PELAKSANANAN REWARD DAN PUNISHMENT DALAM PENGARUHNYA TERADAP MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA DI KELAS III SDIT MITRA MENDIDIK ANAK BEKASI (Penelitian Tindakan Kelas III SDIT Mitra Mendidik Anak Bekasi) Skripsi Diajukan Kepada Fakulitas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh : RATU SOBARIAH NIM. 1812011000095 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M / 1438 H
ABSTRAK RATU SOBARIAH (1812011000095),”PelaksananReward dan Punishment dan pengaruh dalam meningkatkan motivasi belajar siswai Kelas III SDIT Mitra Mendidik Anak Bekasi”. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, September 2016 Motivasi belajar siswa dalam pembelajaran sangat penting dalam memberikan gairah,semangat, dan rasa senang dalam belajar, pembelajaran dengan menggunakan media mempunyai peranan sangat penting untuk mengoptimalkan proses belajar mengajar, Upaya meningkatkan motivasi belajar dapat dicapat dengan menerapkan metode reward dan punishment. Media ini dapat menumbuhkan motivasi karena disajikan dalam bentuk yang menarik, sehingga siswa lebih semangat, tertarik, dan senang menerima pelajaran. Penelitian ini diawali dengan masalah yakni rendanya motivasi belajar PAI siswa SD. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran peningkatan motivasi belajar PAI dengan menggunakan media pembelajaran reward dan punishment. Metode ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif peneliti ini difokuskan untuk memperoleh data peningkatan motivasi belajar PAI siswa kelas III SDIT Mitra Mendidik Anak, bekasi tahun ajaran 2016/2017 dengan menggunakan media pembelajaran reward dan punishment, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan angket. Teknik analisi data secara kuantitatif berdasarkan hasil observasi dan Dapat disimpulkan terjadi peningkatan motivasi belajar siswa. Dengan demikian, pemanfaatan media reward dan punishment pada pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Kata kunci : Reward dan Punishmet, Motivasi belajar PAI
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Dzat yang maha pengasih dan maha penyayang atas segala anugrah nikmat, limpahan rahmat dan hamparan taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiyah yang berbentuk skripsi ini dengan baik. Shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa menjalankan sunah-sunahnya hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akademik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam. Selama penyusunan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Berkat kaerja keras, doa dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil, akhirnya penyelesaian skripsi ini semua dapat teratasi. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Yang Memberikan arahan selama masa perkuliahan. 3. Ibu Marhamah Saleh, Lc., M.A., Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Yang memberikan arahan selama masa perkuliahan. 4. Bapak Dr. Khalimi, M.A., Sebagai Dosen pembimbing yang penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini. 5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah diberikan Bapak dan Ibu mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
v
6. Ibu Santy Kartika S.s.i, Kepala Sekolah SDIT Mitra Mendidik Anak yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut, serta segenap dewan guru khususnya ibu Hana Nuraidah S.Psi., sebagai guru bidang studi PAI yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian. 7. Teristimewa sekali untuk kedua orang tuaku Bapak TB. Endang Firdaus dan Ibu sa’atih yang senantiasa penulis sayangi dan cintai, serta merekalah penyemangatku dunia dan akhiratku.. 8. Teristimewa adik-adiku tersayang TB Agus Oktriandi si item yang selalu memotivasiku,TB Bactiarifai adiku yang paling TOP Banget, TB Eef Saifullah Fattah adikku yang mempunyai cita-cita menjadi pemain sepak bola, TB Sahrul Ramadhan si bungsu yang paling manja, dan sepupusepupuku holifah, hayanun, iie,salsa, oca, Relih, Alif, Amzah, ila,elin dan sikecil akbar serta oong,ka maman dan emak ii trimakasih telah memberi dukungan dan semangat. 9. Teristimewa kaka sepupuku Ratu Nia Faizah Hanum dan Anggono W. Yang telah mengajarkan arti hidup serta malaikat-malaikat kecilnya yang lucu Reihana kamilah, Kaisa haniefah, kaka wafa dan jasmine yang menemaniku setiap hari untuk menyelasaikan tugas skripsi. Dan terimakasih juga untuk Ua Encep, Ua Memen, teh mia dan A Aziz yang telah mendidiku selama SMK, dan tak lupa si kecil Azmi sekarang sudah besar dan khadiza yang imoet. 10. Teristimewa Hj. Hesti Yudiawati selaku kepala sekolah TKIT Mafazza yang selalu memotivasiku, bagiku kau bukan hanya seorang atasan tapi kau adalah seorang ibu yang baik.. Serta teman-teman guru Ibu Rosi Maharani, Ibu Sri Rizki dan Ibu tita yang selalu membantu dan memotivasiku. selain itu tidak lupa ibu atin dan ibu asih teman seperjuanganku, banyak sekali cerita-cerita lucu yang pernah kita lalui selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah. 11. Kepada semua teman-teman jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2015, kelas A,B,dan untuk kelas C tercinta,khususnya Rizkiatul umami
vi
S.Pd.I.,Nurhayati S.Pd.I., dan seluruh teman-teman wanita dan pria, trimakasih atas segala kebersamaan, dukungan, bantuan dan motivasinya. Tiada hal yang terindah kecuali mengenang masa-masa kita berjuang dikampus biru penuh suka cita dan cinta. Jangan pernah berhenti bermimpi dan teruslah menebarkan manfaat untuk orang-orang disekitar kita. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu mudah mudahan bantuan,bimbingan,dukungan,semangat, dan doa yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhira. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi semua pihak. Aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin.
Jakarta, 8 Maret 2016
Penulis
vii
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................... i LEMBAR PERNYATAAN KARYA PENULIS ......................................... ii LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ........................... iii ABSTRAK ...................................................................................................... iv KATA PENGANTAR .................................................................................... v DAFTAR ISI ................................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii BAB I
PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F.
BAB II
Latar Belakang Masalah ........................................................1 Identifikasi Masalah ..............................................................4 Pembatas Masalah .................................................................5 Perumusan Masalah ..............................................................5 Tujuan Penelitian ..................................................................5 Manfaat Penelitian ................................................................6
KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritik..................................................................7 1. Motivasi Belajar..............................................................7 a. Pengertian Motivasi .................................................7 b. Jenis-jenis Motivasi...................................................8 c. Fungsi Motivasi dalam Belajar .................................9 d. Cara membangkitkan Motivasi .................................11 2. Pembelajaran Agama Islam .............................................14 a. Pengertian Pendidikan Agama Islam .......................14 b. Fungsi Pendidikan Agama Islam ..............................14 c. Tujuan Kelompok Mata Pembelajaran PAI ..............16 3. Reward dan punishment ...................................................17 a. Reward ......................................................................17 b. punishment ................................................................26 B. Hasil penelitian yang relevan ................................................39
viii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. B. C. D. E. F. G.
BAB IV
Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................41 Metode Penelitian..................................................................41 Sumber Data ..........................................................................42 Populasi dan Sempel .............................................................43 Prosedur pengolahan dan Pengumpulan Data .......................44 Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data ....................46 Analisis Data .........................................................................48
DESKRIBSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah ....................................................50 1. Propil Sekolah/ Yayasan ..................................................50 2. Visi dan Misi ...................................................................52 3. Kurikulum dan pembelajaran ..........................................53 4. Ruang Lingkup Pemantauan dan Budaya ........................54 5. Keadaan Guru dan Siswa..............................................56 B. Pembahasaan temuan Peneliti ...............................................59 1. Pelaksanan Metode Reward Dan Punishment Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar pada siswa kelas III SDIT Mitra Mendidik Anak Tahun Ajaran 2015/2016..............60 2. Pengaruh Positif dan Negatif Metode Reward dan Punishment Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas III SDIT Mitra Mendidik Anak. Tahun pelajaran 2015/2016.........................................................64
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ...........................................................................67 B. Saran ......................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Fhoto hasil observasi Lampiran 2 : surat permohonan izin penelitian Lampiran 3 : surat bimbingan skripsi Lampiran 4 : surat permohonan izin sekolah
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran setiap siswa pasti mempunyai motovasi untuk belajar. Motivasi tersebut dapat berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar yang dapat mendorong siswa agar mau belajar. Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya ada beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Dimana dorongan internal dalam diri siswa sendiri yaitu keinginan berhasil untuk belajar dan kebutuhan akan cita-cita, sedangkan eksternal berasal dari luar siswa yaitu adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik. Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponenkomponen yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam lingkup yang lebih sempit yaitu proses pembelajaran di dalam kelas dalam suatu sekolah. Artinya bahwa proses pembelajaran di dalam kelas juga merupakan sebuah sistem. Proses pembelajaran di dalam kelas sebagai sebuah sistem mempunyai banyak komponen antara lain: guru, siswa, tujuan materi pelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi dan lain-lain. Tujuan pendidikan nasional berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003, yaitu pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Oleh karena itu, pemerintah melakukan pemerataan dan peningkatan pendidikan agar tujuan pendidikan nasional dapat tercapai secara merata. Dalam suatu lembaga 1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen Serta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas. 2006. Bandung: Citra Umbara. hal. 76
1
2
pendidikan khususnya sekolah, agar tercapai tujuan harus ada kerja sama yang baik antar anggotanya. Misalnya dalam kegiatan belajar mengajar, antara siswa dan guru haruslah bekerja sama supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai dan hasilnya memuaskan. Belajar dapat dipermudah apabila kita mengetahui caranya. Hal tersebut merupakan tuntunan bagi guru agar terus berkreatifitas dalam kegiatan belajar mengajar. Situasi dan kondisi yang dibentuk oleh guru harus tepat, karena adanya pula kesulitan yang dihadapi. Kesulitan yang dialami oleh guru diuraikan oleh Ngalim Purwanto sebagai berikut: Pertama, siswa cenderung mempunyai sikap keras hati dan keras kepala. Siswa yang keras hatiakan berbuat menurut nafsu dan kemauannya sendiri, bertentangan dengan tindakan orang lain.2sedangkan keras kepala bisa ditunjukan dengan ketidak mampuannya mengerjakan apa yang disuruh kepadanya dan tidak memiliki alasan yang jelas untuk menolak mengerjakan tugasnya.3 Kedua, siswa yang manja. Guru mengalami kesulitan menghadapi anak manja yang cenderung memiliki sifat mementingkan diri sendiri, kurang mempunyai rasa tanggung jawab karna sering bergantung kepada orang lain dan kurang inisiatif sebagai sebab dari sifat pemalas.4 Ketiga perasaan takut pada siswa. Perasaan takut pada siswa timbul dari lingkungannya. Siswa yang kurang percaya diri cenderung takut bertanya pada guru, sehingga tidak ada ketertarikan pula dalam menyesuaikan tugas belajarnya.5 Keempat, siswa yang berboong. Berbohong merupakan perbuatan yang tidak mengatakan apa yang didengar dan dilihat dengan sesungguhnya. penyebab siswa berbohong dianatarnya adalah siswa yang takut dimarahi guru, melindungi temannya agar tidak terkena hukuman, atau disebabkan
2
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis,( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 90 3 Ibid 4 Ibid., Hlm. 95 5 Ibid., Hlm. 102
3
karena kurangnya harga diri dan dianggap rendah oleh orang lain.6 Membentuk motivasi belajar adalah salah satu cara guru agar dapat mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh siswa tersebut. Menurut Mc Donald motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapnya terhadap adanya tujuan.7 Namun kenyataan yang ada di lapangan sekarang ini menunjukkan semakin merosotnya keinginan untuk belajar di kalangan siswa. Hal ini menimbulkan permasalahan di kalangan guru. Suatu indikator dari penurunan belajara siswa antara lain: 1. Rasa malas atau ketidakmauan untuk belajar 2. Frekuensi belajara yang semakin rendah (jarang) 3. Tidak adanya komitmen untuk memenuhi tugas-tugas sekolah 4. Semakin merosotnya hasil belajar yang di dapat Guru memiliki peran yang penting dalam proses belajar di sekolah. Guru memiliki peran ganda dalam proses pembelajaran yaitu menyampaikan materi pelajaran dan sebagai manager dalam pengelolaan kelas. Tugas sebagai penyampai materi pelajaran bagi guru tentu bukan hal yang sulit karena guru sudah menempuh pendidikan yang tinggi dan juga sudah membuat perencanaan pembelajaran sebelumnya. Namun untuk menjadiseorang manager atau pengelola kelas yang baik, belum semua guru mampu melaksanakannya. Pada bagian awal sudah dikemukakan adanya gejala-gejala suasana kelas yang kurang kondusif kerena penurunan belajar siswa. Untuk itu kiranya menjadi hal yang perlu diperhatikan guru yaitu seorang guru harus mampu membangkitkan kembali keinginan belajar siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pemberian rangsangan dari guru seperti diberi pujian atau diberi hadiah akan sangat mempengaruhi keinginan belajar siswa dan diharapkan dalam diri 6 7
Ibid Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali Pres, 2014) Hal 73.
4
siswa akan tumbuh keinginan belajar baik dalam mengerjakan tugas maupun berkompetisi dengan teman sehingga pembelajaran menjadi aktif dan siswa juga semangat menerima pelajaran. Prinsip pujian dan imbalan menegaskan bahwa manusia secara universal terdorong untuk melakukan sesuatu karena imbalan. Kemampuan reward atau imbalan, baik dalam perilaku binatang maupun manusia sudah terbukti, sebagai contoh seekor lumba-lumba atau anjing yang cerdik dalam sirkus mau melakukan perintah dari pawangnya karena adanya imbalan, yaitu makanan. Guru seringkali lupa akan hal ini sehingga mereka lupa untuk memberikan reward dalam bentuk pujian kepada anak-anak yang sebenarnya pada konteks-konteks tertentu diperlukan. Bahkan sebaliknya, kebanyakan guru-guru cenderung lebih banyak mengatur dan memarahi ketimbang memberi pujian takala siswa bisa menunjukkan kemampuan. Karena masalah ini menyangkut suatu komunitas kelas, guru harus mempertimbangkan berbagai hal dalam mengambil suatu tindakan. Tindakan yang diambil guru sebaiknya mampu memberikan dampak yang bersifat klasikal bukan individual. Maksud reward ini adalah untuk memotivasi belajar siswa supaya lebih aktif dan rajin dalam belajar serta dalam mengerjakan tugas. Apabila siswa terbiasa mendapatkan hasil yang memuaskan diharapkan menjadikan sadar dengan sendirinya bahwa hal tersebut membawa dampak yang baik bagi dirinya sendiri. Siswa akan lebih memahami materi yang dipelajari, menjadikan dirinya pintar dan siswa akan terbiasa kalau belajar itu adalah suatu keharusan bagi dirinya.
B. Identifikasi Masalah Bedasarkan
latar
belakang
masalah
teridentifikasi
fokus-fokus
penelitian guna meningkatkan kemampuan Apeksi perilaku terpuji secara optimal: 1. Masih rendahnya motivasi belajar PAI siswa kelas III SDIT Mitra Mendidik Anak
5
2. Kurangnya perhatian guru pada anak yang berprestasi dalam pemberian reward. 3. Guru Kurang memperhatikan anak yang tidak bersikap baik untuk diberikan punishment.
C. Pembatas Masalah Mengingat banyaknya permasalahan yang telah diidentifikasi di atas penelitian tidak akan mengkaji seluruh permasalahan dalam penelitian ini, penelitian ini di batasi beberapa hal 1. Perilaku terpuji yang akan diteliti pada penelitian ini yaitu hanya meneliti materi kelas III SDIT Mitra Mendidik Anak. 2. Motivasi yang akan di teliti mencakup motivasi internal dalam keluarga dan eksternal dalam teman.
D. Perumusan Masalah Dengan mencermati apa yang telah diuraikan pada latar belakang masalah maka perumusan masalah
dalam penelitian ini
adalah sebagai
berikut: 1. Bagaimana pelaksanan Metode Reward Dan Punishment Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar pada siswa kelas III SDIT Mitra Mendidik Anak Tahun Ajaran 2015/2016 ? 2. Pengaruh apa sajakah pada pelaksanaan Metode Reward dan Punishment Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas III SDIT Mitra Mendidik Anak. Tahun pelajaran 2015/2016 ?
E. Tujuan Penelitian Hasil penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pelaksanan pembelajaran dengan menggunakan metode reward dan punishment pada siswa kelas III SDIT Mitra Mendidik Anak kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi
6
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh peningkatan motivasi belajar setelah penerapan metode reward dan punishment pada siswa kelas III SDIT Mitra Mendidik Anak kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi
F. Manfaat penelitian Kegunaan hasil penelitin ini sebagai: 1. Bagi Penulis, Dengan adanya penelitian ini diharapkan penulis mendapatkan wawasan yang luas dan mendalam tentang peningkatan kemampuan hasil belajar PAI dalam pokok pembahasan prilaku terpuji pada kelas III SDIT Mitra Mendidik Anak melalui metode reward dan punishment. 2. Bagi Guru, Dengan adanya penelitian ini diharapkan para guru khususnya guru pendidikan SDIT Mitra Mendidik Anak dapat menerapkan kegiatan belajar melalu metode reward dan punishment, untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 3. Bagi Peserta Didik, Dengan adanya penelitian ini diharapkan peserta didik yang bersekolah di SDIT Mitra Mendidik Anak dapat mengembangkan motivasi belajar deangan baik melalui metode reward dan punishment. 4. Bagi Sekolah, Sebagai usaha untuk melakukan dan perbaikan kinerja guru dan sekolah kearah profesionalisme dan inovasi pembelajaran.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata motiv yang artinya daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.1 Motiv tidak dapat dilihat dengan kasat mata melainkan dapat diwujudkan melalui tindakan yang dilakukan berupa rangsangan, dorongan dan pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu Sedangkan motivasi adalah dorongan yang terdapat pada diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Motivasi merupakan ungkapan yang dilakukan seseorang yang diwujudkan dengan tindakan senang dalam melakukan sesuatu. Dalam pembelajaran motivasi siswa dapat dilihat pada saat siswa mengikuti pembelajaran yaitu dengan melihat apa yang mereka lakukan misalnya kesiapan dalam menyiapkan diri dengan wajah yang berbinar-binar, selalu ceria dan semangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya ada beberapa indicator atau unsure yang mendukung. Dimana
dorongan
internal
dalam
diri
siswa
sendiri
yaitu
keinginanberhasil untuk belajar dan kebutuhan akan cita-cita, sedangkan eksternal berasal dari luar siswa yaitu adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik.
