mengajar. Setelah penjelasan materi selesai, pendidik memerintah peserta didik untuk merangkum materi yang telah dijelaskan kemudian mengerjakan soal di LKS. Analisis
pendekatan
intrapersonal
adalah
karena
kecenderungan memiliki sifat pendiam, sehingga pelaksanaan mengajar lebih dikuasai oleh pendidik. Tapi dalam diamnya tersebut peserta didik dapat berpikir dan konsentrasi terhadap pelajaran. Dari uraian analisis implementasi multiple intelligence dalam PAI di SDIT Assalamah Ungaran, dapat disimpulkan bahwa implementasi pendekatan kecerdasan atau multiple intelligence dalam proses belajar yang diterapkan dapat dikatakan sudah tepat sesuai prosedur pembelajaran multiple intelligence, yaitu pembelajaran dilakukan berdasarkan kecerdasan yang dimiliki peserta didik. Dilihat dari visi SDIT Assalamah Ungaran adalah Mewujudkan Peserta Didik yang Unggul dalam Aqidah, Akhlaq dan Prestasi Akademik. Adapun misinya adalah anak mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, anak mampu menghafal Juz Amma dan
81
memahami beberapa kutipan Al-Qur’an yang relevan dengan kurikulum, mampu menghafal 20-30 hadits dan do’a serta dapat membiasakan dalam kehidupan sehari-hari, mengerti dan memahami nilai-nilai Islami dan belajar untuk mengamalkannya, menguasai kaidah-kaidah dasar matematika, bahasa Indonesia, sains, pengetahuan sosial, bahasa Arab dan bahasa Inggris serta dapat memanfaatkannya untuk kepentingan sosial.14 Tujuan pembelajaran di SDIT Assalamah Ungaran dilihat dari visi dan misinya diaplikasikannya dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan multiple intelligence. Tidak diragukan lagi bahwa memberikan materi pelajaran PAI dengan pendekatan multiple intelligence merupakan cara yang baik dalam proses belajar mengajar. Apalagi dalam pembelajaran selain teori juga menggunakan metode praktek (sosiodrama, permainan, demonstrasi) yang diterapkan secara bersama dalam suatu pengajaran, sehingga memperkuat akan pengetahuan dan daya ingat peserta didik serta lebih efektif. Nur Uhbiyati
dalam bukunya Ilmu
Pendidikan
Islam
mengatakan metode dan alat pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan karena sebagai jembatan yang menghubungkan pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.15 Dalam memberdayakan peserta didik pendidik PAI juga telah melakukan dengan baik, terbukti dalam setiap kesempatan pendidikpendidik PAI menerapkan multiple intelligence juga mengajak peserta didik terlibat langsung dalam pembelajaran. Sehingga pendidik mempunyai fungsi membimbing, mengarahkan dan mendekatkan jarak antara pendidik dan peserta didik dalam memberikan teladan. Pembelajaran PAI dengan pendekatan multiple intelligence dapat 14 15
diterapkan
dengan
bermacam-macam
cara
pada
suatu
Dokumentasi, SDIT Assalamah Ungaran. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka setia, 1997), Cet. 1, hlm. 138.