1
Abror, Abd. Rach., Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993, hal. 114
7
8
b. Jenis-jenis Motivasi
Para ahli mengelompokan jenis motivasi sesuai dengan sudut pandangnya. Berikut pengelompokan jenis motivasi dari para ahli yang dikutip oleh Abror Abd. Rachman.2 1) Jenis motivasi menurut pembagian Woodworth dan Marquis a) Kebutuhan organik, yang meliputi kebutuhan jasmaniah misalnya: kebutuhan untuk makan, minum, bernapas, seksual dan beristirahat. b) Motif-motif darurat, yang meliputi motif untuk: melepaskan diri dari bahaya, melawan, menangkap, berusaha. c) Motif-motif objektif, yang meliputi motif untuk melakukan: eksplorasi, manipulasi, dan menaruh minat. 2) Jenis motivasi berdasarkan pembentukannya a.) Motif bawaan, yaitu motif yang dibawa sejak lahir dan motif tersebut ada tanpa dipelajari. Contoh motif bawaan yaitu: dorongan untuk makan, minum, bekerja, beristirahat, seksual. b.) Motif-motif yang dipelajari, yaitu motif itu ada atau timbul karena dipelajari. Contoh motif yang dipelajari yaitu: doronganuntuk mempelajari suatu cabang ilmu, motif untuk mengejar kedudukan atau jabatan dalam masyarakat. 3) Jenis motivasi berdasarkan fungsinya a) Motif-motif ekstrinsik, yaitu motif yang akan timbul atau berfungsi jika ada rangsangan dari luar. Misalnya, siswa menjadi lebih tekun belajar karena ingin memperoleh hadiah. b) Motif-motif intrinsik, yaitu motif yang akan berfungsi tanpa perlu adanya rangsangan dari luar. Misalnya, siswa menjadi tekun belajar karena siswa tersebut sadar akan pentingnya dan manfaat belajar. Sardiman A.M mengembangkan pengelompokan motivasi 2
Ibid. hal. 119
9
dengan menambahkan dua jenis motivasi yaitu: a) Motivasi jasmaniah, yang meliputi: refleks, insting otomatis, nafsu. b) Motivasi rohaniah, yaitu berupa kemauan.3 Berdasarkan uraian pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi terdiri dari dua jenis yaitu motivasi intrinsik
dan
motivasi
ekstrinsik.
Kaitannya
dengan
proses
pembelajaran bahwa seorang guru harus bisa membangkitkan motivasi atau nafsu belajar peserta didiknya agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Proses membangkitkan nafsu ini disebut motivasi belajar. Adanya upaya dari guru untuk membangkitkan motivasi termasuk ke dalam motivasi ekstrinsik. Rangsangan dari luar untuk membangkitkan motivasi sangat diperlukan karena tidak semua motivasi bisa timbul dan berfungsi dari kesadaran diri atau disebut motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik bisa berubah menjadi motivasi intrinsik manakala jika rangsangan dari luar bisa menimbulkan kesadaran dalam diri seseorang sehingga muncul dorongan atau motivasi untuk melakukan sesuatu demi tercapainya suatu tujuan.
c.
Fungsi Motivasi Dalam Belajar Fungsi motivasi dalam belajar sangat penting. Hasil belajar yang dicapai akan maksimal jika dalam proses belajar dibarengi dengan motivasi yang tinggi. Jika dalam pemberian motivasi itu tepat maka hasil belajar akan maksimal. Fungsi motivasi dalam belajar yaitu: 1) Motivasi berfungsi sebagai pendorong timbulnya perbuatan, dalam hal ini perbuatan untuk belajar. 2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, yaitu mengarahkan kegiatan
3
Sardiman A.M., Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hal. 88
10
yang akan dilakukan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. 3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak, yaitu motivasi akan menggerakan tingkah laku seseorang untuk segera menyelesaikan suatu kegiatan.4 Sementara itu Cecco mengemukakan bahwa ada empat fungsi motivasi dalam belajar, yaitu: a. Fungsi membangkitkan Motivasi Berfungsi Untuk Membangkitkan mengaktifkan siswa
dalam
kegiatan
belajar.
Fungsi
ini
bertujuan
untuk
menghindarkan siswa dari sesuatu yang menyebabkan mereka kurang memperhatian
ketika
belajar,
misalnya
tertidur.
Fungsi
membangkitkan juga menghindarkan siswa dari luapan emosional yang diakibatkan karena bosan atau kurang dilibatkan dalam kegiatan belajar. Untuk menghindari siswa tertidur dan luapan emosi maka guru bisa mensiasatinya dengan lebih mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar. b. Fungsi harapan Fungsi ini bertujuan agar siswa tahu kemampuan apa yang akan diperoleh setelah berakhirnya kegiatan belajar. Dengan siswa mengetahui kemampuan yang akan diperoleh setelah melakukan kegiatan belajar maka siswa akan termotivasi untuk lebih giat dalam belajar demi memperoleh kemampuan tersebut. Motivasi siswa akan lebih tinggi lagi apabila kemampuan yang akan diperoleh ternyata sesuai dengan kesenangannya atau minatnya. c. Fungsi insentif Fungsi
insentif
menghendaki
guru
agar
memberikan
penghargaan atau hadiah kepada siswa yang berprestasi. Melalui pemberian hadiah maka akan merangsang timbulnya motivasi untuk 4
Hamalik, Oemar, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, hal.108
11
berprestasi. Untuk mencapai prestasi tersebut maka siswa akan berlomba-lomba menjadi yang terbaik, dan hal tersebut akan berdampak pada meningkatnya kualitas dan kuantitas belajar. d. Fungsi disiplin Fungsi disiplin menghendaki agar guru memberikan hukuman dan hadiah sebagai pengontrol tingkah laku siswa. Pemberian hukuman dan hadiah yang sesuai dapat memotivasi siswa untuk belajar. Dengan adanya pemberian hukuman maka siswa akan berusaha untuk mengindarinya. Misalnya, guru akan memberikan hukuman apabila siswa mendapat nilai ulangan yang jelek. Jika sudah demikian maka siswa akan termotivasi untuk berusaha belajar lebih giat agar menadapat nilai ulangan yang baik dan terhindar dari hukuman. Pemberian hukuman hendaknya yang mendidik dan tidak mengarah ke fisik.5 Dari uraian pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai penggerak dan pendorong timbulnya keinginan untuk belajar, motivasi juga mengarahkan kegiatan yang harus dan tidak dilakukan untuk mencapai
tujuan.
Selain
itu motivasi
juga berfungsi
untuk
membangkitkan siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar. Untuk merangsang nafsu belajar siswa perlu juga pemberian harapan, hadiah, dan hukuman. Oleh karena fungsi motivasi dalam belajar bisa dikatakan sebagai fungsi harapan, insentif, dan hukuman.
4) Cara Membangkitkan Motivasi Dalam Belajar Mengingat pentingnya fungsi motivasi dalam belajar maka sebagai seorang guru wajib untuk melakukan segala upaya dalam rangka membangkitkan motivasi belajar siswa. Winkel menyatakan bahwa ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk membangkitkan 5
Ibid, hal. 115
12
motivasi belajar. Adapun cara tersebut yaitu: a) Menjelaskan kepada siswa mengapa suatu mata pelajaran dimasukan dalam kurikulum sekolah. Guru juga perlu memberikan penjelasan kepada siswanya mengapa mereka harus mempelajari suatu pelajaran dan manfaat atau kegunaan apa yang mereka peroleh setelah mempelajari pelajaran tersebut b) Guru sebisa mungkin mengaitkan materi belajar dengan pengalaman sehari-hari siswa. c) Dalam melakukan kegiatan belajar guru harus menunjukan sikap semangat dan antusias sehingga akan membuat siswa termotivasi. d) Memberikan arahan dan dorongan kepada siswa untuk tidak memandang belajar di sekolah sebagai suatu tugas yang penuh dengan tekanan. e) Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan kebutuhan siswa untuk menghindari siswa dari kegagalan. Dalam hal ini berarti ada siswa yang perlu diberi tantangan tetapi juga ada yang diberi tuntunan dan pendampingan. f) Memberikan hasil ulangan kepada siswa dengan waktu yang sesingkat mungkin. Dengan siswa mengetahui hasil ulangannya maka mereka akan termotivasi untuk lebih meningkatkan nilai ulangannya. g) Ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan oeh siswa agar meningkatkan interaksi dengan siswa. h) Menciptakan iklim kompetisi yang sehat diantara para siswa sehingga akan memotivasi siswa untuk menjadi yang terbaik. i) Memberikan hadiah yang wajar kepada siswa berprestasi. Gunakan juga teguran dan hukuman yang mendidik dan bijaksana apabila siswa melakukan tindakan yang menyimpang.6 Cara untuk membangkitkan motivasi sebagai berikut: (1) Pemilihan topik belajar yang menarik dan berguna bagi siswa akan lebih membuat siswa giat belajar. 6
Ibid, hal. 121
13
(2) Penyusunan tujuan belajar harus jelas dan diinformasikan kepada siswa sehingga mereka tahu tujuan yang akan mereka capai. (3) Transparansi mengenai kompetensi dan hasil belajar kepada peserta didik. (4) Pemberian hadiah dan hukuman yang wajar untuk mengontrol tingkah laku siswa. (5) Manfaatkan cita-cita, rasa ingin tahu dan ambisi siswa sebagai pemicu timbulnya motivasi. (6) Perhatikan latar belakang individu baik kemampuan intelegensi, keluarga maupun budaya. (7) Usahakan
untuk
memenuhi
kebutuhan
siswa
dengan
cara
memperhatikan kondisi fisik, memberikan rasa aman dan perhatian serta memberikan pengalaman belajar yang bermanfaat.7 Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa upaya untuk membangkitkan motivasi belajar dapat dilakukan dengan cara melaksanakan fungsi motivasi itu sendiri dalam belajar. Ketika guru menjalankan fungsi membangkitkan, harapan, insentif, dan disiplin maka secara bersamaan guru juga melakukan upaya untuk membangkitkan motivasi belajar pada siswa. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat dari Oemar Hamalik yang menyatakan bahwa upaya membangkitkan motivasi belajar terdiri dari pelaksanaan fungsi- fungsi motivasi.
7
Mulyasa, E., Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007, hal.176-177
14
2.
Pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) a. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur’an dan alHadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.8
b. Fungsi Pendidikan Agama Islam 1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungdi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat
berkembang
secara
optimal
sesuai
dengan
tingkat
perkembangannya. 2) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki
bakat khusus dibidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi orang lain. 3) Perbaikan,
yaitu
untuk
memperbaiki
kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. 4) Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya
atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan
8
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2014), h.
15
menghambat
perkembangannya
menuju
manusia
Indonesia
seutuhnya. 5) Penyesuaian,
yaitu
untuk
menyesuaikan
diri
dengan
lingkungannya, baik lingkungan pisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam. 6) Sumber lain, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Menurut Zakiah Daradjat fungsi agama itu adalah : a) Memberikan bimbingan dalam hidup Pengendali kepribadiannya
utama yang
kehidupan
mencakup
manusia
segala
adalah
unsur-unsur
pengalaman, pendidikan dan keyakinan yang didapatinya sejak kecil.9 Apabila dalam pertumbuhan seseorang terbentuk suatu kepribadian yang harmonis, dimana segala unsur-unsur pokoknya
terdiri
dari
pengalaman-pengalaman
yang
menentramkan batin, maka dalam menghadapi dorongandorongan, baik yang bersifat fisik (biologis), maupun yang bersifat rohani dan social, ia akan selalu tenang. b) Menolong dalam menghadapi kesukaran Kesukaran yang paling sering dihadapi orang adalah kekecewaan. Apabila kekecewaan terlalu sering dialaminya, maka akan membawa orang itu kepada perasaan rendah diri. Kekecewaan-kekecewaan yang dialaminya itu akan sangat menggelisahkan batinnya. c) Menenteramkan batin Apabila dalam keluarga tidak dilaksanakan ajaran agama, dan pendidikan agama kurang mendapat perhatian orang tua. Anak-anak hanya dididik dan diasuh agar menjadi orang yang pandai, tetapi tidak dididik menjadi orang baik
9
Akmal Hawi, op. cit., h. 21
16
dalam arti sesungguhnya, maka hal ini akan menyebabkan kegelisahan dan kegoncangan jiwa dalam diri anak.
c. Tujuan Mata Pelajaran PAI
Akidah-Akhlak Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalammemberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindariakhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Al-akhlak al-karimah ini sangat pentinguntuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu,bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dariera
globalisasi dan krisis
multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.10Mata pelajaran Akidah-Akhlak bertujuan untuk: 1) Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembanganpengetahuan,
penghayatan,
pengamalan,
pembiasaan, serta pengalaman peserta didiktentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. 2) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.
10
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 0001512 Tahun 2013 Tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab
17
3.
Pendekatan Reward Dan Punishment a.
Reward (Ganjaran) 2) Pengertian Reward (ganjaran) Ganjaran menurut bahasa, berasal dari bahasa inggris reward yang berarti pengargaan atau hadiah.11 Dalam kamus lengkap bahasa indonesia, ganjaran memiliki arti memberi hadiah atau memberi sesuatusebagai upah atau imbalan.12 Sedangkan reward (ganjaran) menurut istilah ada beberapa pendapat yang akan ditemukan sebagai berikut, diantaranya adalah: M. Ngalim Purwanto mendefinisikan bahwa reward (ganjaran) iala alat untuk mendidik anak-anak supaya dapat merasa senang karena perbuatan dan pekerjaannya mendapatkan penghargaan.13 sedangkan menurut Roestiyah N.K. reward (penghargaan) merupakan perbuatan yang bernilai positifdan memberi dorongan pada anak (peserta didik), sehingga anak bersedia untuk berbuat sesuatu.14 Alisuf sabri mendefinisikan reward (ganjaran) sebagai alat pendidikan yang akan diberikan pada anak-anak yang menunjukan prestasi atau hasil pendidikan yang baik, yaitu baik dari segi prestasi keperibadiannya yang meliputi (kelakuannya, kerajinannya, dan sebagainya), maupun dalam prestasi belajarnya.15 Adapun menurut HM. Hofi Anshori (dalam ittihad jurnal kopertis wilayah XI Kalimantan, volume 4 No.5 April 2006), reward diberikan kepada anak yang memiliki prestasi-prestasi dalam pendidikan, memiliki
11
John M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Bahasa Inggris Indonesia,(Jakarta: Gramedia,1996), h. 485 12 Ananda S. dan S. Priyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia(Surabaya: Kartika Putra Press, 2010), h.164. 13 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis,(Bandung :Remaja Rosdakarya,2006), h 182 14 Ny. Roestiyah N.K., DIDAKTIK/ METODIK, (JAKARTA: Bina Askara, 1986), h. 62. 15 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999), h. 46.
18
kerajinan dan tingkah laku yang baik sehingga dapat dijadikan contoh teladan bagi kawan- kawannya.16 Dalam beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa reward (ganjaran) adalah segala sessuatu yang berupa penghargaan yang mennyenangkan perasaan yang di berikan kepada siswa karna mendapat hasil yang baik dalam proses pendidikannya dengan tujuan agar senantiasa melakukan pekerjaan yang baik dan terpuji. Reward (ganjaran) merupakan alat pendidikan yang mudah dilaksanakan dan sangat menyenangkan para siswa, untuk itu reward (ganjaran) dalam suatu
proses
pendidikan
sangat
butuh
keberadaannya
demi
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Maksud dari pendidik memberi reward (ganjaran) kepada siswa adalah supaya siswa menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi yang telah dicapainya, dengan kata lain siswa menjadi lebih keras kemauannya untuk belajar lebih baik.17 Dalam agama islam juga mengenal metode reward (ganjaran), ini terbukti dengan adanya pahala. Pahala adalah bentuk pengargaan yang diberikan Allah SWT kepada hambaNya yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan soleh seperti; sholat, puasa, memabaca Al Qur’an
dan
perbuatan-perbuatan
lain
yang
bermanfaat
bagi
masayarakat. Dalam Al Qur’an juga dijelaskan bahwa dianjurkan untuk berbuat kebaikan, yaitu dalam QS.Al Baqarah ayat 26118
16
Rusdiyana Hamid, Reward dan punishment dalam prespektif pendidikan islam dalam (http://www.academica.edu/1339973), 11 febuari 2013. 17 M. Ngalim purwanto, Ilmu Pendidikan Teorites Dan Praktis,(Bandung :Remaja Rosdakarya, 2016), h.182 18 Departemen agama RI, Al Qur’an Terjemaah Dan Penjelasan Ayat Ahkam,(Jakarta: PT Sari Agung,1997),h.79
19
Artinya: perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orangorang telah menafkahi hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiaptiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah maha luas (karuniaNya) lagi maha mengetahui. (QS. Al Baqara;261)
Dari ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bawa pemberian reward (ganjaran) dalam kontek pendidikan dapat diberikan bagi siapa saja yang berprestasi. Dengan adanya reward (ganjaran) itu siswa akan lebih giat belajar karna dengan adanya reward (ganjaran) itu siswa menjadi termotivasi untuk selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik dalam prestasinya. Untuk itulah pentingnya metode reward (ganjaran) diterapkan di sekolah.
3) Macam-macam reward (ganjaran) Reward (ganjaran) adalah penilaian yang bersifat positif terhadap gaya dan tingka laku belajar siswa. Reward (ganjaran) yang diberikan kepada siswa bentuknya bermacam-macam secara garis besar reward (ganjaran) dapat dibedakan menjadi empat macam: a) Pujian Pujian adalah satu bentuk ganjaran yang paling mudah dilakukan, karena hanya berupa kata-kata yang bersifat sugestif “lain kali hasilnya akan lebih bagus lagi” dan sebagainya b) Penghormatan Reward (ganjaran) yang berupa pengormatan ini dapat berbentuk dua macamm pula. Pertama, bentuk semacam
20
penobatan, yaitu anak yang mendapat ganjaran mendapatkan kehormatan diumumkan dan ditampilkan dihadapan temantemannya sekelas atau sesekolahan. Kedua, penobatan yang berbentuk
pemberian
kekuasaan
atau
kesempatan
untuk
melakukan sesuatu, misalnya, kepada anak yang berhasil menyelesaikan tugas/PR yang sulit, disuruh mengerjakannya dipapan tulis supaya dilihat teman-temannya. c) Hadiah Hadiah ialah reward (ganjaran) yang di berikan dalam bentuk barang, dapat barang atau alat-alat keperluan sekolah seperti:pensil, buku tulis, pensil penggaris dan lain sebagainya atau berbentuk barang-barang yang lain seperti: kaos, baju, handuk, alat permainan dan lain sebagainya. Ganjaran dalam bentuk barang ini sering mendatangkan pengaruh negatif dalam belajar yaitu anak belajar bukannya karena ingin mengejar pengetahuaan, tetapi semata-mata karena ingin mendapatkan hadiah, akibatnya apabila dalam belajar tidak memperoleh hadiah maka akan menjadi malas belajarnya. d) Tanpa penghargaan Tanda penghargaan adalah tanda bentuk reward yang bukan dalam barang tetapi dalam surat keterangan atau sertifikat sebagai simbol tanda penghargaan yang diberikan atas prestasi yang dicapai oleh anak didik. Tanda penghargaan ini sering disebut reward simbolis. Pada umumnya reward simbolis ini besar sekali pengaruhnya terhadap kehidupan pribadi anak sehingga dapat menjadi pendorong bagi perkembangan anak selanjutnya.19 Sedangkan menurut M. Ngalim Purwanto macam-macam reward dapat berupa: (1) Guru menganguk-angguk tanda senang dan membenarkan suatu jawaban yang diberikan oleh anak didik. 19
Alisuf sabri, Ilmu Pendidikan,(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999), h. 46-47
21
(2) Guru
memberikan
kata
yang
menggembirakan
(pujian)
seperti,”Rupanya sudah baik pula tulisamu. Kalau kamu terus berlatih, tentu akan lebih baik lagi.” (3) Pekerjaan dapat juga menjadi suatu reward. Contoh, “Engkou akan segera saya beri soal yang lebih sukar sedikit, Ali, karena yang nomor 3 ini rupa-rupanya agak terlalu baik engkau kerjakan”. (4) Ganjaran yang ditunjukan kepada seluruh siswa didalam kelas karena motif belajar yang baik. Misalnya, “karna saya liat kalian telah bekerja dengan baik dan lekas selesai, sekarang bapak guru akan mengisahkan sebuah cerita yang bagus sekali”. Ganjaran untuk
seluruh
kelas
dapat
juga
bernyanyi
atau
pergi
berdermawisata. (5) Ganjaran dapat juga berupa benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi anak-anak didik. Misalnya pensil, buku tulis, gula-gula atau makanan yang lainya. Tetapi dalam hal ini guru harus berhati-hati dan bijaksana sebab dengan benda-benda itu, mudah benar ganjaran berubah menjadi “upah” bagi muridmurid.20 Adapun menurut Ny Roestiyah N.K. wujud dari reward (penghargaan) dapat berupa: (a) Kata-kata pendek, tapi penuh semangat. Puji-pujian harus disesuaikan dengan umur anak dan jangan berjanji sesuatu kepada murid. (b) Tanda-tanda, berupa: mimic/pantomimic (c) Benda-benda, hanya kadang-kadang saja dan jangan menjadi kebiasaan (d) Angka-angka (nilai) yang dilaksanakan secara pedagogis.21
20
M, Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 183 21 Ny. Roestiyah N.K., DIDAKTIK/ METODIK, (JAKARTA: Bina Askara, 1986), h. 62.
22
Dari beberapa macam reward (ganjaran) tersebut diatas, dalam penerimaannyaseorang guru dapat memilih bentuk macam-macam reward (ganjaran) yang cocok dengan siswa dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi, baik situasi dan kondisi siswa atau situasi dan kondisi keuangan pendidik. Bola hal itu menyangkut masalah keuangan. Dalam memberikan reward (ganjaran) seorang guru hendaknya dapat mengetahui siapa yang berhak mendapatkan reward (ganjaran) seorang guru harus selalu ingat akan maksud reward (ganjaran)dari pemberian reward (ganjaran) itu. Seorang siswa yang pada suatu ketika menunjukan hasil yang baik dari pada biasanya, mungkin sangat baik diberi reward (ganjaran). Dalam hal ini seorang guru hendaklah bijaksana. Jangan sampai reward (ganjaran) menimbulkan iri hati pada siswa yang lain yang merasa dirinya lebih pandai, tetapi tidak mendapat reward (ganjaran). Ada beberapa pendapat ahli pendidikan terhadap reward (ganjaran) sebagai alat pendidikan berbeda-beda. Sebagian menyetujui dan menganggap penting reward (ganjaran) itu di pakai sebagai alat untuk membebtuk kata hati siswa. Sebaliknya adapula ahli-ahli pendidikan yang tidak suka sama sekali menggunakan reward (ganjaran). Mereka berpendapat bahwa reward (ganjaran) itu dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat pada siswa. Menurut pendapat mereka, seorang guru hendaklah mendidik siswa supaya mengerjakan dan berbuat yang baik dengan tidak mengharapkan pujian atau reward (ganjaran), tapi semata-mata karena pekerjaan atau perbuatan itu memang kewajiban. Sedangkan pendapat yang terakhir adalah terletak diantara keduanya. Sebagai seorang pedidik hendaknya menginsafi bahwa yang didik adalah siswa yang masi lemah kemauannya dan belum mempunyai kata hati seperti orang dewasa. Dari mereka belumlah dapat
dituntut
supaya
mereka
mengerjakan
yang
baik
dan
23
meninggalkan yang baik atas kemauan dan keinsafannya sendiri. Perasaan kewajiban mereka masih belum sempurna, bahkan pada siswa yang masih kecil boleh dikatakan belum ada. Untuk itu maka pujian dan reward (ganjaran) sangat diperlukan pula dan berguna bagi pembentukan kata hati dan kemauan.22 Setelah mengetahui beberapa pendapat para ahli pendidikan diatas dapatlah disimpulkan, reward (ganjaran) juga sangat penting tapi ada juga dampak negatifnya, untuk itu seorang guru harus memberitau kepada siswa bahwa berbuat baik bukan karena mengharap suatu pujian atau suatu reward (ganjaran). Reward (ganjaran) adalah alat yang mendidik, maka dari itu reward (ganjaran) tidak boleh berubah sifatnya menjadi upah. Upah adalah sesuatu yang mempunyai nilai sebagai ganti rugi suatu pekerjaan atau suatu jasa. Upah adalah sebagai pembayar suatu tenaga, pikiran atau pekerjaan yang sudah dilakukan oleh seseorang. Sedangkan reward (ganjaran) sebagai alat pendidik tidaklah demikian, untuk itu seorang guru harus selalu ingat maksud dari pemberian reward (ganjaran) itu. 4) Syarat-syarat Reward Reward (ganjaran) sebagai alat pendidikan represif yang menyenangkan ternyata pada prakteknya tidak mudah untuk Seorang pendidik hants mengetahui dengan baik kapan waktunya untuk memberikan reward, kepada siapa ia harus memberikannya dan bagaimana pula benhtk reward yang hants diberikan kepada siswa. Unhtk itu ada beberapa syarat yang hants diperhatikan oleh seorang pendidik dalam memberikan reward kepada siswa: a) Untuk memberikan reward yang pedagogis perlu sekali guru mengenal betul-betul muridnya dan tahu menghargai dengan tepat.
22
M. Ngalim purwanto.op. cit . 184-185
24
b) Reward yang diberikan kepada seorang anak janganlah hendaknya menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi anak yang Iain yang merasa pekeraannya juga lebih baik, tetapi tidak mendapatkan reward. c) Hendaknya hemat dalam memberikan reward. Terlalu sering memberikan
ganjaran
dan
penghargaan
maka
akan
kehilangan arti reirritersebut sebagal alat pendidikan. d) Janganlah memberi reward dengan menjanjikan lebih dahulu sebelum anak-anak menimjukkan prestasi kerjanya apalagi bagi reward yang diberikan kepada seluruh kelas. e) Pendidik harus berhati-hati memberikan reward, jangan sampai reward yang diberikan kepada anak-anak diterimanya sebagai upah dari jerih payah yang telah dilakukannya.23 Satu hal yang lebih penting lagi, bahwa reward (hadiah) yang diberikan oleh guru jangan diberikan terlalu sering, karena hal itu hanya akan menghilangkan maknanya sebagai hadiah. Oleh karena itu, ahli pendidikan memberikan beberapa petunjuk untuk pemberian hadiah, antara lain: (1) Hadiah hendaklah diberikan secara spontan; (2) Hadiah hendaklah disesuaikan dengan keadaan dan sifat dari aspek yang menunjukkan keistimewaan prestasi; (3) Hadiah hendaknya disesuaikan dengan kesenangan atau minat siswa; (4) Perlunya dikemukakan alasan secara rinci tentang kriteria penerima hadiah.24 Maka dari pendapat di atasjelaslah bahwa dalam memberikan reward harus diberikan secara tepat, baik pada waktu pemberian
23
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis, (BaDdung: Remaja Rosdakatya, 2006), h. 184. 24 Tim Direktorat jeoderal Kelembagaan Agama Islam/Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Agama RI, 2002), h. 129.
25
maupun siswa yang berhak menerimanya, tidak menimbulkan rasa kebencian atau kecemburuan antara siswa, dan bukan sebagai tujuan utama dal am belajar. Namun jadikanlah reward tersebut semenarik mungkin dengan tidak menghilangkan nilai-nilai pendidikan di dalamnya. Selain itu jiwa besar dan bijaksana harus dimiliki oleh seorang guru.Agar jangan sampai ganjaran sebagai alat pendidikan berubah sifatnya menjadi upah, yang menyebabkan reward tidak lagi bernilai mendidik.Artinya seorang anak hanya mau belajar dengan giat dan berlaku baik karena mengharapkan upah. 5) Tujuan (Ganjaran) Mengenai masalah reward (ganjaran), perlu penehti bahas tentang tujuan yang harus dicapai dalam pemberian reward (ganjaran). Hal ini dimaksudkan, agar dalam berbuat sesuaht bukan karena perbuatan semata-mata, namun ada sesuatu yang harus dicapai dengan perbuatannya, karena dengan adanya tujuan akan memberi arah dalam melangkah. Tujuan yang harus dicapai dalam pemberian reward (ganjaran) adalah unritk lebih mengembangkan motivasi yang bersifet intrinsik dari motivasi etoinsik, dalam artian siswa melakukan suatu perbuatan, maka perbuatan itu timbul dari kesadaran siswa itu sendiri. Dan dengan reward (ganjaran) itu, juga diharapkan dapat membangun suarn hubtmgan yang positif antara guru dan siswa, karena reward (ganjaran) itu adalah bagian daripada penjelmaan dari rasa cinta kasih sayang seorang guru kepada siswa. Jadi, maksud dari reward (ganjaran) itu yang teipenting bukanlah hasil yang dicapai seorang siswa, tetapi dengan hasil yang dicapai siswa, guru bertujuan membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras pada siswa.
26
Seperti halnya telah disinggung di atas, bahwa reward (ganjaran) disamping mentpakan alat pendidikan represifyang menyenangkan, reward (ganjaran) juga dapat menjadi pendorong atau motivasi bagi siswa unrirk belajar lebih baik lagi.
b. Punishment (hukuman) 1) Pengertian Punishment (Hukuman) Hukuman menurut bahasa inggris, yaitu dari kata punishment yang berarti law (hukuman) atau siksaan”.25 Dalam kamus lengkap bahasa indonesia, hukuman memiliki arti peraturan resmi yang menjadi pengatur.26 Sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan tentang punishment (hukuman), diantaranya adalah sebagai berikut: Menurut Ngalim Purwanto “punisment (hukuman) adalah penderitaan yang diberikan yang berikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru, dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan atau kesalahan”.27 Adapun menurut Ny. Roestiyah N.K.punishment (hukuman) adalah suatu perbuatan yang tidak menyenangkan dari orang yang lebih tinggi kedudukannya untuk pelanggaran dan kejahatan, yang bermaksud untuk memperbaiki kesalahan anak dan bukan mendendam.28 Menurut Uyoh Sadulloh punishment (hukuman) adalah sesuatu yang diberikan kepada anak yang berbuat kesalahaan dan melanggar aturan yang berlaku, sehingga dengan diberikanya hukuman, anak tidak akan mengulangi kesalahan
25
John M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Bahasa Inggris Indonesia,(Jakarta: Gramedia,1996), h. 456 26 Ananda s. dan s. priyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Kartika Putra Press, 2010),h.196 27 M. Ngalim purwanto , Ilmu Pendidikan Teorites Dan Praktis,(Bandung :Remaja Rosdakarya, 2006), h.186 28 Ny. Roestiyah N.K., DIDAKTIK/ METODIK, (JAKARTA: Bina Askara, 1986), h. 63.
27
tersebut, dan hukuman dilakukan sebagai suatu pembinaan bagi anak untuk menjadi pribadi yang susila.29 Sedangkan menurut alisuf sabri, punishment (hukuman) adalah tindakan pendidikan yang sengaja dan secara sadar diberikan pada anak didik yang melakukan suatu kesalahan,agar anak didik tersebut menyadari kesalahannya dan janji dalam hatinya untuk tidak mengulanginya.30Selain itu menurut Ali Imron, punishment (hukuman) adalah suatu sangsi yang diterima oleh seseorangan akibat dari pelanggaran atau aturan-aturan yang telah ditetapkan.31 Dari beberapa pendapat diatas, peneliti dapatmenarik kesimpulan, bahwa punishment (hukuman) adalah perbuatan yang kurang menyenangkan, yang berupa penderitan yang diberikan kepada siswa secara sadar atau sengaja, sehingga menimbulkan kesadaran dalam hati siswa untuk tidak mengulangi kesalahannya lagi. Punishment (hukuman) sebagai alat pendidikan, meskipun mengakibatkan penderitaan (kesusahan) bagi si siswa yang terhukum, namun dapat juga sebagai alat motivasi, alat pendorong untuk mempergiat aktivitas belajar siswa (meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa) .Selain itu, rasa takut yang timbul dari hukuman dapat mempunyai pengaruh yang bermanfaat atas keinginan-
keinginan
tertentu.32Dengan
adanya
punishment
(hukuman) itu diharapkan supaya siswa dapat menyadari kesalahan yang diperbuatnya, sehingga siswa jadi berhati- hati dalam mengambil tindakan.
29
Uyoh sadulloh pedagogik (ilmu mendidik), (Bandung: Alfabeta,2011),h.124. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya 1999),h.44 31 Ali Imron, menajemen berbasis sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011),h. 169. 32 Emile Durkheim, Alih Bahasa Lukas Ginting, Pendidikan Moral Suatu Study Teori Dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan,( Jakarta: Erlangga,1961), h. 116 30
28
Dalam memberikan punishment (hukuman) guru tidak boleh sewenang-wenang, puishment (hukuman) yang di berikan harus bersifat pedagogis dan bukan karena balas dendam. Punisment (hukuman) bila sihasilkan apabila dapat menimbulkan perasaan penyesalan akan perbuatan yang telah dilakukannya. Disamping itu punishment (hukuman) bisa dikatakan berhasil apabila dapat menimbulkan perasaan penyesalan akan perbuatan yang telah dilakukannya.