82
kecerdasan. Misalnya dengan menggunakan pendekatan linguistik pendidik tidak harus selalu memerintah peserta didik dengan menghafal (secara lisan), tetapi juga dapat memerintah peserta didik dengan menulis atau menerangkan memberi pelajaran. Semakin banyak cara yang sesuai digunakan, maka akan menumbuhkan pula kecerdasan-kecerdasan lain pada peserta didik. Kecerdasan dapat berkembang jika selalu dilatih baik itu saat pelajaran atau saat mereka bermain. Karena dalam diri manusia sedikitnya memiliki satu kecerdasan, ada yang mempunyai dua sampai tiga kecerdasan. Pendidik adalah sosok yang digugu dan ditiru dari semua gerak dan langkahnya. Apa yang diucapkan dan dilakukan akan ditiru oleh peserta didiknya. Selain itu pendidik juga sebagai pentransfer ilmu kepada peserta didik yang mempunyai tugas untuk mengajar memberikan materi pelajaran agar peserta didik mengerti dan memahami pelajaran. Ini diperlukan, seperti melakukan inovasi pada saat
pelajaran,
menggunakan
ide-ide
yang
kreatif
untuk
menyampaikannya. Maka pembelajaran dengan pendekatan multiple intelligence ini mendorong pendidik untuk lebih kreatif dan inovatif karena mereka dituntut untuk mengajar secara baik, yang disesuaikan dengan kecerdasan yang dimiliki peserta didik. Dan menumbuhkan semangat peserta didik untuk belajar dengan suasana yang menyenangkan dan mudah menerima pelajaran. Sehingga pembelajaran akan bermanfaat bagi peserta didik.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah penulis mengadakan penelitian, pembahasan, serta pemahaman terhadap konsep multiple intelligence dan hasil yang dicapai dalam pelaksanaan pendekatan multiple intelligence dalam PAI di kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran, maka dapat ditarik kesimpulan : 1. Multiple intelligence adalah suatu konsep pemikiran yang timbul untuk menepis anggapan bahwa kecerdasan manusia hanya dapat diukur dengan penilaian IQ yang hanya menggambarkan dua kecerdasan saja, yaitu kecerdasan
linguistik
dan
kecerdasan
logis-matematis.
Gardner
menafsirkan bahwa penilaian IQ ini terlalu sempit. Kemudian Gardner mengungkapkan kecerdasan manusia berjumlah banyak, antara lain : Kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan merupakan kemampuan seseorang yang dilakukan secara terus menerus, sehingga menjadi sebuah kecerdasan. Contoh : Seorang anak sejak kecil suka menari, anggota tubuhnya lebih suka diekspresikan dalam bentuk gerak, maka anak ini memiliki kecerdasan kinestetik. Kecerdasan ganda dapat dimiliki manusia paling sedikit mempunyai satu kecerdasan, ada yang mempunyai dua hingga tiga kecerdasan. Kecerdasan merupakan kemampuan seseorang yang dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi sebuah kecerdasan. Teori multiple intelligence (kecerdasan ganda) membahas lingkup potensi manusia, dengan adanya teori multiple intelligence maka setiap individu dapat di kelompokkan ke dalam kecerdasannya masingmasing. Berdasarkan teori tersebut maka multiple intelligence dapat digunakan dalam berbagai disiplin ilmu, khususnya dalam pendidikan. Dan diaplikasikan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
85
pendekatan multiple intelligence. Dalam konteks ini multiple intelligence digunakan sebagai pendekatan pembelajaran, yang menekankan pada kecerdasan atau kemampuan yang dimiliki peserta didik. 2. Setiap manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan, sama halnya dengan kecerdasan. Tidak semua kecerdasan dimiliki oleh manusia. Melalui potensi-potensi yang dimiliki sejak kecil dapat dilatih dan dibina oleh keluarga ataupun sekolah sehingga menjadi manusia yang berguna. Pelaksanaan multiple intelligence dalam pembelajaran menuntut pendidik harus mempunyai daya kreativitas dalam menerapkan pendekatan multiple intelligence.
Di SDIT Assalamah Ungaran pembelajaran PAI dengan
pendekatan multiple intelligence sangat bervariasi. Pendidik menggunakan variasi metode pembelajaran ada yang menggunakan metode sosiodrama pada kelas interpersonal, pendidik juga pernah menggunakan metode permainan dalam pelaksanaan pelajaran. Sehingga dalam penyampaian materi anak langsung menjadi subjek (yang melakukan), baik itu melalui sosiodrama dan praktek-praktek lainnya sesuai dengan kecerdasan anak. Ini akan menjadikan pembelajaran yang mempunyai arti lebih dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (tradisional). Di kelas konvensional, pendidik mengajar sambil berdiri di depan kelas, menulis di depan tulis, bertanya kepada peserta didik tentang materi kemudian peserta didik disuruh mengerjakan soal dan pendidik menunggu. Model pengajaran tradisional sekedar menempatkan pendidik sebagai pemberi materi. Di kelas kecerdasan ganda pendidik dapat mengajar dengan presentasi, menggabungkan metode linguistik, musik, kinestetik secara kreatif. Pendidik kecerdasan ganda juga meminta peserta didik menjalin interaksi
satu
mengekspresikan
sama
lain
dengan
pemahaman
dalam
membentuk belajar.