Disamping
itu
punishment
(hukuman)
juga
mempunyai dampak sebagai berikut: (a) Menimbulkan perasaan dendam kepada si terhukum. Ini adalah akibat dari hukuman sewenang-wenang dan tanpa tanggung jawab. (b) Menyebabkan siswa menjadi lebih pandai menyembunyikan pelanggaran. (c) Dapat memperbaiki tingkah laku si pelanggar. (d) Mengakibatkan si pelanggar menjadi kehilangan rasa salah, oleh karena kesalahannya dianggap telah dibayar dengan punishment (hukuman) yang telah dideranya. (e) Akibat yang lain adalah memperkuat kemauan si pelanggar untuk menjalankan kebaikan .33 Setelah mengetahui tentang akibat dari punishment (hukuman) sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan yang ingin dicapai dengan adanya punishment (hukuman) adalah agar siswa yang melakukan pelanggaran dapat memperbaiki perbuatannya dan tingkah lakunya yang tidak baik dan tidak mengulangi pelanggaran yang pernah dapat memperbaiki perbuatannya dan tingkah lakunya yag tidak baik dan diharapakan untuk tidak mengulangi pelanggaran yang pernah dilakukan. Namun pada dasarnya, tidak ada ahli pendidikan yang menghendaki digunakannya hukuman dalam pendidikan, kecuali 33
M, Ngalim purwanto, ilmu pendidikan teoritis dan praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 189
29
dalam keadaan yang terpaksa.Sebab hadiah atau pujian jauh lebih dipentngkan dibandingkan dengan hukuman. Seseorang pendidik dalam memberikan hukuman harus yang mendidik, tidak menyakiti badan dan jiwa, harus adil (sesuai kesalahannya), siswa harus mengetahui alasan mengapa ia dihukum dan yang lebih penting lagi hukuman harus membawa anak pada kesadaran akan kesalahanya dan tidak meninggalkan rasa dendam pada anak.34 Metode punishmen (hukuman) dalam islamjuga dianjurkan, karena dengan adanya punishment (hukuman) itu, manusia akanberusaha untuk tidak mendapat punishment (hukuman), dalam agama islam dikenal dengan dosa, berikut ayat yang menjelaskan tentang punishment (hukuman), yaitu QS. Baqarah ayat 179:35
Artinya ;Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah:179)
Dari ayat diatas kita dapat mengetahui bahwa dengan adanya punisment (hukuman), maka terpeliharalah kehidupan manusia. Sebab orang akan lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu. Dalam
dunia
pendidikan
juga
menerapkan
punishment
(hukuman)tidak lain hanyalah untuk memperbaiki tingkah laku siswa untuk menjadi lebih baik. Punishment (hukuman) di sini sebsgsi alat pendidikan untuk memperbaiki pelanggaran yang dilakukan siswa bukan untuk balas dendam.
34
Ahmad TafsirIlmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 186. 35 Departemen agama RI, Al Quran terjemaah dan penjelasan ayat ahkam, (jakarta: PT.Sari Agung, 1997), h. 49
30
2) Macam- macam punishment (hukuman) Pada bagian ini peneliti akan membahas tentang macammacam punishment (hukuman) yang dibrikan, disini ada beberapa pendapat mengenai macam-macam punishment (hukuman) adalah sebagai berikut: a) Punishment (hukuman) prevensif, yaitu punsihment (hukuman) yang dilakukan dengan maksud agar tidak jangan terjadi pelanggaran. Punishment (hukuman) ini bermaksud untuk mencegah jangan sampai terjadi pelanggaran sehingga hal itu dilakukannya sebelum pelanggaran dilakukan. Adapun tujuan dari hukum preventif ini adalah untuk menjaga agar hal- hal yang dapat menghambat atau menggangu kelancaran dari proses pendidikan bisa dihindarkan. b) Punishmnet
(hukuman)
referensif,
yaitu
punishment
(hukuman) yang dilakukan oleh karena adanya pelanggaran, oleh adanya dosa yang telah diperbuat. Jadi, punishment (hukuman)
ini
dilakukan
dilakuakan
setelah
terjadi
pelanggaran atau kesalahan.36 Pendapat lain tentang macam-macam punishment (hukuman) adalah pendapat Wiliam Stern membedakan tiga macam punishment yang
disesuaikan
dengan
tingkat
anak-anak
yang
menerima
punishment (hukuman): (1) Punishment (hukuman) Asosiatif Umumnya, orang mengasosiasikan antara
punishment
(hukuman) dan kejahatan dan pelanggaran, antara penderita yang diakibatkan oleh punishment (hukuman) dengan perbuatan pelanggaran yang dilakuakan. Untuk menyingkirkan perasaan tidak enak (hukuman)itu, biasanya orang atau anak menjauhi perbuatannya yang tidk baik atau yang dilarang.
36
Ibid h. 189
31
(2) Punishment (hukuman) logis Punishment (hukuman) ini dipergunakan terhadap anak-anak yang telah agak besar.Dengan punishment (hukuman) ini, anak mengerti bawa punishment (hukuman) itu adalah akibat yang logis dari pekerjaan atau perbuatannya yang tidak baik. (3) Punishment (hukuman) Normatif Punishment
(hukuman)
Normatif
adalah
punishment
(hukuman) yang bermaksud memperbaiki moral anak-anak. Punisment (hukuman) ini dilakukan teradap pelanggaranpelanggaran terhadap norma-norma etika, seperti berdusta, menipu, dan mencuri. Jadi punishment (hukuman) normatif sangat erak hubungannya dengan pembentukan watak anak-anak. Dengan hubungan ini, pendidik berusaha mempengaruhi kata hati anak, menginsafkan anak terhadap perbuatanya yang salah dan memperkuat kemauannya untuk selalu berbuat baik dan menghindari kejahatan.37 Disamping pembagian seperti tersebut diatas, punishment (hukuman) ini dapat dibedakan seperti berikut ini: (a) Punishment (hukuman) alam Ahli pendidikan yang menganjukan punishment (hukuman) ini ialah J.J. Rousseau. Menurut Rousseau, anak-anak ketika dilahirkan adalah suci, bersih dari segala noda dan kejaatan. Adapun yang menyebabkan rusaknya anak itu ialah masyarakat manusia itu sendiri. Maka dari itu, Rousseau menganjurkan supaya anak-anak didik menurut alamnya. Demikian pula mengenai punisment (hukuman) Rousseau menganjurkan “hukum alam”. Biarlah alam yang menghukum anak itu. Tetapi, di tinjau dari segi pedagogis, panishment (hukuman) alam itu tidak mendidik. Dengan punishment (hukuman) alam saja anak tidak dapat mengetahui norma-norma etika mana yang 37
Ibid, h. 190
32
baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan harus diperbuat dan yang tidak.Anak tidak dapat berkembang sendiri ke arah yang sesuai dengan cita-cita dan tujuan yang sebenarnya.Lagi pula punishment (hukuman) alam itu sangat membahayakan anak, bahkan kadang-kadang membinasakannya. (b) Punishment (hukuman) yang disengaja Punishment (hukuman) ini sebagai lawan dari Punishment (hukuman) alam. Punishment (hukuman) macam ini dilakukan dengan sengaja dan bertujuan.Sebagai contoh ialah Punishment (hukuman) yang dilakukan oleh si pendidik terhadap siswanya, Punishment (hukuman) yang dijatuhkan oleh seseorang hakim kepada si terdakwa atau pelanggar.38 Sedangkan menurut Alisuf Sabri, bentuk-bentuk Punishment diantaranya: 1) Punishment badan, yaitu yang dikenakan terhadap badan seperti pukulan; 2) Punishment perasaan seperti ejekan bagi siswa yang dipermalukan, dan dimaki; 3) Punishment intelektual, yaitu siswa diberikan kegiatan tertentu sebagai punishment dengan pertimbangan kegiatan tersebut dapat membawanya ke arah perbaikan.39 Selainitu, menurut Ny. Roestiyah N.K. ntacam-macam cara
menghukum antara lain: 1) Hukuman Jasmaniyah, seperti: menyakiti dan menyunth berdiri. 2) Hukuman
Rohaniah,
seperti:
membuat
anak
malu,
mengasingkan anak, menyuruh mengulangi pekerjaan, menulis
38
kalimat-kalimat,
memindah
tempat
Ibid, h. 189-190 Alisuf Subri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999), h. 44
39
duduk,
33
menahan
anak,
menakut-nakuti,
menyuruh
menyadarkan, mengeluarkan dari kelas/sekolah.
pulang,
40
Dari macam-macam punishment (hukuman) yang telah disebutkan di atas dimaksudkan untuk memperbaiki perbuatan siswa yang salah menjadi baik. Namun, punishment (hukuman) badan yang membahayakan bagi siswa tidak sepantasnya diberikan dalam dunia pendidikan, karena
punishment
(hukuman) semacam ini tidak mendorong siswa untuk berbuat sesuai dengan kesadarannya. Sehingga siswa trauma maka siswa tidak akan mau untuk belajar bahkan akan minta berhenti dari sekolah. 3) Syarat-syarat Punishment Supaya punishment (hukuman) bisa menjadi alat pendidikan, maka seorang guru sebelum memberikan punishment (hukuman) pada siswa yang melakukan pelanggaran sebaiknya guru memperhatikan syarat-syarat punishment (hukuman) yang bersifat pedagogis sebagai berikut: a) Tiap-tiap
punishment
(hukuman)
hendaknya
dapat
dipertanggung jawabkan. Ini berarti punishment (hukuman) ilu tidak boleh sewenang-wenang. b) Punishment
(hukuman)
itu
sedapat-dapatnya
bersifat
memperbaiki. c) Punishment (hukuman) tidak boleh bersifat ancaman atau pembalasan dendam yang bersifat perorangan. d) Jangan menghukum pada waktu kita sedang marah. e) Tiap-tiap punishment (hukuman) harus diberikan dengan sadar dan sudah diperhitungkan atau dipertimbangkan lerlebih dahulu.
40
Ny. Roestiyah N.K., Didaktik/Metodik, (Jakarta: Bina Aksara. 1986), h. 65.
34
f)
Bagi si terhukum (siswa), punishment (hukuman) ilu hendaklah dapat dirasakan sendiri sebagai kedukaan atau penderitaan yang sebenamya.
g) Jangan melakukan punishment (hukuman) badan sebab pada hakikatnya punishment (hukuman) badan itu dilarang oleh Negara. h) Punishment (hukuman) tidak boleh merusakkan hubungan baik antara si pendidik dan siswa. i)
Adanya kesanggupan memberikan maaf dari si pendidik, sesudah menjatuhkan punishment (hukuman) dan setelah siswa itu menginsafi kesalahannya.41 Di samping persyaratan di atas, ada juga pendapat yang
mengemukakan tentang syarat-syarat yang diperhatikan dalam memberikan punishment (hukuman), yaitu: (1)
Hukuman harus diberikan atas dasar cinta kasih sayang. Ini berarti anak dihukum bukan karena benci atau pendidik ingin balas dendam atau atau karena ingin menyakiti hati si anak, tetapi pendidik menghukum demi kebaikan anak, detni kepentingan dan masa depan anak. Oleh karena itu setelah hukuman diberikan jangan sampai berakibat putusnya hubungan kasih sayang antara pendidik dan anak didik.
(2) Hukuman diberikan karena suatu keharasan; artinya karena sudah tidak ada lagi alat pendidikan lain yang dapat dipergunakan kecuali haras diberikan hukuman. Sebagaimana telah diuraikan di muka bahwa hukuman merapakan tindakan/alat pendidikan terakhir yang dapat digunakan, setelah alat pendidikan lain seperti teguran dan peringatan yang diberikan tidak memberikan hasil.
41
Ngalim Purwanto, llmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis, (Bandung: Remaja sdakarya, 2006), h. 191-192.
35
(3) Pemberian hukuman harus dapat menimbulkan kesan kesadaran dan penyesalan dalam hati anak didik. Dengan kesan tersebut anak terdorong untuk insyaf karena menyadari kesalahan dan akibalnya yang, dapat meragikan dirinya sendiri. Oleh karena ita hukuman, yang diberikan diusahakan jangan sampai menimbulkan kesan yang negatif pada anak misalnya menyebabkan rasa puhts asa, rasa rendah diri atau rasa benci kepada pendidiknya. (4) Pemberian
hukuman
akhirnya
pemberian
ampunan
dan
haras
disertai
diikuti dengan
dengan harapan
kepercayaan bahwa anak sanggup memperbaiki dirinya. Dengan demikian setelah anak selesai
melaksanakan
hukumannya guru haras terbebas dari rasa-rasa yangmenjadi beban batinnya terhadap si anak sehingga ia dapat melaksanakan tugasnya kembali dengan perasaan yang lega dan bergairah. Di samping itu kepada anak didik haras diberikan kepercayaan kembali dan harapan bahwa anak tersebut akan mampu berbuat baik seperti halnya kawankawannya yang lain.42 Menurut M. Adliyah al-Abrasyi maksud memberikan punishment (hukuman) dalam pendidikan adalah punishment (hukuman) sebagai tuntian dan perbaikan, bukan sebagai hardikan atau balas dendam.43 Jikalau seorang guru dalam keadaan yang sangat terpaksa harus memberikan hukuman badan bagi muridnya, maka dalam pemberian punishment (hukuman) badan harus memenuhi beberapa syarat yaitu: (a) Sebelum berumur 10 tahun anak-anak tidak boleh dipukul.
42
Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Pedoman llmu Jaya, 1999), h. 45. M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintan؟l93)؛, h. 153.h. 153. 43
36
(b) Pukulan tidak boleh lebih dari tiga kali. Yang dimaksud dengan pukulan di sini ialah lidi atau tongkat kecil bukan tongkat besar. (c) Diberikan kesempatan kepada anak-anak unhik bertobat dari apa yang telah dia lakukakan dan memperbaiki kesalahan tanpa perlu menggunakan pukulan atau menisak nama baiknya (menjadikan ia malu).44 Namun tentang hukuman badan ini, tidak ada yang pantas untuk dikatakan. Hukuman badan mempakan suatu tuduhan kejam atas kegagalan si guru. Pernyataan-pernyataan bahwa jenis hukuman ini “baik bagi anak” tidak dapat diterima oleh setiap psikolog klinis yang baik. Sebab, hukuman badan mungkin mentpakan penyaluran fiustasi guru yang terpendi.36 Bila kita ingin sukses di dalam pengajaran, kita haras memikirkan
setiap
(hukuman)
yang
murid sesuai
dan setelah
memberikan kita
punishment
timbang-timbang
kesalahannya dan setelah mengetahui latar belakangnya. Bila seorang siswa bersalah mengakui kesalahannya dan merasakan betapa kasih sayang guru terhadapnya, maka ia sendiri akan datang kepada guru untuk minta dijatuhi punishment (hukuman) karena merasa akan ada keadilan, mengharap dikasihani, serta ketetapan hati ؛buat taubat dan tidak akan kembali lagi kepada kesalahan yang saja. Dengan jalan demikian akan sampailah kita kepada maksud utama dari punishment (hukuman) yaitu perbaikan. 4) Tujuan Punishment (hukuman) Tujuan merupakan salah satu faktor yang harus ada dalam setiap aktifitas, karena aktifitas yang tanpa tujuan tidak mempunyai arti apa-apa dan akan menimbulkan kerugian serta kesia-siaan. 44
w. James Popham & Eva L. Baker, Allh Bahasa Tim Penerjemah IKIP Sanata Dharma, Bagaimana Mengajar Secara Sistematis, (Yogyakarta: Kanisius, 1994) h. 128.
37
Sehubungan dengan punishment (hukuman) yang dijatuhkan kepada siswa, maka tujuan yang ingin dicapai sesekali bukanlah untuk menyakiti atau untuk menjaga kehormatan guru atau sebaliknya agar guru itu ditaati oleh siswa, akan tetapi tujuan punishment (hukuman) yang sebenarnya adalah sebagai alat pendidikan di mana hukuman yang diberikan justeru dapat mendidik dan menyadarkan peserta didik.45 Apabila setelah mendapatkan hukuman, peserta didik tidak sadar, sebaiknya tidak diberikan
hukuman,c
sebab
misi
dan
maksud
hukuman
bagaimanapun haruslah tercapai. Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang tujuan dari pada punishment, diantaranya yaitu Ngalim Purwanto yang menyatakan bahwa tujuan orang memberikan punishment itu sangat berkaitan dengan pendapat orang-orang mengenai teori punishment, seperti: a.
Teori Pembalasan Teori ini yang tertua. Menurut teori ini, punishment diadakan sebagai pembalasan dendam terhadap terhadap pelanggaran yang telah dilakukan seseorang. Tentu saja teori ini tidak boleh dipakai dalam pendidikan di sekolah.
b.
Teori Perbaikan Menurut membasmi
teori
kejahatan.
ini,
punishment
Jadi
asumsi
diadakan ini
ialah
untuk untuk
memperbaiki si pelanggar agar jangan berbuat kesalahan semacam itu lagi. c.
Teori Perlindungan Menurut
teori
ini,
punishment
diadakan
untuk
melindungi masyarakat dari perbuatan-perbuatan yang tidak wajar.Dengan adanya hukuman ini, masyarakat dapat 45
169
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta:Bumi Aksara, 2011) h.
38
dilindungi dari kejahatan-kejahatan yang telah dilakukan oleh si pelanggar. d.