kelompok
untuk
Sehingga
proses
pembelajaran akan bermanfaat yaitu peserta didik lebih semangat, mendapatkan motivasi yang tinggi pada saat pendidik melakukan scene setting serta akan mendapatkan hasil yang optimal bagi peserta didik.
86
Pendekatan multiple intelligence menekankan pada best process dan best output, bukan best input. Best process berarti proses pembelajaran, transfer ilmu dari pendidik kepada peserta didik harus mempunyai kualitas yang didasarkan pada metode pemberian materi, bahan atau media serta kemampuan pendidik dalam menerapkan kepada peserta didik. Best output merupakan hasil dari pembelajaran, bila peserta didik enjoy, dapat mengikuti pelajaran, serta aktif maka hasilnyapun akan baik. Bila best input berarti kecerdasan yang dimiliki peserta didik saat masuk sekolah mempunyai rangking tinggi. Dalam multiple intelligence best input tidak digunakan, yang digunakan adalah best process dan best output jadi cara memberikan ilmu, penyampaian materi yang berdasarkan kecerdasan merupakan tanggung jawab pendidik untuk menggali dan menerapkan kecerdasan peserta didik sehingga proses akan berjalan sesuai dengan tujuan dan akan menghasilkan output yang baik pula. Output ini dapat berupa penilaian peserta didik, sikap atau tingkah lakunya, serta apresiasi dalam pembelajaran. B. Saran-saran Setelah melakukan penelitian tentang Konsep Multiple Intelligence dan Implementasinya dalam PAI di Kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran. Penulis akan memberikan saran sebagai berikut : 1. Kepala sekolah SDIT Assalamah Ungaran hendaknya mengatur dan mengelola pendidikannya secara professional dengan mengacu pada multiple intelligence dengan melaksanakan fungsi multiple intelligence secara utuh, sehingga bisa tercipta destribusi kerja dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya. 2. Hendaknya menjaga hubungan harmonis dan kerjasama antar pendidik sehingga pemantun terhadap perkembangan peserta didik lebih maksimal. 3. Para orang tua dan peserta didik supayaikut memperhatikan dan ikut mensukseskan jalannya program pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan.
87
4. Kepada pihak sekolah SDIT Assalamah Ungaran agar komitmen untuk menjadikan PAI sebagi mata pelajaran yang terintegrasi dan berbasis kompetensi perlu diupayakan terus guna peningkatan mutu SDM-nya dan lembaga pendidikan tersebut. C. Penutup Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan, Rahmah dan Rahim-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Konsep Multiple Intelligence dan Implementasinya dalam PAI di Kelas 3 di SDIT Assalamah Ungaran “ dengan baik dan lancar. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis panjatkan syukur dan do’a atas petunjuk dan Ridlo-Nya yang senantiasa penulis harapkan untuk membuka tabir keilmuan-Nya. Amiin.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Mumbiar, “Mencoba Mengembangkan Potensi Kecerdasan Jamak Pada Anak”. http://www.pikiran-rakyat. Com/cetak/2006/092006/21/0703.htm. Al-Bary, M. Dahlan, Kamus Modern Indonesia, Yogyakarta: Arkola, 1994. Armstrong, Thomas, 7 Kind of Smart, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002. ________________, Setiap Anak Cerdas, Panduan Membantu Anak Belajar dengan Memanfaatkan MI-nya, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005 ________________, Sekolah Para Juara: Menerapkan Multiple Intelligence di Dunia Pendidikan, Bandung: Kaifa, 2002. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998, Cet. 2. Bakry, Sama’un, Menggagas Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005. Boeree, George, Belajar dan Cerdas Bersama Psikolog Dunia, Yogyakarta: Prisma Shopie, 2006, Cet. 4. Bruce, Campbell Linda Campbell dan Dee Dickson, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligence, Jakarta : Intuisi Press, 2006. Darajat, Zakiah, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung, 1989. De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki, Quantum Learning G: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Kaifa: Bandung, 1999, Cet. 5. Delta, M. Yaniyullah, Melejitkan Kecerdasan Hati dan Otak Menurut Petunjuk Al-Qur’an dan Neurology, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005. Departemen Agama, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra, 1996. Depdiknas, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, 2004. Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: 1985, Cet. 2.
Drydyn, Gordon, Revolusi Cara Belajar: Belajar Akan Efektif Kalau Anda dalam Keadaan Fun, Bandung: Kaifa, 2000. Echols, Jhon M.dan Hasan Shadily, Kamus Inggris – Indonesia, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003, Cet. 25. Gardner, Howard, Multiple Intelligence : The Theory in Practice, USA : Basic Books, 1993. ______________, Changing Minds, Seni Mengubah Pikiran Kita dan Orang Lain, Jakarta : Transmedia, 2006. Ginanjar Agustina, Ary, ESQ POWER, Sebuah Inner Journey Melalui Al-Hasan, Jakarta: Arga, 2003. Gunawan, Adi W., Genius Learning Strategy, Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelerated Learning, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004. _________________, Burn to be a Genius, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003. Hadi, Sutrisno, Metode Research, Yogyakarta : Andi Offset, 2001. Hernowo, Andaikan Buku itu Sepotong Pizza, Rangsangan Baru untuk Melejitkan Word Smart, Bandung : Kaifa, 2004, Cet. III. Jasmine, Julia, Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligence, Bandung : Nuansa, 2007, Cet. I. Ladjid,
Hafni, Pengembangan Kurikulum Menuju Kompetensi, Jakarta : Quantum Teaching, 2005.
Kurikulum
Berbasis
Ma’arif, Syamsul, Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007. Mahayana, Dimitri, Quantum Quotient, Bandung : Nuansa, 2005, Cet. 6 Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004. Meliala, Andyda, Anak Ajaib, Temukan dan Kembangkan Keajaiban Anak Anda Melalui Kecerdasan Majemuk, Yogyakarta : Andi, 2004. Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, Implementasi dan Inovasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005. Nashori, Fuad, Potensi-potensi Manusia, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005, Cet. I
Nurdin, Syaifudin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam KBK, Jakarta : Quantum Teaching, 2003. Purwadarminta dan Wojowasito, Kamus Lengkap Inggris – Indonesia, Bandung : Hasta, 1980, Cet. 10. Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung : CV. Misaka Galiza, 2003, Cet. 2. R. Hoerr, Thomas, Buku Kerja Multiple Intelligence : Pengalaman New City School di St. Louis, AS, Dalam Menghargai Aneka Kecerdasan Anak, Bandung : Kaifa, 2007. Salam, Burhanuddin, Pengantar Pedagogik (Dasar-dasar Ilmu Mendidik), Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997. Samples, Bob, Revolusi Belajar untuk Anak: Panduan Belajar Sambil Bermain untuk Membuka Pikiran Anak-anak Anda, Bandung : Kaifa, 2002. Sarlito, Irawan, Metode Penelitian Sosial, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000, Cet. IV. Shaleh, Abd. Rachman, Didaktik Pendidikan Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 1992. Silberman, Melvin L., Active Learning : 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung : Nuansa, 2004. Sudjana, Nana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1989. Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Suparno, Paul, Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah, Yogyakarta : Kanisius, 2004, Cet. I. Suparlan, Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dari Konsepsi Sampai dengan Implementasi, Yogyakarta : Hikayat, 2004. Surya, Sutan, Melejitkan Multiple Intelligence Anak Sejak Dini, Yogyakarta : Andi, 2007. Surakhmad, Winarno, Dasar dan Teknik Interaksi Mengajar dan Belajar, Bandung : Tarsito, 1973, Cet. 3. Teungku Ramly, Amir, Pumping Talent : Memahami Diri, Memompa Bakat, Jakarta : Kawan Pustaka, 2005, Cet. II.