Teori Ganti Kerugian Menurut
teori
ini,
punishment
diadakan
untuk
menggantikan kenigian yang telah diderita akibat kejahatankejahatan atau pelanggaran ini. Punishment ini banyak dilakukan dalam masyarakat atau pemerintaan. Dalam proses pendidikan, teori ini masih belum cukup, sebab dengan punishment semacam itu anak mungkin menjadi tidak merasa bersalah atau berdosa karena kesalahannya ini telah terbayar dengan punishment. e.
Teori Menakut-nakuti Menurut
teori
ini,
punishment
diadakan
unik
menimbulkan perasaan takut kepada si pelanggar akan akibat perbuatannya yang melanggar ini sehingga ia akan selalu takut melakukan perbuatan ini dan mau meninggalkannya.46 punishment adalah sebagai berikut: 1) Memperbaiki kesalahan atau perbuatan anak didik, 2) Mengganti kenigian akibat perbuatan anak didik, 3) Melindungi masyrakat atau orang lain agar tidak menini perbuatan yang salah, 4) Menjadikan anak didik takut mengulangi perbuatan yang salah.47 Dari pendapat di atas, maka dapat dikemukakan, bahwa hijuan dari punishment ini adalah mencegah, mengoreksi, dan memberikan kesadaran kepada anak didik agar mereka memahami kesalahannya sekaligus memperbaikinya dan tidak mengulanginya di kemudian hari serta agar membuat anak didik berpikir lebih dewasa lagi. 46
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakaiya, 2003) Ce،19, h.l87-l88 47 AlisufSabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999), h. 44.
39
Maksud guru memberi punishment (hukuman) ini bermacam-macam, hal ini sangat erat hubungannya dengan pendapat orang tentang teori-teori punishment (hukuman), maka hijuan pemberian punishment (hukuman) berbeda-beda sesuai dengan teori punishment (hukuman) yang ada. B. Hasil Penelitian Yang Relevan Beberapa hasil yang relevan dengan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Zumar ahmad sholeh (PAI) tahun 2013 dengan judul penelitian “Efektifitas Pemberian Reward dan Punishment Dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa SD Kharisma Bangsa Pondok Cabe Jakarta” tahun ajaran 2012/2013. Namun penelitian tidak menggunakan metode PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dalam penelitiannya tersebut. Dapat di simpulkan bahwa pemberian reward dan punishment yang baik adalah salah satu penerapan kedisiplinan dengan aturan- aturan tertentu yang dapat mengontrol kedisiplinan siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang hendak dicapai. Pemberian reward dan punishment yang baik adalah pemberian reward dan punishment yang bernilai edukatif terhadap siswa, sehingga pemberian reward tidak dianggap sebagai “upah” dan punishment tidak disalah artikan sebagai “balas dendam”. 2. Eti Marwati (KIMP) tahun ajaran 2010, dengan judul penelitian “ pemberian reward dan punishment dalam meningkatkan disiplin belajar siswa di SMA PGRI 56 Ciputat”. Dari hasil penelitian yang dilakukan di SMA PGRI 56 Ciputatdiketahui bahwa reward dan punishment itu tidak mutlak menimbulkan efek positif, artinya tidak semua siswa yang mendapatkan reward atas prestasi dan perbuatan baik yang siswa lakukan ataupun mendapatkan punishment telah melakukan pelanggaran yang telah siswa lakukanitu dapat meningkatkan disiplin belajar siswa. Hal ini
40
bisa terlihat dari hasil data tabel angka reward yang menyatakan 50% meningkat, 45% biasa,dan 5% alam menurun dan hasil data punishment yang menyatakan 39% meningkat, 38% biasa dan 23% menurun. hal ini di sebabkan adanya perbedaan masing- masing siswa dalammerespon rewardataupun punisment yang diberikan kepada mereka, disamping itu juga adanya perbedaan dari segi psikologis ataupun intelektual masinng- masing siswa. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama meneliti tentang meningkatnya hasil belajar siswa
dengan
menggunakan
pendekatan
reward
dan
punishmentsedangkan perbedaannya adalah: 1) mentukan hasil belajar siwa, 2) pemberian reward dan punishment yang baik adalah salah satu penerapan kedisiplinan dengan aturan-aturan tertentu yang dapat mengontrol kedisiplinan siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang hendak dicapai. 3) segi psikologis ataupun intelektual masinng-masing siswa.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SDIT Mitra Mendidik Anak. jalan Jl. Pengasinan Raya II no 140B Narogong Rawa Lumbu Bekasi Timur 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada semester II, dimulai pada bulan Agustus sampai November tahun 2015, pengamatan serta observasi dalam penelitian ini dilakukan persiklus yang bertujuan untuk melihat perbandingan dari setiap tahapan siklus mengenai peningkatan hasil belajar akhlak pada mata pelajaran PAI. B. Metode Penelitian Penelitian merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan, mengembangkan dan menguji teori. McMillan dan Schumacher mengutip pendapat Walberg, ada lima langkah pengembangan pengetahuan melalui penelitian, yaitu : (1) mengidentifikasi masalah penelitian, (2) melakukan studi empiris, (3) melakukan replikasi atau pengulangan, (4) menyatukan (sintesis) dan mereviu, (5) menggunakan dan mengevaluasi oleh pelaksana.1 Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Artinya suatu metode yang dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.2 Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat deskripsi mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam arti ini, penelitian deskriptif itu adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, mentest hipotesis, membuat ramalan, atau 1
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Rosdakarya, 2011), h. 5 Moh. Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1999), h. 63
2
41
42
mendapatkan makna dan implikasi, walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif.3 Metode penelitian dekskriptif kualitatif ini digunakan karena metode ini menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dan responden, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri, dan juga data yang terkumpul kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.
C. Sumber Data Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.4 Maka untuk melengkapi data penelitian ini maka peneliti mempersiapkan data primer dan data sekunder sebagai data dalam penelitian ini. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur dan teknik pengambilan data yang dapat berupa interview, observasi, maupun penggunaan instrumen yang khusus dirancang sesuai dengan tujuan.5 Adapun data primer yang peneliti gunakana dalah yang berkaitan dengan lokasi penelitian, yaitu berupa informan dan data langsung dari sekolah, baik berupa data siswa, guru maupun arsip lain yang dapat diambil dari lokasi penelitian. Sedangkan data yang sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsiparsip resmi.6 Data tersebut seperti data kepustakaan yang terkait dengan literatur dan data penunjang lainnya. Menurut Loflad, sebagaimana yang dikutip oleh meleong menyatakan bahwa “sumber data utama dalam peneltian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data
tambahan seperti
3
Sumadi suryabrata, Metodologi Penelitian,(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998),h.
19 4
SuharsimiArikunto,ProsedurPenelitian:SuatuPendekatanPraktek(Jakarta: PT rinekaCipta,2002),h.107 5 SaifuddinAzwar,MetodePenelitian(Yogyakarta:PustakaPelajar,2005),h.36 6 Ibid.,h.12
43
dokumen dan lain- lainnya”.7 Jadi, kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama dan dokumen atau sumber data tertulis lainnya merupakan data tambahan. Jadi sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan yang diperoleh dari informan yang terkait dalam penelitian, selanjutnya dokumen atau sumber tertulis lainnya merupakan data tambahan. Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah Tenaga pengajar (guru pendidikan agama Islam kelas III) SDIT Mitra Mendidik Anak. Informan adalah orang
yang
dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latarbelakang penelitian.8 Jadi informan diharapkan mengetahui banyak pengalaman tentang sekolah yang dijadikan objek penelitian.
D. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel adalah bagian dari populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Populasi yang digunakan peneliti adalah siswa-siswi SDIT Mitra Mendidik Anak. Tetapi peneliti mengambil sampel yang akan mewakili populasi yakni siswa-siswi kelas III SDIT Mitra Mendidik Anak. dalam 7
LexyMeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Karya), h.12 SuharsimiArikunto,op.cit.,h.107
8
44
menghasilkan
nilai-nilai
karakter
dalam
pembelajaran
PAI
dengan
menggunakan model pembelajaran Reward dan Punishment.
E. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data Dalam mengumpulkan dan memeroleh data, peneliti mengamati secara langsung proses pembelajaran di kelas. Mengetahui secara langsung bagaimana proses pembelajaran. Dengan begitu dapat mengetahui apasaja dan bagaimana nilai-nilai karakter yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran PAI. Dalam pengumpulan data, peneliti tidak hanya melakukan observasi dalam kelas, tetapi juga menggunakan pertanyaan-pertanyaan. 1. Observasi Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar, kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan, personil bidang kepegawaian yang sedang rapat. Orang sering mengartikan observasi sebagai suatu aktivas yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Di dalam pengertian psikologi, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi, mengibservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciumann pendengaran, peraba, dan pengecap. Observasi berlangsung dalam proses pembelajaran siswa di kelas, dimulai dari bagaimana ketika guru memasuki kelas, memberikan gambaran kepada siswa, bagaimana guru melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran reward dan punishment. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi nonpartisipan (non participant observation) dimana dalam observasi nonpartisipan ini peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat.
45
Pengumpulan data dengan observasi nonpartisipan ini tidak akan mendapatkan data yang mendalam, dan tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai-nilai di balik perilaku yang tampak, yang terucapkan dan yang tertulis.9 2. Wawancara atau Interviu (interview) Selain observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam prosedur pengumpulan data, peneliti juga melakukan wawancara yang ditujukan kepada kepala sekolah dan guru PAI. Wawancara atau interviu (interview) merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatifdan deskriptif kuantitatif. Interviu yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (Interviewer)
untuk
memperoleh
informasi
dari
terwawancara
(Interviewer). Interviu digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu. Dalam penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan proses wawancara terhadap guru PAI kelas III yang lebih mengetahui dan memahami bagaimana proses, nilai pengetahuan maupun nilai karakter yang siswa miliki. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini berupa wawancara terstruktur yaitu teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.10 Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. 3. Studi Dokumenter
9
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2014), h. 204 Ibid, h. 195
10
46
Studi dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumendokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Objek yang diperhatikan (ditatap) dalam memperoleh informasi, kita memperhatikan tiga macam sumber, yaitu tulisan (paper), tempat (place) dan kertas atau orang (people). Dalam mengadakan penelitian yang bersumber pada
tulisan
inilah kita telah
menggunakan
metode
dokumentasi. Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barangbarang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulenrapat, catatanharian, dansebagainya. Dalam pengertian yang lebih luas, dokumen bukan hanya yang berwujud tulisan saja, tetapi dapat berupa benda-benda peninggalan seperti prasasti dan symbol-simbol. Metode dokumentasi ini dapat merupakan metode utama apabila peneliti melakukan pendekatan analisisisi (content analysis) Pada penelitian ini, peneliti memperoleh informasi dan dokumen lain yang melengkapi. Dokumen yang dikumpulkan diantaranya foto ketika kegiatan pembelajaran PAI, catatan-catatan ketika penelitian sedang berlangsung, rekaman wawancara yang dilakukan peneliti dengan responden. F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data Untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dan lebih jelas, peneliti melakukan penelitian secara langsung Penelitian dilakukan dari hasil observasi di kelas. Data yang didapatkan berupa hasil observasi, wawancara, dan studi dokumenter. Observasi yang dilakukan menghasilkan nilai-nilai karakter
yang dihasilkan dalam
pembelajaran PAI melalui
model
pembelajaran reward dan punishment. Data yang valid dapat diperoleh dengan melakukan uji kredibilitas (validitas interval) terhadap data hasil penelitian sesuai dengan prosedur uji
47
kredibilitas
data
dalam
penelitian
kualitatif.
Pengujian
kredibilitas
diantaranya : 1. Perpanjangan pengamatan Hal ini dilakukan untuk menghapus jarak antara peneliti dan narasumber sehingga tidak ada lagi informasi yang disembunyikan oleh narasumber karena telah memercayai peneliti. Selain itu, perpanjangan pengamatan dan mendalam dilakukan untuk mengecek kesesuaian dan kebenaran data yang telah diperoleh. Perpanjangan waktu pengamatan dapat diakhiri apabila pengecekan kembali data di lapangan telah kredibel. 2. Meningkatkan ketekunan Pengamatan yang cermat dan berkesinambungan merupakan wujud dari peningkatan ketekunan yang dilakukan oleh peneliti. Ini dimaksudkan guna meningkatkan kredibilitas data yang diperoleh. 3. Triangulasi Ini merupakan teknik yang mencari pertemuan pada satu titik tengah informasi dari data yang terkumpul guna pengecekan dan pembanding terhadap data yang telah ada. Triangulasi merupakan cara untuk melihat fenomena dari berbagai sudut, melakukan pembuktian temuan dari berbagai sumber informasi dan teknik. Misalnya, hasil observasi dapat dicek dengan hasil wawancara atau membaca laporan,
serta melihat yang lebih tajam hubungan antara
berbagai data. Menguji kebenaran data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. 4. Menggunakan bahan referensi Bahan referensi adalah pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Bahan yang dimaksud dapat berupa alat perekam suara, kamera, handycam dan lain sebagainya yang dapat digunakan oleh peneliti selama melakukan penelitian. Bahan referensi yang dimaksud ini sangat mendukung kredibilitas data.
48
G. Analisis Data 1. Pengertian Nasution menyatakan bahwa11 : “Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda” Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan12 menyatakan bahwa “Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to others” Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Menurut Bogdan dan Taylor dalam bukunya LexyJ. Moleong mendefinisikan analisa data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu.13 Pengelolaan data atau analisis data merupakan tahap yang penting dan menentukan. Karena pada tahap ini data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dinginkan dalam penelitian. 11
Ibid, h. 334 Ibid., h. 334 13 LexyMeleong,op.cit.,h.126 12
49
Sebagaimana dengan jenis penelitian yang
digunakan
penelitian kulitatif, maka peneliti menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Lebih lanjut Lexy mengatakan bahwa laporan penelitian kualitaif berisi kutipann-kutipan data, baik berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya. Menurut Muhamamd Nazir,
bahwa tujuan dari penelitian
deskriptif adalah untuk membuat dekripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat sertahubung anantara fenomena yang diselidiki.14 Adapun untuk menganalisis data
penulis menggunakan
metode kualitatif deskriptif, yakni: a. Data yang diperoleh dari penelitian seperti hasil observasi, hasil interview,
hasil dokumenter yang tergabung dalam metode
pengumpulan data dari lapangan yang disusun peneliti di lokasi pnelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan bilangan statistik. b. Dengan teknik ini data selanjutnya dianalisis isinya sesuai dengan informasi yang dibutuhkan. c. Kemudian digambarkan dalam bentuk kata-kata. Dalam melakukan proses analisis, peneliti mengumpulkan beberapa data dari informan berupa gambar, rekaman wawancara, dan observasi yang dilakukan peneliti di dalam kelas dan kemudian menjabarkan dan menjelaskannya.
14
Moh.Nasir,loc. cit.
50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran umum sekolah 1. Profil Yayasan lembaga pendidikan Mitra Mendidik Anak (MMA) Yayasan Uswah Ummahat hadir di tengah masyarakat dalam rangka mendorong dan membantu pemerintah untuk meningkatkan kualitas taraf hidup masyarakat. Keinginan kuat tersebut muncul, setelah melihat , dan merasakan adanya berbagai macam permasalahan yang melanda Indonesia yang membuat kualitas hidup bangsa Indonesia jauh di bawah negara-negara tetangga. Masalah politik, ekonomi, pendidikan, sosial-budaya dan lainnya sampai sejauh ini masih menggurita, membenam Indonesia. Dalam hal sosial budaya dan politik, bangsa Indonesia menempati urutan yang tertinggi dalam hal korupsi. Praktek KKN menggerogoti Indonesia di semua lini ruang kegiatan masyarakat. Kepemimpinan yang rapuh mendudukkan Indonesia sebagai negara yang tidak lagi disegani di kawasan Asia Tenggara. Beberapa tahun silam, kita bisa lihat bagaimana mudahnya salah satu pulau di Indonesia direbut oleh negara tetangga, atau begitu tidak sungkannya kadangkala batas perairan/udara Indonesia dimasuki oleh negara-negara lain tanpa izin atau koordinasi dengan negara Indonesia. Berbagai laporan dari badan dunia menginformasikan tentang rendahnya tingkat Indeks Pembangunan Manusia Indonsia, yang memberi indikasi bahwa masih rendahnya kualitas kesejahteraan masyarakat Indonesia sepanjang ratusan tahun setelah merdeka dari tangan penjajah. Banyak faktor yang menyumbang rendahnya tingkat Indeks Pembangunan Manusia Indonesia, yang membuat bangsa kita tidak mampu bersaing dan kurang mandiri di era globalisasi ini. Ketergantungan sumber daya manusia (SDM), ilmu pengetahuan & teknologi, ekonomi 50
51
dan lain sebagainya kepada bangsa lain, masih mewarnai derap langkah pembangunan bangsa yang dilakukan pemerintah. Permasalahan dunia pendidikan menjadi salah satu faktor yang berkontribusi dalam kedudukan angka indeks Pengembangan Manusia (IPM) Indoesia yang masih jauh tertinggal dari negara lain bahkan dengan Malaysia sekalipun. Nilai IPM Indonesia pada 2012 sebesar 0,629, menjadikannya naik tiga posisi ke peringkat 121 dari peringkat 124 pada 2011 (0,624), dari 187 negara. Menduduki peringkat yang sama dengan Indonesia adalah Afrika Selatan dan Kiribati. Meski naik tiga peringkat, IPM Indonesia masih di bawah rata-rata dunia 0,694 atau regional 0,683. Indonesia dikategorikan sebagai “Negara Pembangunan Menengah” bersama 45 negara lainnya. Peringkat Indonesia masih jauh di bawah beberapa negara anggota ASEAN, termasuk Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand dan Filipina. Singapura memiliki IPM tertinggi di antara negara-negara ASEAN dengan 0,895 dan peringkat 18 di seluruh dunia. Brunei memiliki IPM 0,855 dan berada di peringkat 30, sementara Malaysia memiliki IPM 0,769 dengan peringkat 64. Thailand dan Filipina masing-masing ada di peringkat 103 dan 114, dengan IPM 0,690 dan 0,654. Menukik ke permasalahan pendidikan, berdasar hasil analisi PISA 200, ditemukan bahwa dari 6 (enam) level kemampuan yang dirumuskan di dalam studi PISA, hampir semua peserta didik Indonesia hanya mampu menguasai pelajaran sampai level 3 (tiga ) saja, sementara negara lain yang terlibat dalam studi ini banyak yang mencapai level 4 (empat), 5 (lima), dan 6 (enam). Sementara hasil studi lain tentang reading dan literacy (PIRLS) menunjukkan, lebih dari 95% peserta didik Indonesia di SD kelas IV hanya mampu mencapai level menengah, padahal lebih dari 50% siswa Taiwan mampu mencapai level tinggi dan advance.
52
Berdasarkan data di atas, menjadi pekerjaan besar bagi bangsa Indonesia untuk mampu mencetak SDM yang berkualitas, dimana salah satu variable yang mempengaruhi peningkatan kualitas IPM tersebut adalah faktor pendidikan dan sosial. Berangkat dari niat yang tulus untuk melayani umat dan membantu mengurai permasalah sosial dan pendidikan, maka yayasan Uswah Ummahat lahir pada tahun 1991 dengan kepedulian kepada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui program-program yang dirancang dalam ruang lingkup bidang sosial dan pendidikan. Keberadaan Yayasan Uswah Ummahat di tengah masyarakat diharapkan dapat menyiapkan dan membangun generasi muda Indonesia masa depan yang tangguh dan madani. Generasi muda yang berahlak baik, bermartabat, mandiri, berbudaya, kreatif dan inovatif. Pada tahun 1999 tepatnya tanggal 15 Februari terjadi perubahan akte notaris yang disebabkan karena adanya perubahan struktur kepengurusan yayasan. Perubahan kembali terjadi pada tahun 2010 dengan diterbitkanya akta Nomor 3 tanggal 21 Januari. Pengesahan yayasan oleh Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia diperoleh pula pada tanggal 08 Juni 2010 dengan nomor : AHU-2242.AH.01.04 Tahun 2010.
2. Visi dan Misi a. Visi SDIT Mitra Mendidik Anak (MMA) Menjadi sekolah Islam yang unggul dan berwawasan global sehingga terwujud generasi yang sholeh, mandiri dan berprestasi. b. Misi SDIT Mitra Mendidik Anak (MMA) 1) Mewujudkan lingkungan belajar yang Islami dan menyenangkan. 2) Mengembangkan potensi peserta didik berdasarkan kecerdasannya untuk mencapai prestasi terbaik. 3) Menghantarkan siswa menguasai ICT dan bahasa internasional.
53
4)
Menumbuhkan jiwa leadership dan enterpreneurship.
c. Nilai-Nilai 1) Komitmen terhadap nilai-nilai Islam 2) Menjunjung tinggi profesionalitas 3) Melayani dengan hati 4) Berorientasi pada mutu.1 3. Kurikulum & Pembelajaran a. Manajemen Kelas 1) Menggunakan observasi MIR (Multiple Intelligence Research) sebagai langkah awal untuk mendiagnosis kecerdasan dan gaya belajar siswa dalam rangka penerapan strategi dan pendekatan yang lebih tepat. 2) Menerapkan pembelajaran terintegrasi dan lintas mata pelajaran. 3) Menerapkan pendekatan Multiple Intelligences System dalam perencanaan, proses dan penilaian pembelajaran. 4) Melakukan
pendekatan
individual
di
dalam
meningkatkan
kemampuan tiap individu secara optimal. 5) Memberikan pendekatan belajar secara proses pada setiap mata pelajaran dengan menghubungkannya pada kemanfaatan dalam kehidupan sehari-hari (pendekatan kontekstual) serta membiasakan pembuatan produk kreatif. 6) Menerapkan Action Research sbg alat evaluasi efektifitas pembelajaran agar diperoleh hasil belajar yang lebih efektif. 7) Memberikan pengayaan secara khusus kepada siswa berpotensi untuk melejitkan potensinya dan mengangkat sekolah sebagai juara dalam berbabagai ivent. 8) Menerapkan
penilaian
proses
dengan
pendekatan
holistic
assessment dalam rangka penilaian secara seimbang dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
1
Data sekolah
54
b. Rutinitas 1) Pembiasaan sholat wajib berjamaah dan sholat sunnah rawatib. 2) Tadarus dan Tahfidz Al Quran setiap hari. 3) Sholat berjama’ah dhuhur dan ashar. 4) Penjadwalan Kultum Dhuhur dari siswa. 5) Pembiasaan salat Dhuha. 6) Pembiasaan Shoum sunnah Senin Kamis. 7) Murojaah hafalan Al Quran dan Hadits setiap ba’da sholat berjamaah. 8) Kegiatan kajian Islami 1 kali sepekan. 9) Beladiri praktis 1 kali dalam sepekan 4. Ruang Lingkup Pemantauan & Budaya Sebagai sekolah yang menggunakan Sistem Full Day School, yang aktivitas belajar, aktivitas bermain, serta interaksi antar siswa dan interaksi siswa dan guru banyak terjadi sepanjang jam sekolah, diperlukan adanya pemantauan terhadap kebiasaan yang dilakukan siswa. Beberapa lingkup yang menjadi pemantauan dan wilayah pokok budaya sekolah adalah sebagai berikut : a. Ibadah b. Ketertiban Kedisiplinan c. Kerapihan Dan Kebersihan d. Perilaku Sosial Adapun quality assurance dan progam kesiswaan di sekolah adalah sebagai berikut: 1) Quality Assurance a) Kompetensi Kepribadian (SHALEH) (1) Sholat tanpa disuruh (2) Memiliki kebiasaan menjalankan ibadah-ibadah sunah (3) Hormat dan patuh kepada orang tua dan guru b) Kompetensi Akademik : cerdas (1) Gemar membaca dan mencintai ilmu (2) Mampu membaca al-quran dengan benar dan lancar.
55
(3) Hafalan al-quran minimal 2 juz (4) Lancar berkomunikasi secara lisan maupun tulisan (5) Nilai UN minimal rata-rata 8,0 c) Kompetensi Life Skill (1) Mampu mengorganisasikan diri dan acara tertentu (2) Mampu mengoprasikan komputer (3) Mampu menguasai salah satu cabang bela diri. 2) Program Kesiswaan Kesiswaan membidangi seluruh aspek kesiswaan dan terfokus pada pembinaan siswa, bimbingan dan penyuluhan siswa, UKS dan unit pengembangan bakat dan minat siswa. Program tersebut berupa : a) Menyambut Siswa Datang b) Upacara c) Jum’at Sehat d) Shalat Jamaah dan Makan berjamaah e) T-PKS f) Dokter Kecil (DOKCIL) g) Budaya berInfaq h) Keputrian Sasaran kegiatan ini adalah siswi kelas 4 – 6 i) Perkemahan Perkemahan dilaksanakan satu tahun sekali pada semester 2 diperuntukkan bagi anak kelas 4-5 j) Mabit, Malam Bina Iman dan Taqwa atau MABIT adalah suatu program yang dirancang untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada siswa-siswi kelas 6 yang akan menjadi alumni. k) Home visit l) PHBI DAN PHBN m) Service Learning and Environment Learning
56
(1) Service Learning adalah pembelajaran berbasis masyarakat, praktek pengabidian kepada masyarakat yang dilakukan oleh siswa-siswi MMA yang merupakan aplikasi dari ilmu yang mereka dapatkan di sekolah. (2) Environtment learning adalah sebuah proyek kegiatan yang dilakukan siswa bersama masyarakat, siswa mengambil pembelajaran dari proyek tersebut yang kemudian diselaraskan dengan pengetahuan (teori) yang mereka dapatkan di sekolah. n) Muhasabah dan Renungan o) Ekstra Kurikuler Semua siswa pada hari Jum’at selama ±30 menit melakukan kegiatan Jum’at sehat seperti contoh berikut : Kegiatan Senam pagi PSN dan Kerja bakti Pembinaan Akhlaq
Jum’at ke 1 & 3 Kelas 1-3 Kelas 4-6 Kelas 6
Jum’at ke 2 & 4 Kelas 4-6 Kelas 1-3 Kelas 6
Tim Penegak Kedisiplinan Siswa atau T-PKS adalah tim yang ditunjuk oleh guru kelas untuk mewakili kelasnya menjadi tim penegak kedisiplinan siswa. 5. Keadaan Guru danSiswa Tenagapendidikdankependidikan saatiniadalahberjumlah15 bidangstudisekaliguswalikelas, petugasperpustakaan,
di
orangdengan
SDIT 2
orang
MMA guru
dansisanyamerupakan
TU,
tenagakebersihandankeamanan.
Hal
inisesuaidenganwawancarapenulisdenganKepala SDIT MMA, Santy Kartika S.s I,.
57
Tabel Keadaan Pendidik SDIT Mitra Mendidik Anak. 2015/2016
No. Nama dan NIP Guru
Mata pelajaran
Pendidikan
yang diajarkan
terakhir
1 Hanna Nuraidah P.si
PAI
2 Rahmat
Bahasa Indonesia
Non PNS
Bahasa
Non PNS
3
Lalang Maulana Setiyo Hadi, MA
S1 Psikologi
Keterangan
Penjaskes,
Inggris, D3 Akutansi
Non PNS
bahasa
Arab Tikom,
4 Yayan Yanuar,
IPA, S1 kom
Non PNS
D3
Non PNS
Matematika
5 Linda
Seni Budaya
6
Al-Qur’an Hadits
Sri
Non PNS
7 Nurhasanah, S.Ag
PKn
S1
Non PNS
8 Chairunnisa
IPS
S1
Non PNS
Tabel 4.2 Data keadaan Tenaga Kependidikan dan Staff pendukung SDIT MMA. 2015/2016
No
Nama
Jabatan
1
Santy Kartika, S.Si,
KepalaSekolah
2
Lia Nur Fauziah,
WakasekKurikulum
3
Lalang Maulana Setiyo Hadi
WakasekKesiswaan
4
Murtiah, SE,
Bendahara
5
Rizky Hesti Mulyaningrum
Kepala Tata Usaha
6
Heni Prades
Tata Usaha
58
Data siswa dan siswi SDIT MMA sebagaimana yang sesuai dengan data yang ada di sekolah tahun pelajaran 2015/2016 yaitu :
Tabel 4.3 Data keadaan siswa Jenis Kelamin No
Kelas
Rombel
Lakilaki
Perempuan
Jumlah
1
I
2
19
24
43
2
II
2
23
16
39
3
III
1
22
13
35
4
IV
1
8
6
14
5
V
1
3
4
7
75
63
134
Jumlah
6. Sarana dan Prasarana a. Ruang kelas terdiri dari 8 kelas yang semuanya dalam keadaan baik dan sangat layak digunakan dalam pembelajaran. b. Terdapat 1 ruang guru, 1 ruang Tata Usaha, ruang kepala sekolah, ruang guru BK, ruang UKS, laboratorium IPA dan Komputer, perpustakaan, mushola, toilet 2 bagian yaitu berada di lantai bawah dengan lantai 2. c. Masing-masing ruang memiliki sumber cahaya yang baik, udara yang baik. Alat kantor yang baik, meja maupun kursi. d. Terdapat 1 buah papantulis dalam setiap kelas, whiteboard dengan blackboard. e. Memiliki alat pembelajaran berupa LCD/infokus, berbagai macam alat peraga untuk pembelajaran.
59
B. Pembahasan Berdasarkanpengamatanpenelitianpanelitianpadapenerapanmetoderewardda npunishmentdalammeningkatkanmotivasibelajarsiswakelas
III
SDITMitraMendidikAnaktahunajaran 2015/2016 kemudianberdasarkanobservasi yang dilakukanpenelitiandalampenerapanmetoderewarddanpunishmenttersebutmengen aimotivasibelajarsiswa.wawancaradilaksanakandisekolahkepada
guru kelasIII
SDIT MitraMendidikAnak, kepalasekolahdanbeberapasiswa. dokumentasi yang didapatkanberdasarkankegiatanbelajarmengajardanpelaksanaanrewarddanpunish ment. Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yag memepengaruhi keberhasilan siswa untuk meningkatkan motivasi belajar siswa disekolah dan dorongan bagi siswa agar bersemangat untuk
mendapat
hasil yang baik.
berdasarkan hasil penelitian di sdit mitra mendidik anak sebagai lembaga pendidikan yang berupaya meningkatkan prestasi belajar siswa. Dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa kelas III maka guru kelas secara inisiatif menerapkan metode reward dan punishment dalam kegiatan belajar baik akademik maupun nonakademik. Reward merupakan sebuah hadiah,sedangkan punishment diartikan sebagai hukuman.reward juga dapat diartikan hadiah atau penghargaan untuk prestasi siswa. Punishment diartikan sebagai hukuman bagi siswa yang melanggar tata tertib. penerapan metode reward dan punishment oleh guru kelas III merupakan cara sederhana agar siswa terdorong untuk mau belajar. penelitian ini dikhususkan pada siswa kelas III SDITMitra Mendidik Anak dikarnakan guru kelas III ibu Hana Nuraidah yang memeiliki gagasan reward dan punishment
disekolah tersebut. Cara ibu Hana Nuraidah
yang termasuk
mengikuti perkembangan metode belajar dianggap sangat menarik karena
60
diterapkan pada sekolah yang berada dipedesaan. penerapan metode reward dan punishment juga bagi semua siswa, bukan siswa terpilih karena tujuan utama untuk mendongkrak semangat belajar siswa yang memiliki prestasi kurang baik. 1. Pelaksanan Metode Reward Dan Punishment Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar pada siswa kelas III SDIT Mitra Mendidik Anak Tahun Ajaran 2015/2016 a. Penerapan Metode Reward Metode reward yang diterapkan oleh ibu Hana Nuraidah dalam kegiatan belajar mengajar dengan beberapa cara. Sebagai berikut:2 1) ReinforcerSosial Metode reward sosial yaitu metode reward dengan pemberian hadiah berupa senyuman, pujian atau acungan jempol. Metode reward ini merupakan diterapkan oleh ibu Hana Nuraidah karena metode ini merupakan cara paling sederhana, murah dan mudah.rewardini diperuntukan bagi seluruh siswa kelas III SDIT Mitra Mendidik Anak. Mengenai waktu pelaksanan metode ini tidak terjadwal karena metode ini dilaksanakan kapanpun bahkan ketika melihat siswa memungut sampah lalu membuangnya ketemapat sampah. ibu Hana Nuraidah juga memberikan rewardberupa senyuman kesiswa beserta acungan jempol.3 Begitu
pula
mengenai
tempat,
metode
ini
juga
dilaksanakan dimanapun oleh ibu Hana Nuraidah. dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah. reward yang dilaksanakan dilingkungan
sekolah
lebih
bersifat
akademik
seperti
memberikan pujian saat siswa dapat berani mengerjakan soal PAI di depan kelas. sedangkan dilingkungan luar sekolah ibu Hana memberikan reward dengan senyuman atau pujian ketika 2
Wawancara dengan ibu Hana Nuraidah, jumat, 4 september 2015 Wawancara dengan ibu Hana Nuraidah, jumat, 4 september 2015
3
61
siswa berani memberi salam dan bersalaman dengan bapak atau ibu guru.4 Pelaksaan metode reward sosial ini tidak memrlukan persiapan karena mengingat metode ini sangat mudah dan dapat di terapkan kapan saja. reward dilaksanakan secara sederhana dan mudah yaitu anggukan sebagai tanda benar di sertai dengan senyuman, memberikan acungan jempol sebagai tanda bagus atau benar pada tugas yang dikerjakan oleh siswa. seperti saat ibu Hana bertanya siapa yang sudah mengerjakan PR dan semua siswa tunjuk tangan, maka secara langsung ibu Hana memberi acungan jempol sambil senyum yang menandakan kepuasan karena seluruh siswa telah melakukan hal yang baik. Ibu Hana juga memberikan rewarddengan memberikan pujian dengan ucapan “pintar, jawaban sudah benar. besok berarti waktunya ulangan bisa mendapatkan nilai 10 ya !”.5 kalimat yang diucapkannya tersebut merupakanrewardyang juga terdapat motivasi didalamnya. hal tersebut dapat dikatakan hadiah sesuai dengan
teori
yang
masuk
kategori
sekunder
yaitu
reinforsersosial, juga menjadi sebuah dorongan bagi siswa. senyuman, pujian bahkan acungan jempol yang merupakan cara yang sangat sederhana dan dapat dilakukan semua guru, namun memiliki pengaruh positif bagi siswa. pelaksanan metode rewardtersebut dibuktikan dengan adanya laporan observasi yaitu guru memberikan senyuman saat beberapa siswa dapat menjawab pertanyaan serta memberikan pujian pada siswa yang dapat menjawab soal saat mata pelajaran PAI.