Thoha, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996, Cet. I. Tientje, N. dan Yul Iskandar, PADU untuk Mengembangkan MI, Jakarta : Dharma Graha, 2004. Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, Surabaya : Usaha Nasional, 1980. Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung : Pustaka Setia, 1997, Cet. I. Widodo, Kamus Ilmiah Populer, Yogyakarta : Absolut, 2002, Cet. II. Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1991. Zein, Muhammad, Metodologi Pengajaran Agama, Yogyakarta : AK Group, 1995, Cet. 8.
PEDOMAN (DRAFT) WAWANCARA Judul Penelitian
: Konsep Multiple Intelligence dan Implementasinya dalam PAI di Kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran
Peneliti
: Hanifah Lutfiati
Status
: Mahasiswa
Fakultas
Tarbiyah
IAIN
Walisongo
Semarang Jurusan
: Pendidikan Agama Islam (PAI)
NIM
: 3103025
Jenis Wawancara
: Semi Struktural; wawancara yang materi pertanyaan telah ditentukan oleh pewawancara namun tidak disediakan jawaban sehingga nantinya wawancara ini bisa berkembang sesuai dengan kebutuhan.
Responden
: Kepala SDIT Assalamah Ungaran Guru Mapel PAI SDIT Assalamah Ungaran
Target Data
: Konsep multiple intelligence di SDIT Assalamah Pembelajaran PAI di SDIT Assalamah Ungaran
Materi
: - Sejarah penerapan Multiple intelligence di SDIT Assalamah Ungaran - Proses Belajar Mengajar PAI di SDIT Assalamah
DAFTAR PERTANYAAN
Responden : Kepala SDIT Assalamah Ungaran 1. Bagaimana pandangan anda mengenai pendekatan multiple intelligence yang diterapkan pada mata pelajaran PAI? 2. Apakah anda mendukung hal itu? 3. Apakah sekolah menyediakan media (alat peraga) yang dibutuhkan untuk proses pembelajaran PAI? 4. Media apa saja yang ada di SDIT Assalamah Ungaran? 5. Adakah pelatihan bagi guru PAI dalam rangka implementasi/penerapan multiple intelligence?
Responden : Guru Mapel PAI 1. Bagaimana bentuk pembelajaran PAI di SDIT Assalamah Ungaran? 2. Apakah pendekatan multiple intelligence telah diterapkan pada pembelajaran PAI di SD Assalamah Ungaran? Sejak kapan? 3. Apakah pendekatan multiple intelligence diterapkan di seluruh kelas di SDIT Assalamah? 4. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran PAI dengan menggunakan pendekatan multiple intelligence? 5. Apakah dalam proses pembelajaran PAI siswa diajak untuk menemukan sendiri pengetahuannya? 6. Apakah siswa memiliki inisiatif untuk bertanya atau siswa harus ditunjuk terlebih dahulu untuk bertanya ? 7. Apakah anda membentuk kelompok-kelompok belajar dalam pembelajaran PAI? 8. Apakah
anda
mempergunakan
media
pembelajaran
dalam
proses
pembelajaran PAI? 9. Apakah anda juga menggunakan contoh (model) untuk menerangkan materi tertentu?
10. Apakah siswa diajak untuk melakukan praktek dalam proses pembelajaran PAI? 11. Apakah
anda
mengajak
siswa
untuk
merefleksikan
tentang
proses
pembelajaran yang telah dilakukan? 12. Apakah
anda
juga
menerapkan
penilaian
untuk
mengetahui
hasil
pembelajaran? 13. Bagaimana tahapan penerapan pendekatan multiple intelligence di SDIT Assalamah Ungaran?