4
Wawancara dengan ibu Hana Nuraidah, jumat, 4 september 2015
5
Wawancara dengan ibu Hana Nuraidah, jumat, 4 september 2015
62
Tekhnik
tersebut
merupakan
teknik
motivasi
menurutOemar Hamalik berdasarkan teori kebutuhan yaitu pemberian pujian. dengan memberikan pujian pada siswa akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya. 2) ReinforcerAktivitas metode reward yang di terapkan ibu hanna adalah dengan memberikan hadiah
berupa bermain bersama. Hal tersebut
sesuai dengan jenis reward yaitu berbentuk aktivitas.reward ini diterapkan untuk mendorong siswa agar memiliki semangat dalam bekerja sama ,rekreasi dalam belajar bersama siswa lainya.metode yang diterapkan ibu Hana ini juga di peruntukan bagi siswa kelas III SDIT Mitra Mendidik Anak. Perencanaan waktu bagi pelaksanaan metode ini adalah satu semester sebelumnya sesuai dengan kesatuan ajaran yang telah disusun oleh guru kelas. 3) Reinforcer Simbiotik Metoderewardselanjutnya
yang
di
terapkan
yaitu
memberikan hadiah berupa piala atau benda. Metode penerapan metode sebagai dorongan agar siswa memiliki semangat dalam prestasi penerapan metode ini secaa berkala yaitu saat kegiatan belajar mengajar dikelas, setelah ujian semester dan kenaikan kelas. b. Penerapan Metode Punishment Punishment atau hukuman yang di berikan sebagai imbalan bagi siswa yang berperilaku kurang baik dan tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hukuman yang di berikan merupakan hukuman yang membuat jera, edukatip dan memberikan agar siswa disiplin terhadap peraturan yang berlaku. Metode punishment yang
63
diterapkan ibu Hana dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut : 1) Hukuman Prevensif Metode punishment diterapkan dengan adanya tata tertib menurut ibu Hana adalah langkah agar siswa tidak bersikap negatif.
Hal
tersebut
sesuai
dengan
teori
hukuman
prevensifyaitu hukuman yang dimaksud untuk mencegah pelanggaran. 2) Hukuman Represif Sedangkan punishment bagi pelanggaran tata tertib yaitu siswa yang akan mendapatkan hukuman. Contohnya adalah siswa yang datang terlambat yaitu datang lebih dari jam masuk pelajaran maka siswa akan dikenakan hukuman berdoa sambil berdiri didepan kelas. Metode punishment tersebut merupakan metode yang diterapkan dalam non akademik. Sedangkan hukuman dalam akademik yaitu siswa lupa mengerjakan pekerjaan rumah maka diberi sangsi berupa menulis kalimat yang ditentukan oleh guru sebanyak 5 halaman agar tidak lupa kembali. Hal tersebut bertujuan agar siswa terus mengingat bahwa disiplin dalam mengerjakan tugas juga penting. Tanpa menggunakan kekerasan juga dapat memberikan hukuman pada siswa. 6 Penerapan punishment non akademik dibuktikan dengan obsevasi yaitu siswa bernama yusuf yang pada hari jumat, 4 september 2015 yang terlambat 5 menit sehingga diberikan hukuman berdoa sendiri didepan kelas. Sedangkan hukuman dalam akademik yaitu siswa lupa mengerjakan pekerjaan rumah maka diberi sangsi berupa menulis kalimat yang ditentukan oleh guru sebanyak 5 halaman 6
Wawancara dengan ibu Hana Nuraidah, jumat, 4 september 2015
64
agar tidak lupa kembali atau menyapu halaman kelas. Sesuai hasil observasi Azizah pada hari jumat 4 september 2015 tidak mengerjakan PR dengan alasan lupa sehingga diberikan hukuman menyapu halaman kelas. Hal tersebut bertujuan agar siswa terus mengingat bahwa disiplin dalam mengerjakan tugas juga penting. Tanpa menggunakan kekerasan juga dapat memberikan hukuman pada siswa. Metode tersebut merupakan hukuman reprensif yaitu hukuman yang diberikan setelah melakukan pelanggaran. Hukuman yang diberikan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. Apabila siswa baru melanggar sekali akan diberitahu, jika kedua kali maka siswa akan diberi teguran dan jika masih terulang kembali maka siswa akan diberi peringatan.
2. Pengaruh Positif dan Negatif Metode Reward dan Punishment Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas III SDIT Mitra Mendidik Anak. Tahun pelajaran 2015/2016 Setiap metode pasti memiliki pengaruh positif dan negatif, begitu juga dengan metode reward dan punishment. Hal ini perlu diketahui agar guru dapat memilih teknik yang akan digunakan sebagi alat pembelajaran. Dengan mengetahui pengaruh tersebut guru dapat memberikan kontrol agar proses belajar mengajar berjalan sesuai harapan. a. Pengaruh
Positif
dan
Negatif
Metode
Reward
Dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas III SDIT Mitra Mendidik Anak tahun pelajaran 2015/2016 Pengaruh positif dari penerapan reward dalam meningkatkan motivasi belajar yang telah dialami ibu hanna adalah siswa memiliki semangat dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa menjadi lebih siap dalam menghadapi ulangan, ketika diminta maju mengerjakan soal dipapan tulis dan ketika diberikan pertanyaan mendadak. Hal
65
tersebut sesuai dengan tujuan reward yaitu membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik bagi siswa. Pengaruh positif lainnya yaitu kelas menjadi lebih baik. Dengan penerapan metode tersebut anak jadi lebih memperhatikan apa yang disampaikan oleh ibu hana. Siswa juga bergembira ketika mendapatkan reward sehingga memicu siswa yang lain juga bersemangat mendapatkan reward. Hal tersebut sesuai dengan maksud dari penerapan reward yaitu siswa akan merasa senang apabila perbuatan atas pekerjaannya mendapatkan penghargaan.7 Sedangkan pengaruh negatif dari penerapan reward adalah jika siswa kurang bisa menerima maka reward dianggap sebagai upah. Jadi jika tidak ada hadiah maka siswa akan malas belajar. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ngalim Purwanto yaitu jika ganjaran sudah bersifat upah maka ganjaran itu tidak lagi bersifat mendidik. Pengaruh negatif lain yang terjadi namun hanya beberapa kali yaitu adanya beberapa sikap siswa yang iri sehingga menjadi persaingan. Hal tersebut terjadi ketika suatu hari terjadi kegaduhan dikelas karena dua orang siswa saling mengejek dan berebut hadiah. Sehingga menjadi perhatian ibu hana untuk menerapkan secara bijaksana dikemudian hari. Pengaruh negatif tersebut seperti yang telah disampaikan Ngalim Purwanto agar guru bersikap bijaksana agar ganjaran tidak menimbulkan iri hati pada siswa lain yang merasa dirinya lebih baik atau lebih pandai tetapi tidak mendapat ganjaran.
b. Pengaruh Positif dan Negatif Metode Punishment Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas III SDIT Mitra Mendidik Anak tahun pelajaran 2015/2016 7
Wawancara dengan ibu hana nuraidah, jumat, 4 september 2015
66
Pengaruh positif dari penerapan metode punishmentyang disampaikan oleh ibu Hana adalah siswa terdorong untuk lebih disiplin. Siswa mengikuti tata tertib yang diterapkan. Seperti saat pemeriksaan kuku yang dilaksanakan tiap hari jumat, seluruh siswa telah memotong kukunya hingga tidak ada yang mendapatkan hukuman. Hal tersebut sesuai dengan teori perbaikan yaitu teori yang bersifat pedagogis karena bermaksud memperbaiki perilaku siswa, baik lahiriah maupun batiniah8. Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan dari metode punishment adalah beberapa siswa bersikap takut atau malu. Siswa yang takut menjadi gemetar dan hal yang tidak diinginkan yaitu mempengsruhi psikisnya. Siswa pernah terlambat datang dan merasa sangat takut sehingga keluar keringat dingin serta gemetar. Setelah itu siswa malu bermain dengan teman-temannya. Namun hal tersebut akan hilang saat siswa kembali disiplin dan lupa akan kejadian tersebut. Pengaruh tersebut sesuai dengan teori hukuman yang menakut-nakuti, hukuman diadakan untuk menimbulkan perasaan takut pada siswa yang melanggar akan akibat perbuatannya yang melanggar.
8
Jumat, 4 september 2015
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah menganalisis data yang diperoleh berdasarkan penelitian mengenai metode reward dan punishment dalam meningkatkan motivasi siswa kelas III SDIT MITRA MENDIDIK ANAK dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pertama, penerapan metode reward dan punishment pada siswa kelas III SDIT MITRA MENDIDIK ANAK yaitu sebagai berikut: 1. Metode reward, pada metode ini hal yang diterapkan: a. Reinforcer sosial yaitu pemberian hadiah bagi siswa berupa senyuman, acungan jempol dan anggukan. b. Reinforcer aktifitas, yaitu pemberian hadiah bagi siswa berupa tambahan waktu untuk bermain. c. Reinforcer simbotik yaitu pemberian hadiah bagi siswa berupa benda seperti senek atau permen 2. Metode punishment pada metode ini hanya menerapkan adalah : a. teori hukuman prevensif yaitu dengan menerapkan tata tertib. b. Teori hukuman represif yaitu pemberian hukuman yang dilakukan siswa. Jika siswa terlambat maka diberikan hukuman berdoa sendiri sambil berdiri didepan kelas. Pelanggaran lain yaitu tidak mengerjakan pekerjaan rumah diberikan sangsi dengan menulis kalimat yang ditentukan oleh guru sebanyak 5 halaman. Kedua, pengaruh positif dan negatif dari metode reward dan punishment dalam meningkatkan motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh positif dari penerapan reward adalah meningkatkannya semangat siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Siswa lebih siap dalam menghadapi ulangan. Suasana kelas menjadi lebih baik, siswa lebih memperhatikan guru ketika sedang diajar. Siswa juga gembira ketika mendapatkan hadiah.
67
68
2. Pengaruh negatif dari penerapan reward adalah beberapa siswa menganggap sebagai upah sehingga jika tidak ada hadiah menjadi malas. Adanya siswa yang iri dan bersaing pada siswa yang mendapat hadiah. 3. Pengaruh positif dari penerapan punishment adalah siswa terdorong untuk lebih disiplin sehingga perilaku siswa menjadi lebi baik. 4. Pengaruh negatif dari penerapan punishment adalah membuat beberapa siswa menjadi penakut dan malu.
B. Saran 1. Bagi kepala sekolah dan guru kelas untuk selalu meningkatkan metode pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar dengan mencari dan menggali lebih dalam dari berbagai media, sehingga dapat memberikan pelajaran yang baik untuk memotivasi siswa dalam meningkatkan prestasi. 2. Bagi peneliti selanjutnya, ada baiknya memperkaya aspek-aspek yang lain agar hasil yang didapat lebih banyak, karena penelitian ini sangat jauh dari sempurna
3. Bagi Peserta Didik, Dengan adanya penelitian ini diharapkan peserta didik yang bersekolah di SDIT Mitra Mendidik Anak dapat mengembangkan motivasi belajar deangan baik melalui metode reward dan punishment. 4. Bagi Sekolah, Sebagai usaha untuk melakukan dan perbaikan kinerja guru dan sekolah kearah profesionalisme dan inovasi pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
A, Sardiman.M., Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2006 Abror, Abd. Rach.,Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993 Alisuf, Sabri, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999 Departemen Agama RI, Al Qur’an Terjemaah Dan Penjelasan
Ayat
Ahkam,Jakarta: PT Sari Agung,1997 Echols,
John
M
danHasanSadily,
KamusBahasaInggrisIndonesia,Jakarta:
Gramedia,1996 Hamalik, Oemar, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: BumiAksara, 2010 Imron Ali, Manajemen Peserta didik Berbasis Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara,2011 Mulyasa, E., Menjadi Guru Profesional,Bandung: RemajaRosdaKarya, 2007 Ny. Roestiyah N.K., DIDAKTIK/ METODIK, JAKARTA: BinaAskara, 1986 PeraturanMenteri Agama Republik Indonesia Nomor 0001512 Tahun 2013 TentangKurikulum Madrasah 2013 Mata PelajaranPendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Purwanto,MNgalim, IlmuPendidikanTeoretis Dan Praktis, Bandung :Remaja Rosdakarya,2006 -------Psikologi Pendidikan,Bandung :Remaja Rosdakarya2013 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: KalamMulia, 2014 Rusdiyana Hamid, Reward dan punishment dalam prespektif pendidikan Islam dalam http://www.academica.edu/1339973, 11 febuari 2013. S, Anandadan S. Priyanto,KamusLengkapBahasa IndonesiaSurabaya: Kartika Putra Press, 2010 Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 TentangSisdiknas. 2006. Bandung: Citra Umbara.
69
LEMBAR WAWANCARA. GURU (PRA PENELITIAN)
Hari/Tanggal Nama
: Selas4 1 September 2015
Responden :
Jabatan
Hana Nuraidah, S.Psi
: Guru Bidang Study
PAI I
Berikut ini petikan wawancara peneliti dengan salah satu guru PAI SDIT Mitra Mendidik Anak yang dilakr:kanpada saatprapenelitian, pada hari selasa, tanggal 1 september 2015:
di
Peneliti
:"Bagaimana menurut ibu pembelajaran yang selama ini dilakuakan Mitra Mendidik Aoak khususnya pada mata pelajaran PAI?"
Guru
:"pembelajaran PAI masih menggunakan metode pembelajaran konvensional, sehingga dalam pembelajarannya guru masih mengunakan metode ceramah dan metode drill (atihan) sEa'o
Penetiti
:"1a1u bagaimanakah
hasil belajar dan als$ivitas siswa khususnya kelas
III
SDIT
pada
pembelajaran PAI"?
Guru
:"Hasil belajar siswa masih tergolong sedang dart aktivitas siswa dalam pembelajaran PAI juga masih pasif dan minat siswa dalam menekuni pelajaran ini belum terlihat
secara maksimal".
Peneliti
:"Apakah ibu pernah menerapkan metode reward dan punishment dalam pembelajaran kelas III pada mata pelajaran PAI? Dan bagaimana respon siswa?"
Guru
:"Tentunya setiap guru pastilah pernah menerapkan metode reward dan punishment tersebut dalam pembelajaran di kelas, namun karna kurangnya pengetahuan kami dalam menerapkan metode tersebut dengan baik, tentunya hasil
yang didapatkan kurang begitu maksimal. Sehinggaminat siswa dalam menekuni mata pelajaran PAI belum seluruhnya aktif'. Peneliti
Guru
:"saya mahasiswa yang akan melakukan penelitian disekolah ini, kira-kira jika saya melakukan penelitian di kelas III yang berkaitan dengan bidang study PAI, bagaimana menutut ibu ?'
: *wah
bagus itu, silahkan kami senang sekali. Hal ini pun bisa menambakan wawasan kami dalam mengembangkan metode pembelajaran dikelas. Memangnya pene I itiany a tentang apa?
:"
Peneliti
saya ingin mereliti tentang pengaruh metode reward dan punishment dalam upaya meningkatkan prestasi'belajar PAI dalam materi akhlak terpuji dan penelitian yang akan saya lakukan adalah penelitian tindakan kelas"
Guru
:" oh ya silahkan
saya akan bantu, dao muda-mudahan metode pembelajaran reward dan punishment ini bisa meningkatkan hasil belajar siswa l*rususnya di sekolah kami"
Penelitian
:"iya ibu mudah-mudahan.. sayajuga berharap begitu."
Terimakasih
ibu
sudah bersedia meluangkan waktunya untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari saya.
Guru
"
:"iya sa6a-sama"
Bekasi, 1 September 2015
Guru yang bersangkutan
HanaNuraidah, S.Psr.
LEMBAR U/AWANCARA GURU Hari/Tanggal
: Jumat, 4 September 2015
Nama Responden
:
Jabatan
: Guru Bidang Study
2
Hana Nuraidah, S. Psi
PAI i
Berilart ini petikan wawancara peneliti dengan salah satu guru PAI SDIT Mitra Mendidik Anak yang dilakukan pada saat pra penelitian, pada hari jumat, tanggal 4 september 2Al5: Peneliti
:'oBagaimana menurut
ibu pembelajaran yang selama ini dilakuakan di siklus I
ini?" Guru
:"
cukup menarik, karena dalam pembelajarannya menggunakan media
pembelajarannya (audio-visual) yang menarik sehingga siswa tidak jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran yang ada. Namun harus diperhatikan pula tentang beberapa macam yang ada dalam metode pembelajaran reward dan purtishment belum terlaksana sepenuhnya.'o
Peneliti
:"Bagaimana dengan aktivitas siswa dalam mengikuti metode pembelajaran reward dan punishment ini "?
Guru
:"Aktifitas siswa sudah ada peningkatan. Siswa sudah mulai termotivasi dalam belajar PAI dan mereka pun bersemangat untuk belajar PAI serta mengedakan tr.rgas-tugas yang diberikarf
'.
Peneliti
:"Bagaimana juga tentang hasil belajar siswanya bu?"
Guru
:"Ada peningkatan dari sebelumnya. Seperti siswa sudah mulai bersemangat untuk belajar PAI, karena seakan-akan mereka sedang berkompetensi dengan temanya yang lain untuk rnendapatkan nilai atau reward dari pengajatannya. Tapi masih ada siswa yang belum semangat dan ada juga tugas siswa yang nilai yang masih 60".
Peneliti
:"Apakah Ibu ada kritikan/masukan terhadap metode pembelajaran reward dan punishrrtent?'
Guru
:
"Pembelajaran dengan menggunakan metode reward dan punishment yang dilakukan memakan banyak waktu dan ada beberapa kegiatan yang tidak sesuai dengan yang telah dirancang di leson plan. Jadi untuk pertemuan selanjutnya harus lebih diperhatikan lagi."
Bekasi, 4 September 2015 Mengetahui Guru yang bersangkutan
HanaNuraidah, Psi.
LEMBAR WAIfr/ANCARA SURU Hari/Tanggal
: Jumat,4
Narna Respand.en
: Hana Nuraidah,
Jabatan
: Guru Bidang Study PAI
3
SeptemberZAfi Fsi
i
Serikut iai petikan walvancara peneliti dengan salah satu guru PAI SDIT Mitra Mendidik Anak yang dilakukan pada saat pra penelitian, pada hari jumat, tanggal4 september 2015: Peneliti
:"Bagaimana menurut ibu pembelajaran yang selama ini dilakuakan di siklus II ini?"
Guru
:o'Menurut saya sudah lebih baik dari pembelajaran pada siklus sebelumnya, semua tahapan dan macam-macam reward dan punishment sudah diterapkan dan dij dar*an dengan baik."
Peneliti
:"Bagaimana dengan aktivitas siswa dalam mengilnrti rnetode pembelajaran reward dan punishment ini "?
Guru
:"Dari aspek-aspek yang diteliti, aktifitas siswa sudah cukup baik. siswa sudah terlihat aktif, berani untuk bertanyatidak malu-malu dalam menjawab pertanyaan dari guru dan terlihat antusias dalam belajar.bahkan dengan adanya reward dan punistunent ini, siswa saling berkornpetesi unttrk mendaryatkan nilai dan pengargaan yang sebaik-baiknya, sehingga tujuan akhir dari pembelajaran akan tercapai dan prestasi siswa tentunya akan lebih meningkatnya ".
Peneliti
:"Menurut ibu, hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki dari metode reward dan punishment pada siklus II iri?"
Guru
:"Menurut sayae secara sistem dan metode pembelajaran yang telah diterapkan semuanya sudah sesuai dengan teori yang ad4 dan semua telah dilakukan dengan sebaik-baiknya. Namun ktta trdak boleh pungkiri bahwa tidd< ada rnanusia yang sempurna. Sebab walaupun pembelajaran yang diberikan sudah cukup bagus, hanya saja terkadang pada saat tertentu kurang bisa menguasai kelas, karena masih ada siswa yang terlihat mengobrol dengan temannya atau siswa tidak memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Tapi itu bukanlah kesalahan mutlak dari peneliti, sebab semua guru yang baru mengaj ar apalagi belum banyak pengalaman dalam meflgaJa\ pastilah akan mengalami hal serupa."
Bekasi, 4 Septernber 2015 Mengetahui
Gunryang bersangkut*n
HanaNuraidah, Psi.
UJI REFERENSI
NAMA NIM
Ratu Sobariah
JT]RI.JSAN .,IJDI"JL
Pendidikan Agama Islam (PAI) Upaya iMeningkatkan Prestasi Belajar Pai Pada Konsep Perilaku Terpuji
1812011000095
Melalur Pendekatan Reward Dan Punishment
Di
Kelas
III Sdit Mitra
Mendidik Anak Bekasi
REFERENSI SKRIPSI BAB
I
PARAF DOSEN
PEMBIMBING L-
Ir
[atrra Wilis Dahar,. Teori Teori Belajar Dan (Jakata.: PT Gelora Aksara Pratama,
pedi
ir.zlulyasana. Pendidikan
201l), hal.
Pembelajaran
2
Bermutu Dan Berdaya Saing
(Bandung :PT Remaja Rosdakara, 201l), Hal. 5'
Ibid,5
fan^ ntitol,
Dan
(Jmum,
-pruai+-X"irrt ntinn prnaai*on Dan
iJmum,
frA--Suit* p*O:u,
Pendidikan
(Surabaya: Usaha Nasional, 1 978),h. 1 69 tvt. -S-astra
I lsrruUuyr: Usaha Nasional, I 978),h. 169
M. Iigatr* Purwanto, Ilrut Pendidikan Teoretis Dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h.182
A,lisuf sabti, Ilmtt PenCidikan, (jakarta: Pedoman
laya,
1999),h.44
REFERENSI SKRIPSI BAB
II
PARAF DOSEN
PEMBIMBING
S. tn d o n es
Prianto,Karnus LengkaP
Bahsa
iu,(Surabaya : Kartika Putri Press,20 1 0),h.4 1 6'
siiitlrrrs"rt res s. com/2009/0 I i0
5pengertian-prestasi-belaj ar..t4ng gal 1 8 oktober
2012
tvtutriUin syah, Psilcologi Belaiar, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu,1999). Cet 2;h.59
ndung: Remaja Rosdakarya, 2003)cet-l 9,84
akarta:Bumi Aksara,2008),h.1 1' n
gai ar'(l akarta : Raj a
"
Grafindo Persada, 2007)cet- 14, h'20'
Terjemaah Dan Penielasan Ay at Ahkam, (Jakarta:
PT Sari Agong' I 997)'h'
1 1 06
andung: Remaja Rosdakarya, 2003) cet-1 9,h' 1 06
etYa' itrategi M en gai ar,(Bandung: Pustaka Setia
1
Belajar
997)' h' 1 05- I 1 0'
a(CiPutat:Logos Wacana
10.
Ilmu,l999). Cet2,h. 193. I Kamus Bahasa Ibid, 193-195. John M. Echols dan Hasan Sadily, 1 996)' h' 48 5 In ggr s I n d o ne s i a,(Jakarta: Gramedia' i
Bahasa Indonesia (Surabaya: Kartika Putra Press, 20 I C)' h' 164'
P r akt
i
---l
7i*7 p"''tidiko' Teoretis Dan
ffip**r"t". s,(\)andung
Ny R"".t!^h
:
Ren-raj a
Rosdakarya'2006)' h I 82
RTA: Bina
N-I(
Askara, 1986), h. 62.
man IImu
JaYa'
1999), h.46. PresPektif
pendidikanislamdalam(http://www'academica'edrl/1339973)'11 lebuari 2O13. _ M NC"tr" Purwanto, Ilmu Pendidikan
,
(Bandung :Remaja Rosdakarya, 2016)' h' 182
riep;temen
;g^*;rtl,,4l W h'f"ii"*"'n
Dan
Peni elasart
Ayat Ahkam, (Jakarla: PT Sari Agtrng'1997)'h'79
J"h, M. Eth"ls d",
Hasan SadilY, Kamus Bahasa Inggris
Indon esia,(Jakarta: Gramedia, 1 996)' h' 456
Anandr s. dan s. priyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Kartika Putra Press, 2010),h.196
Mf-Ngatrm purwanto
, Ilmu
Pendidikan Teorites Dan
Praktis,(Bandung Remaja Rosdakarya, 2006), h' I 86 :
Ny. Roettiyah N.K., DIDAKTII METODIK, (JAKARTA: Bina Askara, 1986), h.63.
Uyoh iadulloh pedagogik (ilmu mendidik), (Bandung: Alfabeta,20
1
I
),h. I 24.
Alisuf Sabi, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya
t999),h.44
Ak*.t4 201l),h. 169.
fiite
D"rkhei,", Alih Bahasa Lukas Ginting, Pendidikan Moral
suatu study Teori Dan Aplikasi sosiologi Pendidikan,( Jakarta: Erlangga,196l ), h. I 16
etrmad tafsiriimu pendidikan dalam prespektif islam, ( bandung: remaja rosdakarya, 2004), h. 186. 21.
Oepar',"men agama
RI, Al Quran terjemaah
dan penjelasan ayat
ahkam. (akarta: P't.Sari Agung, 1997), h.49
Alisuf sabri, ilmu pendiiikan,(jakarta:
peComan ilmu 1aya, i999),
h.46-47
M, Ngalim purwanto, ilmu
pendidikan teoritis dan Praktis,
(bandung: remaja rosdakarya, 2006), h. 183
Nt R"*tty"h
N.K., DIDAKTIK/ METODIK, (JAKARTA: Bina
Askara, 1986), h. 62. Ir4.
Ngalim purwanto.op. cit . 184-185
rbid h. 189
rbid, h. 190
rbid, h. 189-190 35.
Alisuf Subi, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu 1999), h. 44
JaYa,
Bina Aksara'
(Jakarta:
@hik/Metodik, 1986), h. 65.
Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis,
@
(BaDdung: Remaja R'osdakarya, 2006), h'
bagaan Agama Islam/Direktorat
38.
Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum' 2002)' Merodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Agama Ri' h.129. Teoretis Dan Praktis'
@tdidikan
(Bandung: Rer.raja sdakarya, 2006), h' 191:192' *otott' (Jakarta:Bumi Aksara, 2011) h. 169
M Ngatt*
P"n"arto, Psikologi Pendidikan, (Bandung:
Remaja
Rosdakaiya, 2003) Ce'- 19, h-187-188
Ali*fs"b", ffiiakana:
Pedoman
Ilmu
Jaya,
t999),h.44. REFERENSI SKRIPSI BAB
PARAF
III
DOSEN
PEMBIMBINC
praktik penelitian
I.l"trr*,
tindakan
(Bandung:Remaja Rosadakarya, 2009) h'73
ffiiosedur
penelitian suatu pendekatan Praktek,
h' 188 fiakarta: PT Rineka Cipta,20l0), Pendidikan'(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 201 l),h. 106-107
Burhan bunggin,
metoaotogi Penelitian
kuanti tatif, (Jakarta
:
Kencana , 2010), h. Anas Sudijono, op. Cit., h. 76
Burhan bungin, op. Cit., h 126
alitatif dan R&D'(bandung: alfabeta,20l0), h 121.
dikat', (akarta: PT Raja Grafindo Persada,2O12), h' 258'
1
Sugrono, Metode
Kuantilatif
R&D,( Bandung: Albeta,z0 1 0),h.
I2
Kualitatif
1
i
Pendidikan,fi akarta:Raja
Grafindo Persada,20 I I ),h.254-258 Ibid. ,h.37
1
.
Ibid.,h.385-388
Ibid.,h.389.
Ar"r t"drl""q
Pengantar Ststistik Pendidikan (Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada,20 I 2),.h
27 8
PARAF
REFERENSI SKRIPSI BAB IV
DOSEN
PEMBIMBING Sumber Dokumentasi Tata Usaha Sekertariat SD Islam Terpadu
Mitra Mendidik Anak
Sejarah BerdirinYa YaYasan Uswah
:
Ummahat.
Sumber Dokumentasl Tata Usaha Sekertariat SD Islam Terpadu
Mitra Mendidik Anak : Visi, Misi, dan Tujuan SD Islam Terpadu It4itra Mendidik Anak.
SumU"r Dokumeniasi Tata Usaha Sekertariat SD isiam Terpadtt l"{itra Mendidik Anak : Struktur arganisasi SD Isiam Terprii
Mitra Menditiik Anak, Tahun ajaran 2015\2016
srmber D"k"mentasi Tata Usaha Sekertariat sD Islam Terpadu Mitra Mendidik Anak '. Data Guru dan Kariawan SD Islam Terpadu Mitra Mendidik Anak,tahun aiaran 2015\2016
D"k"mentasi tata Usaha Sekertariat SD Islam Terpadu Mitra Mendidik Anak '. Keadaan siswa/siswi sD Islam Terpadu
S"*b..
Mitra Mendidik Anak, Tahun Ajaran 2015\2016 DohrmentasiTata Usaha Sekertariat SD Islam Terpadu Mendidik Anak .. sarana-Prasarana sD Islam Terpadu
S"-b", Mrtra
Mitra MendidikAnak, Tahun Aiaran 2015\2016 Sumber Dokumentasi Tata Usaha Sekertariat SD Islam Terpadu
Mrtra Mendidik Anak Mitra Mendidik Anak,
:
Tata Tertib Siswa SD Islam
Tr
i
n Tes "i" Pada
8.
Siklus 9.
I
Dan
II
Lihat Pada Bagian
a' i ;"":V1]:.'t'^: 6jiij1 i =: rTast't =: '; DetuJut Lampran snor
Dan II, LamPiran Ke-29
l0
"
r tlastl uDservQst rerte'uyut' tvte'v^s
Lihat Pada Bagian Lampiran " Reward Dan Punishment Padu Siklus
I
Dan
II
Lampiran Ke-8
1
/r
T
Dan Ke-15
Jakarta 5 Maret 2016 Dosen Pembimbing
:" Dr.khalimi..MA. Np.tqosos15 199403 1 006
SDIT ilfiTTRA &lEIIfllIDI}( AF{AI( Jt- Ibngasi*an RaW
II nc l4$&
?,{arcgoxrg R.arma
tsrnbu
B*kasi ?imnar
SURAT KETERANGAN Nomor : SDIT MMA- 01-T3-05-9-2015
Yang bertandatangan dibawah ini, kepala sekolah SDIT Mitra Meadidk Anak menyatakan bahwa:
Nama
: Ratu Sobariah
NIM
181201 1000095
Semester
(delapan)
Jurusan
Pendidikan Agama Islam
Fakultas
Ilmu Tarbiah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Benar bahwa mahasiswa tersebut telah melakukan risef/ penelitian di SDIT Mitra Mendidik Anak pada tanggal 9 September 2015 s.d. 20 Januari 2016 untuk keperluan skripsi yang berjudul:
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI PADA KONSEP PERILAKU TERPUJI MELALUI PENDEKATAN REWARD DAN PLNISHMENTDI KELAS III SDIT MITRA MENDIDIK ANAK BEKASI Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan sebagaimna mestinya.
Bekasi,20 Januari2016
SDIT Mitra Mendidi
'"&8
l--* IrJtr il
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK Jl. h. H,
Juada No 95 Cipttat
: Terbit : No. Revisi: :
01
Hal
1t1
No.
Dokumen
Tgl.
FORM (FRI
15412 lndonesia
FITK-FR-AKD-081 1 Maret 2010
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI Nomor : Un.Ol/F. 1/KM.0 1.3/pg.q .D01 5 Lamp. : Abstraksi/outlines : Bimbingan Skripsi
JakartallMei20i5
Hal
Kepada Yth.
Dr. Khalimi, MA. Pembimbing Skripsi Fakultas tlmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. A.y ;
al amu' al aikum wr.w b.
ini
diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing I/II (materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:
Dengan
Nama
RATU SHOBARIAH
NIM
1812011000095
Jurusan
Pendidikan Agama Islam (DMS)
Semester
VII (Tujuh) Meningkatkan Hasil Belajar Pai Untuk Mebiasakan Perilaku
Judul Skripsi
Terpuji Melalui Media Reward
Di Kelas II SD Model Insan
Madani Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal24 April2015, abstraksiloutline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu.
diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.
Bimbingan skripsi
ini
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih' Was s al amu'
alaikum wr.w
b.
.
Abdul Majid Khon, M.Ag
19580707 198703 1 00s Tembusan: Dekan FITK Mahasiswa ybs.
1. 2.
ry_--_
KEMENTERIAN A,GAMA UlN JAKARTA FITK
FORM (FR)
Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia
No. Dokumen Tgl. Terbit No. Revisi: Hal
: : :
-
FITK-FR-AKD-082 1 Maret 2010 01
1t1
SURAT PERMOHOT{AN IZIN PENELITIAN Jakarta, 18 September 2015
Nomor : Un.01/F. 1/KM.01 .31157212015 Lamp. i OuttineProposal : Permohonan lzin Penelitian
Hal
Kepada Yth. Kepala Sekolah SDIT Mitra Mendidik Anak di
Tempi,it Assal am u' al a iku m wr.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Niama NIM Jurusan
: Ratu Sobariah
:1812Q11000095 : PAI
Semester :Vill Judul Skripsi : Meningkatkan Prestasi Bela.iar PAI pada Materi Akhlak
Terpuji
dengan Menggunakan Pendekartan Reward dn Punishment di Kelas
iil SDIT Mitra Mendidi.k Anak adalah benar mahasiswa/i Fakultas
llnrr"r
Tarbiyah darn Keguruan UIN Jakarta yang
sedang menyusun Skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) insta nsi/sekolah/m ad rasa h
Untuk
itu kami
I,,s
ng Sa irda ra
di
ni rn ni n.
mohon Saudara clapat n'rengizinkan mahasiswa tersebut
melaksanakan penelitian dimaksud. Atas perhatian dan kerja sama Saudaret, kami ucapkan terima kasih. Wassal am u' al ai ku m w:.wb.
a.n. Dekan
Abdul Majid Khon. MA o P.19580707 198743 1 005 Tembusan: 1. Dekan FlTl( 2. Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa yang bersattgkutan